• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ekonomi pertanian 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ekonomi pertanian 1. Tampilkan semua postingan

ekonomi pertanian 1









Setiap melakukan kegiatan atau usaha, setiap orang atau 
kelompok pasti membutuhkan biaya untuk memproduksi barang 
yang dihasilkannya, termasuk petani. Biaya produksi yang 
dikeluarkan oleh petani dipakai  untuk proses produksi usaha 
tani serta membawanya sehingga menjadi suatu produk. 
Biaya produksi yang dikeluarkan petani selama kegiatan 
pertanian meliputi pembelian alat, bahan tanam, dan biaya 
pemeliharaan. Contoh biaya-biaya perawatan tanaman, antara lain 
untuk membeli pestisida dan pupuk sehingga meningkatkan 
kualitas tanaman yang diproduksi.. Dalam kegiatan produksi, mulai 
dari awal menanam hasil panen yang dihasilkan petani sampai 
dengan panen, membutuhkan biaya yang disebut dengan upah 
tenaga kerja. Banyaknya uang yang diperlukan  untuk melakukan 
kegiatan produksi, mengakibatkan petani merawat tanaman yang 
mereka hasilkan untuk mengurangi biaya produksi dan 
meningkatkan pendapatan mereka.
Definisi Biaya Produksi
Biaya produksi dapat diartikan sebagai biaya yang dipakai  
dalam proses produksi, yang terdiri dari bahan baku langsung, 
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya 
produksi ini juga dikenal sebagai biaya produk. Artinya, biaya yang 
dapat dibebankan pada suatu produk jika biaya ini  
merupakan bagian dari persediaan.
Menurut Riwayadi (2006), biaya produksi adalah biaya yang 
terjadi pada fungsi produksi, di mana fungsi produksi merupakan 
fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi.  bahwa biaya produksi adalah biaya 
yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu proses 
dan akan dipertemukan dengan penghasilan diperoleh produk untuk dijual. Biaya produksi 
merupakan biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan 
manufaktur atau memproduksi suatu barang terdiri atas bahan 
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.  bahwa biaya produksi adalah biaya 
yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang 
siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan 
equipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji 
karyawan yang dipakai  yang bekerja dalam bagian-bagian, baik 
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses 
produksi
 Jenis Biaya Produksi
ada  7 jenis biaya tetap yang didefinisikan dalam buku 
ini, yaitu :
1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
2. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
3. Biaya Total (Total Cost)
4. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)
5. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost)
6. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)
7. Biaya Marginal (Marginal Cost)

 Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Dalam ilmu ekonomi, biaya tetap adalah biaya operasi yang 
tidak bergantung pada jumlah barang atau jasa yang dihasilkan 
perusahaan. Ini berbeda dengan biaya variabel yang berhubungan 
dengan kuantitas (dan dibayar untuk setiap barang/jasa yang 
diproduksi). Membeli lahan, mendirikan bangunan adalah contoh 
dari faktor produksi yang dianggap tidak mengalami perubahan 
dalam jangka pendek.
Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost, TFC) juga merupakan 
biaya operasional yang tidak bergantung pada jumlah barang atau 
jasa yang dihasilkan. Biaya ini berhubungan dengan waktu, seperti 
upah dan pembayaran sewa bulanan. Sering disebut sebagai biaya 
tambahan. Hal ini berbeda dengan biaya variabel yang 
berhubungan dengan kuantitas (dan juga dibayar untuk 
barang/jasa yang dihasilkan).
Untuk gambaran tentang Biaya Tetap Total , dapat 
diilustrasikan pada tabel di bawah ini :
Beberapa hal dapat disimpulkan dari tabel di atas. Singkatnya, 
biaya tetap total adalah biaya yang harus ditanggung petani, 
terlepas dari apakah mereka melakukan proses produksi atau 
tidak. Sebagai contoh, tabel ini menunjukkan bahwa petani telah 
memiliki tanah senilai Rp 45.000.000. Setelah itu, petani 
memutuskan apakah akan menjalankan bisnis dan mengeluarkan 
biaya pembelian tanah.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan pada tabel di atas 
adalah bahwa biaya tetap tidak mengubah tingkat biaya berapa pun 
output yang dihasilkan, kecuali penggunaan input ini  melebihi 
kapasitas atau kapasitas input ini . Bahkan jika lahan tidak 
beroperasi, biayanya adalah Rp 45.000.000. Dan pertanian juga 
tetap bernilai Rp 45.000.000 jika bekerja berkali-kali diusahakan.
Sebagai gambaran , kurva Biaya Tetap Total dapat dilihat pada 
gambar 5. berikut ini.
Kurva biaya tetap total yang berwarna oranye berbentuk 
garis lurus dan horizontal. Artinya adalah biaya tetap total bersifat 
tetap tanpa dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan.. Bila 
petani tidak melakukan pengolahan lahan, maka biaya tetap total 
adalah tetap Rp 45.000.000. Bila petani melakukan pengolahan 
lahan, baik itu ingin menghasilkan kuantitas output sebesar 2 ton, 6 
ton, atau bahkan 50 ton, besaran biaya tetap total masih sama 
sebesar Rp 45.000.000.
Biaya Tetap Total dapat dirumuskan sebagai :
di mana :
TFC : Total Fixed Cost(Biaya Tetap Total)
TVC : Total Variable Cost(Biaya Variabel Total)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Contoh Soal :
Gapoktan Tani Terang menghabiskan biaya produksi sebesar Rp 
500 juta pada bulan April 2022. Kuantitas produksi sebesar 25.000 
kg dan biaya variabel Rp 10.000/produk. Berapa perhitungan biaya 
tetap?
Jawaban :
FC = TC – (TVC x Q)
 = Rp 500.000.000 – (25.000 x 10.000)
 = Rp 500.000.000 – 250.000.000
 = Rp 250.000.000
Jadi Biaya Tetap Gapoktan Tani Terang di bulan April 2022 adalah 
sebesar Rp 250.000.000
 Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh 
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya dinamakan Biaya 
Variabel Total (Total Variable Cost, TVC). Faktor produksi yang 
dapat berubah semisal adalah jumlah tenaga kerja. Setiap tenaga 
kerja diberi upah per hari Rp 80.000, sehingga apabila semakin 
banyak tenaga kerja yang dipekerjakan, maka biaya variabelnya 
juga akan semakin tinggi. 
Pada kenyataannya, pemisahan biaya antara biaya tetap dan 
variabel tidak berlaku secara mutlak. Semisal dalam hal ini pupuk. 
Tingkat penggunaan tidak dapat diubah karena telah diterapkan. 
Jika petani itu memutuskan untuk tidak berproduksi, petani tidak 
bisa menjual kembali pupuk yang sudah terlanjur disebar. Sehingga 
biaya variabel juga diistilahkan sebagai sunk cost .
Pada kurva biaya variabel total di atas, terlihat bahwa kurva 
biaya variabel total terus naik. Semakin besar kuantitas produk 
yang dihasilkan, maka semakin besar pula biaya variabel total 
yang dikeluarkan. Biaya variabel total terus meningkat seiring 
dengan peningkatan produksi. Semakin besar produksi yang 
dihasilkan, semakin besar biaya variabel yang diperlukan. Ketika 
biaya variabel meningkat, total biaya variabel meningkat
Rumus Biaya Variabel Total adalah :
di mana :
TVC : Total Variable Cost(Biaya Variabel Total)
TC : Total Cost(Biaya Total)
FC : Fixed Cost(Biaya Tetap)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Contoh Soal
Per April 2022, Pak Ahmad mengeluarkan biaya produksi sebesar 
Rp 150 juta. Tagihan lebih dari Fixed Cost sebesar Rp 15 juta. Di 
bulan ini , Pak Ahmad memproduksi 5.000 produksi. Berapa 
biaya variabelnya? 
Jawaban 
Jadi Biaya Variabel yang harus dikeluarkan Pak Ahmad pada bulan 
April 2022 adalah sebesar Rp 27.000 per unit per produk
Biaya Total (Total Cost)
Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan 
dinamakan Biaya Total. Pada Tabel 4. terlihat biaya yang 
dikeluarkan oleh produsen pada berbagai jumlah Tenaga kerja 
yang dipakai . Biaya produksi total atau Biaya Total (Total Cost, 
TC) didapat dari menjumlahkan Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost, 
TFC) dan Biaya Variabel Total (Total Variable Cost , TVC). Dengan 
demikian biaya total dapat dirumuskan dengan :
TC = TFC + TVC
di mana:
TC : Biaya Total (Total Cost)
TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)

Pada tabel 4. diketahui bahwa Biaya Tetap Total adalah 
sebesar 45 baik saat tidak berproduksi maupun saat berproduksi. 
Hal ini dikarenakan penggunaan input yang tetap. Ini berarti bahwa 
biaya penggunaan input tetap ini tetap sama. 
Dalam Gambar 7. ada  tiga jenis kurva , yaitu :
 Kurva TFC (kurva yang menggambarkan biaya tetap total)
 Kurva TVC (kurva yang menggambarkan biaya berubah 
total)
 Kurva TC (kurva yang menggambarkan biaya total)
Kurva TFC berbentuk lurus horizontal karena tidak 
mengalami perubahan nilai berapapun produksi yang dihasilkan. 
Sedangkan kurva TVC diawali di titik 0 dan kemudian semakin naik. 
Hal ini menggambarkan bahwa TVC akan bernilai 0 ketika tidak ada 
produksi dan TVC akan semakin naik, jika semakin besar produksi.
Kurva TC merupakan hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC, 
sehingga kurva TC dimulai dari pangkal TFC dan apabila ditarik 
garis tegak di antara TVC dan TC, maka panjang garis ini  sama 
dengan jarak antara TFC dengan sumbu X. 

Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)
Apabila Biaya Tetap Total untuk memproduksi sejumlah 
barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi ini , nilai 
yang diperoleh disebut dengan Biaya Tetap Rata-Rata (Average 
Fixed Cost, AFC). Dengan demikian, rumus untuk menghitung AFC 
adalah:
di mana :
AFC : Average Fixed Cost(Biaya Tetap Rata-Rata)
TFC : Total Fixed Cost(Biaya Tetap Total)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa apabila semakin 
besar produksi, maka semakin rendah biaya tetap rata-rata yang 
dihasilkan. Sehingga biaya tetap rata-rata juga disebut dengan 
spreading overhead. 
Kurva biaya tetap rata-rata mempunyai gradient dari kiri 
atas turun ke kanan bawah. Namun, biaya tetap rata-rata tidak
pernah mencapai nol. Tidak peduli berapa banyak output yang 
dihasilkan, nilai biaya tetap rata-rata tidak pernah nol, hanya 
mendekati.
Kurva Biaya Tetap Rata-Rata dapat dilihat pada Gambar 8.

 Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost)
Apabila TVC untuk memproduksi sejumlah barang (Q) 
dibagi dengan jumlah produksi ini , nilai yang diperoleh 
adalah Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost, AVC). Biaya 
berubah rata-rata dihitung dengan rumus :
di mana :
AVC : Average Variable Cost(Biaya Variabel Rata-Rata)
TVC : Total Variable Cost(Biaya Variabel Total)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)


 Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)
Apabila Biaya Total (TC) untuk memproduksi sejumlah 
barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi ini , nilai 
yang diperoleh adalah biaya total rata-rata. Nilainya dihitung 
dengan menggunakan dua metode :
di mana :
ATC : Average Total Cost(Biaya Total Rata-Rata)
TC : Total Cost(Biaya Total)
AFC : Average Fixed Cost(Biaya Tetap Rata-Rata)
AVC : Average Variable Cost(Biaya Variabel Rata-Rata)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)

Contoh Soal
Pak Ahmad menghitung biaya total dan biaya variabel untuk 
memproduksi adalah sebesar Rp 5.000.000. ada  389 produk 
yang dihasilkan. Berapa biaya rata-rata dari produk ini ?
Jawaban 
Jadi Biaya Rata-Rata per produk adalah sebesar Rp 12.853,47
 Biaya Marginal (Marginal Cost)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk 
menambah produksi sebanyak satu unit dinamakan biaya marginal. 
Dirumuskan sebagai berikut :
di mana :
MCn : Biaya Marginal produksi ke-n
TCn : Biaya Total pada waktu jumlah produksi adalah n
TCn-1 : Biaya Total pada waktu jumlah produksi adalah n-1
TC : Perubahan biaya total
Q : Perubahan kuantitas/jumlah produksi
Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 3. Misalkan jumlah 
tenaga kerja bertambah dari 3 ke 4, maka jumlah produksi berubah 
dari 14 ke 22, atau ada  penambahan sebesar 8. Sehingga biaya 

total produksi bertambah dari 63 ke 66, atau ada  penambahan 
sebesar 3. Sehingga, diketahui bahwa biaya marginal adalah 
pembagian perubahan biaya total produksi dengan perubahan 
jumlah produksi , 3/8 = 0,375.





Ekonomi pertanian adalah bidang ilmu ekonomi terapan yang 
berkaitan dengan penerapan teori ekonomi dalam mengoptimalkan 
produksi dan distribusi produk pertanian berupa pangan, serat, 
obat-obatan dan lainnya. Ekonomi pertanian mulanya sebagai 
cabang ilmu ekonomi yang khusus membahas penggunaan lahan, 
karena lahan dianggap sebagai faktor produksi utama dan 
ketersediaannya terbatas (langka).
Ekonomi pertanian mencakup penerapan ilmu ekonomi ke dalam 
bidang pertanian, maka dengan demikian didefinisikan sebagai 
berikut: Ekonomi pertanian dikategorikan ke dalam ilmu sosial 
terapan yang berkaitan dengan upaya produsen, konsumen, dan 
warga  memaksimalkan penggunaan sumberdaya yang langka 
dan terbatas dalam memproduksi, mengolah, memasarkan, dan 
mengkonsumsi produk berupa pangan, serat, obat-obatan dan 
lainnya.
Sumberdaya ekonomi adalah sumberdaya yang dipakai  
untuk menghasilkan kegiatan ekonomi. Kelas utama sumberdaya 
ekonomi terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan 
dan sumberdaya lainnya berasal dari turunan kelas-kelas ini .
Sumberdaya dalam pengembangan agribisnis tidak terlepas dari 
mengembangkan potensi alam melalui proses produksi yang terdiri 
dari tanah, iklim dan air, sumberdaya manusia, sumberdaya modal, 
kelembagaan, teknologi serta manajemen 
Sumberdaya ekonomi dikenal juga sebagai faktor produksi. 
Faktor-faktor ini mewakili sumberdaya ekonomi yang langka seperti sumberdaya alam, manusia, dan modal yang diperlukan  
untuk menghasilkan output ekonomi. Selain itu, masih ada lagi 
faktor produksi manajemen (entrepreneurship) yang mengelola 
ketiga sumberdaya beserta turunannya.
Faktor produksi atau sarana produksi merupakan pasokan 
dalam proses produksi, mulai dari tanah (lahan), tenaga kerja, 
modal, dan kewirausahaan (enterpreniurship). Ini yang biasa 
dipakai  sebagai sumberdaya ekonomi di sektor pertanian.
Pemahaman dari sumberdaya ekonomi adalah input yang 
dipakai  dalam kegiatan produksi dan pendistribusian barang 
dan jasa. Proporsi yang tepat dari setiap faktor produksi sangat 
bervariasi dari produk ke produk dan dari layanan ke layanan, dan 
tujuannya adalah mengefektifkan penggunaan sumberdaya untuk 
memaksimalkan output dengan biaya seminimal mungkin. Alokasi 
yang salah atau penggunaan sumberdaya yang tidak tepat dapat 
memicu  bisnis akan gagal.
Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam merupakan sumberdaya yang berasal dari 
alam yang dipakai  untuk memproduksi barang dan jasa yang 
diperlukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. 
Sumberdaya alam kondisinya seringkali terbatas dalam jumlah, 
disebabkan waktu yang diperlukan  untuk membentuknya sangat 
lama. ada  berbagai ragam sumberdaya alam yang ada di alam 
ini. 
Pengertian Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam mencakup semua unsur-unsur dalam tata 
lingkungan biofisik yang potensial ataupun nyata yang dapat 
memenuhi kebutuhan manusia (Katili, 1983). Sumberdaya alam 
adalah keadaan lingkungan dan bahan mentah yang dipakai 
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan dan meningkatkan 
kesejahteraannya .
 Klasifikasi Sumberdaya Alam
Dalam bahasan ini, sumberdaya alam diklasifikasikan
berdasar  tingkat pemulihan, sifat benda, fungsi dan nilai 
kegunaannya.
berdasar  Tingkat Pemulihan 
berdasar  tingkat pemulihannya dikelompokkan menjadi 
sumberdaya tidak terbarukan (unrenewable), sumberdaya 
terbarukan (renewable) dan sumberdaya alam yang selalu ada.
a. Sumberdaya alam tidak terbaharukan merupakan 
sumberdaya yang dalam pemakaian terus-menerus 
dikonsumsi, tidak sebanding dengan lamanya waktu yang 
diperlukan  untuk memproduksinya atau bahkan tidak 
dapat diproduksi kembali. Beberapa contoh sumberdaya 
yang tidak dapat diperbarui adalah minyak bumi, mineral 
dan logam.
b. Sumberdaya alam terbaharukan merupakan sumberdaya 
yang dapat diproduksi terus-menerus (reproduksi), tidak 
akan habis dalam tempo yang lama dan juga memiliki 
siklus. Contoh sumberdaya terbarukan yang dapat 
diproduksi terus-menerus adalah tanaman, hewan dan 
mikroorganisme. Contoh sumberdaya alam yang memiliki 
siklus adalah air, energi pasang surut dan iklim.
c. Sumberdaya alam yang selalu ada merupakan sumberdaya 
yang tersedia di alam dalam jumlah banyak dan tak pernah 
habis dipakai . Contoh sumberdaya alam yang tidak habis 
adalah tenaga surya dan udara.
berdasar  Sifat Benda 
Sumberdaya alam dikategorikan berdasar  sifat benda 
hidup atau benda mati, atau dikelompokkan atas sumberdaya 
biotik (hayati) dan abiotik (benda mati). 
a. Sumberdaya alam biotik atau hayati adalah sumberdaya 
yang berupa makhluk yang hidup seperti tanaman, hewan, 
mikroorganisme dan manusia
b. Sumberdaya alam abiotik atau benda mati adalah 
sumberdaya alam fisik yang berupa benda mati, seperti 
matahari, tanah, mineral, waterwheels, air dan udara.
berdasar  Fungsi
Sumberdaya alam berdasar  fungsinya dalam memenuhi 
kebutuhan manusia dikelompokkan ke dalam sumberdaya 
penghasil bahan baku dan sumber energi.
a. Sumberdaya alam penghasil bahan baku merupakan 
sumberdaya yang dipakai  untuk memproduksi 
komoditas atau barang yang akan dipakai  kembali 
sebagai material untuk proses produksi selanjutnya yang 
memiliki nilai lebih tinggi dalam penggunaannya. Contoh 
sumberdaya penghasil bahan baku adalah tanaman dan 
hewan
b. Sumberdaya alam penghasil energi merupakan 
sumberdaya yang dipakai  sebagai sumber energi 
dalam pendukung proses produksi komoditas atau barang 
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contoh 
sumberdaya penghasil energi adalah sinar matahari, 
minyak bumi, barang tambang, air dan udara.
berdasar  Nilai Penggunaan
Sumberdaya alam berdasar  nilai kegunaan 
dikelompokkan menjadi sumberdaya alam bernilai ekonomi tinggi 
(natural high economic resource), bernilai ekonomi rendah (natural 
low economic resources) dan tidak memiliki nilai (natural non 
economic resources).
a. Sumberdaya alam bernilai ekonomi tinggi adalah 
sumberdaya yang cara memperolehnya membutuhkan 
korbanan dengan biaya tinggi. Seperti barang tambang, 
mineral dan logam mulia.
b. Sumberdaya alam bernilai ekonomi rendah adalah 
sumberdaya alam yang cara memperolehnya 
membutuhkan korbanan dengan biaya yang cukup murah 
dan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup besar. 
Seperti bahan galian batu gamping (kapur) dan pasir, air 
dan tanah.
c. Sumberdaya alam tidak memiliki nilai ekonomi adalah 
sumberdaya alam yang cara memperolehnya tidak 
membutuhkan korbanan, bahkan tanpa biaya, karena 
ketersediaannya dalam jumlah tak terbatas. Seperti sinar 
matahari, udara, angin, dan suhu.
Sumberdaya alam berdasar  nilai kegunaan, pada faktanya 
di lapangan penilaiannya tidak mutlak, di beberapa tempat boleh 
jadi memiliki nilai rendah namun di tempat lain boleh jadi amat 
bernilai. Penggolongan ini dilakukan secara general, namun bisa 
juga berasal dari kesepakatan antar warga  di suatu wilayah 
tertentu. Sebagai contoh, lahan bagi warga  di daerah 
pedalaman yang sulit terjangkau memiliki nilai ekonomi rendah, 
siapapun boleh menggarap asal mampu, namun bagi warga  
perkotaan, tanah menjadi barang yang mahal dan langka.
 Sumberdaya Alam dalam Pertanian
A. Sumberdaya Tanah 
Tanah merupakan unsur utama yang sangat penting dalam 
produksi di bidang pertanian karena dipakai  untuk menanam 
bahan-bahan kebutuhan pangan, sandang dan juga papan bagi 
manusia. Tanah meliputi semua sumberdaya alam yang ada di atas, 
di dalam ataupun di keduanya. Sumberdaya yang tumbuh di atas 
tanah, seperti tanaman, hewan dan iklim mikro. Sumberdaya yang 
ada dalam tanah seperti mineral, logam, gas alam, panas termal, 
minyak bumi dan batu bara. Sumberdaya yang berada di dalam 
maupun di atas seperti air, batu-batuan dan mikroorganisme.
Produktivitas tanah sebagai lahan pertanian ditentukan oleh 
kualitasnya. Kualitas tanah, juga disebut sebagai kesehatan tanah, 
adalah fungsi dari sifat kimia, fisik, dan karakteristik biologis tanah 
dan pilihan pengelolaan yang mengarah pada perubahan dinamis 
dalam sifat dan proses tanah. Sedangkan karakteristik tanah seperti 
tekstur dan jarak ke batuan dasar mungkin tidak mudah atau cepat 
diubah, strategi pengelolaan pertanian untuk pengelolaan sisa 
tanaman, rotasi tanaman, dan struktur konservasi tanah dapat 
meningkatkan atau mempertahankan kualitas tanah yang dinamis, 
mengurangi kerusakan lingkungan, dan meningkatkan keuntungan 
ekonomi. Kualitas tanah mencerminkan kapasitas tanah untuk 
memfasilitasi siklus nutrisi; mengatur aliran air; menjaga stabilitas 
fisik; menetralkan pencemar lingkungan; dan menyediakan habitat, 
makanan, dan serat (Ebel, 2012)
Contoh penggunaan lahan sawah di Kecamatan Cileungsi, 
Darmaga dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, hasil penelitian 
menunjukkan bahwa karakteristik variabel kesuburan tanah 
berupa bahan organik (C), Nitrogen (N), K2O HCl 25%, dan KTK 
berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Kesuburan tanah 
di ketiga kecamatan ini  hampir sama dan tidak 
mempengaruhi produktivitas lahan sawah 
BPS membagi penggunaan lahan pertanian sebagai berikut 
(BPS, 2015):
a. Lahan sawah adalah suatu lahan yang berpetak-petak yang 
dibatasi oleh galengan/pematang, ada  saluran air yang 
berfungsi untuk menahan maupun menyalurkan air, dan 
tanaman yang biasa ditanam adalah padi. Lahan sawah 
dapat juga berupa lahan rawa.
b. Tegalan atau kebun yaitu lahan pertanian yang berupa lahan 
kering yang dapat ditanami tanaman berumur pendek 
(semusim) ataupun tanaman tahunan, yang keberadaannya 
terpisah dari halaman rumah dan penggunaannya tetap
(tidak berpindah-pindah).
c. Ladang atau disebut juga huma yaitu lahan pertanian yang 
berupa lahan kering dan biasanya untuk tanaman semusim, 
dalam pemanfaatannya juga semusim atau paling banyak 
hanya dua musim, selanjutnya akan ditinggalkan begitu saja 
jika sudah tidak subur lagi dan akan berpindah ke lahan 
lainnya (berpindah-pindah). Setelah beberapa waktu lahan 
ini  dibiarkan (bera), kemudian kembali lagi dikerjakan 
jika sudah subur.
d. Lahan yang sementara tidak diusahakan yaitu lahan yang 
biasanya ditanami tanaman termasuk lahan sawah, namun 
untuk sementara waktu sekitar satu sampai dua tahun tidak 
diusahakan,.
Permasalahan utama yang terjadi pada sumberdaya lahan 
adalah alih fungsi lahan, fragmentasi lahan, perpecahan lahan 
(division), degradasi sumberdaya lahan, dan kompetisi dengan 
penggunaan lain. Permasalahan ini  akan berakibat pada 
menurunnya produksi dan produktivitas hasil pertanian, selain itu 
juga berdampak pada perubahan lingkungan fisik, sosial dan 
budaya serta adat suatu warga . 
B. Sumberdaya Air 
Sumberdaya air merupakan faktor terpenting dalam produksi
pertanian, terlebih pada lahan pertanian beririgasi. Air merupakan 
faktor produksi utama yang sangat menentukan dalam mencapai 
keberhasilan produksi pertanian. Jika ketersediaan air tidak 
termenuhi secara optimal, maka produksi pertanian akan 
mengalami hambatan pertumbuhan pada tanaman dan hewan, 
bahkan akan mengalami kegagalan jika tidak tersedia sama sekali. 
Beberapa sumberdaya air yang biasa dipakai  dalam 
produksi pertanian meliputi mata air (sumber), air sungai, air 
danau/situ, dan air hujan. Ketersediaan air untuk pertanian sangat 
dipengaruhi oleh musim, persediaan air amat banyak bahkan 
berlimpah saat musim hujan, namun menjelang musim kemarau 
persediaan air mulai berkurang dan akan semakin sedikit saat 
kemarau datang. Dalam rangka mengatasi kelangkaan air dan 
mengamankan persediaan air, beberapa teknologi dalam 
pengelolaan air diterapkan untuk menjamin ketersediaan dan 
pasokan air sepanjang waktu sehingga dapat meningkatkan indeks 
pertanaman, jumlah dan ragam komoditi pertanian yang dapat 
diproduksi. Beberapa teknologi pengelolaan air dalam produksi 
pertanian meliputi:
a. Pembangunan waduk atau bendungan, yaitu memanfatkan 
suatu wilayah yang cekung yang dipakai  sebagai tempat 
penampungan saat air berlebihan pada musim penghujan, 
agar dapat dimanfaatkan kembali saat musim kemarau. 
Sumber air waduk dapat berasal dari sungai, aliran 
permukaan dan air hujan.
b. Pembangunan bendung, yaitu membangun tembok atau 
dinding beton pada aliran sungai untuk menahan air sungai 
tidak langsung mengalir ke hilir dengan tujuan untuk 
menjamin ketersediaan air agar dapat dimanfaatkan pada 
saat musim kemarau. 
c. Pembangunan embung yaitu penyediaan areal sebagai 
tempat resapan/tangkap air dan penampungan air saat 
musim hujan. Embung juga berfungsi untuk meningkatkan 
daya simpan air tanah, dan penyediaan air di musim 
kemarau. Di kawasan yang berlahan kering, banyak 
dibangun embung untuk menunjang kegiatan pertanian 
baik untuk tanaman pangan, perikanan maupun
peternakan.
d. Pembangunan dam parit yaitu dengan cara membendung 
aliran air pada suatu parit, sehingga air dapat tertahan lebih 
lama pada Daerah Aliran Sungai, sehingga dimungkinkan 
ada sebagian air yang dapat meresap dalam tanah untuk 
dijadikan cadangan air tanah dan sebagian dialirkan ke 
lahan. Selain itu, dam parit dapat berfungsi untuk 
menurunkan kecepatan aliran air, mencegah erosi, dan 
sedimentasi. 
e. Pembangunan jaringan irigasi, adalah membuat saluran￾saluran untuk mengalirkan air dari tempat-tempat 
penampungan ke lahan-lahan pertanian. Tujuan dari irigasi 
adalah untuk memberikan tambahan air disamping air 
hujan dan memenuhi kecukupan air yang diperlukan  
dalam produksi pertanian. 
C. Sumberdaya Iklim
Iklim merupakan gambaran kondisi rata-rata cuaca di suatu 
wilayah yang cukup luas dan pada suatu periode yang panjang. 
Iklim memiliki unsur pancaran radiasi sinar matahari; lapisan bumi 
dan atmosfer; tekanan udara; angin; kelembaban udara dan tanah; 
suhu udara dan tanah; keawanan; curah hujan (presipitasi); 
penguapan (evapotranspirasi). Iklim suatu wilayah berbeda pada 
satu wilayah dengan wilayah lainnya, hal ini disebabkan oleh 
adanya faktor pengendali iklim, yang terdiri dari: ketinggian tempat 
(altitude); lintang (latitude); penyebaran wilayah daratan dan 
perairan; daerah bertekanan tinggi dan rendah; serta arus laut dan 
gangguan atmosfer. 
Pemahaman tentang iklim dipakai  untuk menentukan 
jenis komoditas yang akan diproduksi di suatu wilayah seperti 
tanaman pangan dan ternak apa saja yang dapat tumbuh dan hidupoptimal di wilayah ini . Seperti di wilayah Kabupaten Timur 
Tengah Utara yang beriklim kering, yang hujan turun hanya sekitar 
tiga bulan saja, maka jenis komoditas yang bisa tumbuh dan hidup 
dengan kondisi keterbatasan diantaranya adalah sapi, jagung dan 
jambu mete 
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia sebagai faktor produksi merupakan 
tenaga kerja yang bersama dengan tanah dan modal, yang tetap 
diperlukan  untuk menghasilkan barang dan jasa. Bahkan di dunia 
yang berteknologi maju saat ini, tenaga manusia tetap diperlukan  
untuk membantu mengolah sumberdaya menjadi produk (barang) 
atau memanfaatkan sumberdaya untuk memberikan jasa. 
berdasar  wujud yang diproduksi, tenaga kerja dibedakan 
atas tenaga kerja produksi barang dan memberikan jasa pelayanan. 
Contoh tenaga kerja produksi barang adalah petani dan buruh tani, 
sedangkan tenaga kerja jasa pelayanan adalah memberikan jasa, 
seperti penyuluh pertanian, tenaga kesehatan hewan, tenaga 
Inseminasi Buatan, tenaga penjualan produksi pertanian.
Tenaga kerja dibedakan atas tingkat pendidikan dan 
keterampilan. Ada jenis pekerjaan membutuhkan pendidikan 
tertentu, seperti penyuluh dan tenaga kesehatan hewan, minimal 
berijazah diploma. Sedangkan lainnya membutuhkan keterampilan 
seperti melakukan okulasi, mengawinkan tanaman vanilli dan 
salak, dan sebagainya.
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan masih 
merupakan lapangan pekerjaan yang dapat memberikan peluang 
kerja paling besar di Indonesia. Berikut ini disajikan jumlah tenaga 
kerja di 10 besar lapangan pekerjaan utama pada Tabel 1. 
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di pertanian, kehutanan dan 
perikanan mencapai 38.224.371 pekerja Tahun 2020 dan 
37.130.676 pekerja Tahun 2021. Lapangan usaha yang kedua 
adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan 
mobil dan sepeda motor.
 Pengertian Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia mencakup keseluruhan daya, bakat, 
keterampilan dan pengetahuan manusia yang dipakai  secara 
potensial, dapat atau harus dipakai  untuk tujuan produksi dan 
jasa-jasa yang bermanfaat (Harbison, 1973).
Sumberdaya manusia, adalah kualitas suatu usaha yang 
dikerjakan seseorang pada kurun waktu tertentu dalam 
menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya manusia diartikan 
juga sebagai manusia yang mempunyai kemampuan bekerja dalam 
rangka menghasilkan suatu barang atau jasa dari usaha kerjanya. 
Kemampuan seseorang untuk bekerja dapat diartikan mampu 
melakukan beragam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi yang 
bisa menghasilkan barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan 
hidupnya 
 Klasifikasi Tenaga Kerja 
BPS membuat klasifikasi penduduk ke dalam golongan 
usia kerja dan non usia kerja. Usia kerja merupakan penduduk 
yang berusia 15 tahun ke atas, yang terbagi atas angkatan kerja 
dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan 
penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau memiliki 
pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak bekerja dan 
menganggur. Sedangkan penduduk yang masuk golongan 
bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih 
berstatus sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan 
kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Penduduk dari kelompok angkatan kerja dibagi lagi ke dalam 
golongan bekerja, sementara tidak bekerja dan pengangguran. 
Golongan bekerja adalah yang mempunyai kegiatan ekonomi yang 
dimaksudkan untuk memperoleh atau membantu memperoleh 
pendapatan (keuntungan), paling sedikit satu jam dalam kondisi 
tidak terputus selama seminggu terakhir. Sedangkan yang dimaksud 
sementara tidak bekerja adalah di mana seseorang yang mempunyai 
pekerjaan namun selama kurun waktu seminggu terakhir 
sementara tidak bekerja karena berbagai sebab. Penganggura
adalah mereka yang tak punya pekerjaan dan sedang mencari 
pekerjaan, dalam persiapkan usaha serta mereka yang tidak 
mencari pekerjaan, disebabkan merasa tidak mungkin mendapat 
pekerjaan.
Penduduk bekerja dibagi lagi ke dalam golongan bekerja 
penuh dan bekerja tidak penuh. Yang dimaksud bekerja penuh 
adalah mereka yang bekerja lebih dari 35 jam dalam seminggu. 
Sedangkan yang bekerja tidak penuh adalah mereka yang 
bekerja kurang dari 35 jam seminggu.
Sumberdaya Manusia dalam Pertanian
Pekerjaan di sektor pertanian memiliki karakteristik yang 
berbeda dengan pekerjaan di sektor formal maupun informal 
lainnya. Pekerjaan di sektor pertanian memiliki curahan waktu 
yang tidak sama per hari, per minggu, bahkan per bulan, boleh 
jadi per tahun. Derajat pekerjaan berbeda saat-saat sibuk dan 
saat-saat longgar. Saat-saat sibuk seperti waktu pengolahan 
tanah, penanaman, dan pemanenan, sedangkan saat-saat 
longgar seperti pemeliharaan dan menunggu pemanenan.
Jenis pekerjaan di sektor pertanian amat beragam, sehingga 
membutuhkan keterampilan yang beragam pula sesuai dengan 
tahapan kegiatan produksi. Misalnya dalam kegiatan produksi 
tanaman, keterampilan yang harus dimiliki pekerja adalah mulai 
dari mengolah lahan, menanam beragam komoditi, memupuk, 
menyiang, menyemprot, menyiram, kalau diperlukan memangkas 
dan memanen serta kegiatan pascapanen. Contoh kegiatan 
produksi di peternakan sapi adalah membersihkan kandang, 
memberi pakan, memeras susu dan juga memandikannya.
berdasar  data yang diproleh dari BPS Tahun 2019, jumlah 
petani di Indonesia pada Tahun 2019 mencapai 33.400.000 jiwa. 
Dari angka ini , jumlah petani muda yang berusia antara 20-39 
tahun sekitar 2.700.00 jiwa, yaitu hanya 8%nya saja. Sisanya sekitar 
30.400.000 jiwa (91%) berusia di atas 40 tahun, dan mayoritas dari 
petani ini  berusia antara 50-60 tahun, di mana secara fisik 
sudah mengalami penurunan. berdasar  sumber yang sama 
diperoleh informasi, dalam kurun waktu satu tahun saja, yaitu 
Tahun2017-2018, terjadi penurunan jumlah petani muda yang 
cukup signifikan yaitu sebesar 415.789 orang. Jumlah petani muda 
yang menurun, membuat keprihatinan Bangsa Indonesia ke 
depannya, dan bila dibiarkan akan menimbulan krisis regenerasi 
petani muda.
Data tingkat Pendidikan tenaga kerja sektor pertanian 
disajikan pada Tabel 2 berikut
Sumber tenaga kerja di sektor pertanian yang utama adalah 
keluarga, dibantu dengan tenaga luar keluarga berupa tenaga upah 
atau borongan. Pendidikan formal tenaga kerja di pertanian 
didominasi oleh mereka yang hanya tamatan SD (38,30%), dan 
bahkan tidak tamat (23,07%) pada Tahun 2021, demikian juga 
pada tahun sebelumnya. Tamatan SMA/SMK jumlahnya kurang 
dari 20%. Dari data ini , tergambar dengan jelas kondisi 
tenaga kerja pertanian yang cukup rendah dari tingkat pendidikan. 
Modernisasi kegiatan produksi pertanian perlu dilakukan, 
penggunaan teknologi dan digitalisasi dalam proses produksi 
pertanian dan pemasaran hasil menjadi tuntutan yang tidak 
terelakkan lagi, meskipun beberapa jenis pekerjaan di 
pertanian tidak mudah untuk dirasionalisasikan.
. Sumberdaya Modal
Modernisasi di sektor pertanian membutuhkan biaya 
untuk pemutahiran alat-alat dan mesin-mesin serta adopsi 
teknologi produksi. Selain itu, kegiatan produksi pertanian agar 
mencapai hasil yang tinggi membutuhkan faktor-faktor 
produksi seperti bibit unggul, pemupukan dan juga 
pengendalian hama penyakit. Pengadaan faktor-faktor 
produksi ini  juga membutuhkan pembiayaan. Pemenuhan 
akan kebutuhan pembiayaan inilah, maka diperlukan  
sumberdaya modal. Sumberdaya modal merupakan 
sumberdaya yang berkontribusi pada proses produksi untuk 
menghasilkan barang lain. 
 Pengertian Sumberdaya Modal
Modal diartikan sebagai uang yang dipakai  sebagai pokok 
atau induk untuk berdagang. Modal dapat berupa harta kekayaan, 
bisa dalam bentuk uang dan barang yang bisa dimanfaatkan untuk 
menghasilkan barang atau jasa yang mampu menambah kekayaan 
dan sebagainya. Harta atau benda ini , bisa juga dipakai  
untuk memproduksi sesuatu yang mampu meningkatkan 
kekayaan, dan lainnya (KKBI, 2016). Modal merupakan hasil dari 
suatu produksi yang dipakai  untuk memproduksi barang lebih 
lanjut. Dalam perkembangan berikutnya, sumberdaya modal lebih ditekankan pada nilai, daya beli atau pada penguasaan atas barang 
modal untuk memanfaatkan atau menggunakan kandungan dalam 
barang-barang modal ini  
Sumberdaya modal merupakan aset utama yang dimiliki atau 
dikuasai oleh perusahaan (usahatani) dalam melaksanakan 
kegiatan produksinya. Sumberdaya modal yang umum biasanya 
berbentuk dana/uang, asset/harta, atau hutang barang ataupun 
uang. Dengan tersedianya sumberdaya modal, diharapkan proses 
produksi dari hulu hingga hilir (pemasaran) dapat berjalan dengan 
lancar.
Klasifikasi Sumberdaya Modal
ada  berbagai jenis sumberdaya modal yang 
dipakai  dalam proses produksi, sumberdaya modal 
diklasifikasi atas dasar sumber perolehan, kepemilikan, wujud 
dan sifatnya, masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
A. Modal berdasar  Sumber Perolehan
Modal berdasar  sumber perolehannya dikelompokkan 
menjadi modal dari luar perusahaan/usahatani (eksternal) dan dari 
dalam perusahaan (internal). Sumber modal eksternal atau berasal 
dari luar adalah modal atau dana yang diperoleh dari beberapa 
sumber seperti dari kreditur, perusahaan lesing atau para investor. 
Biasanya modal eksternal bisa diperoleh dengan cara meminjam 
pada bank, koperasi, pedagang (tengkulak), atau lembaga keuangan 
lainnya. Modal juga bisa diperoleh dari perusahaan sewa guna 
(leasing companies), yaitu perusahaan yang memberikan pinjaman 
bukan dalam bentuk uang namun dalam bentuk barang seperti 
mesin-mesin yang diperlukan  untuk produksi. Sumber modal 
lainnya bisa diperoleh dari investor yang menginvestasikan 
sejumlah modalnya pada perusahaan. 
Sumber modal internal atau modal pemilik perusahaan 
(usahatani), merupakan modal yang diperoleh dari harta pemilik 
atau perusahaan itu sendiri yang disimpan, biasanya diperoleh daripenjualan hasil produksi. Contoh dari modal internal dapat berupa 
lahan, bangunan, tanaman dan ternak, saham, mesin-mesin 
produksi, kendaraan, keuntungan yang diinvestasikan kembali dan 
sebagainya.
B. Modal berdasar  Fungsinya
berdasar  penggunaannya, modal dikelompokkan menjadi 
dua, yaitu modal perseorangan dan modal bersama. Modal 
perseorangan merupakan modal yang diperoleh dari seseorang, 
yang dengan sengaja dipakai  untuk memfasilitasi berbagai 
kegiatan produksi yang mendatangkan keuntungan ekonomi 
sehingga dapat memberikan balas jasa kepada pemiliknya. Contoh 
modal perseorangan diantaranya adalah lahan, kandang, bangunan, 
perhiasan, tabungan/deposito, mesin-mesin, kendaraan, saham, 
dan sebagainya.
Modal warga  merupakan modal yang dipakai  secara 
bersama oleh warga  dan memberikan keuntungan dalam 
rangka memperlancar kegiatan produksi. Contoh dari modal 
bersama dapat berupa jalan, jembatan, irigasi, elektrik, jaringan 
komunikasi, energi, pasar, pelabuhan, dll.
C. Modal berdasar  Wujudnya
Modal dikelompokkan berdasar  wujud atau bentuk dari 
modal ini , yaitu modal nyata (konkret) dan tidak nyata 
(abstrak). Modal nyata atau konkret merupakan barang modal yang 
bisa dilihat dengan mata, bisa disentuh, dan dipegang atau memiliki 
wujud. Contohnya adalah lahan, kandang, gudang, mesin-mesin, 
alat-alat, bangunan, kendaraan, bahan baku, dan lain-lain.
Modal tidak nyata atau abstrak merupakan suatu modal yang 
tidak bisa disentuh, dilihat, ataupun dipegang¸ namun dapat 
dirasakan keberadaannya dalam mendukung keberlangsungan 
proses produksi suatu perusahaan (usahatani). Modal abstrak 
dapat berupa pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja, akses 
atau konektisitas, citra perusahaan atau pemilik, hak paten, hak 
pendirian usaha, dan lain-lain. 
D. Modal berdasar  Sifatnya
berdasar  sifat modal dalam kegiatan produksi, modal 
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu modal tetap (fixed capital) 
dan modal lancar (current capital). Modal tetap merupakan modal 
yang harus tersedia baik ada kegiatan maupun tidak ada kegiatan 
produksi, modal ini mempunyai karakteristik yang dapat 
dipakai  beberapa kali atau dalam waktu lama untuk kegiatan 
produksi. Contoh dari modal tetap seperti lahan, kandang, irigasi, 
bangunan, mesin-mesin dan peralatan, kendaraan, dan lain-lain.
Modal lancar atau biasa disebut modal habis pakai adalah 
modal yang dalam penggunaannya akan terpakai habis dalam satu 
putaran proses produksi. Contoh dari modal lancar adalah bibit dan 
benih tanaman semusim, pupuk, pestisida, enzim, bahan bakar, dan 
bahan baku lainnya.
Sumberdaya Modal dalam Pertanian
Sumberdaya modal dalam pertanian dapat berupa uang, 
lahan, kandang, kolam, gudang/bangunan, pupuk, tanaman dan 
ternak, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain. Untuk menghasilkan 
produksi pada tingkatan tertentu atau memperluas usaha 
(perusahaan), modal dari perusahaan sendiri tidak akan 
mencukupi. Oleh karena itu diperlukan  modal dari sumber luar 
perusahaan. 
Beberapa sumber modal yang biasa dipakai  oleh 
usahatani, baik dari dalam usahatani maupun luar terdiri dari: 
tabungan; warisan, hadiah, dan jual beli; modal pribadi dari luar 
usahatani; kontrak sewa; perusahaan sewa guna usaha; kontrak 
produksi; kontrak pemasaran hasil produksi; kontrak manajemen 
produksi; kontrak penyediaan bahan produksi; dan keuntungan 
kerjasama 
Sebagian besar petani, kepemilikikan atas lahan kurang dari 
satu hektar, dan juga mengalami keterbatasan modal dalam 
mengembangkan usahataninya. Petani sudah menyadari 
pentingnya teknologi dalam proses produksi pertanian, namun 
pada penerapan teknologi ini , umumnya petani terkendala 
dengan masalah permodalan yang akan dipakai  dalam 
meningkatkan hasil pertaniannya. Di satu sisi, teknologi yang benar 
dan tepat guna membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan harus 
tersedia tepat waktu ,
Permodalan yang diperlukan  petani dalam melaksanakan 
proses produksi pertanian salah satunya adalah penyediaan kredit 
untuk sektor pertanian. Kredit berperan sangat penting untuk 
mengembangkan sektor pertanian, adanya kredit pelaksanaan 
adopsi teknologi dalam usahatani dapat dilaksanakan. Peranan 
kredit pertanian adalah: mengatasi modal usahatani yang terbatas 
dengan tingkat bunga rendah; mengurangi ketergantungan pada 
tengkulak atau pelepas uang; meningkatkan posisi tawar 
(bargaining position) dalam pemasaran hasil pertanian; 
meningkatkan pendapatan di perdesaan melalui penyediaan 
permodalan; sebagai intensif bagi petani dalam meningkatkan 
produksi pertanian. 
Modal sosial merupakan sumberdaya yang tidak berwujud, 
lahir dalam proses yang panjang dan lama dari hasil interaksi suatu 
komunitas, yang melahirkan ikatan emosional baik antar individu 
maupun institusi, di mana ada  saling kepercayaan, interelasi, 
jejaring sosial, nilai dan norma yang membentuk struktur
komunitas dan menjadi pengikat antar anggota komunitas yang 
berguna untuk memperjuangkan tujuan bersama. Modal sosial 
dapat melahirkan kegiatan yang konkrit dalam upaya mewujudkan 
tujuan bersama, seperti gotong-royong membuat saluran irigasi, 
galengan dan jalan usahatani, maupun tolong menolong antar 
petani pada saat kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga kerja 
seperti mengolah lahan dan memanen. 
Manajemen
Manajemen diperlukan  untuk mengelola beragam 
sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi, yang terdiri 
atas sumberdaya alam, manusia, dan modal agar dipakai  secara 
efisien dan efektif untuk mengoptimalkan hasil produksi. 
Manajemen merupakan sumberdaya yang dipakai  untu
mengakomodasi kegiatan produksi atau pemasaran agar efisien 
dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan. 
Pelaksana dari kegiatan pengelolaan ini  disebut 
manajer. Kegiatan seorang manajer meliputi merencanakan, 
mengorganisasi, mengkoordinasikan, mengarahkan, memantau 
dan mengevaluasi sumberdaya yang dipakai  dalam produksi 
atau layanan (pemasaran). Seorang manajer diukur dari 
kemampuannya untuk memunculkan ide-ide yang berpotensi 
mengubah barang yang tidak bernilai ekonomi menjadi barang 
ekonomi, keberanian untuk pengambilan resiko, dan pengambilan 
keputusan yang jitu dalam menjalankan bisnis, berdasar  
kemampuan menggabungkan sumberdaya alam, manusia dan 
modal.
Pengertian Sumberdaya Manajemen
Manajemen adalah serangkaian proses yang meliputi 
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian pelaksanaan 
dan pengontrolan pemakaian sumberdaya untuk mencapai sasaran 
secara efektif dan efisien. Arti dari efektif adalah, tujuan dapat 
dicapai sesuai dengan rencana, sedangkan arti efisien adalah tugas 
ini  dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan 
jadwal 
Sumberdaya manajemen adalah kemampuan seseorang 
untuk membuat perencanaan, mengorganisasikan, melakukan 
koordinasi, menggerakkan dan mengarahkan, mengawasi dan 
mengendalikan, serta mengevaluasi suatu kegiatan agar berjalan 
secara efisien dan efektif dalam rangka mewujudkan suatu tujuan 
baik individu maupun kelompok.
Sumberdaya Manajemen dalam Pertanian
Perbedaan manajemen dalam bisnis pertanian dengan 
bisnis lainnya terletak pada seni penggunakan prinsip dasar 
manajemen untuk kegiatan produksi dan pemasaran hasil 
pertanian. Beberapa karakteristis atau sifat unik yang dimiliki 
sektor pertanian diantaranya adalah kegiatan pertanian 
bertalian erat dengan gejala alam, curahan tenaga kerja yang 
tidak merata, jarak yang lebar antara pengeluaran dan 
penerimaan (gestation period), hasil produksi yang musiman, 
sifat komoditas yang spesifik terhadap lokasi (location specific) 
dan lainnya. Dengan sifat uniknya ini , seorang manajer 
bisnis pertanian (petani), dituntut mampu mengelola bisnisnya 
sedemikian rupa sehingga mendapatkan hasil yang maksimal 
secara berkelanjutan dengan modal dan sumberdaya yang 
terbatas secara efisien dan efektif
Sebuah ilustrasi dari bisnis di bidang pertanian, seorang 
manajer harus mampu mengelola bisnisnya yang beragam 
(tanaman, ternak) dengan kebutuhan sumberdaya yang 
beragam juga.
Ilmu Ekonomi termasuk bagian dari subjek ilmu sosial yang 
cukup penting dan menarik bagi banyak pihak, salah satunya 
adalah pelaku di sektor pertanian. Ilmu ekonomi dapat dikatakan 
sebagai suatu studi pengambilan keputusan setiap individu pada 
segala aspek dalam kehidupannya. Banyak peristiwa yang memiliki 
dampak luas memengaruhi kehidupan manusia dapat dipahami 
dengan mempelajari ilmu ekonomi. Beberapa masalah kehidupan 
praktis sehari-hari juga dapat dibicarakan menggunakan kerangka 
pengetahuan ilmu ekonomi. Teori-teori di dalam ilmu ekonomi 
seringkali dapat dimanfaatkan untuk menganalisis serta mengatasi 
permasalahan-permasalahan di sekitar kita yang kompleks dan 
selalu berubah.
Ada anggapan bahwa ilmu ekonomi merupakan titik pusat 
dari segala ilmu sosial. Ilmu ekonomi memang berdekatan dan 
sering bertumpang tindih dengan apa yang dipelajari di bidang￾bidang ilmu sosial lainnya, seperti ilmu politik, psikologi, 
antropologi, sosiologi, dan sejarah. Misalkan, pada suatu wilayah 
yang termasuk miskin namun ada  banyak sumber daya alam 
melimpah yang tidak termanfaatkan, hal ini jika dipandang dari sisi 
antropologi dan budaya mungkin saja terjadi karena bertentangan 
dengan adat istiadat setempat. Contoh lain, seringkali pada suatu 
negara krisis politik terjadi bersamaan di waktu yang sama dengan 
krisis ekonomi. 
Ekonomi asal katanya berasal dari bahasa Yunani yaitu 
oikonomos yang memiliki makna “seseorang yang mengelola suatu 
rumah tangga”. Faktanya suatu rumah tangga dan perekonomian 
mempunyai banyak kemiripan. Setiap rumah tangga pasti 
menghadapi banyak keputusan yang harus dipilih, seperti 
keputusan siapa yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah 
tangga? Rumah tangga juga perlu mengalokasikan sumberdayanya 
yang terbatas, seperti waktu dan pendapatan, diantara anggota￾anggota keluarganya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. 
Sama halnya dengan rumah tangga, perekonomian juga 
menghadapi banyak pilihan, seperti apakah sumberdaya yang ada 
perlu dialokasikan ke sektor pertanian atau manufaktur? 
Bagaimana barang dan jasa yang diproduksi dialokasikan kepada 
warga ?
Alfred Marshall (1842 – 1924) dalam bukunya Principle of 
Economics (1890) mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai “studi 
mengenai manusia dalam kehidupan sehari-hari”. Sehingga, jika 
manusia tidak pernah memahami ilmu ekonomi, ada kemungkinan 
akan menjumpai banyak kesulitan dalam menangani 
permasalahan-permasalahan di kehidupannya sehari-hari. 
Menyadur pada beberapa referensi textbook mengenai pengantar 
ilmu ekonomi, ilmu ekonomi secara ringkas didefinisikan sebagai suatu 
studi bagaimana pengalokasian dan penggunaan sumberdaya yang 
langka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan suatu individu 
atau warga . Individu yang merupakan objek perhatian dalam 
ilmu ekonomi dapat merupakan seorang konsumen, seorang 
produsen, atau bahkan seluruh konsumen dan produsen yang ada 
di dalam suatu perekonomian. Mereka ini dapat juga disebut 
sebagai pelaku ekonomi.
Ilmu ekonomi utamanya dipakai  untuk menganalisis 
perilaku produksi dan konsumsi barang atau jasa pada sebuah 
perekonomian. Selain hal ini , isu-isu yang selalu menjadi 
perhatian warga  seperti inflasi, pengangguran, eksternalitas, 
kelangkaan energi, perpajakan, impor, dan ekspor juga termasuk 
topik-topik yang dipelajari di dalam ilmu ekonomi. Menurut 
Samuelson & Nordhaus (2010), ilmu ekonomi merupakan ilmu yang lebih penting bagi negara-negara berkembang dibandingkan 
untuk negara maju, karena pada negara berkembang permasalahan 
seperti misalokasi sumberdaya antara sektor pertanian dan 
manufaktur masih sering terjadi. 
Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi
 Kelangkaan, Pilihan, dan Biaya
Hampir semua barang dan jasa, serta input-input yang 
dipakai  untuk memproduksi barang dan jasa tersedia dalam 
jumlah yang terbatas. Bahkan sumberdaya terbarukan pun 
ketersediannya terbatas pada periode waktu tertentu. Di sisi yang 
lain, keinginan atau kebutuhan seseorang seringkali tampak tidak 
terbatas. Hal inilah yang menimbukan suatu fenomena kelangkaan 
(scarcity) yang dihadapi oleh semua pelaku ekonomi. Sumberdaya 
yang tersedia di dunia tidak akan cukup untuk menghasilkan segala 
sesuatu yang diperlukan  manusia. Kelangkaan akan selalu tetap 
ada dan terus berlanjut. Kelangkaan merupakan pusat 
permasalahan ekonomi. Jika tidak ada kelangkaan, maka semua 
individu pelaku ekonomi tidak akan peduli dan perhatian terhadap 
alokasi dan penggunaan sumberdaya.
Alokasi sumberdaya dalam perekonomian banyak 
kaitannya dengan bagaimana memilih yang terbaik dari berbagai 
alternatif penggunaan yang tersedia. Konsekuensi dari adanya 
kelangkaan sumberdaya adalah semua pelaku ekonomi dihadapi 
oleh berbagai alternatif, maka setiap pelaku ekonomi harus 
melakukan pilihan untuk memperoleh apa yang diperlukan  atau 
diinginkan secara maksimal. Sebagai contoh, bagaimana 
mengalokasikan lahan untuk memenuhi kebutuhan perkebuhan 
kelapa sawit atau kawasan hutan. Contoh lainnya bagaimana 
mengalokasikan waktu yang terbatas untuk belajar atau bermain. 
Ilmu ekonomi menyediakan berbagai metode analisis yang dapat 
membantu dalam memilih yang terbaik dari berbagai alternatif 
pilihan yang ada. Ketika warga  dihadapkan pada pilihan, secara tidak 
langsung warga  juga dibebankan adanya biaya. Keputusan 
untuk memiliki sesuatu lebih banyak memerlukan keputusan untuk 
memiliki sesuatu yang lain lebih sedikit. Hal inilah yang dapat 
dianggap sebagai biaya dari memiliki sesuatu lebih banyak. Oleh 
karena itu, proses pengambilan keputusan dari berbagai pilihan 
menyiratkan adanya biaya. Para ahli ekonomi seringkali menyebut 
biaya ini sebagai biaya peluang atau opportunity cost 
Kelangkaan dan pilihan adalah dua faktor penting yang 
perlu ada agar suatu masalah dapat dikatakan sebagai 
permasalahan ekonomi. Jika ada  kelangkaan tetapi tidak ada 
pilihan, maka itu bukan merupakan permasalahan ekonomi. 
Sebaliknya, jika ada  pilihan namun tidak ada kelangkaan maka 
ilmu ekonomi menjadi tidak diperlukan  untuk dipelajari. 
Berkaitan dengan isu kelangkaan dan pilihan, pada sektor 
pertanian ada  tiga permasalahan ekonomi paling mendasar 
dan saling terkait yang perlu untuk dipahami dan dijawab oleh para 
pelaku ekonomi di sektor ini, yaitu sebagai berikut:
1. Komoditas apa yang harus diproduksi? Berapa jumlah 
produksinya? Serta kapan waktu yang tepat untuk 
memproduksinya?
2. Bagaimana komoditas harus diproduksi? Dilakukan oleh 
siapa, dengan menggunakan kombinasi faktor-faktor 
produksi apa saja, serta dengan teknik produksi seperti apa, 
padat modal atau padat karya? Bagaimana peran negara dan 
swasta dalam proses produksi ini?
3. Bagi siapa komoditas yang diproduksi ditujukan? Siapa yang 
menikmati dan memperoleh manfaat dari adanya komoditas 
ini ? Berapa banyak yang harus dikonsumsi?
Ilmu ekonomi pertanian berusaha untuk menjawab dan 
memecahkan pertanyaan-pertanyaan ini  agar sumberdaya 
yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk 
memaksimalkan kebutuhan para pelaku ekonomi yaitu produsen 
maupun konsumen. 
Mikroekonomi dan Makroekonomi
Ilmu ekonomi dapat dilihat dari berbagai perspektif yang 
berbeda. Secara umum, ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua 
kategori besar, yaitu mikroekonomi dan makroekonomi
Ilmu mikroekonomi adalah suatu studi yang 
memperhatikan dan menganalisis perilaku individu-individu 
pelaku ekonomi yang kecil, seperti suatu perusahaan, rumah tangga 
konsumen, serta bagaimana hubungan dan interaksi antar individu 
ini  di pasar ,Topik-topik yang 
menjadi subjek mikroekonomi diantaranya adalah perilaku 
produsen dan konsumen, mekanisme pasar untuk komoditas 
tertentu, serta hubungan antara pasar-pasar. Dalam mempelajari 
subjek ekonomi pertanian sebagian besar bahasannya akan terkait 
pada area mikroekonomi, meskipun area makroekonomi juga 
dapat terlibat di dalamnya terutama bagaimana peran sektor 
pertanian dalam memengaruhi perekonomian secara keseluruhan.
Sebagai contoh aplikasi ilmu mikroekonomi pada sektor 
pertanian adalah bagaimana memahami penentuan harga dan 
jumlah pada komoditas pertanian tertentu. Memahami bagaimana 
mekanisme pasar bekerja dan memahami sifat permintaan suatu 
produk dapat membantu para produsen dalam menentukan 
pilihan-pilihan dengan lebih baik, seperti apa yang harus 
diproduksi, berapa banyak jumlah yang perlu diproduksi, dan 
berapa banyak tenaga kerja yang diperlukan . Selain itu, 
mikroekonomi juga berusaha memahami mengapa harga beberapa 
komoditas naik sementara yang lain turun.
Contoh lain aplikasi ilmu mikroekonomi yaitu bagaimana 
memahami konsep „biaya peluang (opportunity cost)“. Biaya 
peluang adalah biaya dari menggunakan sumberdaya bagi tujuan 
tertentu. Biaya ini diukur dengan manfaat yang dikorbankan karena 
tidak menggunakan untuk tujuan lain. Dengan memahami 
pentingnya konsep biaya ini akan membantu pelaku ekonomi 
dalam mengevaluasi berbagai pilihan keputusannya. 
Ilmu mikroekonomi juga dapat dipakai  dalam 
mengevaluasi berbagai kebijakan pemerintah. Ilmu mikroekonomi dapat melihat apakah undang-undang atau peraturan tertentu 
dapat memberikan manfaat bagi warga  atau malah akan 
mengurangi kesejahteraan. Para ahli ekonomi dapat mengukur 
dampak berbagai kebijakan pemerintah terhadap konsumen, 
tenaga kerja, dan perusahaan. Hasil dari pengukuran ini dapat 
dipakai  untuk menentukan apakah perlu melanjutkan atau 
mengubah suatu kebijakan pemerintah.
Sementara itu, ilmu makroekonomi memiliki ruang lingkup 
studi yang lebih luas yaitu memperhatikan perekonomian secara 
keseluruhan . Masalah-masalah seperti inflasi, 
resesi, pengangguran merupakan permasalahan yang diperhatikan 
di dalam makroekonomi. Ilmu makroekonomi berusaha menjawab 
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: mengapa sebagian negara 
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat sedangkan ada 
negara yang selalu berada dalam kemiskinan? Mengapa sebagian 
negara mengalami tingkat inflasi yang tinggi sedangkan negara lain 
dapat mengendalikan harga yang stabil? Mengapa semua negara 
bersama-sama mengalami resesi ekonomi pada periode-periode 
tertentu? 
Isu-isu pada area makroekonomi seringkali memainkan 
penanan penting dalam perdebatan politik. Kinerja suatu 
pemerintah dapat juga dilihat dari kinerja perekonomiannya, 
karena kebijakan-kebijakan pemerintah akan sangat memengaruhi 
perekonomian suatu negara. Sebagai akibatnya, popularitas suatu 
pemerintah akan meningkat jika perekonomian negara berjalan 
dengan baik dan akan menurun bila terjadi sebaliknya.
Jika dapat dianalogikan, studi makroekonomi seperti 
melihat suatu hutan secara keseluruhan, sedangkan mikroekonomi 
seperti melihat satu unit pohon di hutan ini . Dua bidang ini 
meskipun berlainan dalam cara pandangnya tetapi saling 
melengkapi untuk mengamati ekonomi, bukan bersaingan. 
Keduanya tetap diperlukan  dalam pemahaman yang lengkap 
mengenai ekonomi.

Statis dan Dinamis
bahwa dalam mempelajari ilmu ekonomi kita dapat 
mengklasifikasikan menjadi dua, yaitu statis dan dinamis. Dalam 
konteks statis, fenomena-fenomena ekonomi dipelajari tanpa 
referensi waktu atau tidak ada kaitannya dengan waktu (timeless). 
Hubungan antar variabel di dalam konteks statis, seringkali sudah 
dapat dipastikan, misalkan penggunaan 50 kg pupuk dapat 
meningkatkan hasil panen jagung sebanyak 100 kg, tidak kurang 
tidak lebih. Namun demikian, ketidakpastian (uncertainty) juga 
dapat terkandung di dalam konteks statis. Sebagai contoh, suatu 
lemparan koin–yang tidak terikat dengan waktu–memiliki hasil 
yang tidak pasti. 
Sementara itu, studi ekonomi secara dinamis akan selalu 
dipengaruhi oleh perbedaan waktu. Fenomena-fenomena ekonomi 
saat ini seringkali terkait dengan kejadian-kejadian di masa lalu 
atau akan berdampak kepada kejadian di masa depan. Setiap 
ekonom sepakat bahwa kebijakan publik dan peristiwa-peristiwa 
lain dapat memengaruhi perekonomian pada horizon waktu yang 
berbeda.
Studi ekonomi secara dinamis akan melihat kemungkinan 
adanya perubahan dalam hubungan antar variabel seiring waktu 
berjalan. Mempelajari tren perkembangan indikator-indikator 
ekonomi meruapakan contoh dari studi dinamis ini. Studi dinamis 
seringkali terkait dengan masalah ketidakpastian yang terjadi 
sepanjang waktu. Sebagai contoh, penggunaan 10 kg pupuk belum 
tentu akan meningkatkan produksi jagung sebanyak 100 kg, namun 
hasilnya akan selalu tergantung pada faktor-faktor yang ada selama 
musim tanam jagung ini  seperti cuaca, iklim, hama, kondisi 
tanah, dan sebagainya. 
Positif dan Normatif
Dalam memandang suatu fenomena ekonomi salah satu hal 
pokok yang perlu untuk dapat dibedakan dan dipisahkan adalah 
antara pertimbangan nilai dan pernyataan faktual. Oleh karena itu
cara memandang ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi dua 
klasifikasi, yaitu pandangan positif ekonomi dan pandangan 
normatif ekonomi. 
Ilmu ekonomi positif hanya menjelaskan dan 
mendeskripsikan „apa yang terjadi“ tanpa dihubungkan dengan 
„bagaimana seharusnya“. Pembahasan dalam ekonomi positif 
terbatas pada deskripsi mengenai fakta, situasi, dan hubungan yang 
terjadi dalam ekonomi. Misalnya berapa harga komoditas beras 
pada hari ini? Bagaimana harga pupuk yang tinggi dapat 
memengaruhi tingkat kesejahteraan petani? Bagaimana proses 
subsidi bahan bakar dapat memengaruhi konsumsi bahan bakar 
ini ? Contoh-contoh pertanyaan seperti itu dapat dijawab 
hanya dengan mengacu pada fakta-fakta yang ada. Tidak ada 
penilaian „baik“ atau „buruk“ di dalam ekonomi positif. Teori 
ekonomi dapat diklasifikasikan sebagai ekonomi positif. 
Pendekatan pandangan positif juga dipakai  dalam model-model 
ekonomi untuk menjelaskan peristiwa di dunia nyata. 
Jika ada  ketidaksamaan pada pandangan positif 
ekonomi, maka dapat diatasi dengan menggunakan logika berpikir 
serta melihat data dan fakta yang ada. Sebagai contoh, jika seorang 
ekonom sedang mempelajari suatu pasar tertentu, bagaimana 
harga dan kuantitas barang ditentukan, kondisi efisiensi pasar, dsb. 
Namun ada seorang ekonom lain yang tidak setuju dengan 
kesimpulannya, maka perbedaan pandangan ini  dapat 
diselesaikan dengan mengumpulkan fakta-fakta lebih banyak 
terkait pasar ini . Pandangan positif bisa disebut sebagai 
pernyataan yang dapat diuji karena dapat dibuktikan melalui bukti 
empiris. Banyak contoh pokok persoalan dalam ilmu ekonomi 
positif yang mudah untuk disepakati secara konsensus oleh para 
ahli ekonomi. 
Sementara itu, pandangan ekonomi normatif merupakan 
sebuah perspektif seseorang yang menjelaskan „bagaimana 
seharusnya“ atau „apa yang seharusnya dilakukan“. Pandangan ini
mengandung penilaian yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang 
etika, nilai, filosofi, sosial, dan budaya seseorang. Pertanyaan￾pertanyaan yang terkait dengan ekonomi normatif, seperti 
misalnya berapa tingkat inflasi yang dapat diterima? Haruskah 
sistem subsidi dan perpajakan selalu diarahkan kepada sektor 
pertanian? Apakah anggaran pemerintah untuk sektor pertanian 
harus selalu meningkat tiap tahunnya? Pertanyaan-pertanyaan 
ini  tidak akan dapat dipecahkan hanya berdasar  
pengetahuan dan fakta saja. Tidak akan ada jawaban sederhana 
yang mengatakan benar atau salah jika terkait pada pandangan 
ekonomi normatif. Ketidaksepakatan pendapat antar para ekonom 
akan banyak dan sering terjadi dalam ilmu ekonomi normatif, 
karena tidak dapat diuji dengan pembuktian melalui pengamatan 
empiris.
Suatu kebijakan perekonomian dapat dikatakan sebagai 
pandangan normatif ekonomi. Namun demikian, positif ekonomi 
akan tetap perlu dipakai  sebagai dasar membuat penilaian 
dalam suatu pandangan normatif ekonomi yang baik. Dalam 
mempelajari ilmu ekonomi, kita harus dapat membedakan antara 
pandangan positif dan normatif, serta membedakan antara 
pernyataan yang berdasar  hasil penelitian atau hanya 
berdasar  penilaian personal. Pembedaan antara positif dan 
normatif membuat kita dapat membedakan pandangan tentang 
bagaimana dunia ini seharusnya berlangsung dan bagaimana dunia 
ini sesungguhnya berlangsung. Pemisahan positif dan normatif 
merupakan landasan dalam mempelajari ilmu ekonomi. 
Ilmu Ekonomi dan Ilmu Ekonomi Pertanian
 bahwa ilmu ekonomi 
pertanian merupakan ilmu sosial terapan yang berkaitan dengan 
bagaimana produsen, konsumen, dan warga  menggunakan 
sumber daya alam yang langka pada aktivitas produksi, 
pengolahan, pemasaran, serta konsumsi produk-produk pertanian. 
Seorang ahli ekonomi pertanian merupakan seorang ahli ekonomi 
yang memiliki spesialisasi di bidang pertanian. Ketertarikan utama 
dari ahli ekonomi pertanian adalah mengaplikasikan prinsip￾prinsip dalam ilmu mikroekonomi maupun makroekonomi untuk 
menyelesaikan persoalan pada sektor pertanian. Oleh karena itu, seorang ekonom pertanian tidak hanya perlu menguasai 
pemahaman ilmu ekonomi saja, tetapi juga penting mempunyai 
pengetahuan ilmu-ilmu pertanian. 
Beberapa contoh permasalahan-permasalahan yang 
mengaplikasikan prinsip-prinsip ilmu ekonomi di bidang pertanian, 
diantaranya adalah: 1) bagaimana permintaan input-input 
produksi yang diperlukan  sebagai respons dari proses produksi 
pertanian; 2) bagaimana rantai pemasaran bahan pangan dan 
penetapan harganya; 3) bagaimana pembiayaan pada perusahaan 
agribisnis; 4) bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap 
konsumen, produsen produk-produk pertanian, dan fluktuasi 
harganya; serta 5) bagaimana sektor pertanian memengaruhi 
perekonomian nasional maupun global.
 Para Pelaku Ekonomi
Ilmu ekonomi banyak membahas segala perilaku manusia dan 
berbagai keputusan yang dibuat oleh individu. Pada suatu sistem 
perekonomian ada  jutaan orang atau individu yang terlibat di 
dalamnya. Agar mempelajari ilmu ekonomi dapat lebih sistematis, 
mengkategorikan individu-individu pengambil 
keputusan yang terlibat dalam perekonomian ke dalam tiga 
kelompok, yaitu rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah. 
Rumah Tangga
Rumah tangga (household) merupakan sekumpulan orang 
yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan membuat 
keputusan bersama. Anggota rumah tangga disebut sebagai 
konsumen karena kegiatan utama mereka membeli dan 
mengkonsumsi barang dan jasa. Selain sebagai konsumen, rumah 
tangga juga merupakan pemilik utama faktor-faktor produksi, 
seperti tenaga kerja, lahan, modal, dsb. Kemudian mereka menjual 
faktor-faktor produksi ini pada perusahaan dan menerima 
penghasilan (income) sebagai imbalannya.
Setiap rumah tangga akan mengambil keputusannya 
dengan konsisten berdasar  motivasinya untuk memperoleh 
kesejahteraan atau kepuasan (utility) yang maksimum. Rumah 
tangga berusaha mencapai tujuan ini  dalam batas 
sumberdaya yang tersedia. Dalam pasar untuk komoditas tertentu, 
rumah tangga diperlakukan sebagai unit perilaku pada sisi 
permintaan (demand).
 Perusahaan
Perusahaan (firm) adalah suatu unit yang memanfaatkan 
faktor-faktor produksi untuk memproduksi barang atau jasa 
tertentu yang akan dijual kepada perusahaan lain, rumah tangga, 
atau pemerintah. Karena kegiatan utamanya adalah memproduksi, 
maka perusahaan disebut sebagai produsen. Perusahaan 
diperlakukan sebagai unit perilaku pada sisi produksi atau 
penawaran (supply) dalam pasar komoditas. Sedangkan dalam 
pasar faktor produksi yang memperjua-belikan faktor-faktor 
produksi, peran perusahaan membeli dan rumah tangga menjual. 
Sebagian besar perusahaan mengambil keputusannya 
berdasar  pada satu tujuan utama yaitu mendapatkan 
keuntungan atau laba semaksimum mungkin. Yang dimaksud 
dengan laba adalah selisih antara nilai penerimaan dari hasil 
penjualan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi 
barang yang dijual. Maksimisasi keuntungan yang ingin dicapai 
perusahaan ini analog dengan maksimisasi kepuasan yang ingin 
diraih oleh rumah tangga. 
 Pemerintah 
Dalam ilmu ekonomi, istilah pemerintah dipakai  dalam 
arti luas, termasuk semua kementerian dan lembaga serta 
organisasi-organisasi lain yang dimiliki dan dikelola oleh 
pemerintah pusat maupun daerah. Semua organisasi resmi yang 
memiliki kekuatan dan kekuasaan politis untuk mengendalikan 
pengambilan keputusan perorangan dan pasar dapat dikategorikan 
sebagai pemerintah. Dengan demikian, pemerintah mencakup 
presiden, bank sentral, pemerintah deerah, lembaga penelitian 
milik pemerintah, badan legislatif, kepolisian, dan sebagainya. 
Berbeda dengan rumah tangga dan perusahaan, pemerintah 
tidak selalu akan bertindak secara konsisten. Hal ini disebabkan 
karena, pertama pemerintah terdiri dari berbagai unit organisasi 
yang berbeda dan beragam sehingga masing-masing organisasi 
ini  dapat memiliki kepentingan, pandangan, serta sasaran 
yang berbeda. Kedua, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah 
seringkali hanya bertujuan jangka pendek. Hal ini karena siklus 
jabatan pemerintah bersifat jangka pendek, sehingga seringkali 
terlihat keengganan untuk melihat manfaat jangka panjang dari 
suatu kebijakan. 
Interaksi Rumah Tangga dan Perusahaan
Interaksi antara rumah tangga sebagai konsumen dan 
perusahaan sebagai produsen terjadi melalui dua jenis pasar yang 
berbeda. Barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan dijual 
melalui pasar barang dan jasa (goods and services market). 
Sedangkan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan 
modal dijual di dalam pasar faktor. Interaksi ini melibatkan dua 
arus yang berbeda yaitu arus barang dan jasa serta arus uang. Arus 
barang dan jasa dapat disebut sebagai arus riil, sedangkan arus 
uang adalah arus pembayaran untuk barang dan jasa ini . 
Output barang dan jasa mengalir dari produsen kepada 
konsumen melalui pasar barang. Sementara itu, dalam pasar faktor 
produsen bertindak sebagai pembeli yang membeli faktor-faktor 
produksi. Contoh-contoh transaksi yang terjadi pada pasar faktor 
diantaranya, karyawan menjual jasa tenaga kepada perusahaan 
untuk mendapatkan upah sebagai imbalan, pemilik modal akan 
menerima bunga atau laba karena menyediakan modal kepada 
perusahaan, serta pemilik lahan mendapatkan uang sewa karena 
menyewakan lahannya kepada perusahaan. 
Konsep interaksi ini membantu untuk mengerti bagaimana 
pelaku-pelaku ekonomi yang terpisah berhubungan satu sama lain 
secara timbal balik. Aktivitas produsen dapat memengaruhi rumah 
tangga, karena upah yang dibayar oleh perusahaan akan 
memengaruhi kemampuan daya beli rumah tangga. Adapun, 
aktivitas rumah tangga juga memengaruhi perusahaan, karena 
barang yang dibeli akan berdampak kepada penerimaan atau 
keuntungan perusahaan. 
Pada gambar 1.1 berikut menjelaskan secara visual arus 
barang dan arus uang yang terjadi akibat adanya interaksi antara 
rumah tangga dan perusahaan di pasar barang dan jasa maupun di 
pasar faktor produksi. Mankiw (2021) menyatakan bahwa kedua 
arus hasil interaksi ini  dapat dikatakan sebagai diagram arus 
sirkular dalam perekonomian, dan mampu menjelaskan dengan 
sederhana bagaimana suatu perekonomian bekerja. 


Peran Model, Teori, dan Data Ekonomi
 Model Ekonomi
Setiap sistem ekonomi di dunia nyata akan terlalu rumit dan 
kompleks untuk digambarkan secara rinci. Tidak mungkin untuk 
mempelajari secara rinci mengenai bagaimana setiap unit beras 
atau jagung yang diproduksi dan berapa banyak yang dibeli oleh 
konsumen di setiap pasar. Oleh karena itu, perlu dikembangkan 
model-model sederhana dari beragam aktivitas manusia yang ingin 
dipelajari. Secara harfiah, model adalah gambaran esensi dari objek 
nyata yang dirancang mirip dengan aslinya. Nicholson & Snyder 
(2010) mendeskripsikan model ekonomi sebagai gambaran teoritis 
sederhana yang dapat menggambarkan bagaimana perekonomian 
bekerja.
Model ekonomi terbuat dari simbol dan persamaan 
matematika atau dapat juga berupa diagram. Model ini dibangun 
untuk membantu menjelaskan hubungan antar variabel-variabel 
ekonomi pada area mikroekonomi maupun makroekonomi. Para 
ekonom yang sedang berusaha menganalisis kondisi pasar pada 
komoditas tertentu, akan menggunakan model-model ekonomi 
yang sudah disederhanakan untuk menggambarkan karakteristik 
pokok suatu pasar ini . Model-model ekonomi ini tentu tidak 
akan identik dengan realitasnya, namun setidaknya dapat 
memandu para ekonom untuk dapat melihat kondisi dunia nyata 
yang kompleks dan rumit secara lebih sederhana. 
Secara umum, model ekonomi memiliki dua jenis variabel, 
yaitu endogen dan eksogen. Variabel endogen (endogenous 
variables) adalah variabel yang akan dijelaskan di dalam sebuah 
model, sedangkan variabel eksogen (exogenous variables) adalah 
variabel yang memengaruhi variabel endogen dan nilainya 
ditentukan di luar model. Tujuan dari sebuah model adalah 
menunjukkan bagaimana variabel-variabel eksogen memengaruhi 
variabel endogen. Dapat juga dikatakan bahwa variabel eksogen 
merupakan input model sedangkan variabel endogen sebagai 
output model . Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2 
di bawah ini.
Salah satu model paling populer dari seluruh model 
ekonomi adalah model permintaan dan penawaran1. Model ini 
dipakai  untuk mengetahui apa saja yang dapat memengaruhi 
harga dan kuantitas yang dijual pada komoditas tertentu. Oleh 
karena itu, dalam model permintaan dan penawaran variabel 
endogen adalah harga dan kuantitas, sedangkan variabel eksogen 
adalah variabel-variabel lain yang dapat memengaruhi harga dan 
kuantitas, seperti pendapatan konsumen, harga bahan baku, harga 
komoditas lain, kondisi cuaca, dsb. Model ini dapat 
menggambarkan perilaku konsumen, perilaku produsen, dan 
interaksi mereka di dalam pasar. 
Dalam bab-bab selanjutnya di sepanjang buku ini, akan 
ada  berbagai model ekonomi yang dipakai  dalam rangka 
menjelaskan bagaimana kondisi atau fenomena ekonomi pada 
sektor pertanian seperti model produksi, model biaya produksi, 
model permintaan dan penawaran, serta model perdagangan 
internasional. Model-model ini akan bermanfaat karena membantu 
kita menghilangkan hal-hal yang tidak relevan dan memusatkan 
perhatian hanya pada hubungan antar variabel yang penting secara 
lebih jelas. 
Semua model ekonomi akan memiliki banyak asumsi yang 
disederhanakan atau tidak memperhitungkan seluruh faktor yang 
ada. Seorang ekonom harus mampu menilai apakah sebuah asumsi 
itu dapat menjelaskan atau malah menyesatkan. Ketika sedang 
menganalisis permasalahan dengan menggunakan model ekonomi, 
para ekonom harus selalu menjelaskan asumsi-asumsi yang 
menjadi dasar model ini . Salah satu asumsi yang pasti ada di 
dalam model ekonomi adalah asumsi ceteris paribus. Asumsi ini 
meyatakan bahwa semua faktor-faktor lain diluar model dianggap 
tidak akan berubah dan dipertahankan tetap konstan. Asumsi dapat 
menyederhanakan kompleksitas dunia sehingga menjadi lebih 
mudah untuk memahaminya
Walaupun dengan adanya asumsi membuat model ekonomi 
menjadi terlihat tidak realistis, namun penyederhanaan adalah 
bagian penting atau esensial dalam pengembangan model yang 
bermanfaat. Para ekonom menggunakan asumsi-asumsi yang 
berbeda untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang 
berbeda pula. Meskipun tidak ada satu model pun yang cukup 
lengkap untuk menjelaskan seluruh persoalan ekonomi, tetapi 
dengan mempelajari model-model yang berbeda dapat membantu 
kita untuk memahami berbagai kejadian ekonomi yang sudah, 
sedang, atau bahkan akan terjadi termasuk pada sektor pertanian. 
Teori Ekonomi
Teori merupakan alat dalam menyusun dan mengatur fakta. 
Teori ekonomi selalu terdiri dari sekumpulan definisi dan asumsi 
tentang variabel-variabel yang ada di dalam model ekonomi. 
Seperti halnya dengan model ekonomi, teori ekonomi juga tidak 
akan dapat menjelaskan bagaimana kondisi perekonomian di dunia 
nyata secara detail dan menyeluruh. Namun demikian, teori 
ekonomi bertujuan untuk menyediakan proposisi yang dapat 
dipakai  dalam menjelaskan kompleksitas dunia nyata secara 
sederhana. 
Dunia penuh dengan fakta yang ada, beberapa fakta dapat 
dipakai  dalam menjelaskan fenomena ekonomi, namun 
beberapa fakta lain tidak dapat. Peran dari teori adalah 
mengidentifikasi beberapa fakta yang berguna dan menyatukannya 
sehingga menghasilkan kesimpulan yang berarti. Tanpa adanya 
teori, fakta-fakta dari hasil observasi akan tampak tidak berbentuk 
dan tidak berarti. Menganalisis permasalahan ekonomi tanpa 
panduan kerangka teori, dapat dianalogikan seperti berjalan di 
dalam kegelapan. Akan tetapi, permasalahan ekonomi yang sama 
juga dapat dilihat secara berbeda oleh para pengamat ekonomi 
yang menggunakan dasar teori yang berlainan.
Ilmu ekonomi dapat dipresentasikan melalui berbagai cara 
yang berbeda, seperti melalui grafik, menggunakan fungsi atau 
persamaan matematika, atau juga hanya melalui diskusi lisan saja. 
Apapun metode dalam penyampaiannya, prinsip-prinsip dalam 
ilmu ekonomi akan selalu dapat dimanfaatkan oleh individu 
ataupun warga  untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi 
di sekitarnya. Ilmu ekonomi termasuk ilmu yang relatif masih muda 
jika dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Begitupun dengan 
kemampuan para ahli ekonomi dalam memprediksi peristiwa￾peristiwa ekonomi tidaklah sempurna. Akan tetapi studi ilmu 
ekonomi bisa menjelaskan banyak hal tentang dunia ini secara lebih 
sederhana, dan jika diaplikasikan dengan tepat dapat membuat 
dunia menjadi tempat yang lebih baik.
 Data Ekonomi
Salah satu sumber informasi utama tentang apa yang terjadi 
dalam perekonomian adalah pengamatan. Suatu teori ekonomi 
akan berguna untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi pada 
dunia nyata jika dikombinasikan dengan pengamatan. Data dari 
hasil pengamatan yang sistemik, sudah disusun dan diatur, juga 
dapat dipakai  untuk mengevaluasi atau menguji validitas dari 
teori-teori ekonomi. Hanya jika data yang dihasilkan dari proses 
pengamatan itu sesuai dengan teori yang ada, maka kita dapat 
memahami situasi perekonomian yang sedang terjadi. 
Data ekonomi merupakan sumber informasi dari kumpulan 
fakta-fakta yang sistemik dan objektif. Hampir setiap hari data 
statistik ekonomi yang baru dipublikasikan oleh berbagai lembaga, 
mulai dari lembaga pemerintah, perusahaan swasta, lembaga 
survei dan penelitian non pemerintah, dll. Data statistik ekonomi 
yang didapatkan ini  sebagian besar merupakan hasil dari 
kegiatan survei kepada pelaku-pelaku ekonomi, seperti rumah 
tangga atau perusahaan. Sebagian besar dari berbagai model 
ekonomi dan berbagai bentuk kurva yang ada dalam bab-bab 
selanjutnya di buku ini datangnya juga dari analisis statistik yang 
dilakukan berdasar  data statistik dari berbagai sumber. 
Data statistik inilah yang dipakai  sebagai bahan dasar 
bagi ekonom untuk memantau kondisi perekonomian dan 
perubahan-perubahannya atau oleh pengambil kebijakan untuk 
merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat. Data 
saja tidak dapat memberitahu kita banyak hal tentang dunia, tetapi 
bila digabungkan dengan teori akan banyak yang bisa disampaikan 
kepada kita. Kemampuan mengamati data serta diramu dengan 
konsep-konsep teoritis, dan tentunya menggunakan pola berpikir 
yang logis merupakan syarat perlu untuk bisa menguasai prinsip￾prinsip dasar ilmu ekonomi.
 Analisis Marginal
Seringkali para ekonom, khususnya ekonom pertanian, 
memusatkan perhatiannya pada analisis marginal. Dalam konteks 
mikroekonomi fokus perhatiannya pada bagaimana tambahan 
penggunaan suatu input produksi, atau tambahan pembelian suatu 
produk oleh konsumen, akan mengubah kesejahteraan produsen 
dan konsumen. Di sisi yang lain, dalam konteks makroekonomi, 
contoh perhatian pada marginal adalah bagaimana perubahan pada 
tingkat pajak penghasilan dapat mengubah pedapatan nasional, 
suku bunga, inflasi, dan defisit anggaran pemerintah. Kata kunci 
pada kasus-kasus ini  adalah perubahan. Pembahasan 
mengenai analisis marginal ini akan membuat kita lebih memahami 
bagaimana keputusan-keputusan ekonomi yang dilakukan oleh 
perusahaan, rumah tangga, atau negara. 

Untuk menunjang kerangka dasar ketahanan pangan di 
Indonesia diperlukan langkah kongkrit dan terpadu berupa 
pengembangan kelembagaan pertanian. Kelembagaan sering 
didefinisikan sebagai suatu aturan yang dikenal, diikuti, dan 
ditegakkan secara baik oleh anggota warga , yang memberi 
naungan (liberty) dan hambatan (constraints) bagi individu atau 
anggota warga . 
Kelembagaan terkadang ditulis secara formal dan ditegakkan 
oleh aparat pemerintah, tapi dapat juga berbentuk tidak tertulis 
secara formal semacam aturan adat dan norma yang dianut oleh 
warga . Kelembagaan umumnya bersifat dapat diprediksi dan 
stabil, dapat diaplikasikan pada situasi yang berulang. Tumbuh 
kembangnya suatu organisasi akan tergantung pada kelembagaan 
ini.
Di Indonesia, dalam sektor pertanian pernah dikenal istilah 
“lumbung desa”, “lumbung pangan”, “lumbung sosial,” dan yang 
sejenisnya sebagai bentuk kelembagaan yang sangat berperan 
cukup penting untuk menciptakan suatu tingkat ketahanan pangan 
yang berkelanjutan. Berbagai penelitian telah merekomendasikan 
akan pentingnya kelembagaan dalam sektor pertanian. 
Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu 
program dapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan 

Definisi Kelembagaan Pertanian
 tentang kelembagaan dan 
organisasi: An institution is a complex norm and behavior thatpersist overtime by serving some socialy value purpose, while an 
organization is a structure of recognize and accept roles.
Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok 
warga  atau organisasi yang menfasilitasi koordinasi antar 
anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan dimana 
setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan 
yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan 
Kelembagaan petani adalah lembaga petani yang berada 
pada kawasan lokal, yang berupa organisasi keanggotaan atau 
kerjasama yaitu petani-petani yang tergabung dalam kelompok 
kerjasama 
 Unsur-unsur Kelembagaan Pertanian
Ada beberapa unsur penting yang terkandung dari 
pengertian kelembagaan, antara lain :
1. Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah 
laku sosial warga 
2. Norma tingkah laku yang mengakar dalam warga  dan 
diterima secara luasuntuk melayani tujuan bersama yang 
mengandung nilai tertentu dan menghasilkaninteraksi 
antar manusia yang terstruktur
3. Peraturan dan penegakan aturan/hukum
4. Aturan dalam warga  yang memfasilitasi koordinasi 
dan bekerjasama dengan dukungan tingkah laku, hak 
dan kewajiban anggota
5. Kode etik
6. Kontrak
7. Pasar
8. Hak millik
9. Organisasi
10. Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan
 Macam-macam Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian terbagi ke dalam beberapa bentuk, 
yaitu :
1. Kelembagaan petani, berupa kelompok tani, gabungan 
kelompok tani dan koperasi.
2. Kelembagaan pemerintah, berbentuk kelembagaan 
penyuluhan baik di tingkat nasional, kabupaten/kota, 
kecamatan dan desa/kelurahan.
3. Kelembagaan swasta, bergerak di bidang pengadaan sarana 
produksi, keuangandan pengangkutan.
4. Kelembagaan Lembaga Swadaya warga , bergerak di 
bidang pengujian dan penyuluhan.
Beberapa contoh Kelembagaan Pertanian yang sering 
ditemukan dalam pengembangan pertanian di Indonesia, antara 
lain :
a. Koperasi. Kelembagaan ini memiliki tujuan meningkatkan 
produksi dan kesejahteraan petani. Sering disebut dengan 
nama Koperasi Unit Desa yang memiliki harapan ideal: (1) 
memberikan jaminan keuntungan secara sosial dan 
ekonomi, (2). Meningkatakan posisi tawar petani dalam 
menentukan harga produk pertanian. Kendala yang sering 
dihadapi dalam pengembangan koperasi ini antara lain: (1) 
rendahnya minat warga  untuk bergabung karena 
kegagalan dan stigma negatif tentang koperasi yang 
berkembang di tengah persepsi warga , (2) 
ketergantungan petani terhadap tengkulak akibat transaksi 
yang dilakukan, (3) kurangnya pemahaman dan arti penting 
koperasi
b. Lembaga Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 
(BPPT). Lembaga ini berperan sebagai Lembaga 
intermediasi, Lembaga pelaksana, Lembaga pengkali 
teknologi, pelaksana audit teknologi dan Lembaga pemberi 
solusi teknologi. Balai Inkubator Teknologi sebagai ujung 
tombak perekayasaan teknologi sebagai wahana inkubasi 
dan komersialisasi invensi dan inovasi teknologi yang 
dihasilkan BPPT untuk mewujudkan wirausaha baru 
berbasis teknologi.
c. Lembaga Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). Model 
inovasi kelembagaan yang dikembangkan PRIMA TANI 
(Program Rintisan dan Akselerasi Pewarga an Inovasi 
Teknologi Pertanian). Penumbuhan elemen AIP meliputi (1) 
Lembaga Produksi, berupa kelompok tani maupun 
GAPOKTAN, dengan model pendekatan domisili ataupun 
hamparan, yang merupakan aktivigas usahatani berdasar 
keputusan kolektif, (2) Lembaga Sarana Produksi, 
menyelaraskan pengadaan saprodi dalam jenis, kuantitas, 
kualitas, waktu, tempat dan harga yang sesuai dengan 
kemampuan dan kebutuhan petani dan pelaku bisnis 
lainnya.
d. Penyuluhan Pertanian. Memfungsikan secara efektif dalam 
kegiatan pendampingan petani sehingga dapat 
memanfaatkan sumberdaya pertanian setempat secara 
optimal. Tugas utama penyuluh adalah memperkenalkan 
inovasi baru, menjelaskan kebijakan pemerintah, dan 
menampung keluhan atau saran dari petani terkait dengan 
kebijakan ini . Penyuluhan dapat dikatakan berhasil 
apabila dilihat dari sisi petani, dapat meningkatkan 
pengetahuan dan adopsi inovasi, dilihat dari sisi Penyulih, 
dapat merubah sikap petani (yang negative), memberikan 
pengetajuan praktis yang berguna (Meneth Ginting, )
e. Lembaga Klinik Agribisnis. Bertujuan untuk meningkatkan 
pelayanan informasi, teknologi pertanian, informasi pasar, 
dan informasi permodalan. Lembaga ini merupakan 
organisasi dengan anggota: para Penyuluh, Peneliti BPTP, 
Pusat Penelitian dan Balai Penelitian di lingkungan 
Kementan dan petugas dinas terkait.
f. Lembaga Pasca Panen (Pemasaran Hasil Pertanian). 
Bertujuan menekan kehilangan hasil mentah pertanian, 
meningkatkan nilai tambah dan memperlancar pemasaran 
hasil pertanian sehingga posisi tawar petani meningkat.
g. Lembaga Jasa ALSINTAN. Dirintis dengan pelayanan jasa 
penyewaan alsintan, ditujukan untuk meningkatkan 
efisiensi usaha dengan biaya terjangkau oleh petani dan 
memberikan keuntungan yang layak (bagi Lembaga), serta 
pembinaan dengan pemberian kredit murah bagi pelaku 
usaha jasa alsintan.
h. Lembaga Pengolahan Hasil Pertanian. Bertujuan untuk 
meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan 
memperluas pasar, pembentukan industri skala kecil dan 
rumah tangga yang dikelola secara kelompok. Perlu 
pembinaan teknis dan manajemen sehingga keuntungan 
layak. Pembagian nilai tambah yang proporsional dengan 
petani pemasok bahan baku dan pelaku agribisnis lain di 
pedesaan.
i. Lembaga Permodalan. Merupakan bentukan baru atau 
memanfaatkan Lembaga yang sudah ada tetapi belum 
menjangkau petani. Dikembangkan dengan pola kredit 
usaha mandiri yang melibatkan anggota kelompok tani.
Peran Penting Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pendukung sektor pertanian di pedesaan 
bersifat pasang surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaan
dapat bersifat formal (disponsori dan dibantu pemerintah) dan 
non formal (terbentuk sebagai jawaban atas tuntutan 
kebutuhan aktual petani). Kelembagaan yang bersifat formal 
seperti penyuluh pertanian kurang berjalan karena batasan￾batasan formal yang sering bergesekan dengan pemahaman 
petani.
Pada dasarnya peran suatu kelembagaan sangat diperlukan 
dalam proses kegiatan pembangunan untuk meningkatkan segala 
infrastruktur demi mensejahterakan kehidupan warga . 
Pembangunan kelembagaan pertanian sebagai penunjang 
keberhasilan agribisnis diperlukan karena: 
(1) Proses pertanian memerlukan sumberdaya tangguh yang 
didukung oleh infrastruktur, peralatan dan kredit, 
(2) Pembangunan kelembagaan petani lebih rumit daripada 
manajemen sumberdaya alam karena memerlukan faktor 
pendukung
Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi
kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang 
memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu 
komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki titik strategis
(entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di 
pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan 
perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan 
profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat 
ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui 
masih belum sebagaimana yang diharapkan 
Kelembagaan juga berfungsi sebagai penggerak, 
penghimpun, penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan 
sikap serta menjamin keberhasilan agribisnis pertanian. 
Kelembagaan yang mampu berkembang adalah kelembagaan 
yang sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat multi fungsi dan 
luwes.
Kelembagaan petani mempunyai fungsi sebagai wadah 
proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan 
prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran, 
serta unit jasa penunjang.
Dalam masalah perekonomian, kelembagaan petani 
berfungsi untuk mengatur masalah hubungan antar pelaku ekonomi dan meningkatkan produktivitas ekonomi 
semaksimal mungkin serta mengatur masalah distribusi serta 
konsumsi barang dan jasa yang diperlukan  bagi kelangsungan 
hidup manusia
 Permasalahan Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan petani di desa umumnya tidak berjalan 
dengan baik. Beberapa penelitian  telah menguraikan beberapa penyebab tidak 
berfungsinya kelembagaan petani ini , antara lain: 
1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani 
terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan 
pemasaran.
2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan 
agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan 
produksi (on farm).
3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah 
organisasi petani belum berjalan secara optimal.
4. Kelompoktani pada umumnya dibentuk berdasar  
kepentingan teknis untuk memudahkan pengkoordinasian 
apabila ada kegiatan atau program pemerintah, sehingga 
lebih bersifat orientasi program, dan kurang menjamin 
kemandirian kelompok dan keberlanjutan kelompok.
5. Partisipasi dan kekompakan anggota kelompok dalam 
kegiatan kelompok masih relatif rendah, ini tercermin dari 
tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok 
rendah. 
6. Pengelolaan kegiatan produktif anggota kelompok bersifat 
individu. Kelompok sebagai forum kegiatan bersama belum 
mampu menjadi wadah pemersatu kegiatan anggota dan 
pengikat kebutuhan anggota secara bersama, sehingga kegiatan produktif individu lebih menonjol. Kegiatan atau 
usaha produktif anggota kelompok dihadapkan pada 
masalah kesulitan permodalan, ketidakstabilan harga dan 
jalur pemasaran yang terbatas.
7. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan tidak 
menggunakan basis social capital setempat dengan prinsip 
kemandirian lokal, yang dicapai melalui prinsip 
keotonomian dan pemberdayaan.
8. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan 
berdasar  konsep cetak biru yang seragam. Introduksi 
kelembagaan dari luar kurang memperhatikan struktur dan 
jaringan kelembagaan lokal yang telah ada, serta kekhasan 
ekonomi, sosial, dan politik yang berjalan.
9. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan 
berdasar  pendekatan yang top down, memicu  
tidak tumbuhnya partisipasi warga .
10. Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun terbatas hanya 
untuk memperkuat ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal. 
Anggota suatu kelembagaan terdiri atas orang-orang dengan 
jenis aktivitas yang sama. Tujuannya agar terjalin Kerjasama 
yang pada tahap selanjutnya diharapkan daya tawar mereka 
meningkat. Untuk ikatan vertikal diserahkan kepada 
mekanisme pasar, dimana otoritas pemerintah sulit 
menjangkaunya.
11. Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun pembinaan 
yang dijalankan cenderung individual, yaitu hanya kepada 
pengurus. Pembinaan kepada kontaktani memang lebih 
murah, namun pendekatan ini tidak mengajarkan 
bagaimana meningkatkan kinerja kelompok misalnya, 
karena tidak ada social learning approach.12. Pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jalur 
struktural, dan lemah dari pengembangan aspek 
kulturalnya. Struktural organisasi dibangun lebih dahulu, 
namun tidak diikuti oleh pengembangan aspek kulturalnya. 
Sikap berorganisasi belum tumbuh pada diri pengurus dan 
anggotanya, meskipun wadahnya sudah tersedia.
13. Permasalahan yang dihadapi petani pada umumnya adalah 
lemah dalam hal permodalan. Akibatnya tingkat 
penggunaan saprodi rendah, inefisien skala usaha karena 
umumnya berlahan sempit, dan karena terdesak masalah 
keuangan posisi tawar ketika panen lemah. Selain itu 
produk yang dihasilkan petani relatif berkualitas rendah, 
karena umumnya budaya petani di pedesaan dalam 
melakukan praktek pertanian masih berorientasi pada 
pemenuhan kebutuhan keluarga (subsisten), dan belum 
berorientasi pasar. Selain masalah internal petani ini , 
ketersediaan faktor pendukung seperti infrastruktur, 
lembaga ekonomi pedesaan, intensitas penyuluhan, dan 
kebijakan pemerintah sangat diperlukan, guna mendorong 
usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar 

 Upaya Penguatan Kelembagaan Pertanian
Beberapa upaya penguatan kelembagaan pertanian yang 
perlu dilakukan antara lain :
1. mendorong dan membimbing petani agar mampu 
bekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompok, 
2. menumbuh-kembangkan kelompok tani melalui 
peningkatan fasilitasi bantuan dan akses permodalan, posisi 
tawar, peningkatan fasilitasi dan pembinaan kepada :organisasi kelompok, dan peningkatan efisiensi dan 
efektivitas usahatani, serta 
3. meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai 
kegiatan pendampingan dan latihan yang dirancang secara 
khusus bagi pengurus dan anggota.

Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting 
sebagai penyedia bahan pangan. Dalam menciptakan suatu produk 
memerlukan serangkaian proses yang saling berkaitan, mulai dari 
penyediaan input, proses, sampai dihasilkan suatu produk tertentu. 
Berbagai macam faktor produksi dan sarana diperlukan  selama 
proses produksi untuk menghasilkan produk yang dikehendaki 
Oleh karena itu petani sebagai manajer sekaligus 
pelaku usahatani haruslah memiliki pengetahuan dan keterampilan 
yang memadai untuk menggunakan berbagai faktor produksi 
sehingga mampu mempengaruhi peningkatan produksi dan 
produktivitas hasil usaha yang dicapainya. 
Usahatani (farming) merupakan ilmu yang mempelajari 
berbagai cara yang dipakai  oleh petani dalam menggunakan 
berbagai macam sumber daya yang ada secara efektif dan efisien 
dan berkelanjutan ,Usahatani merupakan bagian 
terpenting pertanian yang mencakup sekumpulan aktifitas petani 
dalam berbudidaya suatu jenis tanaman tertentu 
Kegiatan ini dimaksudkan supaya hasil produksi yang dicapai oleh 
petani mampu memberikan keuntungan yang maksimal pada 
waktu tertentu. Usaha dikatakan efektif apabila dapat memilih dan 
mengambil keputusan yang tepat terhadap sumber daya yang 
tersedia. Sedangkan efisien apabila petani mampu mengelola faktor 
produksi yang tersedia secara optimal sehingga hasil yang 
diperoleh bisa maksimal. Sumber daya yang dimaksudkan disini 
adalah berkaitan dengan tanah, tenaga kerja, modal, dan mesin 
serta peralatan. 
Setiap kegiatan usahatani dengan tujuan untuk memperoleh 
hasil yang optimal tentunya diperlukan  suatu perencanaan yang tepat. Petani akan memulai kegiatannya dengan menetapkan 
perencanaan terlebih dahulu sehingga hasil (output) yang 
diperoleh bisa efektif dan efisien. Hal ini bertujuan agar keuntungan 
yang didapat bisa maksimal dan di sisi lain biaya yang dikeluarkan 
bisa minimal. Perencanaan adalah kegiatan membuat pilihan dan 
pengambilan keputusan yang paling menguntungkan dari berbagai 
macam alternatif yang memungkinkan. Alternatif yang dipilih 
kemudian menjadi perencanaan untuk tahun ini, tahun yang akan 
datang atau 5-10 tahun kemudian. Semuanya merupakan prosedur 
perencanaan yang diimplementasikan untuk jangka pendek dan 
jangka panjang. Perencanaan usahatani merupakan salah satu 
tahapan dalam fungsi manajemen dan merupakan aktifitas yang 
harus diterapkan oleh petani sebelum dimulainya kegiatan, waktu 
proses kegiatan sampai di akhir kegiatan dengan memadukan 
segala potensi sumber daya yang dimiliki dengan tujuan untuk 
mendapatkan hasil yang maksimal 
Perencanaan pada dasarnya menggambarkan cara 
mengkombinasikan atau mengorganisasikan berbagai sumber 
masukan (input) untuk memproduksi hasil (output) pertanian yang 
diinginkan. Seperti lahan, tenaga kerja, dan modal tidak secara 
otomatis memproduksi padi, cabe, sawit, karet, kapas atau produk 
lainnya. Sumber-sumber masukan ini  harus dikelola secara 
efektif dalam kombinasi yang tepat, jumlah yang sesuai dan waktu 
yang tepat untuk dapat memproduksi hasil seperti yang diinginkan. 
Seorang petani atau manager pertanian memerlukan prinsip dasar 
dan aturan ekonomi yang tepat untuk membuat keputusan 
terhadap kegiatan yang akan diterapkan. Setiap pengambilan 
keputusan dalam kaitannya dengan optimasi, maka seorang petani 
akan berprinsip pada hal berikut ini :
a. Memanfatkan sumber daya yang terbatas dengan aktifitas 
yang optimal agar memperoleh keuntungan (profit) yang 
maksimum.
b. Memaksimumkan hasil (output) sementara ketersediaan 
masukan (input) dalam kondisi yang tetap. 
c. Meminimumkan penggunaan masukan (input) pada kondisi 
hasil (output) yang tetap. Menurut Soekartawi dalam 
tersedianya sumber daya yang memadai belum tentu 
produktivitas usahatani yang dicapai akan tinggi. Hal ini 
tergantung dari cara petani dalam mengelola usahataninya 
secara efektif dan efisien. Konsep efisiensi memiliki tiga 
pengertian, yaitu : 1) Efisiensi teknis, 2) efisiensi alokatif 
(efisiensi harga), dan 3) efisiensi ekonomis (Gunawan, Suroto 
and Nugroho, 2020 ; Yoko, Syaukat dan Fariyanti, 2017). 
Kemampuan petani dalam memperoleh output maksimum dari 
sejumlah input tertentu disebut dengan efisiensi teknis. 
Produksi yang diperoleh akan maksimal jika faktor produksi 
mampu dialokasikan oleh petani secara optimal. Misalnya lahan 
yang tersedia mampu diolah petani dengan membudiyakan 
suatu jenis tanaman tertentu dengan tepat sehingga 
produktivitas yang diperoleh bisa optimum. 
Efisiensi alokatif atau efisiensi harga merupakan 
gambaran mengenai kemampuan petani dalam mengalokasikan 
sumber daya yang tersedia dengan komposisi yang tepat pada 
berbagai tingkatan harga input untuk memperoleh keuntungan 
yang maksimal. Hal ini bisa ditempuh oleh petani dengan cara 
meminimumkan harga pembelian faktor produksi dan 
meningkatkan harga penjualan disisi outputnya. Sementara 
efisiensi ekonomis dapat dicapai jika petani mampu 
meningkatkan produksi dengan menekan biaya pengeluaran 
pada input produksinya dan menaikkan harga pada sisi 
penjualannya. Efisiensi ekonomis pada dasarnya hasil 
perkalian antara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Secara 
sederhananya efisiensi ekonomi dapat dicapai dari paramater 
maksimum profit dan minimum biaya. 
Dengan demikian maka peningkatan produktivitas 
usahatani dapat tercapai jika petani mampu mengalokasikan 
faktor produksi berdasar  prinsip efisiensi teknis dan 
efisiensi harga. Persoalannya apabila petani selaku pelaku 
usahatani tidak memiliki keahlian dan kemampuan dalam 
mengalokasikan sumber daya yang tersedia secara efektif dan 
efisien maka keuntungan, pendapatan dan produksi yang 
seharusnya diperoleh tidak akan mungkin dapat tercapai. 
Konsep Produksi
Teori Produksi
Produksi dapat dinyatakan sebagai seperangkat cara dan 
aktifitas dalam menghasilkan suatu produk.  produksi merupakan kegiatan yang 
diukur sebagai tingkat output per unit pada periode waktu tertentu. 
Semua aktifitas yang memiliki tujuan untuk menciptakan atau 
menambah nilai kegunaan suatu barang dalam kaitannya untuk 
memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia disebut sebagai 
produksi  ,Produksi dalam pengertian operasional 
adalah proses yang melibatkan satu atau lebih barang dan jasa yang 
kemudian disebut sebagai input dirubah menjadi barang dan jasa 
yang yang disebut output. Produksi dijelaskan sebagai hubungan antara input atau 
faktor-faktor produksi dengan output atau hasil produksi.
Selama proses produksi ada  banyak jenis aktifitas yang 
terlibat didalamnya karena ada perubahan bentuk, waktu dan 
tempat penggunaan hasil-hasil produksi. Setiap perubahan yang 
terjadi akan mempengaruhi pada penggunaan input untuk 
menghasilkan output yang diinginkan. Proses produksi merupakan 
aktivitas untuk menghasilkan barang atau jasa. Antara input atau 
faktor produksi dengan hasil produksi ada  hubungan yang 
saling berkaitan. bahwa ketersediaan 
bahan produksi akan mempengaruhi pada kegiatan produksi yang 
akan berjalan, karena tanpa ada bahan produksi maka produksi 
tidak akan dapat dilakukan. Dalam proses produksi diperlukan  
aktifitas yang tepat di antara beberapa kemungkinan alternatif 
kegiatan yang dapat dilakukan. Sehingga petani sebagai pelaku 
dalam kegiatan usahatani harus dapat menyiapkan segala 
aktifitasnya dengan tepat, mulai dari proses pengadaan sarana 
produksi, persiapan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan, 
pemupukan, dan pemanenan. 
Sumber daya alam, tanah, tenaga kerja, modal, mesin dan 
teknologi serta metode merupakan faktor produksi yang berperan 
penting dalam mendukung peningkatan hasil pertanian. Namun 
ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa manajemen 
dimasukkan sebaga faktor produksi usahatani meskipun secara 
tidak langsung. Manajemen dalam hal ini merupakan faktor 
manajerial yang melekat pada individu petani. Manajemen bisa 
dikatakan sebagai sumber daya yang turut berperan penting dalam 
menentukan keberhasilan kegiatan usahatani. 
menjelaskan bahwa manajemen ialah seni dan ilmu dalam 
mengelola proses pemanfaatan alam, manusia dan sumber daya 
lainnya agar berdaya guna untuk hasil yang optimal. Manajemen 
mengandung arti kemampuan manusia dalam mengelola atau 
mengkombinasikan semua faktor produksi yang tersedia dalam 
waktu tertentu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam 
mengelola faktor produksi diperlukan tahapan fungsi manajemen 
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan 
pengendalian. Faktor manajemen disini dapat dipengaruhi oleh 
tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan keterlibatan 
petani dalam kelembagaan seperti kelompok tani, gabungan 
kelompok tani atau koperasi tani. 
Kemampuan petani dalam kegiatan pertanian untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi 
faktor produksi yang dimilikinya akan mempengaruhi pada 
keberhasilan usahataninya. Jika seorang petani terampil dan ahli 
dalam mengelola faktor produksi yang dimilikinya maka hasil 
usahataninya akan semakin baik, dan jika petani tidak mampu 
mengatur faktor produksi dengan tepat maka hasil yang diperoleh 
bisa kemungkinan akan mengalami kerugian. 
Teori produksi