Gulma tumbuhan pengganggu bagi tanaman utama
Mulsa penutup tanah
Tumpang sari sistem bercocok tanam dengan menanam dua
jenis atau lebih pada lahan dan waktu yang sama
Ekologis sifat hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
Menyemai menanam biji-bijian di tempat yang tersedia
untuk bibit tanaman yang akan ditanam di tempat
lain.
Tanaman unggul tanaman yang lebih baik dari tanaman lain
(kebanyakan dari hasil buatan)
Budidaya usaha yang bermanfaat dan memberi hasil
Bedengan tanah yang ditinggikan sebagai media
tanam/tanggul
Mikroorganisme makhluk hidup sederhana yang terdiri dari satu
atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop dan bisa berupa tumbuhan
atau hewan
Rotasi sisten tanaman yang bergatian
Rimpang umbi (akar) yang bercabang-cabang
Stek perbanyakan tanaman dengan cara memotong
batang/cabang
Cangkok perbanyakan tanaman dengan cara mengupas
kulit batang dan dibalut dengan sabut yang diberi
tanah
Gulma tumbuhan pengganggu bagi tanaman utama
Mulsa penutup tanah
Tumpang sari sistem bercocok tanam dengan menanam dua
jenis atau lebih pada lahan dan waktu yang sama
Ekologis sifat hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya
Menyemai menanam biji-bijian di tempat yang tersedia
untuk bibit tanaman yang akan ditanam di tempat
lain.
Tanaman unggul tanaman yang lebih baik dari tanaman lain
(kebanyakan dari hasil buatan)
Budidaya usaha yang bermanfaat dan memberi hasil
Bedengan tanah yang ditinggikan sebagai media
tanam/tanggul
Mikroorganisme makhluk hidup sederhana yang terdiri dari satu
atau beberapa sel yang hanya dapat dilihat
dengan mikroskop dan bisa berupa tumbuhan
atau hewan
Rotasi sisten tanaman yang bergatian
Rimpang umbi (akar) yang bercabang-cabang
Stek perbanyakan tanaman dengan cara memotong
batang/cabang
Cangkok perbanyakan tanaman dengan cara mengupas
kulit batang dan dibalut dengan sabut yang diberi
tanah
Berkebun di Rumah
Tinggal di perkotaan maupun pedesaan yang memiliki halaman
sempit selalu menjadi alasan untuk tidak bisa bertanam sayuran
dan berkebun. Kalau hanya untuk memenuhi sebagian kebutuhan
dapur keluarga, halaman rumah masih bisa menghasilkan, jika
dikelola dengan baik dan efisien.
Yang dimaksud dengan halaman sempit adalah halaman yang ada
di sekitar rumah dengan ukuran terbatas. Ukuran luas selalu
menjadi pertanyaan karena bagi orang yang mampu, tanah seluas
lapangan bola pun masih bisa dikatakan sempit. Sedangkan bagi
orang yang kurang mampu, bisa sebaliknya. Untuk memudahkan
gambaran kita tentang halaman sempit, kita bisa memakai ukuran
halaman rumah tipe 36 sampai 70 dengan luas halaman antara 4m²
sampai 27m². Untuk halaman yang lebih luas bisa juga mengacu
pada buku ini, tetapi jenis-jenis tanamannya bisa lebih bervariasi
dan bisa dikombinasi dengan kandang ayam, kelinci, kolam ikan,
atau merpati.
Berkebun di halaman rumah sangat menyenangkan, tetapi tidak
jarang pula kita menemui kesulitan. Diantaranya, sulit untuk
memulai berkebun, tidak tahu harus memulai dari mana, tidak tahu
apa yang harus dilakukan, dan tanaman apa saja yang akan
ditanam. Untuk itu tahapan-tahapan dalam buku ini akan
menuntun Anda untuk bisa melakukannya. Cara berkebun ini tidak menggunakan pupuk dan pestisida kimia sehingga sayur yang
dihasilkan sehat dan ekologis. Manfaat berkebun di halaman
rumah adalah:
1. Menghemat pengeluaran
Menanam sayuran dan buah-buahan di halaman rumah akan
dapat memenuhi sebagian kebutuhan dapur sehingga sebagian
uang bisa disimpan atau dipergunakan untuk keperluan lain.
2. Mendapatkan bahan yang sehat
Karena kita sendiri yang menanam, maka kita bisa memilih cara
menanam tanpa menggunakan pestisida dan pupuk kimia
sehingga hasilnya pun dijamin sehat.
3. Memperindah halaman
Unsur keindahan tidak hanya dimiliki tanaman hias, tetapi juga
dimiliki oleh tanaman sayuran dan buah-buahan. Keindahan
juga bisa dibangun dari cara menanam dan memeliharanya.
Contoh unsur keindahan yang dimiliki oleh tanaman buah dan
sayuran antara lain: terung dengan buah yang berwarna ungu
dan hijau, serta berbentuk bulat panjang; tomat dengan buah
yang berwarna merah, kuning, dan hijau; wortel dan bayam
merah memiliki daun yang indah. Dengan memperhatikan cara
menanam, maka kebun akan terlihat indah. Misalnya cabai bisa
ditanam dengan bermacam-macam tanaman buah yang
berwarna seperti terung dan tomat, kangkung bisa ditanam
menggantung, dan kacang panjang bisa ditanam merambat
pada tembok. Jadi, tanaman sayuran dan buah-buahan ini
memberikan manfaat ganda yaitu untuk dikonsumsi dan
memperindah halaman.
4. Mengurangi polusi udara
Seperti kita ketahui, bahwa tanaman bisa membantu
mengurangi pencemaran udara karena tanaman mengeluarkan
Oksigen (O2) dan mengambil Karbon Dioksida (CO2). Dengan
demikian udara di sekitar akan selalu sejuk, jika terdapat
banyak tanaman.
5. Mengurangi stres
Rutinitas dapat membuat kita jenuh dan stres, sehingga
diperlukan aktivitas lain untuk keluar dari rutinitas tersebut.
Salah satu yang bisa dilakukan adalah berkebun. Berkebun
adalah aktivitas yang ringan dan tidak membosankan. Banyak
hal yang bisa kita lakukan, seperti menyiram, menanam,
memanen, memangkas, dan memupuk. Masing-masing
kegiatan berbeda-beda perlakuannya sehingga tidak
membosankan. Apalagi ketika melihat semua tanaman tumbuh
dengan subur, maka dapat menimbulkan kebahagiaan
tersendiri yang bisa mengurangi beban pikiran.
6. Media pendidikan
Kecintaan anak terhadap lingkungan sebaiknya ditanamkan
sejak dini karena biasanya bisa menjadi pengalaman yang tak
terlupakan sepanjang masa. Sehingga, perilaku anak akan selalu
diwarnai rasa kasih sayang, seperti anak tidak akan mudah
merusak tanaman atau menyiksa binatang. Lingkungan rumah
merupakan salah satu media yang paling mudah untuk
memulainya, misalnya dimulai dengan halaman rumah sendiri.
Anak mulai dikenalkan dengan nama tanaman atau diajak
menyiram tanaman. Anak yang sudah mampu, bisa diberi
tanggung jawab sendiri sehingga dia akan melakukan dengan
sepenuh hati, yang penting selalu dibimbing atau didampingi.
7. Membantu mengatasi masalah lingkungan
Kondisi lingkungan yang rusak dan membahayakan
kelangsungan hidup bumi merupakan tanggung jawab semua
orang. Biasanya kita bingung akan memulai kegiatan darimana.
Seringkali upaya perbaikan lingkungan dilakukan dengan cara
yang besar dan sulit, seperti penghijauan, membersihkan
sungai, seminar, lokakarya atau hal-hal lain yang susah diikuti
oleh kebanyakan orang awam sehingga tidak banyak orang
yang terlibat dalam penanganan malasah lingkungan.
Permasalahan lingkungan sebenarnya bisa diatasi oleh siapa
saja termasuk ibu rumah tangga dan bisa dilakukan dengan cara
sederhana dan dalam lingkup yang kecil seperti memanfaatkan
halaman rumah dan halaman sekolah, pengolahan sampah, dan
memasak makanan ekologis.
B. Berkebun di Halaman Sekolah
“Lihat kebunku penuh dengan bunga
Ada yang putih dan ada yang merah
Setiap hari kusiram semua
Mawar melati semuanya indah”
Kalau membaca sebait kalimat di atas, pasti kita ingat masa kanakkanak karena itu adalah sepotong bait dari lagu yang kerap kita
nyanyikan ketika masih duduk di bangku Taman Kanak-kanak.
Tetapi, nyanyian tersebut hanya sebagian hiburan dan dihafal
sehingga pesan dan harapan dari lagu tersebut tidak sampai pada
anak-anak, yaitu anak harusnya menyayangi tanaman dan
memeliharanya. Anak-anak jarang atau hampir tidak pernah
dikenalkan langsung dengan menyentuh, mencium bau bunga, dan
menanam. Sehingga, kecintaan mereka terhadap tumbuhan tidak
tertanamkan dan kurang mempunyai rasa peduli. Hal ini sangat
disayangkan karena banyak terlihat halaman sekolah yang luas,
tetapi hampir kosong.
1. Manfaat yang diperoleh
Halaman sekolah sebenarnya tidak hanya bisa digunakan untuk
kegiatan olah raga atau upacara, tetapi bisa dimanfaatkan lebih
banyak lagi tanpa mengurangi fungsinya sebagai tempat
berkegiatan. Misalnya, bisa digunakan sebagai media
pendidikan untuk mengenalkan lingkungan kepada siswa
dengan memberikan dan menunjukkan contoh nyata, yaitu
penunjang bidang studi dan untuk praktek lapangan seperti
pengamatan tanah, tumbuhan, dan serangga, serta bisa untuk
belajar ekosistem dan rantai makanan. Selain itu halaman akan
menjadi indah, sejuk, dan bersih dari sampah.
2. Peran pendidik
Dalam hal ini guru bisa menjadi fasilitator untuk mengarahkan
kegiatan siswa sesuai dengan tujuan. Selain itu juga akan
menjadi pendamping, jika siswa mengalami kesulitan. Dengan
demikian akan terjalin hubungan yang harmonis antara
pendidik dan siswa. Jika hal itu terjadi, maka siswa menjadi
lebih kreatif dan aktif karena kegiatan di sekolah lebih
menyenangkan dan mata pelajaran bukan menjadi beban lagi.
Hal ini akan mendorong dan menumbuhkan sikap positif siswa.
Mereka lebih punya perhatian dengan sesama, baik hormat
kepada pendidik, sesama siswa, maupun kepada tanaman.
Pendidik yang dimaksud adalah semua pengelola sekolah, tanpa
tergantung pada kedudukan dan bidang studi yang dikuasai
karena sikap, perilaku, dan mental siswa menjadi tanggung
jawab semua pendidik. Sedangkan orang tua pun harus
berperan di luar lingkungan sekolah, hal ini sebaiknya juga
menjadi tugas sekolah untuk mengajak peran serta orang tua
siswa dalam membina sikap dan pola pikir.
3. Peran Siswa
Siswa sebagai sasaran harus dibuat aktif dan kreatif dengan
mengadakan model pendidikan yang alternatif, artinya kalau
bisa setiap pendidik dalam menyampaikan pelajaran hendaknya
menggunakan model atau metode yang bervariasi. Pelajaran
tidak hanya disampaikan dalam ruangan atau kelas, hafalan,
mencatat, dan ulangan. Tetapi, bisa dilengkapi dengan
permainan, penelitian di sekitar sekolah, diskusi, kerja praktek,
dan kerja sosial. Hal itu dapat disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan. Dengan cara tersebut wawasan siswa akan mudah
berkembang. Satu contoh dalam pelajaran agama, sering kita
mendengar kalimat “kebersihan sebagian dari iman” dan di
setiap dinding sekolah ada tulisan 5K yaitu keamanan,
ketertiban, kebersihan, kerapian, dan keindahan. Semua siswa
hafal dengan kalimat-kalimat tersebut, tetapi kebersihan yang
bagaimana yang dimaksud? Siswa tidak tahu. Ini terbukti
dengan halaman sekolah yang selalu terlihat kotor oleh sampah
plastik, kertas dan lain lain, WC selalu berbau, bungkus
makanan berserakan dimana-mana. Hal ini menunjukkan
bahwa yang mereka hafalkan belum dilaksanakan. Lebih baik
kalau pengetahuan mereka bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Berkebun dengan Biaya Murah
Sebaiknya pemenuhan segala kebutuhan hidup harus sesuai
dengan isi kantong dan kebutuhan. Ketika kita akan membeli suatu
benda, selalu diukur dengan harga bahan makan. Seringkali kita
mendengar dari ibu-ibu kalimat “Lebih baik dibelikan beras
daripada dibelikan tanaman”.
Dalam buku ini kami berusaha untuk membantu bagaimana
berkebun dengan biaya yang murah supaya semua orang bisa
melakukan dan mendapatkan bahan makanan yang sehat.
1. Barang bekas
Kita bisa memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di
sekitar untuk media bertanam, seperti kaleng cat atau susu, alat
rumah tangga yang rusak, botol atau gelas air mineral, paralon,
ban mobil, dan papan bekas. Dengan sedikit kreatifitas, barang
bekas tersebut bisa dipercantik.
2. Mendapatkan benih secara gratis
Bibit tanaman bisa diambil dari bahan dapur yang seringkali
bijinya dibuang, seperti cabai rawit, tomat, cabai merah, kacang
panjang, atau mentimun. Kita bisa kumpulkan biji-biji tersebut
untuk disemai. Apabila kita menginginkan bibit atau benih yang
bermacam-macam, maka kita bisa mendapatkan di desa
terdekat dengan harga yang murah seperti ubi kayu, kangkung,
atau serai.
3. Bebas dari bahan beracun
Kemajuan pada bidang pertanian menawarkan berbagai macam
kemudahan kepada para petani dengan produk-produk unggul,
racun-racun pembasmi hama dan penyakit, serta pupuk untuk
menyuburkan tanaman yang semuanya mengandung bahan
kimia sintetis yang lebih dikenal dengan pupuk dan pestisida
buatan pabrik.Dari hasil penelitian dan pengalaman ternyata bahan-bahan dan
jenis tanaman unggul tersebut banyak menimbulkan masalah,
seperti tanah menjadi tidak subur, air menjadi tercemar, dan
menimbulkan berbagai macam penyakit. Selain itu yang terkena
dampak cukup serius adalah petani dan konsumen karena
bahan-bahan beracun tersebut masuk ke dalam produk
pertanian yang biasa kita konsumsi, seperti sayuran dan bauahbuahan. Bahan beracun tersebut tidak bisa hilang, walaupun
buah atau sayuran tersebut dicuci dan dimasak. Ketika sudah
masuk di dalam tubuh tidak bisa keluar melalui keringat,
kencing, maupun kotoran. Bahan tersebut akan tertimbun di
dalam tubuh yang akhirnya menimbulkan efek sampingan.
Untuk menghindari masalah tersebut, maka kita perlu
menggunakan pupuk dan pestisida kimia untuk menyuburkan
tanah dan memberantas hama. Kita bisa menggunakan bahanbahan alami, seperti tembakau dan bawang putih untuk
menghasilkan buah atau sayuran yang sehat dan aman.
Ketika kita akan membeli sayuran dan buah-buahan sebaiknya
memilih yang bebas atau sedikit mengandung bahan-bahan
kimia. Contoh sayuran yaitu daun pepaya, daun singkong/ubi
kayu, labu siam, nangka muda, rebung, jantung pisang, labu
atau sayuran yang tidak ditanam secara budidaya. Contoh
buah-buahan antara lain apokat, jambu air, jambu biji lokal,
delima, cermai, pisang lokal, durian lokal, rambutan, nangka,
mangga, sirsat, sawo, srikaya, kedondong, kelengkeng, atau
buah lokal yang ditanam di pekarangan. Buah yang banyak
mengandung pestisida antara lain: anggur, apel, jeruk, melon,
dan semangka Sebenarnya kita tidak perlu bingung atau pusing untuk memilih
buah atau sayuran karena kita tinggal di daerah tropis yang
kaya akan keragaman jenis tanaman. Kalau kita memang perlu
untuk sehat, maka kita tidak perlu peduli dengan gengsi dan
status karena tidak mengkonsumsi makanan beracun dan
makanan sampah yang banyak beredar di kota besar.
a. Bagaimana Memulai Berkebun?
1. Bahan dan peralatan yang diperlukan
Bahan dan peralatan yang digunakan tergantung pada
kepentingan dalam mengerjakan kebun, tetapi sebagai
patokan dapat dibantu dengan daftar alat dan bahan
seperti berikut ini. Peralatan terdiri dari cangkul, linggis,
palu, gergaji, pahatan, parang, sabit, sekop, dan garpu.
Bahan-bahan terdiri dari bambu, paralon bekas, kaleng
bekas, ban mobil, papan, pot tanah, drum bekas, karung
atau sak, paku, dan kawat.
2. Langkah-langkah
Membuat daftar
Mendaftar keperluan yang dibutuhkan untuk berkebun,
akan membantu kita dalam mempermudah dan
mempercepat pekerjaan. Berdasarkan daftar tersebut
kita bisa menyiapkan semua kebutuhan sebelum
memulai pekerjaan.
Membuat perencanaan
Sebelum memulai berkebun, sebaiknya perlu dipikirkan
terlebih dahulu kebun yang bagaimana yang kita
inginkan. Hal ini penting untuk mengantisipasi apabila
terjadi perubahan dalam kebun. Untuk itu kita perlu
mengamati halaman untuk kemungkinan-kemungkinan yang bisa dikembangkan, mana yang perlu dibongkar,
pot atau media apa yang akan digunakan. Sebaiknya juga
perlu mengetahui luas kebun karena akan memudahkan
pengaturan. Sebaiknya perencanaan ditulis di atas kertas
dengan gambar-gambar yang sederhana. Jika kita sudah
mantap dengan perencanaan tersebut, maka kita bisa
memulai dari hal yang sudah siap.
Pengerjaan
Mengolah tanah meliputi menggemburkan,
mencabut gulma dan membersihkan batu-batu kecil,
serta membuat bedengan. Bentuk bedengan tidak
harus segi empat, tetapi bisa bermacam-macam
tergantung pada letak dan luas kebun.
Pemupukan adalah memupuk tanah supaya menjadi
gembur. Pupuk yang digunakan sebaiknya kompos,
pupuk hijau (dari tanaman), dan pupuk kandang
karena tidak mengandung bahan kimia sintetis.
Bahan kimia tersebut dapat mengganggu kesehatan
dan merusak kesuburan tanah karena dapat
membunuh mikroorganisme. Pupuk hijau dan pupuk
kandang sangat mudah diperoleh, kecuali kompos
kita bisa membuat sendiri.
Pemulsaan. Mulsa dapat melindungi tanah dari sinar
matahari dan hujan sehingga tanah tidak cepat kering
dan juga tidak mudah larut oleh air hujan. Bahan mulsa bisa berasal dari rumput, daun pisang, jerami,
serutan kayu, atau bahan organik lain (bahan yang
dapat terurai). Selain melindungi tanah, mulsa juga
berfungsi untuk mengendalikan gulma (tanaman
pengganggu) dan hama, menyuburkan tanah, dan
mempertahankan kelembaban tanah. Cara
menggunakan mulsa yaitu dengan menaburkan di
atas permukaan tanah yang sudah ada tanamannya.
Bahan mulsa yang terlalu besar sebaiknya dipotong
kecil-kecil, ketebalan untuk pemberian mulsa antara
5 – 10cm. Untuk jenis tanaman yang cara tanamnya
ditabur seperti bayam dan wijen, tidak perlu diberi
mulsa.
Pembibitan. Ada beberapa jenis tanaman yang perlu
disemaikan terlebih dahulu sebelum ditanam, seperti
cabai, terung, tomat, dan sawi. Untuk pembibitan
diperlukan tempat persemaian (bisa dari macammacam tempat), tanah yang gembur, dan benih
untuk disemai. Letakkan tempat persemaian di
tempat yang ternaungi dan siram setiap hari. Setelah
persemaian berumur 3 – 4 minggu, bibit sudah bida
dipindahkan ke tempat yang diinginkan. Penanaman. Cara menanam sebaiknya menggunakan
sistem tumpang sari karena mempunyai banyak
manfaat, seperti memperoleh bermacam-macam
sayuran, bisa mengendalikan hama, menjaga
kesuburan tanah, dan bisa panen secara terusmenerus. Ada dua jenis penanaman secara tumpang
sari, yaitu tumpang sari dari jenis tanaman dan
tumpang sari dari umur tanaman.
Panen. Memungut hasil adalah mengambil hasil jerih
payah kita selama berkebun dan merupakan hal yang
paling menyenangkan. Ketika memanen sebaiknya
tidak diambil semuanya, tapi sisakan untuk bibit juga.
Untuk bibit pilihlah buah atau tanaman yang sehat
dan besar. Untuk menjaga supaya cadangan bibit
tidak diambil oleh orang lain, sebaiknya dibungkus
atau diberi tanda. Cara panen ada yang dicabut,
seperti wortel, sawi, bayam cabut, dan kangkung.
Cara panen yang dipetik, seperti cabai, tomat, dan
terung. Untuk tanaman yang dicabut, setelah
dipanen harus segera diisi lagi dengan tanaman lain
supaya kebun tidak kosong dan dapat dipanen terusmenerus. Ketika mengganti tanaman lain sebaiknya
tidak dilakukan secara bergiliran atau dengan sistem
rotasi. Hal ini penting untuk memanfaatkan unsur
hara yang ada di tanah. Berikut ini urutan
penanaman secara rotasi
Sayuran yang menghasilkan daun seperti sawi,
seledri, kangkung, bayam.
Sayuran yang menghasilkan buah seperti cabai,
lobak, terung, tomat, jagung.
Sayuran yang menghasilkan akar seperti wortel,
lobak, bit, kentang, ubi jalar.
Untuk jenis kacang-kacangan bisa ditanam pada
permulaan atau terus-menerus karena dapat
menghasilkan Nitrogen (N) untuk membantu
kesuburan tanah.
b. Jenis-jenis Tanaman
Daerah tropis mempunyai banyak jenis atau keragaman
tanaman, baik tanaman hias, sayuran, buah, perkebunan,
dan masih ada jenis yang lain. Untuk itu kita tidak perlu
menanam jenis-jenis tanaman dari luar yang perlu perhatian
khusus dan mahal. Tabel ini bisa membantu anda memilih
tanaman yang akan ditanam.
1. Tanaman sayuran
Sayuran yang dimaksud adalah jenis yang paling sering
dikonsumsi oleh manusia dan mudah diperoleh, baik di
pasar maupun ditanam sendiri.
2. Tanaman empon-empon
Empon-empon selain sebagai bumbu pelengkap
masakan, juga mempunyai fungsi lain yaitu untuk obat
tradisional (jamu).
3. Tanaman buah
Apabila halaman anda tidak terlalu sempit, lebih baik
juga ditanami buah-buahan karena bisa diambil buahnya
dan sekaligus sebagai naungan atau sebagai tanaman
hias. Jenis yang dipilih bisa disesuaikan dengan luas
lahan yang ada.
Catatan untuk tanaman buah:
Jika ditanam di halaman sempit, bisa menggunakan pot besar
atau drum bekas.
Jika ditanam di halaman sekolah, sebaiknya sesuai dengan tabel
jarak tanam.
D. Macam-macam Model Kebun
1. Bambu
Bambu mempunyai peranan penting dalam menunjang
keperluan hidup, dapat dipakai menjadi peralatan sederhana
atau peralatan mewah. Bambu juga bisa dipakai sebagai media
tanam yang baik dan cukup tahan lama. Selain harganya juga
murah, bambu juga bisa memberikan unsur keindahan, apalagi
kalau kita bisa menata. Untuk media tanaman sebaiknya
digunakan bambu yang berdiameter 10cm ke atas.
2. Pot tanah
Pot tanah tentu tidak asing bagi kita karena sejak awal pot ini
sudah digunakan, tetapi keberadaannya mulai tergeser dengan
datangnya pot plastik atau pot dari semen. Padahal pot tanah
lebih baik dari pot plastik maupun semen. Selain murah, poripori pot tanah juga bisa membantu kesehatan tanaman. Ada
anggapan terkesan kampungan, tetapi sebenarnya mempunyai
nilai seni.
3. Ban mobil
Selama ini ban mobil bekas kebanyakan dibuat tempat sampah,
kursi, atau tali untuk sumur. Padahal ban mobil juga bisa
sebagai media tanam, selain kuat dan awet, harganya murah.
Selama ini ban mobil bekas dianggap menjadi masalah karena
kesulitan dalam penyimpanannya dan sebagai sumber sarang
nyamuk, maka mulai saat ini akan menjadi barang yang
bermanfaat
4. Paralon/PVC
Paralon memang tidak dianjurkan digunakan dengan
pertimbangan harganya memang mahal. Tetapi, paralon yang
dimaksud adalah sisa-sisa paralon yang sudah tidak
dipergunakan lagi. Daripada dibuang menjadi sampah atau
dibakar bisa berbahaya untuk kesehatan dari asap yang
ditimbulkannya. Untuk itu kita bisa memanfaatkan sebagai
media tanam, caranya sama dengan bambu.
5. Papan
Papan juga merupakan bahan yang umum dijumpai, tetapi
pemanfaatannya masih terbatas untuk bangunan, perabot
rumah tangga, atau hiasan. Papan bekas kebanyakan dibuang
atau dijadikan kayu bakar, padahal papan tersebut digunakan
sebagai media tanam, walaupun keawetannya lebih rendah
daripada bambu
6. Kaleng
Cukup banyak yang memanfaatkan kaleng susu atau kaleng cat
sebagai media tanam, tetapi penggunannya asal-asalan
sehingga memberikan kesan kotor. Untuk itu sebenarnya kita
bisa meningkatkan nilai estetikanya dengan menghias kalengkaleng tersebut dengan sedikit goresan cat atau mengatur
posisi dan letak kaleng-kaleng bekas tersebut.
7. Botol atau gelas air mineral
Keberadaannya ada dimana-mana dan menimbulkan masalah
yaitu sampah. Memang ada yang sudah bisa didaurulang, tetapi
tidak semua jenis karena bahannya berbeda-beda. Untuk
mendapatkannya tanpa harus mengeluarkan biaya dan sangat
mudah diperoleh.
8. Aluminium foil
Kita sering menjumpai benda ini antara lain pembungkus kopi
atau susu berwarna putih keperak-perakan dan mengkilat.
Bahan ini sulit hancur atau tidak terurai di tanah. Bahan ini juga
mudah didapat dan tidak perlu dibeli langsung, serta bisa tahan
cukup lama. Untuk itu kita bisa memanfaatkan dulu.
9. Sak
Bahan yang berbentuk seperti kantong ini pun juga bisa
dimanfaatkan sebagai media tanam, harganya murah dan
mudah diperoleh.
10. Drum
Bahan ini memang bisa digunakan, tapi kemungkinan sulit
diperoleh dan mahal harganya. Jika kita mempunyai, bisa
memanfaatkannya. Selain cukup besar, drum juga bisa
bertahan lama. Drum ini bisa dipakai sebagai media tanam
untuk tanaman yang besar, seperti pohon buah-buahan.
Dengan demikian kebun kita akan lebih lengkap jenis
tanamannya.
Dari beberapa contoh tersebut mudah-mudahan bisa membuat
kita lebih jeli dan teliti untuk memanfaatkan apa saja yang
selama ini kita anggap tidak bermafaat. Tentu di sekitar kita
masih banyak kemungkinan yang bisa dimanfaatkan dan
dikembangkan. Siapa tahu dari hal kecil ini kita bisa
menemukan jalan keluar dari kondisi sulit seperti saat ini, yang
penting kita mau berusaha dan menerapkannya. Karena hanya
dengan pengalaman (praktek) kita bisa menemukan kesalahankesalahan dan juga menemukan jalan keluar sekaligus.
Catatan:
Perlu diingat bahwa ada bahan-bahan yang harus dihindari
pemakaiannya yaitu bahan atau tempat bekas bahan beracun,
seperti kaleng racun nyamuk, kaleng bahan kimia, kaleng
pembersih lantai, kaleng atau bungkus pestisida. Hal yang
dikhawatirkan adalah masih ada sisa bahan yang berbahaya,
walaupun sudah dicuci karena bahan kimia tidak bisa hilang
melalui pencucian.
Prinsip pertanian alami sebenarnya memiliki kesamaan dengan
beberapa istilah yang umum dan berkembang di masyarakat seperti
Pertanian ramah lingkungan, Pertanian Organik, Pertanian Ekologis,
Pertanian Selaras Alam, Permaculture, atau Biodynamic.
Menurut beberapa literatur, Pertanian alami merupakan sistem
pertanian yang bertujuan untuk tetap menjaga keselarasan (harmoni)
dengan sistem alami, serta memanfaatkan dan mengembangkan
semaksimal mungkin proses-proses alami dalam pengelolaan usaha
tani (Kasumbogo Untung, 1997). Pertanian alami menghindari
penggunaan pupuk dan pestisida sintetik, (Saragih. 2008). Dengan kata
lain pertanian alami adalah suatu sistem pertanian yang tidak
menggunakan bahan kimia buatan; mewujudkan sikap dan perilaku
hidup yang menghargai alam; dengan keyakinan bahwa kehidupan
adalah anugerah Tuhan yang harus dilestarikan (Joko Prayogo dkk.,
1999).
Fukuoko dalam bukunya ”one straw revolution” telah memaparkan
dan menerapkan falsafah dasar pertanian alami yaitu bekerja sama
dengan alam, bukan melawan alam, senantiasa mengamati dengan
penuh perhatian dan bukan bekerja tanpa berpikir, memperhatikan
tanaman dan binatang dalam keseluruhan fungsinya dari pada
memanfaatkan elemen yang ada sebagai fungsi tunggal.
Fukuoko menerapkan cara Aikido terhadap lahan yaitu mengalir
bersama gelombang, merubah kelemahan menjadi kekuatan dan
memanfaatkan segala sesuatu secara positif. Tapi jika kita
melawan/menyerang alam, pada akhirnya kita yang akan hancur.
Fukuoka juga berpendapat ”keserasian dengan alam hanya dapat
terwujud bila kita melepaskan pikirkan superioritas manusia atas
alam”.
Dari berbagai pendapat dapat disimpulkan bahwa:
“Pertanian alami adalah pertanian yang bertanggung jawab terhadap
lingkungan (tanah, air, udara), manusia, hewan, dan tumbuhan.
Selain itu, jika dilihat lebih luas pertanian alami juga memperhatikan
aspek budaya, sosial, ekonomi, politik, kesehatan, konservasi, HAM,
dan semua disiplin ilmu”.
Begitu juga bagi masyarakat petani kita, bertani bukan hanya sekedar
menanam dan menumbuhkan tanaman, memupuk dan mengejar
produksi setinggi tingginya serta mendapatkan keuntungan sebesar
besarnya secara materi, tetapi ada hal lain yaitu“ membangun
keserasian, keselarasan yang harmoni dengan alam yang diwujudkan
dalam prilaku keseharian mereka terhadap alam sekitarnya, termasuk
dalam proses pertanian. Bagi mereka alam adalah kehidupannya baik
untuk saat ini maupun masa yang akan datang sehingga mereka
memperlakukan alam dengan sangat bijak dan penuh etika.
Perlu diketahui bahwa pertanian alami dalam berbagai bentuk, sudah
dilakukan sejak ribuan tahun di seluruh dunia, merupakan pertanian
alami yang tidak menggunakan bahan kimia sintetik. Pertanian dengan
memperhatikan dan memanfaatkan unsur yang ada seperti hutan.
Hutan merupakan salah satu sistem produksi pangan pada masa
prasejarah yang dipercayai merupakan konsep yang di contoh sebagai
ekosistem pertanian yang pertama.
Pada abad 18, pupuk sintetis mulai diproduksi, berupa superfosfat.
Lalu pupuk berbahan dasar amonia mulai diproduksi secara masal
ketika semasa Perang Dunia I. Pupuk ini murah, bernutrisi, dan mudah
ditransportasikan dalam bentuk curah. Tahun 1940an, pestisida kimia
mulai diproduksi secara besar besaran, sehingga memicu penggunaan
bahan kimia pada pertanian di seluruh dunia. Namun sistem pertanian
baru yang mulai berkembang ini membawa dampak serius secara
jangka panjang pada pemadatan tanah, erosi, penurunan kesuburan
tanah secara keseluruhan, juga dampak kesehatan pada manusia
akibat bahan kimia beracun yang masuk ke bahan pangan dan akhirnya
masuk kedalam tubuh manusia.
Para pakar biologi tanah mulai mengembangkan teori mengenai
bagaimana ilmu biologi yang dapat digunakan pada pertanian untuk
menanggulangi dampak negatif bahan kimia pertanian tanpa
mengurangi hasil produksi pertanian.
Pada tahun 1930an dan awal 1940an, pakar botani terkemuka Sir
Albert Howard dan istrinya Gabriel Howard mengembangkan
pertanian alami. Howard terinspirasi dari pengalaman mereka
mengenai metode pertanian tradisional di India. Pengetahuan mereka
mengenai biodinamika (pertanian yang berdasarkan perbintangan).
Sejak saat itulah pertanian alami mulai berkembang sebagai bentuk
antisipasi kerusakan lingkungan yang disebabkan dari sektor pertanian.
Sayangnya, praktik pertanian alami ini baru dipahami sebatas pada
penggantian pupuk anorganik menjadi organik termasuk pestisidanya,
dan keberhasilan kegiatan pertanian baru diukur pada tingkat
produksi. Padahal realisasi yang paling sulit diterapkan adalah
bagaimana petani memahami dan menyadari pemakaian pupuk dan
pestisida kimia yang residunya bisa membahayakan dirinya, keluarga,
dan konsumen, bahkan lingkungan.
Prinsip utama dari Pertanian Alami adalah:
1. Memulihkan kedaulatan Petani (secara politis).
secara politis, dalam pertanian alami, petani dapat
memutuskan sendiri apa yang akan ditanam, input produksi
yang digunakan, hingga penentuan dijual atau ke mana di
pasarkan, berapa harga produk yang harus dijual merupakan
sifat politik yang harus dimiliki oleh setiap orang yang
melakukan pertanian alami
- Petani sebagai pelaku utama harus memiliki kebanggaan
sebagai petani
- Petani mampu mengelola segala sumberdaya yang
dimilikinya dan yang tersedia dilingkungannya
- Petani memiliki kemandirian dalam memanfaatkan
potensinya sendiri dan tidak tergantung pada industri
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian yang ramah
lingkungan dan penggunaan input lokal, sehingga biaya yang
dikeluarkan akan berkurang, dibanding pertanian model
Revolusi Hijau yang hanya memberikan keuntungan kepada
pemilik modal input produksi.
3. Pemulihan kesuburan tanah, dengan penggunaan bahan organik
sebagai bahan pendukung pertanian.
4. Pemulihan keseimbangan ekosistem.
- Pemakaian bahan-bahan yang ramah terhadap
lingkungan
- Tidak memusnakan tanaman sekitarnya yang dianggap
penganggu
- Mengendalikan polulasi hama dan memberikan habitat
bagi hewan predator
5. Pelestarian dan mempertahankan Kearifan Lokal. Secara budaya,
pertanian alami menghargai berbagai ritual dalam bertani,
Prinsip utama dari Pertanian Alami adalah:
1. Memulihkan kedaulatan Petani (secara politis).
secara politis, dalam pertanian alami, petani dapat
memutuskan sendiri apa yang akan ditanam, input produksi
yang digunakan, hingga penentuan dijual atau ke mana di
pasarkan, berapa harga produk yang harus dijual merupakan
sifat politik yang harus dimiliki oleh setiap orang yang
melakukan pertanian alami
- Petani sebagai pelaku utama harus memiliki kebanggaan
sebagai petani
- Petani mampu mengelola segala sumberdaya yang
dimilikinya dan yang tersedia dilingkungannya
- Petani memiliki kemandirian dalam memanfaatkan
potensinya sendiri dan tidak tergantung pada industri
2. Pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian yang ramah
lingkungan dan penggunaan input lokal, sehingga biaya yang
dikeluarkan akan berkurang, dibanding pertanian model
Revolusi Hijau yang hanya memberikan keuntungan kepada
pemilik modal input produksi.
3. Pemulihan kesuburan tanah, dengan penggunaan bahan organik
sebagai bahan pendukung pertanian.
4. Pemulihan keseimbangan ekosistem.
- Pemakaian bahan-bahan yang ramah terhadap
lingkungan
- Tidak memusnakan tanaman sekitarnya yang dianggap
penganggu
- Mengendalikan polulasi hama dan memberikan habitat
bagi hewan predator
5. Pelestarian dan mempertahankan Kearifan Lokal. Secara budaya,
pertanian alami menghargai berbagai ritual dalam bertani,
oleh petani itu sendiri, maupun konsumen lainnya. Secara
langsung telah turut andil dalam penyelamatan kesehatan
masyarakat dan juga penyelamatan generasi ke depan.
Petani harus sadar bahwa, apa yang dihadapi dalam proses bertani
adalah jasad hidup dan punya kehidupan tersendiri, baik
tanaman/tumbuhan, hewan maupun jasad renik lain seperti
mikroorganisme, jamur,dsb mereka hidup saling membutuhkan dan
menguntungkan. Selain itu, ada peran unsur-unsur alam lainnya
seperti matahari, udara, air, hutan turut berkontribusi dalam
menciptakan keseimbangan alam.
Petani diharapkan memahami situasi dan kondisi pada saat ini serta
tantangan kedepan, baik dari segi politik dan ekonomi global.
Kesadaran dan kepedulian petani menjadi kunci penting dalam
mengahdapi situasi tersebut, oleh karena itu mau tidak mau kita atau
petani harus kembali kepada pertanian Alami yang sudah terbukti,
dapat bertahan hingga saat ini.
Kesadaran akan kelestarian ekosistem alami, mempertahankan budaya
dan kearifan lokal, pengunaan bibit lokal, pengunaan pupuk dan
pestida alami serta hubungan sosial atau kekerabatan yang tinggi
adalah kunci penting untuk membangun kemandirian petani yang
selanjutnya bisa mewujudkan kesejahteraan petani yang berdaulat
dan merdeka.
Sejarah Pertanian alami
Sejarah pertanian alami sebenarnya sejalan dengan sejarah
manusia. Ketika manusia ada, maka mereka harus bisa memenuhi
kebutuhan dasarnya yaitu makanan. Pada jaman manusia purba
(primitif) memang belum mengenal bertani, tetapi berburu.
Mereka mengumpulkan bahan makanan yang ada di wilayahnya,
tetapi belum melakukan budidaya. Hidupnya berpindah-pindah
menyesuaikan dengan siklus alam atau mengikuti keberadaan
binatang buruannya. Sejalan dengan perkembangan peradapan
dan pola pikir, mereka mulai menetap di goa-goa. Saat itu pula
mereka mulai belajar menjinakkan binatang liar untuk diternakan
dan bercocok tanam. Selanjutnya pola bercocok tanam ini
dikembangkan menjadi pertanian tradisional yang didasari oleh
pengalaman ratusan tahun dan adanya peradaban yaitu nilai-nilai
spiritual yang diterapkan dalam bentuk ritual atau upacaraupacara adat. Pertanian tradisional ini berjalan hingga ribuan
tahun, hingga pada akhir Perang Dunia II berubah menjadi
pertanian modern atau yang disebut dengan “Revolusi Hijau”.
Sejak saat itu pola pertanian berubah, terutama di Negara-negara
Eropa. Mereka mulai menggunakan pupuk dan pestisida kimia
agar kebutuhan pangan terpenuhi karena terjadi krisis pangan
akibat perang yang berkepanjangan.
Perubahan pola pertanian tersebut membawa dampak pada
negara berkembang seperti Indonesia. Sejak awal tahun 70-an
mulai dikenalkan konsep Pertanian Modern. Awal penerapannya
memang membawa dampak positif, terutama untuk peningkatan
produksi beras. Pada tahun 1970-an tersebut penerapan
Pertanian Modern telah berlangsung selama 50 tahun di Eropa.
Dampak negatif mulai bisa dilihat yaitu dengan menurunnya kualitas kesuburan tanah, terjadi pencemaran air, meningkatnya
gas di udara, dan dampak kesehatan. Di Indonesia gerakan
perubahan kembali ke Pertanian Alami dimulai awal tahun 90-an,
namun ada beberapa lembaga yang sudah memulai sejak tahun
80-an. Pada era ini mulai terjadi perbedaan pendapat antara
para ahli. Pendapat pertama berasal dari kelompok yang
mempunyai kekhawatiran akan dampak dari Pertanian Modern
sehingga mendorong para pengambil kebijakan untuk kembali ke
Pertanian Alami atau yang disebut dengan Pertanian alami,
Pertanian Ekologis, Pertanian Selaras Alam, Permaculture, atau
Biodynamic. Pendapat kedua berasal dari kelompok yang tetap
mempertahankan pola Pertanian Modern, terutama mereka yang
memiliki industri pupuk dan pestisida kimia. Kondisi ini masih
berlangsung saat ini dan masalah pertanian menjadi semakin
kompleks karena sudah masuk pada rana “politik”, bukan lagi
rana teknis.
Empat sistem Pertanian alami:
1. Sustainabilitas (berkelanjutan): pertanian alami harus
merupakan pertanian yang berkelanjutan, bahwa kesuburan
tanah, kesehatan, dan ekonomi harus tetap terjaga secara
terus-menerus.
2. Equitabilitas (keamanan): pertanian alami harus aman bagi
seluruh kehidupan yang menyangkut manusia, lingkungan,
dan makluk hidup yang lain.
3. Stabilitas (keseimbangan): pertanian alamPrinsip Dasar Pertanian alami
1. Keyakinan yang kuat (spiritual)
Untuk memulai melakukan pertanian alami, hal penting yang
perlu dimiliki oleh seorang petani adalah KEYAKINAN yang
kuat, bahwa pertanian ini pasti bisa menghasilkan dan
menguntungkan secara ekonomi. Selain itu pertanian alami ini
sangat bertanggung jawab terhadap alam (tanah, air, udara),
tumbuhan, hewan, dan manusia.
Tuhan telah memberi contoh pertanian yang sangat baik,
yaitu ekosistem hutan yang sangat komplek. Hutan bisa
tumbuh dengan sendirinya tanpa campur tangan manusia.
Hutan tidak pernah terserang hama, bahkan bisa memberikan
makanan bagi semua makluk hidup yang ada didalamnya.
Hutan juga bisa memberikan atau mengatur siklus air dan
udara.
2. Mempertahankan budaya
Pertanian adalah bagian dari budaya sehingga dalam
menerapkan pertanian alami, maka budaya lokal menjadi
bagian penting yang harus dipelajari, karena budaya yang ada
di masyarakat itu sudah seiring dengan perkembangan
manusia dan lingkungan. Untuk itu mempelajari budaya
adalah mutlak dan harus dilakukan karena setiap budaya yang
ada di masyarakat sudah menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan. Budaya yang dimaksud bukan hanya budaya yang
bersifat ritual, tetapi menyangkut budaya praktis seperti
pemilihan jenis tanaman, pola tanam, waktu tanam, dan
pengelolaan lahan. Budaya yang sudah ada tidak bisa diganti
oleh budaya baru, tetapi bisa dilengkapi untuk menyesuaikan
dengan kondisi dan perkembangan yang ada. “BUDAYA
ADALAH JALAN MENUJU KEMERDEKAAN DAN KEBEBASAN
HIDUP”. i harus menjaga
keseimbangan alam dan tidak boleh ada eksploitasi karena
Tuhan menciptakan alam semesta ini secara seimbang, agar
tidak akan terjadi masalah lingkungan.
4. Produktivitas (produksi): pertanian alami juga harus bisa
menghasilkan produk yang tidak hanya memperhitungkan
kuantitas, tetapi juga harus bisa menghasilkan produk yang
kualitasnya jauh lebih baik sehingga kerawanan pangan bisa
diatasi.
Bersikap adil
Dalam menerapkan pertanian alami kita perlu melakukan
pengamatan terhadap seluruh aspek yang ada di suatu
wilayah. Karena, tujuan pertanian alami adalah menciptakan
sistem-sistem yang baik secara ekologis dan secara ekonomi
dapat berjalan dengan adil (fair), serta mampu menghasilkan
kebutuhan sendiri yang tidak mengeksploitasi dan berdampak
pada kerusakan alam. Sistem-sistem yang tercipta ini untuk
kebutuhan jangka panjang dan berkelanjutan. Pertanian alami
juga memanfaatkan kemampuan-kemampuan yang ada pada
tanaman dan binatang yang dikombinasi dengan sifat-sifat
alamiah lingkungan dan pembangunan untuk menghasilkan
suatu sistem yang mandiri bagi suatu wilayah atau suatu
ekosistem. Prinsip yang ketiga ini juga harus memperhatikan
aspek bersikap adil kepada:
a. Diri sendiri
Semua aktifitas yang dilakukan harus selalu berdampak
baik pada diri sendiri (petani), mulai dari yang dikonsumsi,
bahan-bahan yang digunakan tidak boleh beracun, dan
secara ekonomi menguntungkan.
b. Orang lain
Dalam melakukan pertanian alami tentu akan
menghasilkan suatu produk, baik berupa makanan pokok
atau kebutuhan pangan yang lain. Semua produk yang
dihasilkan harus berkualitas dan bermutu, tidak
mengandung residu pestisida yang bisa menimbulkan
masalah kesehatan, menggunakan bibit yang bukan hasil
rekayasa genetika, tidak membebani secara ekonomi, dan
memberikan upah yang layak kepada buruh tani.
c. Adil pada tanah, air, dan udara
Dalam pertanian alami tidak boleh menimbulkan dampak
yang negatif seperti mencemari tanah, air, dan udara
karena dalam komponen alam tersebut juga mengandung
kehidupan yang lain dan juga menghidupi makluk hidup
yang lain. Jika komponen tersebut tercemari, maka akan
mengganggu keseimbangan dan kesehatan lingkungan.
4. Melestarikan keragaman hayati
“Jika salah satu jenis mahkluk hidup punah, maka Tuhan
tidak akan menciptakan lagi.” Melestarikan keragaman
hayati mutlak dilakukan karena kita akan mendapatkan hal
yang sangat menguntungkan, seperti:
Menghasilkan beraneka ragam jenis makanan dan obatobatan berarti bisa menjaga ketahanan pangan nasional.
Dengan menanam beraneka jenis tanaman dapat
meningkatkan kesuburan tanah sehingga unsur hara di
tanah dapat dimanfaatkan secara maksimal agar tidak
akan terjadi persaingan dalam perebutan unsur hara oleh
tanaman.
Meningkatkan produktifitas, semakin banyak jenis yang
ditanam semakin banyak produk yang dihasilkan sehingga
tidak akan ada over produksi atau hasil yang berlebihan,
dengan demikian harga lebih bisa terkontrol.
Mengendalikan hama, masing-masing tanaman memiliki
karakter dan jenis hama yang berbeda sehingga tanaman
tidak akan terserang hama secara keseluruhan. Selain itu
juga ada beberapa jenis tanaman yang bisa dipakai sebagai
tanaman pengendali hama.
Menciptakan iklim mikro, keragaman tanaman akan
memiliki keragaman ketinggian, keragaman bentuk
kanopi, dan perakarannya, maka jika kita menanam dan
mengatur dengan baik akan menjadi ekosistem tersendiri
dalam suatu wilayah yang sempit.
Mengendalikan erosi dan hemat air, keragaman tanaman,
dan pola tanam yang tepat menjadikan tanah akan
terlindungi dari erosi dan bisa menghemat air.
Ilmu pengetahuan yang luas
“Ilmu pengetahuan modern bukan untuk mengganti
keberadaan pengetahuan lokal, tetapi sebagai pelengkap.”
Fukuoka dalam bukunya ”One Straw Revolution” telah
memaparkan dan menerapkan falsafah dasar pertanian.
Falsafah yang diterapkan Fukuoka adalah bekerja sama
dengan alam bukan melawan alam; senantiasa mengamati
dengan penuh perhatian dan bukan bekerja tanpa berpikir;
memperhatikan tanaman dan binatang dalam keseluruhan
fungsinya daripada memanfaatkan elemen yang ada sebagai
fungsi tunggal.
Fukuoko juga menerapkan cara-cara Aikido terhadap lahan
yaitu menggelinding bersama gelombang, mengubah
kelemahan menjadi kekuatan, dan memanfaatkan segala
sesuatu secara positif. Tapi, jika kita menyerang alam pada
akhirnya kita yang akan hancur. Fukuoka juga berpendapat
bahwa, ”Keserasian dengan alam hanya dapat terwujud bila
kita melepaskan pikiran superioritas atas alam”.
Ketika kita berdiri di luar rumah, maka akan melihat segala
sesuatu yang kita butuhkan untuk kehidupan yang baik telah
tersedia di sekitar. Matahari, angin, manusia, bangunan, batu,
laut, sungai, hutan, binatang, dan tanaman ada di sekitar kita.
Bekerjasama dengan semua unsur tersebut akan membawa
keserasian, sedangkan melawan keberadaan semua unsur
tersebut akan menghasilkan bencana dan kekacauan. Oleh
karena itu, menjadi seorang petani yang baik harus memiliki
pengetahuan yang luas dan ”ALAM ADA GURU TERBAIK BAGI
MANUSIA”.
Deskripsi:
Pertanian alami adalah pertanian yang bertanggung jawab
terhadap lingkungan (tanah, air, udara), manusia, hewan, dan
tumbuhan. Dalam pertanian alami juga membahas aspek budaya,
sosial, ekonomi, politik, kesehatan, konservasi, HAM, dan semua
disiplin ilmu, jadi bukan hanya menyangkut teknik pertanian yang
menggunakan pupuk dan pestisida alami.
Memberikan informasi dan pemahaman yang benar kepada
peserta tentang pertanian alami, jenis-jenisnya, sejarah
pergerakannya, perbedaan antara pertanian alami dan pertanian
modern, dan prinsip dasarnya.
Latar belakang:
Lebih dari 50 tahun petani kita sangat tergantung pada
penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis.
Menurunnya kualitas lingkungan akibat pencemaran tanah, air,
dan udara karena penggunaan pupuk kimia dan pestisida sintetis
dalam bidang pertanian.
Menurunnya kualitas kesehatan akibat produk pertanian yang
tercemar.
Hilangnya kearifan lokal dalam bidang pertanian dan konservasi
alam.
Generasi muda banyak yang tidak tertarik pada bidang pertanian
dan lebih bangga menjadi buruh pabrik.
Kerawanan sistem ketahanan pangan dan bahaya kelaparan.
Terjadinya ketidakadilan terhadap petani produsen.
Lemahnya penerapan kebijakan dalam penerapan pertanian
alami karena kebijakan masih berpihak pada pemilik modal.
Pertanian alami sudah diatur dalam GBHN 1993 dan akan Go
Organik 2010, tetapi pemerintah masih belum punya konsep
tentang pertanian alami.
Pengetahuan petani tentang manajemen atau pengelolaan masih
lemah sehingga petani tidak punya posisi tawar yang kuat.
Berubahnya tata guna lahan.
Pengetahuan dan kearifan lokal belum dihargai sebagai
pengetahuan yang bisa dipertanggungjawabkan sehingga tidak
ada perlindungan secara hukum.
Kebijakan pemerintah yang terbalik yaitu pertanian yang
didukung industri bukan industri yang didukung pertanian.
Perdagangan bebas yang dimonopoli negara-negara maju dan
Pengolahan lahan merupakan proses awal persiapan untuk
melakukan usaha pertanian alami. Pengolahan lahan berkaitan erat
dengan tujuan penanaman, karena pengolahan lahan untuk
tanaman produktif berbeda dengan pengolahan lahan untuk
memulihkan lahan kritis. Aspek yang harus diperhatikan dalam
mengolah lahan adalah letak lahan (ketinggian), jenis tanah,
kemiringan lahan (pencegahan erosi), terasering, dan sumber daya
yang lain.
Latar belakang:
Rendahnya pemahaman petani tentang teknik pengawetan
tanah dan air.
Kesuburan tanah menurun akibat penggunaan pupuk kimia
yang berlebihan dan erosi tanah dianggap bukan masalah
yang serius.
Rata-rata petani memiliki lahan pada ketinggian dan daerah
yang miring.
Banyak lahan yang berpotensi untuk pertanian, tetapi
dibiarkan sebagai lahan tidur.
Petani biasanya lebih fokus melakukan aktifitas pada
komoditasnya, tetapi kurang memperhatikan kondisi lahan.
Tujuan:
Meningkatkan pemahan petani akan pentingnya pengelolaan
yang baik dan benar.
Meningkatkan kesuburan tanah.
Meningkatkan produktifitas tanah sehingga hasil pertanian
akan meningkat.h
banyak untuk kepentingan politik.
Menjaga tanah agar tidak terkikis oleh air (erosi).
Mengelola air dengan baik supaya terserap ke dalam tanah
secara maksimal.
Salah satu cara mengendalikan hama dan penyakit.
Tahapan penyampaian materi:
Fasilitator membuka materi tentang pengelohan lahan dan
meminta kepada peserta untuk berbagi pengalaman dalam
mengelola lahan.
Setiap pendapat dicatat pada kertas plano dan dibahas sebagai
materi diskusi kelompok.
Fasilitator mengajak peserta ke lapangan untuk melakukan
pengamatan tentang sistem pengolahan lahan yang dilakukan
oleh petani setempat.
Fasilitator minta kepada peserta melakukan wawancara dengan
petani setempat tentang kodisi lahan (ketinggian, jenis tanah,
kesuburan, curah hujan), waktu pengelolaan, teknik pengolahan,
bingkai A, pembuatan bedengan, dan lainnya.
Fasilitator menanyakan kepada peserta tentang dasar-dasar
pengawetan tanah seperti pembuatan terasering, managemen air
(jebakan lumpur, lubang biopori, sistem irigasi), mulsa (penutup
tanah), pemupukan, jenis tanaman, dan sistem tanam.
Fasilitator juga menanyakan tentang hambatan dan tantangan
yang dihadapi oleh petani.
Fasilitator meminta kepada peserta untuk menuliskan dan
merumuskan hasil kunjungan lapang (diskusi kelompok) dan
mempresentasikan secara bergantian.
Fasilitator merumuskan hasil diskusi dan menutup sesi ini.
Metode : ceramah, diskusi kelompok, studi lapang, presentasi.
Waktu : 90 menit (study banding waktu tersendiri).
Media : papan tulis, kertas plano, meta plan, spidol, crayon,
ATK Lengkap
Pengamatan Lokasi.
Hal-hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan
pengamatan lokasi, antara lain:
a. Ketinggian wilayah.
Ketinggian suatu lokasi atau lahan pertanian sangat penting
untuk diketahui, karena berhubungan dengan suhu, curah
hujan, kelembaban, angin, dan sinar matahari. Dengan
demikian kita akan lebih mudah menentukan jeni-jenis
tanaman yang baik untuk ditanam. tinggi rendahnya lokasi
sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang akan
diusahakan.
b. Jenis-jenis tanah.
Jenis-jenis tanah ini sangat perlu diperhatikan karena
berhubungan dengan perencanaan cara dan tahapan
pengolahan tanah, sehingga dapat memberikan hasil yang
diharapkan. Secara umum tanah dibedakan menjadi tiga
macam, yaitu tanah pasir, tanah liat, dan dan tanah
lempung.
Tanah pasir.
Dikategorikan tanah berpasir karena mengandung
kurang lebih 70% pasir dan sisanya (30%) sebagai tanah
biasa.
Ciri-cirinya :
Sifatnya kurang bisa menahan air.
Butiran tanahnya lebih besar.
Termasuk tanah ringan sehingga cepat mengering.
Mudah dalam pengerjaannya.
Kandungan zat makanan sangat sedikit (kurang
subur).
Jika terbuka, suhu akan lebih tinggi (panas),
Kurang baik untuk pertanian.
Catatan:
Jika tanah pasir ini akan digunakan untuk pertanian, maka
diperlukan usaha-usaha pengelolaan yang benar, seperti
pengolahan lahan seminimal mungkin, gunakan tanaman
penutup tanah (mulsa), dan menggunakan pupuk alami
atau organik (seperti: pupuk kandang, kompos, pupuk
hijau).
Tanah liat.
Tanah yang kandungan liatnya kurang lebih 65% dan
sisanya tanah biasa.
Ciri-cirinya:
Air dan udara sulit masuk ke dalam tanah.
Air dan udara yang di dalam sulit keluar sehingga
tanah bersifat masam.
Butir-butir tanahnya sangat halus, sehingga susunan
tanahnya sangat rapat.
Pada musim hujan tanah akan becek dan pada musim
kemarau tanah akan pecah-pecah.
Tanah lengket, sehingga berat dalam pengerjaannya.
Mengandung berbagai macam zat makanan.
Kurang baik untuk pertanian karena akar tumbuhan
sulit menembus lapisan bagian dalam.
Catatan:
Tanah liat masih bisa diperbaiki dengan cara
mencampur pasir, kapur, dan pupuk organik.
Tanah lempung.
Tanah lempung merupakan bentukan antara tanah pasir
dan tanah liat. Butiran-butirannya jauh lebih kecil dari
tanah pasir, tetapi lebih besar dari butiran tanah liat.
Lebih berat dari tanah pasir, tetapi lebih ringan dari
tanah liat.
Ciri-cirinya:
Tingkat penyerapan air lebih lambat dibanding tanah
pasir, tetapi lebih cepat dari tanah liat.
Tidak lengket dan tidak pecah-pecah.
Banyak mengandung zat makanan.
Memiliki sirkulasi udara yang baik.
Sangat baik untuk pertanian.
Untuk mengetahui jenis tanah dapat dilakukan dengan cara
yang sangat sederhana dan bisa dilakukan oleh semua
orang. Caranya dengan mengambil segenggam tanah, lalu
digosok-gosok dengan kedua telapak tangan hingga bisa
dirasakan teksturnya jika:
tanah dalam kondisi basah, tanah terasa kasar, keras,
tidak melekat pada tangan dan berbunyi berisik, maka
tanah tersebut termasuk tanah pasir.
tanah dalam kondisi basah terasa licin dan lengket,
sedangkan dalam kondisi kering terasa lembut seperti
tepung, apabila digenggam akan menggumpal dan
mudah dibentuk, maka tanah tersebut termasuk tanah
liat.
tanah terasa tidak kasar, tidak licin, agak liat, tidak
lengket, jika digenggam tidak menggumpal/kepyar,
maka tanah tersebut termasuk tanah lempung.
c. Kemiringan tanah
Kemiringan tanah merupakan salah satu bahan
pertimbangan dalam proses penentuan tanaman dan
merupakan faktor yang penting dalam penanggulangan
erosi, sebab lahan miring mempunyai kemungkinan kena
erosi yang besar. Kemiringan lahan secara umum dapat
digolongkan menjadi empat macam:
Tanah datar, kemiringannya 0º- 3º atau 0º – 5º.
Tanah datar berombak, kemiringannya 5º – 8˚.
Tanah berombak berbukit, kemiringannya 8º – 15˚.
Tanah berbukit bergunung, kemiringannya 15˚
sampai di bawah 35˚.
Dalam pengelolaan lahan miring dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu cara vegetatif dan cara mekanis:
Cara Vegetatif:
Cara vegetatif adalah suatu cara pengelolaan lahan
miring dengan menggunakan tanaman sebagai sarana
konservasi tanah. Ada dua macam cara vegetatif, yaitu:
Penanaman “cover crop” atau tanaman penutup
tanah.
Cover crop berfungsi untuk melindungi tanah dari
hujan, agar air hujan tidak langsung mengenai
permukaan tanah dan mengikis lapisan tanah,
meningkatkan kesuburan tanah, serta melindungi
tanah dari terik matahari sehingga kelembaban tetap
terjaga. Macam-macam jenis tanaman penutup,
yaitu:
Jenis tanaman merambat:
kacang tunggak (Vigna Sinensis)
kacang kratok (Phaseolus Lunatus)
kembang telang (Clitoria Juncea)
Jenis tanaman perdu:
orok-orok (Crotalaria Juncea)
gude (Cajanus Cajan)
klimin (Flimingia Congesta)
garnis (Tephrosia Candida)
Jenis tanaman pohon:
turi (Sesbania Grandiflora)
gamal (Gliricidea Sepium)
kaliandra (Calliandra Calothyrsus)
lamtoro gung (Leucaena Leucepala )
lamtoro cina (Leucaena glauca )
Penggunaan rumput.
Kegunaan rumput hampir sama dengan cover crop,
tetapi mempunyai manfaat lain yaitu sebagai
cadangan pakan ternak. Sesuai dengan fungsinya
sebagai penguat teras dan pencegah erosi, maka
rumput dapat ditanam di tempat-tempat strategis
antara lain: pematang, teras, tebing sungai, tepi
saluran irigasi atau tepi jalan. Jenis rumput yang bisa
digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum
Purpureum), rumput belulang (Eleusine Indica),
rumput kasuran (Eulalia Amaura), dan rumput raja
(Pennisetum Purpureophoides).
Cara Mekanis
Cara mekanis adalah suatu cara pengelolaan lahan dengan
menggunakan sarana fisik, seperti tanah dan batu sebagai sarana
konservasi tanah. Cara mekanis memerlukan biaya lebih banyak
dibandingkan dengan cara vegetatif. Beberapa contoh cara
mekanis:
Pengelolaan tanah minimum.
Pengelolaan tanah yang dilakukan secara terbatas atau
seperlunya saja, misalnya hanya di sekitar tanaman atau
sekitar jalur tanam. Hal ini dilakukan pada tanah yang sangat
tipis dan mudah erosi.
Pengelolaan tanah menurut kontur.
Pengelolaan tanah menurut kontur adalah jenis pengelolaan
tanah (pembajakan, pencangkulan, pemerataan) yang
mengikuti garis kontur sehingga terbentuk alur-alur dan
jalur tumpukan tanah yang searah dengan kontur atau
memotong lereng. Garis kontur adalah garis mendatar yang
sama tinggi di semua tempat.
2. Pengelolaan Air
Air merupakan komponen yang penting bagi tanaman karena
diperlukan dalam proses fotosintesis, metabolisme, serta
transportasi bahan makanan dari daun dan dari daun ke seluruh
bagian tanaman. Air juga penting untuk melarutkan unsur hara
dalam tanah sehingga dapat diserap oleh akar tanaman.
a. Mempertahankan keberadaan air
Keberadaan air dalam tanah perlu dipertahankan. Air di
dalam tanah sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup
tanaman, terutama pada lahan kering. Tindakan ini dikenal
sebagai upaya pengawetan air. Ada beberapa teknik yang
harus diketahui dan diperhatikan dalam pengawetan air,
yaitu:
Pada jenis tanah yang kurang bisa menyerap air, dapat
ditambahkan bahan organik seperti kompos dan pupuk
kandang.
Mengemburkan tanah yang padat.
Penguapan tanah dikurangi dengan memberikan mulsa
(penutup tanah), dengan menggunakan bahan-bahan
seperti: daun-daunan, jerami, serbuk gergaji, atau bahan
organik yang lainnya.
Pada lahan yang gundul dapat dilakukan penghijauan.
Pola tanam yang sesuai bagi lahan yang miring.
Penyiangan rumput.
Pada lahan miring yang terbaik adalah membuat teras.
b. Penyerapan air oleh tanah.
Air hujan yang jatuh ke tanah tidak semuanya bisa diserap
oleh tanah, ada yang mengalir di permukaan dan ada yang
menguap. Besarnya jumlah air yang masuk ke dalam tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
Keadaan tanah.
Pada tanah yang berlereng tajam alirannya akan semakin
besar sehinga lebih banyak air yang mengalir daripada
yang diserap.
Kepadatan tanah.
Tanah yang padat akan lebih sulit menyerap air daripada
tanah yang gembur.
Permukaan tanah
Pada tanah yang bergelombang, air yang diserap akan
semakin banyak dibanding penyerapan air pada tanah
yang rata.
Kebasahan tanah
Air akan mudah menyerap pada tanah yang agak basah.
Sebaliknya bila tanah terlalu kering, air akan mudah
mengalir. Sedangkan bila terlalu basah tanah akan
menjadi jenuh.
Keadaan vegetasi
Pada tanah yang vegetasinya rapat, akan mudah
meresap.
Deras dan tidaknya hujan
Jika hujan sedikit, maka air akan menguap. Jika hujan
terlalu deras, maka air akan banyak yang mengalir.
c. Drainase.
Jumlah air yang lebih akan dapat merusak tanaman
sehingga perlu ada penanganan khusus, yaitu dengan
membuat saluran air atau drainase. Drainase dibuat di atas
permukaan tanah, sedangkan air dialirkan pada jaringan
yang agak menurun ke selokan besar atau ke kolam
penampungan. Drainase masih bisa dibagi lagi berdasarkan
permeabilitas atau daya serap tanah.
Untuk tanah dengan kisaran permeabilitas sedang
sampai agak cepat, drainase dapat dibuat dengan
meratakan tanah.
Untuk tanah dengan permeabilitas sedang, drainase
dibuat sedalam 45 – 60 cm dan lebar 10 – 15 m.
Untuk tanah dengan permeabilitas lambat, drainase
dibuat sedalam 45 – 60 cm dan lebar 5 – 10 m atau
lebarnya 0,5 – 1 m.
B. Praktek Pengolahan Lahan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan lahan adalah
waktu dan cara mengolah lahan. Suatu pekerjaan akan akan
berhasil dengan baik dan memuaskan, jika dikerjakan pada waktu
yang tepat dan sesuai dengan keadaan setempat.
1. Waktu mengerjakan
Waktu mengerjakan lahan berhubungan erat dengan musim
tanam. Pada lahan kering pengerjaan tanah dimulai pada
musim penghujan karena tanah sudah harus selesai dikerjakan
pada hujan pertama. Sedangkan pada tanah basah pengerjaan
lahan bisa dilakukan sewaktu-waktu
Cara mengerjakan
Pengolahan lahan dipengaruhi oleh tujuan penanaman.
Pengolahan lahan untuk tanaman produksi, berbeda dengan
pengolahan yang hanya bertujuan untuk memulihkan tanah
kritis. Pengolahan lahan dapat dimulai dari:
Membersihkan tanaman pengganggu, seperti alang-alang
atau tanaman pengganggu lainnya.
Membuka tanah dengan cara membajak, tujuannya adalah
untuk meningkatkan peredaran air dan udara dalam tanah.
Kedalaman tanah hasil pembajakan sekitar 20 – 30 cm.
Melakukan pembalikan secara teratur sampai tanah menjadi
rata.
Jika ada bahan organik, usahakan masuk ke dalam tanah
secara merata.
Untuk beberapa jenis tanaman perlu dibuatkan bedengan
dengan tujuan dapat mengkontrol air, mempermudah
perawatan tanaman, dan mempermudah mengendalikan
pertumbuhan gulma. Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam membuat bedengan antara lain:
Tinggi bedengan antara 10 – 20cm pada musim kemarau
dan 10 – 15cm pada musim hujan.
Lebar bedengan antara 100 – 120cm.
Panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.
Jarak antara bedengan rata-rata 35 – 50cm.
Arah bedengan yang baik membujur dari timur ke barat.
Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam menanam
tanaman produktif pada sebuah lahan antara lain: pengelolaan
dan pengawetan tanah, pemanfaatan tanah sesuai dengan
kemampuannya, serta jenis tanaman yang cocok. Apabila
tanaman ditanam pada tanah yang tidak sesuai dengan
kemampuan lahan, dapat menyebabkan tanaman tidak bisa
berproduksi tinggi atau awalnya bisa berproduksi tinggi, setelah
mengalami panen sebanyak dua atau tiga kali dapat mengalami
penurunan yang besar. Contoh tanah yang memiliki
produktifitas yang tinggi adalah tanah subur yang dapat
menghasilkan padi sebanyak 20 ton setiap tahun dengan pola
tanam yang teratur. Tetapi, lahan pertanian tersebut tidak bisa
dipaksakan untuk dapat menghasilkan padi sebanyak 40 ton per
tahun karena mempunyai batas kemampuan tertentu. Perlu
diingat bahwa tanah yang subur dan memiliki produktifitas
tinggi kalau dimanfaatkan melebihi batas atau dipaksa, justru
akan mengalami kerusakan yang sulit diperbaiki.
Pola tanam adalah teknik pengaturan tanaman atau kombinasi
tanaman pada suatu lahan untuk meningkatkan hasil produksi
dan mengefisiensikan lahan pertanian. Beberapa aspek harus
diperhatikan dalam pola tanam adalah perencanaan tentang
kombinasi tanaman, jenis komoditas yang akan ditanam,
musim, sinar matahari, kelembaban, suhu, dan curah hujan.
Latar belakang:
Sistem tersebut di atas pernah ada dan pernah diterapkan oleh
petani kita, tetapi saat ini mulai ditinggalkan.
Pola pertanian yang dipakai saat ini cenderung bersifat
monokultur (tanaman sejenis) sehingga rentan terhadap
serangan hama.
Sistem ketahanan pangan sangat rentan dengan pola
penanaman monokultur.
Adanya pemaksaan penanaman jenis tanaman tertentu pada
lahan yang tidak sesuai.
Produktifitas hasil pertanian rendah, sehingga ketika musim
panen tiba harganya turun (rendah).
Tujuan:
Meningkatkan pemahaman petani akan pentingnya tanaman
yang bervariasi.
Meningkatkan produktifitas hasil pertanian dan pedapatan
petani.
Meningkatkan kesuburan tanah, mencegah erosi, dan
menciptakan iklim mikro.
Menekan perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman atau
memutus siklus hama dan penyakit tanaman.
Meningkatkan keragaman jenis tanaman, serta memenuhi
kebutuhan petani dan masyarakat konsumen.
Mengkontrol kestabilan harga komoditas pertanian.
Tahapan penyampaian materi:
Fasilitator membuka materi dan mengajukan pertanyaan
kepada peserta tentang pola tanam yang mereka ketahui atau
yang masih dilakukan.
Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan analisa tentang
sistem monokultur dan sistem polikultur (bandingkan).
Fasilitator meminta kepada peserta untuk menyusun kunjungan
lapangan tentang waktu, lokasi, dan perlengkapan kunjungan.
Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan pengamatan
lapangan dan memberikan tugas untuk melakukan wawancara
dengan petani lokal tentang pola tanam yang sering digunakan,
berapa sistem yang digunakan, bagaimana hasilnya, dan apa
kendalanya.
Fasilitator meminta kepada peserta untuk membuat atau
menyusun rumusan hasil kunjungan dan dipresentasikan secara
bergiliran.
Setelah presentasi fasilitator bisa menambahkan materi sistem
pola tanam yang belum atau tidak dipresentasikan oleh peserta.
Fasilitator membuat rangkuman dan menutup sesi.
Metode : pemaparan, diskusi kelompok, praktek.
Waktu : 90 menit.
Media : papan tulis, plano, meta plan, spidol, crayon, ATK
lengkap.
B. Jenis Tanaman
Jenis tanaman yang dapat diusahakan pada sebuah lahan dapat
dikelompokan menjadi dua, yaitu tanaman keras dan tanaman
semusim.
1. Tanaman Keras.
Tanaman keras adalah tanaman yang berkayu atau tanaman
yang berbatang keras dan dapat tumbuh bertahun-tahun. Jenis
tanaman keras sangat banyak, diantaranya ada yang
menghasilkan buah seperti nangka, mangga, durian, rambutan
dan ada yang menghasilkan kayu seperti sengon, jati, wangkal,
mahoni.
2. Tanaman semusim
Tanaman semusim adalah tanaman yang tumbuh pada musim
tertentu dan tidak berproduksi sepanjang tahun. Contoh
tanaman semusim adalah tanaman sayur seperti bayam, sawi,
kangkung, kubis, tomat, terong dan tanaman empon-empon
seperti jahe, kunyit, kencur.
Pola Tanam
Kombinasi tanaman yang tepat dari semua jenis tanaman yang
hasilnya dibutuhkan dan laku dijual merupakan hal yang
diharapkan oleh petani yang menggantungkan hidupnya dari hasil
pertanian. Untuk itu kombinasi antara tanaman perdu, semak, dan
pohon ditanam secara terpadu agar tanaman satu dengan yang lain
tidak saling mengganggu, tetapi dapat hidup bersama dan saling
mendukung sehingga bisa menghasilkan secara maksimal. Pola
tanam dengan kombinasi yang tepat membawa banyak manfaat,
seperti menstabilkan produksi, memperkecil pengaruh iklim,
mencegah erosi, dan dapat meningkatkan kesuburan tanah.
1. Teknik pengaturan pola tanam
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam menerapkan
teknik pola tanam adalah mengklasifikasikan tanaman
berdasarkan jenisnya, yaitu:
a. Tanaman pangan: padi, jagung, singkong.
b. Tanaman sayuran: sawi, kubis, wortel, terong, tomat, cabai.
c. Tanaman buah: pisang, nanas, mangga, rambutan.
d. Tanaman empon-empon: jahe, kencur, lengkuas, kunyit
e. Tanaman industri: sengon, mahoni, jabon, jati, kelapa.
f. Tanaman pakan ternak: kaliandra, lamtoro, turi, gamal.
g. Tanaman hias.
Sedangkan pengklasifikasian tanaman berdasarkan
morfologinya, dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Tanaman semusim (kecil): padi, jagung, sayuran, ubi-ubian,
empon-empon, dan kacang-kacangan
b. Tanaman perdu (semak): gude, pisang, kaliandra, turi,
bambu.
c. Tanaman tahunan (tanaman keras): nangka, kelapa,
mangga, rambutan, dan melinjo.
Tahapan selanjutnya adalah memilih jenis tanaman yang sesuai
dengan kondisi lahan dan wilayahnya, langkahnya adalah:
a. Menginventaris semua jenis tanaman yang akan tumbuh
dan mempunyai hasil yang baik di daerah setempat.
b. Memilih jenis tanaman yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
c. Tanaman pangan yang dipilih sebagai prioritas utama,
sebaiknya lengkap terdiri dari tanaman pangan pokok,
tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan.
d. Selain itu dapat dipilih juga tanaman perdagangan dan
tanaman tahunan untuk meningkatkan pendapatan.
2. Penyusunan pola tanaman
Penyusunan pola tanam mencakup perencanaan tentang
kombinasi jenis tanaman atau tumpang sari. Tumpang sari
adalah dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam bersamasama pada satu tempat. Ada beberapa pola tumpang sari,
antara lain tumpang sari pada lahan yang luas, tumpang sari
per bedengan, relay atau multiple croping, mixed cropping,
inter planting, interculture, rotasi dan alley cropping.
a. Tumpang sari pada lahan yang luas.
Tumpang sari pada lahan yang luas, yaitu dalam satu lahan
yang luas di tanami bermacam-macam tanaman.
ka. Menginventaris semua jenis tanaman yang akan tumbuh
dan mempunyai hasil yang baik di daerah setempat.
b. Memilih jenis tanaman yang sangat dibutuhkan oleh
masyarakat.
c. Tanaman pangan yang dipilih sebagai prioritas utama,
sebaiknya lengkap terdiri dari tanaman pangan pokok,
tanaman sayuran dan tanaman buah-buahan.
d. Selain itu dapat dipilih juga tanaman perdagangan dan
tanaman tahunan untuk meningkatkan pendapatan.
2. Penyusunan pola tanaman
Penyusunan pola tanam mencakup perencanaan tentang
kombinasi jenis tanaman atau tumpang sari. Tumpang sari
adalah dua jenis tanaman atau lebih yang ditanam bersamasama pada satu tempat. Ada beberapa pola tumpang sari,
antara lain tumpang sari pada lahan yang luas, tumpang sari
per bedengan, relay atau multiple croping, mixed cropping,
inter planting, interculture, rotasi dan alley cropping.
a. Tumpang sari pada lahan yang luas.
Tumpang sari pada lahan yang luas, yaitu dalam satu lahan
yang luas di tanami bermacam-macam tanaman.
e. Inter cropping atau tumpang sari seumur
Inter cropping atau tumpang sari seumur yaitu apabila dua
jenis tanaman atau lebih ditanam secara serentak dengan
membentuk larikan tertentu, misalnya jagung dan kacang
tanah.
Kacang tanah dan jagung ditanam serentak pada larikan tertentu
f. Inter planting atau tumpang sari berbeda umur.
Cara menanam dengan menggunakan pola ini yaitu dengan
menanam jenis tanaman yang berumur pendek ditanam
diantara jenis tanaman lain yang berumur panjang pada
sebidang tanah yang sama.
g. Inter culture.
Dengan cara ini tanaman berumur pendek ditanam diantara
tanaman tahunan, misalnya kacang tanah ditanam diantara
pohon mangga.
h. Rotasi.
Rotasi adalah pergiliran tanaman yang dilakukan secara
sistematis pada suatu tempat. Rotasi dapat dilakukan pada
lahan yang luas dan bedengan. Ada beberapa macam
urutan rotasi diantaranya yaitu:
Rotasi panjang.
Tanam pertama adalah jenis kacang-kacangan (legume)
karena tanaman ini dapat memperbaiki kesuburan tanah
atau dapat meningkatkan kandungan Nitrogen.
Tanam kedua adalah tanaman yang dipanen daunnya
seperti sawi, kubis, kangkung, bayam, dan seledri.
Tanaman tersebut memerlukan Nitrogen yang cukup
tinggi untuk menghasilkan panen yang baik.
Tanam ketiga adalah tanaman yang dipanen buahnya,
seperti cabe, tomat, terung, dan jagung.
Tanam keempat adalah tanaman yang dipanen umbinya,
seperti ketela, kentang, wortel, dan talas.
Rotasi dengan sistem bero (diistirahatkan).
Pada tahap ini tanah diistirahatkan terlebih dahulu
setelah tanaman yang diusahakan dipanen, misalnya:
Rotasi sistem sawah.
Rotasi ini dilakukan pada lahan sawah yang sudah biasa
dilakukan oleh petani, secara umum rotasi sawah
sebagai berikut:
Rotasi sawah tidak tergantung musim karena ada irigasi.
i. Alley cropping atau sistem lorong.
Alley cropping termasuk dalam sistem tumpang sari, tetapi
dalam alley cropping tanaman diatur secara sistematis
sehingga membentuk larikan-larikan yang menyerupai
lorong. Pada alley cropping tanaman pendamping biasanya
menggunakan jenis legum seperti gamal, lamtoro, kaliandra,
dan turi karena tanaman tersebut berakar dalam, tahan
kering, cepat tumbuh, tahan pangkas, dan mempunyai
kanopi yang baik. Selain itu jenis legum juga mempunyai
fungsi lain sebagai penahan angin, cadangan pakan ternak,
persediaan kayu bakar, penyubur tanah, dan penguat teras.
Sisiem ini dapat digunakan untuk tanaman tahunan atau
tanaman musiman.
Tahun Pertama:
Musim I (akhir Oktober) merupakan musim hujan adalah
saat yang tepat untuk menanam tanaman pendamping dan
tanaman produksi. Pada musim pertama ini jarak tanam
antara larikan 2 meter.
Musim II merupakan musim tanam kedua. Pada saat ini
hujan sudah mulai jarang atau menjelang musim kemarau
dan tanaman pendamping sudah mulai tumbuh cukup
tinggi, tetapi jangan ditebang dulu supaya jaringan
perakaran berkembang lebih sempurna.
Jika menanam pada bulan Oktober, umur tanaman akan
mencapai sembilan bulan pada musim kemarau sekitar
bulan Juli. Pada bulan ini pohon pendamping jangan
dipangkas karena dapat digunakan untuk melindungi
permukaan tanah dari panas matahari.
Pada tahun kedua.
Musim I pohon-pohon pendamping perlu dipangkas untuk
dimanfaatkan daunnya sebagai pupuk hijau. Pemangkasan
dilakukan setinggi 0,5 m supaya pohon pendamping tidak
menaungi tanaman produksi. Pemangkasan pohon
sebaiknya dilakukan pada saat tanah siap dikerjakan.
Pada musim II lahan bisa ditanami lagi dengan tanaman
semusim karena pupuk yang diberikan cukup banyak dari
hasil pemangkasan pada musim I. Sedangkan pada musim
kemarau pohon-pohon sudah akan tinggi lagi, tetapi
sebaiknya jangan dipangkas. Jika akan menanam pada
musim kemarau cari tanaman yang tahan di bawah
naungan.
Kalau kita lihat pada tahun I jumlah larikan sebanyak tiga
larik, tetapi pada tahun II larikan tinggal dua larik karena
yang di tengah dihilangkan dan sekarang jarak antar larikan
adalah 4 meter.
ada tahun berikutnya tinggal melakukan perawatan dan
pemangkasan rutin yang disesuaikan dengan kebutuhan
tanaman. Apabila pola ini dilakukan dengan baik, maka
dapat menahan erosi, meningkatkan produktifitas tanah,
menjaga keseimbangan biologis, dan bisa meningkatkan
pendapatan petani.
Diskripsi:
Pupuk adalah segala macam bahan yang dapat membantu
menyediakan bahan makanan untuk tumbuhan dengan
bantuan penguraian oleh jasad renik dalam tanah.
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari
tanaman atau hewan melalui proses rekayasa. Pupuk dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai
bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah.
Tujuan pemupukan: untuk memelihara atau memperbaiki
kondisi tanah dengan menambahkan zat-zat pada tanah baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pemupukan juga dapat
menyumbang menyediakan makanan yang lebih banyak bagi
tanaman untuk menunjang pertumbuhannya.
Latar belakang:
Penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus dapat
mengakibatkan penurunan kesuburan tanah yang ditandai oleh
menurunnya bahan organik tanah.
Turunnya kualitas tanah akibat penggunaan pupuk kimia dan
pestisida sintetis, mengakibatkan banyak jasad renik yang mati
sehingga tanah menjadi padat.
Hilangnya kesuburan tanah atau unsur hara akibat terkikis oleh
air (erosi).
Pola tanam yang monokultur dan penanaman sepanjang tahun
mengakibatkan unsur hara tanah tidak berimbang.
Pengolahan tanah yang berlebihan dan tidak tepat.
Ketergantungan petani akan pupuk kimia sangat tinggi.
Selalu ada masalah pada pendistribusian pupuk kepada petani,
terutama menjelang musin tanam akibat permainan
perdagangan atau monopoli perdagangan.
Harga pupuk terus melambung sehingga biaya produksi menjadi
tinggi.
Sebagian besar kandungan bahan organik tanah sawah di
Indonesia, kandungan C organik < 1% (Karama et al).
B. Macam-macam Pupuk.
Pupuk dibagi menjadi dua macam berdasarkan bahan dasar
pembuatnya dan proses produksinya, ada yang dari bahan kimia
dan bahan alami. Namun, kita harus cermat memilih pupuk apa
yang bisa dipakai secara berkelanjutan dan sesuai dengan konsep
pertanian alami. Di bawah ini ada dua macam pupuk, yaitu pupuk
kimia dan pupuk alami.
1. Pupuk kimia atau sintetis.
Pupuk kimia adalah pupuk yang berasal dari proses
industrialisasi dengan ukuran atau kandungan yang sudah
ditentukan, seperti NPK, TSP, Urea, Grand K, Grand S, dan
Hortigroun. Pupuk kimia ini mempunyai dampak negatif
terhadap kehidupan dalam tanah, kesehatan manusia, dan
lingkungan secara umum karena bahan-bahan yang digunakan
sangat sulit terurai di tanah dan bersifat racun.
Catatan: tidak dibahas dalam modul ini.
2. Pupuk alami.
Pupuk alami ini dihasilkan dari bahan organik, ada yang melalui
proses penguraian seperti kompos dan pupuk kandang, ada
yang tanpa melalui proses penguraian seperti daun legume,
mulsa, abu, dan sekam. Pupuk alami ini tidak menimbulkan
dampak negatif, walaupun digunakan melebihi ukuran, tetapi
boros energi karena bahan (nutrisi) yang lebih tidak diambil
oleh tanaman sehingga terbuang percuma. Pupuk alami ini
dibagi menjadi dua jenis, yaitu pupuk cair dan pupuk padat.
a. Pupuk Cair.
Pupuk cair adalah zat makanan yang diberikan pada tanah
yang berbentuk cair, cara menggunakannya bisa dicampur
air atau langsung. Pupuk cair bisa diperoleh dari hasil
fermentasi bahan-bahan organik yang berasal dari sisa
tanaman, kotoran hewan, dan manusia yang kandungan
unsur haranya lebih dari satu unsur. Pupuk cair bisa dibuat
dari:
Tanaman jenis polong-polongan atau kacang-kacangan
(leguminosea).
Pupuk kandang (biogas atau slury).
Limbah organik.
Limbah buah.
Limbah cair manusia.
Pupuk cair dari tanaman polong-polongan atau kacangkacangan.
Bahan:
Tanaman jenis polong-polongan atau kacang-kacangan.
Air bersih.
Alat:
Parang
Karung goni
Tali
Drum bekas (200 liter)
Proses pembuatan:
Pilah bahan yang akan digunakan, buang tangkai atau
cabang yang terlalu besar.
Potong semua bahan menjadi kecil-kecil (±5 cm) untuk
mempercepat proses.
Masukkan semua bahan ke dalam karung goni dan ikat
pada ujungnya.
Masukkan karung goni yang sudah berisi bahan ke dalam
drum.
Isi drum dengan air bersih sampai penuh.
Beri beban agar karung goni tidak terapung.
Usahakan drum selalu tertutup untuk menghindari
nyamuk dan penguapan.
Rendam bahan selama dua sampai tiga minggu.
Dalam waktu 2 sampai 3 minggu pupuk cair sudah siap
digunakan. Untuk menggunakannya, ambil satu bagian
pupuk cair, lalu campur dengan tiga bagian air bersih
atau ukurannya 1:3. Pupuk siap digunakan.
Catatan: proses penggunaan pupuk kandang ini sama
dengan pupuk dari kacang kacangan, tapi bahannya
diganti dengan pupuk kandang.
Pupuk slurry.
Slurry adalah pupuk cair dan pupuk padat yang proses
pembuatannya melalui fermentasi. Slurry sebenarnya sama
seperti pupuk cair pada umumnya, hanya slurry
memerlukan perlakuan khusus yaitu perlu dilakukan
pengadukan setiap saat dan dapat dibuat dalam jumlah
yang besar. Bahan slurry yang baik adalah kotoran sapi.
Kotoran kambing dan kerbau juga bisa digunakan, tetapi
tetap harus dicampur kotoran sapi karena bakteri pengurai
ada pada kotoran sapi.
Bahan:
Kotoran sapi, kambing, ayam, kuda
Air
Kantong plasitik besar
Bambu
Drum 200 liter
Tali rafia
Alat:
Cangkul
Linggis
Garpu
Parang
Alat pertukangan lainnya
Proses pembuatan:
Buat lubang di tanah sedalam 2 m atau menggunakan
drum 200 liter.
Masukkan kantung plastik sebesar ukuran lubang, lalu
ikat pada bagian bawahnya.
Untuk memperkuat, bisa dibuat rangka dari bambu
seukuran lubang.
Masukkan kotoran ternak ke dalam lubang atau drum,
lalu campur dengan air bersih dengan perbandingan 1:1
dan aduk.
Setiap kali memasukkan bahan harus diaduk dan ditutup
rapat.
Lakukan pengisian sampai lubang penuh. Apabila lubang
sudah penuh, maka harus ditutup rapat. Pengadukan
harus dilakukan terus- menerus setiap dua hari sekali.
Setelah 30 hari slurry siap dipakai.
Cara penggunaan:
Sebagai pupuk cair, encerkan slurry dengan air dengan
perbandingan 1:1, cara pemakaiannya bisa disiramkan
langsung ke tanaman atau disemprotkan.
Sebagai pupuk padat, slurry langsung bisa digunakan
seperti penggunaan pupuk padat lainnya atau sebagai
pupuk dasar.
Bio Ekstrak.
Bio ekstrak adalah pupuk cair yang diambil dari hasil ekstrak
buah-buahan atau daun-daunan yang mengandung N tinggi.
Bahan:
Terutama buah-buahan yang manis, seperti semangka,
pepaya, nangka, pisang, dan melon.
Air beras atau air kelapa atau daun kacang-kacangan
(leguminoseae).
Gula pasir atau gula merah atau tetes tebu.
Alat:
Pisau pencacah
Drum kecil ±25 liter
Jurigen air ±25 liter
Botol tertutup
Poses pembuatan:
Buah-buahan dan daun dipotong kecil-kecil ±5 cm.
Campur bahan yang sudah dipotong kecil-kecil tadi
dengan gula pasir atau gula merah atau tetes tebu
dengan perbandingan 1:3 (1kg gula : 3kg buah/bahan).
Simpan di dalam wadah tertutup (drum kecil) selama 7
hari.
Setelah 7 hari atau setelah proses fermentasi akan ada
cairan di dalam drum, ambil dan simpan di dalam botol
tertutup.
Buang ampas dari sisa fermentasi (bisa dipakai bahan
kompos).
Cara penggunaan:
Ambil air sisa fermentasi sebanyak 5 sendok makan,
lalu tambahkan 5 sendok makan gula, dan terakhir
tambahkan air bersih sebanyak 10 sampai 15 liter. Aduk
sampai semua bahan tercampur.
Bahan siap dipakai, dengan cara disiramkan atau bisa
disemprotkan.
Untuk pembiakan atau perbanyakan:
Ambil 1 liter bio ekstrak.
Tambahkan gula 1 kg atau tetes 1 liter.
Campur dengan air bersih sebanyak 9 liter dan aduk
rata.
Simpan dalam tempat tertutup (jurigen) selama 5 hari.
Cara pakai sama seperti di atas.
Catatan:
Bahan yang sudah jadi secara sempurna akan berbau
seperti tape dan tidak busuk.
Pada lapisan atas akan keluar jamur berwarna putih.
Bisa menghilangkan kutu daun (aphid) dan cabuk.
Bisa berfungsi sebagai pupuk daun dan tidak didatangi
semut.
b. Pupuk Padat.
Pupuk padat adalah pupuk yang sebagian besar atau
seluruhnya terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa
tanaman, kotoran hewan, dan kotoran manusia yang
berbentuk padat. Macam pupuk padat yaitu:
Pupuk hijau
Kompos
Bokashi
Pupuk kandang
MOL
Pupuk hijau (Puhi).
Pupuk hijau adalah segala macam tanaman hijau yang
dibenamkan ke dalam tanah, berfungsi sebagai pupuk
organik atau tanaman yang dapat menyediakan dan
meningkatkan pertumbuhan tanaman yang diusahakan.
Tanaman yang baik digunakan untuk Puhi adalah tanaman
jenis polong-polongan (legum) atau tanaman lain yang
banyak mengandung Nitrogen. Macam-macam tanaman
yang bisa digunakan sebagai Puhi, yaitu:
Tanaman Puhi yang merambat: clitoria, kecipir, kacang
panjang, kacang asu, rendetan.
Tanaman Puhi jenis perdu: kacang tanah, kacang hijau,
kedelai, alfafa
Tanaman Puhi jenis semak: gude, klimin, orok-orok,
theprosia, janti, bunga merak.
Tanaman Puhi jenis pohon: turi, gamal, kaliandra,
lamtoro.
Tanaman Puhi jenis lain: azolla, pahitan
Manfaat tanaman pupuk hijau:
Menggemburkan tanah padat karena perakarannya
cukup dalam.
Menghalangi tumbuhnya rumput atau tanaman liar.
Dapat melindungi tanah dari erosi.
Persediaan pakan ternak, kayu bakar, dan bahan
bangunan.
Persediaan bahan makanan bagi manusia.
Beberapa cara dalam penyediaan tanaman pupuk hijau:
Memanfaatkan masa bero atau masa istirahat yang
efektif.
Pada tanah yang diistirahatkan/bero, secara alami
rumput dan tanaman liar dapat tumbuh dengan
sendirinya. Hal ini tidak menguntungkan bagi tanah
maupun pemilik tanah. Untuk lebih mengefektifkan dan
memanfaatkan tanah bero tersebut dapat ditanami
dengan jenis tanaman Puhi, sehingga kesuburan tanah
tetap terjaga. Tanaman Puhi ini juga memberikan hasil
yang lain, yaitu untuk kayu bakar, pakan ternak, dan
sayuran. Tanaman Puhi bisa dibiarkan tumbuh selama
satu sampai beberapa tahun atau selama musim
kemarau.
Puhi sebagai tanaman sela.
Jenis tanaman Puhi yang ditanam di sela-sela tanaman
pokok.
Puhi sebagai pagar.
Jenis Puhi yang ditanam pada tepi lahan yang berfungsi
sebagai pelindung kebun. Selain berfungsi sebagai pagar,
bisa juga untuk cadangan pakan ternak dan kayu bakar.
Kompos
Pengkomposan adalah proses penguraian senyawa-senyawa
yang terkandung dalam sisa-sisa bahan organik, seperti
jerami, daun-daunan, dan sampah rumah tangga dengan
suatu perlakuan yang khusus. Tujuannya adalah agar lebih
mudah dimanfaatkan oleh tanaman. Hasil pengkomposan
inilah yang biasanya disebut dengan pupuk kompos.
Kompos adalah salah satu jenis pupuk yang dihasilkan dari
proses menghancurkan bahan-bahan organik, seperti daun,
ranting, sisa makanan, dan jerami yang dilakukan oleh
binatang-binatang kecil di dalam tanah dan bakteri. Kompos
sangat baik untuk menyuburkan tanah dan mudah dibuat.
Manfaat kompos antara lain:
Memperbaiki struktur tanah, bahan organik
memperbesar daya ikat tanah yang berpasir dan tidak
terlalu berderai.
Mempertinggi kemampuan penukaran kation dalam
tanah.
Mempertinggi kemampuan penampungan air, sehingga
tanah dapat lebih banyak menyediakan air bagi
tanaman.
Memperbaiki drainase dan tata udara tanah, terutama
pada tanah berat. Dengan tata udara yang baik dan
kandungan air yang cukup tinggi, maka suhu tanah akan
lebih stabil.
Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara,
sehingga tidak mudah larut oleh air pengairan maupun
hujan.
Beberapa keuntungan kompos adalah:
Mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui
perbaikan sifat-sifat tanah baik fisik, kimia, maupun
biologis.
Mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur
Nitrogen oleh tanaman karena telah diadakan perlakuan
khusus sebelumnya.
Mencegah infeksi yang disebabkan oleh biji-biji
tumbuhan pengganggu.
Dapat disediakan secara mudah, murah, dan relatif
cepat.
Bahan:
Sampah rumah tangga: sisa sayuran, buah buahan, kulit
buah buahan, sisa makanan, dan sampah kebun.
Kotoran ternak: kotoran ternak sebagai jasad
penghancur sampah, seperti sapi, kambing, ayam, dan
kerbau.
Limbah pertanian: segala macam limbah pertanian atau
perkebunan, seperti jerami, sekam, batang dan tongkol
jagung, kulit kacang tanah, batang pisang, kulit kopi, dan
sisa pengilingan tebu.
Kapur tohor atau abu dapur: penggunaan kapur tohor
atau abu dapur ditujukan untuk menetralkan pH (derajat
keasaman) dalam tumpukan bahan dan untuk mencegah
bau.
Air: penggunaan air ditujukan untuk membantu proses
penghancuran dan menciptakan kelembaban.
Alat:
Cangkul/sekop: untuk mencampur dan membalikkan
bahan-bahan kompos.
Pisau: untuk merajang sampah rumah tangga.
Gembor: untuk menyiram air pada tumpukan kompos.
Karung: untuk menyimpan kompos.
Bambu: untuk cerobong sirkulasi udara.
Kotak kompos: untuk tempat proses pengomposan.
Atap peneduh: untuk melindungi tumpukan bahan
kompos.
Karung goni/terpal: untuk menutupi kompos.
Proses pembuatan:
Kumpulkan semua bahan dari sisa dapur, kebun, dan
ternak.
Semua bahan dipotong kecil-kecil atau dicacah dengan
diameter ±5 cm. Pencacahan ditujukan agar bahan
kompos menjadi hancur dengan ukuran homogen
sehingga proses dekomposisi akan berjalan cepat.
Campur bahan dari dapur dan kebun, aduk sampai rata
dengan perbandingan 60% sampah kebun dan 40%
sampah rumah tangga.
Bahan kompos yang sudah dicacah, kemudian disiram
dengan larutan Bio Ekstrak atau EM secara merata pada
seluruh bahan yang telah dicacah.
Bahan yang telah dicampur dengan larutan Bio Ekstrak
kemudian disusun memanjang dengan lebar 2m, panjang
10m dan ketinggian 60cm (2m x 10m x 60cm) atau
disesuaikan dengan volume kompos. Beri alas pada lantai berupa bambu/ranting/sabut kelapa
supaya ada sirkulasi udara dan jika kelebihan air, maka
air akan turun ke bawah.
Bahan yang telah disusun, lalu ditutup terpal dan
diinkubasi. Pada proses inkubasi akan terjadi kenaikan
suhu, karena proses dekomposisi bakteri mengeluarkan
energi suhu (panas).
Pengukuran suhu dilakukan setiap 4 jam sekali.
Pembalikan dilakukan dengan cara membuka terpal,
kemudian dipindahkan ke sebelah tumpukan pertama
dengan menggunakan cangkul atau sekop, selanjutnya
dibiarkan dan ditutup kembali dengan terpal.
Pembalikan berikutnya dilakukan dengan cara yang
sama, yaitu memindahkan tumpukan ke tumpukan awal,
pembalikan terus dilakukan sampai terjadi penurunan
suhu.
Suhu tertinggi umumnya dicapai setelah 3 sampai 5 hari
inkubasi.
Secara umum proses pembalikan dilakukan setiap 1
sampai 2 hari, disesuaikan dengan kondisi temperatur.
Jika musim hujan, sebaiknya buat naungan agar kompos
tidak terlalu basah.
Jika kompos terlalu kering, siram dengan air secukupnya
(untuk menjaga kelembaban).
Proses dekomposisi berakhir bila telah terjadi penurunan
suhu atau setelah kurang lebih empat mingggu, karena
saat proses pengkomposan terdapat pola kenaikan suhu
atau kompos sudah mencapai suhu kamar atau C/N telah
mencapai kisaran 15○ sampai 20○. Pola yang akan
digunakan disesuaikan dengan kebutuhan dan jadwal
penggunaan.
Kompos yang telah dinyatakan jadi, kemudian
dihancurkan sehingga ukuran menjadi lebih kecil atau
diayak untuk mendapatkan kompos yang halus.
Ciri-ciri kompos yang sudah jadi yaitu:
Volume menyusut menjadi sepertiga bagian dari volume
awal.
Tidak berbau busuk.
Bagian-bagian sampah rumah tangga tidak tampak lagi.
Berbentuk butiran kecil seperti tanah berwarna kecoklatcoklatan.
Bila dikepal tidak menggumpal, tetapi pecah atau
“kempyar”.
Catatan:
Bila volume sampah besar, disarankan proses
pencacahan menggunakan mesin, termasuk proses
penghacuran untuk menjadi kompos halus.
Untuk skala rumah tangga, proses pengkomposan bisa
menggunakan kotak/box pyramid, atau bisa
menggunakan kompos “TAKAKURA” (lihat halaman
selanjutnya).
Pupuk Bokashi.
Bokashi adalah pupuk kompos yang dibuat dengan proses
peragian bahan organik dengan teknologi fermentasi atau
EM4 (yang menggunakan bakteri tersebut pupuknya
dinamakan pupuk EM4). Keunggulan penggunaan teknologi
EM4 (Effective Microorganism 4) yaitu bisa menghasilkan
pupuk dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan
cara konvensional. EM4 ini mengandung ragi, bakteri
fotosintetik, jamur pengurai Selulosa Azotobacter sp dan
Lactobacillus sp, bakteri tersebut yang membantu
percepatan proses pengkomposan. Bahan bokashi dari
jerami, sekam (kulit padi), rumput, sisa tanaman kacangkacangan, serbuk gergaji, pupuk kandang, dedak (bekatul)
mempunyai kandungan zat gizi yang sangat baik untuk
mikroorganisme, dan EM4. Ada dua macam pupuk bokashi,
yaitu bokashi jerami dan bokashi pupuk kandang.
.Bokashi jerami.
Bahan:
Jerami sebanyak 10kg dirajang hingga berukuran sekitar
5cm sampai 10cm.
Dedak sebanyak ½kg.
Sekam (kulit padi) sebanyak 10kg.
EM4 sebanyak dua sendok makan (10ml).
Molases atau gula pasir sebanyak dua sendok makan
(10ml).
Air secukupnya.
Alat:
Parang
Sekop
Karung goni/terpal
Ember air
Proses pembuatan:
Campurkan EM4, molasses/gula, dan air dengan
perbandingan 1ml : 1ml : 1lt air.
Jerami, sekam, dan dedak dicampur sampai merata di
lantai yang kering.
Bahan yang sudah tercampur tersebut disiram larutan
EM4 secara perlahan dan bertahap hingga terbentuk
adonan.
Adonan yang terbentuk apabila dikepal dengan tangan
tidak akan mengeluarkan