• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ternak 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ternak 3. Tampilkan semua postingan

ternak 3

  



 

a. Ternak kerja, ditunggangi sebagai kendaraan seperti andong dahulu, di Timur tengah 

kuda dipakai  setelah unta 

b. Sebagai penghasil protein hewani berupa daging dan susu 

c. Kuda pacu, dalam rangka pertandingan dan olimpiade 

 

Sebaran dan Populasi Kuda 

Sebaran kuda dapat dilihat pada tabel 8.5. 

Tabel 8.5 Sebaran Kuda per Provinsi di Indonesia 

Provinsi 

Populasi Kuda menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Aceh 2.495 2.314 1.744 2.340 2.457 

Sumatera Utara 3.130 3.069 2.133 2.038 2.056 

Sumatera Barat 2.385 2.148 1.947 2.005 2.066 

Riau - - 4 26 26 

Jambi 176 204 221 236 245 

Sumatera Selatan 309 366 178 309 324 

Bengkulu 22 28 31 33 34 

Lampung 181 237 236 254 259 

Kep. Bangka Belitung 16 24 25 23 23 

Kep. Riau - - - - - 

Dki Jakarta 254 212 184 107 107 

Jawa Barat 14.080 14.418 14.193 13.750 14.891 

Jawa Tengah 15.872 17.763 15.559 13.462 13.427 

Di Yogyakarta 1.508 1.626 1.776 1.971 2.030 

Jawa Timur 11.439 11.632 10.581 10.536 10.536 

Banten 99 213 106 170 167 

 

 

 

 

Bali 194 240 208 203 204 

Nusa Tenggara Barat 72.909 77.553 75.293 65.708 70.557 

Nusa Tenggara Timur 105.981 109.171 111.047 112.948 113.145 

Provinsi 

Populasi Kuda menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Kalimantan Barat 22 23 22 30 31 

Kalimantan Tengah 8 4 32 30 30 

Kalimantan Selatan 221 188 99 105 105 

Kalimantan Timur 102 100 68 57 57 

Kalimantan Utara - - - 13 22 

Sulawesi Utara 7.171 7.173 7.098 5.394 5.405 

Sulawesi Tengah 3.976 3.904 3.318 3.007 2.684 

Sulawesi Selatan 138.776 156.545 163.646 178.077 181.220 

Sulawesi Tenggara 2.628 2.790 2.305 815 596 

Gorontalo 2.955 2.670 2.522 2.212 2.212 

Sulawesi Barat 6.974 6.996 4.894 4.517 4.545 

Maluku 13.109 14.281 13.111 5.991 4.925 

Maluku Utara 74 64 56 73 77 

Papua Barat - 6 12 - - 

Papua 1.599 1.421 1.559 1.611 1.635 

Indonesia 408.665 437.383 434.208 428.051 436.098 

 

 

Kebiasaan hidup 

Kuda hidup berkelompok dan sering kali membentuk sebuah keluarga yang terdiri atas 

satu pejantan, satu atau beberapa betina dan keturunannya. Kelompok jantan muda biasanya 

membentuk kelompok yang terdiri atas satu hingga delapan jantan muda. Kuda jantan yang 

memimpin dan menguasai sekelompok betina, akan melindungi kuda betina dewasa yang 

merupakan bagian kelompoknya dari gangguan kuda jantan lain khususnya selama masa 

estrus. Kuda berkomunikasi dengan cara mengeluarkan suara, menggerakan tubuhnya seperti 

ekor, telinga, mulut, kepala, dan leher atau mengeluarkan bau yang berasal dari kotorannya 

untuk menandakan teritori. Kuda memiliki indera penciuman dan pendengaran yang kuat 

(Kilgour dan Dalton, 1984). 

 

 

 

 

 

Kuda hidup berkelompok dan sering kali membentuk sebuah keluarga yang terdiri atas 

satu pejantan, satu atau beberapa betina dan keturunannya.  Kelompok jantan muda biasanya 

membentuk kelompok yang terdiri atas satu hingga delapan jantan muda. Kuda jantan yang 

memimpin dan menguasai sekelompok betina, akan melindungi kuda betina dewasa yang 

merupakan bagian kelompoknya dari gangguan kuda jantan lain khususnya selama masa 

estrus. Kuda berkomunikasi dengan cara mengeluarkan suara, menggerakan tubuhnya seperti 

ekor, telinga, mulut, kepala, dan leher atau mengeluarkan bau yang berasal dari kotorannya 

untuk menandakan teritori. Kuda memiliki indera penciuman dan pendengaran yang kuat 

Kebutuhan Pakan dan Nutrisi 

Kuda tergolong ternak besar non ruminansia. Tetapi, hijauan mempunyai arti yang 

penting sebagai makanan kuda, karena mempengaruhi performa kuda karena merupakan 

sumber energi, protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya Kuda dapat 

mengkonsumsi hijauan untuk hidup pokoknya sebanyak 1,5-2% bobot badan dan konsentrat 

sebanyak 0,5% bobot badan (NRC, 1989).  

Pakan konsentrat merupakan pakan sumber energi maupun sumber protein bagi kuda. 

Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serealia yang terdiri atas gandum, 

jagung, sorgum, berbagai produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti 

kedelai dan kacang (McBane, 1994). Kuda bunting, perlu diberi konsentrat 0,75-1,5% bobot 

badan dengan hijauan sebanyak 0,75-1,5% bobot badan (Blakely dan Bade, 1991) (Tabel 8.6). 

Tabel 8.6. Kebutuhan Nutrisi Kuda 

Nutrisi 

Status fisiologis 

Kuda dewasa bunting Laktasi Anak kuda 

DE (Mcal) 24 19,7 28,3 6,2 

Protein kasar (g) 984 866 1427 270 

Lisin (g) 34 30 50 11,6 

Ca (g) 30 37 56 15,5 

Nutrisi 

Status fisiologis 

Kuda dewasa bunting Laktasi Anak kuda 

P (g) 21 28 36 8,6 

Mg (g) 11,3 9,4 10,9 1,7 

K (g) 37,4 31,5 46 5,2 

Vit A 103 (IU) 22 30 30 4,3 

Bobot badan 500 500 500 86 

Umur Kebuntingan 11     

 

Sistem Perkandangan 

Kandang harus lebih tinggi minimal satu kaki di atas daerah sekitarnya untuk 

memperlancar saluran pembuangan air. Kandang sering menjadi banjir jika saluran 

pembuangan air tidak baik, selain itu saluran pembuangan air yang tidak lancar juga 

memicu  kondisi kandang menjadi lembab. Kelembaban kandang yang tinggi dapat 

memicu  kuda mudah terserang penyakit ,

Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi dari lantai, karena 

dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tinggi atap kandang minimal adalah 12 kaki 

atau sama dengan 3,66 m. Ketersediaan udara yang baik dalam kandang sangat dibutuhkan 

karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk 

kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Tipe 

atap kandang dengan ventilasi yang baik adalah tipe gable, dimana atap berbentuk puncak. 

Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda. Bagian 

kandang harus tersedia air bersih. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran 

yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas angin, dan lain sebagainya ,

Jenis alas kandang (bedding) yang dipakai  tergantung pada ketersediaan, harga, dan 

kesesuaian material. Serutan kayu dan jerami merupakan bahan alas kandang yang sangat 

baik, namun dapat menjadi mahal atau sulit didapat. Bahanbahan lain yang dapat dipakai  

sebagai alas kandang adalah gambut, sekam padi, sekam kacang, serbuk gergaji, dan bubur 

kertas , Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak 

serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas kandang berfungsi untuk melindungi kuda 

ketika sedang menggulingkan badannya, memberikan kehangatan dan kenyamanan, serta 

melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu. Peternakan kuda lebih 

baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat 

penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam 

pengawasan kuda ,

 

Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya berukuran minimal 5x5 m2, 

sedangkan untuk kuda poni berukuran minimal 3,7 x 3,0 m2. Selain itu bangunan kandang 

juga sebaiknya memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang harus 

kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah 

yang tertutup dan bagian atas yang berkisi, sehingga kandang tetap aman dan ventilasi baik. 

Kuda muda atau anak kuda lebih baik jika berada dalam kandang kelompok, karena kuda 

muda yang berada dalam kandang individu dan jarang beraktivitas akan mengalami 

kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan, dan tempat minum harus rutin dilakukan 

 

Jenis-Jenis kuda dan karakteristiknya 

 Jenis-jenis kuda dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 8.7. 

Tabel 8.7. Jenis-jenis kuda dan karakteristiknya, 

Jenis-jenis kuda Asal Ciri-ciri 

Kuda Sumbawa Pulau Sumbawa Tinggi 1-1,25 m 

  Tempramen sabar 

  Tipe kerja Kuda Sawu Pulau Sawu Tipe tarik 

Kuda Timor Pulau Timor Warna bervariasi 

  Tinggi1,36 m 

  Tipe tarik Koda Flores Flores Umumnya berwarna merah bata 

    Tipe tarik 

Kuda Jawa Pulau Jawa Umumnya berukuran kecil 

  Tipe tarik Kuda Aceh Aceh Ukuran tubuh kecil 

    Tinggi 1,2 m 

Kuda Arab Arab badan pendek 

  tinggi 1,5-1,6 m 

  bobot badan 500 Kg 

  Berlari cepat 

  Tipe pacu 

 

 

 

 

Kuda Thoroughbred Inggris Warna bervariasi 

  wajah dan kaki berwarna putih 

  tinggi 1,5-1,7 m 

  bobot badan 500 Kg     Tipe Pacu 

Kuda Percheron Perancis Telinga kecil 

  mata bersinar 

  leher panjang dan condong 

  bobot badan mencapai 900 Kg 

  Tipe tarik Kuda Belgia Belgia Kepala kecil 

  tubuh dan kaki pendek 

  tubuh padat dan tebal     warna umumnya merah abu-abu 

 

Burung Puyuh 

Burung puyuh adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek 

dan dapat diadu, pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Burung puyuh 

mulai dikenal di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979 dan 

menjadi salah satu jenis ternak yang digemari warga . 

 

Taksonomi 

 klasifikasi burung puyuh adalah sebagai berikut : 

Kingdom  : Animalia 

Phylum  : Chordata 

Subphylum : Vertebrata 

Class  : Aves 

Ordo  : Galiformes 

Famili  : Phasianidae 

Genus  : Coturnix 

 

 

 

 

Species  : Coturnix-coturnix japonica 

 

Morfologi Burung Puyuh 

Morfologi Burung Puyuh panjang badannya sekitar 19 cm dan ekornya pendek 

Seluruh tubuh diselimuti bulu, warna bulu puyuh jantan dewasa mempunyai warna bulu 

cokelat muda sampai cokelat kehitaman, puyuh betina dewasa bulu dadanya berwarna cokelat 

dengan garis atau bintik kehitam-hitaman. Puyuh jantan memiliki suara yang lebih keras dari 

puyuh betina ,

 

Sebaran Populasi 

 

Kebiasaan Hidup 

Burung puyuh menghabiskan watu di lantai kandang, setelah periode bertelur selesai 

burung puyuh tidak lagi memiliki interaksi sosial. Burung puyuh tidak suka bertengger di 

malam hari, dapat terjadi perkelahian antar burung karena memiliki insting beradu. 

Kebutuhan Pakan dan nutrisi 

Kebutuhan nutrisi burung puyuh berbeda sesuai dengan tahap  pertumbuhaannya (Tabel 

8.8). 

Tabel.8.8 Kebutuhan nutrisi burung puyuh 

Nutrisi Starter Layer Bibit 

Energi Metabolisme 

(kcal/kg) 2800 2600 2800 

Protein (%) 27 20 24 

Lysine (%) 1,4 1,1 0,7 

Methionine+Cystine (%) 0,9 0,8 0,6 

Glysine+Serine (%) 1,6 0,9 0,9 

Calsium (%) 0,65 3,75 2,3 

Vitamin A (I.U) 3000 6000 3000 

Vitamin D (I.C.U) 900 1750 900 

Riboflavin (mg) 3,8 4 4 

Pantothenic acid (mg) 12,6 15 15 

Niacin (mg) 31 6000 20 

Choline (mg) 1500 2000 1000 

Asam Linoleat (%) 1 1 1 

Chlorine (%) 0,11 0,15 0,15 

Phosphor (%) 0,65 1 1 

Sodium (%) 0,085 0 0,15 

Iodium (%) 0,3 0,3 0,3 

Magnesium (mg) 600 500 400 

Mangan (mg) 90 80 70 

Zinc (mg) 50 100 50 


 

Reproduksi 

Day Old Quail (DOQ) anak burung puyuh berumur 1 hari, dengan bobot badan 7-10 g 

dan berbulu jarum halus. Kematangan seksual burung puyuh ditandai dengan kemampuan 

ovulasi pertama atau saat bobot puyuh sekitar 140 g. Kematangan seksual dapat dipercepat 

dan diperlambat dengan cara pembatasan ransum dan pemberian cahaya (Giuliano & Selph, 

2005). Burung puyuh yang belum mengalami seleksi genetik, menunjukkan bobot badan 

jantan dewasa sekitar 100-140 g, sedangkan betina sedikit lebih berat yaitu antara 120-160 g. 

Bobot badan rata-rata burung puyuh berkisar 150-160 g ,

 

Tujuan Produksi 

Tujuan produksi burung puyuh adalah: 

1. Untuk menghasilkan protein hewani berupa telur 

2. Ternak afkir dapat diambil dagingnya sebagai sumber protein hewani 

3. Memperoleh pupuk dari sisaa kotoran burung 

 

Tata Laksana Pemeliharaan burung Puyuh 

Pemeliharaan Pemeliharaan burung puyuh dibedakan berdasar  tahap  pertumbuhan 

dan produksi yaitu starter, grower dan layer : 

1. Starter 

tahap  starter yaitu burung puyuh umur satu hari (DOQ) sampai dengan 3 minggu, perlu 

mengawasi kebersihan kandang kualitas dan kuantitas pakan, pengaturan panas dari brooder 

sesuai kebutuhan. Dilakukan vaksinasi sesuai petujuk. 

2. Grower 

tahap  grower yaitu burung puyuh berumur 3 - 6 minggu. Pada periode ini dilakukan 

pemotongan paruh dan seleksi calon induk dan pejantan. Seleksi calon induk dan pejantan 

dilakukan berdasar  warna bulu dan ciri kelamin sekunder lainnya. Pada periode ini jantan 

dan betina disatukan dalam kandang koloni dengan jumlah maksimal 30 (tiga puluh) ekor per 

unit, dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 3. 

3. Layer 

tahap  Layer yaitu burung puyuh berumur 6 - 58 minggu (afkir). Dilakukan rotasi pejantan agar 

memperoleh telur berkualitas. Kapasitas kandang Menurut Depertemen Pertanian dapat 

diperhatikan pada tabel berikut. 

 



Burung Hantu 

 

Taksonomi  

Butung hantu (Tyto alba) termasuk family Tytonidae. Klasifikasi T. alba menurut 

Bachynski dan Harris, (2002) adalah sebagai berikut : 

Kerajaan  : Animalia 

Filum   : Chordata 

Kelas  : Aves 

Ordo   : Strigiformes 

Family  : Tytonidae 

Genus  : Tyto 

Spesies  : Tyto alba 

 

Morfologi burung hantu 

1. Warna bulu sayap atas dan punggung abu-abu agak kuning bagian bawah 

dan dada sampai perut warna putih berbintik hitam, pada betina bulu leher depan 

berwarna kuning berbintik hitam, pada jantan warnanya putih berbintik hitam. 

2. Bola mata hitam, tajam menghadap kedepan 

3. Paruh bengkok kebawah pada ujungnya, tajam dan kokoh, besar dan berbentuk 

melengkung berujung runcing  dan tajam 

4. memiliki kaki-kaki yang panjang dan besar serta dilengkapi dengan 

empat jari dan kuku yang kokoh 

5. Bobot dewasa 450 – 600 g, tinggi badan 23 – 30 cm dengan rentang sayap 

kanan 33,5 cm, sedangkan rentang sayap kiri 33 cm. Panjang kaki 11,45 cm panjang 

tubuh 30,75 cm. Diameter kaki 1,14 cm, dan panjang ekor 10,85 cm. 

 

Dalam mendukung kelestarian dan perlindungan burung hantu, Pemerintah Kabupaten 

Semarang telah memberi himbauan melalui spanduk kepada warga  mengenai aturan dan 

sanksi terhadap tindakan perburuan liar, menangkap dan memperjualbelikan satwa karena 

bertentangan dengan peraturan yang ada yakni UU 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber 

Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan 

dan Satwa dan PP 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. 

Ancaman pelanggaran tersebut dapat dipidana penjara 5 tahun atau denda 100 juta dan 

penjara 10 tahun atau denda 200 juta. 

Burung Hantu merupakan predator yang efektif untuk membasmi hama tikus, burung 

hantu mampu memangsa 2-5 ekor tikus setiap hari. Burung Hantu (Tyto alba) pada umumnya 

merupakan pemangsa hama tikus. Tyto alba mudah dikenali sebagai burung hantu putih, 

merupakan salah satu jenis burung 

hantu yang cukup potensial untuk mengendalikan tikus.  

Sejak tahun 1999 di perkebunan sawit kalimantan telah dilakukan pemasangan rubuha 

sebagai metode pemeliharaan dan pembiakan burung hantu. Maka dilakukan pemasangan 

rubuha sebagai rumah burung hantu sehingga pada tahun 2002 popuulasinya menvapai 15.765 

ekor. Metode ini kemudian mulai diadopsi di beberapa daerah di semarang telah dilakukan 

pembuatan rumah burung hantu (rubuha) sebagai sarana pengembangbiakan burung hantu 

secara alami. Pembuatan rubuha dimaksudkan untuk memancing burung hantu yang tinggal di 

luar dapat pindah ke sekitar sawah untuk menjadi pemangsa tikus Kecamatan Banyubiru telah 

memiliki sekitar 27 rubuha baik dari swadaya ataupun bantuan pemerintah. Sebagai program 

yang baru dirintis mulai tahun 2013, maka kebutuhan rubuha sangat diperlukan bagi 

perkembangbiakan burung hantu itu sendiri. 

 

 

 

Gambar Rubuha (Rumah Burung Hantu) 

 

Rubuha dibuat dari kayu atau tripleks di cat sesuai dengan habitat burung hantu, perlu 

dibuatkan dua pintu. Atap dapat terbuat dari seng, daun nipah maupun ijuk. Pintu depan diberi 

berandan dan terbuka. Fungsi fungsinya untuk keluar dan masuk Rubuha, ukuran 30 cm x 40 

cm. Pintu samping diletakkan di antara tempat santai dan tempat tidur fungsinya untuk 

mengintip dan harus selalu tertutup dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Ukuran Rubuha secara 

keseluruhan adalah 1 m x 70 cm x 50 cm. 

Saat adaptasi, burung hantu yang akan dimasukkan ke dalam Rubuha harus dalam 

keadaan kenyang. Setelah burung hantu dimasukkan ke dalam Rubuha, semua pintu Rubuha 

di tutup agar burung tersebut beradaptasi terlebih dahulu dengan tempatnya yang baru. 

Selama beradaptasi dengan tempat yang baru, burung hantu tersebut harus di beri makan 

berupa tikus. Pemberian pakan dilakukan pada sore hari. Rubuha harus dibersihkan setiap 

pagi agar kesehatan burung tetap terjamin. Setelah 3-7 hari, burung hantu dapat dilepas dari 

Rubuha. Pelepasan burung hantu dilakukan pada malam hari dengan cara membuka pintu 

Rubuha. Setelah burung hantu dilepas, pintu Rubuha tidak perlu ditutup.