• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tanaman ke2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tanaman ke2. Tampilkan semua postingan

tanaman ke2




Pteridhopyta berasal dari pteris = bulu burung dan phyta = tumbuhan yang 
artinya tumbuhan yang daunnya seperti bulu burung. Tumbuhan paku merupakan 
tumbuhan peralihan antara tumbuhan bertalus dengan tumbuhan berkornus karena 
sifat dan bentuk yang dimiliki oleh tumbuhan paku antara lumut dengan 
tumbuhan tingkat tinggi 
Tumbuhan paku jika dilihat dari habitus dan cara hidupnya tumbuhan paku 
sangat heterogen. Jenis tumbuhan paku berdasarkan habitusnya ada yang 
berukuran becil dengan daun-daun kecil dan berstruktur sederhana, dan ada juga 
yang berukuran besar dengan ukuran daun besar mencapai dua meter atau lebih 
dan memiliki struktur rumit 
Morfologi tumbuhan paku adalah rimpang yang tegak, menjalar panjang 
dan menjalar pendek. Daun dari tumbuhan paku kebanyakan tunggal 
(monomorfik) dan jarang yang dimorfik 
kebanyakan tumbuhan paku biasanya dicirikan 
pertumbuhan pucuknya yang melingkar, daunnya terdapat spora yang menempel 
secara teratur dalam barisan dan ada juga yang menggerombol atau menyebar. 
Berdasarkan poros bujurnya, embrio paku dapat dibedakan menjadi kutub atas dan 
kutub bawah. Kutub atas berkembang membentuk rimpang dan daun, sedangkan 
kutub bawah membentuk akar. 
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan yang berpembuluh atau sudah 
memiliki jaringan phloem dan xylem yang berarti tumbuhan paku termasuk 
golongan divisi Pteridophyta dimana anggotanya telah jelas memiliki kormus . Jenis tumbuhan paku bersifat kosmopolit yaitu dapat 
tumbuh dimana-mana mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi (terrestrial), 
ada yang hidup di permukaan (hidrofit) bahkan ada yang hidupnya menumpang 
tumbuhan lain (epifit) tumbuhan epifit adalah tumbuhan yang menempel pada tumbuha lain, hanya 
menopang terhadap tumbuhan lain dan tidak menibulkan akibat apa-apa terhadap 
inangnya. Epifit bebeda dengan parasit karena epifit memiliki akar untuk 
menghisap air dan nutrisi, tubuhan epifit sudah mampu menghasilkan makanan 
sendiri. 
 Reproduksi yang terdapat pada tumbuhan paku ada dua macam, yang 
pertama secara vegetatif yaitu stolon yang menghasilkan gemma (tunas). 
Reproduksi yang kedua secara generatif dengan melalui pembentukan sel kelamin 
jantan dan betina oleh anteridium yang menghasilkan spermatozoid, dan 
arkegonium yang menghasilkan ovum 
Menurut Savitri (2008) tumubuhan berkormus adalah tumbuhan yang 
dapat dibedakan dalam tiga bagian yaitu akar, batang dan daun. Namun tumbuhan 
paku tidak menghasilkan biji akan tetapi menghasilkan sorus. Tumbuhan paku 
dapat dibedakan antara akar, batang dan daunnya sebagai berikut: 
a. Akar 
Sistem perakaran tumbuhan paku adalah serabut, biasanya terjadi 
karena akar yang keluar pertama kali tidak bersifat dominan sehingga akar 
lain yang keluar dari batang menyusul dan menjadi akar serabut Pada tumbuhan paku Cyathea sejumlah akar berada dekat dengan 
dasar batang, yang berfungsi untuk kestabilan. Fungsi rambut-rambut akar 
tumbuhan paku biasanya untuk menyerap air dan garam mineral yang berada 
dalam tanah 
b. Batang 
Batang tumbuhan paku bermacam-macam, ada yang panjang, pendek 
dan merambat atau memanjat. Batang tumbuhan paku dikotom atau 
bercabang-cabang menggarpu, biasanya cabang-cabang baru tidak tumbuh 
dari ketiak daun, melainkan tumbuh dari akar rimpang akan menbentuk tunas 
baru untuk memperluas wilayahnya, dan setiap batang memiliki banyak daun 
c. Daun 
Daun muda pada tumbuhan paku bisanya melingkar dan menggulung, 
daun tumbuhan paku biasanya terdiri dari dua bagian yaitu tangkai dan helai 
daun. Helaian daun pada umunya majemuk akan tetapi ada yang bentuknya 
tunggal. Helaian daun ada dua macam yaitu daun fertil dan infertil. Kebanyak 
daun fertil pada tumbuhan paku terdapat spora yang menempel pada sisi 
bawah daun. 
Duan memiliki bermacam-macam bentuk, ukuran dan susunanannya. 
Jika dilihat dari ukurannya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi dua, 
yaitu mikrofil dan makrofil. Mikrofil adalah daun-daun kecil berupa rambut 
atau sisik yang tidak bertangkai dan tidak bertulang. Daun mikrofil belum bisa 
dibedakan antara epidermis, mesofil dan tulang daun. Pada makrofil, 
merupakan daun-daun besar yang sudah dapat dibedakan antara tangkai daun, 
daging daun yang terdiri atas jaringan tiang dan bunga karang. Umumnya 
makrofil memiliki stomata yang berfungsi sebagai fotosintesis, transpirasi, 
respirasi dll. Daun ditinjau berdasarkan fungsinya terdiri dari tropofil dan 
sporofil, tropofil befungsi untuk proses fotosintesis, sedangan sporofil daun 
yang berfungsi sebagai penghasil spora. 

d. Sorus 
Sorus adalah salah satu ciri penting dalam pengklsifikasian tumbuhan 
paku. Mulai bentuk sorus, letak sorus, dan juga ada tidaknya lapisan indisium 
pada sorus. Sorus merupakan organ generatif (seksual). Sorus adalah istilah 
untuk sekelompok sporangium, sporangium terdiri dari anteridium yang 
menghasilkan sel spermatozoid, dan arkegonium yang menghasilkan ovum. 
Spora biasanya terletak di bagian bawah helai daun dan spora hampir terdapat 
pada semua tumbuhan paku. Bentuk spora ada yang bulat dan ada yang 
memanjang, biasanya berwarna coklat diwaktu muda dan ditutupi oleh 
jaringan penutup yang disebut indisium 
 
Gambar 2.4 A bentuk sorus bulat, B sorus bulat dilapisi indisium, C 
sorus bentuk ginjal letak di tepi daun,
 Klasifikasi Pteridophyta 
klasifikasi pteridophyta 
direvisi berdasarkan dari data morfologi dan molekuler, yang sesebelumnya 
klasifikasi pteridhopyta terdiri dari empat kelas yang 
meliputi (1) Kelas Psilophytinae, (2) Kelas Licopodiinae, (3) Kelas Equisetinae 
dan (4) Kelas Filicinae. Berdasarkan klasifikasi yang baru, tumbuhan paku dapat 
diklompokkan dalam dua Divisi yaitu: Divisi Lycophyta dengan saku kelas 
Lycopsida, dan Divisi Pteridhopyta dengan empat kelas terdiri dari: Kelas 
Psilotopsida yang mencakup Bangsa Ophioglossales, Kelas Equisetopsida, Kelas 
Marattiopsida dan Kelas Polypodiopsida. 
Menurut Agrawal dan Danai (2017) tumbuhan paku memiliki sejarah fosil 
yang panjang. Tumbuahn paku telah diakui pada periode Siluria akhir era 
Paleozoikum. Tanaman ini memiliki vegetasi dominan di seluruh pulau Era 
Paleozoikum. Era Paleozoikum tengah dan akhir bisa dianggap sebagai usia pakis 
atau usia pteridophyta. Raksasa Lycopsida dan ekor kuda dan pakis pohon 
mendominasi keseluruhan biota pada waktu itu. Pada saat itu distribusi tumbuhan 
paku memliki sedikit masalah karena memiliki sedikit jenisnya. Di era ini 
didominasi oleh Lepidodendron, Siligilria dan Lycopsida lainnya. 
Berikut klasifikasi dilihat dari morfologi dan molekuler oleh 
1. Divisi Lycophyta 
a. Kelas Lycopsida 
Kelas licopsida meliliki himpunan hidup dan genera fosil, salah 
satu tumbuhan paku yang paling tua dari garis keturunan fosil. Dalam hal 
ini,kehidupan tumbuhan paku fosil silih berganti dengan contoh yang 
sudah jelas dalam penemuan fosil tumbuhan paku. Beberapa fosil 
tumbuhan paku yang terdaftar dalam ordo yaitu; ordo Lepidodendales, 
ordo Isoetales dan ordo Zosterophyllales 
2. Divisi Pteridophyta 
a. Kelas Psilotopsida 
1) Ordo Ophioglossales 
1. Famili Ophioglossaceae 
Famili Ophioglossaceae (termasuk Botrychiaceae dan 
Helminthostachyaceae ) monofiletik. Meliputi empat genus yaitu (1) 
Botrychium (termasuk Botrychium s., Sceptridim, Botrypus, 
Japanobotrychium), (2) Helminthostachys, (3) Ophioglossum, (4) 
Ophioglossum (termasuk Cheiroglossa, Ophiderma). 
Sebagian besar spesies tumbuhan paku kelas Ophioglosales 
hidupnya terestrial, beberapa ada yang epifit dan juga beberapa yang 
hidupnya pantropis. Karakternya rimpang, rambut akar sedikit, daun subur 
dengan masing-masing satu spora yang muncul di dasar atau sepanjang 
tangkai atau di dasar bilah daun. Ukura spora besar, dinding dua sel tebal, 
kurang anulus, bentuk spora tetrahedral atau trilete (segi tiga), jumlah 
>1000 per sporangium, gametofit bawah tanah, tidak berfotosintesis. 
2) Ordo Psilotales 
2. Famili Psilotaceae 
Famili Psilotaceae (termasuk Tmesipteridaceae) monofiletik. Ada 
uda genus yaitu Psilotum dan Tmesipteris. Total 12 spesies, dua ada pada 
Psilotum. Karakter; akar tidak ada, batang bantalan berkurang, daun tidak 
berurat atau berurat tunggal. Ukuran spora besar, diding sel dua tebal, 
kurang anulus, dua atau tiga sporangia menyatu membentuk sinangium, 
tumbuh dari sisi adaxial cabang daun. Spora berbentuk ginjal, monolete, 
jumlah 1000 per sporangium, gametofit bawah tanah, tidak berfotosintesis. 
b. Kelas Equisetopsida  
1) Ordo Equisetalers 
3. Famili Equisetaceae 
Famili Equisetaceae atau biasa disebut ekor kuda memiliki satu 
genus Equisetum. Spesies biasanya ditempatkan dalam dua genus yang  ditandai dengan baik yaitu; subgenus Equisetum dan subgenus 
Hippochaete, monofiletik. Spermatozoid dari Equisetum terbagi beberapa 
fitur penting dengan tumbuhan paku lainnya. Karakter morfologi 
tambahan dan karakter akar mendukung hubungan ekor kuda dan 
tumbuhan paku. Karakter Equisetum; batang bercabang, daun bercabang, 
sporangia dengan heliks penebalan dinding sekunder. Sporangiospora 
bernbentuk perisai yang terdiri dari strobilus. Ukuran besar, kurang anulus, 
jumlah >1000 per sporangium, warna spora hijau, dengan bukaan 
melingkar, filamen melingkar gametofit berwarna hijau. 
c. Kelas Marattiopsida 
1) Ordo Marattiaceae 
4. Famili Marattiaceae 
Famili Marattiaceae termasuk Angiopteridaceae, 
Christenseniaceae, Danaeaceae, Kaulfussiaceae. empat genus yaitu; 
Angiopteris, Christensenia, Danaea, Marattia. Marattia adalah parafiletik, 
dibagi menjadi tiga elemen yang membutuhkan nama genrik baru. 
Archangiopteris telah diakui oleh beberapa orang tetapi tampaknya 
bersarang di Angiopteris. Danaea adalah saudara dari tiga genus lainnya 
dan mewakili tumbuhan neotropik. Angiopteris dan Christensenia terbatas 
Asia timur dan tenggara, Australasia, dan Polinesia, sementara Marattia 
s.l. bersifat pantropis. 
Terestrial dan jarang epipetrik, karakter; akar besar, berdaging 
dengan banyak xilem, akar rambut septum. Akar, batang, dan daun dengan 
kanal lendir, rimpang berdaging, pendek, tegak atau merayap, dengan 
diktiostele polisiklik. Daun-daun besar, berdaging, 1-3 menyirip (jarang 
sederhana di Danaea atau 3-5 foliate di Christensenia). Tangkai daun dan 
batang polisiklik. Sporangia bebas atau dalam synangia bulat atau lonjong, 
kurang anulus, jumlah spora 1000-7000 biasanya bilateral atau ellisoid, 
gametofit berwarna hijau. 
d. Kelas Polypodiopsida  
1) Ordo Osmondales 
5. Famili Osmondaceae 
Famili Omondaceae terdiri dari empat genus yaitu: Leptopteris, 
Osmunda, Osmundatrum, Todea. Ada 20 spesies dan bersifat monofiletik. 
Iklim sedang dan tropis. Karakter anatomi batang yang khas, siphonostele 
ektofilik, dengan cincin untaian xilem diskrit, ini sering kali konduplikat 
atau dua kali konduplikat dalam penampang; stipula di pangkalan petiola; 
daun dimorfik atau dengan subur porsi yang berbeda dengan steril; 
sporangia besar, dengan 128-512 spora, dibuka oleh celah apikal, anulus 
lateral; spora hijau, subglobose, trilete; gametofita besar, hijau, berseri-
seri. 
2) Ordo Hymenophyllales 
6. Famili Hymenophyllaceae 
Merupakan paku-pakuan flmis, termasuk Trichomanaceae. Ada 
sembilan genus dua ordo utama yaitu Trichomanes dan Hymenophyloid, 
kira-kira sesuai dengan genus klasik Trichomanes s.l. dan 
Hymenophyllum s.l. Ca. 600 spesies. bersifat monofiletik. Beberapa 
terpisah dan monotipe genus bersarang di dalam Hymenophyllum s.l .: 
Cardiomanes, Hymenoglossum, Rosenstockia, dan Serpyllopsis. Beberapa 
genus Hymenophylloid lain yang didefinisikan secara klasik (subgenus) 
bukan monofiletik, misalnya, Mecodium dan Sphaerocionium. 
Trichomanes s.l. terdiri dari delapan monofiletik kelompok yang dianggap 
di sini sebagai genus: Abrodictyum, Callistopteris, Cephalomanes, 
Crepidomanes, Didymoglossum, Polyphlebium, Trichomanes s.s., dan 
Vandenboschia. Terestrial dan epifit. pantropical dan southtemperate, 
tetapi gametofit bertahan hidup di daerah beriklim utara sejauh utara 
seperti Alaska 
3) Ordo Gleicheniales 
Terdiri dari Dipteridales, Matoniales, Stromatopteridales. Monofiletik. 
Karakter: steles akar dengan 3-5 protoxylem kutub. Antheridia dengan 6–12 
sel sempit, bengkok atau melengkung di dinding. 
7. Famili Gleicheniaceae 
Termasuk famili Dicranopteridaceae, Stromatopteridaceae. Enam 
genus yaiut: Dicranopteris, Diplopterygium, Gleichenella, Gleichenia, 
Sticherus, Stromatopteris, ca. 125 spesies. Bersifat  monofiletik. Karakter: 
rimpang dengan protital '‘vitalized', atau jarang solenostele; daun tak tentu, 
bilah pseudodichotomously bercabang (kecuali Stromatopteris); vena 
bebas; sori abaxial, tidak marginal, dengan 5-15 sporangia, masing-masing 
dengan annulus melintang-oblique, exindusiate, bulat, dengan 128-800 spora; sporangia jatuh tempo secara bersamaan di dalam sori; spora 
globose-tetrahedral atau bilateral; gametofit hijau, surficial, dengan rambut 
berbentuk klub. 
8. Famili Dipteridaceae 
Famili Dipteridaceae (termasuk. Cheiropleuriaceae). Dua genus 
(Cheiropleuria, Dipteris) dari India, Asia Tenggara, Cina bagian timur dan 
selatan, pusat dan Jepang selatan, dan Malesia, ke Melanesia dan Polinesia 
barat. 11 spesies dan bersifat monofiletik. Karakter: batang panjang 
merayap, solenostelic atau protostelic, ditutupi bulu atau rambut artikulata; 
petioles dengan vaskular tunggal bundel proksimal dan polystelic distal; 
bilah (yang steril, setidaknya) terbelah dua atau bagian yang sering lebih 
tidak seimbang; vena sangat retikulata, dengan veinlets termasuk; sori 
exindusiate, diskrit, compital (dilayani oleh banyak pembuluh darah), 
tersebar di permukaan, atau daun dimorfik dan yang subur ditutupi dengan 
sporangia. 
9. Famili Matoniaceae 
Dua genus (Matonia, Phanerosorus), masing-masing dengan dua 
spesies; monofiletik, saudara Dipteridaceae. Karakter: batang solenostelic 
dengan setidaknya dua konsentris silinder vaskular (polisiklik) dan bundel 
vaskular sentral; bilah flabellate (Matonia), tidak bercabang bercabang 
atau dengan dikotomi pinnae; vena bebas atau sedikit anastomosing sekitar 
sori; sori dengan peltate indusia; sporangia jatuh tempo secara bersamaan, 
dengan tangkai yang sangat pendek dan annuli miring; spora bulat-tetrahedral, trilete; gametofit berwarna hijau, thalloid, dengan pinggiran 
mengilap; antheridia besar, banyak bersel banyak 
4) Ordo Schizaeales 
Ordo Schizaeales Monofiletik . Tiga famili konstituen diberi 
pengakuan karena jumlahnya banyak, perbedaan yang mencakup gametofit, 
anatomi stelar, morfologi daun, jenis soral, spora, dan nomor kromosom. 
Karakter: Diferensi daun daun yang subur-steril; tidak adanya sori yang 
terdefinisi dengan baik; sporangia masing-masing dengan melintang, 
subapikal, kontinyu anulus. 
10. Famili Lygodiaceae 
Famili Lygodiaceae (pakis memanjat). Sebuah genus tunggal 
(Lygodium), ca. 25 spesies; monofiletik. Terestrial, pantropis. Karakter: 
rimpang merayap, langsing, protostelik, membawa rambut; Daun-daun tak 
tentu, memanjat, bergantian menyirip; divisi bilah utama (pinnae) 
pseudodichotomously forking dengan tunas aktif di axils; vena bebas atau 
anastomosing; sori pada lobus dari segmen tertinggi; sporangia abaxial, 
soliter, satu per sorus, masing-masing sporangium yang ditutupi oleh 
subtrat seperti indusium antrorse flens; spora 128–256 per sporangium, 
tetrahedral dan trilete; gametofit hijau, berseri-seri. 
11. Famili Anemiaceae 
(termasuk. Mohriaceae). Satu genus (Anemia, termasuk. Mohria),
ca. 100+ spesies; monophyletic 
Terestrial; terutama Dunia Baru, tetapi beberapa spesies di Afrika, India,  
dan pulau-pulau di Samudera Hindia. Karakter: rimpang merayap ke 
suberect, membawa rambut; daun menentukan, sebagian besar 
hemidimorfik atau dimorfik; vena bebas, dikotomi, kadang-kadang santai 
anastomosing; sporangia biasanya pada pasangan basal (kadang-kadang 
lebih dari dua pinnae, atau semua pinnae dimodifikasi dan subur) dari 
skeletonized, sangat dimodifikasi, pinnae sering tegak; spora 128–256 per 
sporangium, tetrahedral, dengan punggung paralel yang kuat, gametofit 
hijau, berseri-seri. 
12. Famili Schizaeaceae 
Dua genus (Actinostachys, Schizaea), ca. 30 spesies; monofiletik . 
Terestrial, pantropis . Karakter: bilah sederhana (linier) atau berbentuk 
kipas, berbagai celah dan dengan pembuluh darah bebas dikotomi; 
sporangia pada marginal, elaminate, bercabang atau proyeksi tidak 
bercabang pada ujung bilah, tidak dalam sori diskrit, exindusiate; spora 
bilateral, monolete, 128–256 per sporangium; gametofit berwarna hijau 
dan berserabut (Schizaea), atau bawah tanah dan non-hijau, tuberous 
(Actinostachys); membingungkan susunan bilangan dasar kromosom 
5) Ordo salviniales 
Ordo salviniales merupakan paku air, bersifat  heterospora; termasuk 
Hydropteridales, Marsileales, Pilulariales. Monofiletik. Fosil Hydropteris 
pinnata memberikan bukti yang menghubungkan kedua famili dari urutan ini, 
meskipun hipotesis berbeda tentang hubungan yang tepat dari Hydropteris 
dengan genus yang masih ada. Karakter: diferensiasi daun daun yang subur-steril; vena anastomosing; jaringan aerenchyma sering hadir di akar, tunas, 
dan tangkai daun; annulus absen; tanaman heterospora, spora dengan 
perkecambahan endospora; monomegaspory; gametofit dikurangi. 
13. Famili marsileaceae 
Famili Marsileaceae (semak semanggi) termasuk. Pilulariaceae. 
Tiga genus (Marsilea, Pilularia, Regnellidium), ca. Total 75 spesies; 
monopiletik. Hennipman (1996) memasukkan kedua Salviniaceae dan 
Azollaceae dalam Marsileaceae, tetapi spora Marsileaceae berbeda nyata 
dari jenis Salviniaceae dan Azollaceae. Aquatics berakar, di kolam, air 
dangkal, atau kolam vernal, dengan mengambang atau muncul bilah daun; 
subcosmopolitan. Karakter: batang biasanya merayap panjang, ramping, 
sering membawa bulu; selebaran 4, 2 atau 0 per daun; vena dikotomi 
bercabang tetapi sering menyatu dengan ujung mereka; sori ditanggung 
dalam sporocarps berbentuk kacang yang dikuntit ini muncul dari rimpang 
atau dari dasar petioles, satu hingga banyak per tanaman; heterospora, 
mikrospores globose, trilete, megaspores globose, masing-masing dengan 
acrolamella diposisikan di atas aperture exine. 
14. Famili Salviniaceae 
Famili Salviniaceae merupaan pakis apung, pakis nyamuk. 
Memiliki dua genus Salvinia dan Azolla. ca. 16 spesies, monofiletik . 
Beberapa penulis memisahkan genus menjadi dua famili alternatif yang 
bisa diterima, mengingat perbedaan yang signifikan antara dua genus. 
Karakter: akar hadir (Azolla) atau kurang (Salvinia); batang protostelic, 
dichotomously bercabang; daun sessile, bergantian, kecil (sekitar 1–25 
mm), bulat hingga bujur, utuh; vena bebas (Azolla) atau anastomosing 
(Salvinia); spora dari dua jenis (tumbuhan heterosporous), megaspora 
besar dan mikrospora kecil, globose ini, trilete; spora endoskopi spora; x = 
9 (Salvinia), pangkalan terendah nomor kromosom yang dikenal dalam 
pakis. 
6) Ordo Cyatheales 
Pohon paku ini termasuk Dicksoniales, Hymenophyllopsidales, 
Loxomatales, Metaxyales, Plagiogyriales. Bukti molekuler yang ada 
menunjukkan hubungan yang erat di antara famili yang termasuk. Urutannya 
tanpa mendefinisikan jelas karakter morfologi: beberapa spesies memiliki 
batang seperti batang tetapi yang lain memiliki rimpang merayap; beberapa 
hanya memiliki rambut pada batang dan bilah, yang lain memiliki skala; sori 
adalah abaxial atau marginal, entah itu indusiate atau exindusiate; spora adalah 
globose atau tetrahedral-globose, masing-masing dengan bekas luka trilete; 
gametofit berwarna hijau, berbentuk hati. 
15. Famili Thyrsopteridaceae 
Famili Thyrsopteridaceae memiliki satu genus (Thyrsopteris) 
dengan satu spesies, T. elegans, endemik di Kepulauan Juan Fernandez; 
jelas terkait dengan pakis pohon, ´ tetapi posisi filogenetik yang tidak pasti 
dalam kelompok ini. Karakter: rimpang naik ke tegak, solenostelic, 
bantalan pelari, berpakaian dengan rambut kaku, pluriseluler; daun besar, 
panjang 2–3,5 m; bilah 3–5-menyirip, sebagian dimorfik (sori sering  dibatasi ke segmen proksimal); bilah axes adaxially beralur; vena bebas; 
sori terminal pada pembuluh darah, bagian luar dan dalam indusia 
menyatu untuk membentuk struktur seperti cangkir asimetris, masing-
masing sorus dengan kolumnar, clavate receptacle; sporangia dengan 
annuli miring; spora bulat-tetrahedral, dengan sudut-sudut yang menonjol. 
16. Famili Loxomataceae 
Famili Loxomataceae (sering dieja Loxsomataceae). Memilki dua 
genus (Loxoma, Loxsomopsis), masing-masing dengan satu spesies; 
monofiletik Amerika Selatan Andes, selatan Tengah Amerika, dan Selandia Baru. Karakter: rimpang merayap panjang, solenostelic,
bantalan rambut dengan dasar melingkar, multiseluler; bilah bipinnate 
atau lebih terbagi; vena bebas, bercabang; ramut yang tersebar, sori 
marginal, terminal pada vena, masing-masing dengan indusium urceolate 
dan memanjang, wadah yang sering digunakan; sporangia pada batang 
pendek yang tebal, dengan annulus yang sedikit miring; spora tetrahedral, 
trilete; gametofit dengan rambut seperti sisik (terjadi juga di beberapa 
Cyatheaceae). 
17. Famili Culcitaceae 
Famili Culcitaceae. Satu genus (Culcita) dengan dua spesies; 
monofiletik . bersaudar dengan Plagiogyriaceae, dan tidak terkait erat 
dengan Calochlaena, dengan yang secara historis dikaitkan dengan 
Culcita. Pemisahan ini didukung oleh karakter anatomi. Terestrial; Azores, 
Madeira, Tenerife, Eropa barat daya, dan Neotropik. Karakter: rimpang merayap atau naik, solenostelic, membawa rambut artikulasi; petioles di 
penampang masing-masing dengan bundel pembuluh darah berbentuk 
keping; bilah besar, 4–5- menyirip-pinnatifid, sedikit berambut; vena 
bebas, sering bercabang; sori hingga 3 mm, terminal pada vena, 
paraphysate; Indusia luar hampir tidak terdiferensiasi dari jaringan 
laminar, batin terasa dimodifikasi; spora tetrahedral-globose. 
18. Famili Plagiogyriaceae 
Famili Plagiogyriaceae memiliki satu genus (Plagiogyria), dengan 
ca. 15 spesies, bersifat monofileik. Karakter: batang merayap biasanya 
tegak, tidak memiliki rambut atau sisik; daun dimorfik; bilah pektinat ke 
1-menyirip; vena sederhana untuk 1-bercabang, bebas, atau dalam bilah 
yang subur agak anastomosing di ujung mereka; daun muda padat tertutup 
dengan pluriseluler, rambut kelenjar, mensekresi lendir; sori tegak, 
sporangia ditanggung di distal bagian-bagian pembuluh darah, tampaknya 
acrostichoid; tangkai sporangial 6-mendayung; annuli sedikit miring, terus 
menerus; spora tetrahedral, trilete; gametofit berwarna hijau, berseri-seri. 
19. Famili cibotiaceae 
Famili Cibotiaceae memiliki satu genus (Cibotium), ca. 11 spesies; 
monofiletik, berdekatan dengan Dicksoniaceae, sebagaimana dibatasi di 
sini. Terestrial, amphipacific (Asia timur, Malesia, Hawaii, Meksiko 
selatan, dan Tengah Amerika). Karakter: rimpang masif, merayap naik 
atau tegak (hingga 6 m), solenostelic atau dictyostelic, dengan rambut 
kekuning-kuningan lembut di apeks dan persisten basis petiolar; daun 
monomorfik, umumnya sepanjang 2-4 m; petioles berbulu di pangkalan, 
dengan tiga bundel pembuluh darah bergelombang yang disusun dalam 
bentuk omega; bilah besar, bipinnate untuk bipinnate-pinnatifid atau lebih 
terbagi; sekunder dan bilah tersier axes ada ditumbuk secara eksternal. 
20. Famili cyatheaceae 
Karakter: batang dengan dictyosteles polisiklik, apeks (dan 
biasanya tangkai daun basa) ditutupi dengan timbangan besar, kadang-
kadang juga dengan trichomidia (scurf = kecil timbangan) atau rambut; 
daun biasanya besar (sampai 5 m); tangkai daun dengan jelas, biasanya  
pneumathoda diskontinyu dalam dua jalur; bilah 1–3-menyirip (jarang 
sederhana); vena sederhana untuk bercabang, bebas, jarang anastomosis 
(sebagian besar di beberapa Cyathea); sori superfisial (abaxial) atau 
terminal pada vena dan marginal atau submarginal (Hymenophyllopsis), 
bulat, exindusiate, atau indusia seperti piring, seperti cangkir, atau bulat 
dan benar-benar sporangia sekitarnya, atau seperti kerang 
(Hymenophyllopsis); sporangia jatuh tempo secara bertahap, dengan 
annuli miring; wadah dibangkitkan; paraphyses biasanya menyajikan; 
spora tetrahedral, trilete, bermacam-macam hiasan; gametofit berwarna 
hijau, berbentuk hati; x = 69 (Hymenophyllopsis belum dihitung). 
21. Famili Dicksoniaceae 
Famili Dicksoniaceae, (dicksonioids; termasuk. Lophosoriaceae). 
Tiga genus (Calochlaena, Dicksonia, Lophosoria). Ca. 30 spesies;
monofiletik. Terestrial; Asia timur, Australasia, Neotropik. Karakter: 
kebanyakan seperti pohon atau dengan rimpang tegak atau naik; rimpang 
dengan polisiklik dictyosteles, atau solenostelic (Calochlaena); pangkal 
apeks dan biasanya petiolar basa yang ditutupi dengan rambut yang tidak 
disterilkan; bilah besar, 2–3 menyirip; vena sederhana untuk bercabang, 
bebas; sori abaxial dan exindusiate (Lophosoria) atau marginal 
(Calochlaena, Dicksonia) dan masing-masing dengan indusium seperiti 
kerang atau seperti cangkir, adaxial (terluar) katup yang dibentuk oleh 
margin segmen yang refleks dan seringkali berwarna berbeda; sporangia 
dengan annuli miring. 
22. Famili Metaxyaceae 
Famili Metaxyaceae. Satu genus (Metaxya), dua spesies; 
monofiletik. Terestrial, Neotropik. Karakter: rimpang merayap pendek 
untuk naik, dorsiventral, solenostelic, apeks ditutupi dengan rambut 
pluriseluler; petioles masing-masing dengan berbentuk omega, 
bergelombang, benang vascular; bilah sederhana menyirip; vena bebas, 
sederhana atau bercabang di dasar, ± paralel; sori abaxial, bulat, tersebar di 
beberapa baris yang tidak jelas, seringkali dengan beberapa sori pada vena 
yang sama, dengan banyak parafisis filiform, exindusiate; sporangia jatuh 
tempo serentak; tangkai sporangial 4-mendayung; annuli vertikal atau 
sedikit miring; spora 64 per sporangium, globose, trilete. 
7) Ordo Polypodiales 
(termasuk. ‘‘ Aspidiales, ”Aspleniales, Athyriales, Blechnales,‘ 
‘Davalliales,” Dennstaedtiales, Dryopteridales, Lindsaeales, Lonchitidales, Monachosorales, Negripteridales, Parkeriales, Platyzomatales, Pteridales, 
Saccolomatales, Thelypteridales). Monofiletik . Karakter: indusia secara 
lateral atau terpusat (indusia hilang dalam banyak garis keturunan); batang 
sporangial 1–3 sel tebal, sering panjang; sporangial pematangan campuran; 
sporangia masing-masing dengan anulus vertikal disela oleh tangkai dan 
stomium; gametofit berwarna hijau, biasanya berbentuk tali (kadang-kadang 
berbentuk pita di beberapa epiphytes), surficial. 
23. Famili Lindasaeaceae 
Famili Lindsaeaceae (lindsaeoids; termasuk. Cystodiaceae, 
Lonchitidaceae). Ca. Delapan genus (Cystodium, Lindsaea, Lonchitis, 
Odontosoria, Ormoloma1, Sphenomeris, Tapeinidium, Xyropteris1. 
kemungkinan monofileik. Dimasukkannya Lonchitis (secara tradisional 
terkait dengan paku dennstaedtioid) di Lindsaeaceae yang 
membingungkan pada morfologi alasan, tetapi bukti molekuler sangat 
menyarankan itu milik dekat lindsaeoid pakis. Epipetric terestrial atau 
jarang atau epifit, pantropis. Karakter: akar dengan korteks luar 
sclerenchymatous dikombinasikan dengan lapisan kortikal terdalam enam 
sel lebar kecuali (Lonchitis dan Cystodium); rimpang pendek-panjang 
merayap, protostelic dengan floem internal, atau dalam beberapa taxa 
solenostelic, bearing umumnya sempit, sisik yang diikat secara primer, 
non-klatata atau rambut yang tidak disterilkan; pisau 1–3-menyirip atau 
lebih terbagi, umumnya gundul; vena biasanya bebas. 
24. Famili  Saccolomataceae 
Famili Saccolomataceae. Satu genus, ca. 12 spesies; tampaknya 
monofiletik, tetapi lebih banyak sampling diperlukan untuk menentukan 
apakah spesies Dunia Lama bersifat congeneric dengan yang berasal dari 
Dunia Baru. Hubungan Saccoloma (termasuk. Orthiopteris) telah 
diperdebatkan. Lindsaeoideae sebagai subfamilies dalam 
Dennstaedtiaceae. Molekuler data menunjukkan bahwa itu terletak di atau 
dekat dasar radiasi polypodialean, tepat di bawah Cystodium dan Lonchitis 
Terestrial, pantropis. Karakter: rimpang merayap pendek untuk tegak dan 
agak seperti trunklike (Panjang merayap di sebagian Lindsaeaceae dan 
Dennstaedtiaceae) dan dictyostelic (biasanya solenostelic di 
Dennstaedtiaceae, protostelic dengan floem internal di Lindsaeaceae); 
petioles masing-masing dengan untai vaskular berbentuk omega (ujung 
terbuka adaxial); pisau menyirip untuk mendekomposisi, kurang 
mengartikulasikan rambut (seperti yang ditemukan di Dennstaedtiaceae); 
vena gratis; terminal sori pada pembuluh darah, kantong indusia atau 
cupshaped; spora bulat-tetrahedral, permukaan dengan khas ± paralel, 
bercabang. 
25. Famili Dennstaedtiaceae 
Famili Dennstaedtiaceae (dennstaedtioids; termasuk. 
Hypolepidaceae, Monachosoraceae, Pteridiaceae). Ca. 11 genus: Blotiella, 
Coptodipteris, Dennstaedtia (termasuk. Costaricia1), Histiopteris, 
Hypolepis, Leptolepia, Microlepia, Monachosorum, Oenotrichia sia, Pteridium (bracken). beriklim dingin Ca. 170 spesies; monofiletik, 
jika pakis lindsaeoid dikecualikan. Terrestrial, terkadang memanjat; 
pantropis. Karakter: rimpang kebanyakan merayap panjang, sering 
siphonostelic atau polystelic, membawa rambut yang bersendi; petioles 
sering dengan tunas epipetiolar, biasanya dengan untaian pembuluh darah 
berbentuk selokan (adaxial wajah terbuka); bilah sering besar, 2–3- 
menyirip atau terbagi lagi; bayangan rambut; vena gratis, bercabang atau 
menyirip, jarang anastomosing dan kemudian tanpa termasuk veinlets; sori 
marginal atau submarginal, linear atau diskrit, indusia linier atau seperti 
cangkir di margin bilah, atau refleks sori; spora tetrahedral dan trilete, atau 
reniform dan monolete; gametofita hijau, berbentuk hati. 
26. Famili Pteridaceae 
Terestrial, epipetrik, atau epifit, submopolitan, tetapi paling banyak 
di daerah tropis dan kering. Karakter: rimpang long-to short-creeping, 
ascending, suberect, atau tegak, bantalan timbangan (lebih jarang, hanya 
rambut); pisau monomorfik, hemidimorphic, atau dimorfik dalam 
beberapa genus, sederhana (kebanyakan vittarioids), menyirip, atau 
terkadang mengayuh, kadang-kadang menguraikan; vena gratis dan 
forking, atau berbagai anastomosing dan membentuk pola retikulata tanpa 
disertakan veinlets; sori marginal atau intramarginal, kurang indusium 
sejati, sering dilindungi oleh margin segmen refleks, atau sporangia 
sepanjang pembuluh darah; sporangia masing-masing dengan annulus 
vertikal, terputus, wadah tidak atau hanya tidak jelas dibesarkan; spora 
bulat atau tetrahedral, trilete, berbagai ornamen; kebanyakan. 
. Famili Aspleniaceae 
Terestrial, epipetrik, atau epifit, sub kosmopolitan, tetapi paling 
banyak di daerah tropis. Karakter: rimpang merayap, naik, atau suberek, 
membawa timbangan klatrat di pangkalan-pangkalan apeksi dan petiole 
(dan kadang-kadang kapak lainnya); petioles dengan kembali ke belakang 
untaian vaskular C-berbentuk, ini sekering distal menjadi Bentuk-X; pisau 
monomorfik, biasanya kurang rambut acicular pada sumbu dan / atau 
lamina, sering dengan rambut clavate mikroskopik; vena menyirip atau 
forking, biasanya gratis, jarang reticulate dan kemudian tanpa 
menyertakan veinlets; sori elongate (linear) sepanjang pembuluh darah, 
biasanya tidak kembali pada vena yang sama, biasanya dengan lateral 
terlampir, linear indusia; tangkai sporangial panjang, 1-baris; spora 
reniform, monolete, dengan perine yang jelas bersayap. 
. Famili Thelypteridaceae 
Terestrial, jarang epipetric, pantropical, beberapa sedang. Karakter: 
rimpang merayap, menanjak, atau tegak, membawa timbangan pada apeks, 
ini bukan tiruan, biasanya membawa rambut acicular; tangkai daun dalam 
penampang dengan dua memanjang atau bundel vaskular berbentuk bulan 
sabit saling berhadapan, menyatu ke dalam bentuk selokan; pisau 
monomorfik atau kadang-kadang dimorfik, biasanya menyirip atau 
menyirip-pinnateid; vena menyirip, bebas untuk berbagai dan biasanya 
sangat anastomosing, dengan atau tanpa termasuk veinlets; indument dari 
hyaline acicular bulu pada sisik dan sisik rimpang; sori abaxial, bulat ke 
lonjong, jarang memanjang sepanjang vena-vena, dengan reniform indusia 
atau exindusiate; sporangia dengan 3-dayung, pendek ke tangkai panjang; 
spora ellipsoid, monolete, perine bersayap ke spinulosa; x = 27–36. Indusia 
telah hilang secara mandiri dalam banyak garis keturunan dalam keluarga. 
. Famili Woodsiaceae 
Sebagian besar terestrial, sub kosmopolitan. Karakter: rimpang 
merayap, naik, atau tegak; sisik pada apeks, ini biasanya non-klatrat, 
glabrous, kelenjar, atau bersilia; petioles dengan dua bundel vaskular 
berbentuk bulan panjang atau bulan sabit satu lagi, ini menyatu secara 
distal ke dalam bentuk selokan; pisau monomorfik, jarang dimorfik; vena 
menyirip atau bercabang menjadi sua, bebas, tidak biasa anastomosing dan 
kemudian tanpa menyertakan veinlets; sori abaxial, bulat, berbentuk J, 
atau linier dengan reniform ke linear indusia, atau exindusiate; spora 
reniform, monolete, perine bersayap, bergerigi, atau berduri. 
. Famili Blechnaceae 
Famili Blechnaceae (blechnoids; termasuk. Stenochlaenaceae). Saat 
ini ca. sembilan genera diakui (Blechnum s.l., Brainea, Doodia, 
Pteridoblechnum, Sadleria, Salpichlaena, Steenisioblechnum, 
Stenochlaena, Woodwardia). Sebagian besar genera yang diakui saat ini 
bersarang dalam Blechnum s.l., dan penerimaan mereka tergantung pada 
revisi batasan dari Blechnum s.l., yang secara nyata adalah parafiletik 
dalam arusnya penggunaan. Ca. 200 spesies; monofiletik, saudari 
Onocleaceae  Woodwardia (termasuk. Anchistea, Chieniopteris, 
Lorinseria) tampaknya merupakan anggota awal cabang Blechnaceae. 
Karakter: rimpang merayap, naik, atau tegak, kadang-kadang batang-
seperti, sering membawa stolon, bersisik di puncak (dan pada baling-
baling), timbangan non-klatrat; petioles dengan banyak, bundar, bundel 
pembuluh darah diatur dalam sebuah cincin; daun monomorfik atau sering 
dimorfik; vena menyirip atau forking, gratis ke berbagai anastomosis, 
areola tanpa termasuk veinlet, pada daun subur membentuk areoles 
costular yang membawa sori; sori dalam rantai atau linier, sering kali 
paralel dan bersebelahan dengan pelepah, bergaul, dengan indria linier 
terbuka ke dalam (menuju pelaut); sporangia dengan 3-mendayung, 
pendek ke tangkai panjang; spora reniform, monolete, tunas bersayap; 
gametofit berwarna hijau, berseri-seri; (Blechnum dan mensegregasikan, 
Woodwardia); 40 (Salpichlaena). 
. Famili Onocleaceae 
Keluarga Onocleaceae (onocleoids). Empat genera (Matteuccia, 
Onoclea, Onocleopsis, Pentarhizidium), lima spesies; monophyletic, 
saudara dari Blechnaceae Family circumscription, suku mereka Onocleeae 
of Dryopteridaceae). Terestrial, sebagian besar di daerah beriklim sedang. 
Karakter: rimpang panjang ke merayap pendek ke naik, kadang-kadang 
stoloniferous (Matteuccia dan Onocleopsis); daun sangat dimorfik; 
petioles dengan dua bundel pembuluh darah menyatu di bagian distal 
menjadi bentuk selokan; pisau pinnatifid atau pinnate-pinnatifid; vena 
gratis atau anastomosing, kurang termasuk veinlets; spora reniform, 
kecoklatan hingga hijau; sori tertutup (kadang-kadang rapat) dengan 
margin laminar yang refleks, juga dengan membran, sering indulen sejati 
indusia. 
32. Famili Dryopteridaceae 
Terestrial, epipetrik, hemiepiphytic, atau epiphytic, pantropical, 
juga dengan banyak perwakilan beriklim sedang. Karakter: rimpang 
merayap, naik, atau tegak, terkadang scandent atau climbing, dengan skala 
non-clathrate di apeks; petioles dengan banyak bundel, bundel pembuluh 
darah yang disusun dalam sebuah cincin; pisau monomorfik, kurang sering 
dimorfik, kadang bersisik atau kelenjar, tidak berbulu; vena menyirip atau 
forking, bebas ke berbagai anastomosing, dengan atau tanpa termasuk 
veinlets; sori biasanya bulat, indusia round-reniform atau peltate (hilang 
dalam beberapa garis keturunan), atau sori exindusiate, acrostichoid dalam 
beberapa garis keturunan; sporangia dengan 3-mendayung, pendek ke 
tangkai panjang; spora reniform, monolete, perine bersayap. 
. Famili Lomariopsidaceae 
Famili Lomariopsidaceae (lomariopsids; termasuk. 
Nephrolepidaceae, pakis pedang). Empat genera (Cyclopeltis, 
Lomariopsis, Nephrolepis, Thysanosoria1); ca. 70 spesies. Karakter: 
rimpang merayap atau terkadang memanjat (tanaman hemi-epifit); petiola 
dengan bundel bundel vaskuler yang disusun dalam bentuk saluran; bilah 
1-menyirip, pinnae seluruh atau crenate, sering mengartikulasikan, berseri 
dalam beberapa genera; vena bebas, ± paralel atau menyirip; sori diskrit, 
bulat, dan dengan lonjong-bulat ke oval indusia, atau exindusiate, atau 
sporangia acrostichoid dan daun dimorfik; spora bilateral, monolete, 
berbagai sayap atau hiasan. 
. Famili Tectariaceae 
Terestrial, pantropis. Karakter: rimpang biasanya pendek-merayap 
naik, dictyostelic, bantalan timbangan; tangkai daun tidak abscising, 
dengan cincin bundel vaskular pada penampang melintang; pisau 
sederhana, menyirip, atau bipinate, kadang-kadang membusuk; indument 
jointed, biasanya rambut pendek pendek pada sumbu, vena, dan kadang-
kadang jaringan laminar, khususnya pada rachis dan costae adaxially; vena 
bebas atau sering sangat anastomosis, kadang-kadang dengan veinlets 
termasuk; indusia reniform atau peltate (hilang dalam beberapa garis 
keturunan); spora kecoklatan, reniform, monolete, aneka hiasan. 
35. Famili Oleandraceae 
Famili Oleandraceae. Monogenerik, ca. 40 spesies, saudara 
perempuan ke Davalliaceae + Polypodiaceae, termasuk dua genera selain 
Oleandra: Arthropteris (sekitar 12 spesies), dan Psammiosorus 
(monotypic), tetapi dengan ini lebih luas dibatasi, keluarga jelas 
polifiletik; memasukkan kedua genera ini di Tectariaceae. Spesies adalah 
hemiepiphytes terestrial, epilithic atau sering sekunder. Karakter: bilah 
sederhana; daun mengartikulasikan, membersihkan bersih pada senescence 
dari phyllopodia diucapkan; sori indusiate, indusia round-reniform; spora 
reniform, monolete. 
36. Famili Davalliaceae 
Monofiletik, saudara dari Polypodiaceae. Gymnogrammitis dan 
Leucostegia sering dimasukkan di Davalliaceae tetapi yang pertama milik 
Polypodiaceae, sementara yang terakhir ini tampaknya mirip dengan 
Hypodematium. Batas Generik Araiostegia, Davallia, dan Pachypleuria 
relatif satu sama lain tidak jelas.  Karakter: tanaman epifit (kebanyakan 
menghasilkan) emas epipetrik; panjang-merayap, dictyostelic, 
dorsiventral, bantalan timbangan rizoma; daun tua bersih abscissioning di 
pangkalan petiole; pisau biasanya 1-4-menyirip (jarang sederhana), 
monomorfik (jarang dimorfik); pembuluh darah bebas, menjari atau 
menyirip; indument umumnya kurang pada bilah dan kapak, tetapi 
kadang-kadang dari rambut mengartikulasikan; Ini adalah abaxial, 
inframarginal dengan baik dari margin, ± bulat, dengan cangkir ke oval 
atau luni indusia, sporangia dengan 3-mendayung, biasanya tangkai 
panjang; annular vertikal; spora ellipsoid, monolete, kekuningan hingga 
cokelat, perine beragam, tetapi biasanya tidak kuat bersayap atau cristat; 
gametofit berwarna hijau, berseri-seri. 
37. Famili Polypodiaceae 
Sebagian besar epifit dan epipetrik, beberapa terestrial; pantropis. 
Karakter: rimpang merayap panjang ke skala pendek, dictyostelic, 
bantalan; tangkai daun membersihkan dengan bersih di dekat pangkalan 
mereka atau tidak (kebanyakan grammitids), menyingkat phyllopodia; 
pisau monomorfik atau dimorfik, sebagian besar sederhana untuk 
pinnatifid atau 1-menyirip (tidak biasa dibagi lagi); kurangnya indera atau 
rambut dan / atau sisik pada bilah; vena sering anastomosing atau 
reticulate, kadang-kadang dengan termasuk veinlets, atau vena gratis 
(kebanyakan grammitids); indument berbagai, timbangan, rambut, atau 
kelenjar; sori abaxial (jarang marginal), bulat ke lonjong atau eliptik, 
kadang-kadang memanjang. 
 Ekologi Pteridophyta 
Tumbuhan paku banyak dijumpai di berbagai tempat, mulai dari pinggir 
pantai hingga pegunungan. Wilayah yang paling banyak dijumpai tumbuhan paku 
adalah wilayah yang memiliki kelembaban yang tinggi, karena tumbuhan paku 
akan tumbuh dan berkembang sangat baik ketika tingkat kelembabannya tinggi, 
sementara wilayah yang tingkat kelembabannya rendah tumbuhan paku lamban 
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Tumbuhan paku merupakan salah 
satu penyusun vegetasi hutan yang berungsi untuk menahan limpasan air hujan 
sehingga dapat mengurangi debit air yang dapat menimbulkan banjir, juga dapat 
menahan air sehingga berfungsi menjadi sumber air 
 Pola Distribusi Pteridophyta 
Pteridophyta tersebar sangat luas di bumi, kecuali daerah salju abadi dan 
daerah gurun. Beberapa jenis tumbuhan paku dapat tumbuh dan berkembang pada 
wilayah geografis yang sangat luas, mulai dari daerah pesisir sampai daerah 
pegunungan. Menurut Tjitrosoepomo (1983) luas persebaran tumbuhan paku 
mulai dari tropika yang lembab hingga melampaui lingkaran afrika.  
Jenis-jenis tubuhan paku yang ada sekarang sebagian besar bersifat 
hidrofit. Yaitu lebih banyak tumbuh dan berkembang pada tempat yang teduh dan 
tingkat kelembabannya tinggi seperti pada daerah pegunungan yang curah 
hujannya lebih tinggi dari pada dataran rendah. Keberadaan tumbuhan paku di 
tempat-tempat yang lembab, di bawah pepohonan, di pinggir jalan maupun 
sungai, di pegunungan, di lereng-lereng yang terjal hingga dekat kawah gunung berapi .
 Manfaat Pteridophyta 
Pteridophyta memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari bagi 
manusia. Sudah sejak lama tumbuhan paku banyak dijadikan sebagai tanaman 
hias untuk menghiasi rumah, taman rumah, pagar rumah dan lain sebagainya, 
contoh Platycerium, Adiantum, Asplenium dan Sellaginela. Bagi masyarakat 
indonesia, sayuran dari tumbuhan paku telah digunakan sejak lama, rasanya yang 
enak dan mudah didapat, biasanya tumbuhan paku yang digunakan sebagai sayur 
adalah Marsilia crenata, Pteridium aquilinu. Ada juga tumbuhan paku yang 
dimanfaatkan sebagai dekorasi dan karangan bunga seperti Gleichenia linearis, 
juga sebagai bahan pembersih yaitu Equisetum, hingga sebagai bahan obat-obatan 
yaitu Aspidium filixmas, Lycopodium clavatum f
Kabupaten Lumajang memiliki luas 1.790,90 km2 dengan kondisi 
topografti yang bervariasi, mulai dari dataran rendah hingga pegunungan. Puncak 
tertinggi adalah mahameru yaitu puncak gunung semeru, gunung terginggi di 
pulau jawa. Daerah pegunungan berbatasan dengan Kab. Malang yang berada di 
sebelah barat Kab. Lumajang. Sebelah utara berbatasan dengan Kab. Probolinggo, 
sebelah timur berbatasan dengan Kab. Jember, sementara sebelah selatan 
berbatasan dengan laut luas atau biasa disebut Samudera Hindia. 
 Gunung Sawur 
Gunung Sawur pada hakekatnya adalah sebuah bukit, akan tetapi warga 
disana menyebutnya Gunung Sawur. Tinggi Gunung Sawur memiliki tinggi 
800mdpl. Gunung sawur merupakan pos pantau segala aktifikas dari Gunung 
Semeru. Gunung Sawur tidak hanya menjadi pos patau akan tetapi juga menjadi 
tempat wisata bagi masyarakat sekitar, biasanya untuk melihat puncak mahameru 
dari kejauhan, dan bisa juga untuk melihat hamparan sawah yang hujau. 
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang berwujud benda dan orang 
yang dapat menunjang dalam proses pembelajaran. 
sumber belajar dalam pengertian sempit adalah segala sarana yang menyajikan 
pesan secara edukaif baik visual maupn audiovisual, contohnya buku-buku, koran, 
website dan media lainnya.  
Menjelaskan bahwa sumber belajar adalah segala sumber 
pendukung dalam kegiatan pembelajaran, termasuk sistem pendukung dan materi 
serta lingkungan pembelajaran. Sumber belajar tidak hanya alat dan materi saja 
yang digunkan dalam perbelajaran, akan tetapi meliputi orang, anggaran dan 
fasilitas. 
Berdasarkan kedua pengertian tersebut, sumber belajar dapat disimpulkan 
semua sumber yang meliputi pesan, orang, bahan ajar, alat, teknik, lingkungan 
dan latar yang dimanfaatkan oleh siswa sebagai sumber untuk kegiatan 
pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran tersebut. 
bahwa Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan pembelajaran 
sangat beraneka ragam jenis dan bentuknya. Sumber belajar tersebut bukan hanya 
dalam bentuk bahan cetakan seperti buku teks akan tetapi pelajar dapat 
memanfaatkan sumber belajar yang lain seperti radio pendidikan, televisi, 
komputer, e-mail, video interaktif, komunikasi satelit, dan teknologi komputer 
multimedia dalam upaya meningkatkan interaksi dan terjadinya umpan balik 
dengan peserta didik. Sumber belajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa 
jenis: 
1) Sumber Belajar Berbasis Manusia, yaitu guru menjadi pusat sumber 
belajar yang bertindak sebagai penyampaian pesan, pemberi informasi, 
penyaji dan lain seagaiya. 
2) Sumber Belajar Berbasis Cetakan, yaitu segala sesuatu yang berbentuk 
cetakan, superti buku, handout, modul, dan lain sebaganya. 
3) Sumber Belajar Berbasis Visual, yaitu sumber belajar yang didapat dari 
visual atau penglihatan, contoh gambar  
4) Sumber Belajar Berbasis Audiu-visual, yaitu sumber belajar yang didapat 
dari suara dan dari penglihatan, contoh video rekaman dll. 
5) Sumber Belajar Berbasis Komputer, yaitu sumber belajar dengan 
menggunakan komputer sebagai alat dan bahan ajar. 
 Kriteria Pemilihan Sumber Belajar 
Untuk mencapai tujuan belajar dengan baik salah satunya adalah dalam 
memilih sumber belajar yang sesuai kebutuhan. Berkaitan dengan pemanfaatan 
sumber belajar pengajar atau guru perlu memperhatikan beberapa kriteria, dengan 
melihat kebutuhan sumber belajar, efisiensi, dan efektifitas penggunaannya. Ada 
beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih sumber belajar: 
1) Ekonomis, murah dan tidak harus mengeluarkan biaya mahal 
2) Praktis, mudah didapat, cara pembuatannya tidak rumit 
3) Mudah  dekat dan tersedia di sekitar lingkungan kita 
4) Fleksibel dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional  
5) Sesuai dengan tujuan: mendukung proses dan pencapaian tujuan belajar, 
dapat membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa 
 Pemanfaatan Pteridhopyta Sebagai Sumber Belajar 
Istilah Biologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Bios yang berarti hidup 
dan Logos yang berarti Ilmu. Biologi adalah ilmu yang mempelajari tentang 
kehidupan. Kajian Ilmu Biologi sangat luas, mulai dari mempelajari organisme 
hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi, persebaran dan 
taksonominya.  
Materi Pteridhpita  mulai diperkenalkan kepada siswa dari tingkat Sekolah 
Dasar hingga beberapa perguruan tinggi tertentu terutama Program Pendidikan 
Biologi. Pada tingkat Sekolah Menengah Atas materi tumbuhan paku kurikulum 
2013 tercantum dalam Kompetensi Dasar: 3.7 Menerapkan prinsip klasifikasi 
untuk menggolongkan tumbuhan ke dalam divisio berdasarkan pengamatan 
morfologi dan metagenesis tumbuhan serta mengaitkan peranannya dalam 
kelangsungan kehidupan di bumi. Terdapan pula pada Kompetensi Dasar 4.7 
Menyajikan data tentang morfologi dan peran tumbuhan pada berbagai aspek 
kehidupan dalam bentuk laporan tertulis. Tumbuhan paku dapat ditemukan di 
alam sekitar, sehingga pembuatan media untuk sumber belajar disajikan dengan 
semenarik mungkin dan mudah dipahami, seperti herbarium, buku referensi 
tambahan, handout dan masih banyak yang lainnya yang sudah di kemukakan 
dalam penelitian sebelum-sebelumnya.