• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tumbuhan obat 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tumbuhan obat 4. Tampilkan semua postingan

tumbuhan obat 4

Nanas
(Ananas comosus (L.) Merr.) 
Sinonim : A. Sativus Schult., Ananassa sativa Lindl., Bromelia comosa L.
Familia : Bromeliaceae.
Uraian :
Nanas berasal dari Brasil. Di negara kita , nanas ditanam di kebun-kebun, pekarangan, dan tempat-tempat lain yang 
cukup mendapat sinar matahari pada ketinggian 1-1300 m dpl. Nanas merupakan tanaman buah yang selalu 
tersedia sepanjang tahun. Herba tahunan atau dua tahunan, tinggi 50-150 cm, terdapat tunas merayap pada bagian 
pangkalnya. Daun berkumpul dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian 
daun bentuk pedang, tebal, liat, panjang 80-120 cm, lebar 2-6 cm, ujung lancip menyerupai duri, tepi berduri 
tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah bersisik putih, berwarna hijau atau hijau kemerahan. Bunga majemuk 
tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya buah buni majemuk, 
bulat panjang, berdaging, berwarna hijau, jika masak warnanya menjadi kuning. Buah nanas rasanya enak, asam 
hingga  manis. Bijinya kecil, seringkali tidak jadi. Buahnya selain di makan secara langsung, bisa juga diawetkan 
dengan cara direbus dan diberi gula, dibuat selai, atau dibuat sirop. Buah nanas juga dapat dipakai untuk 
memberi citarasa asam manis, sekaligus sebagai pengempuk daging. Daunnya yang berserat dapat dibuat benang 
ataupun tall. Tanaman buah nanas dapat diperbanyak dengan mahkota, tunas batang, atau tunas ketiak daunnya. 
Nama Lokal :
NAMA area : Sumatera: ekahauku (Enggano), anes (Aceh), nas (Gayo), henas, kenas, honas, hanas (Batak), gona 
(Nias), asit, nasit (Mentawai), enas, kanas, nanas (Melayu), aneh, naneh (Minangkabau), kanas, kanyas, nas, 
nyanyas (Lampung). Jawa: danas, ganas (Sunda), nanas (Jawa); lanas, nanas (Madura): Kalimantan: kanas, 
samblaka, malaka, uro usan, kayu usan, kayu ujan, belasan. Nusa Tenggara: manas (Bali), nanas (Sasak), aruma, 
fanda, pandal (Bima), panda (Sumba), nana (Sawu), peda, anana, pedang (Flores), parangena, nanasi 
(Taluud).Sulawesi: tuis mangandow, na'asi, nanasi, tuis, tuis ne walanda, busa, pinang (Ut.Alf.), nanati (Gorontalo), 
lalato (Buol), nanasi (Toraja), pandang (Makasar, Bugis), edan, ekam, hedan (Timor). esne (Kisar), ngewu 
(Tanimbar). Maluku: ai nasi, than baba-ba, kai nasi (Seram Timur), bangkalo, kampora, kanasoi (Seram Barat), 
anasu, banggala, bangkala, kai nasu, kambala, kampala (Seram selatan), arnasinu, kanasi, kurnasin, mangala, nanasi 
(Amb.Alf.), nanasu, anasul (Ulias). Irian Jaya: Manilmap, miniap. NAMA ASING: Pineapple (I), ananas (I;B;P;J), Pinya 
(Tag.). NAMA SIMPLISIA: Ananas Fructus (buah nanas).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sifat dan Khasiat Buah masak sifatnya dingin, berkhasiat mengurangi keluarnya asam lambung yang berlebihan, 
membantu mencernakan makanan di lambung, antiradang, peluruh kencing (diuretik), membersihkan jaringan kulit 
yang mati (skin debridement), mengganggu pertumbuhan set kanker, menghambat penggumpalan trombosit 
(agregasi platelet), dan memiliki  aktifitas fibrinolitik. Buah muda rasanya asam, berkhasiat memacu enzim 
pencernaan, antelmintik, diuretik, peluruh haid (emenagog), abortivum, peluruh dahak (mukolitik), dan pencahar. 
Daun berkhasiat antipiretik, antelmintik, pencahar, antiradang, dan menormalkan siklus haid. Efek Farmakologis 
dan Hasil Penelitian Penelitian terhadap pengaruh penambahan sari buah nanas terhadap mutu susu sapi telah 
dilakukan. Ternyata, pada penambahan 3,4 ml sari buah nanas diperoleh populasi bakteri terendah, yaitu 37,60x 
10' sel/ml dan kadar lemak tertinggi 7,594%. Pada penambahan 3,2 ml sari buah nanas diperoleh kadar protein 
tertinggi 19,138°Io (M. Nuh Nasution, Jurusan Biologi FMIPA UNAND, 1993). Ternyata, enzim yang terkandung 
dalam buah nanas berkhasiat debridement yang cepat (percobaan dilakukan pada tikus yang mengalami luka 
bakar). Pemberian ekstrak nanas muda sebanyak 0,2 ml pada mencit hamil dapat mematikan embrio mencit jika 
diberikan pada umur kehamilan 2 dan 4 hari. Jika diberikan pada umur kehamilan 6 hari, kehamilan tetap 
berlangsung dan dapat melahirkan normal (Mulyoto, FB UNSOED, 1986). 
Pemanfaatan :
Bagian yang Dipakai :
Bagian yang dipakai yaitu  buah dan daun. 
Indikasi:
Buah nanas dipakai untuk pengobatan : 
- rasa penuh di lambung,
- sembelit,
- radang tenggorok,
- menurunkan berat badan, 
- beri-beri,
- keseleo, bengkak terpukul,
- darah mudah menggumpal (blood coagulation), 
- aterosklerosis (penyempitan pembuluh darah), 
- menghambat pertumbuhan tumor,
- meningkatkan penyerapan (absorbsi) obat, 
- terlambat haid, dan
- cacingan. 
Cara Pemakaian:
Untuk obat yang diminum, jus 1/2-2 buah nanas ukuran sedang atau dapat juga diparut, lalu minum.
Untuk pemakaian obat luar, kupas buah nanas, lalu parut. Turapkan hasil parutannya pada bagian tubuh yang sakit, 
seperti membersihkan jaringan mati (debridement) pada luka bakar, ketombe, bisul, koreng, dan radang kulit 
(dermatitis). Cara lain, tumbuk daun nanas hingga  halus, lalu balurkan pada luka bakar, bisul, dan gatal-gatal.
Contoh Pemakaian: 
- Cacingan
Kupas 1 buah nanas muda, lalu cuci hingga  bersih. Selanjutnya, bilas dengan air masak, lalu parut. Peras clan saring 
hasil parutannya, lalu minumkan pada anak yang cacingan sedikit demi sedikit.
- Keseleo, memar akibat terpukul
Kupas 1 buah nanas yang sudah masak, potong-potong, lalu dijus. Minum air yang terkumpul sekaligus.
- Radang tenggorokan
Kupas 2 buah nanas yang telah masak, lalu cuci hingga  bersih. Potong-potong, lalu dijus atau diparut. Selanjutnya, 
peras memakai   sepotong kain bersih. Minum air perasan yang terkumpul, sehari 3 kali, setiap kali cukup 1/3 
bagian.
- Peradangan di kulit (dermatitis), ketombe
Sediakan 1/2 buah nanas yang telah masak. Kupas kulitnya, lalu parut. Hasil parutannya dipakai untuk menggosok 
kulit yang bersisik dan mengelupas, baik di kulit kepala atau bagian lain dari tubuh. Lakukan sekali sehari, malam 
sebelum tidur. Keesokan paginya baru dicuci bersih. Lakukan setiap hari.
- Ketombe
Sediakan 1/4 buah nanas masak. Kupas kulitnya, lalu parut, peras, dan saring. Tambahkan air perasan 1 buah jeruk 
nipis dan aduk hingga  rata. pakai  ramuan ini untuk menggosok kulit kepala yang berketombe. Lakukan malam 
sebelum tidur. Keesokan paginya rambut dikeramas. Lakukan 2-3 kali dalam seminggu.
- Menurunkan berat badan
Kupas 1 buah nanas yang tidak terlalu matang, lalu cuci hingga  bersih. Potong-potong, lalu dijus atau diparut. 
Selanjutnya, peras memakai   sepotong kain bersih dan air perasannya langsung diminum sekaligus. Lakukan 2 
kali sehari.
- Sembelit
Kupas 3 buah nanas yang belum masak, lalu cuci hingga  bersih. Selanjutnya, jus atau parut, lalu peras. Minum air 
perasannya sesudah  makan, sehari 2 kali, masing-masing cukup 1/2 gelas.
- Beri-beri
Kupas 2 buah nanas yang sudah masak, lalu cuci hingga  bersih. Selanjutnya, jus atau parut, lalu peras. Minum air 
perasannya sekaligus. Sebaiknya diminum pagi atau siang hari sesudah makan.
- Luka bakar, gatal dan bisul
Cuci daun nanas hingga  bersih, lalu tumbuk hingga  halus. Balurkan pada bagian yang sakit.
- Rasa penuh di lambung sebab  pencernaan terganggu
Minum jus nanas 3 kali sehari masing-masing 3/4 gelas (150 cc). Lakukan 1/2 jam sebelum makan.
Catatan:
- Ibu hamil dilarang minum perasan buah nanas muda.
- Buah nanas di dalam saluran cerna difermentasi menjadi alkohol yang dapat menimbulkan kambuhnya rematik 
Gout.
- Penderita kencing manis (diabetes mellitus) dianjurkan untuk membatasi dalam mengonsumsi buah nanas sebab  
kandungan gula buah yang masak cukup tinggi.
Komposisi :
Buah mengandung vitamin (A dan C), kalsium, fosfor, magnesium, besi, natrium, kalium, dekstrosa, sukrosa (gula 
tebu), dan enzim bromelain. Bromelain berkhasiat antiradang, membantu melunakkan makanan di lambung, 
mengganggu pertumbuhan set kanker, menghambat agregasi platelet, dan memiliki  aktivitas fibrinolitik. 
Kandungan seratnya dapat mempermudah buang air besar pada penderita sembelit (konstipasi). Daun 
mengandung calsium oksalat dan pectic substances.
Nanas Kerang
(Rhoeo discolor (L.Her.) Hance) 
Sinonim : Oyster Plant (English name). 
Familia : Commefinaccae
Uraian :
Biasa ditanam orang sebagai tanaman hias, tumbuh subur di tanah yang lembab. Termasuk anggota suku gawar￾gawaran, berasal dari Meksiko dan Hindia Barat. Tinggi pohon 40 cm - 60 cm, batang kasar, pendek, lurus, tidak 
bercabang. Daun lebar dan panjang, mudah patah, warna daun di permukaan atas: Hijau, dan di bagian bawah 
berwarna merah tengguli. Panjang daun + 30 cm, lebar 2,5 - 6 cm. Bunga berwarna putih, berbentuk bunga kerang.
Nama Lokal :
Bang lan ye (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Bronkhitis, Batuk, TBC kelenjar, Mimisan, Disentri, Berak darah; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Bunga dan daun. Pemakaian segar atau kering.
KEGUNAAN:
1. Acute & chronic bronchitis, batuk rejan (Pertusis).
2. TBC kelenjar (Lymphatic tuberculosis)
3. Mimisan (Epistaxis).
4. Disenteri basiler, berak darah (Melena).
PEMAKAIAN: 
Daun: 15 - 30 gr. Bunga: 20 - 30 kuntum rebus.
PEMAKAIAN LUAR:
Jatuh terkilir, terpukul (memar), dilumatkan, kemudian dibalut.
CARA PEMAKAIAN:
1. Batuk rejan, batuk berdahak, flu, disentri: 
 20 - 30 kuntum bunga direbus, minum.
2. TBC kelenjar, mimisan: 15 - 30 gr daun, rebus, minum.
3. Acute bronchitis, muntah darah: 
 10 helai daun segar atau 20 - 30 kuntum bunga ditambah gula batu, 
 ditim.
4. Berak darah (melena):
 10 - 15 helai daun segar atau 20 - 50 kuntum bunga kering ditambah
 gula enau, direbus.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa manis, sejuk. Anti radang, memelihara paru, mencairkan dahak, 
anti batuk, anti diare, membersihkan darah.
Ngokilo
(Stachytarpheta mutabilis, Vahl.) 
Sinonim : Strobilantes crispus Bl. Sericocalyx crispus, (Linn.), Bremek.
Familia : Acanthaceae
Uraian :
Ngokilo (Stachytarpheta mutabilis) yaitu  suatu jenis tumbuhan yang berbatang basah dan sepintas lalu 
menyerupai rumput berbatang tegak. Di Jawa tanaman ini banyak terdapat di pedesaan yang tumbuh sebagai 
semak. Batang pohonnya berdiameter antara 0,2 - 0,7 cm. Kulit luar berwarna ungu dengan bintik-bintik hijau dan 
apabila menjadi tua berubah menjadi coklat. Daun ngokilo berbentuk bulat telur, pada tepinya bergerigi dengan 
jarak agak jarang, berbulu halus hampir tak kelihatan. Panjang helaian daun (tanpa tangkai) berkisar antara 5 - 8 cm 
(ukuran normal) dan lebar daun kira-kira 2 - 5 cm. Tumbuhan ini mudah berkembang biak pada tanah subur, agak 
terlindung dan di tempat terbuka.
Nama Lokal :
Ngokilo, enyoh kelo, keci beling, keji beling (Jawa).; Daun picah beling (Jakarta).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Tumor, Diabetes melitus, Lever (Sakit kuning), Ambeien (Wasir); Kolesterol, Maag, Kena bisa ulat dan Semut hitam; 
Pemanfaatan :
1. Tumor
 Bahan: Daun Ngokilo mentah dan segar 3 lembar.
 Cara pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur.
 Pantangan: Ikan Asin, cabai, tauge, sawi putih, kangkung, nanas, 
 durian, lengkong, nangka, es, alkohol dan tape, limun dan vitzin.
2. Diabetes Mellitus
 Bahan: Daun Ngokilo mentah dan segar 3 lembar.
 Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur.
 Pantangan: makanan yang manis-manis
3. Lever (sakit Kuning)
 Bahan: Daun Ngokilo mentah dan segar 3 lembar.
 Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan 
 secara teratur.
 Pantangan: makanan yang mengandung lemak.
4. Ambeien (wasir)
 Bahan: Daun Ngokilo mentah dan segar 3 lembar.
 Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur.
 Pantangan: Daging kambing dan makanan/masakan yang pedas.
5. Kolesterol tinggi
 Bahan: Daun Ngokilo mentah dan segar 3 lembar.
 Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur.
 Pantangan: makanan yang berlemak.
6. Maag
 Bahan: Daun Ngokilo mentah dan segar 3 lembar.
 Cara Pemakaian: dimakan sebagai lalapan setiap hari dan dilakukan secara teratur.
 Pantangan: makanan pedas atau asam.
7. Kena Bisa Ulat dan Semut Hitam
 Bahan: Daun Ngokilo mentah dan segar 1 lembar.
 Cara Pemakaian: digosokkan pada bagian tubuh yang gatal hingga 
 daun ini mengeluarkan air dan hancur. Dilakukan 2 kali sesudah  berselang 2 jam.
Komposisi :
Kandungan kimia yang terdapat pada ngokilo hingga  sekarang belum diketahui, sebab  belum ada penelitian 
ilmiah. Berdasarkan pengalaman, tumbuhan ini ternyata berkhasiat obat.
Nona Makan Sirih
(Clerodendrum thomsonae Balff.) 
Sinonim : Clerodendron thomsonae, Balf.f. 
Familia : Verbenaceae
Uraian :
Tanaman ini biasa ditanam sebagai tanaman hias di halaman atau di taman-taman, dan dapat ditemukan hingga  
ketinggian 1,000 m dpl. Asalnya dari Afrika tropis, dapat ditanam di pot atau di tanah, menyukai lokasi yang sedikit 
terlindung atau terkena matahari penuh untuk berbunga bagus. Perdu memanjat atau merambat, tinggi 2-5 m. 
Tanaman ini memiliki  ranting muda yang bentuknya persegi empat. Daun tunggal, bertangkai, bentuknya bulat 
telur memanjang, ujung runcing, tepi rata. Bunga keluar dari ujung ranting atau ketiak daun, dalam rangkaian yang 
bersifat rasemos, warnanya merah berseludang putih kekuningan, Buah bulat warnanya hijau dengan 2-4 biji, bila 
masak warnanya coklat hitam. Perbanyakan dengan biji, stek atau pemecahan akar. 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang selaput gendang telinga (tympanitis) pada anak- anak.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI : 
Daun
KEGUNAAN :
Radang kronis selaput gendang telinga (tympanitis) pada anak- anak.
PEMAKAIAN :
Untuk minum : 5-10 g.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Membersihkan panas dan racun (toksin).
Pacar Air
(Impatiens balsamina Linn.) 
Sinonim : Impatiens cornuta, Linn. Impatiens hortensis, Desf. Impatiens mutila, D.C. I.triflora Blanco Balsamina 
mutila, DC. 
Familia : Balsaminaceae
Uraian :
Berupa terna berbatang basah, bercabang, dengan daun tunggal, bentuk lanset memanjang pinggir bergerigi warna 
hijair muda tanpa daun penumpu. Bunga berwarna cerah, ada beberapa macam wama, seperti merah, oranye, 
ungu, putih, dll., ada yang "engkel" dan ada yang "dobel". Buahnya buah kendaga, bila masak akan membuka 
menjadi 5 bagian yang terpilin. Biasanya ditanam sebagai tanaman hias dengan tinggi 30 80 cm
Nama Lokal :
Sumatera: Lahine, paruinai, Jawa: pacar cai, pacar banyu; Kimhong (Jakarta), Nusatenggara: pacar foya, pacar aik; 
Sulawesi: Tilang-gele duluku, kolendingi unggaagu; Bunga jabelu, giabebe, gofu, laka gofu, bunga taho, ; inai anyer. 
(Maluku); Feng xian hum (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Peluruh haid, Kanker pencernaan, Bengkak, Reumatik, Bisul; Gigitan ular, Ranadang kulit, Keputihan, Tulang 
patah/retak; Rasa nyeri, Anti-inflamasi, tertusuk benda asing di kerongkongan; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Akar, daun, bunga dan biji. KEGUNAAN: Biji: Peluruh haid (Emenagog), mempermudah 
persalinan (Parturifasien), kanker saluran pencernaan bagian atas. Pemakaian 3 - 10 gr, untuk kanker: 15 - 60 gr, direbus. Bunga: Peluruh haid, mengakiri kehamilan (abortivum) dipakai bunga warna putih, pembengkakan akibat 
terpukul (haematom), rheumatik sendi, bisul (furunculolsis), gigitan ular, radang kulit (dermatitis). Pemakaian: 3 - 6 
gr, direbus. Daun: Keputihan (Leucorrhoea), tulang patah/retak (Fracture), mengurangi rasa nyeri (analgetik). Akar: 
Peluruh haid, anti-inflamasi (antiflogistik = anti radang), rheumatik, tertusuk tulang/benda asing di kerongkongan. 
PEMAKAIAN LUAR: Bunga: - Pembengkakan, bisul, rheumatik, radang kulit: Lumatkan bunga segar, ternpelkan di 
tempat yang sakit. Daun: - Frakture, anti-inflamasi: Lumatkhan daun segar, ditempelkan di tempat yang sakit, atau 
daun direbus, untuk mencuci luka dan daunnya ditempelkan ke tempat yang sakit. CARA PEMAKAIAN: 1. Keputihan 
(Leucorrhoea): 30 - 60 gr daun segar, rebus. 2. Peluruh haid: a. 4 - 5 bonggol akar, direbus, 3 - 4 kah minum b. 
(Haematoma dan pcluruh haid): Impatiens balsamina 6 gr Leonurus sibiricus 30 gr Curcuma zedoaria 6 gr Scirpus 
yagara 6 gr Semua bahan direbus. 3. Tertusuk tulang/benda asing di kerongkongan: Akar dikunyah, telan dengan air 
hangat. KONTRAINDIKASI: Wanita hamil EFEK SAMPING: Pada pemakaian lama, dapat timbul mulut terasa kering 
(Xerostomia), mual (Nausea), nafsu makan menurun (anorexia) yang menghilang sesudah  menurunkan dosis atau 
penghentian pengobatan selama 2 - 3 hari.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN FARMAKOLOGIS: Terasa pahit, hangat, sedikti toxic (beracun). Berkhasiat melancarkan 
peredaran darah, melunakkan masa/benjolan yang keras. KANDUNGAN KIMIA: Bunga :Anthocyanins, cyanidin, 
delphinidin, pelargonidin, malvidin, kaempherol, quercetin. Akar :Cyanidin mono-glycoside.
Pacar Cina
(Aglaia odorata Lour.) 
Sinonim : Camunium sinense, Rumph. 
Familia : Meliaceae
Uraian :
Pacar cina sering ditanam di kebun dan pekarangan sebagai tanaman hias, atau tumbuh liar di ladang-ladang yang 
cukup mendapat sinar matahari. Tumbuhan ini didatangkan dari Cina. Bunganya sering dipakai untuk 
mengharumkan teh atau pakaian. Perdu, tinggi 2 - 6 m, batang berkayu, bercabang banyak, tangkai berbintik-bintik 
kelenjar berwarna hitam. Daun majemuk menyirip ganjil yang tumbuh berseling, anak daun 3 - 5. Anak daun 
bertangkai pendek, bentuk bundar telur sungsang, panjang 3-6 cm, lebar 1 - 3,5 cm, ujung runcing, pangkal 
meruncing, tepi rata, permukaan licin mengilap terutama daun muda. Bunga dalam malai rapat, panjangnya.5 - 16 
cm, warna kuning, dan harum. Buah buni, bulat lonjong, warnanya merah, panjang 6 - 7 mm, dengan ruang 1 - 3, 
biji 1 - 3. Perbanyakan melalui cangkok. 
Nama Lokal :
Culan (Sunda). pacar culam (Jawa).; Pacar cina, culan (Sumatera). Mi zi lan (China). ; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Perut kembung, batuk, pusing, mempercepat persalinan, memar,; Bisul, darah haid banyak, bau badan, diare, sukar 
menelan.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG dipakai : Bunga, daun, batang, dan ranting. 
INDIKASI :
Bunga berkhasiat untuk 
- perut kembung, 
- sukar menelan, batuk, pusing, dan 
- mempercepat persalinan. 
Daun berkhasiat untuk 
- memar, bisul, darah haid banyak, bau badan, dan diare. 
CARA PEMAKAIAN :
Daun, bunga, atau ranting sebanyak 5-15 g direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, batang, ranting atau daun 
digiling halus lalu dibubuhkan ke tempat yang sakit. 
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Darah haid banyak :
 Daun pacar cina segar sebanyak 1 genggam penuh dicuci bersih
 lalu direbus dengan 2 gelas air hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  
 dingin disaring dan diminum. Sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas. 
2. Bau badan :
 Daun pacar cina segar sebanyak 10 g dan daun sirih segar 
 sebanyak 7 lembar dicuci lalu direbus dengan 2 gelas air bersih 
 hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring. Kemudian minum 
 sehari 2 kali, pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas. 
CATATAN : Perempuan hamil dilarang minum.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Pacar cina bersifat pedas, manis, netral, masuk meridian paru, 
lambung, dan hati. KANDUNGAN KIMIA : Daun pacar cina mengandung minyak asiri, alkaloid, damar, garam 
mineral, dan tanin.
Padi
(Oryza, sativa L) 
Familia : Poaccae (Gramincae)
Uraian :
Padi banyak varietasnya yang ditanam di sawah dan di ladang, hingga  ketinggian 1.200 m dpl. Tanaman semak 
semusim ini berbatang basah, tingginya 50 cm - 1,5 m. Batang tegak, lunak, beruas, berongga, kasar, warna hijau. 
Daun tunggal berbentuk pita yang panjangnya 15-30 cm, lebar mencapai 2 ern, perabaan kasar, ujung runcing, tepi 
rata, berpelepah, pertulangan sejajar, hijau. Bunga rnajemuk berbentuk malai. Buahnya buah batu, terjurai pada 
tangkai, warna hijau, sesudah  tua menjadi kuning. Biji keras, bulat telur, putih atau merah. Butir-butir padi yang 
sudah lepas dari tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini 
dimasak, maka namanya menjadi nasi, yang merupakan bahan makanan utama bagi sebagian besar penduduk 
negara kita . Umumnya beras berwarna putih, walaupun ada beras yang berwarna merah. Tangkai butir 9 padi 
sesudah  dirontokkan gabahnya dan dijemur hingga  kering, disebut merang. Padi yang termasuk keluarga rumput￾rumputan ini ditanam dari bijinya secara langsung atau melalui persemaian dahulu
Nama Lokal :
Pare, pantun, pari, padi (Jawa). pade, rom, r. pedeh, page,; eme, ome, banih, padi, pai, pari, pagri (Sumatera). 
wanat, ; fasa, alai, ara, fala, hala, ala hutu, ala utu, ala utut, hala,; alac tuwa, pinge, pinye, samasi, bira (Maluku). 
ame, eme,; pai, pae, bai, ase (Sulawesi). Pare, kekai, parei, bani, ; Parai, parei, pari (Kalimantan). padi, pantu, 
pantun, pade,; pare, fare, pari, pane, pare ui, hade aik, ale (N.Tenggara).; Reis (Jerman), riz (Perancis), riyst 
(Belanda), rice (Inggris).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Tidak napsu makan, gangguan pencernaan, beri-beri, kesemutan; Keguguran, demam, diare, gondongan, rematik, 
keseleo, bisul,; Radang payudara, radang kulit, rambut kotor, keringat berlebihan; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG dipakai :
Selaput biji, biji, tangkai buah, dan. Selaput biji dijemur hingga  kering. 
KEGUNAAN :
Selaput biji (Gu ya) berkhasiat untuk mengatasi: 
- lambung dan limpa lemah, 
- tidak nafsu makan, gangguan pencernaan, rasa penuh di dada dan 
 perut, 
- beri-beri, serta 
- tangan dan kaki rasa kesernutan, baal. 
Tangkai buah (merang) berkhasiat untuk mengatasi: 
- rambut kotor, dan 
- keguguran. 
Biji (beras) berkhasiat untuk mengatasi: 
- demam, 
- diare, 
- gondongan,
- rematik, keselco, 
- radang payudara, radang kulit, dan 
- bisul. 
Akar (No tao ken) berkhasiat untuk mengatasi: 
- keringat berlebiban, berkeringat spontan, dan 
- filariasis. 
CARA PEMAKAIAN :
Selaput biji (bekatul) sebanyak 10 - 15 g atau akar 15 - 20 g direbus, lalu airnya diminum. Untuk pemakaian luar, 
beras digiling halus bersama bahan lain, untuk pemakaian setempat. Merang dibakar, lalu tambahkan air. 
Campuran ini baik untuk mencuci rambut. 
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Diare 
 Segenggam beras merah disangrai hingga  kuning, lalu digiling halus. 
 Seduh dengan air panas sambil diaduk merata, hingga  menjadi kuah 
 kental. Ramuan yang disebut air tajin ini lalu ditambah sedikit garam. 
 sesudah  dingin siap untuk diminum. Lakukan 2 - 3 kali sehari. 
2. Pencuci rambut 
 Sebanyak 2 ikat tangkai buah kering (merang) dimasukkan ke dalam 
 panci atau bejana dari tanah liat. Kemudian merang dibakar hingga  
 semuanya hangus menjadi abu. Tambahkan 1 liter air, lalu 
 embunkan di udara terbuka semalaman. Ambil air yang bening untuk 
 keramas. Selesai keramas, bilas dengan air perasan 1 buah jeruk 
 purut yang telah masak dan diencerkan dengan 2 gelas air. 
 Kemudian rambut dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. 
 Lakukan 3 kali dalam seminggu.
3. Gondongan : 
 Ambil sekepal nasi panas, urutkan pada bagian pipi yang bengkak. 
4. Rematik :
 Sediakan beras merah 1 sendok, lempuyang sepanjang 1/2 jari 
 tangan, dan cabai rawit 3 buah. Semua bahan ini sesudah  
 dicuci bersih lalu ditumbuk hingga  menjadi seperti bubur. Balurkan ke tempat yang sakit. 
5. Mematangkan bisul : Untuk bisul yang besar dan keras dikompres dengan bubur nasi. 
6. Beri-beri :
 Siapkan bekatul beras merah sebanyak 3 sendok makan lalu seduh 
 dengan 100 cc susu sapi sambil diaduk merata. Minum selagi hangat. Lakukan 2 kali sehari.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Akar bersifat hangat dan manis. Selaput biji (kulit ari) bersifat manis, 
netral, serta masuk meridian limpa dan lambung. KANDUNGAN KIMIA : Biji mengandung karbohidrat, dextrin, 
arabanoxylan, xylan, phytin, glutelin, enzim (phytase, lypase, diastase), dan vitamin B,
Pala
(Myristica fragrans Houtt,) 
Familia : Myristicaceae.
Uraian :
Pohon, tinggi lebih kurang 10 meter, batang tegak, berkayu, warna putih kotor, daun tunggal, bentuk lonjong, 
ujung dan pangkal runcing, warna hijau mengkilat. Perbungaan bentuk malai, keluar dari ketiak daun. Bunga jantan 
berbentuk bola, warna kuning. Biji kecil, bulat telur, selubung biji merah, biji berwarna hitam kecokelatan
Nama Lokal :
NAMA SIMPLISIA Myristicae Arillus, Macis; Kembang Pala (selubung biji buah) Myristicae Semen; Biji Pala. 
Myristicae fructus Cortex; Kulit buah Pala
Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT KHAS Menetralkan. KHASIAT Arilus : Stomakik, karminatif, dan stimulan. Biji:Karminatif, spasmolitik, dan 
antiemetik. PENELITIAN Sudjiman Djojosengodjo S. Bagian Farmakologi, FKH UGM., Telah melakukan penelitian 
efek sedatif infus biji Pala pada mencit. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata pemberian secara oral menghasilkan 
simpulan berikut. a. Infus biji Pala 10% efek sedatif lebih tinggi daripada infus biji Pala 5%. b. Efek infus biji Pala 10% 
lebih kurang 1/10 efek klorpromazina 0,05%. Sukapti, Harjoso Hardjopranoto, Rahardjo, dkk., 1978. Universitas 
Airlangga. Telah melakukan penelitian pengaruh ekstrak Pala terhadap efek relaksasi otot polos usus halus kelinci 
terpisah. Dari hasil penelitian tersebut, ternyata ekstrak Pala memiliki  efek relaksasi terhadap otot polos usus 
halus. Umi Sapta Rini dan Nurfina Aznam, 1980. Fakultas Farmasi, UGM. Pembimbing: dr. R.H. Yodono dan Drs. 
Sarjoko, Apt. Telah melakukan penelitian efek sedatif seduhan biji Pala pada mencit. Dari hasil penelitian tersebut, 
ternyata ada perbedaan yang nyata antara sebelum dan sesudah diberi seduhan biji Pala pada konsentrasi 60% dan 
80%. 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIpakai 
Selubung biji buah, biji, dan kulit buah.
KEGUNAAN 
- Biji:
- Disentri. 
- Maag.
- Menceret.
- Menghentikan muntah. 
- Mual.
- Mulas.
- Perut kembung.
- Sulit tidur pada anak-anak
- Rematik (obat luar-sabun pala).
- Suara parau (obat luar).
RAMUAN DAN TAKARAN
Maag 
Ramuan: 
Biji Pala (serbuk) 1 gram
Buah Pisang Batu (serbuk) 6 gram
Air 100 ml
Cara pernbuatan: diseduh.
Cara pemakaian: Diminum 1 kali sekali 100 ml.
Lama pengobatan: Diulang selama 30 hari.
Menghentikan Muntah dan Mulas 
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 1 sendok teh
Garam sedikit
Air secukupnya
Cara pembuatan: Diseduh.
Cara pemakaian: Diminum bersama ampasnya.
Suara Parau (Serak) 
Ramuan:
Biji Pala (serbuk) 2 butir
Rimpang Jahe (dikukur) 3 rimpang
Bunga Kuncup Cengkih (serbuk) 7 biji
Air 50 ml
Cara pembuatan: Diseduh.
Cara pernakaian: Diborehkan pada leher; bila perlu, ditambah minyak kayu putih sedikit.
Lama pengobatan: Diperbarui setiap 3 jam.
Peringatan
Tidak dianjurkan penggunaan dengan takaran berlebihan.
Komposisi :
Arilus: Minyak atsiri, minyak lemak, zat samak, dan zat pati. Biji: Minyak atsiri, minyak lemak, saponin, miristisin, 
elemisi, enzim lipase, pektin, hars, zat samak, lemonena, dan asam oleanolat. Kulit buah: Minyak atsiri dan zat 
samak.
Pandan Wangi
(Pandanus amaryllifolius Roxb.) 
Sinonim : P. odorus Ridl. = P. latifolius Hassk. = P hasskarlii Merr.
Familia : Pandanaccae
Uraian :
Pandan wangi tumbuh di area  tropis dan banyak ditanam di halaman atau di kebun. Pandan kadang tumbuh liar 
di tepi sungai, tepi rawa, dan di tempat-tempat yang agak lembap, tumbuh subur dari area  pantai hingga  area  
dengan ketinggian 500 m dpl. Perdu tahunan, tinggi 1-2 m. Batang bulat dengan bekas duduk daun, bercabang, 
menjalar, akar tunjang keluar di sekitar pangkal batang dan cabang. Daun tunggal, duduk, dengan pangkal memeluk 
batang, tersusun berbaris tiga dalam garis spiral. Helai daun berbentuk pita, tipis, licin, ujung runcing, tepi rata, 
bertulang sejajar, panjang 40 - 80 cm, lebar 3 - 5 cm, berduri tempel pada ibu tulang daun permukaan bawah 
bagian ujung-ujungnya, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bongkol, warnanya putih. Buahnya buah batu, 
menggantung, bentuk bola, diameter 4 - 7,5 cm, dinding buah berambut, warnanya jingga. Pandan wangi selain 
sebagai rempah-rempah juga dipakai sebagai bahan baku pembuatan minyak wangi. Daunnya harum kalau 
diremas atau diiris-iris, sering dipakai sebagai bahan penyedap, pewangi dan pemberi warna hijau pada 
masakan atau penganan. Irisan daun pandan muda dicampur bunga mawar, melati, cempaka dan kenanga, sering 
diselipkan di sanggul supaya rambut menjadi harum, atau diletakkan di antara pakaian dalam lemari. Daun pandan 
yang diiris kecil-kecil juga dipakai untuk campuran bunga rampai atau bunga tujuh rupa. Perbanyakan dengan 
pemisahan tunas-tunas muda, yang tumbuh di antara akar-akarnya. 
Nama Lokal :
Pandan rampe, p. seungit, p. room, p. wangi (Jawa).; Seuke bangu, s. musang, pandan jau, p. bebau, p. harum,; 
pandan rempai, p. wangi, p. musang (Sumatera). pondang,; pondan, ponda, pondago (Sulawesi).kelamoni, hao 
moni,; keker moni, ormon foni, pondak, pondaki, pudaka (Maluku).; Pandan arrum (Bali), bonak (Nusa Tenggara),; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Rambut rontok, menghitamkan rambut, menghilangkan ketombe; Lemah saraf (neurastenia), tidak napsu makan, 
rematik, ; Pegal linu, sakit disertai gelisah.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG dipakai : Daun. 
INDIKASI :
Daun pandan berkhasiat untuk mengatasi: 
- lemah saraf (neUrasthenia), 
- tidak nafsu makan, 
- rematik, pegal linu, 
- sakit disertai gelisah, 
- rambut rontok, menghitamkan rambut, dan 
- ketombe. 
CARA PEMAKAIAN : 
Daun pandan segar sebanyak 2 - 5 lembar diiris-iris secukupnya lalu direbus atau diseduh, minum. Atau daun 
ditumbuk lalu diperas dan diminum. Pemakaian luar, daun dicuci bersih lalu digiling halus. Turapkan pada luka atau 
kulit kepala yang berketombe. 
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Lemah saraf :
 Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci lalu dipotong 
 kecil-kecil. Rebus dengan 3 gelas air bersih hingga  tersisa 2 gelas. 
 sesudah  dingin disaring lalu diminum pagi dan sore hari, masing- masing 1 gelas. 
2. Rematik dan pegal linu :
 a. Daun pandan segar sebanyak 3 lembar dicuci bersih lalu diiris 
 tipis-tipis. Seduh dengan 1/2 cangkir minyak kelapa yang telah 
 dipanaskan sambil diaduk merata. sesudah  dingin siap dipakai untuk menggosok bagian tubuh yang sakit. 
 b. Daun pandan segar sebanyak 5 lembar dan daun serai 20 lembar, 
 dicuci Ialu ditumbuk hingga  halus. Tambahkan minyak kayu putih 
 dan minyak gandapura masing-masing 1 sendok makan. Aduk 
sambil diramas hingga  merata. Ramuan ini dipakai untuk 
 menggosok dan mengurut bagian tubuh yang sakit. 
3. Gelisah :
 Daun pandan segar sebanyak 2 lembar dicuci lalu diiris tipis-tipis. 
 Seduh dengan segelas air panas. sesudah  -dingin disaring, minum 
 sekaligus. Lakukan 2 - 3 kali sehari, sampal tenang. 
4. Rambut rontok :
 Sebanyak 10 lembar daun waru muda yang segar, segenggam daun 
 urang-aring, 5 lembar daun mangkokan, 1 lembar daun pandan, 10 
 kuntum bunga melati, dan 1 kuntum bunga mawar, sesudah  dicuci 
 bersih lalu dipotong-potong secukupnya. Bahan-bahan ini 
 dimasukkan ke dalam panci email, lalu tambahkan rninyak wijen, 
 minyak kelapa dan minyak kemiri masing-masing 1/2 cangkir. 
 Panaskan hingga  mendidih, lalu diangkat. sesudah  dingin disaring, 
 siap untuk dipakai . Caranya, oleskan campuran minyak tadi ke 
 seluruh kulit kepala sambil dipijat ringan. Lakukan malam hari 
 sebelum tidur, esok paginya rambut dikeramas. Lakukan 2 - 3 kali seminggu. 
5. Menghitamkan rambut :
 Daun pandan wangi sebanyak 7 lembar dicuci lalu dipotong-potong. 
 Rebus dengan 1 liter air hingga  warnanya menjadi hijau. Embunkan 
 air rebusan tadi semalaman. Pagi harinya, campurkan rebusan daun 
 pandan tadi dengan air perasan 3 buah mengkudu masak. Air 
 campuran tadi lalu dipakai untuk meneuci rambut. Lakukan 3 kali 
 seminggu, hingga  terlihat hasilnya. 
6. Ketombe :
 Daun pandan segar sebanyak 7 lembar dicuci bersih lalu digiling 
 halus. Tambahkan 1/2 cangkir air bersih sambil diremas merata. 
 Peras dan saring. Air perasan daun pandan ini lalu dioleskan ke 
 seluruh kulit kepala yang berketombe. Biarkan mengering, kalau 
 perlu olesan diulang sekali lagi. Kira-kira 1/2 - 1 jam kemudian, 
 rambut dibilas dengan air bersih. Lakukan setiap hari hingga  sembuh.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Daun pandan mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, polifenol, dan zat warna.
Pare
(Momordica charantia L.) 
Sinonim : M.balsamina, Blanco. = M.balsamina, Descourt. = M.cylindrica, Blanco. = M.jagorana C.Koch. = 
M.operculata, Vell. = Cucumis africanus, Lindl.
Familia : Cucurbitaceae
Uraian :
Pare banyak terdapat di area  tropika, tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar di tanah 
terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil 
buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat 
yang agak terlindung. Tanaman setahun, merambat atau memanjat dengan alat pembelit atau sulur berbentuk 
spiral, banyak bercabang, berbau tidak enak. Batang berusuk lima, panjang 2-5 m, yang muda berambut rapat. 
Daun tunggal, bertangkai yang panjangnya 1,5-5,3 cm, letak berseling, bentuknya bulat panjang, dengan panjang 
3,5-8,5 cm, lebar 4 cm, berbagi menjari 5-7, pangkal berbentuk jantung, warnanya hijau tua. Taju bergigi kasar 
hingga  berlekuk menyirip. Bunga tunggal, berkelamin dua dalam satu pohon, bertangkai panjang, berwarna kuning. 
Buah bulat memanjang, dengan 8-10 rusuk memanjang, berbintil-bintil tidak beraturan, panjangnya 8-30 cm, 
rasanya pahit. Warna buah hijau, bila masak menjadi oranye yang pecah dengan 3 katup. Biji banyak, coklat 
kekuningan, bentuknya pipih memanjang, keras. Ada 3 jenis tanaman pare, yaitu pare gajih, pare kodok dan pare 
hutan. Pare gajih berdaging tebal, warnanya hijau muda atau keputihan, bentuknya besar dan panjang dan rasanya 
tidak begitu pahit. Pare kodok buahnya bulat pendek, rasanya pahit. Pare hutan yaitu  pare yang tumbuh liar, 
buahnya kecil-kecil dan rasanya pahit. Untuk memperoleh buah yang panjang dan lurus, biasanya pada ujung buah 
yang masih kecil digantungkan batu. Daun dari pare yang tumbuh liar, dinamakan daun tundung. Daun ini 
dikatakan lebih berkhasiat bila dipakai untuk pengobatan. Daun dan buahnya yang masih muda dimakan sebagai 
lalab mentah atau sesudah  dikukus terlebih dahulu, dimasak sebagai sayuran, tumis, sambal goreng, gado-gado, dan 
sebagainya. Tanaman ini juga dapat dipakai untuk membunuh serangga. Perbanyakan dengan biji. 
Nama Lokal :
Paria, pare, pare pahit, pepareh (Jawa). Prieu, peria, foria,; Pepare, kambeh, paria (Sumatera). Paya, paria, truwuk, ; 
Paita, paliak, pariak, pania, pepule (Nusa tenggara). Poya, ; Pudu, pentu, paria belenggede, palia (Sulawesi). 
Papariane,; Pariane, papari, kakariano, taparipong, papariano, popare, pepare;
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Batuk, radang tenggorokan, Sakit Mata merah, Demam, malaria.; Menambah napsu makan, kencing manis, 
Rhematik, Sariawan; Bisul, Abses, Demam, malaria, sakit lever, sembelit, cacingan; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Buah, biji, bunga, daun dan akar. 
Buah: 
- Batuk, radang tenggorok (pharyngitis). 
- Haus sebab  panas dalam. 
- Mata sakit dan merah. 
- Demam, malaria. 
- Pingsan sebab  udara panas (heatstroke). 
- Menambah napsu makan. 
- kencing manis. 
- Disentri. 
- Rheumatism, rematik gout. 
- Memperbanyak air susu (ASI). 
- Datang haid sakit (dismenorrhoea). 
- Sariawan. 
- lnfeksi cacing gelang. 
Bunga: 
- Pencernaan terganggu 
Daun: 
- Cacingan. 
- Luka, abses, bisul. 
- Erysipelas. 
- Terlambat haid. 
- Sembelit, menambah napsu makan. 
- Sakit lever. 
- Demam. 
- Melancarkan pengeluaran ASI. 
- Sifilis, kencing nanah (Gonorrhea). 
- Menyuburkan rambut pada anak balita. 
Akar:
- Disentri amuba. 
- Wasir. 
Biji: 
- Cacingan. 
- Impotensi, 
- Kanker. 
PEMAKAIAN: 
Untuk minum: 15-30 g di juice atau di rebus. 
Pemakaian luar. Buah atau daun secukupnya digiling halus, untuk pemakaian setempat pada luka bakar, bisul, 
abses, eksim, digigit serangga, biang keringat (miliaria), melancarkan pengeluaran ASI, dan sebagainya.
CARA PEMAKAIAN: 
1. Haus sebab  panas dalam, demam, heat stroke: 
 Satu buah pare mentah yang masih segar dicuci bersih, lalu dibelah. 
 Buang isinya, potong-potong secukupnya, lalu direbus dengan 3 
 gelas air bersih hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, minum. 
2. Diabetes: 
 a. 200 g buah pare segar dicuci bersih lalu diblender. Tambahkan 
 air minum secukupnya, lalu diperas dengan sepotong kain hingga  
 terkumpul sebanyak 50 ml (seperempat gelas). Perasan 
 dihangatkan dengan api kecil selama 15-30 menit. sesudah  dingin diminum, lakukan setiap hari. 
 b. 200 g buah pare dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Rebus dengan 
 3 gelas air bersih hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, minum, Lakukan setiap hari. 
3. Disentri. 
 Buah pare segar dicuci lalu dibelah, isinya dibuang. Parut atau 
 dijuice, airnya diminum. Segera minum air matang. Satu kali minum 200 cc. 
4. Disentri amuba, diare: 
 Ambil akar pare yang masih segar sebanyak 30 g. Dicuci bersih lalu 
 dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 3 gelas air hingga  
 tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, tambahkan gula pasir 
 secukupnya lalu diminum. 
5. Cacingan pada anak: 
 a. Daun segar sebanyak 7 g, diseduh dengan 1/2 cangkir air panas.
 sesudah  dingin disaring, tambahkan 1 sendok teh madu. Aduk 
 hingga  merata, minum sekaligus sebelum makan pagi. 
 b. Ambil dua hingga  tiga biji pare. Giling hingga  halus, aduk dengan 
 sedikit air masak. Minum, disusul dengan minum air hangat. 
 Ramuan ini untuk pengobatan infeksi cacing gelang. 
6. Menyuburkan rambut yang tipis dan kemerahan: 
 a. Ambil segenggam daun pare, cuci bersih. Daun kemudian
 ditumbuk hingga  seperti bubur, tambahkan air 3/4 gelas. Ramuan 
 ini kemudian diembunkan semalaman. Pagi-pagi ramuan ini 
 disaring, airnya dipakai untuk membasuh kulit kepala. 
 b. Ambil daun pare yang masih segar secukupnya, lalu dicuci bersih. 
 Daun pare tadi ditumbuk hingga  halus, lalu diperas dengan 
 sepotong kain. Airnya dipakai untuk melumas kulit kepala
Lakukan setiap hari. Ramuan ini terutama dipakai untuk bayi dan anak balita. 
7. Bisul, abses: 
 Ambil segenggam daun pare, cuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas
 air bersih hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, minum. 
8. Demam, malaria, sakit lever, sembelit, cacingan: 
 Segenggam penuh daun pare dicuci bersih, lalu ditumbuk halus. 
 Tambahkan 1 cangkir air matang, diaduk merata lalu disaring. Air 
 saringannya ditambahkan sedikit garam, lalu diminum pada pagi hari sebelum makan. 
9. Kencing nanah: 
 6 lembar daun pare, 2 jari akar jayanti, 2 jari kulit kemboja, 1 jari 
 rimpang temulawak, 3 jari gula enau, dicuci dan dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 4 gelas
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Pahit, dingin, Anti radang. Masuk meridian jantung, hati dan paru. Buah: 
Peluruh dahak, pembersih darah, menambah napsu makan, penurun panas, penyegar badan. Bunga: Memacu 
enzim pencernaan. Daun: Peluruh haid, pencahar, perangsang muntah, penurun panas. KANDUNGAN KIMIA: Daun: 
Momordisin, momordin, karantin, asam trikosanik, resin, asam resinat, saponin, vitamin A dan C serta minyak 
lemak terdiri dari asam oleat, asam linoleat, asam stearat dan L.oleostearat. Buah: Karantin, hydroxytryptamine, 
vitamin A,B dan C. Biji: Momordisin.
Patah Tulang
(Eupharbia tirucalli L.) 
Familia : Euphorbiaceae
Uraian :
Tanaman yang berasal dari Afrika tropis ini menyukai tempat terbuka yang terkena cahaya matahari langsung. Di 
negara kita  ditanam sebagai tanaman pagar, tanaman hias di pot, atau tumbuh liar dan dapat ditemukan dari 
dataran rendah hingga  600 m dpl. Perdu, tumbuh tegak, tinggi 2-6 m, pangkal berkayu, banyak bercabang, 
bergetah seperti susu yang beracun. Tangkainya sesudah  tumbuh sekitar 1 jengkal akan segera bercabang dua yang 
letaknya melintang, demikian seterusnya sehingga tampak seperti percabangan yang terpatah-patah. Patah tulang 
memiliki  ranting bulat silindris berbentuk pensil, beralur halus membujur, warnanya hijau. Daunnya jarang, 
terdapat pada ujung ranting yang masih muda, kecil-kecil, bentuknya lanset, panjang 7-25 mm, cepat rontok. Bunga 
terdapat diujung batang, berupa bunga majemuk yang tersusun seperti mangkok, warnanya kuning kehijauan. 
Buahnya bila masak akan pecah dan melemparkan biji-bijinya. Selain dipakai sebagai tanaman obat, diketahui 
juga cabang dan ranting yang telah dikeringkan bila dibakar dapat mengusir nyamuk. Getahnya dipakai untuk 
meracun ikan sehingga mudah ditangkap, tetapi berbahaya bila mengenai mata sebab  dapat menyebabkan buta. 
Di Jawa, tanaman ini jarang berbunga. Perbanyakannya dapat dilakukan dengan stek batang
Nama Lokal :
Susuru (Sunda), kayu urip, pacing tawa, tikel balung (Jawa),; Kayu jaliso, kayu leso, kayu langtolangan, kayu tabar 
(Madura); Patah tulang (Sumatera), kayu potong (Kangean).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sakit lambung, rhematik, sifilis, nyeri saraf, penyakit kulit, kusta; Wasir, tulang patah, sakit gigi, tahi lalat membesar 
dan gatal, kutil; Tertusuk benda tajam (kaca), kapalan/penebalan kulit, keseleo; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Akar, batang kayu, ranting, getah. 
KEGUNAAN: 
Akar dan ranting: 
- Sakit lambung. 
- Rematik / tulang sakit. 
- Sifilis. 
- Wasir. 
- Tukak rongga hidung. 
- Nyeri syaraf, Batang kayu: 
- Penyakit kulit, Kusta (Morbus Hansen). 
- Kaki dan tangan baal. 
PEMAKAIAN LUAR: 
- Penyakit gatal, kudis, bisul. 
- Tahi lalat membesar dan gatal. 
- Herpes zooster, penyakit kulit menahun. 
- Frambusia. 
- Sakit gigi. Radang telinga, rematik, keseleo/terkilir. Kapalan/ 
 penebalan kulit (clavus), kutil.
- Tulang patah (fraktur). Tertusuk duri, pecahan kaca, tulang ikan, dsb. 
PEMAKAIAN: 
Untuk minum: Akar & ranting dikeringkan, ditumbuk menjadi bubuk. Campur dengan lontong beras hingga  merata,
lalu dibuat pil kecil-kecil sebesar telur cecak, jemur. Dimakan bila perlu. 
Pemakaian luar: Herba ditumbuk halus, diturapkan ketempat yang sakit seperti bisul, kurap, keseleo terkilir, patah 
tulang, luka. Herba ditumbuk halus, campur dengan susu untuk penyakit gatal-gatal, penyakit kulit, kurap, tumor, 
kutil, clavus, 
CARA PEMAKAIAN: 
1. Kulit tertusuk duri, pecahan kaca, dsb.: 
 Bagian tubuh yang kulitnya tertusuk duri atau pecahan kaca 
 dioleskan getah patah tulang. Getah itu akan mengeluarkan sendiri duri-duri itu dari kulit. 
2. Kapalan (clavus), kutil :
 1/2 kg dahan dan ranting patah tulang sesudah  dicuci bersih direbus
 dengan 4 iiter air hingga  tersisa menjadi 2 liter. Bagian tubuh yang 
 kulitnya menebal atau ada kutilnya direndam dalam air godokan tadi 
 sewaktu masih hangat, selama 1/2 jam. sesudah  dikeringkan, 
 oleskan param yang dibuat dari trusi yang telah ditumbuk halus 
 dicampur dengan putih telur, lalu dibalut. 
3. Tulang patah (fraktur): 
 a. Kulit diatas tulang yang patah digosok dengan getah patah tulang.
 b. Kulit luar dahan patah tulang digiling halus, Tempelkan diatas 
 tulang yang patah, lalu dibalut. 
 c. 3/4 genggam tangkai dan daun patah tulang, 1 genggam daun 
 srigi, dicuci lalu digiling halus, Ramas dengan 4 sendok makan air 
 garam, dihangatkan sebentar. Dipakai untuk menurap bagian 
 tubuh yang patah, lalu dibalut dengan daun bakung/ kulit randu. Diganti 2 kali sehari. 
4. Frambusia: 
 1/2 genggam patah tulang, 1/2 kepalan tangan gadung cina, dicuci 
 lalu ditumbuk halus. Aduk merata dengan 1 sendok makan getah 
 buah gondang dan 2 sendok makan getah buah pepaya muda, 
 Ramuan ini dipakai untuk melumas dan menurap kulit yang sakit. Lakukan 2 kali sehari. 
5. Tahi lalat yang membasar dan gatal: 
 Tahi lalat digosok dengan air jeruk nipis, lalu dengan kapas tahi 
 lalatnya dilumaskan getah patah tulang. Lakukan beberapa kali 
 sehari, bila sudah kering diulang. Hati-hati jangan kena mata.
6. Sakit gigi: 
 Beberapa tetes getah patah tulang. dengan kapas yang bersih 
 dilumaskan pada gigi yang sakit dan berlubang. Lakukan 1-2 kali 
 sehari, hati-hati jangan hingga  mengenai gigi yang sehat. 
Catatan :
Getah berbahaya bagi mata, dapat menyebabkan buta. Bila getah masuk ke dalam mata, cepat dibilas dengan air 
kelapa/santan.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Bau lemah, rasa mula-mula tawar, lama-lama menimbulkan rasa tebal 
di lidah. Getah beracun (toksik). KANDUNGAN KIMIA: Getah mengandung senyawaan euphorbone, taraksasterol, 
alfa-laktucerol, euphol, senyawaan damar yang menyebabkan rasa tajam ataupun kerusakan pada selaput lendir, 
kautschuk (zat karet) dan zat pahit.
Patikan Cina
(Euphorbia thymifolia Linn.) 
Familia : Euphorbiaceae
Uraian :
Terna kecil merayap, kadang-kadang setengah tegak, berambut, terdapat di mana-mana diantara rumput di 
halaman, sekeliling tegalan, pinggir jalan pada tempat-tempat yang agak basah hingga  ketinggian 1.400 m dari 
permukaan laut. Batang dan daunnya agak kemerah-merahan, bila dipatahkan mengeluarkan getah. Daunnya 
bersirip genap, kecil-kecil, bulat telur, berhadapan, baunya wangi. Bunga berwarna merah muda
Nama Lokal :
Patikan cina (negara kita ), Gelang pasir, krokot cina (Jawa); Ki mules, nanangkaan gede, useup nana (Jawa),; jalu-jalu 
tona (Maluku); Xiao lei yang cao (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Disentri basiler, typhus abdominalis, enteritis, diare, wasir/berdarah; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Seluruh tanaman, segar atau dikeringkan.
KEGUNAAN:
1. Disentri basiler, typhus abdominalis, enteritis, diare.
2. Wasirerdarah.
PEMAKAIAN: 15-30 gram kering atau 30-60 gram segar, direbus, minum.
PEMAKAIAN LUAR: 
1. Eczema, allergic dermatitis (sakit kulit sebab  alergi), herpes zoster, 
 gatal-gatal di kulit, abses, payudara :
 Patikan cina segar secukupnya direbus untuk cuci. Getahnya, diteteskan untuk bintik pada comea (micula).
2. Abses Payudara :
 Herba segar dilumatkan, ditambah gula enau, ditempelkan ke tempat pembengkakan.
3. Herpes zoster: 
 1 genggam herba segar + 1 buah bawang putih, dilumatkan 
 kemudian ditambah air dingin, ditempelkan ke tempat yang sakit.
4. Eczema, dermatitis, kulit gatal, wasir berdarah: Herba segar secukupnya direbus, cuci.
CARA PEMAKAIAN:
1. Disentri basiler, enteritis: 
 15-30 gram patikan cina direbus, bagi 2 dosis, minum.
2. Wasir: 
 1/3 genggam patikan cina, 1/3 genggam patikan kebo, 1 jari 
 rimpang kunyit, 3 jari gula enau, 3 gelas air, direbus menjadi 1 1/2 
 gelas, saring sesudah  dingin. Sehari 3 x 1/2 gelas.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa agak asam, astringent, sedikit sejuk. Anti-inflamasi, peluruh air 
seni, menghilangkan gatal (antipruritic). KANDUNGAN KIMIA: Akar: Myricyl alkohol, taraxerol, tirucalol, kamzuiol, 
hentriacon-tane. Batang dan daun: Cosmosiin.
Patikan Kerbau
(Euphorbia hirta, Linn.) 
Sinonim : Euphorbia pilulifera, Linn. E. capitata, Wall.
Familia : Euphorbiaceae
Uraian :
Patikan kerbau (Euphorbia hirta) merupakan suatu tumbuhan liar yang banyak ditemukan di area  kawasan 
tropis. Di negara kita  tumbuhan Patikan kerbau dapat ditemukan diantara rerumputan tepi jalan, sungai, kebun￾kebun atau tanah pekarangan rumah yang tidak terurus. Biasanya patikan kerbau ini hidup jadi satu dengan Patikan 
Cina (Euphorbia Prostrata, Ait) pada ketinggian 1 - 1400 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan patikan kerbau 
mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak melalui biji. Patikan kerbau memiliki  warna 
dominan kecoklatan dan bergetah. Banyak pohonya memiliki cabang dengan diameter ukuran kecil. Daun Patikan 
kerbau mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Letak daun yang satu dengan yang lain berhadap￾hadapan. Sedang bunganya muncul pada ketiak daun. Patikan kerbau hidupnya merambat (merayap) di tanah.
Nama Lokal :
Fei Yang Cao (Cina), Amanpat chaiarisi (India),; Gelang susu (Malaysia), Patikan Kerbau (negara kita ); Nanangkaan 
(Sunda), Patikan Kebo, Patikan Jawa (Jawa); Kak sekaan (Madura), Sosononga, Lobi-lobi (Halmahera);
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang tenggorokan, Bronkhitis, Asma, Disentri, Radang perut; Diare, Kencing darah, Radang kelenjar susu, 
Payudara bengkak; Eksim; 
Pemanfaatan :
 Cara membuat: diseduh dengan air panas secukupnya;
 Cara memakai  : disaring dan dipakai untuk kumur.
2. Bronkhitis
 Bahan: 1 genggam daun patikan kerbau dan 1/2 botol Coca Cola;
 Cara membuat: kedua Bahan ini direbus hingga  mendidih;
 Cara memakai  : disaring dan diminum 3 kali sehari 1/2 cangkir
3. Asma
 Bahan: 1 genggam daun patikan kerbau kering;
 Cara membuat: direbus dengan 2-3 gelas air hingga  mendidih;
 Cara memakai  : disaring dan diminum 2 kali sehari 1/2 gelas, pagi dan sore.
4. Disentri, Radang perut, Diare dan Kencing darah
 Bahan: 1 genggam daun patikan kerbau dan 1 potong gula batu;
 Cara membuat: direbus bersama-sama dengan 3 gelas air hingga  mendidih;
 Cara memakai  : disaring dan diminum 2 kali sehari, pagi dan sore.
5. Radang Kelenjar Susu atau Payu Dara Bengkak :
 Bahan: 1 genggam daun patikan kerbau dan 2 sendok kedelai;
 Cara membuat: kedua Bahan ini direbus dengan 3-5 gelas air hingga  mendidih;
 Cara memakai  : diminum 2 kali sehari 1 cangkir.
 Selain itu dibuat pula tapal untuk payu dara :
 Bahan: daun patikan kerbau yang masih segar dan garam dapur secukupnya;
 Cara membuat: ditumbuk halus dan ditambah garam dapur secukupnya, diaduk hingga  merata;
 Cara memakai  : ditempel pada bagian payu dara yang sakit.
6. Eksim
 Bahan: daun patikan kerbau secukupnya;
 Cara membuat: direbus dengan air secukupnya;
 Cara memakai  : dipakai untuk mencuci bagian yang sakit.
Komposisi :
Patikan kerbau (Euphorbia hirta) mengandung beberapa unsur kimia, diantaranya : alkaloida, tanin, senyawa 
folifenol (seperti asam gallat), flavonoid quersitrin, ksanthorhamnin, asam-asam organik palmitat oleat dan asam 
lanolat. Di samping itu, patikan kerbau juga mengandung senyawa terpenoid eufosterol, tarakserol dan tarakseron 
serta kautshuk.
Pecut Kuda
(Stachytarpheta jamaicensis [L.] Vahl.) 
Sinonim : S. marginata Vahl., S. pilosiuscula H.B.K., S. villosa Turcz., S. urticifolia Dalz. et Gibs., Verbena indica L., V. 
jamaicensis L.
Familia : Verbenaceae.
Uraian :
Pecut kuda tumbuh liar di tepi jalan, tanah lapang, dan tempat-tempat terlantar lainnya. Tanaman yang berasal dari 
Amerika tropis ini dapat ditemukan di area  cerah, sedang, terlindung dari sinar matahari, dan pada ketinggian 1-
1500 m dpl. Terna tahunan, tegak, tinggi 20-90 cm. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun 
berbentuk bulat telur, pangkal menyempit, ujung runcing, tepi bergerigi, permukaan jelas berlekuk-lekuk, panjang 
4-8 cm, lebar 3-6 cm, berwarna hijau tua. Bunga majemuk tersusun dalam poros bulir yang memanjang, seperti 
pecut, panjangnya 4- 20 cm. Bunga mekar dalam waktu yang berbeda, ukurannya kecil, berwarna ungu, jarang 
berwarna putih. Buah berbentuk garis, berbiji 2. Biji berbentuk jarum, berwarna hitam. Untuk jenis Stachytarpheta 
indica Vahl., tingginya mencapai 2 meter, dipelihara sebagai tanaman pagar dan mempunyal khasiat obat yang 
sama dengan jenis Stachytarpheta jamaicensis [L.] Vahl. Pecut kuda dapat diperbanyak dengan biji. 
Nama Lokal :
NAMA area  Jawa: jarong (Sunda), biron, karomenal, sekar laru, ngadirenggo (Jawa). NAMA ASING Yu long bian 
(C), snakeweed (I). NAMA SIMPLISIA Stachytarphetae jamaicensis Herba (herba pecut kuda).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT DAN KHASIAT Rasa pahit, sifatnya dingin. Berkhasiat sebagai pembersih darah, antiradang, dan peluruh 
kencing (diuretik).
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIpakai 
Bagian yang dipakai yaitu  herba, bunga, dan akar. Untuk penyimpanan, sesudah  dicuci dan dipotong-potong, 
jemur hingga  kering. 
INDIKASI
Herba dipakai untuk pengobatan :
- infeksi dan batu saluran kencing,
- sakit tenggorokan sebab  radang (faringitis), batuk, 
- rematik, dan
- haid tidak teratur.
Bunga dan tangkainya dipakai untuk pengobatan : 
- radang hati (hepatitis A).
Akar dipakai untuk pengobatan : 
- keputihan (leukore).
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, rebus 15-30 g herba kering atau 30 - 60 g herba segar, lalu minum air rebusannya.
Untuk pemakaian luar, giling herba segar hingga  halus, lalu tempelkan ke bagian tubuh yang sakit, seperti bisul, 
radang kulit bernanah, dan luka. 
CONTOH PEMAKAIAN
Radang tenggorok, batuk
Sediakan 50 g herba pecut kuda segar, 2 buah kencur ukuran sedang, 2 siung bawang putih. Cuci bahan-bahan 
tersebut, lalu tumbuk hingga  halus. Tambahkan 1/2 cangkir air gula sambil diaduk rata, lalu peras dan saring. 
Selanjutnya, minum air yang terkumpul, lakukan 3 kali sehari, selama 3-5 hari.
Keputihan
Cuci 50 g akar pecut kuda segar, lalu iris-iris seperlunya. Tambahkan 3 gelas air bersih, lalu rebus hingga  tersisa 1 
gelas. sesudah  dingin, saring dan air saringannya dibagi untuk 2 kali minum, pagi dan sore hari, masing-masing 1/2 
gelas.
Hepatitis A
Cuci 5-10 tangkai bunga pecut kuda hingga  bersih, lalu potongpotong seperlunya. Tambahkan gula batu 
secukupnya, lalu rebus dalam 3 gelas air hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin, saring dan air saringannya diminum. 
Lakukan setiap hari hingga  sembuh.
Rematik
Cuci 30-60 g herba pecut kuda segar, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dalam 3 gelas air bersih hingga  air 
rebusannya tersisa 1 gelas. sesudah  dingin, saring dan air saringannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 
gelas.
Catatan
Ibu hamil dilarang minum rebusan ramuan obat ini sebab  bisa menyebabkan keguguran.
Komposisi :
Pecut kuda mengandung glikosida flavonoid, dan alkaloid.
Pegagan
(Centella asiatica, (Linn), Urb.) 
Sinonim : Hydrocotyle asiatica, Linn. = Pasequinus, Rumph.
Familia : Umbelliferae 
Uraian :
Terna liar, terdapat di seluruh negara kita , berasal dari Asia tropik. Menyukai tanah yang agak lembab dan cukup 
mendapat sinar matahari atau teduh, seperti di padang rumput, pinggir selokan, sawah, dan sebagainya. Kadang￾kadang di tanam sebagai penutup tanah di perkebunan atau sebagai tanaman sayuran (sebagai lalab), terdapat 
hingga  ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut. Pegagan merupakan terna menahun tanpa batang, tetapi 
dengan rimpang pendek dan stolon-stolon yang merayap dengan panjang 10 cm - 80 cm, akar keluar dari setiap 
bonggol, banyak bercabang yang membentuk tumbuhan baru. Helai daun tunggal, bertangkai panjang sekitar 5 cm 
- 15 cm berbentuk ginjal. Tepinya bergerigi atau beringgit, dengan penampang 1 cm - 7 cm tersusun dalam roset 
yang terdiri atas 2 - 10 helai daun, kadang-kadang agak berambut. Bunga berwarna putih atau merah muda, 
tersusun dalam karangan berupa payung, tunggal atau 3-5 bersama-sama keluar dari ketiak daun. Tangkai bunga 5 
mm - 50 mm. Buah kecil bergantung yang bentuknya lonjong/pipih panjang 2 - 2,5 mm, baunya wangi dan rasanya 
pahit.
Nama Lokal :
Daun kaki kuda (negara kita ), Pegaga (Ujung Pandang); Antanan gede, Antanan rambat (Sunda), Dau tungke (Bugis); 
Pegagan, Gagan-gagan, Rendeng, Kerok batok (Jawa); Kos tekosan ( Madura), Kori-kori (Halmahera); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Hepatitis, Campak, Demam, Amandel (Tonsilis), Sakit tenggorokan; Bronkhitis, Infeksi dan Batu saluran kencing, 
Mata merah, Wasir; Keracunan, Muntah darah, Batuk darah, mimisan, Cacingan, Lepra; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI : Seluruh tanaman.
KEGUNAAN :
1.Infectious hepatitis, campak (measles).
2.Demam, radang amandel (tonsillitis), sakit tenggorok, bronchitis.
3.Infeksi dan batu sistem saluran kencing.
4.Keracunan Gelsemium elegans, arsenic.
5.Muntah darah, batuk darah, mimisan.
6.Mata merah, wasir.
7.Sakit perut, cacingan, menambah nafsu makan.
8.Lepra.
PEMAKAIAN: 15 - 30 gram pegagan segar, direbus, minum. Atau dilumatkan, peras, minum airnya.
PEMAKAIAN LUAR : Dilumatkan, ditempel ke bagian yang sakit. Dipakai untuk: Gigitan, ular, bisul, luka berdarah, 
TBC kulit.
CARA PEMAKAIAN :
1. Kencing keruh (akibat infeksi/batu sistem saluran kencing):
30 gram pegagan segar direbus dengan air cucian beras dari bilasan kedua.
2. Susah kencing: 30 gram pegagan segar dilumatkan, tempel di pusar.
3. Demam: 
 Segenggam daun pegagan segar ditumbuk, kemudian ditambah
 sedikit air dan garam, saring. Diminum pagi-pagi sebelum makan.
4. Darah tinggi: 
 20 lembar daun pegagan ditambah 3 gelas air, direbus hingga  
 menjadi 3/4-nya. Sehari diminum 3 x 3/4 gelas. 
5. Wasir: 
 4-5 batang pegagan berikut akar-akarnya direbus dengan 2 gelas air 
 selama ± 5 menit. Minum rebusan ini selama beberapa hari.
6. Pembengkakan hati (liver) : 
 240 gram - 600 gram pegagan segar direbus, minum secara rutin.
7. Campak: 60 -120 gram pegagan direbus, minum
8. Bisul : 
 30 gram - 60 gram pegagan segar direbus, diminum. Pegagan segar 
 dicuci bersih, dilumatkan ditempelkan ke yang sakit.
9. Mata merah, bengkak : 
 Pegagan segar dicuci bersih, dilumatkan, diperas, airnya disaring. 
 Teteskan ke mata yang sakit 3 - 4 kali sehari.
10. Batuk darah, muntah darah, mimisan : 
 60 - 90 gram pegagan segar direbus, atau diperas, airnya diminum.
11. Batuk kering : 
 segenggam penuh pegagan segar dilumatkan, peras. Ditambah air dan gula batu secukupnya. Minum.
12. Lepra : 
 3/4 genggam pegagan dicuci lalu direbus dengan 3 gelas air, 
 hingga  menjadi 3/4 -nya. Saring, diminum sesudah  dingin, sehari 3 x 3/4 gelas.
13. Penambah nafsu makan : 
 1 genggam daun pegagan segar direbus dengan 2 gelas air hingga  
 menjadi 1 gelas. Minum sehari 1 gelas.
14. Teh daun pegagan segar berkhasiat :
 Pembangkit nafsu makan, menyegarkan badan, menenangkan, 
 menurunkan panas, batuk kering, mengeluarkan cacing di perut, mimisan.
15. Lalaban pegagan berkhasiat segar berkhasiat :
 Membersihkan darah, terutama pada bisul, tukak berdarah.
 Memperbanyak empedu, sehingga memperbaiki gangguan pencernaan.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Rasa manis, sejuk. Anti infeksi, antitoxic, penurun panas, peluruh air 
seni. KANDUNGAN KIMIA : Asiaticoside, thankuniside, isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahminoside, 
brahmic acid, madasiatic acid, meso-inositol, centellose, carotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, 
natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat samak. Senyawaan glikosida triterpenoida yang disebut 
asiaticoside dan senyawaan sejenis, memiliki  kasiat anti lepra (Morbus Hansen),
Pepaya
(Carica papaya, Linn.) 
Familia : Cariccaceae
Uraian :
Pepaya (carica papaya) merupakan tumbuhan yang berbatang tegak dan basah. Pepaya menyerupai palma, 
bunganya berwarna putih dan buahnya yang masak berwarna kuning kemerahan, rasanya seperti buah melon. 
Tinggi pohon pepaya dapat mencapai 8 hingga  10 meter dengan akar yang kuat. Helaian daunnya menyerupai 
telapak tangan manusia. Apabila daun pepaya ini dilipat menjadi dua bagian persis di tengah, akan nampak 
bahwa daun pepaya ini simetris. Rongga dalam pada buah pepaya berbentuk bintang apabila penampang 
buahnya dipoting melintang. Tanaman ini juga dibudidayakan di kebun-kebun luas sebab  buahnya yang segar dan 
bergizi.
Nama Lokal :
Papaw (Inggris), Pepaya (negara kita ), Gedang (Sunda); Betik, Kates, Telo gantung (Jawa); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Batu ginjal, Hipertensi, Malaria, Sakit keputihan, Kekurangan ASI; Reumatik, Malnutrisi, Gangguan saluran kencing, 
haid berlebihan; Sakit Perut saat haid, Disentri, Diare, Jerawat, Ubanan; 
Pemanfaatan :
1. Batu Ginjal (niersteen = Belanda)
 Bahan: 7 lembar daun pepaya Cara membuat dan memakai   : 
 Memakai formula 3-5-7 plus, artinya :
 - Hari Pertama, 3 lembar daun pepaya yang masih segar direbus 
 dengan air secukupnya, kemudian air rebusan daun pepaya ini diminum 1 gelas sekaligus.
 - Hari Kedua, 5 lembar daun pepaya yang masih segar direbus 
 dengan air secukupnya, kemudian air rebusan daun pepaya ini diminum 1 gelas sekaligus.
 - Hari Ketiga, 7 lembar daun pepaya yang masih segar direbus 
 dengan air secukupnya, kemudian air rebusan daun pepaya ini diminum 1 gelas sekaligus.
 - Untuk menutupnya ditambah dengan minum air kelapa muda 
 (degan=Jawa), yang dipilih dari buah kelapa hijau.
 Catatan : bagi yang mengidap hipertensi tidak boleh minum resep ini.
2. Hipertensi (tekanan darah tinggi)
 a. Bahan: 2 potong akar pepaya
 Cara membuat: direbus dengan 1 liter air hingga  mendidih hingga tinggal 1 gelas, kemudian disaring;
 Cara memakai  : diminum 2 kali sehari 1 cangkir 
 b. Bahan: 7 lembar daun atau bunga tapakdara
 Cara membuat: diseduh dengan 1 gelas air dan dibiarkan beberapa saat dan disaring
 Cara memakai  : diminum menjelang tidur.
3. Malaria
 Bahan: 1 lembar daun pepaya, tempe busuk sebesar ibu jari, garam secukupnya. 
Cara membuat: semua bahan ini ditumbuk halus, kemudian 
 diperas dan disaring untuk diambil airnya.
 Cara memakai  : diminum 1 kali sehari selama 7 hari berturut-turut.
4. Sakit Keputihan
 Bahan: 1 lembar daun pepaya, 1 potong akar rumput alang-alang, adas pulosari secukupnya. 
 Cara membuat: daun pepaya dicincang halus, kemudian direbus 
 bersama bahan lainnya dengan 1,5 liter air hingga  mendidih dan disaring
 Cara memakai  : diminum 1 kali sehari 1 gelas dan dilakukan secara teratur.
5. Kekurangan ASI
 Bahan: buah pepaya yang masih hijau (muda) tanpa dikuliti.
 Cara membuat: buah pepaya ini dibelah menjadi 2 bagian, 
 sebagian direbus dengan air dan sebagian yang lain memakai   cuka.
 Cara memakai  : air rebusan ini diminum 2-3 sendok teh sehari dan dilakukan secara teratur.
6. Reumatik
 a. Bahan: buah pepaya, 2 butir telur ayam kampung;
 Cara membuat: buah pepaya dipotong penampangnya kemudian 
 telur dimasukkan dalam pepaya melalui lubang yang telah dibuat 
 dengan memotong penampang tadi, ditutup kembali rapat-rapat 
 dan dibakar hingga telur yang ada di dalamnya masak
 Cara memakai  : telur yang sudah masak ini dimakan pagi dan sore
 b. Bahan: 2 potong akar pepaya, 1 lembar daun pepaya;
 Cara membuat : kedua bahan ini ditumbuk halus, kemudian 
 direbus dengan 1 liter air hingga  mendidih dan disaring.
 Cara memakai  : diminum 1 kali sehari 1 gelas pada sore hari.
7. Malnutrisi (gejala kekurangan salah satu zat makanan pada balita)
 a. Bahan: 2 lembar daun pepaya, 3 tangkai daun dadap serep,kapur sirih secukupnya.
 Cara membuat: semua bahan ini ditumbuk bersama hingga  halus.
 Cara memakai  : diperpakai  sebagai bedak dan dioleskan pada perut balita yang sakit.
 b. Bahan: 1 lembar daun pepaya
 Cara membuat: direbus dengan 1,5 gelas air hingga  mendidih, kemudian disaring untuk diambil airnya
 Cara memakai  : diminumkan pada balita 2 sendok makan setiap hari.
8. Gangguan saluran kencingBahan: 3 potong akar pepaya
 Cara membuat: direbus dengan 1 liter air air hingga  mendidih, kemudian disaring.
 Cara memakai  : diminum 1 kali sehari 0,5 gelas.
9. Haid berlebihan Bahan: buah pepaya yang masih hijau (muda)
 Cara membuat: direbus dengan air hingga  masak. Cara memakai  : dimakan dagingnya.
10. Sakit perut pada waktu haid
 Bahan: 1 lembar daun pepaya, buah asam dan garam secuk
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Kandungan buah pepaya masak (100 gr) - Kalori 46 kal - Vitamin A 365 SI - Vitamin B1 0,04 mg 
- Vitamin C 78 mg - Kalsium 23 mg - Hidrat Arang 12,2 gram - Fosfor 12 mg - Besi 1,7 mg - Protein 0,5 mg - Air 86,7 
gram Kandungan buah Pepaya Muda (100 gr) - Kalori 26 kalori. - Lemak 0,1 gram - Protein 2,1 gram - Hidrat Arang 
4,9 gram - Kalsium 50 mg - Fosfor 16 mg - Besi 0,4 mg - Vitamin A 50 SI - Vitamin B1 0,02 mg - Vitamin C 19 mg - Air 
92,4 gram Disamping itu buah pepaya juga mengandung unsur antibiotik, yang dapat dipakai untuk pengobatan 
tanpa ada efek sampingannya. Buah Pepaya juga mengandung unsur yang dapat membuat pencernaan makanan 
lebih sempurna, disamping memiliki daya yang dapat membuat air seni bereaksi asam, yang secara ilmiah disebut 
zat caricaksantin dan violaksantin. Daun pepaya juga mengandung berbagai macam zat, antara lain : - Vitamin A 
18250 SI - Vitamin B1 0,15 mg - Vitamin C 140 mg - Kalori 79 kal - Protein 8,0 gram - Lemak 2 gram - Hidrat Arang 
11,9 gram - Kalsium 353 mg - Fosfor 63 mg - Besi 0,8 mg - Air 75,4 gram Kandungan carposide pada daun pepaya 
berkhasiat sebagai obat cacing. Disamping pada daunnya, akar dan getah pepaya juga mengandung zat papayotin, 
karpain, kautsyuk, karposit dan vitamin
Permot
(Passiflora foetida L.) 
Sinonim : P. baraquiniana Lem., P. hastata Bertol., P. hircina Sweet., P. nigelliflora Hook., P. polyaden Vell., P. 
gossypifolia Desv., P. hibiscifolia Lam., P. hirsuta Lodd., P. obscura Lindl., P. variegata Mill.
Familia : Passifloraceae
Uraian :
Permot berasal dari Amerika Tropis dan di sini tumbuh liar di tempat-tempat terbuka yang mendapat cahaya 
matahari, seperti di semak-semak, tanah lapang yang terlantar, atau merambat di pagar. Tanaman ini bisa 
ditemukan pada 1--1.000 m dpl. Terna merambat dengan panjang 1,5--5 m ini memiliki  rambut putih, dengan 
alat pembelit yang duduk pada batang. Daun tunggal, bertangkai dengan panjang 2--10 cm, letak berseling, helaian 
daun bentuknya lebar, dan berlekuk menjari tiga. Ujungnya runcing, pangkal berbentuk jantung, tepi 
bergelombang, panjang 5--13 cm, lebar 4--12 cm, warnanya hijau. Bunga tunggal, diameter sekitar 5 cm, warnanya 
putih atau ungu muda. Buahnya buah buni, bulat lonjong, panjang 3--5 cm, dibungkus oleh pembalut. Biji banyak. 
Buah yang masak bisa dimakan dan rasanya manis. Daun muda dapat dimasak sebagai sayur. 
Nama Lokal :
NAMA area  Sumatera: gegambo, lemanas, remugak. Jawa: kaceprek, kileuleueur, permot, pacean, tajutan, 
ceplukan blungsung. Nusa Tenggara: bungan putir, moteti, buah pitri. NAMA ASING Long zhu guo (C), marie goujeat 
(P), lac tien, day nhan long (V), co hong tien (T), stinking passion flower, tagua passion flower, hispid granadilla (I). 
NAMA SIMPLISIA Passiflorae foetidae Herba (herba permot).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
SIFAT DAN KHASIAT Rasanya manis, agak pahit, sifatnya sejuk. Seluruh bagian herba ini berkhasiat antiradang, 
penenang (sedatif), peluruh kencing (diuretik), serta membersihkan panas dan racun. Buah juga berkhasiat 
menghilangkan nyeri (analgesik) dan memperkuat paru. 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIpakai 
Seluruh herba berikut buah dapat dipakai sebagai obat. 
INDIKASI
Herba permot dipakai untuk:
- batuk sebab  paru-paru panas,
- radang kelenjar getah bening leher (servikal limfadenitis),
- sulit tidur (insomnia), gelisah, mimpi buruk,
- kelelahan kronis yang abnormal (neurasthenia), 
- darah tinggi (hipertensi),
- bengkak (edema), kencing berlemak (chyluria), dan 
- koreng, skabies, borok (ulcus) pada kaki.
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, rebus herba segar sebanyak 5--15 g, lalu minum airnya.
Untuk pemakaian luar, cuci herba segar secukupnya, lalu rebus. sesudah  dingin, pakai  airnya untuk mencuci 
borok, koreng, atau skabies. Bisa juga herba segar digiling halus hingga  seperti bubur, lalu turapkan ke tempat yang 
sakit.
CONTOH PEMAKAIAN
Radang kelenjar getah bening leher, koreng bernanah Siapkan herba permot, akar daruju kering (Acanthus ilicifolius 
L.), akar daun kentut (Paederia scandens), dan herba sambiloto kering (Andrographis paniculata) masing-masing 15 
g, lalu cuci dan potong-potong seperlunya. Rebus dengan tiga gelas air hingga  tersisa satu gelas. sesudah  dingin, 
saring dan minum sehari dua kali, masing-masing setengah gelas.
Koreng, skabies, borok pada kaki
Rebus herba permot secukupnya, lalu sesudah  dingin pakai  airnya untuk mencuci bagian yang sakit. Gilingan 
halus herba permot juga dipakai untuk menurap di tempat yang sakit, lalu dibalut. Ganti 2--3 kali sehari. Lakukan 
setiap hari hingga  sembuh.
Komposisi :
Buah, biji, dan daun mengandung substansi yang tidak stabil, yaitu asam hidrosianat dan laktone. Buah masak 
mengandung Ca, P, Fe.
Petai Cina
(Leucaena leucocephala, Lmk. de wit) 
Sinonim : Leucaena glauca, Benth. 
Familia : Mimesaceae
Uraian :
Petai cina (Leucaena leucocephala) yaitu  tumbuhan yang memiliki batang pohon keras dan berukuran tidak besar. 
Daunnya majemuk terurai dalam tangkai berbilah ganda. Bunganya yang berjambul warna putih sering disebut 
cengkaruk. Buahnya mirip dengan buah petai (Parkia speciosa) tetapi ukurannya jauh lebih kecil dan berpenampang 
lebih tipis. Buah petai cina termasuk buah polong, berisi biji-bibji kecil yang jumlahnya cukup banyak. Petai cina 
oleh para petani di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar, pupuk hijau dan segalanya. Petai cina cocok 
hidup di dataran rendah hingga  ketinggian 1500 meter di atas permukaan laut. Petai cina di negara kita  hampir 
musnah sesudah  terserang hama wereng. Pengembangbiakannya selain dengan penyebaran biji yang sudah tua juga 
dapat dilakukan dengan cara stek batang.
Nama Lokal :
Petai cina (negara kita ), Kemlandingan, Lamtoro (Jawa); Palanding, Peuteuy selong (Sunda), Kalandingan (Madura); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diabetes melitus, Cacingan, Gairah seks, Luka baru dan bengkak; Tluseben (kasura); 
Pemanfaatan :
1. Diabetes Melitus
 Bahan: Biji petai cina yang sudah tua dan kering;
 Cara membuat: digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus (dibuat 
 bubuk). Kemudian ambil 1 sendok dan diseduh dengan air panas 
 (seperti membuat kopi).
 Cara memakai  : diminum 1 kali sehari 1 gelas dan dilakukan secara teratur
2. Cacingan
 Bahan: Biji petai cina yang sudah tua dan kering;
 Cara membuat: digoreng tanpa minyak dan ditumbuk halus (dibuat 
 bubuk). Kemudian ambil 1 sendok dan diseduh dengan ½ - 1 gelas air panas (seperti membuat kopi).
 Cara memakai  : diminum menjelang tidur malam.
3. Meningkatkan gairah seks
 Bahan: 1 sendok petai cina, 1 sendok bubuk merica hitam, 2 butir 
 kuning telur ayam kampung mentah dan 1 sendok madu;
 Cara membuat: semua Materials ini dioplos hingga  merata
 Cara memakai  : diminum sekaligus
4. Luka baru dan bengkak
 Bahan: daun petai cina secukupnya
 Cara membuat: ditumbuk halus atau dikunyah
 Cara memakai  : ditempelkan pada bagian yang luka / bengkak
5. Tlusuben (benda-benda yang masuk ke dalam daging: kayu, bambu) 
 Bahan: daun petai cina yang masih muda dan terasi dapur;
 Cara membuat: daun petai cina ditumbuk halus dan ditambah terasi 
 dapur secukupnya, diaduk hingga  merata;
 Cara memakai  : ditempelkan pada bagian yang sakit, kemudian 
 dibalut dengan kain pembalut.
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Biji dari buah polong petai cina (Leucaena leucocephala) yang sudah tua setiap 100 gram 
memiliki  nilai kandungan kimia berupa : - Kalori 148 kalori, - Protein 10,6 gram, - Lemak 0,5 gram, - Hidrat arang 
26,2 gram, - Kalsium 155 miligram, - fosfor 59 gram, - Zat besi 2,2 gram, - Vitamin A 416 SI, - Vitamin B1 0,23 
miligram - Vitamin C 20 miligram.
Pinang
(Areca catechu L.) 
Sinonim : A. hortensis, Lour.
Familia : Arecaceae 
Uraian :
Pinang umumnya ditanam di pekarangan, di taman-taman atau dibudidayakan, kadang tumbuh liar di tepi sungai 
dan tempat-tempat lain, dapat ditemukan dari 1-1.400 m dpl. Pohon berbatang langsing, tumbuh tegak, tinggi 10-
30 m, diameter 15-20 cm, tidak bercabang dengan bekas daun yang lepas. Daun majemuk menyirip tumbuh 
berkumpul di ujung batang membentuk roset batang. Pelepah daun berbentuk tabung, panjang 80 cm, tangkai 
daun pendek. Panjang helaian daun 1-1,8 m, anak daun memiliki  panjang 85 cm, lebar 5 cm, dengan ujung 
sobek dan bergigi. Tongkol bunga dengan seludang panjang yang mudah rontok, keluar dari bawah roset daun, 
panjang sekitar 75 cm, dengan tangkai pendek bercabang rangkap. Ada 1 bunga betina pada pangkal, di atasnya 
banyak bunga jantan tersusun dalam 2 baris yang tertancap dalam alur. Bunga jantan panjang 4 mm, putih kuning, 
benang sari 6. Bunga betina panjang sekitar 1,5 cm, hijau, bakal buah beruang satu. Buahnya buah buni, bulat telur 
sungsang memanjang, panjang 3,5-7 cm, dinding buah berserabut, bila masak warnanya merah oranye. Biji satu, 
bentuknya seperti kerucut pendek dengan ujung membulat, pangkal agak datar dengan suatu lekukan dangkal, 
panjang 15-30 mm, permukaan luar berwarna kecoklatan hingga  coklat kemerahan, agak berlekuk-lekuk 
menyerupai jala dengan warna yang lebih muda. Umbutnya dimakan sebagai lalab atau acar, sedang buahnya 
merupakan salah satu ramuan untuk makan sirih, dan merupakan tanaman penghasil zat samak. Pelepah daun 
yang bahasa Sundanya disebut upih, dipakai untuk pembungkus makanan, bahan campuran untuk pembuatan 
topi, dsbnya. Perbanyakan dengan biji. 
Nama Lokal :
Jambe, penang, wohan (Jawa). pineng, pineung, pinang,; Batang mayang, b. bongkah, b. pinang, pining, boni 
(Sumtra); Gahat, gehat, kahat, taan, pinang (Kalimanantan). alosi; mamaan, nyangan, luhuto, luguto, poko rapo, 
amongon.(Sul.); Bua, hua, soi, hualo, hual, soin, palm (Maluku). bua, winu,; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Cacingan, Perut kembung, Luka, Batuk berdahak, Diare, Kudis; Koreng, terlambat haid, keputihan, beri-beri, 
malaria, difteri; Tidak nafsu makan, Sembelit, Sakit pinggang, gigi dan gusi,; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Biji, daun, sabut. 
KEGUNAAN: 
Biji (Binglang): 
- Cacingan: taeniasis, fasciolopsiasis. 
- Perut kembung akibat gangguan pencernaan. 
- Bengkak sebab  retensi cairan (edema). 
- Rasa penuh di dada. 
- Luka. 
- Batuk berdahak. 
- Diare. 
- Terlambat haid, Keputihan. 
- Beri-beri, edema. Malaria. 
- Memperkecil pupil mata (miosis) pada glaucoma. 
Daun: 
- Tidak napsu makan. 
- Sakit pinggang (lumbago). 
Sabut: 
- Gangguan pencernaan (dyspepsia). 
- Sembelit. 
- Edema dan beri-beri. 
PEMAKAIAN: 
Untuk minum: 5-10 g biji kering atau 5-10 g sabut, rebus. 
Pemakaian luar : Biji secukupnya direbus, airnya untuk mencuci luka dan infeksi kulit lainnya. 
CARA PEMAKAIAN: 
1. Cacingan: 
 30 g serbuk biji pinang direbus dengan 2 gelas air, didihkan 
 perlahan-lahan seiama 1 jam. sesudah  dingin disaring, minum sekaligus sebelum makan pagi. 
2. Luka: Biji ditumbuk halus, untuk dipakai pada luka. 
3. Kudis: 
 Biji pinang digiling halus, tambahkan sedikit air kapur sirih hingga  
 menjadi adonan seperti bubur. Dipakai untuk memoles bagian tubuh yang kudis. 
4. Koreng: 
 Pinang, gambir, kapur sirih masing-masing sebesar telur cecak, 
 tembakau sebesar ibu jari dan 1 lembar daun sirih segar. 
 Bahan-bahan ini dicampur ialu digiling halus. Lumurkan pada koreng yang telah dibersihkan. 
5. Disentri:
Buah pinang yang warnanya kuning muda dicuci lalu direndam dalam 
 1 gelas air selama beberapa jam. Minum air rendaman pinang. 
6. Membersihkan dan memperkuat gigi dan gusi:
 Biji pinang diiris tipis-tipis. Kunyah setiap hari selama beberapa menit, lalu ampasnya dibuang. 
7. Sakit pinggang: 
 Daun secukupnya dicuci bersih, lalu digiling halus. Tambahkan 
 minyak kelapa secukupnya, panaskan sebentar di atas api. Hangat-
 hangat dipakai untuk mengompres bagian pinggang yang sakit. 
8. Difteri: 
 1 butir biji pinang kering digiling halus, seduh dengan 3/4 cangkir
 air panas dan 1 sendok makan madu. sesudah  dingin dipakai untuk 
 kumur-kumur di tenggorokan selama 2-3 menit, lalu dibuang.Lakukan 3 kali sehari. 
Efek samping: 
Senyawa alkaloid yang dikandung pada buah cukup berbahaya untuk sistem syarat. Yang umum terjadi yaitu  mual 
dan muntah (20-30%), sakit perut, pening dan nervous. Untuk mengurangi kejadian muntah, minumlah rebusan 
obat sesudah  dingin. Efek samping yang jarang terjadi yaitu  luka pada lambung yang disertai muntah darah. 
Tanda-tanda kelebihan dosis: Banyak keluar air liur (qalivation), muntah, mengantuk dan seizure. 
Pengobalan: Cuci lambung dengan larutan potassium permanganate dan injeksi atropine. Untuk mengurangi efek 
racunnya, pemakaian biji pinang sebaiknya yang telah dikeringkan, atau lebih baik lagi bila biji pinang kering direbus 
dahulu sebelum diminum. Kebiasaan mengunyah biji pinang, dapat meningkatkan kejadian kanker-mukosa pipi 
(buccal cancer).
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Biji: Pahit, pedas, hangat. Obat cacing (anthelmintic), peluruh kentut 
(antiflatulent), peluruh haid, peluruh kencing (diuretik), peluruh dahak, memperbaiki pencernaan, pengelat 
(astringen), pencahar (laksan). Daun: Penambah napsu makan. Sabut: Hangat, pahit. Melancarkan sirkulasi tenaga, 
peluruh kencing, pencahar. KANDUNGAN KIMIA: Biji mengandung 0,3-0,6% alkaloid, seperti Arekolin (C8 H13 NO2), 
arekolidine, arekain, guvakolin, guvasine dan isoguvasine. Selain itu juga mengandung red tanin 15%, lemak 14% 
(palmitic, oleic, stearic, caproic, caprylic, lauric, myristic acid), kanji dan resin. Biji segar mengandung kira-kira 50% 
lebih banyak alkaloid, dibandingkan biji yang telah diproses. Arekolin: Obat cacing dan berkhasiat sebagai 
penenang.
Pisang
(Musa Paradisiaca, Linn.) 
Familia : Musaceae
Uraian :
Tumbuhan ini berasal dari Asia dan tersebar di spanyol, Itali, negara kita , Amerika dan bagian dunia yang lain. 
Tumbuhan pisang menyukai area  alam terbuka yang cukup sinar matahari , cocok tumbuh didataran rendah 
hingga  pada ketinggian 1000 meter lebih diatas permukaan laut. Pada dasarnya tanaman pisang merupakan 
tumbuhan yang tidak memiliki batang sejati. Batang pohonnya terbentuk dari perkembangan dan pertumbuhan 
pelepah pelepah yang mengelilingi poros lunak panjang , Batang pisang yang sebenarnya terdapat pada bonggol 
yang tersembunyi di dalam tanah
Nama Lokal :
Banana (Inggris), Tsiu, Cha (Cina), Pisyanga, Kila (India); Pisang (negara kita ), Klue (Thailand), Pyaw, Nget (Burma); 
Gedang (Jawa), Cau (Sunda), Biu (Bali), Puti (Lampung); Wusak lambi, lutu (Gorontalo), Kulo (Ambon), Uki (Timor); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Pendarahan rahim, Merapatkan vagina, Sariawan usus, Ambeien; Cacar air, Telinga dan Tenggorokan bengkak, 
Disentri, Amandel; Kanker perut, Sakit kuning (lever), Pendarahan usus besar, Diare; 
Pemanfaatan :
1. Kanker Perut
 Bahan: Tunas / anak batang pohon pisang dan 1 potong tumbuhan 
 benalu teh
 Cara membuat: anak pisang diparut dan diambil airnya sebanyak 4
 gelas, kemudian direbus bersama dengan benalu teh ini 
 hingga  mendidih hingga tinggal 2 gelas.
 Cara memakai  : diminum 2 kali sehari 1 gelas, pagi dan sore 
 dan dilakukan secara teratur.
2. Sakit Kuning
 Bahan: Buah pisang emas yang sudah masak
 Cara memakai  : makan buah pisang emas yang banyak.
3. Keluarga Berencana
 Bahan: Bunga Pisang ambon
 Cara membuat: direbus dengan air hingga  mendidih
 Cara memakai  : diminum airnya 2 kali sehari, pagi hari dan 
 sebelum tidur. Dilakukan selama 7 hari berturut turut sesudah menstruasi atau melahirkan. 
4. Pendarahan Usus Besar
 Bahan: tunas/ anak pisang dan 1 potong bonggol benalu teh
 Cara membuat: anak pisang diparut dan diperas untuk di ambil 
 airnya sebanyak 2 gelas kemudian direbus bersama dengan 
 bonggol benalu teh ini hingga  mendidih hingga tinggal 1 gelas.
 Cara memakai  : disaring dan diminum 2 kali sehari 1 cangkir.
5. Pendarahan Rahim
 Bahan: tunas / anak pisang dan 1 potong bonggol benalu teh 
 Cara membuat: anak pisang diparut dan diambil airnya sebanyak 2 
 gelas. Kemudian direbus bersama dengan bonggol benalu teh 
 ini hingga  mendidih hingga tinggal 1 gelas.
 Cara memakai  : disaring dan diminum 1 kali sehari 1/2 gelas.
6. Mencegah Pendarahan Sehabis Melahirkan
 Bahan: batang pohon pisang
 Cara membuat: batang pohon pisang diparut untuk diambil airnya.
 Cara memakai  : disaring dan diminum 2 kali sehari 1/2 gelas.
7. Sariawan Usus
 Bahan: Kulit buah pisang kluthuk yang sudah masak dan buah 
 pisang mentah.
 Cara membuat: Kulit pisang kluthuk dan buah pisang mentah
 ini diiris-iris tipis, kemudian ditumbuk halus, diperas hingga  
 keluar airnya dan diembun-embunkan semalam di luar rumah.
 Cara memakai  : diminum sesudah  bangun tidur / pagi hari.
8. Merapatkan Vagina dan Mencegah Pendarahan
 Bahan: batang pohon pisang batu yang belum berbunga.
 Cara membuat: Pohon pisang dipancung untuk diambil airnya yang bersih
 Cara memakai  : dipakai untuk mencuci Vagina sesudah  bersalin.
9. Ambeien
 Bahan: buah pisang kluthuk yang masih mentah, adas pulasari 
 secukupnya dan 1 potong gula merah.
 Cara membuat: buah pisang kluthuk diparut untuk diambil airnya. 
 Kemudian dicampur dengan bahan lainnya dan diaduk hingga  merata.
 Cara memakai  : disaring dan diminum.
10. Cacar Air
 Bahan: bonggol batang pisang kluthuk, adas pulosari
 Cara membuat: bonggol pisang diparut untuk diambil airnya, 
 kemudian dicampur dengan bahan lainnya hingga  merata.
 Cara memakai  : disaring dan diminum.
11. Telinga Bengkak
 Bahan: Kulit pisang kustruk
 Cara membuat: Kulit pisang dipanggang dan dalam keadaan 
 hangat-hangat diperas untuk diambil airnya.
 Cara memakai  : dioleskan pada bagian telinga yang bengkak.
12. Tenggorokan Bengkak
 Bahan: Bonggol pisang kapok (kepok)
 Cara membuat: Bonggol pisang diparut dan diperas untuk diambil airnya.
 Cara memakai  : dipakai untuk kumur.
13. Disentri
 Bahan: Bonggol pisang kluthuk
 Cara membuat: diparut untuk diambil airnya sebanyak 1/2 gelas
 Cara memakai  : diminum 3 hari sekali
14. Diare (orang dewasa)
 Bahan: buah pisang kapur mentah
 Cara membuat: dibakar
 Cara memakai  : dimakan
15. Diare (Bayi)
 Bahan: buah pisang kapok (kepok) mentah
 Cara membuat: diiris-iris dan digoreng tanpa minyak
 Cara memakai  : dimakan oleh ibu yang sedang menyusui bayi tersebut.
16. Amandel
 Bahan: bonggol batang pisang
 Cara membuat: diparut dan diperas untuk diambil airnya
 Cara memakai  : diminum.
17. Mencegah Infeksi 
 Bahan: getah pelepah daun pis
Komposisi :
KANDUNGAN KIMIA : Menurut penelitian pisang mengandung kadar antara lain : - Vitamin A, B1, C - Lemak -
Mineral (Kalium, chlor, natrium, magnesium, posfor ) - Karbohidrat - Dextrose - Air - Sucrose - Levulose - Zat Putih 
telut - Zat Tepung.
Pohon Merah
(Euphorbia puicherrima Willd. Et Klotzsch) 
Sinonim : Poinsettia pulcherrima, R. Grah.
Familia : Euphorbiaceae
Uraian :
Tanaman hias yang asalnya dari Mexico ini dapat ditemukan dari 1-1.400 m dpl, tetapi untuk mendapatkan warna 
daun yang cerah lebih cocok bila ditanam pada ketinggian sekitar 600 m dpi. Perdu tegak, tinggi 1,5-4 m, berkayu, 
bercabang, bergetah seperti susu. Daun tunggal, bertangkai, letak tersebar, bentuknya bulat telur hingga  elips 
memanjang, yang terbesar kerapkali dengan 2-4 lekukan, ujung dan pangkal runcing, pertulangan menyirip, 
panjang 7-1 5 cm, lebar 2,5-6 cm, bagian bawah berambut halus, tangkai daun muda warnanya merah, sesudah  tua 
hijau. Bunga majemuk berbentuk cawan dalam susunan yang khas disebut cyathium, keluar diujung percabangan. 
Tiap cyathium berhadapan dengan daun pelindung yang besar, bentuk lanset, warnanya merah, kadang-kadang 
berwarna kuning. Cyathium tinggi 1 cm, hijau dengan taju merah dan 1 kelenjar besar, pada sisi perut warnanya 
kuning oranye. Tangkai sari merah oranye. Buahnya buah kotak, panjang 1,5 cm, masih muda hijau, sesudah  tua 
coklat. Biji bulat, coklat. Sekarang banyak varietasnya yang berasal dari Eropa, dan merupakan hasil pemuliaan. 
Tanaman lebih pendek, daun lebih lebar dengan warna daun pelindung bermacam-macam, seperti merah, putih 
atau merah muda. 
Nama Lokal :
Kastuba, ki geulis (Sunda). Racun, kedapa (Bali); Godong racun, wit racun, racunan (Jawa), ; Denok, puring, bengala. 
(Sumatera); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Radang kulit, Tulang patah, bengkak terpukul, luka luar; Melancarkan ASI dan Haid.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun, bunga, atau seluruh tanaman. 
KEGUNAAN: 
- lnfeksi kulit, erysipelas. 
- Meiancarkan haid. 
- Air susu ibu sedikit. 
- Tulang patah. 
- Bengkak sebab  terpukul. 
- Luka luar. 
PEMAKAIAN: 
Untuk minum: 10-15 g, direbus. 
Pemakaian luar: Secukupnya ditumbuk, tempelkan kebagian yang sakit.
CARA PEMAKAIAN: 
1. Radang kulit erysipelas:
 Daun secukupnya dicuci bersih lalu ditumbuk hingga  halus. 
 Balurkan kebagian tubuh yang sakit. 
2. Melancarkan ASI: 10 g bunga dicuci lalu direbus, minum.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Pahit, sepat, sejuk, sedikit beracun. Perangsang muntah, melancarkan 
pengeluaran air susu ibu (galaktagog). KANDUNGAN KIMIA: Daun: Alkaloid, saponin, lemak, amylodextrin. Batang: 
Saponin, sulfur, lemak, amylodextrin, asam format, kanji.
Portulaka
(Portulaca grandiflora Hook.) 
Familia : Portulacaceae
Uraian :
Portulaka berasal dari Brazilia. Biasanya, ditanam sebagai tanaman hias di pekarangan atau di taman-taman. Herba 
ini memerlukan sinar matahari penuh agar tumbuh subur dan berbunga meriah. Portulaka dapat ditemukan dari 
dataran rendah hingga  ketinggian 1.400 m dpl. Terna semusim yang berbatang basah ini tumbuh terlentang atau 
naik ke atas, panjang 15--30 cm, sering bercabang mulai dari pangkalnya, pada ruasnya berambut halus, dan 
warnanya merah atau hijau. Daun tunggal, letak tersebar, tidak bertangkai, di ujung batang berjejal rapat, ke bagian 
pangkal daunnya lebih jarang. Helaian daun tebal berdaging, berair, bentuk jarum, bulat silindris, ujungnya tumpul, 
panjang 1--3,5 cm, warnanya hijau. Bunga berkumpul berkelompok 2--8 di ujung batang, mekar pada pukul delapan 
pagi dan layu menjelang sore, warnanya merah, dadu, putih, oranye, atau kuning. Buah bentuknya bulat telur, 
permukaan berambut, panjang 5--8 mm. Biji bulat, jumlah banyak, kecil, dan berwarna cokelat muda. Perbanyakan 
dengan stek batang atau biji yang sudah tua. 
Nama Lokal :
NAMA area  Bunga pegawai tinggi, kembang tabuh delapan, sutera bombay, apulaka, cantik manis. NAMA 
ASING Ban zhi lian (C), Portulak (B), rose-moss, sun plant (I). NAMA SIMPLISIA Portulacae grandiflorae Herba (herba 
portulaka)
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Herba ini rasanya pahit, sifatnya dingin. Berkhasiat menghilangkan bengkak, penghilang nyeri (analgesik), 
antiradang, dan menghilangkan bekuan darah. 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIpakai 
Bagian tanaman yang dipakai sebagai obat yaitu  seluruh herba dalam bentuk segar.
INDIKASI
Herba dipakai untuk mengatasi: 
sakit tenggorok, sakit kepala, 
radang hati (hepatitis), dan
bengkak akibat terbentur (memar). 
CARA PEMAKAIAN
Rebus seluruh herba (15--30 g) dan minum sesudah  dingin. Bisa juga herba segar dijus, lalu minum.
Untuk pemakaian luar, cuci herba segar secukupnya, lalu giling hingga  halus. Tempelkan pada bagian yang sakit, 
seperti gigitan serangga, bisul, koreng, atau memar, lalu balut. Air perasan gilingan herba segar juga bisa dipakai 
untuk mencuci dan mengompres ekzema, luka bakar, atau tersiram air panas.
CONTOH PEMAKAIAN
Sakit tenggorok
Cuci herba portulaka segar, lalu giling hingga  halus dan peras hingga  airnya terkumpul satu cangkir. Tambahkan 
sedikit boraks, lalu pakai  untuk kumurkumur.
Sakit kepala
Cuci seluruh bagian portulaka segar, kecuali akar (30 g). Tambahkan dua gelas air, lalu rebus hingga  mendidih 
selama 15 menit. sesudah  dingin, saring dan minum sekaligus. Jika sakit berulang, lakukan 2--3 kali dalam sehari.
Hepatitis
Cuci herba portulaka segar (30 g), lalu giling hingga  halus. Peras dengan sepotong kain, lalu minum air yang 
terkumpul sekaligus. Lakukan 2--3 kali sehari hingga  sembuh.
Ekzema pada bayi
Cuci herba segar secukupnya, lalu giling hingga  halus. pakai  air perasannya untuk mengompres ekzema. 
Bisul, koreng
Cuci tangkai segar hingga  bersih, lalu giling halus. Bubuhkan ke tempat yang sakit, lalu balut. Ganti 2--3 kali dalam 
sehari.
Catatan
Ibu hamil dilarang minum rebusan herba ini.
Komposisi :
Seluruh herba mengandung portulal. Batang dan bunga mengandung betacyanin, betanin, dan betanidin.
Poslen
(Talinum trianguiare (Jacq.) Wilid.) 
Sinonim : T. racemosum, Rohrbach.
Familia : Portuiacaceae
Uraian :
Poslen banyak ditemukan sebagai gulma di area  tropika, atau dibudidayakan sebagai tanaman sayur atau 
tanaman obat. Tanaman asli dari Amerika tropis ini pada tahun 1915 didatangkan ke Jawa dari Suriname, dan dapat 
ditemukan dari dataran rendah hingga  1.000 m dpl. Terna menahun, tumbuh tegak atau pangkainya berbaring, 
tinggi 35-60 cm dengan akar yang menggelembung seperti wortel. Batangnya lunak, banyak bercabang, bagian 
pangkal berwarna cokelat-kemerahan, sedangkan batang muda berwarna hijau. Daun bertangkai pendek, letak 
tersebar, panjang 3-13 cm, lebar 1,5-5 cm, bentuknya bulat telur sungsang, ujung tumpul, pangkal runcing, tepi 
rata, warnanya hijau. Bunganya bunga majemuk berkumpul dalam malai, keluar dari ujung tangkai. Bunga mekar 
diwaktu siang hari, dengan 5 daun mahkota yang warnanya ungu kemerah-merahan. Buahnya bulat memanjang, 
warnanya hijau kekuningan bergaris merah, berisi banyak biji. Daun dan batang muda dapat dimakan sebagai lalab 
atau sayur. Perbanyakan dengan biji atau stek batang yang tua. 
Nama Lokal :
Poslen, gelang, krokot blanda (Sunda); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Bisul, bengkak; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI : Umbi.
KEGUNAAN :
- Bisul
- Bengkak
PEMAKAIAN :
Untuk minum : 9-15 g umbi direbus, minum.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Peluruh kencing, menghilangkan pembengkakan.
Prasman
(Eupatorium triplinerve Vahl.) 
Sinonim : E. ayapana Vent. 
Familia : Asteraceac
Uraian :
Berasal dari Amerika tropis. Tumbuban ini banyak membentuk anakan dan dapat ditemukan mulai dataran rendah 
hingga  ketinggian 1.600 m dpl. Banyak ditanam di area  perbukitan dan pegunungan rendah dekat perumahan. 
Semak, tinggi 50 - 100 cm. Batang berkayu, beruas-ruas, bercabang, berambut tebal, merah muda. Daun tunggal, 
letak berhadapan, bentuknya lanset, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, permukaan licin, dengan 3 tulang 
daun yang melengkung, panjang 5 - 8 cm, lebar 1 - 2 cm, hijau. Bunga majemuk, keluar dari ujung batang, panjang 
tangkai bunga + 4 mm, kelopak lepas, terdiri dari 5 daun kelopak, hijau keunguan, mahkota bentuk bintang, kecil, 
berambut putih, ungu kemerahan. Buah berupa buah kendaga. Perbanyakan dengan biji atau setek akar. 
Nama Lokal :
Jukut prasman (Sunda), godong prasman, rajapanah (Jawa).; Acerang, daun prasman, daun panahan (Sumatera).; 
Ayapana (Perancis), ayapana tea (Inggris).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sariawan, kurang napsu makan, mimisan, haid tidak teratur.; Kencing sedikit, sembab (edema), busung air, demam, 
pilek, ; Diare kronis.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG dipakai : Daun. 
INDIKASI :
Daun prasman berkhasiat untuk mengatasi: 
- kencing sedikit, 
- sembab (edema), busung air, 
- demam, pilek, 
- batuk, bronkitis, asma, diare kronis, sariawan, kurang nafsu makan, 
- perdarahan seperti mimisan, dan 
- datang haid tidak teratur. 
CARA PEMAKAIAN : Herba segar sebanyak 15 - 30 g diseduh atau direbus, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, 
herba segar direbus lalu airnya dipakai untuk mencuci luka dan mengompres borok, atau digiling halus dan 
dipakai sebagai pilis pada sakit kepala. 
CONTOH PEMAKAIAN : 
1. Kencing sedikit :
 Sebanyak 20 g daun prasman segar dicuci lalu direbus dengan 2 
 gelas air bersih hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring dan 
 siap untuk diminum pagi dan siang hari, masing-masing 1/2 gelas. 
 Demam Segenggam daun prasman segar berikut batangnya dicuci 
 bersih. Potong-potong seperlunya, tambahkan gula aren seukuran 
 ibu jari dan 3 gelas air. Rebus hingga  aimya tersisa 1 gelas. sesudah  
 dingin disaring, minum sekaligus. Lakukan 3 - 4 kali sehari. 
2. Diare kronis :
 Segenggam daun prasman segar berikut batangnya dicuci dan 
 dipotong-potong seperlunya. Rebus dengan 2 gelas air hingga  
 tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, siap untuk diminum 2 kali sehari, masing-masing 1/2 gelas. 
3. Sariawan :
 Daun prasman segar secukupnya dicuci bersih, lalu dikunyah. 
 sesudah  lumat biarkan sebentar pada sariawan, lalu cairan dan ampasnya dibuang. 
4. Datang haid tidak teratur :
 Daun prasman segar sebanyak 25 g dicuci bersih lalu dibilas dengan 
 air masak. Tumbuk hingga  lumat, lalu diseduh dengan 3/4 cangkir 
 air panas. Diamkan selama 15 menit, lalu diperas dan disaring. Air 
 perasannya ditambah 2 sendok makan madu. sesudah  diaduk merata, minum sekaligus.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Daunnya pahit. KANDUNGAN KIMIA : Daun prasman mengandung 
minyak asiri (antara lain kumarin), ayapanin (7-methoxy-kumarin), ayepin, dan timohidrokuinon. Zat aktif ayapanin 
dan ayepin berkhasiat hemostatis. Sedangkan akar prasman mengandung saponin, flavonoida, dan polifenol.
Pulai
(Alstonia scholaris [L.] R. Br.) 
Sinonim : A. spectabilis, R.Br. 
Familia : Apoeynaccae
Uraian :
Pulai yang termasuk suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, 
hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah hingga  900 m dpl. Pulai kadang 
ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25 m. 
Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat 
pahit, bergetah putih. Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 - 15 mm, 
bentuknya lonjong hingga  lanset atau lonjong hingga  bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan 
bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan 
majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau 
terang hingga  putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang 
panjangnya 20 - 50 cm, menggantung. Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul 
pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang. 
Nama Lokal :
Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus,; pulai (Sumatera).hanjalutung (Kalimantan).kaliti, 
reareangou,; bariangow, rariangow, wariangow, mariangan, deadeangow,; kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer 
(Banda), Aliag (Irian),; hange (Ternate). devil's tree, ditta bark tree (Inggris).; Chatian, saitan-ka-jhad, saptaparna 
(India, Pakistan).; Co tin pat, phayasattaban (Thailand).;
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, malaria, limfa membesar, batuk berdahak, diare, disentri, ; Kurang napsu makan, perut kembung, sakit 
perut, kolik, anemia, ; Kencing manis (diabetes melitus), wasir, gangguan haid, bisul,; Tekanan darah tinggi 
(Hipertensi), rematik akut, borok (ulcer), ; Beri-beri, masa nifas, payudara bengkak sebab  ASI.; 
Pemanfaatan :
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau. KANDUNGAN KIMIA : Kulit kayu 
mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, 
dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam 
ursolat dan lupeol. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat 
menurunkan kadar glukosa darah kelinci (Setyarini, Fak. Farmasi Unair, 1987). 2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara 
in vivo dapat menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara invitro 
menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml (Thresia Ranti, jurusan Farmasi 
FMIPA ITB, 1 99 1). 3. Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci memiliki  
efek hipoglikernik (Sulina, Jurusan Farmasi FMIPA ITB, 1978).
Pule Pandak
(Rauvolfia serpentine [L.] Bentham ex. Ku) 
Sinonim : Ophioxylon obversum, Mq. = 0. serpentinwn, Linn. = O. trifoliatum, Gaertn. = Hunteria sundana, Mq. 
Familia : Apoeynaceae
Uraian :
Pule pandak kadang ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman hias, namun lebih sering tumbuh liar di 
ladang, hutan jati, atau tempat lainnya hingga  ketinggian 1.000 m dpl. Perdu tegak, tahunan, tinggi mencapai 1 m, 
bergetah, batang silindris, percabangan warna cokelat abu-abu, mengeluarkan cairan jernih bila dipatahkan. Daun 
tunggal, bertangkai pendek, duduk berkarang atau berhadapan bersilang, bentuk taji atau bulat telur memanjang, 
ujung runcing, pangkal menyempit, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 3 - 20 ern, lebar 2 - 9 cm, permukaan 
atas hijau, permukaan bawah warnanya lebih muda. Perbungaan majemuk, bentuk payung yang keluar dari ujung 
tangkai, mahkota bunga warnanya merah. Buahnya buah batu, bulat telur, masih muda hijau bila masak warnanya 
hitam, berbiji satu. Akar panjang dan besar. Akar keringnya disebut Rauwolfia Serpentina. 
Nama Lokal 
Pulai pandak (Jawa). akar tikus (Sumatera).; Yin tu luo fu mu (China). serpent wood, serpentine (Inggris).; Chandrika 
chhota chand, sarpaganh (India, Pakistan).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit kepala, vertigo, diare,; Sakit tenggorokan, sakit pinggang, sakit perut pada 
disentri, ; Muntah, Malaria, influenza, radang kandung empedu, bisul,; Hepatitis akut, susah tidur (insomnia), 
gangguan jiwa (mania), ; Kurang napsu makan, hiperfungsi kelenjar gondok (hipertiroid),; kudis (skabies), biduran 
(urtikaria), gigitan ular/kalajengking,; Luka terpukul atau terbentur (memar), hernia.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG dipakai :
Akar, batang, dan daun. Sebelum dipakai akar dicuci dan dipotong kecil-kecil lalu dijemur untuk penyimpanan. 
INDIKASI :
Akar berkhasiat untuk: 
- tekanan darah tinggi (hipertensi), 
- sakit kepala dan rasa berputar (vertigo) pada hipertensi, 
- sakit tenggorok, sakit pinggang, 
- sakit perut pada disentri, diare, muntah, 
- panas yang menetap, panas pada malaria, influenza, 
- radang kandung empedu, hepatitis akut, 
- kejang pada penyakit ayan (epilepsi), 
- susah tidur (insomnia), garngguan jiwa (mania), 
- kurang napsu makan, menghilangkan gejala akibat hiperfungsi 
 kelenjar gondok (hipertiroid) seperti berdebar, tekanan darah tinggi, 
 mudah tersinggung (iritabel), hiperaktif saraf simpatis, bisul, kudis 
 (skabies), biduran (urtikaria), dan 
- gigitan ular, kalajengking dan luka akibat terpukul atau terbentur 
 (memar). 
Batang dan daun berkhasiat untuk: 
- influenza, sakit tenggorok, malaria, 
- tekanan darah tinggi, 
- diare, muntah sebab  angin, 
- hernia, dan 
- bisul, memar. 
CARA PEMAKAIAN :
Akar, daun, atau batang sebanyak 25 - 50 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, bahan-bahan ini 
digiling halus lalu ditempeikan ke tempat yang sakit atau direbus, airnya untuk mencuci kulit yang kudis. 
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Tekanan darah tinggi 
 Akar pule pandak sebanyak 50 g direbus dengan 3 gelas air hingga  
 tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring. Minumlah pagi dan sore hari, masing-masing 1/2 gelas. 
2. Sakit pinggang 
 Akar pule pandak sebanyak 50 g direndam dalam 1 gelas arak 
 selama 1 malam. Keesokan harinya diminum sekaligus, sesudah  makan. 
3. Sakit tenggorok 
 Akar pule pandak secukupnya sesudah  dicuci bersih lalu diiris tipis-tipis. Bahan ini lalu diisap-isap dalam 
mulut. 
4. Sakit kepala, susah tidur, pusing, demam, radang kandung empedu, 
 memar, digigit ular berbisa, kurang nafsu makan, dan sakit perut. 
 pakai  akar pule pandak sebanyak 10 - 15 g direbus dengan 3 
 gelas air hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring lalu diminum
 2 kali, pagi dan sore, masing-masing 1/2 gelas. 
5. Nyeri perut 
 Akar pule pandak dan pinang secukupnya dikunyah, airnya ditelan 
 dan ampasnya dibuang. 
6. Demam, muntah-muntah 
 Akar pule pandak kering sebanyak 15 g dipotong kecil-kecil lalu 
 diremas-remas dalam 1 gelas air masak. Airnya ini diminum sekaligus. 
7. Influenza 
 Daun pule pandak segar sebanyak 25 g dicuci lalu direbus dengan 
 3 gelas air hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, minum 
 sekaligus. 
8. Digigit ular, memar 
 Daun pule pandak segar dicuci bersih lalu digiling halus. Bubuhkan 
 pada tempat yang sakit, lalu dibalut. Ganti 2 kali sehari. 
9. Luka berdarah 
 Daun muda pule pandak segar secukupnya dicuci bersih lalu digiling 
 halus. Bubuhkan pada luka lalu dibalut. 
10. Diare 
 Akar pule pandak segar sebanyak 2 g diiris tipis-tipis. Tambahkan 
 1/4 sendok teh garam, sambil diaduk merata. Akar ini kemudian 
 dikunyah dan airnya ditelan. 
EFEK SAMPING :
Jarang terjadi efek samping yang berat. Penekanan sentral menimbulkan gejala sakit kepala, mimpi buruk, rasa 
lelah, dan tidur tak nyenyak. Pada jantung dan pembuluh darah menimbulkan gejala denyut jantung melambat, 
hidung tersumbat, dan kadang gagal jantung (jarang terjadi). Pada sistem pencernaan menyebabkan mulut kering, 
kontraksi lambung dan usus meningkat, sering buang air besar, atau diare. 
CATATAN :
- Pule pandak meningkatkan keluarnya asam lambung sehingga dapat 
 menyebabkan perdarahan lambung. 
- Penderita dengan penyakit lambung dan kondisi badan lemah jangan 
 minum rebusan pule pandak. 
- Sudah dibuat tablet dengan nama dagang tablet Reserpin, tablet 
 Ancom, dan tablet Maishujing.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : Akar bersifat pahit, dingin, dan sedikit beracun. Batang dan daun 
bersifat pahit, manis, dan sejuk. KANDUNGAN KIMIA : Akar mengandung 3 grup alkaloid, yang jenis dan jumlahnya 
tergantung dari area  asal tumbuhnya. Grup I termasuk alkaline kuat (quarterary ammonium compound): 
serpentine, serpentinine, sarpagine, dan samatine. Penyerapannya jelek bila dipakai peroral (minum). Grup II 
(tertiary amine derivate): yohimbine, ajmaline, ajmalicine, tetraphylline, dan tetraphyllicine. Grup III termasuk 
alkaline lemah (secondary amities): reserpine, rescinnamine, deserpidine, raunesine, dan canescine. Reserpine 
berkhasiat hipotensif, ajmaline, serpentine, dan rescinnamine berkhasiat sedatif, yohimbine merangsang 
pembentukan testosteron yang dapat membangkitkan gairah seks.
Pulutan
(Urena lobata Linn.) 
Sinonim :Urena monopetala, Lour. = Urena scabriuscula, DC. = Urena sinuata, Linn. = Urena tomentosa, Blume.
Familia : Malvaceae
Uraian :
Jenis tumbuhan berserat dari suku kapas-kapasan, tumbuh di area  iklim tropik termasuk di negara kita . Tumbuh 
liar di halaman, ladang, tanah kosong dan tempat-tempat yang banyak sinar matahari hingga  setinggi + 1. 800 m di 
atas permukaan laut. Tumbuhan perdu tegak yang bercabang banyak ini memiliki  batang dan tangkai yang liat 
sehingga sukar dipatahkan dan seluruh tanaman ditumbuhi rambut halus, tinggi dapat mencapai 1 m. Daun 
tunggal, berlekuk menjari 3,5 atau 7, tumbuh berseling, panjang 3 - 8 cm, lebar 1 - 6 cm, tepi bergigi, warna daun 
bagian atas hijau, bagian bawah hijau muda, pangkal daun membulat, ujung runcing. Bunga berwama ungu, keluar 
dari ketiak daun. Buahnya bulat, penampang ± 5 mm, berambut seperti sikat, beruang 5, tiap ruangan berisi 1 biji.
Nama Lokal :
Pungpulutan, pungpulutan awewe, pungpurutan (Sunda); legetan, pulutan pulutan kebo, pulutan sapi (jawa); Polot 
(Madura), Kapuhak, kaporata (Sumba),; Bejak, kakamomoko, kokomomoko (Halmahera),; Taba toko (Ternate).; Di 
tao hum (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Panas influenza, radang tonsil (Tonsilitis), malaria, Reumatik; Keputihan, Bengkak, Muntah darah, Sukar melahirkan, 
Bisul; Luka berdarah, tulang patah, payudara bengkak, gigitan ular; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Akar, atau seluruh tanaman, pemakaian segar atau dikeringkan.
KEGUNAAN: Akar:
- Panas influenza, radang tonsil (Tonsillitis), malaria.
- Rheumatik persendian.
- Keputihan, kencing keruh.
- Disentri, diare, gangguan pencernaan (indigestion).
- Bengkak (edema), muntah darah (hematemesis), kesukaran 
 melahirkan (partus).
- Gondok (goitre).
- Bisul, luka berdarah, tulang patah (frakture), payudara 
 bengkak (mastitis), gigitan ular.
PEMAKAIAN: 
30 - 60 gr akar segar atau 15 - 30 gr akar kering direbus, minum.
PEMAKAIAN LUAR: 
Seluruh tanaman segar dilumatkan, tempel ke tempat yang sakit.
CARA PEMAKAIAN:
1. Influenza: 24 gr akar direbus, minum.
2. Disentri, diare, rheumatic: 30 - 60 gr akar kering direbus, minum.
3. Keputihan, kencing keruh: 30 - 60 gr akar segar direbus, minum.
4. Bengkak sebab  nephritis: 
 30-60 gr akar segar ditambah air secukupnya, rebus hingga  mendidih, diminum sehari 2 kali.
5. Koreng berdarah, bisul ditempeli bunga pulutan.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN FARMAKOLOGIS: Rasa manis, tawar, sejuk. Penurun panas, anti-radang, anti-rematik. 
KANDUNGAN KIMIA: Batang dan daun mengandung zat lendir, biji mengandung 13 -14%, lemak.
Putri Malu
(Mimosa pudica Linn.) 
Sinonim : Mimosa asperata, Blanco.
Familia : Mimosaccae 
Uraian :
Tumbuh di pinggir jalan, tanah lapang, cepat berkembang biak, tumbuh tidur di tanah, kadang-kadang tegak. 
Batang bulat, berbulu dan berduri. Daun kecil-kecil tersusun majemuk, bentuk lonjong dengan ujung lancip, warna 
hijau (ada yang warna kemerah-merahan). Bila daun disentuh akan menutup (sensitif plant). Bunga bulat seperti 
bola, warna merah muda, bertangkai.
Nama Lokal :
Putri malu, si kejut, rebah bangun, akan kaget; Han xiu cao (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Susah tidur (Insomnia), Bronkhitis, Panas tinggi, Herpes,; Reumatik, Cacingan; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Daun, akar, seluruh tanaman, segar atau yang dikeringkan.
KEGUNAAN:
1. Susah tidur (insomnia).
2. Radang saluran nafas (bronchitis).
3. Panas tinggi pada anak-anak.
4. Herpes (radang kulit sebab  virus).
5. Cacingan (ascariasis).
6. Rheumatik.
PEMAKAIAN: 15 - 60 gram, direbus.
PEMAKAIAN LUAR: 
Luka, radang kulit bemanah (piodermi), herpes; Tanaman segar dilumatkan, ditempelkan di tempat yang sakit.
CARA PEMAKAIAN:
1. Insomnia:
 a. Daun mimosa pudica 30 - 60 gr., direbus. Minum.
 b. - Mimosa pudica (si kejut) 15 gr.
 - Vemonia cinerea (sawi langit) 15 gr.
 - Oxalis repens (calincing) 30 gr., semuanya direbus.
2. Chronic bronchitis:
 a. Akar minosa pudica 60 gr. dan air 600 cc., direbus dengan api 
 kecil menjadi 200 cc, dibagi 2 kali minum. 10 hari yaitu  1 kuur.
 b. - Mimosa pudica 30 gr.
 - Akar peristrophe roxburghiana 10 gr., keduanya direbus, dibagi 
 menjadi 2 dosis/hari.
3. Batuk dengan dahak banyak: Akar putri malu 10 - 15 gr., direbus. 
4. Ascariasis: Mimosa pudica 15 - 30 gr., direbus.
5. Rheumatik: 
 15 gr akar Mimosa pudica direndam dalam arak putih 500 cc selama 
 2 minggu. 
KONTRAINDIKASI (DILARANG DIPAKAI): Wanita hamil.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Manis, astringen, agak dingin. Penenang (tranquiliser), sedative, 
peluruh dahak (expectorant), anti batuk (antitusive), penurun panas (antipiretic), anti radang (anti-inflammatory), 
peluruh air seni (diuretic). KANDUNGAN KIMIA: Mimosine.
Rambutan
(Nephelium lappaceum L.) 
Familia : Sapindaceae
Uraian :
Rambutan banyak ditanam sebagai pohon buah, kadang-kadang ditemukan tumbuh liar. Tumbuhan tropis ini 
memerlukan iklim lembap dengan curah hujan tahunan paling sedikit 2.000 mm. Rambutan merupakan tanaman 
dataran rendah, hingga ketinggian 300--600 m dpl. Pohon dengan tinggi 15-25 m ini memiliki  banyak cabang. 
Daun majemuk menyirip letaknya berseling, dengan anak daun 2--4 pasang. Helaian anak daun bulat lonjong, 
panjang 7,5--20 cm, lebar 3,5--8,5 cm, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, pertulangan menyirip, tangkai silindris, 
warnanya hijau, kerapkali mengering. Bunga tersusun pada tandan di ujung ranting, harum, kecil-kecil, warnanya 
hijau muda. Bunga jantan dan bunga betina tumbuh terpisah dalam satu pohon. Buah bentuknya bulat lonjong, 
panjang 4--5 cm, dengan duri tempel yang bengkok, lemas hingga  kaku. Kulit buahnya berwarna hijau, dan menjadi 
kuning atau merah kalau sudah masak. Dinding buah tebal. Biji bentuk elips, terbungkus daging buah berwarna 
putih transparan yang dapat dimakan dan banyak mengandung air, rasanya bervariasi dari masam hingga  manis. 
Kulit biji tipis berkayu. Rambutan berbunga pada akhir musim kemarau dan membentuk buah pada musim hujan, 
sekitar November hingga  Februari. Ada banyak jenis rambutan, seperti ropiah, simacan, sinyonya, lebakbulus, dan 
binjei. Perbanyakan dengan biji, tempelan tunas, atau dicangkok. 
Nama Lokal :
NAMA area  Sumatera: rambutan, rambot, rambut, rambuteun, rambuta, jailan, folui, bairabit, puru biancak, p. 
biawak, hahujam, kakapas, likis, takujung alu. Jawa: rambutan, corogol, tundun, bunglon, buwa buluwan. Nusa 
Tenggara: buluan, rambuta. Kalimantan: rambutan, siban, banamon, beriti, sanggalaong, sagalong, beliti, malit;, 
kayokan, bengayau, puson. Sulawesi: rambutan, rambuta, rambusa, barangkasa, bolangat, balatu, balatung, walatu, 
wayatu, wilatu, wulangas, lelamu, lelamun, toleang. Maluku: rambutan, rambuta. NAMA ASING Shao tzu (C), 
rambutan (Tag), ramboutan (P), ramustan (Spanyol). NAMA SIMPLISIA Nephelii lappacei Semen (biji rambutan). 
Nephelii lappacei Pericarpium (kulit buah rambutan).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Kulit buah berkhasiat sebagai penurun panas. Biji berkhasiat menurunkan kadar gula darah (hipoglikemik). 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIpakai 
Bagian tanaman yang dipakai yaitu  kulit buah, kulit kayu, daun, biji, dan akarnya.
INDIKASI
Kulit buah dipakai untuk mengatasi: 
disentri, demam.
Kulit kayu dipakai untuk mengatasi: 
sariawan.
Daun dipakai untuk mengatasi: 
diare,menghitamkan rambut.
Akar dipakai untuk mengatasi: 
demam.
Biji dipakai untuk mengatasi:
kencing manis (diabetes melitus). 
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, tidak ada dosis rekomendasi. Lihat contoh pemakaian.
Untuk pemakaian luar, giling daun hingga  halus, lalu tambahkan sedikit air. pakai  air perasannya untuk 
menghitamkan rambut yang beruban.
CONTOH PEMAKAIAN:
Disentri
Cuci kulit buah rambutan (10 buah), potong-potong seperlunya. Tambahkan tiga gelas minum air bersih, lalu rebus 
hingga  airnya tersisa separuhnya. sesudah  ,dingin, saring dan minum sehari dua kali, masingmasing tiga perempat 
gelas.
Demam
Cuci kulit buah rambutan yang telah dikeringkan (15 g). Tambahkan tiga gelas air bersih, lalu rebus hingga  
mendidih selama 15 menit. sesudah  dingin, saring dan minum tiga kali sehari, masing-masing sepertiga bagian. 
Menghitamkan rambut beruban
Cuci daun rambutan secukupnya, lalu tumbuk hingga  halus. Tambahkan sedikit air sambil diaduk merata hingga  
menjadi adonan seperti bubur. Peras dan saring dengan sepotong kain. pakai  air yang terkumpul untuk 
membasahi rambut kepala. Lakukan setiap hari hingga  terlihat hasilnya.
Kencing manis
Gongseng biji rambutan (lima biji), lalu giling hingga  menjadi serbuk. Seduh dengan satu cangkir air panas. sesudah  
dingin, minum airnya sekaligus. Lakukan 1--2 kali sehari.
Sariawan
Cuci kulit kayu rambutan (tiga ruas jari), lalu rebus dengan dua gelas air bersih hingga  tersisa satu gelas. pakai  
untuk berkumur selagi hangat .
Komposisi :
Buah mengandung karbohidrat, protein, lemak, fosfor, besi, kalsium, dan vitamin C. Kulit buah mengandung tanin 
dan saponin. Biji mengandung lemak dan polifenol. Daun mengandung tanin dan saponin. Kulit batang 
mengandung tanin, saponin, flavonoida, pectic substances, dan zat besi.
Rincik Bumi
(Quamoclit pennata (Desr.) Boj.) 
Familia : Convolvulaceae
Uraian :
Terna, membelit, panjang dapat mencapai 4 m, berasal dari Amerika tropis, tanaman ini berbatang basah, daun 
bentuk jorong yang terbagi sangat dalam, panjang 4 - 7 cm. Bunga keluar dari ketiak daun, bertangkai panjang, 
warnanya merah.
Nama Lokal :
Sangga langit, bunga tali-tali, katilan.; Jin leng mao (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Menurunkan panas, Perdarahan pada wasir (Hemorrhoid); 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun.
KEGUNAAN:
Menurunkan panas, perdarahan pada wasir (Hemorrhoid).
PEMAKAIAN: 6 - 9 gr direbus, minum.
PEMAKAIAN LUAR: 
Dilumatkan, diperas ambil airnya atau direbus, airnya untuk cuci.
Rumput Mutiara
(Hedyotis corymbosa (L.] Lamk.) 
Sinonim : Oldenlandia corymbosa, Linn.
Familia : Rubiaceae
Uraian :
Rumput tumbuh rindang berserak, agak lemah, tinggi 15 - 50 cm, tumbuh subur pada tanah lembab di sisi jalan, 
pinggir selokan, memiliki  banyak percabangan. Batang bersegi, daun berhadapan bersilang, tangkal daun 
pendek/hampir duduk, panjang daun 2 - 5 cm, ujung runcing, tulang daun satu di tengah. Ujung daun memiliki 
rambut yang pendek. Bunga ke luar dari ketiak daun, bentuknya seperti payung berwarna putih, berupa bunga 
majemuk 2-5, tangkai bunga (induk) keras seperti kawat, panjangnya 5 10 mm. Buah built, ujungnya pecah-pecah. 
Rumput ini memiliki  khasiat sama seperti Hedyotis diffusa Willd. = Rumput Iidah ular = Baihua she she cao.
Nama Lokal :
Rumput siku-siku, bunga telor belungkas (negara kita ); Daun mutiara, rumput mutiara (Jakarta); Katepan, urek-urek 
polo (Jawa), Pengka (Makasar); Shui xian cao (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Tonsilis, Bronkhitis, Gondongan, Pneumonia, Radang usus buntu; Hepatitis, Radang panggul, Infeksi saluran kemih, 
Bisul, Borok; Kanker: Lymphosarcoma, Ca lambung, Ca cervix, kanker payudara, rectum, fibrosarcoma, dan Ca 
nasophar; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Seluruh tanaman, segar atau dikeringkan.
KEGUNAAN:
- Tonsilitis, pharyngitis, bronchitis, pneumonia, gondongan (Mumps).
- Radang usus buntu (Acute appendicitis).
- Hepatitis, cholecystitis.
- Penyakit radang panggul (Pelvic inflammatory disease), infeksi 
 saluran kemih.
- Bisul (carbuncle), borok,
- Kanker: Lymphosarcoma, Ca lambung, Ca cervix, kanker payudara, 
 rectum, fibrosarcoma, dan Ca nasopharynx.
PEMAKAIAN: 
15 - 60 gr, rebus. Sudah dibuat tablet, granule, dan obat suntik.
PEMAKAIAN LUAR: 
- Memar, pyodermi, gigitan ular, tersiram air panas, tulang patah, terkilir:
 Lumatkan herba segar, untuk dibubuhkan di tempat yang sakit.
- Tersiram air panas : Herba segar secukupnya direbus, untuk cuci.
CARA PEMAKAIAN:
1. Radang usus buntu (Acute simple appendicitis) dan peritonitis lokal yang ringan:
 60 gr herba direbus, dibagi untuk 2 - 3 X minum, selama 6 - 8 hari. 
 Pada kasus berat, harus dengan campuran lain.
2. Sumbatan saluran sperma (Epididymic stasis): 
 30 gr herba ini direbus, minum selama 3 - 4 minggu, pada kasus-
 kasus nyeri buah zakar akibat gumpalan sperma sesudah  dilakukan pengikatan saluran epididymis.
3. Kanker : 
 30 - 60 gr direbus, minum. Ditambahkan pada pengobatan 
 convensional/obat anti neoplastic, baik bersama-sama atau diberikan berseling.
EFEK YANG MENYIMPANG: 
Beberapa penderita merasakan mulut kering sesudah  pemakaian selama 10 hari. Suntikan dosis tinggi 
menyebabkan penurunan sel darah putih yang ringan, dan kembali normal sesudah  3 - 5 hari obat dihentikan. 
Beberapa kasus chronic asthmatic bronchitis menyebabkan nervous.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa manis, sedikit pahit, lembut, netral, agak dingin. Menghilangkan 
panas, anti-radang, diuretik, menyembuhkan bisul (anti carbuncular), menghilangkan panas dan toxin, 
mengaktifkan circulasi darah. KANDUNGAN KIMIA: Baihua she-she cao mengandung: Hentriacontane, stigmasterol, 
ursolic acid, oleanolic acid, Beta-sitosterol, sitisterol-D-glucoside, p-coumaric acid, flavonoid glycosides, dan 
baihuasheshecaosu (kemungkinan analog coumarin).
Saga
(Abrus precatorius, Linn.) 
Sinonim : Abrus frutex, Rumph. 
Familia : Papilonaceae 
Uraian :
Saga (ABRUS PRECATORIS) termasuk jenis tumbuhan perdu dengan pokok batang berukuran kecil dan merambat 
pada inang membelit-beli ke arah kiri. Daunnya majemuk, berbentuk bulat telur serta berukuran kecil-kecil. Daun 
Saga menyerupai daun tamarindus indica dengan bersirip ganjil dan memiliki rasa agak manis (biasa disebut Saga 
Manis). Saga memiliki  buah polong berisi biji-biji yang berwarna merah dengan titik hitam mengkilat dan licin. 
Biji Saga mengandung zat racun yang disebut abrin, sehingga tidak dapat dimanfaatkan untuk pembibitan. Sedang 
bunganya berwarna ungu muda dengan bentuk menyerupai kupu-kupu, dalam dukungan tandan bunga. Tumbuhan 
ini banyak tumbuh secara liar di hutan-hutan, ladang-ladang atau sengaja dipelihara di pekarangan. Saga dapat 
tumbuh dengan baik pada area  dataran rendah hingga  ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut.
Nama Lokal :
Saga (negara kita ), Saga telik / manis (Jawa), Thaga (Aceh); Saga areuy, saga leutik (Sunda), Walipopo (Gorontalo); 
Piling-piling (Bali), Seugeu (Gayo), Ailalu pacar (Ambon); Saga buncik, Saga ketek (Minangkabau), Kaca (Bugis); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Amandel, Radang mata, Sariawan; 
Pemanfaatan :
1. Amandel
 Bahan: akar Saga secukupnya, 1 potong kayu manis dan gula batu 
 secukupnya.
 Cara Membuat: semua bahan ini direbus dengan 5 gelas air 
 hingga  mendidih hingga tinggal separonya.
 Cara memakai  : disaring dan diminum 2 kali sehari 1 gelas dan pagi, sore.
2. Radang Mata
 Bahan: 1 genggam daun Saga
 Cara Membuat: daun Saga digiling halus, kemudian direbus dengan 
 2 gelas air untuk diambil uapnya. 
 Cara memakai   : uap air daun saga ini dipakai untuk obat tetes mata.
3. Sariawan
 Bahan: daun Saga secukupnya;
 Cara Membuat: daun saga yang masih baru dipetik dijemur beberapa menit agar agak layu.
 Cara memakai  : dikunyah-kunyah hingga  halus sambil untuk kumur.
Komposisi :
Daun maupun akar tumbuhan abrus pracatorius antara lain mengandung protein, vitamin A,B1, B6, C, Kalsium 
Oksalat, glisirizin, flisirizinat, polygalacturomic acid dan pentosan.
Salam
(Syzygium polyanthum (Wight.) Walp.) 
Sinonim : Eugenia polyantha, Wight. = E. lucidula, Miq.
Familia : Myrtaceae
Uraian :
Salam tumbuh liar di hutan dan pegunungan, atau ditanam di pekarangan dan sekitar rumah. Tanaman ini dapat 
ditemukan dari dataran rendah hingga  pegunungan dengan ketinggian 1,800 m dpi. Pohon bertajuk rimbun, tinggi 
mencapai 25 m, berakar tunggang, batang bulat, permukaan licin. Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang 
panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya lonjong hingga  elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, 
pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna 
hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum. Bunganya bunga majemuk 
tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum. Buahnya buah buni, bulat, 
diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, sesudah  masak menjadi merah gelap, rasanya agak sepat. Biji bulat, 
penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat. Salam ditanam untuk diambil daunnya sebagai pelengkap bumbu dapur, 
kulit pohonnya dipakai sebagai bahan pewarna jala atau anyaman bambu. Perbanyakan dengan biji, cangkok atau 
stek.
Nama Lokal :
Gowok, (Sunda), manting (Jawa), kastolam (Kangean); Meselangan, ubar serai (Melayu),; Salam (negara kita , Sunda, 
Jawa, Madura); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Diare, Maag, Kencing manis, Mabuk akibat alkohol; \
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: Daun, kulit batang, akar dan buah.
KEGUNAAN:
- Diare.
- Sakit maag (gastritis).
- Kencing manis.
- Mabuk akibat alkohol.
PEMAKAIAN:
Untuk minum: 7-20 lembar daun, direbus.
Pemakaian luar: Kulit batang, daun atau akar sesudah  dicuci bersih digiling halus hingga  seperti bubur. dipakai 
untuk pemakaian setempat pada infeksi kulit seperti kudis dan gatal-gatal.
CARA PEMAKAIAN:
1. Diare: 
 15 g daun dicuci bersih lalu direbus dengan 1 gelas air bersih selama 
 15 menit. Tambahkan sedikit garam. sesudah  dingin disaring lalu diminum.\
2. Kencing manis: 
 7 lembar daun salam dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air 
 bersih sampal tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, dibagi untuk 2 kali minum.
3. Sakit maag: 
 15-20 lembar daun dicuci bersih, rebus dengan 1/2 liter air hingga  
 mendidih. Tambahkan gula merah secukupnya. Minum sebagai teh 
 setiap hari, hingga  rasa penuh dan perih di lambung menghilang.
4. Mabuk akibat alkohol: 
 1 genggam buah salam yang sudah masak dicuci bersih lalu ditumbuk
 hingga  halus. Peras dan saring, lalu diminum.
5. Kudis, gatal:
 Daun atau kulit batang atau akar, dicuci bersih lalu digiling halus 
 hingga  menjadi adonan seperti bubur. Balurkan ketempat yang sakit.
Komposisi :
SIFAT KIMIAW] DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Daun: Rasa kelat, wangi. Adstringen. KANDUNGAN KIMIA: Minyak atsiri 
(0,05 %) mengandung sitral dan eugenol, tanin dan flavonoida.
Salvia
(Salvia spiendens Ker-Gawl.) 
Familia : Labiatae 
Uraian :
Tanaman hias berbunga indah ini asalnya dari Meksiko, ditanam di taman- taman atau di pekarangan dan dapat 
ditemukan terutama pada area  berhawa sejuk hingga  setinggi 1.400 m dpl. Salvia menyukai tempat-tempat yang 
menerima sinar matahari penuh atau agak terlindung dengan cahaya cukup. Perdu, tumbuh tegak, tinggi 20-90 cm, 
batang. bersegi empat, bercabang. Daun tunggal, panjang tangkai daun 1-6 cm, helaian daun bentuknya bulat telur 
hingga  memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, tap bergerigi, tulang daun menyirip, panjang 3-10 cm, bear 2-
6,5 cm, warnanya hijau tua. Bunga berwarna merah, 2-16 kuntum tumbuh melingkar menjadi karangan bunga 
berbentuk tandan yang panjangnya 10-30 cm. Buahnya lonjong, kecil. Perbanyakan dengan biji atau stek tunas. 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, Bisul, Luka terpukul, terkilir dan bengkak.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI : Seluruh tanaman.
- Demam
- Bisul
- Luka terpukul
- Terkilir dan Bengkak
Pemakaian luar : Secukupnya tanaman segar sesudah  dicuci bersih ditumbuk hingga  seperti bubur. Dipakai untuk 
menurap bagian tubuh yang sakit.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFFEK FARMAKOLOGIS: Manis, netral. Membersihkan pana
Sambang Darah
(Excoecaria cochinchinensis Lour.) 
Sinonim : Excoecaria bicolor Hassk,
Familia : Euphorbiaceae
Uraian :
Umumnya, sambang darah di tanam di pekarangan sebagai pagar hidup atau tanaman obat, di taman-taman 
sebagai tanaman hias, atau tumbuh liar di hutan dan di ladang pada tempat yang terbuka atau sedikit terlindung. 
Tanaman yang berasal dari Indocina ini tidak menyukai tanah yang tergenang air. Perdu yang tumbuh tegak ini 
memiliki  tinggi 0,5--1,5 m, percabangan banyak, getahnya berwarna putih dan berracun. Daun tunggal, 
bertangkai, helaian daun bentuknya jorong hingga  lanset memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, 
tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan bawah, panjang 4--15 cm, lebar 1,5--4,5 cm, warna daun pada 
permukaan atas hijau tua, dan permukaan bawah merah gelap. Daun muda warnanya lebih mengilap. Bunga keluar 
dari ujung percabangan, bentuknya kecilkecil, warnanya kuning, tersusun dalam rangkaian berupa tandan, bunga 
jantan lebih banyak daripada bunga betina. Buah tiga keping, bundar, dengan diameter sekitar 1 cm. Mudah 
diperbanyak dengan setek batang atau cangkokan. 
Nama Lokal :
NAMA area  Daun remek daging, ki sambang. NAMA ASING Ji wei mu (C). NAMA SIMPLISIA Excoecariae 
cochinchinensis Folium (daun sambang darah), Excoecariae cochinchinensis Radix (akar sambang darah), 
Excoecariae cochinchinensis Caulis (ranting sambang darah).
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Sambang darah rasanya pedas, sifatnya hangat, beracun. Tumbuhan ini berkhasiat membunuh parasit (parasitisid), 
menghilangkan gatal (antipruritik), dan penghenti perdarahan (hemostatis).
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIpakai 
Bagian tanaman yang dipakai sebagai obat yaitu  daun, ranting, dan akarnya.
INDIKASI
Sambang darah dipakai untuk mengatasi:
banyak mengeluarkan darah sewaktu haid dan melahirkan,
batuk darah, muntah darah, luka berdarah, dan disentri.
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, lihat contoh pemakaian. Pemakaian luar dipakai untuk pengobatan gatal-gatal dan 
penyakit kulit kronis, seperti psoriasis, ekzema kronis, neurodermatitis, dan luka berdarah. Caranya, cuci daun segar 
secukupnya, lalu giling hingga  halus. Bubuhkan ke tempat yang sakit, lalu balut.
CONTOH PEMAKAIAN
Disentri
Cuci daun sambang darah (15 lembar), lalu rebus dengan tiga gelas air hingga  tersisa dua gelas. sesudah  dingin, 
saring airnya untuk dua kali minum, pagi dan sore hari.
Muntah darah
Cuci daun sambang darah (10 lembar ), lalu giling halus. Tambahkan garam seujung sendok teh dan air masak 
sebanyak setengah cangkir. Aduk merata, lalu saring dan peras dengan sepotong kain. Minum sekaligus 
Perdarahan haid
Cuci ranting kering sambang darah sebesar jari kelingking, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dengan tiga gelas 
air hingga  tersisa separuhnya. Minum air rebusannya sehari tiga kali, masing-masing setengah gelas.
Perdarahan sesudah  bersalin, keguguran
Cuci akar kering sambang darah sebesar satu setengah jari kelingking, lalu potong-potong seperlunya. Rebus 
dengan dua gelas air minum hingga  tersisa separuhnya. sesudah  dingin saring dan minum sehari dua kali, masing￾masing setengah gelas.
Komposisi :
Tanin, asam behenat, triterpenoid eksokarol, silosterol. Getah mengandung resin dan senyawa yang sangat 
berracun.
Sambang Getih
(Hemigraphis colorata Hall.f.) 
Sinonim : H. alternata (Burm.f.) T. Anders, Ruellia colorata BI.
Familia : Acanthaceae
Uraian :
Sambang getih bisa ditemukan tumbuh liar atau ditanam di halaman dan taman-taman sebagai tanaman hias. 
Terna ini memiliki  batang berbaring dan merayap, bulat, bercabang, berruas-ruas, dan bervvarna unqu. Daun 
tunggal, bertangkai, letak berhadapan, helaian daun bentuknya bulat telur, ujung runcing, pangkal rompang, tepi 
bergerigi, pertulangan menyirip, permukaan atas warnanya merah ungu mengilap agak keabu-abuan, bagian bawah 
merah anggur, berrambut, panjang 7--11 cm, lebar 4--6 cm. Bunga majemuk, berkumpul dalam rangkaian berupa 
bulir, keluar dari ujung batang, mahkota bentuk corong, warnanya putih. Buah kecil, lonjong, warnanya hijau muda. 
Biji kecil, pipih, warnanya putih. 
Nama Lokal :
NAMA area  Sumatera: binalu api (Melayu). Jawa: remek daging. reundeu beureum (Sunda), keci beling, 
sambang geteh, sarap (Jawa). Lire (Ternate). NAMA ASING - NAMA SIMPLISIA Hemigraphis coloratae Folium (daun 
sambang getih)
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Herba berkhasiat penambah darah, penghenti perdarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuretik). EFEK 
FARMAKOLOGIS DAN HASIL PENELITIAN Hasil uji aktivitas antibakteri fraksi etilasetat daun sambang getih dapat 
menghambat Staphylococcus aureus pada kadar 13, 26, 52, 78, dan 104 mg%. Kenaikan kadar berbanding lurus 
dengan area  hambatan antibakteri. Juga terdapat senyawa flavonoid pada daun sambang getih (Serly Sapulette,
Fakultas Farmasi, UGM, 1992). 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIpakai 
Bagian tanaman yang dipakai sebagi obat yaitu  daunnya.
INDIKASI
Daun dipakai untuk mengatasi: 
air kemih sedikit,
disentri, 
wasir, dan
perdarahan sesudah  melahirkan. 
CARA PEMAKAIAN
Untuk obat yang diminum, tidak ada dosis rekomendasi.
CONTOH PEMAKAIAN
Air kemih sedikit
Cuci daun sambang getih segar (20--30 g), lalu rebus dengan dua gelas air selama 25 menit. sesudah  dingin, saring 
dan minum sekaligus.
Disentri
Cuci daun sambang getih segar (tujuh lembar), lalu rebus dengan segelas air hingga  mendidih selama 15 menit. 
sesudah  dingin, saring dan minum sekaligus. Lakukan 2--3 kali sehari.
Wasir
Cuci segenggam daun segar, lalu rebus dengan dua gelas air selama setengah jam. sesudah  dingin, saring dan 
minum. Rebus ampasnya sekali lagi untuk diminum pada sore hari.
Komposisi :
Daun mengandung flavonoid, polifenol, tanin, kalium yang kadarnya tinggi dan rendah natrium. Batang 
mengandung saponin dan tanin, sedangkan akar mengandung flavonoid dan polifenol.
Sambiloto
(Andrographis paniculata Ness.) 
Sinonim : Andrographis paniculata, Ness. = Justicia stricta, Lamk. = J.paniculata, Burm. = J.latebrosa, Russ.
Familia : Acanthaceae
Uraian :
I. Uraian Tumbuhan. Sambiloto tumbuh liar di tempat terbuka, seperti di kebun, tepi sungai, tanah kosong yang 
agak lernbap, atau di pekarangan. Tumbuh di dataran rendah hingga  ketinggian 700 m dpl. Terna semusim, tinggi 
50 - 90 cm, batang disertai banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang membesar. 
Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, 
tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Perbungaan 
rasemosa yang bercabang membentuk malai, keluar dari. ujung batang atau ketiak daun. Bunga berbibir berbentuk 
tabung;kecil- kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah kapsul berbentuk jorong, panj ang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 
cm, pangkal dan ujung tajam, bila masak akan pecah mernbujur menjadi 4 keping-Biji gepeng, kecil-kecil, warnanya 
cokelat muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang. II. Syarat Tumbuh a. Iklim · Ketinggian tempat : 1 m - 700 
m di atas permukaan laut · Curah hujan tahunan : 2.000 mm - 3.000 mm/tahun · Bulan basah (di atas 100 
mm/bulan): 5 bulan - 7 bulan · Bulan kering (di bawah 60 mm/bulan): 4 bulan - 7 bulan · Suhu udara : 250 C - 320 C · 
Kelembapan : sedang · Penyinaran : sedang b. Tanah · Tekstur : berpasir · Drainase : baik · Kedalaman air tanah : 
200 cm - 300 cm dari permukaan tanah · Kedalaman perakaran : di atas 25 cm dari permukaan tanah · Kemasaman 
(pH) : 5,5 - 6,5 · Kesuburan : sedang - tinggi 2. Pedoman Bertanam a. Pegolahan Tanah · Buatkan lubang tanam 
berukuran 25 cm x 25 cm x 25 cm b. Persiapan bibit · Biji disemaikan dalam kantong plastik. c. Penanaman · Bibit 
ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak tanam 1,5 m x 1,5 m
Nama Lokal :
Ki oray, ki peurat, takilo (Sunda). bidara, sadilata, sambilata,; takila (Jawa). pepaitan (Sumatra).; Chuan xin lian, yi 
jian xi, lan he lian (China), xuyen tam lien,; cong cong (Vietnam). kirata, mahatitka (India/Pakistan).; Creat, green 
chiretta, halviva, kariyat (Inggris).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Hepatitis, infeksi saluran empedu, disentri basiler, tifoid, diare, ; Influenza, radang amandel (tonsilitis), abses paru, 
malaria, ; Radang paru (pneumonia), radang saluran napas (bronkhitis),; Radang ginjal akut (pielonefritis), radang 
telinga tengah (OMA), ; Radang usus buntu, sakit gigi, demam, kencing nanah (gonore),; Kencing manis (diabetes 
melitus), TB paru, skrofuloderma,; Batuk rejan (pertusis), sesak napas (asma), leptospirosis,; Darah tinggi 
(hipertensi), kusta (morbus hansen=lepra),; Keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut,; 
Kanker:penyakit trofoblas, kehamilan anggur (mola hidatidosa),; Trofoblas ganas (tumor trofoblas), tumor paru.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG dipakai :
Herba. Dipanen sewaktu tumbuhan ini mulai berbunga. sesudah  dicuci, dipotong-potong seperlunya lalu 
dikeringkan.
INDIKASI :
Herba sambiloto ini berkhasiat untuk mengatasi:
- hepatitis, infeksi saluran empedu,
- disentri basiler, tifoid, diare, influenza, radang amandel (tonsilitis), 
 abses paru, radang paru (pneumonia), radang saluran napas 
 (bronkhitis), radang ginjal akut (pielonefritis akut), radang telinga 
 tengah (OMA), radang usus buntu, sakit gigi, 
- demam, malaria,
- kencing nanah (gonore), 
- kencing manis (DM), 
- TB paru, skrofuloderma, batuk rej an (pertusis), sesak napas (asma), 
- darah tinggi (hipertensi), 
- kusta (morbus hansen = lepra), 
- leptospirosis, 
- keracunan jamur, singkong, tempe bongkrek, makanan laut, 
- kanker: penyakit trofoblas seperti kehamilan anggur (mola hidatidosa) 
 dan penyakit trofoblas ganas (tumor trofoblas), serta tumor paru. 
CARA PEMAKAIAN :
Herba kering sebanyak 10 - 20 g direbus atau herba kering digiling halus menjadi bubuk lalu diseduh, minum atau 3 
- 4 kali sehari, 4 - 6 tablet. Untuk pengobatan kanker, dipakai cairan infus, injeksi, atau tablet. Untuk pemakaian 
luar, herba segar direbus lalu airnya dipakai untuk cuci atau digiling halus dan dibubuhkan ke tempat yang sakit, 
seperti digigit ular berbisa, gatal-gatal, atau bisul. 
CONTOH PEMAKAIAN :
1. Tifoid 
 Daun sambiloto segar sebanyak 10 - 15 lembar direbus dengan 2 
 gelas air hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, tambahkan 
 madu secukupnya lalu diminum sekaligus. Lakukan 3 kali sehari. 
2. Disentri basiler, diare, radang saluran napas, radang paru 
 Herba kering sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air hingga  
 tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring. Air rebusannya diminum 
 sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas. 
3. Disentri 
 Herba krokot segar (Portulaca oleracea) sebanyak 500 g diuapkan 
 selama 3 - 4 menit, lalu ditumbuk dan diperas. Air perasan yang 
 terkumpul ditambahkan bubuk kering sambiloto sebanyak 10 g 
 sambil diaduk. Campuran ini lalu diminum, sehari 3 kali masing-masing 1/3 bagian
 4. Influenza, sakit kepala, demam 
 Bubuk kering sambiloto sebanyak 1 g diseduh dengan cangkir air 
 panas. sesudah  dingin diminum sekaligus, Lakukan 3 - 4 kali sehari.
5. Demam 
 Daun sambiloto segar sebanyak 1 genggam ditumbuk. Tambahkan 
 1/2 cangkir air bersih, saring lalu minum sekaligus. Daun segar yang 
 digiling halus juga bisa dipakai sebagai tapal badan yang panas. 
6. TB paru
 Daun sambiloto kering digiling menjadi bubuk. Tambahkan madu 
 secukupnya sambil diaduk rata lalu dibuat pil dengan diameter 0,5 
 cm. Pil ini Ialu diminum dengan air matang. Sehari 2 - 3 kali, setiap 
 kali minum 15 - 30 pil. 
7. Batuk rejan (pertusis), darah tinggi 
 Daun sambiloto segar sebanyak 5 - 7 lembar diseduh dengan 1/2 
 cangkir air panas. Tambahkan madu secukupnya sambil diaduk. 
 sesudah  dingin minum sekaligus. Lakukan sehari 3 kali. 
8. Radang paru, radang mulut, tonsilitis 
 Bubuk kering herba sambiloto sebanyak 3 - 4,5 g diseduh dengan 
 air panas. sesudah  dingin tambahkan madu secukupnya lalu diminum
 sekaligus. 
9. Faringitis 
 Herba sambiloto segar sebanyak 9 g dicuci lalu dibilas dengan air 
 matang. Bahan ini lalu dikunyah dan aimya ditelan.
10. Hidung berlendir (rinorea), infeksi telinga tengah (OMA), sakit gigi 
 Herba sambiloto segar sebanyak 9 - 15 g direbus dengan 3 gelas air 
 hingga  tersisa 1 gelas. sesudah  dingin disaring, lalu diminum 2 kali 
 sehari @ 1/2 gelas. Untuk OMA, herba segar dicuci lalu digiling 
 halus dan diperas. Airnya dipakai untuk tetes telinga. 
11. Kencing manis 
 Daun sambiloto segar sebanyak 1/2 genggam dicuci lalu direbus 
 dengan 3 gelas air bersih hingga  tersisa 2 1/4 gelas. sesudah  dingin 
 disaring, lalu diminum sehabis makan, 3 kali sehari @ 3/4 gelas. 
12. Kencing nanah 
 Sebanyak 3 tangkai sambilo
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS : : Herba ini rasanya pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus 
besar dan usus kecil. KANDUNGAN KIMIA : Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari 
deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit), neoandrografolid, 14-deoksi-11-12-didehidroandrografolid, dan 
homoandrografolid. Juga terdapat flavonoid, alkane, keton, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam 
kersik, dan damar. Flavotioid diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin, pan.ikulin, mono-0-
metilwithin, dan apigenin-7,4- dimetileter. Zat aktif andrografolid terbukti berkhasiat sebagai hepatoprotektbr 
(melindungi sel hati dari zat toksik). Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian : 1. Herba ini berkhasiat bakteriostatik 
pada Staphylococcus aurcus, Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella dysenteriae, dan Escherichia coli. 
2. Herba ini sangat efektif untuk pengobatan infeksi. In vitro, air rebusannya merangsang daya fagositosis sel darah 
putih. 3. Andrografolid menurunkan demam yang ditimbulkan oleh pemberian vaksin yang menyebabkan panas 
pada kelinci. 4. Andrografolid dapat mengakhiri kehamilan dan menghambat pertumbuhan trofosit plasenta. 5. Dari 
segi farmakologi, sambiloto memiliki  efek muskarinik pada pembuluh darah, efek pada jantung iskeniik, efek 
pada respirasi sel, sifat kholeretik, antiinflamasi, dan antibakteri. 6. Komponen aktifnya seperti ncoandrografolid, 
andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid berkhasiat antiradang dan 
antipiretik. 7. Pemberian rebusan daun sambiloto 40% bly sebanyak 20 milkg bb dapat menurunkan kadar glukosa 
darah tikus putih (W. Sugiyarto, Fak. Farmasi UGM, 1978). 8. Infus daun sarnbiloto 5%, 10% dan 15%, semuanya 
dapat menurunkan suhu tubuh marmut yarrg dibuat demam (Hasir, jurusan Farmasi, FMIPA UNHAS, 1988). 9. Infus 
herba sambiloto memiliki  daya antijamur terhadap Microsporum canis, Trichophyton mentagrophytes, 
Trichophyton rubrum, Candida albicans, dan Epidermophyton floccosum (Jan Susilo*, Endang Hanani **, A. 
Soemiati** dan Lily Hamzah**, Bagian Parasitologi FK UI* dan Jurusan Farmasi FMIPAUI**, Warta Perhipba No.Flll, 
Jan-Maret 1995). 10. Fraksi etanol herba sambiloto memiliki  efek antihistaminergik. Peningkatan konsentrasi 
akan meningkatkan hambatan kontraksi ileum marmot terisolasi yang diinduksi dengan histamin dihidroksiklorida 
(Yufri Aidi, N.C. Sugiarso, Andreanus, AA.S., Anna Setiadi Ranti, Jurusan Farmasi FMIPA, ITB, Warta Tumbuhan Obat 
negara kita  vol. 3 No. 1, 1996).
Sambung Nyawa
(Gynura procumbens (Lour.) Merr.) 
Familia : Goodeniaceae
Uraian :
Herba, berdaging. Batang memanjat, rebah, atau merayap, bersegi, gundul, berdaging, hijau keunguan, menahun. 
Daun berbentuk helaian daun, bentuk bulat telur, bulat telur memanjang, bulat memanjang, ukuran panjang 3,5 -
12,5 cm, lebar 1- 5,5 cm, ujung tumpul, runcing, meruncing pendek, pangkal membulat atau rompang. Tepi daun 
rata, bergelombang atau agak bergigi. Tangkai daun 0,5 cm hingga  1,5 cm. Permukaan daun kedua sisi gundul atau 
berambut halus. Perbungaan dengan susunan bunga majemuk cawan, 2- 7 cawan tersusun dalam susunan malai 
(panicula) hingga  malai rata (corymb), setiap cawan mendukung 20-35 bunga, ukuran panjang 1,5- 2 cm, lebar 5-6 
mm. Tangkai karangan dan tangkai bunga gundul atau berambut pendek, tangkai karangan 0,5- 0,7 cm. Brachtea 
involucralis dalam berbentuk garis berujung runcing atau tumpul, panjang 0,3 - 1 cm. Lebar 0,6 - 1,7 cm, gundul, 
ujung berwama hijau atau coklat kemerahan. Mahkota merupakan tipe tabung, panjang 1 - 1,5 cm, jingga kuningan 
atau jingga. Benang sari berbentuk jarum, kuning, kepala sari berlekatan menjadi satu. Buah berbentuk garis, 
panjang 4 - 5 mm, coklat. Daun memiliki  susunan dan fragmen yang sesuai dengan sifat anatomi keluarga 
tumbuhan bunga matahari (Asteraccae = Compositae). Waktu berbunga Januari - Desember. Di Jawa perbungaan 
jarang ditemukan. Tumbuhan ini banyak ditemukan di Jawa pada ketinggian 1 - 1200 m dpl, terutama tumbuh 
dengan baik pada ketinggian 500 m dpl. Banyak ditemukan tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan 
padang rumput . Secara kultur jaringan, eksplan yang terbaik untuk penumbuhan kalus G. procumbens yaitu  
tangkai daun yang ditaburkan. Media yang terbaik untuk penumbuhan kalus yaitu  media RTK yaitu media RT 
dengan air kelapa 10%. Pemberian kombinasi pupuk N dan P memberikan pengaruh nyata terhadap peningkatan 
hasil produksinya. Pemakaian BA 1 - 4 mg/l memberikan kondisi yang baik untuk multiplikasi tunas. Cara 
perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan memakai   stek batang. Pertumbuhan batang dan daun cepat 
sehingga dapat segera dimanfaatkan. Tanaman akan tumbuh baik pada tempat ternaungi sebab  helaian daun lebih 
tipis dan lebar, sehingga lebih enak untuk dimakan segar. 
Nama Lokal :
NAMA area : -- NAMA ASING: -- NAMA SIMPLISIA: --
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Minyak atsiri daun Sambung nyawa yang diencerkan dengan etilasetat (1:6) dapat berefek positif menghambat 
pertumbuhan Staphylococcus aureus, Namun E. coli tidak dihambat oleh minyak atsiri pada pengenceran yang 
sama secara in vitro. Pemberian ekstrak daun yang larut dalam etanol daun G. procumbens dengan dosis setara 
dengan 100 g dan 200 g tanaman per mencit, 2 kali seminggu selama 8 minggu, secara nyata menurunkan jumlah 
nodul tumor per paru, maupun prosentase mencit yang terkena tumor sebab  benzo(a) piren. Fraksi residu ekstrak 
daun G. Procumbens yang dilarutkan dalam etanol memiliki  aktivitas biologis terhadap sel vero dengan kadar 
hambat minimal 4026 µg/ml, terhadap sel mieloma dengan LC50 187 µg/ml. Sari daun yang larut dalam air dapat 
menurunkan kadar glukosa darah pada tikus normal Sambung nyawa mengandung asparaginase dengan aktivitas 
spesifik 0,0175 ? 0,0080. Waktu inkubasi untuk menentukan aktivitas asparaginase Sambung nyawa yaitu  40 
menit. Lamanya waktu inkubasi berpengaruh terhadap aktivitas asparaginase Sambung nyawa. Selain waktu 
inkubasi, pH mempengaruhi aktivitas asparaginase Sambung nyawa dan aktivitas tertinggi pada pH 8,6 yaitu 1,64? 
0,232 g NH3 / menit / mg protein. Toksisitas Ekstrak daun G. Procumbens yang larut dalam etanol memiliki LC50 < 
l000 µg/ml, (toksisitas tinggi), dan memiliki  aktivitas biologis yang hampir sama terhadap sel vero dengan kadar 
hambat minimal 1753 µg/ml, dan terhadap sel mieloma dengan LC50 72 g/ml. Fraksi yang larut dalam kloroform 
ekstrak etanol terdapat senyawa yang bersifat mutagenik. LD50 ekstrak daun sambung nyawa yang larut dalam 
etanol secara oral pada mencit yaitu  5.556 g/kg BB . Sari daun yang larut dalam air, metanol, petroleum eter, 
kloroform G. Procumbens (Lour.) Merr., relatif kurang toksis terhadap larva Artemiasalina Leach. Senyawa yang 
larut dalam CCl3 dari ekstrak alkohol batang G. procumbens bersifat mutagenik. 
Pemanfaatan :
KEGUNAAN DI MASYARAKAT
Batang tanaman Sambung nyawa sering dipakai untuk menurunkan demam. Sambung nyawa juga dipakai 
dalam upaya penyembuhan penyakit ginjal, disentri, infeksi kerongkongan, di samping itu dipakai pada upaya 
menghentikan perdarahan, mengatasi tidak datang haid dan gigitan binatang berbisa.
Umbi untuk menghilangkan bekuan darah (haematom), pembengkakan, patah tulang, dan perdarahan sesudah  
melahirkan.
CARA PEMAKAIAN DI MASYARAKAT
Untuk mengatasi gigitan ular / serangga dipakai daun dan umbi tumbuhan Sambung nyawa 1 batang, kunyit 
sebesar telur ayam 1 biji. Kunyit dikupas, dicuci kemudian ditumbuk bersama bahan lain hingga lembut. Tempelkan 
pada luka dan dibalut dengan air bersih.
Untuk mengatasi muntah darah / perdarahan rahim dipakai pohon Sambung nyawa dan umbinya 1 batang, 
kunyit 1 jari, kayu secang (tua) yang telah diserut 1/4 genggam. Kunyit dikupas, diiris tipis, kemudian direbus 
bersama bahan lainnya dengan air 2 gelas hingga tinggal 1 1/2 gelas. Angkat dan saring, diminum 2 kali sehari ½ 
gelas.
Untuk penyembuhan bisul dipakai daun Sambung nyawa segar 8 gram dicuci, ditumbuk hingga  lumat. 
Kemudian ditempelkan pada bisul.
Komposisi :
Daun mengandung 4?senyawa flavonoid, tanin, saponin, steroid (triterpenoid) . Metabolit yang terdapat dalam 
ekstrak yang larut dalam etanol 95% antara lain asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam p?kumarat, 
asam p?hidroksi benzoat. Hasil analisis kualitatif dengan metode kromatografi lapisan tipis dapat dideteksi 
keberadaan sterol, triterpen, senyawa fenolik (antara lain flavonoid), polifenol, dan minyak atsiri. Komponen 
minyak atsiri paling sedikit terdiri dari 6 senyawa monoterpen, 4 senyawa seskuiterpen, 2 macam senyawa dengan 
ikatan rangkap, 2 senyawa dengan gugus aldehida dan keton. Hasil penelitian dalam upaya isolasi flavonoid 
dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid yaitu bercak 1 terdiri dari 2 buah senyawa flavonol dan auron; 
sedangkan pada bercak 11 diduga kaemferol (suatu flavonol). Senyawa yang terkandung dalam etanol daun antara 
lain flavon / flavonol (3?hidroksi flavon) dengan gugus hidroksil pada posisi 4',7 dan 6 atau 8 dengan substitusi 
gugus 5?hidroksi. Bila senyawa ini suatu flavonol, maka gugus hidroksil pada posisi 3 dalam keadaan 
tersubstitusi. Di samping itu diduga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7,8 (cincin A) 
tanpa gugus hidroksil pada cincin B .
Sangitan
(Sambucus javanica Reinw.) 
Sinonim : S.chinensis, Lindl. = S.ebuloides, Desv. = S.thunbergiana, Bl. = Phyteuma bipinnata, Lour. = 
P.cochinchinensis, Lour. Familia : Caprifoliaceae
Uraian :
Merupakan tanaman asli negara kita , dapat ditemukan dari dataran rendah hingga  ketinggian 1.000 m dpl. Sangitan 
banyak ditemukan tumbuh liar di area  pegunungan, pinggiran kota pada tanah terlantar, atau ditanam penduduk 
sebagai tanaman hias di pekarangan dan kadang ditemukan sebagai tanaman pagar. Tanaman ini umumnya 
menyukai tempat-tempat yang tidak terlalu kering atau terlalu lembab. Perdu, tinggi 1-3 m. Batang bulat dan 
banyak bercabang. Daun merupakan daun majemuk yang letaknya berseling. Terdapat 5-9 anak daun yang letaknya 
menyirip. Anak daun bertangkai, bentuknya elips memanjang hingga  lanset, panjang 8-15 cm, lebar 3- 5 cm, ujung 
runcing, tepi bergerigi, warna permukaan atas hijau tua, permukaan bawah hijau muda. Bunga kecil-kecil dengan 5 
kelopak berwarna putih kuning, berkumpul membentuk payung majemuk, keluar dari ujung ranting, baunya harum. 
Buahnya buah buni, bentuknya bulat, warnanya hitam bila masak dengan diameter 3-4 mm. Bijinya 1-3. 
Perbanyakan dengan stek dan biji, 
Nama Lokal :
Sangitan (Melayu), Kerak nasi (Sunda); 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Luka terpukul, tulang patah, rematik, sakit kuning, beri-beri, disentri; Bronkhitis, rubela, bengkak (edema), 
keram/kejang, pegal linu; Erysipelas, sakit kuning.; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Akar, batang dan daun. Dijemur bila ingin disimpan.
Sangketan
(Heliotropium indicum L.) 
Sinonim : H.anisophyllum P.de B. = H.parviflorum Blanco = Hehophytum indicum A.DC. = Tiaridium indicum Lehm.
Familia : Boraginaceae
Uraian :
Terna setahun, tumbuh tegak, tinggi dapat mencapai 100 cm., berambut, tumbuh di sisi jalan, tanah kosong yang 
tidak terawat, ditempat yang panas. Batang berambut kasar, daun tunggal berseling, bentuk bundar telur tepi 
bergerigi atau beringgit, permukaan daun bagian atas dan bawah berambut halus Bunga kecil bergerombol diujung 
batang, warna lembayung. Batang bunga panjang ± 10 cm, keluar dari ketiak daun atau ujung-ujung tangkai. 
Tumbuh di area  beriklim kering dari dataran rendah hingga  800 m diatas permukaan laut.
Nama Lokal :
Gajahan, langun, uler-uleran, sangketan, cocok bero,; Tlale gajah, tulale gajah (Jawa), Bandotan lombok,; Buntut 
tikus, ekor anjing, tusuk konde (Sumatera); Da wei yao (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Infeksi dan Abses paru, Radang Tenggorokan, Sariawan ; Diare, Disentri, Radang buah zakar, Bisul, Radang kulit 
bernanah; Alergi/biduren, Sariawan, Luka baru, Luka borok, Eksim, Bisul; 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Saluruh tanaman (herba) atau akar, segar atau dikeringkan.
KEGUNAAN:
- Infeksi paru (Pneumonitis), abses paru, pulmonary empyema.
- Radang tenggorok, sariawan.
- Diare, disenteri.
- Peradangan buah zakar, bisul, radang kulit bernanah.
- Peluruh haid.
PEMAKAIAN : Rebus 30 - 60 gr herba segar atau ambil air perasan herba segar, dicampur madu, minum.
PEMAKAIAN LUAR: Air rebusan herba segar untuk mencuci kelainan kulit, gatal-gatal, atau herba segar dilumatkan 
hingga  menjadi bubur, tempelkan pada bisul, kelainan kulit, atau untuk kumur-kumur air perasan herba segar.
CARA PEMAKAIAN:
1. Infeksi paru, abses paru, empyema: 
 60 gr herba segar direbus, airnya campur madu, minum.
2. Sariawan: 
 Daun segar dilumatkan, kemudian diperas, airnya untuk kumur-
 kumur, 4 - 6 kali / hari.
3. Disenteri: 30 - 60 gr herba segar direbus, minum.
4. Peradangan buah zakar (Orchitis): 60 gr akar segar direbus, minum.
5. Bisul: 
 a). 60 gr akar segar ditambah sedikit garam, rebus, minum.
 b). Lumatkan campuran daun segar + nasi dingin, tempelkan.
CATATAN :
Wanita hamil jangan memakai   biji dan bunganya, menyebabkan keguguran.
Komposisi :
SIFAT KIMIAWI DAN EFEK FARMAKOLOGIS: Rasa pahit, netral, toxic. Anti radang, mematikan parasit (parasiticide), 
menghilangkan gatal (anti pruritic). KANDUNGAN KIMIA: Indicine, acetyl indicine, indicinine
Sawi Langit
(Vernonia cinerea (L.) Less.) 
Sinonim : Vernonia albicans, DC. = V. conyzoides, DC, = V. Iaxiflora, Less. = V. leptophylla, DC. = V.parviflora, Reinw. 
= V.rhomboidea, Edgew.
Familia : Compositae (Asteraceac)
Uraian :
Terna setahun, tumbuh tegak tinggi 20 - 100 cm. Tumbuh liar di sisi jalan, padang rumput hingga  ketinggian 1.300 
m di atas permukaan laut. Batang berambut halus dan bercabang banyak. Daun tunggal, duduk berseling, 
bentuknya bulat telur sungsang hingga  bulat memanjang, dengan panjang daun 2 - 7 cm, lebar 0,5 - 2,5 cm. Tapi 
daun beringgit tidak teratur, kedua permukaan daun berambut halus, bertangkai pendek. Bunga warna ungu, 
berkelompok sekitar 5 - 20 kuntum. Biji keras bentuk bulat lonjong.
Nama Lokal :
Buyung-buyung, daun muka manis, lidah anjing, Sayur babi; Rumput ekor kuda, r.muka manis, r.tahi bahi 
(negara kita ); Leuleuncaan, mareme,rante piit, sasawi langit, sembung,; Capeu tuhur (Sunda), Sembung, s.rendetin 
(Bali),; Maryuna, nyawon, pidak bangkong, sembung, s.kebo (Jawa); Shang han cao (China).; 
Penyakit Yang Dapat Diobati :
Demam, panas batuk, Disentri, Hepatitis, Lelah tidak bersemangat; Susah tidur (insomnia); 
Pemanfaatan :
BAGIAN YANG DIPAKAI: 
Seluruh tanaman, segar atau dikeringkan.
KEGUNAAN:
1. Demam, panas batuk. 
2. Disenteri, hepatitis. 
3. Lelah tidak bersemangat (Neurasthenia), susah tidur (Insomnia).
PEMAKAIAN: Kering: 10 - 15 gr. Segar: 30 - 60 gr.
PEMAKAIAN LUAR: Bisul, gigitan ular, luka terpukul,