Setiap melakukan kegiatan atau usaha, setiap orang atau
kelompok pasti membutuhkan biaya untuk memproduksi barang
yang dihasilkannya, termasuk petani. Biaya produksi yang
dikeluarkan oleh petani dipakai untuk proses produksi usaha
tani serta membawanya sehingga menjadi suatu produk.
Biaya produksi yang dikeluarkan petani selama kegiatan
pertanian meliputi pembelian alat, bahan tanam, dan biaya
pemeliharaan. Contoh biaya-biaya perawatan tanaman, antara lain
untuk membeli pestisida dan pupuk sehingga meningkatkan
kualitas tanaman yang diproduksi.. Dalam kegiatan produksi, mulai
dari awal menanam hasil panen yang dihasilkan petani sampai
dengan panen, membutuhkan biaya yang disebut dengan upah
tenaga kerja. Banyaknya uang yang diperlukan untuk melakukan
kegiatan produksi, mengakibatkan petani merawat tanaman yang
mereka hasilkan untuk mengurangi biaya produksi dan
meningkatkan pendapatan mereka.
Definisi Biaya Produksi
Biaya produksi dapat diartikan sebagai biaya yang dipakai
dalam proses produksi, yang terdiri dari bahan baku langsung,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya
produksi ini juga dikenal sebagai biaya produk. Artinya, biaya yang
dapat dibebankan pada suatu produk jika biaya ini
merupakan bagian dari persediaan.
Menurut Riwayadi (2006), biaya produksi adalah biaya yang
terjadi pada fungsi produksi, di mana fungsi produksi merupakan
fungsi yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi. bahwa biaya produksi adalah biaya
yang berhubungan langsung dengan produksi dari suatu proses
dan akan dipertemukan dengan penghasilan diperoleh produk untuk dijual. Biaya produksi
merupakan biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan
manufaktur atau memproduksi suatu barang terdiri atas bahan
langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik. bahwa biaya produksi adalah biaya
yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang
siap untuk dijual. Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan
equipment, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji
karyawan yang dipakai yang bekerja dalam bagian-bagian, baik
langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan proses
produksi
Jenis Biaya Produksi
ada 7 jenis biaya tetap yang didefinisikan dalam buku
ini, yaitu :
1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
2. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
3. Biaya Total (Total Cost)
4. Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)
5. Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost)
6. Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)
7. Biaya Marginal (Marginal Cost)
Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
Dalam ilmu ekonomi, biaya tetap adalah biaya operasi yang
tidak bergantung pada jumlah barang atau jasa yang dihasilkan
perusahaan. Ini berbeda dengan biaya variabel yang berhubungan
dengan kuantitas (dan dibayar untuk setiap barang/jasa yang
diproduksi). Membeli lahan, mendirikan bangunan adalah contoh
dari faktor produksi yang dianggap tidak mengalami perubahan
dalam jangka pendek.
Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost, TFC) juga merupakan
biaya operasional yang tidak bergantung pada jumlah barang atau
jasa yang dihasilkan. Biaya ini berhubungan dengan waktu, seperti
upah dan pembayaran sewa bulanan. Sering disebut sebagai biaya
tambahan. Hal ini berbeda dengan biaya variabel yang
berhubungan dengan kuantitas (dan juga dibayar untuk
barang/jasa yang dihasilkan).
Untuk gambaran tentang Biaya Tetap Total , dapat
diilustrasikan pada tabel di bawah ini :
Beberapa hal dapat disimpulkan dari tabel di atas. Singkatnya,
biaya tetap total adalah biaya yang harus ditanggung petani,
terlepas dari apakah mereka melakukan proses produksi atau
tidak. Sebagai contoh, tabel ini menunjukkan bahwa petani telah
memiliki tanah senilai Rp 45.000.000. Setelah itu, petani
memutuskan apakah akan menjalankan bisnis dan mengeluarkan
biaya pembelian tanah.
Hal berikutnya yang perlu diperhatikan pada tabel di atas
adalah bahwa biaya tetap tidak mengubah tingkat biaya berapa pun
output yang dihasilkan, kecuali penggunaan input ini melebihi
kapasitas atau kapasitas input ini . Bahkan jika lahan tidak
beroperasi, biayanya adalah Rp 45.000.000. Dan pertanian juga
tetap bernilai Rp 45.000.000 jika bekerja berkali-kali diusahakan.
Sebagai gambaran , kurva Biaya Tetap Total dapat dilihat pada
gambar 5. berikut ini.
Kurva biaya tetap total yang berwarna oranye berbentuk
garis lurus dan horizontal. Artinya adalah biaya tetap total bersifat
tetap tanpa dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan.. Bila
petani tidak melakukan pengolahan lahan, maka biaya tetap total
adalah tetap Rp 45.000.000. Bila petani melakukan pengolahan
lahan, baik itu ingin menghasilkan kuantitas output sebesar 2 ton, 6
ton, atau bahkan 50 ton, besaran biaya tetap total masih sama
sebesar Rp 45.000.000.
Biaya Tetap Total dapat dirumuskan sebagai :
di mana :
TFC : Total Fixed Cost(Biaya Tetap Total)
TVC : Total Variable Cost(Biaya Variabel Total)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Contoh Soal :
Gapoktan Tani Terang menghabiskan biaya produksi sebesar Rp
500 juta pada bulan April 2022. Kuantitas produksi sebesar 25.000
kg dan biaya variabel Rp 10.000/produk. Berapa perhitungan biaya
tetap?
Jawaban :
FC = TC – (TVC x Q)
= Rp 500.000.000 – (25.000 x 10.000)
= Rp 500.000.000 – 250.000.000
= Rp 250.000.000
Jadi Biaya Tetap Gapoktan Tani Terang di bulan April 2022 adalah
sebesar Rp 250.000.000
Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh
faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya dinamakan Biaya
Variabel Total (Total Variable Cost, TVC). Faktor produksi yang
dapat berubah semisal adalah jumlah tenaga kerja. Setiap tenaga
kerja diberi upah per hari Rp 80.000, sehingga apabila semakin
banyak tenaga kerja yang dipekerjakan, maka biaya variabelnya
juga akan semakin tinggi.
Pada kenyataannya, pemisahan biaya antara biaya tetap dan
variabel tidak berlaku secara mutlak. Semisal dalam hal ini pupuk.
Tingkat penggunaan tidak dapat diubah karena telah diterapkan.
Jika petani itu memutuskan untuk tidak berproduksi, petani tidak
bisa menjual kembali pupuk yang sudah terlanjur disebar. Sehingga
biaya variabel juga diistilahkan sebagai sunk cost .
Pada kurva biaya variabel total di atas, terlihat bahwa kurva
biaya variabel total terus naik. Semakin besar kuantitas produk
yang dihasilkan, maka semakin besar pula biaya variabel total
yang dikeluarkan. Biaya variabel total terus meningkat seiring
dengan peningkatan produksi. Semakin besar produksi yang
dihasilkan, semakin besar biaya variabel yang diperlukan. Ketika
biaya variabel meningkat, total biaya variabel meningkat
Rumus Biaya Variabel Total adalah :
di mana :
TVC : Total Variable Cost(Biaya Variabel Total)
TC : Total Cost(Biaya Total)
FC : Fixed Cost(Biaya Tetap)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Contoh Soal
Per April 2022, Pak Ahmad mengeluarkan biaya produksi sebesar
Rp 150 juta. Tagihan lebih dari Fixed Cost sebesar Rp 15 juta. Di
bulan ini , Pak Ahmad memproduksi 5.000 produksi. Berapa
biaya variabelnya?
Jawaban
Jadi Biaya Variabel yang harus dikeluarkan Pak Ahmad pada bulan
April 2022 adalah sebesar Rp 27.000 per unit per produk
Biaya Total (Total Cost)
Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan
dinamakan Biaya Total. Pada Tabel 4. terlihat biaya yang
dikeluarkan oleh produsen pada berbagai jumlah Tenaga kerja
yang dipakai . Biaya produksi total atau Biaya Total (Total Cost,
TC) didapat dari menjumlahkan Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost,
TFC) dan Biaya Variabel Total (Total Variable Cost , TVC). Dengan
demikian biaya total dapat dirumuskan dengan :
TC = TFC + TVC
di mana:
TC : Biaya Total (Total Cost)
TFC : Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)
TVC : Biaya Variabel Total (Total Variable Cost)
Pada tabel 4. diketahui bahwa Biaya Tetap Total adalah
sebesar 45 baik saat tidak berproduksi maupun saat berproduksi.
Hal ini dikarenakan penggunaan input yang tetap. Ini berarti bahwa
biaya penggunaan input tetap ini tetap sama.
Dalam Gambar 7. ada tiga jenis kurva , yaitu :
Kurva TFC (kurva yang menggambarkan biaya tetap total)
Kurva TVC (kurva yang menggambarkan biaya berubah
total)
Kurva TC (kurva yang menggambarkan biaya total)
Kurva TFC berbentuk lurus horizontal karena tidak
mengalami perubahan nilai berapapun produksi yang dihasilkan.
Sedangkan kurva TVC diawali di titik 0 dan kemudian semakin naik.
Hal ini menggambarkan bahwa TVC akan bernilai 0 ketika tidak ada
produksi dan TVC akan semakin naik, jika semakin besar produksi.
Kurva TC merupakan hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC,
sehingga kurva TC dimulai dari pangkal TFC dan apabila ditarik
garis tegak di antara TVC dan TC, maka panjang garis ini sama
dengan jarak antara TFC dengan sumbu X.
Biaya Tetap Rata-Rata (Average Fixed Cost)
Apabila Biaya Tetap Total untuk memproduksi sejumlah
barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi ini , nilai
yang diperoleh disebut dengan Biaya Tetap Rata-Rata (Average
Fixed Cost, AFC). Dengan demikian, rumus untuk menghitung AFC
adalah:
di mana :
AFC : Average Fixed Cost(Biaya Tetap Rata-Rata)
TFC : Total Fixed Cost(Biaya Tetap Total)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Dari rumus di atas, dapat diketahui bahwa apabila semakin
besar produksi, maka semakin rendah biaya tetap rata-rata yang
dihasilkan. Sehingga biaya tetap rata-rata juga disebut dengan
spreading overhead.
Kurva biaya tetap rata-rata mempunyai gradient dari kiri
atas turun ke kanan bawah. Namun, biaya tetap rata-rata tidak
pernah mencapai nol. Tidak peduli berapa banyak output yang
dihasilkan, nilai biaya tetap rata-rata tidak pernah nol, hanya
mendekati.
Kurva Biaya Tetap Rata-Rata dapat dilihat pada Gambar 8.
Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost)
Apabila TVC untuk memproduksi sejumlah barang (Q)
dibagi dengan jumlah produksi ini , nilai yang diperoleh
adalah Biaya Variabel Rata-Rata (Average Variable Cost, AVC). Biaya
berubah rata-rata dihitung dengan rumus :
di mana :
AVC : Average Variable Cost(Biaya Variabel Rata-Rata)
TVC : Total Variable Cost(Biaya Variabel Total)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Biaya Total Rata-Rata (Average Total Cost)
Apabila Biaya Total (TC) untuk memproduksi sejumlah
barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi ini , nilai
yang diperoleh adalah biaya total rata-rata. Nilainya dihitung
dengan menggunakan dua metode :
di mana :
ATC : Average Total Cost(Biaya Total Rata-Rata)
TC : Total Cost(Biaya Total)
AFC : Average Fixed Cost(Biaya Tetap Rata-Rata)
AVC : Average Variable Cost(Biaya Variabel Rata-Rata)
Q : Quantity (Kuantitas yang dihasilkan)
Contoh Soal
Pak Ahmad menghitung biaya total dan biaya variabel untuk
memproduksi adalah sebesar Rp 5.000.000. ada 389 produk
yang dihasilkan. Berapa biaya rata-rata dari produk ini ?
Jawaban
Jadi Biaya Rata-Rata per produk adalah sebesar Rp 12.853,47
Biaya Marginal (Marginal Cost)
Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menambah produksi sebanyak satu unit dinamakan biaya marginal.
Dirumuskan sebagai berikut :
di mana :
MCn : Biaya Marginal produksi ke-n
TCn : Biaya Total pada waktu jumlah produksi adalah n
TCn-1 : Biaya Total pada waktu jumlah produksi adalah n-1
TC : Perubahan biaya total
Q : Perubahan kuantitas/jumlah produksi
Sebagai contoh dapat dilihat pada Tabel 3. Misalkan jumlah
tenaga kerja bertambah dari 3 ke 4, maka jumlah produksi berubah
dari 14 ke 22, atau ada penambahan sebesar 8. Sehingga biaya
total produksi bertambah dari 63 ke 66, atau ada penambahan
sebesar 3. Sehingga, diketahui bahwa biaya marginal adalah
pembagian perubahan biaya total produksi dengan perubahan
jumlah produksi , 3/8 = 0,375.
Ekonomi pertanian adalah bidang ilmu ekonomi terapan yang
berkaitan dengan penerapan teori ekonomi dalam mengoptimalkan
produksi dan distribusi produk pertanian berupa pangan, serat,
obat-obatan dan lainnya. Ekonomi pertanian mulanya sebagai
cabang ilmu ekonomi yang khusus membahas penggunaan lahan,
karena lahan dianggap sebagai faktor produksi utama dan
ketersediaannya terbatas (langka).
Ekonomi pertanian mencakup penerapan ilmu ekonomi ke dalam
bidang pertanian, maka dengan demikian didefinisikan sebagai
berikut: Ekonomi pertanian dikategorikan ke dalam ilmu sosial
terapan yang berkaitan dengan upaya produsen, konsumen, dan
warga memaksimalkan penggunaan sumberdaya yang langka
dan terbatas dalam memproduksi, mengolah, memasarkan, dan
mengkonsumsi produk berupa pangan, serat, obat-obatan dan
lainnya.
Sumberdaya ekonomi adalah sumberdaya yang dipakai
untuk menghasilkan kegiatan ekonomi. Kelas utama sumberdaya
ekonomi terdiri atas tanah, tenaga kerja, modal, dan kewirausahaan
dan sumberdaya lainnya berasal dari turunan kelas-kelas ini .
Sumberdaya dalam pengembangan agribisnis tidak terlepas dari
mengembangkan potensi alam melalui proses produksi yang terdiri
dari tanah, iklim dan air, sumberdaya manusia, sumberdaya modal,
kelembagaan, teknologi serta manajemen
Sumberdaya ekonomi dikenal juga sebagai faktor produksi.
Faktor-faktor ini mewakili sumberdaya ekonomi yang langka seperti sumberdaya alam, manusia, dan modal yang diperlukan
untuk menghasilkan output ekonomi. Selain itu, masih ada lagi
faktor produksi manajemen (entrepreneurship) yang mengelola
ketiga sumberdaya beserta turunannya.
Faktor produksi atau sarana produksi merupakan pasokan
dalam proses produksi, mulai dari tanah (lahan), tenaga kerja,
modal, dan kewirausahaan (enterpreniurship). Ini yang biasa
dipakai sebagai sumberdaya ekonomi di sektor pertanian.
Pemahaman dari sumberdaya ekonomi adalah input yang
dipakai dalam kegiatan produksi dan pendistribusian barang
dan jasa. Proporsi yang tepat dari setiap faktor produksi sangat
bervariasi dari produk ke produk dan dari layanan ke layanan, dan
tujuannya adalah mengefektifkan penggunaan sumberdaya untuk
memaksimalkan output dengan biaya seminimal mungkin. Alokasi
yang salah atau penggunaan sumberdaya yang tidak tepat dapat
memicu bisnis akan gagal.
Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam merupakan sumberdaya yang berasal dari
alam yang dipakai untuk memproduksi barang dan jasa yang
diperlukan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Sumberdaya alam kondisinya seringkali terbatas dalam jumlah,
disebabkan waktu yang diperlukan untuk membentuknya sangat
lama. ada berbagai ragam sumberdaya alam yang ada di alam
ini.
Pengertian Sumberdaya Alam
Sumberdaya alam mencakup semua unsur-unsur dalam tata
lingkungan biofisik yang potensial ataupun nyata yang dapat
memenuhi kebutuhan manusia (Katili, 1983). Sumberdaya alam
adalah keadaan lingkungan dan bahan mentah yang dipakai
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan dan meningkatkan
kesejahteraannya .
Klasifikasi Sumberdaya Alam
Dalam bahasan ini, sumberdaya alam diklasifikasikan
berdasar tingkat pemulihan, sifat benda, fungsi dan nilai
kegunaannya.
berdasar Tingkat Pemulihan
berdasar tingkat pemulihannya dikelompokkan menjadi
sumberdaya tidak terbarukan (unrenewable), sumberdaya
terbarukan (renewable) dan sumberdaya alam yang selalu ada.
a. Sumberdaya alam tidak terbaharukan merupakan
sumberdaya yang dalam pemakaian terus-menerus
dikonsumsi, tidak sebanding dengan lamanya waktu yang
diperlukan untuk memproduksinya atau bahkan tidak
dapat diproduksi kembali. Beberapa contoh sumberdaya
yang tidak dapat diperbarui adalah minyak bumi, mineral
dan logam.
b. Sumberdaya alam terbaharukan merupakan sumberdaya
yang dapat diproduksi terus-menerus (reproduksi), tidak
akan habis dalam tempo yang lama dan juga memiliki
siklus. Contoh sumberdaya terbarukan yang dapat
diproduksi terus-menerus adalah tanaman, hewan dan
mikroorganisme. Contoh sumberdaya alam yang memiliki
siklus adalah air, energi pasang surut dan iklim.
c. Sumberdaya alam yang selalu ada merupakan sumberdaya
yang tersedia di alam dalam jumlah banyak dan tak pernah
habis dipakai . Contoh sumberdaya alam yang tidak habis
adalah tenaga surya dan udara.
berdasar Sifat Benda
Sumberdaya alam dikategorikan berdasar sifat benda
hidup atau benda mati, atau dikelompokkan atas sumberdaya
biotik (hayati) dan abiotik (benda mati).
a. Sumberdaya alam biotik atau hayati adalah sumberdaya
yang berupa makhluk yang hidup seperti tanaman, hewan,
mikroorganisme dan manusia
b. Sumberdaya alam abiotik atau benda mati adalah
sumberdaya alam fisik yang berupa benda mati, seperti
matahari, tanah, mineral, waterwheels, air dan udara.
berdasar Fungsi
Sumberdaya alam berdasar fungsinya dalam memenuhi
kebutuhan manusia dikelompokkan ke dalam sumberdaya
penghasil bahan baku dan sumber energi.
a. Sumberdaya alam penghasil bahan baku merupakan
sumberdaya yang dipakai untuk memproduksi
komoditas atau barang yang akan dipakai kembali
sebagai material untuk proses produksi selanjutnya yang
memiliki nilai lebih tinggi dalam penggunaannya. Contoh
sumberdaya penghasil bahan baku adalah tanaman dan
hewan
b. Sumberdaya alam penghasil energi merupakan
sumberdaya yang dipakai sebagai sumber energi
dalam pendukung proses produksi komoditas atau barang
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Contoh
sumberdaya penghasil energi adalah sinar matahari,
minyak bumi, barang tambang, air dan udara.
berdasar Nilai Penggunaan
Sumberdaya alam berdasar nilai kegunaan
dikelompokkan menjadi sumberdaya alam bernilai ekonomi tinggi
(natural high economic resource), bernilai ekonomi rendah (natural
low economic resources) dan tidak memiliki nilai (natural non
economic resources).
a. Sumberdaya alam bernilai ekonomi tinggi adalah
sumberdaya yang cara memperolehnya membutuhkan
korbanan dengan biaya tinggi. Seperti barang tambang,
mineral dan logam mulia.
b. Sumberdaya alam bernilai ekonomi rendah adalah
sumberdaya alam yang cara memperolehnya
membutuhkan korbanan dengan biaya yang cukup murah
dan ketersediaannya dalam jumlah yang cukup besar.
Seperti bahan galian batu gamping (kapur) dan pasir, air
dan tanah.
c. Sumberdaya alam tidak memiliki nilai ekonomi adalah
sumberdaya alam yang cara memperolehnya tidak
membutuhkan korbanan, bahkan tanpa biaya, karena
ketersediaannya dalam jumlah tak terbatas. Seperti sinar
matahari, udara, angin, dan suhu.
Sumberdaya alam berdasar nilai kegunaan, pada faktanya
di lapangan penilaiannya tidak mutlak, di beberapa tempat boleh
jadi memiliki nilai rendah namun di tempat lain boleh jadi amat
bernilai. Penggolongan ini dilakukan secara general, namun bisa
juga berasal dari kesepakatan antar warga di suatu wilayah
tertentu. Sebagai contoh, lahan bagi warga di daerah
pedalaman yang sulit terjangkau memiliki nilai ekonomi rendah,
siapapun boleh menggarap asal mampu, namun bagi warga
perkotaan, tanah menjadi barang yang mahal dan langka.
Sumberdaya Alam dalam Pertanian
A. Sumberdaya Tanah
Tanah merupakan unsur utama yang sangat penting dalam
produksi di bidang pertanian karena dipakai untuk menanam
bahan-bahan kebutuhan pangan, sandang dan juga papan bagi
manusia. Tanah meliputi semua sumberdaya alam yang ada di atas,
di dalam ataupun di keduanya. Sumberdaya yang tumbuh di atas
tanah, seperti tanaman, hewan dan iklim mikro. Sumberdaya yang
ada dalam tanah seperti mineral, logam, gas alam, panas termal,
minyak bumi dan batu bara. Sumberdaya yang berada di dalam
maupun di atas seperti air, batu-batuan dan mikroorganisme.
Produktivitas tanah sebagai lahan pertanian ditentukan oleh
kualitasnya. Kualitas tanah, juga disebut sebagai kesehatan tanah,
adalah fungsi dari sifat kimia, fisik, dan karakteristik biologis tanah
dan pilihan pengelolaan yang mengarah pada perubahan dinamis
dalam sifat dan proses tanah. Sedangkan karakteristik tanah seperti
tekstur dan jarak ke batuan dasar mungkin tidak mudah atau cepat
diubah, strategi pengelolaan pertanian untuk pengelolaan sisa
tanaman, rotasi tanaman, dan struktur konservasi tanah dapat
meningkatkan atau mempertahankan kualitas tanah yang dinamis,
mengurangi kerusakan lingkungan, dan meningkatkan keuntungan
ekonomi. Kualitas tanah mencerminkan kapasitas tanah untuk
memfasilitasi siklus nutrisi; mengatur aliran air; menjaga stabilitas
fisik; menetralkan pencemar lingkungan; dan menyediakan habitat,
makanan, dan serat (Ebel, 2012)
Contoh penggunaan lahan sawah di Kecamatan Cileungsi,
Darmaga dan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakteristik variabel kesuburan tanah
berupa bahan organik (C), Nitrogen (N), K2O HCl 25%, dan KTK
berpengaruh nyata terhadap produktivitas padi. Kesuburan tanah
di ketiga kecamatan ini hampir sama dan tidak
mempengaruhi produktivitas lahan sawah
BPS membagi penggunaan lahan pertanian sebagai berikut
(BPS, 2015):
a. Lahan sawah adalah suatu lahan yang berpetak-petak yang
dibatasi oleh galengan/pematang, ada saluran air yang
berfungsi untuk menahan maupun menyalurkan air, dan
tanaman yang biasa ditanam adalah padi. Lahan sawah
dapat juga berupa lahan rawa.
b. Tegalan atau kebun yaitu lahan pertanian yang berupa lahan
kering yang dapat ditanami tanaman berumur pendek
(semusim) ataupun tanaman tahunan, yang keberadaannya
terpisah dari halaman rumah dan penggunaannya tetap
(tidak berpindah-pindah).
c. Ladang atau disebut juga huma yaitu lahan pertanian yang
berupa lahan kering dan biasanya untuk tanaman semusim,
dalam pemanfaatannya juga semusim atau paling banyak
hanya dua musim, selanjutnya akan ditinggalkan begitu saja
jika sudah tidak subur lagi dan akan berpindah ke lahan
lainnya (berpindah-pindah). Setelah beberapa waktu lahan
ini dibiarkan (bera), kemudian kembali lagi dikerjakan
jika sudah subur.
d. Lahan yang sementara tidak diusahakan yaitu lahan yang
biasanya ditanami tanaman termasuk lahan sawah, namun
untuk sementara waktu sekitar satu sampai dua tahun tidak
diusahakan,.
Permasalahan utama yang terjadi pada sumberdaya lahan
adalah alih fungsi lahan, fragmentasi lahan, perpecahan lahan
(division), degradasi sumberdaya lahan, dan kompetisi dengan
penggunaan lain. Permasalahan ini akan berakibat pada
menurunnya produksi dan produktivitas hasil pertanian, selain itu
juga berdampak pada perubahan lingkungan fisik, sosial dan
budaya serta adat suatu warga .
B. Sumberdaya Air
Sumberdaya air merupakan faktor terpenting dalam produksi
pertanian, terlebih pada lahan pertanian beririgasi. Air merupakan
faktor produksi utama yang sangat menentukan dalam mencapai
keberhasilan produksi pertanian. Jika ketersediaan air tidak
termenuhi secara optimal, maka produksi pertanian akan
mengalami hambatan pertumbuhan pada tanaman dan hewan,
bahkan akan mengalami kegagalan jika tidak tersedia sama sekali.
Beberapa sumberdaya air yang biasa dipakai dalam
produksi pertanian meliputi mata air (sumber), air sungai, air
danau/situ, dan air hujan. Ketersediaan air untuk pertanian sangat
dipengaruhi oleh musim, persediaan air amat banyak bahkan
berlimpah saat musim hujan, namun menjelang musim kemarau
persediaan air mulai berkurang dan akan semakin sedikit saat
kemarau datang. Dalam rangka mengatasi kelangkaan air dan
mengamankan persediaan air, beberapa teknologi dalam
pengelolaan air diterapkan untuk menjamin ketersediaan dan
pasokan air sepanjang waktu sehingga dapat meningkatkan indeks
pertanaman, jumlah dan ragam komoditi pertanian yang dapat
diproduksi. Beberapa teknologi pengelolaan air dalam produksi
pertanian meliputi:
a. Pembangunan waduk atau bendungan, yaitu memanfatkan
suatu wilayah yang cekung yang dipakai sebagai tempat
penampungan saat air berlebihan pada musim penghujan,
agar dapat dimanfaatkan kembali saat musim kemarau.
Sumber air waduk dapat berasal dari sungai, aliran
permukaan dan air hujan.
b. Pembangunan bendung, yaitu membangun tembok atau
dinding beton pada aliran sungai untuk menahan air sungai
tidak langsung mengalir ke hilir dengan tujuan untuk
menjamin ketersediaan air agar dapat dimanfaatkan pada
saat musim kemarau.
c. Pembangunan embung yaitu penyediaan areal sebagai
tempat resapan/tangkap air dan penampungan air saat
musim hujan. Embung juga berfungsi untuk meningkatkan
daya simpan air tanah, dan penyediaan air di musim
kemarau. Di kawasan yang berlahan kering, banyak
dibangun embung untuk menunjang kegiatan pertanian
baik untuk tanaman pangan, perikanan maupun
peternakan.
d. Pembangunan dam parit yaitu dengan cara membendung
aliran air pada suatu parit, sehingga air dapat tertahan lebih
lama pada Daerah Aliran Sungai, sehingga dimungkinkan
ada sebagian air yang dapat meresap dalam tanah untuk
dijadikan cadangan air tanah dan sebagian dialirkan ke
lahan. Selain itu, dam parit dapat berfungsi untuk
menurunkan kecepatan aliran air, mencegah erosi, dan
sedimentasi.
e. Pembangunan jaringan irigasi, adalah membuat saluransaluran untuk mengalirkan air dari tempat-tempat
penampungan ke lahan-lahan pertanian. Tujuan dari irigasi
adalah untuk memberikan tambahan air disamping air
hujan dan memenuhi kecukupan air yang diperlukan
dalam produksi pertanian.
C. Sumberdaya Iklim
Iklim merupakan gambaran kondisi rata-rata cuaca di suatu
wilayah yang cukup luas dan pada suatu periode yang panjang.
Iklim memiliki unsur pancaran radiasi sinar matahari; lapisan bumi
dan atmosfer; tekanan udara; angin; kelembaban udara dan tanah;
suhu udara dan tanah; keawanan; curah hujan (presipitasi);
penguapan (evapotranspirasi). Iklim suatu wilayah berbeda pada
satu wilayah dengan wilayah lainnya, hal ini disebabkan oleh
adanya faktor pengendali iklim, yang terdiri dari: ketinggian tempat
(altitude); lintang (latitude); penyebaran wilayah daratan dan
perairan; daerah bertekanan tinggi dan rendah; serta arus laut dan
gangguan atmosfer.
Pemahaman tentang iklim dipakai untuk menentukan
jenis komoditas yang akan diproduksi di suatu wilayah seperti
tanaman pangan dan ternak apa saja yang dapat tumbuh dan hidupoptimal di wilayah ini . Seperti di wilayah Kabupaten Timur
Tengah Utara yang beriklim kering, yang hujan turun hanya sekitar
tiga bulan saja, maka jenis komoditas yang bisa tumbuh dan hidup
dengan kondisi keterbatasan diantaranya adalah sapi, jagung dan
jambu mete
Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia sebagai faktor produksi merupakan
tenaga kerja yang bersama dengan tanah dan modal, yang tetap
diperlukan untuk menghasilkan barang dan jasa. Bahkan di dunia
yang berteknologi maju saat ini, tenaga manusia tetap diperlukan
untuk membantu mengolah sumberdaya menjadi produk (barang)
atau memanfaatkan sumberdaya untuk memberikan jasa.
berdasar wujud yang diproduksi, tenaga kerja dibedakan
atas tenaga kerja produksi barang dan memberikan jasa pelayanan.
Contoh tenaga kerja produksi barang adalah petani dan buruh tani,
sedangkan tenaga kerja jasa pelayanan adalah memberikan jasa,
seperti penyuluh pertanian, tenaga kesehatan hewan, tenaga
Inseminasi Buatan, tenaga penjualan produksi pertanian.
Tenaga kerja dibedakan atas tingkat pendidikan dan
keterampilan. Ada jenis pekerjaan membutuhkan pendidikan
tertentu, seperti penyuluh dan tenaga kesehatan hewan, minimal
berijazah diploma. Sedangkan lainnya membutuhkan keterampilan
seperti melakukan okulasi, mengawinkan tanaman vanilli dan
salak, dan sebagainya.
Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan masih
merupakan lapangan pekerjaan yang dapat memberikan peluang
kerja paling besar di Indonesia. Berikut ini disajikan jumlah tenaga
kerja di 10 besar lapangan pekerjaan utama pada Tabel 1.
Jumlah tenaga kerja yang bekerja di pertanian, kehutanan dan
perikanan mencapai 38.224.371 pekerja Tahun 2020 dan
37.130.676 pekerja Tahun 2021. Lapangan usaha yang kedua
adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi dan perawatan
mobil dan sepeda motor.
Pengertian Sumberdaya Manusia
Sumberdaya manusia mencakup keseluruhan daya, bakat,
keterampilan dan pengetahuan manusia yang dipakai secara
potensial, dapat atau harus dipakai untuk tujuan produksi dan
jasa-jasa yang bermanfaat (Harbison, 1973).
Sumberdaya manusia, adalah kualitas suatu usaha yang
dikerjakan seseorang pada kurun waktu tertentu dalam
menghasilkan barang dan jasa. Sumberdaya manusia diartikan
juga sebagai manusia yang mempunyai kemampuan bekerja dalam
rangka menghasilkan suatu barang atau jasa dari usaha kerjanya.
Kemampuan seseorang untuk bekerja dapat diartikan mampu
melakukan beragam kegiatan yang memiliki nilai ekonomi yang
bisa menghasilkan barang atau jasa dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya
Klasifikasi Tenaga Kerja
BPS membuat klasifikasi penduduk ke dalam golongan
usia kerja dan non usia kerja. Usia kerja merupakan penduduk
yang berusia 15 tahun ke atas, yang terbagi atas angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja merupakan
penduduk dalam usia kerja yang bekerja, atau memiliki
pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak bekerja dan
menganggur. Sedangkan penduduk yang masuk golongan
bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang masih
berstatus sekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan
kegiatan lainnya selain kegiatan pribadi.
Penduduk dari kelompok angkatan kerja dibagi lagi ke dalam
golongan bekerja, sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Golongan bekerja adalah yang mempunyai kegiatan ekonomi yang
dimaksudkan untuk memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan (keuntungan), paling sedikit satu jam dalam kondisi
tidak terputus selama seminggu terakhir. Sedangkan yang dimaksud
sementara tidak bekerja adalah di mana seseorang yang mempunyai
pekerjaan namun selama kurun waktu seminggu terakhir
sementara tidak bekerja karena berbagai sebab. Penganggura
adalah mereka yang tak punya pekerjaan dan sedang mencari
pekerjaan, dalam persiapkan usaha serta mereka yang tidak
mencari pekerjaan, disebabkan merasa tidak mungkin mendapat
pekerjaan.
Penduduk bekerja dibagi lagi ke dalam golongan bekerja
penuh dan bekerja tidak penuh. Yang dimaksud bekerja penuh
adalah mereka yang bekerja lebih dari 35 jam dalam seminggu.
Sedangkan yang bekerja tidak penuh adalah mereka yang
bekerja kurang dari 35 jam seminggu.
Sumberdaya Manusia dalam Pertanian
Pekerjaan di sektor pertanian memiliki karakteristik yang
berbeda dengan pekerjaan di sektor formal maupun informal
lainnya. Pekerjaan di sektor pertanian memiliki curahan waktu
yang tidak sama per hari, per minggu, bahkan per bulan, boleh
jadi per tahun. Derajat pekerjaan berbeda saat-saat sibuk dan
saat-saat longgar. Saat-saat sibuk seperti waktu pengolahan
tanah, penanaman, dan pemanenan, sedangkan saat-saat
longgar seperti pemeliharaan dan menunggu pemanenan.
Jenis pekerjaan di sektor pertanian amat beragam, sehingga
membutuhkan keterampilan yang beragam pula sesuai dengan
tahapan kegiatan produksi. Misalnya dalam kegiatan produksi
tanaman, keterampilan yang harus dimiliki pekerja adalah mulai
dari mengolah lahan, menanam beragam komoditi, memupuk,
menyiang, menyemprot, menyiram, kalau diperlukan memangkas
dan memanen serta kegiatan pascapanen. Contoh kegiatan
produksi di peternakan sapi adalah membersihkan kandang,
memberi pakan, memeras susu dan juga memandikannya.
berdasar data yang diproleh dari BPS Tahun 2019, jumlah
petani di Indonesia pada Tahun 2019 mencapai 33.400.000 jiwa.
Dari angka ini , jumlah petani muda yang berusia antara 20-39
tahun sekitar 2.700.00 jiwa, yaitu hanya 8%nya saja. Sisanya sekitar
30.400.000 jiwa (91%) berusia di atas 40 tahun, dan mayoritas dari
petani ini berusia antara 50-60 tahun, di mana secara fisik
sudah mengalami penurunan. berdasar sumber yang sama
diperoleh informasi, dalam kurun waktu satu tahun saja, yaitu
Tahun2017-2018, terjadi penurunan jumlah petani muda yang
cukup signifikan yaitu sebesar 415.789 orang. Jumlah petani muda
yang menurun, membuat keprihatinan Bangsa Indonesia ke
depannya, dan bila dibiarkan akan menimbulan krisis regenerasi
petani muda.
Data tingkat Pendidikan tenaga kerja sektor pertanian
disajikan pada Tabel 2 berikut
Sumber tenaga kerja di sektor pertanian yang utama adalah
keluarga, dibantu dengan tenaga luar keluarga berupa tenaga upah
atau borongan. Pendidikan formal tenaga kerja di pertanian
didominasi oleh mereka yang hanya tamatan SD (38,30%), dan
bahkan tidak tamat (23,07%) pada Tahun 2021, demikian juga
pada tahun sebelumnya. Tamatan SMA/SMK jumlahnya kurang
dari 20%. Dari data ini , tergambar dengan jelas kondisi
tenaga kerja pertanian yang cukup rendah dari tingkat pendidikan.
Modernisasi kegiatan produksi pertanian perlu dilakukan,
penggunaan teknologi dan digitalisasi dalam proses produksi
pertanian dan pemasaran hasil menjadi tuntutan yang tidak
terelakkan lagi, meskipun beberapa jenis pekerjaan di
pertanian tidak mudah untuk dirasionalisasikan.
. Sumberdaya Modal
Modernisasi di sektor pertanian membutuhkan biaya
untuk pemutahiran alat-alat dan mesin-mesin serta adopsi
teknologi produksi. Selain itu, kegiatan produksi pertanian agar
mencapai hasil yang tinggi membutuhkan faktor-faktor
produksi seperti bibit unggul, pemupukan dan juga
pengendalian hama penyakit. Pengadaan faktor-faktor
produksi ini juga membutuhkan pembiayaan. Pemenuhan
akan kebutuhan pembiayaan inilah, maka diperlukan
sumberdaya modal. Sumberdaya modal merupakan
sumberdaya yang berkontribusi pada proses produksi untuk
menghasilkan barang lain.
Pengertian Sumberdaya Modal
Modal diartikan sebagai uang yang dipakai sebagai pokok
atau induk untuk berdagang. Modal dapat berupa harta kekayaan,
bisa dalam bentuk uang dan barang yang bisa dimanfaatkan untuk
menghasilkan barang atau jasa yang mampu menambah kekayaan
dan sebagainya. Harta atau benda ini , bisa juga dipakai
untuk memproduksi sesuatu yang mampu meningkatkan
kekayaan, dan lainnya (KKBI, 2016). Modal merupakan hasil dari
suatu produksi yang dipakai untuk memproduksi barang lebih
lanjut. Dalam perkembangan berikutnya, sumberdaya modal lebih ditekankan pada nilai, daya beli atau pada penguasaan atas barang
modal untuk memanfaatkan atau menggunakan kandungan dalam
barang-barang modal ini
Sumberdaya modal merupakan aset utama yang dimiliki atau
dikuasai oleh perusahaan (usahatani) dalam melaksanakan
kegiatan produksinya. Sumberdaya modal yang umum biasanya
berbentuk dana/uang, asset/harta, atau hutang barang ataupun
uang. Dengan tersedianya sumberdaya modal, diharapkan proses
produksi dari hulu hingga hilir (pemasaran) dapat berjalan dengan
lancar.
Klasifikasi Sumberdaya Modal
ada berbagai jenis sumberdaya modal yang
dipakai dalam proses produksi, sumberdaya modal
diklasifikasi atas dasar sumber perolehan, kepemilikan, wujud
dan sifatnya, masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
A. Modal berdasar Sumber Perolehan
Modal berdasar sumber perolehannya dikelompokkan
menjadi modal dari luar perusahaan/usahatani (eksternal) dan dari
dalam perusahaan (internal). Sumber modal eksternal atau berasal
dari luar adalah modal atau dana yang diperoleh dari beberapa
sumber seperti dari kreditur, perusahaan lesing atau para investor.
Biasanya modal eksternal bisa diperoleh dengan cara meminjam
pada bank, koperasi, pedagang (tengkulak), atau lembaga keuangan
lainnya. Modal juga bisa diperoleh dari perusahaan sewa guna
(leasing companies), yaitu perusahaan yang memberikan pinjaman
bukan dalam bentuk uang namun dalam bentuk barang seperti
mesin-mesin yang diperlukan untuk produksi. Sumber modal
lainnya bisa diperoleh dari investor yang menginvestasikan
sejumlah modalnya pada perusahaan.
Sumber modal internal atau modal pemilik perusahaan
(usahatani), merupakan modal yang diperoleh dari harta pemilik
atau perusahaan itu sendiri yang disimpan, biasanya diperoleh daripenjualan hasil produksi. Contoh dari modal internal dapat berupa
lahan, bangunan, tanaman dan ternak, saham, mesin-mesin
produksi, kendaraan, keuntungan yang diinvestasikan kembali dan
sebagainya.
B. Modal berdasar Fungsinya
berdasar penggunaannya, modal dikelompokkan menjadi
dua, yaitu modal perseorangan dan modal bersama. Modal
perseorangan merupakan modal yang diperoleh dari seseorang,
yang dengan sengaja dipakai untuk memfasilitasi berbagai
kegiatan produksi yang mendatangkan keuntungan ekonomi
sehingga dapat memberikan balas jasa kepada pemiliknya. Contoh
modal perseorangan diantaranya adalah lahan, kandang, bangunan,
perhiasan, tabungan/deposito, mesin-mesin, kendaraan, saham,
dan sebagainya.
Modal warga merupakan modal yang dipakai secara
bersama oleh warga dan memberikan keuntungan dalam
rangka memperlancar kegiatan produksi. Contoh dari modal
bersama dapat berupa jalan, jembatan, irigasi, elektrik, jaringan
komunikasi, energi, pasar, pelabuhan, dll.
C. Modal berdasar Wujudnya
Modal dikelompokkan berdasar wujud atau bentuk dari
modal ini , yaitu modal nyata (konkret) dan tidak nyata
(abstrak). Modal nyata atau konkret merupakan barang modal yang
bisa dilihat dengan mata, bisa disentuh, dan dipegang atau memiliki
wujud. Contohnya adalah lahan, kandang, gudang, mesin-mesin,
alat-alat, bangunan, kendaraan, bahan baku, dan lain-lain.
Modal tidak nyata atau abstrak merupakan suatu modal yang
tidak bisa disentuh, dilihat, ataupun dipegang¸ namun dapat
dirasakan keberadaannya dalam mendukung keberlangsungan
proses produksi suatu perusahaan (usahatani). Modal abstrak
dapat berupa pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja, akses
atau konektisitas, citra perusahaan atau pemilik, hak paten, hak
pendirian usaha, dan lain-lain.
D. Modal berdasar Sifatnya
berdasar sifat modal dalam kegiatan produksi, modal
dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu modal tetap (fixed capital)
dan modal lancar (current capital). Modal tetap merupakan modal
yang harus tersedia baik ada kegiatan maupun tidak ada kegiatan
produksi, modal ini mempunyai karakteristik yang dapat
dipakai beberapa kali atau dalam waktu lama untuk kegiatan
produksi. Contoh dari modal tetap seperti lahan, kandang, irigasi,
bangunan, mesin-mesin dan peralatan, kendaraan, dan lain-lain.
Modal lancar atau biasa disebut modal habis pakai adalah
modal yang dalam penggunaannya akan terpakai habis dalam satu
putaran proses produksi. Contoh dari modal lancar adalah bibit dan
benih tanaman semusim, pupuk, pestisida, enzim, bahan bakar, dan
bahan baku lainnya.
Sumberdaya Modal dalam Pertanian
Sumberdaya modal dalam pertanian dapat berupa uang,
lahan, kandang, kolam, gudang/bangunan, pupuk, tanaman dan
ternak, mesin-mesin, peralatan dan lain-lain. Untuk menghasilkan
produksi pada tingkatan tertentu atau memperluas usaha
(perusahaan), modal dari perusahaan sendiri tidak akan
mencukupi. Oleh karena itu diperlukan modal dari sumber luar
perusahaan.
Beberapa sumber modal yang biasa dipakai oleh
usahatani, baik dari dalam usahatani maupun luar terdiri dari:
tabungan; warisan, hadiah, dan jual beli; modal pribadi dari luar
usahatani; kontrak sewa; perusahaan sewa guna usaha; kontrak
produksi; kontrak pemasaran hasil produksi; kontrak manajemen
produksi; kontrak penyediaan bahan produksi; dan keuntungan
kerjasama
Sebagian besar petani, kepemilikikan atas lahan kurang dari
satu hektar, dan juga mengalami keterbatasan modal dalam
mengembangkan usahataninya. Petani sudah menyadari
pentingnya teknologi dalam proses produksi pertanian, namun
pada penerapan teknologi ini , umumnya petani terkendala
dengan masalah permodalan yang akan dipakai dalam
meningkatkan hasil pertaniannya. Di satu sisi, teknologi yang benar
dan tepat guna membutuhkan biaya yang cukup tinggi dan harus
tersedia tepat waktu ,
Permodalan yang diperlukan petani dalam melaksanakan
proses produksi pertanian salah satunya adalah penyediaan kredit
untuk sektor pertanian. Kredit berperan sangat penting untuk
mengembangkan sektor pertanian, adanya kredit pelaksanaan
adopsi teknologi dalam usahatani dapat dilaksanakan. Peranan
kredit pertanian adalah: mengatasi modal usahatani yang terbatas
dengan tingkat bunga rendah; mengurangi ketergantungan pada
tengkulak atau pelepas uang; meningkatkan posisi tawar
(bargaining position) dalam pemasaran hasil pertanian;
meningkatkan pendapatan di perdesaan melalui penyediaan
permodalan; sebagai intensif bagi petani dalam meningkatkan
produksi pertanian.
Modal sosial merupakan sumberdaya yang tidak berwujud,
lahir dalam proses yang panjang dan lama dari hasil interaksi suatu
komunitas, yang melahirkan ikatan emosional baik antar individu
maupun institusi, di mana ada saling kepercayaan, interelasi,
jejaring sosial, nilai dan norma yang membentuk struktur
komunitas dan menjadi pengikat antar anggota komunitas yang
berguna untuk memperjuangkan tujuan bersama. Modal sosial
dapat melahirkan kegiatan yang konkrit dalam upaya mewujudkan
tujuan bersama, seperti gotong-royong membuat saluran irigasi,
galengan dan jalan usahatani, maupun tolong menolong antar
petani pada saat kegiatan yang membutuhkan banyak tenaga kerja
seperti mengolah lahan dan memanen.
Manajemen
Manajemen diperlukan untuk mengelola beragam
sumberdaya yang diperlukan dalam proses produksi, yang terdiri
atas sumberdaya alam, manusia, dan modal agar dipakai secara
efisien dan efektif untuk mengoptimalkan hasil produksi.
Manajemen merupakan sumberdaya yang dipakai untu
mengakomodasi kegiatan produksi atau pemasaran agar efisien
dan efektif dalam mencapai tujuan perusahaan.
Pelaksana dari kegiatan pengelolaan ini disebut
manajer. Kegiatan seorang manajer meliputi merencanakan,
mengorganisasi, mengkoordinasikan, mengarahkan, memantau
dan mengevaluasi sumberdaya yang dipakai dalam produksi
atau layanan (pemasaran). Seorang manajer diukur dari
kemampuannya untuk memunculkan ide-ide yang berpotensi
mengubah barang yang tidak bernilai ekonomi menjadi barang
ekonomi, keberanian untuk pengambilan resiko, dan pengambilan
keputusan yang jitu dalam menjalankan bisnis, berdasar
kemampuan menggabungkan sumberdaya alam, manusia dan
modal.
Pengertian Sumberdaya Manajemen
Manajemen adalah serangkaian proses yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian pelaksanaan
dan pengontrolan pemakaian sumberdaya untuk mencapai sasaran
secara efektif dan efisien. Arti dari efektif adalah, tujuan dapat
dicapai sesuai dengan rencana, sedangkan arti efisien adalah tugas
ini dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan sesuai dengan
jadwal
Sumberdaya manajemen adalah kemampuan seseorang
untuk membuat perencanaan, mengorganisasikan, melakukan
koordinasi, menggerakkan dan mengarahkan, mengawasi dan
mengendalikan, serta mengevaluasi suatu kegiatan agar berjalan
secara efisien dan efektif dalam rangka mewujudkan suatu tujuan
baik individu maupun kelompok.
Sumberdaya Manajemen dalam Pertanian
Perbedaan manajemen dalam bisnis pertanian dengan
bisnis lainnya terletak pada seni penggunakan prinsip dasar
manajemen untuk kegiatan produksi dan pemasaran hasil
pertanian. Beberapa karakteristis atau sifat unik yang dimiliki
sektor pertanian diantaranya adalah kegiatan pertanian
bertalian erat dengan gejala alam, curahan tenaga kerja yang
tidak merata, jarak yang lebar antara pengeluaran dan
penerimaan (gestation period), hasil produksi yang musiman,
sifat komoditas yang spesifik terhadap lokasi (location specific)
dan lainnya. Dengan sifat uniknya ini , seorang manajer
bisnis pertanian (petani), dituntut mampu mengelola bisnisnya
sedemikian rupa sehingga mendapatkan hasil yang maksimal
secara berkelanjutan dengan modal dan sumberdaya yang
terbatas secara efisien dan efektif
Sebuah ilustrasi dari bisnis di bidang pertanian, seorang
manajer harus mampu mengelola bisnisnya yang beragam
(tanaman, ternak) dengan kebutuhan sumberdaya yang
beragam juga.
Ilmu Ekonomi termasuk bagian dari subjek ilmu sosial yang
cukup penting dan menarik bagi banyak pihak, salah satunya
adalah pelaku di sektor pertanian. Ilmu ekonomi dapat dikatakan
sebagai suatu studi pengambilan keputusan setiap individu pada
segala aspek dalam kehidupannya. Banyak peristiwa yang memiliki
dampak luas memengaruhi kehidupan manusia dapat dipahami
dengan mempelajari ilmu ekonomi. Beberapa masalah kehidupan
praktis sehari-hari juga dapat dibicarakan menggunakan kerangka
pengetahuan ilmu ekonomi. Teori-teori di dalam ilmu ekonomi
seringkali dapat dimanfaatkan untuk menganalisis serta mengatasi
permasalahan-permasalahan di sekitar kita yang kompleks dan
selalu berubah.
Ada anggapan bahwa ilmu ekonomi merupakan titik pusat
dari segala ilmu sosial. Ilmu ekonomi memang berdekatan dan
sering bertumpang tindih dengan apa yang dipelajari di bidangbidang ilmu sosial lainnya, seperti ilmu politik, psikologi,
antropologi, sosiologi, dan sejarah. Misalkan, pada suatu wilayah
yang termasuk miskin namun ada banyak sumber daya alam
melimpah yang tidak termanfaatkan, hal ini jika dipandang dari sisi
antropologi dan budaya mungkin saja terjadi karena bertentangan
dengan adat istiadat setempat. Contoh lain, seringkali pada suatu
negara krisis politik terjadi bersamaan di waktu yang sama dengan
krisis ekonomi.
Ekonomi asal katanya berasal dari bahasa Yunani yaitu
oikonomos yang memiliki makna “seseorang yang mengelola suatu
rumah tangga”. Faktanya suatu rumah tangga dan perekonomian
mempunyai banyak kemiripan. Setiap rumah tangga pasti
menghadapi banyak keputusan yang harus dipilih, seperti
keputusan siapa yang mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah
tangga? Rumah tangga juga perlu mengalokasikan sumberdayanya
yang terbatas, seperti waktu dan pendapatan, diantara anggotaanggota keluarganya sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Sama halnya dengan rumah tangga, perekonomian juga
menghadapi banyak pilihan, seperti apakah sumberdaya yang ada
perlu dialokasikan ke sektor pertanian atau manufaktur?
Bagaimana barang dan jasa yang diproduksi dialokasikan kepada
warga ?
Alfred Marshall (1842 – 1924) dalam bukunya Principle of
Economics (1890) mendefinisikan ilmu ekonomi sebagai “studi
mengenai manusia dalam kehidupan sehari-hari”. Sehingga, jika
manusia tidak pernah memahami ilmu ekonomi, ada kemungkinan
akan menjumpai banyak kesulitan dalam menangani
permasalahan-permasalahan di kehidupannya sehari-hari.
Menyadur pada beberapa referensi textbook mengenai pengantar
ilmu ekonomi, ilmu ekonomi secara ringkas didefinisikan sebagai suatu
studi bagaimana pengalokasian dan penggunaan sumberdaya yang
langka untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan suatu individu
atau warga . Individu yang merupakan objek perhatian dalam
ilmu ekonomi dapat merupakan seorang konsumen, seorang
produsen, atau bahkan seluruh konsumen dan produsen yang ada
di dalam suatu perekonomian. Mereka ini dapat juga disebut
sebagai pelaku ekonomi.
Ilmu ekonomi utamanya dipakai untuk menganalisis
perilaku produksi dan konsumsi barang atau jasa pada sebuah
perekonomian. Selain hal ini , isu-isu yang selalu menjadi
perhatian warga seperti inflasi, pengangguran, eksternalitas,
kelangkaan energi, perpajakan, impor, dan ekspor juga termasuk
topik-topik yang dipelajari di dalam ilmu ekonomi. Menurut
Samuelson & Nordhaus (2010), ilmu ekonomi merupakan ilmu yang lebih penting bagi negara-negara berkembang dibandingkan
untuk negara maju, karena pada negara berkembang permasalahan
seperti misalokasi sumberdaya antara sektor pertanian dan
manufaktur masih sering terjadi.
Ruang Lingkup Ilmu Ekonomi
Kelangkaan, Pilihan, dan Biaya
Hampir semua barang dan jasa, serta input-input yang
dipakai untuk memproduksi barang dan jasa tersedia dalam
jumlah yang terbatas. Bahkan sumberdaya terbarukan pun
ketersediannya terbatas pada periode waktu tertentu. Di sisi yang
lain, keinginan atau kebutuhan seseorang seringkali tampak tidak
terbatas. Hal inilah yang menimbukan suatu fenomena kelangkaan
(scarcity) yang dihadapi oleh semua pelaku ekonomi. Sumberdaya
yang tersedia di dunia tidak akan cukup untuk menghasilkan segala
sesuatu yang diperlukan manusia. Kelangkaan akan selalu tetap
ada dan terus berlanjut. Kelangkaan merupakan pusat
permasalahan ekonomi. Jika tidak ada kelangkaan, maka semua
individu pelaku ekonomi tidak akan peduli dan perhatian terhadap
alokasi dan penggunaan sumberdaya.
Alokasi sumberdaya dalam perekonomian banyak
kaitannya dengan bagaimana memilih yang terbaik dari berbagai
alternatif penggunaan yang tersedia. Konsekuensi dari adanya
kelangkaan sumberdaya adalah semua pelaku ekonomi dihadapi
oleh berbagai alternatif, maka setiap pelaku ekonomi harus
melakukan pilihan untuk memperoleh apa yang diperlukan atau
diinginkan secara maksimal. Sebagai contoh, bagaimana
mengalokasikan lahan untuk memenuhi kebutuhan perkebuhan
kelapa sawit atau kawasan hutan. Contoh lainnya bagaimana
mengalokasikan waktu yang terbatas untuk belajar atau bermain.
Ilmu ekonomi menyediakan berbagai metode analisis yang dapat
membantu dalam memilih yang terbaik dari berbagai alternatif
pilihan yang ada. Ketika warga dihadapkan pada pilihan, secara tidak
langsung warga juga dibebankan adanya biaya. Keputusan
untuk memiliki sesuatu lebih banyak memerlukan keputusan untuk
memiliki sesuatu yang lain lebih sedikit. Hal inilah yang dapat
dianggap sebagai biaya dari memiliki sesuatu lebih banyak. Oleh
karena itu, proses pengambilan keputusan dari berbagai pilihan
menyiratkan adanya biaya. Para ahli ekonomi seringkali menyebut
biaya ini sebagai biaya peluang atau opportunity cost
Kelangkaan dan pilihan adalah dua faktor penting yang
perlu ada agar suatu masalah dapat dikatakan sebagai
permasalahan ekonomi. Jika ada kelangkaan tetapi tidak ada
pilihan, maka itu bukan merupakan permasalahan ekonomi.
Sebaliknya, jika ada pilihan namun tidak ada kelangkaan maka
ilmu ekonomi menjadi tidak diperlukan untuk dipelajari.
Berkaitan dengan isu kelangkaan dan pilihan, pada sektor
pertanian ada tiga permasalahan ekonomi paling mendasar
dan saling terkait yang perlu untuk dipahami dan dijawab oleh para
pelaku ekonomi di sektor ini, yaitu sebagai berikut:
1. Komoditas apa yang harus diproduksi? Berapa jumlah
produksinya? Serta kapan waktu yang tepat untuk
memproduksinya?
2. Bagaimana komoditas harus diproduksi? Dilakukan oleh
siapa, dengan menggunakan kombinasi faktor-faktor
produksi apa saja, serta dengan teknik produksi seperti apa,
padat modal atau padat karya? Bagaimana peran negara dan
swasta dalam proses produksi ini?
3. Bagi siapa komoditas yang diproduksi ditujukan? Siapa yang
menikmati dan memperoleh manfaat dari adanya komoditas
ini ? Berapa banyak yang harus dikonsumsi?
Ilmu ekonomi pertanian berusaha untuk menjawab dan
memecahkan pertanyaan-pertanyaan ini agar sumberdaya
yang tersedia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk
memaksimalkan kebutuhan para pelaku ekonomi yaitu produsen
maupun konsumen.
Mikroekonomi dan Makroekonomi
Ilmu ekonomi dapat dilihat dari berbagai perspektif yang
berbeda. Secara umum, ilmu ekonomi dapat dibagi menjadi dua
kategori besar, yaitu mikroekonomi dan makroekonomi
Ilmu mikroekonomi adalah suatu studi yang
memperhatikan dan menganalisis perilaku individu-individu
pelaku ekonomi yang kecil, seperti suatu perusahaan, rumah tangga
konsumen, serta bagaimana hubungan dan interaksi antar individu
ini di pasar ,Topik-topik yang
menjadi subjek mikroekonomi diantaranya adalah perilaku
produsen dan konsumen, mekanisme pasar untuk komoditas
tertentu, serta hubungan antara pasar-pasar. Dalam mempelajari
subjek ekonomi pertanian sebagian besar bahasannya akan terkait
pada area mikroekonomi, meskipun area makroekonomi juga
dapat terlibat di dalamnya terutama bagaimana peran sektor
pertanian dalam memengaruhi perekonomian secara keseluruhan.
Sebagai contoh aplikasi ilmu mikroekonomi pada sektor
pertanian adalah bagaimana memahami penentuan harga dan
jumlah pada komoditas pertanian tertentu. Memahami bagaimana
mekanisme pasar bekerja dan memahami sifat permintaan suatu
produk dapat membantu para produsen dalam menentukan
pilihan-pilihan dengan lebih baik, seperti apa yang harus
diproduksi, berapa banyak jumlah yang perlu diproduksi, dan
berapa banyak tenaga kerja yang diperlukan . Selain itu,
mikroekonomi juga berusaha memahami mengapa harga beberapa
komoditas naik sementara yang lain turun.
Contoh lain aplikasi ilmu mikroekonomi yaitu bagaimana
memahami konsep „biaya peluang (opportunity cost)“. Biaya
peluang adalah biaya dari menggunakan sumberdaya bagi tujuan
tertentu. Biaya ini diukur dengan manfaat yang dikorbankan karena
tidak menggunakan untuk tujuan lain. Dengan memahami
pentingnya konsep biaya ini akan membantu pelaku ekonomi
dalam mengevaluasi berbagai pilihan keputusannya.
Ilmu mikroekonomi juga dapat dipakai dalam
mengevaluasi berbagai kebijakan pemerintah. Ilmu mikroekonomi dapat melihat apakah undang-undang atau peraturan tertentu
dapat memberikan manfaat bagi warga atau malah akan
mengurangi kesejahteraan. Para ahli ekonomi dapat mengukur
dampak berbagai kebijakan pemerintah terhadap konsumen,
tenaga kerja, dan perusahaan. Hasil dari pengukuran ini dapat
dipakai untuk menentukan apakah perlu melanjutkan atau
mengubah suatu kebijakan pemerintah.
Sementara itu, ilmu makroekonomi memiliki ruang lingkup
studi yang lebih luas yaitu memperhatikan perekonomian secara
keseluruhan . Masalah-masalah seperti inflasi,
resesi, pengangguran merupakan permasalahan yang diperhatikan
di dalam makroekonomi. Ilmu makroekonomi berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: mengapa sebagian negara
mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat sedangkan ada
negara yang selalu berada dalam kemiskinan? Mengapa sebagian
negara mengalami tingkat inflasi yang tinggi sedangkan negara lain
dapat mengendalikan harga yang stabil? Mengapa semua negara
bersama-sama mengalami resesi ekonomi pada periode-periode
tertentu?
Isu-isu pada area makroekonomi seringkali memainkan
penanan penting dalam perdebatan politik. Kinerja suatu
pemerintah dapat juga dilihat dari kinerja perekonomiannya,
karena kebijakan-kebijakan pemerintah akan sangat memengaruhi
perekonomian suatu negara. Sebagai akibatnya, popularitas suatu
pemerintah akan meningkat jika perekonomian negara berjalan
dengan baik dan akan menurun bila terjadi sebaliknya.
Jika dapat dianalogikan, studi makroekonomi seperti
melihat suatu hutan secara keseluruhan, sedangkan mikroekonomi
seperti melihat satu unit pohon di hutan ini . Dua bidang ini
meskipun berlainan dalam cara pandangnya tetapi saling
melengkapi untuk mengamati ekonomi, bukan bersaingan.
Keduanya tetap diperlukan dalam pemahaman yang lengkap
mengenai ekonomi.
Statis dan Dinamis
bahwa dalam mempelajari ilmu ekonomi kita dapat
mengklasifikasikan menjadi dua, yaitu statis dan dinamis. Dalam
konteks statis, fenomena-fenomena ekonomi dipelajari tanpa
referensi waktu atau tidak ada kaitannya dengan waktu (timeless).
Hubungan antar variabel di dalam konteks statis, seringkali sudah
dapat dipastikan, misalkan penggunaan 50 kg pupuk dapat
meningkatkan hasil panen jagung sebanyak 100 kg, tidak kurang
tidak lebih. Namun demikian, ketidakpastian (uncertainty) juga
dapat terkandung di dalam konteks statis. Sebagai contoh, suatu
lemparan koin–yang tidak terikat dengan waktu–memiliki hasil
yang tidak pasti.
Sementara itu, studi ekonomi secara dinamis akan selalu
dipengaruhi oleh perbedaan waktu. Fenomena-fenomena ekonomi
saat ini seringkali terkait dengan kejadian-kejadian di masa lalu
atau akan berdampak kepada kejadian di masa depan. Setiap
ekonom sepakat bahwa kebijakan publik dan peristiwa-peristiwa
lain dapat memengaruhi perekonomian pada horizon waktu yang
berbeda.
Studi ekonomi secara dinamis akan melihat kemungkinan
adanya perubahan dalam hubungan antar variabel seiring waktu
berjalan. Mempelajari tren perkembangan indikator-indikator
ekonomi meruapakan contoh dari studi dinamis ini. Studi dinamis
seringkali terkait dengan masalah ketidakpastian yang terjadi
sepanjang waktu. Sebagai contoh, penggunaan 10 kg pupuk belum
tentu akan meningkatkan produksi jagung sebanyak 100 kg, namun
hasilnya akan selalu tergantung pada faktor-faktor yang ada selama
musim tanam jagung ini seperti cuaca, iklim, hama, kondisi
tanah, dan sebagainya.
Positif dan Normatif
Dalam memandang suatu fenomena ekonomi salah satu hal
pokok yang perlu untuk dapat dibedakan dan dipisahkan adalah
antara pertimbangan nilai dan pernyataan faktual. Oleh karena itu
cara memandang ilmu ekonomi dapat dibedakan menjadi dua
klasifikasi, yaitu pandangan positif ekonomi dan pandangan
normatif ekonomi.
Ilmu ekonomi positif hanya menjelaskan dan
mendeskripsikan „apa yang terjadi“ tanpa dihubungkan dengan
„bagaimana seharusnya“. Pembahasan dalam ekonomi positif
terbatas pada deskripsi mengenai fakta, situasi, dan hubungan yang
terjadi dalam ekonomi. Misalnya berapa harga komoditas beras
pada hari ini? Bagaimana harga pupuk yang tinggi dapat
memengaruhi tingkat kesejahteraan petani? Bagaimana proses
subsidi bahan bakar dapat memengaruhi konsumsi bahan bakar
ini ? Contoh-contoh pertanyaan seperti itu dapat dijawab
hanya dengan mengacu pada fakta-fakta yang ada. Tidak ada
penilaian „baik“ atau „buruk“ di dalam ekonomi positif. Teori
ekonomi dapat diklasifikasikan sebagai ekonomi positif.
Pendekatan pandangan positif juga dipakai dalam model-model
ekonomi untuk menjelaskan peristiwa di dunia nyata.
Jika ada ketidaksamaan pada pandangan positif
ekonomi, maka dapat diatasi dengan menggunakan logika berpikir
serta melihat data dan fakta yang ada. Sebagai contoh, jika seorang
ekonom sedang mempelajari suatu pasar tertentu, bagaimana
harga dan kuantitas barang ditentukan, kondisi efisiensi pasar, dsb.
Namun ada seorang ekonom lain yang tidak setuju dengan
kesimpulannya, maka perbedaan pandangan ini dapat
diselesaikan dengan mengumpulkan fakta-fakta lebih banyak
terkait pasar ini . Pandangan positif bisa disebut sebagai
pernyataan yang dapat diuji karena dapat dibuktikan melalui bukti
empiris. Banyak contoh pokok persoalan dalam ilmu ekonomi
positif yang mudah untuk disepakati secara konsensus oleh para
ahli ekonomi.
Sementara itu, pandangan ekonomi normatif merupakan
sebuah perspektif seseorang yang menjelaskan „bagaimana
seharusnya“ atau „apa yang seharusnya dilakukan“. Pandangan ini
mengandung penilaian yang dapat dipengaruhi oleh latar belakang
etika, nilai, filosofi, sosial, dan budaya seseorang. Pertanyaanpertanyaan yang terkait dengan ekonomi normatif, seperti
misalnya berapa tingkat inflasi yang dapat diterima? Haruskah
sistem subsidi dan perpajakan selalu diarahkan kepada sektor
pertanian? Apakah anggaran pemerintah untuk sektor pertanian
harus selalu meningkat tiap tahunnya? Pertanyaan-pertanyaan
ini tidak akan dapat dipecahkan hanya berdasar
pengetahuan dan fakta saja. Tidak akan ada jawaban sederhana
yang mengatakan benar atau salah jika terkait pada pandangan
ekonomi normatif. Ketidaksepakatan pendapat antar para ekonom
akan banyak dan sering terjadi dalam ilmu ekonomi normatif,
karena tidak dapat diuji dengan pembuktian melalui pengamatan
empiris.
Suatu kebijakan perekonomian dapat dikatakan sebagai
pandangan normatif ekonomi. Namun demikian, positif ekonomi
akan tetap perlu dipakai sebagai dasar membuat penilaian
dalam suatu pandangan normatif ekonomi yang baik. Dalam
mempelajari ilmu ekonomi, kita harus dapat membedakan antara
pandangan positif dan normatif, serta membedakan antara
pernyataan yang berdasar hasil penelitian atau hanya
berdasar penilaian personal. Pembedaan antara positif dan
normatif membuat kita dapat membedakan pandangan tentang
bagaimana dunia ini seharusnya berlangsung dan bagaimana dunia
ini sesungguhnya berlangsung. Pemisahan positif dan normatif
merupakan landasan dalam mempelajari ilmu ekonomi.
Ilmu Ekonomi dan Ilmu Ekonomi Pertanian
bahwa ilmu ekonomi
pertanian merupakan ilmu sosial terapan yang berkaitan dengan
bagaimana produsen, konsumen, dan warga menggunakan
sumber daya alam yang langka pada aktivitas produksi,
pengolahan, pemasaran, serta konsumsi produk-produk pertanian.
Seorang ahli ekonomi pertanian merupakan seorang ahli ekonomi
yang memiliki spesialisasi di bidang pertanian. Ketertarikan utama
dari ahli ekonomi pertanian adalah mengaplikasikan prinsipprinsip dalam ilmu mikroekonomi maupun makroekonomi untuk
menyelesaikan persoalan pada sektor pertanian. Oleh karena itu, seorang ekonom pertanian tidak hanya perlu menguasai
pemahaman ilmu ekonomi saja, tetapi juga penting mempunyai
pengetahuan ilmu-ilmu pertanian.
Beberapa contoh permasalahan-permasalahan yang
mengaplikasikan prinsip-prinsip ilmu ekonomi di bidang pertanian,
diantaranya adalah: 1) bagaimana permintaan input-input
produksi yang diperlukan sebagai respons dari proses produksi
pertanian; 2) bagaimana rantai pemasaran bahan pangan dan
penetapan harganya; 3) bagaimana pembiayaan pada perusahaan
agribisnis; 4) bagaimana dampak kebijakan pemerintah terhadap
konsumen, produsen produk-produk pertanian, dan fluktuasi
harganya; serta 5) bagaimana sektor pertanian memengaruhi
perekonomian nasional maupun global.
Para Pelaku Ekonomi
Ilmu ekonomi banyak membahas segala perilaku manusia dan
berbagai keputusan yang dibuat oleh individu. Pada suatu sistem
perekonomian ada jutaan orang atau individu yang terlibat di
dalamnya. Agar mempelajari ilmu ekonomi dapat lebih sistematis,
mengkategorikan individu-individu pengambil
keputusan yang terlibat dalam perekonomian ke dalam tiga
kelompok, yaitu rumah tangga, perusahaan, dan pemerintah.
Rumah Tangga
Rumah tangga (household) merupakan sekumpulan orang
yang bertempat tinggal di bawah satu atap dan membuat
keputusan bersama. Anggota rumah tangga disebut sebagai
konsumen karena kegiatan utama mereka membeli dan
mengkonsumsi barang dan jasa. Selain sebagai konsumen, rumah
tangga juga merupakan pemilik utama faktor-faktor produksi,
seperti tenaga kerja, lahan, modal, dsb. Kemudian mereka menjual
faktor-faktor produksi ini pada perusahaan dan menerima
penghasilan (income) sebagai imbalannya.
Setiap rumah tangga akan mengambil keputusannya
dengan konsisten berdasar motivasinya untuk memperoleh
kesejahteraan atau kepuasan (utility) yang maksimum. Rumah
tangga berusaha mencapai tujuan ini dalam batas
sumberdaya yang tersedia. Dalam pasar untuk komoditas tertentu,
rumah tangga diperlakukan sebagai unit perilaku pada sisi
permintaan (demand).
Perusahaan
Perusahaan (firm) adalah suatu unit yang memanfaatkan
faktor-faktor produksi untuk memproduksi barang atau jasa
tertentu yang akan dijual kepada perusahaan lain, rumah tangga,
atau pemerintah. Karena kegiatan utamanya adalah memproduksi,
maka perusahaan disebut sebagai produsen. Perusahaan
diperlakukan sebagai unit perilaku pada sisi produksi atau
penawaran (supply) dalam pasar komoditas. Sedangkan dalam
pasar faktor produksi yang memperjua-belikan faktor-faktor
produksi, peran perusahaan membeli dan rumah tangga menjual.
Sebagian besar perusahaan mengambil keputusannya
berdasar pada satu tujuan utama yaitu mendapatkan
keuntungan atau laba semaksimum mungkin. Yang dimaksud
dengan laba adalah selisih antara nilai penerimaan dari hasil
penjualan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi
barang yang dijual. Maksimisasi keuntungan yang ingin dicapai
perusahaan ini analog dengan maksimisasi kepuasan yang ingin
diraih oleh rumah tangga.
Pemerintah
Dalam ilmu ekonomi, istilah pemerintah dipakai dalam
arti luas, termasuk semua kementerian dan lembaga serta
organisasi-organisasi lain yang dimiliki dan dikelola oleh
pemerintah pusat maupun daerah. Semua organisasi resmi yang
memiliki kekuatan dan kekuasaan politis untuk mengendalikan
pengambilan keputusan perorangan dan pasar dapat dikategorikan
sebagai pemerintah. Dengan demikian, pemerintah mencakup
presiden, bank sentral, pemerintah deerah, lembaga penelitian
milik pemerintah, badan legislatif, kepolisian, dan sebagainya.
Berbeda dengan rumah tangga dan perusahaan, pemerintah
tidak selalu akan bertindak secara konsisten. Hal ini disebabkan
karena, pertama pemerintah terdiri dari berbagai unit organisasi
yang berbeda dan beragam sehingga masing-masing organisasi
ini dapat memiliki kepentingan, pandangan, serta sasaran
yang berbeda. Kedua, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
seringkali hanya bertujuan jangka pendek. Hal ini karena siklus
jabatan pemerintah bersifat jangka pendek, sehingga seringkali
terlihat keengganan untuk melihat manfaat jangka panjang dari
suatu kebijakan.
Interaksi Rumah Tangga dan Perusahaan
Interaksi antara rumah tangga sebagai konsumen dan
perusahaan sebagai produsen terjadi melalui dua jenis pasar yang
berbeda. Barang dan jasa yang diproduksi oleh perusahaan dijual
melalui pasar barang dan jasa (goods and services market).
Sedangkan faktor-faktor produksi seperti lahan, tenaga kerja, dan
modal dijual di dalam pasar faktor. Interaksi ini melibatkan dua
arus yang berbeda yaitu arus barang dan jasa serta arus uang. Arus
barang dan jasa dapat disebut sebagai arus riil, sedangkan arus
uang adalah arus pembayaran untuk barang dan jasa ini .
Output barang dan jasa mengalir dari produsen kepada
konsumen melalui pasar barang. Sementara itu, dalam pasar faktor
produsen bertindak sebagai pembeli yang membeli faktor-faktor
produksi. Contoh-contoh transaksi yang terjadi pada pasar faktor
diantaranya, karyawan menjual jasa tenaga kepada perusahaan
untuk mendapatkan upah sebagai imbalan, pemilik modal akan
menerima bunga atau laba karena menyediakan modal kepada
perusahaan, serta pemilik lahan mendapatkan uang sewa karena
menyewakan lahannya kepada perusahaan.
Konsep interaksi ini membantu untuk mengerti bagaimana
pelaku-pelaku ekonomi yang terpisah berhubungan satu sama lain
secara timbal balik. Aktivitas produsen dapat memengaruhi rumah
tangga, karena upah yang dibayar oleh perusahaan akan
memengaruhi kemampuan daya beli rumah tangga. Adapun,
aktivitas rumah tangga juga memengaruhi perusahaan, karena
barang yang dibeli akan berdampak kepada penerimaan atau
keuntungan perusahaan.
Pada gambar 1.1 berikut menjelaskan secara visual arus
barang dan arus uang yang terjadi akibat adanya interaksi antara
rumah tangga dan perusahaan di pasar barang dan jasa maupun di
pasar faktor produksi. Mankiw (2021) menyatakan bahwa kedua
arus hasil interaksi ini dapat dikatakan sebagai diagram arus
sirkular dalam perekonomian, dan mampu menjelaskan dengan
sederhana bagaimana suatu perekonomian bekerja.
Peran Model, Teori, dan Data Ekonomi
Model Ekonomi
Setiap sistem ekonomi di dunia nyata akan terlalu rumit dan
kompleks untuk digambarkan secara rinci. Tidak mungkin untuk
mempelajari secara rinci mengenai bagaimana setiap unit beras
atau jagung yang diproduksi dan berapa banyak yang dibeli oleh
konsumen di setiap pasar. Oleh karena itu, perlu dikembangkan
model-model sederhana dari beragam aktivitas manusia yang ingin
dipelajari. Secara harfiah, model adalah gambaran esensi dari objek
nyata yang dirancang mirip dengan aslinya. Nicholson & Snyder
(2010) mendeskripsikan model ekonomi sebagai gambaran teoritis
sederhana yang dapat menggambarkan bagaimana perekonomian
bekerja.
Model ekonomi terbuat dari simbol dan persamaan
matematika atau dapat juga berupa diagram. Model ini dibangun
untuk membantu menjelaskan hubungan antar variabel-variabel
ekonomi pada area mikroekonomi maupun makroekonomi. Para
ekonom yang sedang berusaha menganalisis kondisi pasar pada
komoditas tertentu, akan menggunakan model-model ekonomi
yang sudah disederhanakan untuk menggambarkan karakteristik
pokok suatu pasar ini . Model-model ekonomi ini tentu tidak
akan identik dengan realitasnya, namun setidaknya dapat
memandu para ekonom untuk dapat melihat kondisi dunia nyata
yang kompleks dan rumit secara lebih sederhana.
Secara umum, model ekonomi memiliki dua jenis variabel,
yaitu endogen dan eksogen. Variabel endogen (endogenous
variables) adalah variabel yang akan dijelaskan di dalam sebuah
model, sedangkan variabel eksogen (exogenous variables) adalah
variabel yang memengaruhi variabel endogen dan nilainya
ditentukan di luar model. Tujuan dari sebuah model adalah
menunjukkan bagaimana variabel-variabel eksogen memengaruhi
variabel endogen. Dapat juga dikatakan bahwa variabel eksogen
merupakan input model sedangkan variabel endogen sebagai
output model . Hal ini dapat dilihat pada gambar 1.2
di bawah ini.
Salah satu model paling populer dari seluruh model
ekonomi adalah model permintaan dan penawaran1. Model ini
dipakai untuk mengetahui apa saja yang dapat memengaruhi
harga dan kuantitas yang dijual pada komoditas tertentu. Oleh
karena itu, dalam model permintaan dan penawaran variabel
endogen adalah harga dan kuantitas, sedangkan variabel eksogen
adalah variabel-variabel lain yang dapat memengaruhi harga dan
kuantitas, seperti pendapatan konsumen, harga bahan baku, harga
komoditas lain, kondisi cuaca, dsb. Model ini dapat
menggambarkan perilaku konsumen, perilaku produsen, dan
interaksi mereka di dalam pasar.
Dalam bab-bab selanjutnya di sepanjang buku ini, akan
ada berbagai model ekonomi yang dipakai dalam rangka
menjelaskan bagaimana kondisi atau fenomena ekonomi pada
sektor pertanian seperti model produksi, model biaya produksi,
model permintaan dan penawaran, serta model perdagangan
internasional. Model-model ini akan bermanfaat karena membantu
kita menghilangkan hal-hal yang tidak relevan dan memusatkan
perhatian hanya pada hubungan antar variabel yang penting secara
lebih jelas.
Semua model ekonomi akan memiliki banyak asumsi yang
disederhanakan atau tidak memperhitungkan seluruh faktor yang
ada. Seorang ekonom harus mampu menilai apakah sebuah asumsi
itu dapat menjelaskan atau malah menyesatkan. Ketika sedang
menganalisis permasalahan dengan menggunakan model ekonomi,
para ekonom harus selalu menjelaskan asumsi-asumsi yang
menjadi dasar model ini . Salah satu asumsi yang pasti ada di
dalam model ekonomi adalah asumsi ceteris paribus. Asumsi ini
meyatakan bahwa semua faktor-faktor lain diluar model dianggap
tidak akan berubah dan dipertahankan tetap konstan. Asumsi dapat
menyederhanakan kompleksitas dunia sehingga menjadi lebih
mudah untuk memahaminya
Walaupun dengan adanya asumsi membuat model ekonomi
menjadi terlihat tidak realistis, namun penyederhanaan adalah
bagian penting atau esensial dalam pengembangan model yang
bermanfaat. Para ekonom menggunakan asumsi-asumsi yang
berbeda untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang
berbeda pula. Meskipun tidak ada satu model pun yang cukup
lengkap untuk menjelaskan seluruh persoalan ekonomi, tetapi
dengan mempelajari model-model yang berbeda dapat membantu
kita untuk memahami berbagai kejadian ekonomi yang sudah,
sedang, atau bahkan akan terjadi termasuk pada sektor pertanian.
Teori Ekonomi
Teori merupakan alat dalam menyusun dan mengatur fakta.
Teori ekonomi selalu terdiri dari sekumpulan definisi dan asumsi
tentang variabel-variabel yang ada di dalam model ekonomi.
Seperti halnya dengan model ekonomi, teori ekonomi juga tidak
akan dapat menjelaskan bagaimana kondisi perekonomian di dunia
nyata secara detail dan menyeluruh. Namun demikian, teori
ekonomi bertujuan untuk menyediakan proposisi yang dapat
dipakai dalam menjelaskan kompleksitas dunia nyata secara
sederhana.
Dunia penuh dengan fakta yang ada, beberapa fakta dapat
dipakai dalam menjelaskan fenomena ekonomi, namun
beberapa fakta lain tidak dapat. Peran dari teori adalah
mengidentifikasi beberapa fakta yang berguna dan menyatukannya
sehingga menghasilkan kesimpulan yang berarti. Tanpa adanya
teori, fakta-fakta dari hasil observasi akan tampak tidak berbentuk
dan tidak berarti. Menganalisis permasalahan ekonomi tanpa
panduan kerangka teori, dapat dianalogikan seperti berjalan di
dalam kegelapan. Akan tetapi, permasalahan ekonomi yang sama
juga dapat dilihat secara berbeda oleh para pengamat ekonomi
yang menggunakan dasar teori yang berlainan.
Ilmu ekonomi dapat dipresentasikan melalui berbagai cara
yang berbeda, seperti melalui grafik, menggunakan fungsi atau
persamaan matematika, atau juga hanya melalui diskusi lisan saja.
Apapun metode dalam penyampaiannya, prinsip-prinsip dalam
ilmu ekonomi akan selalu dapat dimanfaatkan oleh individu
ataupun warga untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi
di sekitarnya. Ilmu ekonomi termasuk ilmu yang relatif masih muda
jika dibandingkan ilmu-ilmu lainnya. Begitupun dengan
kemampuan para ahli ekonomi dalam memprediksi peristiwaperistiwa ekonomi tidaklah sempurna. Akan tetapi studi ilmu
ekonomi bisa menjelaskan banyak hal tentang dunia ini secara lebih
sederhana, dan jika diaplikasikan dengan tepat dapat membuat
dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Data Ekonomi
Salah satu sumber informasi utama tentang apa yang terjadi
dalam perekonomian adalah pengamatan. Suatu teori ekonomi
akan berguna untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi pada
dunia nyata jika dikombinasikan dengan pengamatan. Data dari
hasil pengamatan yang sistemik, sudah disusun dan diatur, juga
dapat dipakai untuk mengevaluasi atau menguji validitas dari
teori-teori ekonomi. Hanya jika data yang dihasilkan dari proses
pengamatan itu sesuai dengan teori yang ada, maka kita dapat
memahami situasi perekonomian yang sedang terjadi.
Data ekonomi merupakan sumber informasi dari kumpulan
fakta-fakta yang sistemik dan objektif. Hampir setiap hari data
statistik ekonomi yang baru dipublikasikan oleh berbagai lembaga,
mulai dari lembaga pemerintah, perusahaan swasta, lembaga
survei dan penelitian non pemerintah, dll. Data statistik ekonomi
yang didapatkan ini sebagian besar merupakan hasil dari
kegiatan survei kepada pelaku-pelaku ekonomi, seperti rumah
tangga atau perusahaan. Sebagian besar dari berbagai model
ekonomi dan berbagai bentuk kurva yang ada dalam bab-bab
selanjutnya di buku ini datangnya juga dari analisis statistik yang
dilakukan berdasar data statistik dari berbagai sumber.
Data statistik inilah yang dipakai sebagai bahan dasar
bagi ekonom untuk memantau kondisi perekonomian dan
perubahan-perubahannya atau oleh pengambil kebijakan untuk
merumuskan kebijakan pembangunan ekonomi yang tepat. Data
saja tidak dapat memberitahu kita banyak hal tentang dunia, tetapi
bila digabungkan dengan teori akan banyak yang bisa disampaikan
kepada kita. Kemampuan mengamati data serta diramu dengan
konsep-konsep teoritis, dan tentunya menggunakan pola berpikir
yang logis merupakan syarat perlu untuk bisa menguasai prinsipprinsip dasar ilmu ekonomi.
Analisis Marginal
Seringkali para ekonom, khususnya ekonom pertanian,
memusatkan perhatiannya pada analisis marginal. Dalam konteks
mikroekonomi fokus perhatiannya pada bagaimana tambahan
penggunaan suatu input produksi, atau tambahan pembelian suatu
produk oleh konsumen, akan mengubah kesejahteraan produsen
dan konsumen. Di sisi yang lain, dalam konteks makroekonomi,
contoh perhatian pada marginal adalah bagaimana perubahan pada
tingkat pajak penghasilan dapat mengubah pedapatan nasional,
suku bunga, inflasi, dan defisit anggaran pemerintah. Kata kunci
pada kasus-kasus ini adalah perubahan. Pembahasan
mengenai analisis marginal ini akan membuat kita lebih memahami
bagaimana keputusan-keputusan ekonomi yang dilakukan oleh
perusahaan, rumah tangga, atau negara.
Untuk menunjang kerangka dasar ketahanan pangan di
Indonesia diperlukan langkah kongkrit dan terpadu berupa
pengembangan kelembagaan pertanian. Kelembagaan sering
didefinisikan sebagai suatu aturan yang dikenal, diikuti, dan
ditegakkan secara baik oleh anggota warga , yang memberi
naungan (liberty) dan hambatan (constraints) bagi individu atau
anggota warga .
Kelembagaan terkadang ditulis secara formal dan ditegakkan
oleh aparat pemerintah, tapi dapat juga berbentuk tidak tertulis
secara formal semacam aturan adat dan norma yang dianut oleh
warga . Kelembagaan umumnya bersifat dapat diprediksi dan
stabil, dapat diaplikasikan pada situasi yang berulang. Tumbuh
kembangnya suatu organisasi akan tergantung pada kelembagaan
ini.
Di Indonesia, dalam sektor pertanian pernah dikenal istilah
“lumbung desa”, “lumbung pangan”, “lumbung sosial,” dan yang
sejenisnya sebagai bentuk kelembagaan yang sangat berperan
cukup penting untuk menciptakan suatu tingkat ketahanan pangan
yang berkelanjutan. Berbagai penelitian telah merekomendasikan
akan pentingnya kelembagaan dalam sektor pertanian.
Kelembagaan memegang peranan penting untuk menjamin suatu
program dapat berjalan terus-menerus dan mencapai tujuan
Definisi Kelembagaan Pertanian
tentang kelembagaan dan
organisasi: An institution is a complex norm and behavior thatpersist overtime by serving some socialy value purpose, while an
organization is a structure of recognize and accept roles.
Lembaga adalah aturan di dalam suatu kelompok
warga atau organisasi yang menfasilitasi koordinasi antar
anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan dimana
setiap orang dapat bekerjasama atau berhubungan satu dengan
yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan
Kelembagaan petani adalah lembaga petani yang berada
pada kawasan lokal, yang berupa organisasi keanggotaan atau
kerjasama yaitu petani-petani yang tergabung dalam kelompok
kerjasama
Unsur-unsur Kelembagaan Pertanian
Ada beberapa unsur penting yang terkandung dari
pengertian kelembagaan, antara lain :
1. Institusi merupakan landasan untuk membangun tingkah
laku sosial warga
2. Norma tingkah laku yang mengakar dalam warga dan
diterima secara luasuntuk melayani tujuan bersama yang
mengandung nilai tertentu dan menghasilkaninteraksi
antar manusia yang terstruktur
3. Peraturan dan penegakan aturan/hukum
4. Aturan dalam warga yang memfasilitasi koordinasi
dan bekerjasama dengan dukungan tingkah laku, hak
dan kewajiban anggota
5. Kode etik
6. Kontrak
7. Pasar
8. Hak millik
9. Organisasi
10. Insentif untuk menghasilkan tingkah laku yang diinginkan
Macam-macam Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pertanian terbagi ke dalam beberapa bentuk,
yaitu :
1. Kelembagaan petani, berupa kelompok tani, gabungan
kelompok tani dan koperasi.
2. Kelembagaan pemerintah, berbentuk kelembagaan
penyuluhan baik di tingkat nasional, kabupaten/kota,
kecamatan dan desa/kelurahan.
3. Kelembagaan swasta, bergerak di bidang pengadaan sarana
produksi, keuangandan pengangkutan.
4. Kelembagaan Lembaga Swadaya warga , bergerak di
bidang pengujian dan penyuluhan.
Beberapa contoh Kelembagaan Pertanian yang sering
ditemukan dalam pengembangan pertanian di Indonesia, antara
lain :
a. Koperasi. Kelembagaan ini memiliki tujuan meningkatkan
produksi dan kesejahteraan petani. Sering disebut dengan
nama Koperasi Unit Desa yang memiliki harapan ideal: (1)
memberikan jaminan keuntungan secara sosial dan
ekonomi, (2). Meningkatakan posisi tawar petani dalam
menentukan harga produk pertanian. Kendala yang sering
dihadapi dalam pengembangan koperasi ini antara lain: (1)
rendahnya minat warga untuk bergabung karena
kegagalan dan stigma negatif tentang koperasi yang
berkembang di tengah persepsi warga , (2)
ketergantungan petani terhadap tengkulak akibat transaksi
yang dilakukan, (3) kurangnya pemahaman dan arti penting
koperasi
b. Lembaga Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
(BPPT). Lembaga ini berperan sebagai Lembaga
intermediasi, Lembaga pelaksana, Lembaga pengkali
teknologi, pelaksana audit teknologi dan Lembaga pemberi
solusi teknologi. Balai Inkubator Teknologi sebagai ujung
tombak perekayasaan teknologi sebagai wahana inkubasi
dan komersialisasi invensi dan inovasi teknologi yang
dihasilkan BPPT untuk mewujudkan wirausaha baru
berbasis teknologi.
c. Lembaga Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP). Model
inovasi kelembagaan yang dikembangkan PRIMA TANI
(Program Rintisan dan Akselerasi Pewarga an Inovasi
Teknologi Pertanian). Penumbuhan elemen AIP meliputi (1)
Lembaga Produksi, berupa kelompok tani maupun
GAPOKTAN, dengan model pendekatan domisili ataupun
hamparan, yang merupakan aktivigas usahatani berdasar
keputusan kolektif, (2) Lembaga Sarana Produksi,
menyelaraskan pengadaan saprodi dalam jenis, kuantitas,
kualitas, waktu, tempat dan harga yang sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhan petani dan pelaku bisnis
lainnya.
d. Penyuluhan Pertanian. Memfungsikan secara efektif dalam
kegiatan pendampingan petani sehingga dapat
memanfaatkan sumberdaya pertanian setempat secara
optimal. Tugas utama penyuluh adalah memperkenalkan
inovasi baru, menjelaskan kebijakan pemerintah, dan
menampung keluhan atau saran dari petani terkait dengan
kebijakan ini . Penyuluhan dapat dikatakan berhasil
apabila dilihat dari sisi petani, dapat meningkatkan
pengetahuan dan adopsi inovasi, dilihat dari sisi Penyulih,
dapat merubah sikap petani (yang negative), memberikan
pengetajuan praktis yang berguna (Meneth Ginting, )
e. Lembaga Klinik Agribisnis. Bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan informasi, teknologi pertanian, informasi pasar,
dan informasi permodalan. Lembaga ini merupakan
organisasi dengan anggota: para Penyuluh, Peneliti BPTP,
Pusat Penelitian dan Balai Penelitian di lingkungan
Kementan dan petugas dinas terkait.
f. Lembaga Pasca Panen (Pemasaran Hasil Pertanian).
Bertujuan menekan kehilangan hasil mentah pertanian,
meningkatkan nilai tambah dan memperlancar pemasaran
hasil pertanian sehingga posisi tawar petani meningkat.
g. Lembaga Jasa ALSINTAN. Dirintis dengan pelayanan jasa
penyewaan alsintan, ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi usaha dengan biaya terjangkau oleh petani dan
memberikan keuntungan yang layak (bagi Lembaga), serta
pembinaan dengan pemberian kredit murah bagi pelaku
usaha jasa alsintan.
h. Lembaga Pengolahan Hasil Pertanian. Bertujuan untuk
meningkatkan nilai tambah produk pertanian dan
memperluas pasar, pembentukan industri skala kecil dan
rumah tangga yang dikelola secara kelompok. Perlu
pembinaan teknis dan manajemen sehingga keuntungan
layak. Pembagian nilai tambah yang proporsional dengan
petani pemasok bahan baku dan pelaku agribisnis lain di
pedesaan.
i. Lembaga Permodalan. Merupakan bentukan baru atau
memanfaatkan Lembaga yang sudah ada tetapi belum
menjangkau petani. Dikembangkan dengan pola kredit
usaha mandiri yang melibatkan anggota kelompok tani.
Peran Penting Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan pendukung sektor pertanian di pedesaan
bersifat pasang surut dan tergantung kebutuhan. Kelembagaan
dapat bersifat formal (disponsori dan dibantu pemerintah) dan
non formal (terbentuk sebagai jawaban atas tuntutan
kebutuhan aktual petani). Kelembagaan yang bersifat formal
seperti penyuluh pertanian kurang berjalan karena batasanbatasan formal yang sering bergesekan dengan pemahaman
petani.
Pada dasarnya peran suatu kelembagaan sangat diperlukan
dalam proses kegiatan pembangunan untuk meningkatkan segala
infrastruktur demi mensejahterakan kehidupan warga .
Pembangunan kelembagaan pertanian sebagai penunjang
keberhasilan agribisnis diperlukan karena:
(1) Proses pertanian memerlukan sumberdaya tangguh yang
didukung oleh infrastruktur, peralatan dan kredit,
(2) Pembangunan kelembagaan petani lebih rumit daripada
manajemen sumberdaya alam karena memerlukan faktor
pendukung
Dalam kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi
kelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial yang
memfasilitasi interaksi sosial atau social interplay dalam suatu
komunitas. Kelembagaan pertani juga memiliki titik strategis
(entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis di
pedesaan. Untuk itu segala sumberdaya yang ada di pedesaan
perlu diarahkan/diprioritaskan dalam rangka peningkatan
profesionalisme dan posisi tawar petani (kelompok tani). Saat
ini potret petani dan kelembagaan petani di Indonesia diakui
masih belum sebagaimana yang diharapkan
Kelembagaan juga berfungsi sebagai penggerak,
penghimpun, penyalur sarana produksi, pembangkit minat dan
sikap serta menjamin keberhasilan agribisnis pertanian.
Kelembagaan yang mampu berkembang adalah kelembagaan
yang sesuai dengan kondisi lokal dan bersifat multi fungsi dan
luwes.
Kelembagaan petani mempunyai fungsi sebagai wadah
proses pembelajaran, wahana kerja sama, unit penyedia sarana dan
prasarana produksi, unit produksi, unit pengolahan dan pemasaran,
serta unit jasa penunjang.
Dalam masalah perekonomian, kelembagaan petani
berfungsi untuk mengatur masalah hubungan antar pelaku ekonomi dan meningkatkan produktivitas ekonomi
semaksimal mungkin serta mengatur masalah distribusi serta
konsumsi barang dan jasa yang diperlukan bagi kelangsungan
hidup manusia
Permasalahan Kelembagaan Pertanian
Kelembagaan petani di desa umumnya tidak berjalan
dengan baik. Beberapa penelitian telah menguraikan beberapa penyebab tidak
berfungsinya kelembagaan petani ini , antara lain:
1. Masih minimnya wawasan dan pengetahuan petani
terhadap masalah manajemen produksi maupun jaringan
pemasaran.
2. Belum terlibatnya secara utuh petani dalam kegiatan
agribisnis. Aktivitas petani masih terfokus pada kegiatan
produksi (on farm).
3. Peran dan fungsi kelembagaan petani sebagai wadah
organisasi petani belum berjalan secara optimal.
4. Kelompoktani pada umumnya dibentuk berdasar
kepentingan teknis untuk memudahkan pengkoordinasian
apabila ada kegiatan atau program pemerintah, sehingga
lebih bersifat orientasi program, dan kurang menjamin
kemandirian kelompok dan keberlanjutan kelompok.
5. Partisipasi dan kekompakan anggota kelompok dalam
kegiatan kelompok masih relatif rendah, ini tercermin dari
tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan kelompok
rendah.
6. Pengelolaan kegiatan produktif anggota kelompok bersifat
individu. Kelompok sebagai forum kegiatan bersama belum
mampu menjadi wadah pemersatu kegiatan anggota dan
pengikat kebutuhan anggota secara bersama, sehingga kegiatan produktif individu lebih menonjol. Kegiatan atau
usaha produktif anggota kelompok dihadapkan pada
masalah kesulitan permodalan, ketidakstabilan harga dan
jalur pemasaran yang terbatas.
7. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan tidak
menggunakan basis social capital setempat dengan prinsip
kemandirian lokal, yang dicapai melalui prinsip
keotonomian dan pemberdayaan.
8. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan
berdasar konsep cetak biru yang seragam. Introduksi
kelembagaan dari luar kurang memperhatikan struktur dan
jaringan kelembagaan lokal yang telah ada, serta kekhasan
ekonomi, sosial, dan politik yang berjalan.
9. Pembentukan dan pengembangan kelembagaan
berdasar pendekatan yang top down, memicu
tidak tumbuhnya partisipasi warga .
10. Kelembagaan-kelembagaan yang dibangun terbatas hanya
untuk memperkuat ikatan horizontal, bukan ikatan vertikal.
Anggota suatu kelembagaan terdiri atas orang-orang dengan
jenis aktivitas yang sama. Tujuannya agar terjalin Kerjasama
yang pada tahap selanjutnya diharapkan daya tawar mereka
meningkat. Untuk ikatan vertikal diserahkan kepada
mekanisme pasar, dimana otoritas pemerintah sulit
menjangkaunya.
11. Meskipun kelembagaan sudah dibentuk, namun pembinaan
yang dijalankan cenderung individual, yaitu hanya kepada
pengurus. Pembinaan kepada kontaktani memang lebih
murah, namun pendekatan ini tidak mengajarkan
bagaimana meningkatkan kinerja kelompok misalnya,
karena tidak ada social learning approach.12. Pengembangan kelembagaan selalu menggunakan jalur
struktural, dan lemah dari pengembangan aspek
kulturalnya. Struktural organisasi dibangun lebih dahulu,
namun tidak diikuti oleh pengembangan aspek kulturalnya.
Sikap berorganisasi belum tumbuh pada diri pengurus dan
anggotanya, meskipun wadahnya sudah tersedia.
13. Permasalahan yang dihadapi petani pada umumnya adalah
lemah dalam hal permodalan. Akibatnya tingkat
penggunaan saprodi rendah, inefisien skala usaha karena
umumnya berlahan sempit, dan karena terdesak masalah
keuangan posisi tawar ketika panen lemah. Selain itu
produk yang dihasilkan petani relatif berkualitas rendah,
karena umumnya budaya petani di pedesaan dalam
melakukan praktek pertanian masih berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan keluarga (subsisten), dan belum
berorientasi pasar. Selain masalah internal petani ini ,
ketersediaan faktor pendukung seperti infrastruktur,
lembaga ekonomi pedesaan, intensitas penyuluhan, dan
kebijakan pemerintah sangat diperlukan, guna mendorong
usahatani dan meningkatkan akses petani terhadap pasar
Upaya Penguatan Kelembagaan Pertanian
Beberapa upaya penguatan kelembagaan pertanian yang
perlu dilakukan antara lain :
1. mendorong dan membimbing petani agar mampu
bekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompok,
2. menumbuh-kembangkan kelompok tani melalui
peningkatan fasilitasi bantuan dan akses permodalan, posisi
tawar, peningkatan fasilitasi dan pembinaan kepada :organisasi kelompok, dan peningkatan efisiensi dan
efektivitas usahatani, serta
3. meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai
kegiatan pendampingan dan latihan yang dirancang secara
khusus bagi pengurus dan anggota.
Sektor pertanian memiliki peranan yang cukup penting
sebagai penyedia bahan pangan. Dalam menciptakan suatu produk
memerlukan serangkaian proses yang saling berkaitan, mulai dari
penyediaan input, proses, sampai dihasilkan suatu produk tertentu.
Berbagai macam faktor produksi dan sarana diperlukan selama
proses produksi untuk menghasilkan produk yang dikehendaki
Oleh karena itu petani sebagai manajer sekaligus
pelaku usahatani haruslah memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang memadai untuk menggunakan berbagai faktor produksi
sehingga mampu mempengaruhi peningkatan produksi dan
produktivitas hasil usaha yang dicapainya.
Usahatani (farming) merupakan ilmu yang mempelajari
berbagai cara yang dipakai oleh petani dalam menggunakan
berbagai macam sumber daya yang ada secara efektif dan efisien
dan berkelanjutan ,Usahatani merupakan bagian
terpenting pertanian yang mencakup sekumpulan aktifitas petani
dalam berbudidaya suatu jenis tanaman tertentu
Kegiatan ini dimaksudkan supaya hasil produksi yang dicapai oleh
petani mampu memberikan keuntungan yang maksimal pada
waktu tertentu. Usaha dikatakan efektif apabila dapat memilih dan
mengambil keputusan yang tepat terhadap sumber daya yang
tersedia. Sedangkan efisien apabila petani mampu mengelola faktor
produksi yang tersedia secara optimal sehingga hasil yang
diperoleh bisa maksimal. Sumber daya yang dimaksudkan disini
adalah berkaitan dengan tanah, tenaga kerja, modal, dan mesin
serta peralatan.
Setiap kegiatan usahatani dengan tujuan untuk memperoleh
hasil yang optimal tentunya diperlukan suatu perencanaan yang tepat. Petani akan memulai kegiatannya dengan menetapkan
perencanaan terlebih dahulu sehingga hasil (output) yang
diperoleh bisa efektif dan efisien. Hal ini bertujuan agar keuntungan
yang didapat bisa maksimal dan di sisi lain biaya yang dikeluarkan
bisa minimal. Perencanaan adalah kegiatan membuat pilihan dan
pengambilan keputusan yang paling menguntungkan dari berbagai
macam alternatif yang memungkinkan. Alternatif yang dipilih
kemudian menjadi perencanaan untuk tahun ini, tahun yang akan
datang atau 5-10 tahun kemudian. Semuanya merupakan prosedur
perencanaan yang diimplementasikan untuk jangka pendek dan
jangka panjang. Perencanaan usahatani merupakan salah satu
tahapan dalam fungsi manajemen dan merupakan aktifitas yang
harus diterapkan oleh petani sebelum dimulainya kegiatan, waktu
proses kegiatan sampai di akhir kegiatan dengan memadukan
segala potensi sumber daya yang dimiliki dengan tujuan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal
Perencanaan pada dasarnya menggambarkan cara
mengkombinasikan atau mengorganisasikan berbagai sumber
masukan (input) untuk memproduksi hasil (output) pertanian yang
diinginkan. Seperti lahan, tenaga kerja, dan modal tidak secara
otomatis memproduksi padi, cabe, sawit, karet, kapas atau produk
lainnya. Sumber-sumber masukan ini harus dikelola secara
efektif dalam kombinasi yang tepat, jumlah yang sesuai dan waktu
yang tepat untuk dapat memproduksi hasil seperti yang diinginkan.
Seorang petani atau manager pertanian memerlukan prinsip dasar
dan aturan ekonomi yang tepat untuk membuat keputusan
terhadap kegiatan yang akan diterapkan. Setiap pengambilan
keputusan dalam kaitannya dengan optimasi, maka seorang petani
akan berprinsip pada hal berikut ini :
a. Memanfatkan sumber daya yang terbatas dengan aktifitas
yang optimal agar memperoleh keuntungan (profit) yang
maksimum.
b. Memaksimumkan hasil (output) sementara ketersediaan
masukan (input) dalam kondisi yang tetap.
c. Meminimumkan penggunaan masukan (input) pada kondisi
hasil (output) yang tetap. Menurut Soekartawi dalam
tersedianya sumber daya yang memadai belum tentu
produktivitas usahatani yang dicapai akan tinggi. Hal ini
tergantung dari cara petani dalam mengelola usahataninya
secara efektif dan efisien. Konsep efisiensi memiliki tiga
pengertian, yaitu : 1) Efisiensi teknis, 2) efisiensi alokatif
(efisiensi harga), dan 3) efisiensi ekonomis (Gunawan, Suroto
and Nugroho, 2020 ; Yoko, Syaukat dan Fariyanti, 2017).
Kemampuan petani dalam memperoleh output maksimum dari
sejumlah input tertentu disebut dengan efisiensi teknis.
Produksi yang diperoleh akan maksimal jika faktor produksi
mampu dialokasikan oleh petani secara optimal. Misalnya lahan
yang tersedia mampu diolah petani dengan membudiyakan
suatu jenis tanaman tertentu dengan tepat sehingga
produktivitas yang diperoleh bisa optimum.
Efisiensi alokatif atau efisiensi harga merupakan
gambaran mengenai kemampuan petani dalam mengalokasikan
sumber daya yang tersedia dengan komposisi yang tepat pada
berbagai tingkatan harga input untuk memperoleh keuntungan
yang maksimal. Hal ini bisa ditempuh oleh petani dengan cara
meminimumkan harga pembelian faktor produksi dan
meningkatkan harga penjualan disisi outputnya. Sementara
efisiensi ekonomis dapat dicapai jika petani mampu
meningkatkan produksi dengan menekan biaya pengeluaran
pada input produksinya dan menaikkan harga pada sisi
penjualannya. Efisiensi ekonomis pada dasarnya hasil
perkalian antara efisiensi teknis dan efisiensi harga. Secara
sederhananya efisiensi ekonomi dapat dicapai dari paramater
maksimum profit dan minimum biaya.
Dengan demikian maka peningkatan produktivitas
usahatani dapat tercapai jika petani mampu mengalokasikan
faktor produksi berdasar prinsip efisiensi teknis dan
efisiensi harga. Persoalannya apabila petani selaku pelaku
usahatani tidak memiliki keahlian dan kemampuan dalam
mengalokasikan sumber daya yang tersedia secara efektif dan
efisien maka keuntungan, pendapatan dan produksi yang
seharusnya diperoleh tidak akan mungkin dapat tercapai.
Konsep Produksi
Teori Produksi
Produksi dapat dinyatakan sebagai seperangkat cara dan
aktifitas dalam menghasilkan suatu produk. produksi merupakan kegiatan yang
diukur sebagai tingkat output per unit pada periode waktu tertentu.
Semua aktifitas yang memiliki tujuan untuk menciptakan atau
menambah nilai kegunaan suatu barang dalam kaitannya untuk
memenuhi kebutuhan dan kepuasan manusia disebut sebagai
produksi ,Produksi dalam pengertian operasional
adalah proses yang melibatkan satu atau lebih barang dan jasa yang
kemudian disebut sebagai input dirubah menjadi barang dan jasa
yang yang disebut output. Produksi dijelaskan sebagai hubungan antara input atau
faktor-faktor produksi dengan output atau hasil produksi.
Selama proses produksi ada banyak jenis aktifitas yang
terlibat didalamnya karena ada perubahan bentuk, waktu dan
tempat penggunaan hasil-hasil produksi. Setiap perubahan yang
terjadi akan mempengaruhi pada penggunaan input untuk
menghasilkan output yang diinginkan. Proses produksi merupakan
aktivitas untuk menghasilkan barang atau jasa. Antara input atau
faktor produksi dengan hasil produksi ada hubungan yang
saling berkaitan. bahwa ketersediaan
bahan produksi akan mempengaruhi pada kegiatan produksi yang
akan berjalan, karena tanpa ada bahan produksi maka produksi
tidak akan dapat dilakukan. Dalam proses produksi diperlukan
aktifitas yang tepat di antara beberapa kemungkinan alternatif
kegiatan yang dapat dilakukan. Sehingga petani sebagai pelaku
dalam kegiatan usahatani harus dapat menyiapkan segala
aktifitasnya dengan tepat, mulai dari proses pengadaan sarana
produksi, persiapan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan,
pemupukan, dan pemanenan.
Sumber daya alam, tanah, tenaga kerja, modal, mesin dan
teknologi serta metode merupakan faktor produksi yang berperan
penting dalam mendukung peningkatan hasil pertanian. Namun
ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa manajemen
dimasukkan sebaga faktor produksi usahatani meskipun secara
tidak langsung. Manajemen dalam hal ini merupakan faktor
manajerial yang melekat pada individu petani. Manajemen bisa
dikatakan sebagai sumber daya yang turut berperan penting dalam
menentukan keberhasilan kegiatan usahatani.
menjelaskan bahwa manajemen ialah seni dan ilmu dalam
mengelola proses pemanfaatan alam, manusia dan sumber daya
lainnya agar berdaya guna untuk hasil yang optimal. Manajemen
mengandung arti kemampuan manusia dalam mengelola atau
mengkombinasikan semua faktor produksi yang tersedia dalam
waktu tertentu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Dalam
mengelola faktor produksi diperlukan tahapan fungsi manajemen
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian. Faktor manajemen disini dapat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, dan keterlibatan
petani dalam kelembagaan seperti kelompok tani, gabungan
kelompok tani atau koperasi tani.
Kemampuan petani dalam kegiatan pertanian untuk
merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi
faktor produksi yang dimilikinya akan mempengaruhi pada
keberhasilan usahataninya. Jika seorang petani terampil dan ahli
dalam mengelola faktor produksi yang dimilikinya maka hasil
usahataninya akan semakin baik, dan jika petani tidak mampu
mengatur faktor produksi dengan tepat maka hasil yang diperoleh
bisa kemungkinan akan mengalami kerugian.
Teori produksi