• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya a. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya a. Tampilkan semua postingan

tehnik budidaya a













Analisa hara pupuk : menyatakan berapa jumlah relatif dari N, 

P2O5,dan K2O dalam pupuk tersebut 

ATP (Adenosine 

Triposfat)

: satuan pertukaran energi dalam sel. 

Aerasi : Tata udara tanah 

Allelopati :

Auksin : zat tumbuh yang pertama ditemukan yang 

bekerja pada proses perpanjangan atau 

pembesaran sel. 

Bekerjanya pupuk : adalah waktu yang diperlukan sejak saat 

pemberian pupuk hingga pupuk tersebut dapat 

diserap tanaman 

 :

Curah hujan :

Daur air : adalah perubahan yang terjadi pada air secara 

berulang dalam suatu pola tertentu. 

Diferensiasi : proses pertumbuhan tanaman disebut 

Derajat peresapan air Angka yang menyatakan derajat meresapnya 

air pengairan ke dalam tanah dan kese￾ragaman peresapannya ke dalam lapisan￾lapisan bawah tanah 

Derajat

ketebakan

kebasahan

 merupakan pernyataan yang menyatakan 

berapa besar pembasahan tanah, yang 

seharusnya segera dilakukan setelah kurun 

waktu pemberian air pengairan. 

Difusi : adalah pergerakan molekul atau ion dari 

dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah 

dengan konsentrasi rendah 

Embrio : Calon individu baru 

Epidermis : Kulit luar organ berupa lapisan lilin yang 

mencegah kehilangan air secara berlebihan 

Epigeal : Proses perkecambahan yang hipokotilnya 

tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan 

plumula terdorong ke permukaan tanah, 

sehingga kotiledon berada diatas tanah 

Fotosintesis : Pengubahan bentuk tanaga matahari menjadi 

bentuk lain 

Fotosisitem I : Molekul klorofil yang menyerap cahaya pada 

panjang gelombang 700 nM.

Fotosistem II : Terdiri dari molekul klorofil yang menyerap 
cahaya pada panjang gelombang 680nM 

Fototropisme : merupakan peristiwa pembengkokan ke arah 

cahaya

Flooding (Cara 

penggenangan) 

 adalah cara pemberian air ke lahan pertanian 

sehingga menggenangi permukaan tanahnya. 

Gen : faktor pembawa sifat menurun yang terdapat 

di dalam makhluk hidup 

Giberelin : Hormon yang bekerja hanya merangsang 

pembelahan sel. Terutama untuk merangsang 

pertumbuhan primer 

Gravity irrigation 

atau irigasi gaya 

berat

Sistem ini menggunakan cara di mana 

pemberian/ penyaluran air pengairan ini 

sepenuhnya dengan memperhatikan gaya 

berat 

ground water, yaitu air tanah atau jelasnya air permukaan 

yang meresap ke dalam tanah dan berkumpul 

di bagian lapisan bawah tanah yang kemudian 

sedikit demi sedikit akan ke luar melalui mata 

air

Habitat : Tempat tinggal makluk hidup 

Higroskopisitas

pupuk

: adala sifat mudah tidaknya pupuk bereaksi 

dengan uap air. 

Hipogeal : Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan 

memanjang dari epikotil yang menyebabkan 

plumula keluar menembus kulit biji dan muncul 

diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam 

tanah

Hormon (zat tumbuh) : suatu senyawa organik yang dibuat pada 

suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut 

ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah 

dan menyebabkan suatu dampak fisiologis 

Hiposonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan 

osmosis lebih rendah daripada larutan lain 

Indeks garam : merupakan gambaran perbandingan kenaikan 

tekanan osmotik karena penambahan 100 g 

pupuk dengan kenaikan tekanan osmotik 

karena penambahan 100 g NaNO3

Irigasi Isecara umum didefinisikan sebagai 

pemberian air kepada tanah dengan maksud 

untuk memasok kelembaban tanah esensial 

bagi pertumbuhan tanaman 

interflow, yaitu aliran air yang meresap ke lapisan tanah 

permukaan dan kemudian mengalir kembali ke 

luar dari lapisan tanah permukaan tersebut ke
permukaan tanahnya 

Isotonik atau isomosi : Suatu larutan yang mempunyai tekanan 

osmosis yang sama dengan larutan lain 

Kelarutan pupuk : menyatakan mudah tidaknya suatu pupuk larut 

dalam air, dan diserap akar tanaman. 

Kekeringan dapat dinyatakan sebagai suatu keadaan 

dimana berkurangnya jumlah air disebabkan 

oleh menurunnya daya dukung tanah terhadap 

ketersediaan air 

Kekeringan hidrologi, adalah kekeringan yang berasosiasi dengan 

efek periode singkat dari curah hujan 

Kekeringan

meteorology

 , adalah cekaman kekeringan yang 

disebabkan keterbatasan curah hujan yang 

berkepanjangan 

Kekeringan sosial 

ekonomi,

 adalah keadaan perubahan sosial ekonomi 

masyarakat yang disebabkan oleh 

keterbatasan air 

Kadar unsur pupuk Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh 

sutatu pupuk 

Kemasaman pupuk : Reaksi fisiologis masam dari pupuk yang 

diberikan ke tanah 

Karbohidrat : Zat gula 

Klorofil : Atau biasa disebut zat hijau daun. zat ini 

sangat berguna untuk mengubah zat yang 

diserapnya menjadi zat-zat makanan 

Kloroplas :

Kinin atau sitokinin : Zat hormone yang bekerja mempercepat 

pembelahan sel, membantu pertumbuhan 

tunas dan akar, dan dapat menghambat 

proses penuaan (senescence). 

Kutikula : Lapisan dari lilin yang melindungi permukaan 

daun dari teriknya cahaya matahari atau 

lingkungan yang kurang menguntungkan 

Kualitas air 

pengairan

 Adalah jumlah kandungan ion yang 

berbahaya, ataupun hara yang berguna 

bagi tanaman 

Kohesi : Gaya tarik menarik Molekul air dengan 

molekul air lainnya

Layu permanen : Tanaman yang kekurangan air dan apabila 

disiram tidak dapat pulih kembali. 

Mesofil : Sel-sel pada bagian daun yang banyak 

mengandung kloroplas (lebih kurang 

setengah juta kloroplas setiap milimeter
perseginya)

Meiosis : pembelahan sel kelamin 

Meristem : Jaringan muda yang senantiasa membelah 

(meristematis)

Mitosis : pembelahan dari sel tubuh 

Multiselluler : makhluk hidup bersel banyak 

 :

nilai ekivalen 

kemasaman, 

: yang artinya berapa jumlah Kg kapur (CaCO3)

yang diperlukan untuk meniadakan 

kemasaman yang disebabkan oleh 

penggunaan 100 Kg suatu jenis pupuk 

Nutrisi : Mineral yang dibutuhkan tanaman 

Osmosis : peristiwa bergeraknya pelarut antara dua 

larutan yang dibatasi membran semi 

permiable dan (selaput permiable diffrensial) 

berlangsung dari larutan yang konsentrasinya 

tinggi ke konsentrasi rendah 

Pertumbuhan : didefinisikan sebagai peristiwa perubahan 

biologis yang terjadi pada makhluk hidup 

berupa perubahan ukuran yang bersifat 

irreversible (tidak berubah kembali ke asal 

atau tidak dapat balik) 

Pertumbuhan primer : adalah pertumbuhan ukuran panjang pada 

bagian batang tumbuhan karena adanya 

aktivitas jaringan meristem primer. 

Pertumbuhan 

sekunder

: adalah pertambahan besar dari organ 

tumbuhan karena adanya aktivitas jaringan 

meristem sekunder yaitu kambium pada kulit 

batang, kambium batang, dan dan akar. 

Perkembangan : proses menuju pencapaian kedewasaan atau 

tingkat yang lebih sempurna pada makhluk 

hidup

Perkecambahan : merupakan proses pertumbuhan dan 

perkembangan embrio 

 :

Phloem : pembuluh tempat transport makanan 

Plasmolisis : Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel 

 :

Potensi air : energi potensial air yang terkandung dalam 

tubuh tanaman

Pupuk buatan Pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat 

oleh pabrik dengan kandungan unsur hara 

tertentu

Pupuk asam Pupuk dapat menurunkan pH disebut 

Pupuk basa Pupuk yang dapat menaikkan pH
Pupuk tunggal : Pupuk yang hanya mengandung satu unsur 

Pupuk majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur 

 

Reaksi terang : reaksi fotosintesis yang memerlukan cahaya 

Reaksi gelap : reaksi fotosintesis yang tidak memerlukan 

cahaya

Respirasi : merupakan proses perombakan senyawa 

organik menjadi senyawa anorganik dan 

menghasilkan energi 

Respirasi aerob : suatu proses metabolisme tanaman dengan 

menggunakan oksigen yang 

Respirasi anaerob : reaksi pemecahan karbohidrat untuk 

mendapatkan energi tanpa menggunakan 

oksigen

Run off aliran air permukaan 

Stomata : Mulut daun 

Suhu minimum : Suhu paling rendah dimana organisme masih 

dapat melaksanakan metabolismenya 

Suhu maksimum : Suhu paling tinggi dimana organisme masing 

dapat melaksanakan metabolisme 

Suhu optimum : Suhu paling baik untuk kelangsungan 

metabolisme pada makhluk hidup 

Sugar sink : Tempat penerima gula, tempat gula disimpan 

atau dikonsumsi

Supertonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan 

osmosis lebih tinggi daripada larutan lain 

Sprinkle Irigation air pengairan secara pancaran 

Stomata : merupakan celah yang dibatasi oleh dua sel 

penjaga

Tumbuhan hijau : Tumbuhan yang mengandung zat hijau daun 

(klorifil)

Tekanan turgor. : Tekanan hidrostatik dalam sel disebut 

Top dressing Pembeian pupuk melalui disebar di atas 

permukaan tanah. 

Transpirasi : adalah proses penguapan air melalui stomata 

Uniselluler : Organisme ber sel tunggal 

Xylem : Merupakan jaringan pengangkutan air 

Zigot : Sel hasil penyatuan sel betina (ovum) 

dengan sel kelamin jantan









TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN 
PANGAN
(PADI,JAGUNG,KEDELAI)
8.1. Teknik Budidaya Padi
a. Botani Tanaman
Berdasarkan literatur Grist 
(1960), padi dalam sistematika 
tumbuhan diklasifikasikan ke 
dalam Divisio Spermatophyta,
dengan Sub divisio 
Angiospermae, termasuk ke 
dalam kelas Monocotyledoneae,
Ordo adalah Poales, Famili 
adalah Graminae, Genus adalah 
Oryza Linn, dan Speciesnya 
adalah Oryza sativa L.
Menurut D.Joy dan 
E.J.Wibberley, tanaman padi 
yang mempunyai nama botani 
Oryza sativa dan dapat
dibedakan dalam dua tipe, yaitu 
padi kering yang tumbuh di lahan 
kering dan padi sawah yang 
memerlukan air menggenang
dalam pertumbuhan dan 
perkembangannya
Genus Oryza L. meliputi lebih 
kurang 25 spesies, tersebar di 
daerah tropik dan sub tropik 
seperti Asia, Afrika, Amerika, 
dan Australia.
Menurut Chevalier dan Neguier
padi berasal dari dua benua ; 
Oryza fatua Koenig dan
Oryza sativa L berasal dari 
benua Asia, sedangkan jenis 
padi lainnya yaitu Oryza stapfii
Roschev dan Oryza glaberima
Steund berasal dari Afrika
Barat.
Padi yang ada sekarang ini
merupakan persilangan antara 
Oryza officinalis dan Oryza
sativa f spontania. Tanaman padi 
yang dapat tumbuh baik di 
daerah tropis ialah indica,
sedangkan japonica banyak 
diusahakan di daerah sub tropis 
(Pustaka Bogor, 2005).
Berdasarkan literatur Aak (1992) 
akar adalah bagian tanaman 
yang berfungsi menyerap air dan 
zat makanan dari dalam tanah, 
kemudian diangkut ke bagian 
atas tanaman. Akar tanaman 
padi dapat dibedakan atas :
1. Radikula; akar yang
tumbuh pada saat benih 
berkecambah. Pada 
benih yang sedang 
berkecambah timbul 
calon akar dan batang.
Calon akar mengalami 
pertumbuhan ke arah 
bawah sehingga 
terbentuk akar tunggang, 
sedangkan calon batang 
akan tumbuh ke atas 
sehingga terbentuk
batang dan daun.
2. Akar serabut (akar 
adventif); setelah 5-6 hari 
terbentuk akar tunggang, 
akar serabut akan 
tumbuh.
3. Akar rambut ; merupakan 
bagian akar yang keluar 
dari akar tunggang dan 
akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada 
kulit akar yang berada di 
luar, dan ini penting 
dalam pengisapan air 
maupun zat-zat
makanan. Akar serabut 
biasanya berumur 
pendek sedangkan 
bentuk dan panjangnya 
sama dengan akar 
serabut.
4. Akar tajuk (crown roots) ; 
adalah akar yang tumbuh 
dari ruas batang 
terendah. Akar tajuk ini
dibedakan lagi 
berdasarkan letak 
kedalaman akar di tanah 
yaitu akar yang dangkal 
dan akar yang dalam. 
Apabila kandungan udara 
di dalam tanah rendah, 
maka akar-akar dangkal 
mudah berkembang.
Gambar 48. Pertumbuhan akar 
padi
Bagian akar yang telah dewasa 
(lebih tua) dan telah mengalami 
perkembangan akan berwarna 
coklat, sedangkan akar yang 
baru atau bagian akar yang 
masih muda berwarna putih.
Padi termasuk golongan 
tumbuhan Graminae dengan 
batang yang tersusun dari 
beberapa ruas. Ruas-ruas itu 
merupakan bubung kosong. 
Pada kedua ujung bubung 
kosong itu bubungnya ditutup 
oleh buku. Panjangnya ruas 
tidak sama. Ruas yang 
terpendek terdapat pada pangkal 
batang. Ruas yang kedua, ruas 
yang ketiga, dan seterusnya 
adalah lebih panjang daripada
ruas yang didahuluinya. 
Pada buku bagian bawah dari 
ruas tumbuh daun pelepah yang 
membalut ruas sampai buku 
bagian atas. 
Tepat pada buku bagian atas 
ujumg dari daun pelepah 
memperlihatkan percabangan 
dimana cabang yang terpendek 
menjadi ligula (lidah) daun, dan 
bagian yamg terpanjang dan 
terbesar menjadi daun kelopak 
yang memiliki bagian auricle 
pada sebelah kiri dan kanan. 
Daun kelopak yang terpanjang 
dan membalut ruas yang paling 
atas dari batang disebut daun 
bendera.
Tepat dimana daun pelepah 
teratas menjadi ligula dan daun 
bendera, di situlah timbul ruas 
yang menjadi bulir padi. Pertumbuhan batang tanaman 
padi adalah merumpun, dimana 
terdapat satu batang 
tunggal/batang utama yang 
mempunyai 6 mata atau sukma, 
yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah 
kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah 
kiri. Dari tiap-tiap sukma ini 
timbul tunas yang disebut tunas 
orde pertama.
Gambar 49 Pertumbuhan daun 
padi
Tunas orde pertama tumbuhnya
didahului oleh tunas yang 
tumbuh dari sukma pertama, 
kemudian diikuti oleh sukma 
kedua, disusul oleh tunas yang 
timbul dari sukma ketiga dan 
seterusnya sampai kepada 
pembentukan tunas terakhir 
yang keenam pada batang 
tunggal.
Tunas-tunas yang timbul dari 
tunas orde pertama disebut 
tunas orde kedua. Biasanya dari 
tunas-tunas orde pertama ini 
yang menghasilkan tunas-tunas
orde kedua ialah tunas orde 
pertama yang terbawah sekali 
pada batang tunggal/ utama. 
Pembentukan tunas dari orde 
ketiga pada umunya tidak terjadi, 
oleh karena tunas-tunas dari 
orde ketiga tidak mempunyai 
ruang hidup dalam kesesakan 
dengan tunas-tunas dari orde 
pertama dan kedua.
Padi termasuk tanaman jenis 
rumput-rumputan mempunyai 
daun yang berbeda-beda, baik 
bentuk, susunan, atau bagian￾bagiannya.
Ciri khas daun padi adalah 
adanya sisik dan telinga daun. 
Hal inilah yang menyebabkan 
daun padi dapat dibedakan dari 
jenis rumput yang lain. 
Adapun bagian-bagian daun padi 
adalah
- Helaian daun ; terletak 
pada batang padi dan 
selalu ada. Bentuknya 
memanjang seperti pita. 
Panjang dan lebar 
helaian daun tergantung 
varietas padi yang 
bersangkutan.
- Pelepah daun (upih) ; 
merupakan bagian daun 
yang menyelubungi 
batang, pelepah daun ini 
berfungsi memberi 
dukungan pada bagian 
ruas yang jaringannya
lunak, dan hal ini selalu 
terjadi
- Lidah daun ; lidah daun 
terletak pada perbatasan 
antara helai daun dan 
upih. Panjang lidah daun 
berbeda-beda,
tergantung pada varietas 
padi. Lidah daun 
duduknya melekat pada 
batang. Fungsi lidah 
daun adalah mencegah
masuknya air hujan di 
antara batang dan 
pelepah daun (upih). 
Disamping itu lidah daun 
juga mencegah infeksi 
penyakit, sebab media air 
memudahkan
penyebaran penyakit.
Daun yang muncul pada saat 
terjadi perkecambahan
dinamakan coleoptile. koleoptil
keluar dari benih yang disebar 
dan akan memanjang terus 
sampai permukaan air. koleoptil
baru membuka, kemudian diikuti 
keluarnya daun pertama, daun 
kedua dan seterusnya hingga 
mencapai puncak yang disebut 
daun bendera, sedangkan daun 
terpanjang biasanya pada daun
ketiga.
Daun bendera merupakan daun 
yang lebih pendek daripada 
daun-daun di bawahnya, namun 
lebih lebar daripada daun 
sebelumnya. Daun bendera ini 
terletak di bawah malai padi. 
Daun padi mula-mula berupa 
tunas yang kemudian 
berkembang menjadi daun.
Daun pertama pada batang 
keluar bersamaan dengan 
timbulnya tunas (calon daun) 
berikutnya. Pertumbuhan daun 
yang satu dengan daun 
berikutnya (daun baru) 
mempunyai selang waktu 7 hari, 
dan 7 hari berikutnya akan 
muncul daun baru 
lainnya.banyaknya daun padi
hingga terbentuknya malai.
Gambar 50 Bagian daun 
tanaman padi
Sekumpulan bunga padi 
(spikelet) yang keluar dari buku 
paling atas dinamakan malai. 
Bulir-bulir padi terletak pada 
cabang pertama dan cabang 
kedua, sedangkan sumbu utama 
malai adalah ruas buku yang
terakhir pada batang. 
Panjang malai tergantung pada 
varietas padi yang ditanam dan 
cara bercocok tanam. Dari 
sumbu utama pada ruas buku 
yang terakhir inilah biasanya 
panjang malai (rangkaian bunga) 
diukur.
Panjang malai dapat dibedakan 
menjadi 3 ukuran yaitu malai 
pendek (kurang dari 20 cm), 
malai sedang (antara 20-30 cm),
dan malai panjang (lebih dari 30 
cm).
Jumlah cabang pada setiap 
malai berkisar antara 15-20
buah, yang paling rendah 7 buah 
cabang, dan yang terbanyak 
dapat mencapai 30 buah
cabang.
Jumlah cabang ini akan 
mempengaruhi besarnya 
rendemen tanaman padi varietas 
baru, setiap malai bisa mencapai 
100-120 bunga (Aak, 1992).
Gambar 51 Malai padi
Bunga padi adalah bunga 
telanjang artinya mempunyai 
perhiasan bunga. Berkelamin
dua jenis dengan bakal buah 
yang diatas. Jumlah benang sari 
ada 6 buah,tangkai sarinya 
pendek dan tipis,kepala sari 
besar serta mempunyai dua 
kandung serbuk. Putik 
mempunyai dua tangkai 
putik,dengan dua buah kepala 
putik yang berbentuk malai 
dengan warna pada umumnya 
putih atau ungu (Departemen 
Pertanian, 1983).
Gambar 52 Bunga padi
Komponen-komponen (bagian) 
bunga padi adalah:
- kepala sari
- tangkai sari,
- palea (belahan yang 
besar),
lemma (belahan yang 
kecil),
- kepala putik, 
- tangkai bunga. 
Buah padi yang sehari-hari kita 
sebut biji padi atau butir/gabah, 
sebenarnya bukan biji melainkan 
buah padi yang tertutup oleh 
lemma dan palea. 
Buah ini terjadi setelah selesai 
penyerbukkan dan pembuahan. 
Lemma dan palea serta bagian 
lain yang membentuk sekam
atau kulit gabah (Departemen
Pertanian, 1983).
Jika bunga padi telah dewasa, 
kedua belahan kembang 
mahkota (palea dan lemmanya) 
yang semula bersatu akan 
membuka dengan sendirinya 
sedemikian rupa sehingga 
antara lemma dan palea terjadi 
siku/sudut sebesar 30-600
.
Membukanya kedua belahan 
kembang mahkota itu terjadi 
pada umumnya pada hari-hari
cerah antara jam 10-12, dimana 
suhu kira-kira 30-320
C.
Di dalam dua daun mahkota 
palea dan lemma itu terdapat
bagian dalam dari bunga padi 
yang terdiri dari bakal buah 
(biasa disebut karyiopsis). Jika 
buah padi telah masak, kedua 
belahan daun mahkota bunga 
itulah yang menjadi pembungkus 
berasnya (sekam). 
Diatas karyiopsis terdapat dua 
kepala putik yang dipikul oleh 
masing-masing tangkainya.
Lodicula yang berjumlah dua 
buah, sebenarnya merupakan 
daun mahkota yang telah 
berubah bentuk. 
Pada waktu padi hendak 
berbunga, lodicula menjadi 
mengembang karena menghisap 
cairan dari bakal buah. 
Pengembangan ini mendorong 
lemma dan palea terpisah dan 
terbuka. Hal ini memungkinkan 
benang sari yang memanjang 
keluar dari bagian atas atau dari 
samping bunga yang terbuka 
tadi. Terbukanya bunga diikuti 
dengan pecahnya kandung 
serbuk, yang kemudian 
menumpahkan tepung sarinya. 
Sesudah tepung sarinya 
ditumpahkan dari kandung 
serbuk maka lemma dan palea 
menutup kembali. Dengan 
berpindahnya tepung sari dari 
kepala putik maka selesailah 
sudah proses penyerbukkan. 
Kemudian terjadilah pembulaian 
yang menghasilkan lembaga dan
endosperm. Endosperm adalah 
penting sebagai sumber 
cadangan makanan bagi 
tanaman yang baru tumbuh 
(Departemen Pertanian, 1983)
Peristiwa jatuhnya tepung sari 
yang menempel pada kepala 
putik disebut penyerbukan. 
Penyerbukan ini berlangsung 
antara jam 09.00-11.00 pagi. 
Padi mengadakan penyerbukan 
sendiri, namun dapat terjadi pula 
penyerbukan silang. 
Kemungkinan terjadinya 
penyerbukan silang secara 
alamiah pada padi jenis cere 0-
0,9 % sedangkan untuk jenis 
bulu 0-2,9 %.
Pembuahan merupakan 
kelanjutan dari penyerbukan.
Pada proses pembuahan ini, 
pollen (serbuk sari) yang 
menempel pada kepala putik 
dengan bantuan cairan yang ada 
pada kepala putik, akan 
berkecambah atau memanjang 
hingga bertemu dengan indung 
telur, yang akhirnya 
menghasilkan lembaga dan
endosperm.
Endosperm merupakan sumber 
makanan cadangan bagi 
tanaman padi yang baru tumbuh 
(berkecambah), terdiri dari zat 
tepung yang diliputi oleh selaput 
protein, disamping itu juga 
mengandung zat-zat anorganik 
(Aak, 1992).
Secara umum padi dikatakan 
sudah siap panen bila butir 
gabah yang menguning sudah 
mencapai sekitar 80 % dan 
tangkainya sudah menunduk. 
Tangkai padi merunduk karena 
sarat dengan butir gabah bernas. 
Untuk lebih memastikan padi 
sudah siap panen adalah 
dengan cara menekan butir 
gabah. Bila butirannya sudah 
keras berisi maka saat itu paling 
tepat untuk dipanen (Andoko, 
2002).
Secara umum pemasakan bulir 
pada tanaman padi terbagi atas 
empat stadia, yaitu :
1. Stadia masak susu (8-10
hari setelah berbunga 
merata)
2. Stadia masak kuning (7 
hari setelah masak susu)
3. Stadia masak penuh (7 
hari setelah masak 
kuning
4. Stadia masak mati (6 hari 
setelah masak 
penuh)(Aak, 1992).
Secara umum ada tiga stadia 
proses pertumbuhan tanaman 
padi dari awal penyemaian 
hingga pemanenan :
1. Stadia vegetatif ; dari 
perkecambahan sampai 
terbentuknya bulir. Pada 
varietas padi yang 
berumur pendek (120 
hari) stadia ini lamanya 
sekitar 55 hari, 
sedangkan pada varietas 
padi berumur panjang 
(150 hari) lamanya 
sekitar 85 hari.
2. Stadia reproduktif ; dari 
terbentuknya bulir sampai 
pembungaan. Pada 
varietas berumur pendek 
lamanya sekitar 35 hari, 
dan pada varietas 
berumur panjang sekitar 
35 hari juga.
3. Stadia pembentukan 
gabah atau biji ; dari 
pembungaan sampai 
pemasakan biji. Lamanya 
stadia sekitar 30 hari, 
baik untuk varietas padi 
berumur pendek maupun 
berumur panjang.
Apabila ketiga stadia dirinci lagi, 
maka akan diperoleh sembilan 
stadia. Masing-masing stadia 
mempunyai ciri dan nama 
tersendiri. Stadia tersebut 
adalah:
1. Stadia 0 ; dari 
perkecambahan sampai 
timbulnya daun pertama, 
biasanya memakan 
waktu eskitar 3 hari.
2. Stadia 1 ; stadia bibit, 
stadia ini lepas dari 
terbentuknya duan 
pertama sampai 
terbentuk anakan 
pertama, lamanya sekitar 
3 minggu, atau sampai 
pada umur 24 hari.
3. Stadia 2 ; stadia anakan, 
ketika jumlah anakan 
semakin bertambah 
sampai batas maksimum, 
lamanya sampai 2 
minggu, atau saat padi 
berumur 40 hari.
4. Stadia 3 ; stadia 
perpanjangan batang, 
lamanya sekitar 10 hari, 
yaitu sampai 
terbentuknya bulir, saat 
padi berumur 52 hari.
5. Stadia 4 ; stadia saat 
mulai terbentuknya bulir, 
lamanya sekitar 10 hari, 
atau sampai padi 
berumur 62 hari.
6. Stadia 5 ; perkembangan 
bulir, lamanya sekitar 2 
minggu, saat padi sampai 
berumur 72 hari. Bulir 
tumbuh sempurna 
sampai terbentuknya biji.
7. Stadia 6 ; pembungaan, 
lamanya 10 hari, saat 
mulai muncul bunga, 
polinasi, dan fertilisasi.
8. Stadia 7 ; stadia biji berisi 
cairan menyerupai susu, 
bulir kelihatan berwarna 
hijau, lamanya sekitar 2 
minggu, yaitu padi 
berumur 94 hari.
9. Stadia 8 ; ketika biji yang
lembek mulai mengeras 
dan berwarna kuning, 
sehingga seluruh 
pertanaman kelihatan 
kekuning-kuningan. Lama 
stadia ini sekitar 2 
minggu, saat tanaman 
berumur 102 hari.
10. Stadia 9 ; stadia 
pemasakan biji, biji 
berukuran sempurna, 
keras dan berwarna 
kuning, bulir mulai
merunduk, lama stadia ini 
sekitar 2 minggu, sampai 
padi berumur 116 hari 
(Sudarmo, 1991).
 Dibawah ini (Gambar 53)
diberikan tahapan pertumbuhan 
padi yang dimulai dari 
perkecambahan sampai padi 
dewasa.
b.Varietas Unggul Padi
Varietas pada tanaman 
padi mempunyai pengaruh besar 
terhadap tingkat produktivitas. Di 
negara-negara subtropis 
umumnya dibudidayakan 
varietas japonica.
Ciri yang paling khas dari 
varietas itu adalah butirnya bulat, 
batang tidak terlalu panjang, 
serta berdiri kokoh. Sedangkan 
di daerah tropis yang iklimnya 
terpengaruh oleh angin muson 
varietas utama yang 
dibudidayakan adalah varietas 
indica yang berbatang tinggi. 
Disamping berbatang tinggi 
varietas itu cenderung memiliki
tunas samping (side shoots)
(Hohnholz, 1986). 
Gambar 55.Pertumbuhan 
Varietas IR64 di lahan sawah
Varietas padi yang akan 
digunakan haruslah memiliki ciri￾ciri :
- Dapat beradaptasi 
dengan iklim dan tipe 
tanah setempat
- Cita rasanya disenangi 
dan memiliki harga yang 
tinggi di pasaran lokal
- Daya hasil tinggi
- Toleran terhadap hama 
dan penyakit
- Tahan rebah (IRRI, 
2004).
Varietas unggul merupakan 
salah satu komponen teknologi 
budidaya padi yang mudah 
diadopsi petani. 
Varietas unggul berperanan 
penting dalam peningkatan hasil, 
perbaikan dan diversifikasi mutu, 
dan penekanan kehilangan hasil 
karena gangguan hama, 
penyakit, maupun cekaman 
lingkungan.
Kondisi agro-ekosistem lahan 
pertanaman padi di Indonesia 
sangat beragam, demikian juga 
selera konsumen terhadap mutu 
beras.
Kendala produksi terutama hama 
dan penyakit bersifat dinamis, 
dapat berubah karakter populasi, 
ras, atau strainnya. Kondisi 
tersebut menuntut penyediaan 
varietas unggul yang juga 
beragam dan dinamis 
Varietas unggul yang dilepas
dalam beberapa tahun terakhir 
memiliki keunggulan yang relatif 
berbeda. Hal ini tentu 
memberikan peluang yang lebih 
luas bagi petani dalam memilih 
varietas yang akan 
dikembangkan.
Ada beberapa aspek yang perlu 
mendapat pertimbangan dalam 
menentukan pilihan, misalnya 
potensi hasil, umur tanaman, 
ketahanan terhadap hama dan 
penyakit, mutu beras, selera 
konsumen, dan kondisi daerah 
pengembangan. Bagi peneliti, 
aspek tersebut memang menjadi 
pertimbangan dalam merakit 
varietas unggul (Pustaka 
Deptan, 2006).
Pemanfaatan Varietas Hasil 
Rekayasa Bioteknologi
Pada umumnya tanaman 
memiliki perbedaan fenotip dan 
genotip yang sama. Perbedaan 
varietas cukup besar 
mempengaruhi perbedaan sifat 
dalam tanaman. Keragaman 
penampilan tanaman terjadi 
akibat sifat dalam tanaman
(genetik) atau perbedaan 
lingkungan kedua-duanya.
Perbedaan susunan genetik 
merupakan salah satu faktor 
penyebab keragaman 
penampilan tanaman. 
Program genetik merupakan 
suatu untaian susunan genetik 
yang akan diekspresikan pada 
satu atau keseluruhan fase 
pertumbuhan yang berbeda dan 
dapat diekspresikan pada 
berbagai sifat tanaman yang 
mencakup bentuk dan fungsi 
tanaman dan akhirnya 
menghasilkan keragaman 
pertumbuhan tanaman (Sitompul 
dan Guritno, 1995). 
Hasil penelitian dan 
pengembangan Badan Tenaga
Nuklir Nasional (BATAN) dalam 
bidang pertanian, khususnya 
pada jenis tanaman padi hingga 
tahun 1999 ini ialah berjumlah 6 
(enam) varietas yaitu:
- Atomita I
- Atomita II,

Atomita III,
- Atomita IV 
- Padi gogo (lahan kering) 
Situgintung, serta padi 
Cilosari.
Enam varietas padi unggul hasil 
penelitian dan pengembangan 
Pusat Penelitian dan 
Pengembangan Teknologi Isotop 
dan Radiasi (P3TIR-BATAN)
tersebut memiliki keunggulan 
dibidang varietas asal 
(induknya).
Keunggulan padi hasil pemuliaan 
dengan radiasi adalah:
- produksinya tinggi
- tahan wereng coklat
- tahan penyakit hawar 
daun, dan umurnya 
genjah.
- Disamping keunggulan 
tersebut juga masih 
memiliki keunggulan 
spesifik yang dimiliki oleh 
padi varietas Atomita II 
tahan terhadap lahan 
bergaram, varietas 
Cilbsari tahan terhadap 
hama penggerek batang 
dan rendemen cukup 
tinggi (BATAN, 2000).
c. Macam dan warna beras
Warna beras yang berbeda-beda
diatur secara genetik, akibat 
perbedaan gen yang mengatur 
warna aleuron, warna 
endospermia, dan komposisi pati 
pada endospermia.
x Beras "biasa" yang 
berwarna putih agak 
transparan karena hanya 
memiliki sedikit aleuron, 
dan kandungan amilosa 
umumnya sekitar 20%. 
Beras ini mendominasi 
pasar beras. 
x Beras merah, akibat 
aleuronnya mengandung 
gen yang memproduksi 
antosianin yang 
merupakan sumber 
warna merah atau ungu
x Beras hitam, sangat 
langka, disebabkan 
aleuron dan endospermia 
memproduksi antosianin 
dengan intensitas tinggi 
sehingga berwarna ungu 
pekat mendekati hitam, 
x Ketan (atau beras ketan), 
berwarna putih, tidak 
transparan, seluruh atau 
hampir seluruh patinya 
merupakan amilopektin
x Ketan hitam, merupakan 
versi ketan dari beras 
hitam.
Beberapa jenis beras 
mengeluarkan aroma wangi bila 
ditanak (misalnya 'Cianjur 
Pandanwangi' atau 'Rajalele'). 
Bau ini disebabkan beras 
melepaskan senyawa aromatik 
yang memberikan efek wangi. 
Sifat ini diatur secara genetik 
dan menjadi objek rekayasa
genetika beras.
Di antara komponen teknologi 
yang dihasilkan melalui 
penelitian, varietas unggul 
memang lebih nyata 
sumbangannya terhadap 
peningkatan produksi padi 
nasional.
Akan tetapi, keunggulan suatu 
varietas dibatasi oleh berbagai 
faktor, termasuk penurunan 
ketahanannya terhadap hama 
dan penyakit tertentu. Setelah
dikembangkan dalam periode 
tertentu hingga saat ini 
Departemen Pertanian telah 
melepas lebih dari 175 varietas 
unggul padi yang sebagian besar 
dihasilkan oleh Puslitbang 
Tanaman Pangan. 
8.1.4. Kandungan beras
Sebagaimana bulir serealia lain, 
bagian terbesar beras 
didominasi oleh pati (sekitar 80-
85%). Beras juga mengandung 
protein, vitamin (terutama pada 
bagian aleuron), mineral, dan air.
Pati beras dapat digolongkan 
menjadi dua kelompok:
x amilosa, pati dengan 
struktur tidak bercabang 
x amilopektin, pati dengan 
struktur bercabang. 
Komposisi kedua golongan 
pati ini sangat menentukan 
warna (transparan atau tidak) 
dan tekstur nasi (lengket, 
lunak, keras, atau pera).
d.Anatomi beras
Beras sendiri secara biologi
adalah bagian biji padi yang 
terdiri dari
x aleuron, lapis terluar 
yang sering kali ikut 
terbuang dalam proses 
pemisahan kulit, 
x endospermia, tempat 
sebagian besar pati dan 
protein beras berada, dan 
x embrio, yang merupakan 
calon tanaman baru 
(dalam beras tidak dapat 
tumbuh lagi, kecuali 
dengan bantuan teknik 
kultur jaringan). Dalam 
bahasa sehari-hari,
embrio disebut sebagai 
mata beras.
e.Kegunaan Beras
Beras dimanfaatkan terutama 
untuk diolah menjadi nasi, 
makanan pokok terpenting 
warga dunia. 
Selain itu, beras merupakan 
komponen penting beras kencur
dan param. Minuman yang 
populer dari olahan beras adalah 
arak dan Air tajin.
Dalam bidang industri pangan, 
beras diolah menjadi tepung 
beras. Sosohan beras (lapisan 
aleuron), yang memiliki 
kandungan gizi tinggi, diolah 
menjadi tepung rice bran.
Bagian embrio juga diolah 
menjadi suplemen dengan 
sebutan tepung mata beras.
Untuk kepentingan diet, beras 
dijadikan sebagai salah satu 
sumber pangan bebas gluten
dalam bentuk berondong.
Data survey pada MT 2002/03 di 
12 propinsi penghasil padi 
membuktikan sekitar 90% dari 
9,2 juta ha lahan sawah telah 
ditanami varietas unggul baru. 
Dari sekitar 80 varietas padi 
yang telah berkembang di 
petani, beberapa varietas
banyak digunakan seperti IR64, 
Way Apoburu, Ciliwung, 
Memberamo, dan Ciherang, 
masing-masing dengan luas 
tanam 4,20 juta ha, 0,80 juta ha, 
0,62 juta ha, 0,43 juta ha, dan 
0,41 juta ha. Di Jawa Barat, luas 
areal tanam varietas Ciherang 
pada MT 2002/03 menduduki
urutan kedua setelah IR64, 
masing-masing 18% dan 33% 
dari total areal pertanaman padi 
di sentra produksi nasional ini. 
Di antara varietas unggul yang 
telah berkembang di petani, IR64 
paling lama bertahan karena 
hasil dan mutu berasnya tinggi. 
Sebenarnya, Ciherang adalah 
hasil persilangan antara varietas 
IR64 dengan varietas/galur lain. 
Sebagian sifat IR64 juga dimiliki 
oleh Ciherang, termasuk hasil
dan mutu berasnya yang tinggi.
f.Syarat Tumbuh
f.1Iklim
Padi dapat tumbuh dalam iklim 
yang beragam, tumbuh di daerah 
tropis dan subtropis pada 45o
 LU 
dan 45o
 LS dengan cuaca panas 
dan kelembaban tinggi dengan 
musim hujan 4 bulan. 
Rata–rata curah hujan yang baik 
adalah 200 mm/bulan atau 
1500-2000 mm/tahun. Padi 
dapat di tanam di musim 
kemarau atau hujan. Pada 
musim kemarau produksi 
meningkat asalkan irigasi selalu 
tersedia. Di musim hujan, 
walaupun air melimpah produksi 
dapat menurun karena 
penyerbukan kurang intensif.
Di dataran rendah padi 
memerlukan ketinggian 0 – 650
m dpl dengan temperatur 22 –
27 o
C sedangkan didataran tinggi 
650-1500 mdpl dengan 
temperatur 19 – 23 o
C.
Tanaman padi memerlukan 
penyinaran matahari penuh 
tanpa naungan. Angin juga 
berpengaruh terhadap 
pertumbuhan tanaman padi yaitu 
dalam penyerbukan dan 
pembuahan tetapi jika terlalu 
kencang akan merobohkan 
tanaman
Temperatur sangat 
mempengaruhi pengisian biji 
padi. Temperatur yang rendah 
dan kelembaban yang tinggi 
pada waktu pembungaan akan 
mengganggu proses pembuahan 
yang mengakibatkan gabah 
menjadi hampa. 
Hal ini terjadi akibat tidak 
membukanya bakal biji. 
Temperatur yang juga rendah 
pada waktu bunting dapat 
menyebabkan rusaknya pollen 
dan menunda pembukaan 
tepung sari (Luh, 1991).
Tanaman padi dapat hidup 
dengan baik di daerah yang 
berhawa panas dan banyak 
mengandung uap air. Dengan 
kata lain, padi dapat hidup baik 
di daerah beriklim panas yang 
lembab.
Pengertian iklim ini menyangkut 
curah hujan, temperatur, 
ketinggian tempat, sinar 
matahari, angin, dan musim. 
1. Tanaman padi 
membutuhkan curah 
hujan yang baik, rata-rata
200 mm/bulan atau lebih, 
dengan distribusi selama 
4 bulan. Sedangkan 
curah hujan yang 
dikehendaki per tahun 
sekitar 1500-2000 mm.
2. Tanaman padi dapat 
tumbuh baik pada suhu 
230
C ke atas, sedangkan 
di Indonesia pengaruh 
suhu tidak terasa, sebab 
suhunya hamper konstan 
sepanjang tahun. Adapun
salah satu pengaruh 
suhu terhadap tanaman 
padi yaitu kehampaan 
pada biji. 
3. Ketinggian daerah yang 
cocok untuk tanaman 
padi adalah daerah 
antara 0-650 meter 
dengan suhu antara 26,5 
0
C – 22,5 0
C, daerah 
antara 650-1500 meter
dengan suhu antara 22,5-
18,7 0
C masih cocok 
untuk tanaman padi. 
4. Sinar matahari diperlukan 
untuk berlangsungnya 
proses fotosintesis, 
terutama pada saat 
tanaman berbunga 
sampai proses 
pemasakan buah. Proses 
pembungaan dan 
kemasakan buah 
berkaitan erat dengan 
intensitas penyinaran dan 
keadaan awan. 
5. Angin mempunyai 
pengaruh positif dan 
negatif terhadap tanaman 
padi. Pengaruh
positifnya, terutama pada 
proses penyerbukan dan 
pembuahan. Pengaruh 
negatifnya adalah 
penyakit yang 
disebabkan oleh bakteri 
atau jamur dapat 
ditularkan oleh angin, dan 
saat terjadi angina 
kencang pada saat 
tanaman berbunga, buah 
dapat menjadi hampa 
dan tanaman roboh.
6. Pada musim kemarau 
peristiwa penyerbukan 
dan pembuahan tidak 
terganggu oleh hujan, 
sehingga persentase 
terjadinya buah lebih 
besar dan produksi 
menjadi lebih baik. 
f.2Tanah
Padi sawah ditanam di tanah 
berlempung yang berat atau 
tanah yang memiliki lapisan 
keras 30 cm dibawah permukaan 
tanah. Menghendaki tanah 
Lumpur yang subur dengan 
ketebalan 18 – 22 cm. 
Keasaman tanah antara pH 4,0 –
7,0. Pada padi sawah, 
penggenangan akan mengubah 
pH tanam menjadi netral (7,0). 
Pada prinsipnya tanah berkapur 
dengan pH 8,1 – 8,2 tidak 
merusak tanaman padi tetapi 
akan mengurangi hasil produksi
Tanah sawah yang mempunyai 
persentase fraksi pasir dalam 
jumlah besar, kurang baik untuk 
tanaman padi, sebab tekstur ini 
mudah meloloskan air. Pada 
tanah sawah dituntut adanya 
Lumpur, terutama untuk 
tanaman padi yang memerlukan 
tanah subur, dengan kandungan 
ketiga fraksi dalam perbandingan
tertentu.
Sifat tanah sangat berbeda-beda
dan hal ini berhubungan dengan 
keadaan susunan tanah atau 
struktur tanahnya. Air dan udara 
yang tidak dapat beredar di 
dalam tanah dapat 
menyebabkan kondisi tanah 
tidak baik, contohnya tanah liat.
Tidak semua jenis tanah cocok 
untuk areal persawahan. Hal ini 
dikarenakan tidak semua jenis 
tanah dapat dijadikan lahan 
tergenang air. Padahal dalam 
sistem tanah sawah, lahan harus 
tetap tergenang air agar 
kebutuhan air tanaman padi 
tercukupi sepanjang musim 
tanam.
Oleh karena itu, jenis tanah yang 
sulit menahan air (tanah dengan 
kandungan pasir tinggi) kurang 
cocok dijadikan lahan 
persawahan.
Sebaliknya, tanah yang sulit 
dilewati air (tanah dengan 
kandungan lempung tinggi) 
cocok dijadikan lahan 
persawahan. Kondisi yang baik 
untuk pertumbuhan tanaman 
padi sangat ditentukan oleh 
beberapa faktor, yaitu posisi 
topografi yang berkaitan dengan 
kondisi hidrologi, porisitas tanah 
yang rendah dan tingkat 
keasaman tanah yang netral, 
sumber air alam, serta 
kanopinas modifikasi sistem
alam oleh kegiatan manusia.
g. Teknik budidaya padi 
sebatang
Produksi padi nasional pada 
bulan Desember 1997 adalah 
46.591.874 ton yang meliputi 
areal panen 9.881.764 ha. Hasil 
produksi padi sawah dapat 
mencapai 6-7 ton/ha, sedangkan 
untuk padi gogo produksi hanya 
mencapai 1-3 ton /ha 
(Reghawanti, 2005).
Sampai dengan tahun 2005, 
Indonesia masih mengalami 
defisit pangan utama, untuk padi 
sebesar 2,5 juta ton, kedelai 1,5 
juta ton, gula 1,7 juta ton, 
sedangkan pangan lainnya 
mengalami surplus. Ini
menunjukkan bahwa dalam 5 
tahun ke depan Indonesia masih 
harus memacu produksi pangan
untuk mengurangi defisit.
Untuk memenuhi kebutuhan 
pangan yang terus meningkat, 
lahan sawah beririgasi tetap 
menjadi andalan bagi produksi 
padi nasional. Program 
intensifikasi yang dicanangkan 
sejak sekitar tiga dekade lalu 
pada awalnya mampu 
meningkatkan produksivitas dan 
produksi padi secara nyata. 
Tetapi sejak dekade terakhir 
produksivitas padi cenderung 
melandai, bahkan ada yang 
menurun di beberapa lokasi. 
Intensifikasi budidaya padi harus 
terus diupayakan. Salah satu 
metode yang diterapkan adalah 
SRI (The System Of Rice 
Intensification) yang pertama kali 
dikembangkan oleh Henri De 
Laulanie di Madagaskar pada 
tahun 1980.
SRI adalah sistem intensifikasi 
padi yang menyinergikan tiga 
faktor pertumbuhan padi untuk 
mencapai produktivitas maksimal 
yaitu;
1) maksimalisasi jumlah anakan
 2) pertumbuhan akar, 
 3) suplai hara, air, oksigen. 
Cara tersebut menghemat air, 
karena padi tidak digenangi 
layaknya di persawahan. Air 
hanya digunakan untuk menjaga 
kelembaban tanah agar akar 
padi dapat tumbuh dengan baik 
karena pada dasarnya padi 
bukan tanaman air. 
Hal ini dimaksudkan agar suplai 
oksigen ke akar cukup sehingga 
padi menjadi sehat dan 
berkembang membentuk 
karakter-karakter morfologi yang 
mendukung peningkatan 
produktivitas tanaman padi.
Dalam sistem SRI penggunaan 
pupuk organik merupakan salah 
satu faktor pembeda 
dibandingkan dengan sistem non 
SRI.
Disamping itu produk yang 
dihasilkan dari budidaya atau 
peternakan yang menggunakan 
pupuk organik lebih disukai 
masyarakat.
Alasannya, produk tersebut lebih
aman bagi kesehatan. Di
negara-negara maju, 
masyarakatnya mulai beralih 
mengkonsumsi produk yang 
dihasilkan secara organik. 
Pupuk organik cair atau padat
yang diaplikasikan pada
budidaya tanaman atau 
peternakan memiliki nilai jual 
yang lebih tinggi (Parnata, 
2004).
Hasil metode SRI sangat 
memuaskan. Di Madagaskar,
pada beberapa tanah tak subur 
yang produksi normalnya 2 
ton/ha, petani yang 
menggunakan SRI memperoleh 
hasil panen lebih dari 8 ton/ha, 
beberapa petani memperoleh 10 
– 15 ton/ha, bahkan ada yang 
mencapai 20 ton/ha.
Sedangkan, di daerah lain 
selama 5 tahun, ratusan petani 
memanen 8-9 ton/ha.
Metode SRI minimal 
menghasilkan panen dua kali
lipat dibandingkan metode non 
SRI maupun metode lain yang 
biasa diterapkan oleh petani. 
Petani tidak harus menggunakan 
masukan luar untuk memperoleh 
manfaat SRI. Metode ini juga 
bisa diterapkan untuk berbagai 
varietas yang biasa dipakai 
petani.
Semua unsur potensi dalam 
tanaman padi dikembangkan 
dengan cara memberikan kondisi 
yang sesuai dengan 
pertumbuhan mereka (Berkelaar, 
2005).
Perpaduan antara pemakaian 
varietas unggul padi sawah dan 
pemberian pupuk organik cair 
pada sistem penanaman SRI 
diharapkan dapat mengatasi 
permasalahan masih rendahnya 
produksi padi, selain itu juga 
diharapkan dapat 
mengembangkan pertanian 
berkelanjutan yang berwawasan 
lingkungan.
Air sangat perlu bagi kehidupan 
tumbuhan. Kandungan air 
tumbuhan bervariasi sesuai 
antar-spesies dan dalam 
berbagai struktur tumbuhan dan 
juga bervariasi antar siang dan 
malam selama periode 
pertumbuhan.
Tumbuhan menggunakan air 
kurang dari 5 % air yang diserap. 
Sisanya hilang ke atmosfer 
melalui transpirasi dari daun 
tumbuhan.
Kebutuhan air untuk pengolahan 
tanah sampai siap tanam (30 
hari) mengkonsumsi air 20% dari 
total kebutuhan air untuk padi 
sawah dan fase bunting sampai 
pengisian bulir (15 hari) 
mengonsumsi air sebanyak 35 
%.
Berdasar data tersebut 
sebetulnya sejak tanam sampai 
memasuki fase bunting tidak 
membutuhkan air banyak, 
demikian pula setelah pengisian 
bulir.
Oleh karenanya 15 hari sebelum 
panen, padi tidak roboh dan 
ditinjau dari aspek pemberian air 
memang tidak perlu lagi.
Budidaya padi yang diterapkan 
dengan konsep penghematan air 
yaitu penggenangan hanya 
dilakukan selama 25 hari yaitu 
pada saat padi mengalami masa 
bunting (pengisian malai). 
Konsep hemat air ini menjadi 
acuan pada SRI (budidaya padi 
sebatang), dan konsep ini sangat 
mendukung keoptimalan 
pertumbuhan dan 
perkembangan padi karena bibit 
umur muda tumbuh lebih baik 
dalam kondisi aerob / tidak 
tergenang (berdasarkan riset 
jepang > 30 tahun), 
mikroorganisme tanah lebih baik 
untuk perakaran (pada tanah 
macak–macak /tidak tergenang), 
jumlah sel aerenchym akar padi
sawah yang tergenang sangat 
kecil, sedangkan pada tanah 
yang tidak tergenang sangat 
tinggi, dan hama padi sawah 
(keong mas) lebih terkendali. 
Pengefisienan penggunaan air di 
petakan dapat dilakukan dengan 
mengairi sawah dalam keadaan 
macak-macak. Setelah tanaman 
padi berumur 14 hari sampai 
periode bunting tidak 
memerlukan air yang banyak. 
Kebiasaan petani menggenangi 
sawahnya sampai 5 cm bahkan 
lebih karena petani tidak 
membayar air yang digunakan 
tersebut, sehingga cenderung 
bermewah-mewah dengan air.
Berdasar hasil penelitian 
menggunakan air pada padi 
sawah menunjukkan bahwa 
sawah yang digenangi setinggi 5 
cm sejak tanam sampai bunting 
tidak memberikan perbedaan 
hasil gabah dengan sawah yang 
diairi macak-macak.
Hanya biasanya sawah yang 
diairi macak-macak populasi 
gulma lebih banyak terutama 
rumput-rumput berdaun sempit. 
Dengan irigasi macak-macak
sampai periode bunting, maka 
air dapat dihemat 
penggunaannya.
Metode ini mampu menghemat 
penggunaan benih padi sampai 
80 %. 
Jika biasanya untuk satu hektar 
lahan diperlukan benih sekitar 50 
kg, dengan SRI hanya 
diperlukan 8-10 kg.
Produktivitas yang selama ini 
rendah ( 4-5 ton/ha ) dapat 
didongkrak dengan penerapan 
SRI yang telah dilakukan di 
beberapa provinsi dan telah diuji 
secara statistik dapat mencapai 
10 ton/ha.
Selain bertujuan untuk 
meningkatkan produksi, 
penerapan metode SRI ternyata 
mengandung konsep pertanian 
yang berkelanjutan dan 
berwawasan lingkungan. 
Metode SRI lebih sedikit 
menggunakan pupuk kimia serta 
sangat dianjurkan menggunakan
pupuk organik seperti pupuk 
kandang, kompos, pupuk hijau 
serta biomassa ( jerami ).
Teknik penanaman diawali 
dengan pengolahan tanah, 
pembibitan, penanaman, 
pemupukkan, pengendalian 
hama, penyakit, dan gulma, dan 
diakhiri dengan panen. Berikut 
ini adalah tahapan teknik 
penanamannya sesuai dengan 
urutan dari atas kebawah. 
Sawah yang tidak digenangi air, 
akan dapat mengurangi emisi 
gas CH4 (gas methan = gas 
rumah kaca ) di atmosfer. Gas 
methan akan teremisi ke 
atmosfer dari tanah – tanah yang 
tergenang
Berkelaar (2005)
mengemukakan bahwa terdapat

empat kunci penerapan SRI, 
yaitu :
1. Bibit dipindah lapang 
(transplantasi) lebih awal 
Bibit padi ditransplantasi saat 
dua daun telah muncul pada 
batang muda, biasanya saat 
berumur 8-15 hari. Benih 
harus disemai dalam petakan 
khusus dengan menjaga 
tanah tetap lembab dan tidak 
tergenang air. Lebih banyak 
batang yang muncul dalam 
satu rumpun, dan dengan 
metode SRI lebih banyak 
bulir padi yang dihasilkan 
oleh malai.
2. Bibit ditanam satu-satu
daripada secara berumpun
3. Jarak tanam yang lebar
Pada prinsipnya tanaman 
harus mendapat ruang cukup 
untuk tumbuh. Hasil panen 
maksimum diperoleh pada 
sawah subur dengan jarak 
tanam 50 x 50 cm, sehingga 
hanya 4 tanaman per m2
.
Dalam metode SRI 
kebutuhan benih jauh lebih 
sedikit dibandingkan metode 
tradisional, salah satu 
evaluasi SRI menunjukkan 
bahwa kebutuhan benih 
hanya 7 kg/ha, dibanding 
dengan metode tradisional 
yang mencapai 107 kg/ha.
4. Kondisi tanah tetap lembab 
tapi tidak tergenang air
Secara tradisional 
penanaman padi biasanya 
selalu digenangi air. Namun, 
sebenarnya air yang 
menggenang membuat 
sawah menjadi hypoxic
(kekurangan oksigen) bagi 
akar dan tidak ideal untuk 
pertumbuhan. Akar padi 
akan mengalami penurunan 
bila sawah digenangi air,
hingga mencapai ¾ total akar 
saat tanaman mencapai 
masa berbunga. Saat itu 
akar mengalami die back
(akar hidup tapi bagian atas 
mati). Keadaan ini disebut 
juga “senescence”, yang 
merupakan proses alami, tapi 
menunjukkan tanaman sulit 
bernafas, sehingga 
menghambat fungsi dan 
pertumbuhan tanaman. 
Dengan SRI, petani hanya 
memakai kurang dari ½ 
kebutuhan air pada sistem 
tradisional yang biasa 
menggenangi tanaman padi.
Tanah cukup dijaga tetap 
lembab selama tahap 
vegetatif, untuk 
memungkinkan lebih banyak 
oksigen bagi pertumbuhan 
akar. Sesekali (mungkin 
seminggu sekali) tanah harus 
dikeringkan sampai retak. Ini 
dimaksudkan agar oksigen 
dari udara mampu masuk 
kedalam tanah dan 
mendorong akar untuk 
“mencari” air. Sebaliknya, 
jika sawah terus digenangi, 
akar akan sulit tumbuh dan 
menyebar, serta kekurangan 
oksigen untuk dapat tumbuh 
dengan subur. 
Selanjutnya Berkelaar (2005) 
menambahkan selain empat 
prinsip utama diatas, ada dua 
praktek tambahan lain yang 
sangat penting dalam metode 
SRI.
Keduanya tidak berlawanan dan 
telah lama dikenal oleh petani 
dalam bercocok tanam. 
Sehingga untuk menerapkan 
kedua praktek tambahan ini tidak 
terlalu sulit. 
Kedua praktek tambahan 
tersebut adalah :
1. Pendangiran
Pendangiran (membersihkan 
gulma dan rumput) dapat 
dilakukan dengan tangan atau 
alat sederhana. Pendangiran
pertama dilakukan 10 atau 12 
hari setelah tranplantasi, dan 
pendangiran kedua setelah 14 
hari. Minimal disarankan 2-3 kali 
pendangiran, namun jika 
ditambah sekali atau dua kali lagi 
akan mampu meningkatkan hasil 
hingga satu atau dua ton per ha. 
Yang lebih penting dari praktek 
ini bukan sekedar untuk 
membersihkan gulma, tetapi 
pengadukan tanah ini dapat 
memperbaiki struktur dan 
meningkatkan aerasi tanah. 
Pendangiran ini membutuhkan 
banyak tenaga, bisa mencapai
25 hari kerja untuk 1 ha. Tapi hal 
ini tidak sia-sia karena hasil 
panen yang diperoleh sangat 
tinggi.
2. Asupan Organik
Petani disarankan untuk 
menggunakan kompos, dan 
hasilnya lebih bagus.
Kompos dapat dibuat dari 
macam-macam sisa tanaman 
(seperti jerami, serasah 
tanaman, dan bahan dari 
tanaman lainnya), dengan 
tambahan pupuk kandang bila 
ada.
Daun pisang juga bisa
menambah unsur potasium, 
daun-daun tanaman kacang￾kacangan dapat menambah 
unsur N, dan tanaman lain 
seperti Tithonia dan Afromomum
angustifolium, memberikan 
tambahan unsur P.
Kompos menambah nutrisi tanah 
secara perlahan-lahan dan dapat 
memperbaiki struktur tanah.
Di tanah yang miskin jika tidak di 
pupuk kimia, secara otomatis 
perlu diberikan masukan nutrisi 
lain.
Pedomannya: dengan hasil 
panen yang tinggi, sesuatu perlu 
dikembalikan untuk 
menyuburkan tanah.
Keuntungan dari SRI :
- Hasil-hasil yang lebih 
tinggi, baik itu butiran 
maupun jerami.
- Mempersingkat umur 
panen (± 10 hari).
- Pemakaian bahan kimia 
lebih sedikit
- Kebutuhan air lebih 
sedikit
- Persen bulir sekam lebih 
sedikit
- Meningkatnya berat bulir
- Tanpa perubahan ada 
ukuran bulir
- Tahan badai siklon
- Tahan dingin
- Kesehatan tanah 
meningkat melalui 
aktivitas biologis
Pada SRI semua tampak ideal 
untuk direalisasikan, tetapi 
disamping itu juga memiliki 
keterbatasan, diantaranya :
- SRI membutuhkan lebih 
banyak tenaga kerja per 
ha daripada metode 
tradisional.
- Dengan SRI, diperlukan 
lebih banyak waktu juga 
untuk mengatur 
pengairan sawah 
dibandingkan cara lama. 
- Pendangiran juga 
membutuhkan waktu 
lebih banyak bila sawah 
tidak digenangi air terus. 
- Awalnya, SRI 
membutuhkan 50-100%
tenaga kerja (yang 
terampil dan teliti) lebih 
banyak, tapi lama 
kelamaan jumlah ini 
dapat menurun.
Walaupun metode ini masih 
perlu pengembangan lebih lanjut 
akan tetapi dari hasil yang 
diperoleh memperlihatkan 
harapan dapat meningkatkan 
produksi pangan nasional.
Dalam hal produksi beras 
nasional maka beberapa upaya 
yang dibutuhkan untuk 
memelihara kapasitas 
sumberdaya pangan adalah 
untuk memelihara kapasitas 
melalui:
a. Pembangunan dan 
rehabilitasi sistem irigasi, 
serta perbaikan pengelolaan 
sumber daya air dalam 
rangka menyediakan air yang 
cukup untuk pertanian.
Untuk itu perlu dilakukan : (i) 
perbaikan dalam pengaturan, 
kelembagaan pengelolaan, 
dan pemanfaatan 
sumberdaya air, seperti 
penatagunaan ruang/wilayah
dan penerapan peraturan 
secara disiplin, oleh Pemda 
dan Depdagri; (ii) fasilitasi
pengelolaan sumber daya air 
dan pengairan oleh Meneg 
Kimpraswil; (iii) fasilitasi 
pemanfaatan lahan pertanian 
secara produktif, efisien dan 
ramah lingkungan oleh 
Deptan; dan (iv) 
pemanfaatan dan 
pengawasan sumberdaya 
lahan dan perairan oleh 
masyarakat.
b. Menekan berlanjutnya alih 
fungsi lahan beririgasi 
kepada usaha non pertanian.
Hal ini menyangkut 
pengaturan/pembatasan
dengan sistem insentif yang 
dilaksanakan secara lintas 
institusi antara lain: (i) 
penetapan peraturan dan 
penerapannya secara disiplin 
oleh Pemda dan BPN; (ii) 
fasilitasi bagi pengembangan 
berbagai usaha masyarakat 
berbasis pertanian oleh 
Departemen Teknis; dan (iii) 
pengawasan oleh 
masyarakat sebagai pelaku 
usaha.
c. Membuka lahan pertanian 
baru pada lokasi-lokasi yang 
memungkinkan dengan tetap 
memperhatikan rencana tata 
ruang wilayah dan kaidah￾kaidah kelestarian 
lingkungan; yang difasilitasi 
oleh Pemda. 
Upaya untuk memacu 
peningkatan produktivitas usaha
pangan mencakup :
(i) penciptaan varietas 
unggul baru, dan 
teknologi berproduksi 
yang lebih efisien; 
(ii) teknologi pasca panen 
untuk menekan 
kehilangan hasil; dan (iii) 
teknologi yang 
menunjang peningkatan 
intensitas tanam. Upaya 
ini dilaksanakan secara 
sinergis oleh institusi 
penelitian,
pengembangan dan 
penyuluhan lingkup 
Departemen Pertanian, 
Ristek/BPPT, Perguruan 
Tinggi, dan 
Lembaga/Dinas Teknis 
setempat yang 
melaksanakan alih 
pengetahuan dan 
teknologi kepada 
masyarakat.
(iii) Upaya menyediakan 
insentif untuk 
meningkatkan minat 
masyarakat
mengembangkan usaha 
pangan dilakukan
melalui: penyediaan 
prasarana transportasi, 
komunikasi, perdagangan 
(Pemda, Kimpraswil, 
Swasta); pelayanan
administrasi perizinan 
usaha produksi, industri, 
distribusi yang sederhana 
dan cepat (Pemda); 
pelayanankeuangan/per
modalan yang cepat dan 
murah (Pemda, Swasta).
(iv) Di sisi permintaan,
upaya menurunkan
konsumsi beras per 
kapita dapat dilakukan 
melalui penggalakan 
program diversifikasi 
pangan dengan 
pemanfaatan pangan 
sumber kalori, protein, 
vitamin dan mineral yang 
dapat diproduksi secara 
lokal. Beberapa upaya 
diantaranya adalah:
- Sosialisasi, pelatihan, 
dan pendidikan sejak 
usia sekolah, tentang 
pola makan dengan gizi 
seimbang dengan 
sumber-sumber pangan 
bervariasi; oleh lembaga￾lembaga pendidikan dan 
pelatihan daerah dengan 
dukungan dari pusat.
- Pengembangan teknologi 
pengolahan untuk 
meningkatkan daya tarik 
ekonomis dan fisik dari 
berbagai bahan pangan
lokal/tradisional non 
berasyang difasilitasi oleh 
unit Litbang Departemen 
Teknis, Deperindag, 
Perguruan Tinggi dan
Swasta.
- Pengembangan industri 
pengolahan dengan 
bahan-bahan pangan 
lokal oleh swasta yang 
difasilitasi oleh Pemda 
dan Deperindag. 
Teknik Budidaya Jagung
a. Botani Jagung
(Zea mays L.) merupakan salah 
satu tanaman pangan dunia 
yang terpenting, selain gandum
dan padi. Sebagai sumber 
karbohidrat utama di Amerika 
Tengah dan Selatan, jagung juga
menjadi alternatif sumber 
pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di 
Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga 
menggunakan jagung sebagai 
bahan makanan pokok. 
Tanaman ini mempunyai fungsi 
banyak yaitu: 
a. Sumber karbohidrat
b. Pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya),
c. Diambil minyaknya (dari 
biji)
d. Tepung (dari biji, dikenal 
dengan istilah tepung 
jagung atau maizena), 
e. Bahan baku industri (dari 
tepung biji dan tepung 
tongkolnya). Tongkol 
jagung kaya akan 
pentosa, yang dipakai 
sebagai bahan baku 
pembuatan furfural.
f. Bahan farmasi, jagung 
yang telah direkayasa 
genetika juga sekarang 
ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan bukti genetik, 
antropologi, dan arkeologi 
diketahui bahwa daerah asal 
jagung adalah Amerika Tengah 
(Meksiko bagian selatan). 
Budidaya jagung telah dilakukan 
di daerah ini 10.000 tahun yang 
lalu, kemudian teknologi ini 
dibawa ke Amerika Selatan 
(Ekuador) sekitar 7000 tahun 
yang lalu, dan mencapai daerah 
pegunungan di selatan Peru 
pada 4000 tahun yang lalu. 
Kajian filogenetik menunjukkan 
bahwa jagung (Zea mays ssp. 
mays) merupakan keturunan 
langsung dari teosinte (Zea
mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya,
yang berlangsung paling tidak 
7000 tahun oleh penduduk asli 
setempat, masuk gen-gen dari 
subspesies lain, terutama Zea
mays ssp. mexicana. Istilah 
teosinte sebenarnya digunakan 
untuk menggambarkan semua 
spesies dalam genus Zea,
kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan
jagung merupakan satu-satunya
spesies tumbuhan yang tidak 
dapat hidup secara liar di alam. 
Hingga kini dikenal 50.000 
varietas jagung, baik ras lokal 
maupun kultivar.
Jagung merupakan komoditas 
andalan yang dirasakan 
mempunyai keunggulan 
komparatif karena : 
Saat ini Indonesia masih 
mengimpor jagung dalam 
jumlah besar + 700.000
ton per tahun untuk 
keperluan industri pakan 
ternak.
- Peluang pakan ternak 
yang cukup besar di 
Kalimantan Barat dan 
saat ini Kalimantan Barat 
masih mendatangkan 
jagung dari Semarang
(Jawa Tengah) sebesar +
10.000 ton/tahun. 
- Ketersediaan Lahan 
untuk pengembangan 
jagung di Kalimantan 
Barat cukup besar yang 
didukung dengan 
ketersediaan teknologi 
dan SDM. Selain itu juga 
adanya serta sudah 
terbentuknya kemitraan 
dengan swasta yaitu di 
Sanggau Ledo (Kab. 
Bengkawang)
b Deskripsi
Jagung merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus 
hidupnya diselesaikan dalam 80-
150 hari. 
Paruh pertama dari siklus 
merupakan tahap pertumbuhan 
vegetatif dan paruh kedua untuk 
tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat 
bervariasi. Meskipun tanaman 
jagung umumnya berketinggian 
antara 1m sampai 3m, ada 
varietas yang dapat mencapai
tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa 
diukur dari permukaan tanah 
hingga ruas teratas sebelum 
bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan 
(seperti padi), pada umumnya
jagung tidak memiliki 
kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar 
serabut yang dapat mencapai 
kedalaman 8 m meskipun 
sebagian besar berada pada 
kisaran 2 m. 
Pada tanaman yang sudah 
cukup dewasa muncul akar 
adventif dari buku-buku batang 
bagian bawah yang membantu 
menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah 
terlihat, sebagaimana sorgum 
dan tebu, namun tidak seperti 
padi atau gandum. Terdapat 
mutan yang batangnya tidak 
tumbuh pesat sehingga tanaman 
berbentuk roset. 
Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang 
muncul dari buku. Batang jagung 
cukup kokoh namun tidak 
banyak mengandung lignin.
Gambar 57 Batang jagung
Daun jagung adalah daun
sempurna. Bentuknya 
memanjang. Antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu 
tulang daun. 
Permukaan daun ada yang licin 
dan ada yang berambut. 
Stomata pada daun jagung 
berbentuk halter, yang khas 
dimiliki familia Poaceae. Setiap 
stomata dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas. 
Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman 
menanggapi defisit air pada sel￾sel daun.
Gambar 58 daun jagung
Jagung memiliki bunga jantan 
dan bunga betina yang terpisah 
(diklin) dalam satu tanaman 
(monoecious).
Tiap kuntum bunga memiliki 
struktur khas bunga dari suku 
Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi 
oleh sepasang glumae (tunggal: 
gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian 
puncak tanaman, berupa 
karangan bunga (inflorescence). 
Serbuk sari berwarna kuning dan 
beraroma khas. 
Bunga betina tersusun dalam 
tongkol. Tongkol tumbuh dari 
buku, di antara batang dan 
pelepah daun. 
Pada umumnya, satu tanaman 
hanya dapat menghasilkan satu 
tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina. 
Gambar 59. Bunga jantan
Gambar 60 Bunga Betina
Gambar 61 Buah Jagung siap 
panen
Beberapa varietas unggul dapat 
menghasilkan lebih dari satu 
tongkol produktif, dan disebut 
sebagai varietas prolifik. Bunga 
jantan jagung cenderung siap 
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih 
dini daripada bunga betinanya 
(protandri).
c. Perbaikan teknologi 
produksi jagung
Untuk mengimbangi permintaan 
akan produksi jagung maka 
pemerintah menerapkan 
beberapa paket teknologi intuk 
meningkatkan peoduksi jagung. 
Dibawah ini diberikan 
merupakan alternatif pertanaman 
jagung pada lahan kering yang 
dikeluarkan Departemen 
Pertanian.
Urutan kerja pada teknologi 
budidaya ini adalah:
1. Pengolahan tanah 
sederhana atau tanpa 
olah tanah (TOT).
2. Varietas yang digunakan 
adalah bersari bebas 
(varietas Bisma) maupun
hibrida sebanyak 20 
kg/ha, yang telah 
diperlakukan ridomil, 
benih ditugal dengan 
jarak tanam 80 x 40 cm 
dengan 2 biji /lubang .
3. Pemupukan sesuai 
dengan rekomendasi 
setempat, yaitu seluruh 
pupuk SP-36, KCI dan
1/2 bagian Urea 
diberikan bersamaan 
tanam atau 7-10 hari
setelah tanam sebagai 
pupuk dasar, dengan 
cara ditugal 5 cm dari
lubang tanaman. 
4. Pupuk susulan '/2 bagian 
Urea diberikan pada 
umur tanaman 1 bulan 
setelah tanam, pupuk 
diberikan dengan cara 
tugal sedalam 5-10 cm 
ditutup kembali.
5. Penyiangan dilakukan 2 
kali yaitu umur 2 minggu 
dan 4 minggu setelah
tanam sekaligus 
membumbun.
6. Pengendalian hama 
penyakit dilakukan 
dengan menerapkan 
konsep pengendalian
hama terpadu (PHT).
7. Panen dan pasca 
panen, tanaman dipanen 
apabila klobot berwarna 
keputihan/coklat dan 
mengering dengan biji 
mengkilap dan kadar air 
25-30 %.
d.gejala kahat hara
Beberapa gejala gejala kahat 
satu atau lebih hara esensia
pada jagung
Petani jagung harus belajar 
mengenal gejala gejala kahat 
satu atau lebih hara esensial 
yang diperlukan untuk 
pertumbuhan tanaman yang 
sehat untuk memperoleh hasil 
yang menguntungkan.
Kita harus dapat menjadi dokter 
untuk tanaman jagungmu 
sendirl.
Melihat kebun secara teratur dan 
mengidentifikasi gejala dari 
suatu masalah merupakan aspek 
penting dari budidaya tanaman. 
Keuntungan optimum dari 
investasi untuk produksi 
tergantung dari suplai hara yang 
cukup selama pertumbuhan 
tanaman.
Gejala kahat hara yang timbul 
disebabkan karena 
kebutuhannya tidak terpenuhi. 
Hendaknya kebun dicek 
beberapa kali selama satu 
musim. Kahat hara yang dapat 
dideteksi dini dapat diatasi 
dengan pemupukan dalam alur 
di sisi tanaman. Andaikata tidak 
dapat diatasi dalam tahun ini, 
asal diketahui di mana masalah 
tersebut timbul, maka sudah 
merupakan informasi yang 
sangat berarti untuk 
perencanaan pemupukan pada 
musim berikutnya. 
Daun tanaman yang sehat harus 
berwarna hijau tua. Hal ini 
menunjukkan bahwa daun 
tersebut berkadar klorofil tinggi 
yang sangat dibutuhkan untuk 
menangkap sinar matahari untuk 
menghasilkan gula yang 
diperlukan untuk pertumbuhan 
dan perkembangan tanaman. 
Kahat nitrogen
Kahat nitrogen (N) tidak mudah 
dideteksi waktu tanaman masih 
muda. Namun bila berwarna 
hijau kekuningan, maka 
kemungkinan tanaman kahat N. 
Bila kahat N dapat dideteksi dini, 
pemberian pupuk N dalam alur di 
sisi tanaman dapat mengatasi 
masalah ini. 
Setelah tanaman kira-kira
setinggi lutut, tingkat 
pertumbuhan akan meningkat 
yang diikuti dengan kebutuhan N 
yang meningkat cepat. 
Kebutuhan 3, 4 kg N/ha/hari 
adalah umum dan kebutuhan ini 
meningkat dua kali lipat saat 
pertumbuhan maksimum. Bila N 
tidak tersedia dalam jumlah 
cukup, maka warna ujung daun 
tua akan berubah menjadi 
kuning dan warna ini akan 
berkembang sepanjang tulang 
daun utama. Karena N sifatnya 
mobil dalam tanaman, gejala 
kahat N ini berangsur-angsur
akan merambah ke daun-daun di 
atasnya. Daun tua kemudian 
akan mati. Uji N jaringan 
tanaman dapat dilakukan 
dengan menggunakan indikator 
kimia atau alat elektronik untuk 
membantu mengdiagnosis kahat 
N ini. Tanaman mati muda 
dengan tongkol yang kecil dan 
bijinya sedikit. 
Kahat fosfor
Kahat fosfor (P) umumnya sudah 
tampak waktu tanaman masih 
muda. Gejala awal dimulai 
dengan daun yang berwarna 
ungu-kemerahan. Tangkai yang 
lemah dan kecil tanpa tongkol 
atau tongkolnya kacil dan melilit -
juga merupakan indikasi kahat P. 
Suhu rendah dan udara kering 
atau sangat basah pada awal
pertumbuhan atau restriksi fisik 
untuk pertumbuhan akar dapat 
menyebabkan kahat P, 
meskipun P dalam tanah cukup. 
Kahat P juga menyebabkan 
panen terlambat. Serapan P 
yang banyak per hari saat 
pertumbuhan yang cepat 
menekankan pentingnya 
kesuburan tanah yang tinggi 
yang mampu menyuplai hara P 
yang cukup. 
Kahat kalium
Kahat kalium (K) dimulai dengan 
warna kuning atau kecoklatan 
sepanjang pinggir daun pada 
daun tua. Warna tersebut akan 
berkembang ke arah tulang daun 
utama dan pada daun-daun di 
atasnya. Gejala umum kahat K 
lainnya adalah warna coklat tua 
pada buku batang bagian dalam 
dan dapat diketahui dengan 
mengiris batang secara 
memanjang. Ukuran tongkol 
kadang-kadang tidak terlalu 
dipengaruhi seperti halnya pada 
kahat N dan P, tetapi biji-biji
jagung pada ujung tongkol tidak 
berkembang dan tongkol jagung 
banyak kelobotnya dengan biji 
sedikit sebagai akibat kahat K. 
Kalium juga merupakan faktor 
utama dalam efisiensi 
penggunaan air dan karena itu 
pengaruh kekeringan akan lebih 
nyata bila tanaman kahat K. Saat
kebutuhan maksimum 
menyebabkan serapan K lebih 
banyak daripada N. Hal ini 
menunjukkan pentingnya 
kesuburan tanah yang tinggi 
untuk mencapai produksi yang 
menguntungkan.
Kahat hara lainnya
Kecuali N, P dan K, kahat hara 
lainnya tidak sering dijumpai di
lapang, tetapi dapat merupakan 
pembatas penting produksi. 
Kahat belerang (S) tampak pada 
daun muda yang berwarna hijau 
muda dengan pertumbuhan yang 
terhambat. Sering dijumpai pada 
tanah berpasir atau tanah 
dengan kadar bahan organik 
rendah. Berbagai pupuk yang 
mengandung S dapat digunakan 
untuk mengatasi masalah ini. 
Kahat magnesium (Mg) 
menyebabkan timbulnya warna 
keputihan sepanjang kanan kiri 
tulang daun pada daun tua 
dengan warna merah keunguan 
sepanjang pinggir daun. Gejala 
ini dapat merupakan indikasi
bahwa tanahnya masam, 
terutama timbul pada tanaman 
muda dengan pengolahan tanah 
yang kurang intensif. Pemberian 
dolomit dapat mengatasi 
masalah kahat Mg ini pada 
tahun-tahun berikutnya. Bila pH 
tidak merupakan masalah, maka 
sumber Mg lainnya seperti 
Kalium-Magnesium-Sulfat dapat 
mengatasi kahat Mg ini. 
Daun pucuk yang mengering 
atau melilit merupakan indikasi 
kahat tembaga (Cu). Kahat seng 
(Zn) ditandai oleh garis-garis
klorotik yang paralel dengan 
tulang daun utama pada daun 
muda, ruas pendek dan tanaman
kerdil. Tanaman tanpa tongkol 
atau tongkolnya steril pada 
pertanaman dengan populasi 
tinggi yang mendapat pupuk 
cukup dapat disebabkan oleh 
kahat boron (B). 
Lahan masam mempengaruhi 
serapan berbagai hara dan 
dapat menyebabkan tanaman 
kahat hara, meskipun tanaman 
dipupuk cukup. Uji tanah perlu 
dilaksanakan secara teratur 
untuk mengidentifikasi masalah￾masalah yang berkaitan dengan 
pH dan memonitor kadar P dan 
K tanah. Uji nitrat pada profil 
tanah akan memberikan 
informasi yang baik untuk arahan 
pemupukan N di daerah di mana 
residu nitrat masih tersisa dari 
musim sebelumnya. Di daerah 
yang lebih
Gejala Daun
Daun sehat mengkilat dan 
berwama hijau tua bila tanaman 
mendapat suplai hara yang 
cukup.
Kahat FOSFOR daunnya
berwarna ungu-kemerahan,
terutama pada tanaman yang 
masih muda.
Kahat KALIUM ujung dan tepi 
daunnya berwarna kekuningan 
atau mengering.
Kahat NITROGEN dimulai
dengan wama kekuningan pada 
ujung daun dan berkembang 
sepanjang tulang daun utama.
Kahat MAGNESIUM
menyebabkan timbulnya garis￾garis keputihan sepanjang tulang
daun dan seringkali timbul warna 
ungu pada bagian bawah dari 
daun tua.
KEKERINGAN menyebabkan 
tanaman berwarna hijau￾keabuan; daun-daun
menggulung sebesar pensil.
PENYAKIT Helminthosporium 
dimulai dengan bercak kecil dan 
berangsur-angsur berkembang 
pada seluruh daun
Zat kimia kadang-kadang
menyebabkan
1. Batang sehat mempunyai
ukuran normal. Batang 
tersebut bila dipotong 
memanjang akan terlihat 
bagian dalam batang 
berwarna keputihan dan 
sehat.
2. Tanaman perlu dipupuk 
KALIUM apabila batang 
dipotong menunjukkan wama 
coklat pada bukunya. 
3. Kahat FOSFOR mempunyai 
batang yang lemah dan kecil, 
kadang-kadang tanaman 
tidak membentuk tongkol 
atau tongkolaya kecil. 
Perhatikan warna ungu pada 
daun tua. 
4. Tanaman jagung membentuk 
ANAKAN bila tanaman 
dipupuk terlalu banyak 
Nitrogen pada awal 
pertumbuhan.
5. Gejala serangan penyakit
pada batang juga 
menyebabkan timbulnya 
ikatan pembuluh yang 
berwarna kehitaman pada 
batang bagian atas dengan 
warna yang lebih gelap pada 
batang bagian bawah. Busuk 
pada batang bagian dalam 
menyebabkan tanaman 
cepat mati dan batangnya 
patah. Tongkolnya mengecil
Gambar 63. Beberapa gejala 
kerusakan pada batang jagung
Gejala pada akar
1. Akar yang banyak dan 
dalam dari tanaman 
menunjukkan tanaman 
sehat
2. FOSFOR pada awal 
pertumbuhan
menyebabkan
perkembangan akar tidak 
sempurna.
3. Cacing akar memakan
akar halus dan membuat
tanaman tidak tumbuh 
sempurna
4. Tanah masam
menyebabkan akar 
bagian bawah berubah 
warna dan busuk, 
terutama pada akar 
penunjang yang tumbuh 
pada buku ketiga dan 
keempat.
5. Kerusakan karena zat 
kimia menyebabkan akar 
tidak berkembang 
Ciri-ciri kerusakan akar tanaman
jagung seperti tersebut diatas 
dapat dilihat pada gambar 
berikut yang dimulai dari atas 
dan seterusnya
1
2
3
4
5
Gambar 64. Beberapa gejala 
kerusakan pada akar jagung
Gejala kekurangan, kelebihan 
ataupun penyakit juga dapat 
dlihat pada tongkol buah, seperti 
tertera diwah ini 
1.TONGKOL NORMAL yang
mendapat cukup pupuk dan 
berproduksi tinggi, beratnya 
sekitar 150-225 gram. Ujung 
kelobot fidak penuh berisi biji.
2.TONGKOL BESAR yang
beratnya lebih dari225gram 
dengan bijiyang memenuhi ujung
kelobot merupakan 
indikasibahwa populasi tanaman 
terlalu sedikit untuk mencapai 
produksiyang menguntungkan.
3.TONGKOL KECIL 
menunjukkan bahwa tanahnya 
kurang subur, populasi tanaman 
terlalu banyak atau ada masalah 
lainnya.
4.KAHAT KALIUM menyebabkan
ujung tongkol tidak berbiji penuh, 
bijinya jarang dan tidak 
sempurna.
5.KAHAT FOSFOR mengganggu
persarian dan pembentukan biji. 
Tongkolnya kecil, sering 
bengkok dengan pembentukan 
biji yang tidak sempuma.
RAMBUT HIJAU saat tongkol 
masak menunjukkan bahwa 
tanaman terlalu banyak dipupuk 
Nitrogen
UDARA KERING menyebabkan
pembentukan rambut yang 
lambat; persarian tidak 
sempuma pada saat 
pembentukan biji.
Gambar 65 Beberapa gejala 
kerusakan pada tongkol
Biji jagung kaya akan 
karbohidrat. Sebagian besar 
berada pada endospermium. 
Kandungan karbohidrat dapat 
mencapai 80% dari seluruh 
bahan kering biji. 
Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran 
amilosa dan amilopektin.
Pada jagung ketan, sebagian 
besar atau seluruh patinya 
merupakan amilopektin. 
Perbedaan ini tidak banyak 
berpengaruh pada kandungan 
gizi, tetapi lebih berarti dalam 
pengolahan sebagai bahan 
pangan
Jagung manis tidak mampu 
memproduksi pati sehingga 
bijinya terasa lebih manis ketika 
masih muda.
Secara rinci kandungan zat apa 
saja yang terdapat pada jagung 
adalah: gula, kalium, asam 
jagung dan minyak lemak. 
Utrennya (buah yang masih 
muda) banyak mengandung zat 
protein, lemak, kalsium, fosfor, 
besi, belerang, vitamin A, B1, 
B6, C dan K. 
Rambutnya mengandung minyak 
lemak, damar, gula, asam 
maisenat dan garam-garam
mineral.
Biji buah jagung biasanya di buat 
tepung jagung (maizena).
e. Manfaat dan kegunaan
Salah satu manfaat jagung 
adalah diuretik (memperlancar 
air seni) karena kandungan 
kaliumnya yang tinggi terutama 
pada rambut dan tongkol 
mudanya.
Selain itu, kandungan thiamin 
bisa mengeringkan luka seperti 
misalnya luka pada cacar air. 
Kandungan fosfornya baik untuk 
tulang dan gigi.
Kegunaan jagung adalah:
1. Melancarkan air seni 
2. Radang ginjal, batu ginjal
3. Hipertensi
4. Diabetes
5. Melancarkan ASI 
6. Rakhitis
7. Batu empedu
8. Cacar air 
9. Diare
10. Keguguran (rambut, daun
dan tongkol mudanya)
f. Teknik Budidaya Jagung 
Sukmaraga
Produksi jagung dewasa ini tidak 
dapat memenuhi kebutuhan 
dalam negeri sehingga 
diperlukan impor. 
Keadaan ini tidak dapat 
dibiarkan karena akan 
merugikan para peternak yang 
membutuhkan pakan, dimana 
jagung memegang peran 51 % 
sebagai bahan pokok 
pembuatan pakan.
Untuk mengatasi hal ini maka 
dicarilah varietas jagung yang
dapat berproduksi sampai 8,5 
ton/ha.
Oleh karena itu perlu suatu 
acuan teknologi budidaya jagung 
sukmaraga, sehingga petani 
yang mencoba dan 
mengembangkan jagung 
sukmaraga dapat berhasil sesuai 
potensial hasil dari jagung 
tersebut.
Diharapkan dengan berhasilnya 
petani menerapkan jagung 
sukmaraga, peningkatan 
produksi jagung dapat
meningkat. Mengingat jagung 
sukmaraga adalah jagung 
komposit dapat ditanam ulang 
sampai 3 (tiga) kali tanam tidak 
seperti jagung Hibrida hanya 1 
(satu) kali tanam sehingga harus
beli lagi, jadi cukup menghemat 
input sarana produksi.
1Penyiapan lahan
1. Tanah dibajak 15-20 cm, 
gemburkan dan ratakan, 
atau tanpa olah tanah bagi 
tanah gembur/ringan.
2. Bersih dari sisa-sia
tanaman dan tumbuhan 
pengganggu.
2. Penanaman
1. Buat lubang tanam
dengan tugal sedalam 5 
cm.
2. Jarak tanam 75 cm x 40 
cm (2 tanaman /rumpun), 
atau 75 cm x 20 cm 
(1tanaman /rumpun)
3. Masukkan benih dalam 
lubang tanam dan tutup 
dengan tanah atau pupuk 
kandang.
3 Pemupukan
1. Takaran pupuk: untuk 
yang telah dika\ji di
Lampung 350 kg urea/ha 
+ 150 kg SP 36/ha + 100 
kg KCL/ha.
2. Pupuk diberikan 2 kali, 
pertama 7-10 hst (200 
kg urea/ha + 150 kg SP 
36/ha +100 kg KCL/ha) 
kedua:30-35 hst(250 kg 
urea/ha).
3. Pupuk diberikan dalam 
lubang/ larikan + 10 cm
4. Disamping tanaman 
ditutup dengan tanah .
5.Penyiangan
1. Penyiangan pertama 
pada umur 15 hst.
2. Penyiangan kedua pada 
umur 28-30 hst, 
dilakukan sebelum 
pemupukan kedua.
6. Pengendalian hama penyakit 
Pengendalian penyakit bulai 
dapat dilakukan dengan: Benih 
jagung 1 kg dicampur 2 gr 
Ridomil atau Saromil yang 
dilarutkan dalam 7,5 –10 ml air. 
Sedangkan untuk pengendalian 
hama penggerek diberi 
insektisida Furadan 3G melalui 
pucuk tanaman (3-4 butir/ 
tanaman).
7. Pemberian air (khususnya
musim kemarau)
Pada saat sebelum tanam 15 
hari setelah tanam 30 hst , 45 
hst, dan 75 hst (6 kali 
pemberian).
Sumber air dapat dari irigasi 
permukaan atau tanah dangkal 
(sumur) pompa
8.Panen
Jagung siap dipanen jika klobot 
sudah mengering dan berwarna 
coklat muda, biji mengkilap, dan 
bila ditekan dengan kuku tidak 
membekas.
g.Beberapa kendala budidaya 
jagung hibrida 
Jagung adalah tanaman yang 
sangat akrab dengan petani. 
Komoditas ini merupakan salah 
satu bahan pangan andalan.
Beberapa daerah di Indonesia 
masyarakatnya menjadikan 
jagung sebagai bahan makanan 
pokok di samping beras dan 
umbi-umbian.
Tak heran, rencana 
mengembangkan jagung hibrida 
di Indonesia hingga mencapai 
produksi lima juta ton pada tahun
2010 merupakan peluang besar 
bagi petani untuk meningkatkan 
produksi dan pendapatan. 
Harus dicatat bahwa komoditas
jagung yang dihasilkan petani. 
selama ini bersumber dari benih 
lokal yang ditanam secara 
tradisional. Selain tingkat 
produktivitas yang rendah, 
jagung lokal itu tidak laku di 
pasaran dalam negeri sebagai 
bahan baku industri pakan. 
Kondisi sosial petani jagung juga 
merupakan tantangan tersendiri 
bagi usaha pengembangan 
jagung hibrida.
Sebagian besar petani, masih 
bergantung pada kemurahan
alam.
Belum akrab dengan teknologi, 
seperti penggunaan pupuk dan 
obat-obatan.
Padahal, tanpa perlakuan 
khusus, benih jagung hibrida 
tidak bakal mencapai tingkat 
produktivitas standar, yaitu 7 ton-
8 ton per hektar. 
Analisa biaya produksi jagung 
hibrida dicantumkan pada Tabel 
10.
Jagung juga mempunyai 
beberapa manfaat, dibawah ini 
adalah pohon industri dari pada 
jagung



Teknik Budidaya Kedelai
a. Botani
Kedudukan kedelai dalam 
sisitematika tumbuhan 
(taksonomi) diklasifikasikan 
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosa
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Glysin
Species : Glycine max (L) 
Merill.
Kedelai dikenal dengan 
beberapa nama lokal diantarnya 
adalah kedele, kacang jepung, 
kacang bulu, gedela dan 
demokam. Di jepang dikenal 
adanya kedelai rebus 
(edamame) atau kedelai manis, 
dan kedelai hitam (koramame) 
sedangkan nama umum di dunia 
disebut “soyabean”.
b. Morfologi
Susunan tubuh kedelai terdiri 
atas dua macam alat organ 
utama yaitu vegetatif dan 
generatif.
Organ vegetatif meliputi:
- akar
- batang
- daun
 Organ generatif meliputi:
- bunga
- buah
- biji
Struktur akar tanaman kedelai 
terdiri atas akar lembaga 
(radikula), akar tunggang (radix 
primaria), dan akar cabang (radix 
lateralis) berupa akar rambut.
Akar kedele memiliki 
kemampuan membentuk bitil 
akar (nodul). Bintil-bintil akar 
bentuknya bulat atau tidak 
beraturan yang merupakan 
koloni dari bakteri Rhizobium
japonicum. Bakteri ini 
bersimbiosis dengan nitrogen 
bebas dari udara.
Jumlah nitrogen yang dapat 
ditambat bakteri ini berkisar 40-
70% dari seluruh nitrogen yang 
dibutuhkan tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan 
bahwa tiap hektar lahan yang 
ditanaman kacang kedele dapat 
menghasilkan 198 kg bintil akar 
per tahun atau setara dengan 
440 kg pupuk urea.
Pada tanah yang belum atau 
telah lama tidak ditanami 
kacang-kacangan biasanya 
populasimikrobia penambat N 
sedikit.
Oleh karenanya tanah yang 
belum pernah ditanamami 
kacangan maka perlu 
dikembangkan teknik inokulasi 
rhizobium.
Kedele berbatang semak yang 
dapat mencapai ketinggian 
antara 30-100cm.
Batang beruas-ruas dan memiliki 
percabangan antara 3 -6
cabang.
Tipe pertumbuhan kedele 
dibedakan 3 macam, yaitu:
- tipe determinate
- Tipe semi determinate
- Tipe indeterminate
Tipe determinate, memiliki ciri 
antara lain:
- ujung batang tanaman 
hampir sama besarnya
- Pembungaan serentak
- Tinggi tanaman termasuk 
kategori pendek sampai 
sedang
- Daun paling atas 
ukurannya samabesar 
dengan daun bagian 
tengah
Tipe indeterminate, mempunyai 
ciri antara lain:
- ujung tanaman lebih kecil 
dari ujung tengah
- ruas batangnya panjang 
panjang, dan agak melilit 
- pembungaan berangsur￾angsur dimulai dari 
bawah
- pertumbuhan vegetatif 
terus menerus 
berlangsung
- Tinggi batang termasuk 
kategori sedang sampai 
tinggi
- Ukuran daun paling atas 
lebih kecil dibandingkan 
dengan daun bagian 
tengah
Tipe semi-determinate
mumpangai ciri antara dua tipe 
diaras.
Daun kedelai mempunyai ciri 
antara lain helai daun (lamina) 
oval dan tata letaknya pada 
tangkai daun bersifat majemuk 
berdaun tiga (trifoliatus).
Gambar 67 Daun kedele
Tanaman kedele memiliki bunga
sempurna (hermaphrodite), yakni 
pada tiap kuntum bunga terdapat 
alat kelamin betina (putik) dan 
alat kelamin jantan (benangsari). 
Mekarnya bunga berlangsung 
pada pukul 08.00-09.00 dan 
penyerbukannya bersifat 
menyerbuk sendiri. 
Kuntum bunga tersusun dalam 
rangkaian bunga, namun tidak 
semua bunga dapat menjadi 
polong (buah), sekitar 60% 
bunga rontiok sebelum 
membentuk polong.
Umur keluarnya bunga kedelai 
bergantung varietasnya. 
Tanaman ini menghendaki 
penyinaran pendek lebih kurang 
12 jam per hari.
Buah kedelai disebut polong
yang tersusun dalam rangkaian 
buah. Tiap plong berisi antara 1-
4 biji per polong. Jumlah polong 
per tanaman bergantung pada 
varietasnya. Kedelai yang 
ditanaman pada tanah subur 
pada umumnya dapat 
menghasilkan 100-
200polong/pohon.
Biji kedelai umunya berbentuk 
bulat, atau pipih sampai bulat 
lonjong, dengan warna bervariasi 
kuning, hijau, cokllat atau hitam.
c. Varietas
Varietas kedelai sudah ditanam 
di Indonesia pada mulanya 
berasal dari diantaranya jepang, 
Taiwan, Amerika Serikat, dan
sebagainya.
Kriteria varietas unggul kedelai 
adalah:
- Berproduksi tinggi
- Berumur pendek
- Tahan (resisten) 
terhadap penyakit 
berbahaya
- Mempunyai daya 
adaptasi luas terhadap 
berbagai keadaan 
lingkungan tumbuh.
d. Pedoman teknis 
d.1Syarat Tumbuh
d.1.1 Tanah
Tanaman kedele dapat 
tumbuh pada berbagai jenis 
tanah dengan drainase dan 
aerasi tanah yang cukup baik 
serta air yang cukup selama 
pertumbuhan tanaman. 
Tanaman kedele dapat 
tumbuh baik pada tanah 
alluvial, regosol, grumosol, 
latosol atau andosol. Pada 
tanah yang kurang subur 
(miskin unsur hara) dan jenis 
tanah podsolik merah-kuning,
perlu diberi pupuk organik 
dan pengapuran. 
d.1.2 Iklim
Kedele dapat tumbuh subur 
pada : curah hujan optimal 100-
200 mm/bulan. Temperatur 25-
27 derajat Celcius dengan
penyinaran penuh minimal 10 
jam/hari. Tinggi tempat dari 
permukaan laut 0-900 m, dengan 
ketinggian optimal sekitar 600 
m. Air . Curah hujan yang cukup 
selama pertumbuhan dan 
berkurang saat pembungaan dan 
menjelang pemasakan biji akan 
meningkatkan hasil kedele.
d.2.Teknik Budidaya
d.2.1 Persiapan lahan
Pengolahan lahan dimulai 
sebelum jatuhnya hujan. Tanah 
diolah dengan bajak dan 
garu/cangkul hingga gembur. 
Untuk pengaturan air hujan perlu 
dibuat saluran drainase pada 
setiap 4 m dan di sekeliling
petakan sedalam 30 cm dan 
lebar 25 cm. Kedele sangat 
terganggu pertumbuhannya bila 
air tergenang. 
Tanah bekas pertanaman padi 
tidak perlu diolah (tanpa olah 
tanah = TOT).
Jika digunakan lahan tegal 
lakukan pengolahan tanah 
secara intensif yakni dengan 2 
kali dibajak dan sekali diratakan.
Buat saluran dengan kedalaman 
25–30 cm dan lebar 30 cm 
setiap 3–4 m, yang berfungsi 
untuk mengurangi kelebihan air 
sekaligus sebagai saluran irigasi 
pada saat tidak ada hujan.
Gambar 68 Setelah penanaman
padi dapat dilakukan penanaman 
kedele
Perlakuan benih Untuk 
mencegah serangan hama lalat 
bibit, sebelum ditanam benih 
dicampur Marshall dengan dosis 
100 gram/5 kg benih. Benih 
dibasahi secukupnya lalu 
dibubuhi Marshall dan diaduk 
rata.
d.2.2Penanaman
Dianjurkan menggunakan benih 
bersertifikat dengan kebutuhan 
benih sekitar 40 kg/ha. 
Penanaman benih dengan cara 
ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm 
atau 40 x 15 cm sesuai 
kesuburan tanah, setiap lubang 
tanaman diisi 2 butir benih lalu 
ditutup dengan tanah tipis-tipis
Pengairan
Fase pertumbuhan tanaman 
yang sangat peka terhadap 
kekurangan air adalah awal 
pertumbuhan vegetatif (15–21
HST), saat berbunga (25–35
HST) dan saat pengisian polong 
(55–70 HST). Dengan demikian
pada fase-fase tersebut tanaman 
harus diairi apabila hujan sudah 
tidak turun lagi.
d.2.4 Pemupukan
Dianjurkan menggunakan pupuk 
Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl 
50 kg/ha atau sesuai anjuran 
setempat. Seluruh jenis pupuk 
diberikan pada waktu bersamaan 
yaitu saat pengolahan tanah 
terakhir. Mula-mula Urea dan 
TSP dicampur lalu disebar 
merata, disusul penyebaran KCl 
kemudian diratakan dengan 
penggaruan.
d.2.5 Penyulaman Benih
Benih yang tidak tumbuh segera 
disulam, sebaiknya memakai 
bibit dari varietas dan kelas yang 
sama. Penyulaman paling 
lambat pada saat tanaman 
berumur 1 minggu.
d.2.6 Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling 
sedikit dua kali, karena di lahan 
kering gulma tumbuh dengan 
subur pada musim penghujan. 
Penyiangan I pada saat tanaman 
berumur 2 minggu, 
menggunakan cangkul. 
Penyiangan II bila tanaman 
sudah berbunga (kurang lebih 
umur 7 minggu), menggunakan 
arit atau gulma dicabut dengan 
tangan.
d.2.7 Pengendalian hama
Tidak kurang dari 100 jenis 
serangga dapat menyerang 
kedele. Pengendalian di tingkat 
petani terutama di daerah sentra 
produksi sering menggunakan 
insektisida secara berlebihan 
tanpa memperdulikan populasi 
hama.
Hal ini selain menambah biaya 
juga merusak lingkungan dan 
menimbulkan kematian serangga 
berguna.
Untuk mengurangi frekuensi
pemberian insektisida adalah 
dengan aplikasi insektida 
berdasarkan pemantauan hama. 
Insektisida hanya akan 
digunakan bila kerusakan yang 
disebabkan oleh hama 
diperkirakan akan menimbulkan 
kerugian secara ekonomi, yaitu 
setelah tercapainya ambang 
kendali.
Pengendalian hama dilakukan 
berdasarkan pemantauan.
Pengendalian hama secara 
bercocok tanam (kultur teknis) 
dan pengendalian secara hayati 
(biologis) saat ini dilakukan untuk 
menekan pencemaran 
lingkungan.
Pengendalian secara kultur 
teknis antara lain:
- penggunaan mulsa 
jerami
- pengolahan tanah
- pergiliran tanaman dan 
tanam serentak dalam 
satu hamparan 
- penggunaan tanaman 
perangkap jagung dan 
kacang hijau.
Pengendalian secara biologis 
antara lain:
- penggunaan parasitoid 
Trichogrammatoidea
bactrae-bactrae
- penggunaan Nuclear 
Polyhidrosis Virus (NPV) 
untuk ulat grayak Spo￾doptera litura (SlNPV) 
dan untuk ulat buah 
Helicoverpa armigera 
(HaNPV)
- Penggunaan feromonoid 
seks yang mampu 
mengendalikan ulat 
grayak.
Beberapa jenis hama kedele 
adalah:
Lalat Kacang atau lalat bibit 
(Ophiomya phaseoli tryon).
Hama ini memiliki ciri-ciri:
- berukuran 1.5-2.0mm,
warna hitam mengkilat. 
Berkembang biak cepat 
satu ekor betina dapat 
menghasilkan telur 100-
300 butir selama perode 
dua minggu.
- Bentuk telur lalat kacang
adalah lonjong, panjang 
0.28-0.36 lebar 0.12-
0.20mm, berwarna putih 
mutiara. Telur menetas 
setelah umur 2-4 hari.
Gejala serangan
- Bercak-bercak tidak 
beraturan pada biji dan 
daun
- Lubang kecil bekas 
gigitan
Pengendalian
- Pergiliran tanaman
- Insektisida
Ulat Grayak
 (Spodotera litura F)
Ciri-ciri
- ngengat berwarna gelap 
dengan garis putih pada 
sayap depan
- larva yang masih kecil 
hidup berkelompok
- pembentukan pupa 
diatas permukaan tanah
- daur hidup 30-61 hari
Gejala serangan
Ulat ini merusak seluruh bagian
tanaman
Pengendalian
- rotasi tanaman dengan 
memutus siklus hidupnya
Ulat jengkal (chrysodeixis 
chalcites Esp)
Ciri biologi
- Imago serangga dewasa 
meletakkan telurnya di 
permukaan bawah daun
- Larva membentuk 
kepompong dan dalam 
anyaman daun, 
kemudian berubah 
menjadi pupa.
- Daur ( siklus hidup) hama 
ini berlangsung selama 
lebih kurang 30 hari.
Gejala serangan
- Hama ini bersifat 
pemangsa segala jenis 
tanaman (polifag)dan 
stadium yang 
membahayakan adalah 
larva.
- Larva menyerang seluruh 
bagian tanaman, 
terutama daun-daunnya
sehingga menjadi rusak 
tidak beraturan.
Pengendalian
- Pengendalian non 
kimiawi antara lain 
dengan pergiliran (rotasi) 
tanaman, mengatur 
waktu tanam secara 
serempak pada areal 
sehamparan,
pengumpulan larva untuk 
dimusnahkan.
- Penyemprotan insektisida 
selektif apabila populasi 
hama mencapai 85 ekor 
instar 1 atau 32 instar 2 
atau 17 ekor instar 3per 
12 tanaman. Jenis 
insektisida yang mangkus 
antara lain Dekasulfan 
350 EC, folimat 500 SL, 
Gusadrin 150 WSC, 
Hostathion 40 EC, atau 
Matador 25 EC sesuai 
konsentrasi yang 
dianjurkan.
Penggulung Daun 
(Lamprosema Indica F.)
Ciri Biologi
- Larva berwarna hijau 
terang dan hidup dalam 
gulungan daun muda.
- Pupa dibentuk dalam 
gulungan daun yang 
direkatkan satu sama lain 
dengan zat perekat dari 
hama tersebut.
Gejala serangan
Hama ini merusak kedele pada 
umur tanaman 3-6 minggu 
setelah tanam. Bagian daun 
digulung dan dimakan sampai 
tulang daunnya, sehingga daun 
rusak.
Pengendalian
- Pergiliran tanaman yang 
bukan sefamili ataupun 
dengan mengumpulkan
dan memusnahkannya
- Pengendalian kimiawi 
dengan insektisida 
selektif.
Ulat polong atau buah 
(Heliothis armigera Hbn)
Ciri biologi
- ngengat berwarna wawo 
matang kekuning￾kuningan
- telur kecil-kecil
- larva berwarna merah tua
- pupa dibentuk diatas 
tanah
- daur hidup 62 hari
Gejala serangan
- larva melubangi polong 
kedelai sehingga rusak
Pengendalian
- non kimiawi melalui 
pergiliran tanaman bukan 
sefamili, waktu ranam 
yang serentak, dan 
mekanis dengan cara 
mengumpulkan dan 
memusnahkannya
- kimiawi dengan 
insektisida misalnya 
durnban 20EC atu Dipel 
WP pada konsentrasi 
yang dianjurkan.
Penggerek polong 
(Etiella zinckenella treit)
Ciri biologi hama
- ngengat warna abu-abu
- sayap belakang ditutup 
sisik jarang warna agak 
cerah
- serangga betina mampu 
bertelur 73-300 butir
diletakkan pada kelopak 
bunga kedelai
- telur berwarna lonjong 
dengan ukuran panjang 
0.6mm.
- daur hidup hama 18-41
hari
Gejala serangan 
- larva menggerek polong 
dan tinggal di dalamnya 
- kerusakan pada bunga 
menyebabkan tanaman 
tidak membentuk polong.
Penyakit
Penyakit utama pada kedelai 
adalah karat daun Phakopsora
pachyrhizi, busuk batang, dan 
akar Schlerotium rolfsii dan 
berbagai penyakit yang 
disebabkan virus.
Pengendalian penyakit karat 
daun dengan fungisida 
Mancozeb
Penyakit busuk batang dan akar 
dikendalikan menggunakan 
jamur antagonis Thrichoderma 
harzianum.
Pengendalian virus dilakukan 
dengan mengendalikan 
vektornya yaitu serangga hama 
kutu dengan insektisida Decis. 
Waktu pengendalian adalah 
pada saat tanaman berumur 40, 
50 dan 60 hari.
d.2.8.Panen
Kedele harus dipanen pada 
tingkat kemasakan biji yang
tepat.
Panen terlalu awal 
menyebabkan banyak biji 
keriput, panen terlalu akhir 
menyebabkan kehilangan hasil 
karena biji rontok. 
Ciri-ciri tanaman kedele siap 
panen adalah : - Daun telah menguning 
dan mudah rontok 
- Polong biji mengering
dan berwarna kecoklatan
Panen yang benar dilakukan 
dengan cara menyabit batang 
dengan menggunakan sabit 
tajam dan tidak dianjurkan 
dengan mencabut batang 
bersama akar. 
Cara ini selain mengurangi 
kesuburan tanah juga tanah 
yang terbawa akan dapat 
mengotori biji
Hortikultura berasal dari
Bahasa Latin yang terdiri dari 
dua patah kata yaitu hortus
(kebun) dan culture (bercocok 
tanam).
Makna hortikultura dalam Buku 
Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah seluk beluk
kegiatan atau seni bercocok
tanam sayur-sayuran, buah￾buahan atau tanaman hias.
Ilmu pengetahuan modern
membagi hortikultura atas 3
bagian yaitu:
- Sayur-sayuran
- Buah-buahan
- Hias.
Ilmu hortikultura berhubungan
erat dengan ilmu pengetahuan 
lainnya, seperti teknik budidaya 
tanaman, mekanisasi, tanah
dan pemupukan, ilmu cuaca,
dan sebagainya. 
Budidaya hortikultura pada
umumnya diusahakan lebih
intensif dibandingkan dengan
budidaya tanaman lainnya.
Hasil yang diperoleh dari
budidaya holtikultura ini per
unit areanya juga biasanya
lebih tinggi. 
 Hortikultura dapat
dikelompokkan atas 4 kategori 
yaitu:
- Tanaman Buah-buahan,
kelompok tanaman ini
memiliki
keanekaragaman
morfologi, seperti ada
yang berbentuk pohon
(misalnya rambutan,
mangga, durian, jeruk,
dan sebagainya),
bentuk semak
(markisa).
- Tanaman sayuran,
tanaman ini merupakan
tanaman hortikultura
yang utama. Beberapa
jenis sayuran ada yang 
berasal dari buah
(tomat), daun (bayam),
akar (wortel), biji
(buncis), bunga
(kembang kol) dan
sebagainya. Berbeda
dengan tanaman buah￾buahan, sayuran
memiliki umur yang
relatif singkat.
Tanaman ini umumnya
dikonsumsi dalam
bentuk segar, oleh
karenanya proses
penanganannya lebih
spesifik dibandingkan
dengan hortikultura
lainnya.
- Tanaman Hias, manfaat
dari tanaman hias ini
adalah meningkatkan
aestetika lingkungan.
Budidaya tanaman ini
dapat dilakukan pada
ruang terbuka maupun
didalam ruangan. 
- Lanskap arsitektur, lans
kap menggunakan
tanaman tertentu yang
dipadukan dengan
elemen-elemen lainnya
untuk menghasilkan
pemandangan yang
indah. Aspek utama
dalam lanskap
arsitektur ini adalah
penutupan permukaan
tanah yang umumnya
diwakili dengan rumput. 
Lanskap arsitektur
sedemikian pentingnya
karena dapat
memuaskan masyarkat
yang melihatnya dan
berpengaruh terhadap
efek fisiologis manusia. 
Perkembangan dari
cabang hortikultura ini
demikian pesatnya
karena sangat
dibutuhkan dalam
pembangunan
supermal, taman
bermain, parkir, dan
sebagainya.
9.3. Fungsi Hortikultura
Hortikurtura mempunyai
beberapa fungsi yakni: 
- Sumber bahan
makanan
- Hiasan/keindahan
- Pekerjaan
Berikut ini digambarkan
piramida kebutuhan bahan
makanan manusia. Kebutuhan
terbesar terdapat pada serealia 
dan kebutuhan terkecil terdapat 
pada lemak dan gula. 
Gambar 71. Piramida makanan
9.4. Pengendalian lingkungan 
untuk tanaman hortikultura
Tujuan dari memodifikasi
lingkungan tumbuh tanaman
hortikultura adalah untuk
memberikan lingkungan
tumbuh yang sesuai dengan
keinginannya.
Tanaman hortikultura seperti
layaknya makhluk hidup
lainnya membutuhkan faktor
lingkungan yang sesuai untuk 
pertumbuhannya.
Beberapa jenis tanaman
mampu atau mudah
beradaptasi dengan lingkungan 
tumbuhnya, akan tetapi
sebagian ada yang tidak
mampu sehingga
membutuhkan modifikasi
lingkungan pertanamannya.
Untuk daerah tropis, yang
tersedia cukup matahari,
budidaya hortikutura dapat
dilakukan sepanjang tahun,
berbeda dengan daerah sub
tropis yang membutuhkan
kontrol lingkungan tumbuh
tertentu jika ingin tetap
melakukan budidaya pada
musim dingin. 
Untuk tujuan tertentu juga kita 
mengharuskan menggunakan
kondisi lingkungan terkontrol,
misalnya untuk mendapatkan
bunga jenis tertentu yang
berkualitas tinggi diluar musim 
harus ditanam pada kondisi ini.
Kondisi lingkungan yang
terkontrol tersebut dapat
berupa bangunan :
Rumah plastik (dapat
berupa plastik film,
polyetilen, polivinil
flourida, fiberglass.
Bangunan ini 30% lebih 
murah dibandinngkan
dengan bangunan
rumah kaca. Saat ini
beberapa pengusaha
menggunakan ini untuk 
tanaman ortikulturanya
karena lebih murah.
Hanya kelemahannya
bahan bangunannannya 
lebih bagus digunakan
pada daerah bersuhu
rendah, pada daerah
panas dengan curah
hujan tinggi plastik ini
mudah rusak.
Gambar 73. Rumah plastik
- Pelindung dingin (Cold
frames ). Bangunan ini 
digunakan untuk
pembibitan untuk
memberikan suhu yang 
sesuai dengan jenis
tanamannya. Umumnya 
digunakan untuk
melindungi bibit
hortikultura dari suhu
rendah
Paranet, beberapa jenis 
hortikultura sangat
disukai serangga, oleh
karenanya paranet ini
dibuat, untuk
melindungi tanaman
dari serangannya. 
- Rumah kasa
Gambar 75. Rumah kasa
9.5.Perbanyakan tanaman
hortikultura
Perbanyakan tanaman
hortikultura dibagi atas dua
yaitu perbanyakan vegetatif
dan generatif.
Perbanyakan generatif adalah 
perbanyakan yang
menggunakan biji sebagai
calon individu baru.
Biji merupakan hasil dari
petemuan dari sel kelamin
betina dan sel kelamin jantan, 
terbentuk zygot yang kemudian 
berkembang menjadi buah. 
Biji tanaman hortikultura
memiliki berbagai bentuk dan 
ukuran. Ada yang berbiji besar 
seperti pada spesies kacang￾kacangan ada juga yang bijinya 

kecil seperti pada spesies
serealia.
Baik tidaknya sumber tanaman 
yang berasal dari biji sangat
tergantung pada sifat genetik
dari kedua induknya (induk
jantan dan betina).
Awal terbentuknya biji dimulai 
dari fertilisasi yang merupakan 
gabungan antara gamet betina 
dan jantan, yang terjadi setelah 
penyerbukan.
Tahap berikutnya sesudah
fertilisasi adalah
perkembangan ovul menjadi
biji. Untuk meningkatkan mutu 
produk hortikultura pemuliaan
tanaman melakukan
persilangan, untuk
menghasilkan benih unggul.
Kriteria keunggulannya juga
berbeda-beda, ada varietas
yang tahan terhadap penyakit, 
cekaman abiotik, keindahan
warna bunga, dan sebagainya 
tergantung pada permintaan
pasar. Sebelum benih hasil
pemulia ini dilepas ke
masyarakat, maka harus
terlebih dahulu dilakukan
sertifikasi.
Pengelompokan benih
Berdasarkan tahapan
sertifikasinya, maka benih
dikelompokkan atas: 
- Breeder seed, adalah
benih yang dihasilkan
oleh pemulia, yang
belum dilakukan
pengujian lebih lanjut.
- Foundation seed,
setelah dilakukan
pengujian terhadap
kemurnian genetiknya
dan identitasnya benih
ini dimasukkan ke
kategori benih dasar
- Registered seed,
proses pendaftaran
untuk benih sertifikasi.
- Certified seed, benih
yang sudah brsertifikasi.
Pengujian Kualitas Benih
Pengujian kualitas benih untuk 
mengetahui viabilitasnya, dapat 
dilakukan pengujian benih
yaitu:
- Tes perkecambahan
benih adalah tahapan 
pengujian yang melihat
berapa besar
persentase kecambah
dari suatu jenis benih.
Pengujian ini dapat
dilakukan pada bak
pasir, kecambah atau
menggunakan kertas
merang.
- Uji dingin, uji ini
memperlakukan benih
dengan perlakuan
temperatur rendah
sekitar 100
C, sebelum 
dikecambahkan pada
kondisi suhu normal.
Hasil uji ini akan
menunjukkan benih￾Benih yang mampu
beradaptasi pada suhu 
rendah.
Tes tetrazolium, benih
diuji dengan
menggunakan zat
kimiatetrazolium klorida. 
Kemampuan benih
berkecambah setelah
dilakukan perendaman
dengan tetrazolium
menunjukkan
kemampuan benih
tersebut untuk tetap
berrespirasi. Uji ini
hanya memperlihatkan
kemampuan benih
berrepirasi tidak
memperlihatkan
kemampuan
berkecambah.
- Tes kemurnian benih,
melalui uji kemurnian
benih secara mekanis
dapat diketauhi dengan 
melihat berapa
persentase kehadiran
benih lainnya
dibandingkan dengan
benih tanaman utama. 
Pemecahan dormansi benih 
Dormansi artinya terhambatnya 
pertumbuhan (perkembangan)
untuk sementara meskipun
keadaan lingkungannya
sebenarnya bersifat
menunjang.
Beberapa benih tanaman
hortikultura tidak akan
berkecambah pada kondisi
normal. Benih seperti ini
memerlukan penanganan
khusus.
Beberpa perlakuan yang
dilakukan untuk memecah
dormansi adalah:
- Fisik (mekanis, suhu,
cahaya). Perlakuan
mekanis dilakuan pada 
biji yang kulitnya keras 
maka dilakukan
skarifikasi. Proses
pengikisan dapat
dilakuan dengan
memasukkan biji ke
dalam drum dicampur
pasir kemudia diputar.
Perlakuan skarifikasi
pada biji harus
dilakukan secara hati￾hati karena terlalu keras
akan merusak embrio
biji. Perlakuan suhu
tinggi juga dapat
membantu memecah
dormansi, pans yang
ditimbulkannya akan
menyebabkan retaknya
kulit sehingga air dapat 
masuk dan benih dapat 
berkecambah. Benih
selada (Lactuca sativa)
membutuhkan
perlakuan cahaya
(sekitar 660 nanometer) 
agar dapat
berkecambah.
- Bahan kimia (perlakuan 
asam, pencucian
dengan air,
perendaman). Kulit biji
yang keras dapat diberi 
perlakuan asam sulfat
selama beberapa menit 
untuk melunakkan kulit 
bijinya. Pencucian
dengan air juga dapat
dilakukan pada kulit biji
yang mengandung
senyawa kimia,
Pencucian ini akan
menyebabkan
terjadinya proses
hidrolisa dan zat kimia
yang dikandung kulit
akan terurai dan biji
dapat berkecambah.
Perendaman dalam
larutan etil alkohol atau 
kalium florida juga
dapat membantu
memecah dormansi.
Perendaman dengan
larutan ini juga akan
menghasilkan
perkecambahan yang
serentak.
Beberapa faktor lingkungan
yang harus diperhatikan
selama proses perkecambahan 
adalah:
- kelembababan udara
- Suhu udara
- Cahaya matahari
- Komposisi udara
- Bebas hama dan
penyakit
Perbanyakan generatif
Persemaian
Perkecambahan adalah proses 
yang merupakan gabungan
proses respirasi dan kerja
hormon. Proses metabolisma 
ini didukung oleh energi yang 
berasal dari embrio. Cadangan 
makanan seperti protein,
lemak dan minyak di
metabolisma pada proses
respirasi dan menghasilkan
energi.
Aktivitas persemaian ini
membutuhkan penanganan
yang kelak akan menentukan 
hasil budidaya tanamannya.
Tempat persemaian dapat
menggunakan beberapa
alternatif bergantung pada jenis 
yang akan dibibitkan. 
Metoda persemaian dapat
dilakukan di lapangan terbuka 
atau pada bak kecambah,
ataupun pot.



Teknik persemaian
Persemaian untuk benih- benih 
yang berbiji besar dapat
dilakukan dengan menanam
langsung, akan tetapi untuk
benih yang kecil dapat dibantu 
dengan mencampur terlebih
dahulu dengan pasir dan
meletakkannya pada kertas lalu 
ditaburkan pada jalur yang
sudah ditentukan dalam bak
kecambah.
Pindah tanam
Pindah tanaman dilakukan
yang disesuaikan dengan umur 
masing-masing jenis tanaman, 
beberapa jenis tanaman ada
yang cepat akan tetapi ada
juga yang lambat. 
Kriteria tanaman dapat
dilakukan pindah tanaman jika 
tanaman muda tersebut telah 
memiliki dua daun yang telah
membuka sempurna
sempurna.
Jika tanaman berasal dari
pembibitan maka tanaman
muda dapat dicongkel dengan 
menggunakan alat secara hati￾hati, kemudian memisahkannya 
satu per satu lalu ditanam,
seperti Gambar 84 dibawah ini
Alternatif lainnya adalah
dengan mencabut bibit,
pegang tangkai daun dengan
batangnya sekaligus dan tarik 
hati-hati keatas, seperti
Gambar berikut.
Gambar 85 Teknik mencabut
bibit dari pot
Perbanyakan vegetatif
Perbanyakan cara ini adalah
perbanyakan yang
menggunakan material
tanaman selain biji.
Perbanyakan secara vegetatif
ini adalah cara perbanyakan
tanaman yang terjadi tanpa
melalui perkawinan.
Perbanyakan ini hanya
melibatkan satu induk saja,
calon individu baru (keturunan) 
berasal dari bagian tubuh
induknya. Karena hanya
melibatkan satu induk, maka
makhluk hidup baru memiliki
sifat