Buah pisang banyak dikonsumsi sebab
rasanya yang enak dan kandungan gizi yang
tinggi. Pisang sangat baik untuk dikonsumsi
sebab memberi cadangan energi yang cepat
tersedia bagi tubuh dan merupakan sumber
vitamin C dan B6 yang baik ,
Konsumsi total pisang pada tahun 2013 mencapai
5.63 kg/kapita/tahun Hingga
saat ini peningkatan produksi dan kualitas pisang
terus diupayakan untuk memenuhi kebutuhan
konsumen. Pada tahun 2015 terjadi kenaikan
produksi pisang sebesar 6.36% dari tahun 2014.
Produksi pisang pada tahun 2014 sebesar 6862558
ton dan tahun 2015 sebesar 7299266 ton .
Nilai ekspor pisang Indonesia masih rendah
apabila dibandingkan negara ASEAN lainnya.
Indonesia berada di urutan kelima dengan
kontribusi terhadap volume ekspor pisang Asia
Tenggara hanya sebesar 0.06%. Negara eksportir
pisang terbesar di Asia Tenggara adalah Filipina
yang menyumbang lebih dari 95% volume ekspor
pisang ASEAN tahun 2007-2011. ini
disebabkan varietas yang ditanam di Indonesia
sangat beragam, sedang pasar internasional
lebih menyukai pisang dari kelompok Cavendish
Pisang Cavendish merupakan
salah satu kultivar pisang yang komersial di dunia
selain Baby banana dan Monkey . Pengembangan kultivar kelompok
Cavendish di Indonesia menghadapi kendala
serangan penyakit layu Fusarium ,
Produksi pisang dengan sistem pertanian
komersial masih belum populer di Indonesia.
Sebagian besar pertanaman pisang rakyat ditanam
di pekarangan sebagai tanaman campuran dengan
tanaman lain atau tumpang sari atau di lahan
tegalan , ini memicu
masih sedikitnya ekspor pisang Indonesia sebab
kualitas yang kurang baik. Pengusahaan pisang
skala perkebunan diperlukan untuk mendukung
pemenuhan kebutuhan pisang nasional dan
ekspor.
Kualitas buah pisang sering ditentukan
melalui tampilan kulitnya yang mulus tanpa cacat.
Kulit pisang yang mulus dapat diperoleh melalui
teknik budidaya dan pascapanen yang baik.
Menurut Ditjen Horti (2016) rangkaian budidaya
yang baik dan benar adalah dari pemilihan
lokasi, pemilihan bibit dan varietas,
pemeliharaan, pemupukan, pengendalian hama
dan penyakit serta pemanenan.
Tujuan studi menguraikan perawatan
pertanaman pisang Cavendish skala perkebunan.
Kegiatan studi ini dilaksanakan di
Plantation Group 3, Desa hutan larangan
Kecamatan todanan Kabupaten blora
Tengah, Provinsi jawatengah . studi dilakukan
selama 4 bulan dari bulan Februari 2017 sampai
dengan bulan Juni 2017.
Metode pelaksanaan studi dengan cara
melakukan praktik kerja sebagai karyawan harian
lepas (KHL) selama kurang lebih dua bulan,
sebagai pendamping mandor satu bulan, dan
pendamping kepala seksi satu bulan untuk
memperoleh data primer. Praktik kerja tidak
dilakukan secara kontinu dan jadwal sesuai arahan
pembimbing lapang. Data sekunder diperoleh dari
laporan bulanan, laporan tahunan, dan arsip-arsip
kebun.
Data primer diperoleh dengan melakukan
beberapa pekerjaan teknis di lapangan,
wawancara, diskusi dengan staf dan karyawan
perkebunan serta menghitung prestasi kerja
beberapa pekerja. Hasil kegiatan lapangan pada
pemeliharaan yang dikumpulkan sebagai data
primer seperti :
1. Pekerjaan perawatan yang menentukan
kualitas buah, hal yang diamati yaitu
pekerjaaan yang ada di perawatan tanaman
dan buah serta pekerjaan perawatan apa saja
yang diterapkan oleh perusahaan yang dapat
menentukan kualitas buah pisang supaya
dapat diekspor.
2. Pemupukan, hal yang diamati yaitu jenis,
realisasi ketepatan waktu dan dosis
pemupukan serta dasar penentuannya. Data
diperoleh dari rata-rata 10 tenaga kerja dari 3
kali ulangan. Pengamatan dilakukan selama
30 minggu di 3 blok.
3. Penanganan organisme pengganggu tanaman
(OPT), pengamatan dilakukan untuk
mengetahui kegiatan yang berkaitan dengan
penanganan OPT, bahan aktif pestisida,
konsentrasi bahan aktif, tempat, cara aplikasi,
dan kendala yang ada di kebun.
4. Kehilangan populasi (losing), data yang
diperoleh adalah faktor yang membuat
berkurangnya populasi tanaman pisang,
jumlah kehilangan dari setiap faktor, dan
persentase kehilangannya. Pengamatan
dilakukan selama 6 minggu pada 5 blok yang
memasuki masa panen dari 3 bulan periode
pemanenan.
5. Manajerial kebun, Informasi yang didapatkan
adalah organisasi perawatan, penentuan
kebutuhan tenaga kerja dan rotasi kegiatan
perawatan tanaman dan buah serta indeks
tenaga kerja (ITK).
Data sekunder diperoleh dari arsip data
perusahaan tentang laporan harian, laporan
bulanan, laporan tahunan, serta arsip kebun.
Kondisi dan kegiatan umum di perkebunan
memerlukan data seperti : peta kebun, curah
hujan, kondisi lahan dan tanaman, produksi dan
produktivitas kebun serta struktur organisasi. Data
untuk aspek khusus pemeliharaan tanaman
diperlukan data sekunder seperti : kondisi lahan,
klon tanaman, jumlah tanaman, umur tanaman
pada setiap blok, hasil pekerjaan. Data ini
dibutuhkan untuk menganalisis kegiatan yang
dilakukan, secara deskriptif dan dibandingkan
dengan sumber pustaka yang baku.
Data dan informasi yang telah terkumpul
kemudian dianalisis dengan perhitungan
matematika sederhana yang meliputi nilai rata-
rata dan persentase. Hasil yang didapatkan
kemudian dibandingkan dengan standar kerja dan
SOP yang dimiliki perusahaan serta pustaka
tentang standar budidaya tanaman pisang.
Perawatan untuk Kualitas Buah Pisang
Perawatan tanaman pisang Cavendish di
Plantation Group 3 terdiri dari dua perawatan
yaitu perawatan tanaman dan perawatan buah.
Perawatan tanaman berfokus pada kesehatan
tanaman dan perawatan buah menjaga kualitas
buah tetap baik. Kedua perawatan ini bertujuan
agar produk yang dihasilkan berupa buah pisang
segar dapat diekspor dengan kuantitas maksimal.
Kedua perawatan ini yang membedakan
perawatan pisang yang dilakukan oleh masyarakat
dengan perkebunan. Perawatan yang dapat
menentukan kualitas buah pisang terdiri atas:
Pemangkasan Daun.
ada dua perlakuan dalam
pemangkasan daun yaitu pembuangan daun
sebagian (trimming) dan pembuangan daun
penuh (cutting). Eksekusi dari pekerja apakah
memilih trimming atau cutting dapat
mempengaruhi kualitas tanaman dan buah pada
waktu panen. Pengalaman kerja dibutuhkan
untuk pekerjaan ini. Pekerja dituntut bekerja
cepat dan berkualitas sebab dengan target 3000
pohon bukan jumlah yang sedikit. Rata rata
prestasi tenaga kerja adalah sebesar 1500 pohon.
Target 3000 pohon ini bukan berarti pekerja
harus melakukan pemangkasan daun di 3000
pohon yang ditemui. Pengertian yang sebenarnya
adalah dari 3000 pohon yang ditemui
pemangkasan daun hanya dilakukan pada pohon
yang memang memerlukan pemangkasan.
Kriteria daun yang dipangkas seperti daun
terserang hama dan penyakit, daun kering, daun
yang pelepahnya patah, dan daun yang
bergesekan dengan buah. Pengertian ini harus
disampaikan ke pekerja dengan jelas supaya
tidak melakukan kelebihan pemangkasan (over
cutting). Alasan ini yang menjadi salah satu
penyebab pekerja belum mencapai target.
Pekerja pemangkasan daun kebanyakan
adalah pekerja baru oleh sebab nya pengetahuan
tentang penyakit pisang masih sedikit. Pelatihan
kepada pekerja secara berkala mengenai jenis
penyakit dan cara melakukan pemangkasan daun
yang baik dapat dilakukan supaya keterampilan
pekerja bertambah. Hasil pekerjaan pemangkasan
daun yang baik dapat mempengaruhi rotasi kerja
dan kualitas buah pisang. Kualitas buah pisang
sangat ditentukan oleh baik tidaknya daun yaitu
jumlah dari daun sehat. Standar jumlah daun pisang
sehat sampai panen yang ditentukan oleh
perusahaan adalah 5 daun supaya pisang dapat
diekspor. Apabila daunnya kurang dari 5
dikhawatirkan pisang akan matang bahkan busuk
diperjalanan sebab pisang yang ketika dipanen
jumlah daunnya kurang dari 5, buahnya akan cepat
masak. Kondisi pisang yang daunnya kurang dari 5
istilah kebunnya adalah no functional leaf (NFL).
Penyuntikan Jantung Pisang
Penyuntikan jantung pisang merupakan
langkah awal untuk melindungi buah dari
serangga dengan cara menyuntikan larutan
insektisida. Penyuntikan jantung pisang dilakukan
pada pohon yang sudah muncul jantung dengan
persentase kemunculan jantung antara 50-100 %
dan belum melengkung ke bawah (bending).
Apabila penyuntikan dilakukan pada saat jantung
pisang bending akan memicu jantung
busuk. Jantung yang busuk akan menghasilkan
jumlah sisir yang lebih sedikit.
Jantung pisang yang telah disuntik dengan
baik memiliki ciri warna seludang buahnya
(bracts) ungu gelap dan kulit buahnya terasa halus
ketika diraba. sedang jantung yang
penyuntikannya kurang baik ditandakan dengan
bracts berwarna lebih terang dan kulit buahnya
terasa kasar ketika diraba.
Penyuntikan dilakukan pada seperempat
bagian dari ujung jantung dengan sudut
kemiringan berkisar 45o. ini dilakukan untuk
menghindari tertancapnya buah oleh jarum suntik.
Sudut penyuntikan yang tepat akan membuat
penyebaran larutan di dalam jantung pisang
merata. Lama penyuntikan sekitar 11 detik untuk
jantung yang berukuran besar. Hitungan ini dapat
berubah apabila ditemukan jantung dengan
ukuran lebih kecil. Penilaian ini bergantung pada
pengamatan dan pengalaman tenaga kerja.
Kendala pada penyuntikan jantung pisang
adalah pengalaman tenaga kerja yang masih
kurang. ini sebab masa kerja yang kurang
dari 6 bulan. Kendala lain adalah terlewatnya
penyuntikan jantung sebab telah bending.
Penyebabnya adalah terkadang pengamatan
pekerja kurang jeli sehingga jantung yang telah
muncul terlewat untuk disuntik. Pisang yang tidak
disuntik tetap dipelihara sampai panen diharapkan
kualitasnya tidak berbeda dengan yang disuntik
dan masih dapat dijual.
Pembrongsongan (bagging)
Pembrongsongan adalah kegiatan
pembungkusan tandan pisang yang telah bending
dan 2 seludang sisir terbuka. Pembrongsongan
dilakukan untuk melindungi buah pisang dari
serangga dan jamur selama pengisian buah. Selain
melindungi dari serangga dan jamur juga
memperkecil gesekan antara buah dengan pelepah
pisang. ini sesuai dengan hasil studi
Bahrir (2012) yang menyebutkan perlakuan
pembungkusan tandan pisang menekan serangan
hama pada kulit pisang tanduk. Pembungkus yang
digunakan oleh perusahaan adalah kertas khusus
(paper bag) yang memiliki sifat tahan air dan
spunbond atau istilah kebunnya hygro. Kertas
pembungkus ini diimpor dari negara Taiwan.
Pertimbangan memakai kertas adalah untuk
mengurangi pemakaian plastik.
pemakaian paper bag dan hygro sekaligus
membuat pekerjaan lambat. Akibatnya prestasi
tenaga kerja menurun sebab harus memasang
kedua bahan ini . Prestasi yang menurun
berakibat pada telatnya pembrongsongan blok
lain. Keserempakan muncul jantung yang rendah
membuat pekerja harus cermat mencari tandan
yang siap dibungkus. Saat periode awal muncul
jantung sulit bagi tenaga kerja untuk mencapai
standar perusahaan. Sebab, ketersediaan buah
masih sedikit per harinya. Pada saat ini
perhitungan prestasi pekerja bukan berupa jumlah
tanaman akan tetapi luasan yang telah dikerjakan
atau istilah kebunnya standar cover blok.
Menurut penulis pemakaian paper bag
tanpa adanya tambahan hygro sudah cukup untuk
mencegah serangan hama dan jamur. Penulis
beranggapan selama paper bag tidak mengalami
cacat sobek kualitas dari kulit buah pisang dapat
dipertahankan.
Pembuangan Bunga, Buah, dan Penghalang
Buah (DDF)
Pembuangan bunga dilakukan untuk
menghindari berkembangnya jamur pada bunga
yang busuk. Selain itu menurut Ngatoif (2011)
biasanya pemotongan bunga jantan 3 minggu
setelah berbunga meningkatkan panjang dan
lingkar buah pisang. Pembuangan buah adalah
kegiatan pembuangan jari buah pisang (finger)
untuk mengatur posisi dan bentuk buah. Tujuan
lainnya adalah menghilangkan jari palsu yang
berpotensi tidak berkembang menjadi buah.
Penghalang buah yang dibuang adalah bracts
yang telah lepas dan pelepah daun yang
berpotensi bergesekan dengan buah.
Kendala dari pekerjaan pembuangan bunga
adalah pada saat pembuangan bunga lilin atau
bunga plastik. Bunga lilin memiliki sifat lebih
keras dibanding bunga biasa sehingga susah di
hilangkan. Bunga lilin yang jumlahnya banyak
dapat menghambat pekerjaan sehingga prestasi
tenaga kerja dapat menurun. Pembuangan bunga
dilakukan ketika buah masih berumur muda.
Pembuangan bunga ketika masih muda membuat
pisang mengeluarkan banyak getah. Getah yang
menetes atau terkena tangan dapat menjadi lateks
yang menempel pada kulit pisang. Perlu adanya
kesadaran diri pada pekerja untuk senantiasa
mengelap tangan ketika melakukan pembuangan
bunga dan jari buah serta memasang penghalang
getah.
Getah yang menetes perlu dicegah dengan
cara memasang penghalang supaya tidak
mengenai buah di bawahnya. Penghalang getah
pada kegiatan DDF ada dua bahan yaitu potongan
paper bag dan tisu. pemakaian paper bag
diterapkan pada buah yang masih muda.
pemakaian tisu untuk buah yang posisinya telah
jelentar atau melengkung ke atas dan pada saat
pembuangan jari buah pisang. Pada penerapannya
sebaiknya pemakaian tisu di lakukan secara
efisien dan bahkan dikurangi. Caranya adalah
dengan melakukan DDF pada tandan yang masih
muda dan jangan sampai terlewat sehingga buah
telah melengkung ke atas. Pengurangan
pemakaian tisu tentu akan menekan biaya serta
lebih ramah lingkungan.
Pemasangan Sekat Buah
Kualitas kulit buah adalah faktor utama
yang mempengaruhi harga jual buah pisang. Kulit
buah yang mulus dapat meningkatkan harga jual
buah pisang. Kemulusan kulit menjadi patokan
untuk menentukan kelas dari produk pisang yang
dijual oleh perusahaan. Banyaknya pisang berkulit
mulus akan menghasilkan pisang kelas premium
yang lebih banyak. Usaha perkebunan pisang
Cavendish dapat diibaratkan menjual kualitas
kulit buah pisang. Perawatan buah sangatlah
penting untuk menjaga ini . Selain
pembrongsongan pemasangan sekat adalah salah
satu cara untuk menjaga kualitas kulit buah
pisang. Sekat yang dipasang berupa plastik atau
20
Tabel 1. Jadwal dan dosis pupuk per satu siklus tanaman
Umur (BST)
Pupuk (kg/tanaman)
Organik Urea TSP KCl Kieserit ZnSO4 Dolomit
0 15 - - - - - 2.080*
1 - 0.050 - 0.050 - 0.047 -
2 - 0.100 0.053 0.100 - - 0.750*
3 - - - - 0.320 - -
4 - 0.100 - 0.125 - - 0.400*
5 SC - 0.100 - 0.150 - - -
6 SC - 0.100 0.053 0.150 - - -
7 SC - 0.075 - 0.125 0.320 - -
8 SC - 0.075 - 0.100 - - -
9 SC - 0.075 0.053 0.100 - - -
10 SC - 0.075 - 0.100 - 0.035 -
Keterangan : Kondisional, BST: bulan setelah tanam, SC: anakan pertama, Sumber : Kantor Divisi Pisang PG3 2017
(diolah)
busa akan melindungi buah dari gesekan antar
buah.
Kendala dalam pelaksanaan pemasangan
sekat adalah harus memasang satu per satu sekat
pada tiap sisir pisang. Sehingga pekerjaan ini
membutuhkan kesabaran lebih dan membuat
prestasi pekerja masih dibawah standar. Plastik
sekat yang digunakan terkadang licin yang
membuat pekerja susah untuk memasangnya.
Busa yang digunakan ketika penulis melakukan
studi belum sesuai. Busa yang digunakan
ukurannya terlalu besar. ini membuat
pekerjaan yang dilakukan terkesan berantakan.
Kendala lain yang membuat pekerjaan menjadi
lama adalah pekerja harus membawa tangga
bambu untuk memasang sekat. Tangga ini dibawa
oleh pekerja ke setiap pohon yang akan dipasang
sekat.
Saran untuk perusahaan, dalam pemakaian
busa sebaiknya ukurannya disesuaikan. Lebih baik
dilakukan uji efektifitas antara pemakaian plastik
dan busa. Hasil dari uji ini nantinya dapat
digunakan sebagai pertimbangan pemakaian
bahan sekat. Biaya pengadaan juga dapat
dijadikan bahan perbandingan.
Pemupukan Tanaman
Pemupukan merupakan bagian penting
dalam budidaya tanaman. Budidaya tanaman yang
berlangsung lama dapat memicu kandungan
unsur hara pada tanah menurun. Pemupukan
menjadi faktor pendorong pertumbuhan tanaman
pisang untuk mencukupi kebutuhan haranya.
Respon pemupukan tanaman pisang lebih cepat
apabila dibandingkan tanaman tahunan.
Pemupukan sering berdasar azaz 5 tepat yaitu
tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan
tepat tempat. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
anorganik dan beberapa jenis kapur. Dosis pupuk
ditentukan oleh tim riset perusahaan. Jadwal
pemupukan telah dibuat ketika pisang mulai
ditanam. Cara aplikasi pupuk adalah ditebar
langsung melingkar dengan jarak 30 cm dari
batang dan maksimal seluas tajuk. Sasaran
pemupukan pada bulan kelima adalah anakan
pertama sebab sudah mulai dipelihara.
Kebutuhan pupuk tanaman pisang Cavendish
selama satu siklus tanaman di PG3 disajikan pada
Tabel 1.
Pemberian pupuk Urea, TSP, dan KCl
adalah untuk memenuhi kebutuhan hara makro
bagi tanaman pisang. Hara makro adalah unsur
hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah
besar. Pemberian pupuk Urea dan KCl dilakukan
rata rata satu bulan sekali, sementara TSP tiga
bulan sekali. Aplikasi dolomit sebelum tanam
diberikan pada saat pengolahan tanah. Dosis
dolomit yang diberikan paling besar yaitu 2.08 kg.
Pemberian dolomit ini bersifat kondisional kebun.
Bersifat kondisional sebab ada pertimbangan
nilai derajat kemasaman (pH) tanah. Apabila pH
tanah nilainya ≥6 maka tidak perlu dilakukan
aplikasi dolomit. Berikut pemberian dolomit
disajikan pada Tabel 2.
pemakaian kalsit ditujukan untuk
mempercepat kenaikan pH tanah dan
memperkecil dosis dolomit. Apabila tidak
memakai kalsit dosis dolomit yang diberikan
mencapai 7.4 ton ha-1. Pemberian dolomit setelah
tanam dilakukan pada 2 BST dan 4 BST apabila
pH kurang dari 6. memakai pertimbangan
ekonomi, pemakaian pupuk dan tenaga kerja
pemupukan harus dilakukan secara efisien.
Berikut data realisasi waktu dan dosis dari blok
12B, 22B, dan 20B disajikan pada Tabel 3 dan
Tabel 4.
berdasar tabel 3 di atas dapat dijelaskan
bahwa ketepatan waktu pemupukan jauh dari
jadwal yang telah dibuat oleh perusahaan.
Ketepatan waktu aplikasi Urea dan KCl hanya
14.3% dan 19%. sedang untuk TSP dari 9 kali
aplikasi tidak ada yang sesuai jadwal. Ketepatan
aplikasi pupuk dapat dipengaruhi oleh faktor
bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan akses jalan
kebun. Bahan baku berupa pupuk yang
diaplikasikan apabila pengadaannya telat dapat
menunda pekerjaan. Perhitungan tenaga kerja jika
memakai pertimbangan sesuai jadwal
membuat pekerjaan terhambat. ini sebab
apabila pemupukan telat pekerjaan akan
menumpuk yang akhirnya tidak terselesaikan.
Akses jalan kebun yang rusak membuat kendaraan
(unit) pengangkut pupuk susah masuk ke kebun.
Akses jalan rusak dapat disebabkan oleh cuaca
yaitu hujan.
Tabel 4 menunjukkan bahwa total realisasi
pupuk masih di bawah standar perusahaan. Dosis
pupuk Urea dan KCl pada 3 blok contoh di bawah
standar. sedang pupuk TSP pada blok 12B dan
22B telah sesuai rekomendasi perusahaan.
Penambahan dan pengurangan dosis pemupukan
dapat dilakukan apabila pengamatan visual
menunjukkan pertumbuhan tanaman pisang telah
sesuai harapan. Penambahan pupuk tidak selalu
dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman.
sebab ada ambang maksimal yang tidak
menunjukan perbedaan pemupukan bahkan dapat
memicu keracunan pupuk. Sebaliknya
apabila kekurangan pupuk akan memicu
defisiensi unsur hara pada tanaman.
Kendala umum dari kegiatan pemupukan
adalah keterlambatan pupuk, jumlah tenaga kerja
yang kurang, dan kurangnya pengawasan.
Keterlambatan pupuk dapat disebabkan
pengadaan pupuk yang terlambat sebab stok di
distributor habis. Keterlambatan pupuk juga dapat
disebabkan akses jalan yang rusak atau pengadaan
unit telat. Pupuk yang terlambat masuk ke blok
dapat berpengaruh pada tidak efektifnya
pemakaian tenaga kerja, sebab harus dialihkan
ke pekerjaan lain selama menunggu kedatangan
pupuk. Pengawasan harus dilakukan supaya
prosedur dilakukan dengan benar dan
menghindari pupuk tercecer.
Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT)
Kegiatan yang berkaitan dengan
penanganan OPT adalah penyemprotan herbisida,
penyemprotan insektisida, dan suntik jantung.
Keadaan kebun yang bersih dari gulma, jamur,
dan hama dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman pisang. Hama dan penyakit dapat
menurunkan jumlah populasi tanaman.
Penanganan yang terlambat dapat berakibat fatal
pada hasil panen. Hasil panen yang turun
memicu pendapatan perusahaan turun.
Herbisida dan insektisida merupakan bahan
kimia yang memberi dampak pada tubuh manusia.
pemakaian nya harus sesuai dengan ketentuan
pemakaian produk. pemakaian sembarangan
dapat memicu iritasi dan keracunan yang
dapat berakhir pada kematian. Dibutuhkan alat
pelindung diri (APD) pada saat pemakaian bahan
kimia ini . Pekerja yang melakukan kegiatan
pengendalian OPT harus disiplin dalam memakai
APD. berdasar observasi yang telah dilakukan
oleh penulis, alat pelindung diri (APD) yang
digunakan oleh pekerja masih kurang. APD yang
digunakan oleh pekerja hanya berupa boot, masker
kain, dan pakaian kerja biasa. Setelah penulis
mengkonfirmasi kepihak perusahaan APD yang
sesuai seperti masker kimia dan pakaian khusus
penyemprotan masih dalam pengadaan.
Bahan aktif herbisida yang digunakan
perusahaan merupakan bahan aktif yang
diperbolehkan oleh Kementerian Pertanian
Republik Indonesia untuk pertanian dan
kehutanan. Bahan aktif berupa glufosinat
digunakan untuk pengendalian gulma diseluruh
wilayah kebun. Bahan aktif paraquat hanya
digunakan untuk pengendalian gulma pada jalan
dan pinggiran lebung (Tabel 5).
Metomil 1 serangga/jantung pisang
Klorpirifos 3 serangga/jantung pisang
Waktu pengendalian OPT bersifat tentatif
atau kondisional kebun. Pengendalian gulma di
blok yang tanaman pisangnya berumur muda
sekitar 1-4 bulan dilakukan secara intensif. Berbeda
dengan blok yang tanaman pisangnya sudah
berumur lebih dari 4 bulan pengendalian gulma
dilakukan rata-rata 2 minggu sekali. Insektisida
digunakan untuk mengendalikan serangga berupa
kutu kebul pada tanaman pisang muda dan semut
pada tanaman pisang dewasa. Insektisida juga
digunakan untuk melindungi calon buah yaitu
jantung pisang dari serangan serangga.
Prestasi tenaga kerja masih dibawah standar
yang ditetapkan oleh perusahaan dan prestasi kerja
penulis masih dibawah tenaga kerja. Prestasi
penulis didapatkan dengan cara sampling dengan
batasan waktu selama 1 jam. Perolehan ini
dibandingkan dengan rata-rata per jam dari tenaga
kerja. Penulis tidak dapat melakukan pekerjaan
semprot gulma secara penuh. ini disebab kan
keterbatasan alat semprot yang ada. Selama ini alat
semprot yang digunakan adalah milik pekerja
sendiri. Perusahaan belum membuat kebijakan
pengadaan alat untuk penyemprotan gulma maupun
insek. Penulis menyarankan supaya perusahaan
dapat melakukan pengadaan alat semprot.
Alasannya adalah dengan pengadaan alat
semprot dari perusahaan nantinya kualitas
semprot akan lebih seragam dan mudah untuk
melakukan perhitungan efektifitas kerja. Selama ini
pekerja memakai alat semprot dengan merek
dan tipe yang berbeda-beda dan tidak hanya itu
pemakaian nozzle juga tidak ada standarisasi.
Kehilangan Populasi Ekspor (Losing)
Penyebab populasi tanaman pisang beragam
diantaranya serangan hama, terjangkit penyakit
tanaman, cuaca, kesalahan data, aktivitas manusia,
dan telat panen. Hama dan penyakit tanaman
merupakan masalah utama dalam budidaya
tanaman. Penanganannya dibutuhkan respon cepat
sebelum menyebar keseluruh kebun. Cuaca yang
ekstrim seperti panas dan angin kencang dapat
memicu kekeringan dan pisang roboh.
Kesalahan rekap data akan membuat populasi
seakan menurun dan membingungkan. Perusahaan
perlu merekap data secara periodik. Rekap data
populasi penting dilakukan sebab berkaitan
dengan taksasi produksi. Data populasi yang benar
akan menentukan target panen nantinya.
Pemanenan yang telat memicu buah
tertinggal dan tidak terpanen akan merugikan
perusahaan. Kehilangan populasi buah ekspor
mingguan selama 6 minggu dari bulan April
hingga minggu kedua Mei pada 5 sampel blok
disebabkan oleh umur tua (over age) dan kondisi
no functional leaf (NFL). Periode pemanenan
untuk satu blok kurang lebih selama 3 bulan.
Pengamatan yang dilakukan penulis bukan hasil
keseluruhan satu periode panen. Berikut data hasil
pengamatan losing selama 6 minggu disajikan
pada Tabel 6.
berdasar Tabel 6 diketahui bahwa
penyebab losing terbesar adalah NFL yang
berjumlah 7420 tanaman atau 4.2% dari populasi
awal. Jumlah losing ini apabila dikonversi
kedalam luasan adalah 3.09 ha dengan asumsi
populasi per hektar 2400 (tanaman pertama).
Losing akibat over age sebesar 1.590 tanaman
atau 0.66 ha dan 0.9% dari total populasi. Blok
yang memiliki buah umur tua paling banyak
adalah blok 12B dan blok yang memiliki masalah
NFL paling banyak adalah blok 27A.
Losing sebesar ini dapat memberi
dampak penurunan kapasitas ekspor perusahaan.
Meski dapat dipanen, tanaman umur tua dan NFL
tidak dapat diekspor sebab khawatir akan matang
selama perjalanan. Jika tidak ada stok cadangan
buah di kebun tentu menjadi masalah pada
pemenuhan permintaan ekspor. Alternatif yang
diambil untuk tanaman umur tua dan NFL adalah
penjualannya untuk pasar lokal. Penurunan
penjualan ekspor secara signifikan menurunkan
pendapatan perusahaan, sebab perbedaan harga
jual.
Buah berumur tua adalah akibat dari
ketinggalan panen. Perencanaan dan realisasi panen
yang tidak sejalan seringkali memicu buah
ketinggalan panen pada suatu blok. Sistem kerja
panen adalah berpindah pindah, mengutamakan
blok yang memiliki buah siap panen terbanyak.
Sehingga blok yang telah dipanen dan ada yang
sisa akan menjadikan umur buah semakin tua. NFL
adalah akibat dari Banana Freckle. Banana Freckle
disebabkan oleh jamur Guignardia musae yang
menutupi permukaan daun pisang yang
memicu daun mengering. Banana Freckle
akan menurunkan jumlah daun pada tanaman
pisang dan memicu pengisian buah tidak
maksimal. Jumlah daun yang sedikit membuat
buah cepat matang. Banana Freckle menjadi
masalah penting di perkebunan pisang Cavendish.
Ini merupakan suatu tantangan dan peluang bagi
tim riset dan pemulia tanaman untuk menemukan
klon baru yang lebih tahan terhadap serangan
banana freckle.
Organisasi Perawatan
Pembagian kerja sangat penting dalam
perusahaan tak terkecuali bidang perkebunan.
Pekerjaan terselesaikan dengan baik dan cepat
dengan spesialisasi pekerjaan. Perawatan pisang
Cavendish di PG3 terdiri atas perawatan tanaman
dan perawatan buah. Masing masing perawatan
dipimpin oleh beberapa kasi sesuai kebutuhan.
Perawatan tanaman dipimpin oleh empat orang kasi
yang dibagi berdasar wilayah dan biasa disebut
kepala wilayah (kawil). sedang perawatan buah
dipimpin oleh dua kasi yang dibagi berdasar
divisi yaitu divisi 5 dan 6. Kasi didalam
pekerjaannya dibantu oleh beberapa mandor yang
membawahi tenaga kerja (TK) dengan jumlah
sesuai kegiatan yang ada. Perhitungan kebutuhan
tenaga kerja pada satu kegiatan berdasar luasan
wilayah kerja, waktu penyelesaian kegiatan yang
diinginkan (cycle), dan standar kapasitas kerja dari
kegiatan ini .
Jumlah TK =
Luas wilayah kerja (ha)
SOP kapasitas kerja (ha/hari)×waktu penyelesaian (hari)
Sebagai contoh perhitungan kebutuhan TK
pada kegiatan penyemprotan herbisida yang
standarnya setiap pekerja menyelesaikan luasan 1
ha/hari. Asumsi waktu penyelesaian adalah 12 hari
dengan luas wilayah kerja 300 ha. berdasar
rumus di atas jumlah TK yang dibutuhkan adalah
sebanyak 25 orang. Indeks tenaga kerja (ITK)
divisi pisang di PG3 sebesar 2.08. Luas kebun
yang ditanami pisang Cavendish adalah ± 720 ha
dengan pekerja sebanyak 1502 orang.
Kegiatan diperawatan terkadang waktunya
molor dari jadwal yang dibuat. ini sebab
tenaga kerja yang tidak mencapai kapasitas kerja
yang ditentukan perusahaan. Beberapa penyebab
tidak tercapainya kapasitas kerja ini adalah
standar perusahaan yang cukup tinggi,
ketersediaan bahan, dan alat kerja yang rusak,
serta tidak efektifnya jam kerja. Berikut
pengamatan prestasi kerja disajikan pada Tabel 7.
Data di atas adalah rata-rata dari 10 kali
ulangan pengamatan. berdasar data ini
prestasi tenaga kerja masih dibawah standar
perusahaan. Persentase terbesar adalah
pemupukan sebesar 75% dan paling rendah adalah
pemasangan sekat sebesar 37.5%. Rata-rata
persentase sebesar 54.3% yang menandakan
pekerjaan dapat diselesaikan setengah dari target
per hari.
Standar perusahaan untuk beberapa
pekerjaan lebih tinggi apabila dibandingkan
dengan yang ada di PT Perkebunan Nusantara
VIII (PTPN VIII). Pekerjaan pembuangan anakan
standar dari PTPN VIII adalah sejumlah 600
anakan (Artha, 2016). sedang di PT GGP
untuk pembuangan anakan adalah dihitung dari
tanaman induk yang jumlahnya 1200 tanaman.
Perbedaan standar ini dipengaruhi oleh bentuk
kebun. Bentuk kebun PG3 lebih datar dari PTPN
VIII dan penanaman pisang di PG3 dilakukan
secara monokultur sedang PTPN VIII
tumpangsari dengan teh. Prestasi kerja yang
rendah dapat dipengaruhi oleh ketersediaan buah
di kebun yang masih sedikit. Ketika buah yang
ada di kebun sedikit standar pekerjaan akan
diganti dengan sistem pencapaian luasan (cover
block). Pengadaan bahan untuk perawatan yang
terlambat akan membuat perawatan telat sebab
harus menunggu. ini membuat kasi harus
mensiasatinya dengan mengalihkan pada
pekerjaan lain. Sebagai contoh apabila stok
herbisida habis, pekerja akan dialihkan untuk
pekerjaan penyemprotan insektisida atau sanitasi
kebun. Selama ini pekerja membawa alat kerjanya
sendiri dan bertanggung jawab atas kerusakan alat
ini . Jadi ketika rusak pekerja harus
menunggu perbaikan. Ada baiknya perusahaan
menyiapkan beberapa alat kerja untuk pengganti.
Alat ini dapat digunakan oleh pekerja selama alat
kerja miliknya diperbaiki. Kurangnya pengawasan
membuat jam kerja tidak efektif.
Kegiatan studi biasanya
memberi keterampilan teknis dan manajerial
tentang budidaya pisang Cavendish dan perawatan
secara khusus. Aktivitas yang dapat menentukan
kualitas buah adalah pemangkasan daun,
penyutikan jantung, pembrongsongan,
pembuangan bunga, pembuangan buah,
pembuangan penghalang buah, dan pemasangan
sekat buah. Pemberian pupuk ditujukan untuk
mencukupi kebutuhan hara bagi pisang terutama
hara makro. Penyakit pisang yang menjadi
kendala di lokasi studi adalah black leaf
streak (BLS) yang disebabkan oleh
Mycosphaerella fijiensis dan banana freckle
disebabkan oleh Guignardia musae. Kehilangan
populasi untuk ekspor di tempat studi
terbesar sebab kondisi no functional leaf (NFL)
sebab Banana Freckle. Blok dengan kondisi NFL
terbesar adalah blok 27A dengan jumlah 7420
tanaman. Perhitungan tenaga kerja berdasar
luas kebun dibagi dengan standar kapasitas dikali
jumlah hari kegiatan. Indeks tenaga kerja sebesar
2.08.