• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ternak kambing 8. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ternak kambing 8. Tampilkan semua postingan

ternak kambing 8

 








Penelitian histomorfometri ovarium kambing Peranakan Etawah (PE) telah dilakukan.  Sebanyak 

64 ovarium kiri dan kanan dari kambing PE umur dewasa (12-36 bulan) dan muda (5-12 bulan) diambil 

dari Rumah Potong Hewan Kampung Jawa di Denpasar. Selanjutnya dibuat preparat histologi dan 

diwarnai dengan metode Harris - Hematoksilin Eosin. Hasil penelitian menunjukan struktur histologi 

ovarium terdiri dari lapisan korteks dan medulla. Pada lapisan korteks ditemukan perkembangan folikel 

dan pada lapisan medulla ada  pembuluh darah, jaringan ikat longgar dan saraf. Tidak ada perbedaan 

jumlah folikel pada kambing dewasa dan muda. Tidak ada perbedaan (P>0,05) korteks maupun medulla 

ovarium kanan dan kiri.  Korteks dan medulla ovarium kambing PE dewasa lebih tebal (P<0,05) 

dibandingkan muda. 


Kambing merupakan salah satu hewan 

ternak yang dipelihara di pedesaan dan 

perkotaan, baik di dataran rendah maupun 

dataran tinggi di Indonesia. Populasi 

kambing semakin banyak, ditinjau dari segi 

jenisnya: salah satunya adalah kambing 

peranakan etawah sebagai tipe pedaging 

dan produksi susu ,

Kambing dipelihara dengan kepemilikan 

dua sampai lima ekor Pertumbuhan populasi 

menunjukan angka yang terus meningkat 

sebesar (3,3%)  

Peternakan kambing di Indonesia 

memiliki potensi yang cukup besar untuk 

dikembangkan. Dengan adanya potensi 

ini , memicu peternak untuk beternak 

kambing dengan melakukan peningkatan 

dari segi manajemen pemeliharaan 

terutama pada manajemen reproduksi.  

Peternakan kambing di Bali kebanyakan 

memakai  sistem perkawinan alami 

untuk meningkatkan produksi, sehingga 

peternakan diharuskan memiliki bibit 

unggul baik dari pejantan maupun dari 

betina. 

Pengetahuan tentang reproduksi pada 

kambing khususnya peranakan etawah di 

Bali masih terbatas dan penting diketahui 

oleh peternak karena erat kaitannya dengan 

pengembangan suatu ternak.  Tanpa 

pengetahuan tentang reproduksi maka, 

usaha -usaha  budidaya dan pengembangan 

suatu ternak dipastikan tidak akan berhasil 

Pertimbangan penilaian sistem 

reproduksi adalah menetapkan status 

reproduksi dan mengevaluasi siklus birahi 

hewan.  Penyimpangan atau kelainan 

reproduksi dipredisposisi oleh umur.  

Semakin tua umur hewan, maka kelainan 

reproduksi semakin sering terjadi 

Organ reproduksi kambing jantan dan 

betina berperan penting untuk keberhasilan 

mempertahankan suatu keturunan dan 

keanekaragaman agar tidak punah.  

Kualitas organ reproduksi ditentukan oleh 

struktur dan morfologi yang akan berkaitan 

dengan status fisiologis.  Sifat-sifat 

reproduksinya sangat penting terkait 

dengan dewasa kelamin, tingkah laku 

kawin terutama karakteristik organ 

reproduksi betina.  Informasi ini  

merupakan dasar yang seharusnya 

diketahui dalam usaha  untuk 

mengembangkan dan menghindari 

kepunahan kambing ,

Organ reproduksi kambing betina 

terdiri dari ovarium, tuba fallopi, oviduct, 

uterus, vagina, serviks, vulva, klitoris.  

Salah satu organ reproduksi kambing 

peranakan etawah betina yang sangat 

penting adalah ovarium.  Ovarium 

merupakan organ primer dan sangat 

penting pada betina.  Ovarium sebagai 

kalenjar eksokrin dan endokrin yang 

menghasilkan ovum (sel telur) dan 

mensekresi hormon progesteron dan 

estrogen, dimana hormon ini sangat penting 

dan bertanggung jawab untuk proses 

reproduksi ,

Sejauh ini belum ada kajian 

histomorfometri organ reproduksi 

khususnya ovarium kambing peranakan 

etawah. Sehingga perlu dilakukan 

penelitian yang dapat memberikan 

informasi tentang struktur histologi beserta 

ukurannya. 

 Sampel ovarium yang dipakai  

dalam penelitian ini diambil dari kambing 

peranakan etawah di pemotongan hewan 

Kampung Jawa Denpasar.  Sampel yang 

dipakai  dibedakan atas umur dewasa 

(12-36 bulan), muda (5- 12 bulan)  dan ovarium kanan 

dan kiri. Sehingga seluruh sampel yang 

diambil berjumlah 64. Sampel dimasukan 

ke dalam botol yang berisi larutan formalin 

10% yang telah diberikan label. 

Jenis penelitian yang dilakukan adalah 

jenis penelitian dengan metode deskriptif. 

Rancangan penelitian memakai  

rancangan acak lengkap pola faktorial 

memakai  dua faktor umur (dewasa dan 

muda) dan posisi (kanan dan kiri). 

Penentuan jumlah sampel memakai  

rumus Federer (1977) (n-1)(t-1)>15 

sehingga diperoleh hasil n=16. Hasil 

diperoleh dari pengamatan struktur 

histologi dan pengukuran ketebalan lapisan 

korteks dan medulla ovarium kambing PE. 

Sampel yang telah diambil selanjutnya 

difiksasi ke dalam formalin 10% kemudian 

diproses di Laboratorium Patologi Balai 

Besar Veteriner Denpasar. Metode yang 

dipakai  dalam pembuatan sediaan 

histologi, mengikuti metode yang 

dilakukan Metode 

ini  dilakukan dengan cara: 

memasukan sampel ke dalam aquades I dan 

II kemudian didehidrasi dan diclearing 

dengan satu sesi larutan formalin 10% I, 

formalin 10 % II, formalin 10% III, alkohol 

70%, alkohol 96 %, alkohol absolute I, 

alkohol absolute II, alcohol absolut III, 

xylol I, xylol II, xylol III, toluene I, toluene 

II, toluene III, paraffin cair selama ±23 jam, 

selanjutnya dibloking memakai  alat 

embedding set yang sudah dituangi paraffin 

dan didinginkan selama ± 30 menit di 

dalam lemari es. Lalu diseksioning dengan 

mikrotom setebal ± 3-4 mikron dan 

diletakkan pada objek gelas, sehingga 

jaringan menempel dengan sempurna, 

kemudian dilakukan pewarnaan 

hematoksilin eosin. 

Metode Harris-Hematoksilin Eosin 

melalui cara direndam dalam xylol I, II, III 

masing - masing selama 5 menit, kemudian 

direndam dalam alkohol absolut I dan II 

masing - masing selama 5 menit. Setelah itu 

direndam dalam aquadest selama 1 menit 

lalu direndam dalam Harris-Hematoksilin 

selama 15 menit, kemudian direndam 

dalam aquadest selama 1 menit dan 15 

menit. Setelah itu direndam dalam eosin 

selama 2 menit yang dilanjutkan dengan 

direndam dalam alkohol 96% I selama 3 

menit, alkohol 96% II selama 3 menit, dan 

alkohol absolut III dan IV masing- masing 

selama 3 menit kemudian preparat dibilas 

dengan xylol I dan II masing-masing 

selama 5 menit. Tahapan terakhir yaitu 

memakai  kanada balsam berisi 

entellan sebagai perekat (mounting) dan 

didiamkan hingga kering. 

 

Hasil diperoleh dari pengamatan 

struktur histologi dan pengukuran 

ketebalan lapisan korteks dan medulla. 

Pengamatan struktur histologi 

memakai  zeiss teaching mikroskop, 

pembesaran lensa objektif 10x, 40x, dan 

100x.  Pengukuran histomorfometri 

dilakukan dengan pembesaran 10x dan 

dilakukan pada 5 lapang pandang dan 

dirata-ratakan. 

Data dari struktur histologi dianalisis 

dengan deskriptif kualitatif. Data 

histomorfometri dari tebal lapisan korteks 

dan medulla dianalisis dengan 

memakai  Uji T. 


Hasil pengamatan struktur histologi 

ovarium kambing peranakan etawah 

disajikan pada Gambar 1. Struktur histologi 

ovarium kambing peranakan etawah terdiri 

dari 2 lapisan yaitu lapisan korteks dan 

medulla.

Lapisan korteks berada pada bagian 

lateral banyak ditemukannya berbagai 

tahapan perkembangan folikel, folikel yang 

atresi, folikel yang tumbuh sehat, dan 

corpus albicans. Lapisan medulla yang 

berada pada bagian medial, terdiri dari 

jaringan ikat longgar dan banyak 

ditemukan pembuluh darah dan saraf. 

Ovarium kambing peranakan etawah 

sacara mikroskopik memiliki karakteristik 

histologi dan jumlah folikel dari berbagai 

tahapan perkembangan folikel yang sangat 

dinamis dengan jumlah yang bervariasi. 

Hasil Perhitungan jumlah folikel dari 

berbagai tahapan perkembangan folikel 

ovarium kambing peranakan etawah 

disajikan pada Table 1. 

Tidak ada perbedaaan jumlah folikel 

ovarium kanan dan kiri (P>0.05). Pada 

ovarium dewasa kanan dengan ovarium 

muda kanan tidak menunjukan perbedaan 

yang signifikan (P>0.05), tidak ada 

perbedaan jumlah folikel ovarium dewasa 

kiri dengan ovarium muda kiri (P>0.05).

 

Struktur histologi folikel primer 

(Gambar 2) terdiri dari oosit dikelilingi oleh 

satu atau dua lapis sel granulosa yang 

berbentuk kuboid. Folikel sekunder 

tersusun dari oosit yang dikelilingi dua 

sampai lima lapis atau lebih sel granulosa 

berbentuk kuboid, dengan zona pelusida 

tipis hingga sedikit menebal, dan 

ditemukan sel-sel teka (Gambar 3). 

Struktur histologi folikel tertier terdiri 

dari oosit dilapisi lebih dari lima lapis sel 

granulosa berbentuk kuboid, terbentuknya 

antrum folikuli sampai semakin membesar, 

zona pelusida menebal, oosit mulai 

bergerak ke bagian tepi hingga di tepi 

(Gambar 4).  

Struktur histologi corpus luteum 

memiliki ciri sel-sel granulosa mengalami 

pembesaran dengan bentuk yang tidak 

beraturan, sel teka mengalami sedikit 

pembesaran dan warna lebih gelap dari sel 

granulosa lutein (Gambar 5). 

Struktur histologi atresi folikel di tandai 

dengan adanya sel-sel granulosa yang 

mengalami piknotis dan luruhnya sel-sel 

granulosa ke bagian antrum (Gambar 6). 

Regresi corpus luteum, menyisakan 

jaringan parut yang disebut corpus albicans 

yang tersusun atas jaringan ikat kolagen 

dengan beberapa jaringan fibroblast 

(Gambar 7). 


 

Gambar 2. Struktur histologi folikel primer kambing PE (HE, 400x). Dewasa kanan (1), dewasa 

kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Sel Granulosa, B. Oosit. 

 

Gambar 3. Struktur histologi folikel sekunder kambing PE (HE, 400x). Dewasa kanan (1), 

dewasa kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Sel teka B. Sel granulosa C. Oosit 


Gambar 4. Struktur histologi folikel tertier kambing PE (HE, 100x). Dewasa kanan (1), dewasa 

kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A.Sel teka B. Sel granulosa C. Antrum folikuli D. 

Corona radiata E. Zona pelusida F. Oosit. 

 

Gambar 5. Struktur histologi corpus luteum kambing PE (HE, 40x). Dewasa kanan (1) dan 

dewasa kiri (2). Ket: A. Membran basal B. Sel granulosa lutein. 


 

Gambar 6. Struktur histologi atresi folikel kambing PE (HE, 100x). Dewasa kanan (1), dewasa 

kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Sel teka B. Membran basal C. Sel granulosa D. 

Antrum folikel. 

 

Gambar 7 Struktur histologi corpus albicans kambing PE (HE, 400x). Dewasa kanan (1), 

dewasa kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Jaringan ikat kolagen B. Fibroblas 


 

Tabel 2. Rataan hasil pengukuran ketebalan korteks dan medulla ovarium kambing peranakan 

etawah  

Lapisan Posisi Dewasa Muda 

Korteks Kanan 3804.94±378.08aa 1239.42±387.77ab 

kiri 3328.81±278.81aa 1073.52±201.16ab 

 

Medulla 

kanan 876.42±51.81xx 685.56±70.48xy 

kiri 694.70±66.65xx 657.61±55.50xy 

Ket: Huruf pertama yang berbeda pada satu kolom menunjukan berbeda nyata (P<0.05), huruf 

pertama yang sama pada satu kolom menunjukan tidak berbeda nyata (P>0.05). Huruf kedua 

yang berbeda pada satu baris menunjukan berbeda nyata (P<0.05), sedang  huruf kedua yang 

sama pada satu baris menunjukan tidak berbeda nyata (P>0.05). 

Histomorfometri ovarium kambing 

peranakan etawah 

Hasil pengukuran histomorfometri 

ovarium kambing peranakan etawah 

disajikan pada Tabel 2. Tidak ada 

perbedaan ketebalan korteks dan medulla 

ovarium kanan dan kiri (P>0.05). 

sedang  ovarium kambing PE dewasa 

bagian korteks dan medulla lebih tebal 

dibandingkan yang muda(P<0.05). 

Struktur histologi ovarium peranakan 

etawah relatif sama dengan hewan 

ruminansia lainnya seperti sapi dan domba 

 Ovarium kambing 

peranakan etawah terdiri dari dua lapisan 

yaitu korteks dan medulla. Pada lapisan 

korteks banyak ditemukan folikel, 

sedang  lapisan medulla ditemukan 

pembuluh darah dan jaringan ikat longgar. 

Ovarium kambing PE kiri dan kanan 

mempunyai ketebalan yang sama. 

Ketebalan ovarium kiri tidak berbeda 

dengan yang kanan tetapi, pada yang 

dewasa lebih tebal dibandingkan dengan 

yang muda (P<0,05)   Hal ini 

dikarenakan inervasi saraf dan pembuluh 

darah ke ovarium kanan dan kiri sama. 

Hasil penelitian berbeda ditemukan pada 

sapi aceh dimana ovarium kanan lebih 

besar dibandingkan yang kiri,, hal ini disebabkan karena aktivitas 

ovarium kanan dan kiri berbeda. Ketebalan 

korteks dan medulla pada kambing PE 

dewasa dengan yang muda ditemukan 

perbedaan yang nyata (P<0.05). Hal ini 

disebabkan besarnya ukuran ovarium 

berkolerasi dengan umur dan ukuran tubuh 

ternak. Perbedaan ukuran ovarium dapat 

juga disebabkan umur dewasa dan sudah 

pernah melahirkan,

Semakin besar ukuran ovarium maka 

semakin besar aktivitasnya, hal ini 

disebabkan sekresi hormon estrogen dan 

progesterone yang mempunyai peranan 

besar pada siklus estrus. Bertambahnya 

umur dan jumlah anak yang dilahirkan, 

tahapan siklus reproduksi, spesies akan 

berpengaruh terhadap ukuran dan berat 

ovarium.  

Jumlah folikel yang tumbuh pada 

ovarium kambing PE umur dewasa dan 

muda tidak menunjukan perbedaan 

(P>0.05). Hal ini disebabkan kambing 

muda umur 5-12 bulan sudah memasuki 

dewasa kelamin ,Struktur histologi ovarium kambing 

PE yang diamati melalui perkembangan 

folikel ditunjukan adanya folikel primordial 

yang terdiri dari oosit dilapisi satu sel 

granulosa dari berbentuk transisi antara 

pipih dan kuboid hingga berbentuk pipih 

. Folikel primordial 

berkembang ditandai dengan adanya 

perubahan dari satu lapis sel granulosa 

berbentuk pipih menjadi oosit dikelilingi 

satu sampai dua lapis sel granulosa 

berbentuk kuboid pada tahap ini disebut 

folikel primer (Gambar 2) 

Folikel primer berkembang menjadi 

folikel sekunder yang ditandai dengan 

adanya dua sampai lima lapis sel granulosa, 

bertambahnya diameter folikel, dan adanya 

zona pelusida, dimana zona pelusida 

merupakan suatu glikoprotein yang 

disekresikan oleh oosit dan sel granulosa 

(Gambar 3) ,Folikel 

sekunder (folikel preantral) berkembang 

menjadi folikel tertier yang ditandai dengan 

adanya lima sampai lebih sel granulosa 

berbentuk kuboid, zona pelusida semakin 

menebal, memiliki antrum folikuli dan sel 

theca (Gambar 4) z

Pada tahapan selanjutnya antrum folikuli 

semakin membesar sehingga oosit terdesak 

ke pinggir dan dinding folikel semakin 

menipis kemudian menjadi stigma yang 

akan robek saat ovulasi ,Pada ovarium dewasa ditemukan 

corpus luteum sedang  pada ovarium 

muda tidak, hal ini disebabkan karena 

perbedaan fase antara fase luteal dengan 

folikuler, yang disebabkan semakin dewasa 

umur ternak maka semakin optimal fungsi 

organ reproduksi ,

Pada ovarium kambing PE juga 

ditemukan atresi folikel yang ditandai 

adanya sel-sel granulosa yang mengalami 

piknotis dan luruhnya sel granulosa ke 

antrum folikuli (Gambar 6). Atresi folikel 

terjadi akibat kelebihan proses metabolik 

pada folikel, dimana hasil metabolik yang 

berlebihan akan bersifat racun pada sel-sel 

folikel yang menyebabkan kematian sel-sel 

folikel dan tidak dapat berkembang 

Tidak ada perbedaan jumlah folikel 

kanan dan kiri (P>0,05), tetapi jumlahnya 

sangat bervariasi. Hal ini disebabkan 

aktivitas ovarium kanan dan kiri sama 

 Distribusi 

perkembangan setiap folikel pada ovarium 

tidak sama, folikel primer banyak 

ditemukan pada bagian korteks ovarium, 

sedang  untuk folikel sekunder 

berkembang kearah medulla. sedang  

folikel tertier kembali mengarah ke korteks, 

karena ada  oosit yang hampir matang 

yang nantinya akan siap di ovulasi. 

Keadaan ini sama ditemukan pada kancil 


Struktur histologi ovarium kambing 

peranakan etawah terdiri atas dua lapisan 

yaitu korteks dan medulla, dengan tahapan 

perkembangan, folikel primer, folikel 

sekunder, foliker tertier, corpus luteum, 

atresi folikel dan corpus albicans. Medulla 

terdiri dari jaringan ikat longgar dan banyak 

ditemukan pembuluh darah dan saraf. 

Tidak ada perbedaan (P>0.05)Pketebalan 

korteks dan medulla ovarium kanan dan 

kiri. Ketebalan korteks dan medulla 

kambing Peranakan Etawah dewasa lebih 

tebal (P<0.05) dibandingkan dengan yang 

muda