• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label ternak 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ternak 2. Tampilkan semua postingan

ternak 2




 7.151 79.708 82.329 

Sumatera 

Selatan 32.458 33.320 27.752 32.031 34.221 

Bengkulu 4.716 5.102 4.947 4.652 4.713 

Lampung 88.647 88.873 89.005 70.936 73.194 

Kep. Bangka 

Belitung 94 115 119 71 73 

Kep. Riau - - - - - 

Dki Jakarta 929 1.450 1.174 2.211 2.322 

Jawa Barat 7.041.437 8.249.844 9.391.590 10.612.726 10.826.494 

Jawa Tengah 2.226.709 2.429.132 2.458.303 2.395.671 2.458.619 

Di Yogyakarta 147.773 151.772 156.860 166.567 176.005 

Jawa Timur 942.915 1.088.602 1.185.472 1.221.758 1.242.526 

Banten 626.114 612.583 637.218 657.674 738.937 

Bali 3 8 38 - - 

Nusa Tenggara 

Barat 37.500 37.876 31.160 24.758 26.303 

Nusa Tenggara 

Timur 62.350 63.109 63.877 64.645 65.378 

Kalimantan 

Barat 314 236 227 109 114 

 

 

 

 

Kalimantan 

Tengah 1.795 1.884 2.341 2.004 2.259 

Kalimantan 

Selatan 3.692 3.755 2.393 2.282 3.054 

Kalimantan 

Timur 379 430 273 239 241 

Kalimantan 

Utara - - - 66 69 

Sulawesi Utara - - - - - 

Sulawesi 

Tengah 8.656 7.354 7.736 8.164 8.740 

Sulawesi 

Selatan 397 468 530 596 623 

Sulawesi 

Tenggara 165 73 22 9 - 

Gorontalo - - - - - 

Sulawesi Barat - - - - - 

Maluku 21.554 23.095 24.747 9.682 10.086 

Maluku Utara - - - - - 

Papua Barat - - 48 187 206 

Papua 28 20 11 14 18 

Indonesia 11.790.612 13.420.440 14.925.898 16.091.838 16.509.331 

 

Kebiasaan Hidup Kambing/Domba 

Kambing umumnya lebih selektif dalam memilih pakan jika dibandingkan dengan 

ternak ruminansia besar (Malechek and Provenza, 1981). Menurut Milne (1991) Saat 

merumput kambing akan beindah pindah sehingga menemukan rumput yang baik,  kegiatan 

mermuput aktif di pagi dan berkurang pada siang hari dan meningkat kembali sore menjelang 

malam hari. Musim mempengaruhi intensitas makan pada kambing, dimana kambing akan 

makan lebih banyak pada musim panas dan musim dingin daripada pada musim semi (Alados 

and Escós, 1987). Ternak menghabiskan waktu istirahat dengan berbaring dan ruminasi 

(memamah biak). Pada musim kemarau ternak muda seringkali mengikuti ternak dewasa 

untuk memperoleh sumber air dan makanan kambing mempunyai sifat ingin tahu dan lebih 

 

 

 

 

mandiri dibandingkan domba yang lebih memilih berkelompok serta lebih menyukai 

leguminosa dibandingkan domba yang lebih menyukai rumput. 

 

Kebutuhan Pakan dan Nutrisi 

Pakan adalah semua bahan yang dapat dikonsumsi oleh ternak, dapat dicerna, dan 

dimanfaatkan serta mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak untuk kebutuhan 

hidupnya, produksi, dan reproduksi (McDonald et al., 2010). Kebutuhan pakan pada ternak 

berbeda-beda tergantung pada berbagai faktor, diantaranya adalah jenis ternak, umur, tahap  

pertumbuhan, kondisi fisiologis, lingkungan serta bobot badan (Tomaszewska et al., 1993). 

Kebutuhan nutrisi Kambing dan domba berdasar  bobot badan terdapat pada tabel 4 dan 

Tabel Kebutuhan nutrisi/Kg produksi susu tercantum pada tabel 6.4 

Tabel 6.4. Kebutuhan nutrisi kambing dan domba 

Bobot badan 

ME (MJ/kg Bahan Kering) Digestible Crude Protein 

Intensif Ekstensif Maintaince Bunting 

10 2,32 3,25 15 30 

20 3,91 5,47 26 50 

30 5,3 7,42 35 67 

40 6,58 9,21 43 83 

50 7,78 10,89 51 99 

60 8,92 12,49 59 113 

Devendra (1982), NRC (1981) 

Tabel 6.5. Kebutuhan nutrisi/Kg produksi susu 

Fat content ME 

DCP (g) Ca (g) P (g) 

of milk (%) (MJ) 

3,5 4,5 47 0,8 0,7 

4,5 5,5 59 0,9 0,7 

5,5 5,7 73 1,1 0,7 

Devendra (1982), NRC (1981) 

 

Pakan Ternak Kambing dan Domba 

 

 

 

 

Kambing dan domba merupakan ternak ruminansia kecil sehingga membutuhkan 

pakan yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan pakan penguat berupa 

konsentrat. Hijauan merupakan sumber pakan bulk atau pengenyang sekaligu sumber nutrisi 

untuk ternak ruminansia (Devendra dan Burns, 1983). berdasar  kandungan nutrisinya 

bahan pakan dibedakan menjadi lima yaitu (Jurgens, 1974 dalam Utomo, 2012): 

a. bahan pakan berserat sumber energi (carbonaceous roughages) yang mengandung 

serat kasar >18% dan mengandung protein rendah, seperti rumput, limbah pertanian 

dan perkebunan; Bahan pakan berotein rendah, ber-SK tinggi, kebanyakan berasal dari 

sisa tanaman pertanian pangan (jerami). 

b. Bahan pakan berserat sumber protein (proteinaceous roughages) yang merupakan 

bahan pakan berserat tetapi berotein tinggi, umumnya berasal dari tanaman 

leguminosa, limbah pertanian dan perkebunan. 

c. Bahan pakan konsentrat sumber energi (carbonaceous concentrates) yang merupakan 

bahan pakan sumber energi yang mengandung protein rendah. Bahan pakan ini 

kebanyakan berasal dari biji-bijian dan hasil ikutan industri pertanian. 

d. Bahan pakan konsentrat sumber protein (proteinaceous concentrates) yang merupakan 

bahan pakan berotein tinggi dapat berasal dari tanaman dengan kandungan serat kasar 

<18% dan dapat pula berasal dari hewan dan ikan. 

e. Bahan pakan tambahan (additive materials) yang merupakan nahan ini dapat berupa 

nutrien maupun bukan. 

Menurut Sirait el al. (2010) Terdapat berbagai jenis rumput-rumputan yang disukai 

oleh ternak kambing dan cocok untuk ternak kambing diantaranya rumput Axonopus 

compressus (rumput pahit), Cynodon dactylon (rumput kawat), Ottocloanodusa, Brachiaria 

ruziziensis, Brachiaria humidicola, Paspalum guonearum, Paspalum ateratum dan 

Stenotaphrum secundatum. Sementara untuk jenis leguminosa terdiri dari leguminosa 

merambat dan leguminosa pohon, beberapa jenis yang disukai dan cocok untuk ternak 

kambing diantaranya adalah Stylosanthes guianensi, Gliricidia sepium (sengon), Leucaeca 

leucochepala (lamtoro), Calliandra callothyrsus (Kaliandra) dan Indigofera sp. 

 

Reproduksi Kambing/Domba 

Menurut Dinas Peternakan kambing/ domba telah dewasa kelamin dapat dikawinkan. 

Agar kambing/ domba bisa beranak minimal 3 (tiga) kali dalam dua tahun, Hal-hal yang harus 

 

 

 

 

diperhatikan dalam mengatur perkawinan adalah umur birahi, umur kawin, bobot badan, lama 

birahi dan iklus birahi. Umur birahi, umur kawin dan siklus birahi tercantum pada Tabel 6. 

 

Tabel 6. Umur birahi, umur kawin dan siklus birahi pada kambing/domba 

Kambing/domba Umur (bulan) 

Umur birahi 6 – 10 

umur kawin 10 – 12 

bobot badan 55 – 60 (Kg) 

Lama birahi 24 – 45 jam 

Siklu birahi  17 – 21 hari 

Tanda-tanda birahi pada kambing/domba adalah alat kelamin betina (Vulva) berwanra 

meran (Abang), membengkak (Abu) dan hangat (Anget), ternak gelisah, nafsu makan dan 

minum menurun, ekor sering dikibaskan, sering kencing, dan mau/diam bila dinaiki. Ratio 

perkawinan antara jantan dan betina = 1 : 10 dengan masa bunting 144 - 156 hari (± 5 bulan), 

melahirkan, penyapihan dan istirahat ± 2 bulan. 

 

Tujuan Produksi Ternak Kambing/Domba 

Menurut Devendra, (1983) secara umum ternak kambing dan domba bertujuan untuk 

a. Menghasilkan Protein hewani 

Protein hewani yang dihasilkan dari ternak kambung dan domba berupa daging dan 

susu.  Susu kambing memiliki komposisi yang berbeda-beda bergantung pada jenis 

kambing, kondisi lingkungan, serta kualitas pakan yang diberikan.  Susu kambing 

mengandung lemak 2,64%-7,78% dan protein berkisar 2,79-5,8%. 

b. Produksi kulit dan bulu, selain dimanfaatkan daging dan susunya kulit kambing dan 

domba serta bulu pada domba dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sepatu, tas, jaket, 

kaet dll. 

c. Manfaat ekonomi sebagai penghasilan utama warga  

d. Tabungan dimana ternak kambing mudah dipelihara, dan dapat dijual ketika 

dibutuhkan. 

 

Tata Laksana Pemeliharaan 

 

 

 

 

Dalam kegiatan pemeliharaan hal yang penting di perhatikan adalah kandang. 

Kandang berfungsi untuk melindungi ternak dari  cuaca, dari hewan-hewan pemangsa dan 

hewan pengganggu, mempermudah pengawasan serta untuk mempermudah penanganan 

ternak. 

Ukuran kandang ternak kambing dan domba, berbeda-beda berdasar  status 

fisiologisnya, ukuran kandang ternak kambing dan domba tercantum pada tabel 6.7. 

 

Tabel 6.7. Ukuran kandang ternak kambing/domba 

Status Fisiologis Ukuran Kandang (m) 

Kandang induk 1x1,25 

Kandang pejantan 1,1x1,25 

Kandang anak 1x1,25 

Kandang beranak 1,2x1,2 

 

Kandang kambing/domba sering kali dibuat dalam bentuk panggung untuk 

memudahkan penanganan kotorannya serta menjaga kondisi kandang tetap bersih karena 

kotoran yang langsung jatuh melalui sela kandang. Hal yang harus diperhatikan adalah ukuran 

sela pada kandang induk beranak, karena kaki anak kambing dapat teerosok kedalam sela-sela 

kandng sehingga melukai ternak. 

Menurut Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan 

Hewan Pemeliharaan ternak kambing domba dilakukan ternak dengan kondisi fisiologis 

berbeda yaitu: 

1. Prasapih (umur kurang 12 minggu)  

a. umur < minggu anak harus mendapatkan air susu induk terutama kolostrum serta 

ditempatkan dalam kandang yang diberi alas agar anak kambing/domba merasa 

nyaman dan tidak kedinginan; 

b. diberi susu pengganti apabila tidak mendapatkan susu dari induknya; 

c. mulai di beri pakan halus umur 3 - 8 minggu; dan 

d. pengenalanan hijauan pakan umur  > 8 minggu. 

2. Pascasapih ( > 12 minggu) 

a. penyapihan dilakukan pada umur 12 minggu (3 bulan); 

b. pemberian air minum untuk menghindari stres; dan 

c. pakan yang diberikan berupa hijuan dan sedikit konsentrat. 

3. Kambing dan Domba Muda 

 

 

 

 

a. pengelompokan dan pemisahan berdasar  jenis kelamin, umur, dan/atau sifat-

sifat tertentu; 

b. pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat dalam jumlah dan mutu yang 

memenuhi standar; 

c. pemberian air minum yang cukup; 

d. secara rutin dilakukan perawatan bulu, kulit, dan kuku; dan 

e. vaksinasi atau pemberian obat cacing secara rutin. 

4. Kambing dan Domba Dewasa 

a. Induk Kering 

1) Pemberian pakan ekstra dilakukan minimum satu minggu sebelum dan sesudah 

dikawinkan; dan 

2) dilakukan pengaturan perkawinan. 

b. Induk Bunting 

1) pemberian pakan dengan peningkatan mutu minimum sepertiga terakhir 

kebuntingan; 

2) ketersediaan air minum yang cukup; dan 

3) ketersediaan tempat beranak yang nyaman. 

c. Induk Laktasi 

1) kualitas pakan disesuaikan dengan banyaknya anak yang dilahirkan; 

2) pengaturan pemberian air susu apabila beranak lebih dari dua ekor 

3) diberikan minum yang cukup; dan 

4) pemeliharaan induk dan anak dipisah untuk induk yang diperah. 

d. Pejantan 

1) diberikan pakan ekstra pada saat sebelum dan sesudah dikawinkan; dan 

2) pemeliharaan dilakukan secara individu. 

 

6.2. Jenis Dan Karakeristik Ternak Kambing Dan Domba 

Bangsa-bangsa kambing perah sub-tropis (Budi et al. 2006) 

1. 1. Anglo Nubian 

Kambing Anglo Nubian berasal dari Afrika, ciri-ciri Kambing Anglo Nubian: 

a. Ukuran kambing besar, Kaki Panjang dengan kulit yang baik dan bulu mengkilap, 

telinga panjang dan menggantung 

 

 

 

 

b. Bentuk wajah cembung, tidak bertanduk 

c. Warna bulunya sangat bervariasi. kambing Anglo Nubian merupakan kambing dual 

puose (daging dan susu) 

d. Tipe kambing dwiguna (Penghasil susu dan daging) 

 

1. 2. Toggenburg 

Kambing Teggenburg berasal dari lembah Toggenburg. Ciri-cirinya: 

a. Warna bulu coklat muda sampai coklat tua/gelap. 

b. Telinga berwarna putih dengan spot hitam pada bagian tengahnya 

c. Terdapat dua garis putih dari sebelah atas mata sampai pada bagian mulut 

d. Kaki berwarna putih pada bagian dalam, kemudian mulai dari lutut kaki depan dan 

kaki belakang sampai pada bagian bawah kaki (feet) seluruhnya berwarna putih. Pada 

bagian belakang disebelah kiri-kanan pangkal ekor terdapat wama putih berbentuk 

segitiga. Juga warna putih di kedua cuping telinganya atau di areal cuping telinga 

apabila cuping telinganya tidak ada. Tidak dikehendaki adanya warna hitam atau 

bercak putih selain yang spesifik tersebut. Kepala kambing Toggenburg mempunyai 

ukuran sedang (medium size) dan garis profilnya sedikit konkav (cekung). Telinganya 

berdiri dan mengarah ke depan. Kambing ini tampaknya palingtidak berhasil untuk 

diternakkan di daerah tropis. Dibandingkan dengan Saanen, British Alpine dan Anglo-

Nubian kambing ini merupakan yang pertama kali dikeluarkan / tidak dipakai lagi di 

Malaysia Kambing Dewasa jantan dan betina masing-masing mempunyai tinggi 

gumba dan berat badan 33 inchi; 160 Ibs dan 27 inchi; 125 Ibs. 

1. 3. Saanen 

Kambing Saanen asli berasal dari Swiss bagian Barat memiliki persistensi 

produksinya yang baik.ciri-ciri: 

a. Warna kambing Saanen putih atau sedikit cream, tetapi warna putih yang paling 

disenangi. 

b. Tidak boleh ada warna / bercak hitam pada bulunya tetapi boleh ada pada kulitnya 

saja. 

c. Garis profil mukanya lurus atau sedikit cekung, daun telinga berdiri dan mengarah ke 

depan. Ukuran tinggi gumba 

d. kambing jantan 35 inchi dan 185 Ibs sedangkan yang betina 30 inchi dan 135 Ibs.  

 

 

 

 

1.4. Nubian 

Kambing Nubian merupakan satu-satunya kambing Afrika yang khusus dipakai  

sebagai kambing perah. Ciri-ciri kambing nubian: 

a. ambingnya dapat berkembang dengan sangat baik 

b. Kambing Nubian besar, kakinya panjang mempunyai daun telinga panjang dan 

menggantung 

c. profil mukanya Roman nose, terutama pada yang jantan. Tinggi gumba dan bobot 

badan kambing jantan dewasa 35 inchi dan 175 Ibs sedangkan kambing betina dewasa 

30 inchi dan 135 Ibs. Pada beberapa strain baik yang jantan maupun betina kambing 

ini bertanduk tetapi ada juga strain yang tidak bertanduk. Warna bulu pada umumnya 

hitam, coklat dan bulunya panjang. Produksi susu 1 - 2 kg per hari atau 120 - 140 kg 

per tahun dalam dua kali laktasi. 

1. 5. French Alpine 

Kambing French Alpine berasal dari pegunungan Alpine di Perancis (France) ciri-ciri: 

a. Warna kambing putih, coklat, hitam dan kombinasi dari macam-macam warna 

b. Baik kambing jantan maupun betina memiliki bulu-bulu yang pendek, tetapi yang 

jantan mempunyai bulu-bulu yang panjang dan kasar pada bagian punggung 

c. Telinganya berukuran sedang, halus dan berdiri. Kambing betina dewasa mempunyai 

ukuran tinggi gumba 29 - 36 inchi 

d. bobot badan 125 Ibs, sedangkan yang jantan dewasa mempunyai tinggi gumba 34 - 40 

inchi dengan berat badan 170 Ibs. Kambing betina merupakan excellent milker, 

mempunyai ambing yang besar dan bentuknya bagus dengan puting yang ideal. 

 

1. 6. British Alpine 

British Alpine berasal dari Swiss dan pegunungan Alpine Austria. Kambing ini 

mempunyai daya aklimatisasi lebih baik dari pada kambing Saanen. Di India Barat pernah 

tercatat produksi lebih dari 4,5 kg per hari pada laktasi ke dua dan tiga. tetapi di Malaysia dan 

Mauritius pengembangan kambing ini gagal antara lain karena kelembaban yang tinggi. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bangsa-bangsa kambing perah tropis (Budi et al. 2006) 

2. 1. Etawah / Jamnapari 

Jamnapari atau Etawah merupakan kambing perah (susu) di India, Asia Tenggara dan di 

daerah-daerah lain. Jamnapari merupakan kambing perah yang baik (excellent) dan juga 

sering dipakai  sebagai produsen daging. 

a. Telinga terkulai 

b. Warna bulunya bervariasi dengan warna dasar putin, coklat dan hitam 

c. Bobot badan jantan 68-91 kg, sedang yang betina 36 - 63 kg 

d. Tinggi gumba kambing jantan 91 - 127 cm dan yang betina 76 -92 cm 

e. Produksi susu dapat mencapai 235 kg dalam periode laktasi 261 hari. Di India 

produksi susu dapat mencapai 3,8 kg per hari, dan produksi susu tertinggi tercatat 562 

kg. Kadar lemak agak tinggi dengan rata-rata 5,2 %. Karkas kambing jantan dan 

betina umur 12 bulan dapat mencapai 44 - 45 % berat hidup. 

2. 2. Damaskus 

Dari berbagai kambing perah di Timur Tengah berasal dari Damaskus banyak dipelihara di 

Libanon, Syria, Cyprus. Ciri-ciri: 

a. tidak bertanduk 

b. profil muka konveks, daun telinga panjang dan menggantung 

c. Tinggi gumba 70 - 75 cm dan berat badan antara 40 -60 kg 

d. Produksi susu 3-4 liter per hari dapat mencapai 6 liter, dengan jumlah produksi 300 - 

600 liter dalam 8 bulan. Kambing Damaskus lebih subur dibandingkan dengan 

Saanen, dimana tiap kelahiran rata-rata 1,76 cempe. 

2. 3. Beetal 

Beetal adalah bangsa kambing yang juga penting di India dan Pakistan. Ciri-cirinya: 

a. profil mukanya Roman nose 

b. telinga panjang tetapi jauh lebih kecil dibanding telinga kambing Etawah 

c. berwarna merah coklat dengan bercak / belang-belang putih 

d. Tinggi gumba jantan dan betina adalah 89 dan 84 cm kambing betina dewasa 

mencapai berat hidup kira-kira 45 kg. Rata-rata selama laktasi kambing ini dapat 

 

 

 

 

mengbasilkan susu 195 kg susu dalam waktu 224 ban, dan beranak rata-rata seta-bun 

sekali dengan rata-rata anaknya tunggal atau twin (kembar dua). 

2. 4. Barbari 

Kambing ini lebih kecil dibanding Jamnapari dan Beetal Diketemukan di India bagian Utara 

dan Pakistan Barat. Ciri-cirinya: 

a. bulu-bulu yang pendek 

b. warna putih dengan bercak-bercak coklat 

c. Tinggi gumba kambing jantan antara 66 - 76 cm dan betina 60-71 cm 

d. Nonot kambing betina dewasa berat hidupnya antara 27 - 36 kg 

e. Kambing ini biasanya dipakai  untuk produksi susu dan ambingnya pada umumnya 

berkembang dengan baik. Pernah tercatat produksi susu selama dalam periode laktasi 

235 hari mencapai 144 kg.  

Sumber : budi et al., 2006 

 

Jenis Kambing yang banyak terdapat di Indonesia  

1. Kambing Kacang (Kambing Jawa) 

Kambing kacang merupakan kambing asli Indonesia. Kambing ini tersebar hampir di 

seluruh Indonesia. Ciri-ciri kambing kacang:  

a. badan kecil, telinga pendek tegak, leher pendek, punggung meninggi 

b. memiliki tanduk yang pendek baik ternak jantan dan betina 

c. Telinganya tegak, berbulu lurus dan pendek 

d. tinggi badan jantan dewasa rata-rata 60–65 cm, betina rata-rata 56 cm 

e. bobot dewasa untuk betina rata-rata 20 kg dan jantan 25 kg 

f. sebagai penghasil daging 

 

 

 

 

 

Gambar 1. Kambing Kacang 

 

2.  Kambing Etawah 

Kambing etawah berasal dari wilayah Jamnapari (India) memiliki ciri-ciri: 

a. hidung  Melengkung, telinga panjang menggantung, kaki panjang dan bulu kaki 

panjang, ambing besar dan panjang 

b. Tinggi Kambing jantan 100-125 cm dan betina mencapai 80-90 cm 

c. Baik yang jantan maupun yang betina memiliki tanduk, tetapi kadang-kadang 

dijumpai induk yang tidak memiliki tanduk 

d. Dikembangkan sebagai penghasil susu produksi susunya mencapai 3-4 liter per hari 

 

Gambar 2. Kambing Etawah 

 

 

3. Kambing Peranakan Etawah (PE) 

 

 

 

 

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil persilangan antara kambing 

Etawah dengan kambing Kacang. Kambing ini memiliki penampilannya mirip kambing 

Etawah dengan ukuran lebih kecil, merupakan tipe dwiguna, yaitu sebagai penghasil daging 

dan susu. Ciri-ciri Kambing PE: 

a. telinga panjang dan terkulai, panjang telinga 18–30 cm 

b. warna bulu bervariasi dari coklat muda sampai hitam 

c. Bulu kambing PE jantan bagian atas leher dan pundak lebih tebal dan agak panjang 

Bulu kambing PE betina pada bagian paha panjang 

d. Berat badan kambing PE jantan dewasa 40 kg dan betina 35 kg, tinggi pundak 76-100 

cm. 

                       

Gambar 3. Peranakan Etawah 

 

4. Kambing Gembrong 

Kambing Gembrong banyak terdapat di pulau Bali diduga merupakan keturunan 

kambing Khasmir. Ciri-cirinya: 

a. Memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dibandingkan kambing kacang 

b. Memiliki tanduk 

c. Telinga kecil dan pendek 

d. Ekor kecil dan pendek 

e. Rambut menutupi seluruh tubuhnya berukuran panjang dan halus 

f. Pada ternak jantan rambut di bagian leher dan pinggang lebih panjang 

dibandingkan betina 

g. Pada dahi kambing jantan ada jumbai seperti poni yang sering kali menutupi muka 

dan mata 

 

 

 

 

                               

Gambar 4. Kambing Gembrong 

 

5. Kambing Boer 

Kambing boer merupakan keturunan kambing Afrika Selatan. Ciri-cirinya: 

a. pola warna pada kepala dan leher berwarna coklat, badan dan kakinya berwarna putih 

b. bulunya pendek dan mengkilap, bertanduk, kaki pendek 

c.  hidung cembung serta telinga lebar dan menggantung 

d. Kambing ini merupakan tipe pedaging 

e. Bobot badan betina dewasa dapat mencapai berat badan 60-70 kg dan jantan mencapai 

berat 120-150 kg. 

                  

Gambar 5. Kambing Boer 

 

6. Kambing Saanen 

Kambing Saanen berasal dari Saanen, Sulit berkembang di wilayah tropis karena 

kepekaannya terhadap matahari. Sehingga, di Indonesia kambing Saanen di silangkan 

 

 

 

 

lagi dengan jenis kambing lain yang lebih resisten terhadap cuaca tropis, misalnya 

dengan jenis etawa. 

Ciri-cirinya: 

a. kambing jantan maupun betinanya tidak memliki tanduk 

b. ukuran telinga sedang dan tegak mengarah ke depan 

c. Hidung, telinga dan kambingnya berwarna belang hitam 

d. bulu dominan putih sampai krem pucat, kadang-kadang ditemui bercak hitam pada 

hidung, telinga atau ambing 

e. merupakan tipe perah 

f. Produksi susu 740 kg per masa laktasi 

                           

Gambar 6. Kambing Saanen 

 

Jenis-Jenis Domba yang Terdapat di Indonesia  

1. Domba Garut 

Domba Garut merupakan hasil persilangan antara domba lokal, domba Ekor Gemuk 

dan domba Merino. Bentuk tubuh Domba Garut hampir sama dengan domba lokal dan bentuk 

tanduk yang besar melingkar diturunkan dari Domba Merino.Ciri-ciri Domba Garut yaitu: 

a. pangkal ekor sedikit lebar dengan ujung runcing dan pendek 

b. dahi sedikit lebar, kepala pendek dan profil sedikit cembung 

c. ukuran mata kecil 

d. Tanduk besar dan melingkar ke belakang dan betina tidak bertanduk 

e. telinga bervariasi dari yang pendek sampai yang panjang banyak ditemukan memiliki 

daun telinga rumpung 

f. warna bulu yang beraneka ragam Domba Garut Berat badan domba garut dapat mencapai 

40-80 kg 

 

 

 

 

           

Gambar 7. Domba Garut 

 

1. Domba Ekor Tipis 

Domba ekor tipis atau domba gembel merupakan domba asli Indonesia, banyak 

terdapat di Jawa Barat dan Jawa Tengah, bersifat prolifik (dapat melahirkan anak kembar 2-5 

ekor. Ciri-cirinya yaitu: 

a. Domba jantan memiliki tanduk yang kecil dan melingkar, sedangkan domba betina 

tidak bertanduk 

b. Warna bulu dominan putih, dengan warna hitam di seputar mata, hidung, dan 

c. beberapa bagian tubuh lainnya 

d. Merupakan domba potong 

e. Bobot badan domba jantan dapat mencapai 30-35 Kg dan betina mencapai 15-20 Kg. 

 

Gambar 8. Domba Ekor Tipis 

 

2. Domba Ekor Gemuk 

Domba ekor gemuk banyak terdapat di Jawa Timur, Madura, Lombok, dan Sulawesi, 

dibawa ke Indonesia oleh pedagang Arab pada abad XIX. Ciri-cirinya: 

 

 

 

 

a.  adalah bentuk badan besar, bobot domba jantan mencapai 50 kg dan domba betina 

40 kg 

b. Memiliki tanduk pada ternak jantan betina tidak bertanduk 

c. ekor panjang, pada bagian pangkalnya besar untuk menimbun lemak yang banyak 

d. ujung ekornya kecil tak berlemak 

e. warna bulunya sebagian besar putih, beberapa juga yang berwarna hitam atau 

kecoklatan. 

 

 

 

 

Gambar 9. Domba Ekor Gemuk 

3. Domba Merino 

Domba merino merupakan penghasil wool, dengan kualitas terbaik, berasal dari asia 

kecil dan telah menyebar ke berbagai belahan dunia, khususnya bagi negara subtropis, seperti 

Australia, Newzealand, Prancis, Inggris dan Spanyol. Domba ini pernah didatangkan ke 

Indonesia, tetapi tidak dapat berkembang dengan baik karena kelemahannya yang tidak tahan 

dengan iklim panas dan lembab, seperti daerah tropis karena bulu woolnya yang panjang dan 

tebal. Ciri-cirinya: 

a. Domba merino jantan bertanduk, sementara yang betina tidak bertanduk 

b. domba ini termasuk domba ukuran sedang dengan berat badan dewasa mencapai 70 – 80 

kg untuk jantan dan untuk betina 50 -60 kg 

 

 

 

 

 

 

Gambar 10. Domba Merino 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA 

 

Alados, C.L., Escós, J., 1987. Relationships between movement rate, ago-nistic displacements 

and forage availability in Spanish ibexes (Caprapyrenaica).Biol. Behav. 12 (4), 245–

255. 

 

Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke Empat. Penerjemah: Srigandono, 

B. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal: 351-352. 

BPS. 2015. Indonesia Dalam Angka. Jakarta: Badan Pusat Statistik. 

Budi. U. Dkk. 2006. Buku ajar dasar ternak perah. Departemen Peternakan Fakultas Pertanian 

Universitas Sumatera Utara. 

 

Devendra, C. and G.B. McLeroy. 1982. Goat and Sheep Production in the Tropic. Longman, 

New York. 

 

 

 

 

 

Devendra, C. dan M, Burns. 1983. Goat Producton in the Tropics. Dalam : Putra, IDK.H (ed). 

Produksi Kambing di Daerah Tropis.Penerbit ITB dan Penerbit Universitas Udayana. 

 

Dinas Peternakan. http: www.disnak.langkatkab.go.id/download/category/3-

file.html?download=4%3Aisi-buk. Diakses: 20 November 2016. 

 

Kementerian Pertanian (2014). Pedoman Pembibitan Ternak Kambing Dan Domba. 

Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan Direktorat Perbibitan Ternak. 

Malechek, J.C. and Provenza, F.D., 1981. Feeding behaviour of goats on rangelands. In: P. 

Morand-Fehr, A. Bourbouze and M. Simiane (Eds.), Nutrition and Systems of goat 

Feeding. Vol. I, INRAITOVIC, Tours, France. pp. 411-428. 

 

Milne, J.A., 1991. Diet selection by grazing animals. Proc. Nutr. Soc., 50( I ): 77-85. Arnold, 

G.W., Dudzinski, M.L., 1978. Ethology of Free-Ranging DomesticAnimals. Elsevier 

Science, Amsterdam, pp. 1–125. 

Sirait, J., R. Hutasoit, A. Tarigan, K. Simanihuruk. 2010. Petunjuk Teknis Teknik Budidaya 

Dan Pemanfaatan (Stenotaphrum Secundatum) Untuk Ternak Kambing Dan 

Ruminansia Lainnya. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Peternakan Badan 

Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian` 

 

Tomaszewska, M.W., I. M. Mastika, A. Djajanegara, S. Gardiner dan T. R. Wiradarya. 1993. 

Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press, 

Surakarta. 

Utomo, R. 2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvansif. PT. Citra Aji Parama. 

Yogyakarta. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB VII. KOMODITAS TERNAK UNGGAS 

 

7.1. Taksonomi, Morfologi, Sebaran Populasi, Kebiasaan Hidup, Kebutuhan Pakan dan 

nutrisi, Reproduksi, Tujuan Produksi, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Ayam 

dan Itik 

 

Taksonomi Ayam 

Klafikasi ayam menurut Rose (2001) adalah sebagai berikut: 

Kingdom   : Animalia 

Subkingdom : Metazoa 

Phylum   : Chordata 

Subphylum : Vertebrata 

Divisi   : Carinathae 

Kelas  : Aves 

Ordo  : Galliformes 

Family  : Phasianidae 

Genus   : Gallus 

Spesies   : Gallus gallus domestica sp 

Morfologi (Santoso dan Sudaryani, 2009) 

Morfologi ayam terdiri atas: 

1. memiliki paruh, caput (jengger) 

 

 

 

 

2. memiliki dua buah sayap 

3. tubuh dipenuhi bulu, nulu bagian sayap dan ekor lebih panjang 

4. terdapat dua buah kaki yang memiliki cakar (ceker) 

 

Morfologi ayam berdasar  tujuan produksinya dibagi menjadi tiga, yaitu: 

1. Tipe pedaging, ciri-ciri ayam tipe pedaging adalah sebagai berikut: 

a. Bentuk tubuh besar 

b. Pertumbuhan cepat 

c. Bulu merapat ketubuh 

d. Warna bulu putih 

e. Produksi telur rendah 

f. Bersifat tenang 

2. Tipe petelur, ciri-cirinya adalah: 

a. Bentuk tubuh ramping 

b. Cuping telinga putih 

c. Kerabang telur berwarna putih 

d. Mudah terkejut 

e. Tidak memiliki sifat mengeram 

f. Produksi telur mencapai 200 butir/ekor/tahun 

3. Tipe dwiguna, ciri-ciri ayam dwiguna yaitu: 

a. Tubuh sedang 

b. Produksi telur sedang 

c. Pertumbuhan sedang 

d. Kerabang telur berwarna cokelat 

Sifat tenang 

 

Sebaran Populasi Ayam 

Sebaran populasi ayam buras, ayam ras petelur dan ayam ras pedaging di Indonesia 

berdasar  Data Badan Pusat Statistik 2015 tercantum dalam Tabel 7.1, tabel 7.2 dan tabel 

7.3. 

Tabel 7.1. Populasi Ayam Buras di Indonesia 

 

 

 

 

Provinsi 

Populasi Ayam Buras menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Aceh 6.010.575 6.065.665 6.054.553 5.938.919 6.235.865 

Sumatera 

Utara 11.963.682 12.073.428 15.545.153 14.037.817 14.190.165 

Sumatera 

Barat 5.023.666 4.872.190 4.919.283 5.031.885 5.132.522 

Riau 2.848.075 3.377.652 3.163.705 3.327.820 3.600.303 

Provinsi 

Populasi Ayam Buras menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Jambi 11.576.940 11.435.111 11.519.915 12.367.301 12.551.551 

Sumatera 

Selatan 6.265.183 6.605.762 5.275.685 6.688.397 6.974.467 

Bengkulu 3.225.187 3.075.956 2.989.424 2.709.080 2.901.696 

Lampung 9.341.358 10.604.987 10.924.455 10.899.365 10.944.090 

Kep. Bangka 

Belitung 4.321.678 2.978.380 1.680.155 2.122.437 2.334.681 

Kep. Riau 1.032.618 825.715 827.245 500.905 559.344 

Dki Jakarta - - - - - 

Jawa Barat 27.396.416 27.224.219 27.497.344 27.630.194 28.383.241 

Jawa Tengah 38.296.383 40.868.263 39.313.232 40.753.808 42.471.433 

Di 

Yogyakarta 4.019.960 4.060.722 3.993.055 4.242.966 4.435.362 

Jawa Timur 29.310.251 32.143.678 33.806.963 34.539.123 34.828.778 

Banten 10.026.124 9.492.178 9.693.522 9.798.896 9.857.506 

Bali 4.396.174 4.178.725 4.115.218 4.111.438 4.116.543 

Nusa 

Tenggara 

Barat 

4.358.440 4.874.230 5.486.144 6.420.731 7.290.185 

Nusa 

Tenggara 

Timur 

10.528.966 10.604.784 10.681.149 10.766.948 10.839.153 

Kalimantan 5.885.553 5.901.410 6.778.650 4.064.558 4.267.786 

 

 

 

 

Barat 

Kalimantan 

Tengah 2.496.845 3.028.271 3.167.218 2.663.843 2.873.600 

Kalimantan 

Selatan 13.651.778 12.847.604 10.012.412 9.177.935 9.015.332 

Kalimantan 

Timur 5.684.150 6.154.992 7.129.609 4.287.075 4.502.028 

Provinsi 

Populasi Ayam Buras menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Kalimantan 

Utara - - - 1.207.702 1.328.472 

Sulawesi 

Utara 2.169.328 2.228.189 2.266.405 2.357.433 2.401.684 

Sulawesi 

Tengah 3.883.331 4.615.311 4.944.651 5.259.123 5.481.845 

Sulawesi 

Selatan 17.833.769 20.031.121 21.848.901 23.968.786 24.957.386 

Sulawesi 

Tenggara 9.844.728 10.468.237 9.402.349 7.769.316 9.039.139 

Gorontalo 964.004 1.340.961 1.374.185 1.335.806 1.850.163 

Sulawesi 

Barat 5.278.590 5.188.649 4.599.946 4.592.771 4.593.907 

Maluku 3.464.213 3.847.354 3.848.910 2.552.470 2.613.466 

Maluku Utara 488.797 493.346 577.604 631.141 655.279 

Papua Barat 1.021.581 1.176.120 1.397.339 1.607.660 1.906.231 

Papua 1.731.291 1.881.217 1.942.197 1.752.471 1.887.883 

Indonesia 264.339.634 274.564.427 276.776.576 275.116.120 285.021.086 

 

Tabel 7.2. Populasi Ayam Ras Petelur di Indonesia 

Provinsi 

Populasi Ayam Ras Petelur menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Aceh 267.741 266.174 243.270 209.476 219.950 

Sumatera 8.994.445 12.055.592 15.704.311 14.838.083 14.962.637 

 

 

 

 

Utara 

Sumatera 

Barat 7.816.396 8.130.585 8.519.893 8.393.469 8.494.959 

Riau 141.258 134.481 147.467 67.798 68.768 

Jambi 613.872 971.066 654.376 704.612 567.529 

Provinsi 

Populasi Ayam Buras menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Sumatera 

Selatan 5.872.442 5.760.798 6.562.387 6.249.348 6.793.055 

Bengkulu 63.130 67.085 77.493 82.138 93.021 

Lampung 4.526.690 7.699.572 5.121.094 5.061.800 6.085.893 

Kep. Bangka 

Belitung 64.401 70.570 254.121 88.801 97.681 

Kep. Riau 558.890 454.850 418.800 388.750 425.812 

Dki Jakarta - - - - - 

Jawa Barat 11.930.515 12.271.938 12.882.262 13.290.146 13.569.356 

Jawa Tengah 18.395.051 19.881.430 21.630.154 20.293.547 20.565.694 

Di Yogyakarta 3.160.697 3.346.564 3.274.886 3.518.393 3.721.947 

Jawa Timur 37.035.251 40.268.631 43.066.361 41.156.842 41.650.725 

Banten 5.373.215 5.036.716 4.961.958 4.787.304 5.647.627 

Bali 4.357.838 4.282.970 4.355.955 4.357.340 4.400.912 

Nusa 

Tenggara 

Barat 

149.410 173.496 201.127 297.441 419.819 

Nusa 

Tenggara 

Timur 

179.641 179.697 197.202 199.604 179.537 

Kalimantan 

Barat 2.334.026 2.977.850 2.475.690 3.383.306 3.552.471 

Kalimantan 

Tengah 15.574 37.330 40.900 94.912 145.329 

Kalimantan 

Selatan 2.631.075 2.782.845 3.233.048 4.538.185 3.933.015 

 

 

 

 

Kalimantan 

Timur 1.342.572 1.587.496 1.227.205 686.278 720.591 

Kalimantan 

Utara - - - 45.085 45.085 

Provinsi 

Populasi Ayam Buras menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Sulawesi 

Utara 973.395 1.140.211 1.371.730 1.396.291 1.413.011 

Sulawesi 

Tengah 470.416 613.677 888.405 1.040.733 1.228.783 

Sulawesi 

Selatan 6.754.136 7.800.790 8.303.129 10.481.875 11.382.852 

Sulawesi 

Tenggara 182.171 149.506 147.814 158.108 150.376 

Gorontalo 132.950 285.331 323.581 368.194 373.655 

Sulawesi 

Barat 78.727 84.735 102.818 102.242 102.537 

Maluku 33.499 35.707 10.959 20.539 14.500 

Maluku Utara 32.331 17.311 43.160 18.260 16.410 

Papua Barat 64.238 50.583 56.268 62.117 66.862 

Papua 89.801 102.164 123.690 279.398 308.601 

Indonesia 124.635.794 138.717.751 146.621.514 146.660.415 151.419.000 

 

Tabel 7.3. Populasi Ayam Ras Pedaging di Indonesia 

Provinsi 

Populasi Ayam Ras Pedaging menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Aceh 3.085.271 2.959.212 3.041.218 3.324.447 3.490.669 

Sumatera 

Utara 40.167.721 42.813.178 46.064.412 47.179.814 47.659.709 

Sumatera 

Barat 15.117.321 17.439.623 15.357.013 17.921.143 18.458.778 

Riau 38.043.692 38.165.987 36.930.599 39.987.136 40.458.813 

Jambi 11.237.263 11.442.871 10.897.666 11.957.805 13.186.178 

 

 

 

 

Sumatera 

Selatan 20.160.062 20.943.860 23.389.532 23.043.989 25.027.014 

Provinsi 

Populasi Ayam Buras menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Bengkulu 6.189.874 6.195.941 5.949.393 5.363.033 5.883.247 

Lampung 25.788.858 26.782.929 29.931.232 29.344.110 32.771.775 

Kep. Bangka 

Belitung 7.418.210 12.495.825 9.520.823 10.504.222 11.554.644 

Kep. Riau 6.675.518 7.573.940 8.039.400 9.518.800 10.136.140 

Dki Jakarta 136.200 148.700 - - - 

Jawa Barat 583.263.441 610.436.303 645.229.707 

643.321.72

678.326.91

Jawa Tengah 66.239.700 76.906.291 103.964.760 108.195.894 

109.911.64

Di 

Yogyakarta 5.770.832 5.814.935 6.045.705 6.716.730 6.836.175 

Jawa Timur 149.552.720 155.945.927 162.296.157 

179.830.68

181.988.65

Banten 52.272.333 54.151.644 61.230.844 63.324.448 61.523.543 

Bali 6.206.641 5.872.311 7.181.171 8.161.347 8.242.957 

Nusa 

Tenggara 

Barat 

3.279.246 3.538.158 5.020.351 9.440.867 11.854.763 

Nusa 

Tenggara 

Timur 

578.810 584.601 710.680 732.142 724.965 

Kalimantan 

Barat 21.262.386 21.967.877 12.545.991 33.542.658 35.219.791 

Kalimantan 

Tengah 4.921.209 5.225.358 4.892.196 7.274.673 7.539.337 

Kalimantan 

Selatan 43.647.767 40.603.189 51.860.699 57.727.521 51.776.799 

Kalimantan 36.510.354 39.474.540 48.177.509 46.553.307 48.880.973 

 

 

 

 

Timur 

      

Provinsi 

Populasi Ayam Buras menurut Provinsi (Ekor) 

2011 2012 2013 2014 2015 

Kalimantan 

Utara - - - 4.569.394 4.797.864 

Sulawesi 

Utara 1.556.974 2.195.225 2.301.220 5.303.446 5.531.390 

Sulawesi 

Tengah 5.136.202 6.915.137 8.897.535 8.930.817 10.270.439 

Sulawesi 

Selatan 18.497.399 21.791.654 24.050.149 50.144.459 52.651.682 

Sulawesi 

Tenggara 1.045.428 1.104.308 4.946.709 3.924.357 4.330.773 

Gorontalo 240.600 535.200 633.287 1.590.755 1.902.755 

Sulawesi 

Barat 867.008 876.889 1.850.319 1.856.056 1.856.372 

Maluku 145.684 130.490 8.500 12.200 18.000 

Maluku Utara 79.458 251.186 62.319 361.376 297.687 

Papua Barat 648.876 612.509 645.862 1.260.053 1.355.022 

Papua 2.247.811 2.506.219 2.518.146 2.429.707 3.160.195 

Indonesia 1.177.990.869 

1.244.402.01

1.344.191.10

1.443.349.1

17 

1.497.625.6

58 

 

 

Kebiasaan Hidup Ayam 

Kebiasaan hidup ayam dapat berbeda sesuai dengan pemeliharaannya. Kendati 

demikian, setiap ayam tetap akan memunculkan kebiasaan nenek moyangnya yaitu mengais 

pakan (Scratching), (feed seeking) mematuk matuk bulu (feather pecking), reaksi terhadap 

panggilan bahaya dan perilaku temu-kenal (courtship). Kegiatan mengais dilakukan ayam 

dalam menyeleksi dedaunan dan rumputan dan juga partikel-partikel kecil yang ada di tanah 

(Savory et al., 1978). Ayam mampu belajar dari pengalaman bila dilatih secara tetap dan 

berulang kali, seperti suara tertentu, untuk memanggil ayam diwaktu makan(Curtis, 1983). 

 

 

 

 

Terjadi proses rontok bulu. Pada ayam lokal terdapat sifat mengeram. Ayam juga memiliki 

kebiasaan memakan rumput, 7-25% dimanfaatkan ayam untuk beraktifitas dimanfaatkan 

untuk memakan rumput (Appleby et al., 1989). Ayam  mengkomsumsi rumput-rumput liar, 

biji-bijian, dan hama. 

 

Kebutuhan Nutrisi dan Pakan 

Kebutuhan pakan pada ayam berbeda tergantung pada jenis ayam dan tujuan 

produksinya. Kebutuhan nutrisi Ayam Pedaging tahap  stater dan Finisher tercantum pada tabel 

7.4, dan tabel kebutuhan nutrisi ayam layer (petelur) tercantum pada tabel 7.5. 

Tabel 7.4. Kebutuhan Nutrisi Ayam Pedaging 

Zat Nutrisi Starter Finisher 

Protein Kasar (%) 23 20 

Lemak Kasar (%) 4-5 3-4 

Serat Kasar (%) 3-5 3-5 

Kalsium (%) 1 0,9 

Pospor (%) 0,45 0,4 

EM (Kkal/kg) 3200 3200 

Lisin (%) 1,2 1,0 

Metionin (%) 0,5 0,38 

Sumber: (NRC, 1981) 

 

Tabel 7.5. Kebutuhan Ayam Layer (Petelur) 

Nutrisi starter Grower Developer Layer 

Kadar Air (%) 10 10 10 10 

Protein (%) 18 16 15 17 

Lisin (%) 2850 2850 2900 2900 

Metionin (%) 0,85 0,6 0,45 0,52 

Metionin + Sistin(%) 0,3 0,25 0,2 0,22 

Ca (%) 0,62 0,52 0,42 0,47 

Nutrisi starter Grower Developer Layer 

     

P tersedia (%) 0,4 0,35 0,3 0,32 

P total (%) 0,6-1,00 0,6-1,00 0,6-1,00 0,6-1,00 

 

 

 

 

Sumber : (NRC, 1981) 

 

Tata Laksana Pemeliharaan 

Dalam pemeliharaan ternak ayam tata laksana dapat dilakukan secara ekstensif, semi 

ekstensif dan Intensif. Pada ayam kampung sistem pemeliharaan dapat dilakukan secara 

ekstensif dan semi ekstensif. Sementara pada ayam pedaging dan ayam petelur sistem 

pemeliharaan secara Intensif. Sistem pemeliharaan ekstensif merupakan sistem pemeliharaan 

secara umbaran, semi ekstensif dilakukan dengan cara di umbar di sianghari dan 

dikandandangkan pada malam hari, sementara Intensif pemeliharaan dilakukan di kandang. 

Hal yang harus diperhatikan adalah: 

a. Lokasi kandang  jauh dari keramaian/perumahan penduduk 

b. Lokasi kandang mudah dijangkau dari pusat-pusat pemasaran 

c. Lokasi kandang bersifat menetap 

berdasar  kapasitas ayam yang dikandangkan, kandang ayam dibagi menjadi dua 

seperti tercantum pada tabel 7.6.  

Tabel 7.6. Jenis kandang berdasar  jumlah ternaknya 

jenis kandang ayam Keterangan 

Kandang koloni satu kandang untuk ribuan ekor ayam 

Kandang Individu (cage) satu kandang hany untuk satu ekor ayam 

  biasanya dipakai  untuk ayam petelur komersial 

 

 

Jenis kandang berdasar  jenis lantainya dibagi menjadi tigs seperti tercantum pada tabel 

7.7. 

Tabel 7.7. Jenis Kandang Berdasrkan Lantainya 

Jenis lantai 

kandang Keterangan 

Lantai kandang 

dengan liter 

kandang ini dibuat dengan lantai yang dilapisi kulit padi 

pesak/sekam padi dan kandang ini umumnya diterapkan pada 

kandang sistem koloni 

 

 

 

 

lantai berlubang 

lantai untuk sistem ini terdiri dari kayu dengan lubang-lubang 

diantaranya agar kotoran ayam langsung masuk ke 

penampungan 

Kombinasi Liter 

dan berlubang 

kandang dengan lantai campuran liter dengan kolong 

berlubang, dengan perbandingan 40% luas lantai kandang untuk 

alas liter  dan 60% luas lantai dengan kolong berlubang (terdiri 

dari 30% di kanandan 30% di kiri) 

 

 

 

Itik 

 

Itik berasal dari Amerika Utara merupakan itik liar ( Anas moscha) atau Wild mallard. 

Itik ini terus menerus didomestikasi oleh manusia hingga menjadi itik Anas domesticus yang 

kini banyak dipelihara. 

 

Taksonomi Itik  

Kingdom : Animalia  

Phylum : Vertebrata  

Class  : Aves  

Ordo  : Anseriformes  

Familia : Anatidae  

Genus : Anas  

Species : Anas Platyhyncos  

Srigandono (1997) 

 Itik adalah jenis unggas air yang tergolong dalam ordo Anseriformes, family Anatidae, 

genus Anas dan termasuk spesies Anas javanica. Proses domestikasi membentuk beberapa 

variasi dalam besar tubuh, konformasi, dan warna bulu. Perubahan ini diperkirakan akibat 

campur tangan manusia untuk mengembangkan ternak itik dengan tujuan khusus dan juga 

karena jauhnya jarak waktu domestikasi dengan waktu pengembangan (Chaves dan Lasmini, 

1978).  

Sebaran populasi itik 

 

 

 

 

Penyebaran populasi itik  tersebar di berbagai negara diantaranya adalah Amerika 

utara, Amerika Selatan, Asia, Filipina, Malaysia, Inggris, Perancis (negara yang mempunyai 

musim tropis dan subtropis). Penyebaran populasi itik di wilayah indonesia beusatkan di 

daerah pulau Jawa (Tegal, Brebes dan Mojosari), Kalimantan (Kecamatan Alabio, Kabupaten 

Amuntai) dan Bali serta Lombok, terdapat pula didaerah lain di Indonesia dengan populasi 

yang lebih sedikit. 

 

Kebiasaan Hidup 

Itik memiliki kebiasaan berenang karena merupakan salah satu jenis unggas air dan 

untuk menetralisir suhu tubuhnya (Srigandono, 1997). Itik merupakan hewan omnivora mulai 

dari biji–bijian, rumput–rumputan, umbi-umbian dan makanan yang berasal dari hewan 

(Samosir, 1983).  

Kebutuhan Pakan dan nutrisi 

Kebutuhan nutrisi pada itik dipengaruhi oleh faktor internal seperti status fisiologis 

ternak dan faktor internal seperti kondisi iklim dan tujuan peroduksinya. Kebutuhan nutrisi 

itik tipe petelur tercantun pada tabel 7.8.  

 

Tabel 7.8. Kebutuhan Nutrisi Itik Petelur 

Kebutuhan  Anak  

(0-8 mgg)  

Dara  

(8-20 mgg)  

Petelur  

(>20 mgg)  

Energy metabolis 

(kkal/kg)  

Protein kasar  

Ca (%)  

P (%)  

2900  

17-20  

0,6-1,0  

0,6  

2800  

18  

0,6-1,0  

0,6  

2700  

16-18  

2,9-3,25  

0,47  

 

Reproduksi 

Perkawinan pada itik dapat dilakukan dengan perkawinan alami dan Inseminasi 

buatan. Perkawinan alami pada itik dapat terjadi hasil fertilitas yang baik dengan adanya 

kolam kawin maupun tidak. Pada dasarnya ada lima tahapan tingkah laku itik sewaktu kawin 

yaitu taltap perayuan (courtship), tahap naik diatas punggung den mengatur posisi (mounting 

and positioning), perangsangan betina (stimulating), ereksi dan ejakulasi (erection and 

 

 

 

 

ejaculation), dan gerakan setelah kawin (post coital display) (Tan, 980). Sementara 

perkawinan IB dilakukan dengan menyuntikkan sperma itik jantan kedalam kelamin betina. 

 

Tujuan Produksi 

Tujuan Produksi Itik 

1. Untuk menghasilkan protein hewani melalui daging dan telur. 

2. Untuk pembibitan ternak itik. 

3. Untuk usaha ekonomi kerakyatan mandiri. 

4. Limbah bulu itik dapat dimanfaatkan untuk membuat souvenir 

5. Pupuk kandang dari kotoran itik untuk tanaman 

6. Pemeliharaan itik tergolong mudah, dapat menjadi usaha sampingan warga  dan 

mengisi masa tua pasca pensiun. 

 

 

Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Ayam dan Itik 

1) Sanitasi dan Tindakan Preventif Sanitasi kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan 

itik dan tindakan preventif (pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk 

mewaspadai timbulnya penyakit. 

2) Pengontrol Penyakit 

Dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius 

bila ada tanda-tanda kurang sehat pada itik. 

3) Pemberian Pakan 

Pemberian pakan itik tersebut dalam tiga tahap , yaitu tahap  stater (umur 0–8 minggu), tahap  

grower (umur 8–18 minggu) dan tahap  layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga tahap  tersebut 

berupa pakan jadi dari pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing tahap . Cara 

memberi pakan tersebut terbagi dalam empat kelompok yaitu: 

a. umur 0-16 hari diberikan pada tempat pakan datar (tray feeder) 

b. umur 16-21 hari diberikan dengan tray feeder dan sebaran dilantai 

c. umur 21 hari samapai 18 minggu disebar dilantai. 

d. umur 18 minggu–72 minggu, ada dua cara yaitu 7 hari pertama secara pakan 

peralihan dengan memperhatikan permulaan produksi bertelur sampai produksi 

mencapai 5%. Setelah itu pemberian pakan itik secara ad libitum (terus menerus). 

 

 

 

 

 

 Dalam hal pakan itik secara ad libitum, untuk menghemat pakan biaya baik tempat 

ransum sendiri yang biasa diranum dari bahan-bahan seperti jagung, bekatul, tepung ikan, 

tepung tulang, bungkil feed suplemen Pemberian minuman itik, berdasar  pada umur itik 

juga yaitu : 

a. umur 0-7 hari, untuk 3 hari pertama iar minum ditambah vitamin dan mineral, 

tempatnya asam seperti untuk anak ayam. 

b. umur 7-28 hari, tempat minum dipinggir kandang dan air minum diberikan 

secara ad libitum (terus menerus) 

c. umur 28 hari-afkir, tempat minum berupa empat persegi panjang dengan 

ukuran 2 m x 15 cm dan tingginya 10 cm untuk 200-300 ekor. Tiap hari 

dibersihkan 

 4) Pemeliharaan Kandang  andang hendaknya selalu dijaga kebersihannya dan daya gunanya 

agar produksi tidak teengaruh dari kondisi kandang 

Lokasi kandang jauh dari keramaian/pemukiman penduduk, mempunyai letak transportasi 

yang mudah dijangkau dari lokasi pemasaran dan kondisi lingkungan kandang mempunyai 

iklim yang kondusif bagi produksi ataupun produktivitas ternak. Itik serta kondisi lokasi tidak 

rawan penggusuran dalam beberapa periode produksi. 

 

Kandang itik dibagi menjadi dua berrdasarkan bentuk atapnya yaitu:  

1. Shed type (tipe satu sisi)  

 Arah kandang bagian depan menghadap ke timur. Separuh dinding bagian depan dan 

belakang, yaitu dinding bagian bawah, tertutup rapat. dinding bagian atas berupa alas yang 

terbuat dari kawat atau bambu. dinding sisi kiri maupun kanan tertutup rapat, kecuali tangga 

dan pintu di salah satu sisi. Tipe ini rnemungkinkan masuknya sinar matahari secara langsung 

sehingga akan mengurangi bau amoniak dalam kandang. Tipe Shade ini cocok untuk daerah 

yang tanah kering.  

2. Gable type (atap dua sisi)  

 Arah kandang vertikal dari utara ke selatan. Bagian bawah dinding kandang dibuat 

rapat, sementara bagian atasnya berupa kisi-kisi. Dua sisi dinding yang lain tertutup rapat, 

 

 

 

 

kecuali pintu yang berada di salah satu sisi. Tipe ini adalah tipe atap yang cocok untuk 

kandang itik di daerah bertanah basah dan kelembaban tinggi. 

 

berdasar  fungsinya kandang di bagi menjadi beberapa tipe sebagai berikut :  

1. Kandang boks (kandang DOD, tahap  starter) untuk anak itik yang berumur 1 hari - 3 

minggu, terbuat dari papan atau bambu dengan lantai dari kawat kasa (ram ayam) atau 

dari anyaman bambu dengan jarak anyaman 1-1,5 cm. Daya tampung 1 m2 kandang boks 

mampu menampung 50 ekor DOD.  

2. Kandang ren untuk pemeliharaan itik dara maupun dewasa hanya diberi atap sebagian 

hanya dibatasi pagar mengelilingi kandang. Kandang diberi pembatas bedasarkan umur. 

Setiap kelompok dapat terdiri dari 100-500 ekor.  

3. Kandang koloni postal kandang koloni ditempati itik dalam kelompok umur yang 

berbeda. Lantai kandang dapat berupa litter, lantai bersemen, atau dari bilah-bilah -

bambu.  

4. Kandang Baterai kandang baterai merupakan kandang yang di buat dengan sekat-sekat 

dan setiap petak hanya berisi satu ekor itik. Ukuran 45 cm x 35 cm dengan tinggi 60 cm. 

Lantai dan dinding petak dapat dibuat dari anyaman bambu atau kawat. Lantai kandang 

dibuat sedikit miring agar telur yang baru keluar dari induk itik dapat langsung 

menggelinding ke tempat penampungan di bagian depan atau belakang.  

5. Kandang itik dengan kolam ikan (mina itik) kandang itik dapat juga dibuat di atas 

kolam. Di Kalimantan Selatan, khususnya di daerah Hulu Sungai Utara, para peternak 

itik intensif sudah biasa membuat kandang di atas perairan, tetapi ikan masih berupa ikan 

liar. Tentu akan Iebih baik bila ikan yang dipelihara di kolam adalah ikan gurame, lele, 

ikan mas, mujair, nila, gabus, patin. 

 

7.2. Jenis dan Karakeristik ternak ayam dan Itik 

Jenis dan Karakteristik Itik 

berdasar  tujuan produksinya itik dibagi menjadi 3, yaitu: 

1. Itik petelur seperti Indian Runner, Khaki Campbell, Buff (Buff Oington) dan CV 

2000-INA; 

2. Itik pedaging seperti Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, Cayuga; 

 

 

 

 

3. Itik ornamental (itik kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), 

Mandariun, Blue Swedish, Crested, Wood.  

 

Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik petelur seperti itik 

tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali, itik CV 2000-INA dan itik-itik 

petelur unggul lainnya. 

 

1. Itik Tegal 

Itik tegal, itik ini berasal dari tegal, ciri – cirinya: 

badan berbentuk botol, langsing, postur tubuhnya tegak, tinggi badannya dapat 

mencapai 50 cm , Lehernya dan panjang, proporsi kepala jauh lebih kecil daripada 

badan dan letak mata mengarah sedikit ke atas bagian kepala, Warna bulu 

kecoklatan/tutul2 coklat. 

2. Itik Mojosari 

Itik jenis ini merupakan itik lokal unggul yang mulai diternak di daerah Modupuro, 

Mojosari, Daerah Mojokerto Jawa Timur, oleh karena itu terkenal pula disebut itik 

mojokerto. Kelebihan itik mojosari adalah ukuran telur yang lebih besar dari itik 

lainnya dan warnanya lebih hijau. Ciri-cirinya: 

Ciri-ciri itik mojosari: 

Postur tubuh mirip itik tegal dengan ukuran tubuh lebih kecil, Bulu pada betina 

berwarna cokelat tua kemerahan dengan beberapa variasi, bulu pada jantan, bulu pada 

bagian kepala, leher, dan dada berwama cokelat gelap kehitaman, Bulu dibagian perut 

berwarna keputihan, bagian sayap terdapat bulu suri berwarna hitam mengkilap. 

Bobot badan dewasa mencapai 1,7 Kg 

Bobot telur 65-69 gram 

Prosedur 130-265 telur 

3. Itik Bali (Anas SP) 

Itik bali adalah itik lokal yang banyak dibudidaya di Pulau Bali dan Pulau Lombok. 

Kelebihannya daya tahan tubuh yang sangat bagus membuat itik ini dapat diternak di 

berbagai daerah dengan berbagai suhu yang berbeda-beda.ciri-cirinya: 

Hampir sama dengan itik jawa/ itik tegal dengan ukuran lebih besar dan leher lebih 

pendek, Warna bulu lebih terang 

 

 

 

 

 

4. Itik Alabio (Anas platurynchos) 

Itik ini merupakan jenis itik asli dari Kalimantan. Lahir dari persilangan itik/bebek 

peking dengan itik lokal kalimantan. Ciri-ciri: 

Warna umum bulu itik alabio betina adalah kuning bercampur dengan, warna abu-abu. 

Ujung dada, sayap, kepala ekor ada sembur warna hitam.  

Namun warna itik alabio jantan adalah abu-abu hitam dan ekornya ada bulu yang melengkung 

keluar. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA 

 

 

 

 

Anonim. Kajian Ayam Buras Dengan Pendekatan Rantai Nilai Dan Iklim Usaha Di 

Kabupaten Boven Digoel. Program Pembangunan Berbasis warga  tahap  Ii: 

Implementasi Institusionalisasi Pembangunan Mata Pencaharian Yang Lestari Untuk 

warga  Papua, Ilo – Pcdp2 Undp. Http:Www.Ilo.Org/Wcmsp5/Groups/Public/---

Asia/---Ro.../Wcms_342733.Pdf: (Diakses Pada 27 November 2016) 

Prasetyo, L.H., P. P. Ketaren, A. R. Setioko, A. Suparyanto, E. Juwarini, T. Susanti, S. 

Sopiyana. 2010. Panduan Budidaya Dan Usaha Ternak Itik. Blai Penelitian Ternak 

Ciawi, Bogor. 

Rose, S.P. 2001. Principles Of Poultry Science. Cab International 

Suretno, N. D., A. Prabowo, M. Silalahi. 2008. Teknologi Budidya Itik. Balai Besar 

Pengkajian Teknolgi Pertanian. 

Srigandono, 1997. Ilmu Unggas Air. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 

Susilorini, E., Sawitri, M. E., Dan Muharlien. 2008. Budidaya 22 Ternak Potensial. Penebar 

Swadaya, Jakarta. 

Santoso,  H.,  &  Sudaryani,  T.  2009. Pembesaran Ayam Pedanging Di  Kandang Panggung 

Terbuka. Cetakan Pertama. Penebar Swadaya, Jakarta. 

Tan, N.S . 1980. The Training Ofdrakes For Semen Collection . Ann Zootech. 29 (2) : Pp. 93 

-103 . 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB VIII. KOMODITAS ANEKA TERNAK 

8.1. Taksonomi, Morfologi, Sebaran Populasi, Kebiasaan Hidup, Kebutuhan Pakan 

dan nutrisi, Reproduksi, Tujuan Produksi, Tata Laksana Pemeliharaan Ternak 

Kuda, Kelinci, Puyuh dan Burung hantu 

 

 

 

 

 

Kelinci 

 

Kelinci adalah mamalia bertelinga panjang family Leporidae. Dulunya, hewan ini 

adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Pada perkembangannya, 

tahun 1912 kelinci diklasifikasikan dalam Ordo lagomoha. Ordo ini dibedakan menjadi dua 

famili, yakni Ochtonidae (jenis pika yang pandai bersiul) dan Leporidae (termasuk 

didalamnya jenis kelinci dan terwelu). Di Indonesia banyak terdapat kelinci lokal, yakni 

kelinci jawa (Lepus negicollis) dan kelinci sumatra (Nesolagus netseherischlgel) 

(Kartadisastra, 2011). Kelinci termasuk hewan herbivora non-ruminan yang memiliki sistem 

pencernaan monogastrik dengan perkembangan sekum seperti rumen ruminansia, sehingga 

kelinci disebut pseudo-ruminansia (Cheeke et al., 1982). 

 

Taksonomi Kelinci 

berdasar  Bappenas (2005) kelinci diklasifikasikan sebagai berikut: 

Kingdom  : Animalia 

Phylum : Chordata 

Subphylum  : Vertebrata 

Classis  : Mamalia 

Ordo   : Lagomoha 

Familia  : Leporidae 

Subfamilia  : Leporine 

Genus  : Lepus 

Spesies  : Lepus sp. 

 

 

Morfologi Kelinci 

  

Secara Morfologi tubuh kelinci terdiri dari Caput (kepala), Cervix (leher), Truncus 

(Badan) dan Cauda (Ekor). Kelinci memiliki ukuran tubuh yang kecil dengan panjang 20-50 

cm dengan bobot 0,4 – 2 Kg, telinga panjang yang menghadap kedepan, panjang telinga 

mencapai 10 cm atau lebih, bangun hidung silindris, memiliki rambut halus diseluruh tubuh 

termasuk ekor dan kaki, memiliki ekor pendek atau tidak terlihat, memiliki empat kaki, kaki 

depan lebih pendek daripada kaki belakang, terdapat 5 jari disetiap kaki kelinci, dan memiliki 

gigi seri (Rictche,1983). Awalnya kelinci diklasifikasikan dalam ordo rodensia (binatang 

 

 

 

 

mengerat) yang bergigi seri empat, tetapi akhirnya dimasukkan dalam ordo logomoha karena 

bergigi seri enam (Cheeke et al., 1987). 

 

Tujuan Produksi 

 

Tujuan produksi ternak kelinci terdapat beberapa macam, Menurut Raharjo (2005) 

tujuan produksi kelinci diantaranya adalah: 

a. menghasilkan protein hewani berupa daging, daging kelinci mengandung protein 20,8 

%, lemak 10,2 %, energi metabolis 73 MJ/kg dan rendah kolesterol 0,1 % 

b. untuk diambil kulit-rambut (fur) 

c. sebagai kelinci hias 

d. menghasilkan pupuk organik dari urin dan kotorannya 

e. hewan percobaan (laboratoty animal) 

f. hewan kesayangan 

 

Kebiasaan Hidup 

Kelinci merupakan herwan nocturnal (aktif dimalam hari) tetapi kelinci dapat 

melakukan adaptasi dengan pemeliharaan sehingga aktivitas kelinci dilakukan pada siang hari 

Kelinci dapat dipelihara pada suhu optimum 21°C, sedangkan pada suhu 25-30°C dapat 

memicu  stres pada kelinci (Lebas dkk., 1986).  Kehidupan kelinci memiliki dimensi 

sosial yang kuat sehingga ia akan merasa tertekan manakala teisahkan dari lingkungannya 

yang tadinya nyaman berubah ke lingkungan yang tak nyaman (Manshur dan Fakkih, 2010): 

1. coprophagy yaitu memakan kembali feses yang telah dikeluarkan, sifat coprophagy 

biasanya terjadi pada malam atau pagi hari berikutnya (Blakely dan Bade, 1991). 

2. Grooming yaitu menjilati rambut tubuh untuk menjaga kebersihan. 

3. Stereotypes, yaitu tindakan yang berulang dan tidak memiliki tujuan seperti mengigiti 

pagar kandang, menggigiti kawat, mengunyah semu, menggigiti tempat pakan, menekan 

tempat minum, kepala gemetar, mengais-ngais dan menggosokkan badan pada dinding 

kandang (Fraser dan Broom, 2005). 

4. Menandai wilayah kekuasaan (pada kelinci jantan) dengan melakukan urinasi untuk 

(Cheeke et al., 2000). 

Kebutuhan Nutrisi dan Pakan Kelinci 

 

 

 

 

Kebutuhan nutrisi Kelinci berbeda sesuai dengan kondisi fisiologis ternaknya dapat 

dilihat pada tabel 8.1. 

Tabel 8.1. Kebutuhan Nutrisi Kelinci berdasar  kondisi Fisiologis Ternak 

Nutrient 

Kebutuhan Nutrisi Kelinci 

Pertumbuhan Hidup Pokok Bunting Laktasi 

Digestible Energy 

(kcal/kg) 2500 2100 2500 2500 

TDN (%) 65 55 58 70 

Serat Kasar (%)  14   Protein Kasar (%) 16 12 15 17 

Lemak (%) 2 2 2 2 

Ca (%) 0,45 - 0,4 1,75 

P (%) 0,55 - - 5 

Metionin + Cystine 0,6 - - 0,6 

Lysin 0,65 - - 0,75 

Sumber: NRC (1977) 

 

 

Reproduksi 

 Kondisi reproduksi kelinci dapat dilihat pada tabel 8.2. 

Table.8.2. Umur dewasa kelamin, kawin pertama pada beberapa tipe kelinci 

Reproduksi Umur (bulan) 

Dewasa Kelamin    Tipe Ringan 4 

Tipe Sedang 5-6 

Tipe Berat 7-8 

Umur Kawin pertama  Betina 6 

Jantan 7 

Sumber: Raharjo (2005) 

Menurut Raharjo (2005) lama bunting pada kelinci 28-31 hari dengan jumlah anak/ 

kelahiran 4-10 ekor.  

 

 

 

 

 

Tata Laksana Pemeliharaan kelinci 

Sistem pemeliharaan kelinci dapat menggunakan jenis kandang berbeda sesuai status 

fisiologisnya, Salah satu permasalahan yang dialami oleh ternak yang mendekati masa dewasa 

kelamin adalah sifat agresif yang muncul akibat kepadatan kandang yang tinggi, kepadatan 

kandang dapat mempengaruhi tingkah laku kelinci (Verga et al., 2004). Kepadatan kandang 

diktahui tidak  mempengaruhi performa kelinci tetapi mempengaruhi tingkah lakunya, 

kandang koloni pada kelinci sebaiknya memiliki kepadatan 15 ekor/m2(38 kg/m2) (Morrise 

dan Maurice, 1996). Jenis kandang ranch dilengkapi dengan tempat umbaran dengan 

kapasitas satu jantan satu betina dan anak-anaknya (Gunawan, 2008). Jenis dan ukuran 

kandang kelinci tercantum pada tabel 8.3. 

 

 

 

 

 

Tabel 8.3. Jenis dan ukuran kandang kelinci 

Jenis kandang 

Ukuran 

Kapasitas kandang 

(ekor) Panjang x Lebar x tinggi 

(m) 

Kandang sistem postal  1 x 1 x 0,55 4-6 

Kandang sistem battery 1 x 0,6 x 0,6 1 

Kandang bibit 1 x 0,6 x 0,6 1 

Kandang model ranch 1 x 0,75 x 0,6 1 

(Gunawan, 2008) 

 

 

8.2.Jenis dan Karakteristik kelinci 

1. New Zealand White  

Kelinci New Zealand White yang berasal dari USA termasuk dalam spesies 

Orictolagus Cuniculus dari genus Orictolagus. El-Raffa (2004) merupakan kelinci 

penghasil daging.Ciri-cirinya mempunyai dada penuh, badannya medium namun 

terlihat bundar dan gempal, kaki depan agak pendek, kepala besar dan agak bundar, 

 

 

 

 

telinga agak besar dan tebal dengan ujungnya yang sedikit membulat, serta bulunya 

sangat tebal namun halus. 

 

2. Kelinci Angora 

Kelinci Angora berasal dari Ankara, Turki, yang pertama kali ditemukan dan 

dibawa oleh pelaut Inggris, kemudian dibawa ke Perancis  tahun 1723. Tahun 1777 

Angora menyebar ke Jerman. Tahun 1920 meluas ke negara-negara Eropa Timur, Jepang, 

Kanada, dan Amerika Serikat. Sampai kini Perancis menjadi pusat peternakan kelinci 

Angora terbesar yang menghasilkan wool.  

Di Indonesia kelinci jenis Angora merupakan kelinci hias. Cirinya Warna bulunya 

bervariasi putih, cokelat, hitam, hitam putih, agouti, bintik-bintik putih, abu-abu, oranye, 

dan campuran atau kombinasidari warna-warna tersebut. Kelinci angora memiliki ciri 

bulu yang tebal dan lembut diseluruh bagian permukaan tubuhnya, adanya bulu yang 

tumbuh di ujung telinga dan kaki depan, bersamaan dengan bulu panjang yang terdapat di 

tubuhnya. Kelinci ini memiliki tempramen yang lembut, tetapi tidak cocok untuk orang 

yang tidak suka menyisir binatang peliharaannya. Bobot badan bisa mencapai berat 2,0 – 

4,0 kg baik jantan mau pun  betina. (Djoko, 2012). 

 

3. Kelinci Polish 

Kelinci Polish berasal Belanda, Berat badannya lebih besar dari Netherland Dwarf 

yakni 1,3 kg. Produktivitasnya melahirkan 4 ekor anak. Umrnya bias bertahan antara 5 -7 

tahun dan bisa lebih panjang. Ciri khas kelinci ini bulunya halus dengan berbagai warna, 

mata tajam, dan telinga pendek bulat meruncing (Ahmad, 2010). 

 

4. Kelinci Flemish Giant. 

Flemish giant ciri-cirinya memiliki badan yang besar yang berat badannya 

berkisar antar 6 sampai 10 kilogram, bahkan lebih dari 10 kilogram, berkuping lebih 

besar dan memiliki variasi warna rambut yang bagus. warna rambut pada Flesmish Giant 

yaitu steel gray(abu-abu besi), Sandy(seperti pasir), Lightgray(abu-abu mudah), biru, 

Fawn(cokelat kuning muda) serta hitam dan putih (Karmidi M, 2007:24). 

 

5.  Rex 

 Pada tahun 1924 Kelinci ini diperkenalkan ke publik di Pameran Internasional 

Paris. Jenis kelinci rex ini ada berbagai macam/jenis bergantung dari warna bulunya, 

 

 

 

 

antara lain white rex, dalmatian rex (bertotol), black rex, pappilon rex, ermine rex, 

blue  rex, dsb. Beberapa peternak di Indonesia sendiri memberi nama, misalnya triclor 

rex (tiga warna), dsb. Kelinci rex yang paling terkenal adalah white rex, yang memiliki 

bulu putih mulus dan tebal. Ciri-Ciri Umum Kelinci Rex adalah : Memiliki bulu antara 

1,3 sampai 2,2 cm yang bertekstur padat halus dan lembut seperti beludru, sehingga 

nampak indah. Bobot tubuh dapat mencapai 5 kg jantan, sedangkan betina dapat 

mencapai lebih dari 5 kg.  Memiliki bentuk kepala yang lebih luas dibandingkan jenis 

kelinci lainnya, telinga tegak dan proporsional.  

 

KUDA 

Kuda merupakan salah satu jenis ternak besar yang termasuk hewan herbivora non 

ruminansia. Ternak ini bersifat nomadic, kuat, dan mampu berjalan sejauh 16 km dalam 

sehari untuk mencari makan dan air (Kilgour dan Dalton, 1984). Blakely dan Bade (1991) 

menyatakan bahwa klasifikasi zoologis kuda adalah sebagai berikut:  

Taksonomi Kuda 

Kingdom  : Animalia  

Phylum  : Chordata  

Class  : Mammalia  

Ordo  : Perissodactyla  

Family  : Equidae  

Genus   : Equus  

Spesies  : Equus caballus 

 

Diperkirakan orang-orang Hindu dan Tionghoa membawa kuda ke Indonesia pada 

awal perhitungan tahun Masehi yang disusul oreh orang Timur Tengah. Menurut Stegman 

Von Pritzwald kuda dibagi menjadi beberapa jenis berdasar  daerah asalnya, jenis kuda dan 

asalnya dapat dilihat pada Tabel 8.4. 

 

Tabel 8.4. Jenis kuda dan daerah asalnya 

Jenis kuda Asal 

Equus caballus germanicus Jerman 

Equus caballus occidentalis Eropa Tengah 

Equus caballus gmelini Eropa Timur 

 

 

 

 

Equus caballus orientalis Asia 

Equus caballus mongolicus mongol/ Equus prewalsky 

 

 

Tujuan Pemeliharaan Kuda