• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label pisang 10. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pisang 10. Tampilkan semua postingan

pisang 10














Pisang termasuk komoditas hortikultura yang 
penting di negara kita . Pisang selain mudah didapat 
karena musim panennya berlangsung sepanjang tahun 
juga sangat digemari oleh masyarakat dunia tanpa 
pandang usia , Pisang merupakan produk 
yang cukup perspektif dalam pengembangan sumber 
pangan lokal karena pisang dapat tumbuh di sembarang 
tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia. 
Masyarakat negara kita  telah lama memanfaatkan 
pisang. Masyarakat didaerah itu, saat berkebudayaan 
pengumpul (food gathering), telah memakai  tunas 
dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-
bagian lain dari tanaman pisangpun telah dimanfaatkan 
seperti saat ini. Buah pisang mengandung banyak nutrisi 
seperti kalium dan asam folat yang baik dikonsumsi ibu 
hamil untuk membantu perkembangan janin. Saat 
kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang 
termasuk tanaman pertama yang dipelihara ,
Pisang sebagai salah satu diantara tanaman buah-
buahan memang merupakan tanaman asli negara kita . 
Hampir disetiap perkarangan dan tegalan dijumpai 
tanaman ini. Tanaman pisang ini ada yang ditanam 
rapih dan dirawat dengan baik, ada juga yang ditanam 
asal hidup saja sehingga tidak dapat menghasilkan 
tanaman yang baik. Sebenarnya jika tanaman pisang
dibudidayakan secara komersial, keuntunganya tidak 
kalah dengan tanaman lain mengingat buah ini sudah 
mulai diekspor. Sayangnya banyak hasil buah pisang 
terbuang begitu saja karena banyak yang kurang hati-
hati dalam penanganan pasca panen. Akibatnya 
kerusakan mekanis, fisiologis, dan mikrobiologis pun 
terjadi ,
Standarisasi dalam industri perdagangan 
komoditas hortikultura menghendaki kondisi fisik dan 
fisiologis yang berkualitas. Pisang memiliki potensi 
pasar yang sangat besar dengan areal tanam yang luas, 
namun untuk pengembangan potensi itu  diperlukan 
adanya perbaikan tidak hanya pada sektor budidaya, 
tetapi juga perbaikan penanganan pasca panen yang 
kerap kali diabaikan oleh produsen  ini   memicu  banyak produk pisang 
yang ditolak oleh industri dan masuk ke pasar induk 
dengan harga yang jauh lebih rendah. Selain itu, dengan 
adanya HACCP (hazard analysis critical control point) 
memicu  adanya pengontrolan ketat terhadap 
komoditas ekspor yang dapat mempersulit pemasaran 
pisang. Penanganan prapanen dan pasca panen akan 
menjadi hal yang penting untuk menjaga potensi dan 
keberlanjutan distribusi pisang baik skala lokal hingga 
ekspor. 
Pengembangan agribisnis pisang di negara kita  
ada  faktor-faktor yang menguntungkan di antaranya 
adalah ketersediaan sumber daya tanah (lahan) yang 
masih luas, kesesuaian iklim, potensi tenaga kerja 
(sumber daya manusia) yang berjumlah banyak dan 
peluang pemasaran produk yang masih terbuka luas 
(Rukmana, 1999). Berbagai faktor dapat memicu  
kemerosotan produksi pisang, antara lain budidaya yang 
kurang baik, serta gangguan hama dan penyakit-
penyakit yang ditemukan pada tanaman pisang di 
antaranya penyakit bercak daun (Sigatoka), penyakit 
kerdil pisang (Bunchy top Virus), penyakit pembuluh 
jawa, dan Layu Fusarium (Suhardiman, 2007). 
Perumusan yang perlu dipecahkan pada 
penelitian ini adalah : 1) Apakah penyakit tanaman 
pisang berkembang pada daerah yang berkelembaban 
tinggi dan suhu panas?, 2) Apakah penyebaran penyakit 
tanaman pisang sejalan dengan penyebaran penyakit?, 
3) Apakah intesitas penyakit sejalan dengan kelembaban 
dan tingkat budidaya? 
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui 
jenis-jenis penyakit yang menyerang tanaman pisang 
dan menentukan tingkat serangan penyakit,  mengtahui 
pola penyebaran penyakit tanaman pisang di Kecamatan 
Sumbang, Kabupaten Banyumas,  mengetahui jenis-
jenis pisang yang diserang oleh patogen pemicu  
penyakit. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan 
Sumbang, Kabupaten Banyumas. 
Manfaat pisang yang tinggi ini tidak ditunjang 
dengan kualitas pisang yang beredar di pasaran. ini  
dapat dipicu  oleh terbatasnya input dan sistem 
pertanian yang masih dalam skala kecil (Robinson, 
1996). Faktor lain yang menjadi pemicu  penurunan 
kualitas pisang adalah tingginya tingkat serangan 
penyakit yang akan mempengaruhi kualitas fisik dari 
pisang itu . Saat ini konsumen sudah lebih selektif 
dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi, 
konsumen telah memiliki kesadaraan yang tinggi 
terhadap tingkat kualitas. 
 
Bahan dan Metode 
Kegiatan penelitian dilakukan pada pertanaman 
pisang yang tersebar di banyak desa di Kecamatan 
Sumbang Kabupaten Banyumas yang terletak pada 
ketinggian antara 140 - 600m diatas permukaan laut. 
Kegiatan ini juga dilakukan identifikasi pemicu  
penyakit di Laboratorium Mikroba Simbiotik Tanaman 
(MST) Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan 
negara kita  (LIPI) Cibinong. Kegiatan penelitian itu  
berlangsung pada bulan Desember 2014 sampai dengan 
Maret 2015. 
Bahan  yang dipakai  dalam penelitian ini 
yaitu larutan  media PDA dan NA. Alat-alat yang 
dipakai  dalam penelitian ini yaitu alat tulis, altimeter 
(alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari 
permukaan laut), termohigrometer(alat yang dipakai  
untuk mengukur suhu dan kelembaban), luxmeter (alat 
yang dipakai  untuk mengukur intensitas cahaya atau 
tingkat pencahayaan), kamera, cawan patri, autoklaf 
(alat untuk mensterilisasi suatu benda), jarum ose (alat 
untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu 
mikrobia ke media yang akan dipakai  kembali), 
mikroskop (alat yang dipakai  untuk melihat benda-
benda yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena 
ukurannya terlalu kecil),  kantong plastik, tas kerja, 
pisau dan parang. 
Penelitian ini memakai  metode survei 
(purposive sampling) dengan tahapan kegiatan 
penelitian secara garis besar adalah sebagai berikut ini : 
1. Tahap Persiapan 
Persiapan yang dilakukan meliputi perijinan 
pelaksanaan, penyusunan perencanaan penelitian, 
pengumpulan peta yang dibutuhkan, alat dan bahan 
yang dipakai  untuk survey lapangan, alat dan bahan 
untuk analisis sampel penyakit tanaman di 
Laboraturium Mikroba Simbiotik Tanaman (MST) 
Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan negara kita  
(LIPI) Cibinong. Tahapan ini juga dilakukan orientasi 
lapang untuk mengetahui gambaran atau deskripsi 
secara umum daerah penelitian dan pengumpulan 
literatur maupun data statistik yang terkait dengan 
daerah penelitian. 

2. Survey Lapangan 
Survey lapangan dimaksudkan untuk mengetahui 
kondisi lapangan secara aktual pada daerah penelitian, 
pengambilan data dengan cara memilih area yang sesuai 
kriteria (20 rumpun). Tanaman pisang  diamati  sesuai 
dengan gejala penyakit yang ada  pada buku dan 
literatur.  
Sampel diambil, ini  dilakukan  untuk 
selanjutnya diidentifikasi di Laboraturium Mikroba 
Simbiotik Tanaman (MST) Bioteknologi, Lembaga 
Ilmu Pengetahuan negara kita  (LIPI) Cibinong. 
 
3. Identifikasi Patogen pemicu  Penyakit 
Identifikasi patogen pemicu  penyakit 
dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisik dengan 
melihat literatur, dan juga dengan cara identifikasi 
pengamatan memakai  mikroskop. 
 
4.  Pembuatan peta serangan penyakit 
Pembuatan peta serangan penyakit berdasarkan 
pengolahan data dan analisis pada lokasi Kecamatan 
Sumbang Kabupaten Banyumas. 
 
5.  Pencarian data pendukung 
a. Wawancara petani 
Wawancara dengan petani dilakukan pada saat 
pengamatan di lapang untuk mendapat informasi 
tentang keadaan di lapang. 
b. Pencarian data tambahan 
 
Data tambahan diperoleh dari Kantor Kecamatan 
dan Balai Penyuluhan Pertanian Sumbang. 
Rancangan percobaan yang dipakai  adalah 
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 
dengan 2 faktor masing-masing 3 perlakuan dan 3 kali 
ulangan.  
Variabel yang diamati :  
1. Penyakit pada tanaman pisang. 
2. Gejala yang dipicu  oleh penyakit. 
3. Intensitas penyakit pada tanaman pisang. 
4. Data pendukung (ketinggian, suhu) 
Data yang dihitung presentase banyaknya 
penyakit untuk melihat tingkat kerusakan pada 
pertanaman pisang, secara manual memakai  
Microsoft Excel. Kilmaskossu dalam Pribadi (2010) 
yaitu: 
 
I =  (∑(Ni.Vi))/(N.V)  X  100 % 
Keterangan:  
I    = Tingkat kerusakan per tanaman 
Ni  = Jumlah tanaman dengan skor ke-i 
Vi  = Nilai skor serangan penyakit 
N   = Jumlah tanaman yang diamati 
V   = Skor tertinggi tanaman yang diamati 
 
Dengan nilai skoring yang dipakai  dan 
klasifikasi tingkat serangan sebagai berikut : 
 
Tabel 1. Klasifikasi tingkat serangan Penyakit Bercak 
Daun 
Skor Tingkat 
Serangan 
Keterangan 
0 0 Tidak Terserang 
1 >1-30 % Ringan 
2 >31-70 % Sedang 
3 >70 % Berat 
 
Tabel 2. Klasifikasi tingkat serangan Penyakit Layu 
Fusarium 
Skor Tingkat 
Serangan 
Keterangan 
0 0    Tidak Terserang 
1 >0 Terserang 
 
 
Hasil dan Pembahasan 
 
Kondisi Umum Pelaksanaan Penelitian  
Kecamatan Sumbang merupakan salah satu 
bagian wilayah Kabupaten Banyumas. Secara geografis 
daerah itu  terletak diantara 109o12’53,55” sampai 
109o18’24,3” Bujur Timur dan 7o14’13,83” sampai 
7o24’7,29” Lintang Selatan. Kecamatan Sumbang 
terletak pada ketinggian antara 140 - 600 m dpl. Batas 
wilayah penelitian adalah sebagai berikut: 
1. Sebelah utara: Kecamatan Purbalingga 
2. Sebelah Selatan: Kecamatan Kembaran 
3. Sebelah Timur: Kecamatan Purbalingga 
4. Sebelah Barat: Kecamatan Baturaden dan 
Purwokerto Utara 
Kecamatan Sumbang terdiri dari 19 desa, yaitu: 
Desa Karanggintung, Tambaksogra, Karangcegak, 
Karangturi, Silado, Susukan, Sumbang, Kebanggan, 
Kawungcarang, Datar, Banjarsari Kulon, Banjarsarari 
Wetan, Banteran, Ciberem, Sikapat, Gandatapa, 
Kotayasa, Limpakuwus, dan Kedungmalang. 
Wilayah Kecamatan Sumbang termasuk sebagai 
daerah dengan ketinggian tempat sedang dan tanah 
asosiasi latosol coklat dan regosol merah coklat. Secara 
umum, jenis tanah latosol dan regosol merupakan tanah 
yang gembur. Tanah ini, air dan sinar matahari dapat 
masuk ke dalam lapisan tanah dengan mudah, sehingga 
dapat mengurangi adanya serangan hama dan pemicu  
penyakit di dalam tanah (Darmawijaya, 1997). Luas 
kecamatan menurut desa dan penggunaan tanah 
Kecamatan Sumbang tersaji pada tabel 3. 
 
Budidaya Tanaman Pisang di Kecamatan Sumbang 
Tanaman pisang biasanya  ditanam di 
pekarangan dan ladang, sangat jarang petani menanam 
pisang di kebun secara khusus. ini  dikarenakan 
pisang bukan tanaman utama. Banyaknya tanaman 
pisang tergantung pada luas lahan sedang  jenis 
pisang yang ditanam sesuai dengan kebutuhan hidup 
masyarakat. Ada jenis pisang yang khusus diambil 
daunnya yaitu pisang Klutuk. Daun itu  biasanya 
dipakai  untuk membungkus makanan. Jenis pisang 
lainnya adalah pisang rebus seperti Pisang Kepok dan 
Raja Bandung. Jenis pisang lainnya adalah pisang meja 
seperti Ambon dan Pisang Mas.  
Pengolahan tanah untuk persiapan penanaman  
biasanya dengan membuat lubang-lubang untuk 
menanam bibit. Jarak tanam antara satu lubang dengan 
lubang lainnya tidak teratur, pada setiap lubang ditanam 
satu bibit pisang. Bibit pisang diperoleh dari anakan 
pisang milik petani sendiri yang ditanam sebelumnya. 

Petani kurang memperhatikan penjarangan tanaman, 
sehingga pada satu rumpun ada  4-5 anakan. 
Pemupukan yang dilakukan oleh petani biasanya 
memakai  pupuk kandang atau kompos dan pupuk 
urea. Pupuk kandang atau kompos dipakai  sebagai 
pupuk dasar, sedang  pupuk urea dipakai  setiap 6 
bulan sekali. Pupuk kompos yang diberikan pada setiap 
tanaman sebanyak 20 kg. 
Beberapa petani melakukan penyiangan gulma 
pada areal pertanamannya, sedang  sebagian besar 
lainnya tidak melakukan. Penyiangan biasanya  
dilakukan dengan tangan, yaitu pada saat populasi 
gulma sudah tinggi. 
Pemanenan pisang dilakukan pada saat tanaman 
sudah berumur kira-kira 12 bulan. Hasil panen pisang 
biasanya dikonsumsi sendiri oleh petani, walaupun ada 
yang menjualnya ke pasar atau pengepul. 
Berdasarkan keterangan petani dan pengamatan 
di lapang, biasanya  mereka kurang memperhatikan 
serangan patogen maupun serangan penyakit. Penyakit 
pada tanaman pisang yang banyak menimbulkan 
masalah adalah Layu Fusarium. 
 
Jenis Penyakit pada Tanaman Pisang 
Jenis penyakit yang menyerang tanaman pisang di 
Kecamatan Sumbang adalah Penyakit Bercak Daun 
(Sigatoka) dan Layu Fusarium(Panama). 
1. Penyakit Bercak Daun (Sigatoka). 
Penyakit ini dicirikan dengan gejala garis kuning 
pucat atau kehijauan pada daun sepanjang paralel 
dengan tulang daun. Gejala ini meluas menjadi bercak 
berwarna cokelat atau hitam. Helaian daun yang 
terserang penyakit ini akan mati. 
 
Gambar 1. Daun terserang penyakit Sigatoka 
Penyakit bercak daun dipicu  oleh 
Cercospora musae. Karena penyakit ini memicu  
penyakit bercak daun maka disebut cercospora leaf 
spot. Penyakit ini disebut juga penyakit Sigatoka karena 
pertama kali ditemukan di wilayah Sigatoka, Jepang. 
Serangan ini makin hebat pada cuaca yang lembab dan 
bersuhu 23˚C-28˚C 
 
Gambar 2. Koloni jamur Cercospora musae. 
 
 
Gambar 3. Spora jamur Cercospora musae. 
 
2. Layu Fusarium (Panama). 
Penyakit ini ditandai dengan gejala tanaman 
terlihat layu dan menguning. pada pangkal daun 
ada  bintik-bintik atau garis-garis kuning. Tepi 
bawah daun berwarna kuning tua, lalu cokelat, dan 
akhirnya mengering dan rapuh. Selanjutnya pelepah 
daun patah dan batang palsu terkadang terbelah. Jika 
batang palsu dan bonggol dibelah, maka akan tampak 
adanya garis-garis coklat atau hitam (disajikan pada 
gambar 4). 
 
 
Gambar 4. Tanaman pisang yang terserang Layu 
Fusarium. 
pemicu  penyakit layu Fusarium ini adalah 
Fusarium oxysporum Schlech Fsp. cubense. Penyakit ini 
akan dapat bertahan lama jika kondisi tanah kering dan 

 
Jurnal Agrowiralodra | 13  
 
mudah menyerang melalui bahan bibit tanaman, 
pengairan, serasah, tanah bekas infeksi, serta angin 

 
 
Gambar  5. Koloni jamur Fusarium oxysporum 
 
 
Gambar  6. Spora jamur Fusarium oxysporum 
 
Intensitas Serangan Penyakit pada Tanaman Pisang 
1. Penyakit Sigatoka 
Intensitas serangan penyakit Sigatoka ada  
pada semua Desa dengan bervariasi. Intensitas itu  
di golongkan menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang 
dan berat. 
Menurut peta intensitas serangan penyakit 
tanaman pisang Sigatoka di Kecamatan Sumbang 
Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa ada  tiga 
kelas serangan penyakit yang membagi 19 nomor desa 
kemudian ditandai dengan warna, yaitu warna hijau 
untuk kelas ringan, warna kuning untuk kelas sedang, 
warna merah untuk kelas berat.  
Untuk kelas ringan ada  pada desa Ciberem, 
Kebanggan, Karangcegak, Kotayasa, Silado dan 
Susukan (ada  pada nomor 4, 7, 8, 13, 16, dan 18) 
Untuk kelas sedang ada  pada desa Banjasari 
Kulon, Banjasari Wetan, Banteran, Datar, Gandatapa, 
Karanggintung, Karangturi, Kawung Carang, Kedung 
Malang, Sikapat, Sumbang dan Tambaksogra (ada  
pada nomor 1, 2, 3, 5, 6. 9, 10, 11, 12, 15, 17, dan 19), 
di Kecamatan Sumbang, tampak jelas rata-rata yang 
terserang penyakit Sigatoka pada daun ke 3 dan 4 dari 
pucuk ada  bintik- bintik memanjang, berwarna 
kuning pucat dengan ukuran 1-2 mm atau lebih. 
Penyakit Sigatoka tidak mematikan tanaman, tetapi 
membuat daun jadi cepat kering dan mengganggu 
proses pengisian buah dan pembentukan anakan. 
Banyak faktor yang memicu  penyakit ini 
mudah tersebar di antaranya faktor bibit, angin, pupuk, 
udara juga curah hujan yang membawa penyakit-
penyakit dari satu pertanaman ke pertanaman yang 
lainnya. 
 
 
Gambar 7. Intensitas serangan penyakit Sigatoka. 
 
2. Layu Fusarium 
Intensitas serangan penyakit pada pertanaman 
pisang di Kecamatan Sumbang disajikan pada (Gambar 
8).  

 

 
 
Gambar 8. Intensitas serangan penyakit Layu Fusarium. 
 
Menurut peta intensitas serangan penyakit Layu 
Fusarium di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas 
menunjukkan bahwa semua terserang penyakit itu . 
Kelas serangan  ringan ada  pada Desa 
Kawungcarang dan Limpakuwus. Kelas serangan 
sedang ada  Desa Banjarsari Kulon, Desa Ciberem, 
Desa Gandatapa, Desa Kotayasa. Kelas berat ada  
desa Banjarsari Wetan, Banteran, Datar, Kebanggan, 
Karangcegak, Karanggintung, Karangturi, 
Kedungmalam, Sikapat, Silado, Sumbang, Susukan, dan 
Tambaksogra. 
Penyakit fusarium atau lebih dikenal sebagai 
penyakit panama merupakan penyakit penting yang 
menyerang tanaman pisang bahkan termasuk penyakit 
yang paling merugikan di daerah Sumbang. 
ini  sesuai dengan pernyataan , Layu Fusarium tanaman pisang dipicu  oleh 
Fusarium oxysporum, yang dicatat dalam sejarah 
pertanian dicatat bahwa penyakit tanaman yang 
dipicu  oleh jamur ini diakui sebagai salah satu 
penyakit tanaman yang sangat tersebar luas dan bersifat 
merusak. 
Para petani di Kecamatan Sumbang Kabupaten 
Banyumas mengeluhkan adanya penyakit yang 
menyerang pohon pisang. Beberapa keluhan para petani 
di antaranya adalah  pohon pisang layu sesudah  ditanam, 
buah menjadi keras dan tak bisa dikonsumsi. Ciri- ciri di 
lapangan menunjukkan adanya bahwa daun yang paling 
tua pelepahnya patah, daun utama/yang paling muda 
layu, Batang pisang pecah-pecah, dan bonggol/akar 
menghitam. ini  sesuai dengan Semangun (2004), 
Gejala serangan jamur Fusarium oxysporum pada 
tanaman pisang terlihat pada tepi daun-daun bawah 
menjadi berubah warna kuning tua, yang lalu menjadi 
cokelat dan mengering. Tangkai daun patah di sekeliling 
batang. Gejala dalam yang dimiliki jamur ini adalah jika 
pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis 
cokelat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang 
keatas memlaui jaringan pembuluh kepangkal daun dan 
tangkai. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada 
Dataran rendah dengan suhu 24-300 C. 
 

1. Jenis penyakit yang menyerang pada pertanaman 
pisang di Kecamatan Sumbang adalah layu 
Fusarium dan Sigatoka. 
2. Penyakit layu Fusarium tersebar luas di seluruh desa 
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas, Jawa 
Tengah. sedang  penyakit Sigatoka tingkat 
serangan penyakit bervariasi. Intensitas penyakit 
Sigatoka tertinggi ada  di Desa Sikapat. 
 

 
Pisang merupakan salah satu komoditas 
pertanian yang sangat digemari warga , 
dan menjadi salah satu  komoditas tanaman 
buah yang mulai dikebunkan selain 
mangga, durian, rambutan, manggis, jeruk,  
nenas dan pepaya. Tanaman  pisang (Musa 
spp) telah diproklamirkan sejak sebelum 
masehi (SM). Nama Musa diambil dari 
nama seorang dokter bernama Antonius 
Musa pada  zaman Kaisar Romawi 
Octavianus Augustus (63 SM – 14 M), 
beliau selalu menganjurkan pada kaisarnya 
untuk makan pisang setiap harinya agar 
tetap kuat, sehat, dan segar ,Tanaman pisang dapat 
dikatakan sebagai tanaman serbaguna, 
mulai dari akar, batang (bonggol), batang 
semu (pelepah), daun, bunga, buah sampai 
kulitnyapun  dapat dimanfaatkan  untuk 
berbagai keperluan.  Buah pisang  kaya 
akan sumber vitamin dan karbohidrat serta 
sangat digemari orang sebab  enak dimakan 
baik sebagai buah meja atau melalui 
pengolahan terlebih dahulu.  Di Indonesia,  
pisang masih biasa ditanam oleh 
warga  sebagai tanaman pekarangan 
ataupun  perkebunan  dalam skala kecil, 
pemeliharaan serta pemanfaatannyapun 
kurang maksimal. Untuk itu perlu ada suatu 
pendekatan khusus, agar tanaman pisang 
dikenal manfaatnya secara luas oleh 
warga  
Pengalian pemanfaat suatu tumbuhan 
dalam kehidupan sehari hari merupakan 
suatu ilmu botani yang lazim dikenal 
dengan Etnobotani. Etnobotani bagian dari 
etnoekologi yang memprioritaskan 
tumbuhan dalam bidang kajiannya (Martin, 
1995). Menurut Tamin dan Arbain (1995), 
ilmu etnobotani berkisar pada pemanfaatan 
Ka na: Pisang Buah (Musa Spp):  Keragaman  Dan Etnobotaninya Pada  warga   
Di Desa hutan larangan   Kecamatan todanan  Kabupaten blora  Tengah                         
tumbuhan untuk kemaslahatan orang 
sekitarnya, pada aplikasinya mampu 
meningkatkan daya hidup manusia. Diskusi 
bersama dengan masayarakat bisa 
memunculkan kembali nilai-nilai lama yang 
pernah didapatkan dari tanaman ini . 
Menurut Widjaya (2001) etnobotani 
berawal dari keinginan untuk melestarikan 
warisan budaya tentang pengetahuan 
warga  pada dunia tumbuhan dan 
hubungan manusia dengan tumbuhannya.  
Hubungan Manusia dan tumbuhan  sangat 
erat kaitannya dalam kehidupan , dan ini 
telah diatur oleh Allah SWT dalam surah 
―ABASA‖ ayat 27-23, yang artinya: lalu 
disana Kami tumbuhkan bijian-bijian dan 
anggur dan sayur-sayuran dan zaitu dan 
pohon korma dan kebun kebun yang 
rindang dan buah-buhan serta rerumputan 
(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk 
hewan ternakmu.  
Pengkajian terhadap manfaat jenis- jenis 
pisang telah dilakukan didaerah Jawa Timur 
didapatkan hasil yang sangat bervariasi. 
Hampir semua bagian tanaman dapat 
dipakai  baik sebagai pangan maupun 
kearifan budaya lokal. Hasil penelitian 
Djoth, D(2001)  pada suku Karon di Papua, 
pisang merupakan makanan pokok yang 
mereka sebut Weu  
Kota blora  merupakan salah satu 
sentra produksi pisang yang potensial di 
Indonesia , namun 
sampai saat ini data serta informasi ilmiah 
mengenai jenis-jenis pisang dan 
pemanfaatannya secara keseluruhan di 
Provinsi blora  masih belum lengkap. 
Desa   hutan larangan ,adalah desa dengan 
warga  yang biasanya  bersuku Jawa. 
Suku Jawa biasanya dikenal dengan 
kearifannya terhadap pemanfaatan  
tumbuhan yang beranekaragama. Selain itu  
desa hutan larangan merupakan salah satu 
pemasok pisang yang dijual dipasar kota 
blora , informasi tentang jenis-jenis 
pisang dan pemanfaatanya di desa ini belum 
diketahui secara pasti.  
berdasar  latar belakang ini , 
maka perlu dilakukan penelitian tentang 
ragam dan etnobotani pisang buah Desa   
hutan larangan   Kec. todanan  Kab. 
blora  Tengah, yang bertujuan  untuk 
melengkapi data dan informasi tentang 
keberagamanan pisang propinsi blora  
serta untuk mengetahui manfaatnya   
sebagai upaya untuk  meningkatkan 
pengembangan dan pengetahuan mengenai 
jenis dan pemanfaatan tanaman  pisang 
buah. Informasi dasar mengenai 
keberagaman jenisnya juga masih sangat 
diperlukan untuk kajian pengkayaan sumber 
daya genetik pisang kedepannya. 
Penelitian ini dilakukan di Desa   
hutan larangan  Kecamatan todanan  
Kabupaten blora  Tengah Provinsi 
blora , November 2012 – Februari   
2013.penelitian deskriptif dengan metode 
eksplorasi, observasi, wawancara.  
Responden  37 orang (10%) yang terdiri 
dari : pembudidaya tanaman pisang, 
pengrajin/pembuat/pengolah pisang, yang 
memanfaatkan pisang secara umum. 
Pengamatan:karakter ekologi desa(suhu 
udara/tanah,pH tanah),Morfologi pisang. 
Hasil pengamatan  dideskripsikan dan 
diidentifikasi  sesuai dengan buku-buku 
acuan. Data dianalisis secara deskriptif. 

Keadaan Umum Lokasi Penelitian 
Desa hutan larangan merupakan salah satu 
desa di Kecamatan todanan  
Kabupaten blora  Tengah.. Penduduk 
desa hutan larangan berasal dari dari Pulau 
Jawa (transmigrasi)  pada bulan Maret 
tahun 1973. Mayoritas penduduk adalah 
petani yang memiliki cita-cita menjadikan 
desa yang berswasembada pangan. Luas 
wilayah Desa hutan larangan yaitu ± 565 Ha 
dengan areal persawahann paling luas 
diantara areal lainnya yaitu sebanyak  317  
Ha. Ketinggian 0 - 15 m di atas permukaan 
laut (dpl).  Suhu udara di Desa hutan larangan 
berkisar antara 270C - 330C dengan curah 
hujan 2000-3000 mm/tahun,  suhu tanah 
berkisar antara 290C-310C  serta pH tanah 
berkisar antara 6–6,5 
Keadaan ekologi ini memenuhi syarat 
untuk pertumbuhan pisang. Pisang akan 
tumbuh dengan baik pada tanah-tanah 
dengan derajat keasaman antara pH 6,0 – 
7,5 
 
Jenis-Jenis Pisang Buah di Desa   
hutan larangan  
Dari hasil penelitian jenis-jenis pisang 
yang telah dilakukan,  ditemukannya 6 jenis 
pisang buah seperti pada Tabel 1. 
Terbatasnya jumlah populasi  pisang 
ambon jepang ini disebab kan warga  
kurang begitu meminati tanaman pisang 
buah ini. Jenis Musa corniculata J.De 
Leureiro (Pisang Tanduk) juga kurang 
diminati oleh warga  desa hutan larangan 
sebab  pisang tanduk jika ditanam mudah 
terkena penyakit layu saat memasuki masa 
buah. Semua jenis pisang buah yang 
ditemui memperlihatkan berbagai ciri 
morfologi yang bervariasi. Variasi 
morfologi yang ditemukan yaitu : Ciri 
Tumbuh dan Tinggi Tanaman; Tumbuh 
secara berumpun. Rata-rata tinggi batang 
tanaman pisang di Desa hutan larangan yaitu 
berkisar antara 256-675 cm. Tinggi batang 
tertinggi dimiliki oleh Pisang Kepok 
Kuning (Musa paradisiaca var. bluggoe) 
yaitu 593-675 cm, sedang  tinggi batang 
terpendek adalah Pisang Ambon Jepang 
(Musa cavendishii var. giant Paxton) 
dengan tinggi antara 210-254 cm. Variasi 
selanjutnya dapat dilihat pada tabel 
2,3,4,5,6: 
Pemanfaatan Jenis-Jenis Pisang Buah di 
Desa hutan larangan 
Diantara 6 jenis tanaman pisang buah 
yang ada, warga  desa hutan larangan lebih 
meminati dan memanfaatkan pada jenis 
Musa paradisiaca. Jenis tanaman pisang ini 
selain memiliki buah yang laku dijual 
mahal juga enak untuk dimakan langsung. 
Sementara jenis tanaman pisang yang 
kurang dimanfaatkan adalah jenis Musa 
brachycarpa Back  / pisang biji/pisang 
awak, buahnya kurang diminati warga  
desa hutan larangan sebab  memiliki biji, dan 
rasanya agak sepat asam. Secara 
keseluruhan warga  desa hutan larangan 
telah memanfaatkan hampir semua bagian 
tanaman pisang buah mulai dari organ 
daun, bunga, buah, tangkai daun, batang 
semu, bahkan sampai kebonggolnya.  
Bonggol tanaman pisang  untuk 
keperluan tungku memasak dalam acara-
acara besar, pesta perkawinan, khinatan dan 
lain-lain, terutama untuk ukuran bonggol 
yang besar seperti bonggol pisang kepok 
kuning . Menurut Munadjim (1983) air 
yang ada dalam bonggol tanaman pisang, 
khususnya pisang kepok dan pisang 
biji/awak, dapat dipakai  sebagai obat 
anti sakit perut, disentri , pendarahan dalam 
usus, obat amandel, dan penyubur rambut. 
Batang  semu  biasa dimanfaatkan 
sebagai pelindung  semaian tanaman seperti 
cabe, terung dan bayam , cacahan batang 
semu dijadikan pakan ternak seperti sapi 
dan kambing, serta sebagai tanggul tanah 
miring. Batang semu pisang mas 
merupakan jenis pisang buah yang sering 
Ka na: Pisang Buah (Musa Spp):  Keragaman  Dan Etnobotaninya Pada  warga   
Di Desa hutan larangan   Kecamatan todanan  Kabupaten blora  Tengah                         
dipakai  dalam  acara pernikahan dan 
khitanan sebagai tancapan bunga mayang. 
Selain pisang mas, batang semu pisang 
serindit juga dipilih sebab  selain 
ukurannya yang relatif sedang, namun juga 
lunak jika dibandingkan dengan batang 
semu  jenis pisang buah lainnya. Sementara 
untuk keperluan menahan lahan 
miring/tanggul memilih batang semu pisang 
kepok kuning sebab  ukurannya cukup 
besar, kuat dan panjang. Meskipun 
demikian, batang-batang semu dari jenis 
pisang buah yang lain juga bisa dipakai  
sesuai dengan keperluan yang diinginkan. 
Batang pisang juga bisa dimanfaatkan 
sebagai alas untuk memandikan mayat, 
pembungkus bibit, tancapan wayang. 
Tangkai daun tanaman pisang 
dimanfaatkan warga  untuk keperluan 
tali merumput, pisang batu yang setengah 
kering sebagai tali merumput, sebab  cukup 
kuat dan licin. Getah dapat dipakai untuk 
obat luka.  
 Daun pisang biasa dimanfaatkan oleh 
warga  desa hutan larangan sebagai 
pembungkus makanan seperti lepat, 
lontong, nagasari, pecel, tape, tempe, 
lemper dan koci. biasanya  daun yang 
dipakai  adalah daun  pisang jantan dan 
daun pisang kepok sebab  memiliki helaian 
daun yang lebar, kuat, tebal dan tidak 
mudah sobek jika dibandingkan dengan 
daun pisang buah lainnya. Namun 
sebenarnya daun-daun pisang buah lainnya 
masih bisa dimanfaatkan untuk 
pembungkus makanan, sesuai dengan 
kebutuhan warga  itu sendiri. Daun 
pisang yang masih tergulung ternyata dapat 
dipakai  untuk mengurangi tapal dingin 
pada kulit yang bengkak atau lecet, disentri, 
haid terlalu banyak, mimisan dan 
perdarahan lainnya, radang tenggorok, 
radang otak (epidemic encephalitis), 
keputihan (leukore), batuk, sakit dada 
seperti bronkhitis, dan rambut tipis 
Pada Tanaman Pisang). Sementara itu 
daun-daun yang sudah tua atau 
rusak/terkoyak dipakai  sebagai pakan 
ternak seperti kambing, kerbau atau sapai, 
sebab  banyak mengandung unsur yang 
dibutuhkan oleh hewan, selain pakan ternak 
juga bisa dijadikan sebagai bahan 
pembuatan kompos (Ahmad Supriyadi dan 
Suyanti, 2008). 
Perbungaan  tanaman pisang buah 
ternyata  dimanfaatkan sebagai bahan sayur 
dan  abon. Bunga yang enak untuk dimakan 
adalah bunga pisang kepok kuning dan 
bunga pisang jantan, sebab  rasanya tidak 
pahit. Sementara bunga pisang jenis lainnya 
tidak bisa dijadikan bahan sayur sebab  
rasanya pahit dan gatal jika dimakan. Selain 
sebagai bahan sayur bunga pisang juga 
dapat dipakai  untuk mencegah 
pendarahan otak dan stroke 
 bunga pisang dapat  dijadikan 
sebagai bahan sayur, sebab  memiliki 
kandungan, protein, vitamin, lemak dan 
karbohidrat yang tinggi. Selain sebagai 
sayur, bunga pisang dapat juga dijadikan 
manisan, acar, maupun lalapan. 
Buah sebagai obat sakit kuning dan tipus 
dipakai pisang mas, sebagai buah segar 
/buah meja seperti pisang mas, Pisang 
Ambon Lumut  pisang ambon jepang, 
pisang serindit, dan pisang kidang. Jenis 
pisang buah ini  biasanya  dipilih 
warga  sebab  rasanya manis, memiliki 
aroma buah yang harum, serta lebih nikmat 
jika di konsumsi dalam bentuk buah segar. 
Sementara untuk jenis pisang buah yang 
dimanfaatkan sebagai pisang olahan seperti 
pisang jantan, pisang kepok kuning , dua 
jenis pisang ini biasanya diolah menjadi 
pisang goreng, molen, dan isi nagasari. 
Pisang nangka, pisang tanduk dan pisang 
kepok dimanfaatkan untuk dijadikan keripik 
pisang. Hal ini sesuai dengan pernyataan 
   bahwa buah pisang yang 
cocok untuk membuat keripik pisang yaitu 
pisang kepok dan pisang tanduk. Selain bisa 
dimakan langsung atau diolah terlebih 
dahulu, buah pisang batu ternyata juga bisa 
dijadikan sebagai tepung pisang.  Sebuah 
penelitian menunjukkan bahwa tepung 
pisang batu yang diberikan pada tikus dapat 
mencegah timbulnya tukak lambung (ulcus 
peptic) jika tikus ini  diberikan aspirin. 
Hal ini  bisa terjadi akibat 
meningkatnya sekresi lendir (mucus) di 
lambung. Sehingga disarankan untuk 
penderita tukak lambung dan asam lambung 
berlebihan, jangan memakan buah pisang 
yang telah masak 
Kulit buah pisang ternyata juga memiliki 
manfaat yang luar biasa. Kulit buah pisang 
dapat diekstrak menjadi pektin. 
berdasar  penelitian di Taiwan bahwa 
Kulit pisang mengandung vitamin B6 dan 
serotonin yang dapat diekstrak dan 
dimanfaatkan untuk kesehatan mata 
(menjaga retina mata dari kerusakan akibat 
cahaya berlebih) 
Hampir semua bagian tanaman pisang 
buah dimanfaatkan baik sebagai bahan 
pangan maupun berperan sebagai kearifan 
budaya lokal. ritual  adat buat rumah 
masih memakai setandan pisang di 
bumbungan rumah, dengan harapan rumah 
akan menjadi sejuk dan pisang mempunyai 
banyak fungsi, sifat ini  diharapkan ada 
pada bangunan ini , biasa dipakai buah 
pisang mas, kalau tidak ada bisa saja diganti 
dengan pisang lain. 
  
 
 
berdasar  hasil penelitian yang telah 
dilakukan di Desa hutan larangan Kecamatan 
todanan  Kabupaten blora  
Tengah dapat diketahui bahwa ditemukan 
sebanyak 6 jenis tanaman pisang buah yaitu 
jenis Musa paradisiaca  dua varietas (M. 
paradisiaca var. bluggoe/Pisang Kepok 
Kuning dan M.paradisiaca var. 
paradisiaca/Pisang Jantan), jenis M. 
cavendishii  dengan dua varietas (M. 
cavendishii var. dwarf  Paxton/ Pisang 
Ambon Lumut dan M. cavendishii var. 
giant Paxton/Pisang Ambon Jepang ), jenis 
M. sapientum dengan 3 varietas (M. 
sapientum var. rubra/Pisang Kidang , M. 
sapientum var. champa/Pisang Serindit dan 
M. sapientum var. mas/Pisang Mas),  M. 
corniculata J.De Leureiro/Pisang Tanduk,   
Musa sp L. / Pisang Nangka, dan M.  
brachycarpa Back /Pisang Biji/Pisang 
Awak. 
Pemanfaatan tanaman pisang buah oleh 
warga  desa hutan larangan hampir semua 
bagian tanaman pisang buah mulai bisa 
dimanfaatkan bonggol, batang semu, 
tangkai daun, daun, perbungaan dan buah . 
pemanfaatan untuk berbagai keperluan, 
baik sebagai bahan pangan, sumber obat –
obatan, sumber pakan ternak, ritual  adat, 
tali temali.