• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya c. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya c. Tampilkan semua postingan

tehnik budidaya c












ciri dan Umur Panen
Pemanenan dilakukan
tergantung dari penggunaan
jahe itu sendiri. 
Bila kebutuhan untuk bumbu
penyedap masakan, maka
tanaman jahe sudah bisa
ditanam pada umur kurang lebih 
4 bulan dengan cara
mematahkan sebagian rimpang 
dan sisanya dibiarkan sampai
tua.
Apabila jahe untuk dipasarkan
maka jahe dipanen setelah
cukup tua. Umur tanaman jahe 
yang sudah bisa dipanen antara 
10-12 bulan, dengan ciri-ciri
warna daun berubah dari hijau 
menjadi kuning dan batang
semua mengering. Misal
tanaman jahe gajah akan
mengering pada umur 8 bulan 
dan akan berlangsung selama
15 hari atau lebih.
Cara Panen
Cara panen yang baik, tanah
dibongkar dengan hati-hati
menggunakan alat garpu atau
cangkul, diusahakan jangan
sampai rimpang jahe terluka.
Selanjutnya tanah dan kotoran
lainnya yang menempel pada
rimpang dibersihkan dan bila
perlu dicuci. Sesudah itu jahe
dijemur di atas papan atau daun 
pisang kira-kira selama 1
minggu. Tempat penyimpanan
harus terbuka, tidak lembab dan 
penumpukannya jangan terlalu
tinggi melainkan agak disebar.
Periode Panen
Waktu panen sebaiknya
dilakukan sebelum musim hujan, 
yaitu diantara bulan Juni –
Agustus.
Saat panen biasanya ditandai
dengan mengeringnya bagian
atas tanah. Namun demikian
apabila tidak sempat dipanen
pada musim kemarau tahun
pertama ini sebaiknya dilakukan 
pada musim kemarau tahun
berikutnya.
Pemanenan pada musim hujan 
menyebabkan rusaknya rimpang 
dan menurunkan kualitas
rimpang sehubungan dengan
rendahnya bahan aktif karena
lebih banyak kadar airnya.
Perkiraan Hasil Panen
Produksi rimpang segar untuk
klon jahe gajah berkisar antara 
15-25 ton/hektar, sedangkan
untuk klon jahe emprit atau jahe 
sunti berkisar antara 10-15
ton/hektar.
Pascapanen
Penyortiran Basah dan 
Pencucian
Sortasi pada bahan segar
dilakukan untuk memisahkan
rimpang dari kotoran berupa
tanah, sisa tanaman, dan gulma. 
Setelah selesai, timbang jumlah 
bahan hasil penyortiran dan
tempatkan dalam wadah plastik
untuk pencucian. 
Pencucian dilakukan dengan air 
bersih, jika perlu disemprot
dengan air bertekanan tinggi.
Amati air bilasannya dan jika
masih terlihat kotor lakukan
pembilasan sekali atau dua kali 
lagi.
Hindari pencucian yang terlalu
lama agar kualitas dan senyawa 
aktif yang terkandung didalam
tidak larut dalam air. 
Pemakaian air sungai harus
dihindari karena dikhawatirkan
telah tercemar kotoran dan
banyak mengandung
bakteri/penyakit.
Setelah pencucian selesai,
tiriskan dalam tray/wadah yang
belubang-lubang agar sisa air
cucian yang tertinggal dapat
dipisahkan, setelah itu
tempatkan dalam wadah
plastik/ember.
Perajangan
Jika perlu proses perajangan,
lakukan dengan pisau stainless 
steel dan alasi bahan yang akan 
dirajang dengan talenan.
Perajangan rimpang dilakukan
melintang dengan ketebalan
kira-kira 5 mm – 7 mm. Setelah 
perajangan, timbang hasilnya
dan taruh dalam wadah
plastik/ember. Perajangan dapat 
dilakukan secara manual atau
dengan mesin pemotong.
Pengeringan
Pengeringan dapat dilakukan
dengan 2 cara, yaitu dengan
sinar matahari atau alat
pemanas/oven. pengeringan
rimpang dilakukan selama 3 - 5 
hari, atau setelah kadar airnya 
dibawah 8%. pengeringan
dengan sinar matahari dilakukan 
diatas tikar atau rangka
pengering, pastikan rimpang
tidak saling
menumpuk.
Selama pengeringan harus
dibolak-balik kira-kira setiap 4
jam sekali agar pengeringan
merata. Lindungi rimpang
tersebut dari air, udara yang
lembab dan dari bahan-bahan
disekitarnya yang bisa
mengkontaminasi. Pengeringan
di dalam oven dilakukan pada
suhu 50o
C - 60o
C.
Rimpang yang
akan dikeringkan ditaruh di atas 
tray oven dan pastikan bahwa 
rimpang tidak saling menumpuk. 
Setelah pengeringan, timbang
jumlah rimpang yang dihasilkan
Penyortiran Kering
Selanjutnya lakukan sortasi
kering pada bahan yang telah
dikeringkan dengan cara
memisahkan bahan-bahan dari
benda-benda asing seperti
kerikil, tanah atau kotoran￾kotoran lain. Timbang jumlah
rimpang hasil penyortiran ini
(untuk menghitung
rendemennya).
Pengemasan
Setelah bersih, rimpang yang
kering dikumpulkan dalam
wadah kantong plastik atau
karung yang bersih dan kedap 
udara (belum pernah dipakai
sebelumnya).
Berikan label yang jelas pada
wadah tersebut, yang
menjelaskan nama bahan,
bagian dari tanaman bahan itu, 
nomor/kode produksi,
nama/alamat penghasil, berat
bersih dan metode
penyimpanannya.
Penyimpanan
Kondisi gudang harus dijaga 
agar tidak lembab dan suhu 
tidak melebihi 30o
C dan gudang 
harus memiliki ventilasi baik dan 
lancar, tidak bocor, terhindar dari 
kontaminasi bahan lain yang 
menurunkan kualitas bahan 
yang bersangkutan, memiliki 
penerangan yang cukup (hindari 
dari sinar matahari langsung), 
serta bersih dan terbebas dari 
hama gudan

















Bawang Merah
a.   
Bawang merah (Allium cepa)
merupakan salah satu komoditas 
hortikultura yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. 
Tanaman ini digunakan sebagai 
rempah dan obat. Kandungan
minyak atsirinya diduga dapat
menyebuhkan beberapa
gangguan kesehatan.
Gambar 100. Bawang marah
yang sudah
dikeringkan siap
untuk dijual.
b.Syarat Tumbuh
Bawang merah dapat tumbuh
pada tanah sawah atau tegalan, 
tekstur sedang sampai liat. Jenis 
tanah Alluvial, Glei Humus atau 
Latosol, pH 5.6 - 6.5, ketinggian 
0-400 mdpl, kelembaban 50-70
%, suhu 25-320
C.
Pengolahan Tanah
Pupuk kandang disebarkan di
lahan dengan dosis 0,5-1 ton/
1000 m2
, diluku kemudian digaru 
(biarkan + 1 minggu)
Dibuat bedengan dengan lebar 
120 -180 cm. Diantara bedengan 
pertanaman dibuat saluran air
(canal) dengan lebar 40-50 cm 
dan kedalaman 50 cm.
Apabila pH tanah kurang dari 5,6 
diberi Dolomit dosis + 1,5 ton/ha 
disebarkan di atas bedengan
dan diaduk rata dengan tanah 
lalu biarkan 2 minggu.
Untuk mencegah serangan
penyakit layu taburkan GLIO 100 
gr (1 bungkus GLIO) dicampur
25-50 kg pupuk kandang
matang, diamkan 1 minggu lalu 
taburkan merata di atas
bedengan. '
Pupuk Dasar
Berikan pupuk : 2-4 kg Urea + 7-
15 kg ZA + 15-25 kg SP-36
secara merata diatas bedengan
dan diaduk rata dengan tanah.
Atau jika dipergunakan Pupuk
Majemuk NPK (15-15-15) dosis 
± 20 kg/ 1000 m2 dicampur rata
dengan tanah di bedengan.
c.Pedoman Teknis
Pemilihan Lahan dan
Pengolahan Tanah 
1. Lahan Kering :
Tanah dibajak dan dicangkul
sedalam 20 cm kemudian
diratakan. Dibuat bedengan
dengan lebar 1 - 2 m tinggi
bedengan 25 cm dan jarak antar 
bedengan 20-30 cm.
2. Lahan Sawah :
- Tanah dicangkul dan
dibalik dua kali dengan
jarak waktu antara 5-7
hari
- Sisa-sisa tanaman
sebelumnya (tanaman
padi) dimusnahkan
- Dibuat bedengan
dengan lebar 1,5-1,75 m, 
dibuat saluran air
sedalam 50-60 cm
dengan lebar parit 40-50
cm.
- Untuk pH tanah < 5,5
diberikan Kaptan/Dolomit 
2 minggu sebelum tanam 
sebanyak 1,5 ton/ha
dengan cara disebar dan 
diaduk rata diatas
bedengan.
Pemilihan bibit
Bibit bawang merah dipilih yang 
sehat : warna mengkilat,
kompak/tidak keropos, kulit tidak 
luka dan telah disimpan 2-3
bulan setelah panen).
Kultivar atau varietas yang
dianjurkan adalah : 
- Dataran rendah :
Kuning, Bima Brebes,
Bangkok, Kuning
Gombong, Klon No. 33,
Klon No. 86. 
- Dataran mediun atau
tinggi :
Sumenep, Menteng, Klon 
No. 88, Klon No. 33,
Bangkok2.
Pembuatan bedengan
Pembuatan bedengan untuk
pertanaman bawang merah
dilakukan sebagai berikut : 
- Pada Lahan bekas
sawah dibuat bedengan
dengan lebar 1.50-1.75m.
Diantara bedengan
dibuat parit dengan lebar 
0.5 m dan kedalaman 0.5 
m. Tanah di atas
bedengan dicangkul
sedalam 20cm sampai
gembur.
- Pada Lahan kering
Tanah dicangkul atau
dibajak sedalam 20 cm
sampai gembur. Dibuat
bedengan dengan lebar
1.20m dan tinggi 25 cm.
- Jarak tanam bawang
merah pada musim
kemarau 15x15 cm atau
15x20 cm, sedang pada 
musim hujan 15x20 cm
atau 20x20 cm. Jika pH 
tanah kurang dari 5.6,
dilakukan pengapuran
dengan menggunakan
Kaptan atau Dolomit
minimal 2 minggu
sebelum tanam dengan
dosis 1-1.5 ton/ha.
Penanaman
Kemudian umbi bibit ditanam
dengan cara membenamkan
seluruh bagian umbi.
Penyiraman dilakukan sesuai
dengan umur tanaman : 
- umur 0-10 hari, 2 x/hari 
(pagi dan sore hari)
- umur 11-35 hari, 1 x/hari 
(pagi hari) 
- umur 36-50 hari, 1 x/hari 
(pagi atau sore hari) 
Jarak tanam : 20 cm x 15 cm 
Umbi bibit yang siap tanam
dipotong ujungnya 1/3 bagian
umbi. Kemudian ditanam dengan 
cara membenamkan 2/3 bagian 
umbi kedalam tanah. Sebelum
dan sesudah tanam dilakukan
penyiraman.
Pemupukan
Pupuk dasar diberikan 1 minggu 
sebelum tanam yaitu 15-20
ton.ha pupuk kandang atau 5-10
ton/ha kompos matang ditambah 
200 kg/ha TSP. 
Pupuk disebar dan diaduk rata 
sedalam lapisan olah.
Jika umur simpan bibit yang
akan ditanam kurang dari 2
bulan, dilakukan 'pemogesan'
(pemotongan ujung umbi) kurang 
lebih 0.5 cm untuk memecahkan 
masa dormansi dan
mempercepat pertumbuhan
tunas tanaman. 
Pemupukan susulan dilakukan
pada umur 10-15 hari dan umur
30-35 hari setelah tanam. Jenis
dan dosis pupuk yang diberikan 
adalah : Urea 75-100 kg/ha, ZA 
150-250 kg/ha, Kcl 75-100 kg/ha. 
Pupuk diaduk rata dan diberikan 
di sepanjang garitan tanaman. 
Penyiangan minimal dilakukan
dua kali/musim, yaitu menjelang
dilakukannya pemupukan
susulan.
Penyiraman
x Umur 0-10 hst : 2 kali 
sehari pagi dan sore 
x Umur 11-35 hst : 1 kali 
sehari pada pagi hari 
x Umur 36-50 hst : 1 kali 
sehari pada sore hari 
x Umur 50 hst : 1 kali 
sehari pagi atau sore hari
Pendangiran dan penyiangan
Dilakukan 2 kali pada umur 10-
15 hst dan 25-35 hst, bersamaan 
dengan pemberian pupuk
susulan
Pengendalian OPT (Organisme 
Pengganggu Tumbuhan)
Hama
a.Hama ulat bawang
(Spodoptera spp).
Serangan hama ini ditandai
dengan bercak putih transparan 
pada daun.
Pengendaliannya adalah : 
- Telur dan ulat
dikumpulkan lalu
dimusnahkan
- Pasang perangkap
ngengat (feromonoid
seks) ulat bawang 40
buah/ha
- Jika intensitas kerusakan 
daun lebih besar atau
sama dengan 5 % per
rumpun atau telah
ditemukan 1 paket
telur/10 tanaman,
dilakukan penyemprotan
dengan insektisida
efektif, misalnya
Hostathion 40 EC,
Cascade 50 EC, Atabron 
50 EC atau Florbac. 
b. Hama trip (Thrips sp.)
Gejala serangan hama thrip
ditandai dengan adanya bercak
putih beralur pada daun.
Penanganannya dengan
penyemprotan insektisida efektif, 
misalnya Mesurol 50 WP atau
Pegasus 500 EC.
Penyakit
Penyakit layu Fusarium
Ditandai dengan daun
menguning, daun terpelintir dan 
pangkal batang membusuk. Jika 
ditemukan gejala demikian,
tanaman dicabut dan
dimusnahkan.
Penyakit otomatis atau 
antraknose
Gejalanya : bercak putih pada
daun, selanjutnya terbentuk
lekukan pada bercak tersebut
yang menyebabkan daun patah 
atau terkulai. Untuk
mengatasinya, semprot dengan 
fungisida Daconil 70 WP atau
Antracol 70 WP.
Penyakit trotol
Ditandai dengan bercak putih
pada daun dengan titik pusat
berwarna ungu. Gunakan
fungisida efektif, antara lain
Antracol 70 WP, Daconil 70 WP, 
untuk membasminya.
Panen dan pascapanen 
Panen
Kriteria panen adalah jika > 60-
90 % daun telah rebah, pada
daerah dataran rendah
pemanenan pada umur 55-70
hari, sedangkan pada dataran
tinggi umur panen sekitar 70 -
90 hari.
Waktu panen : udara cerah,
tanah tidak basah
Untuk konsumsi : ditandai
dengan kerebahan dan atau
perubahan warna daun menjadi 
kekuningan mencapai 60-70%
dataran rendah umur 50-60 hari 
setelah tanam, dataran medium 
umur 70-75 hst
Untuk bibit : ditandai dengan
kerebahan daun lebih dari
90%,dataran rendah umur 65-70
hst, dataran medium 80-90 hst 
Hasil rata-rata : 10-12 t/ha
Pemanenan dilakukan dengan
pencabutan batang dan daun￾daunnya. Selanjutnya 5-10
rumpun diikat menjadi satu
ikatan (Jawa:dipocong).
Pasca Panen
Penjemuran dengan alas
anyaman bambu (Jawa : gedeg). 
Penjemuran pertama selama 5-7
hari dengan bagian daun
menghadap ke atas, tujuannya 
mengeringkan daun. 
Penjemuran kedua selama 2-3
hari dengan umbi menghadap ke 
atas, tujuannya untuk
mengeringkan bagian umbi dan 
sekaligus dilakukan pembersihan 
umbi dari sisa kotoran atau kulit 
terkelupas dan tanah yang
terbawa dari lapangan. 
Kadar air 89 85 % baru disimpan 
di gudang. Penyimpanan, ikatan 
bawang merah digantungkan
pada rak-rak bambu. Aerasi
diatur dengan baik, suhu gudang 
26-290
C kelembaban 70-80%,
sanitasi gudang.
Untuk bawang konsumsi, waktu 
panen ditandai dengan 60-70%
daun telah rebah, sedangkan
untuk bibit kerebahan daun lebih 
dari 90%. 
Panen dilakukan waktu udara
cerah. Pada waktu panen,
bawang merah diikat dalam
ikatan-ikatan kecil (1-1.5 kg/ikat), 
kemudian dijemur selama 5-7
hari).
Setelah kering 'askip'
(penjemuran 5-7 hari), 3-4 ikatan 
bawang merah diikat menjadi
satu, kemudian bawang dijemur 
dengan posisi penjemuran
bagian umbi di atas selama 3-4
hari.
Pada penjemuran tahap kedua
dilakukan pembersihan umbi
bawang dari tanah dan kotoran.
Bila sudah cukup kering (kadar 
air kurang lebih 85 %), umbi
bawang merah siap dipasarkan 
atau disimpan di gudang
Kriteria kualitas
Kriteria kualitas yang
dikehendaki oleh konsumen
rumah tangga adalah : 
- Umbi berukuran besar 
- Bentuk umbi bulat 
- Warna kulit merah
keunguan
- Umbi kering askip 
Sedangkan konsumen luar
(untuk ekspor) yang dikehendaki 
adalah : 
- Umbi berukuran besar
- Bentuk umbi bulat 
- Wana kulit merah muda
- Umbi kering lokal










BUDIDAYA TANAMAN 
BUAH-BUAHAN
a.   
Susunan morfologi buah-buahan
tropika sangat beraneka ragam. 
Didalamnya termasuk 16 suku
untuk buah-buahan. Meskipn
pada hakekatnya hanya ada dua 
tipe dasar buah-buahan
berdaging, yaitu buah buni dan 
buah batu, namun dalam
susunan anatominya menjadi
lebih sulit, bila yang dihadapi
adalah buah majemuk.
b. Klasifikasi Buah-buahan
Perkembangan buah-buahan
berasal dari segregasi daun
daun buah yang terpisah-pisah
menjadi satu unit. 
Tanaman buah-buahan dapat
diklasifikasikan atas beberapa
cara.
Berdasarkan botaninya tanaman 
buah-buahan diklasifikasikan
atas dua kelompok yaitu
kelompok herba dan kelompok
tanaman berkayu.
Klasifikasi lainnya tanaman buah 
adalah pembagian berdasarkan 
tekstur buahnya yang terdiri dari 
buah sukulen dan tidak sukulen.
Ada juga yang membagi
tanaman buah-buahan atas dua 
kelompok yaitu buah berair dan
buah kering.
Meskipun adanya susunan
anatomi buah-buahan beraneka 
ragam, generalisasi mengenai
sifat-sifat fisik, tekstur dan
anatominya masih mungkin
dilakukan. Beberapa dari sifat￾sifat itu sangat khas untuk
daerah tropis seperti Indonesia, 
seperti pada Tabel 12 berikut










Teknik Budidaya 
Rambutan
a. Nama Lain Rambutan
- English: rambutan
- Thai: ngoh, phruan
- Malaysian Aborigine:
nert, gente
- Indonesia dan Malaysia:
rambutan
- Cambodia: saaw maaw
- Vietnam: chom chom, vai 
tieu
- Chinese (Cantonese):
hooun mo daon;
(putonghua): shau tsz 
-
Nama Ilmiah
Species: Nephelium lappaceum
L. var. lappaceum
Famili: Sapindaceae (Soapberry) 
b. Mengenal Rambutan
Rambutan (Nephelii lappacei)
banyak ditanam sebagai pohon 
buah, terkadang ditemukan
sebagai tumbuhan liar,terutama
di luar Jawa. 
Tumbuhan tropis ini memerlukan 
iklim lembab dengan curah hujan 
tahunan paling sedikit 2000 mm. 
rambutan merupakan tanaman
dataran rendah hingga
ketinggian 300-600 mdpl.
Biasanya tumbuhan ini tingginya 
antara 15-25 m, bercabang￾cabang, dan daunnya berwarna 
hijau.
Buah bentuknya bulat lonjong,
panjang 3-5 cm dengan duri
temple (rambut) lemas sampai
kaku.
Kulit buah berwarna hijau, dan 
menjadi kuning atau merah
kalau sudah masak. Dinding
buah tebal. 
Biji berbentuk elips, terbungkus 
daging buah berwarna putih
transparan yang dapat dimakan 
dan banyak mengandung air. 
Rasanya bervariasi dari masam 
sampai manis. Kulit biji tipis
berkayu.
Umumnya rambutan berbunga
pada akhir musim kemarau dan 
membentuk buah pada musim
hujan, sekitar November sampai
Februari.
Rambutan juga mempunyai
banyak jenis di antaranya
Ropiah, Si Macan, Si Nyonya,
Lebak Bulus dan Binjei.
Perbanyakan melalui biji,
tempelan tunas, dan
mencangkok.
c. Jenis-jenis Rambutan
Dari survey yang telah dilakukan 
terdapat 22 jenis rambutan baik 
yang berasal dari galur murni
maupun hasil okulasi atau
penggabungan dari dua jenis
dengan galur yang berbeda.
Ciri-ciri yang membedakan
setiap jenis rambutan dilihat dari 
sifat buah (dari daging buah,
kandungan air, bentuk, warna
kulit, panjang rambut). 
Gambar 103 Aneka jenis buah
rambutan berdasarkan
besar kecilnya biji
Dari sejumlah jenis rambutan
diatas hanya beberapa varietas 
rambutan yang digemari orang 
dan dibudidayakan dengan
memilih nilai ekonomis relatif
tinggi diantaranya:
- Rambutan Rapiah buah
tidak terlalu lebat tetapi
mutu buahnya tinggi, kulit 
berwarna hijau-kuning￾merah tidak merata
dengan beramut agak
jarang, daging buah
manis dan agak kering,
kenyal, ngelotok dan
daging buahnya tebal,
dengan daya tahan dapat 
mencapai 6 hari setelah 
dipetik.
- Rambutan Aceh Lebak
bulus pohonnya tinggi
dan lebat buahnya
dengan hasil rata-rata
160-170 ikat per pohon, 
kulit buah berwarna
merah kuning, halus,
rasanya segar manis￾asam banyak air dan
ngelotok daya simpan 4 
hari setelah dipetik, buah
ini tahan dalam
pengangkutan.
- Rambutan Cimacan,
kurang lebat buahnya
dengan rata-rata hasil 90-
170 ikat perpohon, kulit
berwarna merah
kekuningan sampai
merah tua, rambut kasar 
dan agak jarang, rasa
manis, sedikit berair
tetapi kurang tahan
dalam pengangkutan.
- Rambutan Binjai yang
merupakan salah satu
rambutan yang terbaik di 
Indonesia dengan buah
cukup besar, dengan kulit 
berwarna merah darah
sampai merah tua rambut 
buah agak kasar dan
jarang, rasanya manis
dengan asam sedikit,
hasil buah tidak selebat
aceh lebak bulus tetapi
daging buahnya ngelotok.
Rambutan Sinyonya,
jenis rambutan ini lebat
buahnya dan banyak
disukai terutama orang
Tionghoa, dengan batang 
yang kuat cocok untuk
diokulasi, warnakulit buah 
merah tua sampai merah 
anggur, dengan rambut
halus dan rapat, rasa
buah manis asam,
banyak berair, lembek
dan tidak ngelotok.
d. Kandungan dan Manfaat
Buah ini mengandung
karbohidrat, protein, lemak,
fosfor, besi, kalsium dan vitamin 
C.
Kulit buah mengandung tanin
dan saponin. Biji mengandung
lemak dan polifenol. 
Daun mengandung tannin dan
saponin.
Kulit batang mengandung
tannin, saponin, flavonida, pectic 
substance, dan zat besi.
Bagian tumbuhan ini juga dapat 
digunakan sebagai obat. Yang
dapat digunakan sebagai obat
adalah kulit buah digunakan
untuk mengatasi disentri dan
demam, kulit kayu digunakan
untuk mengatasi sariawan, daun 
digunakan untuk mengatasi
diare dan menghitamkan rambut, 
akar digunakan untuk mengatasi 
demam, dan biji digunakan untuk 
mengatasi kencing manis
(diabetes mellitus).
Rambutan ini ditanam untuk
diambil buahnya yang dapat
dikonsumsi dalam bentuk segar 
atau dibuat sirop. 
Daging buahnya mengandung
saponin yang dapat digunakan
sebagai obat demam, tunas
muda digunakan untuk
menghasilkan suatu warna hijau 
pada sutera 
e. Asal usul rambutan
Tanaman ini diduga berasal dari 
daerah tropis mungkin Malaysia 
atau Indonesia, yang kemudian 
menyebar sampai ke China
(Yunnan dan Hainan).
Asal kata rambutan
Istilah rambutan diperoleh dari
bahasa Melayu kata " rambut", 
yang artinya mengurai. Buahnya 
beranekabentuk ada yang bulat, 
oval dengan warna yang
menarik seperti, merah, oranye, 
merah muda, atau kuning.
f. Status Produksi
Pada tahun 1987/88 luar areal 
pertanaman rambutan mencapai 
71,150 hektar di Thailand
(dengan produksi 448,500 ton); 
43,000 hektar lebih di Indonesia 
(dengan produksi 199,200 ton); 
20,000 hektar di Malaysia (
dengan produksi 57,000 ton) dan 
500 hektar di Filipina. 
Umumnya rambutan masa
panennya pada bulan Februari 
sampai September,dengan
panen rayanya (periode puncak) 
antara bulan Mei dan Agustus. 
Thailand telah mengekspor
rambutan segar dan rambutan
kalengan ke Asia dan Negara￾Negara Eropah. Pada tahun
1983 nilai ekspor buah ini sekitar 
US$179,000 dibandingkan
dengan US$2,430,000 untuk
rambutan kalengan.
g. Komposisi buah rambutan
Kandungan 100 g daging
rambutan terdiri atas 82.1% air, 
0.9% protein, 0.3% lemak,
0.3%serat kasar, 2.8 g glukosa, 
3.0 g fructose, 9.9 g sucrose,
2.8 g serat, 0.05% asam malat, 
0.31% vitamin C, 0.5 mg niacin, 
15 mg zat kapur, 0.1 per 2.5 mg 
besi, 70 mg vitamin C, 0.01 mg 
thiamine, 0.07 mg riboflavin, 140 
mg kalium, 2 mg natrium dan 10 
mg magnesium. 
h. Syarat Tumbuh
Ekologi
Rambutan adalah suatu pohon 
buah-buahan tropis yang
tumbuh baik pada kisaran suhu 
antara 22C ke 35C, dengan
curah hujan 2000 sampai 3000 
mm.
Tanaman ini tidak teradaptasi
dengan suhu rendah, pada suhu 
4C tanaman ini menggugurkan 
daun . Jenis tanah yang disukai 
adalah tanah liat dengan pH 5 
sampai 6.5. 
Iklim
Dalam budidaya rambutan angin 
berperan dalam penyerbukan
bunga.
Intensitas curah hujan yang
dikehendaki oleh pohon
rambutan berkisar antara 1.500-
2.500 mm/tahun dan merata
sepanjang tahun
Sinar matahari harus dapat
mengenai seluruh areal
penanaman sejak dia
terbitsampai tenggelam,
intensitas pancaran sinar
matahari erat kaitannya dengan 
suhu lingkungan. Tanaman
rambutan akan dapat tumbuh
berkembang serta berbuah
dengan optimal pada suhu
sekitar 250
C yang diukur pada
siang hari. 
Kekurangan sinar matahari
dapat menyebabkan penurunan 
hasil atau kurang sempurna
(kempes).
Kelembaban udara yang
dikehendaki cenderung rendah
karena kebanyakan tumbuh di
dataran rendah dan sedang.
Apabila udara mempunyai
kelembaban yang rendah, berarti 
udara kering karena miskin uap 
air. Kondisi demikian cocok
untuk pertumbuhan tanaman
rambutan.
Media Tanam
Rambutan dapat tumbuh baik
pada lahan yang subur dan
gembur serta sedikit
mengandung pasir, juga dapat
tumbuh baik pada tanah yang
banyak mengandung bahan
organik ataui pada tanah yang 
keadaan liat dan sedikit pasir.
Pada dasarnya tingkat/derajat
keasaman tanah (pH) tidak
terlalu jauh berbeda dengan
tanaman perkebunan lainnya di 
Indonesia yaitu antara 6-6,7 dan 
kalau kurang dari 5,5 perlu
dilakukan pengapuran terlebih
dahulu.
Kandungan air dalam tanah
idealnya yang diperlukan untuk 
penanaman pohon rambutan
antara 100-150 cm dari
permukaan tanah.
Pada dasarnya tanaman
rambutan tidak tergantung pada 
letak dan kondisi tanah, karena 
keadaan tanah dapat dibentuk
sesuai dengan tata cara
penanaman yang benar
(dibuatkan bedengan) sesuai
dengan petunjuk yang ada.
Ketinggian Tempat
Rambutan dapat tumbuh subur
pada dataran rendah dengan
ketinggian antara 30-500 m dpl. 
Pada ketinggian dibawah 30 m 
dpl rambutan dapat tumbuh
namun tidak begitu baik
hasilnya.
Teknik perbanyakan ini
dilakukan dengan menyemai
terlebih dahulu benihnya yang
merupakan sumber batang
bawah, kemudian setelah 2
bulan ditempelkan mata tunas. 
i. Pedoman Teknis Budidaya 
1. Pembibitan
Persyaratan Benih
Benih yang diambil biasanya
dipilih dari benih-benih yang
disukai oleh masyarakat
konsumen antara lain:
Rambutan Rapiah, Rambutan
Aceh, Lebak bulus, Rambutan
Cimacan, Rambutan, Rambutan 
Sinyonya.
Penyiapan Benih
Persiapan benih biji yang
dipergunakan sebagai pohon
pangkal setelah buah dikupas
dan diambil bijinya dengan jalan 
fermentasi biasa (ditahan
selama 1-2hari) sesudah itu di
angin-anginkan selama 24 jam
(sehari semalam) dan biji siap 
disemaikan.
Disamping itu dapat pula
direndam dengan larutan asam 
dengan perbandingan 1:2 dari
air dan larutan asam yang terdiri 
dari asam chlorida (HCl)25%
atau Asam Sulfat (H2S04) BJ = 
1.84, caranya direndam selama
15 menit kemudian dicuci
dengan air tawar yang bersih
sebanyak 3 kali berulang dengan 
air yang mengalir selama 10
menit dan dianginkan selama 24
jam.
Untuk menghidari jamur biji
dapat dibalur dengan larutan
Dithane 45, Attracol 70 WP atau 
fungisida lainnya.
Teknik Penyemaian Benih
Tempat penyemaian benih
dipilih lahan yang gembur dan 
mudah mendapat pengairan
serta mudah dikeringkan
disamping itu mudah diawasi.
Sebelum dilakukan penyemaian 
terlebih dahulu dilakukan
persiapan tempat persemaian
seperti:
- Mencangkul tanah
sedalam 20-30 cm sambil 
dibersihkan dari rumput￾rumput, batu-batu dan
sisa pepohonan dan
benda keras lainnya. 
- Kemudian tanah
dihaluskan sehingga
menjadi gembur dan
buatkan bedeng-bedeng
yang berukuran 1-1,5 m 
lebar dan tinggi sekitar 30 
cm, panjang disesuaikan 
dengan luas
pekarangan/persawahan.
Letak bedengan
membujur dari Utara ke 
Selatan, supaya
mendapatkan banyak
sinar matahari.
- Bagian atas bedeng
diberi atap pelindung
- Untuk menambah
kesuburan dapat diberi
pupuk hijau,
kompos/pupuk kandang
yang sudah matang.
Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Setelah bibit berkecambah dan
telah berumur 1-1,5 bulan
kecambah dipindah ke bedeng 
pembibitan.
Pada saat ini penyiraman cukup 
1 kali tiap pagi hari dengan
menggunakan "gembor" supaya 
merata dan tidak merusak
bedengan dan diusahakan air
dapat menembus sedalam 3-4
cm dari permukaan. 
Kemudian dilakukan
pendangiran bedengan supaya
tetap gembur dan dilakukan
setiap 2-3 minggu sekali, rumput 
yang tumbuh disekitarnya
supaya disiangi, hindarkan dari 
serangan hama dan penyakit.
Jika umur bibit telah berumur
kurang lebih 1 tahun setelah itu 
dapat dilakukan pengokulasian
dengan sistem Fokkert yang
sudah disempurnakan. 
Caranya adalah:
- Daun-daun pada pohon
induk dirontokkan.
- Kemudian siapkan
tempat untuk
penempelan mata kulit,
dengan menyayat kulit
batang pohon induk
- Tempelkan mata pada
pohon induk, ikat dengan 
tali rafia, biarkan sampai 
mata kulit itu tumbuh
tunas
- Setelah tunas asli
tumbuh dan sehat maka
pohon induk yang telah
ditempel dipangkas,
kemudian rawat dengan
penyiraman 2 kali sehari 
dan mendangir serta
membersihkan rumput￾rumput yang ada disiangi, 
kemudian dapat juga
diberi pupuk urea 10
gram untuk tiap 1 m²
untuk 25 tanaman
rambutan.
2. Pemindahan Bibit
Cara pemindahan bibit yang
telah berkecambah atau di
cangkok maupun diokulasi dapat 
dengan cara sebagai berikut:
- mencungkil/membuka
plastik yang melekat
pada media penanaman
dengan cara hati-hati
jangan sampai akar
menjadi rusak.
- agar pertumbuhan akar
lebih banyak maka dalam 
penanaman kembali akar 
tunggangnya dipotong
sedikit
- Untuk menjaga
penguapan maka daun
dipotong separuh serta
keping yang menempel
dibiarkan sebab berfungsi 
sebagai cadangan
makanan sebelum dapat 
menerima makanan dari 
tanah yang baru. 
- Kemudian bibit ditanam
pada bedeng pembibitan 
dengan jarak 30-40 cm
dan ditutupi dengan atap 
yang dipasang miring
lebih tinggi di Timur
dengan harapan dapat
lebih banyak kena sinar
mata hari pagi.
3. Pengolahan Media Tanam
- Persiapan
Pilihlah tanah yang subur,
hindari tanah yang terlampau
liat dan tidak memiliki sirkulasi
yang baik, hendaknya
topografinya rata. Akan tetapi
pada daerah perbukitan (miring)
jika tanahnya subur dapat
digunakan dengan cara
membuat sengkedan (teras)
pada bagian yang curam. 
Kemudian untuk
menggemburkan tanah perlu
dibajak atau cukup dicangkul
dengan kedalaman sekitar 30
cm secara merata.
- Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan 
untuk kebun rambutan
dibebaskan dari tanaman
pengganggu seperti semak￾semak dan rerumputan dibuang 
dan benda-benda keras
disingkirkan kemudian tanah
dibajak/dicangkul.
Bila bibit berasal dari cangkokan 
pengolahan tanah tidak perlu
terlalu dalam tetapi kalau dari
hasil okulasi perlu pengolahan
yang cukup dalam. 
Kemudian dibuatkan saluran air 
selebar 1 meter dan kedalamnya
disesuaikan dengan kedalaman
air tanah. Hal ini berguna untuk 
mengatasi sistem pembuangan
air yang kurang lancar. 
Tanah yang kurus dan kurang
humus atau tanah cukup liat
diberikan pupuk organik. 
-Pengapuran
Pada dataran yang berasal dari 
tambak dan juga dataran yang 
baru terbentuk tidak bisa
ditanami, selain tanah masih
bersifat asam juga belum terlalu 
subur, setelah lobang-lobang itu 
digali dengan ukuran
penanaman di pekarangan dan 
dasarnya ditaburkan kapur
sebanyak 0,5 liter untuk setiap 
lobang guna menetralkan pH
tanah hingga mencapai 6-6,7
sebagai syarat tumbuhnya
tanaman rambutan, setelah 1
minggu dari penaburan kapur
diberi pupuk kandang supaya
tanah menjadi subur.
Pemupukan
Setelah jangka waktu 1 minggu 
dari pemberian kapur pada
lubang-lubang yang ditentukan
kemudian diberikan pupuk
kandang sebanyak 25 kg
(kurang lebih 1 blek) dan setelah 
1 minggu lahan baru siap untuk 
ditanami bibit rambutan yang
telah jadi.
4.Teknik Penanaman
- Penentuan Pola Tanaman 
Penyiapan pohon pangkal
sebaiknya melalui proses
perkecambahan kemudian
ditanam dengan jarak 10 x 10 
cm setelah berkecambah dan
berumur 1-1,5 bulan atau telah
tumbuh daun sebanyak 3 helai 
maka bibit/zaeling dapat
dipindahkan pada bedeng ke
dua dengan jarak 1-14 meter.
Untuk menghindari sengatan
sinar matahari secara langsung 
dibuat atap yang berbentuk
miring lebih tinggi ke Timur
dengan maksud supaya
mendapatkan sinar matahari
pagi hari secara penuh. 
Persiapan lahan
Rambutan biasa ditanam di
pekarangan atau secara kebun. 
Jarak tanam 10 - 14 m. Ukuran 
lobang 60 x 60 x 60 cm. Waktu 
membuat lobang tanah galian
bagian atas diangkat ke sebelah 
kanan lobang, tanah galian
bagian bawah ke sebelah kiri
lobang.
Pembuatan Lubang Tanaman 
Pembuatan lubang pada
bedeng-bedeng yang telah siap 
untuk tempat penanaman bibit
rambutan yang sudah jadi
dilakukan setelah tanah diolah
secara matang kemudian dibuat 
lobang-lobang dengan ukuran 1 
x 1 x 0,5 m yang sebaiknya telah 
dipersiapkan 3-4 pekan
sebelumnya dan pada waktu
penggalian tanah yang diatas
dan yang dibawah dipisahkan
yang nantinya dipergunakan
untuk penutup kembali lubang
yang telah diberi tanaman,
sedangkan jarak antar lubang
sekitar 12-14 m.
Cara Penanaman
Setelah berlangsung selama 2
pekan lubang ditutup dengan
susunan tanah seperti sedia kala 
dan tanah yang bagian atas
dikembalikan setelah dicampur
dengan 3 blek (1 blek kurang
lebih 20 liter) pupuk kandang
yang sudah matang, dan kira￾kira 4 pekan dan tanah yang
berada di lubang bekas galian
tersebut sudah mulai menurun
baru rambutan ditanam dan tidak 
perlu terlalu dalam secukupnya, 
maksudnya batas antara akar
dan batang rambutan
diusahakan setinggi permukaan 
tanah yang ada disekelilingnya.
Perawatan
Pada awal penanaman di kebun 
perlu diberi perlindungan yang
rangkanya dibuat dari
bambu/bahan lain dengan
dipasang posisi agak tinggi
disebelah Timur, agar tanaman 
mendapatkan lebih banyak sinar 
matahari pagi dari pada sore
hari, dan untuk atapnya dapat
dibuat dari daun nipah,
kelapa/tebu.
Sebaiknya penanaman
dilakukan pada awal musim
penghujan, agar kebutuhan air
dapat dipenuhi secara alamiah.
5. Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman 
Karena kondisi tanah telah
gembur dan mudah tanaman lain 
akan tumbuh kembali terutama
Gulma (tanaman pengganggu),
seperti rumput-rumputan dan
harus disiangi sampai radius 1-2
m sekeliling tanaman rambutan. 
Apabila bibit tidak tumbuh
dengan baik segera dilakukan
penggantian dengan bibit
cadangan.
Perempalan Agar supaya
tanaman rambutan
mendapatkan tajuk yang rimbun, 
setelah tanaman berumur 2
tahun segera dilakukan
perempelan/ pemangkasan pada 
ujung cabang-cabangnya.
Disamping untuk memperoleh
tajuk yang seimbang juga
berguna memberi bentuk
tanaman, memperbanyak dan
mengatur produksi agar
tanaman tetap terpelihara. 
Pemangkasan juga perlu
dilakukan setelah masa panen
buah berakhir dengan harapan 
muncul tajuk-tajuk baru sebagai 
tempat munculnya bunga baru
pada musim berikutnya dan hasil 
berikutnya dapat meningkat.
Pemupukan
- Untuk menjaga agar
kesuburan lahan tanaman
rambutan tetap stabil perlu 
diberikan pupuk secara
berkala dengan aturan: a) 
Pada tahun ke 2 setelah
penanaman bibit diberikan 
pada setiap pohon dengan 
campuran 30 kg pupuk
kandang, 50 kg TSP, 100 
gram Urea dan 20 germ ZK 
dengan cara ditaburkan
disekeliling pohon/dengan
jalan menggali disekeliling 
pohon sedalam 30 cm
selebar antara 40-50 cm,
kemudian masukkan
campuran tersebut dan
tutup kembali dengan
tanah galian sebelumnya.
- Tahun berikutnya perlu
dosis pemupukan perlu
ditambah dengan
komposisi 50 kg pupuk
kandang, 60 kg TSP, 150 
gr Urea dan 250 gr ZK
dengan cara pemupukan
yang sama, apabila
menggunakan pupuk NPK
maka perbandingannya
15:15:15 dengan ukuran
diantara 75-125 kg untuk
setiap ha, dan bila ditabur 
dalam musim hujan dan
dengan komposisi 250-350
kg apabila dilakukan saat 
awal musim penghujan.
Pengairan dan Penyiraman
Selama dua minggu pertama
setelah bibit yang berasal dari 
cangkokan/okulasi ditanam,
penyiraman dilakukan sebanyak 
dua kali sehari, pagi dan sore. 
Dan minggu-minggu berikutnya
penyiraman dapat dikurangi
menjadi satu kali sehari. 
Apabila tanaman rambutan telah 
tumbuh dan benar-benar kuat
frekuensi penyiraman bisa
dikurangi lagi yang dapat
dilakukan saat-saat diperlukan
saja.
Dan bila hujan turun terlalu lebat 
diusahakan agar sekeliling
tanaman tidak tegenang air
dengan cara membuat lubang
saluran untuk mengalirkan air.
Pembentukan bentuk pohon:
Setelah tanaman berumur 2
tahun ujung-ujung tanaman
dipotong.
Pemotongan dimaksudkan untuk 
menguatkan cabang yang akan 
dijadikan batang pokok.
Selanjutnya tunas tunas yang
tumbuh tidak beraturan, tumbuh 
ke dalam, harus dibuang. 
Pemangkasan juga dilakukan
sesudah pemanenan buah.
Pengendalian Hama
penyakit dan Gulma
Guna mencegah kemungkinan
tumbuhnya penyakit/hama
karena kondisi cuaca/hewan￾hewan perusak maka perlu
dilakukan penyemprotan
pestisida umumnya dilakukan
antara 15-20 hari sebelum
panen dan juga apabila
kelembaban udara terlalu tinggi 
akan tumbuh cendawan, apabila 
musim penghujan mulai tiba
perlu disemprot fungisida
beberapa kali selama musim
hujan pestisida dan insektisida
Hama pada Daun
Hama tanaman rambutan
berupa serangga seperti semut, 
kutu, kepik, kalong dan bajing
serta hama lainya seperti,
keberadaan serangga ini
dipengaruhi faktor lingkungan
baik lingkungan biotik maupun
abiotik. Misal: ulat penggerek
buah (Dichocricic punetiferalis)
warna kecoklat-coklatan dengan 
ciri-ciri buah menjadi
kering dan berwarna hitam.
Ulat penggerek batang
(Indrabela sp) membuat kulit
kayu dan mampu membuat
lobang sepanjang 30 cm.
Ulat pemakan daun (Ploneta
diducta/ulat keket) memakan
daun-daun terutama pada
musim kemarau. 
Ulat Jengkal (Berta
chrysolineate) pemakan daun
muda sehingga penggiran daun 
menjadi kering, keriting
berwarna cokelat kuning.
Penyakit
Penyakit tanaman rambutan
disebabkan organisme semacam 
ganggang (Cjhephaleusos sp)
yang diserang umumnya daun
tua dan muncul pada musim
hujan dengan ciri-ciri adanya
bercak-bercak kecil dibagian
atas daun disertai seratserat
halus berwarna jingga yang
merupakan kumpulan sporanya. 
Ganggang Chaphaleuros
Ganggang ini hidup bersimbiose 
dengan lumut kerak (lichen) dan 
dapat dijumpai pada daun dan 
batang rambutan, yang nampak 
seperti panu sehingga ranting
yang diserang dapat mati. 
Penyakit akar putih yang
disebabkan oleh cendawan
(jamur) Rigidoporus Lignosus
dengan tanda rizom berwarna
putih yang menempel pada akar 
dan apabila akar yang kena
dikupas akan nampak warna
kecoklatan.
7.3. Gulma
Segala macam tumbuhan
pengganggu tanaman rambutan 
yang berbentuk rerumputan
yang berada disekitar tanaman
rambutan akan mengganggu
pertumbuhan dan
perkembangan bibit rambutan
oleh sebab itu perlu dilakukan
penyiangan secara rutin.
Pemeliharaan Lain
Untuk memacu munculnya
bunga rambutan diperlukan
larutan KNO3 (Kalsium Nitrat)
yang akan mempercepat 10 hari 
lebih awal dari pada tidak diberi 
KNO3 dan juga mempunyai
keunggulan memperbanyak
"dompolan" bunga (tandan)
rambutan pada setiap stadium
(tahap perkembangan) serta
mempercepat pertumbuhan
buah rambutan.
7. Panen
Ciri dan Umur Panen
Buah rambutan yang telah
matang dapat diamati dengan
melihat ciri-ciri warna buah yang 
disesuikan dengan jenis
rambutan yang ada juga dengan 
mencium baunya serta yang
terakhir dengan merasakan
rambutan yang sudah masak
dibandingkan dengan rambutan 
yang belum masak.
Dapat dipastikan bahwa
pemanenan dilakukan sekitar
bulan Nopember sampai
Februari, juga dapat dipengaruhi 
musim kemarau atau musim
penghujan.
Prakiraan Produksi
Apabila penanganan dan
pemeliharaan semenjak
pembibitan hingga panen
dilakukan secara baik dan benar 
serta memenuhi aturan yang ada 
maka dapat diperkirakan
mendapatkan hasil yang
maksimal.
Setiap pohonnya dapat
mencapai hasil minimal 0,10
kuintal, dan maksimal dapat
mencapai 1,75 kuintal setiap
pohonnya
Cara Panen
Cara pemanenan yang terbaik
adalah dipetik beserta
tungkalnya yang sudah matang
(hanya yang sudah masak)
sekaligus melakukan
pemangkasan pohon agar tidak 
menjadi rusak. 
Pemangkasan dilakukan
sekaligus panen agar dapat
bertunas kembali cepat berbuah 
apabila pemetikan tidak
terjangkau dapat dilakukan
dengan menggunakan galah
untuk mengkait tangkai buah
rambutan secara benar.
8. Pascapanen
Pengumpulan
Setelah dilakukan pemanenan
yang benar buah rambutan
harus diikat secara baik,
biasanya dikumpulkan tidak jauh 
dari lokasi pohon sehingga
selesai pemanenan
secara keseluruhan.
Penyortiran dan Penggolongan
Tujuan penyortiran buah
rambutan yang bagus agar
harga jualnya tinggi, biasanya
dipilih berdasarkan ukuran dan 
mutunya, buah yang kecil tetapi 
baik mutunya dapat dicampur
dengan buah yang besar dengan 
sama mutunya, yang biasanya
dijual dalam bentuk ikatan dan 
perlu diingat bahwa dalam 1
ikatan diusahakan sama besar
dan sama baik mutunya.
Dan dilakukan sesuai dengan
jenis rambutan, jangan dicampur 
adukkan dengan jenis yang lain.
Penyimpanan
Penyimpanan yang terbaik untuk 
mengawetkan buah rambutan
biasanya dilakukan
dengan jalan dibuat
asinan/manisan dan dimasukkan 
dalam kaleng/botol atau dapat
juga dengan menggunakan
kantong plastik. 
Hal ini dapat menjaga kesterilan 
dan ketahanan serta lama
penyimpanannya.
Pengemasan dan Pengangkutan
Hasil jual dapat tinggi tidak
tergantung dari rasanya saja,
tetapi pada kenampakan dan
cara pengikatannya, apabila
akan dijual tidak jauh dari lokasi 
maka cukup diikat dan kemudian 
di angkut dengan
kendaraan/dimasukkan dalam
karung.
Untuk pengiriman dengan jarak 
yang agak jauh (antar pulau)
yang membutuhkan waktu
hingga 2-3 hari lamanya
perjalanan rambutan. 
Caranya di pak dengan
menggunakan peti sebelum
dipilih dan di pak sebaiknya
dicuci terlebih dahulu dengan air 
sabun dan dibilas kemudian
dikeringkan, setelah dipisah dari 
tangkainya, apabila ada yang
terkena jamur sebaiknya
direndam dulu dengan larutan
soda 1,5% selama 3-5 menit
kemudian disikat dengan sikat
yang lunak. 
Setelah itu disusun berderet
berbentuk sudut terhadap sisi
peti, yang sebelumnya dialasi
dengan lumut/ sabut kelapa,
setelah itu dilapisi dengan kertas 
minyak.
Setelah penuh lapisan atas
dilapisi lagi dengan kertas
minyak dan dengan sabut kelapa 
yang terakhir ditutup dengan
papan, sebaiknya kedua sisi
panjang dibentuk agak
gembung, biasanya penempatan 
peti bagian yang pendek
ditempatkan dibawah didalam
perjalanan




TEKNIK BUDIDAYA 
JERUK
a.   
Jeruk merupakan komoditas
buah-buahan yang mempunyai
nilai ekonomi penting dan nilai 
kesehatan yang berarti karena
mengandung nilai gizi yang
tinggi ( Vitamin C dan A ) . 
Buah jeruk dapat dikonsumsi
langsung sebagai buah segar
atau juice dan dapat pula diolah 
menjadi sirup
Jeruk merupakan komoditas
buah-buahan yang mempunyai
nilai ekonomi penting dan nilai 
kesehatan yang berarti karena
mengandung nilai gizi yang
tinggi ( Vitamin C dan A ) . 
Buah jeruk dapat dikonsumsi
langsung sebagai buah segar
atau juice dan dapat pula diolah 
menjadi sirup. 
Gambar 106 Kebun jeruk
Berastagi
Produktivitas jeruk rata-rata di
Indonesia masih rendah, sekitar 
16 t/ha/thn, sementara potensi
hasil bisa lebih dari 25 t/tha/thn.
Lagi pula ada indikasi bahwa
setelah berumur 7 tahun
produktivitas jeruk cenderung
menurun. Kemunduran
produktivitas diduga karena
kekurangan air, gangguan,
perakaran karena kondisi tanah, 
hama, dan penyakit, dan lain-lain
b. Syarat Tumbuh 
Iklim
Tanaman jeruk manis, juga jeruk 
lainnya, dapat ditanam di daerah 
anaara 400
LS.
Namun, tanaman jeruk paling
banyak ditanam pada daerah 200
–400
LU dan 200
–400
LS. Disekitar 
laut tengah, daerah 44 derajat 
LU, masih merupakan daerah
yang cocok untuk tanaman jeruk. 
Pada daerah subtropis, tanaman 
jeruk ditanam di dataran rendah 
sampai ketinggian 650 m dpl. 
Sedangkan di daerah
khatulistiwa sampai ketinggian
2.000 m dpl. 
Didaerah subtropis, produksi
jeruk lebih tinggi dari daerah
tropis. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh iklim yang
berbeda atau karena faktor￾faktor lain yang dilakukan lebih 
insentif, seperti pemupukan,
pengairan, pengendalian hama
penyakit dan lain-lain.
Produksi jeruk di daerah
subtropis bisa mencapai 36-40
ton per hektar, sedangkan di
daerah tropis hanya mencapai
13 – 22 ton per hektar. 
Temperatur
Aktivitas pertumbuhan jeruk
akan sangat kurang bila
temperatur kurang dari 13
derajat celcius tetapi masih bisa 
bertahan pada temperatur lebih 
dari 380
C.
Temperatur optimal untuk
pertumbuhan jeruk 250
C dan
300
C.
Diatas dan dibawah temperatur 
optimal, pertumbuhannya akan
berkurang. Apabila temperatur
diatas 380
C atau dibawah 130
C
kemungkinan pertumbuhannya
akan terhenti. Namun, ada juga 
tanaman jeruk yang masih bisa 
bertahan sampai temperatur
500
C atau sedikit dibawah 00
C.
Jumlah panas tidak merupakan 
ukuran yang penting, kecuali
ditempat yang tinggi. Waktu
yang diperlukan untuk pertum￾buhan dan masaknya buah di
daerah tropis lebih pendek bila 
dibandingkan dengan di daerah 
subtropis.
 Kultivar yang berumur genjah
yang di daerah subtropis
buahnya masak dalam waktu 8
bulan, di daerah tropis menjadi 6 
bulan, sedangkan kultivar
berumur panjang di daerah
subtropis buahnya masak dalam 
waktu 11 bulan, di daerah tropis 
menjadi 7 bulan.
Sinar Matahari
Tanaman jeruk memerlukan
sinar matahari yang penuh, bila 
terlindung akan berkurang
produktivitasnya. Penurunan
produksi akibat kekurangan sinar 
matahari ini bisa mencapai
setengahnya dibandingkan
dengan jeruk yang tidak
ternaungi.
Sinar matahari sangat
dibutuhkan tanaman jeruk dalam
proses pembentukan zat-zat
organik dalam daun yang
biasanya kita sebut fotosintesa
atau asimilasi karbon. Tanaman
memerlukan tenaga matahari
untuk pertumbuhan normal,
perkembangan buah dan
lainnya.
Intensitas sinar matahari
ditentukan oleh sinar langsung
dan sinar pantulan dari
sekitarnya.
Derajat intensitas sinar matahari
tergantung pada:
- Letak geografis
- Ketinggian dari
permukaan laut
- Ada atau tidak adanya
awan,
- Lamanya penyinaran. 
Sinar yang tersebar mempunyai 
peranan penting dalam
fotosintesa karena bekerjanya
bisa lebih lama daripada sinar 
langsung. Sinar yang tersebar
dapat masuk ke dalam tajuk
tanaman dari segala penjuru
sehingga tersedia bagi semua
daun untuk fotosintesa.
Bagian luar tajuk tanaman
mendapat sinar 5 – 14 kali lebih
banyak dibandingkan dengan
bagian dalam tajuk. Oleh karena 
itu, cabang dalam seringkali ada 
yang mati atau mudah terserang 
penyakit karena kekurangan
sinar matahari. 
Semakin tinggi suatu tempat,
maka makin bertambah pula
intensitas sinar. Oleh karena itu 
tanaman jeruk yang ditanam di 
daerah pegunungan akan
mempunyai aroma yang baik,
warna lebih cerah, dan lebih
banyak mengandung gula bila
dibandingkan dengan tanaman
yang ditanam pada ketinggian
lebih rendah, untuk varietas
yang sama.
Jeruk yang ditanam terlalu rapat 
maka cabangnya tumbuh
cenderung menuju ke atas. 
Bila jeruk terlalu rimbun, perlu
dilakukan pemangkasan cabang 
tanaman yang tak berguna. 
Di daerah tropis, lamanya
penyinaran setiap bulan boleh
dikatakan hampir sama, yaitu 12 
jam, atau antara 11 dan 13 jam. 
Kemungkinan, dengan adanya
perbedaan lamanya penyinaran, 
menyebabkan perbedaan
kualitas kecepatan pertumbuhan 
dan lain-lain. Lamanya panjang 
hari dari fajar sampai senja,
mungkin banyak pengaruhnya
terhadap pembungaan.
Didaerah subtropis, tanaman
jeruk manis pada umumnya
ditanam didaerah yang lebih
rendah. Sebagai contoh di
daerah California, jeruk ditanam 
didaerah dengan ketinggian
kurang dari 700 m, di Spanyol 
kurang dari 250 m, sedangkan di 
Indonesia banyak ditanam di
daerah yang tinggi, misalnya di 
Kabanjahe, Ngablak,
Tawangmangu yang tingginya
lebih dari 1.000 m.
Curah Hujan, Air, dan
Kelembaban
Air merupakan salah satu faktor 
yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman jeruk
manis, pembentukan buah,
fotosintesa, dan lain-lain.
Air juga sebagai komponen
semua jaringan tanaman.
Kandungan air pada daun dan 
tunas sekitar 50-75%, pada buah 
lebih kurang 85% dan pada akar 
kira-kira 60-85%.
Air berfungsi untuk melarutkan 
unsur hara dan membawanya ke 
seluruh tubuh tanaman dan
aktivitas kehidupan sel-sel dalam 
semua jaringan tanaman.
Bila tidak ada irigasi (pengairan)
maka sumber air berasal dari
curah hujan. Masa kering
menstimulasi terbentuknya
kuncup bunga, kemudian pada
musim hujan akan berbunga dan 
berbuah.
Tanaman jeruk memerlukan
cukup air, kerperluan air yang
terbanyak yaitu pada waktu
mulai berbunga, pembentukan
dan pembesaran buah.
Pada kondisi kering kemudian
turun hujan, mengakibatkan
terjadinya fluktuasi suhu dan
kelembaban udara, hal ini
berakibat pada retaknya buah
jeruk.
Curah hujan yang baik untuk
pertumbuhan jeruk adalah
sekitar 700 mm setiap tahun.
Walaupun curah hujan 1.250 –
1.850 mm tetapi kalau turunya 
tidak merata, maka perlu ada
tambahan pengairan. 
Curah hujan yang terlalu tinggi 
juga berakibat buruk pada jeruk 
karena akan timbul penyakit
(misalnya jamur upas), atau
dapat merusak akar jeruk.
Air yang cukup turut
mempengaruhi warna buah. 
Sedangkan di daerah yang
kelembabannya tinggi, akan
menyebabkan buah tetap
berwarna hijau walaupun sudah
masak.
Curah hujan yang ideal untuk
tanaman jeruk berkisar antara
1.000 - 2.000 mm, dan jeruk
menghendaki curah hujan yang 
merata sepanjang tahun. 
Tanah
Tanaman jeruk manis dapat
ditanam diberbagai jenis tanah, 
dari tanah pasir kasar sampai
tanah liat berat dan tidak
menghendaki kondisi becek.
Pada tanah yang tergenang air,
harus dilakukan pengeringan
melalui pembuatan saluran
drainase atau menanamnya
pada tanah yang ditinggikan.
Drainase yang baik sangat
diperlukan untuk memperoleh
hasil yang maksimal.
Tanah yang baik untuk tanaman 
jeruk yaitu tanah yang berasal
dari endapan yang subur, cukup 
dalam dan tidak mengandung
salinitas yang tinggi. 
Walaupun tanaman jeruk bisa
ditanam ditanah berat, tetapi
lebih baik bila ditanam di tanah 
ringan sampai sedang, yang
aerasi (peredaran udara) cukup 
baik, gembur, cukup dalam, air 
bisa merembes, dan cukup
bahan organik.
Tanaman jeruk tidak mempunyai 
banyak akar rambut atau boleh 
dikatakan tidak mempunyai akar 
rambut. Oleh karena itu, tanah
tempat tumbuhnya harus cukup
humus atau bahan organik. 
Struktur fisik tanah sangat
penting untuk tanaman ini, tanah 
harus bisa mengikat dan
merembeskan air, jangan
sampai tanah tergenang..
Tanaman jeruk manis yang
ditanam pada tanah yang cukup 
bahan organik sampai lapisan
dalam lebih dari 50 cm, akan
lebih cepat baik
pertumbuhannya.
Tanaman jeruk sangat sensitif
bila tanah banyak mengandung 
garam. Di Indonesia tanaman
jeruk bisa hidup baik pada pH 5-
6. Bila pH terlalu rendah, tanah 
dapat ditambah kapur atau
dolomit (dolomit yaitu campuran 
karbonat dan magnesium
karbonat).
Pedoman Teknis
Pengolahan Tanah
Bila tempat tanam telah
ditetapkan dan syarat-syarat
yang diperlukan telah terpenuhi 
bisa dimulai mengadakan
persiapan sebagai berikut :
1. Tanah dibersihkan dari
tanaman-tanaman
penggangu.
2. Selanjutnya buatlah
batasan-batasan dengan
sebilah bambu (patok)
untuk menentukan
tempat tanam. Dalam
pembagian ini
diperhitungkan juga
pembagian jalan untuk
mengontrol tanaman
(bila luas areal tanah 1 
ha dibagi menjadi 4). Bila
pembuangan air tidak
lancar, buatlah selokan￾selokan pembuangan air. 
Ini penting, terutama
untuk tempat-tempat
yang cekung dan
keadaaan tanahnya liat. 
3. Bila bibit yang digunakan 
berakar panjang,
usahakan agar tanah
digembur-gemburkan
lebih dalam. Tapi bila
bibit yang digunakan
berakar dangkal
(misalnya cangkokan,
atau stek), usahakan
agar tanah digemburkan 
secara meluas. 
4. Pada tanah yang letak air 
tanahnya tinggi serta
sedang sebaiknya
ditanam bibit okulasi,
sedang pada areal yang 
air tanahnya tidak dalam 
penggunaan bibit
cangkokan adalah sangat 
tepat.
5. Bila tanah tempat areal
tanam tidak banyak
mengandung humus,
kondisi tanah terlalu
kurus dan liar, sebaiknya 
ditanami dulu dengan
tanaman pupuk hijau
selama 1 – 2 tahun.
Setelah itu batang dan
daun dibenamkan, agar
tanah menjadi lebih
subur.
6. Setelah tanah selesai
dikerjakan, mulailah
diajir. Pada tempat yang 
akan ditanami pohon
ditancapkan sebuah ajir.
Yang terpenting pada
tahapan ini adalah jarak 
ajir yang satu dengan
yang lain harus sama dan 
lurus. Aturannya ada dua 
macam, yaitu bujur
sangkar atau segitiga. 
7. Setelah jalan induk, jalan 
kontrol, dan tempat air
rampung diatur,
dimulailah pembuatan
lubang-lubang tempat
penanaman. Lubang
dibuat 3 – 4 minggu
sebelum bibit ditanam.
Pembuatan lubang tanam
Saat tanam yang baik untuk
menanam bibit jeruk adalah
pada permulaan musim hujan.
Bisa juga penanaman dilakukan 
menjelang akhir musim hujan,
tetapi resikonya kita harus rajin 
menyirami bibit muda setiap hari 
agar tidak mati kekurangan air 
pada musim kemarau.
Waktu terbaik untuk mulai
mengerjakan tanah adalah pada 
bulan Juni – Agustus. Besarnya 
lubang minimal 60 x 60 x 60 cm. 
Lebih besar lebih baik,
umpamanya 80 x 80 x 70 cm
atau 1 x 1 x 0,5 m. Penggalian 
lubang jangan terlalu dalam,
pengaruhnya kurang baik ( me￾rugikan), karena akan tanaman
akan mengumpul di lapisan yang 
dalam dan lapisan atas kurang. 
Selain itu lubang penanaman
yang terlalu dalam sering
menarik air dari tanah
sekelilingnya, hal itu akan
merusak akar tanaman dan
menghambat pertumbuhannya.
Lubang tanaman dibuat dengan 
cara menggali lubang. Tanah
bagian atas yang subur (
berwarna kehitam-hitaman)
dipisahkan dari tanah bawah.
Tanah atas dibuang disebelah
kiri, tanah bawah ke sebelah
kanan. Selanjutnya lubang
dibiarkan menganga terjemur
matahari 2 – 4 minggu lamanya. 
Tanah bagian bawah
dimasukkan dalam lubang,
letaknya tetap dibawah seperti
semula. Sedangkan tanah
bagian atas, sebelum
dimasukkan dalam lubang
dicampur dulu dengan 2 – 3
kaleng pupuk kandang/kompos
ditambah 1,5 kg pupuk fosfat.
Dalam keadaan serupa ini bibit 
jeruk belum boleh ditanam.
Setelah tanah turun kembali,
hingga muka tanah diatas
lubang sedikit lebih tinggi dari
pada tanah disekelilingnya,
barulah bibit pohon ditanam.
Penanaman
Saat tanam yang baik untuk
menanam bibit jeruk adalah
pada permulaan musim hujan.
Sebelum bibit ditanam, tanah
dalam lubang harus betul-betul
basah dari atas sampai
kebawah.
Bila bibit terletak dalam
keranjang persemaian,
keranjangnya harus dilepas
terlebih dahulu, dan selain itu
perakarannya juga harus
diperiksa. Bibit yang akarnya
berbelit-belit dan melingkar￾lingkar jangan dipakai, sebab
akan menggangu pertumbuhan
tanaman nantinya. 
Atau kalau hendak dipakai juga,
letak akar dibenarkan dan
diluruskan terlebih dahulu arah 
pertumbuhannya. Bila ada akar 
yang panjangnya melebihi batas 
lubang akar, sebaiknya dipotong 
saja kelebihannya.
Janganlah menanam terlalu
dalam, tapi jangan pula terlalu 
dangkal. Lebih-lebih untuk bibit 
okulasi. Jangan sampai tanah
melampaui atau menutupi
batang okulasinya. 
Untuk menghindari adanya
rongga-rongga antar akar dan
tanah, siramlah tanah dengan air 
sebanyak mungkin. adanya
rongga dalam tanah akan
mengakibatkan akar mengering.
Setelah itu tanah dipadatkan
dengan tangan.
Setelah selesai menanam,
sekitar bibit tanaman diberi
jerami kering guna melindungi
tanah agar tidak kering oleh
panas sinar matahari atau
mengeras padat karena terkena 
siraman air hujan. 
Lebih bagus lagi kalau jauh
sebelumnya telah disiapkan
bahan perlindungan yang terbuat 
dari bumbu dengan atap alang￾alang, daun nipah atau kelapa.
Pemeliharaan
Tanaman belum menghasilkan
Langkah pemeliharaan yang
perlu dilakukan adalah:
- pelebaran terumbuk,
kegiatan ini dilakukan 2-3
kali setahun setelah
penyiangan dan
pemupukan. Kegiatan ini 
bertujuan untuk
mencegah serangan
jamur pada akar
tanaman. Untuk jeruk
yang ditanam pada areal 
pasang surut, pelebaran 
terumbuk akan berfungsi 
sebagai penambahan
bahan organik.
- Pembuatan parit drainase 
tambahan, kegiatan ini
dilaksanakan pada
tanaman berumur 2
tahun.
- Pengairan, karena
tanaman jeruk banyak
membutuhkan air maka
pada kondisi kering
penyiraman perlu
dilakukan terutama
menjelang tanaman
berbunga sampai
berbuah.
- Pemupukan pada
tanaman jeruk yang
belum berbuah dilakukan 
dua kali setahun yakni
pada wal dan akhir
musim hujan masing￾masing setengah dosis
yang ditentukan.
Sedangkan pemberian
pupuk kandang diberikan 
pada awal musim
penghujan. Untuk
tanaman yang telah
berbuah dilakukan 3 kali 
setahun, yakni sebelum
bunga muncul (2/5
bagian) pada saat
pemasakan buah (1/5
bagian), dan sisanya (2/5 
bagian) setelah panen.
Tanaman jeruk juga
memerlukan zat pengatur 
tumbuh yang diberikan
sebelum tanaman
berbunga hingga pentil
buah mulai terbentuk. Zat 
pengatur tumbuh yang
dapat digunakan antara
lain Atonik, Dekamon,
dan Dharmasri.
- Penyiangan gulma dapat 
dilakukan sebulan sekali 
bersamaan dengan
waktu pemangkasan,
penjarangan, atau
pemetikan buah yang
tidak sehat
Tanaman menghasilkan
Tanaman jeruk mulai berbuah
pada umur 3 tahun. Dalam masa 
ini pemeliharaan yang perlu
dilakukan adalah sebagai
berikut:
- pemangkasan tunas air,
cabang balik, cabang dan 
ranting yang kering atau 
lapuk
- penjarangan buah,
sebaiknya buah disisakan 
dipohon hanya sebanyak 
40%. Tujuan penjarangan 
adalah agar kita
mendapatkan buah yang 
besar dan bermutu baik. 
Pelaksanaan dilakukan
ketika buah masih pentil 
atau sekitar dua bulan
setelah berbunga.
Jumlah yang paling baik 
bagi pertumbuhan buah
jeruk adalah 10 buah
setiap dompol.
- Pembersihan pentil atau 
buah masak yang jatu di 
bawah pohon, karena
dapat menjadi sumber
hama dan penyakit.
Hama dan penyakit
Hama
Hama yang biasa menyerang
tanaman jeruk adalah ulat
penggerek adaun, ulat bisul
buah jeruk, berbagai jenis kutu 
yang menyerang daun, ranting, 
batang dan buah jeruk, serta
lalat jeruk.
Akibat yang ditimbulkannya:
- rontoknya daun
- keringnya bagian yang
terserang dan kemudian 
mati
Untuk mengatasinya:
Insektisida Azodrin, Novacron,
untuk lalat jeruk, Folidot-E 605 
untuk berbagai serangan hama
kutu, dan Anthlo 33 EC, Azodrin 
60 WSC, Sevin 85 untuk
penyakit ulat bisul buah.
Penyakit
Penyakit yang umum menyerang 
jeruk adalam CVPD (citrus vein 
phloem degeneration), penyakit
akar, embun tepung, antraks
buah, dan busuk buah.
Gejala yang timbul adalah:
- klorosis, atau daun
menjadi tebal dan kaku
- tanaman kerdil
- Rusaknya floem tulang
daun
Pengendalian penyakit yang
dilakukan adalah dengan
penyemprotan insektisida dan
akarisida seperti Dimecron 50
WC, Bayrusil, Diazinon, Sandoz 
6538 atau Tamaron.
Tanaman yang sudah terserang 
penyakit harus di eradikasi,
namun bila serangan masih
ringan atau baru menyerang
pengendalian dapat dilakukan
dengan penginfusan tanaman
menggunakan terramycin 21.6
SP dan Dithan M45-80WP.
Panen dan Pasca Panen
Panen
Cara panen dan waktu panen
buah jeruk sangat menentukan
kualitas buah yang dihasilkan.
Buah jeruk termasuk buah
nonklimatrik yaitu buah yang
tidak mengalami proses
pematangan setelah dipanen. 
Adapaun tanda-tanda buah jeruk 
yang mempunyai derajat
kematangan cukup antara lain:
- kulit buah kekuning￾kuningan (orange)
- Buah tidak terlampau
keras jika dipegang
- Bagian bawah buah agak 
empuk.
Cara pemanenan adalah dengan
tangan atau gunting. 
Bila menggunakan tangan buah 
dipegang kemudian diputar
sedikit dan ditarik ke bawah
sehingga lepas dari tangkainya.
Untuk buah yang terletak pada 
tangkai yang tinggi sebaiknya
menggunakan tangga, dan tidak 
melakukan pemanjatan pohon
karena dapat merusak pohon.
Waktu pemetikan yang baik
adalah pada pukul 9 pagi atau 
pada sore hari.
Gambar 107 sampai 109
dibawah ini merupakan
gambaran proses perubahan
bentuk dan warna dari buah
jeruk Berastagi dari kecil sampai 
jeruk siap untuk dipanen. 
Pascapanen
Buah jeruk yang sudah dipetik 
dikumpulkan dalam keranjang
yang berkapasitas tidak lebih 10 
Kg, agar mudah dibawa pada
waktu pemetikan. 
Kemudian buah dapat
dimasukkan ke dalam keranjang 
bambu berkapasitas 50-60Kg
yang diberi alas daun pisang
kering.
Sortasi dan Klasifikasi
Buah jeruk yang sudah dipetik 
dibersihkan terlebih dahulu
sbelum dilakukan sortasi dan
klasifikasi.
Setelah dicuci buah dikeringkan 
dengan menggunakan lap,
kemudian buah yang baik dan 
sehat dipisahkan dari buah yang 
rusak atau berpenyakit. 
Klasifikasi buah jeruk yang
umum dilakukan adalah sebagai 
berikut:
- Kelas A: 6 buah per Kg, 
diameter buah rata-rata
7.6cm.
- Kelas AB : 8 buah per kg, 
diameter buah rata-rata
6.7cm
- Kelas C: 10 kg buah per 
kg, diameter buah rata￾rata 5.9 cm
- Kelas D: 12-14 buah per 
kg, diameter buah rata￾rata 5.8cm.
Sedangkan buah yang akan
diekspor, kelas dan mutu
klasifikasinya adalah sebagai
berikut:
- kelas A: beratnya lebih
besar atau sama dengan 
151g/buah diameternya
7.1cm.
- kelas B: beratnya 101-
150g/buah, diameter 6.1-
7.0cm.
kelas C: beratnya 51-
100g/buah, diameter 5.1 -
6.0cm
- KelasD: beratnya lebih
kecil atau sama dengan 
ro g/buah, diameter 4.0 –
5.0cm.
Pengemasan
Sebelum buah jeruk dikemas
terlebih dahulu dilakukan proses 
penguningan untuk memperoleh
warna kuning yang seragam.
Proses penguningan dilakukan
dengan menggunakan gas etilen 
atau asetilen.
Kemudian buah diberi lapisan
lilin untuk memperpanjang umur 
kesegaran buah jeruk. 
Dari hasil beberapa penelitian
diketahui bahwa buah jeruk yang 
dilapisi lilin dapat
memperpanjang kesegaran buah 
sekitar 18 hari, dengan susut
berat maksimum 10%,
sedangkan yang tidak dilapisi
lilin hanya bertahan 5 hari. 
Selain itu daya simpan jeruk
dapat diperpanjang jika ditaruh 
pada suhu ruang 18-320
C.
Teknik Budidaya mangga
a. Jenis mangga
Mangga Duren
Deskripsi
Nama duren pada mangga ini
disebabkan oleh aroma buahnya 
yang mirip durian. Mangga ini
dapat ditemukan di kebun
koleksi mangga Cukurgondang, 
Pasuruan, Jawa Timur.
Buahnya berbentuk bulat. Kulit 
buahnya tipis dan berwarna hijau 
pada waktu masih muda, lalu
berubah menjadi kuning
kemerahan setelah buah
matang.
Gambar 110 Mangga Duren
Kelebihan mangga ini terletak
pada daging buahnya yang
tebal, kenyal, dan rasanya yang 
manis segar karena
mengandung cukup banyak air. 
Daging buahnya berwarna
kuning jingga dan berserat. 
Ukuran buahnya termasuk
sedang, panjang antara 8 - 9 cm 
dan berat rata-rata 300 g/buah. 
Produksinya tergolong tinggi.
Mangga arumanis
Deskripsi
Mangga ini merupakan salah
satu varietas unggul yang telah 
dilepas oleh Menteri Pertanian
yang berasal dari daerah
Probolinggo, Jawa Timur.
Buahnya berbentuk jorong,
berparuh sedikit, dan ujungnya 
meruncing.
Pangkal buah berwarna merah
keunguan, sedangkan bagian
lainnya berwarna hijau kebiruan. 
Kulitnya tidak begitu tebal,
berbintik-bintik kelenjar berwarna 
keputihan, dan ditutupi lapisan
lilin.
Gambar 111 Mangga Arumanis
Daging buahnya tebal, berwarna 
kuning, lunak, tak berserat, dan 
tidak begitu banyak
mengandung air. 
Rasanya manis segar, tetapi
pada bagian ujungnya
kadan:gkadang terasa asam.
Bijinya kecil, lonjong pipih, dan 
panjangnya antara 13-14 cm.
Panjang buahnya dapat
mencapai 15 cm dengan berat
rata-rata per buah 450 g.
Produktivitasnya cukup tinggi,
dapat mencapai 54 kg/pohon.
Manfaat Mangga

Sebagai buah meja atau sebagai 

minuman.

C. Syarat Tumbuh

Tanaman mangga termasuk

tanaman dataran rendah.

Tanaman ini dapat tumbuh dan 

berkembang baik di daerah

dengan ketinggian antara 0-300

m di atas permukaan laut. 

Meskipun demikian, tanaman ini 

juga masih dapat tumbuh

sampai ketinggian 1.300 m di

atas permukaan laut. 

Daerah dengan curah hujan

antara 750-2.250 mm per tahun 

dan temperatur 24-27° C

merupakan tempat tumbuh yang 

baik untuk tanaman buah ini. 

Jenis tanah yang disukainya

adalah tanah yang gembur,

berdrainase baik, ber-pH antara 

5,5-6, dan dengan kedalaman air 

tanah antara 50-150 cm.

d. Pedoman Teknis Budidaya

Perbanyakan tanaman

Umumnya, tanaman mangga

diperbanyak dengan okulasi,

walaupun dapat pula dengan

sambung pucuk dan cangkok.

Sebagai batang bawah

digunakan semai mangga madu, 

cengkir (indramayu), dan

bapang.

Penggunaan bibit dari biji tidak 

dibenarkan, kecuali untuk batang 

bawah.

Batang bawah yang tidak serasi 

(inkompatibel) berpengaruh

kurang baik terhadap

pertumbuhan dan pembuahan

(produksi buah, bentuk buah,

dan rasa daging buah) batang 

atas.

Pembuatan bibit (semaian dan

okulasi) biasanya langsung

dilakukan di kebun. Kemudian,

dipindahkan ke polibag setelah 

tinggi tunas sekitar 20 cm. 

Budi daya tanaman

- Bibit ditanam dalam

lubang tanam berukuran 

60 cm x 60 cm x 50 cm 

dengan jarak tanam 8-12

m.

- Setiap lubang diberi

pupuk kandang yang

telah jadi sebanyak 1-2

blek bekas minyak tanah 

atau 20 kg. 

- Bibit okulasi ditanam di

lahan setelah mencapai

ketinggian lebih dari 75

cm.

Pemupukan

Pupuk buatan yang diberikan

berupa campuran 200 kg urea, 

500 kg TSP (667 kg SP-36), dan 

150 kg KCl per hektar atau 200 g 

urea, 500 g TSP, dan 150 g KCl 

per tanaman.
Pemupukan dilakukan empat kali 

dengan selang tiga bulan.

Dosisnya meningkat sesuai

dengan umur tanaman. 

Pemangkasan

Setelah mencapai tinggi 1 m,

bibit dipangkas pada perbatasan 

bidang pertumbuhan agar dapat 

bercabang banyak. 

Cabang ini dipelihara 2-3 tunas 

per cabang. Pemangkasan

diulang setelah cabang baru

mencapai panjang 1 m, demikian 

seterusnya hingga diperoleh

susunan 1-3-9 cabang.

Pemeliharaan

Pengendalian Hama dan

Penyakit

Hama

Hama yang merisaukan adalah 

penggerek batang

(Cryptorrhynchus sp) dan

kumbang cicade (Idiocerus

niueosparsus).

Serangga hama pengisap

Idiocerus sangat merusak bunga 

mangga hingga berguguran.

Jumlah bunga betina rendah

dengan pembuahan oleh tepung

sari yang lemah. 

Serangan serangga (wereng)

menyebabkan produksi mangga 

rendah. Hama ini dapat diatasi

dengan semprotan insektisida

sistemik Tamaron 0,2%.

Pemberian insektisida melalui

infus lebih dianjurkan untuk

menghindari pengaruh jelek

terhadap kumbang

penyerbuknya.

Penyakit

Penyakit yang sering

menyerang, terutama di daerah 

beriklim basah adalah penyakit

blendok (lh'plodia sp.), mati

pucuk (Gloeosporium sp.), dan

penyakit pascapanen

(Botryodiplodia sp) yang

menyebabkan buah mangga

cepat membusuk pada bagian

pangkalnya.

Namun, penyakit ini juga dapat

menyerang batang sambungan

bibit mangga bila kondisi

lingkungan tanaman lembap dan 

dingin.

Serangan Diplodia yang sangat 

merusak batang dapat diatasi

dengan mengoleskan larutan

Benlate 0,3% atau lisol 20-50%

pada luka yang telah dibersihkan 

lebih dulu.

Panen dan Pasca Panen

Buah mangga dipanen setelah

tua benar. 

Cirinya adalah sebagai berikut:

- bagian pangkal buah

telah membengkak rata

- warnanya mulai

menguning.

Pemungutan buah yang belum 

tua benar menyebabkan rasanya 

agak asam dan kelat (mutu

rendah).
Umur buah dipanen kira-kira 4-5

bulan (110-150 hari) sejak bunga 

mekar (anthesis). 

Pemetikan harus hati-hati, tidak 

boleh jatuh, dan getahnya tidak 

boleh mengenai buah mangga

tersebut.

Umumnya, tanaman mangga

berbunga pada bulan Juli￾Agustus. Buah matang dapat

dipanen pada bulan September￾Desember.

Buah harus dibersihkan dari

kutu, jelaga, dan getah yang

menempel.


Teknik Budidaya Pepaya

a. Manfaat

Selain untuk konsumsi buah

segar, buah pepaya matang

dapat diolah menjadi saus

pepaya.

Buah yang setengah matang

biasanya dibuat manisan,

sedangkan buah muda disayur. 

Daunnya yang masih muda serta 

bunganya dibuat urap (lalap

masak) dan buntil. 

Tanaman yang masih berdaun

3-5 helai dan buah muda dapat 

diambil getahnya untuk papain. 

Papain digunakan untuk

penyamak kulit serta

melunakkan daging dan bahan 

kosmetik.

b. Jenis-jenis Pepaya

Pepaya Cibinong

Gambar 112 Pepaya Cibinong

Deskripsi

Warna kulit buah bagian ujung 

biasanya kuning, sedangkan

bagian lainnya tetap hijau. 

Pepaya cibinong memiliki ciri

tersendiri, yaitu buah yang

matang tampak pada warna kulit 

buahnya. Bentuk buahnya

panjang dengan ukuran besar.

Bobot setiap buah rata-rata 2,5 

kg.

Pangkal buah kecil kemudian

membesar di bagian tengah dan

melancip di bagian ujungnya.

Permukaan kulit buah agak

halus tetapi tidak rata. Daging

buah berwarna merah

kekuningan.

Keistimewaan lainnya pepaya ini 

ialah rasanya manis segar,

teksturnya keras, dan tahan

selama pengangkutan
Pepaya Bangkok

Deskripsi

Pepaya bangkok bukan tanaman 

asli Indonesia. Jenis pepaya ini 

didatangkan dari Thailand

sekitar tahun 70-an.

Pepaya bangkok diunggulkan

karena ukurannya paling besar

dibanding jenis pepaya lainnya. 

Beratnya dapat mencapai 3,5 kg 

per buahnya. 

Gambar 113 Pepaya Bangkok

Selain ukuran, keunggulan

lainnya ialah rasa dan ketahanan 

buah.

Daging buahnya berwarna jingga 

kemerahan, rasanya manis

segar dan teksturnya keras

sehingga tahan dalam

pengangkutan.

Rongga buahnya kecil sehingga 

dagingnya tebal. Permukaan

kulit buah kasar dan tidak rata.
Pepaya Hawai 

Deskripsi

Pepaya yang berasal dari

Kepulauan Hawaii ini merupakan 

suatu jenis pepaya "solo". 

Pepaya "solo" artinya pepaya

yang habis dimakan hanya untuk 

satu orang.

Oleh karena itu, dapat dipastikan 

keistimewaan pepaya ini ialah

ukurannya yang kecil. 

Gambar 114 Pepaya hawai

Bobot buahnya hanya sekitar 0,5 

kg. Bentuknya agak bulat atau 

bulat panjang. 

Kulit buah yang telah matang

berwarna kuning cerah. 

Daging buahnya agak tebal,

berwarna kuning, dan rasanya

manis segar.

Pepaya jingga

Deskripsi

Daging buah pepaya ini

berwarna merah jingga

Gambar 115 Pepaya Jingga
Pepaya Mas

Deskripsi

Pepaya ini berwarna kuning

keemasan

Gambar 116 Pepaya Mas

c. Syarat Tumbuh

Tanaman pepaya dapat tumbuh 

di dataran rendah hingga

ketinggian 1.000 m dpl. 

Tanaman ini lebih senang

tumbuh di lokasi yang banyak

hujan (cukup tersedia air), curah 

hujan 1000-2000 mm per tahun 

dan merata sepanjang tahun.

Tanaman ini lebih senang

tumbuh di lokasi yang banyak

hujan (cukup tersedia air), curah

hujan 1000-2000 mm per tahun 

dan merata sepanjang tahun. 

Di daerah yang beriklim kering, 

musim hujannya 2-5 bulan, dan 

musim kemaraunya 6-8 bulan,

tanaman pepaya masih mampu

berbuah, asalkan kedalaman air 

tanahnya 50-150 cm. 

Tanah yang subur dengan

porositas baik, mengandung

kapur, dan ber-pH 6-7 paling

disenangi oleh tanaman pepaya. 

Tanaman pepaya lebih

menyukai daerah terbuka (tidak 

ternaungi) dan tidak tergenang 

air. Tanah yang berdrainase

tidak baik menyebabkan

tanaman mudah terserang

penyakit akar.

d. Pedoman Budidaya

1. Perbanyakan tanaman

Pepaya hanya diperbanyak

dengan bijinya yang berwarna

hitam. Biji yang berwarna putih 

dibuang karena bersifat abortus, 

yakni tidak mempunyai embrio

dan mati sejak buah pentil. Biji 

diambil dari buah pepaya

sempurna yang telah matang

pohon.

Untuk menghasilkan tanaman

sempurna sebanyak banyaknya 

maka biji yang akan dibiakkan 

diambil dari bagian ujung buah 

pepaya yang telah matang

pohon.

Biji-biji dari bagian ujung buah

akan menghasilkan tanaman

sempurna antara 70-80%,

sedangkan bagian pangkal
menghasilkan tanaman

sempurna antara 50-65%.

2. Persemaian

Biji disemaikan dulu atau

ditanam langsung. Budi daya

tanaman

Pepaya ditanam dari biji terpilih. 

Biji disemai di polibag kecil dan 

ditanam di kebun setelah

berumur tiga bulan. 

Seleksi dilakukan saat tanaman 

mulai berbunga. Dalam seleksi

ini dipilih tanaman yang hanya 

berbunga sempurna. Seleksi ini 

dapat dilakukan di kebun atau

saat di pot.

3. Penanaman

Lubang tanam dibuat berukuran 

60 cm x 60 cm x 40 cm,

kemudian diisi pupuk kandang

yang telah matang sebanyak 20 

kg/lubang. Jarak tanam dibuat 3 

m x 3 m atau 13,5 m x 2 m. 

Umumnya, tanaman mulai

berbunga setelah berumur tiga 

bulan. Bunga sempurna muncul 

setelah bunga ke-4.

Cara penanaman lain yang biasa

dilakukan petani adalah

menanam biji pepaya langsung 

ke dalam lubang tanam, tiap

lubang ditanam 3-5 biji. 

Setelah bibit berumur sekitar tiga 

bulan, biasanya bunga jantan

mulai tumbuh. 

Setelah itu, dilakukan seleksi,

yaitu membuang tanaman

berbunga jantan. Tiap lubang

disisakan satu bibit yang tumbuh 

kekar, sehat, dan berbunga

sempurna. Bunga sempurna

(dalam satu bunga ada putik dan 

benang sari fertill) -biasanya

baru muncul setelah bunga ke-4.

Bibit yang tidak terpilih dibuang 

atau dipindahkan untuk sulaman 

pada lubang lain yang bijinya

tidak tumbuh. 

Pemindahan bibit harus hati hati, 

disertai tanah yang

membungkus akar bibit.

Kerusakan akar bibit

mengakibatkan tanaman

layu/mati.

4. Pemeliharaan

Pemupukan

Pupuk buatan yang diberikan

berupa NPK sebanyak 25----200

g per tanaman, tergantung

umurnya: Dosis pemupukan

mulai dari 25 g, kemudian

meningkat dengan interval 25 g 

per tanaman. 

Pupuk diberikan 3-4 bulan

sekali. Tanaman mulai berbunga 

terus-menerus (tidak musiman),

tetapi perlu pemberian air

sekurang-kurangnya seminggu

sekali bila kekeringan (musim

kemarau)
Pengendalian gulma

Perawatan selanjutnya,

membersihkan gulma/alang￾alang.

Pembersihan kebun dengan

cangkul atau traktor harus hati￾hati, jangan sampai merusak

akar.

Hama dan Penyakit

Hama

Hama yang sering menyerang

tanaman pepaya pada musim

kemarau adalah tungau merah

Tetranychus kansawai dan kutu

daun yang berwarna kuning

Myzus persicae.

Kutu daun inilah yang menjadi 

vektor dan penyebar virus

keriting (mosaik) yang ditakuti

petani pepaya karena sukar

diberantas.

Penyakit

Penyakit yang biasa menyerang 

tanaman pada kondisi lembap

dan suhu malam dingin adalah 

bercak buah Colletotrichum

gloeosporioides dan penyakit

busuk akar Phytophthora

palmivora.

Selain itu, penyakit lain yang

sering menyerang tanaman

pepaya adalah layu bakteri

Bacterium papayae.

Tanaman yang terserang bakteri 

layu akan menunjukkan gejala

layu mendadak, tanpa ditandai

dengan menguningnya daun.

Buah yang masih muda tampak 

pucat dan getahnya encer sekaii.

Biasanya, buah yang masih

muda berguguran. Penyakit

busuk akar dan layu dapat

dicegah dengan drainase kebun 

yang baik. Hama tungau merah 

dan kutu daun dapat diatasi

dengan menyemprotkan

Kelthane 0,2%.
Teknik Budidaya Pisang

a.  

Salah satu buah yang digemari 

oleh sebagian besar penduduk 

dunia adalah pisang (Musa

Paradisiaca L). 

Buah ini digemari karena

memiliki rasa yang enak,

kandungan gizinya tinggi, mudah 

didapat, dan harganya relatif

murah.

Indonesia mempunyai prospek

yang baik untuk pengembangan 

komoditas pisang kaena iklimnya 

cocok untuk tanaman pisang,

ketersediaan lahan, dan tenaga 

kerja yang melimpah.

b. Jenis-jenis Pisang

Pisang Ambon Lumut 

Deskripsi

Pisang yang berasal dari

Temanggung, Jawa Tengah ini 

warna kulit buahnya tetap hijau 

walaupun sudah matang.

Gambar 117 Pisang ambon

lumut

Produksi buahnya tergolong

tinggi. Setiap pohon dapat

menghasilkan 7-10 sisir dengan 

jumlah buah 140-200.

Panjang buah 20-23 cm dengan 

diameter 4-5 cm. Bentuk buah

memanjang dengan pangkal

buah membengkok. 

Kulit buahnya tipis. Daging buah 

berwarna putih kekuningan

dengan rasa manis dan pulen. 

Pisang ini termasuk genjah

karena biarpun umurnya baru

setahun, sudah mampu

menghasilkan buah.

Pisang kapok Kuning 

Deskripsi

Pisang yang berasal dari

Temanggung, Jawa Tengah ini

warna kulit buahnya tetap hijau 

walaupun sudah matang.
Produksi buahnya tergolong

tinggi. Setiap pohon dapat

menghasilkan 7-10 sisir dengan 

jumlah buah 140-200.

Panjang buah 20-23 cm dengan 

diameter 4-5 cm. Bentuk buah

memanjang dengan pangkal

buah membengkok. Kulit

buahnya tipis. 

Daging buah berwarna putih

kekuningan dengan rasa manis 

dan pulen. 

Pisang ini termasuk genjah

karena biarpun umurnya baru

setahun, sudah mampu

menghasilkan buah.

Pisang Ambon Kuning

Deskripsi

Pisang ini berkulit kuning

keputihan. Keunggulannya

terletak pada rasa buah yang

manis dan beraroma harum.

Tanaman ini pertama kali

dikembangkan di daerah

Malang, Jawa Timur. 

Panjang buahnya antara 15-20

cm. Satu pohon dapat

menghasilkan 7-10 sisir dengan 

jumlah buah 100-150.

Bentuk buah melengkung

dengan pangkal meruncing.

Daging buah berwarna putih

kekuningan.

Umumnya buah pisang ini tidak 

mengandung biji.

Gambar 119 Pisang Ambon

Kuning

Pisang Barangan Merah 

Deskripsi

Pisang ini juga berasal dari

Medan. Sifatnya lebih baik

dibanding barangan kuning.

Buahnya diunggulkan karena

memiliki rasa sangat manis,

beraroma harum, dan tidak

berbiji.

Disebut barangan merah karena 

daging buahnya berwarna

kuning kemerahan. 

Produksi dan ukuran buahnya

tidak berbeda dengan pisang

barangan kuning. 

Bentuk buah melengkung

dengan ujung meruncing. Kulit

buah tebal berwarna kuning

kemerahan berbintik cokelat
 Pisang Nangka 

Deskripsi

Pisang ini kulit buahnya tetap

berwarna hijau walaupun sudah 

matang.

Kulit buah ini agak tebal.

Buahnya berukuran besar,

panjangnya dapat mencapai 28 

cm. Bentuk buah melengkung. 

Gambar 120 Pisang Nangka

Walaupun berukuran agak

besar, pisang yang berasal dari 

Malang, Jawa Timur, ini hanya 

berbobot 150-180 g per buah. 

Daging buah berwarna kuning

kemerahan dengan rasa manis

sedikit asam dan aroma harum.

Pisang Raja Bulu

Deskripsi

Pisang ini merupakan salah satu 

jenis pisang raja yang ukurannya 

sedang dan gemuk. Bentuk

buahnya melengkung dengan

pangkal buah agak bulat.

Kulitnya tebal berwarna kuning

berbintik cokelat. 

Gambar 121 Pisang Raja Bulu

Daging buahnya sangat manis,

berwarna kuning kemerahan,

bertekstur lunak, dan tidak

berbiji. Panjang buah antara 12-

18 cm dengan bobot ratarata

110-120 g. Setiap pohon

biasanya dapat menghasilkan

rata-rata sekitar 90 buah.

c. Manfaat

Buahnya merupakan produk

utama pisang. Pisang

dimanfaatkan baik dalam

keadaan mentah, maupun

dimasak, atau diolah menurut

cara-cara tertentu. Pisang dapat 

diproses menjadi tepung, kripik, 

'puree', bir (Afrika), cuka, atau 

didehidrasi.

Daun pisang digunakan untuk

menggosok lantai, sebagai alas 

'kastrol' tempat membuat nasi

'liwet', dan sebagai pembungkus 

berbagai makanan. 
Serat untuk membuat kain dapat 

diperoleh dari batang semunya. 

Bagian-bagian vegetatif beserta

buah-buah yang tidak

termanfaatkan digunakan

sebagai pakan ternak; bagian￾bagian vegetatif itu khusus

dimanfaatkan jika pakan ternak 

dan air sulit diperoleh (batang

semu itu banyak mengandung

air).

Tanaman pisang (atau daun dan 

buahnya) juga memegang

peranan dalam upacara-upacara

adat, misalnya di Indonesia,

untuk upacara pernikahan,

ketika mendirikan rumah, dan

upacara keagamaan setempat. 

Dalam pengobatan, daun pisang 

yang masih tergulung digunakan 

sebagai obat sakit dada dan

sebagai tapal dingin untuk kulit 

yang bengkak atau lecet. 

Air yang keluar dari pangkal

batang yang ditusuk digunakan 

untuk disuntikkan ke dalam

saluran kencing untuk mengobati 

penyakit raja singa, disentri, dan 

diare; air ini juga digunakan

untuk menyetop rontoknya

rambut dan merangsang

pertumbuhan rambut. Cairan

yang keluar dari akar bersifat

anti-demam dan memiliki daya

pemulihan kembali. 

Dalam bentuk tepung, pisang

digunakan dalam kasus anemia 

dan casa letih pada umumnya, 

serta untuk yang kekurangan

gizi.

Buah yang belum matang

merupakan sebagian dari diet

bagi orang yang menderita

penyakit batuk darah

(haemoptysis) dan kencing

manis.

Dalam keadaan kering, pisang

bersifat antisariawan usus. Buah 

yang matang sempurna

merupakan makanan mewah jika 

dimakan pagi-pagi sekali. 

Tepung yang dibuat dari pisang 

digunakan untuk gangguan

pencernaan yang disertai perut 

kembung dan kelebihan asam

d. Syarat Tumbuh

Dengan pertumbuhannya yang

sangat cepat dan terus-menerus,

yang akan mengakibatkan hasil 

yang tinggi, pisang memerlukan 

tempat tumbuh di iklim tropik

yang hangat dan lembap. 

Walaupun begitu, pisang ini

sangat menarik sehingga orang 

menanamnya juga persis di

batas daerah ekologinya, yang di 

tempat itu kecepatan tumbuh

rata-ratanya hanya dapat

mendukung hasil yang minim

saja.

Suhu merupakan faktor utama

untuk pertumbuhan. 

Di sentra-sentra produksi

utamanya suhu udara tidak

pernah turun sampai di bawah

15°C dengan jangka - waktu

yang cukup lama; suhu optimum 

untuk pertumbuhannya adalah

sekitar 27°C, dan suhu

maksimumnya 38°C.
Kebanyakan pisang tumbuh baik 

di lahan terbuka, tetapi kelebihan 

penyinaran akan menyebabkan

terbakar-matahati (sunburn).

Dalam keadaan cuaca berawan 

atau di bawah naungan ringan, 

daur pertumbuhannya sedikit

panjang dan tandannya lebih

kecil.

Pisang sangat sensitif terhadap 

angin kencang, yang akan

merobek-robek daunnya,

menyebabkan distorsi tajuk dan

dapat merobohkan pohonnya. 

Diperlukan pasokan air yang

ajek; untuk pertumbuhan

optimalnya curah hujan

hendaknya 200-220 mm, dan

kelembapan tanahnya jangan

kurang dari 60-70% dari

kapasitas lapangan, jadi

sebagian besar lahan

memerlukan pengairan

tambahan.

Tanah yang paling baik untuk

pertumbuhan pisang adalah

tanah liat yang dalam dan

gembur, yang memiliki

pengeringan dan aerasi yang

baik.

Kesuburan yang tinggi akan

sangat menguntungkan dan

kandungan bahan organiknya.

hendaknya 3% atau lebih.

Tanaman pisang toleran

terhadap pH 4,5-7,5.

e.Pedoman Budidaya

Bibit

1. Bibit dari bonggol (bit)

2. Bibit dari anakan :

x Tunas rebung : belum

berdaun, tinggi 20-40 cm 

x Anakan muda : tunas

daun telah keluar tetapi 

masih menggulung, tinggi 

41-100 cm 

x Anakan sedang : tinggi

101-150 cm 

x Anakan dewasa : daun

mekar lebih dari dua

helai, tinggi 151-175 cm

3. Bibit dari kultur jaringan

Untuk mendapatkan hasil yang

optimal, sebaiknya pisang

ditanam di dataran rendah,

dengan ketinggian kurang dari

1.000 m dpl. Iklim yang cocok

adalah iklim basah dengan curah 

hujan merata sepanjang tahun, 

maka pisang memberikan hasil

yang baik pada musim hujan dan 

kurang baik pada musim

kemarau.

Tanah yang cocok adalah tanah 

yang subur, tanah liat yang

mengandung kapur atau tanah

alluvial dengan pH antara 4,5-

7,5.

Selain itu jenis pisang juga

mempengaruhi keberhasilan

penanaman pisang.
Pembibitan 

Pisang umumnya diperbanyak

dengan anakan. Anakan yang

berdaun pedang-lah yang lebih 

disenangi petani, sebab pohon 

pisang yang berasal dari anakan

demikian akan menghasilkan

tandan yang lebih besar pada

panen pertamanya (tanaman

induk).

Bonggol atau potongan bonggol 

juga digunakan sebagai bahan 

perbanyakan. Bonggol ini

biasanya dibelah dua dan

direndam dalam air panas (52° 

C) atau dalam larutan pestisida 

untuk membunuh nematoda dan 

penggerek sebelum ditanamkan. 

Kini telah dikembangkan kultur

jaringan untuk perbanyakan

secara cepat, melalui ujung

pucuk yang bebas-penyakit.

Cara ini telah dilaksanakan

dalam skala komersial, tetapi

adanya mutasi yang tidak

dikehendaki menimbulkan

kekhawatiran.

Rekayasa bioteknologi pisang

dengan kultur jaringan

mempunyai keunggulan sebagai 

berikut:

- Bibit pisang bebas dari

infeksi penyakit seperti

virus dan nematoda

sehingga secara ekonomi 

lebih menguntungkan

- Persentase hidup

tanaman relatif tinggi

(95%).

- Umur berbuah lebih

cepat 3-4 bulan

dibandingkan dengan

cara lain

- Tanaman lebih seragam 

dan sesuai dengan sifat 

induknya

- Waktu panen serentak

sehingga memudahkan

pemasaran

-

2. Penyiapan lahan

Lahan untuk tanaman pisang

harus disiapkan dengan baik

agar dapat menjadi media

pertumbuhan yang subur. 

Pekerjaan pengolahan lahan

untuk tanaman pisang tersebut 

antara lain:

- Pembajakan tanah, untuk 

membongkar tanah

dengan kedalaman

kurang lebih 7rcm agar

menjadi media yang baik 

untuk perakaran tanaman

- Penggaruan, yakni

penghancuran

bongkahan-bongkahan

tanah dan meratakan

tanah. Penggaruan

dilakukan setelah

pemotongan dan

pembalikan tanah.

Penggalian lubang tanam,

umumnya lubang tanam pisang 

berukuran 60cm X 60cm X

60cm
Penanaman 

Penanaman pada umumnya

dilakukan pada awal musim

hujan.

Kebutuhan bibit pisang untuk

luas penanaman satu hektar

tergantung pada jarak tanamnya. 

Untuk jarak tanam 6mX6m

dibutuhkan 1.700 bibit, jika jarak 

tanam 5m x 5m dibutuhkan

2.000 bibit, sedangkan jarak

tanam 4m x 4m dibutuhkan

2.500 bibit.

Bahan perbanyakan biasanya

ditanamkan sedalam 30 cm. 

Pisang dapat dijadikan tanaman 

utama atau tanaman pencampur 

pada sistem tumpang sari.

Pisang biasanya ditanam

sebagai tanaman perawat (nurse

drop) untuk tanaman muda

coklat, kopi, lada, dan

sebagainya. Juga dapat

digunakan sebagai tanaman sela 

pada perkebunan karet atau

kelapa sawit yang baru

dibangun, atau ditanam di

bawah pohon-pohon kelapa

yang telah dewasa. 

Jika ditanam sebagai tanaman

utama, pisang biasanya

ditumpangsarikan dengan

tanaman semusim.

3. Pemeliharaan

Penyiangan

Penyiangan berulang-uiang

diperlukan sampai pahon-pohon

pisang dapat menaungi dan

menekan gulma. 

Gulma diberantas dengan cara￾cara mekanik (dibabat, dibajak, -

dan sebagainya) atau dengan

tangan: Herbisida pratumbuh

cukup efektif, dan jika tanaman 

telah mencapai tinggi 1,5 m atau 

lebih, dapat digunakan herbisida 

kontak.

Pemupukan

Pisang memerlukan sejumlah

besar hara. Di pekarangan

pemakaian pupuk kandang dan 

kompos dianjurkan, yang

dikombinasikan dengan 0,25 kg 

urea dan kalium nitrat (muriate of 

potash) setiap tiga bulan untuk 

masing-masing rumpun. 

Pengairan

Pengairan diperlukan di areal

yang memiliki musim kemarau

panjang, tetapi juga jika curah 

hujannya kurang dari 200-220

mm bulan. Air dapat dialirkan

melalui parit atau disemprotkan; 

kini pengairan-tetesan (drip

irrigation) telah banyak diterima. 

Selama putaran pemangkasan

ringan, daun-daun yang layu

dipotong agar diperoleh mulsa

dan untuk menghindari sumber

infeksi melalui penyakit-penyakit

daun.

Pengurangan anakan

DI perkebunan skala komersial

beberapa tindakan lain dilakukan 

untuk mempertahankan

produktivitas yang tinggi dan
untuk menjamin buah berkualitas 

baik untuk pasatan (ekspor). 

Tindakan-tindakan itu mencakup 

pembuangan anakan,

pembuangan tunggui-tunggul,

pemotongan jantung pisang, dan 

pengurangan tandan buah. 

Setiap 6-12 minggu tanaman

pisang dibuangi anakannya,

hanya ditinggalkan satu tanaman 

induk (yang sedang berbuah),

satu batang anakan (yang

tertua), dan dalam hal tanaman￾sirung (ratoons), satu tanaman

cucu.

Pada kepadatan yang rendah,

setiap rumpun dapat berisi 2

batang induk berikut 2

anakannya.

Jadi, untuk menghindari

berjejalnya batang, dan untuk

mengatur panen yang berurutan

dalam setiap rumpun, satu

anakan disisakan pada satu

pohon induk setiap 6-10 bulan 

(atau lebih untuk daerah beriklun 

sejuk) untuk menghasilkan

tandan berikutnya. Hanya

anakan yang sehat dan

tertancap dalam yang boleh

disisakan.

Penyangga atau tali dapat

memberikan dukungan

tambahan bagi tanaman yang

berisi tandan buah; topangan ini 

akan menghindarkan tanarnan

dari patahnya batang karena

keberatan oleh tandan.

Jantung pisang hendaknya

segera dibuang setelah 2 sisir

terakhir dari tandan itu muncul. 

Pada waktu yang bersamaan,

satu atau dua sisir terakhir

mungkin perlu dibuang untuk

meningkatkan panjangnya

masing-masing buah pisang

yang tersisa, dan tandan itu

mungkin perlu dikarungi. 

Karung itu dapat berupa kantung 

plastik yang telah diberi

insektisida, maksudnya untuk

menghindari kerusakan oleh

serangga, burung, debu, dan

sebagainya, dan untuk

menaikkan suhu tandan,

memajukan pertumbuhan buah,

terutama untuk daerah beriklim 

dingin.

Pengendalian Hama dan

Penyakit

Penyakit

1.Sigatoka kuning atau bercak

daun merupakan salah satu

penyakit yang paling berbahaya. 

Penyakit ini disebabkan oleh

Mycosphaerella musicola (tahap 

konidiumnya disebut Cercospora

musae) yang endemik untuk

Asia Tenggara, dan hanya

dijumpai pada pisang. 

Bercak daun ini menyebabkan

kematian dini sejumlah besar

daun pisang, menyebabkan

tandan buah mengecil dengan

sedikit sisiran, dan individu buah 

pisang yang kurang penuh
2. Penyakit layu Fusarium atau 

penyakit Panama disebabkan , 

oleh Fusarium oxysporum f.

cubense.

Penyakit ini berupa jamur tanah 

yang meriyerang akar kultivar￾kultivar pisang yang rentan, dan 

menyumbat sistem pembuluh,

sehingga tanaman akan layu.

Satu-satunya cara

pemberantasan ialah

penghancuran fisik atau kimiawi 

(herbisida) pada tanaman yang 

terserang dan tetangga￾tetangganya; lahan hendaknya

dikosongkan dan dipagari, serta 

dikucilkan dari penanaman dan 

aliran pengairan. 

Penyakit layu bakteri atau

penyakit Moko

Penyakit ini disebabkan oleh

Pseudomonas solanacearum,

dan dapat membunuh pohon

pisang yang terserang hanya

dalam jangka waktu satu-dua

minggu.

Bakteri ini dapat ditularkan

secara mekanik, tetapi biovar 1-

SFS adalah galur yang

ditularkan oleh serangga, dan

dianggap sebagai galur yang

paling berbahaya. 

Pengendaliannnya mencakup

desinfeksi semua peralatan yang 

digunakan dalam berbagai

pengolahan pertanian dan

penghancuran tanaman yang

terserang, beserta tetangga￾tetangganya.

Fumigasi dan pengkarantinaan

lahan yang terserang sangat

dianjurkan. Penyakit ini umum,di 

belahan bumi barat; di Asia

Tenggara hanya ada di Filipina 

(Mindanao).

Penyakit-penyakit virus

mencakup penyakit pucuk

menjurai (bunchy top), mosaik,

dan mosaik braktea. Penyakit

pucuk menjurai dan penyakit

mosaik ditularkan oleh afid [afid 

pisang, (Pentalonia

nigronervosa), menyebabkan

pucuk pisang menjurai; afid

jagung (Rhopalosiphum maidis),

dan afid kapas (Aphis gossypii),

kesemuanya itu adalah vektor￾vektor untuk penyakit mosaik].

Pernberantasan penyakit￾penyakit ini mencakup tindakan 

karantina, pemeriksaan secara

teratur dan penghancuran

tanaman yang terserang,

penggunaan bahan perbanyakan 

yang. bebas virus, pembuangan 

inang alternatifnya, dan

pemberantasan vektor￾vektornya.

Hama

Serangga hama yang paling

berbahaya adalah kumbang

penggerek pisang (Cosmopolitis

sordidus).

Hama ini berasal dari Asia

Tenggara, tetapi telah tersebar

ke semua areal penanaman

pisang. Yang paling merusak

adalah Iarvanya: larva-larva itu 

menggerek bonggol dan menjadi 

pupa di lorong-lorong yang

dibuatnya. Sebagian besar
jaringan bonggol akan rusak,

akibatnya akan menurunkan

kemampuan pengambilan air

dan hara, juga kemampuan

tertancapnya tanaman.

Serangga dewasanya

meletakkan telur pada jaringan￾jaringan bonggol atau di

sekitarnya.

Langkah pemberantasannya

mencakup pencacahan bonggol 

dan batang semu agar

pembusukan berlangsung lebih

cepat, menjerat dan menangkap 

serangga-serangga dewasa,

menggunakan bahan

perbanyakan yang tidak

terserang, merusak tempat

berlindung dan tempat makan

serangga dewasa dengan cara

menjaga kebersihan lahan di

sekitar tanaman, dan

menggunakan insektisida. Dua

macam 'thrips' menyerang

tanaman pisang. 'Thrips' bunga, 

"thrips florum, berukuran kecil,

dapat memasuki buah yang

sedang berkembang ketika

brakteanya masih ada.

Serangga ini bertelur di situ dan 

memakan buah-buah yang

muda, menyebabkan buah

berkulit kasar dan kadang￾kadang menjadi pecah-pecah.

'Thrips' merah karat

(Chaetanaphothrips signipennis)

memakan bagian-bagian tempat 

perlekatan buah pisang pada

tandannya, menimbulkan warna 

kemerah-merahan.

Pemberantasan hama ini

dilakukan dengan insektisida

atau pembungkusan tandan;

membantu koloni semut berada 

di sekitar tempat itu juga dapat 

bermanfaat.

Nematoda pelubang

(Radopholus similis) adalah jenis 

nematoda yang paling merusak. 

Bercak-bercak atau bintik bintik 

hitam pada akar menunjukkan

adanya serangan yang

kemudian diikuti oleh infeksi

jamur.

Tanaman yang terserang hebat 

hanya tinggal berupa batang

berakar busuk, yang mudah

roboh jika telah terbentuk tandan 

buah. Langkah-langkah

pemberantasannya mencakup

pembuangan tanaman yang

terserang,

4. Panen dan Pasca Panen

Panen

Buah pisang dipanen ketika

masih mentah. Pemetikan yang 

dilakukan pada tingkat

kematangan yang tepat akan

menghasilkan buah pisang yang 

prima.

Tanda-tanda buah pisang yang 

mempunyai tingkat kematangan

cukup antara lain:

- Buah tampak berisi dan

bagian tepi buah sudah 

tidak ada lagi

- Pada sisir buah bagian

atas sudah ada yang

matang sekitar 2-3buah

- Tangkai pada putik telah 

gugur
Tingkat kematangan

diperkirakan dari adanya siku￾siku pada individu buah; buah

yang penampang melintangnya

lebih bulat berarti lebih matang. 

Sewaktu berat buah meningkat 

dengan cepat sejalan dengan

menghilangnya siku-siku pada

buah, buah pisang juga menjadi 

lebih rentan terhadap kerusakan 

selama pengangkutan, dan buah 

itu tidak dapat bertahan lama,

karenanya harus dipetik lebih

awal.

Untuk memanen pisang

diperlukan 2 orang, si pemanen 

dan si pengumpul. Si pengumpul 

menyandang bantalan bahu

untuk menahan jatuhnya tandan 

setelah si pemanen menusuk

batang pisang dengan parang,

sehingga bagian atas pohon

beserta tandannya merunduk. 

Diperlukan satu galah bambu

untuk menopang tandan sampai 

menyentuh bantalan di bahu:

Setelah tandan itu merendah

dengan cara begitu, si pemanen 

memotong gagang tandan

dengan menyisakan sebagian

gagang yang masih berada pada 

tandan, yang digunakan sebagai 

pegangan.

Tandan-tandan itu kemudian

diangkut dengan hati-hati ke

ruangan pengepakan melalui

sistem kabel atau dengan

gerobak yang ditarik oleh traktor. 

Penanganan pasca panen

- Pengumpulan

Pisang yang telah dipanen

dikumpulkan ditempat yang

terlindung sinar matahari. Daun

pisang dapat digunakan sebagai 

alas agar buah tidak luka.

Sebelum dilakukan sortasi,

tandan pisang disisir dahulu

dengan menggunakan pisau

yang tajam agar tidak terjadi

luka. Kemudian buah pisang

dibersihkan dan disemprot

dengan fungisida untuk

mencegah timbulnya bahaya

penyakit selama saat

penyimpanan.

- Sortasi dan Klasifikasi

Sortasi dan Klasifikasi dilakukan 

menurut ukuran besar dan

kecilnya buah, kerusakan atau

cacat buah, derajat kematangan, 

bobot buah dan keseragaman

warna.

- Pengemasan

Pengemasan bertujuan agar

memudahkan pengangkutan dan 

melindungi buah dari kerusakan 

mekanis yang terjadi selama

pengangkutan.

Hal yang perlu diperhatika dalam 

pengemasan adalah kapasitas

alat kemasan dan cara

menyusun buah pisang dalam

kemasan.

Untuk pengangkutan jarak dekat 

dapat menggunakan keranjang

bambu dengan kapasitas 3-4
sisir . Ada pula pedagang yang 

menggunakan kotak kayu yang 

berisi 150 pisang per kotak.

Pengemasan untuk ekspor

memerlukan penamnganan yang 

lebih banyak dan cermat.

Setelah dipetik buah harus dicuci 

bersih dan dicelupkan ke dalam 

larutan fungisida. Kemudian

buah pisang disortasi dan

ditimbang serta diberi perlakuan 

untuk mempertahankan

kesegarannya. Pengemasan

disesuaikan dengan alat

transportasi yang digunakan.

Kotak kemasan yang digunakan 

untuk perdagangan internasional 

mempunyai kapasitas 18.14

lb(40 lb) dan 12 Kg.

Daya simpan pisang mentah

berkisar antara 21-30 hari pada 

suhu 13-15° C. Kalsium karbida 

(CaC2) atau larutan etefon dapat 

digunakan untuk mematangkan

buah tua-mentah.

Pada perlakuan kalsium karbida, 

buah pisang dikenai bahan ini

selama 24-36 jam dalam sebuah 

wadah tertutup, sedangkan pada 

perlakuan etefon, pencelupan

selama 5 menit sudah cukup

efektif.

Pada pengusahaan secara

komersial besar-besaran

digunakan gas etilena. 

Pisang diperlakukan selama 24 

jam dalam kamar tertutup yang 

berisi etilena dan suhunya

dipertahankan 14-18°C. Setiap

24 jam sekali kamar dibuka

untuk ventilasi sampai buah￾buah pisang itu mencapai warna 

yang disenangi konsumen.
TEKNIK BUDIDAYA

TANAMAN HIAS

a.   

Kelompok tanaman hias

merupakan salah satu bagian

dari ilmu hortikultura. Tanaman

hias dapat dibudidayakan

didalam ruangan maupun di

ruang terbuka.

b. Klasifikasi

Tanaman hias dapat

diklasifikasikan berdasarkan

morfologi, siklus hidup, bentuk

daun, ataupun karakteristik

lainnya.

1.Golongan Herba

Tanaman hias herba adalah

tanaman yang batangnya tidak

berkayu, pada umumnya jenis ini 

banyak digunakan untuk

tanaman indoor.

Kelompok herba ini dapat

dikelompokkan lagi, yaitu:

a.Siklus hidup

a. Annual, tanaman hias

annual (semusim) adalah 

tanaman hias yang siklus 

hidupnya kurang dari

setahun.

b. Biannual, yang termasuk 

kedalam kelompok ini

adalah tanaman hias

yang pertumbuhan

vegetatifnya terjadi pada

tahun pertama dan masa

reproduktifnya

(berkembang biak) pada

tahun berikutnya.

c. Perenial (tahunan), yang

termasuk kedalam

kelompok ini adalah

tanaman hias yang siklus

hidupnya sangat panjang.

Salah satu contoh

tanaman hias kelompok

ini adalah adalah lidah

mertua (Sansevieria spp).

B Berdasarkan fungsi 

Kelompok tanaman hias herba

dapat dibagi berdasarkan

fungsinya yaitu: 

a. Bedding Plant, yaitu

tanaman yang digunakan 

sebagai selimut

(pelindung) tanaman

lainnya. Tanaman ini

berfungsi untuk

melindungi tanaman

lainnya terhadap fluktuasi 

suhu ekstrim, hal ini

banya dilakukan pada

daerah sub-tropis.

Contoh nya adalah:

Petunia spp, dan

marigold (Tagetes spp).

b. Hanging plant (tanaman

gantung), tanaman yang 

penanamannya dalam

pot gantung misalnya

geranium, pakis.
Houseplant (tanaman

indoor atau tanaman

rumah) , adalah tanaman 

hias yang adaptif pada

kondisi didalam ruangan.

Mereka ditanam pada

wadah tertentu, dan pada 

umumnya kelompok ini

pertumbuhannya relatif

lebih lambat. Kelompok

ini dapat berupa tanaman 

berbunga atau tanaman

hias daun. Misalnya

adalah lidah mertua

(Sansevieria spp) ,

rambung merah (Ficus

elastica)

Gambar 123. Tanaman hias

yang diletakkan dalam ruangan

2. Golongan Tanaman Hias

Berkayu

Tanaman hias kelompok ini

berbeda dalam ukuran dan pola 

pertumbuhannya.

Beberapa jenis dapat

menggugurkan daunnya jika

terjadi perubahan cuaca, yang

disebut decidous, dan kelompok 

kedua adalah tanaman yang

tidak menggugurkan daunnya

disebut evergreen.

Kelompok ini ada yang

berbentuk semak, menjalar,

ataupun pohon.

Tanaman berkayu dapat

digabungkan penanamannya

dengan kelompok herba akan

tetapi jika menggabung

keduanya perlu diperhatikan

kebiasaan hidup masing masing 

jenis, warna, tekstur, luas

kanopi, dan kemampuan

adaptasinya.
Tanaman Indoor dan

outdoor

Penanaman bunga dalam

ruangan (indoor)

Beberapa jenis bunga dapat

ditanam di dalam ruangan,

asalkan seluruh kebutuhan

pertumbuhannya terpenuhi.

Faktor yang Mempengaruhi

Kemampuan Tanaman di dalam 

Ruangan

Kemampuan tanaman untuk

hidup dalam ruangan tertutup,

tergantung pada jenisnya.

Pemilihan akan jenis tanaman

yang akan dibudidayakan di

dalam ruangan ini tergantung

pada:

Efek individual

Ada beberapa orang lebih

tertarik pada kaktus

dibandingkan dengan mawar.

Oleh karenanya penanaman

dalam ruangan sangat

tergantung pada siapa penghuni 

ruangan tersebut.

Kondisi tempat tumbuh

Ruangan dapat juga digunakan 

untuk menanam tanaman hias.

Akan tetapi keberhasilan

pertanaman di dalam ruangan

ini tergantung pada kondisi

ruangan dan jenis tanaman

hiasnya. Ruangan yang tidak

cukup cahaya mataharinya

tidak mencukupi syarat untuk

tempat penanaman tanaman,

kecuali diberi cahaya lampu

selama 24 jam.

Akan tetapi