• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label Cabai merah 3. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Cabai merah 3. Tampilkan semua postingan

Cabai merah 3

 



Dalam rangka menghadapi persaingan pasar bebas, usaha 

budidaya dituntut untuk senantiasa menerapkan standar mutu 

dalam setiap tahapan proses produksi agar mampu menghasilkan 

produk yang bermutu dan aman konsumsi. Salah satu upaya yang 

dapat dilakukan yaitu  melalui penerapan Standar Operasional 

Prosedur (SOP) budidaya yang berdasar atas norma budidaya 

yang baik (Good Agriculture Practices/GAP). SOP perlu disusun 

untuk setiap sentra produksi dan bersifat spesifik lokasi.  

 

Untuk memudahkan petugas pembina di daerah sentra produksi 

cabe merah, perlu disusun buku SOP yang akan dijadikan acuan 

dalam penyusunan SOP spesifik lokasi. Sebagai langkah awal 

telah dilakukan penyususnan buku SOP budidaya cabe merah 

yang didasarkan atas pengalaman petani cabe merah di 

Kabupaten Ciamis. Selain itu juga dilengkapi dengan rekomendasi 

sesuai hasil penelitian dan kajian dari BALITSA, BPTP Jawa Barat 

dan BPTPH Provinsi Jawa Barat. 

 

Lokasi usaha budidaya cabe merah yang digunakan sebagai dasar 

penyusunan SOP yaitu  pelaku usaha tani yang ada di Kabupaten 

Ciamis Provinsi Jawa Barat. Dalam kesempatan ini kami 


Cabe Merah (Capsicum annum L.) yaitu  tanaman perdu dengan 

rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Agar 

dapat berhasil dengan baik budidaya cabe merah diupayakan 

untuk memenuhi persyaratan teknis optimal sehingga dapat 

diproduksi secara teratur  sepanjang tahun dengan produksi dan 

mutu yang optimal. Sebagai tanaman semusim yang diperlukan 

setiap hari, budidaya cabe merah perlu dilakukan secara teratur 

dengan areal tanam yang relatif tetap sepanjang tahun. 

 

Di negara kita  tanaman cabe merah mempunyai daya adaptasi yang 

cukup luas. Oleh sebab  itu tanaman ini umumnya dapat 

dibudidayakan hampir di seluruh wilayah negara kita , baik di 

dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai ketinggian   

1400 m dpl. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabe 

merah yaitu  25–27°C pada siang hari dan 18°– 20°C pada malam 

hari. Pembungaan tanaman cabe merah tidak banyak dipengaruhi 

oleh panjang hari. Curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah 

kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabe merah. Curah 

hujan yang baik untuk pertumbuhan cabe merah yaitu  sekitar 

600 – 1200 mm per tahun. Tanaman Cabe merah dapat tumbuh 

pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanah cukup 

baik dan air tersedia  selama pertumbuhan dan perkembangan 

tanaman. Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai yaitu  6 -7. 

 

Untuk menghindari timbulnya berbagai masalah dalam budidaya 

cabe merah, terutama terhadap keamanan produk dan lingkungan 

perlu dilakukan usaha budidaya cabe merah secara benar. Dengan 

upaya-upaya yang dilakukan secara benar ini diharapkan usaha 

budidaya cabe merah dapat dilakukan secara berkelanjutan dan 

produknya aman untuk dikonsumsi. Salah satu usaha yang dapat 

dilakukan yaitu  dengan membuat suatu standar/acuan, yaitu 

 

Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan dalam 

pelaksanaan kegiatan produksi cabe merah. Standar Operasional 

Prosedur (SOP) memuat alur proses budidaya dari on-farm 

sampai penanganan pasca-panen sesuai dengan GAP (Good 

Agriculture Practices) yang dianjurkan. 

 

II. TARGET 

 

Target yang akan dicapai dalam penerapan Standar Operasional 

Prosedur (SOP) budidaya cabai ini yaitu  tercapainya 

produksi/hasil optimal, mutu produksi sesuai standar yang telah 

ditetapkan (SNI 01-4480-1998) dan meningkatnya penggunaan 

produksi cabe merah untuk industri sehingga impor dapat 

ditekan. 

a. Target produksi yang akan dicapai untuk cabe merah yaitu    

15 - 20 ton/ha. 

b. Dengan   penerapan SOP ini diharapkan akan diperoleh mutu 

buah cabe sbb:  

 Ukuran buah yang dihasilkan seragam tergantung 

permintaan pasar. 

 Keseragaman bentuk : 98 normal (mutu 1), 96 normal (mutu 

2) dan 95 normal (mutu 3). 

 Keseragaman ukuran panjang buah : 12-14 (mutu 1), 9 – 11 

(mutu 2) dan < 9 (mutu 3). 

 Keseragaman ukuran garis tengah pangkal : 1,5 – 1,7 (mutu 

1), 1,3 < 1,5 (mutu 2) dan < 1,3 (mutu 3). 

 Kadar kotoran 1% (mutu 1), 2% (mutu 2) dan 5% (mutu 3). 

 Tingkat kerusakan dan busuk : 0% (mutu 1), 1% (mutu 2) 

dan 2% (mutu 3). 

 Buah  aman untuk dikonsumsi. 

 

  

 

 

III. KEGIATAN 

   

Untuk peningkatan produksi dan mutu cabe merah yang 

dibudidayakan, diperlukan manajemen khusus budidaya yang  

meliputi perbaikan manajemen serta aplikasi budidaya dari pra-

panen sampai dengan pasca panen. Aplikasi budidaya pra-panen 

dengan sistem konvensional saat ini sudah banyak ditinggalkan 

dan beralih ke sistem yang lebih maju, misalnya penanaman 

dengan memakai  mulsa plastik hitam perak. 

 

Tanaman cabe merah dapat beradaptasi luas mulai dari dataran 

rendah sampai ke dataran tinggi tergantung dari varietas yang 

digunakan. Untuk memperoleh hasil buah yang optimal, selain 

dengan memakai  varietas yang tahan terhadap OPT juga 

perlu diperhatikan teknologi budidaya yang tepat.  

 

Kegiatan budidaya yang dinilai berkaitan erat dengan tujuan dan 

target yang ditetapkan, terutama pada tahap persemaian, 

pengolahan tanah dan pemeliharaan, seperti 

perempelan/perompesan , pemupukan, pengairan, pengendalian 

OPT, panen dan penanganan pasca panen.  

 

Dalam hal penyediaan benih, harus memakai  benih bermutu 

dan varietas yang dianjurkan. Varietas cabe yang telah dilepas 

oleh Menteri Pertanian dari tahun 1994-2010 sebanyak 77 varietas, 

dan varietas tersebut merupakan varietas yang dianjurkan untuk 

dibudidayakan. Varietas cabe yang telah dilepas dapat dilihat 

pada lampiran. 

 

 

 

 

 

 

 

 

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) 

 

Standar 

Operasional 

Prosedur  

 

Penyediaan 

Benih 

Nomor 

SOP Cabe I 

Tanggal 

 Dibuat 

1 Desember 2014 

Halaman 

4-10 

 Revisi ke 2 

   

 

I.  Penyediaan Benih 

 

A. Definisi : 

Penyediaan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan 

benih cabe merah bermutu dari varietas yang dianjurkan dalam 

jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat.  

B. Tujuan : 

a. Menyediakan benih bermutu yang dianjurkan sesuai dengan    

kebutuhan dalam jumlah dan waktu yang tepat. 

b. Menjamin benih yang digunakan tersebut murni secara 

genetik, sehat, daya tumbuh baik dan mempunyai daya 

adaptasi yang baik di wilayah yang akan ditanami. 

C. Validasi/Referensi  

a. Pedoman Umum Budidaya Cabe Merah (Direktorat Tanaman 

Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

b. Produksi Benih Cabai ( Yenni K dan Agus Muharam.  Balai 

Penelitian Sayuran, 2005). 

c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian Sayuran,  

2005). 

d. Pengalaman  Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. ) 

Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis. 

D. Bahan dan Alat : 

a. Benih 

 

b. Tanah 

c. Pupuk kandang matang  (Kompos) 

d. Polybag semai/baki persemaian 

e. Bambu 

f. Plastik transparan/screen 

g. Pestisida 

h. Pupuk daun/POC 

i. Pisau/gunting 

j. Gembor/Emrat 

k. Handsprayer 

E. Fungsi Bahan dan Alat : 

a. Benih digunakan sebagai bahan tanaman. 

b. Tanah digunakan sebagai media tanam/semai. 

c. Pupuk kandang/kompos digunakan untuk menambah 

bahan organik dan memperbaiki sifat fisik tanah (tekstur 

dan struktur tanah). 

d. Polybag untuk wadah media semai. 

e. Bambu untuk membuat naungan tempat pembenihan. 

f. Plastik transparan digunakan untuk menaungi 

persemaian. 

g. Pestisida untuk mengendalikan serangan OPT. 

h. Pupuk daun/POC untuk menambah unsur hara melalui 

daun maupun tanah. 

i. Pisau/gunting untuk memotong polybag. 

j. Gembor/emrat untuk menyiram tanaman. 

k. Handsprayer untuk menyemprot OPT dengan pestisida. 

F. Prosedur Pelaksanaan : 

1. Pemilihan benih 

a. Varietas yang digunakan yaitu  varietas yang dianjurkan  

dan sudah didaftarkan ke Kementerian Pertanian dan 

tersedia dipasaran. 

 

b. Benih yang dipilih merupakan benih yang bermutu tinggi 

(berdaya kecambah di atas 80%, mempunyai vigor yang baik, 

murni, bersih dan sehat). 

c. Memiliki nilai komersial. 

d. Memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan agroklimat 

setempat. 

e. Jaminan mutu dan produk (label/sertifikat) harus dicatat dan 

disimpan. 

f. Benih tidak kadaluarsa. 

 

2. Persemaian 

a. Media tanam 

Media tanam yang digunakan yaitu  campuran dari tanah 

dan pupuk kompos dengan perbandingan 1 : 1 dan steril. 

Campuran media dimasukkan dalam polybag/baki 

persemaian. 

b. Pelaksanaan Penyemaian benih di polybag semai 

- Untuk satu hektar lahan dibutuhkan benih cabai antara 

200-250 g, hal ini tergantung daya tumbuhnya. 

- Benih cabe direndam dalam air hangat (45° - 50° C) selama 

1 jam atau benih direndam dengan larutan natrium posfat 

10% (Na3PO4) selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk 

mengurangi kontaminasi patogen di dalam biji. 

- Media tanam yang digunakan untuk persemaian yaitu  

campuran tanah dan kompos,  yang dimasukan ke dalam 

polybag semai/baki semai. 

- Lebar bedengan persemaian  1 – 1,2 m dengan panjang 

disesuaikan dengan kondisi  lahan. 

- Bedengan diberi naungan atau atap plastik transparan 

yang menghadap timur. 

- Biji cabe langsung dimasukkan dalam polybag semai/baki 

semai, lalu ditutup dengan lapisan tanah halus. 

10 

 

- Apabila tidak pakai polybag semai, setelah bibit tumbuh 2-

3 daun bibit dikepal dengan tanah (Jendilan) dan 

selanjutnya dipindahkan ke bedengan persemaian, 

disusun sesuai ukuran persemaian. 

- Tempat persemaian itu sendiri bisa terbuat dari bambu 

dengan atap plastik. Lebar 1,2 m, tinggi bagian depan 1,5 

m dan bagian belakang 1 m, sedangkan panjang sesuai 

dengan keperluan. Di dalam tempat persemaian dibuat 

bangku dari bambu yang digunakan untuk meletakkan 

persemaian. 

- Bedengan persemaian sangat dianjurkan ditutup rapat 

dengan kain kasa untuk mencegah kutu daun dan kutu 

kebul (sebagai vektor virus) masuk ke persemaian cabai. 

Penutupan dengan kain kasa dilakukan sejak benih cabai 

disebarkan di persemaian 

- Selama persemaian dilakukan penyiraman, penyiangan, 

penyemprotan pupuk daun/POC dan pengendalian OPT, 

disesuaikan dengan kebutuhan. 

- Benih siap dipindahkan ke lapangan setelah berumur 3-4 

minggu setelah semai atau sudah mempunyai 4-6 helai 

daun dengan tinggi antara 5-10 cm. 

- Penanaman benih di lahan/lapangan sebaiknya dilakukan 

pagi atau sore hari pada bedengan yang sehari sebelumnya 

telah disiram. 

G. Sasaran 

a. Terpilihnya benih varietas unggul. 

b. Tersedianya benih yang mempunyai tingkat kemurnian, 

daya tumbuh yang tinggi dan sehat (tidak membawa dan 

atau menularkan OPT). 

 

 

 

II. Persiapan Lahan 

 

A. Definisi : 

Kegiatan persiapan lahan yaitu  kegiatan mempersiapkan 

lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, meliputi 

kegiatan  persiapan/pengolahan lahan, pemupukan dasar dan 

pemasangan mulsa plastik. 

 

B. Tujuan : 

Mempersiapkan lahan dengan sebaik-baiknya agar 

pertumbuhan tanaman optimal.  

 

C. Validasi  

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah ( Direktorat 

Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya 

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005). 

c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian Tanaman 

Sayuran, 2005). 

d. Pengalaman  Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. ) 

Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten 

Ciamis. 

 

D. Bahan dan Alat  

a. Bambu/golok/pisau/palu besar 

b. Kertas/alat tulis/penggaris 

14 

 

c. Cangkul/sekop/garpu 

d. Mulsa plastik 

e. Pelubang mulsa plastik  

f. Tali rafia/tambang plastik 

g. Pupuk kompos 

h. Dolomit/kapur pertanian 

i. Pupuk anorganik (NPK, Urea, ZA, SP-36 dan KCl) 

j. Benih/bibit cabai 

E. Fungsi Bahan dan Alat : 

a. Bambu/golok/pisau/palu besar, digunakan sebagai bahan 

dan alat membuat ajir, patok dan pasak penjepit mulsa. 

b. Kertas/alat tulis/penggaris, digunakan sebagai alat tulis 

dalam rangka pembuatan desain kebun, dll. 

c. Cangkul/sekop/garpu digunakan sebagai alat dalam 

proses pengolahan tanah yaitu membersihkan sisa-sisa 

perakaran tanaman, menggemburkan, menghaluskan 

/meratakan dan membuat guludan/bedengan. 

d. Mulsa plastik untuk menutup permukaan atas bedengan 

yang bermanfaat untuk merangsang perkembangan akar, 

memperbaiki tekstur dan struktur, mempertahankan suhu 

dan kelembaban tanah, mencegah erosi tanah, menekan 

pertumbuhan gulma, meningkatkan proses fotosintesa, dan 

mengurangi penguapan air dan pupuk.  

e. Alat melubangi mulsa plastik berdiameter 10 cm yang 

dipanaskan, digunakan untuk membuat lubang tanam pada  

mulsa plastik dengan jarak tanam yang sudah ditentukan. 

f. Tali rafia, digunakan untuk mengikat ajir dan mengikat 

batang. 

g. Pupuk kompos digunakan untuk memperbaiki sifat fisik 

tanah (tekstur dan struktur tanah) sehingga meningkatkan 

ketersediaan  unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman. 

15 

 

h. Dolomit/kapur pertanian digunakan untuk meningkatkan 

pH pada tanah masam hingga mendekati pH normal 

(diberikan 1 bulan sebelum tanam). 

i. Pupuk anorganik (Urea, ZA, SP-36, KCl) untuk pupuk 

tunggal atau pupuk NPK untuk pupuk majemuk.  

 

F. Prosedur Pelaksanaan : 

1. Pengolahan Tanah 

a. Lahan sebaiknya dipilih yang tidak banyak terkontaminasi 

penyakit tular tanah yaitu dengan melihat kondisi 

pertanaman sebelumnya dan bukan bekas tanaman dari 

keluarga terung-terungan. 

b. Lahan dibersihkan  dari sisa-sisa tanaman dan sampah. 

c. Tanah dicangkul/diolah dengan cultivator  sampai 

kedalaman 30–40 cm dan dibalikan.  Lahan dibiarkan 

terkena sinar matahari selama 1- 2  minggu. 

d. Bongkahan tanah dihancurkan dan dibersihkan dari gulma 

dan sisa-sisa tanaman sebelumnya. 

e. Pada lahan kering/tegalan:  

   Pembuatan bedengan dengan lebar 1 – 1,2 m, tinggi 40 

cm dengan jarak antar bedengan 40 cm dan panjang 

bedengan disesuaikan dengan panjang lahan yang 

dikehendaki.  

   Pembuatan garitan-garitan dan lubang-lubang tanam 

dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm. Pada tiap bedengan 

terdapat 2 baris tanam. 

 

f. Pada Lahan Sawah 

   Pembuatan bedengan dengan lebar 1,2 m, tinggi 

bedengan 50 cm dan jarak antar bedengan 50 cm. 

Panjang bedengan disesuaikan dengan kebutuhan. 

   Tanah di atas bedengan dicangkul sampai gembur. 

16 

 

   Pembuatan lubang-lubang tanam disesuaikan dengan 

jarak tanam yaitu 60 cm x 70 cm Pada tiap bedengan 

terdapat 2 baris tanam. 

 

 

Gambar 2. Penyiapan lahan untuk budidaya cabai merah 

 

g.  Pengapuran 

Apabila kondisi pH tanah kurang dari 6, maka perlu 

dilakukan pengapuran dengan kaptan/dolomit sebanyak 1-

2 ton/ha yang diberikan bersamaan dengan pengolahan 

tanah. 

2. Pemupukan dasar 

Pupuk dasar diberikan dalam bentuk pupuk kompos sekitar 

2 minggu sebelum tanam sebanyak   15-20 ton per ha. Pupuk 

anorganik Urea sebanyak 300 kg/ha, ZA 150 kg/ha, SP 36 

600 kg/ha dan KCl 300 kg/ha, ditambah Furadan 20 kg /ha 

diberikan 5 hari sebelum tanam dengan cara ditebar, disiram 

dan ditutup mulsa. Apabila memakai  pupuk majemuk 

(NPK) pupuk dasar diberikan dengan dosis 500-700 kg/ha. 

Dosis dan jenis pupuk disesuaikan dengan rekomendasi 

spesifik lokasi.  

3. Pemasangan mulsa plastik hitam-perak.  

   Pemasangan mulsa dilakukan pada saat matahari panas 

terik agar mulsa memuai sehingga memudahkan mulsa 

tersebut ditarik menutup rapat bedengan. 

17 

 

   Mulsa yang digunakan yaitu  plastik hitam perak dengan 

lebar 120 cm. 

   Bagian plastik berwarna perak menghadap ke atas dan 

yang berwarna hitam menghadap ke tanah/bawah. 

   Dua orang memegang kedua ujung mulsa di masing-

masing ujung guludan/bedengan. Dua orang lainnya 

saling berhadapan di masing-masing sisi guludan 

/bedengan. Pinggir-pinggir mulsa ditarik ke arah bawah 

sampai mulsa tersebut mengembang. 

   Gunakan pasak penjepit dari bambu untuk mengaitkan 

sisi-sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah 

lepas. 

   Pemasangan bertahap dari satu ujung guludan/bedengan 

hingga ujung berikutnya. 

4. Pembuatan Lubang Tanam 

   Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan 

lubang tanam pada mulsa memakai  alat pelubang 

mulsa berdiameter 10 cm yang dipanaskan.  

   Lubang tanam dibuat menurut sistem zigzag (segi tiga)  

atau 2 baris berhadapan.  

   Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yaitu  50 

cm x 60 cm untuk lahan darat dan 60 cm x 70 cm untuk 

lahan sawah. 

 

G. Sasaran 

a. Tersedianya lahan untuk budidaya yang mampu 

mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal. 

b. Tersedianya bedengan yang sesuai untuk budidaya cabe 

merah.  

c. Terpasangnya mulsa plastik untuk menutup permukaan 

bedengan, dengan lubang tanam yang mengikuti jarak 

tanam sesuai anjuran. 

18 

 

III. PENANAMAN 

 

A. Definisi : 

 Merupakan kegiatan memindahkan benih dari persemaian ke 

lahan atau areal penanaman hingga tanaman berdiri tegak dan 

tumbuh secara optimal di lapangan. 

 

 

Gambar 4.  memindahkan benih dari persemaian ke lahan 

 

B. Tujuan : 

 Menciptakan kondisi untuk pertumbuhan yang optimal. 

 

C. Validasi 

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah ( Direktorat 

Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya 

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005). 

c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian Tanaman 

Sayuran, 2005). 

d. Pengalaman  Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. ) 

Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten 

Ciamis. 

Standar 

Operasional 

Prosedur 

 

Penanaman 

Nomor 

SOP Cabe III 

Tanggal 

1 Desember 

2014 

 

Halaman 

18-20 

 

Revisi ke 2 

  

22 

 

D. Bahan dan Alat 

a. Air 

b. Bibit cabai 

c. Ember dan gayung 

d. Emrat 

e. Baki 

 

E. Fungsi Bahan dan Alat 

a. Air digunakan untuk menyiram tanah sehingga 

kelembaban tanah optimal dan tanaman tidak mengalami 

kelayuan. 

b. Bibit cabai di persemaian digunakan sebagai bahan yang 

akan ditanam pada bedengan yang telah disiapkan. 

c. Ember dan gayung untuk mengambil dan menyiram air ke 

tanaman.  

d. Nampan digunakan untuk membawa bibit siap tanam 

 

F. Prosedur Pelaksanaan : 

   Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit cabai 

yang telah ditanam tidak layu akibat panasnya cahaya 

matahari, 

   Bibit yang ditanam diperiksa dan diseleksi terlebih 

dahulu. Batang tanaman harus tumbuh lurus,  perakaran 

banyak dan pertumbuhannya normal, 

   Cara penanaman : media di polybag dibasahi, dipadatkan 

kemudian plastik ditarik kebawah sehingga bibit cabai 

terlepas dari polybag,     

   Bibit ditanam di guludan/bedengan pada mulsa yang 

telah dilubangi. Untuk mencegah pembusukan, bibit 

ditanam sebatas leher akar atau pada pangkal batang 

tanpa mengikutsertakan batangnya,  

   Pada bibit cabai yang telah ditanam dianjurkan dilakukan 

penyiraman, dan 

23 

 

   Proses kegiatan penanaman cabai ke lapangan  harus 

tercatat. 

 

G.  Sasaran 

Bibit cabai dari persemaian dapat ditanam pada bedeng 

pertanaman yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang 

telah ditentukan sehingga tanaman tumbuh dengan optimal. 

 

24 

 

Standar 

Operasional 

Prosedur 

 

Pemasangan Ajir 

Nomor 

SOP Cabe IV 

Tanggal 

 1 

Desember 

2014 

 

Halaman 

21-26 

   

   Revisi 

Ke 2 

 

IV. Pemasangan Ajir 

 

A. Definisi : 

Merupakan kegiatan memasang ajir bambu di setiap tanaman 

cabai.  

  

 

Gambar 5. Pemasangan ajir untuk menopang tanaman agar tumbuh tegak 

 

B. Tujuan : 

Membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi kerusakan 

fisik tanaman yang disebabkan beban buah dan tiupan angin, 

memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, mempermudah 

pemeliharaan seperti penyiangan, penyemprotan pestisida dan 

pemupukan. 

 

C. Validasi  

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah (Direktorat 

Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

25 

 

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya 

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005). 

c. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif (Tarigan, S, 

Agromedia Pustaka, 2003). 

d. Pengalaman  Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. ) 

Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten 

Ciamis. 

 

D. Bahan dan Alat 

a. Bambu 

b. Golok/pisau 

c. Tali rafia 

d. Gergaji 

 

E. Fungsi Bahan dan Alat 

a. Bambu digunakan sebagai bahan pembuat ajir. 

b. Golok/pisau digunakan untuk membuat ajir dengan 

panjang sesuai kebutuhan. 

c. Tali rafia digunakan untuk mengikat tanaman pada ajir. 

d. Gergaji digunakan untuk memotong bambu.  

 

F. Prosedur Pelaksanaan   :  

a. Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan 7 hari setelah tanam, 

b. Ajir dibuat dari bambu dengan ukuran 4 x 150 cm yang 

ditancapkan 20 cm dari tanaman dan ditanamkan dalam 

tanah sedalam 30 cm dengan posisi miring keluar atau 

tegak lurus. 

c. Tanaman diikat pada ajir dengan tali rafia setelah tanaman 

berumur 25  hari setelah tanam. 

 

G. Sasaran 

 Ajir terpasang untuk menopang pertumbuhan tanaman agar 

tumbuh tegak 

26 

 

V. Penyulaman 

 

A. Definisi : 

Merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati akibat 

serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). 

 

B. Tujuan :  

Supaya populasi tanaman tidak berkurang. 

 

C. Validasi  

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah (Direktorat 

Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya 

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005). 

c. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif (Tarigan, S, 

Agromedia Pustaka, 2003). 

d. Pengalaman  Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, 

Sp.) Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten 

Ciamis. 

 

D. Bahan dan Alat 

a. Bibit 

b. Nampan 

c. Cukil 

 

 

28 

 

E. Prosedur Pelaksanaan : 

a. Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari agar 

bibit cabai yang telah ditanam tidak layu akibat 

panasnya cahaya matahari. 

b. Penyulaman tanaman cabai dapat dilakukan selama 5 -7 

hari setelah masa tanam atau dilakukan sampai umur 

tanaman 3 minggu. 

c. Bibit yang digunakan untuk menyulam juga dipilih bibit 

yang sama agar pertumbuhannya dapat seragam 

d. Lakukan penyiraman setelah penyulaman 

e. Proses kegiatan penyulaman cabai ke lapangan  harus 

tercatat. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

29 

 

Standar 

Operasional 

Prosedur 

 

 

Perempelan 

Nomor 

SOP Cabe VI 

Tanggal 

1 Desember 

2014 

Halaman 

28-30 

Revisi 

 Ke 2 

 

 

VI. Perempelan 

 

A. Definisi : 

Merupakan kegiatan membuang tunas air, daun, bunga dan 

bagian tanaman lain yang rusak atau terkena serangan OPT.   

 

B. Tujuan :   

Untuk membentuk tajuk tanaman yang ideal sehingga terjadi 

partisi sinar matahari yang efektif untuk energi fotosintesis.   

 

C. Validasi 

a.  Budidaya Cabe Merah sesuai GAP ( Direktorat Budidaya 

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005). 

b. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif (Tarigan. S, 

Agromedia Pustaka, 2003). 

 

D. Bahan dan Alat 

a. Ember 

b. Keranjang 

 

E. Prosedur Pelaksanaan:    

a. Waktu perempelan sebaiknya pada pagi hari sebab  

tanaman masih banyak mengandung air sehingga mudah 

dipatahkan, 

30 

 

b. Perempelan biasanya dilakukan 3-5 kali (sesuai dengan 

kebutuhan), 

c. Perempelan tunas di ketiak daun biasanya dimulai umur 15 

HST. 

d. Perempelan daun dibawah cabang utama maksimal 60 HST 

harus sudah selesai, 

e. Perempelan bunga dilakukan pada bunga cabang utama 

untuk menunda pembentukan bunga dan buah sebab  

kondisi tanaman belum kuat, dan 

f. Perempelan daun di cabang utama dilakukan pada saat 

tajuk tanaman telah optimal. Perempelan ini dilakukan 

pada saat tanaman berumur 75 – 80 HST untuk dataran 

rendah dan 90 HST untuk dataran tinggi tergantung 

varietas yang ditanam. 

 

F. Sasaran 

Terbentuknya tajuk tanaman yang ideal sehingga terjadi 

partisi sinar matahari yang efektif untuk energi fotosintesis.   

 

VII. Pengairan 

 

A. Definisi : 

Memberi air sesuai kebutuhan tanaman di daerah perakaran 

tanaman dengan air yang memenuhi standar baku pada 

waktu, cara, dan jumlah yang tepat. 

 

 

Gambar 6. Pengairan dengan memakai  selang plastik, diberikan 

sesuai dengan kebutuhan tanaman 

 

B. Tujuan :  

Menjamin ketersediaan air bagi tanaman untuk mengganti air 

yang hilang akibat penguapan, hanyut dll sehingga 

pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal. 

 

C. Validasi 

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah 

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP 

33 

 

c. Budidaya Tanaman Cabai Merah 

 

D. Bahan dan Alat 

a. Air 

b. Pompa air 

c. Selang plastik 

d. Gembor 

e. Gayung 

f. Ember 

 

E. Fungsi Bahan dan Alat 

a. Selang digunakan untuk menyalurkan air (apabila sumber 

air lebih tinggi dari pertanaman). 

b. Pompa air digunakan untuk menaikkan air (apabila sumber 

air lebih rendah dari pertanaman). 

c. Gembor untuk menyiram tanaman (apabila jumlah air tidak 

mencukupi buat menggenangi bedengan). 

d. Air diperlukan untuk kebutuhan hidup tanaman cabe. 

e. Gayung untuk mengambil air dan disiramkan pada lubang 

tanam cabai. 

f. Ember untuk membawa air. 

 

F. Prosedur Pelaksanaan 

a. Tanaman Cabe termasuk tanaman yang tidak tahan 

terhadap kekeringan, tetapi juga tidak tahan juga terhadap 

genangan air, 

b. Masa kritis tanaman cabe yaitu  pada saat pertumbuhan 

vegetatif yang cepat, pembentukan bunga dan buah, 

c. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman,   

d. Penyiraman bisa dilakukan dengan memakai  selang 

yang dimasukkan ke dalam mulsa plastik, 

34 

 

e. Pengairan dilakukan dengan sistem leb selama 15– 30 menit, 

setelah itu dikeluarkan dari petakan, 

f. Pada musim penghujan sistem pembuangan diatur supaya 

aliran air berjalan lancar sehingga akar cabe tidak tergenang 

air terlalu lama.  

g. Bedengan yang sering terendam air menyebabkan 

kelembaban lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan 

perakaran terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri 

dan cendawan. 

h. Setiap kegiatan pengairan yang dilaksanakan harus tercatat. 

 

G. Sasaran 

Terjaminnya ketersediaan air bagi tanaman untuk mengganti 

air yang hilang akibat penguapan, hanyut, dll, sehingga 

pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal. 

 

VIII. Pemupukan 

 

A. Definisi : 

Penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila kandungan 

unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk mendukung 

pertumbuhan tanaman secara optimal. 

 

B. Tujuan : 

Mempertahankan status hara tanah agar memenuhi kebutuhan 

hara tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan tanaman 

secara optimal dan berproduksi dengan mutu yang optimal. 

 

C. Validasi 

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah         

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP 

c. Budidaya Tanaman Cabai Merah 

 

D. Bahan dan Alat 

a. Pupuk kompos/organik  

b. Pupuk buatan/anorganik (Unsur N, P, K dan NPK 15-15-

15/16-16-16) 

38 

 

c. Pupuk Daun/POC 

d. Dolomit 

e. Cangkul 

f. Ember/gayung 

 

E. Fungsi Bahan dan Alat : 

a. Pupuk kompos/organik digunakan untuk memperbaiki 

tekstur dan struktur tanah.  

b. Pupuk buatan/anorganik, digunakan sebagai unsur 

tambahan hara/nutrisi yang  dibutuhkan tanaman dalam 

bentuk pupuk tunggal maupun majemuk. 

c. Pupuk daun/POC digunakan untuk mengatasi kekurangan 

jumlah unsur hara mikro yang diperlukan tanaman. 

d. Dolomit digunakan untuk mengurangi tingkat keasaman 

tanah sehingga memperbaiki ketidakseimbangan unsur hara 

yang dapat diambil tanaman, meningkatkan Ca dan Mg di 

dalam tanah serta dapat memperbaiki pertumbuhan 

tanaman. 

e. Cangkul berfungsi untuk menggali tanah.  

f. Ember sebagai tempat/wadah untuk menampung air. 

 

F. Prosedur Pelaksanaan: 

a. Menghitung kebutuhan  pupuk berdasarkan dosis yang telah 

ditentukan 

b. Dosis pemupukan yang digunakan sebaiknya berdasarkan 

hasil analisis tanah, daun dan rekomendasi yang telah dibuat. 

c. Menyediakan bahan/pupuk yang akan digunakan, sesuai 

kebutuhan.  

d. Jenis pupuk yang umumnya digunakan untuk menambah 

hara yaitu  pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Untuk  

menambah hara Ca dan Mg yaitu dengan pemberian kapur, 

dolomit, dan unsur hara mikro dari pupuk daun. 

39 

 

e. Waktu aplikasi pupuk N dan K susulan diberikan pada umur 

21 HST berikutnya diberikan dengan interval 7-10 hari sekali.  

f. Agar pupuk lebih cepat bereaksi, sebaiknya pupuk dilarutkan 

dalam air ditambah pupuk kompos dan diberikan melalui 

penyiraman, dan dapat juga ditambahan dengan Urine 

kelinci (konsentrasi 5-10%). 

g. Setiap kegiatan pemupukan yang dilaksanakan harus 

tercatat. 

 

G. Sasaran 

Terpenuhinya kebutuhan hara tanaman sehingga dapat 

menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan 

berproduksi dengan mutu yang optimal. 

 

Contoh  : Catatan Kegiatan Pemupukan 

 

Waktu 

(HST) 

Jenis 

pupuk 

yang 

digunakan 

Asal 

pembelian 

Dosis Cara teknis 

pemupukan 

Sisa 

stok 

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

      

 

 

40 

 

Standar 

Operasional 

Prosedur 

 

Pengendalian OPT 

Nomor 

SOP Cabe  IX 

Tanggal 

 1 Desember 2014 

Halaman 

35-60 

Revisi ke 2 

 

 

IX. Pengendalian OPT 

 

A. Definisi  : 

Kegiatan untuk mengendalikan OPT agar tanaman tumbuh 

optimal dan secara ekonomis menguntungkan.  

 

B. Tujuan : 

a. Untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan 

hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk. 

b. Menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan 

hidup dan keamanan produk. 

 

C. Validasi 

a. Pengenalan dan pengendalian Hama-hama penting pada 

Tanaman Cabai merah ( Balitsa, 2005). 

b. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu 

Tumbuhan (OPT) Cabai (Direktorat Bina Perlindungan 

Tanaman, 1999). 

c. Pengenalan dan Pengendalian penyakit Virus pada cabai 

(Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2004). 

d. Pedoman Umum Budidaya Cabe Merah (Direktorat 

Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

e. Penyakit Penting Tanaman Cabai dan Pengendaliannya 

(Balitsa, 2007). 

41 

 

D.   Bahan dan Alat : 

a. Bahan 

- Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida) yang terdaftar 

dan diizinkan, sesuai dengan Daftar Pestisida untuk 

Pertanian dan Kehutanan tahun 2013. 

- Pestisida nabati dan agens hayati. 

- Air 

 

b. Alat 

- Hand sprayer, power sprayer   

- Ember/drum 

- Pengaduk 

- Takaran (skala  ml dan liter) 

- Kuas 

- Pisau 

- Gunting pangkas 

- Alat/sarana pelindung: sarung tangan, masker, topi, 

sepatu boot, baju lengan panjang 

E.  Fungsi Bahan dan Alat : 

a. Pestisida (pestisida kimiawi, biopestisida, pestisida nabati) 

untuk  mengendalikan OPT  (menurunkan populasi dan 

intensitas serangan OPT). 

b. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan 

pembersih. 

c. Alat aplikator pestisida untuk mengaplikasikan pestisida 

pada tanaman. 

d. Ember untuk mencampur pestisida dan air.   

e. Pengaduk untuk mengaduk pestisida dan air. 

f. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan air 

(skala cc/ml, dan liter). 

42 

 

g. Deterjen : Untuk mencuci alat aplikator, mengendalikan 

OPT tertentu dan pencampur bahan pestisida nabati. 

h. Alkohol 70%, kloroks 1% (Bayclin) dan lysol. Untuk 

mensucihamakan (desinfektan) alat-alat pertanian (pisau, 

gunting pangkas dan gergaji). 

i. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari 

cemaran bahan kimiawi (pestisida). 

 

F.    Prosedur Pelaksanaan 

a. Melakukan pengamatan OPT secara berkala (1 minggu 1 

kali) dengan mengambil contoh untuk mengetahui jenis 

hama dan populasinya, 

b. Mengenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan 

musuh alaminya, dan  

c. Memperkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan 

dikendalikan (OPT). 

 

G. Jenis Hama Yang Menyerang Tanaman  Cabe  : 

1. Thrips  (Thrips parvispinus Karny) 

Gejala serangan : 

Pada umumnya hama ini berkembang pesat dimusim 

kemarau, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada 

musim penghujan populasinya akan berkurang sebab  

banyak thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan. Hama 

ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan 

permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda). 

Gejala serangan diperlihatkan dengan adanya bercak-

bercak putih pada bagian atas permukaan daun dan 

keperak-perakan pada bagian bawah permukaan daun. 

43 

 

Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat 

tembaga, mengeriting atau keriput dan ukuran daun 

mengecil. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas 

atau pucuk menggulung ke dalam. Pertumbuhan tanaman 

terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati. 

 

 

Gambar 7. Gejala serangan Thrips 

 

Pengendalian : 

a. Kultur Teknis 

   Penggunaan mulsa plastik yang dikombinasikan 

dengan tanaman perangkap. Cara ini cukup efektif 

untuk menunda serangan yang biasanya terjadi pada 

umur 14 HST. Penggunaan mulsa plastik juga dapat 

mencegah infeksi kutu daun dari luar pertanaman 

dan mencegah thrips mencapai tanah untuk 

berpupa, sehingga daur hidup thrips menjadi 

terputus. 

   Sanitasi dan pemusnahan bagian tanaman yang 

terserang thrips. 

   Tidak menanam tanaman inang (Famili Solanaceae). 

 

 

44 

 

b. Fisik Mekanis   

Penggunaan perangkap likat warna biru atau putih 

sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per 500 m2, dan 

dipasang sejak tanaman berumur  2 minggu. Perangkap 

likat dapat dibuat dari potongan paralon berdiameter 

10 cm dan panjang + 15 cm, kemudian di cat putih atau 

biru, digantungkan di atas tanaman cabai. Lem yang 

digunakan berupa lem kayu yang diencerkan atau 

vaselin, lem dipasang setiap seminggu sekali. 

c. Hayati 

Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk 

mengendalikan hama thrips, antara lain predator 

kumbang Coccinellidae, predator larva Chrysopidae, 

kepik Anthocoridae dan patogen Entomophthora sp. 

d. Kimiawi 

Pestisida digunakan apabila populasi hama atau 

kerusakan tanaman telah mencapai ambang 

pengendalian (serangan mencapai lebih atau sama 

dengan 15% per tanaman contoh) atau cara-cara 

pengendalian lainnya tidak  dapat menekan populasi 

hama.  

e. Pestisida Nabati 

Pengendalian juga dapat dilakukan dengan 

memakai  pestisida alami antara lain yang berasal 

dari gadung (Diascorea hispida). 

 

2. Lalat Buah   (Bactrocera  sp) 

Gejala serangan : 

Buah cabe merah yang terserang ditandai dengan adanya 

lubang titik hitam pada bagian pangkal buah, tempat 

45 

 

serangga betina meletakkan telurnya. Jika buah cabai 

dibelah, di dalamnya terdapat larva lalat buah. Larva 

tersebut memakan daging buah serta menghisap cairan 

buah dan menyebabkan terjadinya infeksi oleh OPT lain 

sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum larva 

berubah menjadi pupa. Serangan berat terjadi pada musim 

hujan, disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor serangga 

betina terkontaminasi oleh bakteri sehingga buah yang 

terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah. 

 

 

Gambar 8. Gejala serangan Lalat Buah   (Bactrocera  sp) 

 

Pengendalian  

a. Fisik mekanis 

   Tanah dicangkul atau dibajak sehingga kepompong 

lalat buah yang ada di dalam tanah akan mati 

terkena sinar matahari. 

   Mengumpulkan buah yang terserang kemudian 

dimusnahkan dengan cara dibakar. 

 

46 

 

b. Hayati 

   Penggunaan perangkap dengan atraktan misalnya 

metil eugenol (ME) atau petrogenol sebanyak 1 

ml/perangkap. Jumlah perangkap yang dibutuhkan 

40 buah/ha atau 2 buah per 500 m2. Perangkap 

dipasang  pada saat tanaman berumur 2 minggu 

sampai akhir panen dan dipasang di luar areal 

pertanaman. Atraktan diganti  setiap 2 minggu 

sekali. 

   Pelepasan serangga jantan mandul  yang telah 

diradiasi dilepas ke lapangan dalam jumlah besar 

sehingga diharapkan dapat mengurangi 

keberhasilan perkawinan dengan lalat fertil dan 

akhirnya populasi lalat  buah dapat berkurang. 

   Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk 

mengendalikan hama lalat buah, antara lain 

parasitoid larva  dan pupa (Biosteres sp,  Opius sp), 

predator semut, Arachnidae (laba-laba), 

Staphylinidae (kumbang) dan Dermatera (Cocopet). 

c. Penggunaan Varietas tahan 

Beberapa varietas yang agak tahan terhadap serangan 

hama lalat buah, yaitu Tombak 1, Tombak 2, Nenggala 

1 dan Cemeti 1.  

d. Kimiawi       

Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara-

cara pengendalian lainnya tidak dapat menekan 

populasi hama, sehingga digunakan pestisida yang 

efektif, terdaftar dan sesuai anjuran.   

 

47 

 

3. Kutu Daun Persik  (Myzus persicae Sulz) 

Gejala serangan : 

Tanaman yang terserang kutu daun persik menjadi keriput, 

pertumbuhan tanaman  kerdil, warna daun kekuningan, 

terpuntir, layu dan akhirnya mati. Kutu daun ini 

merupakan vektor lebih dari 150 strain virus, terutama 

penyakit virus CMV dan PVY. Ledakan hama biasanya 

terjadi pada musim kemarau. Hama ini hidupnya 

berkelompok dan berada di bawah permukaan daun. 

Menyerang tanaman  dengan cara menghisap cairan daun 

muda dan bagian pucuk tanaman. Cairan yang dikeluarkan 

kutu daun ini mengandung madu yang dapat mendorong  

tumbuhnya cendawan jelaga pada daun sehingga 

menghambat proses fotosintesis. 

 

 

 

Pengendalian : 

a. Kultur teknis 

   Melakukan eradikasi gulma dan bagian-bagian 

tanaman yang terserang, kemudian dibakar 

   Tumpangsari cabai merah dengan bawang daun, 

dapat menekan serangan hama kutu daun persik 

sebab  bawang daun bersifat sebagai pengusir hama 

ini. 

   Penggunaan tanaman perangkap, seperti tanaman 

caisin yang ditanam di sekeliling tanaman cabai 

merah, sebab  caisin lebih disukai oleh kutu daun 

persik daripada tanaman cabai. Jika populasi hama 

cukup tinggi, dilakukan penyemprotan pestisida pada 

tanaman perangkap saja (caisin). 

b.   Fisik mekanis 

   Penggunaan kain kasa pada bedengan persemaian 

maupun di sekitar pertanaman. 

   Penggunaan perangkap air berwarna kuning. 

Perangkap yang dibutuhkan sebanyak 40 buah per ha 

atau 2 buah per 500 m2, dipasang pada saat tanaman 

cabai berumur 2 minggu. 

c.    Hayati 

Musuh alami yang potensial menyerang kutu daun 

persik di lapangan antara lain parasitoid Aphidius sp, 

predator kumbang Coccinella transversalis, Menocvhillus 

sexmaculata, larva Microphis lineata, Veranius sp dan 

patogen Entomopthora sp. 

 

 

49 

 

d.    Kimiawi 

Apabila jumlah kutu daun lebih dari 7 ekor per 10 daun 

contoh atau kerusakan tanaman lebih dari 15% per 

tanaman contoh dapat digunakan pestisida yang efektif, 

terdaftar dan sesuai anjuran. Penyemprotan sebaiknya 

dilakukan pada senja hari. 

 

4. Ulat grayak (Spodoptera litura F.) 

Gejala serangan : 

Larva instar 1 dan 2 merusak daun dan buah dengan 

meninggalkan sisa-sisa epidermis daun bagian atas dan 

yang tinggal hanya tulang-tulang daun. Larva instar lanjut   

merusak tulang daun ditandai dengan gundulnya daun, 

kadang-kadang larva menyerang buah cabai. Larva 

biasanya berada di permukaan bawah daun dan 

menyerang secara serentak dan berkelompok. Gejala 

serangan pada buah cabai ditandai dengan timbulnya 

lubang yang tidak beraturan pada permukaan buah. Pada 

serangan berat menyebabkan tanaman gundul sebab  daun 

dan buah habis dimakan ulat. Umumnya serangan berat 

terjadi pada saat musim kemarau. 

 

 

Pengendalian : 

a. Kultur teknis 

   Sanitasi lahan dengan cara membersihkan gulma 

dan sisa tanaman yang dapat menjadi sumber 

infeksi. 

   Pengolahan lahan yang intensif dan saluran air 

(drainase) yang baik. 

   Eradikasi selektif dilakukan terhadap kelompok 

telur Spodoptera sp yang dijumpai pada pertanaman 

cabe merah. 

b. Fisik mekanis 

   Pemusnahan kelompok telur, larva atau pupa dan 

bagian tanaman yang terserang. 

   Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk 

ngengat Spodoptera litura sebanyak 40 buah per ha  

atau 2 buah per 500 m2. Pemasangan perangkap  

dilakukan sejak tanaman berumur 2 minggu. 

c. Hayati 

Pemanfaatan patogen Sl. NPV (Spodoptera litura-

Nuclear Polyhedrosis Virus), Sl. Bx 9, cendawan 

cordisep, Nematoda steinerma, predator Sycanus sp, 

parasitoid Apanteles sp, Telenomus Spodopterae dan 

Peribeae sp. 

d. Kimiawi 

Jika intensitas kerusakan daun akibat serangan ulat 

grayak telah mencapai lebih atau sama dengan 12,5% per 

tanaman contoh, maka pertanaman cabai disemprot 

dengan pestisida sesuai yang dianjurkan.  

 

51 

 

5. Kutu Kebul  (Bemisia tabaci) 

Gejala serangan : 

Serangan pada daun berupa bercak nekrotik, akibat 

serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi 

tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat 

pertumbuhan tanaman. Sekresi yang dikeluarkan oleh kutu 

Kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang 

berwarna hitam, menyerang  berbagai stadia tanaman. 

  

 

Gambar 11. Gejala serangan Kutu Kebul 

 

Pengendalian : 

a. Pemanfaatan musuh alami : predator yang diketahui 

efektif terhadap kutu kebul, antara lain Menochilus 

sexmaculatus (mampu memangsa larva Bemisia tabaci 

sebanyak 200 – 400 larva/hari), Coccinella septempunctata, 

Scymus syriacus, Chrysoperla carnea, Scrangium 

parcesetosum, Orius albidipennis, dll. Parasitoid yang 

diketahui efektif menyerang B. tabaci yaitu  Encarcia 

adrianae (15 species), E. tricolor, Eretmocerus corni (4 

species), sedangkan jenis patogen yang menyerang B. 

52 

 

tabaci, antara lain Bacillus thuringiensis, Paecilomyces 

farinorus dan Eretmocerus. 

 

b. Penggunaan perangkap 

Penggunaan perangkap likat dapat dipadukan dengan 

pengendalian secara fisik/mekanik dan penggunaan 

insektisida secara selektif. Dengan cara tersebut populasi 

hama dapat ditekan dan kerusakan yang 

ditumbulkannya dapat dikurangi dalam waktu yang 

relatif lebih cepat. 

c. Penggunaan “ Companion planning ” 

Beberapa jenis tanaman dapat digunakan untuk 

mengurangi serangan kutu Kebul, antara lain 

tumpangsari antara cabai dengan tagetes, penanaman 

jagung atau gandum disekitar tanaman cabai. 

d. Penggunaan pestisida selektif. 

Beberapa insektisida yang diketahui efektif untuk 

mengendalikan kutu kebul yaitu  pestisida yang 

mengandung bahan aktif, antara lain Permethrin, 

Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin, 

Deltamethrin, Buprofezin, Endosulphan dan asefat. 

H. Jenis Penyakit Yang Menyerang Tanaman  Cabe  : 

1. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia  (Ralstonia 

solanacearum) 

 Gejala serangan : 

Layu pada pucuk daun  kemudian menjalar ke bagian 

bawah daun sampai seluruh daun menjadi layu dan 

akhirnya tanaman menjadi mati. Jaringan pembuluh batang 

bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Apabila batang 

53 

 

dan akar yang terserang dipotong melintang  dan 

dicelupkan ke dalam air jernih tampak mengeluarkan 

cairan keruh yang merupakan koloni bakteri. Infeksi terjadi 

melalui lentisel dan akan cepat berkembang jika ada luka 

mekanis akibat gigitan hama dan faktor lainnya. Penyakit 

layu bakteri ini berkembang sangat cepat  pada musim 

hujan. 

 

 

Gambar 12. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia 

 

 Pengendalian : 

a. Melakukan sanitasi dan eradikasi tanaman yang 

terserang.  Sisa-sisa tanaman sakit dicabut dan 

dimusnahkan. 

b. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang 

bukan inang bagi bakteri   Ralstonia  solanacearum. Rotasi 

dianjurkan dengan tanaman padi sawah.  

c. Memperbaiki drainase tanah agar tidak terjadi genangan 

air dan kelembaban yang cukup tinggi, dengan  

membuat guludan  setinggi  50-60 cm. 

d. Penurunan pH tanah  dengan  pemberian belerang pada 

areal pertanaman. 

54 

 

e. Menanam varietas cabai merah yang sehat dan tahan 

penyakit layu bakteri. 

f. Memanfaatkan agens antagonis Psedomonas fluorecens, 

Bacillus subtilis, Trichoderma spp dan Gliocladium spp. 

Aplikasikan mikroba antagonis tersebut    3 hari sebelum 

benih ditanam atau bersamaan dengan penanaman 

benih.  

 

2. Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp) 

Gejala serangan : 

Tanaman menjadi layu mulai dari bagian bawah dan anak 

tulang  daun menjadi menguning. Apabila infeksi 

berkembang, tanaman menjadi layu dalam waktu 2–3 hari 

setelah infeksi. Warna jaringan akar dan batang menjadi 

coklat. Tempat terjadinya luka tertutup hifa berwarna putih 

seperti kapas. Jika serangan terjadi pada saat pertumbuhan 

sudah maksimum, tanaman masih dapat menghasilkan 

buah. Bila serangan sudah mencapai batang, buah menjadi 

kecil dan gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang 

diterbangkan angin dan air. Tanaman inang lainnya yaitu  

kacang panjang, kubis, ketimun dan bawang merah. 

 

Pengendalian : 

a. Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman yang terserang 

kemudian dicabut dan dimusnahkan. 

b. Memperbaiki pengairan  untuk mencegah terjadinya 

genangan air dan kelembaban yang  tinggi, dengan 

membuat guludan setinggi 40–50 cm. 

c. memakai  benih yang sehat. 

55 

 

d. Melakukan pergiliran tanaman  dengan tanaman bukan 

inang dan memusnahkan gulma Cyperus sebagai inang 

“perfect stage” dari cendawan. 

e. Memanfaatkan agens hayati Trichoderma spp  dan 

Gliocladium spp.  

f. Apabila cara lain tidak dapat menekan serangan 

penyakit ini dapat  digunakan fungisida yang efektif, 

terdaftar dan dianjurkan. 

 

3. Penyakit busuk buah antraknosa (Colletotrichum capsici, 

C. gloeosporioides dan Gloeosporium piperatum) 

Gejala serangan : 

Gejala serangan awal berupa bercak coklat kehitaman pada 

permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak. Bagian 

tengah buah tampak bercak kumpulan titik hitam yang 

merupakan kelompok seta dan konidium. Serangan berat 

menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna 

kulit buah  menyerupai jerami padi. Dalam kondisi cuaca 

panas dan lembab dapat mempercepat perkembangan 

penyakit.  

 

 

Gambar 13. Penyakit busuk buah antraknosa 

56 

 

Pengendalian : 

a. Perlakuan biji  dengan cara merendam biji dalam air 

panas (55° C) selama 30 menit atau perlakuan dengan 

fungisida sistemik golongan Triazole dan Pyrimidin        

(0.05– 0.1%). 

b. Sanitasi rumput-rumput/gulma dan buah cabai yang 

terserang penyakit busuk buah  dikumpulkan kemudian 

dimusnahkan. 

c. Menanam benih yang bebas patogen pada lahan yang 

tidak terkontaminasi oleh patogen penyakit busuk buah 

antraknosa, baik di persemaian maupun di lapangan. 

d. Menanam cabai varietas genjah untuk menghindari 

infeksi, yaitu usaha memperpendek periode ekspose 

tanaman terhadap sumber  inokulum. 

e. Melakukan pergiliran tanam dengan tanaman yang 

bukan solanaceae. 

f. Melakukan perbaikan drainase tanah. 

g. Memanfaatkan agens antagonis Pseudomonas fluorecsens, 

Bacillus subtilis, Trichoderma spp dan Gliocladium spp. 

Aplikasi pada kantong persemaian sebanyak 5 gr per 

kantong, diaplikasikan  3 hari sebelum benih ditanam 

atau bersamaan dengan penanaman benih. 

h. Memanfaatkan mikroba antagonis Pseudomonas 

fluorescens dan Bacillus subtilis, diaplikasikan mulai fase 

pembungaan hingga 2 minggu setelah pembungaan 

dengan selang waktu 1 minggu. 

i. Apabila gejala serangan penyakit  pada buah semakin 

meluas dapat digunakan fungisida yang efektif dan 

sudah terdaftar/dianjurkan. 

 

57 

 

4. Penyakit  bercak daun (Cercospora capsici) 

Gejala serangan : 

Penyakit bercak daun dapat timbul pada tanaman muda di 

persemaian, dan cenderung lebih banyak  menyerang 

tanaman tua. Daun yang terinfeksi dapat berubah menjadi 

kuning dan gugur ke tanah. Pada daun yang  terserang  

tampak  bercak kecil berbentuk bulat dan kering. Bercak  

tersebut meluas sampai diameter sekitar     0,5 cm. Pusat 

bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi 

lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-

lubang pada daun. Apabila terdapat banyak bercak, daun 

cepat menguning dan gugur atau langsung gugur tanpa 

menguning lebih dahulu. Bercak sering terdapat pada 

tangkai daun, batang, sedangkan serangan pada buah 

jarang ditemukan. Penyakit ini kadang menyerang cabai 

pada waktu persemaian. 

 

 

Gambar 14. Penyakit bercak daun 

 

58 

 

Pengendalian : 

a. Sanitasi dengan cara memusnahkan daun atau sisa-sisa 

tanaman yang terinfeksi. 

b. Menanam benih yang bebas patogen pada lahan yang 

tidak terkontaminasi oleh patogen, baik di persemaian 

maupun di lapangan. 

c. Waktu tanam yang tepat yaitu  musim kemarau dengan 

irigasi yang baik. 

d. Aplikasi fungisida secara bijaksana dan hanya 

diaplikasikan bila diperlukan, berpedoman pada 

peramalan cuaca dan populasi spora di lapangan.  

  

5. Penyakit Virus  

Penyakit virus yang menyerang tanaman cabe merah di 

negara kita  dapat disebabkan oleh satu jenis atau gabungan 

beberapa jenis virus, antara lain Virus Mosaik Tembakau 

(Tobacco Mosaic Virus = TMV), Virus Belang Urat Daun 

(Chilli Veinal Mottle Virus            =CVMV), Virus Mosaik 

Mentimun (Cucumber Mosaic Virus=CMV),    Geminivirus 

(Tomato yellow leaf curl virus  = TYLCV), Virus mengkerut 

kerdil cabe (CVSV), Virus mosaic tembakau (TMV). 

 

a. Penyakit virus kuning yang disebabkan oleh TYLCV 

Gejala Serangan : 

Gejala tanaman cabai yang terserang  geminivirus (TYLCV) 

yaitu  helai daun mengalami vein clearing, dimulai dari 

daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning 

yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke 

atas. Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-

59 

 

daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman 

kerdil dan tidak berbuah.  

 

Pengendalian : 

a. Pemupukan berimbang yaitu 150–200 kg urea, 450-500 

kg ZA, 100-150 kg TSP, 100-150 KCl dan 20-30 ton 

pupuk kandang/ha. 

b. memakai  benih yang sehat (tidak mengandung 

virus) atau bukan dari daerah yang terserang. 

 

Langkah-langkah yang dianjurkan untuk melindungi bibit 

cabe merah dari serangga vektor yaitu  :  

1) Dengan pengerudungan memakai  kain kasa 

yang  kerapatannya 30-50 mesh, 

2) Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan 

yang terserang penyakit, dan 

3) Semai dilindungi dengan pestisida nabati seperti 

nimba, ekstrak tembakau atau dengan pestisida 

kimiawi secara bijaksana. 

c. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari 

famili solanaceae dan cucurbitaceae. 

d. Eradikasi tanaman yang sakit. 

e. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman cabai, 

termasuk penyiangan gulma dan tanaman liar lainnya 

yang dapat menjadi inang sementara bagi virus atau 

inang bagi vektor. 

f. Praktek budidaya, antara lain :  

1) Pengendalian dengan perangkap warna kuning 

berperekat. 

60 

 

2) Pengendalian dengan mulsa plastik pemantul sinar 

ultraviolet. 

g. Melakukan penyemprotan serangga vektor dengan 

insektisida sesuai anjuran. 

 

b. Penyakit Virus kerupuk : 

Gejala Serangan 

Pada tanaman muda dimulai dengan daun yang 

melengkung ke bawah. Pada umur selanjutnya gejala 

melengkung lebih parah disertai kerutan-kerutan. Daun 

berwarna hijau pekat mengkilat dan permukaan tidak rata. 

Pertumbuhan terhambat, ruas jarak antar tangkai daun 

lebih pendek terutama di bagian pucuk sehingga daun 

menumpuk dan bergumpal-gumpal berkesan regas seperti 

kerupuk. 

 

Pengendalian  

a. memakai  benih tanaman yang sehat  (tidak 

mengandung virus). 

b. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari 

famili solanaceae dan cucurbitaceae. 

c. Melakukan sanitasi lingkungan. 

d. Penggunaan mulsa.   

e. Eradikasi tanaman sakit pada serangan kurang dari 5%. 

f. Penggunaan pupuk berimbang. 

 

 

 

 

 

61 

 

c. Penyakit Virus Mosaik Keriting (disebabkan oleh salah 

satu atau gabungan PVY, TEV, CMV atau CVMV) 

 

Gejala serangan  

Daun tanaman yang terserang mosaik warna belang antara 

hijau tua dan hijau muda, kadang-kadang disertai dengan 

perubahan bentuk daun (cekung, keriting atau 

memanjang). Serangan salah satu strain CMV sering 

menyebabkan daun menyempit seperti rambut atau bercak 

berpola daun oak pada buah dan daun, atau mosaik 

klorosis. 

Pengendalian 

a. memakai  benih tanaman yang sehat  (tidak 

mengandung virus). 

b. Imunisasi tanaman cabe dengan virus CMV yang 

dilemahkan dengan satelit virus    CARNA-5 dapat 

menahan serangan CMV yang lebih ganas di lapang. 

c. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari 

famili solanaceae dan cucurbitaceae. 

d. Melakukan sanitasi lingkungan. 

e. Penggunaan mulsa hitam perak untuk menutup 

bedengan tanaman cabai.   

f. Eradikasi tanaman sakit pada serangan kurang dari 5%. 

 

d. Virus Mosaik Tembakau (yang disebabkan oleh TMV) 

Gejala serangan 

Tanaman cabai yang terserang TMV memperlihatkan gejala 

yang bervariasi termasuk mosaik, kerdil dan sistemik 

klorosis, kadang diikuti dengan nekrotik streak pada 

batang atau cabang dan diikuti dengan gugur daun. 

62 

 

Pengendalian 

a. Eradikasi kontaminasi virus pada benih biji dengan 

pemanasan atau perendaman dalam 10% Na3 PO4 

selama 1-2 jam. 

b. memakai  benih tanaman yang sehat  (tidak 

mengandung virus). 

c. Memusnahkan tanaman cabe muda yang terserang dan 

menggantinya dengan tanaman yang sehat.  

d. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari 

famili solanaceae dan cucurbitaceae. 

e. Melakukan sanitasi lingkungan. 

f. Penggunaan mulsa yang berwarna hitam perak pada 

bedengan.  

g. Eradikasi tanaman sakit pada serangan kurang dari 5%. 

 

Contoh :  Catatan Kegiatan Pengendalian OPT 

 

Waktu 

(HST) 

Jenis 

OPT 

Jenis Pestisida 

yang digunakan 

dosis Tujuan 

Penggunaan 

Teknik/cara 

pengendalian 

Pemeliharaan 

alat 

perlindungan 

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

       

63 

 

 

 

 

X. Panen 

 

A. Definisi : 

Kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai 

kematangan fisiologis sesuai persyaratan yang telah 

ditentukan. 

 

 

Gambar 15. Tanaman dengan buah yang telah matang, siap panen 

 

B. Tujuan : 

Untuk mendapatkan buah dengan tingkat kematangan sesuai 

permintaan pasar dengan mutu buah yang baik sesuai standar 

pasar yang dituju. 

 

Standar Operasional 

Prosedur 

 

 

Panen 

Nomor 

SOP Cabe  X 

Tanggal 

  

Halaman 

61-63 

Revisi 

ke 2 

 

64 

 

C. Validasi : 

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah      ( Direktorat 

Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya 

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005). 

c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian 

Tanaman Sayuran, 2005). 

  

D. Bahan dan Alat 

a. Keranjang plastik atau kontainer plastik 

b. Gunting/pisau  

c. Gerobak 

d. Gudang/TPS 

 

E. Fungsi Bahan dan Alat : 

a. Keranjang plastik atau kontainer plastik digunakan sebagai 

wadah hasil panen. 

b. Gunting/pisau digunakan untuk memetik buah selain 

mengunakan tangan. 

c. Gerobak digunakan untuk mengangkut buah dari lahan. 

d. Gudang digunakan sebagai tempat menyimpan buah. 

 

F. Prosedur Pelaksanaan : 

a. Penyemprotan pestisida dihentikan menjelang panen. 

b. Panen pertama dilakukan pada umur 90-110 HST 

(tergantung lokasi dan varietas), dengan interval 4 – 7 hari. 

c. Buah yang dijual segar dipanen matang, sedangkan jika 

untuk dikirim dengan jarak jauh buah dipanen matang 

hijau (75% matang). 

65 

 

d. Cara panen dengan dipetik dan menyertakan tangkai 

buahnya. Selain memakai  tangan  pemetikan dapat 

memakai  pisau atau gunting.  

e. Hasil panen ditampung di keranjang atau ember dan 

diangkut. 

f. Hasil panen dibawa ke tempat penyimpanan sementara 

untuk diseleksi/ digrading. 

g. Untuk menghindari tertularnya buah yang sehat oleh 

penyakit sebaiknya buah cacat atau terkena OPT dapat 

disortir dan kemudian dimusnahkan. 

 

G. Sasaran 

 Mendapatkan buah dengan tingkat kematangan sesuai 

permintaan pasar dengan mutu buah yang sesuai dengan 

permintaan pasar. 

 

Contoh :  Form Catatan Kegiatan Panen 

 

Tgl. Umur 

tanaman 

Alat yang 

digunakan 

Teknik/cara 

panen 

Jumlah yang 

dipanen 

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

     

66 

 

Standar Operasional 

Prosedur 

 

Pasca Panen 

Nomor 

SOP Cabe  

XI 

Tanggal 

 ................ 

 

Halaman 

64-65 

 

Revisi ke... 

 Tgl.... 

 

XI. Pasca Panen 

 

A. Definisi : 

Kegiatan penanganan buah setelah dipanen hingga siap 

didistribusikan ke konsumen. 

 

B. Tujuan : 

Menjamin keseragaman ukuran dan mutu buah sesuai dengan 

permintaan pasar domestik dan ekspor. 

 

C. Validasi 

a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah (Direktorat 

Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003). 

b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya 

Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005). 

 

D. Bahan dan Alat 

a. Air bersih 

b. Lap kering 

c. Kotak plastik/karton 

d. Kertas koran 

 

 

67 

 

E.  Prosedur Pelaksanaan : 

a. Dilakukan sortasi dan pengkelasan sesuai dengan kriteria 

yang dikehendaki pasar, 

b. Hasil buah dianginkan (proses curing) untuk mencegah 

pembusukan dengan membuang panas lapang sebelum 

dijual ke pasar dan untuk memaksimalkan pembentukan 

dan kestabilan warna cabe sebelum dikirimkan. 

c. Penyimpanan, dilakukan dengan menempatkan produk 

dalam ruangan yang sistem udaranya terkendali. 

d. Pengemasan biasanya tergantung pasar. Ukuran kemasan 

disesuaikan dengan permintaan pasar. Kemasan memiliki 

daya lindung yang tinggi terhadap kerusakan, aman dan 

ekonomis.  

 

F. Sasaran 

Terjaminnya keseragaman ukuran dan mutu buah sesuai 

dengan permintaan pasar domestik dan ekspor.