• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label keju 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keju 3. Tampilkan semua postingan

keju 3















Keju mozzarella adalah keju lunak 
yang proses pembuatannya tidak 
dimatangkan atau disebut dengan keju 
segar (fresh cheese).  bahwa keju 
Mozzarella merupakan keju khas Italia, 
yang biasa dipakai  dalam pizza.  Keju 
Mozzarella termasuk kelompok keju ”pasca 
filata”, yaitu keju yang dipanaskan dan 
dilelehkan yang dilakukan pada suhu 70-
850C.  Ciri-ciri keju Mozzarella adalah 
elastis, berserabut, dan lunak.  Hal ini 
disebabkan adanya proses pembenaman di 

dalam bak air panas dan adanya 
penekanan hingga lunak.  
Pembuatan keju mozzarella selama 
ini dilakukan dengan memakai  kultur 
starter untuk mengasamkan susu disertai 
penambahan renet untuk membentuk 
curd.  Tapi hal ini akan membutuhkan 
waktu yang lama.  Oleh sebab itu, Kalab 
(2004) dan Everett (2003), menyatakan 
bahwa dalam pembuatan keju dapat 
dilakukan dengan pengasaman langsung 
sehingga tidak perlu menunggu kerja 
kultur starter bakteri untuk memproduksi 
asam laktat.  Jenis-jenis asam yang bisa 
dipakai  untuk membuat keju dengan 
cara pengasaman langsung, antara lain  
asam sitrat, asam cuka, dan asam 
askorbat.  Untuk itu metode yang akan 
diterapkan dalam penelitian ini adalah 
pengasaman langsung dengan 
memakai  asam sitrat sebagai 
pengganti starter.  
Fox et al (2000) menyatakan bahwa 
keju Mozzarella dapat dibuat tanpa 
memakai  kultur starter, tetapi dibuat 
dengan memakai  pengasaman 
langsung pada susu.  Pengasaman 
langsung dengan asam yang memenuhi 
syarat penambahan zat aditif yang aman 
(biasanya asam laktat, asam asetat atau 
asam sitrat) atau zat pengasam sering 
dipakai  sebagai alternatif pengganti 
pengasaman secara biologis.  
Pengasaman langsung ini lebih terkontrol 
daripada pengasaman secara biologi.  
Oleh sebab itu, pengasaman secara kimia 
ini sering dipakai  untuk jenis-jenis 
keju yang mementingkan tekstur daripada 
flavor  
pemakaian  asam dapat 
mempercepat proses pembuatan keju 
sebab dengan penambahan asam, pH 
susu langsung turun dari 6,7 menjadi 5,4 
tanpa harus menunggu pertumbuhan 
bakteri starter untuk membentuk asam 
(Everett, 2003).  
Penelitian pembanding yang 
dipakai  untuk membandingkan hasil pada 
penelitian ini adalah dengan penelitian 
Rahmawati (2006) telah melakukan 
penelitian mengenai ”pembuatan keju segar 
(kajian pengaruh konsentrasi renet dan 
lama koagulasi terhadap sifat fisik, kimia 
dan organoleptik)”.  
Adnan (1984), menyatakan bahwa 
molekul lemak dalam keju dilapisi oleh 
molekul protein yang mempunyai gugus dan 
bersifat hidrofilik dan lipofilik, sehingga 
keberadaan lemak sangat bergantung pada 
proteinnya.  Lama koagulasi berpengaruh 
pada rendemen yang dihasilkan sebab jika 
waktu terlalu pendek tidak memberikan 
cukup waktu bagi padatan dan protein pada 
susu untuk terkoagulasi secara sempurna. 
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 
mengetahui pengaruh konsentrasi asam 
sitrat terhadap nilai gizi, sifat fisik, kimia, 
serta untuk menentukan konduktivitas 
termal produk keju Mozzarella. 
 
METODE PENELITIAN 
 
Tempat dan Waktu Penelitian 
Penelitian ini dilaksanakan di 
Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan 
Hasil Ternak Fakultas Peternakan, 
Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian 
Jurusan THP, Laboratorium Teknik 
Prosessing Hasil Pertanian dan 
Laboratorium Daya dan Mesin Pertanian 
Jurusan TEP,  Fakultas Teknologi Pertanian 
Universitas Brawijaya mulai bulan Agustus 
sampai November 2008. 
 
Peralatan 
Alat-alat yang dipakai  pada 
penelitian ini antara lain kompor gas, panci, 
termometer, buret, gelas ukur, pengaduk, 
oven, pipet, pisau, timbangan, seperangkat 
alat ukur konduktivitas thermal, 
seperangkat alat ukur kadar lemak, protein, 
karbohidrat, dan abu.  
 
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk) 
 80 
Bahan 
Bahan yang dipakai  antara lain  
susu sapi segar, asam sitrat, renet 
(Marzyme Supreme), garam, dan air. 
 
Metode Penelitian 
Metode penelitian yang dipakai  
yakni metode deterministik dengan 
bantuan data empirik untuk 
mengekspresikan nilai-nilai sifat fisik, 
kimia, dan termal.  Metode ekperimental 
penelitian ini meliputi 3 variasi 
konsentrasi asam sitrat yang berbeda. 
Variasi asam sitrat tersebut adalah 0,12, 
0,16 dan 0,20% dari 25 liter susu sapi 
segar.  Setiap variasi dilakukan satu kali 
pengujian sifat kimia produk, pengujian 
kadar air (%), rendemen (%), dan 
konduktivitas termal (k) untuk setiap 
variasi.  Konduktivitas termal (k) dalam 
penelitian ini dianalisa  memakai  
teori pindah panas yang dipecahkan 
dengan metode numerik teknik secara 
implisit.  Adapun tahapan penelitian terdiri 
dari (1) rancangan fungsional alat, (2) 
pembuatan keju mozzarella, dan (3) 
penentuan konduktivitas thermal bahan. 
 
Rancangan fungsional alat pengukur 
konduktivitas 
Rancangan funsional alat pengukur 
konduktivitas termal adalah sebagai 
berikut: mangkok double plat berbentuk 
setengah bola, hot plate, toples plastik, 
selang, termokontrol, dan stopwatch 
seperti dapat dilihat pada  Gambar 1. 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Gambar 1. Rangkaian alat pengujian 
konduktivitas termal 
Proses pembuatan keju mozzarella 
Susu sapi segar sebanyak 25 liter 
dipasteurisasi pada suhu 65oC selama 30 
menit.  Kemudian asam sitrat ditambahkan 
konsentrasi 0,12% (33 gram), 0,16% (44 
gram), dan 0,20% (55 gram) yang dilarutkan 
pada 100 ml air, pada masing-masing 25 
liter susu.  Pemberian asam ini dilakukan 
sedikit demi sedikit sambil dilakukan 
pengadukan pelan-pelan. Penambahan 
renet sebanyak 0,025% (6,25 ml) dari 
volume susu (25 liter) yang dilarutkan pada 
100 ml air.  Hal ini berfungsi untuk 
mengumpalkan susu membentuk padatan 
yang mengendap yang disebut curd.  Curd 
yang terbentuk kemudian dipotong-potong 
dengan ukuran 1 cm x 1 cm dan dibiarkan 
15 menit untuk mengeluarkan whey 
(cairan). Whey yang keluar disaring 
kemudian ditimbang dan dibuang, kegiatan 
ini dilakukan terus-menerus sampai whey 
benar-benar tidak keluar lagi dari curd.  
Kemudian dilakukan proses working pada 
suhu 45oC dengan penekanan pada seluruh 
bagian.  Setelah itu dilakukan penarikan dan 
pelemasan sampai tekstur menjadi kalis 
(ditandai dengan permukaan yang licin dan 
homogen) lalu dibentuk.  Proses ini disebut 
stretching. Kemudian dilakukan proses 
perendaman dalam es dan yang terakhir 
adalah proses penggaraman selama 1 jam. 
 
Penentuan  konduktivitas termal bahan  
Keju diparut sebanyak 650 g dan 
dimasukkan kedalam wadah berbentuk 
setengah bola. Termokopel dipasang mulai 
dari dasar mangkok, ke atas mengikuti arah 
radial mangkok.  Jarak pemasangan antar 
kopel yaitu 1,5 cm.  Badan mangkok yang 
telah diberi selang kemudian dihubungkan 
dengan toples yang telah diisi air.  Mangkok 
diletakkan diatas hot plate untuk 
memanaskan air yang ada didalam mangkok 
setengah bola.  Sebelum hot plate 
dinyalakan, dilakukan pembacaan suhu pada 
masing-termokopel yang sudah terpasang 
sebagai (T0).  Hot plate dinyalakan dan 
Selang 
Toples Air 
Hot Plate 
Termokon-
trol 
Kopel 
Mangkok 
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2 (Agustus 2009)   78 – 87 
 81 
diatur suhunya sampai air dalam mangkok 
mendidih. Diamati suhu pada tiap-tiap 
jarak pengamatan tiap 5 menit selama 60 
menit.  Pengukuran ini dilakukan tiga kali 
pengulangan untuk setiap perlakuan. 
Pada penelitian ini analisa  yang 
dilakukan terhadap bahan pada keadaan 
awal hingga akhir proses adalah densitas, 
rendemen, kesetimbangan massa, panas 
spesifik, difusivitas termal, konduktivitas 
termal, kadar air (%), kadar protein (%), 
kadar abu (%), kadar kemak (%), dan 
kadar karbohidrat (%) 
 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
 
Komposisi Susu Segar  
Hasil analisa  komposisi susu segar 
dan perbandingan dengan literatur 
ditunjukkan pada Tabel 1. 
 
Tabel 1. analisa  komposisi susu segar 
Komponen Bahan 
Baku 
a b 
Protein (%) 2,83 3,4 3.3 
Lemak (%) 4,46 3,9 4,0 
Karbohidrat (%) 4,92 4,8 4,5 
Air (%) 86,96 87,10 87,5 
Abu (%) 0,83 0,72 0,7 
BJ (kg/m3) 1,022 1,032 1,000 
Sumber : a Buckle et al. (1987)  
   b Susilorini (2007) 
 
Dari Tabel 1 tampak bahwa hasil 
analisa  susu sapi segar berada pada 
kisaran nilai yang sesuai dengan literatur 
(Buckle et al., 1987 dan Susilorini, 2007). 
Jenis ternak, waktu pemerahan dan 
makanan ternak yang berbeda mempunyai 
banyak pengaruh pada komposisi susu 
sapi yang dihasilkan (Buckle et al., 1987).  
Daulay (1991) menyatakan bahwa 
keragaman komposisi susu dari suatu 
spesies hewan dipengaruhi oleh beberapa 
faktor antara lain makanan (kuantitas dan 
kualitas makanan yang diberikan pada 
hewan), kesehatan dari hewan, 
manajemen dari pemeliharaan hewan, 
interval waktu pemerahan, iklim, dan 
musim.  
 
Komposisi  Keju  Mozzarella 
Hasil analisa  komposisi keju yang 
diproses secara pengasaman langsung dan 
memakai  starter ditunjukkan pada   
Tabel 2. 
 
Tabel 2. Perbandingan komposisi keju 
mozzarella dengan pengasaman langsung 
dan memakai  starter 
Asam 
sitrat 
Komposisi Kimia Keju (%) 
Protein Lemak Air pH  
0,12% 29,299 5,267 44,635 5,83 
0,16% 25,811 13,121 45,204 5,89 
0,20% 27,287 10,013 44,953 5,78 
Starter* 17,653 19,403 64,826 4,27 
Sumber: *Rahmawati (2006) 
 
Komposisi keju dibandingkan dengan 
keju segar yang dibuat dengan 
memakai  starter (lactococcus lactis) 
oleh Rahmawati (2006) menunjukkan 
berbedaan.  Hal ini disebabkan, pH yang 
lebih tinggi pada mozzarella dengan 
pengasaman langsung, membantu kasein 
untuk menggumpal dan sebaliknya 
mengurangi kalsium yang larut.  Implikasi 
dari ini adalah peningkatan kemampuan 
matrik protein dalam menahan air dan 
mencegah sineresis.  
 
Kadar Protein 
Nilai protein keju mozzarella terbesar 
pada penambahan asam sitrat 0,12% yaitu 
sebesar 29,299% dan yang terkecil pada 
penambahan asam sitrat 0,16% sebesar 
25,811%.  Berdasarkan literatur dari Fox et 
al., (2000).  Hal ini mungkin dipengaruhi 
oleh panas saat proses working atau 
pemuluran yang merusak protein dalam 
keju.  Asam sitrat memiliki tingkat 
keasaman yang tinggi. Tingkat keasaman 
yang tinggi ini menyebabkan asam sitrat 
lebih banyak mendenaturasi protein susu.  
Protein mudah mengalami kerusakan oleh 
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk) 
 82 
pengaruh panas, goncangan, reaksi 
dengan asam atau basa kuat, yang dikenal 
dengan denaturasi (Susanto dan Saneto, 
1994).  Menurut penelitian Rahmawati 
(2006), kadar protein keju segar 
memakai  starter dengan 
perbandingan lama koagulasi, 
menunjukkan bahwa dengan rentang 
waktu koagulasi yang lebih lama (24 jam) 
nilai yang diperoleh lebih besar 
dibandingkan perlakuan sebelumnya.  Hal 
ini dikarenakan  waktu yang pendek tidak 
memberikan cukup waktu bagi protein 
pada susu untuk terkoagulasi secara 
sempurna oleh renet 
Kadar Lemak 
Kadar lemak terbesar pada 
konsentrasi asam sitrat 0,16% yaitu 
sebesar 13,121%, sedangkan yang paling 
kecil pada konsentrasi asam sitrat 0,12% 
sebesar 5,267%.  Menurut Fox et al., 
(2000) kadar lemak keju mozzarella 21%.  
Hal ini bertentangan dengan pernyataan 
Daulay (1991), bahwa protein berada pada 
lapisan luar membran globula lemak.  
Makin tinggi kandungan protein dalam 
keju, maka makin banyak jumlah lemak 
yang dapat diikat dan dipertahankan 
dalam keju, sehingga semakin tinggi kadar 
lemak yang dihasilkan.   
Kadar lemak keju mozzarella jika 
dibandingkan berdasarkan SNI (BSN, 
1992), berada di bawah nilai yang tertera 
yaitu minimal 25,0%.  Kadar lemak keju 
olahan tergantung dari kadar lemak keju 
alami yang digunkan, namun dalam proses 
pembuatan keju olahan terdapat 
kemungkinan lemak keluar dari keju 
olahan selama proses pemanasan apabila 
temperatur lebih dari 80oC, jadi semakin 
tinggi temperatur pemanasan maka 
semakin banyak lemak yang keluar (Fox 
et al., 2000).  Standar dari BSN hanya 
dapat dipakai  sebagai pembanding, tapi 
tidak dapat menjadi acuan.  Hal ini 
disebabkan jenis dan metode pembuatan 
keju yang berbeda.  
 
Kadar Air  
Kadar air keju Mozzarella dengan 
penambahan asam sitrat 0,12, 0,16, 0,20 % 
masing-masing sebesar 44.635, 45,204, 
dan 44,953%.  Menurut Campbell dan Platt 
(1987), kadar air keju Mozzarella berkisar 
antara 46-56% dan 54,1% menurut Hui 
(1991).  Kadar air merupakan faktor yang 
sangat penting untuk menentukan tekstur 
keju, yaitu kadar air yang semakin 
meningkat akan menyebabkan tekstur 
semakin lunak (Buckle et al., 1992). Kadar 
air keju mozzarella jika dibandingkan 
dengan SNI keju olahan (Anonim, 1992) 
berada pada kisarannya yaitu maksimum 
45%.  
Idris dan Thohari (1992) menyatakan 
bahwa kandungan air yang lebih tinggi pada 
keju lunak dikarenakan mengandung whey 
yang lebih banyak.  Menurut Rahmawati 
(2006), penurunan kadar air dikarenakan 
kemampuan mengikat air pada keju segar 
berkurang dengan semakin tingginya 
konsentrasi renet dan semakin lamanya 
koagulasi.  Joshi (2004), menyatakan bahwa 
pada koagulasi dengan asam, semakin 
rendah pH penggumpalan sampai pH 5,4 
maka kemampuan curd menahan air 
semakin besar.  
Beberapa metode melibatkan suatu 
proses penyesuaian kadar air.  Hal ini 
sangat bermanfaat sebab kadar air dalam 
keju adalah faktor penting dalam stabilitas, 
daya simpan, irisan, dan produk akhir keju 
yang lebih baik (Willman, 1993).   
 
Kesetimbangan Massa 
Proses penambahan asam sitrat 0,12% 
dan enzim renet, massa susu menjadi 
27777,2 g.  Pada proses penyaringan, whey 
yang terbuang sebesar 23880 g sehingga 
menghasilkan curd sebesar 3897,2 g dan 
dari proses ini terjadi kehilangan sebesar 
85,960%. Hal ini terjadi sebab proses 
Jurnal Teknologi Pertanian Vol. 10 No.2 (Agustus 2009)   78 – 87 
 83 
koagulasi dari asam sitrat dan renet yang 
menyebabkan banyak protein yang larut 
bersama whey, sehingga curd yang 
dihasilkan sedikit.  Idris dan Thohari 
(1992) menyatakan bahwa curd yang 
dihasilkan dengan pengasaman langsung 
mudah pecah dan harus ditangani dengan 
hati-hati untuk menghindari 
terdispersinya menjadi partikel-partikel 
kecil yang larut dalam whey.  
 Pada proses working terjadi 
kehilangan 21,190% yaitu sebesar 850 g. 
Hal ini terjadi sebab ada sebagian curd 
yang tertinggal di wadah setelah proses 
berlangsung, ada yang menjadi whey 
sebab proses penekanan dan sebagian 
menguap.  Proses ini menghasilkan curd 
sebanyak 3047,2 g.  
Proses stretching pada pembuatan 
keju mozzarella ini menghasilkan keju 
sebanyak 1567,2 g.  Pada proses ini 
terjadi kehilangan massa sebanyak 1480 g 
atau 48,569%.  Massa yang hilang pada 
proses ini lebih besar dibandingkan pada 
proses working.  Hal ini terjadi sebab 
adanya pemanasan terus-menerus yang 
menyebabkan curd menguap dan larut di 
dalam air panas.  Pada proses 
penggaraman, terjadi penambahan massa 
sebesar 382.9 g setelah diketahui massa 
akhir keju mozzarella sebesar 1950,1 g. 
Rendemen 
Jumlah rendemen keju mozarella 
ditunjukkan pada Tabel 3. 
 
Tabel 3. Nilai rendemen keju mozzarella   
Perlakuan Rendemen (%) 
Asam Sitrat 0,12% 7,091 
Asam Sitrat 0,16%  7,789 
Asam Sitrat 0,20% 6,473 
Starter* 17,560 
Sumber: *Rahmawati (2006) 
 
Gaman dan Sherington (1994), 
menyatakan bahwa nilai rendemen keju 
mozzarella yang dihasilkan kira-kira 10%.  
Nilai rendemen pada penelitian ini lebih 
rendah dari literatur, hal ini disebabkan oleh 
beberapa hal diantaranya kadar lemak keju 
dan metode pembuatan.  Pada penelitian ini, 
tidak ada proses homogenisasi susu 
sehingga kadar lemak keju lebih rendah.  
bahwa 
keuntungan dari homogenisasi susu adalah 
rendemen keju yang dihasilkan lebih tinggi 
akibat dari lemak yang terbuang dalam 
whey sedikit.  
bahwa 
rendemen keju dipengaruhi oleh komposisi 
curd yaitu persentase lemak, bahan kering 
tanpa lemak, garam dan air.menyatakan bahwa asam 
sitrat memiliki tingkat keasaman yang 
tinggi.  Tingkat keasaman yang tinggi ini 
menyebabkan asam sitrat lebih banyak 
mendenaturasi protein susu. Protein mudah 
mengalami kerusakan oleh pengaruh panas, 
goncangan, reaksi dengan asam atau basa 
kuat, yang dikenal dengan denaturasi.  
Namun rendemen keju mozzarella pada 
penelitian ini lebih banyak dipengaruhi oleh 
kadar protein keju dengan persentase 
27,287% sampai 29,299%.  Kandungan 
protein keju memegang peranan penting 
dalam mempertahankan emulsi antara lemak 
cair. Peran protein tersebut dipengaruhi 
oleh kelarutannya.  Protein yang 
mempunyai kelarutan tinggi (terlarut secara 
sempurna) dapat mengikat lemak dengan 
baik, sehingga lemak dan air dapat 
teremulsi serta terdispersi secara merata 
bahwa 
rendemen keju segar dengan memakai  
starter dengan lama koagulasi 24 jam lebih 
tinggi dibandingkan dengan lama koagulasi 
21 dan 18 jam.  Lama koagulasi 
berpengaruh pada rendemen yang 
dihasilkan sebab jika waktu terlalu pendek 
tidak memberikan cukup waktu bagi padatan 
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk) 
dan protein pada susu untuk terkoagulasi 
secara sempurna. 
 
Densitas  (  ) 
Nilai densitas keju mozarella  
ditunjukkan pada Tabel 4. 
 
Tabel 4. Nilai densitas (kg/m3) keju 
mozzarella pada berbagai konsentrasi 
asam sitrat 
Perlakuan Densitas (kg/m3) 
Asam Sitrat 0,12% 1160,654 
Asam Sitrat 0,16% 1183,536 
Asam Sitrat 0,20% 1194,631 
 
Semakin besar konsentrasi asam 
sitrat yang ditambahkan maka densitas 
juga semakin besar.Hal tersebut 
disebabkan sebab semakin banyak asam 
sitrat maka proses penggumpalan terjadi 
lebih cepat, tapi volume yang dihasilkan 
lebih kecil.  
 
Panas Jenis (Cp) 
Nilai panas jenis ditunjukkan pada 
Tabel 5. 
 
Tabel 5. Nilai panas jenis keju mozzarella 
hasil penelitian    
Perlakuan Nilai Cp (J/kg0C) 
Asam sitrat 0,12% 2690,115 
Asam sitrat 0,16% 2721,400 
Asam sitrat 0,20% 2708,500 
 
Panas jenis bahan dipengaruhi oleh 
komposisi dari bahan yaitu kadar protein, 
lemak, karbohidrat, abu, dan kadar air.  
Panas jenis akan meningkat jika kadar air 
bahan meningkat pula, begitu juga 
sebaliknya.  Nilai panas jenis berbanding 
lurus dengan nilai konduktivitas termal 
bahan.   
 
Diffusivitas Termal 
Difusivitas termal merupakan 
laju perambatan panas dari bahan 
Nilai difusivitas termal dapat dilihat 
pada Tabel 6. 
 
Tabel 6. Nilai diffusivitas termal keju 
mozzarella  
Perlakuan Diffusivitas Termal 
(10-7 m2/s) 
Asam sitrat 0,12% 3,730 
Asam sitrat 0,16% 1,670 
Asam sitrat 0,20% 1,960 
 
Nilai diffusivitas thermal ( ) 
bergantung pada data suhu yang 
diperoleh.  Bila suhu yang diperoleh 
berfluktuasi dari suhu yang sebenarnya, 
maka nilai difusivitasnya juga 
mengalami hal yang sama.  Nilai   
yang minus (-) menunjukkan arah 
pindah panas yang berlawanan dengan 
arah yang sebenarnya.  Hal ini dapat 
disebabkan adanya rongga pada padatan 
keju sehingga pindah panas yang terjadi 
disertai dengan mengalirnya massa.  
Akibat dari semua itu, suhu yang 
dihasilkan juga sedikit menyimpang. 
Semakin besar nilai difusivitas thermal, 
maka semakin cepat energi panas yang 
didifusikan ke dalam bahan. 
 
Konduktivitas Thermal 
Nilai rata-rata konduktivitas 
thermal ditunjukkan pada Tabel 7. 
 
Tabel 7. Nilai konduktivitas termal keju 
mozzarella  
Perlakuan Konduktivitas 
termal (W/moC) 
Asam sitrat 0,12% 1,165 
Asam sitrat 0,16% 0,539 
Asam sitrat 0,20% 0,634 
 

Perbedaan nilai konduktivitas 
termal keju disebabkan adanya 
perbedaan suhu, bahan uji yang 
dipakai  dan metode yang dipakai  
dalam penentuan nilai konduktivitas 
thermal. Bahan uji yang dipakai  
juga akan berpengaruh terhadap nilai 
konduktivitas termal, sebab 
konduktivitas termal bergantung pada 
struktur, bentuk, porositas, serta 
homogenitas.  Metode yang dipakai  
berpengaruh terhadap nilai 
konduktivitas termal sebab adanya 
perbedaan arah hantaran panas pada 
bahan sehingga hasilnya berbeda 
dengan hasil penelitian.  
 
Nilai k dan   dari Keju Mozzarella secara 
Empiris 
 Keju mozzarella dalam bentuk 
parut merupakan sistem heterogen, 
yang terdiri dari padatan, udara dan 
air, oleh sebab itu sifat-sifat 
panasnya sangat tergantung pada 
heterogenitasnya.  Hasil analisa  
terhadap nilai k dan   pada keju 
Mozzarella dengan memakai  
metode kuadrat terkecil regresi 
liniear berganda adalah sebagai 
berikut: 
 k = 34,944- 0,493 X1 -0,0102 X2 ………(1) 
  = 19,566x10
-6 –0,0025 X1 – 0,4304X2(2) 
 
persamaan regresi tersebut 
mempunyai koefisien korelasi (r) 
sebesar 0,999 untuk k dan r sebesar 1 
untuk  .  Kadar air (KA) dalam 
satuan % basis basah dan densitas 
(  ) dalam satuan kg/m
3.  
 Persamaan 1 dan 2 merupakan 
persamaan empiris nilai k dan   
sebagai fungsi kadar air dan densitas 
yang diperoleh dari data nilai k hasil 
percobaan pada berbagai variasi.  
Fungsi konsentrasi asam sitrat dan 
kadar air yang diperoleh dari data   
hasil percobaan.  pemakaian  regresi 
linear berganda dimaksudkan agar 
mengetahui pengaruh dua peubah 
penting terhadap perubahan nilai k dan 
  pada keju mozzarella.  Penyelesaian 
persamaan 1 dan 2 memakai  
metode chamer. Persamaan 1 dan 2 
merupakan persamaan empiris yang 
dapat dipakai  untuk menentukan nilai 
k dan   keju mozzarella pada tingkat 
kadar air dan densitas tertentu serta 
pada konsentrasi asam sitrat tertentu. 
Dari persamaan terlihat bahwa nilai k 
berbanding lurus terhadap perubahan 
nilai kadar air dan densitas keju 
mozzarella.  Dengan memasukkan nilai 
kadar air dan densitas untuk k, 
konsentrasi asam sitrat dan kadar air 
untuk   pada keju mozzarella sesuai 
dengan data penelitian pada persamaan 
empiris. Nilai k  pengamatan dapat 
dibandingkan dengan nilai k perhitungan 
serta nilai α pengamatan dengan nilai α 
perhitungan seperti yang ditunjukkan 
pada  Tabel 8.  
 

  
Karakteristik Termal Produk Keju Mozarella (Komar dkk) 
 86 
Nilai konduktivitas termal dan fifusivitas 
termal keju mozzarella hasil observasi 
dan perhitungan ditunjukkan pada Gambar 
2 dan 3. 
 

 
Gambar 2. Nilai konduktivitas termal keju 
mozzarella hasil pengamatan dan 
perhitungan 
 

 
Gambar 3. Nilai difusivitas termal keju 
mozzarella hasil pengamatan dan 
perhitungan 
  
 Gambar 2 menunjukkan ploting nilai 
k observasi dan nilai k hasil perhitungan 
memakai  persamaan empiris dengan 
koefisien determinasi sebesar 0,9221 atau 
koefisien korelasi sebesar 0,9602.  
 interprestasi 
nilai R pada rentang 0,81 dan 0,99 adalah 
tinggi.  Hal ini menyatakan bahwa data-
data yang diplotkan saling berkolerasi dan 
interprestasi nilai R pada rentang nilai 
0,94 dan 0,96 menyatakan bahwa data-
data yang diplotkan memiliki korelasi 
yang tinggi. 
  
 
 
Dari keseluruhan penilaian sifat fisik, 
kimia, dan termal, penambahan  asam sitrat 
0,16% merupakan konsentrasi yang paling 
baik dengan rendemen 7,789%, kadar lemak 
13,121%, kadar air 45,204%, nilai panas 
jenis 2721,400 J/kg0C.  Densitas terbesar 
pada penambahan asam sitrat 0,20% 
sebesar 1194,631 kg/m3.   Kandungan 
protein paling besar pada penambahan asam 
sitrat 0,12% sebesar 29,299%.   Rata-rata 
nilai konduktivitas termal keju mozzarella 
pada konsentrasi asam sitrat 0,12, 0,16, dan 
0,20% masing-masing sebesar 1,165 
W/moC, 0,539 W/moC, dan 0,634 W/moC.  
Persamaan nilai konduktivitas termal 
(k) dan difusivitas termal () adalah sebagai 
berikut:  
k = 34,944 – 0,493 X1 -0,0102 X2  
 = 19,566x10
-6 – 0,0025 X1 – 0,4304 X2