Pisang merupakan buah yang
digemari oleh sebagian besar penduduk
dunia. Jumlah ketersediaan pisang yang
tinggi di negara kita , yaitu 2.074.305
tangkai/tahun (BPS, 2013). Waktu
pematangan pisang yang cepat dapat
memicu banyaknya buah pisang
tidak termanfaatkan secara maksimal,
khususnya pisang kepok putih.
Keunggulan pisang kepok putih adalah
harganya yang murah dan waktu
pematangan yang cepat. Pisang kepok
putih memiliki kandungan serat pangan
sebesar 0,50g/100g dan aroma pisang yang
tajam (Satuhu dan Supriyadi, 1994). Kadar
pati pisang kepok putih dibandingkan jenis
pisang lainnya yaitu sebesar 64,69-67,31%
yang dapat menghasilkan rendemen
tepung pisang sebesar 15,4-18,8%
pada daging buahnya . Kadar pati yang tinggi pada pisang
kepok putih dapat dimanfaatkan menjadi
tepung, hal ini juga sebagai diversifikasi
dan meningkatkan nilai fungsional pisang
kepok putih. Tepung pisang ini dapat
dimanfaatkan pada produk bakery, seperti
cookies. Cookies umumnya memakai
bahan baku terigu dengan kadar protein
yang rendah. Konsumsi terigu di negara kita
diperoleh dari impor gandum yang
mencapai 401.976 milyar ton/tahun
. Tingginya konsumsi
tepung terigu di negara kita , maka perlu
pemanfaatan bahan pangan lokal sebagai
alternatif tepung lain selain terigu yaitu
tepung pisang kepok putih. berdasar
penelitian pendahuluan, penggantian terigu
dengan tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi akan menghilangkan
gluten, sehingga dihasilkan cookies dengan
tekstur yang sangat meremah dan
mouthfeel yang berpasir. Kondisi tersebut
diakibatkan karena tidak adanya sumber
gluten yang dapat membentuk struktur
pada cookies, sehingga diperlukan adanya
penambahan hidrokoloid yang dapat
menggantikan peran gluten. Salah satu
hidrokoloid yang dapat dipakai adalah
Na-CMC (Natrium-Carboxymethyl
Cellulose). Na-CMC merupakan turunan
dari selulosa dan banyak dipakai dalam
industri pangan ,
Pemilihan Na-CMC didasarkan pada
fungsinya, yaitu sebagai pembentuk gel
untuk memperbaiki daya patah cookies
yang remah menjadi kokoh, Na-CMC
dipakai sebagai bahan pengganti gluten
(gluten substitute) (Fennema, Karen and
Lund, 1996). pemakaian Na-CMC dapat
mengetahui pengaruh konsentrasi Na-
CMC pada sifat fisikokimia (kadar air,
volume spesifik, daya patah dan warna)
dan organoleptik (warna, rasa, aroma, daya
patah dan mouthfeel) cookies tepung
pisang kepok putih pregelatinisasi dan
mengetahui cookies tepung pisang kepok
putih pregelatinisasi yang memiliki
karakteristik organoleptik dapat diterima
oleh panelis.
Alat dan Bahan
Alat yang dipakai untuk membuat
tepung pisang kepok putih dan cookies
adalah cabinet dryer (Bengkel Rekayasa
Wangdi W), kain streamin, oven kompor,
mixer (Miyako SM-625), neraca (Ohaus),
cetakan cookies dengan ukuran p = 3,5 cm;
t = 0,5 cm; l = 1 cm, gelas ukur 10mL,
piring, solet, kuas, sendok, baskom dan
rolling pin. Alat yang dipakai untuk
analisa cookies, yaitu neraca analitis
(Mettler Toledo), gelas ukur, sarung
tangan, botol timbang (Pirex), eksikator,
silica gel, oven (Binder), Texture Analizer
(TA-XT Plus) dengan probe three point
bend rig, sarung tangan, Color Reader
(Minolta CR-10), dan kuesioner untuk uji
organoleptik.
Bahan yang dipakai untuk
pembuatan cookies adalah pisang kepok
putih (Musa paradisiaca L.) mentah yang
berumur 80 hari setelah berbunga dengan
warna hijau tua, Na-CMC, telur ayam,
margarin, gula halus, baking powder dan
garam yang diperoleh secara komersial
dipasaran. Bahan-bahan yang dipakai
untuk analis secara fisik pada cookies
pisang kepok putih adalah plastic wrap
dan jewawut. Bahan-bahan yang
dipakai untuk uji organoleptik adalah
sampel cookies yang akan diuji, kertas
untuk sampel cookies dan air minum
dalam kemasan.
Tahapan Penelitian
Pembuatan tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi
Proses pembuatan tepung pisang
kepok putih pregelatinisasi diawali dengan
pencucian pisang kepok putih mentah,
kemudian dipregelatinisasi dengan
menjaga suhu steam sebesar 73oC±3
selama 20 menit. Pisang yang telah
dipregelatinisasi dikupas kulitnya dan
diiris tipis-tipis melintang atau menyerong
(ketebalan irisan 0,25-0,75 cm), kemudian
dikeringkan memakai cabinet dryer
selama 6-8 jam dengan suhu 60-75oC.
Adanya proses pengeringan memicu
terjadinya penguapan air, sehingga kadar
air yang dihasilkan gaplek pisang kepok
putih maksimum 10%. Tahapan
selanjutnya, proses penggilingan gaplek
untuk membuat tepung, dimana gaplek
digiling dengan alat penggiling, berupa
grinder. Tepung yang dihasilkan diayak
dengan ukuran ayakan 80 mesh dan tepung
pisang kepok putih pregelatinisasi
disimpan dalam plastik PP dengan
ketebalan 0,8mm, kemudian disimpan di
dalam stoples dan diberi silika gel agar
kualitas tepung tetap terjaga dengan baik
dan menghindari dari kerusakan
mikroorganisme.
Pembuatan cookies tepung pisang kepok
putih pregelatinisasi
Proses pembuatan cookies tepung
pisang kepok putih pregelatinisasi diawali
dengan persiapan bahan-bahan, seperti
tepung pisang kepok putih, telur, margarin,
gula halus, baking powder, garam dan Na-
CMC. Tahapan selanjutnya, pencampuran
I margarin dan gula halus pada kecepatan
2 selama 2 menit dan diakhiri hingga
terbentuk adonan yang menyatu.
Selanjutnya, pencampuran II dengan
penambahan telur pada kecepatan 2 selama
3 menit hingga adonan berwarna putih
kekuningan. Proses selanjutnya
pencampuran tepung pisang kepok, Na-
CMC, baking powder dan garam hingga
homogen. Hasil pencampuran tersebut
ditambahkan dalam pencampuran II
dengan kecepatan 1 selama 5 menit.
Tahapan pencampuran III diakhiri hingga
adonan homogen dan kalis. Adonan
dicetak dengan cetakan berbentuk persegi
panjang dengan p = 3 cm; t = 0,5 cm; l = 1
cm, kemudian dimasukkan kedalam
loyang yang telah diolesi margarin dengan
berat @3,5 gram. Setelah itu, adonan yang
telah dicetak dan dilakukan pemanggangan
dengan memakai oven. Suhu dan
waktu pemanggangan yang dipakai
adalah 150°C selama 18 menit, selanjutnya
dilakukan pendinginan dan dihasilkan
cookies tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi.
Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini
memakai Rancangan Acak Kelompok
(RAK) dengan satu faktor, konsentrasi Na-
CMC. Faktor konsentrasi Na-CMC terdiri
atas 7 level dengan empat kali ulangan,
yaitu P1 = 0%; P2 = 0,25%; P3 = 0,5%; P4
= 0,75%; P5 = 1%; P6 = 1,25%; dan P7 =
1,5%. Kombinasi perlakuan dapat dilihat
pada Tabel 1.
Variabel utama yang diukur dalam
penelitian ini adalah daya patah cookies,
kadar air cookies, warna cookies, volume
spesifik cookies, sifat organoleptik
meliputi kesukaan warna, rasa, daya patah,
aroma dan mouthfeel dan didukung oleh
analisis kadar air adonan. Variabel
tergantung yang diukur dalam pembuatan
tepung pisang kepok putih adalah kadar
air, kadar gula reduksi dan kadar pati. Data
yang diperoleh dianalisa dengan sidik
ragam (ANAVA) pada α=5%. Apabila ada
perbedaan maka dilanjutkan dengan uji
Beda Jarak Nyata Duncan atau Duncan’s
Multipe Range Test (DMRT) pada α=5%.
Tabel 1. Kombinasi Perlakuan
Keterangan: P1.1 adalah pembuatan cookies tepung
pisang kepok putih pregelatinisasi
sebagai perlakuan pertama dan
ulangan pertama
Metode Analisis
Pengujian kadar air pada cookies
dilakukan dengan metode
Thermogravimetri (AOAC, 1997).
Pengukuran volume spesfik pada cookies
memakai jewawut. Volume spesifik
merupakan perbandingan antara volume
cookies (mL) dengan berat cookies (g)
(Lopez et al., 2004). Daya patah cookies
diukur dengan texture analyser. Probe
yang digunakna adalah three poin ben rig,
calibration weight: 5000 g; pretest speed:
1,5 mm/s; test speed: 0,5 mm/s; post test
speed: 10,0 mm/s; force: 25 g; distance: 5
mm; tare mode: auto; data acqusition: 400
Ulangan
Perlakuan (P)
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7
1 P1.1 P2.1 P3.1 P4.1 P5.1 P6.1 P7.1
2 P1.2 P2.2 P3.2 P4.2 P5.2 P6.2 P7.2
3
4
P1.3
P1.4
P2.3
P2.4
P3.3
P3.4
P4.3
P4.4
P5.3
P5.4
P6.3
P6.4
P7.3
P7.4
96
pps (Turksoy et al., 2007). Pengujian
warna dilakukan memakai Colour
Reader Minolta, kemudian diukur
memakai sistem Hunter (Hunter,
1952) dengan menentukan nilai L, a, b, c,
dan oh. Uji organoleptik (Kartika et al.,
1988) yang dilakukan adalah warna,
aroma, daya patah, kerenyahan, rasa, dan
mouthfeel. Uji kesukaan memakai
metode scoring dengan skala 1 (sangat
tidak suka) - 7 (sangat suka). Pengujian
diikuti oleh 100 orang panelis tidak
terlatih.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Air Adonan dan Cookies Tepung
Pisang Kepok Putih Pregelatinisasi
Kadar air cookies tepung pisang
kepok putih pregelatinisasi berkisar antara
1,28% hingga 2,66%. Hasil penelitian
menunjukkan kadar air cookies mengalami
peningkatan seiring dengan meningkatnya
konsentrasi Na-CMC. Hal ini dikarenakan
semakin banyak jumlah Na-CMC yang
dipakai dapat membentuk matriks yang
semakin banyak dan kompleks, sehingga
kemampuan memerangkap air pada
cookies meningkat. Peningkatan kadar air
cookies didukung dengan data kadar air
adonan. Kadar air adonan berkisar antara
11,46% hingga 12,73%. Hal ini
dikarenakan adanya Na-CMC membentuk
matriks gel yang dapat memerangkap air
bebas pada adonan, sehingga kadar air
adonan meningkat. Konsentrasi Na-CMC
yang semakin meningkat dapat
membentuk matriks adonan yang semakin
banyak, sehingga semakin dapat
menghalangi penguapan air bebas dan air
terikat lemah yang terjadi selama
pemanggangan, hal ini sesuai dengan
penelitian Nurpitriani et al., (2015) pada
produk french fries. Menurut Ladamay dan
Yuwono (2014), semakin tinggi
konsentrasi Na-CMC, maka kadar air
foodbars semakin meningkat. Hal tersebut
dikarenakan sifat Na-CMC sebagai
pengikat air karena mempunyai gugus OH
yang berikatan dengan air. Na-CMC jika
ditambahkan dalam bahan makanan akan
terdispersi dalam fase air, butir-butir Na-
CMC yang bersifat hidrofilik akan
menyerap air dan membengkak. Hasil
pengujian kadar air cookies dan adonan
cookies tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi dapat lihat pada Tabel 2.
Volume Spesifik Cookies Tepung Pisang
Kepok Putih Pregelatinisasi
Volume spesifik cookies tepung
pisang kepok putih pregelatinisasi berkisar
antara 2,54 ml/g hingga 3,87 ml/g.
Tabel 2. Hasil uji kadar air cookies dan adonan, volume spesifik dan daya patah
Keterangan:
a. Nilai rata-rata ± standar deviasi dari 4 ulangan.
b. Superscript a-g yang berbeda menunjukkan beda nyata pada α=5%
Adanya Na-CMC pada adonan
memicu air dari putih telur
diperangkap, sehingga mengalami hidrasi
dan membentuk matriks gel (Zats dan
Kushla, 1996). Hal ini memicu
massa adonan semakin besar yang terjadi
saat penambahan Na-CMC bersama
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi,
garam dan baking powder. Selama proses
pemanggangan, air bebas dan air terikat
lemah akan berubah menjadi uap air. Uap
air, udara dan gas CO2 yang ada di dalam
adonan cookies akan mengalami
pemuaian. Matriks gel Na-CMC menahan
pemuaian uap air, udara dan gas CO2,
sehingga dapat menghasilkan cookies
mengembang dan pori-pori yang terbentuk
semakin seragam. Hasil pengujian volume
spesifik cookies tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi dapat lihat pada Tabel 2.
Daya Patah Cookies Tepung Pisang
Kepok Putih Pregelatinisasi
Daya patah cookies tepung pisang
kepok putih pregelatinisasi berkisar antara
1979,32 g/cm hingga 2855,06 g/cm. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dengan
konsentrasi Na-CMC yang semakin
meningkat, maka dihasilkan daya patah
yang tidak mudah dipatahkan. Hal ini
disebabkan penambahan konsentrasi Na-
CMC yang meningkat menghasilkan
matriks gel yang semakin kuat. Matriks gel
yang terbentuk akan menahan uap air,
udara dan gas CO2 yang memuai selama
proses pemanggangan, sehingga cookies
mengembang dan menghasilkan pori-pori
yang semakin seragam, sehingga cookies
tidak mudah dipatahkan . Hasil pengujian daya patah cookies
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi
dapat lihat pada Tabel 2.
Warna Cookies Tepung Pisang Kepok
Putih Pregelatinisasi
Pengukuran warna cookies perlu
dilakukan karena mempengaruhi daya
penerimaan konsumen. Pembacaan hasil
pengujian memakai color scale terdiri
dari nilai L, a*, b*, C, oh akan diperoleh
satu titik warna. Seiring bertambahnya
konsentrasi Na-CMC yang dipakai ,
maka warna cookies yang dihasilkan akan
semakin cerah yang dapat dilihat pada
lightness cookies yang semakin meningkat.
Hal ini disebabkan Na-CMC memiliki gel
yang transparan, dengan adanya air yang
diperangkap Na-CMC akan membentuk
matriks gel yang dapat menghasilkan
cookies yang semakin cerah
Peningkatan warna kemerahan dan
Tabel 3. Hasil uji warna cookies tepung pisang kepok putih pregelatinisasi
Keterangan:
a. L adalah lightness; a* adalah redness; b* adalah yellowness; C adalah Chroma;
dan oh adalah hue
b. Nilai rata-rata ± standar deviasi dari 4 ulangan
c. Superscript a-g yang berbeda menunjukkan beda nyata pada α=5%
kekuningan yang dihasilkan memiliki
hubungan dengan hasil pengujian C dan oh
semakin meningkat yang menunjukkan
warna kuning pucat seiring dengan
semakin banyak Na-CMC yang
ditambahkan.
Hal ini disebabkan Na-CMC dapat
memerangkap air dan membentuk jaring
matriks yang semakin banyak. Menurut
Fitriyaningtyas dan Widyaningsih (2015),
Na-CMC dapat menghalangi panas yang
kontak langsung dengan gugus hidroksil
glikosidik dari gula dan gugus amino dari
protein selama proses pemanggangan.
Kondisi ini memicu cookies yang
dihasilkan semakin kuning pucat seiring
dengan meningkatnya yellowness pada
cookies tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi. Hasil uji warna cookies
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi
dapat dilihat pada Tabel 3.
Karakteristik Organoleptik Cookies
Tepung Pisang Kepok Putih
Pregelatinisasi
Hasil uji DMRT pada α = 5%
menunjukkan ada beda nyata pada cookies
dengan perlakuan konsentrasi Na-CMC
pada warna, rasa, aroma, daya patah
dan mouthfeel. Hasil uji Organoleptik
kesukaan pada cookies dapat dilihat
pada Tabel 4.
Kesukaan warna
Warna cookies semakin meningkat
mulai dari angka 2,31 (tidak suka) dan
meningkat sampai angka 5,93 (agak suka).
Hal ini sejalan dengan hasil pengujian
warna secara objektif pada Tabel 3.
peningkatan konsentrasi Na-CMC, maka
panelis semakin menyukai warna cookies
yang dihasilkan. Panelis semakin
menyukai warna cookies yang semakin
kuning pucat. Hal ini disebabkan Na-CMC
dapat memerangkap air dan membentuk
jaring matriks yang semakin banyak,
sehingga dapat menghambat air sebagai
media reaksi pencoklatan, sehingga
cookies yang dihasilkan semakin kuning
pucat
Kesukaan rasa
Tingkat kesukaan panelis pada
rasa semakin meningkat, seiring
konsentrasi Na-CMC yang semakin
meningkat. Hasil kesukaan yang semakin
meningkat menjelaskan bahwa panelis
tidak menyukai rasa pisang dari cookies
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi.
Adanya Na-CMC dapat memperbaiki rasa
yang dihasilkan. Hal ini dikarenakan Na-
CMC dengan komponen bahan lain
membentuk jaring matriks, maka semakin
tinggi konsentrasi Na-CMC, semakin
banyak jaring matriks yang terbentuk,
sehingga dapat menghalangi rasa pisang
yang muncul saat dirasakan panelis.
Kesukaan aroma
Konsentrasi Na-CMC yang semakin
meningkat, maka tingkat kesukaan panelis
pada aroma semakin meningkat. Hasil
kesukaan yang semakin meningkat
menjelaskan bahwa panelis tidak
menyukai aroma pisang dari cookies
tepung pisang kepok putih pregelatinisasi.
Pisang memiliki senyawa volatil yaitu
isoamil eter yang mempengaruhi aroma
dari cookies tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi (Antarlina et al., 2004).
pemakaian tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi menghasilkan aroma pisang
yang dominan dibandingkan bahan
pembantu lainnya. Panelis tidak menyukai
aroma dari pisang kepok putih, karena
pisang kepok putih merupakan salah satu
jenis pisang yang memiliki aroma yang
cukup kuat. Adanya Na-CMC dapat
memperbaiki aroma yang dihasilkan. Hal
ini dikarenakan Na-CMC membentuk
jaring matriks, semakin tinggi konsentrasi
Na-CMC, semakin banyak jaring matriks
yang terbentuk, sehingga dapat
menghalangi aroma pisang yang keluar.
Kesukaan daya patah
Tingkat kesukaan panelis pada
daya patah semakin meningkat, seiring
peningkatan konsentrasi Na-CMC.
berdasar tingkat kesukaan panelis
pada daya patah cookies menunjukkan
bahwa panelis menyukai cookies yang
tidak mudah dipatahkan. Hal tersebut
sesuai dengan pengujian daya patah secara
objektif yang dapat dilihat pada Tabel 2.
adanya peningkatan konsentrasi Na-CMC
yang dipakai memicu daya patah
yang dihasilkan semakin tinggi.
Kesukaan mouthfeel
Tingkat kesukaan panelis pada
mouthfeel semakin meningkat, seiring
peningkatan konsentrasi Na-CMC. Hasil
uji kesukaan mouthfeel menunjukkan
bahwa panelis menyukai cookies yang
tidak berpasir atau beremah. Tepung
pisang kepok putih pregelatinisasi yang
menjadi bahan dasar cookies mengandung
gula reduksi sebesar 7,736 %wb, yang
memicu kesan berpasir. Kesan
berpasir ini juga dikarenakan adanya
proses kritalisasi gula. Kritalisasi gula
akan terjadi jika gula menjadi jenuh saat
proses pemanggangan karena adanya
penguapan air. Kondisi jenuh terjadi pada
saat cookies dipanggang sehingga cookies
pisang kepok putih pregelatinisasi yang
dihasilkan terasa berpasir. Penambahan
Na-CMC dapat memperbaiki karakteristik
cookies menjadi tidak berpasir. Hal ini
dikarenakan Na-CMC membentuk
matriks gel yang mengalami pemuaian saat
pemanggangan, sehingga dapat
menghasilkan pori-pori cookies yang
seragam (Zats dan Kushla, 1996).
Konsentrasi Na-CMC yang semakin
meningkat menghasilkan pori yang
semakin seragam, maka kesan berpasir
yang dihasilkan semakin menurun.
Cookies Tepung Pisang Kepok Putih
Pregelatinisasi Terpilih
Perlakuan konsentrasi Na-CMC pada
cookies bertujuan untuk menghasilkan
cookies yang memiliki karakteristik
fisikokimia dan organoleptik yang dapat
diterima. Penelitian menunjukkan
perlakuan konsentrasi Na-CMC
mempengaruhi kadar air, daya patah,
volume spesifik, warna dan kesukaan
panelis pada warna, aroma, rasa, daya
patah serta mouthfeel cookies. Hasil
penelitian pada karakteristik dan
organoleptik cookies menunjukkan bahwa
konsentrasi Na-CMC pada cookies yang
masih dapat diterima dan disukai oleh
panelis, sehingga perlakuan yang dipilih
adalah cookies perlakuan konsentrasi Na-
CMC sebesar 1,50%. Faktor penentuan
pemilihan ini diasarkan pada nilai
kesukaan panelis yang tertinggi, namun
efektivitas pemakaian Na-CMC pada
cookies tepung pisang kepok putih
pregelatinisasi perlu diperhitungkan.
Pemilihan konsentrasi Na-CMC 1,50%
dikarenakan menghasilkan skor kesukaan
di atas 5 (agak suka) untuk warna, aroma,
rasa, daya patah serta mouthfeel yang
dapat dilihat pada Tabel 4. Pengujian
organoleptik menunjukkan bahwa panelis
menyukai cookies tepung pisang kepok
putih pregelatinisasi dengan warna yang
cerah dan semakin kuning pucat, rasa dan
aroma pisang yang semakin berkurang,
tekstur yang tidak mudah dipatahkan, serta
mouthfeel yang tidak berpasir. Pemilihan
konsentrasi Na-CMC 1,50% juga
didukung dari hasil analisa fisikokimia.
Hal ini menunjukkan bahwa Na-CMC
1,50% dapat memerangkap air dan
membentuk matriks gel yang banyak dan
kompleks, sehingga dapat menghasilkan
kadar air cookies yang tinggi (2,66%) dan
memberikan pengaruh pada cookies
yang semakin mengembang (3,87 ml/g),
karena matriks gel dapat menahan
pemuaian uap air, udara dan gas CO2 saat
pemanggangan. Hal ini dapat
menghasilkan pori-pori yang sangat
seragam, sehingga cookies tidak mudah
dipatahkan. Matriks gel Na-CMC juga
dapat menghalangi panas saat
pemanggangan, sehingga dapat
menghambat reaksi pencoklatan. Hal ini
memicu cookies semakin cerah dan
menghasilkan warna kuning pucat.
Peningkatan konsentrasi Na-CMC
yang dipakai memicu peningkatan
kadar air, volume spesifik, daya patah dan
menghasilkan warna yang semakin cerah.
Peningkatan konsentrasi Na-CMC yang
dipakai memicu peningkatan
kesukaan pada warna, rasa, aroma,
daya patah dan mouthfeel. Perlakuan yang
dipilih adalah cookies tepung pisang kepok
putih pregelatinisasi dengan konsentrasi
Na-CMC 1,50%.
pemakaian konsentrasi Na-CMC
1,50% menghasilkan tingkat kesukaan
panelis paling tinggi, namun kesukaan
pada warna, rasa dan mouthfeel
dihasilkan skor 5 (agak suka), sehingga
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
dengan mengkombinasikan bahan
hidrokoloid lain yang memiliki sifat
viskoelastis, sehingga tidak menghasilkan
cookies semakin keras untuk dapat
memperbaiki karakteristik cookies tepung
pisang kepok putih pregelatinisasi.