Tanah merupakan media tempat tumbuhnya tanaman. Tanaman menyerap
makanan dari dalam tanah untuk proses pertumbuhannya. Sehingga kesuburan
tanaman tergantung pada kandungan unsur hara dalam tanah. Unsur hara dapat
diserap oleh tanaman dari dalam tanah yaitu unsur hara yang dalam bentuk
tersedia. Tanah merupakan penyedia makanan bagi tumbuhan. Kesuburan
tanah yaitu aspek hubungan tanah tanaman, yaitu pertumbuhan tanaman
dalam hubungannya dengan unsur hara yang tersedia dalam tanah
(Handayanto, Muddarisna, and Fiqri 2017). Unsur hara ini diperlukan
tanaman untuk proses-proses pertumbuhan seperti proses fisiologi dan
pembentukan struktur tanaman.
Dalam konsep kesuburan tanah, dikaji juga bagaimana kemampuan suatu
tanah untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman dalam mendukung
pertumbuhan dan produksi tanaman. Kandungan Unsur hara dalam tanah
tergantung dari batuan induk serta mineral-mineral yang terdapat di dalamnya.
Mineral yang terdapat di dalam tanah berbeda-beda pada setiap wilayah.
Perbedaan ini sangat dipengaruhi oleh bahan induk pembentuknya serta
2 Tanah dan Nutrisi Tanaman
proses-proses kimia dan biokimia yang terjadi dalam tanah (Buol, Hole, and
McCracken 1989).
Kandungan hara dan respon tanaman merupakan interaksi dari komponen
kimia, fisika dan biologi tanah. Ketiga komponen ini saling berinteraksi dalam
memengaruhi kesuburan tanah, yang berpengaruh terhadap bentuk hara dalam
tanah, terhadap ketersediaan hara bagi tanaman dan kemampuan tanaman
menyerap unsur hara dari dalam tanah. Di dalam tanah terdapat dua jenis
mineral, dikenal sebagai mineral primer dan mineral sekunder. Secara umum
semua unsur hara atau nutrient bersumber dari batuan induk serta minera-
lmineral yang terdapat di dalamnya .
1.2 Kesuburan Tanah dan Produktivitas
Tanah
Kesuburan tanah yaitu kemampuan tanah untuk menyediakan unsur hara
bagi tanaman dalam jumlah yang cukup dan berimbang untuk pertumbuhan
dan hasil tanaman. Unsur hara dalam tanah harus berimbang jumlahnya, jika
suatu jenis unsur hara yang mendominasi dalam tanah akan mengakibatkan
kurang tersedianya unsur hara yang lain di dalam tanah. Menurut
(Notohadiprawiro, Soekodarmodjo, and Sukana 2006) kesuburan tanah yaitu
mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah
sifat fisik, kimia dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-
akar aktif tanaman.
Kesuburan tanah bersifat spesifik, spesifik lokasi (site specific) maupun
spesifik tanaman (crop specific) yang berarti bahwa tanah yang subur untuk
suatu jenis tanaman belum tentu subur untuk jenis tanaman lainnya. Konsep
yang lebih luas berkaitan dengan kemampuan tanah untuk menyangga
pertumbuhan tanaman secara berkelanjutan yaitu produktivitas tanah
Produktivitas tanah sekilas serupa dengan kesuburan tanah, namun ada
beberapa perbedaan di antara keduanya. Produktivitas tanah lebih
mengutamakan konsep ekonomi dari kemampuan tanah menghasilkan
tanaman. Produktivitas tanah yaitu kemampuan tanah untuk menghasilkan
produk tertentu dengan pengelolaan yang optimum yang menghasilkan
produksi yang optimal. Tanah yang produktif akan menghasilkan tanaman
yang menguntungkan bagi pengelola tanah.
1.2.1 Kesuburan tanah
Tanah terbentuk dari proses-proses pelapukan batuan induk dan bahan organik
yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti iklim, organisme dan
waktu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik,
kimia dan biologi. Reaksi ini menghasilkan sifat-sifat tanah yang dapat
menjalankan fungsi-fungsi tertentu di antaranya: mengubah batuan induk
menjadi bahan induk tanah, mengubah bahan induk tanah menjadi bahan
penyusun tanah, dan menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah
Kesuburan tanah dapat dipandang dari dua sisi yaitu kesuburan tanah aktual
atau kesuburan tanah alamiah yang hakiki dan kesuburan tanah potensial.
Kesuburan tanah potensial merupakan kesuburan tanah yang dapat dicapai
melalui upaya-upaya pengelolaan tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah
yang menggunakan teknologi.
Menurut intervensi teknologi yang diterapkan
tergantung kepada:
1. Imbangan antara tambahan hasil panen atau nilai tambah mata
dagangan (commodity) yang diharapkan akan dapat dihasilkan dan
tambahan biaya produksi yang dikeluarkan.
2. Kemampuan masyarakat membiayai intervensi
3. Keterampilan teknik masyarakat menerapkan intervensi ini
secara berkesinambungan.
Kesuburan tanah yaitu kemampuan tanah menyediakan unsur hara esensial
dalam jumlah dan proporsi yang seimbang untuk pertumbuhan tanaman
(Buckman and Brady 1982). Kesuburan tanah ditentukan oleh sifat fisik ,
kimia dan biologi tanah.Tanah yang subur harus subur secara fisik, dapat
dilihat dari kedalaman efektif, tekstur, struktur, kelembaban dan tata udara
tanah. Sifat kimia tanah dapat diukur dari reaksi tanah (pH tanah), KTK,
kejenuhan basa, bahan organik, banyaknya unsur hara, cadangan unsur hara
dan ketersediaan terhadap pertumbuhan tanaman. Sedangkan secara biologi
kesuburan tanah dapat ditentukan dari aktivitas mikroba perombak bahan
4 Tanah dan Nutrisi Tanaman
organik dalam proses humifikasi dan pengikatan nitrogen udara. Ketiga sifat
tanah ini saling berinteraksi dalam proses-proses pembentukan tanah.
Hasil dari proses ini akan menentukan tingkat kesuburan tanah. Interaksi
dari sifat-sifat tanah ini dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 1.1: Interaksi Kesuburan Kimia, Fisik Dan Biologi Tanah Untuk
Menciptakan Kesuburan Tanah Ideal (Abay 2019)
Kesuburan tanah ideal yang dihasilkan dari interaksi sifat fisik, kimia dan
biologi tanah ini akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang optimal.
Penaksiran dapat dilakukan dilakukan dengan menganalisis sifat-sifat tanah
ini yang dikorelasikan dengan penampilan pertumbuhan tanaman di
atasnya. Evaluasi kesuburan tanah dapat dilakukan melalui beberapa cara,
yaitu melalui pengamatan gejala defisiensi pada tanaman secara visual, analisa
tanaman dan analisa tanah. Analisa tanaman meliputi analisa serapan hara
makro primer (N, P dan K) dan uji vegetatif tanaman dengan melihat
pertumbuhan tanaman. Sedangkan analisa tanah meliputi analisa ketersediaan
hara makro primer (N, P dan K) dalam tanah.
1.2.2 Produktivitas Tanah
Produktivitas tanah tergantung dengan kesuburan tanah, tanah yang subur
salah satu indikator produktivitas tanah yang baik. Produktivitas tanah dapat
ditingkatkan dengan perbaikan kesuburan tanah melalui pengelolaan lahan.
Pemberian pupuk dan pengolahan lahan untuk perbaikan sifat fisik tanah
merupakan tindakan perbaikan produktivitas tanah. Produktivitas tanah sekilas
serupa dengan kesuburan tanah, namun ada beberapa perbedaan di antara
keduanya. Produktivitas tanah lebih mengutamakan konsep ekonomi dari
kemampuan tanah menghasilkan tanaman. Tanah yang subur menghasilkan
tanaman yang produktif, namun belum tentu lahan ini produktif sebab
beberapa faktor penentu produktivitas tanah. Perbedaan kesuburan tanah
dengan produktivitas tanah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1: Perbedaan antara Kesuburan Tanah dan Produktivitas Tanah
No Kesuburan Tanah Produktivitas Tanah
1 Diukur berdasarkan jumlah produksi
atau hasil tanaman (dalam kilogram per
hektar)
Diukur berdasarkan nilai
produksi tanaman yang
dihasilkan dalam rupiah per
hektar
2 Kesuburan tanah tidak terkait dengan
meningkatnya harga pasar atau
komoditi. Kesuburan tanah dapat
ditingkatkan hanya melalui pengolahan
tanah yang tepat, aplikasi pupuk dan
bahan organik,m pengelolaan air yang
tepat dan lain sebagainya
Produktivitas tanah meningkat
dengan meningkatnya harga
pasar suatu komoditi,
meskipun kesuburan tanahnya
rendah
3 Kesuburan tanah dipengaruhi oleh
kondisi kimia, fisik dan biologi tanah
dan oleh jumlah serta keseimbangan
unsur hara di dalam tanah
Produktivitas tanah
dipengaruhi oleh kesuburan
tanah, perubahan transportasi,
permintaan produksi komoditi
tertentu dan lain sebagainya
4 Kesuburan tanah yaitu kemampuan
yang melekat pada tanah untuk
menyediakan unsur hara penting yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman dalam jumlah
yang seimbang dan optimal
Produktivitas tanah yaitu
kemampuan tanah untuk
menghasilkan tanaman yang
baik
5 Kesuburan tanah merupakan bagian
dari produktivitas tanah. Faktor-faktor
hukum ekonomi ini , permintaan,
Produktivitas tanah yaitu
istilah yang luas. Ini mencakup
kondisi fisik tanah, nilai pasar
6 Tanah dan Nutrisi Tanaman
biaya saran produksi, menghasilkan
nilai dan lain sebagainya tidak
memiliki peran apapun dalam
menentukan kesuburan tanah
tanaman tumbuh, dan hukum-
hukum ekonomi yang berlaku
pada bisnis pertanian
1.3 Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah dipengaruhi oleh banyak faktor. Kesuburan tanah akan
berbeda-beda tergantung faktor-faktor pembentuk tanah yakni batuan induk
dan proses pembentukan tanah. Faktor-faktor pembentukan tanah di antaranya
yaitu bahan induk, iklim, relief, organisme dan waktu.
1.3.1 Faktor Alam
Kesuburan tanah dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa faktor-faktor yang
memengaruhi kesuburan tanah yaitu :
1. Bahan Induk Tanah
Bahan induk merupakan bahan awal tanah yang mengalami
pelapukan dari batuan. Batuan induk memengaruhi kandungan kimia
tanah yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan ini Proses
pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia
dan biologi. Reaksi ini menghasilkan sifat-sifat tanah hasil perubahan
bahan induk tanah menjadi bahan penyusun tanah, dan menata bahan
penyusun tanah menjadi tubuh tanah yang terdiri dari mineral-
mineral. Kesuburan tanah tergantung pada komposisi kimia dari
bahan induknya (Notohadiprawiro et al. 2006). Dalam mineral-
mineral ini terkandung unsur-unsur hara penting bagi pertumbuhan
tanaman. Kandungan hara yang terdapat dalam suatu mineral ini akan
mendukung keberlanjutan dan kesuburan lahan. Bahan induk dengan
tekstur halus akan membentuk tanah yang mengandung bahan
organik tinggi, bahan induk yang bertekstur kasar mengandung bahan
organik yang lebih rendah.
2. Topografi
Topografi memengaruhi kesuburan tanah melalui pengaruhnya
terhadap drainase, limpasan permukaan, erosi tanah dan iklim mikro
yaitu pemaparan permukaan tanah ke matahari dan angin. Tanah di
lereng yang lebih tinggi akan memiliki kesuburan yang lebih rendah
dibandingkan tanah di lereng yang lebih rendah. Hal ini sebab
pencucian yang tinggi dan erosi yang terjadi (Handayanto et al.
2017). Daerah yang terjal tingkat erosinya lebih tinggi sehingga
tingkat kesuburannya dalam kurun waktu tertentu akan menurun dan
juga sifat kimia tanah relatif mudah berubah ubah mengikuti proses
alam seperti erosi (Wibawa 2000). Disisi lain, topografi yaitu faktor
pasif pembentuk tanah yang mendorong proses erosi tanah sehingga
terjadi perpindahan material dari suatu tempat ke tempat lain.
Semakin besar kemiringan kereng maka pengikisan tanah semakin
tinggi
3. Umur Tanah
Umur tanah memengaruhi kesuburan tanah sebab pemanfaatannya
sebagai sumber hara bagi tanaman melalui budidaya yang intensif.
Tanah sangat tua sering tidak subur sebab penyerapan unsur hara
yang terjadi secara terus menerus. Sedangkan tanah sangat muda juga
relatif kurang subur sebab proses pembentukan tanahnya masih
sedang berlangsung.
4. Iklim
Faktor-faktor iklim (curah hujan, suhu, kelembaban dan angin) sangat
memengaruhi kesuburan tanah. Didaerah yang memiliki curah hujan
tinggi, unsur hara akan mengalami pencucian dan larut pada horizon
tanah yang lebih dalam sehingga menjadi tidak dapat diserap
tanaman. Pada daerah yang beriklim tropis dan sub tropis,
dekomposisi bahan organik berlangsung lebih cepat dan lebih mudah
dibandingkan dengan daerah beriklim sedang, sehingga
kesuburannya lebih rendah Suhu udara
memengaruhi tanah dengan memengaruhi suhu badan tanah sehingga
tanah bersifat konduktor. Curah hujan yang tinggi akan
8 Tanah dan Nutrisi Tanaman
meningkatkan konsentrasi H+ di dalam larutan tanah sehingga akan
meningkatkan derajat keasaman tanah. Kondisi ini tidak baik bagi
pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang tinggi juga mengakibatkan
proses pencucian yang intensif sehingga kandungan basa-basa yang
dapat dipertukarkan akan semakin rendah (Munawar 2018)
5. Kedalaman Profil Tanah
Tanah yang memiliki profil tanah yang dalam lebih subur
dibandingkan dengan tanah yang dangkal. Hal ini disebabkan tanah
yang dangkal lebih cepat kering. Kandungan air tanah sangat
mendukung pertumbuhan tanaman. Akar tanaman akan lebih leluasa
menyerap air dan unsur hara pada tanah yang lebih dalam sehingga
pertumbuhan tanaman lebih baik.
6. Kondisi Fisik Tanah
Kondisi fisik tanah berpengaruh besar terhadap kesuburan tanah.
Sifat fisik tanah seperti tekstur dan struktur tanah sangat menentukan
kapasitas memegang air. Jika sirkulasi air dan udara dalam tanah
tidak baik maka tanah ini tidak cocok sebagai media tumbuh
tanaman. Tanah yang didominasi oleh partikel pasir (partikel tanah
yang lebih besar) memiliki kapasitas memegang air yang rendah.
Tanah yang memiliki partikel yang lebih kecil (debu dan liat) akan
lebih subur.
7. Erosi Tanah
Erosi yaitu peristiwa pengikisan tanah. Tanah yang terkikis yaitu
lapisan tanah paling atas yakni lapisan tanah yang paling subur. Hasil
erosi (pengikisan tanah) ini diendapkan di daerah yang lebih
rendah. Menurut perkiraan, unsur hara tanaman yang hilang melalui
erosi yaitu 20 kali lebih banyak dibandingkan dengan yang
digunakan untuk pertumbuhan tanaman
Erosi dan sedimentasi akan mengakibatkan akumulasi garam/ basa/
bahan polutan, terjadi pH yang luar biasa rendah, limbah bahan
organik dan ancaman penyakit pada tanaman
1.3.2 Faktor Buatan
1. Genangan air/Aerasi tanah
Aerasi tanah yaitu kondisi tata udara dalam tanah. Aerasi tanah
dikatakan baik jika pergerakan udara dari dalam dan keluar tanah
tidak terhambat dan sebaliknya pada tanah dengan aerasi buruk
mengakibatkan terhambatnya pergerakan udara dalam tanah. Tanah
dengan aerasi buruk akan mengakibatkan terhambatnya respirasi
akar, pertumbuhan akar, dan penyerapan air dan hara. Permasalahan
pada tanah rawa, genangan air akan menurunkan pH, sehingga
cenderung bersifat lebih asam
2. Sistem atau pola tanam
Pola tanam yang dilakukan petani terdiri dari pola tanam monokultur,
penanaman campuran dan rotasi tanaman. Pola tanam monokultur
yang dilakukan bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan zat
beracun yang dikeluarkan oleh akar tanaman dan kekurangan hara
sebab penyerapan hara dengan jumlah dan jenis yang sama. Untuk
menunjang kesuburan tanah sebaiknya pola tanam yang diterapkan
yaitu pola tanam atau rotasi tanaman. Menurut Arsyad, (2009)
keragaman vegetasi yang tinggi akan mengurangi pukulan hujan pada
tanah melalui intersepsi air hujan. Tajuk yang berlapis-lapis akan
melindungi tanah dari proses erosi.
3. Bahan kimia beracun dan Pestisida dalam Tanah
Penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam jangka panjang untuk
mengendalikan berbagai hama dan penyakit serta peningkatan
produktivitas tanah akan menurunkan kesuburan tanah. Bahan kimia
yang beracun dalam tanah akan berpengaruh buruk dalam
pertumbuhan tanaman. Hal ini juga memengaruhi aktivitas
mikroorganisme dalam tanah, sehingga proses dekomposisi akan
menurun dalam tanah.
4. Reaksi Tanah
Reaksi tanah (pH) menentukan ketersediaan unsur hara bagi tanaman.
Tanah dapat bereaksi basa, netral dan asam. Pada kondisi pH netral,
unsur hara banyak tersedia bagi tanaman, sedangkan pada kondisi pH
10 Tanah dan Nutrisi Tanaman
tanah basa atau asam akan didominasi oleh unsur hara tertentu
sehingga tidak semua tanaman dapat bertahan hidup. Dengan
demikian reaksi tanah memengaruhi kesuburan tanah.
5. Status Bahan Organik dalam Tanah
Bahan organik tanah memengaruhi kesuburan tanah. Bahan organik
merupakan sumber unsur hara dalam tanah. Bahan organik
memengaruhi kesuburan tanah secara tidak langsung. Bahan organik
berperan penting dalam memperbaiki kesuburan fisik tanah. Bahan
organik memengaruhi agregasi tanah yang berpengaruh terhadap
infiltrasi, pergerakan dan retensi air tanah, aerasi tanah dan penetrasi
akar. Bahan organik juga memengaruhi sifat biologi tanah. Bahan
organik juga meningkatkan aktivitas mikroba dalam proses
dekomposisi bahan organik. Tanah yang kaya bahan organik yaitu
tanah yang sangat subur
1.4 Indikator Kesuburan Tanah
Kesuburan tanah ditentukan oleh berbagai faktor, namun kesuburan tanah
dapat diukur dengan berbagai indikator. Beberapa di antaranya yaitu
kejenuhan basa, kapasitas absorbsi, kandungan liat dan kandungan bahan
organik. Beberapa indikator ini di atas secara umum dilakukan analisis di
laboratorium, indikator kesuburan tanah yang dapat diamati langsung di
lapangan yaitu pertumbuhan tanaman di lahan ini . Kejenuhan basa
nilainya dalam bentuk persen. Kejenuhan basa menggambarkan akumulasi
susunan kation dalam tanah. Peningkatan nilai persen kejenuhan basa
mencerminkan semakin tingginya kandungan basa-basa tanah pada posisi nilai
pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara
menyeluruh.
Kapasistas absorbsi merupakan kemampuan tanah untuk mengikat suatu
kation dan anion oleh partikel-partikel koloid tanah (koloid liat dan koloid
organik). Kapasitas absorbsi mencerminkan kemampuan tanah melakukan
aktivitas pertukaran hara. Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi maka
kesuburan tanah semakin baik. Menurut (Silalahi, Lubis, and Hanum 2016),
agregat yang stabil dan struktur tanah yang bagus dapat meningkatkan retensi
dan transmisi air, sehingga memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih
baik. Kesuburan tanah secara fisik yang lebih baik menunjang pertumbuhan.
Beberapa organisme tanah mampu meningkatkan kesuburan tanah melalui
hasil samping yang dihasilkan, seperti organisme pelarut fosfat ataupun
penambat N-bebas yang hidup bebas/soliter ataupun yang hidup bersimbiose
secara mutualistis dengan tanaman. Benang-benang miselium/hifa dari jamur
benang (fungi) juga dapat mengikat agregat-agregat tanah untuk saling
berikatan, sehingga tidak mudah rusak dan tahan terhadap tekanan fisik/ erosi
Kandungan liat dan kandungan bahan organik menggambarkan kandungan
kolloid tanah. Kolloid tanah ini baik kolloid liat maupun kolloid organik
merupakan partikel tanah yang memiliki luas permukaan tempat terjadinya
pertukaran hara. Semakin tinggi jumlah partikel ini maka semakin tinggi
kemampuan untuk absorbsi hara dan ruang pori juga makin tinggi. Semakin
tinggi partikel kolloid ini juga menunjukkan kesuburan tanah yang tinggi.
Namun jumlah kandungan liat ini juga harus seimbang dengan jumlah
komponen tanah yang lain. Jika kandungan kolloid liat yang mendominasi
akan mengakibatkan rendahnya peredaran air dan udara dalam tanah rendah
atau aerasi tanah, infiltrasi, perkolasi dan permeabilitas tanah rendah.
Kandungan bahan organik merupakan indikator paling penting dalam
kesuburan tanah. Bahan organik bersifat multifungsi dalam tanah. Bahan
organik mampu merubah sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun sifat
biologi tanah. Kandungan BO merupakan indikator paling penting dan
menjadi kunci dinamika kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran
yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi
tanah. Selain itu bahan organik juga mampu berperan mengaktifkan
persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur
tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam
metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakit dan hama dari
bahan organik). Bahan organik dikatakan mampu merubah sifat fisik tanah,
sebab kondisi fisik tanah yang keras/liat (pejal) akan dapat berubah menjadi
tanah yang gembur oleh adanya bahan organik. Akibatnya porositas dan
permeabilitas tanah semakin baik sehingga aerasi udara meningkat, ini
bermanfaat untuk menghindari kejenuhan air yang menyebabkan kebusukan
akar (Munawar 2018).
Beberapa organisme tanah mampu meningkatkan kesuburan tanah melalui
hasil samping yang dihasilkan, seperti organisme pelarut fosfat ataupun
12 Tanah dan Nutrisi Tanaman
penambat N-bebas yang hidup bebas/soliter ataupun yang hidup bersimbiose
secara mutualistis dengan tanaman. Benang-benang miselium/hifa dari jamur
benang (fungi) juga dapat mengikat agregat-agregat tanah untuk saling
berikatan, sehingga tidak mudah rusak dan tahan terhadap tekanan fisik/ erosi.
Fauna tanah yang hidup di dalam tanah dengan menggali lubang dan
mencampur tanah dapat memperbaiki aerasi dan kesuburan tanah (Subowo
2010). Meningkatnya aktivitas organisme tanah yang mampu mencegah laju
penyusutan bahan organik, memperbaiki aerasi dan agregat tanah,
meningkatkan ketersediaan hara, dan mencegah berkembangnya hama
penyakit tular tanah akan meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah.
Air memiliki pengertian menurut Ahlam Suskha (2020), yaitu cairan yang
bersifat jernih berasal dari air hujan atau dari dalam tanah. Air dan hara yang
diperlukan tanaman sebagian besar diperoleh atau diambil tanaman dari dalam
tanah. Tanah, air dan tanaman, merupakan hubungan yang berkaitan, tak dapat
dipisahkan satu sama lain. Keberadaan hara dan aspek dukungan mekanis bagi
tanaman disediakan oleh tanah. Hal itu dipengaruhi oleh kandungan air dalam
tanah ini , dan begitu sebaliknya, serta masing-masing interaksi ini
memberikan pengaruh terhadap tanaman atau vegetasi yang ada di atasnya.
Adapun fungsi air untuk tanaman yakni,
1. Sebagai bahan utama pada molekul makro protoplasma
2. (protein, karbohidrat, pektin) dan berkerja sama dengan molekul air
membentuk struktur koloid.
3. Sebagai pelarut reaksi biokimia dan zat hara untuk tanaman.
4. Sebagai sarana transportasi memindahkan zat hara.
14 Tanah dan Nutrisi Tanaman
5. Sebagai bahan dasar reaksi biokimia (jika tak ada air fotosintesis tidak
dapat terjadi sebab air berperan sebagai donor elektron)
6. Sebagai pemberi tekanan hidrolisis pada sistem hidrolisis dalam sel
sehingga menyebabkan turgor pada dinding sel tanaman. Tekanan
hidrolisis ini biasanya dijumpai ketika menutup dan
membukanya stomata.
7. Sebagai penstabilan, buffer, dan pemindahan panas guna mengatur
suhu panas tubuh tanaman. Penyerapan radiasi cahaya hanya akan
memberi sedikit perubahan suhu pada tanaman sebab sebagian besar
radiasi cahaya akan kembali ke lingkungan melalui penguapan air pada
permukaan tubuh tanaman.
8. Sebagai alat gerak, air dalam sel tanaman bersifat terikat dan bebas.
Ikatan air ini seperti ikatan ion dengan molekul polar, ikatan
hidrogen bersama molekul lain, ikatan koloid atau ikatan-ikatan secara
kapiler. Air bersifat bebas sebab berbentuk cairan encer yang
biasanya dijumpai pada vakuola. Ketika tanaman pada kondisi
kekurangan air maka air yang bersifat bebas yang akan hilang lebih
dahulu.
Tanaman memerlukan air untuk bertahan hidup oleh sebab itu, air merupakan
syarat utama menumbuhkan tanaman. Air memiliki sifat yang lembut dan jernih
sehingga air dapat terserap dengan baik oleh tanaman dari akar sampai ke daun.
Proses transpirasi merupakan proses pada pergerakan air dari tanah yang bisa
berasal dari air hujan atau yang lain kemudian membantu akar dalam membawa
sari pati makanan untuk disalurkan ke seluruh bagian tanaman. Menurut Suskha
et al. (2020), dalam ilmu sains ketersediaan air merupakan penyediaan yang
harus ada dalam syarat melakukan proses penanaman benih tumbuhan. Oleh
sebab itu, air harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan tanaman dan suhu
lingkungan tempat tanaman ini tumbuh, sebab tanaman akan dapat
tumbuh apabila memiliki suhu tertentu sesuai kemampuan tanaman.
2.2 Interaksi Tanah dan Air
Air dan tanah yaitu sumber untuk kehidupan berbagai makhluk hidup yang
ada di bumi. Sangat penting kita paham akan interaksi antara tanah dan air,
meliputi kandungan lengas tanah, cara tanah memegang air, dan tensi air tanah.
Tujuan dari pemahaman interaksi tanah dan air ini berguna untuk proses
pertanian dalam penanaman atau budidaya serta irigasi.
2.2.1 Kandungan Lengas Tanah
Kandungan lengas tanah merupakan petunjuk dalam mengintegrasikan totality
air yang terserap dalam tanah, pada satuan waktu tertentu. Kejenuhan
(saturation), kapasitas lapang (field capacity), titik layu (wilting point), dan
kering oven (oven dried) merupakan macam jenis umum kadar lengas dari tanah
yang sudah ditentukan. Titik air jenuh disebabkan sebab terjadinya hujan lebat
atau mengalami irigasi sehingga semua ruang pori tanah penuh dengan air.
Keadaan ini dikenal dengan air gravitasi, air bergerak ke bawah sebab
pengaruh gravitasi maka kelebihan air ini dapat dipergunakan oleh
tanaman atau bisa juga menguap dan hilang.
Totalitas air, sisa air dalam tanah setelah proses perkolasi atau biasa disebut
sebagai sepertiga tensi atmosfer, disebut dengan kapasitas. Titik layu merupakan
titik batas potensi air pada tanaman yang digunakan dalam mengabsorpsi air
yang diimbangi oleh potensi air dari tanah. Titik kering oven merupakan titik
yang digunakan sebagai patokan tanah yang sudah kering oven untuk
menentukan kandungan lengas tanah. Titik kering oven dicirikan dengan tanah
sudah kehilangan semua air atau telah dihilangkan kandungan air dari tanah.
Kandungan lengas tanah biasanya mengacu pada kadar air (kelembapan) yang
terkandung dalam pori-pori tanah. Menurut Mutmainna et al., (2017), satuan
kadar air tanah dapat berupa persentase berat atau persentase volume. Beberapa
faktor yang memengaruhi kandungan lengas tanah ini meliputi iklim, cara
pemberian air irigasi pada tanah, kandungan bahan organik yang berada dalam
tanah, kandungan tanah liat di tanah, topografi, dan tersedianya bahan yang
menutupi tanah organik dan anorganik.
Kandungan lengas tanah dibedakan menjadi, lengas higroskopis, lengas tanah
pori-pori makro, dan lengas tanah pori-pori mikro. Lengas higroskopis
merupakan air yang menyelimuti butiran partikel tanah. Lengas tanah pori-pori
makro merupakan air non kapiler di antara agregat sekunder. Lengas tanah pori-
16 Tanah dan Nutrisi Tanaman
pori mikro merupakan air kapiler di antara agregat primer. Menurut Zulkarnain
(2018), jumlah air terikat tanah sangat bergantung dengan tekstur, dan struktur
penyusun tanah, serta kandungan bahan organik yang ada dalam tanah,
sedangkan jumlah air yang dapat terserap akar tanaman bergantung pada daya
tahan agregat tanah terhadap air.
Memperkirakan kelembaban air dalam tanah penting untuk pengelolaan sumber
daya air dan digunakan dalam aplikasi meteorologi terutama pada pertanian.
Menurut Malik dan Shukla (2014), informasi jangka panjang tentang
kelembaban tanah juga sangat penting untuk memantau kekeringan dan
memperkirakan hasil panen pertanian. Variabel spasial dan temporal
kelembaban air tanah diperoleh dari berbagai jenis tekstur tanah, topografi,
penutup tanah (cover crop), praktik irigasi, dan perubahan kedalaman air tanah.
Kandungan bahan organik yang tinggi di tanah akan menyebabkan kapasitas
buffer rendah ketika keadaan basah. Tanah mendapatkan sumber air salah
satunya dari air hujan, dari air ini tanah memiliki kemampuan untuk
menentukan spesies tanaman apa yang akan tumbuh. Salah satu sifat fisika tanah
yaitu kandungan lengas tanah, yang digunakan dalam menentukan kemampuan
setiap tanaman menyerap air dan ketersediaan nutrisi. Menurut Anshar et al.,
(2011), lengas tanah yang rendah dapat menyebabkan penyerapan air dan nutrisi
oleh akar tanaman terhambat dan memengaruhi proses difusi CO2 ke dalam
tanah yang kemudian akan memiliki efek negatif pada kecepatan fotosintesis
tanaman. Pengaruh kadar air yang rendah ditandai dengan pertumbuhan
tanaman yang memiliki daun kecil.
2.2.2 Tanah Memegang Air
Terdapat dua cara tanah dalam memegang air yaitu sebagai selaput tipis dan
sebagai cadangan air yang dilakukan dengan cara menyimpan air di pori-pori
tanah. Tanah memegang air dilakukan dengan cara dalam bentuk penyimpanan
berbentuk selaput tipis pada tanah dalam proses tahapan adsorpsi. Selaput air
menempel pada lapisan luar molekul pada partikel dalam tanah. Cara kedua
tanah dalam memegang air yaitu menyimpan air dalam pori-pori tanah atau
disebut dengan penyimpanan air kapiler.
Kandungan bahan organik dalam tanah sangat memengaruhi kadar air tanah
ini . Menurut semakin tinggi kadar bahan organik
terkandung di tanah maka semakin tinggi juga kadar air dan partikel air di pori-
pori total tanah berpasir semakin rendah, namun apabila partikel pori-pori
semakin besar maka lalu lintas air dalam tanah semakin efisien. Persentase
volume air pada tanah berpasir sangat kecil sehingga menunjukkan bahwa tanah
memegang kapasitas air rendah. Bahan – bahan organik pada tanah mampu
memperbaiki struktur penyusun tanah dengan menggabungkan partikel tanah
membentuk agregat padat dan tanah bersarang, sehingga dapat menyerap air
lebih cepat dan tanah memiliki daya hantar hidrolisis yang lebih tinggi. Menurut
Asmaranto et al., (2012), tekstur tanah dengan tekstur liat memiliki nilai berat
yang lebih kecil sedangkan tanah dengan tekstur berpasir memiliki nilai volume
berat tanah yang lebih besar. Tanah berpasir cenderung melewatkan air lebih
cepat daripada tanah berbasis lempung sebab kandungan pori besar yang
dominan di tanah berpasir. Secara umum, semakin besar porositas tanah maka
semakin besar pula konduktivitas hidrolisisnya.
2.2.3 Tensi Air Tanah
Salah satu sumber air bersih yang dapat diminum yaitu air tanah. Kebutuhan
akan air tanah terus meningkat seiring dengan pertambahan penduduk. Menurut
Simaremare (2015), air tanah mempunyai karakteristik tertentu, baik dalam
pergerakannya, rembesan, dan lainnya. Pengambilan air menyebabkan
perubahan dalam tekanan pada pori air. Kondisi akuifer meskipun rumit tapi
dapat diprediksi. Saat curah hujan tinggi atau musim hujan kondisi akuifer
meningkat dan ketika curah hujan rendah atau musim kemarau kandungan air
pada akuifer menurun bahkan tak ada sama sekali.
Potensial air tanah dapat diartikan mudahnya tanaman dapat mengekstrak air
dari tanah tergantung dari tensi air tanah. Tanaman lebih mudah melakukan
ekstraksi air pada kondisi tensi yang rendah. Tensi air mengalami peningkatan
atau akan lebih besar tensi airnya yaitu pada tanah kering.
Kondisi tingkat jenuh, berkisar 0,001 bar tensi air. Satu bar tensi = 14,7 psi (1
atmosfer tekanan). Hal ini membuat tanaman mudah untuk melakukan ekstraksi
air dari suatu tanah jenuh. Kejenuhan air dapat bertahan hanya dalam jangka
waktu sebentar, tanaman hanya mengekstrak air berasal di suatu bagian kecil di
atas kapasitas lapang. Sepertiga tekanan atmosfer atau 0.3 bar diperkirakan
merupakan kondisi kapasitas lapang dan kondisi air dari tanah yang dapat
diambil oleh tanaman. Tanaman mengembangkan potensi atau tensi untuk
mengalirkan air tanah dari tanah ke dalam akar, lalu menyebarkannya pada
semua bagian tanaman dengan mempertimbangkan tensi air atau potensial air di
sel tanaman. Terdapat beberapa bagian dalam potensial air. Salah satu bagian
yang terpenting yaitu potensial osmotik. Potensial osmotik disebabkan
terdapatnya bahan terlarut, misalnya asam amino dan gula dalam sel tanaman.
18 Tanah dan Nutrisi Tanaman
Kualitas tanah yang dimuat perilaku dinamis berbeda dengan perilaku selama
pembebanan statis. Dalam kondisi terisi air, beban dinamis akan memengaruhi
perilaku tekanan air pori dari waktu ke waktu. Kusumawardani et al. (2015),
menyatakan bahwa perubahan nilai tekanan air pori tergantung pada besar
kecilnya beban kerja dan frekuensi beban yang diberikan. Secara teoritis,
perubahan tekanan air pori dalam tanah akan memengaruhi kemampuan tanah
untuk menampung beban. Secara teoritis, hubungan keduanya berbanding
terbalik, jika tekanan air pori dalam tanah meningkat, dapat juga dijelaskan
sebagai penurunan ketahanan tanah terhadap beban.
Tekanan air pori biasanya berasal dari air di dalam pori. Setelah
dipertimbangkan, air tidak digunakan untuk menopang tegangan geser. Sompie
dan Pontororing (2014), menyatakan bahwa tegangan geser sama dengan
jumlah tegangan geser. Telah dipertimbangkan tekanan normal positif untuk
digunakan sebagai tegangan tarik. Air dianggap sebagai suatu bahan isotropik,
sehingga seluruh tekanan pori dianggap sama. Cara membedakan alat pengukur
tekanan air pori dengan suatu faktor volume yang besar. Dalam pemakaian alat,
saat ada pembangunan bendungan tanah harus dipikirkan kondisinya agar tetap
aman. Menurut Ziliwu (2001), kurva tekanan air pori pada tiap tempat yang
terukur secara asimtotik mendekati nilai yang sama. Hal ini menunjukkan dalam
tubuh terjadi tekanan air pori sisa.
2.3 Penggunaan Air oleh Tanaman
Evapotranspirasi merupakan siklus yang terdapat pada siklus air dan memegang
peran penting bagi tanaman. Dalam Wang et al. (2012) menerangkan
evapotranspirasi yaitu berubahnya wujud air menjadi gas atau uap yang
bergerak ke atmosfer dari bidang penguapannya.
Kebutuhan air tanaman dapat diartikan jumlah atau tinggi air yang diperlukan
tanaman di suatu area luas guna memenuhi kandungan air yang hilang melalui
evapotranspirasi Perhitungan evapotranspirasi digunakan dalam penentuan
besarnya tingkat konsumsi air oleh tanaman, dan analisis ketersediaan air atau
perkiraan jumlah air di suatu area pada jumlah tertentu serta pada waktu tertentu
pula. Selain itu digunakan juga untuk menentukan kapasitas pompa guna irigasi,
air yang dialirkan melalui saluran irigasi, dan kapasitas waduk.
2.3.1 Kebutuhan Air Tanaman
Kebutuhan jumlah air untuk irigasi yaitu (liter per detik per hektar) jumlah air
yang diperlukan untuk sawah dengan suatu jenis tanaman tertentu dan pada
tahap pertumbuhan tertentu. Dalam penyediaan dan upaya pengaturan air dalam
menunjang kegiatan pertanian merupakan pengertian irigasi. Ada tiga jenis
irigasi yaitu irigasi permukaan dan irigasi bawah tanah serta irigasi pompa. Pada
Juhana et al. (2015), menyatakan pengairan bertujuan untuk penyiraman secara
teratur didasarkan pada kebutuhan tanaman di saat suplai air tanah tak
mencukupi dalam proses pertumbuhan tanaman, agar tanaman dapat tumbuh
baik. Perencanaan irigasi sangat cocok untuk meningkatkan hasil panen. Dalam
menentukan kebutuhan air untuk irigasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di
antaranya sumber air yang ada pada irigasi, keadaan profil tanah dan tanaman,
dan curah hujan efektif di daerah tertentu. Perhitungan dilakukan pada interval
10 harian (dekade).
Kebutuhan air tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu topografi,
hidrologi, klimatologi, dan tekstur. Ketinggian tempat atau topografi dapat juga
berpengaruh pada kebutuhan air suatu tanaman. Pada topografi dengan
kemiringan curam, air yang dibutuhkan jauh lebih banyak jika dibandingkan
dengan topografi lahan datar. Hal ini sebab pada lahan atau topografi miring air
mengalir lebih cepat menjadi aliran permukaan dan hanya sedikit yang
mengalami infiltrasi. Bisa dikatakan bahwa pada lahan miring terjadi kehilangan
air jauh lebih besar dibanding lahan datar. Hidrologi, jumlah turunnya hujan
berpengaruh juga terhadap kebutuhan air pada tanaman. Semakin tinggi curah
hujan, semakin rendah atau sedikit kebutuhan air tanaman. Klimatologi atau
cuaca pada tempat tertentu yang sudah dirata-rata merupakan salah satu syarat
penting untuk pengelolaan pertanian. Pada cuaca buruk banyak tanaman yang
tidak mampu bertahan. Diperlukan penanaman tanaman pada periode atau
musim yang tepat sesuai dengan keadaan tanah, dan memperhatikan cuaca serta
cara pemanfaatannya.
Cuaca dapat dimanfaatkan untuk menentukan laju evaporasi dan radiasi
matahari. Radiasi matahari dipengaruhi oleh jumlah penyinaran. Selain
klimatologi, tekstur tanah memengaruhi kebutuhan air tanaman. Pada pertanian
tanah memiliki tekstur tanah yang baik yaitu tanah yang mudah dalam
pengerjaannya dan subur serta memiliki sifat produktif. Tekstur tanah ini
memperbaiki pori-pori partikel tanah sehingga menjamin sirkulasi air dan udara
dalam tanah, mempermudah akar tanaman tumbuh dan zona sekitar akar
tanaman memiliki kelembaban yang baik serta memiliki kesediaan hara yang
20 Tanah dan Nutrisi Tanaman
dibutuhkan tanaman. Kebutuhan air setiap tanaman berbeda bergantung pada
beberapa faktor. FAO (2012), menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi di
antaranya iklim, waktu tanam, dan ketersediaan air dalam tanah. Tanaman yang
tumbuh di iklim yang panas akan membutuhkan air lebih banyak jika
dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh di iklim yang relatif dingin. Selain
sebab sinar matahari, kelembaban udara dan kecepatan angin juga
berpengaruh. Saat udara kering, kebutuhan air jauh lebih banyak dibandingkan
saat udara tenang.
2.3.2 Kedalaman Akar Tanaman
Fungsi penting akar sebagai salah satu organ tanaman yaitu menjadikan
tanaman tumbuh tegak dan menyerap air, unsur hara berasal dari dalam tanah.
Fungsi lain dari akar yaitu tempat mensintesis hormon pertumbuhan (sitokinin
dan giberelin), selain itu akar juga berperan dalam proses fotosintesis untuk
menjalankan proses produksi karbohidrat dan energi. Umumnya, perakaran
tanaman akan berkembang dan terus tumbuh masuk ke dalam tanah mencari
kandungan air lebih banyak. Tanaman yang memiliki perakaran panjang
mampu mengabsorpsi air dengan lebih baik dibandingkan dengan tanaman
yang memiliki perakaran pendek. Hal ini memberikan efek volume air tanah
yang diambil akar lebih banyak dengan kedalaman atau densitas akar yang
meningkat. Seperti pada ubi jalar, tanaman mampu masuk menembus
kedalaman tanah dengan memanjangkan akarnya untuk mendapatkan air pada
kondisi cekaman kekeringan. Perakaran dengan sistem yang efisien dapat
menaikkan laju pengangkutan jumlah air menuju tajuk, meminimalisir
hilangnya air melalui epidermis, dan melalui proses penggulungan atau
pelipatan daun ubi jalar yaitu mengurangi penyerapan panas Pertumbuhan akar
yang sulit untuk dilakukan monitoring secara visual menjadi suatu kendala
dalam upaya peningkatan absorbsi air oleh akar.
Keadaan fisik tanah memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan akar.
Pemadatan tanah akibat kegiatan eksploitasi dapat mengubah pori-pori dan
struktur tanah, yang bisa berdampak pada perubahaan kandungan air tanah. Hal
ini disebab kan tanah memiliki peran sebagai tempat atau wadah tumbuh dan
berkembang akar tanaman serta tempat berinteraksi unsur hara dengan tanaman.
Proses pemadatan tanah memengaruhi kandungan air tanah dan juga
berpengaruh terhadap pertumbuhan akar tanaman. Selain pengaruh dari keadaan
fisik tanah, kondisi lingkungan, air, udara, serta cara pengelolaan tanah juga ikut
serta memengaruhi pertumbuhan akar.
O’Toole mengemukakan adanya mekanisme sifat
perakaran dalam hubungannya dengan ketahanan terhadap kekeringan,
dijabarkan dalam tiga poin antara lain; 1) kondisi perakaran dalam dan padat
memiliki pengaruh terhadap serapan air dengan besarnya penampungan air
tanah, 2) penetrasi akar yang besar di lapisan tanah keras mampu menaikkan
serapan air di kondisi penampungan air tanah, 3) Adaptasi tegangan osmosis
akar dapat menaikkan kandungan ketersediaan air tanah untuk tanaman di
kondisi kekurangan air.
Menurut Hartati (2008), kedalaman perakaran yang efektif di tanah pada bawah
tegakan sengon, mangium, dan leda termasuk ke dalam golongan sangat
dangkal (berkisar kurang dari 25 cm), sedangkan untuk hutan alam kedalaman
efektifnya juga termasuk kategori dangkal yakni kisaran 50-25cm. Perakaran
efektif tanah yang dangkal dapat diakibatkan kandungan adanya liat yang tinggi
(lebih dari 30%) sehingga mengakibatkan tanah jadi padat dan sukar untuk
ditembus oleh akar tanaman.
2.3.3 Kualitas tanah dan Air
Tanah dan air yaitu faktor penting bagi kehidupan tanaman. Keduanya
memiliki peran yang vital bagi tumbuh kembang tanaman. Fungsi tanah secara
umum yaitu sebagai media tumbuh atau penunjang keberlangsungan hidup
tanaman. Sedangkan air lebih terkait pada fungsi pendukung selama proses
pertumbuhan tanaman, di samping unsur-unsur penting dalam tanah. Peran
penting tanah yaitu tanah sebagai faktor produksi yakni sebagai tempat tumbuh
dan tempat tersedia sebagian besar unsur hara bagi tanaman. Selain itu, tanah
juga berperan menjaga kualitas lingkungan melalui kemampuannya dalam
menyaring bahan pencemar terkait dengan kemurnian sumber air, tempat
pengontrol lepasnya air ke badan air seperti sungai dan danau, serta tempat
penyimpanan karbon dalam mengurangi emisi gas rumah kaca
Kapasitas tanah pada suatu lahan untuk penyediaan fungsi yang diperlukan
manusia dan atau ekosistem alami pada jangka waktu yang cukup panjang
merupakan pengertian dari kualitas tanah. Pada fungsi ini merupakan
kemampuan untuk mempertahankan pertumbuhan dan produktivitas makhluk
hidup, mempertahankan kualitas lingkungan, dalam hal ini mempertahankan
kualitas air dan udara. Kualitas tanah dapat diukur menggunakan beberapa
indikator, hasil pengukuran indikator kualitas tanah yaitu indeks kualitas tanah.
22 Tanah dan Nutrisi Tanaman
Sehingga didapatkan pengertian indeks kualitas tanah yaitu indeks angka hasil
perhitungan berdasarkan nilai dan bobot dari setiap indikator. Dalam Partoyo
(2005), beberapa indikator kualitas tanah merupakan hasil pilihan dari sifat-sifat
yang menunjukkan kapasitas fungsi tanah ini .
Pada kualitas tanah yang baik memiliki kondisi gambaran tanah dengan sifat
fisik,kimia dan biologi tanah yang baik. Sifat fisik tanah berpengaruh terhadap
sifat biologi dan sifat kimia tanah. Hal ini dibahas secara mendalam pada Bab 1
buku ini. Sifat fisik tanah berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Fungsi pertama tanah yaitu tempat tumbuh, merupakan media akar
mencari ruang melakukan penetrasi baik secara vertikal maupun horizontal.
Proses mudahnya tanah dipenetrasi oleh akar tanaman dipengaruhi oleh pori-
pori ruang partikel tanah, antara lain struktur penyusun tanah, tekstur tanah dan
berat volume tanah, serta berat jenis tanah. Kemudahan air bersirkulasi dengan
udara atau drainase dan aerasi tanah ditentukan oleh kerapatan porositas. Dalam
hal ini mengindikasikan bahwa dalam menentukan indeks angka kualitas tanah
perlu diketahui sifat fisik tanah ini pada suatu budidaya tanaman
Indikator lain dalam penentuan kualitas tanah yaitu mengetahui pH tanah,
kandungan nutrisi dan hara yang terkandung dalam tanah merupakan indikator
kimia. Indikator kimia merupakan faktor yang cukup penting pada pengukuran
kualitas tanah. Hal ini disebabkan merupakan kunci produksi dan pertumbuhan
tanaman serta mikroorganisme yang ada di tanah. Selain indikator sifat fisik dan
kimia tanah, adapun indikator lain yang penting dalam mengukur kualitas tanah,
yaitu indikator biologi tanah. Adapun yang termasuk dalam indikator biologi
tanah yaitu temperatur tanah, proses transpirasi – proses respirasi dalam tanah,
C/N rasio atau kemampuan tanah dalam melakukan penguraian bahan organik
berubah jadi hara nutrisi tanaman dengan bantuan mikroorganisme.
Melihat kompleksitas fungsi dan multi dimensi tanah, maka sistem terkait
pengelolaan tanah harus diperhatikan. Pengelolaan yang kurang bijaksana akan
merusak kondisi tanah atau lahan sehingga memiliki dampak, berkurangnya
kualitas tanah dan menyebabkan penurunan bahkan hilangnya sebagian besar
fungsi tanah ini . Hal ini secara langsung akan menurunkan produktivitas
lahan. Penurunan kualitas tanah dipengaruhi oleh perubahan sifat fisik, kimia
dan biologi tanah. Hal itu dapat disebabkan oleh penggunaan pupuk yang
berlebih, penggunaan pestisida yang tidak sesuai dosis, pembakaran jerami,
intensitas tanam tinggi, serta sistem pengairan yang tidak teratur.
Kualitas air tanah yang dipergunakan sebagai sumber air irigasi sama
pentingnya dengan kesuburan tanah Kelayakan
kualitas air untuk irigasi dapat ditentukan berdasarkan tingkat bahaya salinitas,
toksisitas, dan alkalinitas nya Penilaian kesesuaian kualitas
air irigasi dengan lahan pertanian dapat dilakukan dengan model indeks kualitas
air irigasi yaitu Model IWQI (Irrigation Water Quality Index). Model ini
kemudian dikembangkan berdasarkan parameter daya hantar listrik, nilai rasio
serapan Natrium terkoneksi, konsentrasi kation Natrium, konsentrasi anion
Klorida, dan konsentrasi anion Bikarbonat. Nilai IWQI dapat merefleksikan
bahaya salinitas dan alkalinitas air irigasi terhadap tanah, serta bahaya
toksisitasnya terhadap tanaman budidaya (Siswoyo et al., 2020).
Kualitas air dan tanah bersifat saling mendukung bagi kehidupan ekosistem
terutama pertumbuhan tanaman. Tingginya kualitas air tidak akan bermanfaat
bagi tanaman apabila struktur tanah keras dan tidak mendukung. Hal ini
berkaitan dengan strategi pengolahan air dan tanah bagi pertumbuhan tanaman
khususnya pada tanaman yang dibudidayakan. Pengelolaan air dan tanah
berdampak pada meningkatnya kualitas atau meminimalisir penurunan kualitas
keduanya sehingga pengelolaan yang bijak sangat diperlukan bagi
keberlangsungan hidup makhluk di atasnya.
Tanah jika dipandang dari sudut budidaya tanaman, merupakan tempat tumbuh,
dan tegaknya tanaman, dengan harapan tanah ini dapat memenuhi
kebutuhan hara bagi tanaman. Orang awam sering mengatakan bahwa tanah
yang subur itu mengandung humus, dan tanahnya berwarna coklat hitam, hal ini
didasarkan pengamatan dan pengalamannya. Sehingga perkataan ini
hampir sepenuhnya benar, sebab ada juga tanah yang berwarna coklat ke
hitaman tetapi kurang subur, dan hanya tanaman tertentu saja yang dapat
tumbuh baik, seperti pada tanah gambut. Tanah gambut umumnya memiliki
warna coklat kehitaman, memiliki keasaman yang tinggi (pH rendah). Hasil
pengamatan di lapangan ternyata tanaman nenas memiliki kemampuan adaptasi
yang tinggi sehingga dapat tumbuh dan menghasilkan dengan baik..
Mempelajari tentang bahan organik tanah ada baiknya kita mempelajari atau
mengetahui sedikit tentang jenis- jenis tanah, sebab setiap jengkal tanah tidak
sama kesuburannya. apalagi jika jenis tanah ini telah diusahakan untuk
ditanami dan tanpa memperhatikan kelangsungan dan kesehatan tanah ini ,
maka pastilah akan memiliki tingkat kesuburan yang berbeda dari sebelumnya.
26 Tanah dan Nutrisi Tanaman
Kadar bahan organik di dalam tanah dicerminkan oleh kandungan karbonnya.
Karbon menjadi tolok ukur dalam pengelolaan tanah, bahkan dipercaya bahwa
kandungan bahan organik merupakan ketahanan tanah terhadap kekeringan dan
keberlanjutan suatu produksi tanaman pangan (Bot dan Benites, 2005).
Kandungan organik di dalam tanah dipakai untuk tolok ukur menilai kerusakan
tanah akibat erosi, dengan demikian dapat melihat besarnya kehilangan lapisan
bagian atas yang terkikis. Kecilnya kadar organik pada tanah dapat dilakukan
dengan penambahan Penambahan bahan organik dapat berupa kompos yang
dapat dibuat dari limbah hasil tanaman seperti kulit pisang, kulit kopi, daun-daun
segar atau yang gugur, jerami padi, sekam padi, limbah kacang-kacangan,
limbah jagung atau dengan menambahkan pupuk kandang (sapi, kambing,
bebek, dan lain-lain). Penambahan bahan organik ini biasanya selain menambah
bahan organik tanah juga dapat sedikit meningkatkan pH tanah.Tanah yang
ideal mengandung bahan padat sebesar 50% (terdiri dari 45% mineral dan 5%
bahan organik) dari seluruh volume tanah, terdiri dari udara (gas) 25% serta air
25%. Kondisi tanah seperti ini merupakan lapisan tanah yang sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman.
3.2 Bahan Organik Tanah?
Banyak definisi atau pengertian tentang ini ,. dapat digambarkan secara
sederhana dinyatakan sebagai daun-daun tanaman yang gugur atau binatang
mati. Menurut Stevenson dan Cole, 1999) yaitu semua materi berada di dalam
tanah. Bahan organik secara umum merupakan bahan yang berasal dari jaringan
tanaman maupun hewan yang sudah mati atau yang masih hidup, dan
mengalami perombakan secara terus menerus, sehingga tidak salah ada yang
mendefinisikan bahwa timbunan serasah tanaman yang telah lapuk..
3.3 Sekilas Mengenal Jenis Tanah
Tanah berbeda-beda tingkat kesiapan untuk ditanami,. dinyatakan bahwa bahan
organik tanah memiliki andil dalam menentukan tingkat kesuburan tanah.
Kandungan bahan organik tanah dari suatu jenis tanah tentunya tidak terlepas
dari letak geografis, iklim dan jenis tanaman yang tumbuh di atasnya.
Bab 3 Bahan Organik Tanah 27
Berdasarkan asalnya secara umum tanah terdiri dari tanah organik dan
anorganik atau mineral. Tanah organik merupakan tanah yang berasal dari sisa-
sisa tanaman/tumbuhan yang telah melapuk atau berasal dari organisme yang
telah mati, sedangkan tanah anorganik atau biasa disebut sebagai tanah mineral
yaitu tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan secara kimiawi sebab
adanya air/hujan maupun fisik seperti suhu, sinar matahari dan angin.
Pembentukan tanah gambut menurut Hardjowigeno (1986) merupakan proses
geogenik, yaitu pembentukan tanah yang disebabkan oleh proses deposisi dan
transportasi, sedangkan pembentukan tanah mineral umumnya melalui proses
pedogenik.
3.3.1 Tanah Organik
Tanah gambut merupakan tanah organik. Berdasarkan klasifikasi tanah, gambut
disebut juga tanah organosol,histosols, sebab jenis tanah ini berasal dari sisa-
sisa tumbuhan maupun mikroorganisme yang telah mati yang terbentuk
bertahun tahun. Kedalaman/ ketebalan gambut bervariasi dalam suatu wilayah.
Semakin tebal ketebalan gambut potensi untuk ditanami semakin kecil,
sehingga banyak petani berusaha bertanam pada gambut yang memiliki
ketebalan rendah. Berdasarkan ketebalannya tanah gambut dibagi atas (1)
gambut dangkal dengan ketebalan 0,5 - < 1,0 m, (2) gambut sedang dengan
ketebalan 1 – 3 m dan gambut dalam dengan ketebalan > 3 m
Oleh sebab itu , pemanfaatan gambut untuk pertanian secara umum lebih
problematik sebab memerlukan input yang lebih besar dan model pengelolaan
air yang lebih kompleks serta adanya kemungkinan dampak negatif terhadap
lingkungan. Pertanian di lahan gambut yang dilakukan petani umumnya
dilakukan pada tanah gambut dangkal (0,5 m – 1 m), sebagai contoh untuk
tanaman padi di lahan gambut dilakukan pada gambut dengan kedalaman 0,2 –
0,5 m (Subagyo et al, 1996).
Di Indonesia gambut diperkirakan terjadi jaman nenek moyang kita ribuan
tahun lalu, pembentukannya sangat kecil/tipis setiap tahunnya tidak sampai 1
cm. Apalagi bila suatu wilayah tumbuhan telah terbuka, saat sinar matahari
menyinari ditambah dengan adanya air yang cukup tinggi maka berakibat aliran
permukaan dan dekomposisi lebih cepat dibandingkan dengan laju
pembentukannya.
28 Tanah dan Nutrisi Tanaman
Perbedaan antara tanah gambut dengan tanah mineral di antaranya yaitu : (1)
tingkat kemasaman tanah (2) kandungan hara kesuburannya, (3) mudah terbakar
jika terlalu kering, dan sulit dibasahi kembali (4) bila terdapat beban berat di atas
gambut mudah terbenam, (5) bobot isinya rendah, (6) daya serap terhadap air
yang tinggi, (7) serasah organik dan nilai C yang tinggi,
3.3.2 Tanah Anorganik atau Mineral
Jenis tanah anorganik atau mineral sangat berbeda jauh dengan tanah organik.
Pada bab ini akan diuraikan hanya 2 Jenis tanah saja yang termasuk pada
kelompok tanah mineral ini di antaranya tanah aluvial, dan tanah ultisol yang
mencakup podsolik merah kuning. Tanah aluvial merupakan jenis tanah yang
terjadi sebab endapan lumpur biasanya yang terbawa sebab aliran sungai.
Tanah ini biasanya ditemukan dibagian hilir sebab dibawa dari hulu. Tanah ini
biasanya berwarna coklat hingga kelabu. Karakteristik tanah ini umumnya
cocok untuk pertanian baik pertanian padi maupun palawija seperti jagung,
tembakau dan jenis tanaman lainnya sebab teksturnya yang lembut dan mudah
digarap sehingga tidak perlu membutuhkan kerja yang keras untuk
mencangkulnya. Penyebaran tanah ini di Indonesia Kalimantan, Sumatera,
Sulawesi, Papua dan Jawa.
Tanah Ultisol (Podsolik merah kuning) merupakan tanah yang telah mengalami
pelapukan sempurna, tingkat KB rendah < 35 %, KTK rendah <24 me per 100
g liat), kandungan organiknya rendah, unsur hara rendah dan tanahnya masam.
Menurut beberapa referensi bahwa tanah ultisol ini dianjurkan untuk tidak terus
menerus bertanam tanaman pangan secara monokultur, sebaiknya dilakukan
tumpang sari dengan tanaman yang berumur panjang dan memiliki perakaran
dalam.
Tanah mineral ini dapat ditambahkan dengan mencampurkannya pada tanah
gambut, yang bertujuan untuk mengurangi asam-asam organik yang dihasilkan
selama proses dekomposisi yang bersifat racun bagi tanaman, dapat
menghambat metabolisme tanaman sehingga berakibat penurunan
pertumbuhan tanaman. Kandungan kation polivalen yang ada pada tanah
mineral seperti Fe, Al, Cu dan Zn membentuk ikatan koordinasi dengan ligan
organik membentuk senyawa komplek. Menurut Saragih (1996), kation
polivalen ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan amelioran gambut.
3.4 Peranan Bahan Organik Tanah
Karbon organik dari suatu jenis tanah sebagai cermin kualitas tanah langsung
maupun tidak langsung sehingga dapat tergambarkan besarnya kandungan
bahan organik tanah (Editorial, 2007). Bahan organik tanah memiliki fungsi dan
manfaat yang sangat penting bagi keberlanjutan usaha budidaya tanaman.
Bahan organik tanah akan berpengaruh pada indikator fisik, kimia dan biologi.
Pada tanah yang memiliki kandungan bahan organiknya cukup tinggi akan
tampak tanahnya gembur, bila dipegang tidak lengket. Sehingga jika tanah
ini ditanami, maka akar akan mudah menembusnya hal ini dapat diketahui
dari pengukuran volume akarnya,
Beberapa referensi menyatakan bahwa bahan organik di dalam tanah biasanya
berkisar 2 – 10%, namun walaupun persentase kandungan bahan organik seperti
itu, tetapi peranannya sangatlah penting. Pada tanah anorganik atau mineral
yang bahan organiknya sangat rendah, tanaman tampak mudah layu jika kondisi
lingkungan bersuhu tinggi. Kondisi ini sangat jelas bila penanaman tanaman
dilakukan dalam polibag, hal ini disebabkan oleh air penyiraman yang diberikan
tidak meresap sepenuhnya ke dalam tanah, tetapi air ini akan dipermukaan
sebentar yang kemudian mengalir kebawah melalui lubang yang ada di polibag,
dan tampak permukaan tanah basah, namun dibagian bawahnya kering.
Pengaruh bahan organik pada indikator fisik tampak jika tanah padat dengan
adanya bahan organik, struktur tanah menjadi remah, daya ikat tanah terhadap
air meningkat, sedangkan pengaruhnya kepada sifat kimia yaitu membantu
penyediaan unsur hara pada tanah selama beberapa musim, bahan organik dapat
menyangga pH pada kisaran agak masam, netral dan alkalis. Pengaruh bahan
organik terhadap indikator biologi ini banyak dari kita, maupun petani tidak
menyadarinya bahwa bahan organik ini sangat penting dalam membantu
binatang di dalam tanah seperti cacing tanah maupun mikroorganisme
fungsional, seperti bakteri pelarut fosfat, bakteri pengikat nitrogen dan bakteri
pelarut K dan mikroorganisme fungsional lainnya. Bahan organik di dalam
tanah merupakan sumber energi bagi mikroorganisme untuk berkembang
memperbanyak diri.
Saat ini telah berkembang fungsi dari mikroorganisme fungsional untuk
dijadikan sebagai bio fertilizer dalam membantu menyediakan unsur hari bagi
tanaman. Mikroorganisme ini ada yang hidup bersimbiose maupun tidak
bersimbiose dengan tanaman. Contoh mikroorganisme yang memerlukan
30 Tanah dan Nutrisi Tanaman
simbiose pada tanaman yaitu bakteri rhizobium pada tanaman kacang-
kacangan, mikrooragnisme fungi yangm membutuhkan hidup di dalam akar
tanaman, namun banyak mikroorganisme yang tidak bersimbiose seperti bakteri
Azotobacter, Azosperillium, bakteri dari genus Bacillus, dll.
3.5 Faktor Yang Memengaruhi
Kandungan Bahan Organik Tanah
Kandungan bahan organik di dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor
seperti suhu, tekstur tanah, reaksi tanah, pengelolaan tanah, penambahan bahan
organik.
3.5.1 Suhu
Kecepatan dekomposisi bahan organik dipengaruhi oleh suhu. Iklim tropika
proses pelapukan bisa mencapai sampai 5 kali lebih cepat dibandingkan daerah
subtropik (sedang). Sanchez (1976) menyatakan bahwa kenaikan temperatur
100C terjadi peningkatan pelapukan Temperatur yang tinggi yang diiringi
dengan kelembaban yang tinggi ternyata juga mempercepat proses dekomposisi
bahan organik, secara sederhana dapat dilihat jika kita sedang membuat
kompos. Jika suhunya tinggi sementara kelembaban bahan rendah bahan
kompos tampak seperti terbakar dengan warna putih, sehingga dalam membuat
kompos perlu diperhatikan kadar airnya agar kelembabannya tercapai baik.
3.5.2. Tekstur tanah
Tekstur tanah terdiri liat, pasir dan debu. Di antara ketiga komponen tekstur ini
lihat ternyata memiliki fungsi menghambat proses dekomposisi bahan organik
yang dilakukan oleh mikroorganisme tanah. Dikatakan bahwa bahan organik
cenderung meningkat
3.5.3 Reaksi Tanah
Reaksi tanah yang dimaksud disini yaitu kondisi kemasaman tanah, apakah
masam, netral atau basa akan berpengaruh pada hasil biomassa dan kerja
mikroba tanah. Tanah dengan pH ekstrim terlalu rendah atau tinggi
menghambat mikroorganisme. Fungi bekerja lebih efisien dibandingkan bakteri
walaupun lambat.
3.5.4 Adanya Input Bahan Organik
Bahan yang akan di input ke dalam tanah untuk meningkatkan kualitas tanah
agar dapat memberikan produksi tanaman yang tinggi pada tanah yang rendah
bahan organiknya, Persentase perbandingan antara karbon dengan nitrogen kecil
atau rendah < 25% proses pelapukan akan lebih cepat terjadi, dibandingkan bila
persentase perbandingan ini tinggi. Namun bila tinggi menyebabkan
struktur tanah meningkat, terjadi adanya humus, dan penumpukan materi
organik, dan mendorong perubahan unsur hara dari anorganik menjadi senyawa
organik. Bahan yang sulit dilakukan seperti mengandung serat yang tinggi akan
sulit mengalami penguraian.
3.5.5 Pengolahan Tanah
Pengelolaan tanah yang salah atau tidak memikirkan keberlanjutan usahanya
akan menyebabkan tanah menjadi rusak. Kegiatan pengangkutan sisa tanaman,
pembakaran, merupakan suatu kegiatan merusak, sebab akan menurunkan
bahan organik tanah. Pengolahan tanah yang tidak memperhatikan kondisi
tanah menyebabkan kerusakan pada tanah, terutama pada sifat fisik tanah.
Proses dekomposisi membutuhkan oksigen. Pengolahan tanah dengan
bersamaan dengan membenamkan sisa tanaman yang bersama oksigen tadi,
mempercepat proses penguraian melepaskan CO2 . Pengolahan yang berulang-
ulang yang tidak dibarengi dengan input bersamaan dengan penurunan input
bahan organik ke dalam tanah akan menyebabkan tanah peka dengan erosi dan
mudah terjadi pemadatan.
3.6 Bagaimana Cara Meningkatkan
Bahan Organik Di Dalam Tanah
Kandungan bahan organik di dalam tanah dapat saja menurun, akibat
penggunaan budidaya, namun bahan organik ini dapat diperlambat atau bahkan
dapat dipertahankan dengan baik jika penggunaan lahan dilakukan dengan cara-
cara yang sustainable (berkelanjutan).
32 Tanah dan Nutrisi Tanaman
Masih banyak lahan budidaya yang rusak atau terdegradasi, padahal awal
mulanya tanah ini memiliki kesuburan yang baik, tapi sebab digunakan
terus menerus dari tahun ke tahun dengan cara-cara konvensional tidak
sustainable, seperti pada umumnya petani tidak mengembalikan sisa sisa atau
limbah tanamannya ke dalam lahannya kembali, padahal pengembalian limbah
merupakan tindakan yang dapat meningkatkan produksi tanaman. Petani juga
gemar melakukan pembakaran di lahan hamparan sawahnya, hal ini sebenarnya
hanya meningkatkan pH tanah sementara.
Kondisi yang terdegradasi ini banyak terjadi pada tanah sawah, yang jika musim
kering tampak lahan mengalami pecah-pecah (Gambar 3.1)
Gambar 3.1: Tanah kritis
Lahan seperti pada gambar 3.1 ini yaitu tanah kritis, kekurangan bahan
organik, namun jika bahan organiknya cukup tentulah pada saat kekeringan
tanah masih lembab.
3.6.1 Pemberian Kompos
Kompos merupakan bahan organik yang telah mengalami dekomposisi oleh
mikroorganisme yang mengandung humus sebagai hasil sintesa bahan yang
tahan lapuk dengan senyawa yang berasal dari mikroorganisme. Penggunaan
kompos ini sangat dianjurkan pada tanah yang memiliki kandungan bahan
organik rendah di dalam tanah. Kompos sebaiknya diberikan pada saat C/N ratio
< 20%, sebab jika diberikan saat C/N ratio tinggi artinya bahan organik ini
belum terdekomposisi, dan bila diberikan ke dalam tanah dikhawatirkan
tanaman budidaya yang akan ditanam menjadi mati, sebab mikroorganisme
membutuhkan unsur hara untuk menjadi energinya.
Sumber bahan kompos dapat berupa jerami, limbah kulit pisang, kulit kopi, kulit
kopi, gulma atau berasal dari pemangkasan tanaman legum dan masih banyak
lagi. Sebenarnya dapat digunakan dengan memanfaatkan limbah yang berada di
sekitar kita. Kompos yang ideal merupakan kompos yang sesuai dengan Standar
Nasional Indonesia (SNI). Untuk mendapatkan kompos seperti ini tentulah
kita harus pandai memilih bahan-bahan yang memiliki kualitas yang baik,
artinya bahan-bahan ini mengandung unsur-unsur yang memenuhi kriteria
ini . Dalam membuat kompos bisa diberikan bermacam pupuk kandang
(sapi, kambing, bebek, ayam, walet, puyuh), diharapkan dengan penambahan
pupuk kandang ini pada sumber bahan komposnya dapat menghasilkan
kompos yang berkualitas. Dalam pembuatan kompos dapat dibuat suatu kreasi
yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya pada kompos ini dapat
ditambahkan tricoderma, bakteri fungsional pelarut fosfat, mikoriza, yang
fungsinya selain sebagai sumber bahan organik, juga dapat sebagai biofertilizer.
3.6.2 Peningkatan Pemberian Biomassa
Biomassa dapat berupa serasah, sisa panen, pemangkasan tanaman berupa
hijauan , merupakan sumber bahan organik dalam tanah. Peningkatan biomassa
dilakukan dengan mempertahankan tanaman penutup tanah, juga adanya
pergiliran tanaman. Setiap tanaman dapat digunakan sebagai penutup tanah.
Selama ini tanaman penutup berupa tanaman leguminosa atau kacang-
kacangan, namun hasil pengamatan tanaman rumput-rumputan juga baik
dijadikan tanaman penutup, sebab akarnya cepat berkembang dan berpengaruh
pada struktur tanah.
3.6.3 Penanaman dengan Tanaman Hutan Industri
Tanaman yang ditanam sebaiknya berupa tanaman yang memiliki nilai
ekonomis tinggi, disamping dapat meningkatkan kandungan bahan organik di
dalam tanah. Di antara tanaman yang dapat ditanam Calliandra calothrysus,
yang daunnya mengandung lignin dan polyfenol yang cukup tinggi , sehingga
tidak mudah terdekomposisi. Tanaman lainnya yang dapat dipergunakan yaitu
tanaman gamal. Hasil penelitian Suryawati et al (2004) pemberian serasah
gamal pada tanah mediteran merah dengan dosis 15 ton/ha memberikan hasil
terbaik pada tanaman mentimun.
34 Tanah dan Nutrisi Tanaman
3.6.4 Penggunaan Pupuk Cair Organik
Penggunaan pupuk cair yang dibuat dari limbah seperti limbah ikan, keong Mas,
limbah buah maja ternyata dapat juga meningkatkan kandungan bahan organik
di dalam tanah, walaupun tidak besar peningkatannya , namun bila
dipergunakan terus menerus pada tanah akan meningkatkan bahan organik
tanah, disamping itu penggunaan pupuk organik cair dari limbah ini juga
meningkatkan unsur hara.
Tanah dipenuhi oleh organisme mikroskopis seperti mikroba yang terdiri atas
bakteri, yeast, dan fungi. Lebih dari 95% komposisi organisme di tanah berasal
dari kelompok bakteri tanah yang berada di perakaran tanaman dan berperan
dalam membantu tanaman untuk memperoleh nutrien (Ji et al., 2014). Bakteri
yang berasosiasi dengan tanaman ini memegang peranan penting dalam
membantu dan meningkatkan kesehatan dan pertumbuhan tanaman
Kontribusi dari inokulasi bakteri asosiatif berkorelasi dengan penyerapan unsur
N dari tanah , Inokulasi secara in vivo pada padi dengan
menggunakan 10 jenis bakteri asosiatif, meliputi genus Paenibacillus sp.,
Bacilus sp., Burkholderia sp., Herbaspirillum sp., dan Azhorhizobium sp.,
menunjukkan bahwa inokulasi bakteri mempunyai pengaruh positif yang
signifikan terhadap penyerapan unsur N pada pertumbuhan akar dan tunas
tanaman (Islam et al., 2009). Muleta et al. (2013) melaporkan bakteri pelarut
fosfat yang berasosiasi dengan tanaman kopi (Coffe arabica L.).
36 Tanah dan Nutrisi Tanaman
Dalam perannya, tanaman melakukan asosiasi dengan kelompok bakteri fosfat
dalam melarutkan unsur fosfat yang tidak terlarut di dalam tanah (Khan et al.,
2006). Beberapa genus bakteri seperti Azotobacter, Bacillus, Beijerinckia,
Burkholderia, Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium, Microbacterium,
Pseudomonas, Rhizobium, dan Serratia telah dilaporkan sebagai bakteri yang
berpotensi dalam melarutkan unsur fosfat
4.2 Mikroba Fiksasi Nitrogen
Bakteri fiksasi nitrogen dibagi menjadi dua yaitu bakteri fiksasi nitrogen non
simbiotik dan bakteri fiksasi nitrogen simbiotik. Bakteri fiksasi nitrogen yang
tidak bersimbiosis dengan akar tanaman tidak mampu membentuk bintil akar
sedang bakteri yang bersimbiosis dengan akar tanaman mampu membentuk
bintil akar pada tanaman Leguminosae.
Konversi N2 dari udara menjadi amonia dibantu oleh enzim nitrogenase yang
dikonversi menjadi amonia sangat tergantung pada kondisi fisik, kimiawi dan
biologi tanah. Ketersediaan sumber energi (C-organik) di lingkungan rizosfir
merupakan faktor yang menentukan banyaknya nitrogen yang dihasilkan
(Zuberer dan Silver, 1998). Berikut merupakan beberapa jenis mikroba fiksasi
nitrogen yang biasa ditemukan dalam tanah.
4.2.1 Bakteri Azotobacter sp.
Klasifikasi bakteri Azotobacter sp. menurut Madigan et al. (2005) sebagai
berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Pseudomonadales
Famili : Pseudomanadaceae
Genus : Azotobacter
Spesies : Azotobacter sp.
Gambar 4.1: Morfologi mikroskopis Azotobacter sp., sb: sel berpasangan, st:
sel tunggal
Azotobacter sp. memiliki bentuk sel besar lonjong, berukuran 2 µm, bentuk
morfologi kokoid. Azotobacter sp. mempunyai bentuk sel tunggal, berpasangan
atau bergerombol tidak teratur (Gambar 4.1). Azotobacter sp. merupakan bakteri
heterotrof Gram negatif. Pertumbuhan optimalnya yaitu 20o-30oC dengan pH
sekitar 7,0-7,5. Azotobacter sp. dapat dijumpai pada tanah netral sampai basa,
pada lingkungan perairan dan pada rizosfir tanaman. Bakteri ini mampu tumbuh
pada berbagai macam karbohidrat, alkohol, dan asam organik (Handayanto dan
Hairiah, 2009). Menurut Sutanto (2002), selain mempunyai kemampuan
memfiksasi nitrogen, Azotobacter. sp juga mampu menghasilkan hormon
pertumbuhan tanaman dan antimikroba.
4.2.2 Bakteri Azospirillum sp.
Klasifikasi bakteri Azospirillum sp. menurut Madigan et al. (2005) sebagai
berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alpha Proteobacteria
Ordo : Rhodospirillales
Famili : Rhodospirillaceae
Genus : Azospirillum
Spesies : Azospirillum sp.
38 Tanah dan Nutrisi Tanaman
Gambar 4.2: Morfologi mikroskopis Azospirillum sp., sbk: sel bentuk koma,
f: flagela.
Azospirillum sp. berbentuk vibroid, koma atau batang lurus, beflagela (Gambar
4.2), bersifat aerob, aerob fakultatif, kemoorganotrof (mikroorganisme yang
menggunakan molekul organik sebagai sumber energi), Gram negatif, hidup di
rizosfir. Berukuran sel 0,9-1,2 µ m x 2,1-3,8 µ m, bertepi rata, berelevasi
konveks. Tumbuh baik pada pH neteral pada suhu optimum 34o-37oC (Taqdir,
2008).
Azospirillum sp. termasuk bakteri fiksasi nitrogen non simbiotik yang hidup
bebas di dalam tanah, baik di sekitar maupun dekat dengan perakaran. Eckert et
al. (2001) melaporkan bahwa Azospirillum sp. digunakan sebagai pupuk hayati
sebab mampu memfiksasi nitrogen (N2) 40-80% dari total nitrogen dalam
rotan dan 30% nitrogen dalam tanaman jagung. Akbari et al. (2007) menyatakan
bahwa bakteri ini juga menghasilkan hormon pertumbuhan hingga 285,51
mg/l dari total medium kultur, sehingga dapat meningkatkan pemupukan.
4.2.3 Bakteri Rhizobium sp.
Klasifikasi bakteri Rhizobium sp. menurut Madigan et al. (2005) sebagai
berikut:
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Alpha Proteobacteria
Bab 4 Macam dan Fungsi Mikroba dalam Tanah 39
Ordo : Rhizobiales
Famili : Rhizobiaceae
Genus : Rhizobium
Spesies : Rhizobium sp.
Gambar 4.3: Morfologi mikroskopis Rhizobium sp., sbb: sel bentuk batang,
st: sel tunggal.
Rhizobium sp. mempunyai morfologi sel berbentuk batang berukuran 0,5-0,9
µm x 0,2-0,3 µm, penataan sel dapat tunggal atau berpasangan, bersifat Gram
negatif dan tidak berspora (Gambar 4.3). Sel bakteri ini mengandung poli
B-hidroksi butirat yang berfungsi sebagai cadangan makanan dalam sel. Bakteri
ini hidup secara aerobic dan heterotropik dengan cara memanfaatkan beberapa
macam karbohidrat seperti manitol, glukosa, dan fruktosa sebagai sumber
karbon. Bakteri ini mampu membentuk bintil akar. Bakteri ini berperan dalam
fiksasi N2 bebas, di mana kebutuhan karbon (C) dan energinya diambil dari
tanaman dalam bentuk asam dikarboksilat. Sebaliknya, tanaman inang
memperoleh ammonia dari Rhizobium sp., hubungan ini merupakan simbiosis
mutualisme antara tanaman inang dengan bakteri Rhizobium sp. (Rao, 1994).
40 Tanah dan Nutrisi Tanaman
4.3 Mikroba Pelarut Fosfat
Fosfat merupakan unsur esensial kedua setelah N yang berperan penting dalam
proses pertumbuhan tanaman, serta metabolisme dan proses mikrobiologi tanah
(Widawati dan Suliasih, 2006). Mikroba pelarut Fosfat yaitu mikroba yang
dapat melarutkan fosfat sukar larut menjadi larut, baik yang berasal dari dalam
tanah maupun dari pupuk, sehingga dapat diserap oleh tanaman (Saraswasti dan
Sumarno, 2008). Kemampuan mikroba pelarut fosfat dalam melarutkan unsur
fosfat menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman memiliki peranan penting
bagi pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan hasil pertania



.jpeg)
.jpeg)