• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label pisang 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pisang 4. Tampilkan semua postingan

pisang 4






Pisang merupakan buah yang 
digemari oleh sebagian besar penduduk 
dunia. Jumlah ketersediaan pisang yang 
tinggi di negara kita , yaitu 2.074.305 
tangkai/tahun (BPS, 2013). Waktu 
pematangan pisang yang cepat dapat 
memicu  banyaknya buah pisang 
tidak termanfaatkan secara maksimal, 
khususnya pisang kepok putih. 
Keunggulan pisang kepok putih adalah 
harganya yang murah dan waktu 
pematangan yang cepat. Pisang kepok 
putih memiliki kandungan serat pangan 
sebesar 0,50g/100g dan aroma pisang yang 
tajam (Satuhu dan Supriyadi, 1994). Kadar 
pati pisang kepok putih dibandingkan jenis 
pisang lainnya yaitu sebesar 64,69-67,31% 
yang dapat menghasilkan rendemen 
tepung pisang sebesar 15,4-18,8% 
pada  daging buahnya . Kadar pati yang tinggi pada pisang 
kepok putih dapat dimanfaatkan menjadi 
tepung, hal ini juga sebagai diversifikasi 
dan meningkatkan nilai fungsional pisang 
kepok putih. Tepung pisang ini dapat 
dimanfaatkan pada produk bakery, seperti 
cookies. Cookies umumnya memakai  
bahan baku terigu dengan kadar protein 
yang rendah. Konsumsi terigu di negara kita  
diperoleh dari impor gandum yang 
mencapai 401.976 milyar ton/tahun 
. Tingginya konsumsi 
tepung terigu di negara kita , maka perlu 
pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai 
alternatif tepung lain selain terigu yaitu 
tepung pisang kepok putih. berdasar  
penelitian pendahuluan, penggantian terigu 
dengan tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi akan menghilangkan 
gluten, sehingga dihasilkan cookies dengan 
tekstur yang sangat meremah dan 
mouthfeel yang berpasir. Kondisi tersebut 
diakibatkan karena tidak adanya sumber 
gluten yang dapat membentuk struktur 
pada cookies, sehingga diperlukan adanya 
penambahan hidrokoloid yang dapat 
menggantikan peran gluten. Salah satu 
hidrokoloid yang dapat dipakai  adalah 
Na-CMC (Natrium-Carboxymethyl 
Cellulose). Na-CMC merupakan turunan 
dari selulosa dan banyak dipakai dalam 
industri pangan ,
Pemilihan Na-CMC didasarkan pada 
fungsinya, yaitu sebagai pembentuk gel 
untuk memperbaiki daya patah cookies 
yang remah menjadi kokoh, Na-CMC 
dipakai  sebagai bahan pengganti gluten 
(gluten substitute) (Fennema, Karen and 
Lund, 1996). pemakaian  Na-CMC dapat 
mengetahui pengaruh konsentrasi Na-
CMC pada  sifat fisikokimia (kadar air, 
volume spesifik, daya patah dan warna) 
dan organoleptik (warna, rasa, aroma, daya 
patah dan mouthfeel) cookies tepung 
pisang kepok putih pregelatinisasi dan 
mengetahui cookies tepung pisang kepok 
putih pregelatinisasi yang memiliki 
karakteristik organoleptik dapat diterima 
oleh panelis. 
 

Alat dan Bahan 
Alat yang dipakai  untuk membuat 
tepung pisang kepok putih dan cookies 
adalah cabinet dryer (Bengkel Rekayasa 
Wangdi W), kain streamin, oven kompor, 
mixer (Miyako SM-625), neraca (Ohaus), 
cetakan cookies dengan ukuran p = 3,5 cm; 
t = 0,5 cm; l = 1 cm, gelas ukur 10mL, 
piring, solet, kuas, sendok, baskom dan 
rolling pin. Alat yang dipakai  untuk 
analisa cookies, yaitu neraca analitis 
(Mettler Toledo), gelas ukur, sarung 
tangan, botol timbang (Pirex), eksikator, 
silica gel, oven (Binder), Texture Analizer 
(TA-XT Plus) dengan probe three point 
bend rig, sarung tangan, Color Reader 
(Minolta CR-10), dan kuesioner untuk uji 
organoleptik. 
Bahan yang dipakai  untuk 
pembuatan cookies adalah pisang kepok 
putih (Musa paradisiaca L.) mentah yang 
berumur 80 hari setelah berbunga dengan 
warna hijau tua, Na-CMC, telur ayam, 
margarin, gula halus, baking powder dan 
garam yang diperoleh secara komersial 
dipasaran. Bahan-bahan yang dipakai  
untuk analis secara fisik pada cookies 
pisang kepok putih adalah plastic wrap 
dan jewawut. Bahan-bahan yang 
dipakai  untuk uji organoleptik adalah 
sampel cookies yang akan diuji, kertas 
untuk sampel cookies dan air minum 
dalam kemasan. 
 
Tahapan Penelitian 
Pembuatan tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi 
Proses pembuatan tepung pisang 
kepok putih pregelatinisasi diawali dengan 
pencucian pisang kepok putih mentah, 
kemudian dipregelatinisasi dengan 
menjaga suhu steam sebesar 73oC±3 
selama 20 menit. Pisang yang telah 
dipregelatinisasi dikupas kulitnya dan 
diiris tipis-tipis melintang atau menyerong 
(ketebalan irisan 0,25-0,75 cm), kemudian 
dikeringkan memakai  cabinet dryer 
selama 6-8 jam dengan suhu 60-75oC. 
Adanya proses pengeringan memicu  
terjadinya penguapan air, sehingga kadar 
air yang dihasilkan gaplek pisang kepok 
putih maksimum 10%. Tahapan 
selanjutnya, proses penggilingan gaplek 
untuk membuat tepung, dimana gaplek 
digiling dengan alat penggiling, berupa 
grinder. Tepung yang dihasilkan diayak 
dengan ukuran ayakan 80 mesh dan tepung 
pisang kepok putih pregelatinisasi 
disimpan dalam plastik PP dengan 
ketebalan 0,8mm, kemudian disimpan di 
dalam stoples dan diberi silika gel agar 
kualitas tepung tetap terjaga dengan baik 
dan menghindari dari kerusakan 
mikroorganisme.  
 
Pembuatan cookies tepung pisang kepok 
putih pregelatinisasi 
Proses pembuatan cookies tepung 
pisang kepok putih pregelatinisasi diawali 
dengan persiapan bahan-bahan, seperti 
tepung pisang kepok putih, telur, margarin, 
gula halus, baking powder, garam dan Na-
CMC. Tahapan selanjutnya, pencampuran 
I margarin dan gula halus pada kecepatan 
2 selama 2 menit dan diakhiri hingga 
terbentuk adonan yang menyatu. 
Selanjutnya, pencampuran II dengan 
penambahan telur pada kecepatan 2 selama 
3 menit hingga adonan berwarna putih 
kekuningan. Proses selanjutnya 
pencampuran tepung pisang kepok, Na-
CMC, baking powder dan garam hingga 
homogen. Hasil pencampuran tersebut 
ditambahkan dalam pencampuran II 
dengan kecepatan 1 selama 5 menit. 
Tahapan pencampuran III diakhiri hingga 
adonan homogen dan kalis. Adonan 
dicetak dengan cetakan berbentuk persegi 
panjang dengan p = 3 cm; t = 0,5 cm; l = 1 
cm, kemudian dimasukkan kedalam 
loyang yang telah diolesi margarin dengan 
berat @3,5 gram. Setelah itu, adonan yang 
telah dicetak dan dilakukan pemanggangan 
dengan memakai  oven. Suhu dan 
waktu pemanggangan yang dipakai  
adalah 150°C selama 18 menit, selanjutnya 
dilakukan pendinginan dan dihasilkan 
cookies tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi. 
 
Rancangan Penelitian 
Rancangan penelitian ini 
memakai  Rancangan Acak Kelompok 
(RAK) dengan satu faktor, konsentrasi Na-
CMC. Faktor konsentrasi Na-CMC terdiri 
atas 7 level dengan empat kali ulangan, 
yaitu P1 = 0%; P2 = 0,25%; P3 = 0,5%; P4 
= 0,75%; P5 = 1%; P6 = 1,25%; dan P7 = 
1,5%. Kombinasi perlakuan dapat dilihat 
pada Tabel 1.  
Variabel utama yang diukur dalam 
penelitian ini adalah daya patah cookies, 
kadar air cookies, warna cookies, volume 
spesifik cookies, sifat organoleptik 
meliputi kesukaan warna, rasa, daya patah, 
aroma dan mouthfeel dan didukung oleh 
analisis kadar air adonan. Variabel 
tergantung yang diukur dalam pembuatan 
tepung pisang kepok putih adalah kadar 
air, kadar gula reduksi dan kadar pati. Data 
yang diperoleh dianalisa dengan sidik 
ragam (ANAVA) pada α=5%. Apabila ada 
perbedaan maka dilanjutkan dengan uji 
Beda Jarak Nyata Duncan atau  Duncan’s 
Multipe Range Test (DMRT) pada α=5%. 
 
Tabel 1. Kombinasi Perlakuan 
Keterangan: P1.1 adalah pembuatan cookies tepung 
pisang kepok putih pregelatinisasi 
sebagai perlakuan pertama dan 
ulangan pertama 
 
Metode Analisis 
Pengujian kadar air pada cookies 
dilakukan dengan metode 
Thermogravimetri (AOAC, 1997). 
Pengukuran volume spesfik pada cookies 
memakai  jewawut. Volume spesifik 
merupakan perbandingan antara volume 
cookies (mL) dengan berat cookies (g) 
(Lopez et al., 2004). Daya patah cookies 
diukur dengan texture analyser. Probe 
yang digunakna adalah three poin ben rig, 
calibration weight: 5000 g; pretest speed: 
1,5 mm/s; test speed: 0,5 mm/s; post test 
speed: 10,0 mm/s; force: 25 g; distance: 5 
mm; tare mode: auto; data acqusition: 400 
Ulangan  
Perlakuan (P) 
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 
1 P1.1 P2.1 P3.1 P4.1 P5.1 P6.1 P7.1 
2 P1.2 P2.2 P3.2 P4.2 P5.2 P6.2 P7.2 
P1.3 
P1.4 
P2.3 
P2.4 
P3.3 
P3.4 
P4.3 
P4.4 
P5.3 
P5.4 
P6.3 
P6.4 
P7.3 
P7.4 


 
96 
 
 
pps (Turksoy et al., 2007). Pengujian 
warna dilakukan memakai  Colour 
Reader Minolta, kemudian diukur 
memakai  sistem Hunter (Hunter, 
1952) dengan menentukan nilai L, a, b, c, 
dan oh. Uji organoleptik (Kartika et al., 
1988) yang dilakukan adalah warna, 
aroma, daya patah, kerenyahan, rasa, dan 
mouthfeel.  Uji kesukaan memakai  
metode scoring dengan skala 1 (sangat 
tidak suka) - 7 (sangat suka). Pengujian 
diikuti oleh 100 orang panelis tidak 
terlatih. 
 
HASIL DAN PEMBAHASAN 
 
Kadar Air Adonan dan Cookies Tepung 
Pisang Kepok Putih Pregelatinisasi 
Kadar air cookies tepung pisang 
kepok putih pregelatinisasi berkisar antara 
1,28% hingga 2,66%. Hasil penelitian 
menunjukkan kadar air cookies mengalami 
peningkatan seiring dengan meningkatnya 
konsentrasi Na-CMC. Hal ini dikarenakan 
semakin banyak jumlah Na-CMC yang 
dipakai  dapat membentuk matriks yang 
semakin banyak dan kompleks, sehingga 
kemampuan memerangkap air pada 
cookies meningkat. Peningkatan kadar air 
cookies didukung dengan data kadar air 
adonan. Kadar air adonan berkisar antara 
11,46% hingga 12,73%. Hal ini 
dikarenakan adanya Na-CMC membentuk 
matriks gel yang dapat memerangkap air 
bebas pada adonan, sehingga kadar air 
adonan meningkat. Konsentrasi Na-CMC 
yang semakin meningkat dapat 
membentuk matriks adonan yang semakin 
banyak, sehingga semakin dapat 
menghalangi penguapan air bebas dan air 
terikat lemah yang terjadi selama 
pemanggangan, hal ini sesuai dengan 
penelitian Nurpitriani et al., (2015) pada 
produk french fries. Menurut Ladamay dan 
Yuwono (2014), semakin tinggi 
konsentrasi Na-CMC, maka kadar air 
foodbars semakin meningkat. Hal tersebut 
dikarenakan sifat Na-CMC sebagai 
pengikat air karena mempunyai gugus OH 
yang berikatan dengan air. Na-CMC jika 
ditambahkan dalam bahan makanan akan 
terdispersi dalam fase air, butir-butir Na-
CMC yang bersifat hidrofilik akan 
menyerap air dan membengkak. Hasil 
pengujian kadar air cookies dan adonan 
cookies tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi dapat lihat pada Tabel 2. 
 
Volume Spesifik Cookies Tepung Pisang 
Kepok Putih Pregelatinisasi 
Volume spesifik cookies  tepung 
pisang kepok putih pregelatinisasi berkisar 
antara  2,54 ml/g hingga 3,87 ml/g.  
 
Tabel 2. Hasil uji kadar air cookies dan adonan, volume spesifik dan daya patah 
 

Keterangan:  
a. Nilai rata-rata ± standar deviasi dari 4 ulangan. 
b. Superscript a-g yang berbeda menunjukkan beda nyata pada α=5% 
 


 
 
 
 
Adanya Na-CMC pada adonan 
memicu  air dari putih telur 
diperangkap, sehingga mengalami hidrasi 
dan membentuk matriks gel (Zats dan 
Kushla, 1996). Hal ini memicu  
massa adonan semakin besar yang terjadi 
saat penambahan Na-CMC bersama 
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi, 
garam dan baking powder. Selama proses 
pemanggangan, air bebas dan air terikat 
lemah akan berubah menjadi uap air. Uap 
air, udara dan gas CO2 yang ada di dalam 
adonan cookies akan mengalami 
pemuaian. Matriks gel Na-CMC menahan 
pemuaian uap air, udara dan gas CO2, 
sehingga dapat menghasilkan cookies 
mengembang dan pori-pori yang terbentuk 
semakin seragam. Hasil pengujian volume 
spesifik cookies tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi dapat lihat pada Tabel 2. 
 
Daya Patah Cookies Tepung Pisang 
Kepok Putih Pregelatinisasi 
Daya patah cookies tepung pisang 
kepok putih pregelatinisasi berkisar antara  
1979,32 g/cm hingga 2855,06 g/cm. Hasil 
penelitian menunjukkan bahwa dengan 
konsentrasi Na-CMC yang semakin 
meningkat, maka dihasilkan daya patah 
yang tidak mudah dipatahkan. Hal ini 
disebabkan penambahan konsentrasi Na-
CMC yang meningkat menghasilkan 
matriks gel yang semakin kuat. Matriks gel 
yang terbentuk akan menahan uap air, 
udara dan gas CO2 yang memuai selama 
proses pemanggangan, sehingga cookies 
mengembang dan menghasilkan pori-pori 
yang semakin seragam, sehingga cookies 
tidak mudah dipatahkan . Hasil pengujian daya patah cookies 
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi 
dapat lihat pada Tabel 2. 
 
Warna Cookies Tepung Pisang Kepok 
Putih Pregelatinisasi 
Pengukuran warna cookies perlu 
dilakukan karena mempengaruhi daya 
penerimaan konsumen. Pembacaan hasil 
pengujian memakai  color scale terdiri 
dari nilai L, a*, b*, C, oh akan diperoleh 
satu titik warna. Seiring bertambahnya 
konsentrasi Na-CMC yang dipakai , 
maka warna cookies yang dihasilkan akan 
semakin cerah yang dapat dilihat pada 
lightness cookies yang semakin meningkat. 
Hal ini disebabkan Na-CMC memiliki gel 
yang transparan, dengan adanya air yang 
diperangkap Na-CMC akan membentuk 
matriks gel yang dapat menghasilkan 
cookies yang semakin cerah 

Peningkatan warna kemerahan dan 
Tabel 3. Hasil uji warna cookies tepung pisang kepok putih pregelatinisasi 
 
Keterangan:  
a. L adalah lightness; a* adalah redness; b* adalah yellowness; C adalah Chroma;  
dan oh adalah hue 
b. Nilai rata-rata ± standar deviasi dari 4 ulangan 
c. Superscript a-g yang berbeda menunjukkan beda nyata pada α=5% 
 
 
 



kekuningan yang dihasilkan memiliki 
hubungan dengan hasil pengujian C dan oh 
semakin meningkat yang menunjukkan 
warna kuning pucat seiring dengan 
semakin banyak Na-CMC yang 
ditambahkan.  
Hal ini disebabkan Na-CMC dapat 
memerangkap air dan membentuk jaring 
matriks yang semakin banyak. Menurut 
Fitriyaningtyas dan Widyaningsih (2015), 
Na-CMC dapat menghalangi panas yang 
kontak langsung dengan gugus hidroksil 
glikosidik dari gula dan gugus amino dari 
protein selama proses pemanggangan. 
Kondisi ini memicu  cookies yang 
dihasilkan semakin kuning pucat seiring 
dengan meningkatnya yellowness pada 
cookies tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi. Hasil uji warna cookies 
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi 
dapat dilihat pada Tabel 3. 
 
Karakteristik Organoleptik Cookies 
Tepung Pisang Kepok Putih 
Pregelatinisasi 
Hasil uji DMRT pada α = 5% 
menunjukkan ada beda nyata pada cookies 
dengan perlakuan konsentrasi Na-CMC 
pada  warna, rasa, aroma, daya patah 
dan mouthfeel. Hasil uji Organoleptik 
kesukaan pada  cookies dapat dilihat 
pada Tabel 4. 
 
Kesukaan warna 
Warna cookies semakin meningkat 
mulai dari angka 2,31 (tidak suka) dan 
meningkat sampai angka 5,93 (agak suka). 
Hal ini sejalan dengan hasil pengujian 
warna secara objektif pada Tabel 3. 
peningkatan konsentrasi Na-CMC, maka 
panelis semakin menyukai warna cookies 
yang dihasilkan. Panelis semakin 
menyukai warna cookies yang semakin 
kuning pucat. Hal ini disebabkan Na-CMC 
dapat memerangkap air dan membentuk 
jaring matriks yang semakin banyak, 
sehingga dapat menghambat air sebagai 
media reaksi pencoklatan, sehingga 
cookies yang dihasilkan semakin kuning 
pucat 
 
Kesukaan rasa 
Tingkat kesukaan panelis pada  
rasa semakin meningkat, seiring 
konsentrasi Na-CMC yang semakin 
meningkat. Hasil kesukaan yang semakin 
meningkat menjelaskan bahwa panelis 
tidak menyukai rasa pisang dari cookies 
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi. 
Adanya Na-CMC dapat memperbaiki rasa 
yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan Na-
CMC dengan komponen bahan lain 
membentuk jaring matriks, maka semakin 
tinggi konsentrasi Na-CMC, semakin 
banyak jaring matriks yang terbentuk, 

sehingga dapat menghalangi rasa pisang 
yang muncul saat dirasakan panelis.  
 
Kesukaan aroma 
Konsentrasi Na-CMC yang semakin 
meningkat, maka tingkat kesukaan panelis 
pada  aroma semakin meningkat. Hasil 
kesukaan yang semakin meningkat 
menjelaskan bahwa panelis tidak 
menyukai aroma pisang dari cookies 
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi. 
Pisang memiliki senyawa volatil yaitu 
isoamil eter yang mempengaruhi aroma 
dari cookies tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi (Antarlina et al., 2004). 
pemakaian  tepung pisang kepok putih 
pregelatinisasi menghasilkan aroma pisang 
yang dominan dibandingkan bahan 
pembantu lainnya. Panelis tidak menyukai 
aroma dari pisang kepok putih, karena 
pisang kepok putih merupakan salah satu 
jenis pisang yang memiliki aroma yang 
cukup kuat. Adanya Na-CMC dapat 
memperbaiki aroma yang dihasilkan. Hal 
ini dikarenakan Na-CMC membentuk 
jaring matriks, semakin tinggi konsentrasi 
Na-CMC, semakin banyak jaring matriks 
yang terbentuk, sehingga dapat 
menghalangi aroma pisang yang keluar. 
 
Kesukaan daya patah 
Tingkat kesukaan panelis pada  
daya patah semakin meningkat, seiring 
peningkatan konsentrasi Na-CMC. 
berdasar  tingkat kesukaan panelis 
pada  daya patah cookies menunjukkan 
bahwa panelis menyukai cookies yang 
tidak mudah dipatahkan. Hal tersebut 
sesuai dengan pengujian daya patah secara 
objektif yang dapat dilihat pada Tabel 2. 
adanya peningkatan konsentrasi Na-CMC 
yang dipakai  memicu  daya patah 
yang dihasilkan semakin tinggi. 
 
Kesukaan mouthfeel 
Tingkat kesukaan panelis pada  
mouthfeel semakin meningkat, seiring 
peningkatan konsentrasi Na-CMC. Hasil 
uji kesukaan mouthfeel menunjukkan 
bahwa panelis menyukai cookies yang 
tidak berpasir atau beremah. Tepung 
pisang kepok putih pregelatinisasi yang 
menjadi bahan dasar cookies mengandung 
gula reduksi sebesar 7,736 %wb, yang 
memicu  kesan berpasir. Kesan 
berpasir ini juga dikarenakan adanya 
proses kritalisasi gula. Kritalisasi gula 
akan terjadi jika gula menjadi jenuh saat 
proses pemanggangan karena adanya 
penguapan air. Kondisi jenuh terjadi pada 
saat cookies dipanggang sehingga cookies 
pisang kepok putih pregelatinisasi yang 
dihasilkan terasa berpasir. Penambahan 
Na-CMC dapat memperbaiki karakteristik 
cookies menjadi tidak berpasir. Hal ini 
dikarenakan  Na-CMC membentuk 
matriks gel yang mengalami pemuaian saat 
pemanggangan, sehingga dapat 
menghasilkan pori-pori cookies yang 
seragam (Zats dan Kushla, 1996). 
Konsentrasi Na-CMC yang semakin 
meningkat menghasilkan pori yang 
semakin seragam, maka kesan berpasir 
yang dihasilkan semakin menurun.  
 
Cookies Tepung Pisang Kepok Putih 
Pregelatinisasi Terpilih 
Perlakuan konsentrasi Na-CMC pada 
cookies bertujuan untuk menghasilkan 
cookies yang memiliki karakteristik 
fisikokimia dan organoleptik yang dapat 
diterima. Penelitian menunjukkan 
perlakuan konsentrasi Na-CMC 
mempengaruhi kadar air, daya patah, 
volume spesifik, warna dan kesukaan 
panelis pada  warna, aroma, rasa, daya 
patah serta mouthfeel cookies. Hasil 
penelitian pada  karakteristik dan 
organoleptik cookies menunjukkan bahwa 
konsentrasi Na-CMC pada cookies yang 
masih dapat diterima dan disukai oleh 
panelis, sehingga perlakuan yang dipilih 
adalah cookies perlakuan konsentrasi Na-
CMC sebesar 1,50%. Faktor penentuan 
pemilihan ini diasarkan pada nilai 
kesukaan panelis yang tertinggi, namun 
efektivitas pemakaian  Na-CMC pada 
cookies tepung pisang kepok putih 

pregelatinisasi perlu diperhitungkan. 
Pemilihan konsentrasi Na-CMC 1,50% 
dikarenakan menghasilkan skor kesukaan 
di atas 5 (agak suka) untuk warna, aroma, 
rasa, daya patah serta mouthfeel yang 
dapat dilihat pada Tabel 4. Pengujian 
organoleptik menunjukkan bahwa panelis 
menyukai cookies tepung pisang kepok 
putih pregelatinisasi dengan warna yang 
cerah dan semakin kuning pucat, rasa dan 
aroma pisang yang semakin berkurang, 
tekstur yang tidak mudah dipatahkan, serta 
mouthfeel yang tidak berpasir. Pemilihan 
konsentrasi Na-CMC 1,50% juga 
didukung dari hasil analisa fisikokimia. 
Hal ini menunjukkan bahwa Na-CMC 
1,50% dapat memerangkap air dan 
membentuk matriks gel yang banyak dan 
kompleks, sehingga dapat menghasilkan 
kadar air cookies yang tinggi (2,66%) dan 
memberikan pengaruh pada  cookies 
yang semakin mengembang (3,87 ml/g), 
karena matriks gel dapat menahan 
pemuaian uap air, udara dan gas CO2 saat 
pemanggangan. Hal ini dapat 
menghasilkan pori-pori yang sangat 
seragam, sehingga cookies tidak mudah 
dipatahkan. Matriks gel Na-CMC juga 
dapat menghalangi panas saat 
pemanggangan, sehingga dapat 
menghambat reaksi pencoklatan. Hal ini 
memicu  cookies semakin cerah dan 
menghasilkan warna kuning pucat.  
Peningkatan konsentrasi Na-CMC 
yang dipakai  memicu  peningkatan 
kadar air, volume spesifik, daya patah dan 
menghasilkan warna yang semakin cerah. 
Peningkatan konsentrasi Na-CMC yang 
dipakai  memicu  peningkatan 
kesukaan pada  warna, rasa, aroma, 
daya patah dan  mouthfeel. Perlakuan yang 
dipilih adalah cookies tepung pisang kepok 
putih pregelatinisasi dengan konsentrasi 
Na-CMC 1,50%. 
pemakaian  konsentrasi Na-CMC 
1,50% menghasilkan tingkat kesukaan 
panelis paling tinggi, namun kesukaan 
pada  warna, rasa dan mouthfeel 
dihasilkan skor 5 (agak suka), sehingga 
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut 
dengan mengkombinasikan bahan 
hidrokoloid lain yang memiliki sifat 
viskoelastis, sehingga tidak menghasilkan 
cookies semakin keras untuk dapat 
memperbaiki karakteristik cookies tepung 
pisang kepok putih pregelatinisasi.