• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label mekanika pertanian 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label mekanika pertanian 1. Tampilkan semua postingan

mekanika pertanian 1


















meningkatkan akses kepada aset produktif berupa teknologi harus 
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk tujuan-tujuan yang 
lebih maju dan lebih bermanfaat termasuk antara lain pengolahan 
tanah, pemberian air, pemilihan bibit unggul, pemupukan, 
pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan secara 
bijaksana.
Strategi Pembangunan Pertanian ini  bertujuan untuh 
memberikan landasan yang kuat bagi berlangsungnya 
pengembangan mekanisasi pertanian sebagai wahana perubahan 
budaya pertanian tradisional ke budaya pertanian industrial atau 
modern. Meskipun perubahan ini  menuntut waktu yang 
cukup lama sebagai proses pembelajaran namun tetap merupakan 
langkah yang harus ditempuh. Pengembangan penerapan 
mekanisasi ditingkat petani tidak berarti bahwa setiap petani 
harus memiliki sendiri peralatan yang diperlukan, 
mengoperasikan dan mengolahnya. Penerapan mekanisasi 
memerlukan investasi, memerlukan sumber daya manusia yang 
berpengetahuan teknik/mekanik, manajemen pengoperasian dan 
perawatan, dukungan perbengkelan, suku cadang dan sebagainya. 
Pengembangan penerapan mekanisasi pertanian dapat dapat 
dilakukan dengan memberikan bantuan penyelesaian 
pekerjaan berbagai jenis ke giatan usaha tani yang 
diperlukan dan tidak mampu dikerjakan oleh petani dengan 
memakai  alat mesin pertanian. sebab  alasan kekurangan 
tenaga maupun dari mahalnya upah kerja, sehingga penerapan 
mekanisasi pertanian bagi petani, dapat dirasakan manfaat tanpa 
menambah beban permasalahan teknis, manajemen dan 
pembiayaan.
Strategi pengembangan mekanisasi pertanian yang perlu 
ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Teknologi Melalui Proses Alih Teknologi.
Dalam proses ini tahapan alih teknologi perlu dilakukan dan 
diikuli sebagai proses pematangan budaya profesional dan 
industrial. Proses alih teknologi yang ditempuh adalah Material 
Transfer, Design Transfer dan Capacity Transfer. Material 
Transfer merupakan proses alih teknologi dengan membeli, tanpa 
harus memiliki kemampuan untuk melakukan modilikasi. Design 
Transfer adalah alih teknologi yang dilakukan dengan proses 
adopsi, modifikasi dan adaptasi; sedangkan pada Capacity 
Transfer sudah melakukan proses alih teknologi dengan 
meningkatnya kemampuan untuk perekayasaan, rancang bangun,
dan pabrikasi. Loncatan dari fase ke fase yang lain memerlukan 
investasi yang besar dengan konsekuensi resiko kegagalan. 
b. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia
Kemampuan sumber daya manusia dibutuhkan tidak 
hanya untuk mengoperasikan mekanisasi pertanian secara fisik 
sebagai operator teknologi; namun juga diperlukan dalam 
manajemen sistem teknologi. Manajemen Sistem Teknologi 
ini  dimulai dari pemilihan ( seleksi), pengujian dan evaluasi 
serta penciptaan teknologi baru yang sepadan dengan 
perkembangan zaman. Pergeseran sistem pertanian dari padat 
tenaga kerja ke padat modal dengan memakai  mekanisasi 
pertanian memarlukan keahlian dalam merencanakan. 
menganalisa, dan memberikan kaputusan yang tepat.
c. Pengembangan Kelembagaan Mekanisasi Pertanian
Kelembagaan bukan terbatas hanya pada institusi fisik 
seperti organisasi pemerintah. namun juga berkaitan dengan 
supporting system yang dibutuhkan untuk melayani 
pengembangan mekanisasi pertanian, antara lain adalah 
keberadaan kelompok tani, pengusaha, dealership, lembaga 
kredit, asuransi, bengkel dan industri perawatan dan 
pemeliharaan yang perlu dihidupkan. Dengan adanya lembaga 
lembaga ini , keberlanjutan operasi mekanisasi pertanian 
dapat dijamin berlangsung terus.
d. Klasifikasi dan Regionalisasi Mekanisasi Pertanian
iKlasifikasi atau regionalisasi mekanisasi diperlukan 
sebagai instruman pengendalian. Maskipun pasar adalah sensor 
pengendali yang secara alami berlaku; namun klasifikasi wilayah 
diperlukan sebagai informasi untuk menentukan jenis, tipologi,
kelayakan dan aspek aspek lain bagi pengembangan mekanisasi 
pertanian. Di dalam klasifikasi ini  akan nampak, sejauh 
mana dan pada batas batas mana pemerintah harus berperan atau 
tidak berperan dalam pengembangan mekanisasi pertanian. 
Sebagai conloh. pada wilayah wilayah yang diketahui 
pengembangan mekanisasi dapat berjalan dengan wajar, lancar 
dan secara alami bertumbuh, maka peran pemerintah tenlu saja 
makin kecil. tetapi peran swasta makin besar. Sebaliknya. jika 
pada tempat-tempat tertentu, mekanisasi pertanian diperlukan 
untuk pertumbuhan tetapi kurang layak secara ekonomi, maka
peran pemerintah adalah memberikan insentif bagi
pertumbuhannya.
e. Kemitraan Antara Riset Industri dan Pengguna
Kemitraan tumbuh sebab  saling ketergantungan dan 
saling membutuhkan. Riset perlu didorong untuk melakukan 
penelitian yang mampu dijual secara komersial kepada industri 
dan bermanfaat bagi pengguna jika diproduksi. Agenda 
penelilian harus disusun sesuai dengan kebutuhan stakeholdernya 
yaitu industri dan petani
.Mekanisasi Pertanian Sebagai Pemecahan Masalah 
Efisiensi Kerja Petani
Salah satu perubahan yang paling fundamental dalam 
pemakaian  alat dan mesin pertanian adalah penggantian tenaga 
manusia dan hewan dengan tenaga mesin. Mekanisasi mampu 
meningkatkan hasil per unit input tenaga kerja dan menurunkan 
harga jual pangan per satuan. Disamping itu mekanisasi dibidang 
pertanian juga menimbulkan akibat buruk, antara lain hilangnya 
kesempatan kerja, terciptanya ketegantungan pada energi minyak 
bumi, diperlukan modal yang lebih besar, dan tersentralisasinya 
teknologi pada usaha tani berskala besar. Mekanisasi cenderung 
menguntungkan usaha tani berskala besar, padahal terdapat 
sekitar 60% lebih petani Indonesia termasuk petani kecil (petani 
gurem) yang tidak mampu memakai  atau membeli mesin 
pertanian yang relatif mahal. Saat ini, harga satu unit traktor 
tangan (hand tractor) mencapai Rp 15.000.000,-; harga satu set 
mesin penggiling padi (rice mill) mencapai Rp 25.000.000,-. 
Akibatnya, petani-petani miskin menjadi sangat tergantung pada 
petani bermodal besar yang mampu membeli mesin-mesin 
pertanian ini . Petani kecil harus menyewa traktor 
bergiliran dengan petani lain sehingga pengelola tanah dan 
aktivitas usaha tani yang lain tidak mandiri. Adanya penggilingan
padi menyebabkan petani meninggalkan alat-alat penumbuk 
tradisional, misalnya lumpang, lesung dan sebagainya. 
Pembangunan pertanian harus diarahkan pada terciptanya 
tenaga petani yang terampil dalam mengelola usaha taninya, juga 
terbentuknya masyarakat petani yang maju, bersemangat 
profesional sehingga mampu menghadapi tantangan dan 
permasalahan dalam melaksanakan usaha taninya. Pentingnya 
efisiensi kerja petani dalam pengelolaan usaha tani sebab 
pemakaian tenaga kerja di sektor pertanian di Indonesia tergolong 
sangat besar dibanding negara lain. Di Amerika Serikat kurang 
lebih 0,002 Kw/ha, Jepang 0,014 Kw/ha, sedang Indonesia 0,127 
Kw/ha. Tetapi tenaga kerja manusia di Jepang dan Amerika 
Serikat lebih intensif dibanding di Indonesia. Di praktik 
pertanian Jepang, produktivitas pekerja (petani) bukan hanya 
diperhitungkan per ha sawah, tetapi pemakaian  tenaga kerja 
dimanfaatkan se efisien mungkin dengan memakai  
perhitungan yang baik sesuai dengan produksi kecil yang efisien. 
Di Indonesia, efisiensi yang diartikan sebagai 
kedayagunaan suatu sumber tenaga dapat menangani suatu 
bahan, masih belum mendapat perhatian secara serius. Padahal 
fungsi perbaikan pertanian adalah menaikkan pendapatan, 
kesejahteraan, taraf hidup dan daya beli petani. Sangat kecilnya 
efisiensi petani merupakan hambatan bagi faktor-faktor lain yang
merupakan penetrasi pembangunan pertanian. Perbaikan taraf 
hidup petani memang tidak dilakukan dengan hanya memberi 
landreform (Redistribusi Tanah Pertanian) atau credit reform
(Pemberian Kredit Usaha Tani), tetapi perlu juga diperhatikan 
situasi kerja petani. Situasi kerja yang monoton yang disebabkan 
oleh miskinnya inovasi dan tiadanya gebrakan-gebrakan baru 
yang menggairahkan petani dengan hasil yang diperoleh rendah 
menyebabkan petani mengalami kejenuhan. 
Berbagai hambatan pembangunan dalam sektor pertanian 
di Indonesia adalah lambatnya kemajuan teknologi. Tingkat 
teknologi yang rendah menyebabkan petani sulit memperoleh 
hasil dalam proses produksi yang maksimal. Kehilangan hasil 
dalam proses produksi sangat besar, sementara biaya yang 
diperlukan sangat tinggi. Pertumbuhan penduduk yang 
cukup tinggi di Indonesia, sekitar 2% per tahun, diiringi 
penyusutan lahan yang terus terjadi, hingga maraknya alih 
fungsi lahan pertanian adalah salah satu bentuk masalah 
yang terus dihadapi oleh para petani. Hal itu kemudian 
diperparah dengan semakin langkanya tenaga kerja di pedesaan 
akibat migrasi besar-besaran dari desa ke kota.
Produksi pertanian Indonesia meski secara nominal 
menunjukkan peningkatan, namun terlihat stagnan dilihat dari 
produksi dan pertumbuhan penduduk. Ujungnya importasi bahan 
pangan ke Indonesia kembali menjadi pilihan jangka pendek 
untuk mengatasi keterbatasan pangan, seolah juga menunjukkan
petani kita semakin tidak percaya diri untuk bersaing dengan 
produk asing. Pemerintah RI melalui Departemen Petanian harus 
mampu mengembalikan rasa percaya diri petani akan peran dan 
fungsinya, sehingga segala bentuk pemberdayaan petani dan 
program jangka panjang di bidang pertanian oleh Pemerintah 
terutama penguatan struktural perdesaan dengan kawasan 
pertanian produktif dan daya dukung yang diperlukan untuk 
usaha tani agar secara efektif dilaksanakan dengan komitmen 
pada peningkatan kesejahteraan warga . 
 Dampak Mekanisasi Pertanian Terhadap Pembangunan 
Pedesaan
a. Ditinjau dari segi Ketenaga kerjaan
Pedesaan berarti mempunyai cadangan tenaga kerja 
yang terampil serta fleksibel sebab  terus menerus mau 
mendalami kemajuan, dan mendapatkan pelatihan dan 
penyuluhan yang berkelanjutan, yang sewaktu-waktu dapat 
dimanfaatkan didalam sektor industri ataupun sektor lainnya. 
Transformasi struktural dalam tenaga kerja ini  dari sektor 
pertanian ke sektor yang lain itu merupakan akibat yang wajar 
dari peningkatan produktifitas di dalam sektor pertanian.
Kontribusi mekanisasi pertanian untuk tanaman pangan 
ditandai dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja pada 
pengolahan lahan, sebab  makin langkanya tenaga kerja manusia 
dan ternak pada daerah daerah beririgasi yang mempunyai 
intensitas tanam tinggi. Disamping itu, faktor budidaya tanam 
padi varietas unggul, memerlukan keserempakan tanam untuk 
dalam satu kawasan luas, untuk menghindari serangan hama dan 
memutus siklus hama. Oleh sebab  itu, volume pekerjaan menjadi 
meningkat, waktu pengolahan lahan singkat, sehingga jumlah 
curahan tenaga kerja untuk kegiatan ini  meningkat.
Kasus diatas dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan 18% 
pada traktor, dan terutama didominasi oleh traktor kecil. Di Jawa, 
meskipun penduduknya lebih padat dari pulau pulau lain, 
populasi traktor pada tahun 2000 mencapai 50% dari total 
populasi di Indonesia atau sekitar 49,000 unit dari 101,000 unit. 
Dari 50% ini , propinsi Jawa Barat dengan luas areal 
sawah 1.2 juta hektar memiliki populasi traktor terbanyak, 
diikuti oleh propinsi Jawa Tengah, kemudian propinsi Jawa 
Timur Didaerah lain, traktor makin tahun juga meningkat 
jumlahnya, terutama pada daerah daerah yang mempunyai irigasi 
lebih baik seperti Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara, 
Sumatera Barat, Aceh, dan Lampung. Namun demikian belum 
dapat diduga parameter statistiknya antara perkembangan traktor 
dan intensitas tanam disuatu wilayah, namun dapat diduga bahwa mekanisasi pengolahan lahan akan sangat berkorelasi dengan 
jumlah lahan sawah irigasi dan intensitas tanamnya.
Pada kasus perluasan areal tanaman pangan, dapat 
disebutkan peranan pompa air irigasi, terutama untuk wilayah 
wilayah yang mempunyai air tanah dangkal didaerah Sragen 
(Jawa Tengah), Ngawi, Kediri, dan Madiun di Jawa Timur. 
Pompa air memungkinkan perubahan pola tanam 1 kali menjadi 2 
atau lebih dalam setahun. Peningkatan intensitas tanam ini  
dimungkinkan sebab  faktor air sebagai kendala utama dapat 
dipecahkan, dan sekaligus meningkatkan kesempatan kerja, 
sebab  bertambahnya jumlah tanaman per tahun. 
Melimpahnya ketersediaan tenaga kerja di perdesaan ini 
dapat berpengaruh kondusif bagi pertumbuhan sektor 
pertanian, namun di sisi lain merupakan beban bagi sektor 
pertanian sebab  pendapatan buruh tani dan produktivitas tenaga 
kerja sektor pertanian semakin sulit ditingkatkan. 
b. Ditinjau dari segi Sosial Budaya dan Agama
Pada prinsipnya, modernisasi menuntut terjadinya 
perubahan dan pembaharuan sistim nilai dan budaya. Modernisasi 
berarti melakukan reformasi terhadap norma dan budaya yang 
tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman, kurang produktif, 
kurang efisien dan tidak memiliki daya saing. Perubahan ini  
perlu waktu, harus terjadi dalam lingkup integral dan tidak hanya 
mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis, politis melainkan juga 
aspek penghidupan sosio-kultural. 
Pengembangan mekanisasi pertanian dalam usahatani
yang mampu memberikan kontribusi optimal kepada 
pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Dimana 
pengembangan ini  bertujuan untuk memberikan landasan 
yang kuat bagi berlangsungnya pengembangan mekanisasi 
pertanian, sebagai wahana perubahan budaya pertanian 
tradisional ke budaya pertanian industrial atau modern.
Adanya modernisasi mekanisasi/tekhnologi pertanian di satu 
sisi mengakibatkan naiknya tingkat rasionalitas (nilai teori), 
orientasi ekonomi dan nilai kuasa, sementara pada sisi lain 
modernisasi mengakibatkan lunturnya nilai-nilai kepercayaan 
(nilai agama), nilai gotong royong (solidaritas) dan nilai seni 
mengalami komersialisasi. Kenyataan memperlihatkan bahwa 
nilai yang sangat dominan mengalami pergeseran adalah naiknya 
tingkat rasinolitas (nilai teori), orientasi finansial (nilai ekonomi) 
sebagai dampak kebijaksanaan pembangunan yang lebih 
memprioritaskan pembangunan ekonomi yang diikuti oleh 
pesatnya penerapan ilmu dan teknologi. Modernisasi lebih 
banyak diwarnai oleh gejala perubahan teknologi dan berkembangnya ekonomi pasar. Sedangkan pembangunan lebih 
menitik beratkan pada adanya perubahan struktur masyarakat.
Eksistensi nilai agama (kepercayaan) yang sering muncul 
dalam kegiatan budidaya tanaman telah bergeser dan bahkan ada 
yang telah hilang sama sekali diganti oleh nilai-nilai yang bersifat 
rasional setelah hadir dan diterapkanya teknologi mekanisasi 
pertanian. Wawasan dan cara berfikir petani menjadi lebih 
terbuka bahwa meningkatnya hasil panen tidak semata￾mata ditentukan oleh dilaksanakanya do’a selamatan 
disekeliling sawah/ladang, tetapi juga ditentukan oleh 
penanaman bibit unggul, cara pengolahan, pemakaian  
pupuk, pemberantasan hama sampai kepada penanganan 
pasca panen. Majunya cara berfikir diatas didukung oleh 
adanya pelaksanaan program pemerataan pendidikan di pedesaan 
melalui kejar paket , wajib belajar. Fenomena ini tampak jelas 
pada pola tingkah laku petani sebagai refleksi dari cara 
berfikirnya yang telah mengalami pergeseran.
Adanya program mekanisasi, para petani yang 
sebelumnya menggarap sawahnya dengan memakai  tenaga 
kerbau atau sapi, sekarang lahan pertanian sudah digarap dengan 
bantuan mesin (menyewa traktor milik pemodal). Demikian juga 
dalam pelaksanaan panen yang dulunya banyak melibatkan para 
tetangga memang terlihat tidak efesien. Dengan adanya tresser 
(mesin perontok padi) pemakaian  tenaga manusia menjadi berkurang. pemakaian  alat ini disatu sisi memang 
menguntungkan, tapi disisi lain pola hubungan antar masyarakat 
petani, jelas merenggangkan kohesi sosial, dan secara ekologis 
sebab  gabahnya tidak ada yang tercecer menyebabkan populasi 
burung menurun atau bermigrasi ketempat lain. Padahal 
keberadaan burung merupakan salah satu mata rantai makanan 
dalam suatu ekosistem masyarakat petani.
Nilai-nilai gotong royong yang berkembang dalam 
kegiatan usaha tani, seperti saat menanam padi atau kedelai di 
ladang atau panenan, pasti tidak bayar, upahnya hanya 
makan pagi dan siang atau makan kecil. Jadi, kalau ada diantara 
mereka menanam atau memanen, maka warga yang lainnya
ikut gotong royong dan begitu sebaliknya, terjadi semacam barter 
tenaga. Sekarang keadaanya telah bergeser, kalau mau bercocok 
tanam atau panenan sudah harus memperhitungkan upah. 
Adanya desakan ekonomi pasar yang kuat, memang terlalu sulit 
dan berat untuk mempertahankan model gotong royong seperti 
diatas, dan memang tidak harus dipertahankan benar-asal 
proporsional. Pola pikir praktis dengan hanya memberi uang 
tanpa mau terlibat gotong royong jelas merupakan pertanda erosi 
nilai dan munculnya nilai baru yakni indivualisme pada 
masyarakat perdesaan, Munculnya nilai individualisme ini terjadi 
sebab  semakin terbatasnya kepemilikan tanah yang banyak 
dikuasai tuan tanah lokal atau masuknya petani berdasi dari kota.
Fenomena di atas menjadi indikasi bahwa nilai gotong￾royong, nilai solidaritas sosial di perdesaan telah menurun tajam, 
sedangkan nilai kuasa semakin meningkat dan menguat. 
Penguatan nilai kuasa ini dapat dilihat dari kondisi riil bahwa 
para petani dipedesaan telah memakai  kuasanya dalam 
menggarap sawahnya, memanen padi, menyewa traktor dan 
dalam berbagai kegiatan lainnya, yang sebelumnya mungkin 
sebab  ikatan-ikatan tradisional harus mereka kerjakan 
dengan mengikutsertakan petani tetangga atau petani sedesanya. 
Keadaan ini menjadi pertanda yang jelas bahwa masuknya 
teknologi mekanisasi pertanian memang menguntungkan 
sekaligus juga menumbuhkan benih-benih individualisme 
masyarakat petani yang sebelumnya hanya ada sedikit atau 
bahkan tidak ada sama sekali.
c. Ditinjau dari segi Procesing Pembangunan
Mekanisasi pertanian dalam kegiatan usahatani
merupakan wahana untuk transformasi dari pertanian tradisional 
ke arah pertanian dengan budaya komersiil. Dan juga 
mekanisasi merupakan sebagai suatu sub sistem IPTEK 
memiliki arti yang sangat strategis, sebab  dengan mekanisasi 
pertanian akan didorong pergeseran kearah produktivtas dan 
efisiensi usaha tani tradisional ke usaha tani komersial atau 
modern. Adanya pengembangan kelembagaan mekanisasi 
pertanian dipedesaan, dimana kelembagaan bukan terbatas 
hanya pada institusi fisik seperti organisasi pemerintah, namun 
juga berkaitan dengan supporting sistem yang dibutuhkan untuk 
melayani pengembangan mekanisasi pertanian dan teknologi 
pasca panen. Antara lain adalah keberadaan kelompok tani 
desa, pengusaha, lembaga kredit atau keuangan desa, 
lembaga penjamin kredit desa, asuransi, bengkel dan 
industri perawatan dan pemeliharaan yang perlu dihidupkan. 
Maka adanya lembaga lembaga ini , keberlanjutan 
operasi mekanisasi pertanian dipedesaan dapat dijamin 
keberlangsungannya dalam meningkatkan produktivitas 
pertanian, produksi pangan dan daya beli masyarakat.
d. Ditinjau dari segi Sosial Ekonomi
Berbagai studi menyebutkan, bahwa alat dan mesin 
pertanian memiliki kaitan sangat erat dengan dinamika sosial 
ekonomi dari sistem budidaya pertaniannya. Sumbangan alat dan 
mesin pertanian dalam pembangunan pertanian dapat diukur pada 
berbagai kasus, misalnya pemakaian  pompa ai tanah di Jawa 
Timur yang mampu merubah pola tanam dari padi-bero menjadi 
padi - padi atau padi-palawija-palawija. Demikian pula 
pemakaian  mesin perontok padi yang menurunkan susut panen 
dari > 5% menjadi kurang dari 2%. Penelitian terhadap perbaikan
dan penyempurnaan mesin penggilingan padi mampu menaikkan 
rendemen giling cukup baik. Dan juga beberapa kasus pada 
pengolahan kakao dan kopi, juga memberikan indikasi bahwa 
pemakaian  alat dan mesin untuk sortasi, pengeringan, dan 
penanganan primer hasil kakao dan kopi mampu meningkatkan 
kualitas hasil dan pada akhirnya mengangkat nilai tambah hasil 
pertanian.
e. Ditinjau dari segi Perluasan Areal Baru
Peran mekanisasi pertanian pada perluasan areal baru, 
terutama pada lahan pasang surut, sulfat masam, lahan 
bergambut, memberikan prospek yang cukup baik dalam 
kaitannya dengan usaha pelestarian swasembada pangan. Hasil 
penelitian, studi dan pengamatan di berbagai ekosistem ini  
memberikan indikasi bahwa marginalitas lahan ini  bersifat 
dinamis, dimana unsur waktu, perkembangan teknologi 
budidaya, kelembagaan, alih teknologi memegang peranan 
penting dalam mematangkan tanah (Puslitbangtan, 1996). 
Mekanisasi pertanian pada ekosistem rawa, pasang surut dan 
lahan bergambut harus selektif dan memandu dilakukannya 
suatu pemilihan alsintan yang spesifik, manajemen operasi dan 
kelembagaan pengaturannya (Tim Studi Mekanisasi Lahan Rawa/ 
Gambut, 1997).
f. Ditinjau dari segi Sumber Daya Manusia
Dengan adanya pengembangan mekanisasi pertanian 
maka akan meningkatkan sumber daya manusia atau juga 
meningkatkan keberdayaan masyarakat desa. sebab  kemampuan 
sumber daya manusia dibutuhkan tidak hanya untuk 
mengoperasikan mekanisasi pertanian secara fisik sebagai 
operator teknologi, namun juga diperlukan dalam 
manajemen sistem teknologi. Manajemen Sistem Teknologi 
ini  dimulai dari pemilihan ( seleksi), pengujian dan evaluasi, 
serta penciptaan teknologi baru yang sepadan dengan 
perkembangan zaman. Pergeseran sistem pertanian dari padat 
tenaga kerja ke padat modal dengan memakai  mekanisasi 
pertanian memerlukan keahlian dalam merencanakan, 
menganalisa, dan memberikan keputusan keputusan yang tepat.
Modernisasi pertanian diharapkan bisa dirasakan 
manfaatnya oleh semua komponen yang terlibat khususnya 
petani. Petani yang tanahnya sedikit, apalagi yang sedikit modal, 
kehadiran traktor dan instrumen pertanian modern lainnya belum 
dirasakan dampaknya dalam usahataninya; namun petani yang 
terampil dan memiliki pengetahuan operasional serta 
pemeliharaan alat dan mesin pertanian akan mampu menangkap 
peluang meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 
g. Ditinjau dari segi Pangan
Dengan adanya mekanisasi pertanian maka akan ada 
pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini disebab kan pada 
umumnya penghidupan masyarakat pedesaan dari sektor 
pertanian.
h. Ditinjau dari segi Pengaruh Globalisasi
Globalisasi perdagangan merupakan masalah sekaligus 
peluang dalam pembangunan/pengembangan mekanisasi 
pertanian. Beberapa implikasi dari dinamika lingkungan 
internasional ini , adalah: (1) setiap negara harus 
meningkatkan dayasaing produknya agar tidak tersisih oleh 
produk-produk impor, di sisi lain petani dapat memanfaatkan 
pasar global yang semakin terbuka; dan (2) globalisasi disatu 
sisi akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam 
negeri dalam hal keragaman, mutu dan keamanan produk 
pangan. 


produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi 
ini  selalu memerlukan alat mesin pertanian.
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari 
tujuan tertentu yang membuat perubahan ini  bisa 
dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan 
suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan 
dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, 
tujuan mekanisasi pertanian adalah : 
a. Mengurangi beban kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga 
manusia 
b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian 
c. Menurunkan ongkos produksi 
d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi 
e. Meningkatkan taraf hidup petani 
f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe 
pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian 
komersil (comercial farming) 
Tujuan ini  di atas dapat dicapai jika  pemakaian  dan 
pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi jika  
pemilihan dan pemakaian nya tidak tepat, maka hal sebaliknya 
yang akan terjadi.
Perubahan-perubahan untuk memperbaiki dan 
meningkatkan kesejahteraan warga  yang dilakukan pemerintah 
sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak 
terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang 
sangat penting bagi kesejahteraan warga . Berhasilnya sektor 
pertanian akan berdampak pada ketahanan pangan. 
Perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia sudah 
dimulai sejak tahun 1950-an; namun pada awal 
perkembangannya adanya krisis di era globalisasi menuntut 
perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami 
banyak hambatan baik dalam hal teknis, ekonomis, maupun 
sosial. pemakaian  alat dan mesin pertanian baru mengalami 
peningkatan sejak tahun 1970-an sebab  kesadaran petani yang 
semakin tinggi akan manfaat mekanisasi pertanian. Kesadaran ini 
juga merupakan kebijakan untuk program swasembada beras 
pada waktu itu, sehingga semua usaha untuk peningkatan 
produksi padi diupayakan dengan prioritas tinggi, terutama pada 
pembangunan irigasi, penyuluhan dan perluasan areal pencetakan 
sawah baru.
Walaupun pemakaian alsintan di Indonesia terus 
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi tingkat 
mekanisasi di Indonesia masih ketinggalan dari Negara-negara 
lain. Menurut Alfan (1999), Indonesia masih sangat 
ketinggalan pada pengembangan traktor. Pemakaian traktor di 
Indonesia hanya 0,005 Kw/ha, Amerika Serikat 1,7 Kw/ha, 
Belanda 3,6 Kw/ha dan Jepang 5,6 Kw/ha. Rendahnya pemakaian 
traktor ini mencerminkan mekanisasi pertanian yang masih 
rendah, sehingga produktivitas pertanian kita jauh ketinggalan 
dari negara-negara maju di atas. Mekanisasi pertanian dapat 
meningkatkan produktivitas pertanian melalui
pengolahan lahan yang lebih baik, mengurangi kehilangan hasil 
serta meningkatkan ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian. 
Selama musim tanam dan musim panen, permintaan tenaga 
kerja sangat besar. Dengan memakai  alat dan mesin 
pertanian pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan 
tepat waktu. Dan tenaga kerja manusia dapat dialokasikan 
untuk pekerjaan lain.
Hasil Penelitian BBP Mekanisasi Pertanian, 
menunjukkan bahwa dengan tenaga manusia mampu 
mencangkul dengan kedalaman 15-20 centimeter dalam waktu 
500 jam per hektar, jika jam kerja sehari 8 jam berarti 62,5 
hari/Ha. Dengan tenaga hewan mampu mengolah tanah 
sedalam 25 centimeter dalam waktu 60 jam per hektar dengan 
jam kerja 4-6 jam per hari, berarti dalam 1 Ha diperlukan 
waktu pengolahan sekitar 10 hari; sedangkan dengan 
memakai  handtraktor mampu mengolah tanah sedalam 25 
cm dalam waktu 20 jam per hektar (2,5 hari/Ha) atau 4 jam 
dengan traktor besar (0,5 hari/ha). Dari data ini  diketahui 
bahwa efesiensi waktu pengolahan lahan dengan memakai  
alat mekanisasi lebih baik dan bukan hanya efesiensi waktu, 
tetapi juga tenaga serta biaya. Bagaimanapun kita tidak dapat 
menghindari akan perkembangan teknologi terutama dibidang pertanian, artinya sebagai masyarakat tani kita juga harus 
mengikuti perkembangan teknologi baik dibidang mekanisasi dan 
budidaya. Dengan makin majunya teknologi pertanian maka 
harus ada sebuah kesiapan untuk menerima dan mengaplikasikan 
teknologi ini  secara bijaksana.
Pengembangan Mekanisasi Pertanian di Indonesia 
mengacu kepada Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-
2014 yang merupakan acuan dan arahan pembangunan 
pertanian untuk memposisikan kembali pertanian sebagai 
motor penggerak pembangunan nasional melalui pencapaian 
empat Target Utama pembangunan pertanian ke depan, yaitu: 
(1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, 
(2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai 
tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan 
kesejahteraan petani. Melalui Balai Besar Pengembangan 
Mekanisasi Pertanian (BBP Mekanisasi Pertanian) yang 
dibentuk berdasarkan SK Mentan No. 
403/Kpts/OT.210/6/2002, yang diberi mandat nasional sebagai
pelaksana teknis dibidang penelitian dan pengembangan 
mekanisasi pertanian di Indonesia; sekaligus juga memberikan 
layanan jasa berupa pengujian alat mesin pertanian (alsintan). 
Melalui pengujian dilakukan penelitian dan evaluasi teknis 
alsintan yang dikembangkan. Pengujian diarahkan guna 
pengawasan mutu untuk standardisasi yang mengacu pada 
Standard Nasional Indonesia tentang prosedur, cara uji dan
persyaratan teknis minimum dan sertifikasi. Melalui pengujian 
diharapkan mutu alsintan yang beredar dan digunakan pengguna 
dapat terjamin.
Pengembangan alat dan mesin pertanian yang juga 
pengembangan mekanisasi pertanian tidak dapat berdiri 
sendiri, sebab  merupakan suatu sub sistem penunjang 
(supporting system) dalam proses budidaya, pengolahan dan 
penyimpanan. Sebagai teknologi yang bersifat indivisible
( tidak dapat terbagi), peran alat dan mesin pertanian ini  
sebaiknya dapat didistribusikan pada banyak pemakai, atau 
petani kecil yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk 
memilikinya. Berbagai studi menyebutkan, bahwa alat dan 
mesin pertanian memiliki kaitan sangat erat dengan dinamika 
sosial ekonomi dari sistem budidaya pertaniannya.
Alat dan mesin pertanian telah digunakan dalam usaha 
tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan. 
pemakaian  alat dan mesin pertanian telah dirasakan 
manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam 
mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan 
perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian 
jumlah alat dan mesin pertanian masih sangat sedikit dibanding 
dengan luas lahan yang ada. Ditinjau dari jumlah alat dan 
mesin yang digunakan, level mekanisasi pertanian masih 
berada ± 30 persen. Disamping itu pemakaian juga belum 
optimum khususnya dalam Usaha Jasa Pelayanan Alsintan 
(UPJA). Demikian pula angka susut pasca panen juga masih 
besar yakni berkisar antara 12,5 - 23%. Pada komoditas 
perkebunan, mekanisasi telah digunakan terutama untuk 
pengolahannya; namun demikian lebih dari 65% komoditas 
perkebunan belum dapat diolah sehingga peluang 
pengembangan mekanisasi untuk komoditas ini masih terbuka 
luas. Mekanisasi pertanian juga telah digunakan di bidang 
mesin budidaya terutama penyediaan bibit, pengolahan produk, 
namun jumlahnya masih jauh dari kebutuhannya. Untuk 
komoditas hortikultura, mekanisasi mulai dari irigasi sampai 
dengan pengolahan produk jadi masih belum mendapatkan 
perhatian yang layak. Meskipun demikian beberapa prototipe 
alat dan mesin pasca panen hortikultura telah tersedia dan siap 
untuk dikembangkan seperti mesin grader buah, penggoreng 
vakum, perajang dan pengering (Litbang, BPP Mekanisasi 
Pertanian).
Dengan mekanisasi pertanian dapat diwujudkan suatu 
sistem usaha tani dengan kepastian hasil tinggi yang dinyatakan 
dengan ciri fisik seperti kuantitas, kualitas, produktivitas dan 
efisiensi. Sistem dan usaha agribisnis merupakan sistem usaha 
tani yang berorientasi komersiil serta efisien dalam 
memanfaatkan sumberdaya alam dan mampu manghasilkan 
produk yang berkualitas dan sesuai dengan jumlah dan waktu dan 
harga yang diminta oleh pasar. Panelitian dan perekayasaan alsin 
sebagai proses tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus 
memperhatikan komponen lain dalam sistem budidaya pertanian 
secara utuh, yaitu sistem sosial ekonomi petani, lingkungan dan 
permodalan. Teknologi alat dan mesin pertanian tidak lagi 
manjadi suatu input yang bebas, tetapi akan saling bergantung 
dengan komponen tanah, iklim, petani, modal, tanaman, ternak, 
ekonomi dan moneter. Penelitian dan perekayasaan alsinta
diperlukan dalam peningkatan produktivitas, efisiensi sumber 
daya, kualitas dan pencapaian standar mutu hasil pertanian. 
Dengan demikian daya saing produk akan tergantung kepada 
muatan teknologi yang dipakai.
Pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berciri : 
berdaya saing, berkewarga an, berkelanjutan dan terdesentralisasi 
ini  merupakan paradigma baru pembangunan pertanian 
dimana peranan alat dan mesin pertanian sebagai salah satu 
input teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi 
sumber daya dapat mampu meningkatkan kualitas dan nilai 
tambah hasil pertanian. Pemilihan mekanisasi merupakan hal 
yang penting dalam manajemen teknologi mekanisasi sebab  
berhubungan erat dengan keberlanjutan sistam, kesepadanan 
kteknologi dan kelayakannya dengan sub sistem sosio kultural. 
Mekanisasi Pertanian merupakan wahana untuk transformasi dari 
pertanian tradisional ke arah pertanian dengan budaya komeriil.
Inovasi mekanisasi pertanian dalam bentuk sistem, model, 
prototype dan proses yang diperbarui, sebagai hasil panelitian dan 
perekayasaan harus sepadan dangan lingkungan sistem dan usaha 
agribisnis yang dibangun, sebab  alsintan bukan merupakan input 
yang bendiri sandiri, namun merupakan supporting system dan 
akan saling bergantung pada komponen sumber daya alam,
petani, sosial dan ekonomi serta lingkungan strategis yang lain. 
Peran penelitian mekanisasi pertanian semakin dibutuhkan dalam 
sistem dan usaha agribisnis.
Dalam usaha meningkatkan dukungan mekanisasi 
pertanian rangka pengembangan mekanisasi seperti diuraikan di 
atas, kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus 
mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu dan nilai 
tambah, mendorong tumbuhnya industri alat dan mesin dalam 
negeri dan mendorong kemitraan antara industri besar dan UKM. 
Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan mekanisasi 
pertanian adalah membangun industri pertanian di pedesaan 
berbasis mekanisasi pertanian pada sentra produksi. Untuk itu 
diperlukan dukungan kebijakan untuk pengembangan mekanisasi 
guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain adalah: (1) 
teknologi dan kelayakannya dengan sub sistem sosio kultural. 
Mekanisasi Pertanian merupakan wahana untuk transformasi dari 
pertanian tradisional ke arah pertanian dengan budaya komeriil.
Inovasi mekanisasi pertanian dalam bentuk sistem, model, 
prototype dan proses yang diperbarui, sebagai hasil panelitian dan 
perekayasaan harus sepadan dangan lingkungan sistem dan usaha 
agribisnis yang dibangun, sebab  alsintan bukan merupakan input 
yang bendiri sandiri, namun merupakan supporting system dan 
akan saling bergantung pada komponen sumber daya alam,
petani, sosial dan ekonomi serta lingkungan strategis yang lain. 
Peran penelitian mekanisasi pertanian semakin dibutuhkan dalam 
sistem dan usaha agribisnis.
Dalam usaha meningkatkan dukungan mekanisasi 
pertanian rangka pengembangan mekanisasi seperti diuraikan di 
atas, kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus 
mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu dan nilai 
tambah, mendorong tumbuhnya industri alat dan mesin dalam 
negeri dan mendorong kemitraan antara industri besar dan UKM. 
Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan mekanisasi 
pertanian adalah membangun industri pertanian di pedesaan 
berbasis mekanisasi pertanian pada sentra produksi. Untuk itu 
diperlukan dukungan kebijakan untuk pengembangan mekanisasi 
guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain adalah: (1) 
pengembangan infrastruktur; (2) mendorong berkembangnya 
industri alsin dalam negeri dan (3) mengembangkan model skim 
kredit dan bantuan keuangan yang mendorong tumbuhnya 
mekanisasi pertanian. 
Pengertian dan Ruang Lingkup
Mekasisasi pertanian dalam pengertian Agriculture 
Engineering, mencakup aplikasi teknologi dan manajemen 
pemakaian  berbagai jenis alat mesin pertanian, mulai dari 
pengolahan, tanah, tanam, penyediaan air, pemupukan, perawatan 
tanaman, pemungutan hasil sampai ke produk yang siap 
dipasarkan. Dari tujuannya, aplikasi mekanisasi pertanian 
dimaksudkan untuk menangani pekerjaan yang tidak mungkin
dilakukan secara manual, meningkatnya produktivitas 
sumberdaya manusia, efisien dalam pemakaian  input produksi, 
meningkatkan produktivitas dan kualitas dan memberikan nilai 
bagi penggunanya. Penerapan mekanisasi pertanian menuntut 
adanya dukungan berbagai unsur, seperti tenaga professional 
dibidang menajemen, teknik/mekanik, operator, ketersediaan 
perbengkelan, ketersediaan bahan bakar, pelumas, suku cadang 
serta ketersediaan unsur-unsur pendukungnya, merupakan 
persyaratan agar mekanisasi pertanian mampu dikembangkan dan 
dirasakan manfaatnya sesuai dengan tujuan modernisasi 
pertanian.Ilmu mekanisasi Pertanian adalah bagian dari industri 
pertanian yang penting sebab  produksi yang efisien dan 
pengolahan bahan-bahan tergantung pada mekanisasi. Oleh 
sebab  itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya baik 
di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang 
membutuhkan keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka 
untuk mengoperasikan, mempertahankan, dan memperbaiki 
mesin dan peralatan. Secara umum mekanisasi pertanian dapat 
diartikan pemakaian  alat mekanis dibidang pertanian. Dengan 
tujuan agar memudahkan para pelaku dibidang pertanian 
untuk melakukan kegiatan pengelolaan di sektor pertanian.
Agar dapat melakukan kegiatan usahatani ini  ini  secara 
memadai maka dibutuhkan pemakaian  alat-alat pertanian baik 
yang digerakkan secara manual, yaitu digerakkan dengan tenaga
manusia; hewan; ataupun digerakkan secara masinal, yaitu 
digerakkan dengan tenaga motor; dan tenaga alam, misalnya air 
atau angin. Pemilihan jenis tenaga penggerak apakah memakai 
tenaga manusia, motor atau tenaga alam tergantung pada 
beberapa faktor, yaitu: ketersediaan tenaga dan alatnya; biaya
untuk operasi dan pemeliharaan; modal yang tersedia dan 
keuntungan finansial usahatani ; dan kondisi lingkungan sekitar, 
misal topografi atau bentuk bentang lahan apakah datar, 
bergelombang, atau berbukit. Dalam melaksanakan kegiatan 
usaha tani baik untuk padi maupun palawija dilakukan proses- proses pekerjaan: Penyiapan lahan; penyemaian; penanaman; 
perawatan tanaman dan pemupukan; pemanenan; dan proses 
pasca panen. Kegiatan-kegiatan pemakaian  alat mesin pertanian 
baik berpenggerak manual ataupun masinal disebut Mekanisasi 
Pertanian.
Pengertian mekanisasi pertanian dapat didefinisikan 
dalam arti yang luas dan sempit. Mekanisasi dalam arti luas 
dapat diidentifikasikan dengan “agricultural engineering” yaitu 
suatu ilmu yang mempelajari tentang pemakaian  dan 
pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan 
daya karya manusia dalam bidang pertanian demi kesejahtraan 
umat manusia (symposium Nasional Mekanisasi Pertanian 1967 
di Ciawi). Mekanisasi pertanian dalam arti sempit yang 
diidentikkan dengan “agricultural mechanization” atau “farm 
mechanization” yaitu semua kegiatan pemakaian  alat/mesin 
pertanian yang digerakkan baik tenaga manusia, tenaga hewan, 
tenaga motor, maupun tenaga mekanis lainnya seperti arus air dan 
tenaga angin untuk mengurangi kejerihan kerja dan 
meningkatkan ketepatan, mengamankan produksi, memperbaiki 
mutu produksi dan meningkatkan efisinsi kerja. Ruang lingkup 
dari mekanisasi pertanian dapat dibagi dalam bidang-bidang, 
yaitu : mesin budidaya, teknik tanah dan air, bangunan pertanian,
elektrifikasi pertanian, mesin-mesin pengolahan hasil pertanian, 
dan bidang mesin-mesin pengolahan pangan. Dalam tulisan ini 
g budidaya 


availability) air dan udara di dalam tanah ; sementara kelompok 
kedua menemukan jawaban bahwa dengan pembajakan yang 
dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan 
dengan pembajakan yang dangkal. Kedua pendapat ini masing￾masing mempunyai kelemahan. Pada pertengahan abad ke-20 
berbagai upaya dicoba untuk menggabungkan kedua pendekatan 
ini yaitu dengan mempelajari hubungan sebab akibat dari 
pengolahan tanah dan produksi tanaman. Telah diketahui bahwa 
pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur 
tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan 
pengolahan tanah diduga dapat berpengaruh baik pada 
pertumbuhan tanaman, meskipun pendapat ini  sulit 
dibuktikan sebab  hanya melihat aspek fisik tanahnya saja, yang 
pasti bahwa memberantas gulma akan memberikan keuntungan 
bagi pertumbuhan tanaman.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa 
penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah terbagi 
dalam dua aliran, yaitu aliran yang memberikan penekanan 
pada pengendalian gulma dan aliran yang memberikan 
penekanan pada perbaikan struktur tanah. Terlepas dari ada 
tidaknya pengaruh pengolahan tanah pada produksi tanaman, 
pengolahan tanah sampai kini tetap saja dilakukan petani paling 
tidak untuk mempermudah pekerjaan berikutnya.
Berkaitan dengan sejarah pengolahan tanah maka perkem
bangan dalam tujuan serta metoda pengolahan 
tanahnya diikuti pula dengan perkembangan dalam disain 
peralatan baik dari segi bahan maupun bentuk alat. Banyak 
bukti menunjukkan bahwa bajak ringan terbuat dari kayu telah 
digunakan secara besar-besaran di daerah Euphrates dan Nile 
Rivers sekitar tahun 3000 B.C. bahkan digunakan sebagai 
tenaga penggerak/penarik peralatan pertanian, menyiapkan 
tanah untuk penanaman Barley, Wheat dan lain-lain tanaman 
yang populer pada jaman itu. Bajak yang 
digunakan pada waktu itu tidak beroda atau bajak 
singkal yang digunakan untuk membalik tanah dan membuat
furrow. Paling tidak peralatan ini  dapat 
berfungsi memecahkan tanah dan untuk menutup benih. Contoh 
bajak yang terbuat dari kayu dari Mesir diperlihatkan pada 
gambar 1.
Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat 
dari besi yang diproduksi di Honan utara China. Pada awalnya 
alat ini berupa alat kecil yang ditarik dengan tangan dengan plat 
besi berbentuk V yang dihubungkan atau digandengkan dengan 
pisau kayu dan pegangan. Selama abad pertama B.C., kerbau 
digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah. 
Selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan alat yang disebut 
triple-shared plow, plow-and-sow dan garu.
Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu 
tahun. Peralatan kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari
kayu keras (wedge-shaped hardwood blocks) yang ditarik oleh 
sapi (bullock). Dengan alat ini tanah hanya dipecahkan 
kedalam bentuk clods tetapi tidak dibalik; dan pengolahan 
pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran “clod” dan 
perataan tanah dengan alat barupa batang kayu berbentuk empat 
persegi panjang yang ditarik oleh sapi.
Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-kira 2000 
tahun yang lalu sebagaimana pisau coulter. Pada waktu itu masih 
belum juga ditemukan bajak singkal yang berfungsi membalik 
tanah. Pada tanah yang berat dan keras, pisau bajak besi ini 
ditarik oleh sekelompok sapi jantan (oxen). Ada laporan yang 
menyatakan bahwa bajak yang dilengkapi dengan roda ditemukan 
di Itali utara pada sekitar tahun 100 A.D.
Suatu alat yang lebih lengkap, terdiri dari roda, coulter 
pemotong dan moldboard digunakan di Eropa pada tahun 1500 
A.D. seperti tertera pada Gambar 2. Peralatan ini dapat digunakan 
untuk membalik tanah dan membuat furrow dan kasuran benih.
Pada kira-kira tahun 1830, John Deere terdorong untuk 
mengembangkan bajak baja dengan pisau dan moldboard untuk 
mengatasi masalah pengolahan tanah-tanah organik di Amerika. 
Peralatan yang ditarik oleh hewan mulai menyusut jumlahnya 
sejak ditemukannya traktor bertenaga uap pada sekitar tahun 
1860.
Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik 
untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk 
menarik trailer atau instrumen yang digunakan dalam pertanian 
atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk 
mendefinisikan suatu jenis kendaraan untuk pertanian. Instrumen 
pertanian umumnya digerakkan dengan memakai  kendaraan 
ini, ditarik ataupun didorong, dan menjadi sumber utama 
mekanisasi pertanian. Istilah umum lainnya, "unit traktor", yang 
mendefinisikan kendaraan truk semi-trailer. Kata traktor diambil dari 
bahasa Latin, trahere yang berarti "menarik". Awalnya dipakai 
untuk mempersingkat penjelasan "suatu mesin atau kendaraan 
yangmenarik gerbong.
Di Inggris, Irlandia, Australia, India, Spanyol, 
Argentina, dan Jerman, kata "traktor" umumnya berarti "traktor 
pertanian", dan pemakaian  kata traktor yang merujuk pada 
jenis kendaraan lain sangat jarang. Di Kanada dan Amerika 
Serikat, kata "traktor" juga berarti truk semi-trailer. Instrumen 
pertanian bermesin pertama adalah mesin portabel di tahun 1800-
an, yaitu mesin uap yang bisa digunakan untuk mengendalikan 
instrumen mekanis pertanian. Sekitar tahun 1850, mesin penarik 
dikembangkan dari mesin ini , dan digunakan secara luas di 
pertanian. Traktor pertama adalah mesin bajak bermesin uap. 
 Traktor yang Dibuat Di Tahun 1920 an
Traktor bisa diklasifikasikan sebagai two wheel drive, 
four wheel drive, atau track tractor. Traktor, kecuali track tractor 
umumnya memiliki 4 roda dengan dua roda yang lebih besar di 
belakang atau keempat roda sama besar. Track tractor memiliki 
penggerak seperti tank yang membuatnya mampu bergerak di 
berbagai medan. sebab  traksinya yang sangat hebat, track tractor 
menjadi populer di California pada tahun 1930 an. Traktor pada 
awalnya memakai  mesin uap. Pada awal abad ke 20, 
mesin pembakaran dalam menjadi pilihan utama sumber tenaga 
traktor. Antara tahun 1900 hingga 1960, bensin menjadi bahan 
bakar utama, dan minyak tanah dan etanol sebagai alternatif bahan 
bakar. Dieselisasi mencapai puncaknya pada tahun 1960, dan 
traktor pertanian modern umumnya memakai  mesin diesel 
yang memiliki output power antara 18 hingga 575 tenaga kuda
(HP). Kebanyakan traktor tua memakai transmisi manual. 
Traktor jenis ini memiliki beberapa rasio kecepatan, umumnya 
3 hingga 6. Kecepatan rendah umumnya dipakai dilahan 
pertanian, sedangkan kecepatan tinggi umumnya dipakai di jalan. 
Tenaga yang diproduksi oleh mesin harus ditransmisikan ke 
peralatan yangdiimplementasikan ke traktor untuk melakukan 
pekerjaan yang dibutuhkan (menanam, memanen, membajak, dan 
sebagainya). Hal ini bisa dicapai dengan drawbar atau system 
sambungan.
Aplikasi dan Variasi pemakaian  Traktor
pemakaian  traktor yang paling umum adalah sebagai alat 
mekanisasi pertanian. Traktor pertanian digunakan untuk menarik 
atau mendorong instrumen pertanian atau trailer. Berbagai variasi 
dan spesialisasi traktor telah dikembangkan, diantaranya 
yang paling umum adalah instrumen untuk memanen yang umum 
digunakan dilahan gandum yang luas. Selain untuk memanen, ada 
juga yang didesain untuk menanam, mengolah dan memperbaiki 
lahan, atau pengangkut hasil pertanian. Daya tahan dan kekuatan 
mesin dari traktor membuatnya sangat pas untuk kebutuhan 
konstruksi bangunan dan jalan. Traktor bisa dipasangkan dengan 
lengan penggaruk, dozer blade, backhoe, dan lain sebagainya. 
Traktor tipe ini umumnya tipe track tractor. Penggerak track tractor 
ini umumnya memakai  penggerak yang mirip konveyor, bukan roda.
pemakaian  traktor lainnya adalah sebagai penarik 
pesawat terbang di bandara, pengangkut kendaraan militer, 
pengangkut beban berat dalam jumlah besar yang umum terdapat 
di pertambangan batu bara terbuka, dan lain sebagainya. Traktor
terbesar adalah traktor pembawa roket peluncur dan pesawat ulang alik 
yang dimiliki NASA, dan Bagger yang digunakan dalam 
penambangan batu bara di Jerman.
 pemakaian  Traktor Di Bidang Pertanian
Pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi menjadi 
pengolahan tanah pertama disebut juga pembajakan; dan 
pengolahan tanah kedua disebut juga penggaruan. 
A. Alat Pengolahan Tanah Pertama
Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang 
pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan 
membalik tanah. Alat-alat ini  dikenal ada beberapa macam, 
yaitu : 
1. bajak singkal (moldboard plow) 
2. bajak piring (disk plow) 
3. bajak pisau berputar (rotary plow) 
4. bajak chisel (chisel plow) 
5. bajak subsoil (subsoil plow) 
6. bajak raksasa (giant plow)
1. Bajak Singkal 
Pengolahan tanah merupakan suatu usaha manusia untuk 
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan 
kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia. Bajak singkal 
merupakan salah satu alat pertanian yang tertua dan dianggap 
sebagai alat pengolahan tanah yang paling penting, sebab  
memiliki fungsi mengubah sifat fisik tanah dengan cara ditarik. 
Bajak singkal akan memotong, membalik dan memecahkan tanah 
sekaligus menutup gulma dan menjadikannya kompos. Pada 
umumnya hasil pengolahan pertama masih merupakan 
bongkahan-bongkahan tanah besar, sebab  pada tahap ini 
penggemburan tanah belum dapat dilakukan secara efektif.
Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacam￾macam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah. 
Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah 
disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau 
lebih. Bottom ini dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : 
1) singkal (moldboard), 2) pisau (share), dan 3) penahan samping 
(landside). Ketiga bagian utama ini  diikat pada bagian 
yang disebut pernyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan 
rangka (frame) melalui batang penarik (beam). Bagian-bagian 
dari bajak singkal satu bottom secara terperinci dapat dilihat pada 
gambar 3
Pada saat bajak bergerak maju, maka pisau (share) 
memotong tanah dan. mengarahkan potongan/keratan tanah 
(furrow slice) ini  ke bagian singkal. Singkal akan 
menerima potongan tanah, dan sebab  kelengkungannya maka 
potongan tanah akan dibalik dan pecah. Kelengkungan singkal ini 
berbeda untuk kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar 
diperoleh pembalikan dan pemecahan tanah yang baik. 
Penahan samping adalah bagian yang berfungsi untuk 
menahan tekanan samping dari keratan tanah pada singkal, 
disamping sekaligus menjaga kestabilan jalannya bajak sewaktu 
bekerja. Bagian yang paling banyak bersinggungan dengan tanah 
dari bagian ini adalah bagian belakang yang disebut tumit (heel). 
Untuk menjaga keausan sebab  gesekan dengan tanah, bagian 
tumit ini dalam pembuatannya diperkeras. 
Selain dari bagian-bagian diatas, bajak singkal 
diperlengkapi dengan alat yang disebut pisau pemotong (coulter). 
Bagian ini berfungsi untuk membelah tanah atau tumbuhan atau 
sampah-sampah yang ada diatas tanah sebelum pisau bajak 
memotong tanah. Dengan demikian sisa-sisa tumbuhan diatas 
tanah dapat dibalik dengan baik dan memperingan pekerjaan 
pisau bajak. Ada dua bentuk pisau pemotong, yaitu pisau 
pemotong stasioner (stationary knife) dan pisau pemotong 
berputar (rolling coulter) seperti terlihat pada gambar 4. 
Gambar 4. Beberapa Jenis dari Pisau Pemotong (Coulter) 
Ukuran bajak adalah lebar bajak, dinyatakan dalam satuan 
panjang. Ukuran dari satu bajak adalah dengan mengukur jarak 
dari sayap (wing) sampai penahan samping. Secara teoritis 
ukuran ini dapat dianggap sebagai lebar pembajakan atau lebar 
pemotong tanah. 
Bajak singkal jika  dilihat dari atas atau samping akan 
terlihat suatu rongga atau hisapan (suction). Suction ini perlu 
untuk mencapai kedalaman atau lebar potongan bajak. 
Besarnya suction ini beragam dari 1/8 sampai 3/16 inci. 
Ukuran ini disebut juga celah (clearance). Tempat dari suction 
ini berbeda untuk bajak yang mempunyai roda belakang (real 
furrow wheel) dan tanpa roda belakang (Gambar 5). Disamping 
untuk pemotongan tanah, hisapan (suction) ini berperan juga 
dalam menstabilkan jalannya bajak. Hisapan Kebawah (Down 
suction) atau celah vertikal (vertical clearance) beragam dari 1/8 
sampai 3/16 inci pada bajak tanpa roda belakang tergantung dari 
jenis alat dan jenis tanah. Pada bajak dengan roda belakang, 
hisapan kebawah (down suction) sebesar 1/4 sampai 1/2 inci.
Bila bajak singkal bekerja memotong dan membalik 
tanah maka akan terbentuk alur yang disebut furrow. Bagian 
tanah yang diangkat dan diletakkan kesamping, disebut keratan 
tanah (furrow slice). Bila pekerjaan dimulai dari tengah areal
secara bolak-balik dan arah perputaran ke kanan, maka akan 
berbentuk alur balik (Back furrow). Bila pekerjaan bolak balik 
dimulai dari tengah dan arah perputaran ke kiri, maka akan 
terbentuk alur mati (Dead furrow). Pembalikan tanah umumnya 
kekanan. Dalam operasional bajak dapat digolongkan atas bajak 
tarik (trailing moldboard plow) dan bajak yang dapat diangkat 
secara hidrolik (mounted moldboard plow). Dilihat dari hasil 
kerjanya dapat digolongkan atas bajak satu arah (one way) dan 
bajak dua arah (two way). memakai  bajak dua arah 
memberikan keuntungan dalam menghindari terbentuknya alur 
balik (back furrow).
Gambar 6. Hasil Pembajakan dengan memakai  Bajak 
Singkal
2. Bajak Piring 
Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik 
melalui bantalan (bearing), sehingga pada saat beroperasi 
ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar. Dengan 
berputarnya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi 
gesekan dan tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak 
dapat berada disamping rangka atau berada di bawah rangka. 
Bagian-bagian dari bajak piring dapat dilihat pada gambar 7, 
sedangkan hasil pembajakannya dapat dilihat pada gambar 8. 
Gambar 7. Bagian-bagian Bajak Piring
Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan 
pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan 
tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam 
pembalikan potongan tanah.
Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak 
memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur 
belakang (rear furrow wheel). Beberapa keuntungan 
memakai  bajak ini adalah : 
a. Dapat bekerja ditanah keras dan kering 
b. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket 
c. Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu 
d. Dapat untuk tanah-tanah berakar
e. Dapat untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang 
dalam. 
Ada tiga jenis bajak piring yang ditarik dengan traktor, 
yaitu : tipe tarik (trailing), tipe hubungan langsung (direct￾connected), dan tipe diangkat sepenuhnya (integral mounted). 
a. Tipe tarik dapat dibagi lagi atas biasa (reguler) dan satu arah 
(oneway). Reguler trailing disk plow ditarik di belakang 
traktor. Alat ini dilengkapi dengan roda yaitu 2 buah roda alur 
(furrow wheel) dan satu buah roda lahan (land wheel). Kedua 
roda alur (furrow wheel),berperan untuk menstabilkan 
jalannya bajak. Pada tanah-tanah berat digunakan heavy way 
disk plow untuk mendapatkan pengolahan yang dalam. One 
way disk plow adalah piring bajak yang di susun dalam satu 
gang melalui suatu poros. Jarak antara piringan adalah 8 
sampai 10 inci. Jumlah piringan dapat beragam dari 2 sampai 
35 buah dengan ukuran diameter piring dari 20 sampai 26 
inci. 
b. Tipe hubungan langsung atau disebut juga semi mounted disk 
plow di bagian depannya dapat diangkat memakai  sistem 
hidrolik traktor sehingga memudahkan alat sewaktu berputar. 
Alat ini dapat berputar pada areal yang sempit dan juga dapat 
mundur. 
c. Tipe diangkat sepenuhnya ditarik dibelakang traktor 
dipasang pada tiga titik gandeng dan keseluruhannya dapat 
diangkat memakai  sistem hidrolik traktor, sehingga 
sangat mudah dalam transportasi. Tipe one way disk plow yang 
kecil dapat juga termasuk Integral mounted., bila dapat diangkat 
keseluruhannya dengan hidrolik traktor. 
3. Bajak Rotari / Pisau Berputar 
Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau 
yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar 
sebab  ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang 
dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar 
sebab  digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui 
pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi. Ada tiga 
jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam, yaitu :
a. Jenis pertama yang disebut dengan tipe tarik dengan mesin
tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini 
terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan 
gerak majunya ditarik oleh traktor (gambar 9). 
b. Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull 
power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan 
dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch). 
Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor 
(gambar 10). 
c. Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak 
sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini 
terdapat pada traktor-traktor roda 2 (dua). Bajak rotari 
digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk. 
Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping 
mengolah tanah, bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak 
(gambar 11). 
4. Bajak Chisel
Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka. 
Digunakann untuk memecah tanah yang keras sampai 
kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi dengan 2 buah roda 
yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman 
pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2 
inci. Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi 
hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan 
tanah dimulai (Gambar 12).
5. Bajak Subsoil
Alat ini hampir sama dengan bajak chisel hanya 
bentuknya lebih besar dan digunakan untuk pengolahan tanah 
yang lebih dalam. memakai  alat ini dapat memecahkan 
tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci. Alat ini sering juga 
digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah 
(hardpan), atau untuk memperbaiki drainase tanah (Gambar 13).
Bajak Raksasa 
Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar 
dan digunakan untuk membalik tanah pada kedalaman 100 
sampai 180 cm. Dengan memakai  alat ini tanah subur yang 
ada di dalam tanah dap at diangkat keatas permukaan tanah. 
Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak piringan. 
B. Alat Pengolahan Tanah Kedua
Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan. 
Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata, 
tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu 
dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadang￾kadang diberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan 
mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman. Alat 
pengolah tanah kedua yang memakai  daya traktor antara 
lain: 1) garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller dan 
pulverizer), dan 3) alat-alat lainnya. 
1. Garu 
Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah 
kedua adalah : a) garu piring (disk harrow), b) garu palcu (splice 
tooth harrow), c) garu pegas (spring tooth harrow), d) garu rotari, 
dan e) garu khusus (special harrow).
a. Garu Piring. 
Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk 
memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, untuk 
rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah 
( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga 
dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup biji￾bijian yang ditanam secara sebar. Secara umum garu piring 
dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2) 
garu piring tipe angiat (mounted disk harrow). 
Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action) 
jika  pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu 
arah saja. Juga dapat mempunyai aksi ganda (double action ) 
jika  piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di 
belakang dalam melempar tanah. Gambar 14 menunjukkan garu 
piring aksi tunggal dan garu piring aksi ganda.
jika  posisi garu piring dalam penggandengannya 
dengan traktor menyamping, maka garu ini  disebut garu 
offset. Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as 
(gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper, 
kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper). 
- Piringan dapat bersisi rata atau bergerigi. Piringan yang 
bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang 
mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum 
berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas 
berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm. 
- Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi 
dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai 
30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh 
gelondong (spool). 
- Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar 
yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu 
as mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih 
dari dua bantalan
Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan 
bumber berupa besi tuang yang eukup berat untuk 
menambah tekanan ke samping. 
- jika  garu piring tidak cukup berat untuk memecah 
tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada 
kotak pemberat.
- Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan, 
biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk 
tanah (scraper) yang diikat pada rangka.
b. Garu Paku 
Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku 
terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu 
ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah 
pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada 
tanaman yang baru tumbuh. Bentuk dari garu paku dapat dilihat 
pada
c. Garu Pegas 
Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan 
yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, sebab  gigi-giginya 
yang dapat indenting (memegas) jika  mengenai gangguan. 
Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk 
penyiangan garu ini lebih baik, sebab  dapat masuk ke dalam 
tanah lebih dalam. Bentuk dari garu pegas dapat dilihat pada 
gambar 16.
Gambar 16. Salah Satu Bentuk dari Garu Pegas
d. Garu Rotari 
Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul 
(rotary hoe harrow) dan garu rotari silang (rotary cross harrow). 
Garu rotari cangkul merupakan susunan roda yang dikelilingi 
oleh gigi-gigi berbentuk pisau yang dipasangkan pada as dengan 
jarak tertentu dan berputar vertikal. Putaran roda garu ini 
disebabkan oleh tarikan traktor. Bentuk dari garu ini dapat dilihat 
pada gambar 17. 
Gambar 17. Garu Rotari Cangkul (Rotary Hoe Harrow)
Garu rotari silang terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap 
permukaan tanah dan dipasang pada rotor. Rotor diputar 
horisontal, yang gerakannya diambil dari putaran PTO. Dengan 
memakai  garu ini, penghancuran tanah terjadi sangat 
intensif. Bentuk dari garu ini dapat dilihat pada gambar 18. 
Gambar 18. Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow)
Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weeder￾mulche dan soil surgeon. Weeder-mulche adalah alat yang 
digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan 
tanah di bagian permukaan. soil surgeon adalah alat yang 
merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu 
rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkah￾bongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah. 
2. Land Rollers dan Pulverizers
Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang 
disusun rapat pada satu as. Puingan piring dapat tajam atau 
bergerigi. Digunakan untuk penyelesaian dari proses pengolahan 
tanah untuk persemaian (Gambar 19). 
Gambar 19. Pulverizer
3. Alat-alat Lainnya ( Sub Surface Tillage Tools and Field 
Alat ini digunakan untuk mengolah tanah tanpa merubah 
tanah dibagian permukaan dan juga sekaligus dapat untuk 
penyiangan. Keuntungan memakai  alat ini adalah :
a. Meningkatkan kemampuan tanah dalam hal menyerap air, 
b. Mengurangi aliran permukaan (run off), 
c. Mengurangi erosi air atau angin, 
d. Mengurangi tingkat penguapan air dari permukaan tanah. 
mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan 
perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian 
jumlah alat dan mesin pertanian masih sangat sedikit dibanding 
dengan luas lahan yang ada. Ditinjau dari jumlah alat dan mesin 
yang digunakan, level mekanisasi pertanian masih berada ± 30 
persen. Disamping itu pemakaian juga belum optimum khususnya 
dalam Usaha Jasa Pelayanan Alsintan (UPJA).
Aplikasi alat dan mesin pertanian sangat penting 
dipergunakan untuk memudahkan manusia dalam setiap
tahapan pekerjaan, khususnya dalam bidang pertanian. 
Berkembangnya teknologi sekarang ini, menyebabkan pemakaian 
alsinta makin meningkat pemakaian nya sebab  sangat 
mendukung upaya meningkatkan produktivitas di bidang 
pertanian. Pada dasarnya jenis-jenis alat dan mesin yang 
digunakan sangat berpengaruh pada potensi produksi 
pertanian, sehingga implementasi alsinta dapat digolongkan 
dalam kegiatan saat pra panen dan pasca panen. Pra panen 
dalam hal ini merupakan semua kegiatan yang dilakukan 
sebelum panen, seperti pengolahan tanah, penanaman, 
pemeliharaan tanaman (penyiangan, pemupukan dll) serta 
kegiatan panen itu sendiri; sedangkan pasca panen adalah 
semua kegiatan yang berlangsung setelah panen, seperti pengeringan, perontokan, pengemasan, pengangkutan dan 
tindakan pengolahan hasil pertanian lainnya.
Kegiatan modernisasi pertanian itu harus dimulai dengan 
manajemen tertata rapi dari mulai proses produksi, pengolahan, 
hingga pemasaran produk pertanian. Beberapa tahapan
implementasi mekanisasi pertanian dalam kegiatan usaha tani, 
antara lain :
a. Mekanisasi Penyiapan Lahan
b. Mekanisasi Penanaman
c. Mekanisasi Pemeliharaan Tanaman
d. Mekanisasi Pemanenan
e. Mekanisasi Pascapanen
4.1. MEKANISASI PENYIAPAN LAHAN
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari 
tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk 
memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan 
dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyiapan lahan digolongkan 
menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual. 
Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap :
a. Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan 
terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnyaditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang 
tumbuh tanaman.
b. Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur 
tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai 
dengan kebutuhan). 
Dalam proses penyiapan lahan ini ada dua hal penting 
yang harus dilakukan, pertama adalah pembersihan lahan dari 
unsur pengganggu, seperti semak belukar, alang-alang dan 
berbagai tanaman yang sudah mati. Proses pembersihan bisa 
dilakukan dengan cara manual maupun dengan pengolahan tanah. 
Dalam hal ini, tanah perlu dikelola agar mampu memberikan 
kesuburan bagi tanaman yang akan hidup di tanah ini . 
Metode pembukaan lahan tergantung pada kondisi lahan, 
meliputi :
a. Pada daerah alang-alang, dapat dilakukan secara mekanis yakni 
dengan membajak dan menggaru; namun juga dapat dilakukan 
dengan cara khemis yaitu dengan menyemprot alang-alang 
dengan herbisida.
b. Konversi, yakni dengan membuka areal perkebunan dari bekas 
perkebunan lain
c. Pembukaan lahan tanpa bakar.
Pemahaman tentang metoda-metoda pengolahan tanah, 
berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk pengolahantanah baik untuk lahan kering maupun lahan basah, kinerja dari 
peralatan pengolahan tanah dan uraian prinsip mekanika pada alat 
pengolahan tanah; sangat dibutuhkan dalam pekerjaannya baik 
sebagai perencana maupun sebagai pelaksana dalam usaha 
manufaktur alat/mesin pengolahan tanah atau usaha pertanian 
yang memerlukan dukungan mekanisasi pertanian. Tindakan 
penyiapan lahan bertujuan untuk menyiapkan media tumbuh yang 
optimal (paling sesuai) bagi tanaman. Sedangkan untuk sawah 
beririgasi kegiatan penyiapan lahan sering pula disebut dengan 
pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk 
mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara 
menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun 
pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu 
kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat 
baik dalam metode maupun peralatan yang digunakan, tetapi 
sampai saat ini pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan 
sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara 
kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang 
tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat 
pengolah tanah tertentu, serta belum dapat ditentukan suatu 
kebutuhan hasil olah yang khusus untuk berbagai tanaman 
untuk lahan kering. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan tanah merupakan masalah yang 
penting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal. 
Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor berhasilnya 
produksi tanaman, dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik 
diperlukan alat-alat pertanian. 
Akhir-akhir ini masalah yang utama didalam pembukaan dan 
pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi 
yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal 
tillage yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi 
menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang 
optimal dengan biaya yang rendah. 
Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah 
menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk 
pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimun mungkin. 
Selama ini tujuan ini  seringkali dicapai dengan 
mengaplikasikan cara cut and try baik dalam mengembangkan
metoda pengolahan tanah maupun mengembangkan atau 
memperbaiki disain peralatan pengolahan tanah yang sudah 
ada. Pada situasi seperti ini maka diperlukan pengetahuan 
(knowledge) mengenai proses pengolahan tanah sehingga 
memungkinkan untuk memprediksi biaya dan hasil pengolahan 
tanah secara jelas dan efisien. Sebagian besar lahan pertanian 
beririgasi dirancang untuk mengusahakan tanaman padi dan 
palawija. Pola tanam yang secara umum digunakan adalah padi￾padi palawija, atau padi-palawija-palawija, tergantung 
ketersediaan air yang ada atau pola tanam yang sudah disepakati 
dan ditetapkan. Agar dapat melakukan kegiatan usaha tani 
ini  secara memadai maka dibutuhkan pemakaian  alat-alat 
pertanian baik yang digerakkan secara manual, yaitu digerakkan 
dengan tenaga manusia; hewan; ataupun digerakkan secara 
masinal, yaitu digerakkan dengan tenaga motor; dan tenaga alam, 
misalnya air atau angin. Pemilihan jenis tenaga penggerak apakah 
memakai tenaga manusia, motor atau tenaga alam tergantung 
pada beberapa faktor, yaitu: ketersediaan tenaga dan alatnya; 
biaya untuk operasi dan pemeliharaan; modal yang tersedia dan 
keuntungan finansial usahatani ; dan kondisi lingkungan sekitar, 
misal topografi atau bentuk bentang lahan apakah datar, 
bergelombang, atau berbukit. Untuk tenaga penggerak masinal 
biasanya digunakan traktor. Fungsi traktor selain adalah sebagai 
alat penarik dan penggerak alat pengolah tanah juga sebagai alat 
angkutan. Beberapa jenis traktor bahkan dilengkapi dengan suatu 
poros putar sehingga putaran poros engkol mesin dapat 
dihubungkan dengan alat lain, misalnya pompa air.
Berdasarkan jumlah rodanya maka traktor dapat 
dipilahkan menjadi traktor beroda dua atau traktor tangan dan 
traktor besar beroda empat. Traktor tangan digerakkan oleh mesin 
yang mempunyai kekuatan 6 – 7 HP; tetapi banyak juga yang 
hanya mempunyai kekuatan 4 – 5 HP. Sedangkan traktor besar 
dapat mempunyai kekuatan mesin 35 HP. Pemilihan traktor yang 
digunakan tergantung pada beberapa faktor, antara lain luas 
lahan, jenis tanah, topografi, jenis tanaman yang akan 
diusahakan, ketersediaan operator dan suku cadang, modal 
tersedia dan keuntungan yang diharapkan.
Menurut Kepner, et al, (1972), bahwa tujuan khusus dari 
pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian 
atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai 
menjadi gembur sehingga mempercepat infiltrasi air, 
berkemampuan baik menahan curah hujan memperbaiki 
aerasi dan memudahkan perkembangan akar.
b. Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan 
mengurangi bahaya erosi. 
c. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu. 
d. Membenamkan tumbuhan-tumbuhan atau sampah-sampah 
yang ada diatas tanah kedalam tanah, sehingga menambah 
kesuburan tanah. 
e. Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga melalui 
perubahan tempat tinggal dan terik matahari. 
Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang 
untuk memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan 
kegiatan lainnya seperti penyebaran benih (penanaman bibit), 
pemupukan, perlindungan tanaman dan panen. Keterkaitan ini 
sangat erat sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pengolahan 
tanah tidak terlepas dari keberhasilan dalam kegiatan lainnya. 
Pengolahan tanah mempengaruhi penyebaran dan penanaman 
benih. Pengolahan tanah dapat juga dilakukan bersamaan dengan 
pemupukan serta dianggap pula sebagai suatu metoda 
pengendalian gulma. Biasanya pekerjaan penyiapan lahan terdiri 
atas tiga macam kegiatan yaitu:
. Pembajakan
Proses pembajakan sering pula disebut dengan 
pengolahan tanah pertama. Ide dasar pembajakan adalah untuk 
melakukan pekerjaan memotong, membalik dan melempar 
tanah serta seresah tanaman sehingga seresah tanaman berupa 
sisa-sisa tanaman beserta akar-akamya dapat terbenam. 
Secara umum untuk pengolahan tanah di lahan sawah beririgasi  dikenal tiga macam bajak yaitu masing-masing: bajak singkal; 
bajak piringan; dan bajak putar (rotary).
a. Bajak singkal
Bajak singkal adalah merupakan jenis bajak tertua yang 
dikenal manusia untuk mengolah tanah. Dari satu pustaka 
didapatkan bahwa bajak singkal ini sudah mulai digunakan 
manusia pada tahun 6.000 SM di Mesir. Di beberapa daerah di 
Indonesia sampai pada dasawarsa 80-an masih dikenal bajak 
yang ditarik manusia. Di Jawa Tengah bagian selatan dikenal 
dengan istilah bowong (kerbau orang). Ada dua tipe bajak 
singkal yaitu: bajak singkal satu arah dan bajak singkal dua 
arah. Pada bajak singkal satu arah, pelemparan tanah dilakukan 
hanya ke satu arah dan biasanya kearah kanan. Sedangkan 
bajak singkal dua arah, pelemparan tanah dapat diatur ke dua 
arah ke kiri atau ke kanan. Biasanya bajak singkal dua arah 
digerakkan secara masinal atau mekanis yang berbentuk 
traktor, sedangkan bajak singkal satu arah dapat dibuat secara 
tradisional dalam bengkel atau pandai besi di desa dan ditarik 
oleh hewan atau dibuat oleh pabrik yang digerakkan secara 
masinal.
Bajak singkal mempunyai tiga bagian utama yaitu masing￾masing :
Singkal: berguna untuk melempar tanah;
- Pisau: untuk memotong tanah; dan
- Penyeimbang bermanfaat untuk menyeimbangkan serta 
menahan bajak agar tidak bergerak ke kiri.
b. Bajak Piringan
Bajak piringan berbentuk piringan cekung yang dapat berputar 
untuk melempar tanah. Putaran piringan dimaksudkan untuk 
mengurangi gesekan pada tanah sehingga membutuhkan daya 
yang lebih ringan. Bajak piringan lebih sesuai digunakan untuk 
tanah yang berbatu, keras dan kering ataupun beralang-alang.
c. Bajak putaran (rotary)
Meskipun termasuk golongan bajak, tetapi bajak putaran 
berfungsi tidak untuk membalik dan melempar tanah, tetapi 
hanya untuk memotong tanah saja. Bajak putaran terdiri atas 
pisau-pisau putar yang terpasang pada poros. Putaran poros 
disebabkan oleh gerakan traktor. Semakin cepat poros berputar 
maka akan semakin cepat pula putaran pisau.
Penggaruan
Pekerjaan penggaruan dilakukan setelah pekerjaan 
pembajakan, dan disebutkan juga sebagai pengolahan tanah 
kedua. Penggaruan dilakukan untuk memecah, menghancurkan 
dan meratakan tanah setelah dibajak. Alat garu dapat digerakkan 
oleh tenaga hewan maupun traktor. Garu yang ditarik hewan 
dapat berbentuk sebagai rangkaian paku-paku yang dipasangkan 
pada suatu poros. Sedangkan bajak yang digerakkan traktor dapat 
berbentuk piringan, paku, atau putaran. Garu piringan berbentuk 
seperti bajak piringan hanya lebih kecil dan tidak secekung bajak 
piringan. Garu piringan lebih cocok untuk tanah keras berbatu. 
Garu berbentuk paku, cocok untuk penggaruan lahan dalam 
keadaan basah atau tanah berpasir. Garu putar pada prinsipnya 
seperti bajak putaran hanya mempunyai pisau lebih pendek. Garu 
putar digunakan jika  kondisi tanah masih terdapat seresah 
tanaman.
Sistematika dan Proses Pengolahan Tanah
1. Alat dan Komponen Operasi
Peralatan pengolahan tanah dan roda yang terpasang 
pada traktor, harvester, trailer dan sebagainya memperlihatkan 
sejumlah bentuk dan dimensi. Uraian ini hanya akan dibatasi 
pada komponen yang berhubungan dengan tanah secara 
langsung, seperti dasar bajak (bottom-plow), chisel. dan alat 
lainnya termasuk roda. Komponen-komponen ini  
biasanya disebut sebagai komponen operasi (operating tools). 
Lebih lanjut uraian ini juga hanya akan terbatas pada 
komponen operasi yang bekerja dengan kecepatan konstan pada 
lintasan horisontal dan tidak terpengaruh oleh komponen operasi 
lainnya yang bekerja disekitarnya.
2. Pengolahan Tanah dan Pembebanan
Proses pengolahan tanah yang melibatkan faktor-faktor 
seperti alat, pengatur alat dan tanah akan terlihat selama alat 
ini  bekerja pada tanah. Proses ini meliputi gerakan dan gaya 
pada tanah sebagai akibat dari kerja alat pada saat itu. Pada 
kegiatan pengolahan tanah terdapat dua proses/ kejadian yang 
berlangsung secara bersamaan ataupun terpisah yaitu, 
pemotongan/penggemburan tanah dan pembebanan pada tanah. 
Proses penggemburan adalah proses yang berhubungan dengan 
pemecahan/pemisahan suatu massa tanah menjadi agregat tanah 
yang berukuran lebih kecil seperti yang dihasilkan dari pekerjaan 
pembajakan, penggaruan dan sebagainya. Proses pembebanan 
adalah proses yang berhubungan dengan sifat-sifat tanah seperti 
menaiknya kekuatan tanah (soil strength) sebagai akibat 
lintasan roda, land rollers dan sebagainya.
3. Proses Pengolahan Tanah
Dalam hal ini tanah dianggap terdiri dari elemen-elemen 
(massa tanah berbentuk kubus) dan ukuran dari elemen￾elemen ini haruslah sekecil mungkin, sehingga tekanan 
(stress) pada setiap sisi dari elemen ini  akan tersebar 
merata. Pada proses pengolahan tanah banyak diantara elemen 
ini  pecah. Pemecahan tanah melibatkan fenomena fisika￾mekanika, yaitu : adanya pembebanan terhadap satu elemen pada 
suatu skala mikro, akan menyebabkan tekanan pada tanah dan 
dalam keadaan tertentu tegangan yang timbul tidak tersebar 
secara merata tetapi terkonsentrasi pada beberapa lokasi pada 
kumpulan elemen ini . Tekanan ini akan menyebabkan 
pecahnya ikatan antara partikel-partikel tanah pada lokasi-lokasi 
ini .
Pada umumnya konsentrasi dari tekanan tinggi akan 
diikuti dengan konsentrasi tegangan basar yang pada akhirnya 
menyebabkan terjadinya peruntuhan (failure). 
Pemecahan elemen terjadi akibat penetrasi kerucut (cone) 
kedalam blok tanah yang berkelanjutan sampai terjadi 
pemecahan clod oleh beban vertikal ini . Selanjutnya pada 
gambar 20 menunjukkan bahwa meningkatnya tekanan 
menghasilkan deformasi dalam bentuk pemadatan (compaction) 
terutama jika  tanah dalam kondisi lemah. Untuk keperluan 
tertentu pemadatan diperlukan untuk memperkuat bagian tanah 
yang lemah. Bila tekanan terus ditingkatkan maka proses 
pemadatan akan terjadi pada seluruh bagian/elemen tanah. 
Gambar 20b dan 20c menunjukkan deformasi yang tidak 
stabil, dimana elemen volume pada gambar 20a mengalami 
Pembebanan tanpa adanya penyangga lateral, 
sehingga kemungkinan terjadi pemadatan searah. jika  beban 
ditingkatkan maka elemen akan memendek yang mempengaruhi 
pergerakan relatif antara partikel. Oleh sebab  tanah pada 
mulanya memang sudah dalam keadaan padat maka pergerakan 
relatif ini  akan menimbulkan sedikit penggemburan, yaitu
terjadi khususnya pada bagian yang paling lemah dari elemen 
yang bahkan juga menyebabkan bagian ini  semakin lemah. 
Pada pembebanan lebih lanjut, deformasi dan penggemburan 
akan lebih terkonsentrasi pada bagian ini  yang pada 
akhirnya terjadi keruntuhan lokal.
Deformasi yang terjadi apakah stabil atau tidak, akan 
sangat tergantung pada bentuk tegangan (stress state) dan 
karakteristik dari tanah. Karakteristik dari tanah mempunyai dua 
arti dalam kaitannya dengan stabilitas, sebab  bentuk tegangan 
dalam suatu proses pengolahan tanah juga dipengaruhi oleh sifat 
tanah : pada tanah yang sangat plastis, deformasi yang berlebihan 
kadang-kadang menghambat adanya bentuk tegangan 
sebagaimana disebut favor unstable phenomena.
4. Proses Penggemburan Tanah
Dari studi literatur diketahui bahwa penelitian yang 
berhubungan dengan proses penggemburan tanah lebih terpusat 
pada peralatan berikut : “Tine” dan “Bajak”. Alat “tine”
mewakili kelompok alat dengan bentuk sederhana dengan 
ukuran dan fungsi tertentu, sedangkan “bajak” mewakili 
kelompok alat yang berbentuk kompleks, memiliki 
kurvatur dan bentuk tidak simetris lainnya. Untuk tujuan 
penyederhanaan, dalam uraian proses pengemburan tanah, 
kedua alat ini dianggap mewakili kelompok alat pengolahan 
tanah yang ada. Para peneliti berpendapat bahwa proses 
penggemburan dengan bajak dirasakan sangat kompleks, hal ini
terlihat pada banyak dikembangkannya model-model yang hanya 
mendemonstrasikan sebagian dari proses penggemburan tanah 
ini . Uraian berikut ini didasarkan pada pendekatan aplikasi 
praktis, sebagai berikut :
jika  tanah hendak digemburkan maka diperlukan suatu 
alat yang dioperasikan pada tanah. Alat ini  dinamakan "tine" 
jika  efek penggemburan yang dicapai lebih diutamakan 
dibandingkan dengan lebar alat. Sedangkan alat operasi akan 
disebut "bajak" bila efek penggemburan terutama dibatasi pada 
tanah sebatas lebar alat operasi. Definisi ini memberikan 
implikasi bahwa sebenarnya tidak ada batasan yang jelas antara 
tipe-tipe alat dimana masing-masing mempengaruhi tanah dalam 
batas kelebaran alat dan juga irisan tanah di luar alat. Terlepas 
dari nama alat operasi ini , yang terpenting adalah fenomena 
yang terjadi selama kedua alat ini  bekerja. Pada prinsipnya 
fenomena yang terjadi di depan alat Tine sama dengan yang 
terjadi pada alat bajak. Beberapa perbedaan penting yang dapat 
ditunjukkan adalah :
a. Untuk hasil penggemburan yang sama per satuan jarak, 
ternyata Tine akan lebih sederhana dan lebih murah 
daripada bajak. 
b. Penggemburan tanah dengan alat bajak umumnya bersifat 
kontinyu untuk menjaga kontinuitas dari aliran tanah pada 
badan alat. 
c. Alat bajak mempunyai kemungkinan yang lebih baik dalam 
hal kontrol proses, sehingga pemindahan tanah dengan alat 
bajak disebut sebagai "terkontrol" sedangkan pemindahan 
tanah dengan alat Tine disebut pemindahan "acak".
5. Proses Pengolahan Tanah dengan Alat Tine
Bentuk proses pengolahan tanah yang terjadi sebagai hasil 
dari pengolahan tanah dengan alat “tine”, ditentukan oleh tipe 
tanah, ukuran alat “tine” dan kecepatan operasi. Gambar berikut 
ini menunjukkan beberapa tipe dan bentuk alat “tine” yang umum 
digunakan. Ciri-ciri “tine” ini , sebagai berikut :
- Tine A : lurus, vertikal dan tanpa profil
- Tine B : lurus, posisi agak ke depan dan tanpa profil
- Tine C : lurus, posisi agak ke belakang dan tanpa profil
- Tine D : lurus, sangat condong ke belakang dan tanpa profil
- Tine E : lurus, sangat condong ke depan dan tanpa profil
- Tine F : lurus, vertikal dan berbentuk wedge
- Tine G : melengkung dan tanpa profil
Gambar 21. Beberapa bentuk Tine
Sebuah alat “tine” bekerja pada suatu blok tanah dimana 
di depan tine terdapat massa tanah yang padat dan mudah 
dibedakan dengan tanah di sekitarnya. Massa tanah ini disebut 
sebagai soi1-wedqe. Selama “tine” bergerak maju, soil wedge 
secara perlahan akan bergerak ke atas dan bagian atas akan 
pecah dan terbuang ke samping dengan interval yang teratur. 
Ada tanah olahan yang berada di depan dan di samping 
“tine” yang terangkut ke depan, ke atas dan ke samping dan 
ada sebagian tanah olahan yang terbuang ke furrow di belakang 
“tine”. 
Soil Wedge : Soil wedge yang bergerak ke atas akan terisi 
kembali dengan tanah yang berasal dari bagian bawah lapisan 
olah. Tanah ini  terdiri dari tanah padat ; kerapatan pada 
bagian samping “tine” lebih tinggi dari pada yang berada ujung 
depan. Kecepatan bergeraknya wedge kearah atas berfluktuasi. 
Kadang-kadang wedge atau sebagian dari wedge cenderung 
melekat pada “tine”. Pada beberapa literatur, tanah yang lengket 
pada “tine” kadang-kadang disebut sebagai cone. Pembentukan 
cone yang jelas dapat terjadi pada kecepatan operasi rendah dan 
atau pada keadaan dimana sudut gesekan antara tanah dan bahan 
(soil-metal friction angle) adalah besar.
Crescent Soil : Derajat kegemburan crescent soil ini sangat 
bervariasi; akan tetapi dalam banyak kasus, penggemburan 
lanjutan akan terjadi terutama pada kecepatan tinggi dan pada 
tanah yang heterogenitasnya besar.
Furrow : Geometri furrow disajikan pada gambar 8, yang
menunjukkan bahwa makin dalam pengolahan tanah maka 
lebar furrow makin kurang tergantung pada kedalaman 
pengolahan. Lebar furrow sedikit bertambah dengan 
meningkatnya kecepatan. Tanah gembur hasil pengolahan 
yang didorong oleh “tine”, sebagian jatuh ke belakang ke dalam
furrow dan sebagian lagi tertinggal di luar furrow di atas 
permukaan tanah yang belum terolah. Biasanya pada bagian 
tengah furrow terbentuk alur (trench) kecil dengan bedengan 
kecil di sisi lainnya. 
Gambar 22. Bentuk furrow pada pengolahan dengan Tine 
6. Proses Pengolahan Tanah dengan Bajak
Bajak yang ditunjukkan pada gambar 23. lebih banyak 
dikenal pemakaian nya pada pertanian, yaitu : bajak singkal,
rotary, sweep. Pada gambar terlihat bahwa A, B, dan C masing￾masing menunjukkan proses intake, main flow dan output. 
Adapun proses pengolahan tanah, dapat dikategorikan, sebagai 
a. Katagori pertama, mata pisau bajak mencoba mendorong tanah 
ke arah atas yang menyebabkan meningkatnya tegangan pada 
bagian ini . Segera setelah tegangan ini menjadi sama 
besar dengan kekuatan tanah (soil strength) yang merupakan 
penjumlahan gaya kohesi tanah dan gaya gesekan dalam, maka 
bidang keruntuhan mulai terbentuk dan merembet secara cepat 
ke permukaan tanah. Bidang keruntuhan memisahkan 
bongkahan tanah dimana bongkahan tanah ini  selanjutnya 
bergerak ke atas sepanjang alat, tetapi masih dalam kondisi 
padat. Setelah proses pemisahan selesai yaitu setelah tegangan 
melampaui kohesi dan gesekan dalam, maka tahanan 
pemotongan akan turun sampai akhirnya naik kembali akibat 
gaya dorong/kerja alat. Proses ini berulang kembali sampai 
terbentuk bongkahan berikutnya.
b. Katagori kedua, setiap elemen volume tanah mengalami 
deformasi yang memungkinkan irisan tanah ini  mengikuti 
perubahan sesuai dengan arah kerja alat tanpa mengalami 
pecah.
c. Katagori ketiga, mata bajak masuk ke dalam tanah dan 
menyebabkan timbulnya tegangan di dalam tanah, yang 
pada waktu tertentu akan mulai timbul retakan. Kejadian 
ini  akan berlanjut ke arah horisontal yang sekaligus 
membuka lintasan bagi pisau bajak.
Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak 
dapat diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses yang terdiri 
dari proses intake, main flow dan output, antara lain :
a. Proses intake merupakan proses dimana suatu bagian/lapisan 
tanah dipisahkan dari bagian utamanya. 
b. Proses main flow adalah proses yang terjadi selama tanah 
bergerak sepanjang bagian alat (plough-body). 
c. Proses output mencakup perubahan yang terjadi setelah irisan 
tanah terlepas dari alat. 
Proses Intake : Bentuk-bentuk proses intake dikatagorikan 
sebagai berikut :
 Intake dengan keruntuhan bidang potong : keruntuhan 
permukaan terjadi dan tegangan normal bekerja pada hampir 
seluruh bagian permukaan (Gambar 24a).
 Intake dengan pemotongan tetap : keruntuhan permukaan 
tanah tidak atau jarang terjadi (Gambar 24b)
 Intake dengan retak terbuka : keretakan terjadi mulai dari 
ujung pisau bajak sampai pada batas penetrasi, wedge 
(Gambar 24c) .
Gambar 24. Proses intake
Pisau menembus masuk ke dalam retakan seperti 
wedge, sehingga retakan terus terjadi. Arah penyebaran retakan 
tidak tetap. Pada keadaan tertentu arah retakan lebih banyak ke 
bawah dan ke atas, sehingga mata pisau tidak dapat lagi 
beroperasi menurut lintasan retakan tetapi harus menembus 
bagian tanah padat seperti semula. Pada waktu itu kecepatan 
pembentukan retakan menurun dan seringkali pada waktu tertentu 
kecepatan ini menjadi nol. Dengan dimulainya kembali penetrasi 
pisau bajak pada tanah padat (utuh) maka periode baru dari 
proses intake dimulai kembali.
Jadi pada proses intake, ada masanya dimana mata pisau 
menembus atau memotong tanah baru (utuh) dan adakalanya 
berkerja sebagai wedge sebagaimana retak yang biasanya 
berlanjut secara kontinyu dengan arah yang berubah-ubah. Batas 
gerakan dan gerak pembentukan retakan dapat saling 
mempengaruhi sehingga memungkinkan timbulnya fenomena 
berikut, yaitu terbentuknya lubang atau saluran di bagian dasar 
furrow dan irisan yang tertinggal di bawah furrow serta irisan 
yang tertinggal pada proses main flow.
Proses Main Flow : Bentuk dasar dari main flow adalah 
ditentukan oleh variasi cekungan (kurvatur) pisau bajak. Berikut 
ini diperlihatkan beberapa contoh variasi cekungan bajak : 
1. Pisau bajak dengan sudut cekungan yang makin membesar 
pada bagian tepi.
Pada bajak dengan sudut cekungan makin membesar pada 
bagian tepi, proses main flow yang berlangsung adalah sebagai 
berikut :
Tanah yang berasal dari proses intake dipindahkan ke proses 
output melalui proses main flow. Selama proses main flow, 
tanah dapat juga mengalami perubahan. Bentuk dari irisan yang 
dihasilkan oleh proses main flow ditentukan oleh proses intake. 
jika  proses intake termasuk katagori pemotongan tetap, maka 
irisan tanah akan bersifat kontinyu. Suatu proses intake yang 
disertai dengan garis keruntuhan akan menghasilkan irisan tanah 
yang terdiri dari potongan-potongan tanah, bergerak dengan 
dipisahkan oleh garis-garis keruntuhan yang paralel satu sama 
lain. jika  terbentuk retakan terbuka selama proses intake 
maka biasanya main flow akan menerima irisan tanah yang 
mengalami retakan pada bagian bawah. Bagian atas irisan tanah 
yang menghubungkan