Penelitian histomorfometri ovarium kambing Peranakan Etawah (PE) telah dilakukan. Sebanyak
64 ovarium kiri dan kanan dari kambing PE umur dewasa (12-36 bulan) dan muda (5-12 bulan) diambil
dari Rumah Potong Hewan Kampung Jawa di Denpasar. Selanjutnya dibuat preparat histologi dan
diwarnai dengan metode Harris - Hematoksilin Eosin. Hasil penelitian menunjukan struktur histologi
ovarium terdiri dari lapisan korteks dan medulla. Pada lapisan korteks ditemukan perkembangan folikel
dan pada lapisan medulla ada pembuluh darah, jaringan ikat longgar dan saraf. Tidak ada perbedaan
jumlah folikel pada kambing dewasa dan muda. Tidak ada perbedaan (P>0,05) korteks maupun medulla
ovarium kanan dan kiri. Korteks dan medulla ovarium kambing PE dewasa lebih tebal (P<0,05)
dibandingkan muda.
Kambing merupakan salah satu hewan
ternak yang dipelihara di pedesaan dan
perkotaan, baik di dataran rendah maupun
dataran tinggi di Indonesia. Populasi
kambing semakin banyak, ditinjau dari segi
jenisnya: salah satunya adalah kambing
peranakan etawah sebagai tipe pedaging
dan produksi susu ,
Kambing dipelihara dengan kepemilikan
dua sampai lima ekor Pertumbuhan populasi
menunjukan angka yang terus meningkat
sebesar (3,3%)
Peternakan kambing di Indonesia
memiliki potensi yang cukup besar untuk
dikembangkan. Dengan adanya potensi
ini , memicu peternak untuk beternak
kambing dengan melakukan peningkatan
dari segi manajemen pemeliharaan
terutama pada manajemen reproduksi.
Peternakan kambing di Bali kebanyakan
memakai sistem perkawinan alami
untuk meningkatkan produksi, sehingga
peternakan diharuskan memiliki bibit
unggul baik dari pejantan maupun dari
betina.
Pengetahuan tentang reproduksi pada
kambing khususnya peranakan etawah di
Bali masih terbatas dan penting diketahui
oleh peternak karena erat kaitannya dengan
pengembangan suatu ternak. Tanpa
pengetahuan tentang reproduksi maka,
usaha -usaha budidaya dan pengembangan
suatu ternak dipastikan tidak akan berhasil
Pertimbangan penilaian sistem
reproduksi adalah menetapkan status
reproduksi dan mengevaluasi siklus birahi
hewan. Penyimpangan atau kelainan
reproduksi dipredisposisi oleh umur.
Semakin tua umur hewan, maka kelainan
reproduksi semakin sering terjadi
Organ reproduksi kambing jantan dan
betina berperan penting untuk keberhasilan
mempertahankan suatu keturunan dan
keanekaragaman agar tidak punah.
Kualitas organ reproduksi ditentukan oleh
struktur dan morfologi yang akan berkaitan
dengan status fisiologis. Sifat-sifat
reproduksinya sangat penting terkait
dengan dewasa kelamin, tingkah laku
kawin terutama karakteristik organ
reproduksi betina. Informasi ini
merupakan dasar yang seharusnya
diketahui dalam usaha untuk
mengembangkan dan menghindari
kepunahan kambing ,
Organ reproduksi kambing betina
terdiri dari ovarium, tuba fallopi, oviduct,
uterus, vagina, serviks, vulva, klitoris.
Salah satu organ reproduksi kambing
peranakan etawah betina yang sangat
penting adalah ovarium. Ovarium
merupakan organ primer dan sangat
penting pada betina. Ovarium sebagai
kalenjar eksokrin dan endokrin yang
menghasilkan ovum (sel telur) dan
mensekresi hormon progesteron dan
estrogen, dimana hormon ini sangat penting
dan bertanggung jawab untuk proses
reproduksi ,
Sejauh ini belum ada kajian
histomorfometri organ reproduksi
khususnya ovarium kambing peranakan
etawah. Sehingga perlu dilakukan
penelitian yang dapat memberikan
informasi tentang struktur histologi beserta
ukurannya.
Sampel ovarium yang dipakai
dalam penelitian ini diambil dari kambing
peranakan etawah di pemotongan hewan
Kampung Jawa Denpasar. Sampel yang
dipakai dibedakan atas umur dewasa
(12-36 bulan), muda (5- 12 bulan) dan ovarium kanan
dan kiri. Sehingga seluruh sampel yang
diambil berjumlah 64. Sampel dimasukan
ke dalam botol yang berisi larutan formalin
10% yang telah diberikan label.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
jenis penelitian dengan metode deskriptif.
Rancangan penelitian memakai
rancangan acak lengkap pola faktorial
memakai dua faktor umur (dewasa dan
muda) dan posisi (kanan dan kiri).
Penentuan jumlah sampel memakai
rumus Federer (1977) (n-1)(t-1)>15
sehingga diperoleh hasil n=16. Hasil
diperoleh dari pengamatan struktur
histologi dan pengukuran ketebalan lapisan
korteks dan medulla ovarium kambing PE.
Sampel yang telah diambil selanjutnya
difiksasi ke dalam formalin 10% kemudian
diproses di Laboratorium Patologi Balai
Besar Veteriner Denpasar. Metode yang
dipakai dalam pembuatan sediaan
histologi, mengikuti metode yang
dilakukan Metode
ini dilakukan dengan cara:
memasukan sampel ke dalam aquades I dan
II kemudian didehidrasi dan diclearing
dengan satu sesi larutan formalin 10% I,
formalin 10 % II, formalin 10% III, alkohol
70%, alkohol 96 %, alkohol absolute I,
alkohol absolute II, alcohol absolut III,
xylol I, xylol II, xylol III, toluene I, toluene
II, toluene III, paraffin cair selama ±23 jam,
selanjutnya dibloking memakai alat
embedding set yang sudah dituangi paraffin
dan didinginkan selama ± 30 menit di
dalam lemari es. Lalu diseksioning dengan
mikrotom setebal ± 3-4 mikron dan
diletakkan pada objek gelas, sehingga
jaringan menempel dengan sempurna,
kemudian dilakukan pewarnaan
hematoksilin eosin.
Metode Harris-Hematoksilin Eosin
melalui cara direndam dalam xylol I, II, III
masing - masing selama 5 menit, kemudian
direndam dalam alkohol absolut I dan II
masing - masing selama 5 menit. Setelah itu
direndam dalam aquadest selama 1 menit
lalu direndam dalam Harris-Hematoksilin
selama 15 menit, kemudian direndam
dalam aquadest selama 1 menit dan 15
menit. Setelah itu direndam dalam eosin
selama 2 menit yang dilanjutkan dengan
direndam dalam alkohol 96% I selama 3
menit, alkohol 96% II selama 3 menit, dan
alkohol absolut III dan IV masing- masing
selama 3 menit kemudian preparat dibilas
dengan xylol I dan II masing-masing
selama 5 menit. Tahapan terakhir yaitu
memakai kanada balsam berisi
entellan sebagai perekat (mounting) dan
didiamkan hingga kering.
Hasil diperoleh dari pengamatan
struktur histologi dan pengukuran
ketebalan lapisan korteks dan medulla.
Pengamatan struktur histologi
memakai zeiss teaching mikroskop,
pembesaran lensa objektif 10x, 40x, dan
100x. Pengukuran histomorfometri
dilakukan dengan pembesaran 10x dan
dilakukan pada 5 lapang pandang dan
dirata-ratakan.
Data dari struktur histologi dianalisis
dengan deskriptif kualitatif. Data
histomorfometri dari tebal lapisan korteks
dan medulla dianalisis dengan
memakai Uji T.
Hasil pengamatan struktur histologi
ovarium kambing peranakan etawah
disajikan pada Gambar 1. Struktur histologi
ovarium kambing peranakan etawah terdiri
dari 2 lapisan yaitu lapisan korteks dan
medulla.
Lapisan korteks berada pada bagian
lateral banyak ditemukannya berbagai
tahapan perkembangan folikel, folikel yang
atresi, folikel yang tumbuh sehat, dan
corpus albicans. Lapisan medulla yang
berada pada bagian medial, terdiri dari
jaringan ikat longgar dan banyak
ditemukan pembuluh darah dan saraf.
Ovarium kambing peranakan etawah
sacara mikroskopik memiliki karakteristik
histologi dan jumlah folikel dari berbagai
tahapan perkembangan folikel yang sangat
dinamis dengan jumlah yang bervariasi.
Hasil Perhitungan jumlah folikel dari
berbagai tahapan perkembangan folikel
ovarium kambing peranakan etawah
disajikan pada Table 1.
Tidak ada perbedaaan jumlah folikel
ovarium kanan dan kiri (P>0.05). Pada
ovarium dewasa kanan dengan ovarium
muda kanan tidak menunjukan perbedaan
yang signifikan (P>0.05), tidak ada
perbedaan jumlah folikel ovarium dewasa
kiri dengan ovarium muda kiri (P>0.05).
Struktur histologi folikel primer
(Gambar 2) terdiri dari oosit dikelilingi oleh
satu atau dua lapis sel granulosa yang
berbentuk kuboid. Folikel sekunder
tersusun dari oosit yang dikelilingi dua
sampai lima lapis atau lebih sel granulosa
berbentuk kuboid, dengan zona pelusida
tipis hingga sedikit menebal, dan
ditemukan sel-sel teka (Gambar 3).
Struktur histologi folikel tertier terdiri
dari oosit dilapisi lebih dari lima lapis sel
granulosa berbentuk kuboid, terbentuknya
antrum folikuli sampai semakin membesar,
zona pelusida menebal, oosit mulai
bergerak ke bagian tepi hingga di tepi
(Gambar 4).
Struktur histologi corpus luteum
memiliki ciri sel-sel granulosa mengalami
pembesaran dengan bentuk yang tidak
beraturan, sel teka mengalami sedikit
pembesaran dan warna lebih gelap dari sel
granulosa lutein (Gambar 5).
Struktur histologi atresi folikel di tandai
dengan adanya sel-sel granulosa yang
mengalami piknotis dan luruhnya sel-sel
granulosa ke bagian antrum (Gambar 6).
Regresi corpus luteum, menyisakan
jaringan parut yang disebut corpus albicans
yang tersusun atas jaringan ikat kolagen
dengan beberapa jaringan fibroblast
(Gambar 7).
Gambar 2. Struktur histologi folikel primer kambing PE (HE, 400x). Dewasa kanan (1), dewasa
kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Sel Granulosa, B. Oosit.
Gambar 3. Struktur histologi folikel sekunder kambing PE (HE, 400x). Dewasa kanan (1),
dewasa kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Sel teka B. Sel granulosa C. Oosit
Gambar 4. Struktur histologi folikel tertier kambing PE (HE, 100x). Dewasa kanan (1), dewasa
kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A.Sel teka B. Sel granulosa C. Antrum folikuli D.
Corona radiata E. Zona pelusida F. Oosit.
Gambar 5. Struktur histologi corpus luteum kambing PE (HE, 40x). Dewasa kanan (1) dan
dewasa kiri (2). Ket: A. Membran basal B. Sel granulosa lutein.
Gambar 6. Struktur histologi atresi folikel kambing PE (HE, 100x). Dewasa kanan (1), dewasa
kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Sel teka B. Membran basal C. Sel granulosa D.
Antrum folikel.
Gambar 7 Struktur histologi corpus albicans kambing PE (HE, 400x). Dewasa kanan (1),
dewasa kiri (2), muda kanan (3), muda kiri (4). Ket: A. Jaringan ikat kolagen B. Fibroblas
Tabel 2. Rataan hasil pengukuran ketebalan korteks dan medulla ovarium kambing peranakan
etawah
Lapisan Posisi Dewasa Muda
Korteks Kanan 3804.94±378.08aa 1239.42±387.77ab
kiri 3328.81±278.81aa 1073.52±201.16ab
Medulla
kanan 876.42±51.81xx 685.56±70.48xy
kiri 694.70±66.65xx 657.61±55.50xy
Ket: Huruf pertama yang berbeda pada satu kolom menunjukan berbeda nyata (P<0.05), huruf
pertama yang sama pada satu kolom menunjukan tidak berbeda nyata (P>0.05). Huruf kedua
yang berbeda pada satu baris menunjukan berbeda nyata (P<0.05), sedang huruf kedua yang
sama pada satu baris menunjukan tidak berbeda nyata (P>0.05).
Histomorfometri ovarium kambing
peranakan etawah
Hasil pengukuran histomorfometri
ovarium kambing peranakan etawah
disajikan pada Tabel 2. Tidak ada
perbedaan ketebalan korteks dan medulla
ovarium kanan dan kiri (P>0.05).
sedang ovarium kambing PE dewasa
bagian korteks dan medulla lebih tebal
dibandingkan yang muda(P<0.05).
Struktur histologi ovarium peranakan
etawah relatif sama dengan hewan
ruminansia lainnya seperti sapi dan domba
Ovarium kambing
peranakan etawah terdiri dari dua lapisan
yaitu korteks dan medulla. Pada lapisan
korteks banyak ditemukan folikel,
sedang lapisan medulla ditemukan
pembuluh darah dan jaringan ikat longgar.
Ovarium kambing PE kiri dan kanan
mempunyai ketebalan yang sama.
Ketebalan ovarium kiri tidak berbeda
dengan yang kanan tetapi, pada yang
dewasa lebih tebal dibandingkan dengan
yang muda (P<0,05) Hal ini
dikarenakan inervasi saraf dan pembuluh
darah ke ovarium kanan dan kiri sama.
Hasil penelitian berbeda ditemukan pada
sapi aceh dimana ovarium kanan lebih
besar dibandingkan yang kiri,, hal ini disebabkan karena aktivitas
ovarium kanan dan kiri berbeda. Ketebalan
korteks dan medulla pada kambing PE
dewasa dengan yang muda ditemukan
perbedaan yang nyata (P<0.05). Hal ini
disebabkan besarnya ukuran ovarium
berkolerasi dengan umur dan ukuran tubuh
ternak. Perbedaan ukuran ovarium dapat
juga disebabkan umur dewasa dan sudah
pernah melahirkan,
Semakin besar ukuran ovarium maka
semakin besar aktivitasnya, hal ini
disebabkan sekresi hormon estrogen dan
progesterone yang mempunyai peranan
besar pada siklus estrus. Bertambahnya
umur dan jumlah anak yang dilahirkan,
tahapan siklus reproduksi, spesies akan
berpengaruh terhadap ukuran dan berat
ovarium.
Jumlah folikel yang tumbuh pada
ovarium kambing PE umur dewasa dan
muda tidak menunjukan perbedaan
(P>0.05). Hal ini disebabkan kambing
muda umur 5-12 bulan sudah memasuki
dewasa kelamin ,Struktur histologi ovarium kambing
PE yang diamati melalui perkembangan
folikel ditunjukan adanya folikel primordial
yang terdiri dari oosit dilapisi satu sel
granulosa dari berbentuk transisi antara
pipih dan kuboid hingga berbentuk pipih
. Folikel primordial
berkembang ditandai dengan adanya
perubahan dari satu lapis sel granulosa
berbentuk pipih menjadi oosit dikelilingi
satu sampai dua lapis sel granulosa
berbentuk kuboid pada tahap ini disebut
folikel primer (Gambar 2)
Folikel primer berkembang menjadi
folikel sekunder yang ditandai dengan
adanya dua sampai lima lapis sel granulosa,
bertambahnya diameter folikel, dan adanya
zona pelusida, dimana zona pelusida
merupakan suatu glikoprotein yang
disekresikan oleh oosit dan sel granulosa
(Gambar 3) ,Folikel
sekunder (folikel preantral) berkembang
menjadi folikel tertier yang ditandai dengan
adanya lima sampai lebih sel granulosa
berbentuk kuboid, zona pelusida semakin
menebal, memiliki antrum folikuli dan sel
theca (Gambar 4) z
Pada tahapan selanjutnya antrum folikuli
semakin membesar sehingga oosit terdesak
ke pinggir dan dinding folikel semakin
menipis kemudian menjadi stigma yang
akan robek saat ovulasi ,Pada ovarium dewasa ditemukan
corpus luteum sedang pada ovarium
muda tidak, hal ini disebabkan karena
perbedaan fase antara fase luteal dengan
folikuler, yang disebabkan semakin dewasa
umur ternak maka semakin optimal fungsi
organ reproduksi ,
Pada ovarium kambing PE juga
ditemukan atresi folikel yang ditandai
adanya sel-sel granulosa yang mengalami
piknotis dan luruhnya sel granulosa ke
antrum folikuli (Gambar 6). Atresi folikel
terjadi akibat kelebihan proses metabolik
pada folikel, dimana hasil metabolik yang
berlebihan akan bersifat racun pada sel-sel
folikel yang menyebabkan kematian sel-sel
folikel dan tidak dapat berkembang
Tidak ada perbedaan jumlah folikel
kanan dan kiri (P>0,05), tetapi jumlahnya
sangat bervariasi. Hal ini disebabkan
aktivitas ovarium kanan dan kiri sama
Distribusi
perkembangan setiap folikel pada ovarium
tidak sama, folikel primer banyak
ditemukan pada bagian korteks ovarium,
sedang untuk folikel sekunder
berkembang kearah medulla. sedang
folikel tertier kembali mengarah ke korteks,
karena ada oosit yang hampir matang
yang nantinya akan siap di ovulasi.
Keadaan ini sama ditemukan pada kancil
Struktur histologi ovarium kambing
peranakan etawah terdiri atas dua lapisan
yaitu korteks dan medulla, dengan tahapan
perkembangan, folikel primer, folikel
sekunder, foliker tertier, corpus luteum,
atresi folikel dan corpus albicans. Medulla
terdiri dari jaringan ikat longgar dan banyak
ditemukan pembuluh darah dan saraf.
Tidak ada perbedaan (P>0.05)Pketebalan
korteks dan medulla ovarium kanan dan
kiri. Ketebalan korteks dan medulla
kambing Peranakan Etawah dewasa lebih
tebal (P<0.05) dibandingkan dengan yang
muda