pisang 14
By busukx.blogspot.com at Januari 10, 2024
pisang 14
PISANG
( Musa spp )
Pisang adalah tumbuhan buah berupa herba yang berasal dari kawasan di Asia
Tenggara (termasuk negara kita ). tumbuhan ini lalu menyebar ke Afrika
(Madagaskar), Amerika Selatan dan Tengah. Di Jawa Barat, pisang disebut dengan
Cau, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dinamakan gedang.
2. JENIS tumbuhan
Klasifikasi botani tumbuhan pisang adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Keluarga : Musaceae
Genus : Musa
Spesies : Musa spp.
Jenis pisang dibagi menjadi tiga:
1) Pisang yang dimakan buahnya tanpa dimasak yaitu M. paradisiaca var
Sapientum, M. nana atau disebut juga M. cavendishii, M. sinensis. Misalnya
pisang ambon, susu, raja, cavendish, barangan dan mas.
2) Pisang yang dimakan sesudah buahnya dimasak yaitu M. paradisiaca forma
typicaatau disebut juga M. paradisiaca normalis. Misalnya pisang nangka, tanduk
dan kepok.
3) Pisang berbiji yaitu M. brachycarpa yang di negara kita dimanfaatkan daunnya.
Misalnya pisang batu dan klutuk.
4) Pisang yang diambil seratnya misalnya pisang manila (abaca).
3. MANFAAT tumbuhan
Pisang adalah buah yang sangat bergizi yang merupakan sumber vitamin, mineral
dan juga karbohidrat. Pisang dijadikan buah meja, sale pisang, pure pisang dan
tepung pisang. Kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka melalui proses
fermentasi alkohol dan asam cuka. Daun pisang dipakai sebagi pembungkus
berbagai macam makanan trandisional negara kita .
Batang pisang abaca diolah menjadi serat untuk pakaian, kertas dsb. Batang pisang
yang telah dipotong kecil dan daun pisang dapat dijadikan makanan ternak
ruminansia (domba, kambing) pada saat musim kemarau dimana rumput
tidak/kurang tersedia.
Secara tradisional, air umbi batang pisang kepok dimanfaatkan sebagai obat disentri
dan pendarahan usus besar sedangkan air batang pisang digunakan sebagai obat
sakit kencing dan penawar racun.
4. SENTRA PENANAMAN
Hampir di setiap tempat dapat dengan mudah ditemukan tumbuhan pisang. Pusat
produksi pisang di Jawa Barat adalah Cianjur, Sukabumi dan daerah sekitar Cirebon.
Tidak diketahui dengan pasti berapa luas perkebunan pisang di negara kita . Walaupun
demikian negara kita termasuk salah satu negara tropis yang memasok pisang
segar/kering ke Jepang, Hongkong, Cina, Singapura, Arab, Australia, Negeri
Belanda, Amerika Serikat dan Perancis. Nilai ekspor tertinggi pada tahun 1997
adalah ke Cina.
. SYARAT TUMBUH
. Iklim
1) Iklim tropis basah, lembab dan panas mendukung pertumbuhan pisang. Namun
demikian pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Pada kondisi tanpa air,
pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi
produksinya tidak dapat diharapkan.
2) Angin dengan kecepatan tinggi seperti angin kumbang dapat merusak daun dan
mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan .
3) Curah hujan optimal adalah 1.520–3.800 mm/tahun dengan 2 bulan kering. Variasi
curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian air tanah agar tanah tidak
tergenang.
. Media Tanam
1) Pisang dapat tumbuh di tanah yang kaya humus, mengandung kapur atau tanah
berat. tumbuhan ini rakus makanan sehingga sebaiknya pisang ditanam di tanah
berhumus dengan pemupukan.
2) Air harus selalu tersedia tetapi tidak boleh menggenang karena pertumbuhan
pisang harus diari dengan intensif. Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50
- 200 cm, di daerah setengah basah 100 - 200 cm dan di daerah kering 50 - 150
cm. Tanah yang telah mengalami erosi tidak akan menghasilkan panen pisang
yang baik. Tanah harus mudah meresapkan air. Pisang tidak hidup pada tanah
yang mengandung garam 0,07%.
5.3. Ketinggian Tempat
tumbuhan ini toleran akan ketinggian dan kekeringan. Di negara kita umumnya dapat
tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Pisang ambon,
nangka dan tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl
. PEDOMAN BUDIDAYA
. Pembibitan
Pisang diperbanyak dengan cara vegetatif berupa tunas-tunas (anakan).
1) Persyaratan Bibit
Tinggi anakan yang dijadikan bibit adalah 1-1,5 m dengan lebar potongan umbi
15-20 cm. Anakan diambil dari pohon yang berbuah baik dan sehat. Tinggi bibit
akan berpengaruh terhadap produksi pisang (jumlah sisir dalam tiap tandan). Bibit
anakan ada dua jenis: anakan muda dan dewasa. Anakan dewasa lebih baik
digunakan karena sudah mempunyai bakal bunga dan persediaan makanan di
dalam bonggol sudah banyak. Penggunaan bibit yang berbentuk tombak (daun
masih berbentuk seperti pedang, helai daun sempit) lebih diutamakan daripada
bibit dengan daun yang lebar.
2) Penyiapan Bibit
Bibit dapat dibeli dari daerah/tempat lain atau disediakan di kebun sendiri.
tumbuhan untuk bibit ditanam dengan jarak tanam agak rapat sekitar 2 x 2 m. Satu
pohon induk dibiarkan memiliki tunas antara 7-9. Untuk menghindari terlalu
banyaknya jumlah tunas anakan, dilakukan pemotongan/penjarangan tunas.
3) Sanitasi Bibit Sebelum Ditanam
Untuk menghindari penyebaran hama/penyakit, sebelum ditanam bibit diberi
perlakuan sebagai berikut:
a) sesudah dipotong, bersihkan tanah yang menempel di akar.
b) Simpan bibit di tempat teduh 1-2 hari sebelum tanam agar luka pada umbi
mengering. Buang daun-daun yang lebar.
c) Rendam umbi bibit sebatas leher batang di dalam insektisida 0,5–1% selama
10 menit. Lalu bibit dikeringanginkan.
d) Jika tidak ada insektisida, rendam umbi bibit di air mengalir selama 48 jam.
e) Jika di areal tanam sudah ada hama nematoda, rendam umbi bibit di dalam air
panas beberapa menit.
. Pengolahan Media Tanam
1) Pembukaan Lahan
Pemilihan lahan harus mempertimbangkan aspek iklim, prasarana ekonomi dan
letak pasar/industri pengolahan pisang, juga harus diperhatikan segi keamanan
sosial.
Untuk membuka lahan perkebunan pisang, dilakukan pembasmian gulma, rumput
atau semak-semak, penggemburan tanah yang masih padat; pembuatan
sengkedan dan pembuatan saluran pengeluaran air.
2) Pembentukan Sengkedan
Bagian tanah yang miring perlu disengked (dibuat teras). Lebar sengkedan
tergantung dari derajat kemiringan lahan. Lambung sengkedan ditahan dengan
rerumputan atau batu-batuan jika tersedia. Dianjurkan untuk menanam tumbuhan
legum seperti lamtoro di batas sengkedan yang berfungsi sebagai penahan erosi,
pemasuk unsur hara N dan juga penahan angin.
3) Pembuatan Saluran Pembuangan Air
Saluran ini harus dibuat pada lahan dengan kemiringan kecil dan tanah-tanah
datar. Di atas landasan dan sisi saluran ditanam rumput untuk menghindari erosi
dari landasan saluran itu sendiri.
. Teknik Penanaman
1) Penentuan Pola tumbuhan
Jarak tanam tumbuhan pisang cukup lebar sehingga pada tiga bulan pertama
memungkinkan dipakai pola tanam tumpang sari/tumbuhan lorong di antara
tumbuhan pisang. tumbuhan tumpang sari/lorong dapat berupa sayur-sayuran atau
tumbuhan pangan semusim.
Di kebanyakan perkebunan pisang di wilayah Asia yang curah hujannya tinggi,
pisang ditanam bersama-sama dengan tumbuhan perkebunan kopi, kakao, kelapa
dan arecanuts. Di India Barat, pisang untuk ekspor ditanam secara permanen
dengan kelapa.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang adalah 50 x 50 x 50 cm pada tanah berat dan 30 x 30 x 30 cm atau
40 x40 x 40 cm untuk tanah-tanah gembur. Jarak tanam 3 x 3 m untuk tanah
sedang dan 3,3 x 3,3 m untuk tanah berat.
3) Cara Penanaman
Penanaman dilakukan menjelang musim hujan (September-Oktober). Sebelum
tanam lubang diberi pupuk organik seperti pupuk kandang/kompos sebanyak 15–
20 kg. Pemupukan organik sangat berpengaruh terhadap kualitas rasa buah.
. Pemeliharaan tumbuhan
1) Penjarangan
Untuk mendapatkan hasil yang baik, satu rumpun harus terdiri atas 3-4 batang.
Pemotongan anak dilakukan sedemikian rupa sehingga dalam satu rumpun
terdapat anakan yang masing-masing berbeda umur (fase pertumbuhan). sesudah
5 tahun rumpun dibongkar untuk diganti dengan tumbuhan yang baru.
2) Penyiangan
Rumput/gulma di sekitar pohon induk harus disiangi agar pertumbuhan anak dan
juga induk baik. Penyiangan dilakukan bersamaan dengan penggemburan dan
penimbunan dapuran oleh tanah agar perakaran dan tunas bertambah banyak.
Perlu diperhatikan bahwa perakaran pisang hanya rata-rata 15 cm di bawah
permukaan tanah, sehingga penyiangan jangan dilakukan terlalu dalam.
3) Perempalan
Daun-daun yang mulai mengering dipangkas agar kebersihan tumbuhan dan
sanitasi lingkungan terjaga. Pembuangan daun-daun ini dilakukan setiap waktu.
4) Pemupukan
Pisang sangat memerlukan kalium dalam jumlah besar. Untuk satu hektar, pisang
memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg KCl dan 200 kg batu kapur
sebagai sumber kalsium.
Pupuk N diberikan dua kali dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan
yang mengitari rumpun tumbuhan . sesudah itu larikan ditutup kembali dengan tanah.
Pemupukan fosfat dan kalium dilaksanakan 6 bulan sesudah tanam (dua kali dalam
setahun).
5) Pengairan dan Penyiraman
Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya
terjaga. tumbuhan diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air
yang berada di antara barisan tumbuhan pisang.
6) Pemberian Mulsa
Tanah di sekitar rumpun pisang diberi mulsa berupa daun kering ataupun basah.
Mulsa berguna untuk mengurangi penguapan air tanah dan menekan gulma,
tetapi pemulsaan yang terus menerus menyebabkan perakaran menjadi dangkal
sehingga pada waktu kemarau tumbuhan merana. Karena itu mulsa tidak boleh
dipasang terus menerus.
7) Pemeliharaan Buah
Jantung pisang yang telah berjarak 25 cm dari sisir buah terakhir harus dipotong
agar pertumbuhan buah tidak terhambat. sesudah sisir pisang mengembang
sempurna, tandan pisang dibungkus dengan kantung plastik bening. Kantung
plastik polietilen dengan ketebalan 0,5 mm diberi lubang dengan diameter 1,25
cm. Jarak tiap lubang 7,5 cm. Ukuran kantung plastik adalah sedemikian rupa
sehingga menutupi 15-45 cm di atas pangkal sisir teratas dan 25 cm di bawah
ujung buah dari sisir terbawah. Untuk menjaga agar tumbuhan tidak rebah akibat
beratnya tandan, batang tumbuhan disangga dengan bambu yang dibenamkan
sedalam 30 cm ke dalam tanah.
. Hama
1) Ulat daun (Erienota thrax.)
Bagian yang diserang adalah daun. Gejala: daun menggulung seperti selubun g
dan sobek hingga tulang daun. Pengendalian: dengan memakai insektisida
yang cocok belum ada, dapat dicoba dengan insektisida Malathion.
2) Uret kumbang (Cosmopolites sordidus)
Bagian yang diserang adalah kelopak daun, batang. Gejala: lorong-lorong ke
atas/bawah dalam kelopak daun, batang pisang penuh lorong. Pengendalian:
sanitasi rumpun pisang, bersihkan rumpun dari sisa batang pisang, gunakan bibit
yang telah disucihamakan.
3) Nematoda (Rotulenchus similis, Radopholus similis).
Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tumbuhan kelihatan merana, terbentuk
rongga atau bintik kecil di dalam akar, akar bengkak. Pengendalian: gunakan
bibit yang telah disucihamakan, tingkatkan humus tanah dan gunakan lahan
dengan kadar lempung kecil.
4) Ulat bunga dan buah (Nacoleila octasema.)
Bagian yang diserang adalah bunga dan buah. Gejala: pertumbuhan buah
abnormal, kulit buah berkudis. Adanya ulat sedikitnya 70 ekor di tandan pisang.
Pengendalian: dengan memakai insektisida.
. Penyakit
1) Penyakit darah
Penyebab: Xanthomonas celebensis (bakteri). Bagian yang diserang adalah
jaringan tumbuhan bagian dalam. Gejala: jaringan menjadi kemerah-merahan
seperti berdarah. Pengendalian: dengan membongkar dan membakar tumbuhan
yang sakit.
2) Panama
Penyebab: jamur Fusarium oxysporum. Bagian yang diserang adalah daun.
Gejala: daun layu dan putus, mula-mula daun luar lalu daun di bagian dalam,
pelepah daun membelah membujur, keluarnya pembuluh getah berwarna hitam.
Pengendalian: membongkar dan membakar tumbuhan yang sakit.
3) Bintik daun
Penyebab: jamur Cercospora musae. Bagian yang diserang adalah daun dengan
gejala bintik sawo matang yang makin meluas. Pengendalian: dengan
memakai fungisida yang mengandung Copper oksida atau Bubur Bordeaux
(BB).
4) Layu
Penyebab: bakteri Bacillus . Bagian yang diserang adalah akar. Gejala: tumbuhan
layu dan mati. Pengendalian: membongkar dan membakar tumbuhan yang sakit.
5) Daun pucuk
Penyebab: virus dengan perantara kutu daun Pentalonia nigronervosa. Bagian
yang diserang adalah daun pucuk. Gejala: daun pucuk tumbuh tegak lurus secara
berkelompok. Pengendalian: cara membongkar dan membakar tumbuhan yang
sakit.
. Gulma
Tidak lama sesudah tanam dan sesudah kanopi dewasa terbentuk, gulma akan
menjadi persoalan yang harus segera diatasi. Penanggulangan dilakukan dengan:
1) Penggunaan herbisida seperti Paraquat, Gesapax 80 Wp, Roundup dan dalapon.
2) Menanam tumbuhan penutup tanah yang dapat menahan erosi, tahan naungan,
tidak mudah diserang hama-penyakit, tidak memanjat batang pisang. Misalnya
Geophila repens.
3) Menutup tanah dengan plastik polietilen.
. PANEN
. Ciri dan Umur Panen
Pada umur 1 tahun rata-rata pisang sudah berbuah. Saat panen ditentukan oleh
umur buah dan bentuk buah. Ciri khas panen adalah mengeringnya daun bendera.
Buah yang cukup umur untuk dipanen berumur 80-100 hari dengan siku-siku buah
yang masih jelas sampai hampir bulat. Penentuan umur panen harus didasarkan
pada jumlah waktu yang diperlukan untuk pengangkutan buah ke daerah penjualan
sehingga buah tidak terlalu matang saat sampai di tangan konsumen. Sedikitnya
buah pisang masih tahan disimpan 10 hari sesudah diterima konsumen.
. Cara Panen
Buah pisang dipanen bersama-sama dengan tandannya. Panjang tandan yang
diambil adalah 30 cm dari pangkal sisir paling atas. Gunakan pisau yang tajam dan
bersih waktu memotong tandan. Tandan pisang disimpan dalam posisi terbalik
supaya getah dari bekas potongan menetes ke bawah tanpa mengotori buah.
Dengan posisi ini buah pisang terhindar dari luka yang dapat dipicu oleh
pergesekan buah dengan tanah.
sesudah itu batang pisang dipotong hingga umbi batangnya dihilangkan sama sekali.
Jika tersedia tenaga kerja, batang pisang bisa saja dipotong sampai setinggi 1 m dari
permukaan tanah. Penyisaan batang dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan
tunas.
. Periode Panen
Pada perkebunan pisang yang cukup luas, panen dapat dilakukan 3-10 hari sekali
tergantung pengaturan jumlah tumbuhan produktif.
. Perkiraan Produksi
Belum ada standard produksi pisang di negara kita , di sentra pisang dunia produksi 28
ton/ha/tahun hanya ekonomis untuk perkebunan skala rumah tangga. Untuk
perkebunan kecil (10-30 ha) dan perkebunan besar (> 30 ha), produksi yang
ekonomis harus mencapai sedikitnya 46 ton/ha/tahun.
. PASCAPANEN
Secara konvensional tandan pisang ditutupi dengan daun pisang kering untuk
mengurangi penguapan dan diangkut ke tempat pemasaran dengan memakai
kendaraan terbuka/tertutup. Untuk pengiriman ke luar negeri, sisir pisang dilepaskan
dari tandannya lalu dipilah-pilah berdasarkan ukurannya. Pengepakan
dilakukan dengan memakai wadah karton. Sisir buah pisang dimasukkan ke
dos dengan posisi terbalik dalam beberapa lapisan. Sebaiknya luka potongan di
ujung sisir buah pisang disucihamakan untuk menghindari pembusukan.
Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya pisang dengan luasan 1 ha di daerah Jawa Barat pada
tahun 1999.
1) Biaya produksi 1 ha pisang dari tahun ke-1 sampai ke-4 adalah:
1. Tahun ke-1 Rp. 5.338.000,-
2. Tahun ke-2 Rp. 4.235.000,-
3. Tahun ke-3 Rp. 4.518.000,-
4. Tahun ke-4 Rp. 4.545.300,-
2) Penerimaan tahun ke I sampai IV *)
1. Tahun ke-1: 0,8 x 1.000 tandan Rp. 6.000.000,-
2. Tahun ke-2: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3. Tahun ke-3: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
4. Tahun ke-4: 0,8 x 2.000 tandan Rp. 12.000.000,-
3) Keuntungan
1. Keuntungan selama 4 tahun penanaman Rp. 23.363.700,-
2. Keuntungan/tahun Rp. 5.840.925,-
4) Parameter kelayakan usaha
1. Output/Input rasio = 2,150
Keterangan : *) perkiraan harga 1 tandan Rp. 7.500,-
.Gambaran Peluang Agribisnis
Perkebunan pisang yang permanen (diusahakan terus menerus) dengan mudah
dapat ditemukan di Meksiko, Jamaika, Amerika Tengah, Panama, Kolombia,
Ekuador dan Filipina. Di negara tersebut, budidaya pisang sudah merupakan suatu
industri yang didukung oleh kultur teknis yang prima dan stasiun pengepakan yang
modern dan pengepakan yang memenuhi standard internasional. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pisang memang komoditas perdagangan yang sangat tidak
mungkin diabaikan. Permintaan pisang dunia memang sangat besar terutama jenis
pisang Cavendish yang meliputi 80% dari permintaan total dunia.
Selain berpeluang dalam ekspor pisang utuh, saat ini ekspor pure pisang juga
memberikan peluang yang baik. Pure pisang biasanya dibuat dari pisang cavendish
dengan kadar gula 21-26 % atau dari pisang lainnya dengan kadar gula < 21%.
Di negara kita pisang hanya ditanam dalam skala rumah tangga atau kebun yang
sangat kecil. Standard internasional perkebunan pisang kecil adalah 10-30 ha.
Angka ini belum dicapai di negara kita . Tanah dan iklim kita sangat mendukung
penanaman pisang, karena itu secara teknis pendirian perkebunan pisang mungkin
dilakukan.
STANDAR PRODUKSI
Standar ini meliputi: klasifikasi dan, syarat mutu, cara pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan cara pengemasan.
Diskripsi
Standar buah pisang ini mengacu kepada SNI 01-4229-1996.
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
a) Tingkat Ketuaan Buah (%): Mutu I=70-80; Mutu II <70 & >80
b) Keseragaman Kultivar: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
c) Keseragaman Ukuran: Mutu I=seragam; Mutu II=seragam
d) Kadar kotoran (% dalam bobot kotoran/bobot): Mutu I=0; Mutu II= 0
e) Tingkat kerusakan fisik/mekanis (% Bobot/bobot): Mutu I=0; Mutu II=0
f) Kemulusan Kulit (Maksimum): Mutu I=Mulus; Mutu II=Mulus
g) Serangga: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
h) Penyakit: Mutu I=bebas; Mutu II=bebas
Adapun persyaratan berdasarkan klasifikasi pisang adalah sebagai berikut:
a) Panjang Jari (cm): Kelas A 18,1-20,0; Kelas B 16,1-18,0; Kelas C 14,1-16,0
b) Berat Isi (kg): Kelas A > 3,0; Kelas B 2,5-3,0; Kelas C < 2,5
c) Dimeter Pisang (cm): Kelas A 2,5; Kelas B > 2,5; Kelas C < 2,5
Untuk mencapai dan mengetahui syarat mutu harus dilakukan pengujian yang
meliputi :
a) Penentuan Keseragaman Kultivar.
Cara kerja dari pengujian adalah ; Hitung jumlah dari seluruh contoh buah pisang
segar, amati satu persatu secara visual dan pisahkan buah yang tidak sesuai
dengan untuk kultivar ang besangkutan. Hitung jumlah jari buah pisang yang tidak
sesuai dengan kultivar tersebut. Hitung persentase jumlah jari buah pisang yang
dinilai mempunyai bentuk dan warna yang tidak khas untuk kultivar yang
bersangkutan terhadap jumlah jari keseluruhannya.
b) Penentuan Keseragaman Ukuran Buah.
Ukur panjang dari setiap buah contoh dan dihitung mulai dari ujung buah sampai
pangkal tangkai dari seluruh contoh uji dengan memakai alat pengukur yang
sesuai. Ukur pula garis tengah buah dengan memakai mistar geser.
Pisahkan sesuai dengan penggolongan yang dinyatakan pada label di kemasan.
c) Penentuan Tingkat Ketuaan.
Perhatikan sudut-sudut pada kulit buah pisang segar. Buah yang tidsak bersudut
lagi (hampir bulat) berati sudah tua 100%, sedangkan yang masih sangat nyata
sudutnya berarti tingkat ketuaan masih 70% atau kurang.
d) Penentuan Tingkat Kerusakan Fisik/Mekanis
Hitung jumlah jari dari seluruh contoh buah pisang. Amati satu persatu jari buah
secara visual dan pisahkan buah yang dinilai mengalami kerusakan mekanis/fisik
berupa luka atau memar. Hitung jumlah yang rusak lalu bagi dengan jumalh
keseluruhannya dan dikalikan dengan 100%.
e) Penentuan Kadar Kotoran
Timbang seluruh contoh buah yang diuji, amati secara visual kotorang yang ada,
pisahkan kotoran yang ada pada buah dan kemasannya seperti tanah, getah,
batang, potongan daun atau benda lain yang termasuk dalam istilah kotoran yang
menempel pada buah dan kemasan, lalu timbang seluruh kotorannya. Berat
kotoran per berat seluruh contoh buah yang diuji kali dengan 100%.
.Pengambilan Contoh
Satu partai/lot buah pisang segar terdiri dari maksimum 1000 kemasan. Contoh
diambil secara acak sebanyak jumlah kemasan.
a) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 1–5 : contoh semua
b) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 6–100 : contoh : sekurang-
kurangnya 5
c) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 101–300 : contoh sekurang-
kurangnya 7
d) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 301–500 : contoh sekurang-
kurangnya 9
e) Jumlah minimal kemasan dalam partai adalah 501–1000 : contoh sekurang-
kurangnya 10
Pengemasan
Untuk pisang tropis, kardus karton yang digunakan berukuran 18 kg atau 12 kg.
Kardus dapat dibagi menjadi dua ruang atau dibiarkan tanpa pembagian ruang.
Sebelum pisang dimasukkan, alasi/lapisi bagian bawah dan sisi dalam kardus
dengan lembaran plastik/kantung plastik. sesudah pisang disusun tutup pisang
dengan plastik tersebut. Dapat saja kelompok (cluster) pisang dibungkus dengan
plastik lembaran/kantung plastik sebelum dimasukkan ke dalam kardus karton.
Pada bagian luar dari kemasan, diberi label yang bertuliskan antara lain:
a) Produksi negara kita
b) Nama kultivar pisang
c) Nama perusahaan/ekspotir
d) Berat bersih
e) Berat kotor
f) Identitas pembeli
g) Tanggal panen
h) Saran suhu penyimpanan/pengangkutan
pisang 13
By busukx.blogspot.com at Januari 10, 2024
pisang 13
Pisang (Musa sp.)
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa
berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa
acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi
yang dinamakan sama. Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-
kelompok tersusun menjari, yang disebut sisir. Hampir semua buah pisang
memiliki kulit berwarna kuning saat matang, meskipun ada beberapa yang
berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Buah pisang
sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral,
terutama kalium.
Pisang budidaya pada masa sekarang dianggap merupakan keturunan dari
Musa acuminata yang diploid dan tumbuh liar. Genom yang disumbangkan diberi
simbol A. Persilangan alami dengan Musa balbisiana memasukkan genom baru,
disebut B, dan memicu bervariasinya jenis-jenis pisang. Pengaruh genom B
terutama terlihat pada kandungan tepung pada buah yang lebih tinggi. Secara
6umum, genom A menyumbang karakter ke arah buah meja (banana), sementara
genom B ke arah buah pisang olah/masak (plantain). Hibrida M. acuminata
dengan M. balbisiana ini dikenal sebagai M. paradisiaca. Khusus untuk
Kelompok AAB, nama Musa sapientum pernah digunakan.
Mengikuti anjuran Simmonds dan Shepherd yang karyanya diterbitkan pada
tahun 1955, klasifikasi pisang budidaya sekarang memakai nama-nama
kombinasi genom ini sebagai nama kelompok budidaya (cultivar group). Sebagai
contoh, untuk pisang Cavendish, disebut sebagai Musa (AAA group Dessert
subgroup) Cavendish.
Contoh-contoh :
− Kelompok AA (diploid): pisang seribu, pisang lilin, pisang mas
− Kelompok AAA (triploid, partenokarp): pisang susu, bananito, jenis-jenis
pisang ambon/embun (seperti 'Ambon Putih', 'Ambon Hijau', Gros Michel
dan Cavendish), pisang barangan
− Kelompok AAB (triploid, partenokarp): jenis-jenis pisang raja, true
plantain seperti kultivar 'Silk' dari Amerika Selatan, pisang tanduk
− Kelompok ABB (triploid, partenokarp): pisang kepok
− Kelompok AABB (tetraploid, partenokarp): pisang abu baru
− Kelompok ABBB (triploid): pisang siam
− Kelompok BBB: Pisang nipah
Komposisi Kimia Pelepah Batang Pisang
Batang pisang merupakan salah satu komponen penting pada pohon pisang.
Batang pisang atau yang sering disebut gedebog sebenarnya bukan batang
melainkan batang semu yang terdiri dari pelepah yang berlapis menjulang
menguat dari bawah keatas sehingga dapat menopang daun dan buah pisang.
Batang pisang mengandung lebih dari 80% air dan memiliki kandungan selulosa
dan glukosa yang tinggi sehingga sering dimanfaatkan masyarakat sebagai pakan
ternak dan sebagai media tanam untuk tanaman lain
Di dalam gedebong pisang terkandung getah yang menyimpan banyak
maanfaat, yang salah satunya digunakan di dalam dunia medis. Getah pisang
mengandung saponin, antrakuinon, dan kuinon yang dapat berfungsi sebagai
antibiotik dan penghilang rasa sakit.
Selain itu, ada pula kandungan lektin yang berfungsi untuk menstimulasi
pertumbuhan sel kulit. Kandungan-kandungan ini dapat membunuh bakteri
agar tidak dapat masuk pada bagian tubuh kita yang sedang mengalami luka.
Getah gedebong pisang bersifat mendinginkan. Zat tanin pada getah batang pisang
bersifat antiseptik, sedang zat saponin berkhasiat mengencerkan dahak.
Batang pisang banyak dimanfaatkan masyarakat, terutama bagian yang
mengandung serat. Setelah dikelupas tiap lembar sering dimanfaatkan sebagai
pembungkus untuk bibit tanaman sayuran, dan setelah dikeringkan digunakan
untuk tali pada pengolahan tembakau, dan dapat pula digunakan untuk kompos.
Menurut Building Material and Technology Promotion Council, komposisi
kimia serat pisang ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
Metode Pembuatan Pulp
Pada prinsipnya proses pembuatan pulp dapat dibedakan menjadi 3 proses,
yaitu:
1. Proses Mekanik
Proses ini mengikis memakai alat seperti gerinda. Proses mekanis yang
biasanya dikenal diantaranya PGW (Pine Groundwood), SGW (Semi
Groundwood).
2. Proses Semi Kimia
Merupakan kombinasi antara mekanis dan kimia. Yang termasuk kedalam
proses ini adalah CTMP (Cemi Thermo Mechanical Pulping), NSSC (Neutral
Sulfite Semichemical). Dengan memanfaatkan suhu untuk mendegradasi lignin
sehingga diperoleh pulp yang memiliki rendemen lebih rendah dengan kualitas
yang lebih baik daripada pulp proses mekanis
3. Proses Kimia
Proses ini dilakukan dengan memakai bahan kimia sebagai bahan utama
untuk melarutkan bagian-bagian bahan baku yang tidak diinginkan. Selulosa
dipisahkan dari bahan baku dengan jalan merebus atau memasak bahan baku
memakai bahan kimia pada suhu tertentu. Proses ini menghasilkan pulp
dengan rendemen yang rendah. Ada beberapa macam proses pembuatan pulp
yaitu:
a. Proses Soda (Alkali)
Proses ini merupakan proses kimia pertama kali digunakan untuk
memperoleh pulp selulosa. Dalam prosesnya, digunakan bahan soda api (soda
kaustik atau NaOH) sebagai larutan pemasaknya. Hal yang mempengaruhi proses
ini adalah konsentrasi larutan pemasak, waktu pemasakan, dan temperatur
pemasakan.
b. Proses Sulfit
Pada proses ini, larutan pemasak yang digunakan adalah larutan natrium
biosulfit (NaHSO3)
9c. Proses Sulfat (Kraft)
Proses ini memakai natrium sulfide (Na2S) dan natrium hidroksida
(NaOH) sebagai larutan pemasak. Pulp yang dihasilkan sangat kuat seratnya
namun susah diputihkan.
d. Proses Organosolv
Proses ini memisahkan serat dengan bahan kimia organik seperti metanol,
etanol, aseton, asam asetat, dll. Pada proses ini, penguraian lignin terutama
disebabkan oleh pemutusan ikatan eter.
Zat Pembuat Pulp
Proses pembuatan kertas di Indonesia biasanya dilakukan dengan proses
asam maupun basa. Dari proses ini limbah yang dihasilkan oleh pabrik kertas
adalah klorin (Cl), sulfur (S), sodium (Na), dan Silika (SiO2). Limbah yang
dihasilkan ini sangat berbahaya sebab klorin (Cl) akan menurunkan pH
tanah sehingga akan mengurangi tingkat penyerapan mineral pada tanaman.
Sulfur (S) akan mempengaruhi rasa dan bau dalam air, selain itu kandungan sulfur
yang terlalu tinggi dalam air dapat menimbulkan diare. Silika harus dihilangkan
dari pemanas air untuk mencegah terjadinya pembentukan zat padat dalam
pemanas, sedang sodium akan mengganggu permeabilitas tanah.
Dalam proses pembuatan pulp digunakan pelarut yang berfungsi sebagai
larutan pemasak. Larutan pemasak akan mengikat lignin secara selektif dan
membuatnya lebih larut dalam cairan pemasak sehingga diharapkan tidak terjadi
kerusakan pada selulosa
Dalam pemilihan pelarut pada biasanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
berikut ini:
a. Selektivitas
Pelarut yang digunakan hanya boleh melarutkan ekstrak yang diinginkan,
bukan komponen lain dari bahan ekstraksi. Dalam praktek, terutama pada
ekstraksi bahan alami, sering juga bahan lain seperti lemak dan resin ikut terbebas
bersama ekstrak yang diinginkan. Dalam hal ini larutan ekstrak tercemar harus
dibersihkan dengan jalan ekstraksi dengan pelarut kedua.
b. Kelarutan
Pelarut harus semaksimal mungkin untuk memiliki kemampuan melarutkan
ekstrak yang besar (membutuhkan pelarut yang sedikit).
c. Kemampuan tidak saling bercampur
Pada ekstraksi, pelarut tidak boleh (atau hanya terbatas) terlarut dalam bahan
yang diekstraksi.
d. Kerapatan
Pelarut yang digunakan diharapkan memiliki kerapatan yang berbeda cukup
besar antara pelarut dan bahan ekstraksi dengan tujuan agar dapat dipisahkan
dengan mudah setelah proses ekstraksi. Sering kali pemisahan dilakukan dengan
gaya sentrifugal dilakukan jika kerapatan antar pelarut dan bahan ekstraksi tidak
berbeda jauh.
e. Reaktivitas
Pada umumnnya pelarut tidak boleh memicu perubahan kimiawi
terhadap komponen-komponen bahan ekstraksi. Namun dalam hal tertentu
terkadang dibutuhkan pelarut yang sebaliknya. Dan dalam hal ini bahan yang
dipisahkan mutlak dalam bentuk larutan.
f. Titik didih
sebab sering kali pelarut dan ekstrak dipisahkan memakai proses
penguapan, distilasi, atau rektifikasi, maka titik didih kedua bahan tidak boleh
terlalu dekat.
g. Kriteria lain
Pelarut sedapat mungkin harus murah,tersedia dalam jumlah besar, tidak
beracun, tidak mudah terbakar, tidak eksplosif jika terpapar udara, tidak korosif,
tidak memicu timbulnya emulsi, berviskositas rendah, dan stabil secara
kimia dan termis .
Pada proses pembuatan pulp dengan metoda soda digunakan pelarut natrium
hidroksida (NaOH). Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium
Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang
kuat saat dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu
dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa
yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk
pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50% yang biasa disebut larutan
Sorensen. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida
dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas saat
dilarutkan, sebab pada proses pelarutannya dalam air bereaksi secara eksotermis.
Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan
pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda
kuning pada kain dan kertas.
Sifat Fisik Natrium Hidroksida (NaOH)
Rumus molekul : NaOH
Massa molar : 39,9971 g/mol
Penampilan : zat padat putih
Densitas : 2,1 g/cm³, padat
Titik lebur : 318 °C (591 K)
Titik didih : 1390 °C (1663 K)
Kelarutan dalam air : 111 g/100 ml (20 °C)
Gambar 2. Natrium Hidroksida
Pulp
Pulp merupakan hasil pemisahan serat dari bahan baku berserat melalui
berbagai proses. Pulp terdiri dari serat-serat dan digunakan sebagai bahan baku
kertas. Unsur utama yang ada pada pulp adalah selulosa.
Kriteria pulp menurut James (1952), yaitu:
1. Ketahanan sobek
Didefisikan sebagai gaya dalam satuan newton untuk menyobek lembaran
pulp dalam kondisi standar (SII-0435-81). Dalam hal ini kekuatannya dipengaruhi
beberapa faktor antara lain:
a. Panjang serat
Secara umum ketahanan sobek meningkat seiring dengan peningkatan
panjang serat. Hal ini terjadi sebab serat-serat panjang dapat menyebar ke daerah
perusakan ikatan yang lebih besar daripada serat pendek saat penyobekan.
b. Jumlah serat yang berperan saat penyobekan
Masing-masing serat yang menyusun lembaran pulp pada gramatur tertentu
(massa lembaran pulp dalam gram per satuan luasnya dalam meter persegi) yang
diukur pada kondisi standar (SII-0439-81) turut menyumbangkan energy terhadap
keseluruhan energi penyobekan. Sehingga lembaran pulp memiliki ketahanan
sobek yang lebih tinggi.
c. Ikatan antar serat
Dalam hal ini, kekuatan katannya bergantung pada proses fibrilasi
(penguraian serat mikrofibril) yang terjadi saat pulping yang kemudian
disempurnakan proses refining. Didalam refiner sebagian serat megalami
pemipihan dan penguraian sehingga luas permukaan yang berpotensi membentuk
ikatan hydrogen bertambah dan mengakibatkan ikatan antar serat yang makin
kuat. Namun jika sudah terlalu kuat maka ikatan antar keduanya akan mudah
putus.
2. Ketahanan tarik
Didefinisikan sebagai ketahanan dari lembaran pulp terhadap gaya tarik yang
diukur pada kondisi standar (SII-0436-81). Kekuatannya dipengaruhi beberapa
faktor seperti menurut berikut ini:
a. Arah serat dalam lembaran pulp
Nilai ketahanan tarik akan semakin besar jika arah tarikan sejajar dengan arah
serat dalam lembaran pulp.
b. Ikatan antar serat
Makin besar kekuatan ikatan antar serat maka akan semakin besar pula
ketahanan tarik lembaran pulp.
3. Ketahanan retak
Didefinisikan sebagai tekanan hidrostatik untuk meretakan bahan saat
tekanan ditingkatkan pada kecepatan konstan karet diafragma bundar. Dalam hal
ini menurut Nurrani (2004) kekuatannya dipengaruhi oleh:
a. Panjang serat
Lembaran pulp yang tersusun oleh serat-serat panjang akan memiliki
kekuatan retak lebih tinggi.
b. Ikatan antar serat
Makin besar kekuatan ikatan antar serat maka ketahanan retak lembaran pulp
makin besar.
Proses Pemutihan
Bleaching merupakan proses yang bertujuan untuk menghilangkan zat warna
pada pulp yang berasal dari residu lignin dan bahan pengotor yang menimbulkan
warna. Parameter kualitas bleaching itu sendiri di namakan dengan pengukuran
tingkat kecerahan (brightness). Proses ini sudah memiliki standarisari ISO
brighness yang memiliki skala absolut. Untuk tingkat kecerahan rendah 0 %
dan tingkat kecerahan tinggi 100%. sedang tingkat kecerahan pulp itu sendiri
berada pada batasan 20% ISO dan 95% ISO .
Proses bleaching terbagi atas dua bagian yaitu bleaching kimia yang
memakai bahan kimia pemutih dan bleaching biologis yang memakai
mikroorganisme seperti jamur yang mengandung bahan pemutih. Reaksi
bleaching dalam pulp kimia setara dengan reaksi oksidasi. Sebagai contoh
molekul klorin dioksida menerima lima elektron dan membentuk satu ion klorida.
Berat ekuivalen sesuai dengan berat sebuah oksida yang ditanser oleh satu mol
elektron selama oksidasi bleaching.
Proses pemutihan (bleaching) dapat dianggap sebagai suatu lanjutan proses
pemasakan yang dimaksudkan untuk memperbaiki brightness dan kemurnian dari
pulp. Hal ini dicapai dengan cara menghilangkan atau mengelantang bahan
pewarna yang tersisa pada pulp. Metoda pemutihan dipilih berdasarkan atas sifat -
sifat yang dikehendaki, salah satu dari pengelantangan secara delignify.
Pengelantangan secara delignify dilakukan dengan memakai bahan kimia
klorin (klorin, hipoklorit, dan klorin dioksida) serta alkali. Proses bleaching kimia
biasanya memakai klorin, klorin dioksida, hypoklorit, hidrogen peroksida
dan asam parasetik. pemakaian bahan kimia ini biasanya menghasilkan pulp
dengan tingkat kecerahan > 88 % ISO Brightness. Namun kerugiannya yaitu
bahwa bahan kimia ini tidak dapat didegradasi oleh mikroogrganisme sehingga
dapat mencemari lingkungan dan berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup.
Namun ada bahan kimia seperti oksigen dan ozon yang dapat digunakan
dalam proses bleaching. pemakaian bahan kimia ini menghasilkan pulp dengan
tingkat kecerahan yang tidak kalah dari pemakaian senyawa klorin. Namun
diperlukan biaya yang cukup mahal dalam penyediaannya.
Pada proses bleaching biologis, memakai mikroorganisme seperti
bakteri pendegradasi lignin seperti Cytopaga sp., Trichoderma sp., Trametes sp.,
Phanerochaeta sp. dan memakai jamur pelapuk putih seperti Phellinus
nigrolimitatu, C. subvermispora CZ-3, Dichomitus squalens, P. chrysosporium
ME446, Myceliophthorat Thermophilia Laccase, dan masih banyak lagi.
pemakaian mikoorganisme ini cenderung aman bagi lingkungan dan tidak
memerlukan biaya yang terlalu mahal , Tujuan utama proses
pengelantangan secara umum adalah sebagai berikut:
1. Memperbaiki brightness
2. Memperbaiki kemurnian
3. Degradasi serat selulosa seminimum mungkin
Prinsip proses pemutihan adalah mereaksikan lignin dengan bahan pemutih.
Lignin sangat reaktif yang berarti bahwa lignin mudah dipengaruhi oleh bahan
pemutih yang digunakan. Kemudian molekul lignin terurai menjadi partikel -
partikel yang lebih kecil, yang larut dalam air, dan dapat dihilangkan dari pulp
. Bahan kimia proses pemutihan menurut adalah
sebagai berikut:
1. Klorin (Cl2)
Klorin merupakan bahan kimia yang paling cocok untuk mengubah banyak
lignin dan bahan - bahan yang bukan selulosa di dalam pulp yang larut, di
samping klorin yang sangat murah. Klorin merupakan gas yang berwarna kuning
kehijauan, bersifat racun serta klorin yang lembab (basah) sangat korosif terhadap
kebanyakan logam. Klorinasi mengubah warna dan sifat - sifat dasar yang dimiliki
oleh pulp dan membuat lignin serta resin makin larut di dalam air dan kaustik
encer. Pada tahap klorinasi, lignin diklorinasi menjadi klorolignin sehingga terjadi
proses delignifikasi. Klorin bereaksi dengan lignin secara oksidasi dan substitusi
kebanyakan lignin yang terklorinasi dan teroksidasi akan larut di dalam tahap
ekstraksi selanjutnya setelah hidrolisa dengan pembentukan Natrium Phenolat.
2. Natrium Hidroksida (NaOH)
Pada saat klorin bereaksi dengan lignin, sebagian besar saja yang dihasilkan
larut dengan air, sebab klorinat lignin sangat mudah larut dalam larutan alkali,
perlakuan alkali menyusul setelah proses klorinasi. Natrium Hidroksida
merupakan salah satu alkali kuat. Pada proses pemutihan biasanya digunakan
alkali encer dengan konsentrasi kira - kira 120 gram/liter.
3. Oksigen (O2)
Gas O2 digunakan sebagai suatu zat pemutih bersama - sama dengan alkali
pada tahap ekstraksi. Gas O2 memperkuat sifat - sifat pulp yang diputihkan. Hal
ini mungkin membuat berkurangnya emisi yang dapat mengganggu terhadap
lingkungan. Pengaruh penambahan O2 mencerminkan terhadap penghematan
klorin dioksida pada tahap selanjutnya.
4. Natrium Hipoklorit (NaOCl)
Hipoklorit adalah persenyawaan klorin yang pertama digunakan untuk proses
pemutihan (biasanya disebut “hypo”). Senyawa ini merupakan yang sangat tidak
stabil dan cenderung terurai yang meningkat dengan kenaikan konsentrasi dan
temperatur serta berkurangnya sifat alkali.
Tujuan utama perlakuan dengan memakai hipoklorit adalah untuk
meningkatkan brightness pada pulp. Ini dicapai dengan tindakan oksidasi dari
hipoklorit pada lignin dan bahan - bahan berwarna yang lain yang ada pada
pulp dengan cara mengubahnya menjadi tak berwarna. Bagaimanapun, reaksi ini
sangat serius merusak serat selulosa kecuali bila kondisi - kondisi operasi seperti
pH, temperatur, waktu tinggal dan jumlah hipoklorit yang digunakan dikendalikan
secara hati - hati. Degradasi ini dikendalikan bertujuan untuk mencapai kekuatan
pulp yang dikehendaki (kendali viskositas).
5. Klorin Dioksida (ClO2)
Klorin dioksida adalah salah satu bahan kimia pengoksidasi kuat, kerja dari
proses pemutihan biasanya dengan cara oksidasi terhadap lignin dan bahan -
bahan berwarna yang lainnya. Ini digunakan untuk memutihkan pulp yang
berkualitas sebab ini memiliki keunikan yang sanggup mengoksidasi bahan yang
bukan selulosa yang minimum. Pada bleaching plant klorin dioksida digunakan
sebagai suatu larutan gas di dalam air. Larutan gas dalam air bersifat asam.
Biomassa adalah bahan yang dihasilkan dari hasil fotosintesis, kandungan
terbesar biomasa adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa ialah suatu
polimer yang mengandung unit - unit glukosa jenis anomer β yang membolehkan
selulosa membentuk satu rantai yang sangat panjang. Selulosa merupakan
konstituen utama kayu. Kira - kira 40 - 45% bahan kering dalam kebanyakan
spesies kayu adalah selulosa, terutama ada dalam dinding sel sekunder. Berat
molekul selulosa sangat bervariasi (50.000 - 2,5 juta) tergantung pada asal sampel.
Selulosa merupakan polimer linier dengan unit - unit dan ikatan - ikatan yang
seragam. Ukuran rantai molekul lazim dinyatakan sebagai derajat polimerisasi,
yaitu hasil bagi dari berat molekul selulosa dengan berat molekul satu unit
glukosa.
Gambar 3. Struktur Selulosa
Selulosa ada pada semua tanaman dari pohon bertingkat tinggi hingga
organisme primitif seperti rumput laut. Di dalam kayu, selulosa tidak hanya
disertai dengan poliosa dan lignin, tetapi juga terikat erat dengannya, dan
pemisahannya memerlukan perlakuan kimia yang intensif. Perlakuan kimia secara
intensif seperti pembuatan pulp dan pengelantangan, akan sangat menurunkan
harga derajat polimerisasi (DP). Selulosa merupakan bahan dasar dari banyak
produk teknologi (kertas, film, serat, aditif, dan sebagainya) dan sebab itu
diisolasi terutama dari kayu dengan proses pembuatan pulp dalam skala besar.
Dengan memakai berbagai bahan kimia dalam pembuatan pulp, pada
keadaan asam, netral atau alkalis, diperoleh pulp dengan sifat - sifat yang berbeda.
Untuk beberapa tujuan pulp harus dimurnikan dengan proses tambahan
pengelantangan.
Selulosa merupakan komponen kimia utama sebagai penyusun dinding sel
kayu. Selulosa adalah karbohidrat yang tersusun atas unsur karbon (C), hidrogen
(H) dan oksigen (O). Selulosa merupakan polimer yang memiliki rantai lurus dan
tidak bercabang. Rumus molekul dari selulosa adalah (C6H10O5)n. Dimana n
adalah jumlah pengulangan unit glukosa, n disebut juga derajat polimerisasi (DP),
nilai n bervariasi tergantung pada sumber dan pengolahannya, diasumsikan
selulosa alami memiliki derajat polimerisasi yang seragam.
Polimer selulosa yang tidak bercabang memungkinkan selulosa untuk saling
menumpuk dan terikat menjadi bentuk serat yang sangat kuat. Panjang molekul
selulosa ditentukan oleh jumlah unit glucan didalam polimer yang disebut derajat
polimerisasi. Derajat pilomerisasi selulosa tergantung pada jenis tanaman dan
biasanya dalam kisaran 2000 – 27000 unit glucan. Selulosa dapat dihidrolisis
menjadi glukosa denan memakai asam atau enzim. Selanjutnya gllukosa yang
dihasilkan dapat difermentasikan menjadi etanol ,
Molekul-molekul selulosa berikatan secara paralel dengan jembatan hidrogen
membentuk mikrofibril. Beberapa komponen mikrofibril saling berikatan
membentuk komponen makrofibril,
Ketersediaan selulosa dalam jumlah yang banyak pada pulp akan membentuk
serat yang kuat, berwarna putih, tidak larut dalam air dan pelarut-pelarut organik
netral serta tahan terhadap bahan-bahan kimia. Sekitar 33% dari semua materi
tanaman adalah selulosa (isi selulosa dari kapas adalah 90% dan dari kayu adalah
40-50%). Selulosa tidak dapat dicerna oleh manusia, hanya dapat dicerna oleh
hewan yang memiliki enzim selulase.
Adapun faktor yang membuat selulosa disenangi untuk produksi pulp dan
kertas adalah
1. Jumlahnya berlimpah, dapat melengkapi, dan mudah dipanen dan dipindah-
pindahkan dan akibatnya bahan ini murah harganya.
2. Zat ini biasanya berbentuk serat, dan kekuatan tariknya benar-benar tinggi.
3. Zat ini bisa menarik air, yang mempermudah persiapan mekanik dari serat-
serat atau ikatan-ikatan serat saat campuaran serat tadi dikeringkan
4. Zat ini tidak dapat larut dalam air dan pelarut-pelarut organik
5. Tahan terhadap beberapa bahan kimia yang memicu dapat diisolasi dan
dimurnikan dari kayu yang merupakan sumber utama selulosa.
2.7.2 Lignin
Setelah selulosa, lignin merupakan zat organik polimer yang banyak dan
yang penting dalam dunia tumbuhan. Lignin adalah jaringan polimer fenolik tiga
dimensi yang berfungsi merekatkan serat selulosa sehingga menjadi kaku. Jumlah
lignin yang ada dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Dalam
kayu, kandungan lignin berkisar antara 20 hingga 40%. Kayu lunak normal
mengandung 26 - 32% lignin, sedang kandungan lignin kayu keras adalah 35 -
40%. Lignin yang ada dalam kayu keras sebagian larut selama hidrolisis
asam.
Gambar 4. Struktur Lignin
Dalam kebanyakan pemakaian kayu, lignin digunakan sebagai bagian
integral kayu. Hanya dalam hal pembuatan pulp dan pengelantangan lignin
dilepaskan dari kayu dalam bentuk terdegradasi dan berubah, dan merupakan
sumber karbon lebih dari 35 juta ton tiap tahun di seluruh dunia yang sangat
potensial untuk keperluan kimia dan energi. Pulping kimia dan proses pemutihan
akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara menonjol .
Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin
terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Pada
batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya,
sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).
Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur
kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan
pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3
karbon. Proses pirolisis lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa
fenol, terutama kresol. Lignin merupakan senyawa yang tidak diharapkan dalam
pembuatan pulp dan kertas sebab akan membuat lembaran pulp kaku dan
lignin yang ada dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Dalam
kayu, kandungan lignin berkisar antara 20 hingga 40%. Kayu lunak normal
mengandung 26 - 32% lignin, sedang kandungan lignin kayu keras adalah 35 -
40%. Lignin yang ada dalam kayu keras sebagian larut selama hidrolisis
asam.
Gambar 4. Struktur Lignin
Dalam kebanyakan pemakaian kayu, lignin digunakan sebagai bagian
integral kayu. Hanya dalam hal pembuatan pulp dan pengelantangan lignin
dilepaskan dari kayu dalam bentuk terdegradasi dan berubah, dan merupakan
sumber karbon lebih dari 35 juta ton tiap tahun di seluruh dunia yang sangat
potensial untuk keperluan kimia dan energi. Pulping kimia dan proses pemutihan
akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara menonjol .
Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin
terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Pada
batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya,
sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).
Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur
kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan
pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3
karbon. Proses pirolisis lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa
fenol, terutama kresol. Lignin merupakan senyawa yang tidak diharapkan dalam
pembuatan pulp dan kertas sebab akan membuat lembaran pulp kaku dan
lignin yang ada dalam tumbuhan yang berbeda sangat bervariasi. Dalam
kayu, kandungan lignin berkisar antara 20 hingga 40%. Kayu lunak normal
mengandung 26 - 32% lignin, sedang kandungan lignin kayu keras adalah 35 -
40%. Lignin yang ada dalam kayu keras sebagian larut selama hidrolisis
asam.
Gambar 4. Struktur Lignin
Dalam kebanyakan pemakaian kayu, lignin digunakan sebagai bagian
integral kayu. Hanya dalam hal pembuatan pulp dan pengelantangan lignin
dilepaskan dari kayu dalam bentuk terdegradasi dan berubah, dan merupakan
sumber karbon lebih dari 35 juta ton tiap tahun di seluruh dunia yang sangat
potensial untuk keperluan kimia dan energi. Pulping kimia dan proses pemutihan
akan menghilangkan lignin tanpa mengurangi serat selusosa secara menonjol .
Komposisi bahan penyusun ini berbeda-beda bergantung jenisnya. Lignin
terutama terakumulasi pada batang tumbuhan berbentuk pohon dan semak. Pada
batang, lignin berfungsi sebagai bahan pengikat komponen penyusun lainnya,
sehingga suatu pohon bisa berdiri tegak (seperti semen pada sebuah batang beton).
Berbeda dengan selulosa yang terbentuk dari gugus karbohidrat, struktur
kimia lignin sangat kompleks dan tidak berpola sama. Gugus aromatik ditemukan
pada lignin, yang saling dihubungkan dengan rantai alifatik, yang terdiri dari 2-3
karbon. Proses pirolisis lignin menghasilkan senyawa kimia aromatis berupa
fenol, terutama kresol. Lignin merupakan senyawa yang tidak diharapkan dalam
pembuatan pulp dan kertas sebab akan membuat lembaran pulp kaku dan mengurangi aktivitas ikatan permukaan antarserat. Lignin merupakan tambahan
total dari karbohidrat (selulosa dan hemiselulosa) yang terkandung di dalam serat,
yang berfungsi sebagai pengikat antar serat dan memberikan warna kuning pada
pulp.
Lignin merupakan zat organik polimer penting dan banyak dalam dunia
tumbuhan selain selulosa. Lignin merupakan molekul kompleks yang tersusun
dari unit phenylprophane yang terikat didalam struktur tiga dimensi. Lignin
resisten terhadap degradasi baik secara biologis, enzimatis, maupun kimia. sebab
kandungan karbon yang relatif tinggi dibandingkan selulosa dan hemiselulosa,
lignin memiliki energi yang tinggi ,
Lignin merupakan polimer alami dan tergolong ke dalam senyawa rekalsitran
sebab tahan terhadap degradasi atau tidak terdegrasi dengan cepat di lingkungan.
Molekul lignin adalah senyawa pilomer organik kompleks yang ada pada
dinding sel tumbuhan dan berfungsi memberi kekuatan pada tanaman. Lignin
tersusun dari 3 jenis senyawa fenilpropanoid yaitu alkohol kumaril, alkohol
koniferil, dan alkohol sinapil. Ketiganya tersusun secara acak dan memicu
proses degradasi menjadi sangat kompleks
pisang 10
By busukx.blogspot.com at Januari 10, 2024
pisang 10
Pisang termasuk komoditas hortikultura yang
penting di negara kita . Pisang selain mudah didapat
karena musim panennya berlangsung sepanjang tahun
juga sangat digemari oleh masyarakat dunia tanpa
pandang usia , Pisang merupakan produk
yang cukup perspektif dalam pengembangan sumber
pangan lokal karena pisang dapat tumbuh di sembarang
tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia.
Masyarakat negara kita telah lama memanfaatkan
pisang. Masyarakat didaerah itu, saat berkebudayaan
pengumpul (food gathering), telah memakai tunas
dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-
bagian lain dari tanaman pisangpun telah dimanfaatkan
seperti saat ini. Buah pisang mengandung banyak nutrisi
seperti kalium dan asam folat yang baik dikonsumsi ibu
hamil untuk membantu perkembangan janin. Saat
kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang
termasuk tanaman pertama yang dipelihara ,
Pisang sebagai salah satu diantara tanaman buah-
buahan memang merupakan tanaman asli negara kita .
Hampir disetiap perkarangan dan tegalan dijumpai
tanaman ini. Tanaman pisang ini ada yang ditanam
rapih dan dirawat dengan baik, ada juga yang ditanam
asal hidup saja sehingga tidak dapat menghasilkan
tanaman yang baik. Sebenarnya jika tanaman pisang
dibudidayakan secara komersial, keuntunganya tidak
kalah dengan tanaman lain mengingat buah ini sudah
mulai diekspor. Sayangnya banyak hasil buah pisang
terbuang begitu saja karena banyak yang kurang hati-
hati dalam penanganan pasca panen. Akibatnya
kerusakan mekanis, fisiologis, dan mikrobiologis pun
terjadi ,
Standarisasi dalam industri perdagangan
komoditas hortikultura menghendaki kondisi fisik dan
fisiologis yang berkualitas. Pisang memiliki potensi
pasar yang sangat besar dengan areal tanam yang luas,
namun untuk pengembangan potensi itu diperlukan
adanya perbaikan tidak hanya pada sektor budidaya,
tetapi juga perbaikan penanganan pasca panen yang
kerap kali diabaikan oleh produsen ini memicu banyak produk pisang
yang ditolak oleh industri dan masuk ke pasar induk
dengan harga yang jauh lebih rendah. Selain itu, dengan
adanya HACCP (hazard analysis critical control point)
memicu adanya pengontrolan ketat terhadap
komoditas ekspor yang dapat mempersulit pemasaran
pisang. Penanganan prapanen dan pasca panen akan
menjadi hal yang penting untuk menjaga potensi dan
keberlanjutan distribusi pisang baik skala lokal hingga
ekspor.
Pengembangan agribisnis pisang di negara kita
ada faktor-faktor yang menguntungkan di antaranya
adalah ketersediaan sumber daya tanah (lahan) yang
masih luas, kesesuaian iklim, potensi tenaga kerja
(sumber daya manusia) yang berjumlah banyak dan
peluang pemasaran produk yang masih terbuka luas
(Rukmana, 1999). Berbagai faktor dapat memicu
kemerosotan produksi pisang, antara lain budidaya yang
kurang baik, serta gangguan hama dan penyakit-
penyakit yang ditemukan pada tanaman pisang di
antaranya penyakit bercak daun (Sigatoka), penyakit
kerdil pisang (Bunchy top Virus), penyakit pembuluh
jawa, dan Layu Fusarium (Suhardiman, 2007).
Perumusan yang perlu dipecahkan pada
penelitian ini adalah : 1) Apakah penyakit tanaman
pisang berkembang pada daerah yang berkelembaban
tinggi dan suhu panas?, 2) Apakah penyebaran penyakit
tanaman pisang sejalan dengan penyebaran penyakit?,
3) Apakah intesitas penyakit sejalan dengan kelembaban
dan tingkat budidaya?
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
jenis-jenis penyakit yang menyerang tanaman pisang
dan menentukan tingkat serangan penyakit, mengtahui
pola penyebaran penyakit tanaman pisang di Kecamatan
Sumbang, Kabupaten Banyumas, mengetahui jenis-
jenis pisang yang diserang oleh patogen pemicu
penyakit. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Sumbang, Kabupaten Banyumas.
Manfaat pisang yang tinggi ini tidak ditunjang
dengan kualitas pisang yang beredar di pasaran. ini
dapat dipicu oleh terbatasnya input dan sistem
pertanian yang masih dalam skala kecil (Robinson,
1996). Faktor lain yang menjadi pemicu penurunan
kualitas pisang adalah tingginya tingkat serangan
penyakit yang akan mempengaruhi kualitas fisik dari
pisang itu . Saat ini konsumen sudah lebih selektif
dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi,
konsumen telah memiliki kesadaraan yang tinggi
terhadap tingkat kualitas.
Bahan dan Metode
Kegiatan penelitian dilakukan pada pertanaman
pisang yang tersebar di banyak desa di Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas yang terletak pada
ketinggian antara 140 - 600m diatas permukaan laut.
Kegiatan ini juga dilakukan identifikasi pemicu
penyakit di Laboratorium Mikroba Simbiotik Tanaman
(MST) Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
negara kita (LIPI) Cibinong. Kegiatan penelitian itu
berlangsung pada bulan Desember 2014 sampai dengan
Maret 2015.
Bahan yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu larutan media PDA dan NA. Alat-alat yang
dipakai dalam penelitian ini yaitu alat tulis, altimeter
(alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari
permukaan laut), termohigrometer(alat yang dipakai
untuk mengukur suhu dan kelembaban), luxmeter (alat
yang dipakai untuk mengukur intensitas cahaya atau
tingkat pencahayaan), kamera, cawan patri, autoklaf
(alat untuk mensterilisasi suatu benda), jarum ose (alat
untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu
mikrobia ke media yang akan dipakai kembali),
mikroskop (alat yang dipakai untuk melihat benda-
benda yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena
ukurannya terlalu kecil), kantong plastik, tas kerja,
pisau dan parang.
Penelitian ini memakai metode survei
(purposive sampling) dengan tahapan kegiatan
penelitian secara garis besar adalah sebagai berikut ini :
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan meliputi perijinan
pelaksanaan, penyusunan perencanaan penelitian,
pengumpulan peta yang dibutuhkan, alat dan bahan
yang dipakai untuk survey lapangan, alat dan bahan
untuk analisis sampel penyakit tanaman di
Laboraturium Mikroba Simbiotik Tanaman (MST)
Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan negara kita
(LIPI) Cibinong. Tahapan ini juga dilakukan orientasi
lapang untuk mengetahui gambaran atau deskripsi
secara umum daerah penelitian dan pengumpulan
literatur maupun data statistik yang terkait dengan
daerah penelitian.
2. Survey Lapangan
Survey lapangan dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi lapangan secara aktual pada daerah penelitian,
pengambilan data dengan cara memilih area yang sesuai
kriteria (20 rumpun). Tanaman pisang diamati sesuai
dengan gejala penyakit yang ada pada buku dan
literatur.
Sampel diambil, ini dilakukan untuk
selanjutnya diidentifikasi di Laboraturium Mikroba
Simbiotik Tanaman (MST) Bioteknologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan negara kita (LIPI) Cibinong.
3. Identifikasi Patogen pemicu Penyakit
Identifikasi patogen pemicu penyakit
dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisik dengan
melihat literatur, dan juga dengan cara identifikasi
pengamatan memakai mikroskop.
4. Pembuatan peta serangan penyakit
Pembuatan peta serangan penyakit berdasarkan
pengolahan data dan analisis pada lokasi Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas.
5. Pencarian data pendukung
a. Wawancara petani
Wawancara dengan petani dilakukan pada saat
pengamatan di lapang untuk mendapat informasi
tentang keadaan di lapang.
b. Pencarian data tambahan
Data tambahan diperoleh dari Kantor Kecamatan
dan Balai Penyuluhan Pertanian Sumbang.
Rancangan percobaan yang dipakai adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial
dengan 2 faktor masing-masing 3 perlakuan dan 3 kali
ulangan.
Variabel yang diamati :
1. Penyakit pada tanaman pisang.
2. Gejala yang dipicu oleh penyakit.
3. Intensitas penyakit pada tanaman pisang.
4. Data pendukung (ketinggian, suhu)
Data yang dihitung presentase banyaknya
penyakit untuk melihat tingkat kerusakan pada
pertanaman pisang, secara manual memakai
Microsoft Excel. Kilmaskossu dalam Pribadi (2010)
yaitu:
I = (∑(Ni.Vi))/(N.V) X 100 %
Keterangan:
I = Tingkat kerusakan per tanaman
Ni = Jumlah tanaman dengan skor ke-i
Vi = Nilai skor serangan penyakit
N = Jumlah tanaman yang diamati
V = Skor tertinggi tanaman yang diamati
Dengan nilai skoring yang dipakai dan
klasifikasi tingkat serangan sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi tingkat serangan Penyakit Bercak
Daun
Skor Tingkat
Serangan
Keterangan
0 0 Tidak Terserang
1 >1-30 % Ringan
2 >31-70 % Sedang
3 >70 % Berat
Tabel 2. Klasifikasi tingkat serangan Penyakit Layu
Fusarium
Skor Tingkat
Serangan
Keterangan
0 0 Tidak Terserang
1 >0 Terserang
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Umum Pelaksanaan Penelitian
Kecamatan Sumbang merupakan salah satu
bagian wilayah Kabupaten Banyumas. Secara geografis
daerah itu terletak diantara 109o12’53,55” sampai
109o18’24,3” Bujur Timur dan 7o14’13,83” sampai
7o24’7,29” Lintang Selatan. Kecamatan Sumbang
terletak pada ketinggian antara 140 - 600 m dpl. Batas
wilayah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara: Kecamatan Purbalingga
2. Sebelah Selatan: Kecamatan Kembaran
3. Sebelah Timur: Kecamatan Purbalingga
4. Sebelah Barat: Kecamatan Baturaden dan
Purwokerto Utara
Kecamatan Sumbang terdiri dari 19 desa, yaitu:
Desa Karanggintung, Tambaksogra, Karangcegak,
Karangturi, Silado, Susukan, Sumbang, Kebanggan,
Kawungcarang, Datar, Banjarsari Kulon, Banjarsarari
Wetan, Banteran, Ciberem, Sikapat, Gandatapa,
Kotayasa, Limpakuwus, dan Kedungmalang.
Wilayah Kecamatan Sumbang termasuk sebagai
daerah dengan ketinggian tempat sedang dan tanah
asosiasi latosol coklat dan regosol merah coklat. Secara
umum, jenis tanah latosol dan regosol merupakan tanah
yang gembur. Tanah ini, air dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam lapisan tanah dengan mudah, sehingga
dapat mengurangi adanya serangan hama dan pemicu
penyakit di dalam tanah (Darmawijaya, 1997). Luas
kecamatan menurut desa dan penggunaan tanah
Kecamatan Sumbang tersaji pada tabel 3.
Budidaya Tanaman Pisang di Kecamatan Sumbang
Tanaman pisang biasanya ditanam di
pekarangan dan ladang, sangat jarang petani menanam
pisang di kebun secara khusus. ini dikarenakan
pisang bukan tanaman utama. Banyaknya tanaman
pisang tergantung pada luas lahan sedang jenis
pisang yang ditanam sesuai dengan kebutuhan hidup
masyarakat. Ada jenis pisang yang khusus diambil
daunnya yaitu pisang Klutuk. Daun itu biasanya
dipakai untuk membungkus makanan. Jenis pisang
lainnya adalah pisang rebus seperti Pisang Kepok dan
Raja Bandung. Jenis pisang lainnya adalah pisang meja
seperti Ambon dan Pisang Mas.
Pengolahan tanah untuk persiapan penanaman
biasanya dengan membuat lubang-lubang untuk
menanam bibit. Jarak tanam antara satu lubang dengan
lubang lainnya tidak teratur, pada setiap lubang ditanam
satu bibit pisang. Bibit pisang diperoleh dari anakan
pisang milik petani sendiri yang ditanam sebelumnya.
Petani kurang memperhatikan penjarangan tanaman,
sehingga pada satu rumpun ada 4-5 anakan.
Pemupukan yang dilakukan oleh petani biasanya
memakai pupuk kandang atau kompos dan pupuk
urea. Pupuk kandang atau kompos dipakai sebagai
pupuk dasar, sedang pupuk urea dipakai setiap 6
bulan sekali. Pupuk kompos yang diberikan pada setiap
tanaman sebanyak 20 kg.
Beberapa petani melakukan penyiangan gulma
pada areal pertanamannya, sedang sebagian besar
lainnya tidak melakukan. Penyiangan biasanya
dilakukan dengan tangan, yaitu pada saat populasi
gulma sudah tinggi.
Pemanenan pisang dilakukan pada saat tanaman
sudah berumur kira-kira 12 bulan. Hasil panen pisang
biasanya dikonsumsi sendiri oleh petani, walaupun ada
yang menjualnya ke pasar atau pengepul.
Berdasarkan keterangan petani dan pengamatan
di lapang, biasanya mereka kurang memperhatikan
serangan patogen maupun serangan penyakit. Penyakit
pada tanaman pisang yang banyak menimbulkan
masalah adalah Layu Fusarium.
Jenis Penyakit pada Tanaman Pisang
Jenis penyakit yang menyerang tanaman pisang di
Kecamatan Sumbang adalah Penyakit Bercak Daun
(Sigatoka) dan Layu Fusarium(Panama).
1. Penyakit Bercak Daun (Sigatoka).
Penyakit ini dicirikan dengan gejala garis kuning
pucat atau kehijauan pada daun sepanjang paralel
dengan tulang daun. Gejala ini meluas menjadi bercak
berwarna cokelat atau hitam. Helaian daun yang
terserang penyakit ini akan mati.
Gambar 1. Daun terserang penyakit Sigatoka
.
Penyakit bercak daun dipicu oleh
Cercospora musae. Karena penyakit ini memicu
penyakit bercak daun maka disebut cercospora leaf
spot. Penyakit ini disebut juga penyakit Sigatoka karena
pertama kali ditemukan di wilayah Sigatoka, Jepang.
Serangan ini makin hebat pada cuaca yang lembab dan
bersuhu 23˚C-28˚C
Gambar 2. Koloni jamur Cercospora musae.
Gambar 3. Spora jamur Cercospora musae.
2. Layu Fusarium (Panama).
Penyakit ini ditandai dengan gejala tanaman
terlihat layu dan menguning. pada pangkal daun
ada bintik-bintik atau garis-garis kuning. Tepi
bawah daun berwarna kuning tua, lalu cokelat, dan
akhirnya mengering dan rapuh. Selanjutnya pelepah
daun patah dan batang palsu terkadang terbelah. Jika
batang palsu dan bonggol dibelah, maka akan tampak
adanya garis-garis coklat atau hitam (disajikan pada
gambar 4).
Gambar 4. Tanaman pisang yang terserang Layu
Fusarium.
pemicu penyakit layu Fusarium ini adalah
Fusarium oxysporum Schlech Fsp. cubense. Penyakit ini
akan dapat bertahan lama jika kondisi tanah kering dan
Jurnal Agrowiralodra | 13
mudah menyerang melalui bahan bibit tanaman,
pengairan, serasah, tanah bekas infeksi, serta angin
Gambar 5. Koloni jamur Fusarium oxysporum
Gambar 6. Spora jamur Fusarium oxysporum
Intensitas Serangan Penyakit pada Tanaman Pisang
1. Penyakit Sigatoka
Intensitas serangan penyakit Sigatoka ada
pada semua Desa dengan bervariasi. Intensitas itu
di golongkan menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang
dan berat.
Menurut peta intensitas serangan penyakit
tanaman pisang Sigatoka di Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa ada tiga
kelas serangan penyakit yang membagi 19 nomor desa
kemudian ditandai dengan warna, yaitu warna hijau
untuk kelas ringan, warna kuning untuk kelas sedang,
warna merah untuk kelas berat.
Untuk kelas ringan ada pada desa Ciberem,
Kebanggan, Karangcegak, Kotayasa, Silado dan
Susukan (ada pada nomor 4, 7, 8, 13, 16, dan 18)
Untuk kelas sedang ada pada desa Banjasari
Kulon, Banjasari Wetan, Banteran, Datar, Gandatapa,
Karanggintung, Karangturi, Kawung Carang, Kedung
Malang, Sikapat, Sumbang dan Tambaksogra (ada
pada nomor 1, 2, 3, 5, 6. 9, 10, 11, 12, 15, 17, dan 19),
di Kecamatan Sumbang, tampak jelas rata-rata yang
terserang penyakit Sigatoka pada daun ke 3 dan 4 dari
pucuk ada bintik- bintik memanjang, berwarna
kuning pucat dengan ukuran 1-2 mm atau lebih.
Penyakit Sigatoka tidak mematikan tanaman, tetapi
membuat daun jadi cepat kering dan mengganggu
proses pengisian buah dan pembentukan anakan.
Banyak faktor yang memicu penyakit ini
mudah tersebar di antaranya faktor bibit, angin, pupuk,
udara juga curah hujan yang membawa penyakit-
penyakit dari satu pertanaman ke pertanaman yang
lainnya.
Gambar 7. Intensitas serangan penyakit Sigatoka.
2. Layu Fusarium
Intensitas serangan penyakit pada pertanaman
pisang di Kecamatan Sumbang disajikan pada (Gambar
8).
Gambar 8. Intensitas serangan penyakit Layu Fusarium.
Menurut peta intensitas serangan penyakit Layu
Fusarium di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
menunjukkan bahwa semua terserang penyakit itu .
Kelas serangan ringan ada pada Desa
Kawungcarang dan Limpakuwus. Kelas serangan
sedang ada Desa Banjarsari Kulon, Desa Ciberem,
Desa Gandatapa, Desa Kotayasa. Kelas berat ada
desa Banjarsari Wetan, Banteran, Datar, Kebanggan,
Karangcegak, Karanggintung, Karangturi,
Kedungmalam, Sikapat, Silado, Sumbang, Susukan, dan
Tambaksogra.
Penyakit fusarium atau lebih dikenal sebagai
penyakit panama merupakan penyakit penting yang
menyerang tanaman pisang bahkan termasuk penyakit
yang paling merugikan di daerah Sumbang.
ini sesuai dengan pernyataan , Layu Fusarium tanaman pisang dipicu oleh
Fusarium oxysporum, yang dicatat dalam sejarah
pertanian dicatat bahwa penyakit tanaman yang
dipicu oleh jamur ini diakui sebagai salah satu
penyakit tanaman yang sangat tersebar luas dan bersifat
merusak.
Para petani di Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas mengeluhkan adanya penyakit yang
menyerang pohon pisang. Beberapa keluhan para petani
di antaranya adalah pohon pisang layu sesudah ditanam,
buah menjadi keras dan tak bisa dikonsumsi. Ciri- ciri di
lapangan menunjukkan adanya bahwa daun yang paling
tua pelepahnya patah, daun utama/yang paling muda
layu, Batang pisang pecah-pecah, dan bonggol/akar
menghitam. ini sesuai dengan Semangun (2004),
Gejala serangan jamur Fusarium oxysporum pada
tanaman pisang terlihat pada tepi daun-daun bawah
menjadi berubah warna kuning tua, yang lalu menjadi
cokelat dan mengering. Tangkai daun patah di sekeliling
batang. Gejala dalam yang dimiliki jamur ini adalah jika
pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis
cokelat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang
keatas memlaui jaringan pembuluh kepangkal daun dan
tangkai. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
Dataran rendah dengan suhu 24-300 C.
1. Jenis penyakit yang menyerang pada pertanaman
pisang di Kecamatan Sumbang adalah layu
Fusarium dan Sigatoka.
2. Penyakit layu Fusarium tersebar luas di seluruh desa
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah. sedang penyakit Sigatoka tingkat
serangan penyakit bervariasi. Intensitas penyakit
Sigatoka tertinggi ada di Desa Sikapat.
Pisang merupakan salah satu komoditas
pertanian yang sangat digemari warga ,
dan menjadi salah satu komoditas tanaman
buah yang mulai dikebunkan selain
mangga, durian, rambutan, manggis, jeruk,
nenas dan pepaya. Tanaman pisang (Musa
spp) telah diproklamirkan sejak sebelum
masehi (SM). Nama Musa diambil dari
nama seorang dokter bernama Antonius
Musa pada zaman Kaisar Romawi
Octavianus Augustus (63 SM – 14 M),
beliau selalu menganjurkan pada kaisarnya
untuk makan pisang setiap harinya agar
tetap kuat, sehat, dan segar ,Tanaman pisang dapat
dikatakan sebagai tanaman serbaguna,
mulai dari akar, batang (bonggol), batang
semu (pelepah), daun, bunga, buah sampai
kulitnyapun dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Buah pisang kaya
akan sumber vitamin dan karbohidrat serta
sangat digemari orang sebab enak dimakan
baik sebagai buah meja atau melalui
pengolahan terlebih dahulu. Di Indonesia,
pisang masih biasa ditanam oleh
warga sebagai tanaman pekarangan
ataupun perkebunan dalam skala kecil,
pemeliharaan serta pemanfaatannyapun
kurang maksimal. Untuk itu perlu ada suatu
pendekatan khusus, agar tanaman pisang
dikenal manfaatnya secara luas oleh
warga
Pengalian pemanfaat suatu tumbuhan
dalam kehidupan sehari hari merupakan
suatu ilmu botani yang lazim dikenal
dengan Etnobotani. Etnobotani bagian dari
etnoekologi yang memprioritaskan
tumbuhan dalam bidang kajiannya (Martin,
1995). Menurut Tamin dan Arbain (1995),
ilmu etnobotani berkisar pada pemanfaatan
Ka na: Pisang Buah (Musa Spp): Keragaman Dan Etnobotaninya Pada warga
Di Desa hutan larangan Kecamatan todanan Kabupaten blora Tengah
tumbuhan untuk kemaslahatan orang
sekitarnya, pada aplikasinya mampu
meningkatkan daya hidup manusia. Diskusi
bersama dengan masayarakat bisa
memunculkan kembali nilai-nilai lama yang
pernah didapatkan dari tanaman ini .
Menurut Widjaya (2001) etnobotani
berawal dari keinginan untuk melestarikan
warisan budaya tentang pengetahuan
warga pada dunia tumbuhan dan
hubungan manusia dengan tumbuhannya.
Hubungan Manusia dan tumbuhan sangat
erat kaitannya dalam kehidupan , dan ini
telah diatur oleh Allah SWT dalam surah
―ABASA‖ ayat 27-23, yang artinya: lalu
disana Kami tumbuhkan bijian-bijian dan
anggur dan sayur-sayuran dan zaitu dan
pohon korma dan kebun kebun yang
rindang dan buah-buhan serta rerumputan
(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
hewan ternakmu.
Pengkajian terhadap manfaat jenis- jenis
pisang telah dilakukan didaerah Jawa Timur
didapatkan hasil yang sangat bervariasi.
Hampir semua bagian tanaman dapat
dipakai baik sebagai pangan maupun
kearifan budaya lokal. Hasil penelitian
Djoth, D(2001) pada suku Karon di Papua,
pisang merupakan makanan pokok yang
mereka sebut Weu
Kota blora merupakan salah satu
sentra produksi pisang yang potensial di
Indonesia , namun
sampai saat ini data serta informasi ilmiah
mengenai jenis-jenis pisang dan
pemanfaatannya secara keseluruhan di
Provinsi blora masih belum lengkap.
Desa hutan larangan ,adalah desa dengan
warga yang biasanya bersuku Jawa.
Suku Jawa biasanya dikenal dengan
kearifannya terhadap pemanfaatan
tumbuhan yang beranekaragama. Selain itu
desa hutan larangan merupakan salah satu
pemasok pisang yang dijual dipasar kota
blora , informasi tentang jenis-jenis
pisang dan pemanfaatanya di desa ini belum
diketahui secara pasti.
berdasar latar belakang ini ,
maka perlu dilakukan penelitian tentang
ragam dan etnobotani pisang buah Desa
hutan larangan Kec. todanan Kab.
blora Tengah, yang bertujuan untuk
melengkapi data dan informasi tentang
keberagamanan pisang propinsi blora
serta untuk mengetahui manfaatnya
sebagai upaya untuk meningkatkan
pengembangan dan pengetahuan mengenai
jenis dan pemanfaatan tanaman pisang
buah. Informasi dasar mengenai
keberagaman jenisnya juga masih sangat
diperlukan untuk kajian pengkayaan sumber
daya genetik pisang kedepannya.
Penelitian ini dilakukan di Desa
hutan larangan Kecamatan todanan
Kabupaten blora Tengah Provinsi
blora , November 2012 – Februari
2013.penelitian deskriptif dengan metode
eksplorasi, observasi, wawancara.
Responden 37 orang (10%) yang terdiri
dari : pembudidaya tanaman pisang,
pengrajin/pembuat/pengolah pisang, yang
memanfaatkan pisang secara umum.
Pengamatan:karakter ekologi desa(suhu
udara/tanah,pH tanah),Morfologi pisang.
Hasil pengamatan dideskripsikan dan
diidentifikasi sesuai dengan buku-buku
acuan. Data dianalisis secara deskriptif.
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa hutan larangan merupakan salah satu
desa di Kecamatan todanan
Kabupaten blora Tengah.. Penduduk
desa hutan larangan berasal dari dari Pulau
Jawa (transmigrasi) pada bulan Maret
tahun 1973. Mayoritas penduduk adalah
petani yang memiliki cita-cita menjadikan
desa yang berswasembada pangan. Luas
wilayah Desa hutan larangan yaitu ± 565 Ha
dengan areal persawahann paling luas
diantara areal lainnya yaitu sebanyak 317
Ha. Ketinggian 0 - 15 m di atas permukaan
laut (dpl). Suhu udara di Desa hutan larangan
berkisar antara 270C - 330C dengan curah
hujan 2000-3000 mm/tahun, suhu tanah
berkisar antara 290C-310C serta pH tanah
berkisar antara 6–6,5
Keadaan ekologi ini memenuhi syarat
untuk pertumbuhan pisang. Pisang akan
tumbuh dengan baik pada tanah-tanah
dengan derajat keasaman antara pH 6,0 –
7,5
Jenis-Jenis Pisang Buah di Desa
hutan larangan
Dari hasil penelitian jenis-jenis pisang
yang telah dilakukan, ditemukannya 6 jenis
pisang buah seperti pada Tabel 1.
Terbatasnya jumlah populasi pisang
ambon jepang ini disebab kan warga
kurang begitu meminati tanaman pisang
buah ini. Jenis Musa corniculata J.De
Leureiro (Pisang Tanduk) juga kurang
diminati oleh warga desa hutan larangan
sebab pisang tanduk jika ditanam mudah
terkena penyakit layu saat memasuki masa
buah. Semua jenis pisang buah yang
ditemui memperlihatkan berbagai ciri
morfologi yang bervariasi. Variasi
morfologi yang ditemukan yaitu : Ciri
Tumbuh dan Tinggi Tanaman; Tumbuh
secara berumpun. Rata-rata tinggi batang
tanaman pisang di Desa hutan larangan yaitu
berkisar antara 256-675 cm. Tinggi batang
tertinggi dimiliki oleh Pisang Kepok
Kuning (Musa paradisiaca var. bluggoe)
yaitu 593-675 cm, sedang tinggi batang
terpendek adalah Pisang Ambon Jepang
(Musa cavendishii var. giant Paxton)
dengan tinggi antara 210-254 cm. Variasi
selanjutnya dapat dilihat pada tabel
2,3,4,5,6:
Pemanfaatan Jenis-Jenis Pisang Buah di
Desa hutan larangan
Diantara 6 jenis tanaman pisang buah
yang ada, warga desa hutan larangan lebih
meminati dan memanfaatkan pada jenis
Musa paradisiaca. Jenis tanaman pisang ini
selain memiliki buah yang laku dijual
mahal juga enak untuk dimakan langsung.
Sementara jenis tanaman pisang yang
kurang dimanfaatkan adalah jenis Musa
brachycarpa Back / pisang biji/pisang
awak, buahnya kurang diminati warga
desa hutan larangan sebab memiliki biji, dan
rasanya agak sepat asam. Secara
keseluruhan warga desa hutan larangan
telah memanfaatkan hampir semua bagian
tanaman pisang buah mulai dari organ
daun, bunga, buah, tangkai daun, batang
semu, bahkan sampai kebonggolnya.
Bonggol tanaman pisang untuk
keperluan tungku memasak dalam acara-
acara besar, pesta perkawinan, khinatan dan
lain-lain, terutama untuk ukuran bonggol
yang besar seperti bonggol pisang kepok
kuning . Menurut Munadjim (1983) air
yang ada dalam bonggol tanaman pisang,
khususnya pisang kepok dan pisang
biji/awak, dapat dipakai sebagai obat
anti sakit perut, disentri , pendarahan dalam
usus, obat amandel, dan penyubur rambut.
Batang semu biasa dimanfaatkan
sebagai pelindung semaian tanaman seperti
cabe, terung dan bayam , cacahan batang
semu dijadikan pakan ternak seperti sapi
dan kambing, serta sebagai tanggul tanah
miring. Batang semu pisang mas
merupakan jenis pisang buah yang sering
Ka na: Pisang Buah (Musa Spp): Keragaman Dan Etnobotaninya Pada warga
Di Desa hutan larangan Kecamatan todanan Kabupaten blora Tengah
dipakai dalam acara pernikahan dan
khitanan sebagai tancapan bunga mayang.
Selain pisang mas, batang semu pisang
serindit juga dipilih sebab selain
ukurannya yang relatif sedang, namun juga
lunak jika dibandingkan dengan batang
semu jenis pisang buah lainnya. Sementara
untuk keperluan menahan lahan
miring/tanggul memilih batang semu pisang
kepok kuning sebab ukurannya cukup
besar, kuat dan panjang. Meskipun
demikian, batang-batang semu dari jenis
pisang buah yang lain juga bisa dipakai
sesuai dengan keperluan yang diinginkan.
Batang pisang juga bisa dimanfaatkan
sebagai alas untuk memandikan mayat,
pembungkus bibit, tancapan wayang.
Tangkai daun tanaman pisang
dimanfaatkan warga untuk keperluan
tali merumput, pisang batu yang setengah
kering sebagai tali merumput, sebab cukup
kuat dan licin. Getah dapat dipakai untuk
obat luka.
Daun pisang biasa dimanfaatkan oleh
warga desa hutan larangan sebagai
pembungkus makanan seperti lepat,
lontong, nagasari, pecel, tape, tempe,
lemper dan koci. biasanya daun yang
dipakai adalah daun pisang jantan dan
daun pisang kepok sebab memiliki helaian
daun yang lebar, kuat, tebal dan tidak
mudah sobek jika dibandingkan dengan
daun pisang buah lainnya. Namun
sebenarnya daun-daun pisang buah lainnya
masih bisa dimanfaatkan untuk
pembungkus makanan, sesuai dengan
kebutuhan warga itu sendiri. Daun
pisang yang masih tergulung ternyata dapat
dipakai untuk mengurangi tapal dingin
pada kulit yang bengkak atau lecet, disentri,
haid terlalu banyak, mimisan dan
perdarahan lainnya, radang tenggorok,
radang otak (epidemic encephalitis),
keputihan (leukore), batuk, sakit dada
seperti bronkhitis, dan rambut tipis
Pada Tanaman Pisang). Sementara itu
daun-daun yang sudah tua atau
rusak/terkoyak dipakai sebagai pakan
ternak seperti kambing, kerbau atau sapai,
sebab banyak mengandung unsur yang
dibutuhkan oleh hewan, selain pakan ternak
juga bisa dijadikan sebagai bahan
pembuatan kompos (Ahmad Supriyadi dan
Suyanti, 2008).
Perbungaan tanaman pisang buah
ternyata dimanfaatkan sebagai bahan sayur
dan abon. Bunga yang enak untuk dimakan
adalah bunga pisang kepok kuning dan
bunga pisang jantan, sebab rasanya tidak
pahit. Sementara bunga pisang jenis lainnya
tidak bisa dijadikan bahan sayur sebab
rasanya pahit dan gatal jika dimakan. Selain
sebagai bahan sayur bunga pisang juga
dapat dipakai untuk mencegah
pendarahan otak dan stroke
bunga pisang dapat dijadikan
sebagai bahan sayur, sebab memiliki
kandungan, protein, vitamin, lemak dan
karbohidrat yang tinggi. Selain sebagai
sayur, bunga pisang dapat juga dijadikan
manisan, acar, maupun lalapan.
Buah sebagai obat sakit kuning dan tipus
dipakai pisang mas, sebagai buah segar
/buah meja seperti pisang mas, Pisang
Ambon Lumut pisang ambon jepang,
pisang serindit, dan pisang kidang. Jenis
pisang buah ini biasanya dipilih
warga sebab rasanya manis, memiliki
aroma buah yang harum, serta lebih nikmat
jika di konsumsi dalam bentuk buah segar.
Sementara untuk jenis pisang buah yang
dimanfaatkan sebagai pisang olahan seperti
pisang jantan, pisang kepok kuning , dua
jenis pisang ini biasanya diolah menjadi
pisang goreng, molen, dan isi nagasari.
Pisang nangka, pisang tanduk dan pisang
kepok dimanfaatkan untuk dijadikan keripik
pisang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa buah pisang yang
cocok untuk membuat keripik pisang yaitu
pisang kepok dan pisang tanduk. Selain bisa
dimakan langsung atau diolah terlebih
dahulu, buah pisang batu ternyata juga bisa
dijadikan sebagai tepung pisang. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa tepung
pisang batu yang diberikan pada tikus dapat
mencegah timbulnya tukak lambung (ulcus
peptic) jika tikus ini diberikan aspirin.
Hal ini bisa terjadi akibat
meningkatnya sekresi lendir (mucus) di
lambung. Sehingga disarankan untuk
penderita tukak lambung dan asam lambung
berlebihan, jangan memakan buah pisang
yang telah masak
Kulit buah pisang ternyata juga memiliki
manfaat yang luar biasa. Kulit buah pisang
dapat diekstrak menjadi pektin.
berdasar penelitian di Taiwan bahwa
Kulit pisang mengandung vitamin B6 dan
serotonin yang dapat diekstrak dan
dimanfaatkan untuk kesehatan mata
(menjaga retina mata dari kerusakan akibat
cahaya berlebih)
Hampir semua bagian tanaman pisang
buah dimanfaatkan baik sebagai bahan
pangan maupun berperan sebagai kearifan
budaya lokal. ritual adat buat rumah
masih memakai setandan pisang di
bumbungan rumah, dengan harapan rumah
akan menjadi sejuk dan pisang mempunyai
banyak fungsi, sifat ini diharapkan ada
pada bangunan ini , biasa dipakai buah
pisang mas, kalau tidak ada bisa saja diganti
dengan pisang lain.
berdasar hasil penelitian yang telah
dilakukan di Desa hutan larangan Kecamatan
todanan Kabupaten blora
Tengah dapat diketahui bahwa ditemukan
sebanyak 6 jenis tanaman pisang buah yaitu
jenis Musa paradisiaca dua varietas (M.
paradisiaca var. bluggoe/Pisang Kepok
Kuning dan M.paradisiaca var.
paradisiaca/Pisang Jantan), jenis M.
cavendishii dengan dua varietas (M.
cavendishii var. dwarf Paxton/ Pisang
Ambon Lumut dan M. cavendishii var.
giant Paxton/Pisang Ambon Jepang ), jenis
M. sapientum dengan 3 varietas (M.
sapientum var. rubra/Pisang Kidang , M.
sapientum var. champa/Pisang Serindit dan
M. sapientum var. mas/Pisang Mas), M.
corniculata J.De Leureiro/Pisang Tanduk,
Musa sp L. / Pisang Nangka, dan M.
brachycarpa Back /Pisang Biji/Pisang
Awak.
Pemanfaatan tanaman pisang buah oleh
warga desa hutan larangan hampir semua
bagian tanaman pisang buah mulai bisa
dimanfaatkan bonggol, batang semu,
tangkai daun, daun, perbungaan dan buah .
pemanfaatan untuk berbagai keperluan,
baik sebagai bahan pangan, sumber obat –
obatan, sumber pakan ternak, ritual adat,
tali temali.