• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ternak kambing 12. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ternak kambing 12. Tampilkan semua postingan

ternak kambing 12



Kambing Boerawa merupakan hasil 

persilangan antara kambing Boer jantan dan 

Peranakan Etawa (PE) betina melalui grading 

up. Program grading up memerlukan kambing 

Boer jantan karena memiliki potensi genetik 

tinggi pada sifat pertumbuhannya. Performa 

pertumbuhan kambing pada umur 1 tahun 

merupakan ekspresi potensi genetik individu 

sendiri dan sudah tidak dipengaruhi oleh induk 

karena sudah lepas sapih dan tidak dirawat oleh 

induknya  Oleh karena itu,  

pejantan mewarisi potensi genetik dalam ukuran 

tubuh tanpa adanya pengaruh nongenetik. 

Pencatatan perkawinan diperlukan untuk 

menghindari terjadinya inbreeding dan 

pencatatan ukuran tubuh (lingkar dada, panjang 

badan, dan tinggi pundak) untuk mengevaluasi 

pertumbuhan kambing Boerawa. Evaluasi 

terhadap pengaturan perkawinan dan kinerja 

pertumbuhan bertujuan untuk meningkatkan 

produktivitas kambing Boerawa. Produktivitas 

merupakan hasil kerja sama antara potensi 

produksi dan populasi. Populasi kambing 

Boerawa diharapkan meningkat dari tahun ke 

tahun agar mampu menyumbang kebutuhan 

protein hewani asal ternak. populasi kambing di Provinsi Lampung 

pada tahun 2014 sebanyak 1.250.823 ekor atau 

6,71% dari populasi kambing di Indonesia.  

Populasi kambing di Lampung tersebar di 

setiap kabupaten. Salah satu kabupaten  yang 

memiliki populasi cukup banyak yaitu 

Kabupaten Tanggamus sebanyak 174.265 ekor 

. Wilayah Kabupaten 

Tanggamus yang dikenal sebagai tempat 

pengembang-an peternakan kambing Boerawa 

yaitu Kecamatan Sumberejo.  

Kambing Boerawa di Kecamatan 

Sumberejo dikembangkan di tiga kelompok 

ternak yaitu Pelita Karya 3, Mitra Usaha, dan 

Handayani. Namun demikian, performa 

pertumbuhannya yaitu ukuran tubuh pada 

kambing Boerawa Grade 1 (G1) umur 1 tahun di 

ketiga kelompok cukup bervariasi. Hal tersebut 

mencerminkan potensi genetik masing-masing 

pejantan yang diwariskan. Jadi, penelusuran 

pejantan yang menghasilkan anak dengan kisaran 

ukuran tubuh tertentu perlu dilakukan. 

Berdasarkan uraian tersebut perlu diteliti 

tentang performa pertumbuhan kambing 

Boerawa G1 umur 1 tahun untuk mengevaluasi 

perkembangan program grading up ditinjau dari 

segi pertumbuhan dan selanjutnya menelusuri 

tetua pejantan masing-masing Boerawa G1 yang 

diamati. 

 

Penelitian ini dilaksanakan pada 

Agustus—September 2015 pada Kelompok 

Ternak Pelita Karya 3, Mitra Usaha, dan 

Handayani di Kecamatan Sumberejo, Kabupaten 

Tanggamus. 

Materi dan Alat Penelitian 

 

Materi penelitian yang digunakan berupa 

data tentang bobot badan, lingkar dada, panjang 

badan, dan tinggi pundak dari 50 ekor kambing 

Boerawa G1 hasil ke-turunan 5 ekor pejantan 

Kambing Boer yang terdapat di Kelompok 

Ternak Pelita Karya 3, Mitra Usaha, dan 

Handayani. Peralatan yang digunakan oleh 

peternak dalam menimbang dan mengukur yaitu 

timbangan merk Xinekten kapasitas 100 kg 

dengan tingkat ketelitian 0,5 kg dan pita ukur 

merk Butterfly dengan panjang 1,5 m dan tingkat 

ketelitian 1,0 mm. 

 

Metode Penelitian 

 

Metode yang digunakan dalam  penelitian 

ini yaitu metode survei dan penentuan sampel 

dilakukan dengan purposive sampling . Materi yang diamati berupa 50 

ekor kambing Boerawa G1 umur 1 tahun dari 5 

ekor pejantan Boer. Jumlah pejantan yang 

digunakan sebagai sampel dihitung dengan 

rumus: 

π‘₯𝑛 =

𝑛𝑛

𝑁

× 5 

Keterangan: 

π‘₯𝑛  = jumlah pejantan Boer yang digunakan sebagai  

sampel pada masing-masing 

   kelompok ternak (ekor) 

𝑛𝑛  = jumlah pejantan Boer pada masing-masing 

kelompok ternak (ekor) 

N = jumlah populasi pejantan Boer (ekor) 

5 = jumlah pejantan Boer yang dibutuhkan (ekor)  

 

Penelitian ini menggunakan data sekunder 

yang diperoleh dari rekording perkawinan, 

kelahiran, dan pertumbuhan kambing Boerawa 

G1 di Kelompok Ternak Pelita Karya 3, Mitra 

Usaha, dan Handayani.  

Peubah yang Diamati 

 

Peubah yang diamati sebagai berikut: 

1. bobot umur 1 tahun (BSt). Peternak 

memperoleh BSt (kg) dengan cara me-

nimbang kambing pada umur sekitar 12 

bulan;  

2. lingkar dada (LD). Peternak mengukur LD 

(cm) menggunakan pita ukur dengan cara 

melingkarkan pita ukur pada bagian 

belakang siku tulang rusuk paling depan, 

diukur dari gumba ke gumba; 

3. panjang badan (PB). Peternak mengukur 

PB (cm) menggunakan tongkat ukur dengan 

posisi kambing berdiri tegak dan keempat 

kaki kambing membentuk empat persegi 

panjang. Pengukuran dilakukan dari ujung 

sendi bahu sampai benjolan tulang tapis 

(tulang belakang); 

4. tinggi pundak (TP). Peternak mengukur TP 

(cm) menggunakan tongkat ukur dari 

bagian tertinggi pundak pada tulang rusuk 

ketiga dan keempat tegak lurus ke tanah 

tempat kambing berdiri. 

 

Analisis Data 

 

Bobot badan dan ukuran tubuh kambing 

Boerawa umur 1 tahun terkoreksi dihitung 

dengan rumus sesuai rekomendasi Hardjosubroto 

(1994): 

 

a.  𝐡𝑆𝑑𝑇 =   π΅π‘†+  

𝐡𝑆𝑑−𝐡𝑆

π‘‡π‘Š

× 245  (𝐹𝐾𝐽𝐾) 

 

Keterangan:  

BStT = bobot umur 1 tahun terkoreksi (kg) 

BS = bobot sapih (kg) 

BSt = bobot umur 1 tahun (kg) 

TW = tenggang waktu antara umur penimbangan  

 BSt dan BS (hari) 

FKJK = faktor koreksi jenis kelamin 

 

 

b.𝐷𝑆𝑑𝑇 =  𝐿𝐷𝑆 +  

𝐿𝐷𝑆𝑑−𝐿𝐷𝑆

π‘‡π‘Š

× 245  (𝐹𝐾𝐽𝐾) 

 

Keterangan:  

 LDStT = lingkar dada saat umur 1 tahun terkoreksi 

(cm) 

 LDS = lingkar dada umur sapih (cm) 

 LDSt = lingkar dada saat umur 1 tahun (cm) 

 FKJK = faktor koreksi jenis kelamin 

 

 

c.𝑃𝐡𝑆𝑑𝑇 =  𝑃𝐡𝑆+  

𝑃𝐡𝑆𝑑−𝑃𝐡𝑆

π‘‡π‘Š

× 245   πΉπΎπ½πΎ  

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 82-89, Februari 2016  Ade Irma Suryani et al. 

 

88 

 

SSs 

s-1 

SSw 

n-s 

MSs – MSw 

 

Keterangan:  

PBStT = panjang badan saat umur 1 tahun terkoreksi  

 (cm) 

PBS = panjang badan umur sapih (cm) 

PBSt = panjang badan saat umur 1 tahun (cm) 

FKJK = faktor koreksi jenis kelamin 

d. 𝑇𝑃𝑆𝑑𝑇 =  𝑇𝑃𝑆 +  

𝑇𝑃𝑆𝑑−𝑇𝑃𝑆

π‘‡π‘Š

× 245  (𝐹𝐾𝐽𝐾) 

 

Keterangan: 

TPStT = tinggi pundak saat umur 1 tahun terkoreksi  

 (cm)  

TPS = tinggi pundak umur sapih (cm) 

TPSt = tinggi pundak saat umur 1 tahun (cm) 

FKJK = faktor koreksi jenis kelamin 

 

Nilai FKJK pada kambing menurut 

Hardjosubroto (1994) terdapat pada Tabel 1.  

 

Tabel 1. Faktor koreksi jenis kelamin untuk 

bobot badan dan ukuran tubuh pada 

umur 1 tahun 

 

No. Peubah 

Jenis 

kelamin 

FKJK 

1 Bobot badan Jantan 1,00 

  

Betina 1,09 

2 Lingkar dada Jantan 1,00 

  

Betina 1,14 

3 Panjang badan Jantan 1,00 

  

Betina 1,11 

4 Tinggi pundak Jantan 1,00 

  

Betina 1,13 

 

Sumber: Sulastri (2014a) 

 

Setelah dilakukan pengoreksian, data hasil 

perhitungan dideskripsikan. 

 

Estimasi heritabilitas 

 

Bobot sapih dan ukuran tubuh kambing 

Boerawa umur 1 tahun terkoreksi di-

kelompokkan berdasarkan kelompok tetua jantan 

untuk melakukan estimasi heritabilitas dengan 

metode one way one out sesuai rekomendasi 

Becker (1992). Analisis keragaman untuk 

estimasi heritabilitas tersebut terdapat pada Tabel 

2. 

 

 

Sumber: Hardjosubroto (1994) 

Keterangan: 

s = jumlah pejantan (ekor) 

n = jumlah induk yang dikawinkan dengan  

pejantan (ekor) 

w = jumlah individu per pejantan (ekor) 

k = jumlah anak per pejantan  

 

Faktor koreksi (FK) = (∑x)2/n  

Jumlah kuadrat total (JKt/SSt) = ∑x2 – FK  

Jumlah kuadrat pejantan (JKs/SSs) = ∑xn

2/k – FK  

Jumlah kuadrat keturunan dalam pejantan (JKw/SSw) 

= JKt – JKs 

 

Kuadrat tengah antarpejantan (MSs) = 

 

Kuadrat tengah dalam pejantan (MSw) =  

 

Οƒ2w = MSw 

 

Οƒ2s= 

 

Estimasi heritabilitas dihitung dengan rumus: 

β„Žπ‘ 

2 =

4πœŽπ‘ 

2

πœŽπ‘ 

2 + πœŽπ‘€

2

 

Keterangan: 

hs

2                    = heritabilitas 

Οƒ2s    = komponen ragam antarpejantan 

Οƒ2w    = komponen ragam dalam pejantan 

 

Sumber : Becker (1992) 

 

Standard error (S.E.) estimasi heritabilitas 

dihitung dengan rumus:  

 

𝑆.𝐸.  β„Žπ‘ 

2 = 4 

2(1− 𝑑)2(1 +  π‘˜ − 1 𝑑)2

π‘˜ π‘˜ − 1 (𝑠 − 1)

 

 

Keterangan : 

S.E. =simpangan baku/standar error 

t = korelasi dalam kelas 

k =jumlah anak per pejantan 

s = jumlah individu total 

 

Nilai Pemuliaan 

 

Menurut Hardjosubroto (1994), NP pejantan 

pada uji keturunan dapat dihitung dengan rumus: 

𝑁𝑃 =

2π‘›β„Ž2

4 +  𝑛 − 1 β„Ž2

 π‘ − 𝑝  + 𝑝  

 

Keterangan: 

NP = nilai pemuliaan pejantan pada uji  

keturunan 

h2 = heritabilitas sifat yang diseleksi 

n = jumlah anak per pejantan (ekor) 

𝑝  = rata – rata bobotbadan anak per pejantan 

(kg) 

 = rata – rata ukuran tubuhanak per  

pejantan (cm) 

𝑝  = rata – rata bobotbadan anak dalam  

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(1): 82-89, Februari 2016  Ade Irma Suryani et al. 

 

89 

 

populasi (kg) 

 = rata – rata ukuran tubuhanak dalam  

populasi (cm) 

 

 

HASIL DAN PEMBAHASAN 

 

A. Bobot Badan dan Ukuran Tubuh Kambing 

Boerawa G1 Umur 1 Tahun Terkoreksi 

 

Bobot badan dan ukuran tubuh kambing pada 

umur 1 tahun merupakan ekspresi potensi 

genetik individu sendiri dan sudah tidak 

dipengaruhi oleh induk karena sudah lepas sapih 

dan tidak dirawat oleh induknya (Faruque, et al., 

2010). Bobot badan dan ukuran tubuh umur 1 

tahun terkoreksi kambing Boerawa G1 yang 

diperoleh dari hasil penelitian disajikan pada 

Tabel 2. 


Berdasarkan tabel 3 di atas tampak bahwa 

rata-rata bobot badan terkoreksi kambing 

Boerawa G1 umur 1 tahun sebesar 33,78 ± 1,19 

kg. Ukuran tubuh meliputi lingkar dada, panjang 

badan, dan tinggi pundak berturut-turut sebesar 

68,28 ± 3,20 cm; 63,73 ± 2,17cm; dan 63,72 ± 

2,96 cm. Hasil penelitian ini lebih rendah 

dibandingkan dengan hasil penelitian Sulastri 

(2014b) yang melaporkan bahwa rata-rata bobot 

kambing Boerawa G1 umur 1 tahun seberat 43,49 

± 6,15 kg, lingkar dada 70,13 ± 2,98 cm, panjang 

badan 67,31 ± 2,57 cm, dan tinggi pundak 65,88 ± 

2,37 cm. Hal ini diduga karena adanya perbedaan 

pada tetua, sampel pengamatan, dan lokasi 

pengamatan. Pada penelitian Sulastri (2014b) 

sampel diambil dari Kelompok Ternak Karya 

Makmur III di Desa Dadapan sedangkan pada 

penelitian ini sampel diambil dari Kelompok 

Ternak Pelita Karya 3 di Desa Dadapan, Mitra 

Usaha di Desa Tegal Binangun, dan Handayani di 

Desa Sidokaton. Menurut Gilbert dan Churchill 

(2005), sampel yang berbeda akan menghasilkan 

statistik yang berbeda dan estimasi yang juga 

berbeda dari parameter populasi yang sama. 

Ukuran tubuh hasil penelitian ini lebih 

rendah daripada penelitian 

sehingga bobot badannya juga akan lebih rendah. 

Hal ini diduga karena faktor lingkungan dan 

manajemen pemeliharaan yang tidak jauh berbeda 

antarkelompok ternak. Lingkungan ternak adalah 

keseluruhan dari kondisi eksternal ternak yang 

ber-pengaruh terhadap perkembangan, respon, 

dan pertumbuhan ternak. Pada umum-nya, 

lingkungan memiliki persentase yang lebih tinggi 

dibandingkan dengan  genetik, yaitu lingkungan 

70% dan genetik 30%.  

Faktor lingkungan yang langsung 

berpengaruh pada kehidupan ternak yaitu iklim. 

Iklim merupakan faktor penentu ciri khas dan 

pola hidup dari suatu ternak. Iklim sendiri 

merupakan bagian terpenting dari penentuan kerja 

status faali dari ternak. Pengaruh langsung iklim 

terhadap ternak adalah pada produktivitasnya 

Kelembapan dan suhu 

udara dari suatu lingkungan ke-hidupan ternak 

merupakan salah satu unsur iklim yang 

memengaruhi kesehatan ternak. Kelembapan 

udara yang tinggi disertai suhu udara yang tinggi 

menyebab-kan meningkatnya frekuensi respirasi 

dan akan mempertinggi kejadian penyakit saluran 

pernapasan ,

Ternak dengan sifat genetik baik tidak 

akan mengekspresikan potensi genetiknya tanpa 

didukung oleh lingkungan yang menunjang. 

Bahkan telah diketahui bahwa dalam membentuk 

performan,  lingkungan berpengaruh lebih besar 

daripada sifat genetik ternak. Oleh karena itu, 

ternak yang dipelihara dalam satu wilayah 

cenderung memiliki produktivitas yang sama. 

Berdasarkan hasil kunjungan ke Instalasi 

Pembibitan Kambing dan Unggas (IPKU), 

pejantan kambing Boer yang digunakan pada 

ketiga kelompok penelitian bukan merupakan 

bangsa Boer murni. Hal ini dilihat berdasarkan 

performan kambing Boer jantan pada umur 1 

tahun tidak sebaik kambing Boer murni. Pejantan 

kambing Boer berasal dari Australia yang 

kemudian dibiakkan oleh PT. Santori Agrindo 

Feedlot. Kemudian pejantan kambing Boer dibeli 

pada umur 1 tahun untuk dipinjamkan pada 

kelompok ternak di Kecamatan Sumberejo dan 

mulai dikawinkan pada umur 1,5 tahun. Namun 

dalam hal ini tidak ada rekording tentang 

silsilahnya. 

 

Heritabilitas (h2) merupakan istilah yang 

digunakan untuk menunjukkan bagian dari 

keragaman total suatu sifat yang disebabkan oleh 

pengaruh genetik menyatakan bahwa nilai 

heritabilitas suatu sifat mencerminkan keragaman 

fenotip antarindividu dalam populasi yang 

disebabkan oleh faktor genetik. 

Hasil analisis h2 pejantan kambing Boer 

pada bobot badan, lingkar dada, panjang badan, 

dan tinggi pundak berturut-turut sebesar 0,19 ± 

0,40; 0,15 ± 0,38; 0,20 ± 0,41; dan 0,17 ± 0,39. 

Menurut Dalton (1980), nilai h2 dapat 

dikelompokkan kedalam tiga klasifikasi, yaitu 

0,0—0,1 termasuk dalam klasifikasi rendah, 0,1—

0,3 termasuk dalam klasifikasi sedang, dan 0,3—

1,0 termasuk dalam klasifikasi tinggi. Hasil 

analisis yang diestimasi berdasarkan metode 

korelasi saudara tiri sebapak tersebut 

menunjukkan bahwa nilai h2bobot badan dan 

ukuran tubuh kambing Boerawa G1 umur 1 tahun 

yang dianalisis termasuk dalam kelassedang, 

sehingga efektif apabila peningkatan kinerja 

pertumbuhan dilakukan melalui seleksi. Menurut 

 seleksi individu sangat 

efektif dilakukan pada sifat yang memiliki 

heritabilitas sedang sampai tinggi karena 

kecermatan seleksi ditentukan oleh besarnya 

heritabilitas. 

menunjukkan bahwa heritabilitas pejantan 

kambing Boer pada bobot badan, lingkar dada, 

panjang badan, dan tinggi pundak berturut-turut 

sebesar 0,19 ± 0,07; 0,17 ± 0,01; 0,19 ± 0,06; 0,18 

± 0,02 yang termasuk dalam kelas sedang. 

perbedaan sampel 

pengamatan mengakibatkan perbedaan genetik 

populasi sehingga sifat yang di-amati pada lokasi 

yang berbeda dapat mengakibatkan nilai 

heritabilitas yang berbeda. Namun berdasarkan 

klasifikasinya, heritabilitas pada penelitian ini 

tidak berbeda dengan penelitian 

Hal ini berarti kemampuan pejantan kambing 

Boer dalam mewariskan sifat yang digunakan 

sebagai sampel pada masing-masing penelitian 

tidak jauh berbeda. Berdasarkan perbandingan 

tersebut, diduga potensi dari tetua sama namun 

dalam hal ini tidak ada rekording tentang 

silsilahnya.Akan tetapi, estimasi heritabilitas 

kinerja pertumbuhan pada penelitian ini memiliki 

nilai salah baku yang tinggi. Salah baku 

heritabilitas dinyatakan tinggi apabila nilainya 

lebih besar daripada nilai heritabilitas yang 

diperoleh.  salah 

baku heritabilitas yang tinggi disebabkan tidak 

adanya penyesuaian data, kesalahan pengambilan 

contoh, dan jumlah individu dalam setiap 

kelompok keluarga terlalu bervariasi. Selain itu, 

tinggi rendahnya nilai salah baku dipengaruhi 

oleh jumlah sampel (anak) dan pejantan. Jumlah 

sampel yang diperlukan minimal 500 sampel agar 

diperoleh nilai heritabilitas yang andal . Salah baku yang tinggi dalam 

penelitian ini diduga karena sampel yang 

digunakan terlalu sedikit, yaitu 50 ekor kambing 

Boerawa G1 umur 1 tahun dari 5 ekor pejantan 

kambing Boer, sedang-kan penelitian menggunakan rekording pertumbuhan 

450 ekor kambing Boerawa G1. 

Heritabilitas yang memiliki salah baku 

yang tinggi menunjukkan bahwa nilai heritabilitas 

tersebut tidak cukup andal. Estimasi heritabilitas 

yang andal apabila digunakan dalam 

penghitungan rumus-rumus pemuliaan ternak 

memiliki hasil yang tidak berbeda jauh dengan 

kondisi nyata di lapangan , Oleh karena itu, meskipun nilai 

heritabilitas pada penelitian ini dalam kelas 

sedang, namun tidak cukup andal untuk dijadikan 

sebagai acuan dalam perhitungan rumus-rumus 

pemuliaan ternak. 

 menyatakan estimasi 

heritabilitas kinerja pertumbuhan pada saat lahir, 

sapih, dan umur setahun bukan suatu konstanta 

akibat adanya perubahan frekuensi gen suatu sifat 

dalam populasi. Perubahan frekuensi gen tersebut 

disebabkan oleh adanya seleksi, pengaturan 

perkawinan, serta mutasi masuk dan keluar ternak 

ke dalam dan ke luar dari wilayah populasi. Oleh 

karena itu, parameter genetik harus diestimasi 

secara periodik 

 

C. Nilai Pemuliaan Pejantan Boer 

 

Nilai h2 digunakan untuk menghitung nilai 

pemuliaan (NP) absolut pejantan.NP adalah 

penilaian terhadap mutu genetik ternak untuk 

suatu sifat tertentu yang diberikan secara relatif 

atas dasar kedudukan di dalam populasi. NP 

digunakan sebagai dasar pemilihan induk atau 

pejantan untuk mengambil keputusan bahwa 

ternak akan dipertahankan sebagai tetua untuk 

dikembangbiakan atau disingkirkan dalam 

populasi.  

 

1. Nilai pemuliaan bobot badan 

 

Bobot umur 1 tahun merupakan bobot yang 

diperoleh dengan cara menimbang kambing pada 

umur sekitar 12 bulan. Bobot badan ini 

selanjutnya digunakan untuk menghitung NP 

bobot badan. Hasil perhitungan NP bobot badan 

pada penelitian ini menunjukkan bahwa pejantan 

Boer terbaik adalah pejantan Bursan  karena 

memiliki NP bobot badan tertinggi yaitu sebesar 

34,06 kg (Tabel 4). 

 

Tabel 4. Nilai pemuliaan bobot badan pejantan  

Boer 

Pejantan Bobot badan (kg) 

Bandot 33,75 

Badu 33,33 

Sabes 34,05 

Gendut 33,72 

Bursan 34,06 

Rata-rata 33,78 

 

bahwa rata-rata NP pejantan Boer berdasarkan 

bobot badan  kambing Boerawa G1 umur 1 tahun 

sebesar 47,66  kg. NP bobot badan yang lebih 

rendah pada penelitian ini diduga karena kambing 

Boerawa yang digunakan sebagai sampel  

memiliki bobot badan yang lebih rendah daripada 

pejantan pada penelitian 

meskipun heritabilitasnya tidak jauh berbeda. 

 bahwa 

besarnya NP ditentukan oleh heritabilitas sifat dan 

besarnya performa atau sifat yang diukur untuk 

menentukan NP. NP yang lebih rendah pada 

penelitian ini menunjukkan kemampuan kambing 

sampel untuk mewariskan potensi genetik kepada 

keturunannya lebih rendah daripada kambing 

sampel penelitian

 

2. Nilai pemuliaan lingkar dada 

 

Lingkar dada merupakan salah satu ukuran 

tubuh yang banyak digunakan untuk menaksir 

bobot hidup ternak. Lingkar dada dapat diukur 

dengan menggunakan pita meter melingkari dada 

kambing tepat di belakang siku. Hasil perhitungan 

NP lingkar dada pada penelitian ini dapat dilihat 

pada Tabel 5. 

Dari hasil perhitungan menunjukkan 

bahwa pejantan Boer terbaik adalah pejantan 

Bursan karena memiliki NP lingkar dada tertinggi 

yaitu sebesar 69,10 cm. 

bahwa hubungan antara lingkar dada dan bobot 

badan lebih erat daripada hubungan antara 

panjang badan dan bobot badan, sehingga dalam 

penelitian ini NP lingkar dada dan bobot badan 

yang tertinggi adalah pejantan Bursan. Besarnya 

NP lingkar dada dipengaruhi oleh h2,rata-rata 

lingkar dada per-pejantan, rata-rata lingkar dada 

dalam populasi, dan banyaknya sampel yang 

digunakan dalam penelitian ini. 

 

3. Nilai pemuliaan panjang badan 

 

Panjang badan merupakan salah satu 

ukuran tubuh yang digunakan dalam pendugaan 

bobot tubuh. Pengukuran dilakukan dari ujung 

sendi bahu sampai benjolan tulang tapis (tulang 

belakang) dengan menggunakan tongkat ukur 

dengan posisi kambing berdiri tegak. Hasil 

perhitungan NP panjang badan penelitian ini 

dapat dilihat pada Tabel 6. 

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa 

NP panjang badan terbaik dimiliki oleh pejantan 

Bursan, yaitu sebesar 64,02 cm. Pejantan tersebut 

dinyatakan sebagai pejantan terbaik berdasarkan 

tingginya NP panjang badan dibanding-kan 

dengan sampel pejantan lainnya. menyatakan bahwa individu dengan NP 

tinggi menunjukkan kemampuannya yang tinggi 

untuk mewariskan potensi genetiknya kepada 

keturunannya dan mengulang produksi-nya. 

Beberapa faktor yang mempengaruhi NP panjang 

badan yaitu  h2, rata-rata panjang badan 

perpejantan, rata-rata panjang badan dalam 

populasi, dan banyaknya sampel yang digunakan 

dalam penelitian ini. 

 

Tabel 5. Nilai pemuliaan lingkar dada pejantan 

Boer 

Pejantan Lingkar dada (cm) 

Bandot 68,00 

Badu 67,74 

Sabes 67,70 

Gendut 68,85 

Bursan 69,10 

Rata-rata 68,28 

 

Tabel 6. Nilai pemuliaan panjang badan  pejantan  

Boer 

 

Pejantan Panjang badan (cm) 

Bandot 63,92 

Badu 63,44 

Sabes 63,31 

Gendut 63,97 

Bursan 64,02 

Rata-rata 63,73 

 

4. Nilai pemuliaan tinggi pundak 

 

Tinggi pundak juga merupakan salah satu 

ukuran tubuh yang dapat digunakan sebagai data 

pendukung dalam penentuan performan ternak. 

Tinggi pundak dapat diukur dengan menggunakan 

tongkat ukur dari atas tanah tepat kambing berdiri 

sampai dengan titik tertinggi pada gumba, pada 

tulang rusuk ketiga dan keempat . Besarnya NP tinggi pundak 

dipengaruhi oleh h2, rata-rata tinggi pundak 

perpejantan, rata-rata tinggi pundak dalam 

populasi, dan banyaknya sampel yang digunakan 

dalam penelitian ini. NP tinggi pundak terbaik 

dalam penelitian ini dimiliki oleh pejantan 

Bursan, yaitu sebesar 64,42 cm. Hasil perhitungan 

NP tinggi pundak penelitian ini dapat di-lihat 

pada Tabel 7. 

 

Tabel 7. Nilai pemuliaan tinggi pundak Pejantan 

Boer 

Pejantan Tinggi pundak (cm) 

Bandot 63,31 

Badu 63,55 

Sabes 63,48 

Gendut 63,82 

Bursan 64,42 

Rata-rata 63,72 

 

Secara keseluruhan hasil perhitungan NP 

bobot badan dan ukuran tubuh pejantan Boer 

berdasar-kan bobot badan dan ukuran tubuh 

kambing Boerawa G1 umur 1 tahun menyatakan 

bahwa pejantan Boer terbaik yaitu pejantan 

Bursan. Pejantan Bursan dinyatakan sebagai 

pejantan terbaik karena pejantan tersebut 

memiliki NP tertinggi pada semua peubah yang 

diamati dibandingkan dengan pejantan Boer 

lainnya. individu 

dengan NP tinggi menunjukkan kemampuan yang 

tinggi untuk mewariskan potensi genetik kepada 

keturunannya dan mengulang produksinya. 

 menyatakan pejantan 

dengan NP tinggi mewariskan separuh nilai 

pemuliaannya kepada keturunannya dan separuh 

bagian lainnya berasal dari genetik induk. 

 

Berdasarkan hasil penelitian dan 

pembahasan maka dapat disimpulkan bahwarata-

rata bobot badan, lingkar dada, panjang badan, 

dan tinggi pundak Boerawa grade 1 umur satu 

tahun terkoreksi berturut-turut sebesar 33,78 ± 

1,19 kg; 68,28 ± 3,20 cm; 63,73 ± 2,17cm; 63,72 

± 2,96 cm; 

Heritabilitas pejantan kambing Boer pada 

bobot badan, lingkar dada, panjang badan, dan 

tinggi pundak  berturut-turut sebesar 0,19 ± 0,40; 

0,15 ± 0,38; 0,20 ± 0,41; 0,17 ± 0,39 (kelas 

sedang); 

rata-rata NP bobot tubuh, lingkar dada, 

panjang badan, dan tinggi pundak pejantan Boer 

terkoreksi berturut-turut sebesar 33,78 kg; 68,28 

cm; 63,73 cm; 63,72 cm; 

Pejantan dengan NP terbaik yaitu pejantan 

Bursan karena memiliki nilai NP di atas rata-rata 

pada keempat peubah yang diamati. NP pejantan 

Bursan pada bobot badan sebesar 34,06 kg; 

lingkar dada 69,10 cm; panjang badan 64,02 cm; 

dan tinggi pundak 64,42 cm. 

disarankan: peternak Kecamatan Sumberejo 

sebaiknya memprioritaskan pejantan kambing 

Boer terbaik agar dipertahankan guna 

dikembangbiakkan dalam populasi dan 

menyediakan pengganti untuk pejantan Boer yang 

memiliki NP di bawah rata-rata agar produktivitas 

kambing Boerawa di lokasi tersebut dapat 

meningkat; 

Nilai heritabilitas pada penelitian ini dalam 

kelas sedang, namun tidak cukup andal untuk 

dijadikan sebagai acuan dalam perhitungan 

rumus-rumus pemuliaan ternak. Sebaiknya satuan 

percobaan diperbanyak agar diperoleh salah baku 

yang lebih rendah dari nilai heritabilitas; 

Perlu adanya penelitian pada parameter 

genetik yang diestimasi secara periodik guna 

mengetahui kinerja pertumbuhan dan sebagai 

acuan peternak dalam usaha memperbaiki 

manajemen pemeliharaan kambing Boerawa di 

Kecamatan Sumberejo, Kabupaten Tanggamus.