• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya f. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya f. Tampilkan semua postingan

tehnik budidaya f

























PERTANIAN ORGANIK
a.   
Pertanian secara umum berarti
kegiatan menanami tanah
dengan tanaman yang nantinya 
menghasilkan sesuatu yang
dapat dipanen, dan kegiatan
pertanian merupakan campur
tangan manusia terhadap
tetumbuhan asli daur hidupnya.
Dalam pertanian modern campur 
tangan ini semakin jauh dalam 
bentuk masukan bahan kimia
pertanian, termasuk pupuk
kimia, pestisida dan bahan
pembenahan tanah lainnya.
Bahan-bahan tersebut
mempunyai peranan yang cukup 
besar dalam meningkatkan
produksi tanaman. 
Untuk melaksanakan kegiatan
pertanian manusia berusaha
memanfaatkan sumber daya
secara berlebihan sehingga
merusak kondisi lingkungan dan 
biologi, akibatnya terjadi
percepatan kerusakan sumber
daya alam, tanah dan air. 
Pertanian organik adalah sistem 
pertanian yang mencoba untuk 
kembali ke konsep alam, dengan 
mengurangi input kimia.
Bahan organik merupakan
bahan-bahan yang dapat
diperbaharui, didaur ulang,
dirombak oleh bakteri￾bakteri tanah menjadi unsur 
yang dapat digunakan oleh
tanaman tanpa mencemari
tanah dan air. 
Bahan organik tanah
merupakan penimbunan dari 
sisa-sisa tanaman dan
binatang yang sebagian
telah mengalami pelapukan
dan pembentukan kembali.
Perbedaan mendasar dari
sistem pertanian organik
dengan anorganik adalah
penggunaan bahan hara
dan pengendalian hama
penyakit dan gulma dalam
bentuk yang dapat didaur
ulang.
b. Sumber Bahan Organik
Sumber primer bahan
organik adalah jaringan
tanaman berupa akar,
batang, ranting, daun, dan
buah.
Bahan organik dihasilkan
oleh tumbuhan melalui
proses fotosintesis sehingga 
unsur karbon merupakan
penyusun utama dari bahan 
organik tersebut. Unsur
karbon ini berada dalam
bentuk senyawa-senyawa
polisakarida, seperti
selulosa, hemiselulosa, pati, 
dan bahan-bahan pektin dan 
lignin.
Selain itu nitrogen
merupakan unsur yang
paling banyak terakumulasi
dalam bahan organik karena 
merupakan unsur yang
penting dalam sel mikrobayang terlibat dalam proses
perombakan bahan organik
tanah.
Jaringan tanaman ini akan
mengalami dekomposisi dan 
akan terangkut ke lapisan
bawah serta
diinkorporasikan dengan
tanah.
Tumbuhan tidak saja sumber 
bahan organik, tetapi
sumber bahan organik dari
seluruh makhluk hidup. 
Sumber sekunder bahan
organik adalah fauna. Fauna 
terlebih dahulu harus
menggunakan bahan organik
tanaman setelah itu barulah 
menyumbangkan bahan
organik juga.
Perbedaan sumber bahan
organik tanah akan
memberikan perbedaan
pengaruh hara yang
disumbangkannya ke dalam 
tanah.
Sumber pupuk organik, dapat
digunakan seperti pupuk kimia
adalah:
- Kompos
- pupuk kandang
- azola, pupuk hijau
- Mikrobia bermanfaat
- limbah industri, limbah
perkotaan, termasuk
limbah rumah tangga.
Hal ini berkaitan dengan
komposisi atau susunan dari 
bahan organik tersebut.
Kandungan bahan organik
dalam setiap jenis tanah
tidak sama. Hal ini
tergantung dari beberapa
hal yaitu:
- Tipe vegetasi yang
ada di daerah
tersebut
- Populasi mikroba
tanah
- Keadaan drainase
tanah
- Curah hujan
- Suhu
- Pengelolaan tanah.
- Komposisi atau
susunan jaringan
tumbuhan akan jauh
berbeda dengan
jaringan binatang.
c. Prinsip Pertanian
Organik
Kunci pertanian organik
terletak pada recycling
(siklus) hara maka ada dua 
faktor yang sangat
mempengaruhinya, yaitu:
Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan sebagai
tempat proses siklus nutrien 
sangat berpengaruh dalam
pertanian organik.
Lingkungan yang dibutuhkan 
adalah lingkungan yang
sesuai dengan proses
perombakan tersebut baik
lingkungan biotik dan
abiotik.
Tanah
Umumnya tanah
mengandung 45% mineral,
25% udara, dan 5% bahan 
organik.
Sifat-sifat fisik tanah seperti 
drainase, airase turut
berperan serta dalam proses 
dekomposisi hara.
d. Kegunaan Bahan
Organik
Beberapa fungsi bahan
organik pada sistem
produksi pertanian adalah:
1. Pensuplai hara, jika 
dekomposisi tanah
terjadi maka hara
yang immobil akan
menjadi mineralisasi 
yang dapat
digunakan tanaman. 
Bahan organik juga
dapat merupakan
sumber makanan
bagi mikroorganisme 
tanah lainnya.
2. Kestabilan
kelembaban tanah,
jaringan tanaman
yang mengalami
dekomposisi ini
berwarna lebih
gelap dapat
mengabsorbsi air
lebih banyak
sehingga lebih
tersedia untuk
tanaman.
3. Aerasi (tata udara
tanah), serat-serat
dari tanaman hasil
dekomposisi ini
dapat memperbaiki
struktur dan
memperbaiki tata
udara tanah. 
4. Memberi kehangatan 
pada tanah, bahan
organik ini
memberikan warna
yang lebih gelap
sehingga dapat
mengabsorbsi
panas, yang dapat
memberi rasa
hangat pada
tanaman
5. Sebagai mulsa,
bahan organik dapat 
melindungi tanah
dari akibat buruk
dari fluktuasi suhu
malam dan siang
yang tinggi.
Disamping itu mulsa 
juga dapat
menghambat
perkecambahan
gulma, dan
meningkatkan
retensi air. 
Organisma Tanah
Makro organisme 
Perkembangan pertanian
organik tidak terlepas dari
keberadaan biota tanah.
Cacing tanah
Cacing tanah peranannya cukup 
besar dalam kesuburan tanah.
Di dalam tanah dijumpai jumlah 
yang cukup banyak, bahkan
padang rumput dapat mencapai 
seratus ribu cacing untuk setiap 
meter persegi. 
Demikian juga di bawah tegakan 
hutan dijumpai dalam jumlah
yang banyak. Sebagai fauna
yang membuat liang, maka
cacing tanah memakan tanah
dan menghaluskan bahan
organik. Bahan casting sebagai 
hasil kegiatan cacing terkumpul 
baik dipermukaan tanah maupun 
di dalam lorong cacing. 
Bahan casting terdiri atas
campuran bahan tanah dan
hancuran bahan organik yang
halus. Hasil kegiatan cacing
tanah meningkatkan
ketersediaan hara: karena lebih 
banyak mengandunga hara Ca, 
Mg, dan K dari pada tanah dan 
sekitarnya. Ketersediaan P
mencapai 4-10 kali lipat daripada 
tanah disekitarnya.
Rayap
Rayap merupakan jenis
makrofauna yang paling
dominan di tanah-tanah tropika. 
Pembentukan bukit rayap,
sarang rayap dan liang rayap
berpengaruh pada sifat fisik dan 
sifat kimia tanah yang digunakan 
untuk membangun bentukan
tersebut di atas. Partikel tanah
terpilih, diangkut, disusun,
direkatkan bersama-sama
kemudian dicampur dengan
bahan organik. Kegiatan ini
secara nyata berpengaruh pada 
kesuburan tanah dan perkolasi. 
Hasil kegiatan rayap dicirikan
kaya fraksi berukuran halus yang 
terdiri atas lempung, debu dan
pasir halus, total nitrogen dan
bahan organik tinggi, kapasitas 
pengikatan air lebih baik, KPK,
total CaO dan MgO lebih tinggi 
daripada tanah di sekitarnya.
Serangga atau artropoda lain
Terdapat cukup banyak jenis
serangga atau artropoda yang
lain seperti : colembola, diplura, 
protura, isopoda, milipedes,
semut dan lain-lain yang cukup 
dikenal sebagai jenis serangga
yang hidup di dalam tanah. 
Ada beberapa jenis artropoda
yang bersifat dikenal membuat
sarang di dalam tanah. Selama 
proses membuat trowongan dan 
liang di dalam tanah, partikel
tanah mengalami desintegrasi,
penghawaan tanah diperbaiki,
tanah dari lapisan bawah
permukaan dibawa ke
permukaan sehingga secara
alami terjadilah pembalikan
tanah.
Mikroorganisme tanah
Mikroorganisme tanah
mempunyai pengaruh yang
cukup besar pada semua aspek
aliran dan alihrupa hara.
Organisme tanah ini
menyebabkan bermacam￾macam proses alihrupa dari
suatu bentuk hara ke bentuk
yang lain, demikian juga
berpengaruh terhadap
kecepatan jenis aliran hara. 
Aktinomisetes
Aktinomisetes merupakan
mikrobia heterotropik mampu
mendekomposisi sisa
pertanaman, baik di dalam tanah 
maupun dalam kompos. 
Meskipun selalu dijumpai di
dalam tanah, tetapi lebih banyak 
hidup pada kondisi lingkungan
yang aerob dan relatif panas.
Seperti halnya fungi yang
menghasilkan hifa yang panjang 
dan tipis, Aktinomisetes mampu 
menembus tanah untuk mencari 
jaringan tanaman yang telah
terdekomposisi, dan selanjutnya 
menyerap hara dan energi. 
Populasi mikrobia ini meningkat 
pada waktu proses dekomposisi 
bahan organik, populasinya
dapat mencapai 200 juta untuk 
setiap gram tanah .
Aktinomisetes berperan penting 
karena mampu mengurai
beberapa jenis senyawa yang
tahan terhadap dekomposisi
bakteri, seperti sellulosa,
hemisellulosa, keratin, kitin dan 
asam oksalat.
Aktinomisetes tumbuh baik pada
tanah-tanah yang bereaksi netral 
atau alkalin dan kurang
berkembang di tanah bereaksi
asam.
Bakteri dan fungi
Imobilisasi hara anorganik N dan 
P terjadi apabila bakteri dan
fungi mendekomposisi residu
yang kandungan kedua unsur
tersebut rendah. 
Selama proses imobilisasi
berlansung bentuk hara tersedia 
dimanfaatkan oleh
mikroorganisme dan diubah
menjadi bentuk organik. Karena 
imobilisasi membantu
mengurangi kehilangan N
apabila dijumpai dalam jumlah
yang melampaui kebutuhan
tanaman, atau C/N residu
tanaman tinggi, maka mikrobia
yang ada di dalam tanah secara 
langsung berkompetisi dengan
tanaman untuk memperoleh N￾tersedia, dan hal ini
menyebabkan tanaman untuk
sementara mengalami
kekahatan N.
Dapat ditambahkan bahwa,
bahan sementasi dan hifa yang 
dihasilkan kegiatan
mikroorganisme menyebabkan
terjadinya agregasi tanah dan
stabilitas agregat meningkat,
sehingga infiltrasi air lebih besar 
dari limpasan permukaan serta
erosi dapat ditekan.
Suatau hal yang cukup nyata
bahwa dalam pertanian organik, 
mikroorganisme tanah
mempunyai peranan penting
pada pembentukan struktur dan 
dinamika unsur hara. Meskipun 
pelepasan N secara
mikrobiologis tidak selalu sejalan 
dengan kebutuhan tanaman
akan nitrogen. 
f. Macam-Macam Bahan
Organik
Bahan organik yang
ditambahkan ke dalam
tanah, biasanya berupa
pupuk. Pupuk organik
adalah pupuk yang berasal 
dari alam yaitu dari sisa-sisa
organisme hidup baik sisa
tanaman maupun sisa
hewan yang mengandung
unsur-unsur hara baik makro 
maupun mikro yang yang
dibutuhkan oleh tumbuhan
supaya dapat tumbuh
dengan subur. 
Pupuk organik terbuat dari
bahan yang dapat
diperbaharui, didaur ulang,
diombak oleh bakteri-bakteri
tanah menjadi unsur-usur
yang dapat digunakan oleh
tanaman, tanpa mencemari
tanah dan air.
Pupuk organik dapat berupa
pupuk cair dan pupuk padat. 
Pupuk cair biasanya berupa 
saringan dari pupuk padat.
Pupuk cair ini dimaksudkan 
agar penggunannya lebih
mudah, tidak mengandung
kotoran, dan sekaligus
menjaga kelembaban tanah. 
Pupuk padat dapat berupa
pupuk hijau, pupuk serasah,
kompos, maupun pupuk
kandang. Kesemuanya akan 
berpengaruh positif terhadap 
tanah jika pemberiannya ke 
tanah setelah pupuk.
Pupuk padat atau kering
Pupuk Hijau
Leguminosa
Pupuk hijau terbuat dari
tanaman atau komponen
tanaman yang dibenamkan
ke dalam tanah. 
Jenis tanaman yang banyak 
digunakan adalah dari
familia Leguminoceae atau
kacang-kacangan dan jenis
rumput-rumputan (rumput
gajah).
Jenis tersebut dapat
menghasilkan bahan organik 
lebih banyak, daya serap
haranya lebih besar dan
mempunyai bintil akar yang 
membantu mengikat nitrogen 
dari udara. 
Keuntungan penggunaan
pupuk hijau antara lain:
- mampu memperbaiki
struktur dan tekstur
tanah serta infiltrasi
air
mencegah adanya
erosi
- membantu
mengendalikan hama
dan penyakit yang
berasal dari tanah dan 
gulma jika ditanam
pada waktu tanah
bero
- sangat bermanfaat
pada daerah-daerah
yang sulit dijangkau
untuk suplai pupuk
inorganik.
Namun pupuk hijau juga
memiliki kekurangan yaitu :
- tanaman hijau dapat
sebagai kendala
dalam waktu, tenaga, 
lahan, dan air pada
pola tanam yang
menggunakan rotasi
dengan tanaman
legume dapat
mengundang hama
ataupun penyakit
- dapat menimbulkan
persaingan dngan
tanaman pokok dalam 
hal tempa, air dan
hara pada pola
pertanaman tumpang
sari.
Persyaratan tanaman sebagai
pupuk hijau
Beberapa persyaratan yang
harus dipertimbangkan dalam
pemilihan pupuk hijau adalah
sebagai berikut :
(1) Kecepatan
pertumbuhannya terutama
pada waktu masih muda.
(2) Dalamnya sistem
perakaran
(3) Kekerasan batang
(4) Cepat dan banyak
menghasilkan daun 
(5) Mudah melapuk atau
membusuk
(6) Tahan terhadap pangkasan
(7) Umur tanaman pupuk hijau 
(8) Apakah menjadi sarang
hama atau penyakit.
(9) Apakah daunnya dapat
digunakan sebagai pakan
ternak.
(10) Apakah kayunya mudah
patah atau tidak yang
dapat merugikan tanaman
utama.
Serasah dedaunan
Serasah dedaunan yang berasal 
dari tanaman yang lebih tinggi 
menyebabkan terjadinya
keseimbangan hara apabila
digunakan sebagai mulsa atau
dicampur langsung dengan
tanah lapisan olah. 
Pupuk seresah merupakan
suatu pemanfaatan limbah
atau komponen tanaman
yang sudah tidak terpakai.
Misalnya jerami kering,
bonggol jerami, rumput
tebasan, tongkol jagung,
dan lain-lain.
Pupuk ini sering disebut
pupuk penutup tanah karena 
pemanfaatannya dapat
secara langsung, yaitu
ditutupkan pada permukaan 
tanah di sekitar tanaman
(mulsa).
Peranan pupuk ini
diantaranya adalah:
- dapat menjaga
kelembaban tanah,
mengurangi
penguapan,
penghematan
pengairan
- mencegah erosi,
permukaan tanah
yang tertutup mulsa
tidak mudah larut dan 
terbawa air
- menghambat adanya
pencucian unsur hara
oleh air dan aliran
permukaan
- menghambat
pertumbuhan gulma
- menjaga tekstur tanah 
tetap remah
- menghindari
kontaminasi penyakit
akibat percikan air
hujan
- memperlancar
kegiatan jasad renik
tanah sehingga
membantu
menyuburkan tanah
dan sumber humus
Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan
bahan-bahan organik yang
telah mengalami pelapukan, 
seperti jerami, alang-alang,
sekam padi, dan lain-lain
termasuk kotoran hewan.
Sebenarnya pupuk hijau dan 
serasah dapat dikatakan
sebgai pupuk kompos.
Tetapi sekarang sudah
banyak spesifikasi mengenai 
kompos.
Kompos matang kandungan
haranya kurang lebih : 1.69% N, 
0.34% P2O5, dan 2.81% K. 
Dengan kata lain 100 kg kompos 
setara dengan 1.69 kg Urea,
0.34 kg SP 36, dan 2.18 kg KCl. 
Misalnya untuk memupuk padi
yang kebutuhan haranya 200 kg 
Urea/ha, 75 kg SP 36/ha dan
37.5 kg KCl/ha, maka
membutuhkan sebanyak 22 ton 
kompos/ha.
Jumlah kompos yang demikian 
besar ini memerlukan banyak
tenaga kerja dan berimplikasi
pada naiknya biaya produksi.
Pupuk Kandang
Para petani terbiasa
membuat dan menggunakan 
pupuk kandang sebagai
pupuk karena murah, mudah 
pengerjaannya, begitu pula
pengaruhnya terhadap
tanaman.
Penggunaan pupuk ini
merupakan manifestasi
penggabungan pertanian
dan peternakan yang
sekaligus merupakan syarat 
mutlak bagi konsep
pertanian organik.
Pupuk kandang mempunyai
keuntungan sifat yang lebih 
baik daripada pupuk organik 
lainnya apalagi dari pupuk
anorganik, yaitu :
- Pupuk kandang
merupakan humus
banyak mengandung
unsur-unsur organik
yang dibutuhkan di
dalam tanah. Oleh
karena itu dapat
mempertahankan
struktur tanah
sehingga mudah
diolah dan banyak
mengandung oksigen. 
Penambahan pupuk
kandang dapat
meningkatkan
kesuburan dan
poduksi pertanian. Hal 
ini disebakan tanah
lebih banyak menahan 
air lebih banyak
sehingga unsur hara
akan terlarut dan
lebih mudah diserap
oleh bulu akar.
- Sumber hara makro
dan mikro dalam
keadaan seimbang
yang sangat penting
unuk pertumbuhan
dan perkembangan
tanaman. Unsur mikro 
yang tidak terdapat
pada pupuk lainnya
bisa disediakan oleh
pupuk kandang,
misalnya S, Mn, Co,
Br, dan lain-lain.
- Pupuk kandang
banyak mengandung
mikrooganisme yang
dapat membantu
pembentukan humus
di dalam tanah dan
mensintesa senyawa
tertentu yang berguna 
bagi tanaman,
sehingga pupuk
kandang merupakan
suatu pupuk yang
sangat diperlukan
bagi tanah dan
tanaman dan
keberadaannya dalam 
tanah tidak dapat
digantikan oleh pupuk 
lain.
Kadar hara dalam pupuk
kandang sangat beragam
bergantung pada jenis ternak
dan umurnya (Tabel 20 )
Pupuk Cair
Pupuk oganik bukan hanya 
berbentuk padat dapat
berbentuk cair seperti pupuk 
anorganik.
Pupuk cair sepertinya lebih 
mudah dimanfaatkan oleh
tanaman karena unsur-unsur
di dalamnya sudah terurai
dan tidak dalam jumlah yang 
terlalu banyak sehingga
manfaatnya lebih cepat
terasa.
Bahan baku pupuk cair
dapat berasal dari pupuk
padat dengan perlakuan
perendaman. Setelah
beberapa minggu dan
melalui beberapa perlakuan, 
air rendaman sudah dapat
digunakan sebagai pupuk
cair.
Penggunaan pupuk cair
dapat memudahkan dan
menghemat tenaga.
Keuntungan pupuk cair
antara lain :
- pengerjaan
pemupukan akan lebih 
cepat
- penggunaanya
sekaligus melakukan
perlakuan penyiraman 
sehingga dapat
menjaga kelembaban
tanah
- aplikasinya bersama
pestisida organik
berfungsi sebagai
pencegah dan
pemberantas
penggangu tanaman.
Jenis tanaman pupuk hijau
yang sering digunakan untuk 
pembuatan pupuk cair
misalnya daun johar, gamal, 
dan lamtorogung
Pupuk hayati 
Pupuk hayati adalah mikrobia ke 
dalam tanah untuk
meningkatkan pengambilan hara 
oleh tanaman dari dalam tanah 
atau udara. 
Umumnya digunakan mikrobia
yang mampu hidup bersama
(simbiosis) dengan tanaman
inangnya.
Keuntungan diperoleh oleh
kedua pihak, tanaman inang
mendapatkan tambahan unsur
hara yang diperlukan,
sedangkan mikrobia
mendapatkan bahan organik
untuk aktivitas dan
pertumbuhannya.
Mikrobia yang digunakan
sebagai pupuk hayati
(hbiofertilizer) dapat diberikan
langsung ke dalam tanah,
disertakan dalam pupuk organik 
atau disalutkan pada benih yang 
akan ditanam. 
Penggunaan yang menonjol
dewasa ini adalah mikrobia
penambat N dan mikrobia untuk 
meningkatkan ketersedian P 
Mikrobia penambat nitrogen
Sumber utama N berasal dari
gas N2 dari atmosfir. Kadar gas 
nitrogen di atmosfir bumi sekitar
79% dari volumenya. 
Walaupun jumlahnya sangat
besar tetapi belum dapat
dimanfaatkan oleh tanaman
tingkat tinggi, kecuali telah
menjadi bentuk yang tersedia. 
Proses perubahan tersebut: 
- Penambatan oleh
mikrobia dan jasad renik 
lain. Jasad renik ada
yang hidup simbiotis
dengan tanaman
tanaman legum (kacang￾kacangan) maupun
tanaman non legum
- Penambatan oleh jazad￾jasad renik yang hidup
bebas di dalam tanah
atau yang hidup pada
permukaan organ
tanaman seperti daun
- Penambatan sebagai
oksida karena terjadi
pelepasan muatan listrik 
di atmosfir. 
Rhizobia
Selama berabad-abad
penggunaan legum (kacang￾kacangan) dalam pergiliran
tanaman serta penggunaan
pupuk kandang merupakan cara￾cara yang penting dalam
penyediaan nitrogen tambahan
pada tanaman non legum. 
Meskipun masih merupakan
sumber nitrogen yang besar
sumbangannya bagi
pertumbuhan tanaman, selama
beberapa dekade sekarang ini
sumber nitrogen kacangan￾kacangan dan pupuk kandang
makin hari makin menurun
peranannya.
Jumlah nitrogen yang ditambat 
oleh rhizobia sangat bervariasi
tergantung strain, tanaman inang 
serta lingkungannya termasuk
ketersediaan unsur hara yang
diperlukan.
Penambatan oleh rhizobia
maksimum bila ketersediaan
hara nitrogen dalam keadaan
minimum. Dianjurkan untuk
memberikan sedikit pupuk
nitrogen sebagai starter, agar
bibit muda memiliki kecukupan N 
sebelum rhizobia menetap
dengan baik pada akarnya.
Sebaliknya pemupukan nitrogen 
dengan jumlah besar atau terus 
menerus akan memperkecil
kegiatan rhizobia sehingga
kurang efektif.
Banyak genus rhizobia yang
hanya dapat hidup menumpang 
pada tanaman inang tertentu
(spesifik).
Agar kemampuan menambat
nitrogen tinggi maka tanaman
inang harus dinokulasi dengan
inokulan yang sesuai. 
Penambat N
 yang hidup bebas
Penambatan nitrogen dalam
tanah dilakukan juga oleh jasad 
renik yang hidup bebas, artinya 
tidak bersimbiosis dengan
tanaman inang. 
Jasad tersebut antara lain
adalah ganggang hijau-biru
(Chyanophiceae) dan bakteri
yang hidup bebas.
Bakteri yang hidup bebas ialah 
Rhodospirillum sp. yang
fotosintetis, Clostridium yang
merupakan jasad bersifat anerob 
serta Azotobacter dan
Beiyerinckia yang aerob.
Ganggang biru hijau hidup pada 
berbagai keadaan lingkungan,
bahkan pada permukaan batu di 
lahan gurun pasir yang gersang. 
Dia bersifat auototrof sempurna 
dan hanya memerlukan sinar
matahari, air, nitrogen bebas,
karbon dioksida dan garam￾garam yang mengandung hara 
mineral penting. 
Karena ganggang memerlukan
sinar matahari maka diduga
hanya sedikit pengaruhnya
terhadap penambahan unsur N
dalam tanah pertanian yang
diusahakan di dataran tinggi. 
Manfaat lain yang diperoleh dari 
ganggang hijau-biru ini ialah
terjadinya pelapukan secara
biologis sehingga menjadi lebih 
terbukanya kehidupan lain pada 
permulaan genesa tanah.
Dipandang dari segi pertanian
penambatan nitrogen oleh
bakteri yang hidup bebas di
dalam tanah mempunyai
peranan lebih penting
Kemampuan maksimum
penambatan nitrogen oleh jasad 
ini berkisar 20 sampai 40 kg per 
hektar N per tahun
Mikoriza
Mikoriza adalah suatu bentuk
asosiasi simbiotik antara akar
tumbuhan tingkat tinggi dan
miselium cendawan tertentu.
Pada umumnya, tanah yang
dikelola secara organik
menunjukkan adanya
peningkatan mikoriza yang
bersimbiosis dengan perakaran
tanaman.
Berdasarkan struktur tubuh dan 
cara infeksi terhadap tanaman
inang, mikoriza dapat
digolongkan menjadi 2 kelompok 
besar (tipe) yaitu ektomikoriza
dan endomikoriza.
Namun ada juga yang
membedakan menjadi 3
kelompok dengan menambah
jenis ketiga yaitu peralihan dari 2 
bentuk tersebut yang disebut
ektendomikoriza.
Pola asosiasi antara cendawan 
dengan akar tanaman inang
menyebabkan terjadinya
perbedaan morfologi akar antara 
ektomikoriza dengan
endomikoriza
Pada ektomikoriza, jaringan hipa 
cendawan tidak sampai masuk
kedalam sel tapi berkembang
diantara sel kortek akar
membentuk "hartig net dan
mantel dipermukaan akar. 
Sedangkan endomikoriza,
jaringan hipa cendawan masuk
kedalam sel kortek akar dan
membentuk struktur yang khas 
berbentuk oval yang disebut
vesicle dan sistem percabangan 
hipa yang disebut arbuscule,
sehingga endomikoriza disebut
juga vesicular-arbuscular
micorrhizae (VAM)
Peran mikoriza
Pertumbuhan tanaman
Hubungan timbal balik antara
cendawan mikoriza dengan
tanaman inangnya
mendatangkan manfaat positif
bagi keduanya (simbiosis
mutualistis).
Karenanya inokulasi cendawan
mikoriza dapat dikatakan
sebagai 'biofertilization", baik
untuk tanaman pangan,
perkebunan, kehutanan maupun 
tanaman penghijauan. 
Bagi tanaman inang, adanya
asosiasi ini, dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi 
pertumbuhannya, baik secara
langsung maupun tidak
langsung.
Secara tidak langsung,
cendawan mikoriza berperan
dalam perbaikan struktur tanah, 
meningkatkan kelarutan hara
dan proses pelapukan bahan
induk.
Gambar 212 Penampang
melintang akar yang
tidak bermikoriza
Gambar 213 Penampang
melintang akar
bermikoriza
Sedangkan secara langsung,
cendawan mikoriza dapat
meningkatkan serapan air, hara 
dan melindungi tanaman dari
patogen akar dan unsur toksik. 
Sedikitnya ada 5 hal yang dapat 
membantu perkembangan
tanaman dari adanya mikoriza ini 
yaitu :
1. Mikoriza dapat
meningkatkan absorpsi
hara dari dalam tanah 
2. Mikoriza dapat berperan
sebagai penghalang biologi 
terhadap infeksi patogen
akar.
3. Meningkatkan ketahanan
tanaman terhadap
kekeringan dan
kelembaban yang ekstrim
4. Meningkatkan produksi
hormon pertumbuhan dan
zat pengatur tumbuh
lainnya seperti auxin. 
5. Menjamin
terselenggaranya proses
biogeokemis.
Efektivitas mikoriza dipengaruhi 
oleh faktor lingkungan tanah
yang meliputi faktor abiotik
(konsentrasi hara, pH, kadar air, 
temperatur, pengolahan tanah
dan penggunaan
pupuk/pestisida) dan faktor biotik
(interaksi mikrobial, spesies
cendawan, tanaman inang, tipe 
perakaran tanaman inang, dan 
kompetisi antar cendawan
mikoriza).
Perbaikan Struktur Tanah.
Cendawan mikoriza melalui
jaringan hipa eksternal dapat
memperbaiki dan memantapkan 
struktur tanah.
Sekresi senyawa-senyawa
polisakarida, asam organik dan 
lendir oleh jaringan hipa
eksternal yang mampu mengikat 
butir-butir primer menjadi
agregat mikro. "Organic binding
agent" ini sangat penting artinya 
dalam stabilisasi agregat mikro. 
Kemudian agregat mikro melalui 
proses "mechanical binding
action" oleh hipa eksternal akan
membentuk agregat makro yang 
mantap.
Berdasarkan beberapa hasil
penelitian diketahui bahwa VAM 
mengasilkan senyawa
glycoprotein glomalin yang
sangat berkorelasi dengan
peningkatan kemantapan
agregat.
Konsentrasi glomalin lebih tinggi 
ditemukan pada tanah-tanah
yang tidak diolah dibandingkan 
dengan yang diolah. Glomalin
dihasilkan dari sekresi hipa
eksternal bersama enzim-enzim
dan senyawa polisakarida
lainnya.
Pengolahan tanah menyebabkan 
rusaknya jaringan hipa sehingga 
sekresi yang dihasilkan sangat 
sedikit.
Pembentukan struktur yang
mantap sangat penting artinya
terutama pada tanah dengan
tekstur berliat atau berpasir. 
Agregat tanah menjadi lebih
baik, lebih berpori dan memiliki 
permeabilitas yang tinggi, namun 
tetap memiliki kemampuan
memegang air yang cukup untuk 
menjaga kelembaban tanah.. 
Struktur tanah yang baik akan 
meningkatkan aerasi dan laju
infiltrasi serta mengurangi erosi 
tanah, yang pada akhirnya akan 
meningkatkan pertumbuhan
tanaman..
Serapan Air dan Hara.
Jaringan hipa ekternal dari
mikoriza akan memperluas
bidang serapan air dan hara.
Disamping itu ukuran hipa yang 
lebih halus dari bulu-bulu akar 
memungkinkan hipa bisa
menyusup ke pori-pori tanah
yang paling kecil (mikro)
sehingga hipa bisa menyerap air 
pada kondisi kadar air tanah
yang sangat rendah.
 Serapan air yang lebih besar
oleh tanaman bermikoriza, juga 
membawa unsur hara yang
mudah larut dan terbawa oleh
aliran masa seperti N, K dan S. 
sehingga serapan unsur tersebut 
juga makin meningkat. 
Disamping serapan hara melalui 
aliran masa, serapan P yang
tinggi juga disebabkan karena
hipa cendawan juga
mengeluarkan enzim
phosphatase yang mampu
melepaskan P dari ikatan-ikatan
spesifik, sehingga tersedia bagi 
tanaman.
MikoriZa juga diketahui
berinteraksi sinergis dengan
bakteri pelarut fosfat atau bakteri 
pengikat N. Inokulasi bakteri
pelarut fosfat (PSB) dan mikoriza 
dapat meningkatkan serapan P 
oleh tanaman tomat dan pada
tanaman gandum. 
Kolonisasi oleh jamur mikoriza
meningkat bila tanaman kedelai 
juga diinokulasi dengan bakteri 
penambat N, B. japonicum
Proteksi Dari Patogen dan 
Unsur Toksik.
Mikoriza dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman melalui
perlindungan tanaman dari
patogen akar dan unsur toksik. 
Struktur mikoriza dapat berfungsi 
sebagai pelindung biologi bagi
terjadinya patogen akar. 
Mekanisme perlindungan dapat
diterangkan sebagai berikut :
1. Adanya selaput hipa
(mantel) dapat berfungsi
sebagai barier masuknya 
patogen.
2. Mikoriza menggunakan
hampir semua kelebihan 
karbohidrat dan eksudat 
lainnya, sehingga tercipta 
lingkungan yang tidak
cocok untuk patogen. 
3. Cendawan mikoriza
dapat mengeluarkan
antibiotik yang dapat
mematikan patogen. 
4. Akar tanaman yang
sudah diinfeksi cendawan
mikoriza, tidak dapat
diinfeksi oleh cendawan
patogen yang
menunjukkan adanya
kompetisi.
Namun demikian tidak
selamanya mikoriza memberikan 
pengaruh yang menguntungkan 
dari segi patogen. 
Pada tanaman tertentu, adanya 
mikoriza menarik perhatian
zoospora Phytopthora, sehingga 
tanaman menjadi lebih peka
terhadap penyakit busuk akar.
Mikoriza juga dapat melindungi 
tanaman dari ekses unsur
tertentu yang bersifat racun
seperti logam berat (Killham,
1994).
Mekanisme perlindungan
terhadap logam berat dan unsur
beracun yang diberikan mikorisa 
dapat melalui efek filtrasi,
menonaktifkan secara kimiawi
atau penimbunan unsur tersebut 
dalam hipa cendawan. 
VAM juga dapat berfungsi
sebagai tumbuhan pioneer di
lahan buangan limbah industri,
tailing tambang batubara, atau
lahan terpolusi lainnya. 
Inokulasi dengan inokulan yang 
cocok dapat mempercepat
usaha penghijauan kembali
tanah tercemar unsur toksik.
Penggunaan Mikoriza pada 
Tanaman
Bagian mikoriza yang dapat
digunakan sebagai sumber
inokulan tanaman adalah:
- Mycelia (bagian utama
dari jamur) dan potongan 
hypa bagian ini sering
disarankan untuk
digunakan sebagai
sumber inokulan pada
tanaman karena metode
ini paling efisien secara
biologis untuk inokulasi
tumbuhan
- Potongan akar tanaman
Bagian ini merupakan
inang inokulum untuk
bibit-bibit baru 9akar
tanam yang baru).
Secara serupa, potongan 
mikoriza juga digunakan 
sebagai inokulum. 
- Spora, dari mikoriza,
sumber inokulum yang
sudah dalam bentuk
spora dapat disimpan
lebih lama dan dapat
lebih muda diangkut ke
tempat lain yang
membutuhkan. Spora
akan tumbuh dan
menginfeksi akar
tanaman yang baru jika 
kondisi lingkungan sesuai
- Tanah tempat tumbuh
tanaman bermikoriza,
Metode ini merupakan
metode yang paling
mudah dan paling
sederhana. Masalah
utama dari pendekatan
ini adalah pemindahan
volume tanah dalam
jumlah yang besar.
Meskipun masing-masing
metode memiliki keunggulan dan 
kekurangan masing-masing,
inoculum campuran lebih unggul 
dengan penyebaran yang lebih
cepat dan lebih jelas. 
Untuk penyimpanan dalam
waktu yang lama lebih baik
dalam bentuk inoculum spora
disamping itu bentuk ini
memudahkan penyebarannya
dan dosis anjuran inokulum yang 
akan diberikan ke tanaman. 
Perbanyakan mikoriza
Perbanyakan mikoriza sebagai
sumber inokulum dapat
dilakukan dengan cara
sederhana sebagai berikut:
Bahan
1. Biakan stater (sebanyak 1 
kg)
2. akua cup warna
3. pasir sungai
4. hyponex merah
5. benih jagung
Cara pembuatan
1. lubangi dasar akua cup
dengan menggunakan
paku panas
2. cuci bersih pasir sungai
3. kemudian rendam dalam 
larutan hyponex merah
selama semalam
4. Isi dengan pasir yang
mengandung pupuk dan 
tanam jagung
5. pelihara selama 8 minggu
6. Angkat ke dalam ruangan 
biarkan mengering
7. setelah kering ambil
koran, tuang pot dan
tanamannya, gunting
kecil kecil
8. Simpan dalam wadah
plastik
9. Mikoriza siap dipakai
g.Pengelolaan
Mikroorganisme
Pengelolaan mikroorganisme
meliputi pemeliharaan,
penyimpanan, dan distribusi.
Syarat utama dalam pengelolaan 
mikroorganisme ini adalah
adalah bahwa biakan
mikroorganisme yang akan
disimpan harus murni. 
Cara umum yang umum dipakai 
sekarang adalah:
a. Menyimpan pada suhu 4-
10° C di lemari es (untuk 
biakan yang jumlahnya
sedikit).
b. Menyimpan di dalam
mineral oil atau paraffin 
oil (viabilitas bisa
mencapai 2-15 tahun).
c. Menyimpan dalam
keadaan beku-kering
(liofilisasi), untuk jumlah
besar.
d. Menyimpan pada suhu di 
bawah -20° C, yaitu: -80°
C, -120° C, - 160°C.
e. Menyimpan dalam
nitrogen cair ( -176° C). 
Setiap culture collection
menentukan sendiri cara 
mana yang paling tepat
sehubungan dengan
fasilitas yang ada dan
dana yang tersedia
(Kirsop & Snell, 1984).
h. Teknologi Kompos Bioaktif
Petani organik menggunakan
pupuk hijau atau pupuk
kandang. Kedua jenis pupuk itu 
adalah limbah organik yang telah 
mengalami penghacuran
sehingga menjadi tersedia bagi 
tanaman. Limbah organik seperti 
sisa-sisa tanaman dan kotoran 
binatang ternak tidak bisa
langsung diberikan ke tanaman. 
Limbah organik harus
dihancurkan terlebih dahulu oleh 
mikroba tanah menjadi unsur
hara yang dapat diserap oleh
tanaman.
Proses pengkomposan alami
memakan waktu yang sangat
lama, berkisar antara enam
bulan hingga setahun sampai
bahan organik tersebut benar￾benar tersedia bagi tanaman. 
Proses pengomposan dapat
dipercepat dengan
menggunakan mikroba
penghancur (dekomposer) yang 
berkemampuan tinggi. 
Penggunaan mikroba dapat
mempersingkat proses
dekomposisi dari beberapa
bulan menjadi beberapa minggu 
saja.
Di pasaran saat ini banyak
tersedia produk-produk
biodekomposer untuk
mempercepat proses
pengomposan, misalnya:
SuperDec, OrgaDec, EM4, EM
Lestari, Starbio, Degra Simba,
Stardec, dan lain-lain.
Kompos bioaktif adalah kompos 
yang diproduksi dengan bantuan 
mikroba lignoselulolitik unggul
yang tetap bertahan di dalam
kompos dan berperan sebagai
agensia hayati pengendali
penyakit tanaman. 
Mikroba biodekomposer unggul
yang digunakan adalah
Trichoderma pseudokoningii ,
Cytopaga sp, dan fungi pelapuk 
putih.
Mikroba tersebut mampu
mempercepat proses
pengomposan menjadi sekitar 2-
3 minggu. 
Mikroba akan tetap hidup dan
aktif di dalam kompos. Ketika
kompos tersebut diberikan ke
tanah, mikroba akan berperan
untuk mengendalikan organisme 
patogen penyebab penyakit
tanaman.
Salah satu contoh pembuatan
kompos pupuk kandang adalah 
sebagai berikut:
Bahan-bahan
- Pupuk kandang : 300 kg
- Dedak : 50 kg
- Sekam : 150 kg
- Gula pasir/gula merah
dihaluskan/molase : 200 
ml/20 sendok makan
- EM4 : 500 ml/50 sendok 
makan
- Air secukupnya
Cara Pembuatan
- Larutkan EM4 dan gula
ke dalam air,
- Pupuk kandang, sekam
dan dedak dicampur
secara merata,
- Siramkan EM4 secara
perlahan-lahan ke dalam 
adonan secara merata
sampai kandungan air
adonan mencapai 30 %. 
Bila adonan dikepal
dengan tangan, air tidak 
menetes dan bila kepalan 
tangan dilepas maka
adonan mudah pecah
(megar).
- Adonan digundukkan di
atas ubin yang kering,
dengan ketinggian
minimal 15 – 20 cm,
kemudian ditutup dengan 
karung goni selama 4-7
hari,
- Pertahankan suhu
gundukan adonan
maksimum 50 oC. Bila
suhunya lebih dari 50 oC, 
turunkan suhunya
dengan cara dibolak
balik, kemudian ditutup
kembali dengan karung
goni Suhu yang tinggi
dapat mengakibatkan
bokashi menjadi rusak
karena terjadi proses
pembusukan.
Pengecekan suhu
sebaiknya dilakukan
setiap 5 jam sekali. 
- Seteh 4-7 hari bokashi
telah selesai
terfermentasi dan siap
digunakan sebagai pupuk 
organik.
Prosedur diatas adalah salah
satu contoh untuk pembuatan
pupuk organik, untuk bahan￾bahan lainnya prinsipnya sama 
begitu juga pemilihan mikroba
dekomposernya.
Keuntungan dan kerugian
pertanian Organik
Pertanian organik akan banyak 
memberikan keuntungan ditinjau 
dari gatra:
- peningkatan kesuburan
tanah dan peningkatan
produksi tanaman
maupun ternak
- Dari gatra lingkungan
dapat mempertahankan
keseimbangan
ekosistem.
- Secara ekonomi akan
lebih menghemat devisa
negara untuk mengimpor 
pupuk, bahan kimia
pertanian, serta memberi 
banyak kesempatan
lapangan kerja dan
meningkatkan
pendapatan petani.
Karakteristik umum yang dimiliki 
pupuk organik ialah:
(i) Kandungan unsur
haranya sangat
rendah dan
bervariasi,
(ii) Penyediaan hara
terjadi secara lambat,
(iii) Menyediakan hara
dalam jumlah
terbatas.
Secara garis besar keuntungan 
yang diperoleh dengan
pemanfaatan pupuk organik
adalah:
a. Mempengaruhi sifat fisik
tanah
b. Mempengaruhi sifat kimia
tanah
c. Mempengaruhi sifat biologi 
tanah
d. Mempengaruhi kondisi
sosial.
Pupuk organik ini juga
mempunyai kelemahan antara
lain:

a. Diperlukan dalam jumlah 
yang sangat banyak
untuk memenuhi
kebutuhan unsur hara
dari suatu pertanaman
b. Hara yang dikandung
untuk bahan yang sejenis 
sangat bervariasi
c. Bersifat ruah (bulky), baik 
dalam pengangkutan dan 
penggunaannya
dilapangan
d. Mungkin akan
menimbulkan kekahatan
unsur hara apabila bahan 
organik yang diberikan
belum cukup matang.













TEKNIK BUDIDAYA
TEMBAKAU
Gambar 156 Pertanaman
tembakau
a.  
Penanaman dan penggunaan
tembakau di Indonesia sudah
dikenal sejak lama. Komoditi
tembakau mempunyai arti yang 
cukup penting, tidak hanya
sebagai sumber pendapatan
bagi para petani, tetapi juga bagi 
Negara
Tanaman Tembakau merupakan 
tanaman semusim, tetapi di
dunia pertanian termasuk dalam 
golongan tanaman perkebunan
dan tidak termasuk golongan
tanaman pangan. Tembakau
(daunnya) digunakan sebagai
bahan pembuatan rokok. 
Usaha Pertanian tembakau
merupakan usaha padat karya. 
Meskipun luas areal perkebunan 
tembakau di Indonesia,
diperkirakan hanya sekitar
207.020 hektar, namun jika
dibandingkan dengan pertanian 
padi, pertanian tembakau
memerlukan tenaga kerja hampir 
tiga kali lipat. Seperti juga ada 
kegiatan pertanian lainnya, untuk 
mendapatkan produksi
tembakau dengan mutu yang
baik, banyak faktor yang harus 
diperhatikan. Selain faktor tanah, 
iklim, pemupukan dan cara
panen.
Nicotiana tobacum
dibudidayakan umumnya karena 
memiliki arti ekonomi penting.
Spesies yang sering
dibudidayakan adalah Nicotiana
tobacum dan Nicotiana rustika.
Nicotiana tobacum, daun
mahkota bunganya memiliki
warna merah muda sampai
merah, mahkota bunga
berbentuk terompet panjang,
habitusnya piramidal, daunnya
berbentuk lonjong dan pada
ujung runcing, kedudukan daun 
pada batang tegak, tingginya 1,2 
m.
Nicotiana rustika, daun mahkota 
bunganya berwarna kuning,
bentuk mahkota bunga seperti
terompet berukuran pendek dan 
sedikit bergelombang,
habitusnya silindris, bentuk daun 
bulat yang pada ujungnya
tumpul, kedudukan daun pada
batang agak terkulai
b. Sistematika Tanaman
Sistematika tanaman tembakau
adalah sebagai berikut:
Klass : Dicotyledonaea
Ordo : Personatae
Famili : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus : Nicotianae
Spesies :Nicotiana
tabacum L.
c. Botani Tanaman
Akar
Tanaman tembakau merupakan 
tanaman berakar tunggang yang 
tumbuh tegak ke pusat bumi.
Akar tunggangnya dapat
menembus tanah kedalaman 50-
75 cm, sedangkan akar
serabutnya menyebar ke
samping. Selain itu, tanaman
tembakau juga memiliki bulu￾bulu akar. Perakaran akan
berkembang baik jika tanahnya 
gembur, mudah menyerap air,
dan subur.
Batang
Tanaman Tembakau memiliki
bentuk batang agak bulat, agak 
lunak tetapi kuat, makin ke
ujung, makin kecil. Ruas-ruas
batang mengalami penebalan
yang ditumbuhi daun, batang
tanaman bercabang atau sedikit 
bercabang. Pada setiap ruas
batang selain ditumbuhi daun,
juga ditumbuhi tunas ketiak
daun, diameter batang sekitar 5 
cm.
Daun
Daun tanaman tembakau
berbentuk bulat lonjong (oval)
atau bulat, tergantung pada
varietasnya. Daun yang
berbentuk bulat lonjong ujungnya 
meruncing, sedangkan yang
berbentuk bulat, ujungnya
tumpul.
Daun memiliki tulang-tulang
menyirip, bagian tepi daun agak 
bergelombang dan licin. Lapisan 
atas daun terdiri atas lapisan
palisade parenchyma dan
spongy parenchyma pada
bagian bawah. Jumlah daun
dalam satu tanaman sekitar 28-
32 helai
Gambar 157. Batang tembakau
Bunga
Tanaman tembakau berbunga
majemuk yang tersusun dalam
beberapa tandan dan masing
masing tandan berisi sampai 15 
bunga. Bunga berbentuk
terompet dan panjang, terutama 
yang berasal dari keturunan
Nicotiana tabacum, sedangkan
dari keturunan Nicotiana rustika,
bunganya lebih pendek, warna
bunga merah jambu sampai
merah tua pada bagian atas.
Bunga tembakau berbentuk
malai, masing-masing seperti
terompet dan mempunyai bagian 
sebagai berikut:
a. Kelopak bunga, berlekuk 
dan mempunyai lima
buah pancung
b. Mahkota bunga
berbentuk terompet,
berlekuk merah dan
berwarna merah jambu
atau merah tua dibagian 
atasnya. Sebuah bunga
biasanya mempunyai
lima benang sari yang
melekat pada mahkota
bunga, dan yang satu
lebih pendek dari yang
lain.
c. Bakal buah terletak
diatas dasar bunga dan 
mempunyai dua ruang
yang membesar
d. Kepala putik terletak
pada tabung bunga yang 
berdekatan dengan
benang sari. Tinggi
benang sari dan putik
hampir sama. Keadaan
ini menyebabkan
tanaman tembakau lebih 
banyak melakukan
penyerbukan sendiri,
tetapi tidak tertutup
kemungkinan untuk
penyerbukan silang.
Buah
Tembakau memiliki bakal buah 
yang berada di atas dasar bunga 
dan terdiri atas dua ruang yang 
dapat membesar, tiap-tiap ruang 
berisi bakal biji yang banyak
sekali
Gambar 158. Biji tembakau
Penyerbukan yang terjadi pada 
bakal buah akan membentuk
buah. Sekitar tiga minggu
setelah penyerbukan, buah
tembakau sudah masak. 
Setiap pertumbuhan yang
norrmal, dalam satu tanaman
terdapat lebih kurang 300 buah.
Buah tembakau berbentuk bulat 
lonjong dan berukuran kecil, di 
dalamnya berisi biji yang
bobotnya sangat ringan. Dalam
setiap gram biji berisi + 12.000
biji. Jumlah biji yang dihasilkan 
pada setiap tanaman rata-rata
25 gram.
Gambar 159 Bunga tembakau
d.Jenis tembakau
Beberapa varietas anjuran
tembakau adalah:
Tembakau cerutu
- Tembakau Deli
adalah D4, KF-7 dan 
F1-5
- Tembakau
Vorstenlanden (untuk
cerutu) adalah Timor
vorstenlanden (TV)
dan Gayamprit (G)
- Tembakau Besuki
(tembakau pembalut
dan pengisi cerutu)
adalah varietas H
328, H 392, H 77, H 
362
Tembakau Pipa
Tembakau Lumajang varietas K 
dan SAX
Tembakau sigaret
- Tembakau virginia
adalah Dixie bright
(DB) 101, Coker 319, 
Coker 86, Coker 176, 
Nort Caroline 95, Nort 
Carolina 2514
- Tembakau oriental
(turki) adalah
sumsum, smyrna,
macedonia orientale
dan xanthi
- Tembakau Barlay
adalah varietas KY
17, Barlay 21 dan Tn 
87
Tembakau asli/ rajangan
Varietas yang dianjurkan terdiri 
dari banyak varietas yang sesuai 
dengan pengembangannya.
e. Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tembakau pada
umumnya tidak menghendaki
iklim yang kering ataupun iklim 
yang sangat basah. Angin
kencang yang sering melanda
lokasi tanaman tembakau dapat 
merusak tanaman (tanaman
roboh) dan juga berpengaruh
terhadap mengering dan
mengerasnya tanah yang dapat 
menyebabkan berkurangnya
kandungan oksigen di dalam
tanah.
Untuk tanaman tembakau
dataran rendah, curah hujan
rata-rata 2.000 mm/tahun,
sedangkan untuk tembakau
dataran tinggi, curah hujan rata￾rata 1.500-3.500 mm/tahun. 
Penyinaran cahaya matahari
yang kurang dapat
menyebabkan pertumbuhan
tanaman kurang baik sehingga 
produktivitasnya rendah. Oleh
karena itu lokasi untuk tanaman
tembakau sebaiknya dipilih di
tempat terbuka dan waktu tanam 
disesuaikan dengan jenisnya.
Suhu udara yang cocok untuk
pertumbuhan tanaman tembakau 
berkisar antara 21-32,30
 C. 
Tanaman tembakau dapat
tumbuh pada dataran rendah
ataupun di dataran tinggi
bergantung pada varietasnya.
Ketinggian tempat yang paling
cocok untuk pertumbuhan
tanaman tembakau adalah 0 -
900 mdpl.
Tanah
Tembakau Deli sangat cocok
untuk jenis tanah aluvial dan
andosol. Tanah regosol sangat 
cocok untuk tembakau
vorstenlanden dan besuki.
Tembakau Virginia flu-cured
cocok untuk tanah podsolik.
Sedangkan tembakau rakyat
atau asli dapat tumbuh mulai dari 
tanah ringan (berpasir) sampai
dengan tanah berat (liat).
Derajat keasaman tanah yang
baik untuk tanaman tembakau
adalah 5-5,6; tembakau Virginia 
5,5-6,0.
Apabila didapat nilai yang
kurang dari 5 maka perlu
diberikan pengapuran untuk
menaikkan pH sedangkan bila
didapat nilai pH lebih tinggi dari 6 
maka perlu diberikan belerang
untuk menurunkan pH.
f. Pedoman Budidaya 
Pengolahan Tanah 
Pengolahan tanah dilaksanakan 
dengan menggunakan alat
pertanian berupa hand traktor
minimal 2 kali pembajakan
untuk mempersiapkan media
terbaik bagi proses penanaman 
tembakau dengan menjaga
kesuburan tanah.
Penanaman dan pemupukan 
Empat puluh lima hari s/d lima 
puluh hari (45 s/d 50) setelah 
benih ditabur, kita sudah
mendapatkan bibit yang siap
untuk dipindah tanamkan.
Bibit ditanam pada tanah
guludan di lahan yang telah
dipilih dengan luasan yang
sesuai. Teknik penyebaran benih 
dapat dilakukan dengan
mencampur benih dengan pasir 
halus atau abu kering, kemudian 
sebarkan pada bedengan seperti 
Gambar berikut 
Gambar 160 Penyemaian benih 
tembakau
Setelah bibit berumur 40-45 hari 
bibit dapat dipindah tanamkan.. 
Sebelum penanaman bibit perlu 
dipangkas agar tidak terjadi
stagnasi.
Teknik pencabutan bibit terlebih 
dahulu disiram sampai basah
agar mudah dalam proses
pencabutan, cara pencabutan
bibit adalah dengan cara
memegang dua helai daun
terbesar kemudian ditarik ke
atas. Sebaiknya pindah tanam ini 
dilakukan pada pagi hari.
Gambar 161 Cara mencabut
bibit tembakau 
Pada tahapan penanaman ini
dilakukan pemupukan I dengan 
memperhatikan jenis dan dosis
serta cara pemupukan. Adapun 
pupuk yang digunakan NPK
(Fertila) dengan dosis 10
gr/batang.
Pemupukan ke II dengan umur
tanaman 21 hari dilakukan
dengan pupuk NPK (KNO3)
dengan dosis 5 gr/batang.
Pembumbunan dan Pengairan 
Pembumbunan adalah proses
yang dilakukan agar tanah tetap 
gembur, sebagai persiapan
media tumbuh yang baik bagi
tanaman tembakau dan
sekaligus untuk membersihkan
tumbuhan pengganggu (Gulma).
Adapun sistim irigasi (Pengairan) 
yang tepat sangat penting dalam 
menjamin kualitas klas tingkat 
produktifitas tembakau virginia.
Pungel dan wiwil Suli 
Punggel dan wiwil/suli
memastikan penggunaan bahan 
gizi tanaman dalam proses
pengembangan daun tembakau 
untuk mendapatkan jumlah
daun, berat daun dan kualitas
tinggi yang akan memberikan
baik maksimal bagi petani. 
Dalam pelaksanaan wiwilan
sangat penting sekali karena
akan berpengaruh terhadap
ketebalan daun/berat daun.
Pengendalian Hama dan
Penyakit
Pengendalian Hama Terpadu
dilaksanakan sesuai kondisi
tanaman yang ada dengan
memprioritaskan penggunaan
Bio Pestisida dengan
pengawasan secara berkala,
terhadap residu pestisida baik 
pada tanaman tembakau
virginia.
Adapaun penggunaan pestisida
dan bahan kimia bisa digunakan 
(Dancis, Furadan) tergantung
serangan hama yang ada.
Panen dan Pascapanen
Panen
Umur Panen
Pemanenan atau pemetikan
daun tembakau yang terbaik
adalah pada saat tanaman
cukup umur dan daun-daunnya
telah matang petik yang dicirikan 
dengan warna hijau kekuning￾kuningan. Daun-daun yang
demikian akan menghasilkan
krosok yang bermutu tinggi dan 
aromanya tajam. 
Krosok tembakau yang bermutu 
tinggi mempunyai nilai jual yang 
tinggi.
Namun, pada beberapa hal,
misalnya karena permintaan
pasar dan letak daun pada
batang, maka pemetikan yang
terbaik dapat dilakukan pada
tingkatan daun hampir masak.
Karena bila dipetik tepat masak 
dan masak sekali, kualitas daun 
setelah pengeringan justru
mengalami kemerosotan
terutama aromanya
Untuk golongan tembakau
cerutu, pemungutan daun yang 
baik adalah pada tingkat
kemasakan tepat masak atau
hampir masak. 
Pemetikan pada tingkatan ini
akan menghasilkan krosok yang 
berwarna keabu-abuan (vaal)
dan elastis. Pemungutan daun
muda atau daun tua akan
menghasilkan krosok yang rapuh 
(tidak elastis) dan warna yang
tidak menarik
Untuk tembakau golongan
sigaret, misalnya Virginia,
pemanenan daun yang terbaik
adalah pada tingkat kemasakan
tepat masak atau masak sekali. 
Apabila pasar menghendaki
krosok yang halus, pemetikan
daun dapat dilakukan pada
tingkat kemasakan masak sekali. 
Caranya adalah dengan
memperpanjang waktu
pemetikan 5-10 hari dari 
tingkat pemasakan tepat masak.
Untuk jenis Tembakau Turki
yang tergolong tembakau sigaret 
pula, pemetikan daun yang baik 
adalah pada tingkat kematangan 
hampir masak atau masih
kehijauan
Permasalahan yang kadang
terjadi yaitu adanya kesalahan
dalam pemetikan daun yaitu
daun-daun yang dipetik
terlampau muda, akibatnya akan 
menghasilkan krosok yang
berkualitas rendah, yakni
berwarna hijau mati, kurang
beraroma, warnanya cokelat tua, 
dan kisut sehingga harga di
pasaran rendah. 
Permasalahan lain yaitu daun
tembakau yang dipetik telah
lewat umur, daunnya sudah
terlalu tua yang dicirikan dengan 
warna kuning tua yang
menghasilkan krosok yang
bermutu rendah. Karena itu
diharapkan para pekerja lebih
teliti lagi dalam memanen daun 
tembakau.
Cara Panen
Cara memanen daun tembakau 
dapat dilakukan dengan
menebang batang pertanaman
beserta daun-daunnya tepat
pada pangkal batangnya atau
hanya memetik daun-daunnya
saja tanpa menebang
batangnya.
Penerapan penggunaan kedua
cara tersebut tergantung pada:
- Jenis atau varietas
- Kebersamaan
Pemasakan daun,
Karena ada beberapa
jenis tembakau yang
memiliki waktu
kemasakan daun
bersamaan dan beberapa 
varietas tembakau tidak
memiliki waktu yang
bersamaan pada proses
pemasakan daun
- Perlakuan budidaya.
Pemanenan daun dapat
dilakukan dengan cara pungut
daun seperti pada tembakau
cerutu, sigaret, dan pipa.
Pemetikan daun dilakukan per
lembar menurut tingkat
kemasakan dan letaknya pada
batang.
Panen secara pungut daun
dilakukan dengan memetiknya
lembar demi lembar. Pemetikan 
dilakukan pada daun-daun yang 
masak lebih dahulu, sedangkan 
yang belum masak ditinggalkan 
untuk dipetik pada waktu
berikutnya setelah mencapai
tingkat kemasakan tepat masak. 
Pemetikan daun yaitu dipretel
dengan tangan, selanjutnya
pemetikan dapat dilakukan
selang 3-5 hari. 
Biasanya sekali petik hanya 2-4
helai daun tiap tanaman.
Permasalahan yang kadang
terjadi yaitu bila pemanenan
dilakukan dengan menebang
batangnya tepat pada pangkal, 
terkadang ada daun tembakau
yang belum tepat masak, daun 
tersebut bisa kotor/tergores saat 
mengangkutnya ke tempat
penampungan.
Oleh sebab itu diharapkan para 
pekerja lebih teliti dalam
mengangkut batang tembakau
beserta daunnya agar tidak
terjadi kerusakan daun
tembakau.
Saat Panen
Secara umum saat yang baik
untuk memetik daun tembakau 
adalah pagi atau sore hari dalam 
keadaaan cuaca cerah. Untuk
varietas tembakau vorstenland
dan deli, saat pemetikan yang
baik adalah pada pagi hari
antara pukul 06.00 s.d 10.00.
Untuk varietas besuki, saat
pemetikan yang baik adalah
pada sore hari antara pukul
14.00-17.00. Untuk jenis
tembakau turki dan tembakau
sigaret, saat pemetikan yang
baik adalah pada pagi hari
antara pukul 08.00-10.00.
Permasalahan yang terjadi
dengan saat panen adalah waktu 
pemanenan daun tembakau
yang perlu disesuaikan dengan 
varietasnya. Terkadang para
pekerja kurang memperhatikan
varietas tembakau dan waktu
pemanenan yang cocok untuk
varietas tembakau tersebut.
Karena itu para pekerja harus
memperhatikan varietas
tanaman yang di tanam dan
waktu pemanenan yang cocok.
Yang perlu diperhatikan
pada saat panen
1. Pemanenan daun
tembakau harus cukup
umur, tidak terlalu muda 
dan tidak terlalu tua. 
2. Semua daun tembakau
harus diperhatikan baik
daun bagian bawah
maupun bagian atas. 
3. Para pekerja harus teliti 
dalam mengangkut
batang tembakau beserta 
daunnya agar tidak
terjadi kerusakan daun
tembakau.
4. Para pekerja harus
memperhatikan varietas
tanaman yang di tanam
dan waktu pemanenan
yang cocok.
Pemanenan adalah suatu
tahapan yang sangat penting
diperhatikan dalam
mendapatkan kualitas panenan
yang tinggi.
Adapun yang harus diperhatikan 
sebagai berikut :
1. Kematangan daun
2. Keseragaman daun
dalam proses
pemanenan
Penanganan daun hasil
panenan
Sebagian besar dari varietas
tembakau dipanen berdasarkan 
tingkat kematangan daunnya
dilakukan mulai dari daun bawah 
sampai daun atas dengan
pemetikan 2 sampai 3 daun
pada setiap tanaman dengan
interval satu minggu hingga daun 
tanaman habis.
Gambar 162 Proses
pengeringan daun
tembakau
Pascapanen
Tembakau Virginia dijual dalam 
wujud kering oven atau
pengomprongan (Curing). 
Curing merupakan proses
biologis yaitu melepaskan kadar 
air dari daun tembakau basah
yang dipanen dalam keadaan
hidup.
Curing
Selama ini di beberapa petani
ada yang berpendapat bahwa
curing adalah proses
pengeringan tembakau saja.
Tidak menyadari bahwa sel-sel
di dalam daun tersebut masih
tetap hidup setelah dipanen.
Tujuan Curing :
Sebenarnya tujuan curing adalah 
:
1. Melepaskan air daun
tembakau hidup dari
kadar air 80 -90 %
menjadi 10-15%
2. Perubahan warna dari
Zat hijau daun menjadi
warnaa orange dengan
aroma sesuai dengan
standar tembakau yang
diproses.
Untuk mendapatkan hasil
curing/omprongan tembakau
yang baik, maka daun tembakau 
itu harus sudah masak dan
seragam.
Ciri-ciri daun yang sudah masak 
adalah :
1. Warna daun sudah mulai 
hijau kekuningan dengan 
sebagian ujung dan tepi 
daun berwama coklat.
2. Wama tangkai daun hijau 
kuning, keputih-putihan.
3. Posisi daun/tulang daun
mendatar
4. Kadang-kadang pada
lembaran daun ada
bintik-bintik coklat,
sebagai lambang
ketuaan.
Hal-hal yang perlu
 diperhatikan :
Pada saat curing, yang perlu
diperhatikan juga adalah
kapasitas daun di dalam oven.
Sebagai contoh untuk oven
ukuran 4 x 4 x 7 rak sebanding 
dengan 1,8 ha, sedangkan 5 x 5 
x 7 rak maksimum 2,8 ha. Juga 
cuaca waktu proses, kalau
musim hujan harus lebih longgar 
daripada waktu musim kering. 
Pada saat panen tembakau
harus dipastikan berapa lembar 
yang harus dipetik sesuai
kapasitas oven. Daun tembakau 
yang dipetik haruslah seumur
dan posisi daun yang sama,
karena apabila umur daun dan
posisi daun berbeda, akan
sangat sulit menentukan kapan 
harus menaikkan suhu oven,
kapan harus masuk ke tahapan 
berikutnya, kapan harus buka
ventilasi dan sebagainya. 
Oleh sebab itu pengetahuan
petani dan pemetik daun harus 
benar-benar baik tentang saat
panen ini. Sebaiknya saat
menjelang panen, petani yang
bersangkutan mengumpulkan
seluruh tenaga petiknya dan
diberitahu mana yang sudah
boleh dipanen dan mana yang 
belum.
Tahapan Curing
Sebelum memulai curing harus
dipastikan bahwa seluruh
gelantang sudah tersedia dan
bebas palstik, kompor sudah
dicek kondisinya dengan
melakukan test nyala api
sebelurnnya, seluruh dinding
oven tidak ada yang berlubang, 
pintu bisa menutup rapat, pipa￾pipa tidak ada yang rusak dan 
berlubang.
Ada 4 tahapan curing, yaitu :
1. Penguningan, Proses
biologis daun ini
merupakan proses
perubahan warna dari
hijau ke warna kuning,
karena hilangnya zat
hijau daun / klorophyil ke 
zat kuning daun dan
terjadi penguraian zat
tepung menjadi gula.
Perubahan ini bisa terjadi 
pada suhu 32 s/d 42
derajat celcius. Proses ini 
harus dilakukan secara
perlahan-lahan waktu
yang diperlukan
tergantung posisi daun.
Umumnya berlangsung
selama 55 s/d 58 jam.
Pada saat ini awalnya
semua ventilasi ditutup,
baik atas maupun bawah. 
Tetapi apabila seluruh
daun sudah berwama
kuning orange ventilasi
atas dibuka 1/4 , proses 
ini sangat menentukan
terhadap hasil curing.
2. Pengikatan Warna,
Apabila seluruh daun
sudah berwama kuning
orange baik lembar daun 
maupun tulang daun,
maka secara pertiahan￾lahan suhu dinaikkan.
Pada saat proses ini
terjadi, maka apabila
daun masih berwama
hijau, maka daun tetap
akan berwama hijau,
sebaliknya apabila sudah 
berwama kuning orange
maka hasil curing akan
kuning orange. Karena
pada suhu 43-52 °C ini
terjadi pengikatan warna. 
Sehingga apabila warna
daun pada proses
penguningan belum
sempuna, maka jangan
terburu-buru menaikkan
suhu lebih dari 42°C.
Pada tahapan ini ventilasi 
dibuka secara bertahap, 
sedikit demi sedikit
sampai akhirnya dibuka
seluruhnya. Waktu yang
diperlukan kalau berjalan
sempuma umumnya
sekitar 18-19 jam.
3. Pengeringan Lembar
Daun, Proses ini
bertujuan untuk
mengurangi kadar air
didalam lembar daun
dengan cara menaikkan
suhu 53-62°C. Pada saat 
ini seluruh ventilasi
dibuka, karena air yang
keluar dari sel-sel daun
akan menjadi uap air,
yang harus dibuang
keluar oven agar tidak
kembali ke daun. Ciri-ciri
proses ini, daun sudah
terasa kering apabila
dipegang, tapi tulang
daun masih terasa basah 
daun terlihat keriput atau 
keriting waktu yang
dibutuhkan lebih kurang
30-32 jam.
4. Pengeringan Gagang
Pengeringan gagang
tembakau dilakukan pada 
suhu 63-72°C. Pada saat 
ini air yang bisa dilepas
didalam batang daun
akan dikeluarkan proses
awal tahap ini ventilasi
mulai ditutup secara
perlahan dan bertahap,
untuk menjaga
kelembaban udara tetap 
berkisar pada 32%. Ciri￾ciri tahapan ini bisa
selesai apabila seluruh
tulang daun sudah
kering, dan bila ditekuk
batangnya akan patah
dan berbunyi krek. Ini
menandakan bahwa
tahap ini berjalan baik 5-8
jam sebelum proses
berakhir, seluruh ventilasi
harus ditutup agar
kelembaban udara tetap 
terjaga. Proses ini
memerlukan waktu
normalnya 30-32 jam
jangan pernah
menaikkan suhu oven
diatas 72 C, karena
tembakau akan terbakar. 
Demikian tahapan curing yang
terjadi pada tembakau virginia
Flue Cure.
Proses ini harus dilakukan
dengan hati-hati dan penuh
pengawasan karena tembakau
yang sudah sangat baik
pertumbuhannya dilapangan,
akan sia-sia hasilnya apabila
proses curing ini tidak berjalan 
lancar.
Oleh karena itu untuk semua
oven yang aktif harus memiliki
termometer untuk memastikan
apakah setiap tahapan tersebut 
sudah berjalan baik atau belum. 
Dan juga setiap oven harus
memiliki table pedoman prosedur 
curing tembakau virginia serta
menggunakan alat
Hygrocurometer untuk mengukur 
suhu dan kelembaban udaranya
g. Klasifikasi Daun
Setiap lembar daun tembakau
dari bawah ke atas memiliki sifat 
fisik dan kimia yang berbeda. 
Dengan adanya perbedaan ini, 
maka daun-daun tembakau
dikelompokkan menjadi
beberapa kelas menurut
letaknya pada batang. 
Pengelompokan menurut letak
daun pada batang disebut
klasifikasi daun.
Dalam pengelompokan ini,
jumlah lembaran daun pada
possisinya tidak sama untuk
setiap jenis tembakau tergantung 
pada besar kecilnya perbedaan 
sifat.
Secara umum daun tembakau
dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelas.
Tembakau Cerutu
Golongan tembakau cerutu
dapat dikelompokkan menjadi
empat kelas, mulai dari bawah
ke atas , yaitu :
1. Daun pasir(zandblad)
2. Daun kaki (voetblad)
- Daun kaki
pertama (DKP)
- Daun Kaki Atas
(DKA)
3. Daun tengah/madya
(middenblad)
- Daun madya
pertama (DMP)
- Daun Madya atas 
(DMA)
4. Daun pucuk/topblad
Menurut klasifikasi diatas, untuk 
varietas tembakau vorstenland
dan varietas tembakau besuki
Na Oogst, lembaran daun kaki
merupakan lembaran daun yang 
berkualitas baik, sedangkan
yang lain berkualitas rendah
sehingga tidak perlu dipetik.
Tembakau Sigaret
Golongan tembakau sigaret
dikelompokkan menjadi empat
kelas mulai dari bawah ke atas, 
yaitu :
1) Daun pasir (lugs)
2) Daun bawah dan tengah 
(cutters)
3) Daun atas (leaf)
4) Daun pucuk (tips)
Menurut klasifikasi di
atas, untuk jenis
tembakau Virginia,
lembaran daun bawah
dan tengah (cutters)
merupakan lembaran
daun yang paling baik,
menyusul lembaran daun 
atas (leaf). Adapun
lembaran daun yang lain 
memiliki kualitas rendah.
Tembakau Rajangan
Untuk jenis tembakau rajangan 
atau tembakau asli, lembaran
daun pasir dan 1-2 lembar daun 
kaki merupakan daun yang
berkualitas baik. Daun-daun ini 
umumnya dikrosok sebagai filter 
cerutu. Lembaran daun tengah
kurang baik kualitasnya
sehingga sering digunakan untuk 
tembakau rajangan.
Permasalahan yang kadang
timbul karena klasifikasi daun ini 
yaitu adanya kebimbangan
dalam penentuan jenis daun dan 
daun-daun yang berada di
bagian bawah cenderung lebih
diperhatikan, sehingga daun
bagian atas kurang diperhatikan, 
namun tidak mudah untuk
memelihara daun-daun bagian
bawah karena beresiko tinggi
terkena percikan air/tanah
sehingga kualitas daun kurang
baik.
Karena itu diharapkan baik daun 
bagian bawah maupun bagian
atas sama-sama diperhatikan.
Teknik Budidaya Kakao
Gambar 163 Buah kakao
a.   
Tanaman Kakao merupakan
tanaman perkebunaan
berprospek menjanjikan. Tetapi
jika faktor tanah yang semakin
keras dan miskin unsur hara
terutama unsur hara mikro dan 
hormon alami, faktor iklim dan 
cuaca, faktor hama dan penyakit 
tanaman, serta faktor
pemeliharaan lainnya tidak
diperhatikan maka tingkat
produksi dan kualitas akan
rendah.
Sebagai tananam yang dalam
budidayanya memerlukan
naungan, maka walaupun telah 
diperoleh lahan yang sesuai,
sebelum penanaman kakao
tetap diperlukan persiapan
naungan. Tanpa persiapan
naungan yang baik,
pengembangan tanaman kakao 
akan sulit diharapkan
keberhasilannya.
Oleh karena itu persiapan lahan 
dan naungan, serta penggunaan
tanaman yang bernilai ekonomis 
sebagai penaung merupakan hal 
penting yang perlu diperhatikan 
dalam budidaya kakao.
b. Syarat tumbuh
Sejumlah faktor iklim dan tanah 
menjadi kendala bagi
pertumbuhan.
Lingkungan alami tanaman
kakao adalah hutan tropis.
Dengan demikian curah hujan,
suhu udara dan sinar matahari 
menjadi bagian dari faktor iklim 
yang menentukan. 
Demikian juga dengan faktor
fisik dan kimia tanah yang erat 
kaitannya dengan daya tembus 
(penetrasi) dan kemampuan
akar menyerap hara.
Ditinjau dari wilayah
penanamannya kakao ditanam
pada daerah-daerah yang
berada pada 10o
 LU sampai
dengan 10o LS. Walaupun
demikian penyebaran
pertanaman kakao secara umum 
berada diantara 7o
LU sampai
18o
LS.
Hal ini erat kaitannya dengan
distribusi curah hujan dan jumlah 
penyinaran matahari sepanjang 
tahun. Kakao juga masih toleran 
pada daerah 20o LU sampai 20o
LS.
Dengan demikian Indonesia
yang berada pada 5o
 LU sampai 
dengan 10o
 LS masih sesuai
untuk pertanaman kakao.
Ketinggian tempat
Ketinggian tempat di Indonesia 
yang ideal untuk penanaman
kakao adalah tidak lebih tinggi 
dari 800 m dari permukaan laut.
Curah Hujan
Curah hujan yang berhubungan 
dengan pertanaman dan
produksi kakao ialah
distribusinya sepanjang tahun.
Hal tersebut berkaitan dengan
masa pembentukan tunas muda
dan produksi.
Areal penanaman kakao yang
ideal adalah daerah-daerah
dengan curah hujan 1.100-3.000
mm per tahun.
Curah hujan yang melebihi 4.500 
mm per tahun tampakya
berkaitan erat dengan serangan 
penyakit busuk buah (blask
pods).
Daerah yang curah hujannya
lebih rendah dari 1.200 mm per 
tahun masih dapat ditanami
kakao, tetapi dibutuhkan air
irigasi. Hal ini disebabkan air
yang hilang karena transpirasi
akan lebih besar dari pada air 
yang diterima tanaman dari
curah hujan, sehingga tanaman 
harus dipasok dengan air irigasi. 
Di tinjau dari tipe iklimnya, kakao
sangat ideal ditanam pada
daerah-daerah yang tipenya
iklim Am (menurut Koppen) atau 
B (menurut Scmidt dan
Fergusson). Di daerah-daerah
yang tipe iklimnya C menurut
(Scmidt dan Fergusson) kurang
baik untuk penanaman kakao
karena bulan keringnya yang
panjang.
Dengan membandingkan curah
hujan diatas dengan curah hujan 
tipe Asia, Ekuator dan Jawa
maka secara umum areal
penanaman kakao di Indonesia
masih potensial untuk
dikembangkan.
Adanya pola penyebab curah
hujan yang tetap akan
mengakibatkan pola panen yang 
tetap pula.
Temperatur
Pengaruh temperatur terhadap
kakao erat kaitannya dengan
ketersedian air, sinar matahari
dan kelembaban. 
Faktor-faktor tersebut dapat
dikelola melalui pemangkasan,
penataan tanaman pelindung
dan irigasi. 
Temperatur sangat berpengaruh 
terhadap pembentukan flush,
pembungaan, serta kerusakan
daun.
Menurut hasil penelitian,
temperatur ideal bagi tanaman
kakao adalah 300
C - 320
C
(maksimum) dan 180
C-210
C
(minimum). Kakao juga dapat
tumbuh dengan baik pada
temperatur minimum 15o
 C
perbulan. Temperatur ideal
lainnya dengan distribusi
tahunan 16,60
C masih baik untuk 
pertumbuhan kakao asalkan
tidak didapati musim hujan yang 
panjang.
Berdasarkan keadaan iklim di
Indonesia temperatur 250
-260
 C
merupakan temperatur rata-rata
tahunan tanpa faktor terbatas.
Karena itu daerah-daerah
tersebut sangat cocok jika
ditanami kakao.
Temperatur yang lebih rendah
100
 C dari yang dituntut tanaman 
kakao akan mengakibatkan
gugur daun dan mengeringnya 
bunga, sehingga laju
pertumbuhannya berkurang. 
Temperatur yang tinggi akan
memacu pembungaan, tetapi
kemudian akan gugur. 
Pembungaan akan lebih baik jika 
berlangsung pada temperatur
230
 C. Demikian juga tempertur 
26o
C pada malam hari masih
lebih baik pengaruhnya terhadap 
pembungaan dari pada
temperatur 23o
-300
 C.
Temperatur tinggi selama kurun 
waktu yang panjang
berpengaruh terhadap bobot biji. 
Tempertur yang relatif rendah 
akan menyebabkan biji kakao
banyak mengandung asam
lemak tidak jenuh dibandingkan 
dengan suhu tinggi.
Pada areal tanaman yang belum 
menghasilkan kerusakan
tanaman sebagi akibat dari
temperatur tinggi selama kurun
waktu yang panjang ditandai
dengan matinya pucuk.
Daun kakao masih toleran
sampai suhu 50o
 C untuk jangka 
waktu yang pendek.
Temperaturvyang tinggi tersebut 
menyebabkan gejala necrossis
pada daun.
Sinar Matahari 
Lingkungan hidup alami
tanaman kakao ialah hutan
hujan tropis yang didalam
pertumbuhanya membutuhkan
naungan untuk mengurangi
pencahayaan penuh. 
Cahaya matahari yang terlalu 
banyak menyoroti tanaman
kakao akan mengakibatkan lilit 
batang kecil, daun sempit, dan 
batang relatif pendek.
Pemanfaatan cahaya matahari
semaksimal mungkin
dimaksudkan untuk
mendapatkan intersepsi cahaya
dan pencapain indeks luas daun 
optimum.
Kakao tergolong tanaman C3
yang mampu berfotosintesis
pada suhu daun rendah.
Fotosintesis maksimum
diperoleh pada saat penerimaan 
cahaya pada tajuk sebesar 20 
persen dari pencahayaan penuh. 
Kejenuhan cahaya didalam
fotosintesis setiap daun yang
telah membuka sempurna
berada pada kisaran 3-30
persen cahaya matahari atau 
pada 15 persen cahaya
matahari penuh.
Hal ini berkaitan pula dengan
pembukaan stomata yang lebih 
besar bila cahaya matahari yang 
diterima lebih banyak. 
Air dan hara 
Air dan hara merupakan faktor 
penentu bila mana kakao akan 
ditanam dengan sistem tanpa
tanaman pelindung sehingga
terus menerus mendapat sinar 
matahari secara penuh. 
Naungan
Pembibitan kakao
membutuhkan naungan, karena
benih kakao akan lebih lambat
pertumbuhannya pada
pencahayaan sinar matahari
penuh.
Penanaman kakao tanpa
pelindung saat ini giat diteliti
dan diamati karena berhubungan 
dengan biaya penanaman
maupun pemeliharaan. 
Penanaman dilakukan dipagi
hari pada musim hujan tenyata 
lebih baik hasilnya kalau
sore/malam harinya hujan turun 
dibandingkan dengan jika hujan
yang turun 2 hari kemudian. 
Dengan demikian, air dan hara 
memang merupak faktor
penentu bila mana cahaya
matahari dimanfaatkan
semaksimal mungkin bagi
pertanaman kakao.
Tanah
Kakao dapat tumbuh pada
berbagai jenis tanah, asalkan
persyaratan kimia dan fisik
yang berperan dalam
pertumbuhan dan produksi
tanaman kakao terpenuhi. 
Kemasaman tanah, kadar zat
organik, unsur hara, kapasitas
adsorbsi, dan kejenuhan basa 
merupakan sifat kimia yang
perlu diperhatikan, sementara
faktor fisiknya adalah
kedalaman efektif, tinggi
permukan air tanah, drainse,
struktur dan konsesntensi tanah. 
Selain itu kemiringan lahan juga 
merupakan sifat fisik yang
mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi kakao.
Sifat kimia
Tanaman kakao dapat tumbuh
dengan baik pada tanah yang
memiliki kemasaman pH 6-7.5
tidak lebih tinggi dari 8, serta
tidak lebih rendah dari 8.
Bahan organik tanah
Kadar zat organik yang tinggi
akan meningkatkan laju
pertumbuhan pada masa
sebelum panen. Untuk itu zat
organik pada lapisan tanah
setebal 0-15 cm sebaiknya lebih 
dari 3 persen. Kadar tersebut 
setara dengan 1.75 persen
unsur karbon yang dapat
menyediakan hara dan air serta
struktur tanah yang gembur.
Untuk meningkatkan kadar zat
organik dapat dipergunakan
serasah sisa pemangkasan
maupun pembenaman kulit buah 
kakao. 900 kg kulit buah kakao
memberikan hara 28 gram urea, 
9 kg P, 56.6 kg Mo dan 8 Kg 
kiserit.
Sebaiknya tanah-tanah yang
hendak ditanam kakao paling
tidak juga mengandung kalsium 
lebih besar dari 8 me per 100 
gram contoh tanah da kalsium 
lebih besar dari 0.24 me per 100 
gram pada kedalaman 0-15 cm.
Sifat fisik
Tekstur tanah yang baik untuk 
tanaman kakao adalah lempung 
liat berpasir dengan komposisi
30-40 persen fraksi liat, 50
persen pasir dan 10-20 persen 
debu. Susunan demikian akan
mempengaruhi ketersediaan air 
dan hara serta aerasi tanah.
Struktur tanah yang remah
dengan agregat dapat
menciptakan gerakan air dan
udara didalam tanah sehingga 
menguntungkan bagi akar.
Tanah tipe latasol yang memiliki 
fraksi liat yang tinggi ternyata 
sangat kurang menguntungkan
bagi tanaman kakao,
sedangkan tanah regosol
dengan lempung berliat
walaupun mengandung kerikil
masih baik bagi tanaman kakao.
Tanah yang baik drainasenya
dengan struktur lempung berliat 
serta lapisan atas yang kaya
akan baha organik cocok sekali 
bila ditanami kakao. Dengan
demikian, tanah-tanah pantai
berstekstur liat masih baik
ditanami kakao.
Dari hasil penelitian dapat
diketahui bahwa pupuk nitrogen
yang diberikan pada tanah
demikian akan sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan 
tanaman kakao.
Kedalaman tanah
Disamping faktor fisik diatas,
kakao juga menginginkan solum 
tanah minimal 90 cm. Walaupun 
ketebalan solum tidak selaulu
medukung pertumbuhan, tetapi
solum tanah setebal itu dapat
dijadikan pedoman umum untuk 
mendukung pertumbuhan kakao.
Kedalaman efektif terutama
ditentukan oleh sifat tanah,
apakah mampu menciptakan
kondisi yang menjadikan akar
bebas berkembang. Karena itu, 
kedakaman efektif dapat
berkaitan juga dengan air tanah 
yang mempengaruhi aerasi
dalam rangka pertumbuhan dan 
serapan hara. Untuk itu
kedalaman air tanah yang yang 
disarankan minimal 3m. 
Faktor kemiringan lahan sangat 
menentukan kedalaman air
tanah. Semakin miring suatu
areal, semakin dalam pula air 
tanah yang dikandungnya.
Pembuatan teras pada lahan
yang kemiringanya 8 persen dan 
25 persen, masing-masing
dengan lebar 1m dan 1.5 m.
Sedangkan lahan yang
kemiringannaya lebih dari 40
persen sebaiknya tidak
ditanamai kakao. Disamping
faktor terbatasnya air tanah, hal 
itu juga didasarkan atas
kecenderungan yang tinggi
tererosi.
Kriteria tanah
Tanah yang digunakan untuk
pertanaman kakao dapat
dikelompokkan manjadi 4
kelompok berdasarkan sifat fisik 
dan kimianya. 
Keempat kelompok tersebut
adalah:
- tanah-tanah yang sesuai
- cukup sesuai
- kurang sesuai
- tidak sesuai 
Dengan menetapkan sebaran
tingkat pembatas sifat fisik dan 
kimia tanah, penerapan kriteria
tanah tersebut dapat dijadikan
pedoman umum bagi rencana 
penanaman suatu areal apakah 
sesuai atau tidak bagi
pertanaman kakao.
c. Pohon Pelindung
Penanaman pohon pelindung
sebelum penanaman kakao
bertujuan mengurangi
intesnsitas sinar matahari
langsung. Bukan berarti bahwa 
pohon pelindung tidak
menimbulkan masalah yang
menyangkut biaya, sanitasi
kebun, kemungkinan serangan
hama dan penyakit, atau
kompetisi hara dan air.
Karena itu, jumlah pemeliharaan 
untuk meniadakan pohhon
pelidung pada areal penanaman
kakao saat ini sedang dilakukan. 
Penanaman pohon kakao secara 
rapat atau pengurangan pohon
pelindung secara bertahap,
misalnya, merupakan upaya
meniadakan pohon pelindung
itu.
Manfaat Pohon Pelindung
Melindungi daun
Pohon pelindung sangat
berpengaruh pada terhadap
kadar gula pada batang dan
cabang kakao. Pengaruh itu
mengisyaratkan perlunya pohon 
pelindung pada areal
penanaman yang sebagai faktor 
yang secara tidak langsung
mempengaruhi proses fisiologis. 
Ditinjau dari kemampuan
menyerap sinar matahari
sebagai sumber energi, kakao
masuk kedalam tanaman C3,
yaitu tanaman yang mampu
berfotosintesis pada suhu daun 
rendah. Tanaman yang
tergolong C3 membutuhkan
temperatur optimum 10-25o
C.
Dengan demikian dengan
adanya pohon pelidung
terutama akan mempengaruhi
kemampuan daun kakao
melakukan proses fisiologis.
Menciptakan Iklim Mikro
Disamping itu, pohon pelidung
terutama pada areal yang belum 
menghasilkan memainkan
peranan penting pula dalam
menciptakan iklim mikro yang
lembab.
Menghindari pencucian hara
Pohon pelidung juga berperan
dalam memperbaiki unsur tanah, 
mengembalikan hara tercuci,
dan menahan terpaan angin
terutama pada kakao yang
belum menghasilkan. 
Memperbaiki Struktur tanah
Peranannya sebagai
memperbaiki struktur tanah
dikarenakan sistem perakaran
pohon pelindung umunya dalam. 
Pengembalian hara yang tercuci 
bisa terjagi karena adanya
guguran daun tanaman
pelindung yang akan melapuk
membentuk senyawa organik. 
Kerugian Pohon pelindung
Tetapi seperti disebut diatas
pohon pelindung juga dapat
memberikan pengaruh yang
merugikan.
Kerugian itu berkaitan dengan
perbandingan biaya penanaman 
dan pemeliharaan dengan
peranannya sebagai
peningkatan produksi, terutama
bagi tanaman yang
menghasilkan. Hasil dari
beberapa penelitian telah
dibuktikan bahwa tanpa pohon
pelindung kakao akan
menghasilkan buah lebih banyak 
dari pada kakao yang ada pohon 
pelindungnya.
Kakao tanpa pohon pelindung 
yang diberi pupuk menghasilkan 
biji kering yang lebih tinggi dari 
pada kakao yang dibei pohon
pelindung atau tanpa pupuk.
Hasil penelitian itu
mengindikasikan bahwa kakao
yang telah menghasilkan pada
hakikatnya mampu menciptakan 
iklim mikro sesuai dengan
kebutuhanya. Tajuk yang saling 
bertemu akan membatasi
intensitas matahari langsung
kesebagian besar daun.
Kerugian lainya dari adanya
pohon pelindung adalah
timbulnya persaingan dalam
mendapatkan air dan hara
antara tanaman pelindung
dengan kakao tersebut. 
Persaingan dalam mendapatkan 
air dan hara akan sangat tajam 
terutama pada pohon pelindung 
yang ditanam lebih rapat dengan 
kakao yang baru ditanam
dilapangan.
Kerugian bisa juga timbul
mengingat pohon pelindung
punya kemungkinan menjadi
inang hama Helopeltis sp,
seperti tanaman pelindung
Accasia decurens dan Albissia
chinensis.
Jenis pohon pelindung
Pada arel penanaman kakao
ada dua jenis pohon pelindung, 
yaitu:
- Pohon pelindung
sementara
- Pohon pelindung tetap
Pohon pelidung sementara
berfungsi bagi tanaman yang
telah mulai menghasilkan. 
Untuk menetapkan pohon
pelindung yang hendak ditanam 
maka hal-hal yang berkaitan
dengan morfologi daun, letak
kedududkan daun, ukuran tipe
daun, tipe percabangan maupun 
ketahan akan hama penyakit,
serta sifatnya didalam
penyerapan air dan hara patut 
diperhatikan.
Bila memungkinkan, pohon
pelindung sebaiknya juga
dimanfaatkan segi ekonomisnya 
seghingga areal penanaman
kakao dan pohon pelindungnya 
mempunyai nilai tambah. 
Pemilihan pohon pelindung
kakao dengan kriteria:
- Mudah dan cepat
tumbuhnya, percabangan 
dan daunnya
memberikan
perlindungan yang baik
- Tidak mengalami masa
gugur daun pada musim 
tertentu
- Mampu tumbuh dengan
baik pada tanah-tanah
kurang subur dan tidak
bersaing dalam hal
kebutuhan akan air dan 
hara
- Tidak mudah terserang
hama dan penyakit
- Tidak menjadi inang
hama dan penyakit
- Tahan akan angin, dan
mudah
memusnahkannya, jika
sewaktu-waktu tidak
dipakai lagi 
Pohon pelindung sementara
yang umum digunakan ialah:
- Maghonia macrophylla
- Albizzi falcata
- Ceiba petranda.
Pada areal penanaman kakao,
singkong, dan pisang sering juga 
digunakan sebagai pohon
pelindung sementara. Akan
tetapi keduanya memiliki
persaingan akan hara dan air
yang sangat tinggi.
Saat ini pohon pelindung yang 
sering gunakan ialah hasil
okulasi antara Leucaene glauca 
sebagai batang bawah dan
Leucaene glabrata sebagai
batang atas. Hasil okulasi ini
tidak menghasilkan biji sehingga 
tidak mengotori kebun. Pohon 
okulasi itu dikenal dengan L2,
L19 dan L21. 
Kekhawatiran penanaman pohon 
pelindung jenis lamtaro akhir￾akhir ini berkaitan dengan
ditemukannya hama kutu loncat 
(Heteropsylla sp) pada habitat
tanaman tersebut. Serangannya
dapat mengakibatkan pohon
pelindung gundul sehingga
kehilangan fungsinya. 
Bikultur & Penjarangan Pohon 
Pelindung
Penanaman kakao pada areal
tanaman perkebunan non
kakao sering dilakukan. Hal ini 
berdasarkan atas pemanfaatan
tanaman perkebunan non kakao
tersebut sebagai pohon
pelindung bagi kakao.
Penanaman kakao diantara
barisan kelapa sawit pada awal 
pertumbuhannya memberikan
hasil yang baik, tetapi masa
berbunga dan pertumbuhan
selanjutnya menjadi tertekan. 
Penanam kakao secara bikultur 
sebaiknya pada areal tanaman
kelapa. Kelapa ditanam berjarak 
9m x 9m (123 pohon per ha)
atau 10.5 m x 10.5m (91 pohon 
per ha), sedangkan, kakao
ditanam diantara dua baris
kelapa dengan jarak tanam 3m x
3m (650 pohon per ha). 
Penanaman kakao diantara
tanaman kelapa tersebut
dilakukan setelah tanaman
kelapa berumur 5 tahun.
Sisem bikultur lainnya bagi
kakao dapat juga diterapakan
pada areal tanaman karet, kapuk 
atau kopi. Penanaman demikian 
memerlukan pemeliharaan yang 
lebih intensif lagi karena
menyangkut pengelolaan dua
tanaman sekaligus yang sama–
sama memberikan keuntungan
ekonomi.
Penjarang pohon pelindung
pada areal tanaman kakao yang 
telah menghasilkan dapat
dilakukan sebagai salah satu
usaha mengurangi kerugian atau 
biaya yang telah ditimbulkan
pohon pelindung.
Yang penting diperhatikan dalam 
melakukan penjarangan pohon
pelindung adalah jenis tanaman 
pelindung, umur tanaman kakao,
faktor tanah, dan iklim.
Jadwal Pekerjaan
Pembersihan untuk penanaman
kakao memerlukan jadwal
pekerjaan yang mantap, karena 
pekerjaan ini menyangkut pula
penanaman pohon pelindung
tetap dan pohon pelindung
sementara yang harus ditanam
terlebih dahulu. Jadwal
pekerjaan pembersihan areal
hendaknya dengan
memeperhitungkan keadaan
musim, sehingga baik
pembakaran kayu-kayu maupun 
pembibitan tanaman pohon
pelindung tetap, pembibitan
kakao, ataupun penanamannya 
dilapangan tidak sia-sia.
Pembakaran sisa-sisa kayu
pada musim hujan atau
penanaman pohon kakao pada 
musim kemarau adalah salah
satu contoh kekeliruan jadwal
pekerjaan.
Pohon pelindung hendaknya
ditanam 12-18 bulan sebelum
penanaman kakao dilapangan.
Hal ini juga mengisyaratkan
bahwa kakao harus sudah
dibibitkan 4-6 bulan sebelumnya. 
Waktu diatas didasarkan pada
perkiraan waktu yang dibutuhkan 
pohon pelindung tetap dan
pohon pelindung sementara
untuk tumbuh sehingga dapat
berfungsi dengan baik. 
d. Pedoman Budidaya
Pembersihan Areal
Pembersihan areal dilaksanakan 
mulai dari tahap
survai/pengukuran sampai tahap 
pengendalian ilalang.
Pelaksanaan survai/ pengukuran 
biasanya berlangsung selama
satu bulan. 
Pada tahap ini, pelaksanaan
pekerjaan meliputi pemetaan
topografi, penyebaran jenis
tanah, serta penetapan batas
areal yang akan ditanami. Hasi 
survai akan sangat penting
artinya untuk tahapan pekerjaan 
lain , bahkan dalam hal
penanaman dan pemeliharaan
kakao.
Tahap selanjutnya dari
pembersihan areal adalah
tebas/babat. Pelaksanaan
pekerjaan pada tahap ini adalah 
dengan membersihkan semak
belukar dan kayu-kayu kecil
sedapat mungkin ditebas rata
dengan permukaan tanah, lama 
pekerjaan ini adalah 2-3 bulan 
baru kemudian dilanjutkan
dengan tahap tebang . 
Tahap berikut ini dilaksanakan
selama 3-4 bulan, dan
merupakan tahap yang paling
lama dari semua tahap
pembersihan areal. Bila semua
pohon telah tumbang
tumbangan itu biarkan selama 1-
1,5 bulan agar daun kayu
mengering.
Areal yang telah bebas dari
semak belukar, kayu-kayu kecil, 
dan pohon besar, apalagi bila
baru dibakar, biasanya cepat
sekali menumbuhkan ilalang.
Seperti diketahui, ilalang
merupakan gulma utama dari
areal pertanian. Karena itu,
pengendaliannya harus
dilaksanakan sesegera mungkin, 
sehingga sedapat mungkin areal 
telah bebas dari ilalang saat
penanaman pohon pelindung. 
Pengendalian ilalang dapat
dilakukan secara manual,
kimiawi, maupun mekanis
dengan mempertimbanhkan luas 
areal, ketersedian tenaga kerja, 
waktu, cuaca, penyaluran bahan 
dan biaya. Tahap pengendalian 
ilalang ini dapat dilasanakan
selama 2-3 bulan. 
Persiapan areal 
Pembersihan areal sering juga
diakhiri dengan tahap
pengolahan tanah. Pengolaan
tanah biasanya dilaksanakan
secara mekenis. 
Pengolahan tanah selain dinilai 
mahal, juga dapat mempercepat
pengikisan lapisan tanah atas. 
Penanaman tanaman penutup
tanah
Untuk mempertahankan lapisan 
atas tanah dan menambah
kesuburan tanah, pembersihan
areal terkadang diikuti dengan
tahap penanaman tanaman
penutup tanah.
Tanaman penutup tanah
biasanya adalah jenis kacang￾kacangan antara lain
Centrosema pubescens,
Colopogonium mucunoides,
Puerarai javanica atau
Pologonium caeruleum.
Biji dapat ditanam menurut cara 
larikan atau tugal, bergantung
pada ketersediaan biji dan
tenaga kerja. 
Jarak tanam kacang-kacangan
biasanya disesuaikan dengan
jarak tanam kakao yang hendak 
ditanam. Jika jarak tanam kakao
3 x 3 m maka terdapat 3 baris 
kacang-kacangan diantara
barisan kakao.
Bila jarak tanam kakao 4.2 x 2.5 
maka akan terdapat dua barisan 
kacangan dengan jarak 1.2 m.
Biji ditanam dengan
mempergunakan tugal 
Jarak tanam
Jarak tanam yang ideal bagi
kakao adalah jarak yang sesuai 
dengan perkembangan bagian
tajuk tanaman serta cukup
tersedianya ruang bagi
perkembangan akar. 
Pemilihan jarak tanam erat
kaitannya dengan sifat
pertumbuhan tanaman, sumber
bahan tanam, dan kesuburan
tanah.
Kakao dengan bahan tanaman
Sca 6 misalnya membutuhkan
ruang pertumbuhan tajuk yang
lebih kecil dibandingkan dengan 
klon lainnya. 
Dengan kata lain jarak tanam
tergantung dari luasan tajuk
yang akan dibentuk tanaman. 
Masing-masing klon kakao
berbeda dalam bentuk tajuknya.
Pada tanah dengan kandungan 
hara (kesuburan) yang rendah
maka jarak tanam yang
digunakan lebih lebar,
sedangkan pada tanah yang
subur jarak tanamnya dapat
dirapatkan.

Pola Tanam
Kakao dapat ditanam dibarisan
kelapa, kelapa sawit, atau juga 
karet sebagai tanaman
intercropping.
Kakao juga dapat ditanam
diantara barisan pisang atau
singkong yang berfungsi sebagi 
pohon pelindung sementara.
Pola tanam yang diterapkan
pada areal demikian umumnya
menyesuaikan pola tanam
terdahulu.
Untuk mendapatkan areal
penanaman kakao yang sebaik￾baiknya dianjurkan untuk
menetapkan pola tanam terlebih 
dahulu.
Pola tanam erat kaitannya
dengan:
- keoptimuman jumlah
pohon per ha
- keoptimuman pohon
pelindung
- meminimumkan kerugian 
yang timbul pada nilai
kesuburan tanah. 
Ada empat pola yang dinjurkan 
adalah:
1. Pola tanam kakao segi
empat, pohon pelindung
segi empat.
2. Pola tanam kakao
berpagar ganda, pohon
pelindung segi tiga.
3. Pola tanam kakao
berpagar ganda, pohon
pelindung segi empat.
Pola Tanam Segi empat
Pada pola tanam segi empat
pohon pelindung segi empat
tidak terdapat jarak antar dua 
barisan pohon kakao. Seluruh
areal ditanami menurut jarak
tanam yang ditetapkan. 
Pohon pelindung berada tepat
berada pertemuan diagonal
empat pohon kakao.
Pada pola tanam segi empat
pohon pelindung segi tiga juga 
sama.
Perbedaannya terletak pada
letak pohon pelindung diantara
dua gawangan dan dua barisan 
yang membentuk segi tiga sama 
sisi.
Pola berpagar ganda
Pada pola tanam berpagar
ganda, beberapa berisan pohon 
kakao dipisahkan dua kali jarak 
tanam yang telah ditetapkan
dengan beberapa barisan pohon 
kakao berikutnya. Dengan
demikian terdapat ruang diantara 
barisan kakao yang bisa
dimanfaatkan sebagai jalan
untuk pemeliharaan. Sedangkan 
pohon pelindung segi tiga dan 
segi empat sama polanya
dengan pola pohon pelindung
terdahulu
Penanaman dan pemeliharaan
Bila jarak tanam dan pola tanam 
telah ditetapkan dan keadaan
pohon pelindung tetap telah
memenuhi syarat sebagi
penaung,dan bibit dalam
polybag telah berumur 4-6 bulan 
dan tidak dalam keadaab flush, 
maka penanaman sudah dapat
dilaksanakan.
Rencana penanaman
hendaknya diiringi pula dengan 
rencana pemeliharaan sehingga 
bibit yang ditanam tumbuh
dengan baik untuk jangka waktu 
yang cukup lama.
Penanaman
Dua minggu sebelum
penanaman. Lebih dahulu
disiapkan lubang tanah
berukuran 40cm x 40cm x40cm 
atau 60cm x 60cm, bergantung 
pada ukuran polybag. Lubang
kemudian ditaburi 1 kg pupuk
Agrophos dan ditutupi lagi
dengan serasah. Pemberian
pupuk tersebut dimaksudkan
untuk menyediakan hara bagi
bibit yang akan ditanam
beberapa minggu kemudian.
Berikan pupuk kandang yang
dicampur dengan tanah (1:1)
ditambah pupuk TSP 1-5 gram 
per lubang
Bibit yang hendak ditanam
sebaiknya tidak terlalu sering
dipindahkan dari suatu tempat
ketempat lain. Untuk itu
diperlukan tempat pengumpulan
polybag, misalnya untuk setiap 
50 lubang disediakan suatu
tempat pengumpulan bibit.
Dengan menyangga polybag ke 
lubang penanama maka mutu
bibit akan jauh lebih terjamin.
Teknik penanamannya adalah
dengan terlebih dahulu
memasukkan polybag kedalam
lubang tanam, setelah itu
dengan menggunakan pisau
tajam polybag disayat dari
bagian bawh ke arah atas.
Polybag yang terkoyak dapat
dengan mudah ditarik dan
lubang ditutup kembali dengan
tanah galian. Pemadatannya
dilaksanakan dengan bantuan
kaki. Tetapi disekitar batang
dipermukaan tanah haruslah
lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan 
untuk mencegah penggenangan 
air disekitar batang yang dapat 
menyebabkan pembusukan.
Bibit yang baru ditanam
dilapangan peka akan sinar
matahari. Bila tersedia tenaga
dan bahan yang cukup, bibit
dapat diberi naungan sementara
dengan menancapkan pelepah
kelapa sawit atau kelapa
disebelah timur dan barat.
Pemangkasan
Selama masa tanaman belum
menghasilkan pemeliharaan
ditunjukkan kepada
pembentukan cabang yang
seimbang dan pertumbuhan
vegetatig yang baik. Disamping
itu, pemangkasan pohoh
pelindung tetap juga
dilaksanakan agar percabangan 
dan dedaunnya tumbuh tinggi
dan baik. Sedangkan pohon
pelindung sementara dipangkas 
dan akhirnya dimusnahkan
sejalan dengan pertumbuhan
kakao. Pohon pelindung
sementara yang dibiarkan akan 
membatasi pertumbuhan kakao,
karena menghalangi sinar
matahari serta menimbulkan
persaingan denagn tanaman
utama dalm mendapatkan air
dan hara.
Pemangkasan pohon 
pelindung sementara
Pohon pelindung sementara
harus dipangkas agar tidak
menutupi tanaman kakao.
Caranya adalah dengan
merumpisnya dengan
menggunakan pisau babat
tajam. Pohon pelindung
sementara harus tidak lebih
tinggi dari 1,5 m agar tanaman 
kakao mendapatkan sinar
matahari yang sesuai dengan
pertumbuhannya. Siasa
pemangkasan diletakkan
dipinggiran tanaman kakao agar 
dapat menekan pertumbuan
gulma dan menjadi sumber
hara.
Sesuai dengan umur kakao,
pohon pelindung sementara
dipangkas semakin rendah. Bila 
percabangan kakao telah
tumbuh kearah samping dan
dedaunnya sudak cukup lebat,
pohon pelindung sementara
biasanya tidak tumbuh lagi.
Pohon pelindung sementara
yang masih hidup harus
dimusnahkan, kecuali yang
tumbuh di pinggiran jalan utama 
kebun, yang kelak berfungsi
sebagai pagar bagi kakao.
Pemangkasan pohon
pelindung tetap
Pohon pelidung tetap dipangkas 
agar dapat berfungsi dalam
jangka waktu yang lama.
Pemangkasan dilakukan
terhadap cabang-cabang yang
tumbuh rendah dan lemah.
Dengan pemangkasan
diharapakan paling tidak cabang 
terendah pohon pelindung akan
berjarak lebih 1 m dari tajuk
tanaman kakao. Mengingat
pohon pelindung tetap dapat
diperbanyak dengan cara
vegetatif, maka cabang yang
dipangkas dapt digunakan
sebagai bibit stek batang untuk 
areal tertentu yang pohon
pelindung nya telah mati. 
Disamping itu pemeliharaan juga 
dilaksanakan dengan
memusnahkan pohon pelindung 
sementara sejauh 50 cm dari
batang pohon pelindung tetap.
Dengan demikian
pertumbuhannya tidak terhalang 
dan penyebaran tajuk juga
merata.
Untuk pohon pelindung tetap
yang mempunyai dua cabang
utama sejak awal pertumbuhan 
sehingga dibiarkan tumbuh
sampai satu tahun. Setelah itu 
satu cabang harus dipotong agar 
tidak memberikan naungan yang 
terlalu gelap bagi kakao.
Pemangkasan kakao
Bagi tanaman kakao,
pemangkasan adalah suatu
usaha meningkatkan produksi
dam memepertahankan umur
ekonomis tanaman. Secara
umum, pemangkasan bertujuan 
untuk:
- Mendapatkan
pertumbuhan tajuk yang
seimbang dan kukuh.
- Mengurangi kelembapan
sehingga aman dari
serangan hama dan
penyakit.
- Memudahkan
pelaksanaan panen dan
pemeliharaan.
- Mendapatkan produksi
yang tinggi .
Pemangkasan bentuk
Pada tanaman kakao yang
belum menghasilkan (TBM),
setelah umur 8 bulan perlu
dilaksanakan pemangkasan. 
Pemangkasan demikian disebut 
pemangkasan bentuk. Sekali
dua minggu tunas-tunas air
dipangkas dengan cara
memotong tepat dipangkal
batang utama atau cabang
primer yang tumbuh. 
Sebanyak 5-6 cabang dikurangi 
sehinnga hanya tinggal 3-4
cabang saja. Cabang yang
dibutuhkan adalah cabang yang 
simetris terhadap batang utama, 
kukuh, dan sehat. Tanaman
yang cabang-cabang primernya 
terbuka, sehingga jorket
langsung terkena sinar matahari, 
sebaiknya diikat melingkar agar 
pertumbuhannya membentuk
sudut lebih kecil terhadap batang 
utama atau tajuk menjadi lebih 
ramping.
Kadang-kadang dilakukan juga
pemangkasan terhadap cabang
primer yang tumbuhnya lebih
dari 150 cm. Hal ini bertujuan 
untuk merangsang tumbuhanya 
cabang-cabang sekunder. Untuk 
bibit vegetatif, pemangkasan
TMB dilaksanakan agar cabang 
yang tumbuh tidak rendah.
Pemangkasan bentuk
dilaksanakan dalam selang
waktu dua bulan sekali selama
masa TBM.
Bentuk pemangkasan yang
bertujuan untuk menggantikan
cabang yang patah karena angin 
atau tertimpa cabang pohon
pelindung tetap dapat juga
dimasukkan kedalam
pelaksanaan pemangkasan
pemeliharaan.
Oleh sebagian perkebunan,
pemangkasan tersebut
dinamakan pemangkasan
rehabilitasi yang dilaksanakan
dengan memelihara chupon
pada ketinggian 25 cm dari
jorket.
Pemangkasan Produksi
Bentuk pemangkasan yang lain 
adalah pemangkasan produksi.
Pada pemangkasan ini cabang￾cabang yang tidak produktif,
tumbuh kearah dalam,
menggantung, atau cabang
kering, menambah kelembapan, 
dan dapat mengurangi intensitas 
matahari bagi daun.
Pemangkasan Pemeliharaan
Disamping pemangkasan
bentuk, dikenal juga
pemangkasan pemeliharaan
yang lebih mengutamakan
keseimbangan cabang primer.
Chupon harus dipangkas dalam 
selang waktu dua minggu sekali. 
Karena bila dibiarkan tumbuh
akan menyerap hara semata￾mata dan menjadi inang
beberapa hama. 
Pemangkasan pemeliharaan
dilakukan dengan cara
memotong cabang-cabang
sekunder dan tersier yang
tumbuhnya kurang dari 40 cm
dari pangkal cabang perimer
ataupun sekunder. 
Cabang-cabang demikian bila
dibiarkan tumbuh akan
membesar sehingga semakin
menyulitkan ketetapan
pemangkasan. Disamping itu
pemangkasan semakin sukar
dilaksanakan dan semakin
merugikan tanaman kakao
tersebut.
Pengendalian Hama & Penyakit
Hama
a. Ulat Kilan (Hyposidea
infixaria; Famili : Geometridae ),
menyerang pada umur 2-4
bulan. Serangan berat
mengakibatkan daun muda
tinggal urat daunnya saja.
Pengendalian dengan Pestona
dosis 5-10cc/liter.
b. Ulat Jaran / Kuda ( Dasychira 
inclusa, Familia : Limanthriidae )
Ulat ini ada bulu-bulu gatal pada 
bagian dorsalnya menyerupai
bentuk bulu (rambut) pada leher 
kuda, terdapat pada marke 4
dan 5 berwarna putih atau hitam, 
sedang ulatnya coklat atau
coklat kehitam-hitaman.
Pengendalian: dengan musuh
alami predator Apanteles
mendosa dan Carcelia spp, atau 
dengan bahan kimia. 
c. Parasa lepida dan Ploneta
diducta (Ulat Srengenge)
Serangan dilakukan silih
berganti karena kedua species 
ini agak berbeda siklus hidup
maupun cara meletakkan
kokonnya, sehingga masa
berkembangnya akan saling
bergantian.
Serangan tertinggi pada daun
muda, kuncup yang merupakan 
pusat kehidupan dan bunga
yang masih muda. 
Siklus hidup Ploneta diducta 1 
bulan, Parasa lepida lebih
panjang dari pada Ploneta
diducta.
d. Kutu - kutuan (Pseudococcus
lilacinus)
Kutu berwarna putih. Simbiosis
dengan semut hitam. 
Gejala serangan
Infeksi pada pangkal buah di
tempat yang terlindung,
selanjutnya perusakan ke bagian 
buah yang masih kecil, buah
terhambat dan akhirnya
mengering lalu mati. 
Pengendalian:
Tanaman terserang dipangkas
lalu dibakar, dengan musuh
alami predator; Scymus sp,
Semut hitam, parasit
Coccophagus pseudococci atau
mempergunakan bahan kimia
.
e. Helopeltis antonii,
Hama ini menusukkan ovipositor 
untuk meletakkan telurnya ke
dalam buah yang masih muda, 
jika tidak ada buah muda hama 
menyerang tunas dan pucuk
daun muda. Serangga dewasa
berwarna hitam, sedang
dadanya merah, bagian
menyerupai tanduk tampak
lurus.
Ciri serangan:
Kulit buah ada bercak-bercak
hitam dan kering, pertumbuhan 
buah terhambat, buah kaku dan 
sangat keras serta jelek
bentuknya dan buah kecil kering 
lalu mati. 
Pengendalian:
Pengendalian dilakukan dengan 
bahan kimia dan sanitasi lahan, 
dan pembuangan buah yang
terserang.
f. Kakao Mot ( Ngengat Buah ),
Acrocercops cranerella (Famili ; 
Lithocolletidae).
Buah muda terserang hebat,
warna kuning pucat, biji dalam 
buah tidak dapat mengembang
dan lengket. 
Pengendalian:
Sanitasi lingkungan kebun,
menyelubungi buah coklat
dengan kantong plastik yang
bagian bawahnya tetap terbuka 
(kondomisasi), pelepasan musuh 
alami semut hitam dan jamur
antagonis Beauveria bassiana
(BVR) dengan cara
disemprotkan.
Penyakit
Penyakit Busuk Buah 
(Phytopthora palmivora)
Gejala serangan:
Dari ujung buah atau pangkal
buah nampak kecoklatan pada
buah yang telah besar dan buah 
kecil akan langsung mati. 
Pengendalian
Membuang buah terserang dan
dibakar, pemangkasan teratur.
Jamur Upas (Upasia
salmonicolor),
Penyakit ini menyerang batang 
dan cabang. 
Pengendaliannya
Kerok dan olesi batang atau
cabang terserang dengan
pestisida nabati atau kimia,
pemangkasan teratur, serangan
yang berkelanjutan dipotong lalu 
dibakar.
Catatan : Jika pengendalian
hama penyakit dengan
menggunakan pestisida alami
belum mengatasi dapat
dipergunakan pestisida kimia
yang dianjurkan. Agar
penyemprotan pestisida kimia
lebih merata dan tidak mudah
hilang oleh air hujan tambahkan 
surfaktan.
Panen
Saat petik persiapkan rorak￾rorak dan koordinasi pemetikan. 
Pemetikan dilakukan terhadap
buah yang masak tetapi jangan 
terlalu masak. 
Potong tangkai buah dengan
menyisakan 1/3 bagian tangkai 
buah. Pemetikan sampai
pangkal buah akan merusak
bantalan bunga sehingga
pembentukan bunga terganggu
dan jika hal ini dilakukan terus 
menerus, maka produksi buah
akan menurun. 
Buah yang dipetik umur 5,5 - 6 
bulan dari berbunga, warna
kuning atau merah. Buah yang
telah dipetik dimasukkan dalam 
karung dan dikumpulkan dekat
rorak.
Pemetikan dilakukan pada pagi 
hari dan pemecahan siang hari. 
Pemecahan buah dengan
memukulkan pada batu hingga 
pecah. Kemudian biji dikeluarkan 
dan dimasukkan dalam karung, 
sedang kulit dimasukkan dalam 
rorak yang tersedia.
Pengolahan Hasil
Fermentasi
Tahap awal pengolahan biji
kakao. Bertujuan mempermudah 
menghilangkan pulp,
menghilangkan daya tumbuh biji, 
merubah warna biji dan
mendapatkan aroma dan cita
rasa yang enak.
Pengeringan
Pengeringan biji kakao yang
telah difermentasi dikeringkan
agar tidak terserang jamur
dengan sinar matahari langsung 
(7-9 hari) atau dengan kompor
pemanas suhu 60-700C (60-100
jam). Kadar air yang baik kurang 
dari 6%.
Sortasi
Untuk mendapatkan ukuran
tertentu dari biji kakao sesuai
permintaan. Syarat mutu biji
kakao adalah tidak terfermentasi 
maksimal 3 %, kadar air
maksimal 7%, serangan hama
penyakit maksimal 3 % dan
bebas kotoran.
TEKNIK BUDIDAYA
KELAPA SAWIT
Gambar 164 Buah kelapa sawit
a.   
Kelapa sawit telah menjadi
komoditi subsektor perkebunan
yang memiliki peranan penting
bagi perekonomian Indonesia.
prospek usaha yang cerah, harga 
produk yang kompetitif, dan
indsustri berbasis kelapa sawit
yang beragam dengan skala
usaha yang fleksibel, telah
menjadikan banyak perusahaan
dalam berbagai skala maupun
petani yang berminat untuk
membangun industri kelapa sawit 
mulai dari kebun hingga hilir. 
Keberhasilan suatu usaha
perkebunan kelapa sawit
ditentukan oleh faktor bahan
tanaman atau bibit yang memiliki 
sifat yang unggul dan teknik
budidayanya. Bibit yang unggul
akan menjamin pertumbuhan
yang baik dan tingkat produksi
yang tinggi apabila perlakuan
dilakukan secara optimal. 
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
jacq) adalah salah satu jenis
tanaman dari famili palma yang
menghasilkan minyak nabati yang 
dapat dimakan (edible oil). Selain 
dari kelapa sawit, minyak nabati 
juga dapat diperoleh dari tanaman 
kelapa, kacang kedelai, bunga
matahari, kacang tanah, dan
lainnya.
Dari sekian banyak tanaman yang 
menghasilkan minyak dan lemak, 
kelapa sawit adalah tanaman
yang produktifitas menghasilkan
minyak tertinggi, dimana tanaman 
kelapa hanya menghasilkan
sepertiga (700-1000 kg daging
buah kelapa/ha) dari produksi
kelapa sawit (2000/3000 kg
TBS/ha)
Gambar 165 Perkebunan kelapa 
sawit
b. Botani Kelapa Sawit
Kecambah kelapa sawit yang baru 
tumbuh memiliki akar tunggang,
tetapi akar ini mudah mati dan
segera digantikan dengan akar
serabut.
Akar serabut memiliki sedikit
percabangan, membentuk
anyaman rapat dan tebal.
Sebagian akar serabut tumbuh
lurus kebawah dan sebagian
tumbuh mendatar kearah
samping. Jika aerasi cukup baik 
akar tanaman kelapa sawit dapat
menembus kedalaman 8 meter
didalam tanah, sedangkan yang
tumbuh kesamping biasanya
mencapai radius 16 meter.
Kedalaman ini tergantung umur
tanaman, sistem pemeliharaan
dan aerasi tanah.
Kelapa sawit termasuk tanaman
monokotil maka batangnya tidak 
memiliki kambium dan pada
umumnya tidak bercabang.
Batang kelapa sawit tumbuh tegak 
lurus (phototropi) dibungkus oleh 
pelepah daun. Bagian bawah
umumnya lebih besar disebut
bonggol batang. Sampai umur tiga 
tahun batang belum terlihat
karena masih terbungkus oleh
pelepah daun yang belum
dipangkas atau ditunas. Laju
pertumbuhan tinggi batang
dipengaruhi oleh komposisi
genetik dan lingkungan. Tinggi
batang bertambah kira-kira 45
cm/tahun, tinggi maksimum
tanaman kelapa sawit yang
ditanam diperkebunan 15-18
meter sedangkan di alam dapat 
mencapai 30 meter.
Biasanya batang adalah tunggal 
(tidak bercabang) kecuali
abnormal. Laju pertumbuhan
tinggi tanaman dipengaruhi oleh
komposisi genetik dan lingkungan. 
Batang mengandung banyak serat 
dengan jaringan pembuluh yang
menunjang pohon dan
pengangkutan hara.
Susunan daun kelapa sawit
membentuk susunan daun
majemuk, daun-daun tersebut
akan membentuk suatu pelepah
daun yang panjang nya 7,5-9
meter dengan jumlah daun yang 
tumbuh dikedua sisi berkisar 250-
400 helai. Pohon kelapa sawit
normal dan sehat yang
dibudidayakan, pada satu batang 
terdapat 40– 50 pelepah daun
Luas permukaan daun akan
berinteraksi dengan tingkat
produktivitas tanaman. Semakin
luas permukaan atau semakin
banyak jumlah daun maka
produksi akan meningkat karena
proses fotosintesis akan berjalan 
dengan baik. Proses fotosintesis
akan optimal jika luas permukaan 
daun mencapai 11m2
. Pohon
kelapa sawit normal dan sehat
dibudidayakan, pada satu batang
terdapat 40-50 pelepah daun.
Biasanya tanaman kelapa sawit
mempunyai 40-55 daun. Jika tidak 
dipangkas biasa lebih 60 daun.
Tanaman kelapa sawit tua
membentuk 2-3 helai daun setiap
bulan, sedangkan yang muda
menghasilkan 4-4 daun setiap
bulan. Produksi daun dipengaruhi
oleh factor umur, lingkungan
genetik, iklim.
Susunan bunga terdiri dari
kalangan bunga yang terdiri dari 
bunga jantan (tepung sari) dan
bunga betina (putik). Namun, ada 
juga tanaman kelapa sawit yang 
hanya memproduksi bunga jantan. 
Umumnya bunga jantan dan
betina terdapat dalam dua tandan 
yang terpisah. Namun, ada
kalanya bunga jantan dan bunga 
betina terdapat dalam tandan
yang sama. 
Bunga jantan selalu masak lebih 
dahulu dari pada bunga betina.
Karena itu penyerbukan sendiri
antara bunga jantan dan bunga
betina dalam satu tandan sangat 
jarang terjadi. Masa reseptif
(masa putik dapat menerima
tepung sari) adalah 24 jam,
setelah itu putik akan mengering 
dan berwarna hitam.
Tanaman kelapa sawit dilapangan 
mulai berbunga pada umur 2,5 
tahun. Inisiasi bunga terjadi pada 
palma dewasa yaitu 33-34 bulan 
sebelum penyerbukan, biasa
terjadi tanda