• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ternak 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ternak 1. Tampilkan semua postingan

ternak 1

 














































 

Tingginya permintaan daging dari tahun ke tahun memperlihatkan bahwa adanya 

perubahan pola konsumsi warga . Perubahan ini kemungkinan dipicu   adaya 

perubahan tingkat pendapata, pendidikan dan struktur warga . Meningkatnya 

permintaan daging ini ini tidak diiringi dengan peningkatan populasi ternak sebagai 

sumber daging. Untuk memenuhi prningkatan populasi ternak maka diupaya 

peningkatan pengelolaan peternakan.  

berdasar  UU no 41 Tahun 2014 maka defenisi peternakan adalah segala urusan yang 

berkaitan dengan sumber daya fisik, Benih, Bibit, Bakalan, Ternak Ruminansia Indukan, 

Pakan, Alat dan Mesin Peternakan, budi daya Ternak, panen, pascapanen, pengolahan, 

pemasaran, pengusahaan, pembiayaan, serta sarana dan prasarana. Dari defenisi diatas terlihat 

bahwa tidak semua hewan tergolong ternak dan tidak semua hewan dapat diusahakan sebagai 

ternak. UU No 41 Tahun 2014 juga menyatakan bahwa defenisi ternak adalah Hewan 

peliharaan yang produknya diperuntukan sebagai penghasil pangan, bahan baku industri, jasa, 

dan/atau hasil ikutannya yang terkait dengan pertanian. 

 Beda hewan dengan hwan peliharaan adalah hewan merupakan binatang atau satwa yang 

seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di darat, air, dan/atau udara, baik yang 

dipelihara maupun yang di habitatnya. Sedangkan hewan peliharaan adalah Hewan yang 

kehidupannya untuk sebagian atau seluruhnya bergantung pada manusia untuk maksud 

tertentu. Selanjutnya istilah Satwa Liar adalah semua binatang yang hidup di darat, air, 

dan/atau udara yang masih mempunyai sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang 

dipelihara oleh manusia. 

Ruang lingkup peternakan berdasar  defenisi diatas adalah benih, bibit, bakalan, ternak 

ruminansia indukan, pakan, alat dan mesin, budi daya ternak, panen, pasca panen, 

pengolahan, pemasaran, pengusahaan, pembiayaan dan sarana dan prasarana. 

Ternak Ruminansia Betina Produktif adalah Ternak ruminansia betina yang organ 

reproduksinya masih berfungsi secara normal dan dapat beranak. Ternak Ruminansia Indukan 

adalah Ternak betina bukan bibit yang memiliki organ reproduksi normal dan sehat dipakai  

untuk pengembangbiakan. Bakalan Ternak Ruminansia Pedaging yang selanjutnya disebut 

 

 

 

 

Bakalan adalah ternak ruminansia pedaging dewasa yang dipelihara selama kurun waktu 

tertentu hanya untuk digemukkan sampai mencapai bobot badan maksimal pada umur optimal 

untuk dipotong. 

Ruang lingkup pengembangan peternakan adalah : 

1. Ternak. Ternak adalah Hewan piara yang kehidupannya yakni mengenai tempat, 

perkembang biakan serta manfaatnya diatur dan diawasi oleh manusia dan 

dipelihara khusus sebagai penghasil bahan-bahan dan jasa-jasa yang berguna bagi 

kepentingan hidup manusia. 

2. Peternak. Peternak adalah orang atau badan hukum dan atau buruh peternakan 

yang mata pencaharian nya sebagian atau seluruhnya bersumber kepada 

peternakan. 

3. Perusahaan peternakan. Perusahaan peternakan adalah usaha peternakan yang 

dilakukan pada tempat tertentu serta perkembang biakannya dan manfaatnya diatur 

dan diawasi oleh peternak-peternak. 

4. Kelas Ternak. Kelas Ternak adalah sekumpulan atau sekelompok bangsa-bangsa 

ternak yang dibentuk dan dikembangkan mula-mula disuatu daerah tertentu. 

5. Bangsa Ternak (Breed). Bangsa Ternak (Breed) adalah Suatu kelompok dari 

ternak yang memiliki persamaan dalam bentuk morphologis, sifat-sifat fisiologis 

ddan bentuk anatomis yang karakteristik untuk tiap-tiap bangsa dan sifat-sifat 

persamaan ini dapat diturunkan pada generasi selanjutnya. 

Istilah Animal Husbandry dan Animal Breeding. Dalam Bahasa Indonesia keduanya 

memiliki arti yang sama yaitu “ BETERNAK”, namun sebenarnya ada perbedaan makna 

diantara keduanya : 

1. Animal Husbandry adalah beternak dalam arti luas meliputi komponen 

memelihara, merawat, mengatur kehidupan, mengatur perkawinan, mengatur 

kelahiran, penjagaan kesehatan serta mengambil manfaatnya. 

2. Animal Breeding adalah beternak dalam arti sempit yang hanya menitikberatkan 

pada usaha mengatur perkembangbiakan seperti mengatur perkawinan, pemilihan 

bibit, menjaga kemandulan dan kebuntingan serta kelahiran. 

 

 

 

 

3. Cross Breeding adalah perkawinan antara hewan/ternak yang berbeda bangsanya 

(Breed) dimana masing-masing adalah bangsa murni. 

4. Grading Up adalah suatu sistem breeding dimana pejantan murni (biasanya 

didatangkan dari tempat lain) dikawinkan dengan betina lokal. Sesudah itu 

keturunannya yang betina dikawinkan pula dengan pejantan murni itu. Hasil-hasil 

anakan yang jantan terus disingkirkan sampai pada titik tingkat genetik tertentu, 

sehingga hasil akhir akan diperoleh betina dan pejantan Unggul. Nama yang umum 

diwarga  kalau masih dalam taraf grading up adalah Peranakan. 

5. Close Breeding / Inbreeding adalah sistem perkawinan antar individu yang masih 

erat hubungan kekeluargaannya. 

6. Line Breeding adalah In Breeding yang diarahkan pada suatu sifat Individu yang 

disukai. 

7. Line-crossing adalah persilangan antara lines baik dalam bangsa yang sama 

ataupun antar bangsa yang berbeda. 

Fungsi Ternak   

Manfaat atau kegunaan dari usaha ternak yaitu : 

1. Sebagai Sumber Gizi. Produksi ternak seperti telur, daging dan susu merupakan 

bahan makanan yang bergizi tinggi karena banyak mengandung protein, mudah 

dicerna dan lezat. Bahkan air susu merupakan komponen penyempurna dari 

pemenuhan 4 sehat 5 sempurna. 

2. Sebagai Sumber Tenaga. Keberadaan ternak besar dan kecil dimanfaatkan untuk 

sumber tenaga menarik alat-alat pertanian dan alat transportasi. Keberadaan sumber 

tenaga ternak sebagai pembajak sawah masih dipertahankan karena topografi tanah 

pertanian yang berbukit-bukit sehingga sangat sulit penerapan mekanisasi pertanian 

modern. 

3. Sebagai Sumber Pupuk. Hasil samping kotoran ternak dapat dimanfaatkan 

sebagai pupuk kandang bagi tanaman 

4. Sebagai Sumber Penghasilan. Dengan memelihara ternak maka dapat merupakan 

sumber untuk memperoleh uang. 

5. Sebagai Sumber Bahan Industri. Hasil utama dan samping dari ternak dapat 

dipakai  untuk bahan baku industri. Telur, daging dan susu dapat dipakai  

 

 

 

 

dalam berbagai industri makanan. Kulit, Bulu, tulang dan  lainnya dapat dipakai  

untuk industri kerajinan. 

6. Sebagai Sumber Lapangan Kerja. Dengan semakin berkembangnya usaha 

peternakan maka akan membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. Industri 

peternakan adalah industri biologis sehingga campur tangan manusia mutlak 

diperlukan. 

7. Sebagai Sumber Penelitian Ilmu. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, maka 

ternak merupakan sarana penelitian yang efektif bagi pemenuhan kebutuhan 

manusia. 

8. Sebagai Sumber Pariwisata. Dari segi sosial, maka ternak merupakan daya tarik 

wisata tersendiri, khususnya terkait dengan hobi atau kesenangan (Funcy). 

9. Sebagai Sumber Status Sosial. Kepemilikan Ternak dapat meningkatkan status 

sosial bagi seseorang atau sekelompok orang khususnya kepemilikan ternak-ternak 

pilihan. 

10. Sebagai Sumber Sosial Budaya. Di Indonesia masih sangat banyak dibutuhkan 

ternak-ternak sebagai kelengkapan dalam sesaji, kepercayaan yang berkaitan 

dengan tatacara atau adat daerah. 

Karakteristik Peternakan 

1. Karakteristik Ternak adalah Usaha / Industri yang dikendalikan oleh manusia 

dimana mencakup 4 komponen yaitu : Manusia sebagai subyek, Ternak sebagai 

obyek, lahan/tanah sebagai basis ekologi dan teknologi sebagai alat untuk 

mencapai tujuan. 

2. Karakteristik Usaha Dinamis, dimana usaha peternakan harus dikaji dengan 

analisa  dinamis dengan referensi waktu dan penuh dengan ketidakpastian. 

3. Karakteristik Produk Peternakan adalah karakteristik hasil utama maupun 

sampingan usaha peternakan. Yaitu Fragile (mudah pecah secara fisik), Perishable 

(mudah rusak secara kimiawi dan biologi), Quality variation ( Tingkat Variasi yang 

tinggi dalam kualitas produk) serta Bulky ( Nilai ekonomis hasil samping 

berlawanan dengan hasil utama). 

4. Karakteristik Produksi Peternakan adalah faktor-faktor produksi usaha 

peternakan yang jumlahnya relatif banyak serta dominansi pengaruh lingkungan 

yang besar. 

 

 

 

 

5. Karakateristik sistim Usaha Peternakan terdiri dari Sistem Intensif (Modal dan 

teknologi tinggi/banyak dengan tenaga kerja rendah/sedikit) serta sistem Ektensif 

(Modal dan teknologi rendah/sedikit dengan tenaga kerja tinggi/banyak). Jadi yang 

Intensif respon supply rendah sedangkan ektensif respon suplly tinggi. 

6. Karakteristik Tipe Ternak berdasar  pemakaian  pakan yaitu Ternak Non 

Ruminansia (Berperut tunggal) dan Ternak Ruminansia (Berperut ganda). 

Karakteristik Peternakan di Indonesia 

Karakteristik Peternakan di Indonesia terdiri dari: 

1. Peternakan Tradisional dengan ciri-ciri Jumlah ternak sedikit, Input teknologi 

rendah, Tenaga kerja Keluarga dan profit rendah (sebagai tabungan). 

2. Peternakan Backyard dengan ciri-ciri Jumlah ternak sedikit, Input teknologi 

mulai tinggi, Tenaga kerja Keluarga dan profit sedang. Diwakili peternak ayam ras 

dan sapi perah 

3. Peternakan Modern dengan ciri-ciri Jumlah ternak banyak, Input teknologi tinggi, 

Tenaga kerja spesifik bidang peternakan dan profit tinggi. 

Ternak-ternak yang dibudidayakan oleh manusia dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok 

yaitu: 

1. Ternak Unggas (Class Aves biasanya Meat type dan Egg type) antara lain 

Ayam (Gallus  domesticus), Itik (Anas planthyrynchos), Entog (Cairina moschata), 

Angsa (Anser anser) dan Kalkun (Melegris galopavo) dan Tiktok. 

2. Ternak Potong (Class Mamalia biasanya Meat type) antara lain Ternak Potong 

Besar : Sapi (Bos species), Kerbau (Buballus bubalis), Kuda (Equs caballus), 

Keledai (Equs asinus), Zebra (Equs hipotigris) dan Unta (Camell dromedarius). 

Ternak Potong Kecil : Kambing (Capra species), Domba (Ovis species), Babi (sus 

species). 

3. Ternak Perah (Class Mamalia biasanya Milk type) antara lain Sapi Perah, 

Kerbau Perah, Kuda Perah, Kambing Perah dan Unta Perah. 

4. Aneka Ternak adalah ternak-ternak yang tidak dalam satu class antara lain : 

Kelinci (Lepus cuniculus), Lebah (Apis species), Puyuh (Coturnix coturnix), 

Bekicot, Walet, Kodok dll. 

 

 

 

PROSPEK PETERNAKAN INDONESIA MENUJU 2045 

   

 Indonesia merupakan Negara yang memiliki 3.530 spesies tumbuhan dan 2.827 jenis 

ikan sebagai sumber penyediaan bahan pangan. Duapuluh lima persen keragaman hayati 

dunia disumbangkan oleh Indonesia. Indonesia merupakan penghasil sawit terbesar di dunia 

yaitu sekitar 80%. berdasar  intensitas kegiatan budidaya, pemakaian  tanah di Indonesia 

terdiri dari 63 %masih hutan, 4 % sawah, 2% non pertanian, 8% lahan kering, 9 % 

perkebunan dan 14% lain-lain ( padang rumput dsb) (Hanani dan zakaria,  2012).  

 berdasar  sumber daya alam ini maka Indonesia membutuhkan inovasi dan 

kreatifitas, jaringan dan teknologi guna mengoptimalkan pemakaian  sumber daya alam yang 

ada. Peran Perguruan tinggi sangat dibutuhkan sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas 

SDM dan sebagai wahana perunbahan pola pikir warga  menuju civil society yang 

demokrafis. 

 Pembangunan Indonesia diarahkan kepada pembangunan ekonomi yang berkualitas 

tinggi, pertumbuhan tinggi yang pro pertumbuhan, pro pemerataan, pro lapangan kerja, pro 

warga  miskin, pro lingkungan alam. Pembangunan ini diharapkan mampu menjaga 

ketahanan penghidupan, ketahanan pangan, penghapusan kemiskinan dan pemerataan, 

ketahanan energi, jasa lingkungan, basis bioindustri, penningktan kesehatan, iklim 

pembangunan, daya tahan ekonomi dan pertumbuhan berkualitas. Perwujudan pembangunan 

ini adalah pertanian yang bermartabat, mandiri, maju, adil dan makmur. Usaha yang perlu 

dilakukan adalah transformasi sektoral, demografi, spasial, institusional, governance dan 

pertanian. 

 

 

 

 Pembangunan pertanian dalam arti luas merupakan poros utama pembangunan 

Indonesia. Hal ini dipicu   oleh transformasi pertanian akan menghasilkan transformasi 

intersektoral, spasial, demografi, institusional, dan tata kelola pembangunan. 

2.1.Kondisi Peternakan Indonesia saat ini. 

Peternakan adalah salah satu sektor yang banyak menyumbang terhadap ketersediaan 

pangan. Kebutuhan protein hewani konsumen dipenuhi melalui sector peternakan. Produk 

utama peternakan adalah susu, daging, telur dan bibit. Selain produk utama, peternakan 

memiliki produk sampingan yang nilainya tidak jauh bersaing dari nilai produk utama. 

Produk sampingan peternakan terdiri dari : bulu ayam, bulu domba, darah yang diolah 

menjadi tepung darah, tulang yang diolah menjadi tepung tulang atau hiasan, tanduk sebagai 

hiasan, kulit yang diolah menjadi jaket, sepatu, tas dan kotoran ternak yang diolah menjadi 

pupuk padat, pupuk cair dan biogas. Potensi produk peternakan di Indonesia, saat ini belum 

dioptimalkan pemakaian nya. Hal ini kemungkinan dipicu   karena Peternakan di 

Indonesia masih berskala kecil dan rata beternak merupakan pekerjaan sampingan. 

Ternak ; Populasi ternak Indonesia saat ini dapat dilihat pada tabel 2.1.  

Konsumsi/ 

Produksi 

Karkas (juta ton) Pertumbuhan (%/th) 

1999/ 

2001 

2015 2030 2050 1999/2001-

2015 

 

2015-2030 2030-2050 

Konsumsi  

Dunia 228 305 380 463 2,0 1,5 1,0 

Negara 

Berkembang 

127 191 258 334 2,8 2,0 1,3 

Negara Maju 101 113 123 130 0,8 0,5 0.3 

Produksi  

Dunia 230 306 382 465 1,9 1,5 1,0 

 

 

 

 

Negara 

Berkembang 

125 190 255 332 2,8 2,0 1,3 

Negara Maju 104 116 126 133 0,7 0,6 0,3 

 

 

 

 

BAB III 

PROSPEK PETERNAKAN GLOBAL MENUJU 2045 

 

PENDAHULUAN 

 

 Landasan strategik melalui pemikiran dan perancanaan matang pemerintah dan para 

ahli telah menetapkan tahun 2045 sebagai momentum kebangkitan bangsa dalam 

memobilisasi sumberdaya nasional guna mewujudkan “Indonesia yang bermartabat, Mandiri, 

Maju, Adil dan Makmur” setelah 100 tahun kemerdekaan. Ide tersebut dituangkan didalam 

program Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP) 2015-2045 dimana Pertanian – 

Bioindustri berkelanjutan sebagai solusi pembangunan Indonesia masa depan yang diterbitkan 

oleh Kementrian Pertanian pada tahun 2014. Lebih lanjut, SIPP menjadi paradigm 

pembangunan untuk pertanian (Development of Agriculture) dengan menerapkan tahapan 

pembangunan pertanian yang lebih rasional. Cakupan transformasi demografi, ekonomi, 

intersektoral, spasial, institusional, dan tata kelola pembangunan diharapkan dapat bergerak 

secara berimbang dan menyeluruh melaui transformasi sector pertanian sebagai motor 

penggerak. Oleh karena itu, paradigma pembangunan untuk pertanian diperlukan agar 

terciptanya akselerasi dari berbagai sector pendukung dalam pendekatan pembangunan 

mengingat isu-isu pertanian memiliki skala kepentingan yang luas sebagai leading sector 

dalam hal ketahanan pangan (Kementrian Pertanian, 2014).  

Salah satu bagian yang tak terpisahkan adalah sector peternakan yang harus terus 

mengimbangi kemajuan teknologi pertanian agar kebutuhan pangan manusia terpenuhi secara 

berimbang. Hasil produk peternakan terus mencapai peningkatan, walaupun susu dan telur 

masih belum mencapai target yang diharapkan. Setidaknya terdapat delapan komoditas 

peternakan telah menunjukkan peningkatan produksi terutama daging kambing berada pada 

peningkatan tertinggi sebesar 0,39 persen per tahun, diikuti oleh daging kerbau sebesar 0,26 

 

 

 

 

persen per tahun. Sedangkan untuk daging sapi, daging domba, daging ayam dan daging babi 

masing-masing dengan rata-rata peningkatan produksi sebesar 0,09 persen, 0,06 persen, 0,05 

dan 0,01 persen per tahun (Kementrian Pertanian, 2014). Perlu menjadi perhatian saat ini 

adalah telur yang merupakan salah satu sumber protein yang banyak diandalkan warga  

di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang negatif walaupun laju penurunannya masih 

sangat kecil. 

 

 

Kotak Informasi: 

Visi jangka panjang pembangunan pertanian Indonesia 

“mewujudkan Pertanian Indonesia yang Bermartabat, Mandiri, 

Maju,  Adil dan Makmur”. 

Kutipan dalam Sambutan Menteri Pertanian RI 

“’pembangunan berbasis pertanian (agricultural led development)’ 

sudah tidak relevan lagi dan perlu direorientasikan dengan paradigma 

baru. Paradigma baru yang pertama adalah Pertanian untuk 

Pembangunan (Agriculture for Development) bahwa rencana 

pembangunan perekonomian nasional disusun dan dilaksanakan 

berdasar  tahapan pembangunan pertanian secara rasional. Sektor 

pertanian dijadikan sebagai motor penggerak transformasi 

pembangunan yang berimbang dan menyeluruh. Paradigma baru yang 

kedua adalah Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan sebagai 

transformasi dari orientasi pembangunan berbasis bahan baku fosil 

menjadi berbasis sumberdaya terbarukan (sumberdaya hayati). 

Paradigma ini menuntut peran pertanian tidak hanya penghasil utama 

bahan pangan, tetapi menjadi penghasil biomassa bahan baku 

biorefinery untuk menghasilkan bahan pangan, pakan, pupuk, serat, 

energi, produk farmasi, kimiawi dan bioproduk lainnya.” 

 

                                             Suswono. Menteri Pertanian RI, 

Jakarta, Mei 2014  

 

Prospek peternakan global menuju 2045 merupakan integrasi dari prospek 

pembangunan pertanian global 2045 dimana segala aspek pertanian yang mendukung 

diprogramkan secara mendasar didalam sebuah buku yang diterbitkan oleh Biro Perencanaan 

Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian dengan judul “Konsep Strategi Induk Pembangunan 

Pertanian 2015-2045 PERTANIAN-BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN Solusi 

Pembangunan Indonesia Masa Depan” pada tahun 2014. Sehingga buku tersebut menjadi 

acuan didalam pembahasan pada bab ini. 

 

 

 

 

 

III.1 

Perubahan iklim dan lingkungan hidup serta ancaman krisis 

pangan 

 

Fenomena pemanasan global menjadi topik utama dalam pengaruhnya terhadap 

perubahan iklim, bahkan telah mencapai pada kondisi mengkuatirkan. Selama tahun 2001-

2010 telah menunjukkan peningkatan suhu bumi antara 0,520C sampai 0,620C. Dampak 

pembakaran minyak bumi berkontribusi tinggi sebesar 80 persen terhadap peningkatan suhu 

bumi dan sisanya 20 persen pada penebangan hutan. Disamping itu, industri berbahan fosil 

untuk sumber energy dan bahan baku industri juga menjadi penyebab utama meningkatnya 

suhu bumi. 

Dampak langsung perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global adalah 

terjadinya degradasi sumber daya pertanian dan infrastruktur, seperti, degradasi dan penciutan 

sumberdaya lahan, menurunya potensi sumberdaya air, kerusakan sumberdaya genetik, 

kapasitas irigasi serta epidemic hama, dan penyakit tanaman dan hewan. Kendati demikian, 

kondisi variabilitas dengan curah hujan yang ekstrem dan pengelolaan yang kurang tepat 

dapat memicu  banjir, dan longsor. Hal ini juga akan mengganggu sistem produksi 

pertanian dan peternakan seperti penurunan dan ketidakpastian produktivitas, luas panen 

lahan pertanian, ancaman penyakit ternak karena iklim yang tidak stabil yang pada akhirnya 

berdampak pada ancaman rawan pangan dan kemiskinan. 

Dengan demikian, kebutuhan bahan pangan global diperkirakan akan mengalami 

kelangkaan yang berakibat pada kenaikan harga bahan pangan tersebut. Selama periode 2005-

2050 harga biji-bijian diperkirakan akan meningkat sekitar 30-50 persen, sedangkan harga 

daging juga akan mengalami kenaikan sekitar 20-30 persen melebihi harga pada tahun 2007-

2008. Sehingga fenomena ini bisa berakibat pada krisis pangan global. Kekhawatiran tersebut 

telah mendorong negara-negara yang memiliki sumberdaya modal memadai untuk terus 

memperluas kapasitas produksi pangan, tidak hanya didalam negeri tetapi juga di beberapa 

negara lain. 

III.2  

Globalisasi, dinamika kerjasama investasi dan 

perdagangan 

 

Adanya perpaduan kesepakatan perdagangan dengan multilateral, regional dan 

bilateral semuanya mendorong kepada liberalisasi, standardisasi dan transparansi di satu sisi 

serta revolusi teknologi informasi dan transportasi memungkinkan pergerakan warga , 

barang dan informasi bergerak semakin cepat disisi lainnya. Sehingga informasi tentang 

berbagai inovasi pertanian dan peternakan semakin mudah diperoleh, membuka peluang 

transaksi pasar produk hasil peternakan akan semakin mudah. 

 

 

 

 

Libralisasi sector perdagangan bisa berdampak kepada struktur perdagangan dan 

terbentuknya blok perdagangan secara regional dan bilateral. Namu, hal ini perlu diantisipasi 

dengan baik, karena Indonesia harus sudah dalam kondisi siap ketika blok perdagangan ini 

disepakati sehingga dapat memanfaatkannya untuk kepentingan Indonesia. Contohnya pada 

kesepakatan ASEAN dan China dalam perdagangan yang berpengaruh kepada produk 

pertanian Indonesia, dimana Indonesia terkesan belum siap, sehingga pasar dalam negeri 

dibanjiri berbagai produk pertanian China. Membangun kapasitas juga harus diperhatikan 

sehingga keleluasaan dan independensi pengambilan kebijakan (policy space) dapat 

ditingkatkan. Upaya pengembangan hasil produksi yang efisien harus terus dikembangkan 

guna mengantisipasi serbuan produk dari negara lain karena dalam kondisi semacam ini akan 

sulit bagi negara untuk memproteksi warga nya. 

 

III.3  

Urbanisasi dan tatakelola investasi global 

 

 berdasar  distribusi penduduk desa-kota, maka terlihat kecendrungan makin 

banyaknya penduduk yang tinggal di perkotaan. Prediksi laju urbanisasi yang tinggi dimana 

lebih dari 69 persen penduduk Indonesia akan tinggal di perkotaan. Sementara itu, dengan 

prediksi laju urbanisasi rendah sekitar 61 persen penduduk akan tinggal di perkotaan. 

Keadaan seperti ini perlu dilakukan perencanaan yang baik dalam upaya memacu 

pembangunan perdesaan yang berbasis pertanian, perlu adanya upaya dominan dalam menata 

perpindahan penduduk desa ke perkotaan dengan memberi perhatian besar pada upaya 

pengembangan agroindustri. 

Tabel 3.1  Proyeksi jumlah penduduk perkotaan dan pedesaan menurut 3 skenario 

 

 Sumber: Kementrian Pertanian (2014) dalam SIPP 2015-2045. 

 Potensi ketersediaan lahan di Indonesia masih cukup besar dan belum dimanfaatkan 

secara optimal. Indonesia memiliki total luas daratan sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta 

ha (64,4 persen) kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan 

 

 

 

 

lindung. Total luas kawasan budidaya di daratan yang berpotensi dipakai  sebagai areal 

pertanian seluas 101 juta ha, yang meliputi lahan basah 25,6 juta ha, lahan kering tanaman 

semusim 25,3 juta ha, dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha. Hingga saat ini, sebesar 

47 juta ha sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian dan masih tersisa 54 juta ha yang 

berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Secara biofisik, dapat dilihat untuk pengembangan 

lahan masih berpotensi cukup luas sekitar 30 juta ha, dimana 10 juta ha merupakan kawasan 

Areal pemakaian  Lain (APL) dan 20 juta ha kawasan kehutanan (Badan Litbang Pertanian, 

2007).  

 Kecendrungan birokrasi di Indonesia yang dipandang masih sebagai unsur pelaksana 

yang tidak efisien, lambat, tidak fleksibel dalam memenuhi kebutuhan warga  serta 

memiliki tingkat inovasi yang rendah. berdasar  Global Competitiveness Index (GCI) yang 

dipublikasikan secara berkala oleh World Economic Forum, pada 2020-2011 ranking 

Indonesia jika dibandingkan dengan peringkat negara-negara se-kawasan ASEAN seperti 

Singapura, Malaysia, dan Thailand masih tertinggal. Indikator lainnya adalah peringkat Doing 

Business yang diterbitkan secara berkala oleh International Finance Corporation (IFC) dan 

Bank Dunia, dimana terlihat pola yang sama dengan data GCI terkait dengan posisi Indonesia 

dalam percaturan bisnis diantara negara-negara ASEAN.  

Jika dibandingkan dengan negara-negara seperti Singapura, Thailand, Malaysia dan 

Vietnam untuk peringkat kemudahan melakukan bisnis di Indonesia masih lebih rendah. 

Meskipun peringkat Indonesia menunjukkan tendensi peningkatan, dari peringkat 135 pada 

2006 menjadi peringkat 122 pada 2010. Negara-negara yang berperingkat di bawah 

Indonesia, seperti Filipina dan Kamboja dalam periode yang sama, terus melakukan perbaikan 

dan menunjukkan tendensi peningkatan peringkat yang lebih baik. 

 Adapun kebijakan reformasi birokrasi secara nasional telah tercantum dalam Undang-

Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 

2005-2025 yang menyebutkan “pembangunan aparatur negara dilakukan melalui reformasi 

birokrasi untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan untuk mewujudkan tata 

pemerintahan yang baik, di pusat maupun di daerah agar mampu mendukung keberhasilan 

pembangunan di bidang-bidang lainnya”. Isu dan agenda yang tengah berkembang melalui 

reformasi birokrasi adalah: 

1. modernisasi manajemen kepegawaian, 

2. restrukturisasi, downsizing dan rightsizing, perubahan manajemen dan organisasi, 

3. rekayasa proses administrasi pemerintahan, 

4. anggaran berbasis kinerja dan proses perencanaan yang partisipatif, 

5. hubungan baru antara pemerintah dan warga  dalam pembangunan dan pemerintahan. 

 

Tentunya dengan adanya kebijakan reformasi birokrasi ini diharapkan akan 

menciptakan “birokrasi pemerintah yang profesional dengan karakteristik adaptif, 

berintegritas, berkinerja tinggi, bersih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, mampu 

melayani publik, netral, sejahtera, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan 

kode etik aparatur negara”. Idealnya, sasaran yang ingin dicapai adalah “terwujudnya 

 

 

 

 

pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, meningkatnya kualitas 

pelayanan publik kepada warga  serta meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja 

birokrasi”. 

 

 

 

 

III.4  

Dinamika permintaan dan penawaran komoditas pangan 

dan pertanian 

 

Peningkatan produksi pangan dunia secara umum hingga tahun 2050 masih belum 

sepenuhnya dapat memenuhi kebutuhan konsumsi warga . Khususnya untuk beras, 

semakin sulitnya areal persawahan di Indonesia juga terjadi di negara lain. Sehingga 

teknologi yang berguna akan menjadi tumpuan untuk meningkatkan produktivitas terutama 

produksi beras.  

Tabel 3.2  Proyeksi Produksi, Konsumsi dan Stok Komoditi Pangan Utama Dunia 

Tahun 2000-2050 

 

Sumber: Kementrian Pertanian (2014) dalam SIPP 2015-2045; Kruse (2010) dalam 

Bab II Makalah Acuan. 

Jika menilik permintaan daging dunia, pertumbuhannya cendrung melambat dari 3,3 

persen per tahun pada periode 1980 dan 1990 menjadi 2,0 persen di periode tahun 1999/2001 

– 2015 serta lebih rendah lagi pada periode berikutnya. Namun, ada peningkatan permintaan 

daging yang pesat di negara-negara berkembang sebesar 5 persen pada periode 1980 – 1989 

dan 3,1 persen pada periode 1990 – 1999. Dominasi permintaan terjadi di negara China dan 

Brazil yang menunjukkan laju permintaan yang pesat. Kendati demikian, apabila tingkat 

konsumsi daging per kapita di negara tersebut telah cukup tinggi, tentuk pertumbuhan 

 

 

 

 

permintaan tersebut akan kembali menurun. Pada periode 1999/2001 - 2015 permintaan 

daging di negara berkembang menurun menjadi 2,8 persen per tahun. Demikian juga hasil 

proyeksi OECD/FAO menunjukkan tingkat pertumbuhan yang hampir sama yaitu 2,6 persen 

per tahun dalam periode 2006/2008 - 2018. Konsumsi daging per kapita hanya meningkat dari 

29 kg per kapita tahun 2006/2008 menjadi 33 kg per kapita tahun 2018. 

Tabel 3.3  Proyeksi konsumsi dan produksi daging, 1999/2001-2050 

 

Sumber: Kementrian Pertanian (2014) dalam SIPP 2015-2045; FAO, 2012 dalam Bab 

II Makalah Acuan. 

 Produksi biji-bijian dunia diperkirakan mencapai 2.287 juta ton tahun 2015 dan 

meningkat menjadi 3.012 juta ton tahun 2050 jika tanpa perhitungan pengembangan 

bioenergi. Namun diperkirakan akan lebih tinggi sebesar 3.150 juta ton bila memperhitungkan 

kebutuhan bioenergi.  

 Tabel 3.4  Proyeksi konsumsi dan produksi biji-bijian, 1999/2001-2050 

 

Sumber: Kementrian Pertanian (2014) dalam SIPP 2015-2045; FAO, 2006 dalam Bab 

II Makalah Acuan. 

 

 

 

 

Seperti yang diperlihatkan pada Tabel 3.4 diatas, pertumbuhan permintaan komoditas 

biji-bijian diperkirakan mengalami perlambatan secara agregat dari 1,4 persen per tahun 

periode 1999/2001 – 2015 menjadi 1,1 persen per tahun periode 2030 – 2050. Pertumbuhan 

permintaan biji-bijian di negara berkembang jauh lebih tinggi kendati mengalami pelambatan 

dari 1,8 persen per tahun pada periode 1999/2001 – 2015 menjadi 0,8 persen per tahun untuk 

periode 2030 – 2050.  

 

 

III.5 

 Dinamika struktur, perilaku dan kinerja pasar 

produk pertanian 

 

 Semakin terbukanya akses pasar, peningkatan pendapatan, pertumbuhan jumlah 

penduduk, transportasi akan mendukung perdagangan komoditas produk pertanian. Hasil 

produk olahan telah mendominasi peningkatan perdagangan sector pertanian dari USD 212 

milyar pada tahun 1995 menjadi USD 492 milyar tahun 2008 atau meningkat 6,5 persen per 

tahun. Perdagangan produk olahan umumnya terkonsentrasi pada kelompok negara yang 

terbatas namun menguasai pangsa pasar yang cukup besar. Negara-negara dengan keunggulan 

kompetitif yang di ukur menggunakan indicator RCA (Revealed Comparative Advantage) 

dalam produksi barang-barang olahan tidak hanya mengekspor dalam jumlah yang besar ke 

negara tujuan yang lebih banyak, tetapi juga menawarkan produk olahan yang beragam 

dengan kualitas tinggi, sehingga memperoleh premium harga yang tinggi. 

 Perusahaan-perusahaan besar saat ini sudah terkoordinasi secara vertikal guna 

mempertahankan eksistensi bisnis dan meningkatkan pangsa pasar. Misalnya pada perusahaan 

peternakan yang tidak hanya beroperasi pada sub-sistem budidaya, tetapi juga juga mencakup 

sub-sistem industri hulu terutama pembibitan, sub-sistem hilir utamanya pengolahan. Jika 

dilihat dari aspek persaingan usahanya, hal ini cendrung mengurangi kesempatan calon 

pengusaha baru atau lainnya yang memiliki keunggulan pada sub-sistem tertentu. 

 Berkaitan dengan struktur pasar, produk olahan makanan dunia dikuasai oleh enam 

perusahaan besar, yaitu Danone, Kraft, Mars, Nestle, PepsiCo, dan Unilever. Diantara 

perusahaan tersebut, Nestle memproduksi 20 kategori produk, Kraft memproduksi 19 kategori 

dan Unilever memproduksi 17 kategori. Sedangkan tiga perusahaan lainnya dapat dikatakan 

sebagai produsen produk makanan spesialis yang memproduksi jumlah kategori produk lebih 

terbatas, yaitu PepsiCo (9), Danone (9), dan Mars (10). 

Kotak Informasi: 

RCA (Revealed Comparative Advantage) 

RCA merupakan salah satu metode yang dipakai  untuk 

mengukur keunggulan komparatif disuatu wilayah (kawasan 

 

 

 

 

negara, propinsi).  

       Konsep Dasar    

Perdagangan antar wilayah menunjukkan keunggulan 

komparatif yang dimiliki oleh suatu wilayah.  

       Konsep Pengukuran    

Kinerja ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dgn 

menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total 

ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk 

tersebut dalam perdagangan dunia. 

 Rumusan RCA 

                                    

                                                  RCA =  

  

Keterangan 

 Xij = Nilai ekspor komoditi i dari negara j 

Xj = Total nilai ekspor negara j 

Xiw = Nilai ekspor komoditi i dari dunia 

Xw = Total nilai ekspor dunia 

 

                 Sumber: Kementerian Perdagangan Republik 

Indonesia, 2008.   

 

 

 

III.6  

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) 

Peternakan 

 

 Keragaman hayati dunia seperti variasi tumbuhan, hewan, mikroorganisme dan 

ekosistem sangat penting untuk diperhatikan terutama keragaman hayati sektor pertanian dan 

peternakan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia. Kajian lebih luas telah 

mencakup pada keragaman agro-ekosistem yang kapasitasnya ditingkatkan guna 

mempertahankan produktivitasnya, beradaptasi terhadap perubahan keadaan, dan sangat vital 

dalam menjaga keamanan pangan dunia. Hingga saat ini, lebih dari 40 spesies ternak telah 

berkontribusi terhadap produksi pangan yang dibentuk melalui sejarah panjang domenstikasi 

ternak dan perkembangannya. 

 Proses seleksi terus menerus untuk memperoleh daya tahan ternak terhadap tekanan 

dari faktor stress lingkungan, dan perkembangbiakan terkontrol oleh manusia telah 

 

 

 

 

menghasilkan kombinasi variasi genetik yang nyata (breed; hasil perkawinan). Sehingga 

proses yang telah terjadi selama ribuan tahun ini menghasilkan bermacam-macam populasi 

genetik ternak dengan berbagai pilihan untuk menghadapi tantangan masa depan terkait 

adaptasi terhadap perubahan lingkungan, ancaman penyakit, pengetahuan terbarukan akan 

kebutuhana gizi manusia, dan keadaan pasar yang turun-naik terhadap kebutuhan warga .  

Keragaman sumber daya genetik yang dihasilkan inilah yang akhirnya terus diteliti dan 

menjadi dasar perkembangan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sektor 

peternakan yang bersaing ketat antara kebutuhan produksi ternak dan keubutuhan protein 

hewani manusia. 

 Secara singkat, perkembangan teknologi peternakan dimulai dari domestikasi ternak 

dan seleksi berkelanjutan dengan memilih dan mengawinkan ternak hasil seleksi yang telah 

terjadi selama ribuan tahun sehingga diperoleh keragaman genetik. Kemudian, keragaman 

genetik ini menjadi dasar percobaan sistem breeding antar spesies yang pada akhirnya 

menciptakan “Aliran gen” (pergerakan dan pergantian breed hewan atau plasma nutfah) dan 

pergerakannya dipengaruhi oleh banyak factor. Terdapat 5 kelompok besar ternak yang 

mengalami aliran gen tersebut yaitu ternak Sapi, Domba, Kambing, Babi, dan Ayam. 

 

 

1. Pengaruh aliran gen terhadap keragaman 

 

 Aliran gen dapat berpengaruh dalam meningkatkan atau juga menurunkan keragaman 

genetik. Sedangkan pengaruh aliran gen tergantung beberapa factor, namun yang utama 

adalah impor ternak dari negara lain terkait dengan tujuan pemeliharannya.  

a. Keragaman meningkatkan aliran gen 

Pengembangan keragaman ternak sangat dipengaruhi oleh aliran gen, dimana nantinya 

menghasilkan ternak yang mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Aliran gen akan 

meningkatkan keragaman dalam situasi sebagai berikut: 

 Hewan atau breed yang diimpor beradaptasi dengan lingkungan, dan varietas local 

yang diimpor turut berkembang. Contohnya, breed Spanyol dan Portugis yang 

diekspor ke Amerika Selatan pada akhirnya menghasilkan ternak yang mampu 

bertahan terhadap kondisi lingkungan alam yang keras seperti breed Crilo. 

 Hewan atau breed yang diimpor dikawin silangkan dengan ternak local, dan 

dikembangkan breed sintetik yang mempunyai karakteristik dari kedua orangtuanya. 

Contohnya hasil kawin silang antara babi China dan Asia Tenggara dengan ternak 

babi dari Eropa menghasilkan ternak babi yang bertumbuh cepat, breed babi yang 

menjadi idola pada tahun 1880. Industri sapi potong di Amerika Selatan berkembang 

setelah breed seperti Ongole dan Gir diimpor dan dikawin silangkan dengan breed 

lokan sapi Criollo. Program kawin silang yang terstruktur dapat berfungsi untuk 

mencegah hilangnya keragaman jika dilakukan dengan tujuan untuk mempertahankan 

populasi breed murni dari breed local yang mungkin akan kurang populasinya. 

 pemakaian  “darah segar” secara selektif dalam pengorganisasian breed. Infusi 

(penyerapan) terpilih dari “darah segar” dengan membedakan pemakaian  penjantan 

 

 

 

 

(sire) dari breed yang berbeda sering dipakai dalam ilmu pemuliaan untuk 

mempertahankan vitalitas gen. contohnya pada introduksi berkala dari kuda jantan 

thoroughbred sires Inggris atau Arab ke breed local kuda Jerman. 

b. Transfer gen yang ditargetkan untuk karakteristik yang spesifik. Hal ini memungkinkan 

dengan pemakaian  statistic dan kemajuan bioteknologi. Contohnya pada pengenalan gen 

boorola yang mengkoding litter size (ukuran atau besarnya gen yang diturunkan dari 

induk) pada domba Awassi yang telah dikembangkan di Israel untuk menciptakan Afec 

Awassi. Gen tersebut dapat dilacak melalui flok atau kelompok dari domba Indian Bengal 

yang diimpor ke Australia akhir abad ke-18. Selanjutnya pada tahun 1993, penemuan 

penanda genetika yang memungkinkan untuk mengidentifikasi gen pembawanya. 

Perkawinan silang membabi buta antara breed local dengan breed impor merupakan 

penyebab terjadinya penurunan dan disintegrasi breed local.  

c. Keragaman menetralkan aliran gen. Telah banyak usaha yang dilakukan untuk 

mengembangkan breed seekor ternak ke negara baru namun sering gagal. Contohnya 

pada kasus impor breed asal Eropa ke negara tropis lembab yang banyak menghabiskan 

dana untuk pengiriman ternak ke seluruh dunia, tetapi pada umumnya gagal berkembang 

ditempat baru. 

 

2. Perkembangan Bioteknologi Reproduksi dan Molekuler 

 Bioteknologi reproduksi merupakan bentuk kemajuan penelitian peternakan di bidang 

pemuliaan dengan melakukan manipulasi sistem reproduksi ternak dan bahkan telah mencapai 

taraf rekayasa genetik dan molekuler. Program Inseminasi Buatan (IB), superovulasi dan 

Transfer Embrio (TE) adalah produk bioteknologi yang berdampak besar didalam perbaikan 

mutu ternak di negara maju. Metode-metode tersebut terus berkembang seperti adanya teknik 

sinkronisasi birahi, superovulasi, semen sexing, dan fetilisasi in vitro untuk menghasilkan 

embrio diluar tubuh ternak betina. Upaya dalam meningkatkan ketersediaan pelayanan IB 

secara antusias menjadi tujuan dalam laporan berbagai negara. Beberapa negara 

memperkenalkan pelayanan IB plasma nutfha eksotik untuk tujuan perkawinan silang dengan 

breed local. Teknologi IB dipakai  dengan cara memadukan gen ternak asli dan eksotik 

seperti kambing Jermasia di Malaysia. Selain itu, IB juga dipakai  untuk meng-upgrade 

ternak antara breed asli dengan ternak impor melalui backcross guna meningkatkan daya 

adaptasi. Penelitian berkelanjutan dilakukan untuk memperoleh hasil yang optimal, baik dari 

segi efisiensi produksi dan juga efektifitas pemakaian nya.  

Kotak Informasi: 

Pengertian Breed menurut Undang-Undang 

Nomor 6 Tahun 1967, tentang Ketentuan-

Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan 

Hewan 

Breed (Bangsa Ternak) adalah Suatu 

kelompok dari ternak yang memiliki 

persamaan dalam bentuk morphologis, 

sifat-sifat fisiologis ddan bentuk 

 


anatomis yang karakteristik untuk tiap-

tiap bangsa dan sifat-sifat persamaan ini 

dapat diturunkan pada generasi 

selanjutnya. 

 

Marka Molekular (Moleculer Marker) merupakan alat ekplorasi dalam keragaman 

genetik. pemakaian  marka DNA (deoxyribonucleic acid) untuk penelitian dasar seperti 

analisa  filogenik dan mencari gen-gen yang bermanfaat serta sebagai penelitian terapan 

dalam membantu seleksi, uji paternitas dan juga food traceability. Variasi rantai DNA dan 

lingkungan mempengaruhi keragaman antara organisme yang bersifat mendasar, dimana 

setiap individu suatu spesies kecuali monozigotik kembar, memiliki rangkaian unik DNA. 

Pada DNA, variasi yang terjadi merupakan mutasi hasil substitusi nukleotida tunggal (single 

nucleotide polymorphisms, SNPs), insersi maupun dilesi dari berbagi potongan panjang DNA 

dari satu hingga ribuan nukleotida yang bisa juga hasil duplikasi atau inversi dari potongan-

potongan DNA.  

Pemahaman terhadap fenomena biologis, pemeriksaan DNA, RNA dan protein pada 

skala besar telah membuka perspektif baru dalam interpretasi dan pemodelan kompleksitas 

hidup suatu organisme. Sehingga saat ini telah melahirkan disiplin ilmu-ilmu baru yang 

dikenal dengan kode nama belakang “-omics” seperti, genomic, proteomics, transcriptomics, 

metabolomics dan interactomics yang masing-masing masih pada suatu taraf kompleksitas 

tinggi sistem biologi (Hood et al., 2004). Pemeriksaan kompleksitas biologi adalah tren 

terbarukan yang memerlukan teknologi molekuler tinggi, kecepatan komputasi dengan 

memori tinggi, metode pendekatan analisa data, dan integrase keahlian yang interdisiplin. 

Kotak Informasi: 

“Omics” sebagai disiplin ilmu baru 

Genomik memetakan gen-gen dan variasi genetik antara 

individu atau grup. Genomik melibatkan wawasan translasi 

informasi genetik kepada fungsi metabolik dan sifat-sifat 

fenotipik. Genomik membuka selubung proses biologis dan 

interaksi-interaksinya dengan faktor lingkungan. Genomik 

melibatkan kombinasi seperangkat teknologi tinggi, seperti 

proteomik dan metabolomik, denga teknik-teknik bioinformatik 

yang memungkinkan pengolahan, analisa  dan integrasi data 

dalam jumlah besar. 

DNA (deoxyribonucleic acid) 

DNA adalah DNA: informasi genetik dalam suatu genom 

dikodekan dalam deoxyribonucleic acid (DNA), yang disimpan 

dalam inti sel. DNA memiliki dua benang disusun dalam helix 

ganda, yang dibuat dari suatu gula (deoxiribose), phosphate, dan 

empat basa kimia - nukleotid: adenine (A), guanine (G), 

cytosine (C) dan thymine (T). Satu A dalam satu benang selalu 

berpasangan dengan satu T pada benang lainnya melalui dua 

ikatan hidrogen, ketika satu C selalu berpasangan dengan G 

melalui tiga ikatan hidrogen. Dua benang, oleh karenanya, 

melengkapi satu sama lain. 

 

 

 

 

RNA (ribonucleic acid) 

RNA: asam ribonuklide (ribonucleic acid) adalah benang tungal 

asam nukleid yang terdiri dari tiga dari empat basa yang pada 

DNA (A, C dan G). T adalah, bagaimanapun, digantikan oleh 

uracil (U). 

 

3. Peran Bioteknologi, molekuler  dan teknologi informasi 

Periode abad ke-21 menunjukkan kemajuan di bidang Ilmu Pengetahuan dan 

Teknologi (IPTEK) pertanian setidaknya harus dapat menjawab dua hal: 

1. Bagaimana suatu teknologi dapat menjawab berbagai hal terkait dengan dampak 

perubahan iklim,  

2. Bagaimana teknologi tersebut dapat menjawab berbagai keterbatasan pada sumberdaya 

yang ada di tengah perkembangan kebutuhan manusia yang tanpa batas. 

Ada tiga revolusi di bidang sains yang diperlukan untuk menjawab dua hal diatas dan 

saat ini sedang terus dikembangkan di dunia, yaitu revolusi dibidang bioteknologi, 

nanoteknologi, dan teknologi informasi.  

Pada bidang bioteknologi, sebuah proyek penelitian yang disebut Human Genome 

Project US telah mengidentifikasi sebanyak 30,000 gen dalam DNA manusia dan 

menguraikan 3 milyar nukleotida yang membentuk DNA. Lebih lanjut, perusahaan swasta 

Celera Genomics telah berhasil mengurai dan memetakan genom manusia. Tentunya 

penemuan ini menjadi cetak biru informasi genetik manusia. Keberhasilan ini membuka 

cakrawala baru di bidang kedokteran untuk penyembuhan penyakit turunan di level yang 

paling mendasar (gene therapy). Sehingga informasi mengenai genom manusia bermanfaat 

bagi industri farmasi obat-obatan untuk berbagai penyakit pada masa akan datang yang dapat 

diracik sesuai dengan DNA masing-masing individu, dimana cari ini dapat meniadakan efek 

samping dari suatu obat. Hal serupa saat ini terus dikembangkan pada penelitian peternakan 

yang prinsipnya sama dengan proyek genom manusia untuk memperoleh informasi yang 

bermanfaat bagi perkembangan industri sector petanian-peternakan. 

Penemuan di bidang nanoteknologi yang didefinisikan sebagai teknologi berbasis 

skala nanometer (1 nanometer = 10-9 m). Skala ini jauh lebih kecil dibanding mikroteknologi 

yang berada pada skala micrometer (1 mikrometer = 10-6 m). Saat ini, penemuan di bidang 

nanoteknologi masih didominasi oleh terobosan di bidang material science. Sementara itu, 

teknologi informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam abad ini. Istilah Biologi 

Informasi yang memanfaatkan teknologi komputasi atau dikenal dengan istilah 

Bioinformatika merupakan salah satu contoh kemajuan teknologi informasi melalui 

kombinasi teknologi informasi dengan bioteknologi dan biomolekuler. 

 

 

 

 

4. Peran analisa  Bioinformatika sebagai Teknologi Informasi terhadap perkembangan Ilmu 

Peternakan 

Istilah 'bioinformatika' dikemukan oleh Hesper dan Howegeg di awal 1970-an. 

Berawal dari keinginan mereka untuk menggunakan istilah bioinformatika dalam penelitian 

mereka dengan mendefinisikan sebagai 'studi tentang proses informatika dalam sistem biotik' 

(Howegeg, 2011). Namun, istilah bioinformatika dikenal publik melalui artikel yang 

diterbitkan pada tahun 1978 (Howegeg dan Hesper, 1978). Tapi Howegeg mengatakan bahwa 

mereka telah menggunakannya pada 1970-an yang menggunakan kata 'bioinformatika' 

(Hesper dan Howegeg, 1970) dalam judul artikel mereka yang diterbitkan di Belanda tapi 

tidak begitu diakses oleh publik. 

 Kehidupan alam dan sifatnya dikelolah dengan informasi dalam berbagai bentuk, 

seperti informasi akumulasi selama evolusi, transmisi informasi dari DNA ke intra dan inter 

seluler. Proses dan interpretasi informasi tersebut dalam tingkat yang berbeda dari pemikiran 

yang menciptakan proses informasi yang bisa berfungsi sebagai metafora sehingga berguna 

untuk memahami sistem hidup. Jadi, bioinformatika dapat berguna sebagai bidang penelitian 

atau mereka menyebutnya 'konsep kerja' (Howegeg, 2011). 

Pemanfaatan komputer untuk membantu sistematis, menganalisa  dan menyimpan 

kumpulan urutan dan struktur data adalah kunci untuk menangani informasi yang berkembang 

saat ini. Gagasan bahwa informasi molekuler dapat dikumpulkan kedalam repositori 

elektronik dan distribusinya tidak hanya sangat baru tapi juga menimbulkan tantangan yang 

signifikan (Attwood et al., 2011). Sebuah aspek penting dari mengelola volume data yang 

besar terletak pada pengembangan metode untuk menilai dengan kesamaan antara biomolekul 

yang berbeda. Klasifikasi ini memfasilitasi perbandingan antara genom dan produk-

produknya, yang memungkinkan identifikasi tema umum di antara temuan yang terkait 

dengan beberapa fitur unik (Luscombe et al., 2001). 

Kotak Informasi 

Contoh databes untuk Bioinformatika 

Sumber: Luscombe et al., 2001 

Protein sequence (primary)  

 

SWISS-PROT     www.expasy.ch/sprot/sprot-top.html 

PIR-International    

www.mips.biochem.mpg.de/proj/protseqdb 

PRINTS                 

www.bioinf.man.ac.uk/dbbrowser/PRINTS/PRINTS.html 

 

Protein Data Bank (PDB)             www.rcsb.org/pdb 

Nucleic Acids Database (NDB) ndbserver.rutgers.edu/ 

GenBank                                     

www.ncbi.nlm.nih.gov/Genbank 

EMBL                                      www.ebi.ac.uk/embl 

DDBJ                                                 www.ddbj.nig.ac.jp 

 

 

 

 

Genome sequences  

Entrez genomes

 www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=Genome 

COGs                         www.ncbi.nlm.nih.gov/COG 

 

 

Konsep dasar untuk sebagian besar metode penelitian dalam bioinformatika adalah 

sejauh data dapat dikelompokkan bersama berdasar  signifikansi biologis (Luscombe et al., 

2001). Sebagai contoh, sering urutan segmen diulang pada posisi yang berbeda dari genom 

DNA (Pedersendagger et al., 2000). berdasar  fungsi tertentu seperti tindakan enzimatik 

atau gen dapat dikelompokkan menurut asal mereka dari jalur metabolik (Kahenisa dan Goto, 

2000), meskipun dalam kasus ini, beberapa fungsi benar-benar dapat memiliki sebuah gen 

tunggal. Pengetahuan biologi adalah ilmu dasar yang kompleks dan tidak mudah untuk 

diintegrasikan ke dalam databes yang memiliki molekul sebagai urutan (sequence) data. 

 

 

III.7  

Kecendrungan baru penghargaan atas jasa 

lingkungan 

 

 Pemanfaatan lahan pertanian bukan hanya sebagai penghasil bahan makanan dan serat, 

tetapi juga bersifat multifungsi yang menghasilkan jasa lingkungan dan jasa amenity. 

Contohnya lahan pertanian sebagai sumber air tanah dan oksigen, pengendali banjir, pencegah 

erosi dan sedimental, memberi keindahan dan kenyamanan, pelestari keanekaragaman hayati, 

pelestari budaya perdesaan, sarana integrasi dengan komoditi ternak tertentu, dan banyak 

lainnya. Manfaat jasa lingkungan dan amenity lahan pertanian dapat dilihat dari 

berkembangnya beragam ekoturisme atau wisata alam wilayah pertanian dengan harga jual 

yang kompetitif dan menjadi prospek investasi masa depan. 

 Jasa-jasa pariwisata kawasan sentra pertanian menampilkan sarana keindahan area 

pertanian untuk pengunjung, serta berkesempatan merasakan kehidupan petani yang semakin 

berkembang sebagai resort wisata mancanegara. Negara maju seperti Australia dan beberapa 

negara Eropa, mengembangkan paket wisata baik secara pribadi maupun berkelompok, 

sehingga mereka dapat langsung meraih manfaat dari keberadaan lahan pertaniannya. Hal 

 

 

 

 

yang sama juga diterapkan di Korea dan Jepang, para petani baik secara individu dan 

kelompok mengembangkan beragam kegiatan guna menarik pengunjung dari dalam maupun 

luar negeri untuk merasakan kehidupan budaya mereka. Kegiatan tersebut mampu memberi 

nilai tambah bagi para petani dimana lahan pertanian mereka tidak hanya sebagai penghasil 

bahan makanan dan serat tetapi juga dapat dimanfaatkan keindahannya dengan menarik 

perhatian para pengunjung atau turis. 

 Prospek masa depan sector pertanian melalui kecendrungan urbanisasi akan kebutuhan 

amenity atau kenyamanan lingkungan yang ditawarkan dari keindahan wilayah pedesan 

dengan lahan pertaniannya akan semakin meningkatkan nilai tambahan dalam kegiatan 

pertanian dan diperkirakan akan semakin kompetitif. Ditambah lagi dengan dukungan sistem 

kelembagaan yang semakin berkembang, maka jasa-jasa amenity di masa akan dating dapat 

diperdagangkan dan diinternalisasikan dengan sebaik-baiknya dalam mekanisme pasar. 

Kotak Informasi: 

Amenity 

Amenity berasal dari Bahasa Inggris yang artinya sikap 

ramah-tamah. Seperti mengatakan terimakasih adalah 

sikap ramah-tamah. Arti lain yaitu kesenangan, nikmat, 

fasilitas-fasilitas. 

Sumber: kamus Bahasa inggris. 2009. 

www.kamusbahasainggris.com   

  

 

 

III.8  

Dinamika demografi 

 

Proyeksi penduduk Indonesia tahun 2010 – 20145 menunjukkan peran optimis bahwa 

jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 252,3 juta pada tahun 2015 dengan laju 

pertumbuhan penduduk sebesar 1,13 persen, sehingga diperkirakan pada tahun 2045 akan 

mencapai 315,3 juta jiwa dengan pertumbuhan sebesar 0,47 persen. Jika melihat hasil sensus 

2010, maka pada tahun 2010 – 2040 akan terjadi ledakan penduduk berusia muda di 

Indonesia atau disebut sebagai bonus demografi. Periode bonus demografi ini berpeluang 

besar (window of opportunity) untuk memanfaatkan penduduk usia muda. Hal ini adalah 

peluang emas yang tidak akan terjadi di masa mendatang dengan melihat Indonesia berada 

pada titik terendah rasio ketergantungan (depency ratio) atau penduduk usia produktif harus 

menanggung penduduk usia tidak produktif. 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 3.5  Hasil proyeksi penduduk Indonesia 2015-2045 menurut 3 skenario: metode 

BPS dan LD-FEUI (dalam ribuan) 

 

 Sumber: Kementrian Pertanian (2014) dalam SIPP 2015-2045 

Sedangkan didalam dokumen RIRN (Rencana Induk Riset Nasional) 2015 – 2045 

yang disusun oleh Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (2016) mengatakan 

bahwa Indonesia telah memasuki awal bonus demografi pada tahun 2015 karena komposisi 

penduduk usia produktif mendominasi komposisi penduduk sebesar 64 juta jiwa, balita 24 

juta jiwa, dan lansia tidak lebih dari 20 juta jiwa. Perkiraan bonus demografi ini akan bertahan 

hingga setelah tahun 2030. Bonus demografi ini diperkirakan mencapai puncak pada kurun 

tahun 2028 – 2035, dimana komposisi perbandingan penduduk tak produktif dengan 

penduduk produktif adalah sebesar 46,9 persen yang artinya setiap 100 orang usia produktif 

menanggung 46,9 orang usia produktif dibawah umur 14 tahun atau di atas 65 tahun. Melihat 

beban tanggungan angkatan kerja yang rendah tersebut akan berpotensi untuk dimanfaatkan 

sebagai momen lompatan pertumbuhan ekonomi untuk bertransformasi menjadi negara maju, 

dengan sarat segala upaya antisipatif dipersiapkan secara optimal dari sekarang. 

 Lebih lanjut, bonus demografi juga menjadi tantangan besar guna terciptanya kondisi 

ketahanan pangan dan jaminan social yang kondusif, mengingat Indonesia masih memiliki 

ketergantungan terhadap bahan pangan pokok impor yang cukup besar. Kebijakan yang kuat 

tentu diperlukan untuk mewujudkan kemandirian dan kedaulatan pangan di masa akan datang 

dengan memperhatikan aspek pemenuhan dan juga aspek keseimbangan gizi. Pergeseran 

komposisi penduduk pada kelas menengah keatas akan memicu  perubahan pola 

konsumsi warga  yang juga pada akhirnya mempengaruhi peta kebutuhan pangan di masa 

mendatang. Salah satu upaya menjawab seluruh persoalan tersebut adalah dengan dukungan 

teknologi pertanian dan pengolahan pangan secara efektif. 

 

 

 

 

SOAL 

1. Jelaskanlah prospek pertanian pada sector peternakan di Indonesia menuju 2045? 

2. Carilah informasi hasil penelitian terbarukan yang terkait dengan kemajuan IPTEK di 

bidang peternakan? 

 

REFERENSI 

Attwood TK, Gisel A, Eriksson NE, Bongcam-Rudloff E. Concepts, Historical Milestones 

and the Central Place of Bioinformatics in Modern Biology: A European Perspective, 

Bioinformatics - Trends and Methodologies. In: Mahdavi MA, (Ed)., Bioinformatics - 

Trends and Methodologies. ISBN: 978-953-307-282-1, InTech, 2011. 1-38. 

Bamualim, A, dkk., 2009. Status Terkini Dunia Sumberdaya Genetik Ternak untuk Pangan 

dan Pertanian. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. ISBN 978-602-

8475-17-4 

FAO. 2006. World Agriculture, towards 2030/2050. FAO, Rome. Dapat diunduh secara 

online pada: http://www.fao.org/es/ESD/AT2050web.pdf. 

FAO. 2012. World agriculture towards 2030/2050: the 2012 revision. ESA Working paper 

No. 12-03. Rome, FAO. Dapat diunduh secara online pada: 

www.fao.org/economic/esa/ap106e.pdf. 

Hesper B, Hogeweg P. Bioinformatica: een werkconcept. Kameleon (In Dutch.) Leiden: 

Leidse Biologen Club, 1970, 1(6): 28–29. 

Hogeweg P, Hesper B. Interactive instruction on population interactions. Comput Biol Med, 

1978, 8: 319–327. 

Hogeweg P. The roots of bioinformatics in theoretical biology. PLoS Comput Biol, 2011, 7 

(3): e1002021. 

Kanehisa M, Goto S. KEGG: kyoto encyclopedia of genes and genomes. Nucleic Acids Res, 

2000, 28(1): 27-30. 

Kementrian Pertanian. 2014. Konsep Strategi Induk Pembangunan Pertanian 2015-2045 

PERTANIAN-BIOINDUSTRI BERKELANJUTAN Solusi Pembangunan Indonesia 

Masa Depan. Jakarta: Biro Perencanaan Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian. ISBN 

: 978-979-15689-1-3 

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. 2008. RCA (Revealed Comparative 

Advantage).  http://www.kemendag.go.id/addon/rca/ . Diakses tanggal 23 November 

2016. 

 

 

 

 

Kementrian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. 2016. Rencana Induk Riset Nasional 

2015-2045. http://rirn.ristekdikti.go.id (Kompilasi 28 Juli 2016 – Versi 3.5.2). Hal. 42-

45. 

Kruse J. 2010. Estimating Demand for Agricultural Commodities to 2050. Global Harvest 

Innitiative. 

Luscombe NM, Greenbaum D, Gerstein M. What is bioinformatics? An introduction and 

overview. (Review). Yearbook of Medical Informatics, 2001, 83-100. 

Pedersendagger AG, Jensendagger LJ, Brunak S, Staerfeldt HH, Ussery DW. A DNA 

structural atlas for Escherichia coli. J Mol Biol, 2000, 299(4):907-930. 

 

 

 

BAB VI 

 KOMODITAS TERNAK RUMINANSIA KECIL 

 

6.1. Taksonomi, Morfologi, Sebaran Populasi, Kebiasaan Hidup, Kebutuhan Pakan dan 

nutrisi, Reproduksi, Tujuan Produksi, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak 

Kambing Domba 

 

Ruminansia kecil merupakan salah satu jenis ternak yang sering dipelihara oleh 

peternak dalam skala kecil di Indonesia. Ternak ruminansia kecil yang sering di budidayakan 

di Indonesia adalah Kambing dan Domba untuk diambil daging, susu, kulit, bulu  (pada 

domba) serta fesesnya. 

Taksonomi Kambing 

Sistematika kambing menurut Devendra and Mcleroy, (1982): 

Kingdom  : Animals 

Phylum : Chordata 

Group   : Cranita (Vertebrata) 

Class  : Mammalia 

Order   : Artiodactyla 

Sub-order  : Ruminantia 

Famili   : Bovidae 

Sub Famili  : Caprinae 

Genus  : Capra atau Hemitragus 

 

 

 

 

Spesies   : Capra hircus,  Capra ibex, Capra caucasica,  Capra pyrenaica,  

Capra falconeri 

Morfologi Kambing 

Menurut Herre dan Rohrs (1973) secara umum ternak kambing berasal dari kambing 

liar (Capra aeragrus) yaitu benzoar (C.a. aegagrus), ibeks (C.a. ibeks) dan markhor (C.a. 

falconeri). Secara umum menurut Dinas Peternakan ciri-ciri kambing adalah sebagi berikut: 

1. kambing memiliki sepasang tanduk, tetapi beberapa jenis juga tidak bertanduk 

2. ukuran tanduk pada ternak jantan seringkali lebih besar daripada tanduk pada 

ternak betina 

3. memiliki janggut 

4. dahi cembung 

5. ekor agak ke atas 

6. berambut lurus dan kasar. 

 

Taksonomi Domba 

Klasifikasi domba menurut Blakely dan Bade (1992) adalah sebagai berikut : 

Kingdom  : Animalia 

Phylum  : Chordata(hewan bertulang belakang) 

Class   : Mammalia(hewan menyusui) 

Ordo   : Artiodactyla(hewan berkuku genap) 

Family  : Bovidae(memamah biak) 

Genus   : Ovis 

Species  : Ovis aries 

 

Morfologi Domba 

Domba adalah  jenis ruminasia berkaki empat dari jenis mamalia. 

Ciri-ciri umum pada domba Menurut Dinas Peternakan yaitu, sebagai berikut: 

1. Bertanduk terutama pada jantan, pada betina tidak bertanduk 

2. Seluruh tubuhnya tertutup rambut 

3. Terdapat kelenjar mammae (glandula mammae) pada betina 

4. Mempunyai cuping telinga 

5. Berkaki empat 

6. Memiliki kuku yang berjumlah genap pada masing-masing kaki 

 

 

 

 

 

Sebaran dan Populasi Kambing/Domba 

Sebaran  dan populasi kambing dan domba dipengaruhi oleh Lingkungan dan 

kemampuan ternak beradaptasi (Welty, 1982), serta keberadaan sumberdaya serta daya 

dukung lingkungan (carrying capacity) (Leksono, 2007). Faktor budaya diketahui dapat 

mempengaruhi populasi ternak seperti halnya di Toraja (Sadidan et al., 2015) serta perbedaan 

sosial, budaya dan agama seperti yang terjadi di India (Alavijeh, 2014). Sebaran dan populasi 

kambing dan domba dapat tercantum pada Tabel 6.1. 

 

Tabel 6.1. Jumlah Kambing dan domba di Dunia berdasar  Food and Agricultural 

Organization Statistic (FAOSTAT, 2008) 

Wilayah 

Jumlah (juta ekor) Persentase (%) total di Dunia (%) 

Kambing Domba Kambing Domba Kambing Domba 

Asia 514,4 452,3 1 0,9 59,7 42 

Afrika 291,1 287,6 1 1 33,8 26,7 

Amerika Utara 3 6,9 1 2,3 0,4 0,6 

Amerika 

Tengah 9 8,1 1 0,9 1 0,8 

Karibia 3,9 3,1 1 0,8 0,5 0,3 

Amerika 

Selatan 21,4 73,1 1 3,4 2,5 6,8 

Eropa 18 133,9 1 7,4 2,1 12,4 

Oceania? 0,9 113,1 1 119,2 0,1 10,5 

Dunia 861,9 1078,2 1 1,25     

 

Tabel 6.2. Sebaran dan Populasi Ternak Kambing di Indonesia (BPS, 2015) 

Provinsi 

Populasi Domba menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Aceh 566.837 581.676 655.650 581.597 610.677 

Sumatera Utara 762.180 781.774 849.487 866.763 883.862 

Sumatera Barat 248.082 257.361 256.704 266.715 274.717 

Riau 196.115 208.429 175.832 184.899 199.479 

 

 

 

 

Jambi 371.326 430.014 410.866 422.715 459.541 

Sumatera Selatan 331.589 343.065 330.401 370.593 388.863 

Bengkulu 217.478 243.487 263.063 273.816 340.874 

Lampung 1.090.647 1.159.543 1.253.153 1.250.823 1.252.402 

Kep. Bangka 

Belitung 7.184 8.389 3.225 2.652 2.917 

Kep. Riau 22.158 22.459 21.558 20.941 21.495 

Dki Jakarta 7.055 6.248 6.626 5.506 5.781 

Jawa Barat 2.016.867 2.303.256 2.559.699 2.599.380 2.395.881 

Jawa Tengah 3.724.452 3.889.878 3.922.159 3.957.917 3.997.917 

Di Yogyakarta 343.647 352.223 369.730 385.477 411.209 

Jawa Timur 2.830.915 2.879.369 2.937.980 3.090.159 3.136.513 

Banten 774.629 767.757 813.944 776.304 709.870 

Bali 75.046 70.188 65.127 68.457 69.137 

Nusa Tenggara 

Barat 579.250 627.282 584.149 576.125 623.654 

Nusa Tenggara 

Timur 559.755 578.829 592.365 609.367 627.707 

Kalimantan Barat 167.591 171.222 167.471 148.153 155.535 

Kalimantan 

Tengah 44.739 46.674 43.463 39.595 42.572 

Kalimantan 

Selatan 111.161 105.500 66.118 67.098 67.069 

Kalimantan Timur 61.691 62.288 61.301 55.259 56.620 

Kalimantan Utara - - - 12.794 14.073 

Sulawesi Utara 44.763 47.448 48.181 46.199 49.132 

Sulawesi Tengah 477.445 530.627 565.053 586.948 658.553 

Sulawesi Selatan 513.858 572.587 599.216 650.108 681.960 

Sulawesi Tenggara 124.113 139.974 145.806 132.837 144.383 

Gorontalo 83.570 92.168 83.512 82.205 85.505 

Sulawesi Barat 208.279 217.925 219.755 219.878 220.766 

Maluku 246.320 265.163 266.939 102.655 99.266 

Maluku Utara 87.987 90.053 104.243 112.092 114.452 

 

 

 

 

Papua Barat 16.810 20.470 22.294 24.258 27.365 

Papua 32.648 32.536 35.251 49.247 49.849 

Indonesia 16.946.187 17.905.862 18.500.321 18.639.532 18.879.596 

 

 

Tabel 6.3. Sebaran dan Populasi Ternak domba di Indonesia (BPS, 2015) 

Provinsi 

Populasi Domba menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Aceh 141.976 163.542 157.111 111.030 116.582 

Sumatera Utara 325.722 374.286 595.517 610.103 620.919 

Sumatera Barat 4.656 6.001 5.537 5.703 5.874 

Riau 3.985 4.583 4.739 8.242 9.432 

Jambi 65.648 72.927 7