• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label pertanian alami 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pertanian alami 1. Tampilkan semua postingan

pertanian alami 1





















Gulma tumbuhan pengganggu bagi tanaman utama
Mulsa penutup tanah
Tumpang sari sistem bercocok tanam dengan menanam dua 
jenis atau lebih pada lahan dan waktu yang sama
Ekologis sifat hubungan timbal balik antara makhluk hidup 
dengan lingkungannya
Menyemai menanam biji-bijian di tempat yang tersedia 
untuk bibit tanaman yang akan ditanam di tempat 
lain.
Tanaman unggul tanaman yang lebih baik dari tanaman lain 
(kebanyakan dari hasil buatan)
Budidaya usaha yang bermanfaat dan memberi hasil
Bedengan tanah yang ditinggikan sebagai media 
tanam/tanggul
Mikroorganisme makhluk hidup sederhana yang terdiri dari satu 
atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat 
dengan mikroskop dan bisa berupa tumbuhan 
atau hewan
Rotasi sisten tanaman yang bergatian
Rimpang umbi (akar) yang bercabang-cabang
Stek perbanyakan tanaman dengan cara memotong 
batang/cabang
Cangkok perbanyakan tanaman dengan cara mengupas 
kulit batang dan dibalut dengan sabut yang diberi 
tanah
Gulma tumbuhan pengganggu bagi tanaman utama
Mulsa penutup tanah
Tumpang sari sistem bercocok tanam dengan menanam dua 
jenis atau lebih pada lahan dan waktu yang sama
Ekologis sifat hubungan timbal balik antara makhluk hidup 
dengan lingkungannya
Menyemai menanam biji-bijian di tempat yang tersedia 
untuk bibit tanaman yang akan ditanam di tempat 
lain.
Tanaman unggul tanaman yang lebih baik dari tanaman lain 
(kebanyakan dari hasil buatan)
Budidaya usaha yang bermanfaat dan memberi hasil
Bedengan tanah yang ditinggikan sebagai media 
tanam/tanggul
Mikroorganisme makhluk hidup sederhana yang terdiri dari satu 
atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat 
dengan mikroskop dan bisa berupa tumbuhan 
atau hewan
Rotasi sisten tanaman yang bergatian
Rimpang umbi (akar) yang bercabang-cabang
Stek perbanyakan tanaman dengan cara memotong 
batang/cabang
Cangkok perbanyakan tanaman dengan cara mengupas 
kulit batang dan dibalut dengan sabut yang diberi 
tanah


Berkebun di Rumah
Tinggal di perkotaan maupun pedesaan yang memiliki halaman 
sempit selalu menjadi alasan untuk tidak bisa bertanam sayuran 
dan berkebun. Kalau hanya untuk memenuhi sebagian kebutuhan 
dapur keluarga, halaman rumah masih bisa menghasilkan, jika 
dikelola dengan baik dan efisien.
Yang dimaksud dengan halaman sempit adalah halaman yang ada 
di sekitar rumah dengan ukuran terbatas. Ukuran luas selalu 
menjadi pertanyaan karena bagi orang yang mampu, tanah seluas 
lapangan bola pun masih bisa dikatakan sempit. Sedangkan bagi 
orang yang kurang mampu, bisa sebaliknya. Untuk memudahkan 
gambaran kita tentang halaman sempit, kita bisa memakai ukuran 
halaman rumah tipe 36 sampai 70 dengan luas halaman antara 4m² 
sampai 27m². Untuk halaman yang lebih luas bisa juga mengacu 
pada buku ini, tetapi jenis-jenis tanamannya bisa lebih bervariasi 
dan bisa dikombinasi dengan kandang ayam, kelinci, kolam ikan, 
atau merpati.
Berkebun di halaman rumah sangat menyenangkan, tetapi tidak 
jarang pula kita menemui kesulitan. Diantaranya, sulit untuk 
memulai berkebun, tidak tahu harus memulai dari mana, tidak tahu 
apa yang harus dilakukan, dan tanaman apa saja yang akan 
ditanam. Untuk itu tahapan-tahapan dalam buku ini akan 
menuntun Anda untuk bisa melakukannya. Cara berkebun ini tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sehingga sayur yang 
dihasilkan sehat dan ekologis. Manfaat berkebun di halaman 
rumah adalah:
1. Menghemat pengeluaran
Menanam sayuran dan buah-buahan di halaman rumah akan 
dapat memenuhi sebagian kebutuhan dapur sehingga sebagian 
uang bisa disimpan atau dipergunakan untuk keperluan lain.
2. Mendapatkan bahan yang sehat
Karena kita sendiri yang menanam, maka kita bisa memilih cara 
menanam tanpa menggunakan pestisida dan pupuk kimia 
sehingga hasilnya pun dijamin sehat.
3. Memperindah halaman
Unsur keindahan tidak hanya dimiliki tanaman hias, tetapi juga 
dimiliki oleh tanaman sayuran dan buah-buahan. Keindahan 
juga bisa dibangun dari cara menanam dan memeliharanya. 
Contoh unsur keindahan yang dimiliki oleh tanaman buah dan 
sayuran antara lain: terung dengan buah yang berwarna ungu 
dan hijau, serta berbentuk bulat panjang; tomat dengan buah 
yang berwarna merah, kuning, dan hijau; wortel dan bayam 
merah memiliki daun yang indah. Dengan memperhatikan cara 
menanam, maka kebun akan terlihat indah. Misalnya cabai bisa 
ditanam dengan bermacam-macam tanaman buah yang 
berwarna seperti terung dan tomat, kangkung bisa ditanam 
menggantung, dan kacang panjang bisa ditanam merambat 
pada tembok. Jadi, tanaman sayuran dan buah-buahan ini 
memberikan manfaat ganda yaitu untuk dikonsumsi dan 
memperindah halaman.
4. Mengurangi polusi udara
Seperti kita ketahui, bahwa tanaman bisa membantu 
mengurangi pencemaran udara karena tanaman mengeluarkan 
Oksigen (O2) dan mengambil Karbon Dioksida (CO2). Dengan 
demikian udara di sekitar akan selalu sejuk, jika terdapat 
banyak tanaman.
5. Mengurangi stres 
Rutinitas dapat membuat kita jenuh dan stres, sehingga
diperlukan aktivitas lain untuk keluar dari rutinitas tersebut. 
Salah satu yang bisa dilakukan adalah berkebun. Berkebun 
adalah aktivitas yang ringan dan tidak membosankan. Banyak 
hal yang bisa kita lakukan, seperti menyiram, menanam, 
memanen, memangkas, dan memupuk. Masing-masing 
kegiatan berbeda-beda perlakuannya sehingga tidak 
membosankan. Apalagi ketika melihat semua tanaman tumbuh 
dengan subur, maka dapat menimbulkan kebahagiaan 
tersendiri yang bisa mengurangi beban pikiran.
6. Media pendidikan
Kecintaan anak terhadap lingkungan sebaiknya ditanamkan 
sejak dini karena biasanya bisa menjadi pengalaman yang tak 
terlupakan sepanjang masa. Sehingga, perilaku anak akan selalu 
diwarnai rasa kasih sayang, seperti anak tidak akan mudah 
merusak tanaman atau menyiksa binatang. Lingkungan rumah 
merupakan salah satu media yang paling mudah untuk 
memulainya, misalnya dimulai dengan halaman rumah sendiri. 
Anak mulai dikenalkan dengan nama tanaman atau diajak 
menyiram tanaman. Anak yang sudah mampu, bisa diberi 
tanggung jawab sendiri sehingga dia akan melakukan dengan 
sepenuh hati, yang penting selalu dibimbing atau didampingi.

7. Membantu mengatasi masalah lingkungan 
Kondisi lingkungan yang rusak dan membahayakan 
kelangsungan hidup bumi merupakan tanggung jawab semua 
orang. Biasanya kita bingung akan memulai kegiatan darimana. 
Seringkali upaya perbaikan lingkungan dilakukan dengan cara 
yang besar dan sulit, seperti penghijauan, membersihkan 
sungai, seminar, lokakarya atau hal-hal lain yang susah diikuti 
oleh kebanyakan orang awam sehingga tidak banyak orang 
yang terlibat dalam penanganan malasah lingkungan. 
Permasalahan lingkungan sebenarnya bisa diatasi oleh siapa 
saja termasuk ibu rumah tangga dan bisa dilakukan dengan cara 
sederhana dan dalam lingkup yang kecil seperti memanfaatkan 
halaman rumah dan halaman sekolah, pengolahan sampah, dan 
memasak makanan ekologis.
B. Berkebun di Halaman Sekolah
“Lihat kebunku penuh dengan bunga
Ada yang putih dan ada yang merah
Setiap hari kusiram semua
Mawar melati semuanya indah”
Kalau membaca sebait kalimat di atas, pasti kita ingat masa kanak￾kanak karena itu adalah sepotong bait dari lagu yang kerap kita 
nyanyikan ketika masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak. 
Tetapi, nyanyian tersebut hanya sebagian hiburan dan dihafal 
sehingga pesan dan harapan dari lagu tersebut tidak sampai pada 
anak-anak, yaitu anak harusnya menyayangi tanaman dan 
memeliharanya. Anak-anak jarang atau hampir tidak pernah 
dikenalkan langsung dengan menyentuh, mencium bau bunga, dan 
menanam. Sehingga, kecintaan mereka terhadap tumbuhan tidak 
tertanamkan dan kurang mempunyai rasa peduli. Hal ini sangat 
disayangkan karena banyak terlihat halaman sekolah yang luas, 
tetapi hampir kosong.
1. Manfaat yang diperoleh
Halaman sekolah sebenarnya tidak hanya bisa digunakan untuk 
kegiatan olah raga atau upacara, tetapi bisa dimanfaatkan lebih 
banyak lagi tanpa mengurangi fungsinya sebagai tempat 
berkegiatan. Misalnya, bisa digunakan sebagai media 
pendidikan untuk mengenalkan lingkungan kepada siswa 
dengan memberikan dan menunjukkan contoh nyata, yaitu 
penunjang bidang studi dan untuk praktek lapangan seperti 
pengamatan tanah, tumbuhan, dan serangga, serta bisa untuk 
belajar ekosistem dan rantai makanan. Selain itu halaman akan 
menjadi indah, sejuk, dan bersih dari sampah.
2. Peran pendidik
Dalam hal ini guru bisa menjadi fasilitator untuk mengarahkan 
kegiatan siswa sesuai dengan tujuan. Selain itu juga akan 
menjadi pendamping, jika siswa mengalami kesulitan. Dengan 
demikian akan terjalin hubungan yang harmonis antara 
pendidik dan siswa. Jika hal itu terjadi, maka siswa menjadi 
lebih kreatif dan aktif karena kegiatan di sekolah lebih 
menyenangkan dan mata pelajaran bukan menjadi beban lagi. 
Hal ini akan mendorong dan menumbuhkan sikap positif siswa. 
Mereka lebih punya perhatian dengan sesama, baik hormat 
kepada pendidik, sesama siswa, maupun kepada tanaman.
Pendidik yang dimaksud adalah semua pengelola sekolah, tanpa 
tergantung pada kedudukan dan bidang studi yang dikuasai 
karena sikap, perilaku, dan mental siswa menjadi tanggung 
jawab semua pendidik. Sedangkan orang tua pun harus 
berperan di luar lingkungan sekolah, hal ini sebaiknya juga 
menjadi tugas sekolah untuk mengajak peran serta orang tua 
siswa dalam membina sikap dan pola pikir.
3. Peran Siswa
Siswa sebagai sasaran harus dibuat aktif dan kreatif dengan 
mengadakan model pendidikan yang alternatif, artinya kalau 
bisa setiap pendidik dalam menyampaikan pelajaran hendaknya 
menggunakan model atau metode yang bervariasi. Pelajaran 
tidak hanya disampaikan dalam ruangan atau kelas, hafalan, 
mencatat, dan ulangan. Tetapi, bisa dilengkapi dengan 
permainan, penelitian di sekitar sekolah, diskusi, kerja praktek, 
dan kerja sosial. Hal itu dapat disesuaikan dengan kondisi dan 
kebutuhan. Dengan cara tersebut wawasan siswa akan mudah 
berkembang. Satu contoh dalam pelajaran agama, sering kita 
mendengar kalimat “kebersihan sebagian dari iman” dan di 
setiap dinding sekolah ada tulisan 5K yaitu keamanan, 
ketertiban, kebersihan, kerapian, dan keindahan. Semua siswa 
hafal dengan kalimat-kalimat tersebut, tetapi kebersihan yang 
bagaimana yang dimaksud? Siswa tidak tahu. Ini terbukti 
dengan halaman sekolah yang selalu terlihat kotor oleh sampah 
plastik, kertas dan lain lain, WC selalu berbau, bungkus 
makanan berserakan dimana-mana. Hal ini menunjukkan 
bahwa yang mereka hafalkan belum dilaksanakan. Lebih baik 
kalau pengetahuan mereka bisa diterapkan dalam kehidupan 
sehari-hari.
C. Berkebun dengan Biaya Murah
Sebaiknya pemenuhan segala kebutuhan hidup harus sesuai 
dengan isi kantong dan kebutuhan. Ketika kita akan membeli suatu 
benda, selalu diukur dengan harga bahan makan. Seringkali kita 
mendengar dari ibu-ibu kalimat “Lebih baik dibelikan beras 
daripada dibelikan tanaman”.
Dalam buku ini kami berusaha untuk membantu bagaimana 
berkebun dengan biaya yang murah supaya semua orang bisa 
melakukan dan mendapatkan bahan makanan yang sehat.
1. Barang bekas
Kita bisa memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di 
sekitar untuk media bertanam, seperti kaleng cat atau susu, alat 
rumah tangga yang rusak, botol atau gelas air mineral, paralon, 
ban mobil, dan papan bekas. Dengan sedikit kreatifitas, barang 
bekas tersebut bisa dipercantik.
2. Mendapatkan benih secara gratis
Bibit tanaman bisa diambil dari bahan dapur yang seringkali 
bijinya dibuang, seperti cabai rawit, tomat, cabai merah, kacang 
panjang, atau mentimun. Kita bisa kumpulkan biji-biji tersebut 
untuk disemai. Apabila kita menginginkan bibit atau benih yang 
bermacam-macam, maka kita bisa mendapatkan di desa 
terdekat dengan harga yang murah seperti ubi kayu, kangkung, 
atau serai.
3. Bebas dari bahan beracun
Kemajuan pada bidang pertanian menawarkan berbagai macam 
kemudahan kepada para petani dengan produk-produk unggul, 
racun-racun pembasmi hama dan penyakit, serta pupuk untuk 
menyuburkan tanaman yang semuanya mengandung bahan 
kimia sintetis yang lebih dikenal dengan pupuk dan pestisida 
buatan pabrik.Dari hasil penelitian dan pengalaman ternyata bahan-bahan dan 
jenis tanaman unggul tersebut banyak menimbulkan masalah, 
seperti tanah menjadi tidak subur, air menjadi tercemar, dan 
menimbulkan berbagai macam penyakit. Selain itu yang terkena 
dampak cukup serius adalah petani dan konsumen karena 
bahan-bahan beracun tersebut masuk ke dalam produk 
pertanian yang biasa kita konsumsi, seperti sayuran dan bauah￾buahan. Bahan beracun tersebut tidak bisa hilang, walaupun 
buah atau sayuran tersebut dicuci dan dimasak. Ketika sudah 
masuk di dalam tubuh tidak bisa keluar melalui keringat, 
kencing, maupun kotoran. Bahan tersebut akan tertimbun di 
dalam tubuh yang akhirnya menimbulkan efek sampingan.
Untuk menghindari masalah tersebut, maka kita perlu 
menggunakan pupuk dan pestisida kimia untuk menyuburkan
tanah dan memberantas hama. Kita bisa menggunakan bahan￾bahan alami, seperti tembakau dan bawang putih untuk 
menghasilkan buah atau sayuran yang sehat dan aman.
Ketika kita akan membeli sayuran dan buah-buahan sebaiknya 
memilih yang bebas atau sedikit mengandung bahan-bahan 
kimia. Contoh sayuran yaitu daun pepaya, daun singkong/ubi 
kayu, labu siam, nangka muda, rebung, jantung pisang, labu 
atau sayuran yang tidak ditanam secara budidaya. Contoh 
buah-buahan antara lain apokat, jambu air, jambu biji lokal, 
delima, cermai, pisang lokal, durian lokal, rambutan, nangka, 
mangga, sirsat, sawo, srikaya, kedondong, kelengkeng, atau 
buah lokal yang ditanam di pekarangan. Buah yang banyak 
mengandung pestisida antara lain: anggur, apel, jeruk, melon, 
dan semangka Sebenarnya kita tidak perlu bingung atau pusing untuk memilih 
buah atau sayuran karena kita tinggal di daerah tropis yang 
kaya akan keragaman jenis tanaman. Kalau kita memang perlu 
untuk sehat, maka kita tidak perlu peduli dengan gengsi dan 
status karena tidak mengkonsumsi makanan beracun dan 
makanan sampah yang banyak beredar di kota besar.
a. Bagaimana Memulai Berkebun?
1. Bahan dan peralatan yang diperlukan
Bahan dan peralatan yang digunakan tergantung pada 
kepentingan dalam mengerjakan kebun, tetapi sebagai 
patokan dapat dibantu dengan daftar alat dan bahan 
seperti berikut ini. Peralatan terdiri dari cangkul, linggis, 
palu, gergaji, pahatan, parang, sabit, sekop, dan garpu. 
Bahan-bahan terdiri dari bambu, paralon bekas, kaleng 
bekas, ban mobil, papan, pot tanah, drum bekas, karung 
atau sak, paku, dan kawat.
2. Langkah-langkah
 Membuat daftar
Mendaftar keperluan yang dibutuhkan untuk berkebun, 
akan membantu kita dalam mempermudah dan 
mempercepat pekerjaan. Berdasarkan daftar tersebut 
kita bisa menyiapkan semua kebutuhan sebelum 
memulai pekerjaan.
 Membuat perencanaan
Sebelum memulai berkebun, sebaiknya perlu dipikirkan 
terlebih dahulu kebun yang bagaimana yang kita 
inginkan. Hal ini penting untuk mengantisipasi apabila 
terjadi perubahan dalam kebun. Untuk itu kita perlu 
mengamati halaman untuk kemungkinan-kemungkinan  yang bisa dikembangkan, mana yang perlu dibongkar, 
pot atau media apa yang akan digunakan. Sebaiknya juga 
perlu mengetahui luas kebun karena akan memudahkan 
pengaturan. Sebaiknya perencanaan ditulis di atas kertas 
dengan gambar-gambar yang sederhana. Jika kita sudah 
mantap dengan perencanaan tersebut, maka kita bisa 
memulai dari hal yang sudah siap.
 Pengerjaan
 Mengolah tanah meliputi menggemburkan, 
mencabut gulma dan membersihkan batu-batu kecil, 
serta membuat bedengan. Bentuk bedengan tidak 
harus segi empat, tetapi bisa bermacam-macam 
tergantung pada letak dan luas kebun. 
 Pemupukan adalah memupuk tanah supaya menjadi 
gembur. Pupuk yang digunakan sebaiknya kompos, 
pupuk hijau (dari tanaman), dan pupuk kandang 
karena tidak mengandung bahan kimia sintetis. 
Bahan kimia tersebut dapat mengganggu kesehatan 
dan merusak kesuburan tanah karena dapat 
membunuh mikroorganisme. Pupuk hijau dan pupuk 
kandang sangat mudah diperoleh, kecuali kompos 
kita bisa membuat sendiri.
 Pemulsaan. Mulsa dapat melindungi tanah dari sinar 
matahari dan hujan sehingga tanah tidak cepat kering 
dan juga tidak mudah larut oleh air hujan. Bahan mulsa bisa berasal dari rumput, daun pisang, jerami, 
serutan kayu, atau bahan organik lain (bahan yang 
dapat terurai). Selain melindungi tanah, mulsa juga 
berfungsi untuk mengendalikan gulma (tanaman 
pengganggu) dan hama, menyuburkan tanah, dan 
mempertahankan kelembaban tanah. Cara 
menggunakan mulsa yaitu dengan menaburkan di 
atas permukaan tanah yang sudah ada tanamannya. 
Bahan mulsa yang terlalu besar sebaiknya dipotong 
kecil-kecil, ketebalan untuk pemberian mulsa antara 
5 – 10cm. Untuk jenis tanaman yang cara tanamnya 
ditabur seperti bayam dan wijen, tidak perlu diberi 
mulsa.
 Pembibitan. Ada beberapa jenis tanaman yang perlu 
disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam, seperti 
cabai, terung, tomat, dan sawi. Untuk pembibitan 
diperlukan tempat persemaian (bisa dari macam￾macam tempat), tanah yang gembur, dan benih 
untuk disemai. Letakkan tempat persemaian di 
tempat yang ternaungi dan siram setiap hari. Setelah 
persemaian berumur 3 – 4 minggu, bibit sudah bida 
dipindahkan ke tempat yang diinginkan. Penanaman. Cara menanam sebaiknya menggunakan 
sistem tumpang sari karena mempunyai banyak 
manfaat, seperti memperoleh bermacam-macam 
sayuran, bisa mengendalikan hama, menjaga 
kesuburan tanah, dan bisa panen secara terus￾menerus. Ada dua jenis penanaman secara tumpang 
sari, yaitu tumpang sari dari jenis tanaman dan 
tumpang sari dari umur tanaman.
 Panen. Memungut hasil adalah mengambil hasil jerih 
payah kita selama berkebun dan merupakan hal yang 
paling menyenangkan. Ketika memanen sebaiknya 
tidak diambil semuanya, tapi sisakan untuk bibit juga. 
Untuk bibit pilihlah buah atau tanaman yang sehat 
dan besar. Untuk menjaga supaya cadangan bibit 
tidak diambil oleh orang lain, sebaiknya dibungkus 
atau diberi tanda. Cara panen ada yang dicabut, 
seperti wortel, sawi, bayam cabut, dan kangkung. 
Cara panen yang dipetik, seperti cabai, tomat, dan 
terung. Untuk tanaman yang dicabut, setelah 
dipanen harus segera diisi lagi dengan tanaman lain 
supaya kebun tidak kosong dan dapat dipanen terus￾menerus. Ketika mengganti tanaman lain sebaiknya 
tidak dilakukan secara bergiliran atau dengan sistem 
rotasi. Hal ini penting untuk memanfaatkan unsur 
hara yang ada di tanah. Berikut ini urutan 
penanaman secara rotasi
Sayuran yang menghasilkan daun seperti sawi, 
seledri, kangkung, bayam.
 Sayuran yang menghasilkan buah seperti cabai, 
lobak, terung, tomat, jagung.
 Sayuran yang menghasilkan akar seperti wortel, 
lobak, bit, kentang, ubi jalar.
Untuk jenis kacang-kacangan bisa ditanam pada 
permulaan atau terus-menerus karena dapat 
menghasilkan Nitrogen (N) untuk membantu 
kesuburan tanah.
b. Jenis-jenis Tanaman
Daerah tropis mempunyai banyak jenis atau keragaman 
tanaman, baik tanaman hias, sayuran, buah, perkebunan, 
dan masih ada jenis yang lain. Untuk itu kita tidak perlu 
menanam jenis-jenis tanaman dari luar yang perlu perhatian 
khusus dan mahal. Tabel ini bisa membantu anda memilih 
tanaman yang akan ditanam.
1. Tanaman sayuran
Sayuran yang dimaksud adalah jenis yang paling sering 
dikonsumsi oleh manusia dan mudah diperoleh, baik di 
pasar maupun ditanam sendiri.
2. Tanaman empon-empon
Empon-empon selain sebagai bumbu pelengkap 
masakan, juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk obat 
tradisional (jamu).
3. Tanaman buah
Apabila halaman anda tidak terlalu sempit, lebih baik 
juga ditanami buah-buahan karena bisa diambil buahnya 
dan sekaligus sebagai naungan atau sebagai tanaman 
hias. Jenis yang dipilih bisa disesuaikan dengan luas 
lahan yang ada.
Catatan untuk tanaman buah:
 Jika ditanam di halaman sempit, bisa menggunakan pot besar 
atau drum bekas.
 Jika ditanam di halaman sekolah, sebaiknya sesuai dengan tabel 
jarak tanam.
D. Macam-macam Model Kebun
1. Bambu
Bambu mempunyai peranan penting dalam menunjang 
keperluan hidup, dapat dipakai menjadi peralatan sederhana 
atau peralatan mewah. Bambu juga bisa dipakai sebagai media 
tanam yang baik dan cukup tahan lama. Selain harganya juga 
murah, bambu juga bisa memberikan unsur keindahan, apalagi 
kalau kita bisa menata. Untuk media tanaman sebaiknya 
digunakan bambu yang berdiameter 10cm ke atas.
2. Pot tanah
Pot tanah tentu tidak asing bagi kita karena sejak awal pot ini 
sudah digunakan, tetapi keberadaannya mulai tergeser dengan 
datangnya pot plastik atau pot dari semen. Padahal pot tanah 
lebih baik dari pot plastik maupun semen. Selain murah, pori￾pori pot tanah juga bisa membantu kesehatan tanaman. Ada 
anggapan terkesan kampungan, tetapi sebenarnya mempunyai 
nilai seni. 
3. Ban mobil
Selama ini ban mobil bekas kebanyakan dibuat tempat sampah, 
kursi, atau tali untuk sumur. Padahal ban mobil juga bisa 
sebagai media tanam, selain kuat dan awet, harganya murah. 
Selama ini ban mobil bekas dianggap menjadi masalah karena 
kesulitan dalam penyimpanannya dan sebagai sumber sarang 
nyamuk, maka mulai saat ini akan menjadi barang yang 
bermanfaat
4. Paralon/PVC
Paralon memang tidak dianjurkan digunakan dengan 
pertimbangan harganya memang mahal. Tetapi, paralon yang 
dimaksud adalah sisa-sisa paralon yang sudah tidak 
dipergunakan lagi. Daripada dibuang menjadi sampah atau 
dibakar bisa berbahaya untuk kesehatan dari asap yang 
ditimbulkannya. Untuk itu kita bisa memanfaatkan sebagai 
media tanam, caranya sama dengan bambu.
5. Papan
Papan juga merupakan bahan yang umum dijumpai, tetapi 
pemanfaatannya masih terbatas untuk bangunan, perabot 
rumah tangga, atau hiasan. Papan bekas kebanyakan dibuang 
atau dijadikan kayu bakar, padahal papan tersebut digunakan 
sebagai media tanam, walaupun keawetannya lebih rendah 
daripada bambu
6. Kaleng
Cukup banyak yang memanfaatkan kaleng susu atau kaleng cat 
sebagai media tanam, tetapi penggunannya asal-asalan 
sehingga memberikan kesan kotor. Untuk itu sebenarnya kita 
bisa meningkatkan nilai estetikanya dengan menghias kaleng￾kaleng tersebut dengan sedikit goresan cat atau mengatur 
posisi dan letak kaleng-kaleng bekas tersebut.
7. Botol atau gelas air mineral
Keberadaannya ada dimana-mana dan menimbulkan masalah 
yaitu sampah. Memang ada yang sudah bisa didaurulang, tetapi 
tidak semua jenis karena bahannya berbeda-beda. Untuk 
mendapatkannya tanpa harus mengeluarkan biaya dan sangat 
mudah diperoleh.
8. Aluminium foil
Kita sering menjumpai benda ini antara lain pembungkus kopi 
atau susu berwarna putih keperak-perakan dan mengkilat. 
Bahan ini sulit hancur atau tidak terurai di tanah. Bahan ini juga 
mudah didapat dan tidak perlu dibeli langsung, serta bisa tahan 
cukup lama. Untuk itu kita bisa memanfaatkan dulu.
9. Sak
Bahan yang berbentuk seperti kantong ini pun juga bisa 
dimanfaatkan sebagai media tanam, harganya murah dan 
mudah diperoleh.
10. Drum
Bahan ini memang bisa digunakan, tapi kemungkinan sulit 
diperoleh dan mahal harganya. Jika kita mempunyai, bisa 
memanfaatkannya. Selain cukup besar, drum juga bisa 
bertahan lama. Drum ini bisa dipakai sebagai media tanam 
untuk tanaman yang besar, seperti pohon buah-buahan. 
Dengan demikian kebun kita akan lebih lengkap jenis 
tanamannya.
Dari beberapa contoh tersebut mudah-mudahan bisa membuat 
kita lebih jeli dan teliti untuk memanfaatkan apa saja yang 
selama ini kita anggap tidak bermafaat. Tentu di sekitar kita 
masih banyak kemungkinan yang bisa dimanfaatkan dan 
dikembangkan. Siapa tahu dari hal kecil ini kita bisa 
menemukan jalan keluar dari kondisi sulit seperti saat ini, yang 
penting kita mau berusaha dan menerapkannya. Karena hanya 
dengan pengalaman (praktek) kita bisa menemukan kesalahan￾kesalahan dan juga menemukan jalan keluar sekaligus.
Catatan:
Perlu diingat bahwa ada bahan-bahan yang harus dihindari 
pemakaiannya yaitu bahan atau tempat bekas bahan beracun, 
seperti kaleng racun nyamuk, kaleng bahan kimia, kaleng 
pembersih lantai, kaleng atau bungkus pestisida. Hal yang 
dikhawatirkan adalah masih ada sisa bahan yang berbahaya,
walaupun sudah dicuci karena bahan kimia tidak bisa hilang 
melalui pencucian.
Prinsip pertanian alami sebenarnya memiliki kesamaan dengan 
beberapa istilah yang umum dan berkembang di masyarakat seperti 
Pertanian ramah lingkungan, Pertanian Organik, Pertanian Ekologis, 
Pertanian Selaras Alam, Permaculture, atau Biodynamic.
Menurut beberapa literatur, Pertanian alami merupakan sistem 
pertanian yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan (harmoni) 
dengan sistem alami, serta memanfaatkan dan mengembangkan 
semaksimal mungkin proses-proses alami dalam pengelolaan usaha 
tani (Kasumbogo Untung, 1997). Pertanian alami menghindari 
penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, (Saragih. 2008). Dengan kata 
lain pertanian alami adalah suatu sistem pertanian yang tidak 
menggunakan bahan kimia buatan; mewujudkan sikap dan perilaku 
hidup yang menghargai alam; dengan keyakinan bahwa kehidupan 
adalah anugerah Tuhan yang harus dilestarikan (Joko Prayogo dkk., 
1999). 
Fukuoko dalam bukunya ”one straw revolution” telah memaparkan 
dan menerapkan falsafah dasar pertanian alami yaitu bekerja sama 
dengan alam, bukan melawan alam, senantiasa mengamati dengan 
penuh perhatian dan bukan bekerja tanpa berpikir, memperhatikan 
tanaman dan binatang dalam keseluruhan fungsinya dari pada 
memanfaatkan elemen yang ada sebagai fungsi tunggal.
Fukuoko menerapkan cara Aikido terhadap lahan yaitu mengalir
bersama gelombang, merubah kelemahan menjadi kekuatan dan 
memanfaatkan segala sesuatu secara positif. Tapi jika kita 
melawan/menyerang alam, pada akhirnya kita yang akan hancur. 
Fukuoka juga berpendapat ”keserasian dengan alam hanya dapat 
terwujud bila kita melepaskan pikirkan superioritas manusia atas 
alam”.
Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa:
“Pertanian alami adalah pertanian yang bertanggung jawab terhadap 
lingkungan (tanah, air, udara), manusia, hewan, dan tumbuhan. 
Selain itu, jika dilihat lebih luas pertanian alami juga memperhatikan 
aspek budaya, sosial, ekonomi, politik, kesehatan, konservasi, HAM, 
dan semua disiplin ilmu”.
Begitu juga bagi masyarakat petani kita, bertani bukan hanya sekedar
menanam dan menumbuhkan tanaman, memupuk dan mengejar
produksi setinggi tingginya serta mendapatkan keuntungan sebesar
besarnya secara materi, tetapi ada hal lain yaitu“ membangun
keserasian, keselarasan yang harmoni dengan alam yang diwujudkan
dalam prilaku keseharian mereka terhadap alam sekitarnya, termasuk
dalam proses pertanian. Bagi mereka alam adalah kehidupannya baik
untuk saat ini maupun masa yang akan datang sehingga mereka
memperlakukan alam dengan sangat bijak dan penuh etika.
Perlu diketahui bahwa pertanian alami dalam berbagai bentuk, sudah 
dilakukan sejak ribuan tahun di seluruh dunia, merupakan pertanian 
alami yang tidak menggunakan bahan kimia sintetik. Pertanian dengan 
memperhatikan dan memanfaatkan unsur yang ada seperti hutan. 
Hutan merupakan salah satu sistem produksi pangan pada masa 
prasejarah yang dipercayai merupakan konsep yang di contoh sebagai 
ekosistem pertanian yang pertama.
Pada abad 18, pupuk sintetis mulai diproduksi, berupa superfosfat. 
Lalu pupuk berbahan dasar amonia mulai diproduksi secara masal 
ketika semasa Perang Dunia I. Pupuk ini murah, bernutrisi, dan mudah 
ditransportasikan dalam bentuk curah. Tahun 1940an, pestisida kimia 
mulai diproduksi secara besar besaran, sehingga memicu penggunaan 
bahan kimia pada pertanian di seluruh dunia. Namun sistem pertanian 
baru yang mulai berkembang ini membawa dampak serius secara 
jangka panjang pada pemadatan tanah, erosi, penurunan kesuburan 
tanah secara keseluruhan, juga dampak kesehatan pada manusia 
akibat bahan kimia beracun yang masuk ke bahan pangan dan akhirnya 
masuk kedalam tubuh manusia. 
Para pakar biologi tanah mulai mengembangkan teori mengenai 
bagaimana ilmu biologi yang dapat digunakan pada pertanian untuk 
menanggulangi dampak negatif bahan kimia pertanian tanpa 
mengurangi hasil produksi pertanian. 
Pada tahun 1930an dan awal 1940an, pakar botani terkemuka Sir 
Albert Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan 
pertanian alami. Howard terinspirasi dari pengalaman mereka 
mengenai metode pertanian tradisional di India. Pengetahuan mereka 
mengenai biodinamika (pertanian yang berdasarkan perbintangan). 
Sejak saat itulah pertanian alami mulai berkembang sebagai bentuk 
antisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan dari sektor pertanian. 
Sayangnya, praktik pertanian alami ini baru dipahami sebatas pada 
penggantian pupuk anorganik menjadi organik termasuk pestisidanya, 
dan keberhasilan kegiatan pertanian baru diukur pada tingkat 
produksi. Padahal realisasi yang paling sulit diterapkan adalah 
bagaimana petani memahami dan menyadari pemakaian pupuk dan 
pestisida kimia yang residunya bisa membahayakan dirinya, keluarga, 
dan konsumen, bahkan lingkungan.
Prinsip utama dari Pertanian Alami adalah:
1. Memulihkan kedaulatan Petani (secara politis). 
secara politis, dalam pertanian alami, petani dapat 
memutuskan sendiri apa yang akan ditanam, input produksi 
yang digunakan, hingga penentuan dijual atau ke mana di 
pasarkan, berapa harga produk yang harus dijual merupakan 
sifat politik yang harus dimiliki oleh setiap orang yang 
melakukan pertanian alami
- Petani sebagai pelaku utama harus memiliki kebanggaan 
sebagai petani
- Petani mampu mengelola segala sumberdaya yang 
dimilikinya dan yang tersedia dilingkungannya
- Petani memiliki kemandirian dalam memanfaatkan 
potensinya sendiri dan tidak tergantung pada industri
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian yang ramah 
lingkungan dan penggunaan input lokal, sehingga biaya yang 
dikeluarkan akan berkurang, dibanding pertanian model 
Revolusi Hijau yang hanya memberikan keuntungan kepada 
pemilik modal input produksi.
3. Pemulihan kesuburan tanah, dengan penggunaan bahan organik 
sebagai bahan pendukung pertanian. 
4. Pemulihan keseimbangan ekosistem. 
- Pemakaian bahan-bahan yang ramah terhadap 
lingkungan 
- Tidak memusnakan tanaman sekitarnya yang dianggap 
penganggu
- Mengendalikan polulasi hama dan memberikan habitat 
bagi hewan predator 
5. Pelestarian dan mempertahankan Kearifan Lokal. Secara budaya, 
pertanian alami menghargai berbagai ritual dalam bertani, 
Prinsip utama dari Pertanian Alami adalah:
1. Memulihkan kedaulatan Petani (secara politis). 
secara politis, dalam pertanian alami, petani dapat 
memutuskan sendiri apa yang akan ditanam, input produksi 
yang digunakan, hingga penentuan dijual atau ke mana di 
pasarkan, berapa harga produk yang harus dijual merupakan 
sifat politik yang harus dimiliki oleh setiap orang yang 
melakukan pertanian alami
- Petani sebagai pelaku utama harus memiliki kebanggaan 
sebagai petani
- Petani mampu mengelola segala sumberdaya yang 
dimilikinya dan yang tersedia dilingkungannya
- Petani memiliki kemandirian dalam memanfaatkan 
potensinya sendiri dan tidak tergantung pada industri
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian yang ramah 
lingkungan dan penggunaan input lokal, sehingga biaya yang 
dikeluarkan akan berkurang, dibanding pertanian model 
Revolusi Hijau yang hanya memberikan keuntungan kepada 
pemilik modal input produksi.
3. Pemulihan kesuburan tanah, dengan penggunaan bahan organik 
sebagai bahan pendukung pertanian. 
4. Pemulihan keseimbangan ekosistem. 
- Pemakaian bahan-bahan yang ramah terhadap 
lingkungan 
- Tidak memusnakan tanaman sekitarnya yang dianggap 
penganggu
- Mengendalikan polulasi hama dan memberikan habitat 
bagi hewan predator 
5. Pelestarian dan mempertahankan Kearifan Lokal. Secara budaya, 
pertanian alami menghargai berbagai ritual dalam bertani, 
oleh petani itu sendiri, maupun konsumen lainnya. Secara 
langsung telah turut andil dalam penyelamatan kesehatan 
masyarakat dan juga penyelamatan generasi ke depan.
Petani harus sadar bahwa, apa yang dihadapi dalam proses bertani 
adalah jasad hidup dan punya kehidupan tersendiri, baik 
tanaman/tumbuhan, hewan maupun jasad renik lain seperti 
mikroorganisme, jamur,dsb mereka hidup saling membutuhkan dan 
menguntungkan. Selain itu, ada peran unsur-unsur alam lainnya 
seperti matahari, udara, air, hutan turut berkontribusi dalam 
menciptakan keseimbangan alam.
Petani diharapkan memahami situasi dan kondisi pada saat ini serta 
tantangan kedepan, baik dari segi politik dan ekonomi global. 
Kesadaran dan kepedulian petani menjadi kunci penting dalam 
mengahdapi situasi tersebut, oleh karena itu mau tidak mau kita atau 
petani harus kembali kepada pertanian Alami yang sudah terbukti, 
dapat bertahan hingga saat ini. 
Kesadaran akan kelestarian ekosistem alami, mempertahankan budaya 
dan kearifan lokal, pengunaan bibit lokal, pengunaan pupuk dan 
pestida alami serta hubungan sosial atau kekerabatan yang tinggi 

adalah kunci penting untuk membangun kemandirian petani yang 
selanjutnya bisa mewujudkan kesejahteraan petani yang berdaulat 
dan merdeka.









Sejarah Pertanian alami
Sejarah pertanian alami sebenarnya sejalan dengan sejarah
manusia. Ketika manusia ada, maka mereka harus bisa memenuhi 
kebutuhan dasarnya yaitu makanan. Pada jaman manusia purba 
(primitif) memang belum mengenal bertani, tetapi berburu. 
Mereka mengumpulkan bahan makanan yang ada di wilayahnya, 
tetapi belum melakukan budidaya. Hidupnya berpindah-pindah 
menyesuaikan dengan siklus alam atau mengikuti keberadaan 
binatang buruannya. Sejalan dengan perkembangan peradapan 
dan pola pikir, mereka mulai menetap di goa-goa. Saat itu pula 
mereka mulai belajar menjinakkan binatang liar untuk diternakan 
dan bercocok tanam. Selanjutnya pola bercocok tanam ini 
dikembangkan menjadi pertanian tradisional yang didasari oleh 
pengalaman ratusan tahun dan adanya peradaban yaitu nilai-nilai 
spiritual yang diterapkan dalam bentuk ritual atau upacara￾upacara adat. Pertanian tradisional ini berjalan hingga ribuan 
tahun, hingga pada akhir Perang Dunia II berubah menjadi 
pertanian modern atau yang disebut dengan “Revolusi Hijau”. 
Sejak saat itu pola pertanian berubah, terutama di Negara-negara
Eropa. Mereka mulai menggunakan pupuk dan pestisida kimia 
agar kebutuhan pangan terpenuhi karena terjadi krisis pangan 
akibat perang yang berkepanjangan. 
Perubahan pola pertanian tersebut membawa dampak pada 
negara berkembang seperti Indonesia. Sejak awal tahun 70-an 
mulai dikenalkan konsep Pertanian Modern. Awal penerapannya 
memang membawa dampak positif, terutama untuk peningkatan 
produksi beras. Pada tahun 1970-an tersebut penerapan 
Pertanian Modern telah berlangsung selama 50 tahun di Eropa. 
Dampak negatif mulai bisa dilihat yaitu dengan menurunnya kualitas kesuburan tanah, terjadi pencemaran air, meningkatnya 
gas di udara, dan dampak kesehatan. Di Indonesia gerakan 
perubahan kembali ke Pertanian Alami dimulai awal tahun 90-an, 
namun ada beberapa lembaga yang sudah memulai sejak tahun 
80-an. Pada era ini mulai terjadi perbedaan pendapat antara 
para ahli. Pendapat pertama berasal dari kelompok yang 
mempunyai kekhawatiran akan dampak dari Pertanian Modern 
sehingga mendorong para pengambil kebijakan untuk kembali ke 
Pertanian Alami atau yang disebut dengan Pertanian alami, 
Pertanian Ekologis, Pertanian Selaras Alam, Permaculture, atau 
Biodynamic. Pendapat kedua berasal dari kelompok yang tetap 
mempertahankan pola Pertanian Modern, terutama mereka yang 
memiliki industri pupuk dan pestisida kimia. Kondisi ini masih 
berlangsung saat ini dan masalah pertanian menjadi semakin 
kompleks karena sudah masuk pada rana “politik”, bukan lagi 
rana teknis.
Empat sistem Pertanian alami: 
1. Sustainabilitas (berkelanjutan): pertanian alami harus 
merupakan pertanian yang berkelanjutan, bahwa kesuburan 
tanah, kesehatan, dan ekonomi harus tetap terjaga secara 
terus-menerus.
2. Equitabilitas (keamanan): pertanian alami harus aman bagi 
seluruh kehidupan yang menyangkut manusia, lingkungan, 
dan makluk hidup yang lain.
3. Stabilitas (keseimbangan): pertanian alamPrinsip Dasar Pertanian alami
1. Keyakinan yang kuat (spiritual)
Untuk memulai melakukan pertanian alami, hal penting yang 
perlu dimiliki oleh seorang petani adalah KEYAKINAN yang 
kuat, bahwa pertanian ini pasti bisa menghasilkan dan 
menguntungkan secara ekonomi. Selain itu pertanian alami ini 
sangat bertanggung jawab terhadap alam (tanah, air, udara), 
tumbuhan, hewan, dan manusia. 
Tuhan telah memberi contoh pertanian yang sangat baik, 
yaitu ekosistem hutan yang sangat komplek. Hutan bisa 
tumbuh dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia. 
Hutan tidak pernah terserang hama, bahkan bisa memberikan 
makanan bagi semua makluk hidup yang ada didalamnya. 
Hutan juga bisa memberikan atau mengatur siklus air dan 
udara. 
2. Mempertahankan budaya
Pertanian adalah bagian dari budaya sehingga dalam 
menerapkan pertanian alami, maka budaya lokal menjadi 
bagian penting yang harus dipelajari, karena budaya yang ada 
di masyarakat itu sudah seiring dengan perkembangan 
manusia dan lingkungan. Untuk itu mempelajari budaya 
adalah mutlak dan harus dilakukan karena setiap budaya yang 
ada di masyarakat sudah menyesuaikan dengan kondisi 
lingkungan. Budaya yang dimaksud bukan hanya budaya yang 
bersifat ritual, tetapi menyangkut budaya praktis seperti 
pemilihan jenis tanaman, pola tanam, waktu tanam, dan 
pengelolaan lahan. Budaya yang sudah ada tidak bisa diganti 
oleh budaya baru, tetapi bisa dilengkapi untuk menyesuaikan 
dengan kondisi dan perkembangan yang ada. “BUDAYA 
ADALAH JALAN MENUJU KEMERDEKAAN DAN KEBEBASAN 
HIDUP”. i harus menjaga 
keseimbangan alam dan tidak boleh ada eksploitasi karena 
Tuhan menciptakan alam semesta ini secara seimbang, agar 
tidak akan terjadi masalah lingkungan. 
4. Produktivitas (produksi): pertanian alami juga harus bisa 
menghasilkan produk yang tidak hanya memperhitungkan 
kuantitas, tetapi juga harus bisa menghasilkan produk yang 
kualitasnya jauh lebih baik sehingga kerawanan pangan bisa 
diatasi.
Bersikap adil
Dalam menerapkan pertanian alami kita perlu melakukan 
pengamatan terhadap seluruh aspek yang ada di suatu 
wilayah. Karena, tujuan pertanian alami adalah menciptakan 
sistem-sistem yang baik secara ekologis dan secara ekonomi 
dapat berjalan dengan adil (fair), serta mampu menghasilkan 
kebutuhan sendiri yang tidak mengeksploitasi dan berdampak 
pada kerusakan alam. Sistem-sistem yang tercipta ini untuk 
kebutuhan jangka panjang dan berkelanjutan. Pertanian alami
juga memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada
tanaman dan binatang yang dikombinasi dengan sifat-sifat 
alamiah lingkungan dan pembangunan untuk menghasilkan 
suatu sistem yang mandiri bagi suatu wilayah atau suatu 
ekosistem. Prinsip yang ketiga ini juga harus memperhatikan 
aspek bersikap adil kepada:
a. Diri sendiri
Semua aktifitas yang dilakukan harus selalu berdampak 
baik pada diri sendiri (petani), mulai dari yang dikonsumsi, 
bahan-bahan yang digunakan tidak boleh beracun, dan 
secara ekonomi menguntungkan.
b. Orang lain
Dalam melakukan pertanian alami tentu akan 
menghasilkan suatu produk, baik berupa makanan pokok 
atau kebutuhan pangan yang lain. Semua produk yang 
dihasilkan harus berkualitas dan bermutu, tidak 
mengandung residu pestisida yang bisa menimbulkan 
masalah kesehatan, menggunakan bibit yang bukan hasil 
rekayasa genetika, tidak membebani secara ekonomi, dan 
memberikan upah yang layak kepada buruh tani.
c. Adil pada tanah, air, dan udara
Dalam pertanian alami tidak boleh menimbulkan dampak 
yang negatif seperti mencemari tanah, air, dan udara 
karena dalam komponen alam tersebut juga mengandung 
kehidupan yang lain dan juga menghidupi makluk hidup 
yang lain. Jika komponen tersebut tercemari, maka akan 
mengganggu keseimbangan dan kesehatan lingkungan. 
4. Melestarikan keragaman hayati
“Jika salah satu jenis mahkluk hidup punah, maka Tuhan 
tidak akan menciptakan lagi.” Melestarikan keragaman 
hayati mutlak dilakukan karena kita akan mendapatkan hal 
yang sangat menguntungkan, seperti:
 Menghasilkan beraneka ragam jenis makanan dan obat￾obatan berarti bisa menjaga ketahanan pangan nasional.
 Dengan menanam beraneka jenis tanaman dapat 
meningkatkan kesuburan tanah sehingga unsur hara di 
tanah dapat dimanfaatkan secara maksimal agar tidak 
akan terjadi persaingan dalam perebutan unsur hara oleh 
tanaman.
 Meningkatkan produktifitas, semakin banyak jenis yang 
ditanam semakin banyak produk yang dihasilkan sehingga
tidak akan ada over produksi atau hasil yang berlebihan, 
dengan demikian harga lebih bisa terkontrol.
 Mengendalikan hama, masing-masing tanaman memiliki 
karakter dan jenis hama yang berbeda sehingga tanaman 
tidak akan terserang hama secara keseluruhan. Selain itu
juga ada beberapa jenis tanaman yang bisa dipakai sebagai 
tanaman pengendali hama.
 Menciptakan iklim mikro, keragaman tanaman akan 
memiliki keragaman ketinggian, keragaman bentuk 
kanopi, dan perakarannya, maka jika kita menanam dan 
mengatur dengan baik akan menjadi ekosistem tersendiri 
dalam suatu wilayah yang sempit.
 Mengendalikan erosi dan hemat air, keragaman tanaman,
dan pola tanam yang tepat menjadikan tanah akan 
terlindungi dari erosi dan bisa menghemat air.
Ilmu pengetahuan yang luas
“Ilmu pengetahuan modern bukan untuk mengganti 
keberadaan pengetahuan lokal, tetapi sebagai pelengkap.”
Fukuoka dalam bukunya ”One Straw Revolution” telah 
memaparkan dan menerapkan falsafah dasar pertanian. 
Falsafah yang diterapkan Fukuoka adalah bekerja sama 
dengan alam bukan melawan alam; senantiasa mengamati 
dengan penuh perhatian dan bukan bekerja tanpa berpikir;
memperhatikan tanaman dan binatang dalam keseluruhan 
fungsinya daripada memanfaatkan elemen yang ada sebagai 
fungsi tunggal.
Fukuoko juga menerapkan cara-cara Aikido terhadap lahan 
yaitu menggelinding bersama gelombang, mengubah 
kelemahan menjadi kekuatan, dan memanfaatkan segala
sesuatu secara positif. Tapi, jika kita menyerang alam pada 
akhirnya kita yang akan hancur. Fukuoka juga berpendapat
bahwa, ”Keserasian dengan alam hanya dapat terwujud bila 
kita melepaskan pikiran superioritas atas alam”. 
Ketika kita berdiri di luar rumah, maka akan melihat segala 
sesuatu yang kita butuhkan untuk kehidupan yang baik telah 
tersedia di sekitar. Matahari, angin, manusia, bangunan, batu, 
laut, sungai, hutan, binatang, dan tanaman ada di sekitar kita. 
Bekerjasama dengan semua unsur tersebut akan membawa 
keserasian, sedangkan melawan keberadaan semua unsur 
tersebut akan menghasilkan bencana dan kekacauan. Oleh 
karena itu, menjadi seorang petani yang baik harus memiliki 
pengetahuan yang luas dan ”ALAM ADA GURU TERBAIK BAGI 
MANUSIA”.
Deskripsi:
 Pertanian alami adalah pertanian yang bertanggung jawab 
terhadap lingkungan (tanah, air, udara), manusia, hewan, dan 
tumbuhan. Dalam pertanian alami juga membahas aspek budaya, 
sosial, ekonomi, politik, kesehatan, konservasi, HAM, dan semua 
disiplin ilmu, jadi bukan hanya menyangkut teknik pertanian yang 
menggunakan pupuk dan pestisida alami. 
 Memberikan informasi dan pemahaman yang benar kepada 
peserta tentang pertanian alami, jenis-jenisnya, sejarah 
pergerakannya, perbedaan antara pertanian alami dan pertanian 
modern, dan prinsip dasarnya.
Latar belakang:
 Lebih dari 50 tahun petani kita sangat tergantung pada 
penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis.
 Menurunnya kualitas lingkungan akibat pencemaran tanah, air, 
dan udara karena penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis 
dalam bidang pertanian.
 Menurunnya kualitas kesehatan akibat produk pertanian yang 
tercemar.
 Hilangnya kearifan lokal dalam bidang pertanian dan konservasi 
alam.
 Generasi muda banyak yang tidak tertarik pada bidang pertanian 
dan lebih bangga menjadi buruh pabrik. 
 Kerawanan sistem ketahanan pangan dan bahaya kelaparan.
 Terjadinya ketidakadilan terhadap petani produsen.
 Lemahnya penerapan kebijakan dalam penerapan pertanian 
alami karena kebijakan masih berpihak pada pemilik modal.
 Pertanian alami sudah diatur dalam GBHN 1993 dan akan Go
Organik 2010, tetapi pemerintah masih belum punya konsep 
tentang pertanian alami.
 Pengetahuan petani tentang manajemen atau pengelolaan masih 
lemah sehingga petani tidak punya posisi tawar yang kuat.
 Berubahnya tata guna lahan.
Pengetahuan dan kearifan lokal belum dihargai sebagai 
pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga tidak 
ada perlindungan secara hukum. 
 Kebijakan pemerintah yang terbalik yaitu pertanian yang 
didukung industri bukan industri yang didukung pertanian.
 Perdagangan bebas yang dimonopoli negara-negara maju dan 
Pengolahan lahan merupakan proses awal persiapan untuk 
melakukan usaha pertanian alami. Pengolahan lahan berkaitan erat 
dengan tujuan penanaman, karena pengolahan lahan untuk 
tanaman produktif berbeda dengan pengolahan lahan untuk 
memulihkan lahan kritis. Aspek yang harus diperhatikan dalam 
mengolah lahan adalah letak lahan (ketinggian), jenis tanah, 
kemiringan lahan (pencegahan erosi), terasering, dan sumber daya 
yang lain.
Latar belakang:
 Rendahnya pemahaman petani tentang teknik pengawetan 
tanah dan air.
 Kesuburan tanah menurun akibat penggunaan pupuk kimia 
yang berlebihan dan erosi tanah dianggap bukan masalah 
yang serius.
 Rata-rata petani memiliki lahan pada ketinggian dan daerah 
yang miring.
 Banyak lahan yang berpotensi untuk pertanian, tetapi 
dibiarkan sebagai lahan tidur.
 Petani biasanya lebih fokus melakukan aktifitas pada 
komoditasnya, tetapi kurang memperhatikan kondisi lahan.
Tujuan:
 Meningkatkan pemahan petani akan pentingnya pengelolaan 
yang baik dan benar.
 Meningkatkan kesuburan tanah.
 Meningkatkan produktifitas tanah sehingga hasil pertanian 
akan meningkat.h
banyak untuk kepentingan politik.
Menjaga tanah agar tidak terkikis oleh air (erosi).
 Mengelola air dengan baik supaya terserap ke dalam tanah 
secara maksimal.
 Salah satu cara mengendalikan hama dan penyakit.
Tahapan penyampaian materi:
 Fasilitator membuka materi tentang pengelohan lahan dan 
meminta kepada peserta untuk berbagi pengalaman dalam 
mengelola lahan.
 Setiap pendapat dicatat pada kertas plano dan dibahas sebagai 
materi diskusi kelompok.
 Fasilitator mengajak peserta ke lapangan untuk melakukan 
pengamatan tentang sistem pengolahan lahan yang dilakukan 
oleh petani setempat.
 Fasilitator minta kepada peserta melakukan wawancara dengan 
petani setempat tentang kodisi lahan (ketinggian, jenis tanah, 
kesuburan, curah hujan), waktu pengelolaan, teknik pengolahan, 
bingkai A, pembuatan bedengan, dan lainnya.
 Fasilitator menanyakan kepada peserta tentang dasar-dasar 
pengawetan tanah seperti pembuatan terasering, managemen air 
(jebakan lumpur, lubang biopori, sistem irigasi), mulsa (penutup 
tanah), pemupukan, jenis tanaman, dan sistem tanam.
 Fasilitator juga menanyakan tentang hambatan dan tantangan 
yang dihadapi oleh petani.
 Fasilitator meminta kepada peserta untuk menuliskan dan 
merumuskan hasil kunjungan lapang (diskusi kelompok) dan 
mempresentasikan secara bergantian.
 Fasilitator merumuskan hasil diskusi dan menutup sesi ini.
Metode : ceramah, diskusi kelompok, studi lapang, presentasi.
Waktu : 90 menit (study banding waktu tersendiri).
Media : papan tulis, kertas plano, meta plan, spidol, crayon, 
ATK Lengkap
Pengamatan Lokasi.
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan 
pengamatan lokasi, antara lain:
a. Ketinggian wilayah. 
Ketinggian suatu lokasi atau lahan pertanian sangat penting 
untuk diketahui, karena berhubungan dengan suhu, curah 
hujan, kelembaban, angin, dan sinar matahari. Dengan 
demikian kita akan lebih mudah menentukan jeni-jenis 
tanaman yang baik untuk ditanam. tinggi rendahnya lokasi 
sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang akan 
diusahakan. 
b. Jenis-jenis tanah.
Jenis-jenis tanah ini sangat perlu diperhatikan karena 
berhubungan dengan perencanaan cara dan tahapan 
pengolahan tanah, sehingga dapat memberikan hasil yang 
diharapkan. Secara umum tanah dibedakan menjadi tiga 
macam, yaitu tanah pasir, tanah liat, dan dan tanah 
lempung.
 Tanah pasir.
Dikategorikan tanah berpasir karena mengandung 
kurang lebih 70% pasir dan sisanya (30%) sebagai tanah 
biasa.
Ciri-cirinya :
 Sifatnya kurang bisa menahan air.
 Butiran tanahnya lebih besar.
 Termasuk tanah ringan sehingga cepat mengering.
 Mudah dalam pengerjaannya.
 Kandungan zat makanan sangat sedikit (kurang 
subur).
 Jika terbuka, suhu akan lebih tinggi (panas),
 Kurang baik untuk pertanian.
Catatan: 
Jika tanah pasir ini akan digunakan untuk pertanian, maka 
diperlukan usaha-usaha pengelolaan yang benar, seperti 
pengolahan lahan seminimal mungkin, gunakan tanaman 
penutup tanah (mulsa), dan menggunakan pupuk alami 
atau organik (seperti: pupuk kandang, kompos, pupuk 
hijau).
 Tanah liat.
Tanah yang kandungan liatnya kurang lebih 65% dan 
sisanya tanah biasa.
Ciri-cirinya:
 Air dan udara sulit masuk ke dalam tanah.
 Air dan udara yang di dalam sulit keluar sehingga 
tanah bersifat masam.
 Butir-butir tanahnya sangat halus, sehingga susunan 
tanahnya sangat rapat.
 Pada musim hujan tanah akan becek dan pada musim 
kemarau tanah akan pecah-pecah.
 Tanah lengket, sehingga berat dalam pengerjaannya.
 Mengandung berbagai macam zat makanan.
 Kurang baik untuk pertanian karena akar tumbuhan 
sulit menembus lapisan bagian dalam.
Catatan:
Tanah liat masih bisa diperbaiki dengan cara 
mencampur pasir, kapur, dan pupuk organik.
 Tanah lempung.
Tanah lempung merupakan bentukan antara tanah pasir 
dan tanah liat. Butiran-butirannya jauh lebih kecil dari 
tanah pasir, tetapi lebih besar dari butiran tanah liat. 
Lebih berat dari tanah pasir, tetapi lebih ringan dari 
tanah liat. 
Ciri-cirinya:
 Tingkat penyerapan air lebih lambat dibanding tanah 
pasir, tetapi lebih cepat dari tanah liat.
 Tidak lengket dan tidak pecah-pecah.
 Banyak mengandung zat makanan.
 Memiliki sirkulasi udara yang baik.
 Sangat baik untuk pertanian.
Untuk mengetahui jenis tanah dapat dilakukan dengan cara 
yang sangat sederhana dan bisa dilakukan oleh semua 
orang. Caranya dengan mengambil segenggam tanah, lalu 
digosok-gosok dengan kedua telapak tangan hingga bisa 
dirasakan teksturnya jika:
 tanah dalam kondisi basah, tanah terasa kasar, keras, 
tidak melekat pada tangan dan berbunyi berisik, maka 
tanah tersebut termasuk tanah pasir.
 tanah dalam kondisi basah terasa licin dan lengket, 
sedangkan dalam kondisi kering terasa lembut seperti 
tepung, apabila digenggam akan menggumpal dan 
mudah dibentuk, maka tanah tersebut termasuk tanah 
liat.
 tanah terasa tidak kasar, tidak licin, agak liat, tidak 
lengket, jika digenggam tidak menggumpal/kepyar,
maka tanah tersebut termasuk tanah lempung.
c. Kemiringan tanah
Kemiringan tanah merupakan salah satu bahan 
pertimbangan dalam proses penentuan tanaman dan 
merupakan faktor yang penting dalam penanggulangan 
erosi, sebab lahan miring mempunyai kemungkinan kena 
erosi yang besar. Kemiringan lahan secara umum dapat 
digolongkan menjadi empat macam:
 Tanah datar, kemiringannya 0º- 3º atau 0º – 5º.
 Tanah datar berombak, kemiringannya 5º – 8˚. 
 Tanah berombak berbukit, kemiringannya 8º – 15˚.
 Tanah berbukit bergunung, kemiringannya 15˚ 
sampai di bawah 35˚.
Dalam pengelolaan lahan miring dapat dilakukan dengan 
dua cara, yaitu cara vegetatif dan cara mekanis: 
 Cara Vegetatif:
Cara vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan 
miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana 
konservasi tanah. Ada dua macam cara vegetatif, yaitu:
 Penanaman “cover crop” atau tanaman penutup 
tanah.
Cover crop berfungsi untuk melindungi tanah dari 
hujan, agar air hujan tidak langsung mengenai 
permukaan tanah dan mengikis lapisan tanah, 
meningkatkan kesuburan tanah, serta melindungi 
tanah dari terik matahari sehingga kelembaban tetap 
terjaga. Macam-macam jenis tanaman penutup, 
yaitu:
Jenis tanaman merambat:
 kacang tunggak (Vigna Sinensis)
 kacang kratok (Phaseolus Lunatus)
 kembang telang (Clitoria Juncea)
Jenis tanaman perdu:
 orok-orok (Crotalaria Juncea)
 gude (Cajanus Cajan)
 klimin (Flimingia Congesta)
 garnis (Tephrosia Candida)
Jenis tanaman pohon:
 turi (Sesbania Grandiflora)
 gamal (Gliricidea Sepium)
 kaliandra (Calliandra Calothyrsus)
 lamtoro gung (Leucaena Leucepala )
 lamtoro cina (Leucaena glauca )
 Penggunaan rumput.
Kegunaan rumput hampir sama dengan cover crop, 
tetapi mempunyai manfaat lain yaitu sebagai 
cadangan pakan ternak. Sesuai dengan fungsinya 
sebagai penguat teras dan pencegah erosi, maka 
rumput dapat ditanam di tempat-tempat strategis 
antara lain: pematang, teras, tebing sungai, tepi 
saluran irigasi atau tepi jalan. Jenis rumput yang bisa 
digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum 
Purpureum), rumput belulang (Eleusine Indica), 
rumput kasuran (Eulalia Amaura), dan rumput raja 
(Pennisetum Purpureophoides).
 Cara Mekanis
Cara mekanis adalah suatu cara pengelolaan lahan dengan 
menggunakan sarana fisik, seperti tanah dan batu sebagai sarana 
konservasi tanah. Cara mekanis memerlukan biaya lebih banyak 
dibandingkan dengan cara vegetatif. Beberapa contoh cara 
mekanis:
 Pengelolaan tanah minimum.
Pengelolaan tanah yang dilakukan secara terbatas atau 
seperlunya saja, misalnya hanya di sekitar tanaman atau 
sekitar jalur tanam. Hal ini dilakukan pada tanah yang sangat 
tipis dan mudah erosi.
 Pengelolaan tanah menurut kontur.
Pengelolaan tanah menurut kontur adalah jenis pengelolaan 
tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) yang 
mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan 
jalur tumpukan tanah yang searah dengan kontur atau 
memotong lereng. Garis kontur adalah garis mendatar yang 
sama tinggi di semua tempat.
2. Pengelolaan Air
Air merupakan komponen yang penting bagi tanaman karena 
diperlukan dalam proses fotosintesis, metabolisme, serta 
transportasi bahan makanan dari daun dan dari daun ke seluruh 
bagian tanaman. Air juga penting untuk melarutkan unsur hara 
dalam tanah sehingga dapat diserap oleh akar tanaman.
a. Mempertahankan keberadaan air
Keberadaan air dalam tanah perlu dipertahankan. Air di 
dalam tanah sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup 
tanaman, terutama pada lahan kering. Tindakan ini dikenal 
sebagai upaya pengawetan air. Ada beberapa teknik yang 
harus diketahui dan diperhatikan dalam pengawetan air, 
yaitu:
 Pada jenis tanah yang kurang bisa menyerap air, dapat 
ditambahkan bahan organik seperti kompos dan pupuk 
kandang.
 Mengemburkan tanah yang padat.
 Penguapan tanah dikurangi dengan memberikan mulsa
(penutup tanah), dengan menggunakan bahan-bahan 
seperti: daun-daunan, jerami, serbuk gergaji, atau bahan 
organik yang lainnya.
 Pada lahan yang gundul dapat dilakukan penghijauan.
 Pola tanam yang sesuai bagi lahan yang miring.
 Penyiangan rumput.
 Pada lahan miring yang terbaik adalah membuat teras.
b. Penyerapan air oleh tanah.
Air hujan yang jatuh ke tanah tidak semuanya bisa diserap 
oleh tanah, ada yang mengalir di permukaan dan ada yang 
menguap. Besarnya jumlah air yang masuk ke dalam tanah 
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
 Keadaan tanah.
Pada tanah yang berlereng tajam alirannya akan semakin 
besar sehinga lebih banyak air yang mengalir daripada 
yang diserap.
 Kepadatan tanah.
Tanah yang padat akan lebih sulit menyerap air daripada 
tanah yang gembur.

Permukaan tanah
Pada tanah yang bergelombang, air yang diserap akan 
semakin banyak dibanding penyerapan air pada tanah 
yang rata. 
 Kebasahan tanah
Air akan mudah menyerap pada tanah yang agak basah. 
Sebaliknya bila tanah terlalu kering, air akan mudah 
mengalir. Sedangkan bila terlalu basah tanah akan 
menjadi jenuh.
 Keadaan vegetasi
Pada tanah yang vegetasinya rapat, akan mudah 
meresap.
 Deras dan tidaknya hujan
Jika hujan sedikit, maka air akan menguap. Jika hujan 
terlalu deras, maka air akan banyak yang mengalir.
c. Drainase.
Jumlah air yang lebih akan dapat merusak tanaman 
sehingga perlu ada penanganan khusus, yaitu dengan 
membuat saluran air atau drainase. Drainase dibuat di atas 
permukaan tanah, sedangkan air dialirkan pada jaringan 
yang agak menurun ke selokan besar atau ke kolam 
penampungan. Drainase masih bisa dibagi lagi berdasarkan 
permeabilitas atau daya serap tanah.
 Untuk tanah dengan kisaran permeabilitas sedang 
sampai agak cepat, drainase dapat dibuat dengan 
meratakan tanah.
Untuk tanah dengan permeabilitas sedang, drainase 
dibuat sedalam 45 – 60 cm dan lebar 10 – 15 m. 
 Untuk tanah dengan permeabilitas lambat, drainase 
dibuat sedalam 45 – 60 cm dan lebar 5 – 10 m atau 
lebarnya 0,5 – 1 m. 
B. Praktek Pengolahan Lahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan adalah 
waktu dan cara mengolah lahan. Suatu pekerjaan akan akan 
berhasil dengan baik dan memuaskan, jika dikerjakan pada waktu 
yang tepat dan sesuai dengan keadaan setempat.
1. Waktu mengerjakan
Waktu mengerjakan lahan berhubungan erat dengan musim 
tanam. Pada lahan kering pengerjaan tanah dimulai pada 
musim penghujan karena tanah sudah harus selesai dikerjakan 
pada hujan pertama. Sedangkan pada tanah basah pengerjaan 
lahan bisa dilakukan sewaktu-waktu
Cara mengerjakan
Pengolahan lahan dipengaruhi oleh tujuan penanaman. 
Pengolahan lahan untuk tanaman produksi, berbeda dengan 
pengolahan yang hanya bertujuan untuk memulihkan tanah 
kritis. Pengolahan lahan dapat dimulai dari:
 Membersihkan tanaman pengganggu, seperti alang-alang 
atau tanaman pengganggu lainnya.
 Membuka tanah dengan cara membajak, tujuannya adalah 
untuk meningkatkan peredaran air dan udara dalam tanah. 
 Kedalaman tanah hasil pembajakan sekitar 20 – 30 cm.
 Melakukan pembalikan secara teratur sampai tanah menjadi 
rata.
 Jika ada bahan organik, usahakan masuk ke dalam tanah 
secara merata.
 Untuk beberapa jenis tanaman perlu dibuatkan bedengan 
dengan tujuan dapat mengkontrol air, mempermudah 
perawatan tanaman, dan mempermudah mengendalikan 
pertumbuhan gulma. Beberapa hal yang harus diperhatikan 
dalam membuat bedengan antara lain:
 Tinggi bedengan antara 10 – 20cm pada musim kemarau 
dan 10 – 15cm pada musim hujan.
 Lebar bedengan antara 100 – 120cm.
 Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.
 Jarak antara bedengan rata-rata 35 – 50cm.
 Arah bedengan yang baik membujur dari timur ke barat.
 Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menanam 
tanaman produktif pada sebuah lahan antara lain: pengelolaan 
dan pengawetan tanah, pemanfaatan tanah sesuai dengan 
kemampuannya, serta jenis tanaman yang cocok. Apabila 
tanaman ditanam pada tanah yang tidak sesuai dengan 
kemampuan lahan, dapat menyebabkan tanaman tidak bisa 
berproduksi tinggi atau awalnya bisa berproduksi tinggi, setelah 
mengalami panen sebanyak dua atau tiga kali dapat mengalami 
penurunan yang besar. Contoh tanah yang memiliki 
produktifitas yang tinggi adalah tanah subur yang dapat 
menghasilkan padi sebanyak 20 ton setiap tahun dengan pola 
tanam yang teratur. Tetapi, lahan pertanian tersebut tidak bisa 
dipaksakan untuk dapat menghasilkan padi sebanyak 40 ton per 
tahun karena mempunyai batas kemampuan tertentu. Perlu 
diingat bahwa tanah yang subur dan memiliki produktifitas 
tinggi kalau dimanfaatkan melebihi batas atau dipaksa, justru 
akan mengalami kerusakan yang sulit diperbaiki.
 Pola tanam adalah teknik pengaturan tanaman atau kombinasi 
tanaman pada suatu lahan untuk meningkatkan hasil produksi 
dan mengefisiensikan lahan pertanian. Beberapa aspek harus 
diperhatikan dalam pola tanam adalah perencanaan tentang 
kombinasi tanaman, jenis komoditas yang akan ditanam, 
musim, sinar matahari, kelembaban, suhu, dan curah hujan. 
Latar belakang:
 Sistem tersebut di atas pernah ada dan pernah diterapkan oleh 
petani kita, tetapi saat ini mulai ditinggalkan.
 Pola pertanian yang dipakai saat ini cenderung bersifat
monokultur (tanaman sejenis) sehingga rentan terhadap 
serangan hama.
 Sistem ketahanan pangan sangat rentan dengan pola 
penanaman monokultur.
 Adanya pemaksaan penanaman jenis tanaman tertentu pada 
lahan yang tidak sesuai.
 Produktifitas hasil pertanian rendah, sehingga ketika musim 
panen tiba harganya turun (rendah).
Tujuan:
 Meningkatkan pemahaman petani akan pentingnya tanaman 
yang bervariasi.
 Meningkatkan produktifitas hasil pertanian dan pedapatan 
petani.
 Meningkatkan kesuburan tanah, mencegah erosi, dan 
menciptakan iklim mikro.
 Menekan perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman atau 
memutus siklus hama dan penyakit tanaman.
 Meningkatkan keragaman jenis tanaman, serta memenuhi 
kebutuhan petani dan masyarakat konsumen.
 Mengkontrol kestabilan harga komoditas pertanian.
Tahapan penyampaian materi:
 Fasilitator membuka materi dan mengajukan pertanyaan 
kepada peserta tentang pola tanam yang mereka ketahui atau 
yang masih dilakukan.
 Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan analisa tentang 
sistem monokultur dan sistem polikultur (bandingkan).
 Fasilitator meminta kepada peserta untuk menyusun kunjungan 
lapangan tentang waktu, lokasi, dan perlengkapan kunjungan.
 Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan pengamatan 
lapangan dan memberikan tugas untuk melakukan wawancara 
dengan petani lokal tentang pola tanam yang sering digunakan, 
berapa sistem yang digunakan, bagaimana hasilnya, dan apa 
kendalanya.
 Fasilitator meminta kepada peserta untuk membuat atau 
menyusun rumusan hasil kunjungan dan dipresentasikan secara 
bergiliran.
 Setelah presentasi fasilitator bisa menambahkan materi sistem 
pola tanam yang belum atau tidak dipresentasikan oleh peserta.
 Fasilitator membuat rangkuman dan menutup sesi.
Metode : pemaparan, diskusi kelompok, praktek.
Waktu : 90 menit.
Media : papan tulis, plano, meta plan, spidol, crayon, ATK 
 lengkap.
B. Jenis Tanaman
Jenis tanaman yang dapat diusahakan pada sebuah lahan dapat 
dikelompokan menjadi dua, yaitu tanaman keras dan tanaman 
semusim.
1. Tanaman Keras.
Tanaman keras adalah tanaman yang berkayu atau tanaman 
yang berbatang keras dan dapat tumbuh bertahun-tahun. Jenis 
tanaman keras sangat banyak, diantaranya ada yang 
menghasilkan buah seperti nangka, mangga, durian, rambutan 
dan ada yang menghasilkan kayu seperti sengon, jati, wangkal, 
mahoni.
2. Tanaman semusim
Tanaman semusim adalah tanaman yang tumbuh pada musim 
tertentu dan tidak berproduksi sepanjang tahun. Contoh 
tanaman semusim adalah tanaman sayur seperti bayam, sawi,
kangkung, kubis, tomat, terong dan tanaman empon-empon 
seperti jahe, kunyit, kencur. 
Pola Tanam
Kombinasi tanaman yang tepat dari semua jenis tanaman yang 
hasilnya dibutuhkan dan laku dijual merupakan hal yang 
diharapkan oleh petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil 
pertanian. Untuk itu kombinasi antara tanaman perdu, semak, dan 
pohon ditanam secara terpadu agar tanaman satu dengan yang lain 
tidak saling mengganggu, tetapi dapat hidup bersama dan saling 
mendukung sehingga bisa menghasilkan secara maksimal. Pola 
tanam dengan kombinasi yang tepat membawa banyak manfaat, 
seperti menstabilkan produksi, memperkecil pengaruh iklim, 
mencegah erosi, dan dapat meningkatkan kesuburan tanah. 
1. Teknik pengaturan pola tanam 
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan 
teknik pola tanam adalah mengklasifikasikan tanaman 
berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Tanaman pangan: padi, jagung, singkong.
b. Tanaman sayuran: sawi, kubis, wortel, terong, tomat, cabai. 
c. Tanaman buah: pisang, nanas, mangga, rambutan.
d. Tanaman empon-empon: jahe, kencur, lengkuas, kunyit 
e. Tanaman industri: sengon, mahoni, jabon, jati, kelapa.
f. Tanaman pakan ternak: kaliandra, lamtoro, turi, gamal.
g. Tanaman hias.
Sedangkan pengklasifikasian tanaman berdasarkan 
morfologinya, dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Tanaman semusim (kecil): padi, jagung, sayuran, ubi-ubian, 
empon-empon, dan kacang-kacangan
b. Tanaman perdu (semak): gude, pisang, kaliandra, turi, 
bambu.
c. Tanaman tahunan (tanaman keras): nangka, kelapa, 
mangga, rambutan, dan melinjo.
Tahapan selanjutnya adalah memilih jenis tanaman yang sesuai 
dengan kondisi lahan dan wilayahnya, langkahnya adalah: 
a. Menginventaris semua jenis tanaman yang akan tumbuh 
dan mempunyai hasil yang baik di daerah setempat.
b. Memilih jenis tanaman yang sangat dibutuhkan oleh 
masyarakat.
c. Tanaman pangan yang dipilih sebagai prioritas utama, 
sebaiknya lengkap terdiri dari tanaman pangan pokok, 
tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan.
d. Selain itu dapat dipilih juga tanaman perdagangan dan 
tanaman tahunan untuk meningkatkan pendapatan.
2. Penyusunan pola tanaman
Penyusunan pola tanam mencakup perencanaan tentang 
kombinasi jenis tanaman atau tumpang sari. Tumpang sari 
adalah dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam bersama￾sama pada satu tempat. Ada beberapa pola tumpang sari, 
antara lain tumpang sari pada lahan yang luas, tumpang sari 
per bedengan, relay atau multiple croping, mixed cropping, 
inter planting, interculture, rotasi dan alley cropping.
a. Tumpang sari pada lahan yang luas.
Tumpang sari pada lahan yang luas, yaitu dalam satu lahan 
yang luas di tanami bermacam-macam tanaman.

ka. Menginventaris semua jenis tanaman yang akan tumbuh 
dan mempunyai hasil yang baik di daerah setempat.
b. Memilih jenis tanaman yang sangat dibutuhkan oleh 
masyarakat.
c. Tanaman pangan yang dipilih sebagai prioritas utama, 
sebaiknya lengkap terdiri dari tanaman pangan pokok, 
tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan.
d. Selain itu dapat dipilih juga tanaman perdagangan dan 
tanaman tahunan untuk meningkatkan pendapatan.
2. Penyusunan pola tanaman
Penyusunan pola tanam mencakup perencanaan tentang 
kombinasi jenis tanaman atau tumpang sari. Tumpang sari 
adalah dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam bersama￾sama pada satu tempat. Ada beberapa pola tumpang sari, 
antara lain tumpang sari pada lahan yang luas, tumpang sari 
per bedengan, relay atau multiple croping, mixed cropping, 
inter planting, interculture, rotasi dan alley cropping.
a. Tumpang sari pada lahan yang luas.
Tumpang sari pada lahan yang luas, yaitu dalam satu lahan 
yang luas di tanami bermacam-macam tanaman.

e. Inter cropping atau tumpang sari seumur
Inter cropping atau tumpang sari seumur yaitu apabila dua 
jenis tanaman atau lebih ditanam secara serentak dengan 
membentuk larikan tertentu, misalnya jagung dan kacang 
tanah.
Kacang tanah dan jagung ditanam serentak pada larikan tertentu
 
f. Inter planting atau tumpang sari berbeda umur.
Cara menanam dengan menggunakan pola ini yaitu dengan 
menanam jenis tanaman yang berumur pendek ditanam
diantara jenis tanaman lain yang berumur panjang pada 
sebidang tanah yang sama.
g. Inter culture.
Dengan cara ini tanaman berumur pendek ditanam diantara 
tanaman tahunan, misalnya kacang tanah ditanam diantara 
pohon mangga.
h. Rotasi.
Rotasi adalah pergiliran tanaman yang dilakukan secara 
sistematis pada suatu tempat. Rotasi dapat dilakukan pada 
lahan yang luas dan bedengan. Ada beberapa macam 
urutan rotasi diantaranya yaitu:
 Rotasi panjang.
 Tanam pertama adalah jenis kacang-kacangan (legume) 
karena tanaman ini dapat memperbaiki kesuburan tanah 
atau dapat meningkatkan kandungan Nitrogen.
 Tanam kedua adalah tanaman yang dipanen daunnya 
seperti sawi, kubis, kangkung, bayam, dan seledri. 
Tanaman tersebut memerlukan Nitrogen yang cukup 
tinggi untuk menghasilkan panen yang baik.
 Tanam ketiga adalah tanaman yang dipanen buahnya, 
seperti cabe, tomat, terung, dan jagung.
 Tanam keempat adalah tanaman yang dipanen umbinya, 
seperti ketela, kentang, wortel, dan talas.
 Rotasi dengan sistem bero (diistirahatkan).
Pada tahap ini tanah diistirahatkan terlebih dahulu 
setelah tanaman yang diusahakan dipanen, misalnya: 
 
 Rotasi sistem sawah.
Rotasi ini dilakukan pada lahan sawah yang sudah biasa 
dilakukan oleh petani, secara umum rotasi sawah 
sebagai berikut:
Rotasi sawah tidak tergantung musim karena ada irigasi.
i. Alley cropping atau sistem lorong.
Alley cropping termasuk dalam sistem tumpang sari, tetapi 
dalam alley cropping tanaman diatur secara sistematis 
sehingga membentuk larikan-larikan yang menyerupai 
lorong. Pada alley cropping tanaman pendamping biasanya 
menggunakan jenis legum seperti gamal, lamtoro, kaliandra, 
dan turi karena tanaman tersebut berakar dalam, tahan 
kering, cepat tumbuh, tahan pangkas, dan mempunyai 
kanopi yang baik. Selain itu jenis legum juga mempunyai 
fungsi lain sebagai penahan angin, cadangan pakan ternak, 
persediaan kayu bakar, penyubur tanah, dan penguat teras. 
Sisiem ini dapat digunakan untuk tanaman tahunan atau 
tanaman musiman.
Tahun Pertama:
Musim I (akhir Oktober) merupakan musim hujan adalah 
saat yang tepat untuk menanam tanaman pendamping dan 
tanaman produksi. Pada musim pertama ini jarak tanam 
antara larikan 2 meter.
Musim II merupakan musim tanam kedua. Pada saat ini 
hujan sudah mulai jarang atau menjelang musim kemarau 
dan tanaman pendamping sudah mulai tumbuh cukup 
tinggi, tetapi jangan ditebang dulu supaya jaringan 
perakaran berkembang lebih sempurna.
Jika menanam pada bulan Oktober, umur tanaman akan 
mencapai sembilan bulan pada musim kemarau sekitar 
bulan Juli. Pada bulan ini pohon pendamping jangan 
dipangkas karena dapat digunakan untuk melindungi 
permukaan tanah dari panas matahari.
Pada tahun kedua. 
Musim I pohon-pohon pendamping perlu dipangkas untuk 
dimanfaatkan daunnya sebagai pupuk hijau. Pemangkasan 
dilakukan setinggi 0,5 m supaya pohon pendamping tidak 
menaungi tanaman produksi. Pemangkasan pohon 
sebaiknya dilakukan pada saat tanah siap dikerjakan.
Pada musim II lahan bisa ditanami lagi dengan tanaman 
semusim karena pupuk yang diberikan cukup banyak dari 
hasil pemangkasan pada musim I. Sedangkan pada musim 
kemarau pohon-pohon sudah akan tinggi lagi, tetapi 
sebaiknya jangan dipangkas. Jika akan menanam pada 
musim kemarau cari tanaman yang tahan di bawah 
naungan.
Kalau kita lihat pada tahun I jumlah larikan sebanyak tiga 
larik, tetapi pada tahun II larikan tinggal dua larik karena 
yang di tengah dihilangkan dan sekarang jarak antar larikan 
adalah 4 meter.
ada tahun berikutnya tinggal melakukan perawatan dan 
pemangkasan rutin yang disesuaikan dengan kebutuhan 
tanaman. Apabila pola ini dilakukan dengan baik, maka 
dapat menahan erosi, meningkatkan produktifitas tanah, 
menjaga keseimbangan biologis, dan bisa meningkatkan 
pendapatan petani.



Diskripsi:
 Pupuk adalah segala macam bahan yang dapat membantu 
menyediakan bahan makanan untuk tumbuhan dengan 
bantuan penguraian oleh jasad renik dalam tanah.
 Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau 
seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari 
tanaman atau hewan melalui proses rekayasa. Pupuk dapat 
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai 
bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
 Tujuan pemupukan: untuk memelihara atau memperbaiki 
kondisi tanah dengan menambahkan zat-zat pada tanah baik 
secara langsung maupun tidak langsung. Pemupukan juga dapat 
menyumbang menyediakan makanan yang lebih banyak bagi 
tanaman untuk menunjang pertumbuhannya.
Latar belakang:
 Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat
mengakibatkan penurunan kesuburan tanah yang ditandai oleh 
menurunnya bahan organik tanah.
 Turunnya kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia dan 
pestisida sintetis, mengakibatkan banyak jasad renik yang mati 
sehingga tanah menjadi padat.
 Hilangnya kesuburan tanah atau unsur hara akibat terkikis oleh 
air (erosi).
 Pola tanam yang monokultur dan penanaman sepanjang tahun 
mengakibatkan unsur hara tanah tidak berimbang.
 Pengolahan tanah yang berlebihan dan tidak tepat.
 Ketergantungan petani akan pupuk kimia sangat tinggi.
 Selalu ada masalah pada pendistribusian pupuk kepada petani,
terutama menjelang musin tanam akibat permainan 
perdagangan atau monopoli perdagangan.
 Harga pupuk terus melambung sehingga biaya produksi menjadi 
tinggi.
 Sebagian besar kandungan bahan organik tanah sawah di 
Indonesia, kandungan C organik < 1% (Karama et al).

B. Macam-macam Pupuk.
Pupuk dibagi menjadi dua macam berdasarkan bahan dasar 
pembuatnya dan proses produksinya, ada yang dari bahan kimia 
dan bahan alami. Namun, kita harus cermat memilih pupuk apa 
yang bisa dipakai secara berkelanjutan dan sesuai dengan konsep 
pertanian alami. Di bawah ini ada dua macam pupuk, yaitu pupuk 
kimia dan pupuk alami.
1. Pupuk kimia atau sintetis.
Pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari proses 
industrialisasi dengan ukuran atau kandungan yang sudah 
ditentukan, seperti NPK, TSP, Urea, Grand K, Grand S, dan 
Hortigroun. Pupuk kimia ini mempunyai dampak negatif
terhadap kehidupan dalam tanah, kesehatan manusia, dan 
lingkungan secara umum karena bahan-bahan yang digunakan 
sangat sulit terurai di tanah dan bersifat racun.
Catatan: tidak dibahas dalam modul ini.
2. Pupuk alami.
Pupuk alami ini dihasilkan dari bahan organik, ada yang melalui 
proses penguraian seperti kompos dan pupuk kandang, ada 
yang tanpa melalui proses penguraian seperti daun legume, 
mulsa, abu, dan sekam. Pupuk alami ini tidak menimbulkan 
dampak negatif, walaupun digunakan melebihi ukuran, tetapi 
boros energi karena bahan (nutrisi) yang lebih tidak diambil 
oleh tanaman sehingga terbuang percuma. Pupuk alami ini 
dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk cair dan pupuk padat.
a. Pupuk Cair.
Pupuk cair adalah zat makanan yang diberikan pada tanah 
yang berbentuk cair, cara menggunakannya bisa dicampur 
air atau langsung. Pupuk cair bisa diperoleh dari hasil 
fermentasi bahan-bahan organik yang berasal dari sisa 
tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan 
unsur haranya lebih dari satu unsur. Pupuk cair bisa dibuat 
dari:
 Tanaman jenis polong-polongan atau kacang-kacangan 
(leguminosea).
 Pupuk kandang (biogas atau slury).
 Limbah organik.
 Limbah buah.
 Limbah cair manusia.
 Pupuk cair dari tanaman polong-polongan atau kacang￾kacangan.
Bahan:
 Tanaman jenis polong-polongan atau kacang-kacangan.
 Air bersih.
Alat:
 Parang
 Karung goni
 Tali
 Drum bekas (200 liter)
Proses pembuatan:
 Pilah bahan yang akan digunakan, buang tangkai atau 
cabang yang terlalu besar.
 Potong semua bahan menjadi kecil-kecil (±5 cm) untuk 
mempercepat proses.
 Masukkan semua bahan ke dalam karung goni dan ikat 
pada ujungnya.
 Masukkan karung goni yang sudah berisi bahan ke dalam 
drum.
 Isi drum dengan air bersih sampai penuh.
 Beri beban agar karung goni tidak terapung.
 Usahakan drum selalu tertutup untuk menghindari 
nyamuk dan penguapan.
 Rendam bahan selama dua sampai tiga minggu.
Dalam waktu 2 sampai 3 minggu pupuk cair sudah siap 
digunakan. Untuk menggunakannya, ambil satu bagian 
pupuk cair, lalu campur dengan tiga bagian air bersih 
atau ukurannya 1:3. Pupuk siap digunakan.
Catatan: proses penggunaan pupuk kandang ini sama 
dengan pupuk dari kacang kacangan, tapi bahannya 
diganti dengan pupuk kandang. 
 Pupuk slurry.
Slurry adalah pupuk cair dan pupuk padat yang proses 
pembuatannya melalui fermentasi. Slurry sebenarnya sama 
seperti pupuk cair pada umumnya, hanya slurry 
memerlukan perlakuan khusus yaitu perlu dilakukan 
pengadukan setiap saat dan dapat dibuat dalam jumlah 
yang besar. Bahan slurry yang baik adalah kotoran sapi.
Kotoran kambing dan kerbau juga bisa digunakan, tetapi 
tetap harus dicampur kotoran sapi karena bakteri pengurai 
ada pada kotoran sapi.
Bahan: 
 Kotoran sapi, kambing, ayam, kuda
 Air 
 Kantong plasitik besar
 Bambu
 Drum 200 liter
 Tali rafia 
Alat:
 Cangkul
 Linggis
 Garpu 
 Parang 
 Alat pertukangan lainnya
Proses pembuatan:
 Buat lubang di tanah sedalam 2 m atau menggunakan 
drum 200 liter.
 Masukkan kantung plastik sebesar ukuran lubang, lalu
ikat pada bagian bawahnya.
 Untuk memperkuat, bisa dibuat rangka dari bambu
seukuran lubang.
 Masukkan kotoran ternak ke dalam lubang atau drum,
lalu campur dengan air bersih dengan perbandingan 1:1 
dan aduk.
 Setiap kali memasukkan bahan harus diaduk dan ditutup 
rapat.
 Lakukan pengisian sampai lubang penuh. Apabila lubang
sudah penuh, maka harus ditutup rapat. Pengadukan 
harus dilakukan terus- menerus setiap dua hari sekali. 
 Setelah 30 hari slurry siap dipakai.
Cara penggunaan:
 Sebagai pupuk cair, encerkan slurry dengan air dengan 
perbandingan 1:1, cara pemakaiannya bisa disiramkan 
langsung ke tanaman atau disemprotkan.

 Sebagai pupuk padat, slurry langsung bisa digunakan 
seperti penggunaan pupuk padat lainnya atau sebagai 
pupuk dasar.
 Bio Ekstrak.
Bio ekstrak adalah pupuk cair yang diambil dari hasil ekstrak 
buah-buahan atau daun-daunan yang mengandung N tinggi.
Bahan:
 Terutama buah-buahan yang manis, seperti semangka, 
pepaya, nangka, pisang, dan melon.
 Air beras atau air kelapa atau daun kacang-kacangan 
(leguminoseae).
 Gula pasir atau gula merah atau tetes tebu.
Alat:
 Pisau pencacah
 Drum kecil ±25 liter
 Jurigen air ±25 liter
 Botol tertutup
Poses pembuatan:
 Buah-buahan dan daun dipotong kecil-kecil ±5 cm.
 Campur bahan yang sudah dipotong kecil-kecil tadi 
dengan gula pasir atau gula merah atau tetes tebu 
dengan perbandingan 1:3 (1kg gula : 3kg buah/bahan). 
 Simpan di dalam wadah tertutup (drum kecil) selama 7 
hari.
 Setelah 7 hari atau setelah proses fermentasi akan ada 
cairan di dalam drum, ambil dan simpan di dalam botol 
tertutup.
 Buang ampas dari sisa fermentasi (bisa dipakai bahan 
kompos).
Cara penggunaan:
 Ambil air sisa fermentasi sebanyak 5 sendok makan, 
lalu tambahkan 5 sendok makan gula, dan terakhir 
tambahkan air bersih sebanyak 10 sampai 15 liter. Aduk 
sampai semua bahan tercampur.
 Bahan siap dipakai, dengan cara disiramkan atau bisa 
disemprotkan.
Untuk pembiakan atau perbanyakan:
 Ambil 1 liter bio ekstrak. 
 Tambahkan gula 1 kg atau tetes 1 liter.
 Campur dengan air bersih sebanyak 9 liter dan aduk 
rata. 
 Simpan dalam tempat tertutup (jurigen) selama 5 hari.
 Cara pakai sama seperti di atas.
Catatan: 
 Bahan yang sudah jadi secara sempurna akan berbau 
seperti tape dan tidak busuk.
 Pada lapisan atas akan keluar jamur berwarna putih.
 Bisa menghilangkan kutu daun (aphid) dan cabuk.
 Bisa berfungsi sebagai pupuk daun dan tidak didatangi 
semut.
b. Pupuk Padat.
Pupuk padat adalah pupuk yang sebagian besar atau 
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa 
tanaman, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang 
berbentuk padat. Macam pupuk padat yaitu:
 Pupuk hijau
 Kompos
 Bokashi
 Pupuk kandang
 MOL
 Pupuk hijau (Puhi).
Pupuk hijau adalah segala macam tanaman hijau yang 
dibenamkan ke dalam tanah, berfungsi sebagai pupuk 
organik atau tanaman yang dapat menyediakan dan 
meningkatkan pertumbuhan tanaman yang diusahakan.
Tanaman yang baik digunakan untuk Puhi adalah tanaman 
jenis polong-polongan (legum) atau tanaman lain yang 
banyak mengandung Nitrogen. Macam-macam tanaman 
yang bisa digunakan sebagai Puhi, yaitu:
 Tanaman Puhi yang merambat: clitoria, kecipir, kacang 
panjang, kacang asu, rendetan.
 Tanaman Puhi jenis perdu: kacang tanah, kacang hijau, 
kedelai, alfafa
 Tanaman Puhi jenis semak: gude, klimin, orok-orok, 
theprosia, janti, bunga merak.
 Tanaman Puhi jenis pohon: turi, gamal, kaliandra, 
lamtoro.
 Tanaman Puhi jenis lain: azolla, pahitan
Manfaat tanaman pupuk hijau:
 Menggemburkan tanah padat karena perakarannya 
cukup dalam.
 Menghalangi tumbuhnya rumput atau tanaman liar.
 Dapat melindungi tanah dari erosi.
 Persediaan pakan ternak, kayu bakar, dan bahan 
bangunan.
 Persediaan bahan makanan bagi manusia.
Beberapa cara dalam penyediaan tanaman pupuk hijau:
 Memanfaatkan masa bero atau masa istirahat yang 
efektif.
 Pada tanah yang diistirahatkan/bero, secara alami 
rumput dan tanaman liar dapat tumbuh dengan 
sendirinya. Hal ini tidak menguntungkan bagi tanah 
maupun pemilik tanah. Untuk lebih mengefektifkan dan 
memanfaatkan tanah bero tersebut dapat ditanami 
dengan jenis tanaman Puhi, sehingga kesuburan tanah 
tetap terjaga. Tanaman Puhi ini juga memberikan hasil 
yang lain, yaitu untuk kayu bakar, pakan ternak, dan 
sayuran. Tanaman Puhi bisa dibiarkan tumbuh selama 
satu sampai beberapa tahun atau selama musim 
kemarau.
 Puhi sebagai tanaman sela.
 Jenis tanaman Puhi yang ditanam di sela-sela tanaman 
pokok.
 Puhi sebagai pagar.
 Jenis Puhi yang ditanam pada tepi lahan yang berfungsi 
sebagai pelindung kebun. Selain berfungsi sebagai pagar,
bisa juga untuk cadangan pakan ternak dan kayu bakar.
 
 Kompos
Pengkomposan adalah proses penguraian senyawa-senyawa 
yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik, seperti 
jerami, daun-daunan, dan sampah rumah tangga dengan 
suatu perlakuan yang khusus. Tujuannya adalah agar lebih 
mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil pengkomposan 
inilah yang biasanya disebut dengan pupuk kompos.
Kompos adalah salah satu jenis pupuk yang dihasilkan dari 
proses menghancurkan bahan-bahan organik, seperti daun, 
ranting, sisa makanan, dan jerami yang dilakukan oleh 
binatang-binatang kecil di dalam tanah dan bakteri. Kompos 
sangat baik untuk menyuburkan tanah dan mudah dibuat. 
Manfaat kompos antara lain: 
 Memperbaiki struktur tanah, bahan organik 
memperbesar daya ikat tanah yang berpasir dan tidak 
terlalu berderai.
 Mempertinggi kemampuan penukaran kation dalam 
tanah. 
 Mempertinggi kemampuan penampungan air, sehingga 
tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi 
tanaman.
 Memperbaiki drainase dan tata udara tanah, terutama 
pada tanah berat. Dengan tata udara yang baik dan 
kandungan air yang cukup tinggi, maka suhu tanah akan 
lebih stabil.
 Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara, 
sehingga tidak mudah larut oleh air pengairan maupun 
hujan.
Beberapa keuntungan kompos adalah:
 Mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui 
perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, maupun 
biologis.
 Mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur 
Nitrogen oleh tanaman karena telah diadakan perlakuan 
khusus sebelumnya.
 Mencegah infeksi yang disebabkan oleh biji-biji 
tumbuhan pengganggu.
 Dapat disediakan secara mudah, murah, dan relatif 
cepat.
Bahan:
 Sampah rumah tangga: sisa sayuran, buah buahan, kulit 
buah buahan, sisa makanan, dan sampah kebun.
 Kotoran ternak: kotoran ternak sebagai jasad 
penghancur sampah, seperti sapi, kambing, ayam, dan 
kerbau.
 Limbah pertanian: segala macam limbah pertanian atau 
perkebunan, seperti jerami, sekam, batang dan tongkol 
jagung, kulit kacang tanah, batang pisang, kulit kopi, dan 
sisa pengilingan tebu.
 Kapur tohor atau abu dapur: penggunaan kapur tohor 
atau abu dapur ditujukan untuk menetralkan pH (derajat 
keasaman) dalam tumpukan bahan dan untuk mencegah 
bau.
 Air: penggunaan air ditujukan untuk membantu proses 
penghancuran dan menciptakan kelembaban.
Alat:
 Cangkul/sekop: untuk mencampur dan membalikkan 
bahan-bahan kompos.
 Pisau: untuk merajang sampah rumah tangga.
 Gembor: untuk menyiram air pada tumpukan kompos.
 Karung: untuk menyimpan kompos.
 Bambu: untuk cerobong sirkulasi udara. 
 Kotak kompos: untuk tempat proses pengomposan.
 Atap peneduh: untuk melindungi tumpukan bahan 
kompos.
 Karung goni/terpal: untuk menutupi kompos.
Proses pembuatan:
 Kumpulkan semua bahan dari sisa dapur, kebun, dan 
ternak.
 Semua bahan dipotong kecil-kecil atau dicacah dengan 
diameter ±5 cm. Pencacahan ditujukan agar bahan 
kompos menjadi hancur dengan ukuran homogen 
sehingga proses dekomposisi akan berjalan cepat.
 Campur bahan dari dapur dan kebun, aduk sampai rata 
dengan perbandingan 60% sampah kebun dan 40% 
sampah rumah tangga.
 Bahan kompos yang sudah dicacah, kemudian disiram 
dengan larutan Bio Ekstrak atau EM secara merata pada 
seluruh bahan yang telah dicacah.
 Bahan yang telah dicampur dengan larutan Bio Ekstrak 
kemudian disusun memanjang dengan lebar 2m, panjang 
10m dan ketinggian 60cm (2m x 10m x 60cm) atau 
disesuaikan dengan volume kompos. Beri alas pada lantai berupa bambu/ranting/sabut kelapa 
supaya ada sirkulasi udara dan jika kelebihan air, maka 
air akan turun ke bawah.
 Bahan yang telah disusun, lalu ditutup terpal dan
diinkubasi. Pada proses inkubasi akan terjadi kenaikan 
suhu, karena proses dekomposisi bakteri mengeluarkan 
energi suhu (panas).
 Pengukuran suhu dilakukan setiap 4 jam sekali.
 Pembalikan dilakukan dengan cara membuka terpal,
kemudian dipindahkan ke sebelah tumpukan pertama 
dengan menggunakan cangkul atau sekop, selanjutnya
dibiarkan dan ditutup kembali dengan terpal.
 Pembalikan berikutnya dilakukan dengan cara yang 
sama, yaitu memindahkan tumpukan ke tumpukan awal, 
pembalikan terus dilakukan sampai terjadi penurunan 
suhu.
 Suhu tertinggi umumnya dicapai setelah 3 sampai 5 hari 
inkubasi.
 Secara umum proses pembalikan dilakukan setiap 1 
sampai 2 hari, disesuaikan dengan kondisi temperatur.
 Jika musim hujan, sebaiknya buat naungan agar kompos 
tidak terlalu basah.
 Jika kompos terlalu kering, siram dengan air secukupnya 
(untuk menjaga kelembaban).
 Proses dekomposisi berakhir bila telah terjadi penurunan 
suhu atau setelah kurang lebih empat mingggu, karena 
saat proses pengkomposan terdapat pola kenaikan suhu 
atau kompos sudah mencapai suhu kamar atau C/N telah 
mencapai kisaran 15○ sampai 20○. Pola yang akan 
digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal 
penggunaan.
 Kompos yang telah dinyatakan jadi, kemudian 
dihancurkan sehingga ukuran menjadi lebih kecil atau 
diayak untuk mendapatkan kompos yang halus.
Ciri-ciri kompos yang sudah jadi yaitu:
 Volume menyusut menjadi sepertiga bagian dari volume 
awal.
 Tidak berbau busuk.
 Bagian-bagian sampah rumah tangga tidak tampak lagi.
 Berbentuk butiran kecil seperti tanah berwarna kecoklat￾coklatan.
 Bila dikepal tidak menggumpal, tetapi pecah atau 
“kempyar”.
Catatan:
 Bila volume sampah besar, disarankan proses 
pencacahan menggunakan mesin, termasuk proses 
penghacuran untuk menjadi kompos halus.
 Untuk skala rumah tangga, proses pengkomposan bisa 
menggunakan kotak/box pyramid, atau bisa 
menggunakan kompos “TAKAKURA” (lihat halaman 
selanjutnya). 
 Pupuk Bokashi.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dibuat dengan proses 
peragian bahan organik dengan teknologi fermentasi atau 
EM4 (yang menggunakan bakteri tersebut pupuknya 
dinamakan pupuk EM4). Keunggulan penggunaan teknologi 
EM4 (Effective Microorganism 4) yaitu bisa menghasilkan 
pupuk dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan 
cara konvensional. EM4 ini mengandung ragi, bakteri 
fotosintetik, jamur pengurai Selulosa Azotobacter sp dan 
Lactobacillus sp, bakteri tersebut yang membantu 
percepatan proses pengkomposan. Bahan bokashi dari 
jerami, sekam (kulit padi), rumput, sisa tanaman kacang￾kacangan, serbuk gergaji, pupuk kandang, dedak (bekatul) 
mempunyai kandungan zat gizi yang sangat baik untuk 
mikroorganisme, dan EM4. Ada dua macam pupuk bokashi, 
yaitu bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang.
.Bokashi jerami.
Bahan: 
 Jerami sebanyak 10kg dirajang hingga berukuran sekitar 
5cm sampai 10cm.
 Dedak sebanyak ½kg.
 Sekam (kulit padi) sebanyak 10kg.
 EM4 sebanyak dua sendok makan (10ml).
 Molases atau gula pasir sebanyak dua sendok makan 
(10ml).
 Air secukupnya.
Alat:
 Parang
 Sekop
 Karung goni/terpal
 Ember air
Proses pembuatan: 
 Campurkan EM4, molasses/gula, dan air dengan 
perbandingan 1ml : 1ml : 1lt air.
 Jerami, sekam, dan dedak dicampur sampai merata di 
lantai yang kering.
 Bahan yang sudah tercampur tersebut disiram larutan 
EM4 secara perlahan dan bertahap hingga terbentuk 
adonan.
 Adonan yang terbentuk apabila dikepal dengan tangan 
tidak akan mengeluarkan