Dalam rangka menghadapi persaingan pasar bebas, usaha
budidaya dituntut untuk senantiasa menerapkan standar mutu
dalam setiap tahapan proses produksi agar mampu menghasilkan
produk yang bermutu dan aman konsumsi. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan yaitu melalui penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) budidaya yang berdasar atas norma budidaya
yang baik (Good Agriculture Practices/GAP). SOP perlu disusun
untuk setiap sentra produksi dan bersifat spesifik lokasi.
Untuk memudahkan petugas pembina di daerah sentra produksi
cabe merah, perlu disusun buku SOP yang akan dijadikan acuan
dalam penyusunan SOP spesifik lokasi. Sebagai langkah awal
telah dilakukan penyususnan buku SOP budidaya cabe merah
yang didasarkan atas pengalaman petani cabe merah di
Kabupaten Ciamis. Selain itu juga dilengkapi dengan rekomendasi
sesuai hasil penelitian dan kajian dari BALITSA, BPTP Jawa Barat
dan BPTPH Provinsi Jawa Barat.
Lokasi usaha budidaya cabe merah yang digunakan sebagai dasar
penyusunan SOP yaitu pelaku usaha tani yang ada di Kabupaten
Ciamis Provinsi Jawa Barat. Dalam kesempatan ini kami
Cabe Merah (Capsicum annum L.) yaitu tanaman perdu dengan
rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Agar
dapat berhasil dengan baik budidaya cabe merah diupayakan
untuk memenuhi persyaratan teknis optimal sehingga dapat
diproduksi secara teratur sepanjang tahun dengan produksi dan
mutu yang optimal. Sebagai tanaman semusim yang diperlukan
setiap hari, budidaya cabe merah perlu dilakukan secara teratur
dengan areal tanam yang relatif tetap sepanjang tahun.
Di negara kita tanaman cabe merah mempunyai daya adaptasi yang
cukup luas. Oleh sebab itu tanaman ini umumnya dapat
dibudidayakan hampir di seluruh wilayah negara kita , baik di
dataran rendah maupun di dataran tinggi sampai ketinggian
1400 m dpl. Suhu yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabe
merah yaitu 25–27°C pada siang hari dan 18°– 20°C pada malam
hari. Pembungaan tanaman cabe merah tidak banyak dipengaruhi
oleh panjang hari. Curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah
kurang sesuai untuk pertumbuhan tanaman cabe merah. Curah
hujan yang baik untuk pertumbuhan cabe merah yaitu sekitar
600 – 1200 mm per tahun. Tanaman Cabe merah dapat tumbuh
pada berbagai jenis tanah asal drainase dan aerasi tanah cukup
baik dan air tersedia selama pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Tingkat kemasaman (pH) tanah yang sesuai yaitu 6 -7.
Untuk menghindari timbulnya berbagai masalah dalam budidaya
cabe merah, terutama terhadap keamanan produk dan lingkungan
perlu dilakukan usaha budidaya cabe merah secara benar. Dengan
upaya-upaya yang dilakukan secara benar ini diharapkan usaha
budidaya cabe merah dapat dilakukan secara berkelanjutan dan
produknya aman untuk dikonsumsi. Salah satu usaha yang dapat
dilakukan yaitu dengan membuat suatu standar/acuan, yaitu
5
Standar Operasional Prosedur (SOP) sebagai acuan dalam
pelaksanaan kegiatan produksi cabe merah. Standar Operasional
Prosedur (SOP) memuat alur proses budidaya dari on-farm
sampai penanganan pasca-panen sesuai dengan GAP (Good
Agriculture Practices) yang dianjurkan.
II. TARGET
Target yang akan dicapai dalam penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) budidaya cabai ini yaitu tercapainya
produksi/hasil optimal, mutu produksi sesuai standar yang telah
ditetapkan (SNI 01-4480-1998) dan meningkatnya penggunaan
produksi cabe merah untuk industri sehingga impor dapat
ditekan.
a. Target produksi yang akan dicapai untuk cabe merah yaitu
15 - 20 ton/ha.
b. Dengan penerapan SOP ini diharapkan akan diperoleh mutu
buah cabe sbb:
Ukuran buah yang dihasilkan seragam tergantung
permintaan pasar.
Keseragaman bentuk : 98 normal (mutu 1), 96 normal (mutu
2) dan 95 normal (mutu 3).
Keseragaman ukuran panjang buah : 12-14 (mutu 1), 9 – 11
(mutu 2) dan < 9 (mutu 3).
Keseragaman ukuran garis tengah pangkal : 1,5 – 1,7 (mutu
1), 1,3 < 1,5 (mutu 2) dan < 1,3 (mutu 3).
Kadar kotoran 1% (mutu 1), 2% (mutu 2) dan 5% (mutu 3).
Tingkat kerusakan dan busuk : 0% (mutu 1), 1% (mutu 2)
dan 2% (mutu 3).
Buah aman untuk dikonsumsi.
6
III. KEGIATAN
Untuk peningkatan produksi dan mutu cabe merah yang
dibudidayakan, diperlukan manajemen khusus budidaya yang
meliputi perbaikan manajemen serta aplikasi budidaya dari pra-
panen sampai dengan pasca panen. Aplikasi budidaya pra-panen
dengan sistem konvensional saat ini sudah banyak ditinggalkan
dan beralih ke sistem yang lebih maju, misalnya penanaman
dengan memakai mulsa plastik hitam perak.
Tanaman cabe merah dapat beradaptasi luas mulai dari dataran
rendah sampai ke dataran tinggi tergantung dari varietas yang
digunakan. Untuk memperoleh hasil buah yang optimal, selain
dengan memakai varietas yang tahan terhadap OPT juga
perlu diperhatikan teknologi budidaya yang tepat.
Kegiatan budidaya yang dinilai berkaitan erat dengan tujuan dan
target yang ditetapkan, terutama pada tahap persemaian,
pengolahan tanah dan pemeliharaan, seperti
perempelan/perompesan , pemupukan, pengairan, pengendalian
OPT, panen dan penanganan pasca panen.
Dalam hal penyediaan benih, harus memakai benih bermutu
dan varietas yang dianjurkan. Varietas cabe yang telah dilepas
oleh Menteri Pertanian dari tahun 1994-2010 sebanyak 77 varietas,
dan varietas tersebut merupakan varietas yang dianjurkan untuk
dibudidayakan. Varietas cabe yang telah dilepas dapat dilihat
pada lampiran.
7
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Standar
Operasional
Prosedur
Penyediaan
Benih
Nomor
SOP Cabe I
Tanggal
Dibuat
1 Desember 2014
Halaman
4-10
Revisi ke 2
I. Penyediaan Benih
A. Definisi :
Penyediaan benih merupakan rangkaian kegiatan menyediakan
benih cabe merah bermutu dari varietas yang dianjurkan dalam
jumlah yang cukup dan pada waktu yang tepat.
B. Tujuan :
a. Menyediakan benih bermutu yang dianjurkan sesuai dengan
kebutuhan dalam jumlah dan waktu yang tepat.
b. Menjamin benih yang digunakan tersebut murni secara
genetik, sehat, daya tumbuh baik dan mempunyai daya
adaptasi yang baik di wilayah yang akan ditanami.
C. Validasi/Referensi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabe Merah (Direktorat Tanaman
Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
b. Produksi Benih Cabai ( Yenni K dan Agus Muharam. Balai
Penelitian Sayuran, 2005).
c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian Sayuran,
2005).
d. Pengalaman Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. )
Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.
D. Bahan dan Alat :
a. Benih
8
b. Tanah
c. Pupuk kandang matang (Kompos)
d. Polybag semai/baki persemaian
e. Bambu
f. Plastik transparan/screen
g. Pestisida
h. Pupuk daun/POC
i. Pisau/gunting
j. Gembor/Emrat
k. Handsprayer
E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Benih digunakan sebagai bahan tanaman.
b. Tanah digunakan sebagai media tanam/semai.
c. Pupuk kandang/kompos digunakan untuk menambah
bahan organik dan memperbaiki sifat fisik tanah (tekstur
dan struktur tanah).
d. Polybag untuk wadah media semai.
e. Bambu untuk membuat naungan tempat pembenihan.
f. Plastik transparan digunakan untuk menaungi
persemaian.
g. Pestisida untuk mengendalikan serangan OPT.
h. Pupuk daun/POC untuk menambah unsur hara melalui
daun maupun tanah.
i. Pisau/gunting untuk memotong polybag.
j. Gembor/emrat untuk menyiram tanaman.
k. Handsprayer untuk menyemprot OPT dengan pestisida.
F. Prosedur Pelaksanaan :
1. Pemilihan benih
a. Varietas yang digunakan yaitu varietas yang dianjurkan
dan sudah didaftarkan ke Kementerian Pertanian dan
tersedia dipasaran.
9
b. Benih yang dipilih merupakan benih yang bermutu tinggi
(berdaya kecambah di atas 80%, mempunyai vigor yang baik,
murni, bersih dan sehat).
c. Memiliki nilai komersial.
d. Memiliki daya adaptasi yang tinggi dengan agroklimat
setempat.
e. Jaminan mutu dan produk (label/sertifikat) harus dicatat dan
disimpan.
f. Benih tidak kadaluarsa.
2. Persemaian
a. Media tanam
Media tanam yang digunakan yaitu campuran dari tanah
dan pupuk kompos dengan perbandingan 1 : 1 dan steril.
Campuran media dimasukkan dalam polybag/baki
persemaian.
b. Pelaksanaan Penyemaian benih di polybag semai
- Untuk satu hektar lahan dibutuhkan benih cabai antara
200-250 g, hal ini tergantung daya tumbuhnya.
- Benih cabe direndam dalam air hangat (45° - 50° C) selama
1 jam atau benih direndam dengan larutan natrium posfat
10% (Na3PO4) selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk
mengurangi kontaminasi patogen di dalam biji.
- Media tanam yang digunakan untuk persemaian yaitu
campuran tanah dan kompos, yang dimasukan ke dalam
polybag semai/baki semai.
- Lebar bedengan persemaian 1 – 1,2 m dengan panjang
disesuaikan dengan kondisi lahan.
- Bedengan diberi naungan atau atap plastik transparan
yang menghadap timur.
- Biji cabe langsung dimasukkan dalam polybag semai/baki
semai, lalu ditutup dengan lapisan tanah halus.
10
- Apabila tidak pakai polybag semai, setelah bibit tumbuh 2-
3 daun bibit dikepal dengan tanah (Jendilan) dan
selanjutnya dipindahkan ke bedengan persemaian,
disusun sesuai ukuran persemaian.
- Tempat persemaian itu sendiri bisa terbuat dari bambu
dengan atap plastik. Lebar 1,2 m, tinggi bagian depan 1,5
m dan bagian belakang 1 m, sedangkan panjang sesuai
dengan keperluan. Di dalam tempat persemaian dibuat
bangku dari bambu yang digunakan untuk meletakkan
persemaian.
- Bedengan persemaian sangat dianjurkan ditutup rapat
dengan kain kasa untuk mencegah kutu daun dan kutu
kebul (sebagai vektor virus) masuk ke persemaian cabai.
Penutupan dengan kain kasa dilakukan sejak benih cabai
disebarkan di persemaian
- Selama persemaian dilakukan penyiraman, penyiangan,
penyemprotan pupuk daun/POC dan pengendalian OPT,
disesuaikan dengan kebutuhan.
- Benih siap dipindahkan ke lapangan setelah berumur 3-4
minggu setelah semai atau sudah mempunyai 4-6 helai
daun dengan tinggi antara 5-10 cm.
- Penanaman benih di lahan/lapangan sebaiknya dilakukan
pagi atau sore hari pada bedengan yang sehari sebelumnya
telah disiram.
G. Sasaran
a. Terpilihnya benih varietas unggul.
b. Tersedianya benih yang mempunyai tingkat kemurnian,
daya tumbuh yang tinggi dan sehat (tidak membawa dan
atau menularkan OPT).
II. Persiapan Lahan
A. Definisi :
Kegiatan persiapan lahan yaitu kegiatan mempersiapkan
lahan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman, meliputi
kegiatan persiapan/pengolahan lahan, pemupukan dasar dan
pemasangan mulsa plastik.
B. Tujuan :
Mempersiapkan lahan dengan sebaik-baiknya agar
pertumbuhan tanaman optimal.
C. Validasi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah ( Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005).
c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, 2005).
d. Pengalaman Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. )
Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten
Ciamis.
D. Bahan dan Alat
a. Bambu/golok/pisau/palu besar
b. Kertas/alat tulis/penggaris
14
c. Cangkul/sekop/garpu
d. Mulsa plastik
e. Pelubang mulsa plastik
f. Tali rafia/tambang plastik
g. Pupuk kompos
h. Dolomit/kapur pertanian
i. Pupuk anorganik (NPK, Urea, ZA, SP-36 dan KCl)
j. Benih/bibit cabai
E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Bambu/golok/pisau/palu besar, digunakan sebagai bahan
dan alat membuat ajir, patok dan pasak penjepit mulsa.
b. Kertas/alat tulis/penggaris, digunakan sebagai alat tulis
dalam rangka pembuatan desain kebun, dll.
c. Cangkul/sekop/garpu digunakan sebagai alat dalam
proses pengolahan tanah yaitu membersihkan sisa-sisa
perakaran tanaman, menggemburkan, menghaluskan
/meratakan dan membuat guludan/bedengan.
d. Mulsa plastik untuk menutup permukaan atas bedengan
yang bermanfaat untuk merangsang perkembangan akar,
memperbaiki tekstur dan struktur, mempertahankan suhu
dan kelembaban tanah, mencegah erosi tanah, menekan
pertumbuhan gulma, meningkatkan proses fotosintesa, dan
mengurangi penguapan air dan pupuk.
e. Alat melubangi mulsa plastik berdiameter 10 cm yang
dipanaskan, digunakan untuk membuat lubang tanam pada
mulsa plastik dengan jarak tanam yang sudah ditentukan.
f. Tali rafia, digunakan untuk mengikat ajir dan mengikat
batang.
g. Pupuk kompos digunakan untuk memperbaiki sifat fisik
tanah (tekstur dan struktur tanah) sehingga meningkatkan
ketersediaan unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
15
h. Dolomit/kapur pertanian digunakan untuk meningkatkan
pH pada tanah masam hingga mendekati pH normal
(diberikan 1 bulan sebelum tanam).
i. Pupuk anorganik (Urea, ZA, SP-36, KCl) untuk pupuk
tunggal atau pupuk NPK untuk pupuk majemuk.
F. Prosedur Pelaksanaan :
1. Pengolahan Tanah
a. Lahan sebaiknya dipilih yang tidak banyak terkontaminasi
penyakit tular tanah yaitu dengan melihat kondisi
pertanaman sebelumnya dan bukan bekas tanaman dari
keluarga terung-terungan.
b. Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman dan sampah.
c. Tanah dicangkul/diolah dengan cultivator sampai
kedalaman 30–40 cm dan dibalikan. Lahan dibiarkan
terkena sinar matahari selama 1- 2 minggu.
d. Bongkahan tanah dihancurkan dan dibersihkan dari gulma
dan sisa-sisa tanaman sebelumnya.
e. Pada lahan kering/tegalan:
Pembuatan bedengan dengan lebar 1 – 1,2 m, tinggi 40
cm dengan jarak antar bedengan 40 cm dan panjang
bedengan disesuaikan dengan panjang lahan yang
dikehendaki.
Pembuatan garitan-garitan dan lubang-lubang tanam
dengan jarak tanam 50 cm x 60 cm. Pada tiap bedengan
terdapat 2 baris tanam.
f. Pada Lahan Sawah
Pembuatan bedengan dengan lebar 1,2 m, tinggi
bedengan 50 cm dan jarak antar bedengan 50 cm.
Panjang bedengan disesuaikan dengan kebutuhan.
Tanah di atas bedengan dicangkul sampai gembur.
16
Pembuatan lubang-lubang tanam disesuaikan dengan
jarak tanam yaitu 60 cm x 70 cm Pada tiap bedengan
terdapat 2 baris tanam.
Gambar 2. Penyiapan lahan untuk budidaya cabai merah
g. Pengapuran
Apabila kondisi pH tanah kurang dari 6, maka perlu
dilakukan pengapuran dengan kaptan/dolomit sebanyak 1-
2 ton/ha yang diberikan bersamaan dengan pengolahan
tanah.
2. Pemupukan dasar
Pupuk dasar diberikan dalam bentuk pupuk kompos sekitar
2 minggu sebelum tanam sebanyak 15-20 ton per ha. Pupuk
anorganik Urea sebanyak 300 kg/ha, ZA 150 kg/ha, SP 36
600 kg/ha dan KCl 300 kg/ha, ditambah Furadan 20 kg /ha
diberikan 5 hari sebelum tanam dengan cara ditebar, disiram
dan ditutup mulsa. Apabila memakai pupuk majemuk
(NPK) pupuk dasar diberikan dengan dosis 500-700 kg/ha.
Dosis dan jenis pupuk disesuaikan dengan rekomendasi
spesifik lokasi.
3. Pemasangan mulsa plastik hitam-perak.
Pemasangan mulsa dilakukan pada saat matahari panas
terik agar mulsa memuai sehingga memudahkan mulsa
tersebut ditarik menutup rapat bedengan.
17
Mulsa yang digunakan yaitu plastik hitam perak dengan
lebar 120 cm.
Bagian plastik berwarna perak menghadap ke atas dan
yang berwarna hitam menghadap ke tanah/bawah.
Dua orang memegang kedua ujung mulsa di masing-
masing ujung guludan/bedengan. Dua orang lainnya
saling berhadapan di masing-masing sisi guludan
/bedengan. Pinggir-pinggir mulsa ditarik ke arah bawah
sampai mulsa tersebut mengembang.
Gunakan pasak penjepit dari bambu untuk mengaitkan
sisi-sisi mulsa dengan bedengan agar mulsa tidak mudah
lepas.
Pemasangan bertahap dari satu ujung guludan/bedengan
hingga ujung berikutnya.
4. Pembuatan Lubang Tanam
Setelah mulsa terpasang dilanjutkan dengan pembuatan
lubang tanam pada mulsa memakai alat pelubang
mulsa berdiameter 10 cm yang dipanaskan.
Lubang tanam dibuat menurut sistem zigzag (segi tiga)
atau 2 baris berhadapan.
Lubang tanam dibuat sesuai dengan jarak tanam yaitu 50
cm x 60 cm untuk lahan darat dan 60 cm x 70 cm untuk
lahan sawah.
G. Sasaran
a. Tersedianya lahan untuk budidaya yang mampu
mendukung pertumbuhan tanaman secara optimal.
b. Tersedianya bedengan yang sesuai untuk budidaya cabe
merah.
c. Terpasangnya mulsa plastik untuk menutup permukaan
bedengan, dengan lubang tanam yang mengikuti jarak
tanam sesuai anjuran.
18
III. PENANAMAN
A. Definisi :
Merupakan kegiatan memindahkan benih dari persemaian ke
lahan atau areal penanaman hingga tanaman berdiri tegak dan
tumbuh secara optimal di lapangan.
Gambar 4. memindahkan benih dari persemaian ke lahan
B. Tujuan :
Menciptakan kondisi untuk pertumbuhan yang optimal.
C. Validasi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah ( Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005).
c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian Tanaman
Sayuran, 2005).
d. Pengalaman Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. )
Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten
Ciamis.
Standar
Operasional
Prosedur
Penanaman
Nomor
SOP Cabe III
Tanggal
1 Desember
2014
Halaman
18-20
Revisi ke 2
22
D. Bahan dan Alat
a. Air
b. Bibit cabai
c. Ember dan gayung
d. Emrat
e. Baki
E. Fungsi Bahan dan Alat
a. Air digunakan untuk menyiram tanah sehingga
kelembaban tanah optimal dan tanaman tidak mengalami
kelayuan.
b. Bibit cabai di persemaian digunakan sebagai bahan yang
akan ditanam pada bedengan yang telah disiapkan.
c. Ember dan gayung untuk mengambil dan menyiram air ke
tanaman.
d. Nampan digunakan untuk membawa bibit siap tanam
F. Prosedur Pelaksanaan :
Penanaman dilakukan pada sore hari agar bibit cabai
yang telah ditanam tidak layu akibat panasnya cahaya
matahari,
Bibit yang ditanam diperiksa dan diseleksi terlebih
dahulu. Batang tanaman harus tumbuh lurus, perakaran
banyak dan pertumbuhannya normal,
Cara penanaman : media di polybag dibasahi, dipadatkan
kemudian plastik ditarik kebawah sehingga bibit cabai
terlepas dari polybag,
Bibit ditanam di guludan/bedengan pada mulsa yang
telah dilubangi. Untuk mencegah pembusukan, bibit
ditanam sebatas leher akar atau pada pangkal batang
tanpa mengikutsertakan batangnya,
Pada bibit cabai yang telah ditanam dianjurkan dilakukan
penyiraman, dan
23
Proses kegiatan penanaman cabai ke lapangan harus
tercatat.
G. Sasaran
Bibit cabai dari persemaian dapat ditanam pada bedeng
pertanaman yang telah disiapkan dengan jarak tanam yang
telah ditentukan sehingga tanaman tumbuh dengan optimal.
24
Standar
Operasional
Prosedur
Pemasangan Ajir
Nomor
SOP Cabe IV
Tanggal
1
Desember
2014
Halaman
21-26
Revisi
Ke 2
IV. Pemasangan Ajir
A. Definisi :
Merupakan kegiatan memasang ajir bambu di setiap tanaman
cabai.
Gambar 5. Pemasangan ajir untuk menopang tanaman agar tumbuh tegak
B. Tujuan :
Membantu tanaman tumbuh tegak, mengurangi kerusakan
fisik tanaman yang disebabkan beban buah dan tiupan angin,
memperbaiki pertumbuhan daun dan tunas, mempermudah
pemeliharaan seperti penyiangan, penyemprotan pestisida dan
pemupukan.
C. Validasi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah (Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
25
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005).
c. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif (Tarigan, S,
Agromedia Pustaka, 2003).
d. Pengalaman Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim, Sp. )
Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten
Ciamis.
D. Bahan dan Alat
a. Bambu
b. Golok/pisau
c. Tali rafia
d. Gergaji
E. Fungsi Bahan dan Alat
a. Bambu digunakan sebagai bahan pembuat ajir.
b. Golok/pisau digunakan untuk membuat ajir dengan
panjang sesuai kebutuhan.
c. Tali rafia digunakan untuk mengikat tanaman pada ajir.
d. Gergaji digunakan untuk memotong bambu.
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan 7 hari setelah tanam,
b. Ajir dibuat dari bambu dengan ukuran 4 x 150 cm yang
ditancapkan 20 cm dari tanaman dan ditanamkan dalam
tanah sedalam 30 cm dengan posisi miring keluar atau
tegak lurus.
c. Tanaman diikat pada ajir dengan tali rafia setelah tanaman
berumur 25 hari setelah tanam.
G. Sasaran
Ajir terpasang untuk menopang pertumbuhan tanaman agar
tumbuh tegak
26
V. Penyulaman
A. Definisi :
Merupakan kegiatan mengganti tanaman yang mati akibat
serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT).
B. Tujuan :
Supaya populasi tanaman tidak berkurang.
C. Validasi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah (Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005).
c. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif (Tarigan, S,
Agromedia Pustaka, 2003).
d. Pengalaman Petani Pelaku Usaha Tani ( Asep Halim,
Sp.) Gapoktan Kisingasari Kecamatan Kawali Kabupaten
Ciamis.
D. Bahan dan Alat
a. Bibit
b. Nampan
c. Cukil
28
E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penyulaman dilakukan pada pagi atau sore hari agar
bibit cabai yang telah ditanam tidak layu akibat
panasnya cahaya matahari.
b. Penyulaman tanaman cabai dapat dilakukan selama 5 -7
hari setelah masa tanam atau dilakukan sampai umur
tanaman 3 minggu.
c. Bibit yang digunakan untuk menyulam juga dipilih bibit
yang sama agar pertumbuhannya dapat seragam
d. Lakukan penyiraman setelah penyulaman
e. Proses kegiatan penyulaman cabai ke lapangan harus
tercatat.
29
Standar
Operasional
Prosedur
Perempelan
Nomor
SOP Cabe VI
Tanggal
1 Desember
2014
Halaman
28-30
Revisi
Ke 2
VI. Perempelan
A. Definisi :
Merupakan kegiatan membuang tunas air, daun, bunga dan
bagian tanaman lain yang rusak atau terkena serangan OPT.
B. Tujuan :
Untuk membentuk tajuk tanaman yang ideal sehingga terjadi
partisi sinar matahari yang efektif untuk energi fotosintesis.
C. Validasi
a. Budidaya Cabe Merah sesuai GAP ( Direktorat Budidaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005).
b. Bertanam Cabai Hibrida Secara Intensif (Tarigan. S,
Agromedia Pustaka, 2003).
D. Bahan dan Alat
a. Ember
b. Keranjang
E. Prosedur Pelaksanaan:
a. Waktu perempelan sebaiknya pada pagi hari sebab
tanaman masih banyak mengandung air sehingga mudah
dipatahkan,
30
b. Perempelan biasanya dilakukan 3-5 kali (sesuai dengan
kebutuhan),
c. Perempelan tunas di ketiak daun biasanya dimulai umur 15
HST.
d. Perempelan daun dibawah cabang utama maksimal 60 HST
harus sudah selesai,
e. Perempelan bunga dilakukan pada bunga cabang utama
untuk menunda pembentukan bunga dan buah sebab
kondisi tanaman belum kuat, dan
f. Perempelan daun di cabang utama dilakukan pada saat
tajuk tanaman telah optimal. Perempelan ini dilakukan
pada saat tanaman berumur 75 – 80 HST untuk dataran
rendah dan 90 HST untuk dataran tinggi tergantung
varietas yang ditanam.
F. Sasaran
Terbentuknya tajuk tanaman yang ideal sehingga terjadi
partisi sinar matahari yang efektif untuk energi fotosintesis.
VII. Pengairan
A. Definisi :
Memberi air sesuai kebutuhan tanaman di daerah perakaran
tanaman dengan air yang memenuhi standar baku pada
waktu, cara, dan jumlah yang tepat.
Gambar 6. Pengairan dengan memakai selang plastik, diberikan
sesuai dengan kebutuhan tanaman
B. Tujuan :
Menjamin ketersediaan air bagi tanaman untuk mengganti air
yang hilang akibat penguapan, hanyut dll sehingga
pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal.
C. Validasi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP
33
c. Budidaya Tanaman Cabai Merah
D. Bahan dan Alat
a. Air
b. Pompa air
c. Selang plastik
d. Gembor
e. Gayung
f. Ember
E. Fungsi Bahan dan Alat
a. Selang digunakan untuk menyalurkan air (apabila sumber
air lebih tinggi dari pertanaman).
b. Pompa air digunakan untuk menaikkan air (apabila sumber
air lebih rendah dari pertanaman).
c. Gembor untuk menyiram tanaman (apabila jumlah air tidak
mencukupi buat menggenangi bedengan).
d. Air diperlukan untuk kebutuhan hidup tanaman cabe.
e. Gayung untuk mengambil air dan disiramkan pada lubang
tanam cabai.
f. Ember untuk membawa air.
F. Prosedur Pelaksanaan
a. Tanaman Cabe termasuk tanaman yang tidak tahan
terhadap kekeringan, tetapi juga tidak tahan juga terhadap
genangan air,
b. Masa kritis tanaman cabe yaitu pada saat pertumbuhan
vegetatif yang cepat, pembentukan bunga dan buah,
c. Penyiraman dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman,
d. Penyiraman bisa dilakukan dengan memakai selang
yang dimasukkan ke dalam mulsa plastik,
34
e. Pengairan dilakukan dengan sistem leb selama 15– 30 menit,
setelah itu dikeluarkan dari petakan,
f. Pada musim penghujan sistem pembuangan diatur supaya
aliran air berjalan lancar sehingga akar cabe tidak tergenang
air terlalu lama.
g. Bedengan yang sering terendam air menyebabkan
kelembaban lebih tinggi sehingga dapat mengakibatkan
perakaran terserang penyakit yang disebabkan oleh bakteri
dan cendawan.
h. Setiap kegiatan pengairan yang dilaksanakan harus tercatat.
G. Sasaran
Terjaminnya ketersediaan air bagi tanaman untuk mengganti
air yang hilang akibat penguapan, hanyut, dll, sehingga
pertumbuhan dan proses produksinya berjalan optimal.
VIII. Pemupukan
A. Definisi :
Penambahan unsur hara ke dalam tanah apabila kandungan
unsur hara dalam tanah tidak mencukupi untuk mendukung
pertumbuhan tanaman secara optimal.
B. Tujuan :
Mempertahankan status hara tanah agar memenuhi kebutuhan
hara tanaman sehingga dapat menjamin pertumbuhan tanaman
secara optimal dan berproduksi dengan mutu yang optimal.
C. Validasi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP
c. Budidaya Tanaman Cabai Merah
D. Bahan dan Alat
a. Pupuk kompos/organik
b. Pupuk buatan/anorganik (Unsur N, P, K dan NPK 15-15-
15/16-16-16)
38
c. Pupuk Daun/POC
d. Dolomit
e. Cangkul
f. Ember/gayung
E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Pupuk kompos/organik digunakan untuk memperbaiki
tekstur dan struktur tanah.
b. Pupuk buatan/anorganik, digunakan sebagai unsur
tambahan hara/nutrisi yang dibutuhkan tanaman dalam
bentuk pupuk tunggal maupun majemuk.
c. Pupuk daun/POC digunakan untuk mengatasi kekurangan
jumlah unsur hara mikro yang diperlukan tanaman.
d. Dolomit digunakan untuk mengurangi tingkat keasaman
tanah sehingga memperbaiki ketidakseimbangan unsur hara
yang dapat diambil tanaman, meningkatkan Ca dan Mg di
dalam tanah serta dapat memperbaiki pertumbuhan
tanaman.
e. Cangkul berfungsi untuk menggali tanah.
f. Ember sebagai tempat/wadah untuk menampung air.
F. Prosedur Pelaksanaan:
a. Menghitung kebutuhan pupuk berdasarkan dosis yang telah
ditentukan
b. Dosis pemupukan yang digunakan sebaiknya berdasarkan
hasil analisis tanah, daun dan rekomendasi yang telah dibuat.
c. Menyediakan bahan/pupuk yang akan digunakan, sesuai
kebutuhan.
d. Jenis pupuk yang umumnya digunakan untuk menambah
hara yaitu pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Untuk
menambah hara Ca dan Mg yaitu dengan pemberian kapur,
dolomit, dan unsur hara mikro dari pupuk daun.
39
e. Waktu aplikasi pupuk N dan K susulan diberikan pada umur
21 HST berikutnya diberikan dengan interval 7-10 hari sekali.
f. Agar pupuk lebih cepat bereaksi, sebaiknya pupuk dilarutkan
dalam air ditambah pupuk kompos dan diberikan melalui
penyiraman, dan dapat juga ditambahan dengan Urine
kelinci (konsentrasi 5-10%).
g. Setiap kegiatan pemupukan yang dilaksanakan harus
tercatat.
G. Sasaran
Terpenuhinya kebutuhan hara tanaman sehingga dapat
menjamin pertumbuhan tanaman secara optimal dan
berproduksi dengan mutu yang optimal.
Contoh : Catatan Kegiatan Pemupukan
Waktu
(HST)
Jenis
pupuk
yang
digunakan
Asal
pembelian
Dosis Cara teknis
pemupukan
Sisa
stok
40
Standar
Operasional
Prosedur
Pengendalian OPT
Nomor
SOP Cabe IX
Tanggal
1 Desember 2014
Halaman
35-60
Revisi ke 2
IX. Pengendalian OPT
A. Definisi :
Kegiatan untuk mengendalikan OPT agar tanaman tumbuh
optimal dan secara ekonomis menguntungkan.
B. Tujuan :
a. Untuk menghindari kerugian ekonomi berupa kehilangan
hasil (kuantitas) dan penurunan mutu (kualitas) produk.
b. Menjaga kesehatan tanaman dan kelestarian lingkungan
hidup dan keamanan produk.
C. Validasi
a. Pengenalan dan pengendalian Hama-hama penting pada
Tanaman Cabai merah ( Balitsa, 2005).
b. Pengenalan dan Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT) Cabai (Direktorat Bina Perlindungan
Tanaman, 1999).
c. Pengenalan dan Pengendalian penyakit Virus pada cabai
(Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2004).
d. Pedoman Umum Budidaya Cabe Merah (Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
e. Penyakit Penting Tanaman Cabai dan Pengendaliannya
(Balitsa, 2007).
41
D. Bahan dan Alat :
a. Bahan
- Pestisida (insektisida, fungisida, herbisida) yang terdaftar
dan diizinkan, sesuai dengan Daftar Pestisida untuk
Pertanian dan Kehutanan tahun 2013.
- Pestisida nabati dan agens hayati.
- Air
b. Alat
- Hand sprayer, power sprayer
- Ember/drum
- Pengaduk
- Takaran (skala ml dan liter)
- Kuas
- Pisau
- Gunting pangkas
- Alat/sarana pelindung: sarung tangan, masker, topi,
sepatu boot, baju lengan panjang
E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Pestisida (pestisida kimiawi, biopestisida, pestisida nabati)
untuk mengendalikan OPT (menurunkan populasi dan
intensitas serangan OPT).
b. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan
pembersih.
c. Alat aplikator pestisida untuk mengaplikasikan pestisida
pada tanaman.
d. Ember untuk mencampur pestisida dan air.
e. Pengaduk untuk mengaduk pestisida dan air.
f. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan air
(skala cc/ml, dan liter).
42
g. Deterjen : Untuk mencuci alat aplikator, mengendalikan
OPT tertentu dan pencampur bahan pestisida nabati.
h. Alkohol 70%, kloroks 1% (Bayclin) dan lysol. Untuk
mensucihamakan (desinfektan) alat-alat pertanian (pisau,
gunting pangkas dan gergaji).
i. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari
cemaran bahan kimiawi (pestisida).
F. Prosedur Pelaksanaan
a. Melakukan pengamatan OPT secara berkala (1 minggu 1
kali) dengan mengambil contoh untuk mengetahui jenis
hama dan populasinya,
b. Mengenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT, dan
musuh alaminya, dan
c. Memperkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan
dikendalikan (OPT).
G. Jenis Hama Yang Menyerang Tanaman Cabe :
1. Thrips (Thrips parvispinus Karny)
Gejala serangan :
Pada umumnya hama ini berkembang pesat dimusim
kemarau, sehingga populasi lebih tinggi sedangkan pada
musim penghujan populasinya akan berkurang sebab
banyak thrips yang mati akibat tercuci oleh air hujan. Hama
ini menyerang tanaman dengan menghisap cairan
permukaan bawah daun (terutama daun-daun muda).
Gejala serangan diperlihatkan dengan adanya bercak-
bercak putih pada bagian atas permukaan daun dan
keperak-perakan pada bagian bawah permukaan daun.
43
Daun yang terserang berubah warna menjadi coklat
tembaga, mengeriting atau keriput dan ukuran daun
mengecil. Pada serangan berat menyebabkan daun, tunas
atau pucuk menggulung ke dalam. Pertumbuhan tanaman
terhambat dan kerdil bahkan pucuk tanaman menjadi mati.
Gambar 7. Gejala serangan Thrips
Pengendalian :
a. Kultur Teknis
Penggunaan mulsa plastik yang dikombinasikan
dengan tanaman perangkap. Cara ini cukup efektif
untuk menunda serangan yang biasanya terjadi pada
umur 14 HST. Penggunaan mulsa plastik juga dapat
mencegah infeksi kutu daun dari luar pertanaman
dan mencegah thrips mencapai tanah untuk
berpupa, sehingga daur hidup thrips menjadi
terputus.
Sanitasi dan pemusnahan bagian tanaman yang
terserang thrips.
Tidak menanam tanaman inang (Famili Solanaceae).
44
b. Fisik Mekanis
Penggunaan perangkap likat warna biru atau putih
sebanyak 40 buah per ha atau 2 buah per 500 m2, dan
dipasang sejak tanaman berumur 2 minggu. Perangkap
likat dapat dibuat dari potongan paralon berdiameter
10 cm dan panjang + 15 cm, kemudian di cat putih atau
biru, digantungkan di atas tanaman cabai. Lem yang
digunakan berupa lem kayu yang diencerkan atau
vaselin, lem dipasang setiap seminggu sekali.
c. Hayati
Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk
mengendalikan hama thrips, antara lain predator
kumbang Coccinellidae, predator larva Chrysopidae,
kepik Anthocoridae dan patogen Entomophthora sp.
d. Kimiawi
Pestisida digunakan apabila populasi hama atau
kerusakan tanaman telah mencapai ambang
pengendalian (serangan mencapai lebih atau sama
dengan 15% per tanaman contoh) atau cara-cara
pengendalian lainnya tidak dapat menekan populasi
hama.
e. Pestisida Nabati
Pengendalian juga dapat dilakukan dengan
memakai pestisida alami antara lain yang berasal
dari gadung (Diascorea hispida).
2. Lalat Buah (Bactrocera sp)
Gejala serangan :
Buah cabe merah yang terserang ditandai dengan adanya
lubang titik hitam pada bagian pangkal buah, tempat
45
serangga betina meletakkan telurnya. Jika buah cabai
dibelah, di dalamnya terdapat larva lalat buah. Larva
tersebut memakan daging buah serta menghisap cairan
buah dan menyebabkan terjadinya infeksi oleh OPT lain
sehingga buah menjadi busuk dan gugur sebelum larva
berubah menjadi pupa. Serangan berat terjadi pada musim
hujan, disebabkan oleh bekas tusukan ovipositor serangga
betina terkontaminasi oleh bakteri sehingga buah yang
terserang menjadi busuk dan jatuh ke tanah.
Gambar 8. Gejala serangan Lalat Buah (Bactrocera sp)
Pengendalian
a. Fisik mekanis
Tanah dicangkul atau dibajak sehingga kepompong
lalat buah yang ada di dalam tanah akan mati
terkena sinar matahari.
Mengumpulkan buah yang terserang kemudian
dimusnahkan dengan cara dibakar.
46
b. Hayati
Penggunaan perangkap dengan atraktan misalnya
metil eugenol (ME) atau petrogenol sebanyak 1
ml/perangkap. Jumlah perangkap yang dibutuhkan
40 buah/ha atau 2 buah per 500 m2. Perangkap
dipasang pada saat tanaman berumur 2 minggu
sampai akhir panen dan dipasang di luar areal
pertanaman. Atraktan diganti setiap 2 minggu
sekali.
Pelepasan serangga jantan mandul yang telah
diradiasi dilepas ke lapangan dalam jumlah besar
sehingga diharapkan dapat mengurangi
keberhasilan perkawinan dengan lalat fertil dan
akhirnya populasi lalat buah dapat berkurang.
Pemanfaatan musuh alami yang potensial untuk
mengendalikan hama lalat buah, antara lain
parasitoid larva dan pupa (Biosteres sp, Opius sp),
predator semut, Arachnidae (laba-laba),
Staphylinidae (kumbang) dan Dermatera (Cocopet).
c. Penggunaan Varietas tahan
Beberapa varietas yang agak tahan terhadap serangan
hama lalat buah, yaitu Tombak 1, Tombak 2, Nenggala
1 dan Cemeti 1.
d. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi dilakukan apabila cara-
cara pengendalian lainnya tidak dapat menekan
populasi hama, sehingga digunakan pestisida yang
efektif, terdaftar dan sesuai anjuran.
47
3. Kutu Daun Persik (Myzus persicae Sulz)
Gejala serangan :
Tanaman yang terserang kutu daun persik menjadi keriput,
pertumbuhan tanaman kerdil, warna daun kekuningan,
terpuntir, layu dan akhirnya mati. Kutu daun ini
merupakan vektor lebih dari 150 strain virus, terutama
penyakit virus CMV dan PVY. Ledakan hama biasanya
terjadi pada musim kemarau. Hama ini hidupnya
berkelompok dan berada di bawah permukaan daun.
Menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun
muda dan bagian pucuk tanaman. Cairan yang dikeluarkan
kutu daun ini mengandung madu yang dapat mendorong
tumbuhnya cendawan jelaga pada daun sehingga
menghambat proses fotosintesis.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
Melakukan eradikasi gulma dan bagian-bagian
tanaman yang terserang, kemudian dibakar
Tumpangsari cabai merah dengan bawang daun,
dapat menekan serangan hama kutu daun persik
sebab bawang daun bersifat sebagai pengusir hama
ini.
Penggunaan tanaman perangkap, seperti tanaman
caisin yang ditanam di sekeliling tanaman cabai
merah, sebab caisin lebih disukai oleh kutu daun
persik daripada tanaman cabai. Jika populasi hama
cukup tinggi, dilakukan penyemprotan pestisida pada
tanaman perangkap saja (caisin).
b. Fisik mekanis
Penggunaan kain kasa pada bedengan persemaian
maupun di sekitar pertanaman.
Penggunaan perangkap air berwarna kuning.
Perangkap yang dibutuhkan sebanyak 40 buah per ha
atau 2 buah per 500 m2, dipasang pada saat tanaman
cabai berumur 2 minggu.
c. Hayati
Musuh alami yang potensial menyerang kutu daun
persik di lapangan antara lain parasitoid Aphidius sp,
predator kumbang Coccinella transversalis, Menocvhillus
sexmaculata, larva Microphis lineata, Veranius sp dan
patogen Entomopthora sp.
49
d. Kimiawi
Apabila jumlah kutu daun lebih dari 7 ekor per 10 daun
contoh atau kerusakan tanaman lebih dari 15% per
tanaman contoh dapat digunakan pestisida yang efektif,
terdaftar dan sesuai anjuran. Penyemprotan sebaiknya
dilakukan pada senja hari.
4. Ulat grayak (Spodoptera litura F.)
Gejala serangan :
Larva instar 1 dan 2 merusak daun dan buah dengan
meninggalkan sisa-sisa epidermis daun bagian atas dan
yang tinggal hanya tulang-tulang daun. Larva instar lanjut
merusak tulang daun ditandai dengan gundulnya daun,
kadang-kadang larva menyerang buah cabai. Larva
biasanya berada di permukaan bawah daun dan
menyerang secara serentak dan berkelompok. Gejala
serangan pada buah cabai ditandai dengan timbulnya
lubang yang tidak beraturan pada permukaan buah. Pada
serangan berat menyebabkan tanaman gundul sebab daun
dan buah habis dimakan ulat. Umumnya serangan berat
terjadi pada saat musim kemarau.
Pengendalian :
a. Kultur teknis
Sanitasi lahan dengan cara membersihkan gulma
dan sisa tanaman yang dapat menjadi sumber
infeksi.
Pengolahan lahan yang intensif dan saluran air
(drainase) yang baik.
Eradikasi selektif dilakukan terhadap kelompok
telur Spodoptera sp yang dijumpai pada pertanaman
cabe merah.
b. Fisik mekanis
Pemusnahan kelompok telur, larva atau pupa dan
bagian tanaman yang terserang.
Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk
ngengat Spodoptera litura sebanyak 40 buah per ha
atau 2 buah per 500 m2. Pemasangan perangkap
dilakukan sejak tanaman berumur 2 minggu.
c. Hayati
Pemanfaatan patogen Sl. NPV (Spodoptera litura-
Nuclear Polyhedrosis Virus), Sl. Bx 9, cendawan
cordisep, Nematoda steinerma, predator Sycanus sp,
parasitoid Apanteles sp, Telenomus Spodopterae dan
Peribeae sp.
d. Kimiawi
Jika intensitas kerusakan daun akibat serangan ulat
grayak telah mencapai lebih atau sama dengan 12,5% per
tanaman contoh, maka pertanaman cabai disemprot
dengan pestisida sesuai yang dianjurkan.
51
5. Kutu Kebul (Bemisia tabaci)
Gejala serangan :
Serangan pada daun berupa bercak nekrotik, akibat
serangan nimfa dan serangga dewasa. Pada saat populasi
tinggi, serangan kutu kebul dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Sekresi yang dikeluarkan oleh kutu
Kebul dapat menimbulkan serangan jamur jelaga yang
berwarna hitam, menyerang berbagai stadia tanaman.
Gambar 11. Gejala serangan Kutu Kebul
Pengendalian :
a. Pemanfaatan musuh alami : predator yang diketahui
efektif terhadap kutu kebul, antara lain Menochilus
sexmaculatus (mampu memangsa larva Bemisia tabaci
sebanyak 200 – 400 larva/hari), Coccinella septempunctata,
Scymus syriacus, Chrysoperla carnea, Scrangium
parcesetosum, Orius albidipennis, dll. Parasitoid yang
diketahui efektif menyerang B. tabaci yaitu Encarcia
adrianae (15 species), E. tricolor, Eretmocerus corni (4
species), sedangkan jenis patogen yang menyerang B.
52
tabaci, antara lain Bacillus thuringiensis, Paecilomyces
farinorus dan Eretmocerus.
b. Penggunaan perangkap
Penggunaan perangkap likat dapat dipadukan dengan
pengendalian secara fisik/mekanik dan penggunaan
insektisida secara selektif. Dengan cara tersebut populasi
hama dapat ditekan dan kerusakan yang
ditumbulkannya dapat dikurangi dalam waktu yang
relatif lebih cepat.
c. Penggunaan “ Companion planning ”
Beberapa jenis tanaman dapat digunakan untuk
mengurangi serangan kutu Kebul, antara lain
tumpangsari antara cabai dengan tagetes, penanaman
jagung atau gandum disekitar tanaman cabai.
d. Penggunaan pestisida selektif.
Beberapa insektisida yang diketahui efektif untuk
mengendalikan kutu kebul yaitu pestisida yang
mengandung bahan aktif, antara lain Permethrin,
Amitraz, Fenoxycarb, Imidacloprid, Bifenthrin,
Deltamethrin, Buprofezin, Endosulphan dan asefat.
H. Jenis Penyakit Yang Menyerang Tanaman Cabe :
1. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia (Ralstonia
solanacearum)
Gejala serangan :
Layu pada pucuk daun kemudian menjalar ke bagian
bawah daun sampai seluruh daun menjadi layu dan
akhirnya tanaman menjadi mati. Jaringan pembuluh batang
bagian bawah dan akar menjadi kecoklatan. Apabila batang
53
dan akar yang terserang dipotong melintang dan
dicelupkan ke dalam air jernih tampak mengeluarkan
cairan keruh yang merupakan koloni bakteri. Infeksi terjadi
melalui lentisel dan akan cepat berkembang jika ada luka
mekanis akibat gigitan hama dan faktor lainnya. Penyakit
layu bakteri ini berkembang sangat cepat pada musim
hujan.
Gambar 12. Penyakit Layu Bakteri Ralstonia
Pengendalian :
a. Melakukan sanitasi dan eradikasi tanaman yang
terserang. Sisa-sisa tanaman sakit dicabut dan
dimusnahkan.
b. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman yang
bukan inang bagi bakteri Ralstonia solanacearum. Rotasi
dianjurkan dengan tanaman padi sawah.
c. Memperbaiki drainase tanah agar tidak terjadi genangan
air dan kelembaban yang cukup tinggi, dengan
membuat guludan setinggi 50-60 cm.
d. Penurunan pH tanah dengan pemberian belerang pada
areal pertanaman.
54
e. Menanam varietas cabai merah yang sehat dan tahan
penyakit layu bakteri.
f. Memanfaatkan agens antagonis Psedomonas fluorecens,
Bacillus subtilis, Trichoderma spp dan Gliocladium spp.
Aplikasikan mikroba antagonis tersebut 3 hari sebelum
benih ditanam atau bersamaan dengan penanaman
benih.
2. Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysporum f. sp)
Gejala serangan :
Tanaman menjadi layu mulai dari bagian bawah dan anak
tulang daun menjadi menguning. Apabila infeksi
berkembang, tanaman menjadi layu dalam waktu 2–3 hari
setelah infeksi. Warna jaringan akar dan batang menjadi
coklat. Tempat terjadinya luka tertutup hifa berwarna putih
seperti kapas. Jika serangan terjadi pada saat pertumbuhan
sudah maksimum, tanaman masih dapat menghasilkan
buah. Bila serangan sudah mencapai batang, buah menjadi
kecil dan gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang
diterbangkan angin dan air. Tanaman inang lainnya yaitu
kacang panjang, kubis, ketimun dan bawang merah.
Pengendalian :
a. Sanitasi dengan mengeradikasi tanaman yang terserang
kemudian dicabut dan dimusnahkan.
b. Memperbaiki pengairan untuk mencegah terjadinya
genangan air dan kelembaban yang tinggi, dengan
membuat guludan setinggi 40–50 cm.
c. memakai benih yang sehat.
55
d. Melakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan
inang dan memusnahkan gulma Cyperus sebagai inang
“perfect stage” dari cendawan.
e. Memanfaatkan agens hayati Trichoderma spp dan
Gliocladium spp.
f. Apabila cara lain tidak dapat menekan serangan
penyakit ini dapat digunakan fungisida yang efektif,
terdaftar dan dianjurkan.
3. Penyakit busuk buah antraknosa (Colletotrichum capsici,
C. gloeosporioides dan Gloeosporium piperatum)
Gejala serangan :
Gejala serangan awal berupa bercak coklat kehitaman pada
permukaan buah, kemudian menjadi busuk lunak. Bagian
tengah buah tampak bercak kumpulan titik hitam yang
merupakan kelompok seta dan konidium. Serangan berat
menyebabkan seluruh buah keriput dan mengering. Warna
kulit buah menyerupai jerami padi. Dalam kondisi cuaca
panas dan lembab dapat mempercepat perkembangan
penyakit.
Gambar 13. Penyakit busuk buah antraknosa
56
Pengendalian :
a. Perlakuan biji dengan cara merendam biji dalam air
panas (55° C) selama 30 menit atau perlakuan dengan
fungisida sistemik golongan Triazole dan Pyrimidin
(0.05– 0.1%).
b. Sanitasi rumput-rumput/gulma dan buah cabai yang
terserang penyakit busuk buah dikumpulkan kemudian
dimusnahkan.
c. Menanam benih yang bebas patogen pada lahan yang
tidak terkontaminasi oleh patogen penyakit busuk buah
antraknosa, baik di persemaian maupun di lapangan.
d. Menanam cabai varietas genjah untuk menghindari
infeksi, yaitu usaha memperpendek periode ekspose
tanaman terhadap sumber inokulum.
e. Melakukan pergiliran tanam dengan tanaman yang
bukan solanaceae.
f. Melakukan perbaikan drainase tanah.
g. Memanfaatkan agens antagonis Pseudomonas fluorecsens,
Bacillus subtilis, Trichoderma spp dan Gliocladium spp.
Aplikasi pada kantong persemaian sebanyak 5 gr per
kantong, diaplikasikan 3 hari sebelum benih ditanam
atau bersamaan dengan penanaman benih.
h. Memanfaatkan mikroba antagonis Pseudomonas
fluorescens dan Bacillus subtilis, diaplikasikan mulai fase
pembungaan hingga 2 minggu setelah pembungaan
dengan selang waktu 1 minggu.
i. Apabila gejala serangan penyakit pada buah semakin
meluas dapat digunakan fungisida yang efektif dan
sudah terdaftar/dianjurkan.
57
4. Penyakit bercak daun (Cercospora capsici)
Gejala serangan :
Penyakit bercak daun dapat timbul pada tanaman muda di
persemaian, dan cenderung lebih banyak menyerang
tanaman tua. Daun yang terinfeksi dapat berubah menjadi
kuning dan gugur ke tanah. Pada daun yang terserang
tampak bercak kecil berbentuk bulat dan kering. Bercak
tersebut meluas sampai diameter sekitar 0,5 cm. Pusat
bercak berwarna pucat sampai putih dengan warna tepi
lebih tua. Bercak yang tua dapat menyebabkan lubang-
lubang pada daun. Apabila terdapat banyak bercak, daun
cepat menguning dan gugur atau langsung gugur tanpa
menguning lebih dahulu. Bercak sering terdapat pada
tangkai daun, batang, sedangkan serangan pada buah
jarang ditemukan. Penyakit ini kadang menyerang cabai
pada waktu persemaian.
Gambar 14. Penyakit bercak daun
58
Pengendalian :
a. Sanitasi dengan cara memusnahkan daun atau sisa-sisa
tanaman yang terinfeksi.
b. Menanam benih yang bebas patogen pada lahan yang
tidak terkontaminasi oleh patogen, baik di persemaian
maupun di lapangan.
c. Waktu tanam yang tepat yaitu musim kemarau dengan
irigasi yang baik.
d. Aplikasi fungisida secara bijaksana dan hanya
diaplikasikan bila diperlukan, berpedoman pada
peramalan cuaca dan populasi spora di lapangan.
5. Penyakit Virus
Penyakit virus yang menyerang tanaman cabe merah di
negara kita dapat disebabkan oleh satu jenis atau gabungan
beberapa jenis virus, antara lain Virus Mosaik Tembakau
(Tobacco Mosaic Virus = TMV), Virus Belang Urat Daun
(Chilli Veinal Mottle Virus =CVMV), Virus Mosaik
Mentimun (Cucumber Mosaic Virus=CMV), Geminivirus
(Tomato yellow leaf curl virus = TYLCV), Virus mengkerut
kerdil cabe (CVSV), Virus mosaic tembakau (TMV).
a. Penyakit virus kuning yang disebabkan oleh TYLCV
Gejala Serangan :
Gejala tanaman cabai yang terserang geminivirus (TYLCV)
yaitu helai daun mengalami vein clearing, dimulai dari
daun-daun pucuk, berkembang menjadi warna kuning
yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke
atas. Infeksi lanjut dari geminivirus menyebabkan daun-
59
daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman
kerdil dan tidak berbuah.
Pengendalian :
a. Pemupukan berimbang yaitu 150–200 kg urea, 450-500
kg ZA, 100-150 kg TSP, 100-150 KCl dan 20-30 ton
pupuk kandang/ha.
b. memakai benih yang sehat (tidak mengandung
virus) atau bukan dari daerah yang terserang.
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk melindungi bibit
cabe merah dari serangga vektor yaitu :
1) Dengan pengerudungan memakai kain kasa
yang kerapatannya 30-50 mesh,
2) Tempat persemaian yang terisolasi jauh dari lahan
yang terserang penyakit, dan
3) Semai dilindungi dengan pestisida nabati seperti
nimba, ekstrak tembakau atau dengan pestisida
kimiawi secara bijaksana.
c. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari
famili solanaceae dan cucurbitaceae.
d. Eradikasi tanaman yang sakit.
e. Sanitasi lingkungan disekitar pertanaman cabai,
termasuk penyiangan gulma dan tanaman liar lainnya
yang dapat menjadi inang sementara bagi virus atau
inang bagi vektor.
f. Praktek budidaya, antara lain :
1) Pengendalian dengan perangkap warna kuning
berperekat.
60
2) Pengendalian dengan mulsa plastik pemantul sinar
ultraviolet.
g. Melakukan penyemprotan serangga vektor dengan
insektisida sesuai anjuran.
b. Penyakit Virus kerupuk :
Gejala Serangan
Pada tanaman muda dimulai dengan daun yang
melengkung ke bawah. Pada umur selanjutnya gejala
melengkung lebih parah disertai kerutan-kerutan. Daun
berwarna hijau pekat mengkilat dan permukaan tidak rata.
Pertumbuhan terhambat, ruas jarak antar tangkai daun
lebih pendek terutama di bagian pucuk sehingga daun
menumpuk dan bergumpal-gumpal berkesan regas seperti
kerupuk.
Pengendalian
a. memakai benih tanaman yang sehat (tidak
mengandung virus).
b. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari
famili solanaceae dan cucurbitaceae.
c. Melakukan sanitasi lingkungan.
d. Penggunaan mulsa.
e. Eradikasi tanaman sakit pada serangan kurang dari 5%.
f. Penggunaan pupuk berimbang.
61
c. Penyakit Virus Mosaik Keriting (disebabkan oleh salah
satu atau gabungan PVY, TEV, CMV atau CVMV)
Gejala serangan
Daun tanaman yang terserang mosaik warna belang antara
hijau tua dan hijau muda, kadang-kadang disertai dengan
perubahan bentuk daun (cekung, keriting atau
memanjang). Serangan salah satu strain CMV sering
menyebabkan daun menyempit seperti rambut atau bercak
berpola daun oak pada buah dan daun, atau mosaik
klorosis.
Pengendalian
a. memakai benih tanaman yang sehat (tidak
mengandung virus).
b. Imunisasi tanaman cabe dengan virus CMV yang
dilemahkan dengan satelit virus CARNA-5 dapat
menahan serangan CMV yang lebih ganas di lapang.
c. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari
famili solanaceae dan cucurbitaceae.
d. Melakukan sanitasi lingkungan.
e. Penggunaan mulsa hitam perak untuk menutup
bedengan tanaman cabai.
f. Eradikasi tanaman sakit pada serangan kurang dari 5%.
d. Virus Mosaik Tembakau (yang disebabkan oleh TMV)
Gejala serangan
Tanaman cabai yang terserang TMV memperlihatkan gejala
yang bervariasi termasuk mosaik, kerdil dan sistemik
klorosis, kadang diikuti dengan nekrotik streak pada
batang atau cabang dan diikuti dengan gugur daun.
62
Pengendalian
a. Eradikasi kontaminasi virus pada benih biji dengan
pemanasan atau perendaman dalam 10% Na3 PO4
selama 1-2 jam.
b. memakai benih tanaman yang sehat (tidak
mengandung virus).
c. Memusnahkan tanaman cabe muda yang terserang dan
menggantinya dengan tanaman yang sehat.
d. Melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan dari
famili solanaceae dan cucurbitaceae.
e. Melakukan sanitasi lingkungan.
f. Penggunaan mulsa yang berwarna hitam perak pada
bedengan.
g. Eradikasi tanaman sakit pada serangan kurang dari 5%.
Contoh : Catatan Kegiatan Pengendalian OPT
Waktu
(HST)
Jenis
OPT
Jenis Pestisida
yang digunakan
dosis Tujuan
Penggunaan
Teknik/cara
pengendalian
Pemeliharaan
alat
perlindungan
63
X. Panen
A. Definisi :
Kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau mencapai
kematangan fisiologis sesuai persyaratan yang telah
ditentukan.
Gambar 15. Tanaman dengan buah yang telah matang, siap panen
B. Tujuan :
Untuk mendapatkan buah dengan tingkat kematangan sesuai
permintaan pasar dengan mutu buah yang baik sesuai standar
pasar yang dituju.
Standar Operasional
Prosedur
Panen
Nomor
SOP Cabe X
Tanggal
Halaman
61-63
Revisi
ke 2
64
C. Validasi :
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah ( Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005).
c. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Balai Penelitian
Tanaman Sayuran, 2005).
D. Bahan dan Alat
a. Keranjang plastik atau kontainer plastik
b. Gunting/pisau
c. Gerobak
d. Gudang/TPS
E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Keranjang plastik atau kontainer plastik digunakan sebagai
wadah hasil panen.
b. Gunting/pisau digunakan untuk memetik buah selain
mengunakan tangan.
c. Gerobak digunakan untuk mengangkut buah dari lahan.
d. Gudang digunakan sebagai tempat menyimpan buah.
F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penyemprotan pestisida dihentikan menjelang panen.
b. Panen pertama dilakukan pada umur 90-110 HST
(tergantung lokasi dan varietas), dengan interval 4 – 7 hari.
c. Buah yang dijual segar dipanen matang, sedangkan jika
untuk dikirim dengan jarak jauh buah dipanen matang
hijau (75% matang).
65
d. Cara panen dengan dipetik dan menyertakan tangkai
buahnya. Selain memakai tangan pemetikan dapat
memakai pisau atau gunting.
e. Hasil panen ditampung di keranjang atau ember dan
diangkut.
f. Hasil panen dibawa ke tempat penyimpanan sementara
untuk diseleksi/ digrading.
g. Untuk menghindari tertularnya buah yang sehat oleh
penyakit sebaiknya buah cacat atau terkena OPT dapat
disortir dan kemudian dimusnahkan.
G. Sasaran
Mendapatkan buah dengan tingkat kematangan sesuai
permintaan pasar dengan mutu buah yang sesuai dengan
permintaan pasar.
Contoh : Form Catatan Kegiatan Panen
Tgl. Umur
tanaman
Alat yang
digunakan
Teknik/cara
panen
Jumlah yang
dipanen
66
Standar Operasional
Prosedur
Pasca Panen
Nomor
SOP Cabe
XI
Tanggal
................
Halaman
64-65
Revisi ke...
Tgl....
XI. Pasca Panen
A. Definisi :
Kegiatan penanganan buah setelah dipanen hingga siap
didistribusikan ke konsumen.
B. Tujuan :
Menjamin keseragaman ukuran dan mutu buah sesuai dengan
permintaan pasar domestik dan ekspor.
C. Validasi
a. Pedoman Umum Budidaya Cabai Merah (Direktorat
Tanaman Sayuran, Hias dan Aneka Tanaman, 2003).
b. Budidaya Cabe Merah Sesuai GAP (Direktorat Budidaya
Tanaman Sayuran dan Biofarmaka, 2005).
D. Bahan dan Alat
a. Air bersih
b. Lap kering
c. Kotak plastik/karton
d. Kertas koran
67
E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Dilakukan sortasi dan pengkelasan sesuai dengan kriteria
yang dikehendaki pasar,
b. Hasil buah dianginkan (proses curing) untuk mencegah
pembusukan dengan membuang panas lapang sebelum
dijual ke pasar dan untuk memaksimalkan pembentukan
dan kestabilan warna cabe sebelum dikirimkan.
c. Penyimpanan, dilakukan dengan menempatkan produk
dalam ruangan yang sistem udaranya terkendali.
d. Pengemasan biasanya tergantung pasar. Ukuran kemasan
disesuaikan dengan permintaan pasar. Kemasan memiliki
daya lindung yang tinggi terhadap kerusakan, aman dan
ekonomis.
F. Sasaran
Terjaminnya keseragaman ukuran dan mutu buah sesuai
dengan permintaan pasar domestik dan ekspor.



.jpeg)
.jpeg)