Pisang termasuk komoditas hortikultura yang
penting di negara kita . Pisang selain mudah didapat
karena musim panennya berlangsung sepanjang tahun
juga sangat digemari oleh masyarakat dunia tanpa
pandang usia , Pisang merupakan produk
yang cukup perspektif dalam pengembangan sumber
pangan lokal karena pisang dapat tumbuh di sembarang
tempat sehingga produksi buahnya selalu tersedia.
Masyarakat negara kita telah lama memanfaatkan
pisang. Masyarakat didaerah itu, saat berkebudayaan
pengumpul (food gathering), telah memakai tunas
dan pelepah pisang sebagai bagian dari sayur. Bagian-
bagian lain dari tanaman pisangpun telah dimanfaatkan
seperti saat ini. Buah pisang mengandung banyak nutrisi
seperti kalium dan asam folat yang baik dikonsumsi ibu
hamil untuk membantu perkembangan janin. Saat
kebudayaan pertanian menetap dimulai, pisang
termasuk tanaman pertama yang dipelihara ,
Pisang sebagai salah satu diantara tanaman buah-
buahan memang merupakan tanaman asli negara kita .
Hampir disetiap perkarangan dan tegalan dijumpai
tanaman ini. Tanaman pisang ini ada yang ditanam
rapih dan dirawat dengan baik, ada juga yang ditanam
asal hidup saja sehingga tidak dapat menghasilkan
tanaman yang baik. Sebenarnya jika tanaman pisang
dibudidayakan secara komersial, keuntunganya tidak
kalah dengan tanaman lain mengingat buah ini sudah
mulai diekspor. Sayangnya banyak hasil buah pisang
terbuang begitu saja karena banyak yang kurang hati-
hati dalam penanganan pasca panen. Akibatnya
kerusakan mekanis, fisiologis, dan mikrobiologis pun
terjadi ,
Standarisasi dalam industri perdagangan
komoditas hortikultura menghendaki kondisi fisik dan
fisiologis yang berkualitas. Pisang memiliki potensi
pasar yang sangat besar dengan areal tanam yang luas,
namun untuk pengembangan potensi itu diperlukan
adanya perbaikan tidak hanya pada sektor budidaya,
tetapi juga perbaikan penanganan pasca panen yang
kerap kali diabaikan oleh produsen ini memicu banyak produk pisang
yang ditolak oleh industri dan masuk ke pasar induk
dengan harga yang jauh lebih rendah. Selain itu, dengan
adanya HACCP (hazard analysis critical control point)
memicu adanya pengontrolan ketat terhadap
komoditas ekspor yang dapat mempersulit pemasaran
pisang. Penanganan prapanen dan pasca panen akan
menjadi hal yang penting untuk menjaga potensi dan
keberlanjutan distribusi pisang baik skala lokal hingga
ekspor.
Pengembangan agribisnis pisang di negara kita
ada faktor-faktor yang menguntungkan di antaranya
adalah ketersediaan sumber daya tanah (lahan) yang
masih luas, kesesuaian iklim, potensi tenaga kerja
(sumber daya manusia) yang berjumlah banyak dan
peluang pemasaran produk yang masih terbuka luas
(Rukmana, 1999). Berbagai faktor dapat memicu
kemerosotan produksi pisang, antara lain budidaya yang
kurang baik, serta gangguan hama dan penyakit-
penyakit yang ditemukan pada tanaman pisang di
antaranya penyakit bercak daun (Sigatoka), penyakit
kerdil pisang (Bunchy top Virus), penyakit pembuluh
jawa, dan Layu Fusarium (Suhardiman, 2007).
Perumusan yang perlu dipecahkan pada
penelitian ini adalah : 1) Apakah penyakit tanaman
pisang berkembang pada daerah yang berkelembaban
tinggi dan suhu panas?, 2) Apakah penyebaran penyakit
tanaman pisang sejalan dengan penyebaran penyakit?,
3) Apakah intesitas penyakit sejalan dengan kelembaban
dan tingkat budidaya?
Tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui
jenis-jenis penyakit yang menyerang tanaman pisang
dan menentukan tingkat serangan penyakit, mengtahui
pola penyebaran penyakit tanaman pisang di Kecamatan
Sumbang, Kabupaten Banyumas, mengetahui jenis-
jenis pisang yang diserang oleh patogen pemicu
penyakit. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan
Sumbang, Kabupaten Banyumas.
Manfaat pisang yang tinggi ini tidak ditunjang
dengan kualitas pisang yang beredar di pasaran. ini
dapat dipicu oleh terbatasnya input dan sistem
pertanian yang masih dalam skala kecil (Robinson,
1996). Faktor lain yang menjadi pemicu penurunan
kualitas pisang adalah tingginya tingkat serangan
penyakit yang akan mempengaruhi kualitas fisik dari
pisang itu . Saat ini konsumen sudah lebih selektif
dalam memilih produk yang akan mereka konsumsi,
konsumen telah memiliki kesadaraan yang tinggi
terhadap tingkat kualitas.
Bahan dan Metode
Kegiatan penelitian dilakukan pada pertanaman
pisang yang tersebar di banyak desa di Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas yang terletak pada
ketinggian antara 140 - 600m diatas permukaan laut.
Kegiatan ini juga dilakukan identifikasi pemicu
penyakit di Laboratorium Mikroba Simbiotik Tanaman
(MST) Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan
negara kita (LIPI) Cibinong. Kegiatan penelitian itu
berlangsung pada bulan Desember 2014 sampai dengan
Maret 2015.
Bahan yang dipakai dalam penelitian ini
yaitu larutan media PDA dan NA. Alat-alat yang
dipakai dalam penelitian ini yaitu alat tulis, altimeter
(alat untuk mengukur ketinggian suatu titik dari
permukaan laut), termohigrometer(alat yang dipakai
untuk mengukur suhu dan kelembaban), luxmeter (alat
yang dipakai untuk mengukur intensitas cahaya atau
tingkat pencahayaan), kamera, cawan patri, autoklaf
(alat untuk mensterilisasi suatu benda), jarum ose (alat
untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu
mikrobia ke media yang akan dipakai kembali),
mikroskop (alat yang dipakai untuk melihat benda-
benda yang tidak dapat dilihat dengan mata biasa karena
ukurannya terlalu kecil), kantong plastik, tas kerja,
pisau dan parang.
Penelitian ini memakai metode survei
(purposive sampling) dengan tahapan kegiatan
penelitian secara garis besar adalah sebagai berikut ini :
1. Tahap Persiapan
Persiapan yang dilakukan meliputi perijinan
pelaksanaan, penyusunan perencanaan penelitian,
pengumpulan peta yang dibutuhkan, alat dan bahan
yang dipakai untuk survey lapangan, alat dan bahan
untuk analisis sampel penyakit tanaman di
Laboraturium Mikroba Simbiotik Tanaman (MST)
Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan negara kita
(LIPI) Cibinong. Tahapan ini juga dilakukan orientasi
lapang untuk mengetahui gambaran atau deskripsi
secara umum daerah penelitian dan pengumpulan
literatur maupun data statistik yang terkait dengan
daerah penelitian.
2. Survey Lapangan
Survey lapangan dimaksudkan untuk mengetahui
kondisi lapangan secara aktual pada daerah penelitian,
pengambilan data dengan cara memilih area yang sesuai
kriteria (20 rumpun). Tanaman pisang diamati sesuai
dengan gejala penyakit yang ada pada buku dan
literatur.
Sampel diambil, ini dilakukan untuk
selanjutnya diidentifikasi di Laboraturium Mikroba
Simbiotik Tanaman (MST) Bioteknologi, Lembaga
Ilmu Pengetahuan negara kita (LIPI) Cibinong.
3. Identifikasi Patogen pemicu Penyakit
Identifikasi patogen pemicu penyakit
dilakukan dengan dua cara yaitu secara fisik dengan
melihat literatur, dan juga dengan cara identifikasi
pengamatan memakai mikroskop.
4. Pembuatan peta serangan penyakit
Pembuatan peta serangan penyakit berdasarkan
pengolahan data dan analisis pada lokasi Kecamatan
Sumbang Kabupaten Banyumas.
5. Pencarian data pendukung
a. Wawancara petani
Wawancara dengan petani dilakukan pada saat
pengamatan di lapang untuk mendapat informasi
tentang keadaan di lapang.
b. Pencarian data tambahan
Data tambahan diperoleh dari Kantor Kecamatan
dan Balai Penyuluhan Pertanian Sumbang.
Rancangan percobaan yang dipakai adalah
Rancangan Acak Kelompok (RAK) pola faktorial
dengan 2 faktor masing-masing 3 perlakuan dan 3 kali
ulangan.
Variabel yang diamati :
1. Penyakit pada tanaman pisang.
2. Gejala yang dipicu oleh penyakit.
3. Intensitas penyakit pada tanaman pisang.
4. Data pendukung (ketinggian, suhu)
Data yang dihitung presentase banyaknya
penyakit untuk melihat tingkat kerusakan pada
pertanaman pisang, secara manual memakai
Microsoft Excel. Kilmaskossu dalam Pribadi (2010)
yaitu:
I = (∑(Ni.Vi))/(N.V) X 100 %
Keterangan:
I = Tingkat kerusakan per tanaman
Ni = Jumlah tanaman dengan skor ke-i
Vi = Nilai skor serangan penyakit
N = Jumlah tanaman yang diamati
V = Skor tertinggi tanaman yang diamati
Dengan nilai skoring yang dipakai dan
klasifikasi tingkat serangan sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi tingkat serangan Penyakit Bercak
Daun
Skor Tingkat
Serangan
Keterangan
0 0 Tidak Terserang
1 >1-30 % Ringan
2 >31-70 % Sedang
3 >70 % Berat
Tabel 2. Klasifikasi tingkat serangan Penyakit Layu
Fusarium
Skor Tingkat
Serangan
Keterangan
0 0 Tidak Terserang
1 >0 Terserang
Hasil dan Pembahasan
Kondisi Umum Pelaksanaan Penelitian
Kecamatan Sumbang merupakan salah satu
bagian wilayah Kabupaten Banyumas. Secara geografis
daerah itu terletak diantara 109o12’53,55” sampai
109o18’24,3” Bujur Timur dan 7o14’13,83” sampai
7o24’7,29” Lintang Selatan. Kecamatan Sumbang
terletak pada ketinggian antara 140 - 600 m dpl. Batas
wilayah penelitian adalah sebagai berikut:
1. Sebelah utara: Kecamatan Purbalingga
2. Sebelah Selatan: Kecamatan Kembaran
3. Sebelah Timur: Kecamatan Purbalingga
4. Sebelah Barat: Kecamatan Baturaden dan
Purwokerto Utara
Kecamatan Sumbang terdiri dari 19 desa, yaitu:
Desa Karanggintung, Tambaksogra, Karangcegak,
Karangturi, Silado, Susukan, Sumbang, Kebanggan,
Kawungcarang, Datar, Banjarsari Kulon, Banjarsarari
Wetan, Banteran, Ciberem, Sikapat, Gandatapa,
Kotayasa, Limpakuwus, dan Kedungmalang.
Wilayah Kecamatan Sumbang termasuk sebagai
daerah dengan ketinggian tempat sedang dan tanah
asosiasi latosol coklat dan regosol merah coklat. Secara
umum, jenis tanah latosol dan regosol merupakan tanah
yang gembur. Tanah ini, air dan sinar matahari dapat
masuk ke dalam lapisan tanah dengan mudah, sehingga
dapat mengurangi adanya serangan hama dan pemicu
penyakit di dalam tanah (Darmawijaya, 1997). Luas
kecamatan menurut desa dan penggunaan tanah
Kecamatan Sumbang tersaji pada tabel 3.
Budidaya Tanaman Pisang di Kecamatan Sumbang
Tanaman pisang biasanya ditanam di
pekarangan dan ladang, sangat jarang petani menanam
pisang di kebun secara khusus. ini dikarenakan
pisang bukan tanaman utama. Banyaknya tanaman
pisang tergantung pada luas lahan sedang jenis
pisang yang ditanam sesuai dengan kebutuhan hidup
masyarakat. Ada jenis pisang yang khusus diambil
daunnya yaitu pisang Klutuk. Daun itu biasanya
dipakai untuk membungkus makanan. Jenis pisang
lainnya adalah pisang rebus seperti Pisang Kepok dan
Raja Bandung. Jenis pisang lainnya adalah pisang meja
seperti Ambon dan Pisang Mas.
Pengolahan tanah untuk persiapan penanaman
biasanya dengan membuat lubang-lubang untuk
menanam bibit. Jarak tanam antara satu lubang dengan
lubang lainnya tidak teratur, pada setiap lubang ditanam
satu bibit pisang. Bibit pisang diperoleh dari anakan
pisang milik petani sendiri yang ditanam sebelumnya.
Petani kurang memperhatikan penjarangan tanaman,
sehingga pada satu rumpun ada 4-5 anakan.
Pemupukan yang dilakukan oleh petani biasanya
memakai pupuk kandang atau kompos dan pupuk
urea. Pupuk kandang atau kompos dipakai sebagai
pupuk dasar, sedang pupuk urea dipakai setiap 6
bulan sekali. Pupuk kompos yang diberikan pada setiap
tanaman sebanyak 20 kg.
Beberapa petani melakukan penyiangan gulma
pada areal pertanamannya, sedang sebagian besar
lainnya tidak melakukan. Penyiangan biasanya
dilakukan dengan tangan, yaitu pada saat populasi
gulma sudah tinggi.
Pemanenan pisang dilakukan pada saat tanaman
sudah berumur kira-kira 12 bulan. Hasil panen pisang
biasanya dikonsumsi sendiri oleh petani, walaupun ada
yang menjualnya ke pasar atau pengepul.
Berdasarkan keterangan petani dan pengamatan
di lapang, biasanya mereka kurang memperhatikan
serangan patogen maupun serangan penyakit. Penyakit
pada tanaman pisang yang banyak menimbulkan
masalah adalah Layu Fusarium.
Jenis Penyakit pada Tanaman Pisang
Jenis penyakit yang menyerang tanaman pisang di
Kecamatan Sumbang adalah Penyakit Bercak Daun
(Sigatoka) dan Layu Fusarium(Panama).
1. Penyakit Bercak Daun (Sigatoka).
Penyakit ini dicirikan dengan gejala garis kuning
pucat atau kehijauan pada daun sepanjang paralel
dengan tulang daun. Gejala ini meluas menjadi bercak
berwarna cokelat atau hitam. Helaian daun yang
terserang penyakit ini akan mati.
Gambar 1. Daun terserang penyakit Sigatoka
.
Penyakit bercak daun dipicu oleh
Cercospora musae. Karena penyakit ini memicu
penyakit bercak daun maka disebut cercospora leaf
spot. Penyakit ini disebut juga penyakit Sigatoka karena
pertama kali ditemukan di wilayah Sigatoka, Jepang.
Serangan ini makin hebat pada cuaca yang lembab dan
bersuhu 23˚C-28˚C
Gambar 2. Koloni jamur Cercospora musae.
Gambar 3. Spora jamur Cercospora musae.
2. Layu Fusarium (Panama).
Penyakit ini ditandai dengan gejala tanaman
terlihat layu dan menguning. pada pangkal daun
ada bintik-bintik atau garis-garis kuning. Tepi
bawah daun berwarna kuning tua, lalu cokelat, dan
akhirnya mengering dan rapuh. Selanjutnya pelepah
daun patah dan batang palsu terkadang terbelah. Jika
batang palsu dan bonggol dibelah, maka akan tampak
adanya garis-garis coklat atau hitam (disajikan pada
gambar 4).
Gambar 4. Tanaman pisang yang terserang Layu
Fusarium.
pemicu penyakit layu Fusarium ini adalah
Fusarium oxysporum Schlech Fsp. cubense. Penyakit ini
akan dapat bertahan lama jika kondisi tanah kering dan
Jurnal Agrowiralodra | 13
mudah menyerang melalui bahan bibit tanaman,
pengairan, serasah, tanah bekas infeksi, serta angin
Gambar 5. Koloni jamur Fusarium oxysporum
Gambar 6. Spora jamur Fusarium oxysporum
Intensitas Serangan Penyakit pada Tanaman Pisang
1. Penyakit Sigatoka
Intensitas serangan penyakit Sigatoka ada
pada semua Desa dengan bervariasi. Intensitas itu
di golongkan menjadi 3 kategori yaitu ringan, sedang
dan berat.
Menurut peta intensitas serangan penyakit
tanaman pisang Sigatoka di Kecamatan Sumbang
Kabupaten Banyumas menunjukkan bahwa ada tiga
kelas serangan penyakit yang membagi 19 nomor desa
kemudian ditandai dengan warna, yaitu warna hijau
untuk kelas ringan, warna kuning untuk kelas sedang,
warna merah untuk kelas berat.
Untuk kelas ringan ada pada desa Ciberem,
Kebanggan, Karangcegak, Kotayasa, Silado dan
Susukan (ada pada nomor 4, 7, 8, 13, 16, dan 18)
Untuk kelas sedang ada pada desa Banjasari
Kulon, Banjasari Wetan, Banteran, Datar, Gandatapa,
Karanggintung, Karangturi, Kawung Carang, Kedung
Malang, Sikapat, Sumbang dan Tambaksogra (ada
pada nomor 1, 2, 3, 5, 6. 9, 10, 11, 12, 15, 17, dan 19),
di Kecamatan Sumbang, tampak jelas rata-rata yang
terserang penyakit Sigatoka pada daun ke 3 dan 4 dari
pucuk ada bintik- bintik memanjang, berwarna
kuning pucat dengan ukuran 1-2 mm atau lebih.
Penyakit Sigatoka tidak mematikan tanaman, tetapi
membuat daun jadi cepat kering dan mengganggu
proses pengisian buah dan pembentukan anakan.
Banyak faktor yang memicu penyakit ini
mudah tersebar di antaranya faktor bibit, angin, pupuk,
udara juga curah hujan yang membawa penyakit-
penyakit dari satu pertanaman ke pertanaman yang
lainnya.
Gambar 7. Intensitas serangan penyakit Sigatoka.
2. Layu Fusarium
Intensitas serangan penyakit pada pertanaman
pisang di Kecamatan Sumbang disajikan pada (Gambar
8).
Gambar 8. Intensitas serangan penyakit Layu Fusarium.
Menurut peta intensitas serangan penyakit Layu
Fusarium di Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas
menunjukkan bahwa semua terserang penyakit itu .
Kelas serangan ringan ada pada Desa
Kawungcarang dan Limpakuwus. Kelas serangan
sedang ada Desa Banjarsari Kulon, Desa Ciberem,
Desa Gandatapa, Desa Kotayasa. Kelas berat ada
desa Banjarsari Wetan, Banteran, Datar, Kebanggan,
Karangcegak, Karanggintung, Karangturi,
Kedungmalam, Sikapat, Silado, Sumbang, Susukan, dan
Tambaksogra.
Penyakit fusarium atau lebih dikenal sebagai
penyakit panama merupakan penyakit penting yang
menyerang tanaman pisang bahkan termasuk penyakit
yang paling merugikan di daerah Sumbang.
ini sesuai dengan pernyataan , Layu Fusarium tanaman pisang dipicu oleh
Fusarium oxysporum, yang dicatat dalam sejarah
pertanian dicatat bahwa penyakit tanaman yang
dipicu oleh jamur ini diakui sebagai salah satu
penyakit tanaman yang sangat tersebar luas dan bersifat
merusak.
Para petani di Kecamatan Sumbang Kabupaten
Banyumas mengeluhkan adanya penyakit yang
menyerang pohon pisang. Beberapa keluhan para petani
di antaranya adalah pohon pisang layu sesudah ditanam,
buah menjadi keras dan tak bisa dikonsumsi. Ciri- ciri di
lapangan menunjukkan adanya bahwa daun yang paling
tua pelepahnya patah, daun utama/yang paling muda
layu, Batang pisang pecah-pecah, dan bonggol/akar
menghitam. ini sesuai dengan Semangun (2004),
Gejala serangan jamur Fusarium oxysporum pada
tanaman pisang terlihat pada tepi daun-daun bawah
menjadi berubah warna kuning tua, yang lalu menjadi
cokelat dan mengering. Tangkai daun patah di sekeliling
batang. Gejala dalam yang dimiliki jamur ini adalah jika
pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis
cokelat atau hitam menuju ke semua arah, dari batang
keatas memlaui jaringan pembuluh kepangkal daun dan
tangkai. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada
Dataran rendah dengan suhu 24-300 C.
1. Jenis penyakit yang menyerang pada pertanaman
pisang di Kecamatan Sumbang adalah layu
Fusarium dan Sigatoka.
2. Penyakit layu Fusarium tersebar luas di seluruh desa
Kecamatan Sumbang Kabupaten Banyumas, Jawa
Tengah. sedang penyakit Sigatoka tingkat
serangan penyakit bervariasi. Intensitas penyakit
Sigatoka tertinggi ada di Desa Sikapat.
Pisang merupakan salah satu komoditas
pertanian yang sangat digemari warga ,
dan menjadi salah satu komoditas tanaman
buah yang mulai dikebunkan selain
mangga, durian, rambutan, manggis, jeruk,
nenas dan pepaya. Tanaman pisang (Musa
spp) telah diproklamirkan sejak sebelum
masehi (SM). Nama Musa diambil dari
nama seorang dokter bernama Antonius
Musa pada zaman Kaisar Romawi
Octavianus Augustus (63 SM – 14 M),
beliau selalu menganjurkan pada kaisarnya
untuk makan pisang setiap harinya agar
tetap kuat, sehat, dan segar ,Tanaman pisang dapat
dikatakan sebagai tanaman serbaguna,
mulai dari akar, batang (bonggol), batang
semu (pelepah), daun, bunga, buah sampai
kulitnyapun dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Buah pisang kaya
akan sumber vitamin dan karbohidrat serta
sangat digemari orang sebab enak dimakan
baik sebagai buah meja atau melalui
pengolahan terlebih dahulu. Di Indonesia,
pisang masih biasa ditanam oleh
warga sebagai tanaman pekarangan
ataupun perkebunan dalam skala kecil,
pemeliharaan serta pemanfaatannyapun
kurang maksimal. Untuk itu perlu ada suatu
pendekatan khusus, agar tanaman pisang
dikenal manfaatnya secara luas oleh
warga
Pengalian pemanfaat suatu tumbuhan
dalam kehidupan sehari hari merupakan
suatu ilmu botani yang lazim dikenal
dengan Etnobotani. Etnobotani bagian dari
etnoekologi yang memprioritaskan
tumbuhan dalam bidang kajiannya (Martin,
1995). Menurut Tamin dan Arbain (1995),
ilmu etnobotani berkisar pada pemanfaatan
Ka na: Pisang Buah (Musa Spp): Keragaman Dan Etnobotaninya Pada warga
Di Desa hutan larangan Kecamatan todanan Kabupaten blora Tengah
tumbuhan untuk kemaslahatan orang
sekitarnya, pada aplikasinya mampu
meningkatkan daya hidup manusia. Diskusi
bersama dengan masayarakat bisa
memunculkan kembali nilai-nilai lama yang
pernah didapatkan dari tanaman ini .
Menurut Widjaya (2001) etnobotani
berawal dari keinginan untuk melestarikan
warisan budaya tentang pengetahuan
warga pada dunia tumbuhan dan
hubungan manusia dengan tumbuhannya.
Hubungan Manusia dan tumbuhan sangat
erat kaitannya dalam kehidupan , dan ini
telah diatur oleh Allah SWT dalam surah
―ABASA‖ ayat 27-23, yang artinya: lalu
disana Kami tumbuhkan bijian-bijian dan
anggur dan sayur-sayuran dan zaitu dan
pohon korma dan kebun kebun yang
rindang dan buah-buhan serta rerumputan
(Semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk
hewan ternakmu.
Pengkajian terhadap manfaat jenis- jenis
pisang telah dilakukan didaerah Jawa Timur
didapatkan hasil yang sangat bervariasi.
Hampir semua bagian tanaman dapat
dipakai baik sebagai pangan maupun
kearifan budaya lokal. Hasil penelitian
Djoth, D(2001) pada suku Karon di Papua,
pisang merupakan makanan pokok yang
mereka sebut Weu
Kota blora merupakan salah satu
sentra produksi pisang yang potensial di
Indonesia , namun
sampai saat ini data serta informasi ilmiah
mengenai jenis-jenis pisang dan
pemanfaatannya secara keseluruhan di
Provinsi blora masih belum lengkap.
Desa hutan larangan ,adalah desa dengan
warga yang biasanya bersuku Jawa.
Suku Jawa biasanya dikenal dengan
kearifannya terhadap pemanfaatan
tumbuhan yang beranekaragama. Selain itu
desa hutan larangan merupakan salah satu
pemasok pisang yang dijual dipasar kota
blora , informasi tentang jenis-jenis
pisang dan pemanfaatanya di desa ini belum
diketahui secara pasti.
berdasar latar belakang ini ,
maka perlu dilakukan penelitian tentang
ragam dan etnobotani pisang buah Desa
hutan larangan Kec. todanan Kab.
blora Tengah, yang bertujuan untuk
melengkapi data dan informasi tentang
keberagamanan pisang propinsi blora
serta untuk mengetahui manfaatnya
sebagai upaya untuk meningkatkan
pengembangan dan pengetahuan mengenai
jenis dan pemanfaatan tanaman pisang
buah. Informasi dasar mengenai
keberagaman jenisnya juga masih sangat
diperlukan untuk kajian pengkayaan sumber
daya genetik pisang kedepannya.
Penelitian ini dilakukan di Desa
hutan larangan Kecamatan todanan
Kabupaten blora Tengah Provinsi
blora , November 2012 – Februari
2013.penelitian deskriptif dengan metode
eksplorasi, observasi, wawancara.
Responden 37 orang (10%) yang terdiri
dari : pembudidaya tanaman pisang,
pengrajin/pembuat/pengolah pisang, yang
memanfaatkan pisang secara umum.
Pengamatan:karakter ekologi desa(suhu
udara/tanah,pH tanah),Morfologi pisang.
Hasil pengamatan dideskripsikan dan
diidentifikasi sesuai dengan buku-buku
acuan. Data dianalisis secara deskriptif.
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Desa hutan larangan merupakan salah satu
desa di Kecamatan todanan
Kabupaten blora Tengah.. Penduduk
desa hutan larangan berasal dari dari Pulau
Jawa (transmigrasi) pada bulan Maret
tahun 1973. Mayoritas penduduk adalah
petani yang memiliki cita-cita menjadikan
desa yang berswasembada pangan. Luas
wilayah Desa hutan larangan yaitu ± 565 Ha
dengan areal persawahann paling luas
diantara areal lainnya yaitu sebanyak 317
Ha. Ketinggian 0 - 15 m di atas permukaan
laut (dpl). Suhu udara di Desa hutan larangan
berkisar antara 270C - 330C dengan curah
hujan 2000-3000 mm/tahun, suhu tanah
berkisar antara 290C-310C serta pH tanah
berkisar antara 6–6,5
Keadaan ekologi ini memenuhi syarat
untuk pertumbuhan pisang. Pisang akan
tumbuh dengan baik pada tanah-tanah
dengan derajat keasaman antara pH 6,0 –
7,5
Jenis-Jenis Pisang Buah di Desa
hutan larangan
Dari hasil penelitian jenis-jenis pisang
yang telah dilakukan, ditemukannya 6 jenis
pisang buah seperti pada Tabel 1.
Terbatasnya jumlah populasi pisang
ambon jepang ini disebab kan warga
kurang begitu meminati tanaman pisang
buah ini. Jenis Musa corniculata J.De
Leureiro (Pisang Tanduk) juga kurang
diminati oleh warga desa hutan larangan
sebab pisang tanduk jika ditanam mudah
terkena penyakit layu saat memasuki masa
buah. Semua jenis pisang buah yang
ditemui memperlihatkan berbagai ciri
morfologi yang bervariasi. Variasi
morfologi yang ditemukan yaitu : Ciri
Tumbuh dan Tinggi Tanaman; Tumbuh
secara berumpun. Rata-rata tinggi batang
tanaman pisang di Desa hutan larangan yaitu
berkisar antara 256-675 cm. Tinggi batang
tertinggi dimiliki oleh Pisang Kepok
Kuning (Musa paradisiaca var. bluggoe)
yaitu 593-675 cm, sedang tinggi batang
terpendek adalah Pisang Ambon Jepang
(Musa cavendishii var. giant Paxton)
dengan tinggi antara 210-254 cm. Variasi
selanjutnya dapat dilihat pada tabel
2,3,4,5,6:
Pemanfaatan Jenis-Jenis Pisang Buah di
Desa hutan larangan
Diantara 6 jenis tanaman pisang buah
yang ada, warga desa hutan larangan lebih
meminati dan memanfaatkan pada jenis
Musa paradisiaca. Jenis tanaman pisang ini
selain memiliki buah yang laku dijual
mahal juga enak untuk dimakan langsung.
Sementara jenis tanaman pisang yang
kurang dimanfaatkan adalah jenis Musa
brachycarpa Back / pisang biji/pisang
awak, buahnya kurang diminati warga
desa hutan larangan sebab memiliki biji, dan
rasanya agak sepat asam. Secara
keseluruhan warga desa hutan larangan
telah memanfaatkan hampir semua bagian
tanaman pisang buah mulai dari organ
daun, bunga, buah, tangkai daun, batang
semu, bahkan sampai kebonggolnya.
Bonggol tanaman pisang untuk
keperluan tungku memasak dalam acara-
acara besar, pesta perkawinan, khinatan dan
lain-lain, terutama untuk ukuran bonggol
yang besar seperti bonggol pisang kepok
kuning . Menurut Munadjim (1983) air
yang ada dalam bonggol tanaman pisang,
khususnya pisang kepok dan pisang
biji/awak, dapat dipakai sebagai obat
anti sakit perut, disentri , pendarahan dalam
usus, obat amandel, dan penyubur rambut.
Batang semu biasa dimanfaatkan
sebagai pelindung semaian tanaman seperti
cabe, terung dan bayam , cacahan batang
semu dijadikan pakan ternak seperti sapi
dan kambing, serta sebagai tanggul tanah
miring. Batang semu pisang mas
merupakan jenis pisang buah yang sering
Ka na: Pisang Buah (Musa Spp): Keragaman Dan Etnobotaninya Pada warga
Di Desa hutan larangan Kecamatan todanan Kabupaten blora Tengah
dipakai dalam acara pernikahan dan
khitanan sebagai tancapan bunga mayang.
Selain pisang mas, batang semu pisang
serindit juga dipilih sebab selain
ukurannya yang relatif sedang, namun juga
lunak jika dibandingkan dengan batang
semu jenis pisang buah lainnya. Sementara
untuk keperluan menahan lahan
miring/tanggul memilih batang semu pisang
kepok kuning sebab ukurannya cukup
besar, kuat dan panjang. Meskipun
demikian, batang-batang semu dari jenis
pisang buah yang lain juga bisa dipakai
sesuai dengan keperluan yang diinginkan.
Batang pisang juga bisa dimanfaatkan
sebagai alas untuk memandikan mayat,
pembungkus bibit, tancapan wayang.
Tangkai daun tanaman pisang
dimanfaatkan warga untuk keperluan
tali merumput, pisang batu yang setengah
kering sebagai tali merumput, sebab cukup
kuat dan licin. Getah dapat dipakai untuk
obat luka.
Daun pisang biasa dimanfaatkan oleh
warga desa hutan larangan sebagai
pembungkus makanan seperti lepat,
lontong, nagasari, pecel, tape, tempe,
lemper dan koci. biasanya daun yang
dipakai adalah daun pisang jantan dan
daun pisang kepok sebab memiliki helaian
daun yang lebar, kuat, tebal dan tidak
mudah sobek jika dibandingkan dengan
daun pisang buah lainnya. Namun
sebenarnya daun-daun pisang buah lainnya
masih bisa dimanfaatkan untuk
pembungkus makanan, sesuai dengan
kebutuhan warga itu sendiri. Daun
pisang yang masih tergulung ternyata dapat
dipakai untuk mengurangi tapal dingin
pada kulit yang bengkak atau lecet, disentri,
haid terlalu banyak, mimisan dan
perdarahan lainnya, radang tenggorok,
radang otak (epidemic encephalitis),
keputihan (leukore), batuk, sakit dada
seperti bronkhitis, dan rambut tipis
Pada Tanaman Pisang). Sementara itu
daun-daun yang sudah tua atau
rusak/terkoyak dipakai sebagai pakan
ternak seperti kambing, kerbau atau sapai,
sebab banyak mengandung unsur yang
dibutuhkan oleh hewan, selain pakan ternak
juga bisa dijadikan sebagai bahan
pembuatan kompos (Ahmad Supriyadi dan
Suyanti, 2008).
Perbungaan tanaman pisang buah
ternyata dimanfaatkan sebagai bahan sayur
dan abon. Bunga yang enak untuk dimakan
adalah bunga pisang kepok kuning dan
bunga pisang jantan, sebab rasanya tidak
pahit. Sementara bunga pisang jenis lainnya
tidak bisa dijadikan bahan sayur sebab
rasanya pahit dan gatal jika dimakan. Selain
sebagai bahan sayur bunga pisang juga
dapat dipakai untuk mencegah
pendarahan otak dan stroke
bunga pisang dapat dijadikan
sebagai bahan sayur, sebab memiliki
kandungan, protein, vitamin, lemak dan
karbohidrat yang tinggi. Selain sebagai
sayur, bunga pisang dapat juga dijadikan
manisan, acar, maupun lalapan.
Buah sebagai obat sakit kuning dan tipus
dipakai pisang mas, sebagai buah segar
/buah meja seperti pisang mas, Pisang
Ambon Lumut pisang ambon jepang,
pisang serindit, dan pisang kidang. Jenis
pisang buah ini biasanya dipilih
warga sebab rasanya manis, memiliki
aroma buah yang harum, serta lebih nikmat
jika di konsumsi dalam bentuk buah segar.
Sementara untuk jenis pisang buah yang
dimanfaatkan sebagai pisang olahan seperti
pisang jantan, pisang kepok kuning , dua
jenis pisang ini biasanya diolah menjadi
pisang goreng, molen, dan isi nagasari.
Pisang nangka, pisang tanduk dan pisang
kepok dimanfaatkan untuk dijadikan keripik
pisang. Hal ini sesuai dengan pernyataan
bahwa buah pisang yang
cocok untuk membuat keripik pisang yaitu
pisang kepok dan pisang tanduk. Selain bisa
dimakan langsung atau diolah terlebih
dahulu, buah pisang batu ternyata juga bisa
dijadikan sebagai tepung pisang. Sebuah
penelitian menunjukkan bahwa tepung
pisang batu yang diberikan pada tikus dapat
mencegah timbulnya tukak lambung (ulcus
peptic) jika tikus ini diberikan aspirin.
Hal ini bisa terjadi akibat
meningkatnya sekresi lendir (mucus) di
lambung. Sehingga disarankan untuk
penderita tukak lambung dan asam lambung
berlebihan, jangan memakan buah pisang
yang telah masak
Kulit buah pisang ternyata juga memiliki
manfaat yang luar biasa. Kulit buah pisang
dapat diekstrak menjadi pektin.
berdasar penelitian di Taiwan bahwa
Kulit pisang mengandung vitamin B6 dan
serotonin yang dapat diekstrak dan
dimanfaatkan untuk kesehatan mata
(menjaga retina mata dari kerusakan akibat
cahaya berlebih)
Hampir semua bagian tanaman pisang
buah dimanfaatkan baik sebagai bahan
pangan maupun berperan sebagai kearifan
budaya lokal. ritual adat buat rumah
masih memakai setandan pisang di
bumbungan rumah, dengan harapan rumah
akan menjadi sejuk dan pisang mempunyai
banyak fungsi, sifat ini diharapkan ada
pada bangunan ini , biasa dipakai buah
pisang mas, kalau tidak ada bisa saja diganti
dengan pisang lain.
berdasar hasil penelitian yang telah
dilakukan di Desa hutan larangan Kecamatan
todanan Kabupaten blora
Tengah dapat diketahui bahwa ditemukan
sebanyak 6 jenis tanaman pisang buah yaitu
jenis Musa paradisiaca dua varietas (M.
paradisiaca var. bluggoe/Pisang Kepok
Kuning dan M.paradisiaca var.
paradisiaca/Pisang Jantan), jenis M.
cavendishii dengan dua varietas (M.
cavendishii var. dwarf Paxton/ Pisang
Ambon Lumut dan M. cavendishii var.
giant Paxton/Pisang Ambon Jepang ), jenis
M. sapientum dengan 3 varietas (M.
sapientum var. rubra/Pisang Kidang , M.
sapientum var. champa/Pisang Serindit dan
M. sapientum var. mas/Pisang Mas), M.
corniculata J.De Leureiro/Pisang Tanduk,
Musa sp L. / Pisang Nangka, dan M.
brachycarpa Back /Pisang Biji/Pisang
Awak.
Pemanfaatan tanaman pisang buah oleh
warga desa hutan larangan hampir semua
bagian tanaman pisang buah mulai bisa
dimanfaatkan bonggol, batang semu,
tangkai daun, daun, perbungaan dan buah .
pemanfaatan untuk berbagai keperluan,
baik sebagai bahan pangan, sumber obat –
obatan, sumber pakan ternak, ritual adat,
tali temali.