• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label keju 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keju 2. Tampilkan semua postingan

keju 2














 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemakaian koagulan jus jeruk 
nipis, jeruk lemon dan asam sitrat terhadap karakteristik kimia keju segar yang meliputi kadar 
air dan protein, serta nilai kesukaan (tekstur, rasa, warna, dan total penerimaan) dari keju segar 
yang dihasilkan, serta menentukan perlakuan yang menghasilkan produk yang dikehendaki. 
Penelitian dilakukan dengan berdasar metode Rancangan Acak Lengkap dengan tiga 
perlakuan, yaitu pemakaian koagulan jus jeruk nipis 5% , jeruk lemon 5%  dan asam sitrat 1% 
dengan masing-masing enam pengulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan 
pemakaian koagulan jus jeruk nipis, jeruk lemon dan asam sitrat sintetis dalam pembuatan 
keju segar berpengaruh terhadap karakteristik kimia yang meliputi kadar air dan protein, serta 
nilai kesukaan (kecuali warna) dari keju segar. pemakaian koagulan asam sitrat sintetis 1% 
menghasilkan keju segar yang dikehendaki dengan rata-rata kadar air 58,81% dan protein 
12,26%, serta nilai kesukaan terhadap tekstur menunjukkan skala hedonik suka, rasa amat 
sangat suka, warna suka dan total penerimaan sangat suka. 
 

Di Indonesia telah banyak menu makanan seperti kue, roti dan penganan ringan yang 
memakai  keju sebagai bahan dasar maupun penambah cita rasa.  Data impor komoditas 
Fresh Cheese (keju segar) tahun 2010 sebesar 7.869.670 kg dan pada tahun 2011 sebesar 
10.357.980 kg (Biro Pusat Statistik, 2012).  Data ini menunjukkan adanya peningkatan 
permintaan konsumen akan keju sebesar 2.488.310 kg dalam kurun waktu satu tahun atau rata-
rata 207.359 kg per bulan.  Keadaan ini menuntut ketersediaan keju dalam jumlah besar dan 
berkesinambungan, serta  ada peluang besar bagi pengembangan industri keju di Indonesia.  
Keju telah menjadi bahan makanan yang umum dikonsumsi oleh masyarakat misalnya 
keju cheddar.  Namun, harganya yang relatif tidak murah menjadikan pangan berbahan dasar 
keju ini  berharga tinggi.  Hal ini  dikarenakan dalam proses pembuatan keju masih 
memakai  koagulan berupa enzim (rennin) yang masih harus diimpor.  Keju merupakan 
pangan yang dibuat dari dadih susu yang dipisahkan, yang diperoleh dengan penggumpalan 
bagian kasein dari susu dan susu skim. Penggumpalan ini terjadi dengan adanya enzim rennet 
(atau enzim lain dengan karakteristik yang sesuai) atau dengan meningkatkan keasaman susu 
melalui fermentasi asam laktat, atau dengan kombinasi kedua teknik ini (Buckle, 1992).  Keju 
memiliki hampir semua zat gizi pada susu, seperti protein 12-16%, lemak 0-12%, kalsium 0,8%, 
vitamin A 0-1% riboflavin 2,8%, yang bermanfaat bagi kesehatan (Winarno, 2007). 
Klasifikasi keju di dunia sangat beragam, lebih dari 400 nama dipakai dalam berbagai 
varietas keju yang ternyata memiliki ciri yang sama, hanya penamaannya di berbagai tempat 
yang berbeda. Secara garis besar keju terbagi dalam dua jenis, yaitu Hard Cheese (keju keras) 
dan Soft Cheese (keju lunak) dengan kadar air masing-masing tidak lebih dari 39% untuk keju 
keras dan 80% untuk keju lunak.  Keju lunak yang dibuat tanpa proses pemeraman disebut keju 
segar atau Fresh Cheese.  Keju segar merupakan keju yang dibuat dari susu sapi segar yang 
dikoagulasikan dengan enzim atau asam. Fresh cheese tergolong keju yang dibuat dalam waktu 
singkat sebab tanpa mengalami pemeraman dan tanpa memakai  rennin sebagai koagulan, 
jadi dapat segera dikonsumsi setelah produksi.  
Koagulasi susu menjadi bakal keju ternyata tidak terbatas dengan memakai  biakan 
bakteri starter yang menghasilkan asam laktat, namun dapat juga memakai  beberapa jenis 
asam seperti asam asetat (asam cuka), asam sitrat, dan asam laktat.  Sumber alami asam sitrat 
seperti jeruk lemon dan jeruk nipis dapat menjadi alternatif sebagai koagulan dalam pembuatan 
keju.  Saat ini pemakaian bahan alami seperti jeruk semakin disukai sebab dianggap lebih 

  
aman dan menyehatkan, di dalam jeruk mengandung asam askorbat (vitamin c) dan “limonoids” 
atau “limonene” yang mencegah timbulnya kanker.  Koagulasi dengan pengasaman dapat 
dilakukan dengan memakai  asam sitrat murni dan sintetis.  Jeruk nipis (Citrus aurantifolia) 
dan lemon (Citrus limon) adalah sumber asam sitrat, asam askorbat dan limonene yang 
merupakan komponen flavor khas dalam jeruk.  Kedua jeruk ini  juga mudah didapat dan 
memiliki harga yang terjangkau, oleh sebab itu dipilih koagulan dari dua jenis jeruk ini .  
Perlunya inovasi baru dalam memperoleh keju yang kaya akan kandungan gizi, namun 
tetap terjangkau untuk di konsumsi.  Fresh Cheese atau keju segar merupakan salah satu 
alternatif jenis keju dengan kadar protein yang tinggi yaitu sebesar 12-16% (Adda, dkk. 1988), 
maka diharapkan dapat menjadi inovasi produk olahan susu yang dapat diterima oleh 
konsumen.  
berdasar pertimbangan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian 
mengenai “Karakteristik kimia (kadar air dan protein) dan nilai kesukaan  keju segar  dengan 
pemakaian koagulan jus jeruk nipis, jeruk lemon dan asam sitrat”.    
Bahan dan Metode 
1. Bahan yang dipakai  pada penelitian ini yaitu Susu segar yang diperoleh dari KUD 
Tanjung Sari (BK 11,87 %, Lemak 4,80 %, Protein 2,61 %, Laktosa 3,73 %), Koagulan 
berupa jeruk nipis (Citrus aurantifolia), Koagulan berupa Jeruk lemon (Citrus limon), 
Koagulan asam sitrat yang merupakan asam sitrat sintetis serbuk 100%, Kalsium Klorida 
(CaCl2), Garam, Larutan Buffer 4 dan 7, berikut zat kimia yang dipakai  untuk analisis 
kadar protein 
2. Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu : 
(1) Penentuan Konsentrasi pemakaian Koagulan 
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan konsentrasi pemakaian 
koagulan yang terbaik dari ketiga asam yang dipakai yaitu jeruk nipis (P1), jeruk 
lemon (P2) dan asam sitrat (P3), dalam menghasilkan keju segar dengan karakteristik 
kimia dan nilai kesukaan yang dikehendaki. pemakaian koagulan asam ini  yaitu 
konsentrasi koagulan P1 dan P2 masing-masing 5% (v/v), sedangkan P3 sebesar 1% 
(b/v). 
(2) Pembuatan Larutan Koagulan (Jus jeruk nipis dan lemon) 
Pembuatan Jeruk nipis atau lemon yang sudah dicuci bersih dibelah menjadi 2 bagian, 
kemudian diperas dengan pemeras jeruk dan disaring untuk mendapatkan jus jeruk 
nipis dan lemon. Larutan koagulan jus jeruk nipis atau lemon dapat langsung 
ditambahkan dalam susu sebanyak 5% (v/v). Pembuatan larutan koagulan asam sitrat 
1%, dengan cara melarutkan asam sitrat sintetis 1gr dalam 100 ml akuades (b/v) lalu 
diaduk sempurna. Pembuatan larutan asam sitrat 1% ditambahkan sebanyak dalam 1 
liter susu.  

  
(3) Pembuatan Keju Segar 
Pertama susu segar dipasteurisasi, sebelum proses pasteurisasi susu 10 liter (BK 
11,87%) dilakukan pada suhu 72°C selama 15 detik sambil diaduk, ditambahkan 
garam dengan konsentrasi 3% (b/v) (FAO, 1978). Kemudian kalsium klorida sebanyak 
0,01% (b/v) ditambahkan untuk mempercepat waktu koagulasi oleh asam (Campbell 
dan Marshall, 1975). Susu yang telah dipasteurisasi kemudian dipanaskan hingga suhu 
85°C untuk mengoptimalkan proses koagulasi agar curd yang dihasilkan mengandung 
protein whey dan kasein yang tinggi (Kalab dalam Purwadi, 2006). Koagulan jus jeruk 
nipis (P1), lemon (P2), atau asam sitrat sintetis (P3) ditambahkan secara bertahap agar 
tingkat pH tidak turun terlalu rendah dengan konsentrasi masing-masing  5%, 5% 
(v/v), dan 1% (b/v). Pembentukan dadih rata-rata terjadi selama ± 30 menit (hasil 
penelitian pendahuluan) setelah penambahan koagulan saat susu mencapai pH 
isoelektrik 4,7 yang membentuk bakal keju (curd) (O’Connor dan Tripathi, 1995). 
Dadih yang telah terbentuk kemudian disaring dengan kain saring yang terdiri dari 4 
lapisan selama 1 jam sampai cairan whey tidak menetes lagi. Dadih yang telah 
dipisahkan dari whey kemudian ditekan dengan beban 1kg selama 15 menit dengan 
tujuan menghilangkan kadar air yang masih tersisa dalam dadih secara maksimal. Keju 
segar ditempatkan dalam kemasan cup plastik dan disimpan di dalam lemari es dengan 
suhu 7°C selama 12 jam.  
(4) Analisis Kimia dan Organoleptik 
Sampel keju segar kemudian dianalisis kadar air dan protein di Laboratorium Riset 
dan Pengujian Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, dan dilakukan uji 
organoleptik terhadap tekstur, rasa, warna, dan total penerimaan keju segar di 
Laboratorium Teknologi Pengolahan Produk Peternakan kepada 20 orang panelis agak 
terlatih yang merupakan mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, 
dengan minat Teknologi Hasil Ternak. 
Peubah yang diamati 
1. Kadar Air 
Kadar air dalam keju segar diharapkan sesuai dengan standar kadar air pada keju cottage 
yaitu Maksimum 80% (wet basis) (Codex Alimentarius Commission, 2000). 
2. Kadar Protein 
Kadar protein dalam keju segar diharapkan dalam kisaran 12-16%. Sesuai dengan kadar 
protein Fresh Cheese (Renner, 1988). 
3. Nilai Kesukaan 
Nilai kesukaan berdasar uji organoleptik dengan memakai  uji hedonik terhadap 
keju segar meliputi tekstur, rasa, warna, dan total penerimaan. 
Teknik Pengolahan dan Analisis Data 
Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental. Rancangan yang dipakai  adalah 
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, yaitu pemakaian koagulan jus jeruk 
nipis 5% (P1), jus jeruk lemon 5% (P2), dan asam sitrat sintetis  1% (P3) yang masing-masing 
diulang 6 kali. Data karakteristik kimia (kadar air dan protein) diperoleh kemudian dianalisis 

  
dengan memakai  analisis sidik ragam, sedangkan nilai kesukaan (tekstur, rasa, warna, dan 
total penerimaan) keju segar dianalisis dengan memakai  uji Kruskal Wallis.  
Hasil dan Pembahasan 
1. Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jeruk Lemon dan Asam Sitrat 
terhadap Kadar Air Keju Segar 
Hasil pengamatan kadar air keju segar dengan tiga perlakuan pemakaian koagulan jus 
jeruk nipis, jeruk lemon dan asam sitrat disajikan pada Tabel 1. 
 
Tabel 1. Kadar Air Keju Segar Semua Perlakuan 
Ulangan Perlakuan 
P1 P2 P3 
 ………………………………...%.........................................
.. 
1 54,84 56,06 58,64 
2 55,74 56,92 58,97 
3 55,10 57,26 58,70 
4 55,97 56,50 59,98 
5 57,19 55,64 58,57 
6 54,62 54,92 58,02 
Rata-rata 55,58 56,22 58,81 
Keterangan : 
P1  = pemakaian koagulan jus jeruk nipis 5% 
P2  = pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5% 
P3  = pemakaian koagulan asam sitrat 1% 
 
berdasar Tabel 1, dijelaskan bahwa pemakaian koagulan asam sitrat sintetis (P3) 
menghasilkan kadar air keju segar cenderung lebih tinggi (58,81%), dibandingkan dengan 
pemakaian jus jeruk lemon (56,22%) atau jus jeruk nipis (55,58%). Untuk mengetahui 
pengaruh perlakuan terhadap kadar air keju segar, maka dilakukan analisis Sidik Ragam. 
berdasar analisis sidik ragam, diketahui bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam 
menunjukkan pengaruh nyata terhadap kadar air keju segar yang dihasilkan.  Perbedaan antar 
perlakuan diketahui memakai  Uji Tukey Tabel 2.  
 
Tabel 2. Uji Tukey Pengaruh Perlakuan pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jeruk 
              Lemon dan Asam Sitrat Terhadap Kadar Air Keju Segar 
Perlakuan  Rata-Rata Kadar Air Signifikansi 
(0,05) 
  ………......%...............  
P3  58,81               a 
P2  56,45        b 
P1  55,40               c 

  
berdasar Tabel 2, diterangkan bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam sitrat 
sebanyak 1% (P3) menunjukkan rata-rata kadar air dari keju segar sebesar 58,81%, yang nyata 
lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk lemon (P2), atau 
pemakaian koagulan jus jeruk nipis (P1) yang menghasilkan rata-rata kadar air sebesar 56,45% 
dan 55,40%.  Perlakuan P2 dengan pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5% menghasilkan 
rata-rata kadar air keju segar sebesar 56,45%, yang juga menunjukkan nyata lebih tinggi 
dibandingkan dengan kadar air perlakuan P1 yaitu sebesar 55,40% yang memakai  
koagulan jus jeruk nipis sebanyak 5%.  Dalam pembuatan keju segar kadar air yang diharapkan 
adalah maksimal 80% (Codex Alimentarius Commission, 2000). 
Semakin rendah nilai pH membuat suasana semakin asam, suasana yang asam membuat 
keluarnya whey dari dadih semakin mudah sehingga pada saat penyaringan dilakukan, keju 
yang memiliki pH tertinggi akan menahan air lebih banyak.  Sebaliknya keju dengan nilai pH 
terendah atau dalam kondisi lebih asam akan kehilangan paling banyak air dan memiliki kadar 
air terendah.  Perbedaan kadar air ini  disebabkan oleh pemakaian koagulan asam dalam 
pembuatan keju segar memiliki pH yang berbeda.  Dalam hasil penelitian jeruk nipis memiliki 
pH 2,50 dan jeruk lemon 2,70 sedangkan pH 1% asam sitrat sintesis adalah 3,15.  
Perbedaan kadar air keju ini diduga disebabkan pula oleh keberadaan air dalam keju 
yang berada dalam tiga tingkatan, yaitu 1) terikat dalam struktur komponen curd, 2) tertahan 
pada partikel curd yang bersifat higroskopis dan 3) sebagai air bebas.  Keberadaan air bebas 
dalam dadih dipengaruhi oleh tingkat penekanan pada saat pengeluaran whey.  Semakin 
turunnya kadar air, kemungkinan besar sebab semakin besar konsentrasi asam yang dipakai  
maka pH akan turun.  Kondisi asam akan membantu proses penyusutan partikel untuk 
mengeluarkan whey lebih banyak, sehingga air yang dikeluarkanpun lebih banyak (Scoot, 
1981). 
berdasar hasil penelitian, kadar air dalam semua perlakuan keju segar yang 
dihasilkan memiliki kadar air dalam kisaran 55,40% hingga 58,81%, sedangkan dalam standar 
keju dengan kadar air maksimal 80% termasuk dalam keju lunak (soft cheese) tanpa mengalami 
pemeraman (Codex Alimentarius Commision, 2000). 
2. Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jeruk Lemon dan Asam Sitrat 
terhadap Kadar Protein Keju Segar 
Hasil pengamatan kadar protein Keju Segar dengan perlakuan pemakaian koagulan 
jus jeruk nipis, jeruk lemon dan asam sitrat disajikan pada Tabel 3. 
 

  
Tabel 3. Kadar Protein Keju Segar Semua Perlakuan 
Ulangan Perlakuan 
P1 P2 P3 
 ………………………………%.......................................... 
1 18,75 16,23 12,20 
2 17,57 16,20 12,37 
3 17,58 16,44 12,41 
4 18,49 16,34 12,20 
5 18,91 16,25 12,27 
6 18,84 16,54 12,09 
Rata-rata 18,36 16,33 12,26 
 
berdasar Tabel 3, dijelaskan bahwa perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk nipis (P1) 
menghasilkan kadar protein keju segar sebesar 18,36%,  yang lebih tinggi dibandingkan dengan 
perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk lemon (P2), atau pemakaian koagulan jus jeruk nipis 
(P3) yang menghasilkan rata-rata kadar protein sebesar 16,33% dan 12,26%. Perlakuan P2 
dengan pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5% menghasilkan rata-rata kadar protein keju 
segar sebesar 16,33%, yang juga menunjukkan lebih tinggi dibandingkan dengan kadar protein 
perlakuan P3 yaitu sebesar 12,26% yang memakai  koagulan asam sitrat sebanyak 1%. 
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap kadar protein, maka dilakukan analisis 
Sidik Ragam pengaruh perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk nipis, jeruk lemon dan asam 
sitrat terhadap kadar protein keju segar.  berdasar analisis sidik ragam, diketahui bahwa 
perlakuan pemakaian koagulan asam menunjukkan pengaruh nyata terhadap kadar protein 
keju segar yang dihasilkan.  Perbedaan antar perlakuan diketahui memakai  Uji Tukey 
disajikan pada Tabel 4. 
 
Tabel 4.  Uji Tukey Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis,    Jeruk Lemon 
               dan Asam Sitrat terhadap Kadar Protein Keju Segar    
Perlakuan Rata-Rata Kadar Protein Signifikansi 
(0,05) 
 ………......%...............  
P1 18,36               a 
P2 16,33 b 
P3 12,26         c 
 
berdasar Tabel 4, diterangkan bahwa perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk 
nipis 5% (P1), menunjukkan rata-rata kadar protein keju segar sebesar 18,36%, yang nyata lebih 
tinggi dibandingkan dengan perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5% (P2), ataupun 
pemakaian koagulan asam sitrat 1%  (P1) yang menghasilkan rata-rata kadar protein sebesar 

  
16,33% dan 12,26%. Perlakuan P2 dengan pemakaian koagulan asam yaitu jeruk lemon 5% 
menghasilkan rata-rata kadar protein keju segar sebesar 16,33%, yang juga menunjukkan nyata 
lebih tinggi dibandingkan dengan kadar protein perlakuan P3 yaitu sebesar 12,26% yang 
memakai  koagulan asam berupa asam sitrat sebanyak 1%.  Dalam pembuatan keju segar 
kadar protein yang diharapkan adalah berkisar 12-16% (Renner, 1988). 
Perbedaan kadar protein keju segar antar perlakuan penambahan koagulan diduga 
disebabkan oleh pH whey yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan yang berbeda. 
Perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk nipis (P1), jeruk lemon (P2) dan asam sitrat (P3) pada 
pembuatan keju segar menghasilkan rata-rata pH whey keju segar yang berbeda di masing-
masing perlakuan yaitu berturut-turut sebesar 4,02, 4,08 dan 4,19. Nilai pH whey yang berbeda-
beda pada tiap perlakuan didapat dari pH koagulan yang berbeda dan akan mempengaruhi pada 
proses pengasaman. Dalam hasil penelitian jeruk nipis memiliki pH 2,50 dan jeruk lemon 2,70 
sedangkan pH larutan asam sitrat sintesis 1% adalah 3,15. Pengasaman ini  dimaksudkan 
untuk menciptakan kondisi pH Isoelektrik (4,6) agar kasein dapat menggumpal pada kondisi 
ini . pemakaian asam ternyata dapat mempercepat proses, sebab dengan pengasaman 
langsung dengan asam sitrat, maka pH susu segera turun dari 6,7 menjadi 5,4 (Everett, 2003).  
Tingkat pH yang terlalu rendah pada pengasaman awal menyebabkan meningkatnya 
konsentrasi kasein yang terlarut dalam fase cair, sehingga banyak kasein yang terlarut dalam 
cairan whey.  Hal ini diduga merupakan penyebab menurunnya kadar protein keju yang 
dihasilkan, sebab sebagian protein terlarut bersama cairan whey (Metzger, 2001). 
 Titik isoelektrik adalah ketika molekul protein bermuatan nol, pada titik isoelektrik 
molekul protein mudah mengalami denaturasi dan akhirnya mengendap.  Saat menambahkan 
asam atau bakteri penghasil asam, maka ion hidrogen yang bermuatan positif dibawa oleh asam 
ini  ke dalam susu, yang pada gilirannya muatan positif  bergabung dengan muatan negatif 
yang ada pada kasein misel, sehingga terjadi netralisasi muatan. Tidak ada muatan listrik yang 
tersisa untuk menstabilisasi kasein dalam suspensi, menyebabkan kasein menggendap atau 
menggumpal membentuk curd atau bakal keju pada pH 4,7 (O’Connor dan Tripathi, 1985). 
Pemanasan susu hingga suhu 85°C dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein 
whey, denaturasi protein adalah perubahan struktur protein yang biasanya diikuti dengan proses 
koagulasi.  Perlakuan pemanasan dapat menyebabkan peningkatan viskositas akibat terjadinya 
koagulasi protein whey yang menyebabkan terjadinya penggabungan dengan molekul-molekul 
kasein (Malaka, 2010).  Dalam penelitian ini pemanasan bahan baku susu dilakukan pada suhu 

  
85°C agar curd yang dihasilkan mengandung protein whey dan kasein yang tinggi (Kalab dalam 
Purwadi, 2006). 
Perbedaan kadar protein keju segar juga dapat dipengaruhi oleh waktu koagulasi pada 
masing-masing asam yang berbeda, semakin sedikit kadar asam yang terkandung maka 
semakin lama proses koagulasi terjadi, dalam penelitian ini waktu koagulasi diseragamkan 
menjadi 30 menit pada masing masing perlakuan.  pemakaian asam akan lebih banyak jika  
suhu koagulasinya lebih rendah dan sebaliknya jika  suhu koagulasinya lebih tinggi 
keperluan asam relatif lebih sedikit.  Suhu pemanasan pada pembuatan keju dengan 
pengasaman langsung harus lebih tinggi daripada 85°C dan pH susu harus mencapai 5,5 (Kalab 
dan Kobieta dalam Purwadi, 2008).   
3. Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jeruk Lemon dan Asam Sitrat 
terhadap Nilai Kesukaan Keju Segar 
(1) Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jeruk Lemon dan Asam Sitrat 
terhadap Tekstur Keju Segar 
Hasil pengamatan  nilai kesukaan terhadap tekstur keju segar dengan tiga perlakuan 
pemakaian koagulan asam dan hasil uji Kruskal-Wallis diketahui bahwa perlakuan 
pemakaian koagulan asam  berpengaruh nyata terhadap tekstur dari keju segar 
disajikan pada Tabel 5. 
 
Tabel 5. Modus dan Skala Hedonik Tekstur Keju Segar 
Perlakuan Tekstur 
 Modus Skala Hedonik 
P3 4 Suka 
P2 4 Suka 
P1 4 Suka 
 
berdasar Tabel 5, dijelaskan bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam sitrat 1% 
(P3), jus jeruk lemon 5% (P2), atau jus jeruk nipis 5% (P1), menunjukkan modus yang sama, 
yaitu tekstur keju segar sebesar 4 dengan skala mutu hedonik suka. berdasar hasil uji 
Kruskal-Wallis diketahui bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam ini  memberikan 
pengaruh nyata terhadap tekstur dari keju segar. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan 
maka dilakukan Uji Mann-Whitney. 
berdasar hasil Uji Mann-Whitney, diketahui bahwa perlakuan pemakaian koagulan 
asam sitrat 1% atau P3 dengan  modus tekstur keju segar sebesar 4 dan skala hedonik suka,  
berbeda tidak nyata dibandingkan perlakuan P2 yaitu pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5% 
dengan modus 4 dan skala hedonik suka.  Namun perlakuan P3 pemakaian koagulan asam 

  
sitrat 1% berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan P1 yaitu pemakaian koagulan jus 
jeruk nipis sebesar 5%. Perlakuan P2 pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5%, juga 
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan P1 yaitu pemakaian 
koagulan jus jeruk nipis sebesar 5%. 
Tekstur keju segar dipengaruhi oleh kadar air yang terkandung dalam keju ini , keju 
yang dihasilkan masuk kedalam kategori keju lunak dengan kadar air maksimal 80%.  Keju 
dengan kategori ini memiliki tekstur lembut dengan granula (Codex STAN 221-2011).  
Perlakuan pemakaian koagulan asam sitrat 1% (P3) dan jeruk lemon 5% (P2) memiliki kadar 
air masing-masing sebesar 56,45% dan 58,81%, memiliki tekstur yang lembut sebab kadar air 
yang dimiliki cukup tinggi.  Sedangkan pemakaian koagulan jeruk nipis 5% (P1) dengan kadar 
air 55,40% memiliki tekstur yang agak keras dibandingkan dengan dua perlakuan sebelumnya. 
Tekstur keju juga dipengaruhi koagulasi susu yang berlangsung, sebab jumlah kadar protein 
yang ada berpengaruh pada kepadatan keju yang dihasilkan. Lemak berperanan penting 
pembentukan keju, semakin tinggi kadar lemak dalam susu maka keju yang dihasilkan akan 
semakin lembut, harum dan menarik.  Sebaliknya jika kadar lemak rendah, keju yang dihasilkan 
akan keras dan berwarna pucat (Winarno, 2007).  Tekstur keju dengan perlakuan P3 yaitu 
pemakaian koagulan asam sitrat 1% berbeda tidak nyata dengan perlakuan P2 yaitu 
pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5%. Namun demikian perlakuan P1 yaitu pemakaian 
koagulan jus jeruk nipis 5% berbeda nyata dibandingkan dengan perlakuan P3 yaitu 
pemakaian koagulan asam sitrat 1%. 
(2) Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jeruk Lemon dan Asam Sitrat 
terhadap Rasa Keju Segar 
Hasil pengamatan modus dan skala hedonik rasa keju segar dengan tiga perlakuan 
pemakaian koagulan asam dan hasil uji Kruskal-Wallis disajikan pada Tabel 6. 
 
Tabel 6. Modus dan Skala Hedonik Rasa Keju Segar 
Perlakuan Rasa 
 Modus Skala Hedonik 
P3 6 Amat Sangat Suka 
P2 4 Suka 
P1 3 Agak Suka 
berdasar Tabel 6, dijelaskan bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam sitrat 1% (P3) 
menunjukkan  modus rasa keju segar sebesar 6 dengan skala hedonik amat sangat suka, 
perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk lemon 5% (P2) menunjukkan modus sebesar 4 dan 
skala hedonik suka, sedangkan perlakuan pemakaian koagulan jus jeruk nipis 5% (P1) 
menunjukkan  modus sebesar 3 dengan skala hedonik agak suka. berdasar hasil uji Kruskal-
Wallis diketahui bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam ini  berpengaruh 

  
nyata terhadap rasa dari keju segar. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka 
dilakukan Uji Mann-Whitney. berdasar hasil Uji Mann-Whitney, diketahui bahwa 
perlakuan  pemakaian koagulan asam sitrat 1% atau P3 dengan modus rasa keju segar sebesar 
6 dengan skala hedonik amat sangat suka, yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2 
atau P1. Namun perlakuan P2 yaitu pemakaian koagulan jus jeruk lemon sebesar 5% dengan 
modus 4 dan skala hedonik suka menunjukkan perbedaan tidak nyata dibandingkan dengan 
perlakuan P1 yaitu pemakaian koagulan jus jeruk nipis dengan modus 3 dan skala hedonik 
agak suka. 
Rasa pada keju segar dipengaruhi oleh komponen pada susu segar sebagai bahan baku 
yang dipakai , misalnya kadar laktosa, lemak dan protein di dalam susu ini .  Susu pada 
umumnya memiliki rasa gurih agak asin dan agak manis. Rasa manis ini berasal dari laktosa 
yang terkandung dalam susu, sedangkan rasa asin berasal dari klorida, sitrat dan garam-garam 
mineral lainnya.  Lemak berperanan penting pada pembentukan keju, semakin tinggi kadar 
lemak dalam susu maka keju yang dihasilkan akan semakin lembut, harum dan menarik.  
Sebaliknya jika kadar lemak rendah, keju yang dihasilkan akan keras dan berwarna pucat 
(Winarno, 2007). Komposisi kimia bahan baku susu yang dipakai  yaitu BK 11,87 %, Lemak 
4,80 %, Protein 2,61 %, Laktosa 3,73 % serta dilakukan penambahan garam sebanyak 1% (b/b) 
yang mempengaruhi rasa dari produk yang dihasilkan yaitu keju segar. Keju segar pada 
perlakuan pemakaian koagulan asam sitrat 1% (P3) memiliki rasa gurih yang diduga berasal 
dari kadar lemak yang tinggi pada susu yang dipakai  serta penambahan garam, kemudian 
rasa asam yang dihasilkan oleh asam sitrat tidak terbawa sebab konsentrasinya yang sedikit 
(1%).  
Modus pada rasa keju segar tertinggi yaitu 6 pada perlakuan pemakaian koagulan asam 
sitrat 1% (P3) diduga sebab tidak ada rasa asam, namun keju yang dihasilkan memiliki rasa 
keju segar yang diharapkan yaitu plain dan beraroma susu.  Sementara itu perlakuan 
pemakaian koagulan jeruk lemon 5% (P2) memiliki skala hedonik suka, sebab keju yang 
dihasilkan memiliki aroma khas lemon serta rasa yang agak asam. Untuk perlakuan pemakaian 
koagulan jeruk nipis 5% (P1), keju yang dihasilkan menunjukkan modus 3 dengan skala 
hedonik agak suka, diduga sebab ada rasa asam dan memiliki bau jeruk nipis yang menyengat.   
(3) Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jus Jeruk Lemon dan Asam 
Sitrat terhadap Warna Keju Segar 
Hasil pengamatan modus dan skala hedonik warna keju segar dengan tiga perlakuan 
pemakaian koagulan asam, dan hasil uji Kruskal-Wallis diketahui bahwa perlakuan 
pemakaian koagulan asam berpengaruh yang tidak nyata terhadap tekstur dari keju 
segar disajikan pada Tabel 7. 
 
Tabel 7. Modus dan Skala Hedonik Warna Keju Segar 
Perlakuan Warna 
 Modus Skala Hedonik 
P3 4 Suka 
P2 4 Suka 
P1 4 Suka 

  
berdasar Tabel 7, dijelaskan bahwa perlakuan pemakaian koagulan jeruk nipis 5% 
(P1), jeruk lemon 5% (P2) dan asam sitrat 1% (P3) menunjukkan modus yang sama yaitu warna 
keju segar sebesar 4 dengan skala mutu hedonik suka. berdasar hasil Uji Kruskal-Wallis, 
diketahui bahwa perlakuan pemakaian koagulan jeruk nipis 5% (P1), jeruk lemon 5% (P2) dan 
asam sitrat 1% (P3) tidak berpengaruh yang nyata terhadap warna dari keju segar. 
berdasar nilai kesukaan panelis terhadap warna keju segar diketahui bahwa 
menunjukkan warna yang satu sama lain berbeda tidak nyata antara P3, P2 dan P1. Hal ini 
diduga sebab warna keju berasal dari bahan baku keju yaitu susu segar. Keju yang dihasilkan 
dari semua perlakuan memiliki warna yang sama yaitu putih kekuningan, sebab diduga berasal 
dari warna bahan baku dalam pembuatan keju yaitu susu segar yang mengandung karoten dan 
riboflavin. Warna dari keju dipengaruhi oleh bahan baku susu yang dipakai . Susu memiliki 
warna putih kebiruan sampai kuning emas, tergantung dari jenis hewan, pakan, kadar lemak, 
serta jumlah bahan kering yang ada dalam susu.  Warna putih pada susu disebabkan oleh 
penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat dan kalsium fosfat.  Karoten dan 
riboflavin merupakan bahan utama yang berperan terhadap warna kuning pada susu 
(4) Pengaruh pemakaian Koagulan Jus Jeruk Nipis, Jeruk Lemon dan Asam Sitrat 
terhadap Total Penerimaan Keju Segar 
 Hasil pengamatan modus dan skala hedonik total penerimaan keju segar dengan tiga 
perlakuan pemakaian koagulan asam dan hasil uji Kruskal-Wallis diketahui bahwa perlakuan 
pemakaian koagulan asam berpengaruh nyata terhadap total penerimaan dari keju 
segar disajikan pada Tabel 8.  
 
Tabel 8. Modus dan Skala Hedonik Total Penerimaan Keju Segar 
Perlakuan Total Penerimaan 
 Modus Skala Hedonik 
P3 5 Sangat Suka 
P2 4 Suka 
P1 3 Agak Suka 
berdasar Tabel 8, dijelaskan bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam sitrat 1% 
(P3) menunjukkan  modus total penerimaan keju segar sebesar 5 dengan skala hedonik sangat 
suka, sedangkan perlakuan pemakaian koagulan jeruk lemon 5% (P2) menunjukkan modus 
total penerimaan keju segar , yaitu sebesar 4 dengan skala mutu hedonik suka, serta perlakuan 
pemakaian koagulan jeruk nipis 5% (P1) menunjukkan modus total penerimaan keju segar 
sebesar 3 dengan skala mutu hedonik agak suka. Untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan 
dilakukan uji statistik Non-Parametrik memakai  uji Kruskal-Wallis.  berdasar hasil uji 
Kruskal-Wallis diketahui bahwa perlakuan pemakaian koagulan asam berpengaruh 
nyata terhadap total penerimaan dari keju segar.  Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan 
maka dilakukan Uji Mann-Whitney. 
berdasar hasil Uji Mann-Whitney, diketahui bahwa perlakuan  pemakaian 
koagulan asam sitrat 1% atau P3 dengan  modus total penerimaan keju segar sebesar 5 dengan 
skala hedonik sangat suka, yang nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan P2 atau P1. Namun 
perlakuan P2 yaitu pemakaian koagulan jus jeruk lemon sebesar 5% dengan modus 4 dan skala 

  
hedonik suka menunjukkan perbedaan tidak nyata dibandingkan dengan perlakuan P1 yaitu 
pemakaian koagulan jus jeruk nipis dengan modus 3 dan skala hedonik agak suka. 
Total penerimaan perlakuan keju segar dengan pemakaian koagulan asam sitrat 1% 
menunjukkan modus 5 dengan skala hedonik sangat suka. Hal ini diduga berhubungan erat 
dengan nilai kesukaan keju segar, yang meliputi tekstur dengan skala hedonik suka, rasa amat 
sangat suka dan warna suka.  Maka ditarik kesimpulan bahwa pemakaian koagulan asam sitrat 
1% menghasilkan produk keju segar dengan nilai kesukaan paling tinggi meliputi tekstur, rasa, 
warna yang dikehendaki, dengan modus total penerimaan 5 dan skala hedonik sangat suka. 
 
Simpulan 
1.  pemakaian koagulan jus jeruk nipis, jeruk lemon dan asam sitrat sintetis dalam 
pembuatan keju segar berpengaruh terhadap karakteristik kimia yang meliputi kadar 
air dan protein, serta nilai kesukaan (kecuali warna) dari keju segar. 
2. pemakaian koagulan asam sitrat sintetis 1% menghasilkan keju segar yang 
dikehendaki dengan rata-rata kadar air 58,81% dan protein 12,26%, serta nilai 
kesukaan terhadap tekstur keju menunjukkan skala hedonik suka, rasa keju amat 
sangat suka, warna suka dan total penerimaan, yaitu sangat suka.