• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya d. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya d. Tampilkan semua postingan

tehnik budidaya d













akan tetapi ada beberapa jenis 

tanaman yang adaptif di dalam 

ruangan yang terbatas sinar

mataharinya misalnya: lidah

mertua (Sansevieria trifascita),

rambung merah (Ficus elastica),

dan sebagainya

Dekorasi

Tanaman juga dapat digunakan 

untuk menghias ruangan, yang

pemilihan tanamannya

tergantung pada besar kecilnya 

ruang, warna, dan tekstur bunga. 

Karakteristik tanaman

Beberapa alasan pemilihan jenis 

tanaman tertentu yang

digunakan sebagai tanaman

indoor disebabkan oleh:

Daya pikatnya

Tanaman yang terpilih sebagai

tanaman indoor adalah tanaman

yang mempunyai nilai aestetika
Nilainya dapat terletak pada

keindahan daun ataupun

bunganya.

- Penampilannya

Pada umumnya orang jarang

menggunakan satu jenis

tanaman indoor sepanjang masa 

hidup tanaman tersebut,

tanaman akan segera digantikan

jika tanaman itu tua (tidak

menarik). Beberapa jenis

tanaman dapat berubah

penampilannya pada waktu

muda dan tua, tanaman yang

indah hanya pada waktu muda,

akan segera digantikan, jika

tanaman tua.

Itu sebabnya tanaman indoor

selalu diganti, berdasarkan

bagaimana penampilannya

dalam mendukung keindahan

dekorasi ruangan.

- Siklus hidup

Beberapa jenis tanaman hanya 

menarik pada saat dia berbunga, 

dan menjadi tidak menarik pada 

saat pertumbuhan vegetatif.

Sebaliknya ada beberapa jenis

tanaman hias daunnya lebih

menarik dibandingkan dengan

bunganya.

-Laju pertumbuhan

Beberapa jenis tanaman laju

pertumbuhanya relatif lebih

cepat sedangkan jenis lainnya

lebih lambat. Misalnya kelompok

tanaman hias annual (tanaman

semusim) pertumbuhan lebih

cepat dibandingkan dengan

kelompok palma.

Penanaman di Luar Ruangan

(outdoor)

Untuk tanaman outdoor jenis

dan keindahannya sangat

banyak, tergantung pada pilihan

lanskapnya. Lanskap memiliki

makna penggunaan tanaman

outdoor yang berfungsi untuk

menambah keindahan atau

lainnya. Penanaman di luar

ruangan dapat menggabungkan 

beberapa jenis tanaman,

ataupun hanya satu jenis.

Tujuan dari pengaturan lanskap

adalah;

- Peningkatan keindahan

suatu areal

- Peningkatan nilai tanah

dan bangunan

- Menggabungkan konsep

alami pada bangunan

- Memberi kepuasan pada 

khalayak ramai

- Kontrol bagi pengendara 

dan pejalan kaki

- Memodifikasi lingkungan

- Tempat rekreasi

- Meningkatkan

perlindungan terhadap

semberdaya alam

- Mengurangi polusi suara 
d. Teknik Budidaya tanaman

hias secara umum

a. Media tanam

Hampir semua tanaman hias

memerlukan media yang

gembur, pouros, subur, cukup

mengadung, bahan organik,

bebas dari hama, aerasi dan

drainese yang baik.

Untuk menciptakan kondisi

tersebut maka media tanam

yang ideal adalah campuran

bahan organik dan bahan

anorganik.

Bahan organik dapat berupa

cacahan pakis, kompos, humus, 

serutan kayu, arang sekam,

cocopeat, dan sebagainya

Sedangkan bahan anorganik

berupa tanah atau pasir. 

Komposisi media yang

digunakan untuk setiap nursery 

pasti berbeda-beda tergantung

dari kondisi iklim setempat,

campuran media tanam yang

dapat digunakan diantaranya :

1. sekam bakar dan

cacahan pakis dengan

perbandingan 4 : 1 untuk 

pupuk bisa menggunakan 

dekastar atau osmokot

atau bisa juga pupuk

kandang yang telah di

fermentasi.

2. sekam bakar, andam (

kaliandra) dan pupuk

kadang yang telah steril 

dengan perbandingan

1:1:1.

3. humus, pupuk kandang

steril dan pasir malang

yang telah diayak halus 

dengan perbandingan

5:5:2

Untuk menjaga kelembaban

media dan mengatur drainase

yang baik maka pertama-tama

pot diisi terlebih dahulu dengan 

pecahan bata merah, pecahan

genting, Styrofoam, dice coco (

sabut kelapa yang dipotong

dadu ), sampai ¼ pot setelah itu 

baru media tanamnya diisi

hingga penuh.

Untuk menjaga tanaman

terhindar dari jamur, cendawan

dan bakteri sebaiknya media

harus dikukus setidaknya 1 jam

b. Teknik Budidaya Bunga 

Potong

Bunga potong adalah bunga

yang dianfaatkan sebagai bahan 

rangkaian bunga untuk berbagai 

keperluan manusia.

Penggunaan bunga potong ini

dimulai dari kelahiran,

perkawinan sampai kematian,

oleh karenanya bunga potong ini 

memiliki prospek yang cerah.

Banyak jenis bunga potong yang 

dibudidayakan untuk memenuhi

kebutuhan seperti: krisan,

mawar, anthurium, gladiol, dan

lain-lain.
Prinsip budi daya bunga potong 

pada dasarnya meliputi:

- Penyiapan bibit

- Penyiapan lahan

- Penanaman

- Pemeliharaan

- Panen dan

Pascapanen

Faktor-faktor yang 

mempengaruhi pertumbuhan

Beberapa aspek yang perlu

diperhatikan dalam budidaya

bunga potong ini adalah: aspek 

ekologi produksi, aspek teknik

hortikultura, dan teknik budidaya.

Unsur ekologi

Unsur yang terpenting dari

aspek ini adalah iklim (ketinggian 

tempat cahaya matahari, dan

curah hujan), tanah (struktur dan 

pH tanah), air tanah (kedalaman 

air tanah). Aspek ini demikian

penting terutama jika hendak

menanam bibit jenis bunga

impor.

Kendala yang dihadapi jika

menanam bunga impor adalah

kendala lingkungan. Akan tetapi 

kendala ini dapat diatasi dengan 

berbagai teknik hortikultura yang

dilaksanakan secara intensif.

Sebagai contoh keadaan tanah 

yang buruk dapat dimbangi

dengan pemupukan,

pengapuran ataupun

penambahan bahan organik. 

c. Aspek teknik hortikultura

Aspek teknik hortikultura penting 

dalam hal perbaikan mutu bunga 

potong melalui perbanyakan

vegetatif dan generatif. Cara

perbanyakan vegetatif maupun

generatif sangat perlu

diperhatikan untuk pengadaan

bibit unggul. Teknik perbanyakan 

dengan penyambungan dapat

membantu memperbaiki

pertummbuhan bunga terhadap 

kondisi lingkungan yang buruk

dan dapat memperbaiki

kemampuan berbunga.

Aspek penanaman

Aspek ini perlu diperhatikan

menyangkut ketersediaan

sumber daya lahan dan

lingkungan yang dapat

mendukung pertumbuhan bunga 

potong.

Kondisi suhu dan kesuburan

tanah akan mempengaruhi

jumlah populasi yang terdapat

pada satu areal tertentu. Pada 

suhu tinggi misalnya maka dapat 

digunakan jarak tanam yang

lebih rapat, begitu juga untuk

tanah-tanah yang subur. 

Pemangkasan batang maupun

akar, pengerdilan tanaman, dan 

pemaksaan berbunga dapat

membantu mengatasi kendala

ekologi yang kurang cocok.
Aspek teknik budidaya

Dalam memelihara tanaman dan 

teknik budidaya kadang-kadang

ditemui permasalahan karena

adanya perubahan kebiasaan

masyarakat setempat dari

bertanam secara tradisional ke 

modern. Umumnya cara bertani 

tradisional menghasilkan mutu

bunga yang kurang baik

dibandingkan dengan cara

modern.

Pemberian paranet pada

budidaya Aglonema memberikan 

hasil warna daun yang lebih

menarik dibandingkan dengan

tanpa paranet.

Peningkatan mutu bunga juga

dapat dilakukan dengan

pengaturan pembungaan

(memperbesar ukuran bunga,

memperlebat jumlah bunga,

memperpanjang masa

berbunga).

Memperbesar ukuran bunga

dapat dilakukan dengan metode 

pemangkasan, yang hanya

menyisakan beberapa kuntum

bunga yang potensial bermutu

tinggi.

Pascapanen

Mutu bunga potong bergantung 

pada penampilan dan daya

tahan kesegarannya. Bunga

dengan mutu prima mempunyai 

nilai jual lebih tinggi

dibandingkan dengan bunga

potong berkualitas rendah.

Untuk memertahankan mutu

bunga dari panen sampai ke

tangan konsumen perlu

memperhatikan:

- Penyimpanan

- pengemasan

- pengangkutan

Penyimpanan

Cara penyimpanan bunga

potong ditentukan berdasarkan

jenis bunganya. Cara

penyimpananya antara lain

dengan merendam tangkai

bunga di dalam air, perlakuan

kimia, dan dengan cara

pendinginan.

Teknologi penyimpanan

sederhana yan sering dilakukan 

petani adalah merendam tangkai 

bunga dalam air bersih, bunga

krisan sering diberi perlakuan

perendaman dengan chrysal

sebanyak 5 g/air.

Bunga Gladiol sering diberi

perlakuan 4 ppm GA 60 ppm,

magnesium sulfat 40 ppm atau 

air suling agar bunga ini tetap 

awet.

Pengemasan

Pengemasan yang paling

sederhana adalah dengan

membungkus bunga dengan

kertas koran. Salah satu bagian 

dibiarkan terbuka, kemudian

dibungkus dengan kantong

polietilen (PE) yang diberi lubang 

dan dikemas lagi dalam kantong 

tanpa lubang pada kelambaban 
80%, metode ini sering

digunakan petani Thailand

dalam pengemasan bunga

mawar.

Pengangkutan

Pengangkutan bunga potong

menjadi perhatian khusus

karena erat kaitannya dengan

ketahanan bunga untuk tetap

segar sampai ke tangan

konsumen.
Teknik Budidaya 

Anggrek

a.  

Indonesia mempunyai lebih dari 

4,000 jenis anggrek, tanaman ini

hampir terdapat diseluruh

kepulauan di Indonesia.

Anggrek dapat ditemukan mulai 

dataran rendah sampai

ketinggian 3000 mdpl. 

Kisaran suhu untuk hidup

anggrek ini juga bervariasi mulai 

dari 8.7ºC sampai 32ºC.

Tanaman ini juga dapat

ditemukan diberbagai tempat

misalnya pada cabang pohon

Tamarindus (asam jawa) pada

pinggir jalan di kota besar besar 

seperti Jakarta, Bandung atau

Bogor, atau dibawah tegakan

hutan hujan tropis (misalnya

Aerides odorata dan

Rhynchostylis retusa).

Tanaman anggrek Dendrobium,

Phalaenopsis, Oncidium, dan

Vanda beserta kerabatnya serta 

tanaman anggrek jenis lain telah 

banyak diusahakan.

Tanaman anggrek merupakan

salah satu kelompok tanaman

hias yang mempunyai nilai

ekonomi tinggi.

Banyaknya variasi bentuk dan

warna bunga anggrek

merupakan salah satu

keunggulan dari bunga anggrek. 

Hal ini sangat mendorong

terciptanya varietas-varietas

baru yang dapat dikembangkan

dan dibudidayakan secara baik

di Indonesia, karena kondisi iklim

yang sesuai. 

Pertumbuhan tanaman anggrek

baik vegetatif maupun generatif

tidak hanya ditentukan oleh

faktor genetik. Namun lebih

banyak ditentukan oleh faktor

lingkungan seperti:

- Cahaya

- suhu

- kelembaban

- pemeliharaan tanaman

seperti: penyiraman,

pemupukan, media tumbuh,

dan pengendalian hama dan 

penyakit.

Berdasarkan tipe pertumbuhan

batangnya, maka anggrek dapat

dikelompokkan menjadi 2

kelompok yaitu:

1. anggrek simpodial yaitu

anggrek yang

mempunyai pertumbuhan 

batang terbatas seperti:

Dendrobium, Cattleya,

dan Oncidium

2. anggrek tipe monopodial 

yaitu anggrek yang

mempunyai pertumbuhan 

batang yang tidak

terbatas seperti: Vanda

dan kerabatnya.
Berdasarkan habitatnya tanaman 

anggrek dibagi dalam 2

golongan yaitu 

1. Epifit, anggrek epifit

adalah anggrek yang

hidup menumpang pada 

batang pohon atau

sejenisnya, namun tidak

merugikan tanaman yang 

ditumpanginya dan

membutuhkan naungan. 

2. Terestrial, anggrek

terestrial adalah anggrek 

yang hidup dan tumbuh

di atas permukaan tanah 

dan membutuhkan

cahaya matahari

langsung.

b.Syarat Tumbuh 

Intensitas cahaya 

Intensitas cahaya yang

dibutuhkan anggrek di dalam

pertumbuhan dan

perkembangannya sangat

berbeda, tergantung pada jenis, 

ukuran dan umurnya.

Misalnya anggrek epifit

membutuhkan intensitas cahaya

matahari berkisar antara 1500–

3000 fc. 

Sedangkan anggrek terestrial

membutuhkan intensitas cahaya 

matahari 4000 – 5000 fc.

Suhu

Kebutuhan suhu pada tanaman 

anggrek sangat tergantung pada 

jenisnya. Anggrek yang tumbuh 

di dataran rendah membutuhkan 

suhu siang berkisar 24–33o

C

dan suhu malam 21–27o

C.

Sedangkan untuk anggrek yang 

tumbuh di dataran tinggi

membutuhkan suhu siang

berkisar antara 18– 27o

C dan

suhu malam berkisar antara 13–

18o

C.

Kelembaban

Pada umumnya anggrek

membutuhkan kelembaban tinggi 

yaitu berkisar antara 60-80%.

Pada malam hari kelembaban

tidak terlalu tinggi karena dapat

mengakibatkan busuk akar dan 

busuk tunas.

Kelembaban yang terlalu rendah

pada siang hari dapat diatasi

dengan cara pemberian

semprotan kabut (mist) di sekitar 

tempat pertanaman.

c. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam budidaya

anggrek

Aspek lingkungan

Secara alami anggrek (Famili

Orchidaceae) hidup epifit pada

pohon dan ranting-ranting

tanaman lain, namun dalam

pertumbuhannya anggrek dapat 

ditumbuhkan dalam pot yang

diisi media tertentu. Ada

beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan

tanaman, seperti faktor

lingkungan, antara lain sinar

matahari, kelembaban dan

temperatur serta pemeliharaan

seperti 
Berdasarkan habitatnya tanaman 

anggrek dibagi dalam 2

golongan yaitu 

1. Epifit, anggrek epifit

adalah anggrek yang

hidup menumpang pada 

batang pohon atau

sejenisnya, namun tidak

merugikan tanaman yang 

ditumpanginya dan

membutuhkan naungan. 

2. Terestrial, anggrek

terestrial adalah anggrek 

yang hidup dan tumbuh

di atas permukaan tanah 

dan membutuhkan

cahaya matahari

langsung.

b.Syarat Tumbuh 

Intensitas cahaya 

Intensitas cahaya yang

dibutuhkan anggrek di dalam

pertumbuhan dan

perkembangannya sangat

berbeda, tergantung pada jenis, 

ukuran dan umurnya.

Misalnya anggrek epifit

membutuhkan intensitas cahaya

matahari berkisar antara 1500–

3000 fc. 

Sedangkan anggrek terestrial

membutuhkan intensitas cahaya 

matahari 4000 – 5000 fc.

Suhu

Kebutuhan suhu pada tanaman 

anggrek sangat tergantung pada 

jenisnya. Anggrek yang tumbuh 

di dataran rendah membutuhkan 

suhu siang berkisar 24–33o

C

dan suhu malam 21–27o

C.

Sedangkan untuk anggrek yang 

tumbuh di dataran tinggi

membutuhkan suhu siang

berkisar antara 18– 27o

C dan

suhu malam berkisar antara 13–

18o

C.

Kelembaban

Pada umumnya anggrek

membutuhkan kelembaban tinggi 

yaitu berkisar antara 60-80%.

Pada malam hari kelembaban

tidak terlalu tinggi karena dapat

mengakibatkan busuk akar dan 

busuk tunas.

Kelembaban yang terlalu rendah

pada siang hari dapat diatasi

dengan cara pemberian

semprotan kabut (mist) di sekitar 

tempat pertanaman.

c. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam budidaya

anggrek

Aspek lingkungan

Secara alami anggrek (Famili

Orchidaceae) hidup epifit pada

pohon dan ranting-ranting

tanaman lain, namun dalam

pertumbuhannya anggrek dapat 

ditumbuhkan dalam pot yang

diisi media tertentu. Ada

beberapa faktor yang

mempengaruhi pertumbuhan

tanaman, seperti faktor

lingkungan, antara lain sinar

matahari, kelembaban dan

temperatur serta pemeliharaan

seperti : pemupukan,
penyiraman serta pengendalian 

OPT.

Pada umumnya anggrek￾anggrek yang dibudidayakan

memerlukan temperatur 28 + 2° 

C dengan temperatur minimum

15° C. Anggrek tanah pada

umumnya lebih tahan panas dari 

pada anggrek pot. Tetapi

temperatur yang tinggi dapat

menyebabkan dehidrasi yang

dapat menghambat

pertumbuhan tanaman. 

Kelembaban nisbi (RH) yang

diperlukan untuk anggrek

berkisar antara 60–85%. Fungsi 

kelembaban yang tinggi bagi

tanaman antara lain untuk

menghindari penguapan yang

terlalu tinggi. Pada malam hari

kelembaban dijaga agar tidak

terlalu tinggi, karena dapat

mengakibatkan busuk akar pada 

tunas-tunas muda. Oleh karena 

itu diusahakan agar media dalam 

pot jangan terlampau basah.

Sedangkan kelembaban yang

sangat rendah pada siang hari

dapat diatasi dengan cara

pemberian semprotan kabut

(mist) di sekitar tempat

pertanaman dengan bantuan

sprayer.

Berdasarakan pola

pertumbuhannya, tanaman

anggrek dibedakan menjadi dua 

tipe yaitu, simpodial dan

monopodial. Anggrek tipe

simpodial adalah anggrek yang 

tidak memiliki batang utama,

bunga ke luar dari ujung batang 

dan berbunga kembali dari anak 

tanaman yang tumbuh. Kecuali 

pada anggrek jenis Dendrobium

sp. yang dapat mengeluarkan

tangkai bunga baru di sisi-sisi

batangnya. Contoh dari anggrek 

tipe simpodial antara lain :

Dendrobium sp., Cattleya sp.,

Oncidium sp.,dan Cymbidium sp.

Anggrek tipe simpodial pada

umumnya bersifat epifit.

Anggrek tipe monopodial adalah 

anggrek yang dicirikan oleh titik 

tumbuh yang terdapat di ujung 

batang, pertumbuhannnya lurus 

ke atas pada satu batang.

Bunga ke luar dari sisi batang di 

antara dua ketiak daun. Contoh 

anggrek tipe monopodial antara 

lain : Vanda sp., Arachnis sp.,

Renanthera sp., Phalaenopsis

sp., dan Aranthera sp.

Habitat tanaman anggrek

dibedakan menjadi 4 kelompok 

sebagai berikut :

> Anggrek epifit, yaitu

anggrek yang tumbuh

menumpang pada pohon 

lain tanpa merugikan

tanaman inangnya dan

membutuhkan naungan

dari cahaya matahari,

misalnya Cattleya sp.

memerlukan cahaya

+40%, Dendrobium sp.

50–60%, Phalaenopsis

sp. + 30 %, dan

Oncidium sp. 60 – 75 %.

> Anggrek terestrial, yaitu

anggrek yang tumbuh di 

tanah dan membutuhkan 

cahaya matahari

langsung, misalnya

Aranthera sp.,
Renanthera sp., Vanda

sp., dan Arachnis sp.

Tanaman anggrek

terestrial membutuhkan

cahaya matahari 70 –

100 %, dengan suhu

siang berkisar antara 19 

– 380

C, dan malam hari

18–210

C. Sedangkan

untuk anggrek jenis

Vanda sp. yang berdaun 

lebar memerlukan sedikit 

naungan.

> Anggrek litofit, yaitu

anggrek yang tumbuh

pada batu-batuan, dan

tahan terhadap cahaya

matahari penuh, misalnya 

Dendrobium

phalaenopsis.

> Anggrek saprofit, yaitu

anggrek yang tumbuh

pada media yang

mengandung humus

atau daun-daun kering,

serta membutuhkan

sedikit cahaya matahari, 

misalnya Goodyera sp.

Persilangan Anggrek

Persilangan ditujukan untuk

mendapatkan varietas baru

dengan warna dan bentuk yang 

menarik, mahkota bunga

kompak dan bertekstur tebal

sehingga dapat tahan lama

sebagai bunga potong, jumlah

kuntum banyak dan tidak ada

kuntum bunga yang gugur dini 

akibat kelainan genetis serta

produksi bunga tinggi.

Oleh karena itu untuk

mendapatkan hasil yang

diharapkan, sebaiknya dan

seharusnya pedoman

persilangan perlu dikuasai,

antara lain :

> Persilangan sebaiknya

dilakukan pada pagi hari

setelah penyiraman.

Kuntum bunga dipilih

yang masih segar atau

setelah membuka penuh.

> Sebagai induk betina

dipilih yang mempunyai

bunga yang kuat, tidak

cepat layu atau gugur.

> Mengetahui sifat-sifat

kedua induk tanaman

yang akan disilangkan,

agar memberikan hasil

yang diharapkan,

misalnya sifat dominasi

yang akan terlihat atau

muncul pada turunannya 

seperti : warna, bentuk, 

dan lain-lain.

> Bunga tidak terserang

OPT terutama pada

polen dan stigma.

> Setiap mendapatkan

varietas baru yang baik, 

sebaiknya didaftarkan

pada “Royal Horticultural 

Society” di London,

dengan mengisi formulir

pendaftaran anggrek

hibrida dengan beberapa 

persyaratan lainnya.
Langkah-langkah yang dilakukan 

dalam melakukan penyerbukan

(polinasi) adalah sebagai berikut:

> Sediakan sehelai kertas

putih dan sebatang lidi

kecil atau tusuk gigi atau 

sejenisnya yang bersih.

> Cap polinia yang terdapat 

pada ujung column

dibuka, dimana akan

terlihat di dalamnya

polinia yang berwarna

kuning.

> Ujung lidi/tusuk gigi

dibasahi dengan cairan

yang ada di dalam lubang 

putih atau dengan sedikit 

air.

> Polinia diambil dengan

hati-hati. Pegang kertas 

putih sebagai wadah di

bawah bunga untuk

menghindari bila polinia

jatuh pada waktu diambil.

> Polinia kemudian

dimasukkan ke dalam

stigma (kepala putik).

> Beri label yang diikatkan 

pada tangkai kuntum

(pedicel) bunga yang

berisi catatan tentang

tanggal penyerbukan dan 

nama bunga yang diambil 

polinianya.

Beberapa hari kemudian bunga 

yang telah diserbuki akan layu.

Apabila penyerbukan berhasil,

dan bila tidak ada OPT, maka

bakal buah tersebut akan terus 

berkembang menjadi buah.

Buah anggrek ada yang masak 

setelah tiga bulan sampai enam 

bulan atau lebih. Buah yang

masak akan merekah dengan

dicirikan adanya perubahan

warna buah dari hijau menjadi 

hijau kekuning-kuningan.

Dalam memilih biji anggrek yang 

akan disemaikan dalam botol

perlu diperhatikan sebagai

berikut :

> Biji yang berwarna

keputih-putihan dan

kosong adalah biji yang

kurang baik.

> Biji yang baik yaitu

yang bulat penuh berisi, 

berwarna kuning atau

kecoklat-coklatan

3. Perbanyakan Anggrek

Perbanyakan tanaman anggrek

pada umumnya dilakukan

melalui dua cara yaitu,

konvensional dan dengan

metoda kultur in vitro.

Perbanyakan tanaman yang

dilakukan secara konvensional

adalah sebagai berikut :

Perbanyakan vegetatif melalui

beberapa cara seperti:

- Pemecahan/pemisahan

rumpun seperti

Dendrobium sp.,

Oncidium sp., Cattleya

sp., dan Cymbidium sp.
Pemotongan anak

tanaman yang ke luar

dari batang seperti

Dendrobium sp.

- Pemotongan anak

tanaman yang ke luar

dari akar dan tangkai

bunga seperti

Phalaenopsis sp., yang

selanjutnya ditanam ke

media yang sama seperti 

pakis, mos serabut

kelapa, arang, serutan

kayu, disertai campuran

pecahan genting atau

batu bata. 

Perbanyakan secara vegetatif ini 

akan menghasilkan anak

tanaman yang mempunyai sifat 

genetik sama dengan induknya.

Namun perbanyakan

konvensional secara vegetatif ini 

tidak praktis dan tidak

menguntungkan untuk tanaman

bunga potong, karena jumlah

anakan yang diperoleh dengan

cara-cara ini sangat terbatas.

Perbanyakan generatif yaitu

dengan biji. Biji anggrek sangat 

kecil dan tidak mempunyai

endosperm (cadangan

makanan), sehingga

perkecambahan di alam sangat 

sulit tanpa bantuan jamur yang 

bersimbiosis dengan biji

tersebut.

Secara generatif, benih tanaman 

diperoleh melalui biji hasil

persilangan yang secara genetis 

biji-biji tersebut bersifat

heterozigot. Sehingga benih￾benih yang dihasilkan

mempunyai sifat tidak mantap

dan beragam. 

Untuk menghasilkan bunga

dalam jumlah banyak dan

seragam diperlukan tanaman

dalam jumlah banyak pula. Oleh 

karena itu peningkatan produksi 

bunga pada tanaman anggrek

hanya dapat dicapai dengan

usaha perbanyakan tanaman

yang efisien. 

Pada saat ini metode kultur in

vitro merupakan salah satu cara 

yang mulai banyak digunakan

dalam perbanyakan klon atau

vegetatif tanaman anggrek.

Kultur in vitro pertama kali

dicoba oleh Haberlandt pada

tahun 1902, karena adanya sifat 

tanaman yang disebut totipotensi 

yang dicetuskan oleh kedua

orang sarjana Jerman Schwann 

dan Schleiden pada tahun 1830.

Metode kultur in vitro yaitu

menumbuhkan jaringan-jaringan

vegetatif (seperti :

- akar

- daun

- batang

- mata tunas 

- jaringan-jaringan

generatif (seperti : ovule, 

embrio dan biji).

Jaringan ini kemudian

ditumbuhkan pada media buatan 

berupa cairan atau padat secara 

aseptik (bebas mikroorganisme).
Dengan metode ini dapat

diharapkan perbanyakan

tanaman dapat dilakukan secara 

cepat dan berjumlah banyak,

serta sama dengan induknya.

Penanaman dan pemeliharaan 

Persiapan Lahan

Tanaman anggrek dapat ditanam 

di sekitar rumah atau

pekarangan atau di kebun yaitu 

di bawah pohon atau dengan

naungan yang diberi paranet

atau sejenisnya dengan

pengaturan intensitas cahaya

tertentu atau di lahan terbuka. 

Oleh karena tanaman anggrek

mempunyai potensi ekonomis

yang tinggi, maka untuk jenis￾jenis tertentu dapat ditanam di

dalam rumah kaca (green

house). Selain untuk melindungi 

tanaman dari gangguan alam,

juga akan mengurangi intensitas 

serangan OPT.

Persiapan Media Tumbuh

Media tumbuh yang baik harus 

memenuhi beberapa

persyaratan, yaitu tidak lekas

melapuk, tidak menjadi sumber 

penyakit, mempunyai aerasi

baik, mampu mengikat air dan 

zat-zat hara secara baik, mudah 

didapat dalam jumlah yang

diinginkan dan relatif murah

harganya.

Sampai saat ini belum ada

media yang memenuhi semua

persyaratan untuk pertumbuhan 

tanaman anggrek.

Untuk pertumbuhan tanaman

anggrek, kemasaman media

(pH) yang baik berkisar antara

5–6. Media tumbuh sangat

penting untuk pertumbuhan dan 

produksi bunga optimal,

sehingga perlu adanya suatu

usaha mencari media tumbuh

yang sesuai.

Media tumbuh yang sering

digunakan di Indonesia antara

lain : moss, pakis, serutan kayu, 

potongan kayu, serabut kelapa, 

arang dan kulit pinus.

Pecahan batu bata banyak

dipakai sebagai media dasar pot 

anggrek, karena dapat menyerap 

air lebih banyak bila

dibandingkan dengan pecahan

genting.

Media pecahan batu bata

digunakan sebagai dasar pot,

karena mempunyai kemampuan 

drainase dan aerasi yang baik.

Moss yang mengandung 2–3%

unsur N sudah lama digunakan 

untuk medium tumbuh anggrek.

Media moss mempunyai daya

mengikat air yang baik, serta

mempunyai aerasi dan drainase 

yang baik pula.

Pakis sesuai untuk media

anggrek karena memiliki daya

mengikat air, aerasi dan

drainase yang baik, melapuk

secara perlahan-lahan, serta

mengandung unsur-unsur hara

yang dibutuhkan anggrek untuk 

pertumbuhannya
Serabut kelapa mudah melapuk 

dan mudah busuk, sehingga

dapat menjadi sumber penyakit, 

tetapi daya menyimpan airnya

sangat baik dan mengandung

unsur-unsur hara yang

diperlukan serta mudah didapat 

dan murah harganya.

Dalam menggunakan serabut

kelapa sebagai media tumbuh,

sebaiknya dipilih serabut kelapa 

yang sudah tua.

Media tumbuh sabut kelapa,

pakis, dan moss merupakan

media tumbuh yang baik untuk 

pertumbuhan tanaman anggrek

Phalaenopsis sp. Namun bila

pakis dan moss yang tumbuh di 

hutan ini diambil secara terus￾menerus untuk digunakan

sebagai media tumbuh,

dikhawatirkan keseimbangan

ekosistem akan terganggu.

Serutan kayu atau potongan

kayu kurang sesuai untuk media 

anggrek karena memiliki aerasi

dan drainase yang baik, tetapi

daya menyimpan airnya kurang 

baik, serta miskin unsur N.

Proses pelapukan berlangsung

lambat, karena kayu banyak

mengandung senyawa-senyawa

yang sulit terdekomposisi seperti 

selulosa, lignin, dan

hemiselulosa.

Media serutan kayu jati

merupakan media tumbuh yang 

baik untuk pertumbuhan anggrek 

Aranthera James Storie.

Pecahan arang kayu tidak lekas 

lapuk, tidak mudah ditumbuhi

cendawan dan bakteri, tetapi

sukar mengikat air dan miskin

zat hara. Namun arang cukup

baik untuk media anggrek.

Penggunaan media baru

(repotting) dilakukan antara lain 

sebagai berikut :

> Bila ditanam dalam

pot (wadah) sudah

terlalu padat atau

banyak tunas.

> Medium lama sudah

hancur, sehingga

menyebabkan

medium bersifat

asam, bisa menjadi

sumber penyakit.

 Penyiraman

Tanaman anggrek yang sedang 

aktif tumbuh, membutuhkan lebih 

banyak air dibandingkan dengan 

yang sudah berbunga.

Frekuensi dan banyaknya air

siraman yang diberikan pada

tanaman anggrek bergantung

pada jenis dan besar kecil

ukuran tanaman, serta keadaan 

lingkungan pertanaman. Sebagai 

contoh adalah tanaman anggrek 

Vanda sp., Arachnis sp., dan

Renanthera sp., yaitu anggrek

tipe monopodial yang tumbuh di 

bawah cahaya matahari

langsung, sehingga

membutuhkan penyiraman lebih 

dari dua kali sehari, terutama

pada musim kemarau.
Pemupukan

Seperti tumbuhan lainnya,

anggrek selalu membutuhkan

makanan untuk

mempertahankan hidupnya.

Kebutuhan tanaman anggrek

akan nutrisi sama dengan

tumbuhan lainnya, hanya

anggrek membutuhkan waktu

yang cukup lama untuk

memperlihatkan gejala-gejala

defisiensi, mengikat

pertumbuhan anggrek sangat

lambat.

Dalam usaha budidaya tanaman 

anggrek, habitatnya tidak cukup 

mampu menyediakan unsur￾unsur yang dibutuhkan oleh

tanaman untuk pertumbuhan.

Untuk mengatasi hal tersebut,

biasanya tanaman diberi pupuk 

baik organik maupun anorganik.

Pupuk yang digunakan

umumnya pupuk majemuk yaitu 

yang mengandung unsur makro 

dan mikro.

Kualitas dan kuantitas pupuk

dapat mengatur keseimbangan

pertumbuhan vegetatif dan

generatif tanaman. Pada fase

pertumbuhan vegetatif bagi

tanaman yang masih kecil

perbandingan pemberian pupuk

NPK adalah 30:10:10, pada fase 

pertumbuhan vegetatif bagi

tanaman yang berukuran sedang 

perbandingan pemberian pupuk 

NPK adalah 10:10:10.

 Sedangkan pada fase

pertumbuhan generatif yaitu

untuk merangsang pembungaan, 

perbandingan pemberian pupuk 

NPK adalah 10:30:30.

Jika dilakukan pemupukan ke

dalam pot maka hanya pupuk

yang larut dalam air dan kontak 

langsung dengan ujung akar

yang akan diambil oleh tanaman 

anggrek dan sisanya akan tetap 

berada dalam pot.

Pemupukan pada sore hari

menunjukkan respon

pertumbuhan yang baik pada

anggrek Dendrobium sp. 

d.Pedoman teknis

Penanaman anggrek

Anggrek tumbuh menumpang di 

batang, cabang pohon atau

bahan lain tanpa merugikan

tanaman inangnya. 

Karena terbiasa dibawah

naungan, anggrek ini tidak tahan 

terkena sinar matahari terik dan 

membutuhkan naungan dengan 

persentase tertentu, tergantung

jenisnya.

Kisaran naungan antara 25 –

75%. Sebagai contoh misalnya 

anggrek epifit, Cattleya sp,

Cymbidium sp, Dendrobium sp,

Oncidium sp dan Phalaenopsis

sp, serta Vanda daun lebar alias 

vanda daun .

Untuk menanam anggrek epifit

digunakan media berupa pakis, 
moss, sabut kelapa, arang, dan 

kulit kayu atau sejenisnya. Bisa 

juga menggunakan lebih dari

satu jenis, tergantung kondisi

linggan setempat. 

Sebagai wadah dapat dipilih pot 

bahan plastik, tanah atau yang 

terbuat dari kayu.

Ada 3 cara penanaman anggrek 

epifit yaitu : pot, pohon, dan di 

tanah

- Penanaman di pot

Pedoman teknis: 

Sebelum ditanami, dasar pot diisi 

dengan pecahan batu

bata/genting 1/3 dari tinggi pot

Kemudian pada bagian atasnya

diisi dengan arang.

Tanam anggrek dengan bagian 

bulbnya yang muda berada

disebelah dalam, hal ini
dilakukan agar anakan

berikutnya dapat mengisi pot

bagian tengahnya.

Untuk menghindari agar anggrek 

tetap tegak, anggrek dapat diikat 

dengan kawat.

Setelah itu, isi seluruh pot

dengan media.

Untuk tanaman di pot sebaiknya 

diletakkan di atas rak-rak atau 

digantung.
Penanaman di pohon

Letakkan bibit anggrek pada

akar pakis, ikat dengan kawat

atau tali rafia. 

Sebelum meletakkan anggrek

muda ada baiknya terlebih

dahulu menyemprot pakis

dengan pesitida, agar terbebas 

dari semut atau serangga

lainnya.

Kemudia rendam dengan sedikit 

dengan larutan pupuk hyponex, 

selama 24 jam. Hal ini dilakukan 

agar media tempat tumbuh

anggrek muda mengandung

hara.

Jika akar sudah kuat, tali dapat 

dilepas.

Tanaman yang sudah siap

ditanam diletakkan ditempat

yang telah disiapkan, tergantung 

pada jenisnya. 

Berikut ini adalah salah atu

contoh anggrek epifit yang sudah 

berkembang sempurna
Tanaman ditempatkan di tempat 

yg diberi naungan sesuai dengan

kebutuhan jenis anggreknya.

Misalnya:

1. Cattleya butuh naungan

dengan penerimaan

cahaya matahari sekitar

25-45%

2. Dendrobium 55-65%

3. Oncidium 55-75%

4. Phalaenopsis 25-35%

5. Vanda 65-75%

- Penanaman di Tanah

Anggrek Terestrial

Anggrek terestrial yaitu anggrek 

yang tumbuh diatas permukaan 

tanah. Ada yang membutuhkan 

sinar matahari penuh dan ada 

yg perlu sedikit naungan. 

 Contoh yg butuh sinar matahari

penuh (100%):

- Arachnis

- Renanthera

- Aranthera

- Vanda teret ( berdaun 

pensil) seperti: vanda

teres dan Vanda

hookeriana.

Anggrek ini membutuhkan media 

lain seperti: serutan kayu, sabut 

kelapa dan dicampur dengan

kompos dan pupuk kandang yg 

sudah matang.

Anggrek terestrial umumnya

ditanam dengan sistem

bedengan, tetapi dapat juga

ditanam dalam pot tanah.

Bedengan

Jika ingin menanam anggrek di 

tanah pertama yang harus kita

lakukan adalah membuat

bedengan. Bedengan dibuat

tidak dengan meninggikan tanah 

seperti kalau kita membuat

bedengan untuk tanaman

lainnya, akan tetapi kita

membuat bedengan yang

tepinya dibatasi dengan

batubata, seperti gambar

dibawah ini.
Pada bagian dasar bedengan

ditaruh pecahan genting atau

batubata kira-kira sepertiga dari 

tinggi batu bata. Diatasnya diberi

serutan kayu atau sabut kelapa, 

baru diatasnya lagi diberi

kompos dan pupuk, seperti

gambar berikut.

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman pada umumnya

dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi

hari, sekitar pukul 6.00– 7.00

dan sore hari sekitar pukul 17.00

– 18.00. Pada musim kemarau

dapat dilakukan lebih dari 2 kali 

sehari yaitu dengan cara

penyemprotan pada seluruh

bagian tanaman terutama bagian

bawah permukaan daun.

Tak ada salahnya berhati-hati

saat melakukan penyiraman di

rumpun anggrek. 

Penyiraman yang kurang hati￾hati dapat menyebabkan

pembusukan pada tunas

anakan.

Tunas anakan anggrek,

khususnya pada golongan

dendrobium saat tumbuh akan

membentuk kuncup daun yang

menyerupai mahkota pada

bagian atasnya. Tunas ini amat 

peka terhadap perubahan

lingkungan, terutama

kelembaban.
Kuncup yang menyerupai

mahkota ini tak lain adalah

ujung-ujung daun muda yang

belum membuka sempurna dan 

posisi ujung daun tegak keatas 

dengan membentuk suatu

cekungan/rongga sempit di

bagian tengahnya, persis

menyerupai mahkota. 

Kuntum bunga juga akan rontok 

jika kita salah dalam penyiraman

Pemupukan

Pupuk Organik 

Pupuk Kompos

Seringkali apabila kita

memelihara anggrek jenis

terestrial, litofit, saprofit atau

semi terestrial untuk

menambahkan pupuk organik

kedalam media tanamnya

sebagai sumber unsur hara

makro dan mikro dan juga dapat 

untuk memperbaiki sifat kimia,

biologi dan fisik tanah disekitar 

perakaran anggrek

Air kelapa

Air kelapa ternyata memiliki

manfaat untuk meningkatkan

pertumbuhan tanaman. 

Air kelapa yang sering dibuang 

oleh para pedagang di pasar

tidak ada salahnya untuk kita

manfaatkan sebagai penyubur

tanaman.

Selama ini air kelapa banyak

digunakan di Laboratorium

sebagai nutrisi tambahan di

dalam media kultur jaringan.

Pemberian pupuk majemuk

dilakukan 2 kali seminggu

dengan dosis 0,2% atau sesuai

dosis anjuran. Pemberian pupuk

dilakukan melalui daun dengan

cara penyemprotan di seluruh

bagian tanaman, terutama di

bagian bawah permukaan daun. 

Pupuk majemuk yang diberikan

sebaiknya lebih dari 2 jenis

pupuk yang diaplikasikan secara

bergantian. Komposisi unsur N, 

P dan K yang diberikan

tergantung pada besar kecilnya 

tanaman.

Perlu dibedakan pemberian

pupuk untuk bibit, tanaman

remaja, dan untuk merangsang 

pembungaan.

3. Pengendalian hama dan

Penyakit

Penyemprotan pestisida seperti:

insektisida, fungisida dan

bakterisida dapat dilakukan 1 kali

seminggu secara bergantian

atau sesuai dosis anjuran dan
tergantung juga pada berat

ringannya tingkat serangan.

Bioinsektisida (organik)

Serangan hama merupakan

salah satu faktor pembatas untuk 

peningkatkan produksi pertanian 

yang dalam kasus ini adalah

pemeliharaan anggrek. 

Untuk megendalikan hama

seringkali digunakan pestisida

kimia dengan dosis yang

berlebih. Padahal akumulasi

senyawa-senyawa kimia

berbahaya dapat menimbulkan

dampak negatif terhadap

kelestarian lingkungan dan

kesehatan manusia. 

Ditengah maraknya budidaya

pertanian organik, maka upaya 

pengendalian hama yang aman 

bagi produsen/petani dan

konsumen serta menguntungkan 

petani, menjadi prioritas utama.

Salah satu alternatif

pengendalian adalah

pemanfaatan jamur penyebab

penyakit pada serangga

(bioinsectisida), yaitu jamur

patogen serangga Beauveria

bassiana.

Jamur Beauveria bassiana

adalah jamur mikroskopik

dengan tubuh berbentuk

benang-benang halus (hifa).

Kemudian hifa-hifa tadi

membentuk koloni yang disebut 

miselia.

Gambar Insektisida hayati

Jamur ini tidak dapat

memproduksi makanannya

sendiri, oleh karena itu jamur ini 

bersifat parasit terhadap

serangga inangnya.

Laboratorium BPTPH Propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta

telah mengembangkan dan

memproduksi secara massal

jamur patogen serangga B.

bassiana sebagai insektisida

alami.

Berdasarkan kajian jamur B.

bassiana efektif mengendalikan 

hama walang sangit, wereng

batang coklat, dan kutu (Aphids 

sp).
Akan tetapi, bukan tidak mungkin 

akan efektif bila diuji coba pada 

serangga-serangga hama

anggrek seperti kutu gajah.

Sistem kerjanya yaitu spora

jamur B. bassiana masuk

ketubuh serangga inang melalui 

kulit, saluran pencernaan,

spirakel dan lubang lainnya. 

Selain itu inokulum jamur yang 

menempel pada tubuh serangga 

inang dapat berkecambah dan

berkembang membentuk tabung 

kecambah, kemudian masuk

menembus kutikula tubuh

serangga.

Penembusan dilakukan secara

mekanis dan atau kimiawi

dengan mengeluarkan enzim

atau toksin. 

Jamur ini selanjutnya akan

mengeluarkan racun beauverin

yang membuat kerusakan

jaringan tubuh serangga. Dalam 

hitungan hari, serangga akan

mati. Setelah itu, miselia jamur 

akan tumbuh ke seluruh bagian 

tubuh serangga. 

Serangga yang terserang jamur 

B. bassiana akan mati dengan

tubuh mengeras seperti mumi

dan tertutup oleh benang￾benang hifa berwarna putih. 

Dilaporkan telah diketahui lebih 

dari 175 jenis serangga hama

yang menjadi inang jamur B.

bassiana.

Berdasarkan hasil kajian jamur

ini efektif mengendalikan hama

walang sangit (Leptocorisa

oratorius) dan wereng batang

coklat (Nilaparvata lugens) pada 

tanaman padi serta hama kutu

(Aphids sp.) pada tanaman

sayuran.

Beberapa keunggulan jamur

patogen serangga B. bassiana

sebagai pestisida hayati yaitu : 

x Selektif terhadap

serangga sasaran

sehingga tidak

membahayakan

serangga lain bukan

sasaran, seperti predator, 

parasitoid, serangga

penyerbuk, dan serangga 

berguna lebah madu.

x Tidak meninggalkan

residu beracun pada hasil 

pertanian, dalam tanah

maupun pada aliran air

alami.

x Tidak menyebabkan

fitotoksin (keracunan)

pada tanaman 

x Mudah diproduksi

dengan teknik

sederhana.

Teknik aplikasinya cukup mudah,

yaitu dengan mengambil 2-3

gram formulasi dan

disuspensikan dalam 1 ltr air,

tambahkan 3 sendok gula pasir 

per tangki, waktu semprot sore

hari.

Dalam satu kemasan formulasi

B. bassiana, berisi 100 gram
formulasi padat. Itupun dapat

dikembangbiakan secara

konvensional, sehingga lebih

menghemat pengeluaran. 

Akhirnya, walaupun keberhasilan 

dari insektisida biologis dari

jamur ini memberikan dampak

positif terhadap pengendalian

serangga hama tanaman dan

keselamatan lingkungan. Namun 

dalam penerapannya di

masyarakat masih minim,

sehingga memerlukan upaya

sosialisasi yang lebih intensif.

Insektisida

Budidaya anggrek tentunya akan 

mengalami interaksi baik dari

lingkungan abiotik (tak hidup)

dan lingkungan biotik (hidup).

Salah satu bentuk interaksi biotik 

yaitu parasitisme, dimana

anggrek berada sebagai

organisme yang dirugikan,

sedangkan hama sebagai

organisme yang diuntungkan.

Fungisida adalah zat kimia yang 

digunakan untuk mengendalikan 

cendawan (fungi). 

Fungisida umumnya dibagi

menurut cara kerjanya di dalam 

tubuh tanaman sasaran yang

diaplikasi, yakni fungisida

nonsistemik, sistemik, dan

sistemik local. 

Pada fungisida, terutama

fungisida sistemik dan non

sistemik, pembagian ini erat

hubungannya dengan sifat dan 

aktifitas fungisida terhadap jasad 

sasarannya.

Insektisida secara umum adalah 

senyawa kimia yang digunakan 

untuk membunuh serangga

pengganggu (hama serangga).

Insektisida dapat membunuh

serangga dengan dua

mekanisme, yaitu dengan

meracuni makanannya

(tanaman) dan dengan langsung 

meracuni si serangga tersebut. 

Pengamatan Hama dan Penyakit

Hama

a. Tungau Merah Tennuipalvus

orchidarum Parf

Ordo : Acarina 

Famili : Tetranychidae

1. Tanaman Inang : Jenis￾jenis yang dapat diserang 

hama ini adalah

Phalaenopsis sp.,

Dendrobium sp., Orchidium

sp., Vanda sp. dan

Granatophyllium sp.,

kapas, kacang-kacangan,

jeruk, dan gulma terutama 

golongan dikotil.

2. Gejala Serangan : Tungau

ini sangat cepat

berkembang biak dan

dalam waktu singkat dapat 

menyebabkan kerusakan

secara mendadak. Bagian 

tanaman yang diserang

antara lain tangkai daun

dan bunga. Tangkai yang 

diserang akan berwarna

seperti perunggu. Pada
permukaan atas daun

terdapat titik/bercak

berwarna kuning atau

coklat, kemudian meluas

dan seluruh daun menjadi 

kuning. Pada permukaan

bawah berwarna putih

perak dan bagian atas

berwarna kuning semu.

Pada tingkat serangan

lanjut daun akan berbercak

coklat dan berubah menjadi 

hitam kemudian gugur.

Pada daun Phalaenopsis

sp. mula-mula berwarna

putih keperakan kemudian 

menjadi kuning. Hama ini 

dapat berjangkit baik pada 

musim hujan maupun

musim kemarau, namun

umumnya serangan

meningkat pada musim

kemarau, sedangkan pada 

musim hujan serangan

berkurang karena terbawa

air. Kerusakan dapat

terjadi mulai dari

pembibitan.

3. Biologi :Tungau berwarna

merah, berukuran sangat

kecil yaitu 0,2 mm

sehingga sukar untuk

dilihat dengan mata

telanjang. Tungau dapat

dijumpai pada daun,

pelepah daun dan bagian￾bagian tersembunyi

lainnya. Telur tungau

berwarna merah, bulat dan 

diletakkan membujur pada 

permukaan atas daun.

b. Kumbang Gajah

Orchidophilus aterrimus

(Acythopeus)

Ordo : Coleoptera

Famili : Curculionidae

1) Tanaman Inang: Jenis

anggrek yang diserang

adalah anggrek epifit antara 

lain Arachnis sp., Cattleya

sp., Coelogyne sp.,

Cypripedium sp.,

Dendrobium sp., Cymbidium

sp., Paphiopedilum sp.,

Phalaenopsis sp.,

Renanthera sp., dan Vanda

sp.

2) Gejala Serangan : Kumbang

bertelur pada daun atau

lubang batang tanaman.

Kerusakan terjadi karena

larvanya menggerek daun

dan memakan jaringan di

bagian dalam batang

sehingga mengakibatkan

aliran air dan hara dari akar 

terputus serta daun-daun

menjadi kuning dan layu.

Kerusakan pada daun

menyebabkan daun

berlubang-lubang. Larva

juga menggerek batang

umbi, pucuk dan batang

untuk membentuk

kepompong, sedangkan

kumbang dewasa memakan 

epdermis/permukaan daun

muda, jaringan/tangkai

bunga dan pucuk/kuntum

sehingga dapat

mengakibatkan kematian

bagian tanaman yang
dirusak. Serangan pada titik 

tumbuh dapat mematikan

tanaman. Pada pembibitan

Phalaenopsis sp. dapat

terserang berat hama ini.

Seangan kumbang gajah

dapat terjadi sepanjang

tahun, tetapi paling banyak

terjadi pada musim hujan,

terutama pada awal musim

hujan tiba.

3) Biologi : Kumbang berwarna 

hitam kotor/tidak mengkilap

dengan ukuran bervariasi

3,5-7 mm termasuk

moncong. Kumbang bertelur 

pada daun atau lubang pada 

batang tanaman. Larva

menggerek ke jaringan

batang atau masuk ke

pucuk/kuncup dan tangkai

sampai menjadi pupa. Fase

larva (ulat), pupa

(kepompong) sampai

dewasa (kumbang)

berlangsung dalam

pseudobulb. Larva yang baru 

menetas menggerek

pseudobulb, makan dan

tinggal di dalam pseudobulb

tersebut. Pupa terbungkus

oleh sisa makanan dan

terletak di rongga bekas

gerekan di dalam

pseudobulb.

c. Kumbang Penggerek 

Omobaris calanthes Mshl.

Ordo : Colepotera 

Famili : Curculionidae

1) Tanaman Inang :Jenis

anggrek yang diserang

terutama adalah anggrek

tanah terutama jenis

Calanthe sp. dan Phajus sp.

2) Gejala Serangan : Berbeda

dengan kumbang gajah,

larva kumbang ini

menggerek masuk ke

jaringan akar/umbi, pucuk

dan tangkai bunga sehingga 

dinding gerekan menjadi

hitam. Sedangkan kumbang 

dapat dijumpai di bagian

tengah tanaman di antara

daun bawah. Serangga

membuat sejumlah lubang,

seringkali berbaris di daun

dan juga tunas utama yang 

masih terlipat yang kemudian 

dapat patah dan mati. Pada 

tahap awal seringkali

merusak akar tanaman dan

pada saat bunga masih

kuncup. Serangan berat

menyebabkan tanaman

terlihat merana dan dapat

mematikan tanaman anggrek 

secara keseluruhan.

3) Biologi :Pertumbuhan larva

dapat mencapai panjang 5

mm.

d. Kumbang Penggerek Akar 

Diaxenes phalaenopsidis

Fish.

Ordo : Coleoptera

Famili : Cerambycidae

1) Tanaman Inang :Larva

maupun kumbang ini dapat 

menyerang tanaman anggrek 

Renanthera sp., Vanda sp.,

Dendrobium sdp., Oncidium
sp. dan lebih khusus anggrek 

Phalaenopsis sp.

2) Gejala Serangan :Larva

menggerek akar sehingga

akar mengering dan dapat

mengakibatkan kematian.

Larva juga menyerang

bunga. Kerusakan yang

diakibatkan oleh hama ini

akan sangat berat jika tidak 

segera dikendalikan.

3) Biologi :Telur berwarna hijau 

terang dengan panjang 2,4

mm dan diletakkan di bawah 

kutikula akar. Larva

berwarna kuning dan

membentuk pupa dalam

suatu kokon yang

berserabut/berserat padat.

Kumbang dapat hidup

sampai 3 bulan dan daur

hidup mencapai 50-60 hari.

Pada siang hari kumbang ini 

bersembunyi dan pada

malam hari memakan daun

bagian atas dan

meninggalkan

potongan/bekas gerekan

yang tidak beraturan di

permukaan.

e. Kumbang Penggerek Oulema

(= Lema) pectoralis Baly.

Ordo : Coleoptera

Famili : Chrysomelidae

1) Tanaman Inang :Arachnis

sp., Grammatophyllum

sp., Vanda sp.,

Phalaenopsis sp.,

Calanthes sp. dan

kadang-kadang

menyerang Dendrobium

sp.

2) Gejala Serangan :Larva

membuat lubang pada

daun, akar, kuntum

bunga dan bunga.

Serangga dewasa juga

dapat memakan daun.

3) Biologi :Kumbang

berwarna hijau

kekuningan. Tubuhnya

diselubungi busa yang

berwarna hijau tua.

Larvanya membuat

lubang pada daun, akar, 

kuntum bunga dan

bunganya. Kumbang

mempunyai tipe criocerin

sepanjang punggung dan 

pronotum yang sempit.

Serangga dari famili ini

berasosiasi dengan

rumput-rumputan dan

monokotiledon lain. Larva 

yang semula berwarna

abu-abu, dengan

meningkatnya umur,

akan berubah menjadi

kuning. Tubuh larva

senantiasa tertutup oleh

kotorannya sendiri. Telur 

diletakkan terpisah-pisah

pada bunga dan petiola.

Telur berwarna kuning

kehijauan dengan

panjang 1,25 mm. Larva 

yang baru menetas

membawa kulit telur di

punggungnya. Daur

hidup mencapai 30 hari.
f. Kutu Perisai Parlatoria proteus 

Curt.

Ordo : Hemiptera

Famili : Diaspididae

1) Tanaman Inang : Kutu

ini tersebar luas dan

terutama dijumpai pada 

tanaman anggrek

Dendrobium sp.,

Renanthera sp., Vanda

sp. dan jenis-jenis

anggrek tanah, dan

palem.

2) Gejala Serangan

:Tanaman yang

terserang berwarna

kuning merana, kadang￾kadang daun

berguguran.

3) Biologi : Kutu

mempunyai perisai

berwarna coklat merah

berukuran + 1,5 mm,

kutu dewasa berwarna

gelap berbentuk bulat,

pipih, melekat pada

bagian tanaman

terserang. Telurnya

diletakkan di bawah

perisai/tempurung,

sehingga tidak terlihat

dari atas. Larva tidak

bertungkai, berbentuk

bulat. Kutu dewasa

betina tidak bersayap

sedangkan yang jantan 

bersayap.

g. Pengerekk Daun Gonophora

xanthomela ( = Agonita

spathoglottis)

Ordo : Coleoptera

Famili : Chrysomelidae

1) Tanaman Inang :Hama

ini menyerang jenis-jenis

anggrek Phalaenopsis

amabilis, Vanda tricolor,

V. coerulea, Arundina sp.

dan Aspathoglottis sp.

2) Gejala Serangan Larva

mengorok bagian dalam

daun dan meninggalkan

bagian epidermis

sehingga daun tampak

transparan. Serangan

berat terjadi pada musim 

hujan.

3) Biologi :Kumbang

berukuran 6 mm,

terdapat tanda hitam dan 

oranye. Telur diletakkan 

pada permukaan bawah 

daun dan ditutupi

kotoran.

h. Ulat Bunga Chliaria othona

Ordo : Lepidoptera

Famili : Lycaenidae

1) Tanaman Inang : Ulat ini 

menyerang jenis-jenis

anggrek Dendrobium sp.,

Phalaenopsis sp.,

Arundina sp., Phajus sp.

2) Gejala Serangan :Ulat

memakan bunga atau

pucuk anggrek. Setelah 

menetas dari telur segera
masuk dan merusak ke

dalam pucuk sampai ke

bunga.

3) Biologi :Ulat berbentuk

pipih. Larva yang baru

menetas dari telur masuk 

ke dalam pucuk sampai

bunga. Stadia pupa

terjadi di daun dan umbi￾umbian dalam lapisan

anyaman dan pupa

berbalut lapisan sutera.

i. Pemakan Daun Negeta

chlorocrota Hps.

Ordo : Lepidoptera

Famili : Noctuidae

1) Tanaman Inang

:Kerusakan paling

banyak pada

Dendrobium sp., dan

Arachnis sp.. dan

serangga juga dijumpai

pada Phalaenopsis sp.

dan aneka anggrek liar.

2) Gejala Serangan :Larva

memakan daun muda

dan meninggalkan

potongan-potongan daun 

yang putih dan

transparan. Kerusakan

disebabkan oleh instar

selanjutnya pada daun

yang lebih tua. Pucuk￾pucuk muda juga

diserang. Pada populasi 

tinggi larva

menggerogoti daun,

potongan oval dari daun 

yang tertinggal di atas

dan digunakan untuk

membentuk tempat

pupa.

3) Biologi :Ulat merupakan 

semi penggulung daun

anggrek. Ulat instar

lanjut berwarna hijau

pudar dengan garis

gelap membujur dan

empat tanda di

punggung. Seta (bulu)

panjang tumbuh dari

kecil dan hitam. Panang 

larva + 35 mm. Ngengat 

muda tidak terbang

sangat jauh. Telur

berduri dan dijumpai di 

daun, pucuk dan bunga.

Di Bogor siklus hidup

mencapai 38 hari.

j. Kutu Putih Pseudococcus sp.

Ordo : Hemiptera

Famili : Pseudococcidae

1) Tanaman Inang : Hama

ini tersebar luas dan

merupakan hama penting 

pada tanaman buah￾buahan dan tanaman

hias.

2) Gejala Serangan :Pada

Dendrobium sp., kutu

menyerang ujung akar,

bagian daun sebelah

bawah dan batang.

Bagian tanaman

terserang akan berwarna

kuning dan akhirnya mati 

karena hama ini

mengisap cairan sel.

Pada Phalaenopsis sp.,

kutu menyerang ketiak

daun di sekitar titik

tumbuhnya, sehingga
menyebabkan tanaman

mati.

3) Biologi :Seluruh tubuh

tertutup oleh lilin

termasuk tonjolan pendek 

yang terdapat pada

tubuhnya. Kutu berwarna 

coklat kemerahan,

panjang 2 mm, dan

memproduksi embun

madu sehingga menarik

bagi semut untuk

berkumpul. Kutu

memperbanyak diri

melalui atau tanpa

perkawinan

(partenogenesis).

Perkembangan satu

generasi memerlukan

waktu selama 36 hari.

k. Siput Setengah Telanjang 

(Slug) Parmarion pupillaris

Phyllum : Mollusca

1) Tanaman Inang :

Bersifat polifag, selain

menyerang anggrek juga 

pada kol, sawi, tomat,

kentang, tembakau, karet 

dan ubi jalar.

2) Gejala Serangan :Siput

memakan daun dan

membuat lubang-lubang

tidak beraturan.

Seringkali ditandai

dengan adanya bekas

lendir sedikit mengkilat

dan kotoran. Akar dan

tunas anakan juga

diserang. Seringkali

merusak pesemaian atau 

tanaman yang baru saja 

tumbuh. Siput juga

makan bahan organik

yang telah membusuk

atauun tanaman yang

masih hidup.

3) Biologi :Siput tidak

memiliki cangkok,

berukuran panjang 5 cm, 

berwarna coklat

kekuningan atau coklat

keabuan. Rumah pada

punggungnya kerdil dan

sedikit menonjol. Siput

tidak beruas, badannya

lunak, bisa mengeluarkan 

lendir, berkembang biak

secara hermaprodit

namun sering juga terliha 

mereka mengadakan

perkawinan dengan

sesama. Siput menyukai 

kelembaban. Telur

diletakkan pada tempat￾tempat yang lembab.

Siput biasanya pada

waktu siang hari

bersembunyi di tempat

yang teduh dan aktif

mencari makan pada

malam hari. Alat untuk

makan berbentuk seperti 

lidah yang kasar seperti

parut yang disebut

radula.

l. Siput Telanjang Vaginula

bleekeri atau Filicaulis bleekeri

Phyllum : Mollusca

1) Tanaman Inang : Selain

menyerang anggrek, juga 

merusak pesemaian

sayuran seperti kol,

sawi, tomat dan

tembakau.
2) Gejala Serangan :Gejala 

serangan mirip

Parmarion. Siput

menyerang tanaman

pada waktu malam hari.

Bagian tanaman yang

diserang adalah daun

dan pucuk-pucuknya

3) Biologi :Bentuk siput

seperti lintah, berwarna

coklat keabuan, pada

punggungnya terdapat

bercak-bercak coklat tua 

yang tidak teratur dan

ada sepasang garis

memanang, panjang

tubuh + 5 cm.

m. Bekicot Achatina fulica atau

A. variegata

Phyllum : Mollusca

1) Tanaman Inang :Bekicot

selain merusak tanaman 

anggrek, juga tanaman

bunga bakung, bunga

dahlia, pepaya, tomat

2) Gejala Serangan :

Bekicot banyak merusak 

seluruh bagian tanaman

dengan memakan daun

dan bagian tanaman

lain. Selain itu juga

makan tanaman yang

telah mati.

3) Biologi : Bekicot

mempunyai cangkok

(rumah), dengan ukuran

panjang + 10-13

cm. Pada waktu siang

hari bekicot ini sering

istirahat pada batang

pepaya, pisang dan

dinding rumah. Pada

waktu malam hari

mencari makanan. Siang 

hari mencari tempat

perlindungan di lubang

tanah, kaleng atau

bambu. Bila diganggu

mereka akan menarik

kepalanya ke dalam

rumahnya. Kadang￾kadang dapat

mengeluarkan suara.

Pada waktu musim

kemarau yang panjang

dan udara panas, kepala 

dan seluruh badan

dimasukkan dalam rumah 

dan lubangnya ditutup

dengan suatu lapisan

membran yang tebal

hingga ia dapat bertahan 

hidup selama musim

kemarau + 6 bulan.

Bila musim hujan tiba

dalam beberapa jam

mereka dapat segera

mengakhiri masa

istirahatnya dan mulai

mencari makanan.

Bekicot yang baru saja

menetas bisa tahan tidak 

makan selama 1 bulan.

Bekicot yang besar bisa

tahan terendam air tawar 

selama 12 jam, tetapi

kalau air mengandung

garam bekicot akan mati 

dengan pelan-pelan.

Telurnya berwarna kuning 

dengan diameter + 5 mm, 

biasanya terdapat dalam 

kelompok telur yang

jumlahnya 100-500 butir

gumpalan telur yang

diameternya bisa sampai 
+ 5 cm. Biasanya terletak 

di bawah batu, tanaman

atau dalam tanah

gembur. Telur ini akan

menetas dalam 10-14

hari.

n. Tungau Jingga Anggrek

Pseudoleptus vandergooti (Oud)

Ordo : Acarina 

Famili : Tertranychidae

1) Tanaman Inang :Anggrek

Dendrobium sp. sangat

peka terhadap serangan 

tungau jingga.

2) Gejala Serangan

:Serangan hama ini

mengakibatkan daun dan 

jaringan batang berubah 

warna.

3) Biologi :Tungau

berukuran 0,3 mm, hidup 

berkoloni pada daun￾daun yang mati. 

o. Thrips Anggrek

Dichromothrips (= Eugniothrips)

smithi (Zimm)

Ordo : Thysanopter

Sub Ordo : Terebrantia

1) Tanaman Inang :Thrips

anggrek dari P. Jawa

ditemukan pula di

Taiwan. Thrips

mengakibatkan

kerusakan serius pada

pembibitan anggrek

Arachnis sp., Cattleya

sp., Dendrobium sp.,

Renanthera sp., dan

Vanda sp.

2) Gejala Serangan :

Serangan hama ini

mengakibatkan

pertumbuhan tanaman

terhambat, bunga

berguguran, daun

berubah bentuk dan

berwarna keperakan.

Pada musim kemarau

serangan thrips dapat

mengakibatkan

penurunan produksi

bunga.

3) Biologi :Hama ini sangat 

kecil, dan berwarna abu￾abu, ada juga yang

berwarna kecoklatan.

Panjangnya kira-kira 1-

1½ mm. Trips

mempunyai tiga pasang

kaki, dan berbadan

ramping.

p. Kepik Anggrek Mertila

malayensis Dist.

Ordo : Hemiptera

Famili : Miridae

1) Tanaman Inang :Kepik

ini memiliki daerah

penyebaran meliputi

wilayah Asia Selatan dan 

Timur. Kepik dapat

ditemukan pada anggrek 

Phalaenopsis sp.,

Bulbophyllum sp.,

Renanthera sp., Vanda

sp.

2) Gejala Serangan :

Serangan kepik

menimbulkan gejala
bintik-bintik putih kuning 

pada permukaan atas

dan bawah daun

anggrek. Kadang￾kadang titik-titik tersebut 

sangat rapat sehingga

merupakan bercak

putih. Tanaman yang

terserang lama-lama

menjadi gundul.

3) Biologi :Kepik berwarna 

merah kehitaman. Telur 

diletakkan di daun, dan 

nimfa yang baru

menetas berwarna

merah mirip dengan

tungau. Serangga

biasanya hidup

berkelompok, jika

diganggu maka akan

melarikan diri dengan

cepat. Di Salatiga siklus 

hidup sekitar 4 minggu, 

dan serangga dewasa

dapat hidup selama 2

bulan.

q. Kutu Daun Anggrek 

Cerataphis oxhidiarum (West)

Ordo : Homoptera

Famili : Aphidoidea

1) Tanaman Inang :Kutu ini 

tersebar luas dan

terutama dijumpai pada

tanaman anggrek

Dendrobium sp.,

Renanthera sp., Vanda

sp. dan jenis-jenis

anggrek tanah.

2) Gejala Serangan :Kutu

daun menempel pada

daun, dan menyebabkan 

daun yang terserang

berubah menjadi kuning,

kemudian coklat,

akhirnya mati.

3) Biologi :Spesies kutu

daun ini berwarna coklat 

gelap sampai hitam.

Pada waktu masih muda, 

serangga berwarna

hijau. Penyebaran

meliputi di daerah tropis.

r. Kutu Tempurung Aspidiotus

sp.

Ordo : Homoptera

Famili : Diaspididae

1) Tanaman Inang : Di

daerah Bogor kutu

tempurung ditemukan

pada anggrek

Renanthera sp. dan

Vanda sp., kelapa,

kelapa sawit, pisang,

mangga, alpukat, jambu

biji, kakao, karet, keluwih, 

dan jahe.

2) Gejala Serangan :

Serangga ini mengisap

cairan daun di bagian

permukaan bawah

sehingga meninggalkan

bercak-bercak dan

menyebabkan daun

berwarna kuning

kecoklatan. Kutu

mengisap cairan daun,

sehingga makin lama

cairan daun habis dan

jaringan di sekelilingnya

terjadi nekrosis. Pada

serangan berat seluruh

daun menjadi kering dan 

kemudian rontok.
3) Biologi : Serangga

dewasa berwarna merah 

coklat gelap berukuran

panjang 1,5 mm. Kutu

betina dapat

menghasilkan telur 20-30

butir. Telur diletakkan di 

dalam perisai di bawah

badannya. Nimfa yang

baru menetas akan ke

luar dari perisai,

berkelompok di

permukaan bawah daun.

Periode telur sampai

dewasa mencapai 1,5-2

bulan. Aktivitas puncak

terjadi pada musim

kering.

s. Siput Kecil Lamellaxis (= 

Opeas) gracilis (Hutt.) dan 

Subulina octona Brug.

Phyllum : Mollusca

1) Tanaman Inang :Di

daerah Deli (Sumatera)

sering ditemukan pada

bedengan pembibitan

tembakau, dan di daerah 

lain di Indonesia

ditemukan menyerang

sayuran di rumah kaca.

2) Gejala Serangan :Siput

ini tinggal pada tanaman 

anggrek di antara media 

tumbuh dalam pot dan

menyerang bagian akar.

Malam hari siput naik ke 

permukaan pot dan

menyerang bagian daun.

Serangan berat terjadi

pada musim hujan.

3) Biologi :Tempurung hama 

panjangnya 11 mm dan

berwarna kuning terang.

Kedua spesies hama ini 

di alam sering

bercampur.

2. Penyakit

a. Busuk Hitam

Phytopthora spp.

1) Tanaman Inang :Penyakit

ini terutama dijumpai

pada anggrek Cattleya

sp., Phalaenopsis sp.,

Dendrobium sp.,

Epidendrum sp. dan

Oncidium sp.

2) Gejala Serangan :

Infeksinya tampak

dengan adanya noda￾noda hitam yang

menjalar dari bagian

tengah tanaman hingga

ke daun. Dalam waktu

relatif singkat seluruh

daun sudah berjatuhan.

Cendawan ini menyerang 

pucuk tanaman dan titik

tumbuh. Bagian pangkal 

pucuk daun terlihat basah 

dan bila ditarik mudah

terlepas. Bila menyerang 

titik tumbuh,

pertumbuhan akan

terhenti. Penyebaran

penyakit ini sangat cepat 

bila keadaan lingkungan

lembab. Pada Cattleya

penyakit dapat timbul

pada daun, umbi semu,

akar rimpang dan kuncup 

bunga. Penyakit ini juga 

dapat timbul pada

pesemaian sebagai

penyakit busuk rebah.
Pada daun terjadi bercak 

besar, berwarna ungu

tua, coklat keunguan,

atau hitam. Bercak

dikelilingi halo

kekuningan. Dari daun

penyakit berkembang ke 

umbi semu, akar

rimpang, bahkan

mungkin ke seluruh

tanaman. Jika penyakit

mula-mula timbul pada

umbi semu, maka umbi

ini akan menjadi hitam

ungu, dan semua yang

terletak di atasnya akan 

layu. Seringkali daun

menjadi rapuh dengan

goyangan sedikit saja

daun akan terlepas

sedikit di atas umbi

semu. Infeksi yang

terjadi pada permukaan

tanah dapat

menyebabkan busuk

kaki. Pada Vanda, mula￾mula pada pangkal daun 

terjadi bercak hitam

kecoklatan tidak teratur,

dengan cepat meluas ke 

seluruh permukaan daun 

dan pada daun-daun

sekitarnya. Pada

umumnya penyakit timbul 

di daerah pucuk

tanaman. Pada bagian

ini daun-daun berwarna

hitam coklat kebasah￾basahan dan mudah

sekali gugur. Kadang￾kadang penyakit juga

timbul pada batang dan 

daerah perakaran.

3) Morfologi/Epidemiologi :

Cendawan membentuk

sporangium, mudah

terlepas, bulat telur atau 

jorong, pangkalnya

membulat, mempunyai

tangkai pendek dan

hialin. Spora

Phytophthora dapat

dipencarkan oleh angin,

dan percikan air. Akar

rimpang dapat dapat

terinfeksi karena patogen 

yang terbawa oleh pisau 

yang dipakai untuk

memotong (memisahkan

tanaman). Penyakit juga 

berkembang oleh

kelembaban yang tinggi, 

karena air membantu

pembentukan,

pemencaran, dan

perkecambahan spora.

b. Antraknosa. Colletotrichum

gloeosporioides (Penz.) Sacc. 

(Stadium Sempurna :

Glomerella cingulata)

1) Tanaman Inang :Penyakit

ini dijumpai pada anggrek 

jenis Dendrobium sp.,

Arachnis sp., Ascocendo

sp., Phalaenopsis sp.,

Vanda sp. dan Oncidium

sp.

2) Gejala Serangan : Pada

daun atau umbi semu

mula-mula timbul bercak 

bulat, mengendap,

berwarna kuning atau

hijau muda. Akhirnya

bercak menjadi coklat

dan mempunyai bintik￾bintik hitam yang terdir
dari tubuh buah

(aservulus) cendawan.

Pada umumnya bintik￾bintik ini teratur pada

lingkaran-lingkaran yang

terpusat. Dalam

keadaan yang lembab

tubuh buah

mengeluarkan massa

spora (konidium) yang

berwarna merah jambu

atau jingga. Daun yang 

terserang akan gugur

akhirnya umbi akan

gundul. Pada bunga,

penyakit menyebabkan

terjadinya bercak-bercak

coklat kecil yang dapat

membesar dan bersatu

sehingga dapat meliputi

seluruh bunga.

Cendawan dapat

mempertahankan diri

dengan hidup secara

saprofitik pada sisa

tanaman sakit. Pada

cuaca menguntungkan

(lembab), cendawan

membentuk konidium

yang apabila terbentuk

dalam massa yang lekat, 

konidium dipencarkan

oleh percikan air hujan/air 

siraman, mungkin juga

oleh serangga.

Cendawan adalah parasit 

lemah, yang hanya dapat 

mengadakan infeksi pada 

tanaman yang

keadaannya lemah,

terutama melalui luka￾luka, termasuk luka

karena terbakar

matahari. Terjadinya

penyakit juga dibantu

oleh pemberian pupuk

nitrogen yang terlalu

banyak.

3) Morfologi/Epidemiologi :

C.gloeosporioides

berbentuk aservulus

pada bagian yang mati

(nekrosis) yang berbatas 

tegas, biasanya berseta,

kadang-kadang berseta

sangat jarang atau tidak 

sama sekali. Aservulus

berbentuk bulat,

memanjang atau tidak

teratur, garis tengahnya

dapat mencapai 500 m.

Seta mempunyai panjang 

yang bervariasi, jarang

lebih dari 200 m,

dengan lebar 4-8 m,

bersekat 1-4, berwarna

coklat, pangkalnya agak

membengkak, mengecil

ke ujung, pada ujungnya 

kadang-kadang

berbentuk konidium.

Konidium berbentuk

tabung, ujungnya tumpul, 

pangkalnya sempit

terpancung, hialin, tidak

bersekat, berinti 1,9-24 x 

3,6 m. Konidiofor

berbentuk tabung, tidak

bersekat, hialin atau

coklat pucat. C.

gloeosporioides tersebar

luas, sebagai parasit

lemah pada bermacam￾macam tumbuhan inang, 

bahkan ada yang hanya 

hidup sebagai saprofit.

Cendawan dapat

mempertahankan diri

dengan hidup secara

saprofitis pada

bermacam-macam sisa￿￿￿￿
 tanaman sakit. Pada

cuaca menguntungkan

jamur membentuk

konidium. Karena

terbentuk dalam massa

yang lekat, konidium

dipencarkan oleh

percikan air, dan mungkin 

oleh serangga.

Pembentukan konidium

dibentuk oleh cuaca yang

lembab, sedang

pemencaran konidium

dibantu oleh percikan air 

hujan maupun siraman.

c. Layu Sklerotium rolfsii Sacc.

(Stadium Sempurna : Corticium

rolfsii Curzi)

1) Tanaman Inang :Selain

menyerang anggrek,

penyakit ini diketahui

menyerang pada

tanaman pertanian

lainnya. Pada anggrek 

terutama menyerang

jenis-jenis terestrial,

seperti Vanda sp.

,

Arachnis sp. dan

sebagainya.

2) Gejala Serangan :

Tanaman yang

terserang menguning

dan layu. Infeksi terjadi 

pada bagian-bagian

yang dekat dengan

tanah. Bagian ini

membusuk, dan pada

permukaannya terdapat 

miselium cendawan

berwarna putih, teratur 

seperti bulu. Miselium

ini membentuk

sklerotium, yang semula 

berwarna putih, kelak

berkembang menjadi

butir-butir berwarna

coklat yang mirip

dengan biji sawi. Pada

Phalaenopsis penyakit

menyebabkan busuk

akar dan pangkal daun.

Jaringan menjadi

berwarna kuning krem,

berair, yang segera

berubah menjadi coklat 

lunak karena adanya

bakteri dan cendawan

tanah. Sklerotium

bentuknya hampir bulat 

dengan pangkal yang

agak datar, mempunyai

kulit luar, kulit dalam

dan teras. Di daerah 

tropis S. rolfsii tidak

membentuk spora.

Cendawan dapat

bertahan lama dengan

hidup secara saprofitik, 

dan dalam bentuk

sklerotium yang tahan

terhadap keadaan yang 

kurang baik. S. rolfsii

umumnya terdapat

dalam tanah.

Cendawan terutama

terpencar bersama￾sama dengan tanah

atau bahan organik

pembawanya.

Sklerotium dapat

terpencar karena

terbawa oleh air yang

mengalir. S. rolfsii

terutama berkembang

dalam cuaca yang

lembab. Cendawan

dapat menginfeksi

tanaman anggrek

melalui luka ataupun

tidak, bila melalui luka
infeksi akan

berlangsung lebih

cepat. Di Indonesia

Oncidium sp. dan

Phalaenopsis sp.

sangat rentan terhadap 

S. rolfsii, Cattleya sp.

agak tahan, sedangkan 

Dendrobium sp. sangat 

tahan.

3) Morfologi/Epidemiologi :

S. rolfsii adalah

cendawan yang

kosmopolit, dapat

menyerang bermacam￾macam tumbuhan,

terutama yang masih

muda. Cendawan itu

mempunyai miselium

yang terdiri dari

benang-benang

berwarna putih,

tersusun seperti bulu

atau kipas. Cendawan

tidak membentuk

spora. Untuk

pemencaran dan

mempertahankan diri

cendawan membentuk

sejumlah sklerotium

yang semula berwarna

putih kelak menjadi

coklat dengan garis

tengah kurang lebih 1

mm. Butir-butir ini

mudah sekali terlepas

dan terangkut oleh air.

Sklerotium mempunyai

kulit yang kuat sehingga 

tahan terhadap suhu

tinggi dan kekeringan.

Di dalam tanah

sklerotium dapat

bertahan selama 6-7

tahun. Dalam cuaca

yang kering sklerotium

akan mengeriput, tetapi 

justru akan

berkecambah dengan

cepat jika kembali

berada dalam

lingkungan yang

lembab.

d. Layu Fusarium oxysporum

1) Tanaman Inang :Penyakit

layu Fusarium dapat

dijumpai pada anggrek

jenis Cattleya sp.,

Dendrobium sp. dan

Oncidium sp. Selain itu

juga menyerang kubis,

caisin, petsai, cabai,

pepaya, krisan, kelapa

sawit, lada, kentang,

pisang dan jahe.

2) Gejala serangan :

Patogen menginfeksi

tanaman melalui akar

atau masuk melalui luka 

pada akar rimpang yang 

baru saja dipotong,

menyebabkan batang

dan daun berkerut.

Bagian atas tanah

tampak merana seperti

kekurangan air,

menguning, dengan

daun-daun yang keriput,

umbi semu menjadi

kurus, kadang-kadang

agak terpilin. Perakaran

busuk, pembusukan pada 

akar dapat meluas ke

atas, sampai ke pangkal 

batang.
3) Jika akar rimpang

dipotong akan tampak

bahwa epidermis dan

hipodermis berwarna

ungu, sedang phloem

dan xylem berwarna

ungu merah jambu muda. 

Akhirnya seluruh akar

rimpang menjadi

berwarna ungu.

4) Epidemiologi :Patogen

dapat bertahan secara

alami di dalam media

tumbuh dan pada akar￾akar tanaman sakit.

Apabila terdapat tanaman 

peka, melalui akar yang 

luka dapat segera

menimbukan infeksi.

Penyakit ini mudah

menular melalui benih,

dan alat pertanian yang

dipakai.

e. Bercak Daun Cercospora

spp.

1) Tanaman inang :Semua

jenis anggrek terserang

oleh penyakit ini,

terutama yang ditanam di 

tempat terbuka, seperti

Vanda sp., Arachnis sp.,

Aranda sp., Aeridachnis

sp. dan sebagainya.

2) Gejala serangan :

Penyakit timbul hanya

apabila keadaan

lingkungan lembab. Mula￾mula pada sisi bawah

daun yang masih muda

timbul bercak kecil

berwarna coklat. Bercak￾bercak dapat

berkembang melebar dan 

memanjang, dan dapat

bersatu membentuk

bercak yang besar. Pada 

pusat bercak yang

berwarna coklat

keputihan, cendawan

membentuk kumpulan￾kumpulan konidiofor

dengan konidium, yang

bila dilihat dengan kaca

pembesar (loupe) tampak 

seperti bintik-bintik hitam 

kelabu. Pusat bercak

akhirnya mengering dan

dapat menjadi berlubang. 

Gejala ini lebih banyak

terdapat pada daun-daun

tua.

3) Morfologi/Epidemiologi :

Konidium cendawan ini

berbentuk gada panjang

bersekat 3-12. Konidiofor 

pendek, bersekat 1-3,

cendawan dapat terbawa 

oleh benih dan bertahan 

pada sisa-sisa tanaman

sakit selama satu

musim. Cuaca yang

panas dan basah

membantu

perkembangan penyakit.

Penyakit dapat timbul

pada tanaman muda,

meskipun cenderung

lebih banyak pada

tanaman tua.

f. Bercak Coklat Ralstonia

(Pseudomonas) cattleyae (Pav.)

Savul

1) Tanaman Inang :Penyakit

terutama menyerang
Phalaenopsis sp. dan

Catleya sp.

2) Gejala serangan :

Penyakit ini terutama

merugikan Phalaenopsis

sp. Bagian tanaman yang 

terserang yaitu daun dan 

titik tumbuh. Penyakit

sangat cepat menjalar,

dan pada daun yang

terserang terjadi bercak

lunak, kebasah-basahan

dan berwarna kecoklatan 

atau hitam. Penyakit

meluas dengan cepat.

Jika penyakit mencapai

titik tumbuh, tanaman

akan mati. Bagian yang

sakit mengeluarkan lendir 

(eksudat), yang dapat

menularkan penyakit ke

tanaman lain, melalui

penyiraman. Pada daun 

Cattleya sp. penyakit

tampak sebagai bercak￾bercak mengendap,

hitam dan kebasah￾basahan. Pada

umumnya penyakit hanya 

terbatas pada satu atau

dua daun, dan tidak

mematikan tanaman.

3) Epidemiologi : Massa

bakteri sering muncul di

permukaan jaringan

tanaman sakit. Penyakit 

ini berkembang pada

kondisi lingkungan yang

basah dan suhu yang

tinggi. Penyakit dapat

menular melalui alat-alat

pertanian, air, media

tumbuh dan benih yang 

terinfeksi.

g. Busuk Lunak

Erwinia spp.

1) Tanaman Inang :Penyakit

ini dapat menyerang

semua jenis anggrek

bahkan tanaman lain

yang lunak jaringannya.

2) Gejala Serangan :

Penyakit ini menyerang

tanaman anakan dalam

kompot. Daun-daun

anakan terlihat berair dan 

warna daun berubah

kecoklatan. Pada

pseudobulb atau bagian

lunak lainnya terjadi

pembusukan disertai bau 

yang tidak enak. Bakteri 

ini menimbulkan

pembusukan pada

jaringan yang lunak dan 

pada jaringan yang bekas 

digigit serangga.

3) Morfologi/Epidemiologi :

Sel bakteri berbentuk

batang, tidak mempunyai 

kapsul, dan tidak

berspora. Bakteri

bergerak dengan

menggunakan flagela

yang terdapat di

sekeliling sel bakteri.

Bakteri patogen mudah

terbawa oleh serangga,

air, media tumbuh dan

sisa tanaman yang

terinfeksi, serta alat-alat

pertanian. Suhu optimal

untuk perkembangan

bakteri adalah 27° C.

Pada kondisi suhu

rendah dan kelembaban
rendah bakteri terhambat 

pertumbuhannya.

h. Rebah Bibit Pythium ultinum, 

Phytohpthora cactorum dan

Rhizoctonia solani.

1) Tanaman Inang :

Penyakit ini dijumpai

pada tanaman muda

dalam kompot pada

anggrek jenis Cymbidium

sp., Dendrobium sp.,

Oncidium sp. dan

sebagainya.

2) Gejala Serangan :Pada

tanaman muda ditandai

dengan gejala damping

off, yaitu tanaman mati

dan roboh. Bagian

pangkal tanaman

membusuk, sehingga

tidak kuat berdiri tegak.

Penyakit berkembang ke 

atas ke bagian-bagian

lunak lainnya. 

3) Epidemiologi : Patogen

tersebut terpencar

malalui air. R. solani

bertahan lama di dalam 

tanah (media tumbuh).

h. Bercak Daun 

Pestalotia sp.

1) Tanaman Inang :

Penyakit ini dijumpai

pada anggrek jenis

Vanda sp., Arachnis sp.,

Dendrobium sp. dan

Oncidium sp.

2) Gejala Serangan Pada

daun-daun tua dijumpai

bercak dengan titik-titik

hitam di bagian

tengahnya. Mula-mula

bercak berwarna kuning

agak coklat. 

3) Epidemiologi Patogen

memencar dengan spora 

yang terjadi apabila ada 

perubahan yang

mendadak dari keadaan 

basah kemudian kering

dan disertai angin.

i. Bercak

Botryodiplodia sp.

1) Tanaman Inang :Penyakit

ini dijumpai pada anggrek 

jenis Vanda sp. dan

Arachnis sp.

2) Gejala Serangan :Pada

anggrek Vanda sp.

penyakit ditandai dengan 

bercak memanjang

berwarna coklat sampai

hitam. Gejala terjadi baik 

di daun maupun

batangnya. Bercak tidak 

terbatas pada bagian￾bagian yang tua saja

tetapi yang mudapun

terserang.

3) Epidemiologi :Penyakit

memencar dengan

sporanya yang berada di 

dalam badan buahnya.

Spora memencar bila

terjadi perubahan cuaca

yang mendadak dari

basah ke kering.
Bercak Bunga Botrytis

cenerea

1) Tanaman Inang :Penyakit

ini terutama menyerang

bunga pada anggrek

jenis Phalaenopsis sp.

dan Cattleya sp.

2) Gejala Serangan Pada

mahkota bunga mula￾mula terdapat bintik-bintik

hitam. Bila penyakit telah 

berkembang lebih lanjut

dengan bintik yang

sangat banyak, bunga

akan busuk dan

menghitam.

3) Epidemiologi; Penyakit ini 

berkembang bila

kelembaban sangat

tinggi. Pemencaran

penyakit dilakukan

dengan sporanya yang

sangat mudah

diterbangkan angin.

l. Karat Uredo sp.

1) Tanaman Inang :Penyakit

karat dijumpai pada

Oncidium sp. dan jenis￾jenis lainnya.

2) Gejala Serangan : Pada

permukaan daun terdapat 

pustul berwarna kuning.

Setiap pustul dikelilingi

oleh jaringan daun

klorotik. Serangan yang

hebat menyebabkan

daun mengering. 

3) Epidemiologi :Spora

patogen mudah melekat 

pada kaki serangga dan 

oleh tiupan angin.

Kondisi lingkungan yang 

lembab sangat

membantu

perkembangan penyakit. 

m. Virus Mosaik Cymbidium 

(Cymbidium mosaic virus= 

CyMV).

Virus mosaik cymbidium dikenal 

juga dengan nama “Cymbidium 

black streak virus” atau “Orchid 

mosaic virus”.

1) Tanaman Inang : Virus ini 

dijumpai pada 8 genera, 

yaitu Aranthera sp.,

Calanthe sp., Cattleya

sp.,Cymbidium sp.,

Gromatophyllum sp.,

Phalaenopsis sp.,

Oncidium sp., dan Vanda

sp.

2) Gejala Serangan : Pada

Cymbidium sp. gejala

mosaik akan tampak

lebih jelas pada daun￾daun muda berupa garis￾garis klorotik memanjang 

searah serat daun.

Bunga pada tanaman

Cattleya sp. yang

terinfeksi biasanya

memperlihatkan gejala

bercak-bercak coklat

nekrosis pada petal dan 

sepalnya. Bunga

biasanya berukuran lebih 

kecil dan mudah rontok

dibandingkan dengan

bunga tanaman sehat.
3) Morfologi/Epidemiologi :

Partikel CyMV berbentuk 

filamen memanjang

berukuran 13 x 475 nm.

Virus ini menular secara

mekanik melalui cairan

atau ekstrak bagian

tanaman sakit, tetapi

tidak menular melalui biji 

ataupun serangga vektor.

n. Virus Mosaik Tembakau 

Strain Orchid (Tobacco Mosaic

 Virus-Orchid = TMV-O)Virus ini 

dikenal juga dengan nama virus 

bercak bercincin odontoglossum 

(odontoglossum ringspot virus = 

ORSV).

1) Tanaman Inang : Jenis￾jenis anggrek lain yang

dapat terserang virus ini 

mencakup Dendrobium

sp., Epidendrum sp.,

Vanda sp., Cattleya sp.,

Oncidium sp. Cymbidium

sp. dan Phalaenopsis sp.

2) Gejala Serangan :Pada

beberapa jenis anggrek

seperti Cattleya sp.,

gejala infeksi virus ini

bervariasi, yaitu berupa

garis-garis klorotik,

bercak-bercak klorotik

sampai nekrotik atau

bercak-bercak berbentuk

cincin. Pada Oncidium

sp. bercak-bercak

nekrotik berwarna hitam

tampak nyata pada

permukaan bawah daun. 

Di lapang persentase

tanaman anggrek

Oncidium sp. terinfeksi

virus ini dapat mencapai 

100 %. Gejala pada

bunga, misalnya pada

anggrek Cattleya sp.,

berupa mosaik pada

sepal dan petal. Bagian 

tepi bagian bunga ini

biasanya bergelombang.

3) Morfologi/Epidemiologi :

Partikel virus berbentuk

batang berukuran 18 x

300 nm. TMV-O mudah

ditularkan secara

mekanik melalui ekstrak

bagian tanaman sakit,

tetapi tidak menular

melalui serangga vektor

ataupun biji.

Pengendalian OPT Anggrek

a Fisik

Media tumbuh disucihamakan

dengan uap air panas agar

tanaman bebas dari OPT yang 

dapat ditularkan melalui media

tumbuh.

Untuk menghindari penularan

virus, usaha sanitasi harus

dilakukan meliputi sterilisasi alat￾alat potong.

Setelah dicuci bersih alat-alat

potong dipanaskan dalam oven 

pada suhu 149 ° C selama 1

jam.

b. Mekanis

Pengendalian secara mekanis

dilakukan bilamana serangga

hama dijumpai dalam jumlah

terbatas. Misalnya pada pagi dan 
sore hari kumbang gajah dapat 

dijepit dengan jari tangan dan

dimatikan.

Demikian pula kutu tempurung

pada daun anggrek dapat

didorong dengan kuku, tetapi

harus dilakukan secara hati-hati

lalu dimatikan. Keong besar atau 

yang kecil dengan mudah dapat 

ditangkap pada malam hari dan 

dimusnahkan.

Dengan membersihkan sampah

dan gulma, maka keong tidak

mempunyai kesempatan untuk

bersarang dan bersembunyi.

Pengendalian secara mekanis

juga dilakukan pada bagian

tanaman yang menunjukkan

gejala serangan penyakit, yaitu 

dengan memotong dan

memusnahkan bagian tanaman

yang terserang.

c.Kultur Teknis

Pemeliharaan tanaman yang

baik dapat meningkatkan

kesehatan tanaman, sehingga

tanaman dapat tumbuh lebih

subur.

Penyiraman, pemupukan dan

penambahan atau penggantian

media tumbuh dapat

meningkatkan pertumbuhan

tanaman. Secara tidak langsung 

pemeliharaan yang

berkelanjutan dapat memantau

keadaan tanaman dari serangan 

OPT secara dini.

Penyiraman dilakukan apabila

diperlukan dan dilakukan pagi

hari sehingga siang harinya

sudah cukup kering. 

Pelihara tanaman dari serangan

atau kehadiran serangga yang

dapat menjadi pembawa atau

pemindah penyakit. Udara dalam 

pertanaman sebaiknya dijaga

agar tidak terlalu lembab,

sehingga penyakit tidak mudah

berkembang.

Tanaman yang baru atau

diketahui menderita penyakit

diisolasi selama 2-3 bulan,

sampai diketahui bahwa

tanaman tersebut betul-betul

sehat.

Tanaman yang akan

dibudidayakan sebaiknya juga

berasal dari induk yang telah

diketahui bebas penyakit.

d. Kimiawi

Untuk pengendalian OPT

anggrek dapat dipilih jenis

pestisida yang tepat sesuai

dengan organisme pengganggu 

tumbuhan yang akan

dikendalikan.

Formulasi pestisida dapat

berupa cairan (emulsi), tepung

(dust) pasta ataupun granula. 

Konsentrasi dan dosis

penggunaan biasanya

dicantumkan pada tiap

kemasan.

Jenis-jenis pestisida yang dapat 

digunakan untuk mengendalikan 

OPT pada tanaman anggrek

tercantum dalam Lampiran 1. 
Sebagai pencegahan, pot atau

wadah lainnya, alat-alat seperti

pisau dan gunting stek,

sebaiknya setiap kali memakai

alat-alat tersebut, disucihamakan

dengan formalin 2 % atau

desinfektan lainnya. 

e. Hayati

Dilakukan dengan menggunakan 

: Predator tungau : Phytoseiulus

persimilis Athias Heniot dan

Typhodiromus sp.

(Phytoseiidae)

Predator kutu daun : kumbang 

koksi (Coccinelidae), lalat

Syrpidae, dan laba-laba Lycosa

sp.

Predator kutu putih : Scymnus

apiciflavus.

Predator bekicot Achatina fulica 

: Gonaxis sp., Euglandina sp.,

Lamprophorus sp., dan bakteri

Aeromonas liquefacicus.

Parasitoid Thrips : Famili

Eulophidae

Parasitoid kutu daun : Aphidius

sp. dan Encarsia sp.

Parasitoid pengorok daun

Gonophora xanthomela :

Achrysocharis promecothecae

(Eulophidae).

Pemanfaatan agens antagonis

Trichoderma sp., Gliocladium sp. 

dan Pseudomonas fluorescens

untuk penyakit layu Fusarium sp. 

dan Ralstonia (Pseudomonas )

solanacearum.

Panen dan Pascapanen 

Keistimewaan tanaman anggrek 

terletak pada penampilannya

saat konsumsi, sehingga usaha 

untuk mempertahankan mutu

penampilan selama mungkin

menjadi tujuan utama

penanganan pasca panen dan

pasca produksi.

Untuk melaksanakan upaya

tersebut perlu dipahami berbagai 

faktor yang dapat mempengaruhi 

mutu pasca panen atau pasca

produksi tanaman anggrek. 

Faktor yang mempengaruhi mutu 

pasca panen anggrek bunga

potong adalah:

- tingkat ketuaan bunga

- suhu

- pasokan air dan makanan

- etilen

- kerusakan mekanis dan

penyakit.

Sedangkan yang mempengaruhi 

untuk anggrek pot yang

mempengaruhi mutunya antara

lain:

- kultivar

- stadia pertumbuhan

- cahaya,

- medium, pemupukan

- ,temperatur

- lama pengangkutan.

e. Bunga Anggrek Potong

Ketuaan Bunga

Selama ini bunga anggrek

dipanen setelah 75%-80% bunga 
telah mekar terutama pada

anggrek Dendrobium sp.

Adakalanya pada jenis anggrek 

tertentu, seperti Cattleya sp.,

bunga dipanen 3 sampai 4 hari 

setelah mekar, karena bunga

yang dipotong prematur akan

gagal untuk mekar. 

Saat pemanenan perlu

diperhatikan penularan penyakit 

virus dari satu pohon ke pohon 

lain.

Sebaiknya alat pemotong

hendaknya disterilkan lebih dulu 

sebelum digunakan lagi pada

pohon berikutnya.

Temperatur

Bunga potong Cymbidium sp.

dan Paphiopedilum sp. dapat

bertahan selama 3 minggu pada 

temperatur 330

–350 F (10 C) dan 

6 sampai 7 minggu bila tetap di 

pohon.

Jenis Cymbidium sp., Cattleya

sp., Vanda sp., Paphiopedilum

sp. dan Phalaenopsis sp.

umumnya bisa bertahan sampai

2 minggu kalau disimpan pada 

suhu 5–70 C, sedangkan

Dendrobium sp. potong cukup

disimpan pada temperatur 10–

130 C.

Pasokan Air dan Hara

Bunga anggrek potong peka

terhadap kekeringan. Air yang

hilang setelah bunga dipanen

harus segera diimbangi dengan

larutan perendam yang

mengandung air dan senyawa

lain yang diperlukan. 

Penggunaan berbagai senyawa

kimia pengawet yang dilarutkan 

dalam air dianjurkan untuk

memperpanjang kesegaran

bunga potong.

Etilen dan Kerusakan Mekanis

Usahakan untuk menjauhkan

bunga anggrek potong dari

sumber/tempat kebocoran gas,

asap, pemeraman buah dan

kumpulan bunga yang sudah

rusak dan layu. 

Ruangan untuk penanganan

pasca panen (sortasi/grading

dan pengemasan) hendaknya

berventilasi baik.

Kepekaan terhadap gas etilen

dapat dikurangi dengan

pemberian suhu dingin, baik

setelah panen maupun setelah 

pengiriman.

Bunga potong harus segera

dikeluarkan dari wadah

pengemasnya dan diletakkan

pada ruangan dingin yang

bersuhu cocok untuk bunga

anggrek.

 Penyakit

Bunga anggrek potong peka

terhadap penyakit, tidak saja

karena berpetal agak rapuh,

tetapi juga terdapatnya cairan

madu yang bergizi yang sangat 

baik untuk pertumbuhan

patogen
Kerusakan akibat penyakit ini

dapat dihindari dengan

melakukan:

- Kebersihan baik di

rumah kaca

maupun di kebun

- Pengendalian

temperatur, dan

minimalisasi

terjadinya

kondensasi pada

bunga potong.

- Pengamatan

populasi hama dan 

penyakit

Bunga anggrek makin diminati. 

Pada saat ini makin banyak

dihasilkan varietas baru anggrek 

didalam negeri. 

Tantangannya adalah menjaga

agar bunga anggrek potong

dapat tetap segar dalam waktu 

cukup lama. 

Pengiriman bunga anggrek

potong tanpa pengawet

kesegaran bunga, dikhawatirkan 

menurunkan umur peragaan

bunga dan diameter bunga.

Biasanya dilakukan pulsing, yaitu

mencelupkan tangkai bunga

potong sedalam 4 cm kedalam 

larutan nutrisi selama 16 jam

dalam ruang sejuk (21 derajat

celcius).

Perlakuan ini bertujuan untuk

memberi bekal nutrisi cadangan 

sekaligus dapat melindungi

tangkai bunga dari serangan

mikroorganisme penyumbat

pembuluh tangkai. 

Selama ini dipergunakan larutan 

pulsing berupa sukrosa 50 g/l, 

perak nitrat 25 ppm, asam sitrat 

200 ppm.

Jenis-jenis anggrek
Begitulah sebutan bagi anggrek 

yang memiliki nama latin

Dendrobium sutiknoi P.O’bryne.

Anggrek ini dideskripsikan dan

dipublikasikan untuk pertama kali 

pada Mei 2005 di Jurnal fur den 

Orchideenfreund.

Nama sutikno ini sendiri diambil 

dari nama seorang hobiis dan

pedagang anggrek di Tretes,
Prigen, Pasuruan, Jawa Timur

yang kemudian dideskripsikan

untuk pertama kali oleh Mr. Peter 

O’bryne di Singapura. 

Sejarahnya, ternyata anggrek ini 

ditemukan secara tidak sengaja 

oleh beliau di antara batang￾batang D. lasianthera, namun

tiba saat berbunga tampaklah

perbedaan tersebut. 

Oleh karena karakter bunganya 

yang unik maka beliau yakin

bahwa anggrek ini berpotensi

menjadi species baru. 

Species ini berasal dari Papua

dan Kepulauan Morotai

(Indonesia). Sejauh ini telah

ditemukan dua varian warna,

yaitu oranye tembaga dan hijau 

kekuningan.

Sosok tanamannya mirip dengan 

anggrek-anggrek section

Spatulata lainnya. Batangnya

cukup tinggi mencapai 1-1,5

meter.

Bentuk daunnya elips agak bulat 

telur, semakin kearah ujung atas 

ukuran daunnya semakin

mengecil. Karakter unik dari

anggrek ini adalah petal nya

yang sangat panjang (mirip petal

D.stratiotes) serta bentuk ujung 

labellumnya yang sempit dan

melengkung dan hampir

menyerupai labellum

Dendrobium tobaense.

Kelebihan anggrek section

Spatulata ini adalah sifat

dominan nya yang sangat kuat 

pada hybrid-hybrid

keturunannya. Tidak seperti

pada D.tobaense yang bentuk

labellumnya bersifat resesif

sehingga akan mudah

terdegradasi oleh hybridisasi.

Saat ini, hybrid-hybrid maupun

hasil selfing dari D.sutiknoi telah 

banyak beredar di pasaran

anggrek di Asia tenggara.

Namun menurut informasi dari

seorang rekan hobiis senior dari 

Malaysia, setelah sekian lama

D.sutiknoi dimanfaatkan sebagai 

parent/induk silangan, ternyata

anggrek ini kurang begitu

diminati oleh para penyilang

sebagai parent karena sifatnya 

genetiknya yang sangat

dominan, sehingga selalu

mengalahkan karakter dari

induknya yang lain, akibatnya

hybrid yang terbentuk juga

terlalu condong ke arah

karakteristik D.sutiknoi.

Namun hal ini tidak begitu

dipersoalkan oleh para

penggemar dan konsumen

anggrek hybrid, sehingga tidak

mengurangi minat para

penggemar anggrek pada

umumnya untuk tetap

mengkoleksi hybrid-hybrid

turunan D.sutiknoi, karena tetap 

saja hybridnya cantik dan unik

dipandang.

Di Indonesia sendiri, anggrek ini 

maupun hybridnya belum begitu 

tersosialisasi secara luas,

sehingga tak heran bila

harganya melambung sangat

tinggi.
 Meskipun demikian, anggrek ini 

merupakan harta genetis yang

tak ternilai. Sehingga langkah￾langkah serius untuk menjaga

kelestarian genetisnya perlu

segera dilakukan.

Pohon Anggrek Terbesar dan 

Terberat di Dunia

Ini adalah si jawara kelas berat 

dari dunia anggrek. Jawara ini 

bernama Grammatophyllum

speciosum atau seringpula

disebut-sebut dengan nama G.

papuanum yang diyakini sebagai 

salah satu variannya.

Tanaman ini tersebar luas dari

Sumatera, Kalimantan, Jawa,

hingga Papua. Oleh karena itu, 

tidak heran bila banyak

ditemukan varian-varian nya

dengan bentuk tanaman dan

corak bunga yang sedikit

berbeda.

Dalam satu rumpun dewasa,

tanaman ini dapat mencapai

berat lebih dari 1 ton dan

panjang malai bunga hingga 3 

meter dengan diameter malai

sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya 

malai bunganya mampu

menyangga puluhan kuntum

bunga berdiameter 7-10 cm. 

Dari corak bunganya penduduk

lokal sering menjulukinya

dengan sebutan anggrek macan,

akan tetapi sebutan ini sering

rancu dengan kerabatnya,

Grammatophyllum scriptum yang 

memiliki corak serupa. 

Oleh sebab itu, anggrek ini

populer juga dengan sebutan

sebagai anggrek tebu, karena

sosok batang tanamannya yang 

menyerupai batang pohon tebu. 

Meskipun persebarannya cukup 

luas anggrek ini justru

menghadapi ancaman serius

dari perburuan tak terkendali

serta kerusakan habitat. 

Sosok pohonnya yang sangat

besar mudah terlihat oleh para 

pemburu, terlebih lagi saat

memunculkan bunganya yang

mencolok.

Belum lagi perkembangbiakan

alami di habitat dengan biji

sangatlah sulit diandalkan

karena lambatnya laju

pertumbuhan dari fase biji

hingga mencapai tanaman

dewasa yang siap berbunga. 

Mungkin hal inilah yang

mendasari kenapa anggrek ini

menjadi salah satu species

anggrek yang dilindungi. 

Sebagai pecinta anggrek, pasti

anggrek ini akan menjadi salah 

satu “most wanted” dalam daftar 

koleksi.
Agar perburuan liar terhadap

anggrek ini di habitatnya dapat 

dikendalikan, maka langkah￾langkah budidaya secara

vegetatif maupun generatif harus 

segera diberdayakan. Apalagi

anggrek ini terkenal sangat

mudah menumbuhkan tunas dari 

stek bulbnya. 

Setidaknya, dengan

membudidayakannya secara

vegetatif atau membeli bibit

anggrek tebu hasil

perkembangbiakan vegetatif

(tunas dari stek bulb) dapat

menjadi salah satu upaya

memelihara kelestarian anggrek 

alam Indonesia. 

Coelogyne celebensis si Jelita 

dari Celebes

Anggrek ini memiliki nama ilmiah 

Coelogyne celebensis. Kata

celebensis diambil dari nama

Celebes atau Sulawesi. Dari

namanya, kita tahu jika tanaman 

ini memiliki habitat asal di

Sulawesi.

Morfologi tanamannya sekilas

nampak serupa dengan kerabat 

dekatnya Coleogyne speciosa.

Bahkan tipe bunga nya pun

tampak tak ada beda. Namun

bagi yang jeli, perbedaan yang 

cukup mencolok dapat dikenali 

lewat bentuk labellum serta

tonjolan-tonjolan yang berada

diatas labellum tersebut. 

Bunga ini mampu merekah

sempurna selama 5-7 hari,

setelah itu bunga akan layu dan 

segera digantikan dengan tunas 

bunga selanjutnya. 

Tandan bunganya berukuran

kecil dan panjang, sehingga

tidak proporsional jika

dibandingkan dengan ukuran

bunganya yang cukup besar. 

Itulah sebabnya, saat bunga nya 

mekar, maka tandannya akan

terkulai kebawah, sehingga

bunganya tampak menunduk. 

Anggrek ini memiliki daun yang 

lebar, berbentuk bulat telur, dan 

permukaannya bergelombang. 

Seperti kebanyakan anggrek

lainnya, tanaman ini juga

memiliki bulb/umbi semu yg

menggembung untuk

menyimpan air dan cadangan

makanan.

Anggrek ini termasuk anggrek

dataran rendah yang rajin

berbunga dan cepat beradaptasi. 
Anggrek ini akrab disebut

sebagai anggrek kantong,

karena labellumnya yang

menyerupai kantung kecil.

Sosok tanaman anggrek ini

cukup pendek (tinggi tanaman

sekitar 5-7 cm) dengan posisi

daun yang berselang seling.

Daunnya melebar dengan ujung 

membulat.

Lebar daun sekitar 3-6 cm

dengan panjang daun bervariasi 

antara 15-20 cm. Tanaman ini
termasuk anggrek terestrial,

artinya anggrek ini memiliki

habitat tumbuh di tanah, dengan 

mengandalkan organ akarnya

sebagai alat untuk menyerap air 

dan unsur hara. 

Anggrek ini senang dengan

kondisi media yang cukup

lembab, akan tetapi jika terlalu 

lembab bisa menyebabkan

pembusukan pada pangkal

batangnya. Anggrek yang dahulu 

diisukan sebagai anggrek yang 

sulit dipelihara ini, ternyata justru 

memiliki kelebihan lain, yaitu

toleran terhadap kekeringan dan 

toleran dengan rentang suhu

yang lebar. 

Selain itu, dalam satu tandan

bunga bisa memunculkan lebih 

dari 3 kali bunga. Bunganya

yang unik muncul bergantian

satu per satu dengan masa

mekar tiap kuntum bunga lebih 

dari 1 minggu. 

Pemeliharaan anggrek ini cukup 

mudah, hanya dengan menjaga 

kelembaban media dan

melakukan pemberian pupuk

organik pada media tanamnya. 

Satu hal yang cukup penting

yaitu tempatkan anggrek ini pada 

tempat yang ternaungi, misal

dibawah paranet 50 % atau di

bawah tajuk pepohonan. 

Meskipun bunganya unik dan

indah, sayangnya pertumbuhan 

anggrek ini termasuk sangat

lambat.

Media tumbuh anggrek ini dapat 

berupa campuran tanah

(usahakan yang kadar

lempungnya rendah) dan pupuk 

organik. Atau media kombinasi

seperti cacahan

pakis/arang/kerikil + potongan

sabut, pupuk organik + sedikit

moss.

2. Tanaman Anggrek Pot

Berbunga Indah

a. Kultivar

Berbagai karakter morfologi,

seperti warna bunga, jumlah

kuntum bunga dan waktu

berbunga telah digunakan untuk 

mengevaluasi kultivar baru

industri bunga. Kriteria tersebut 

merupakan faktor-faktor penting

dalam menciptakan kultivar

baru. Pada masa yang akan

datang kriteria toleransi terhadap 

kondisi pengangkutan, tingkat

cahaya interior yang rendah,

etilen dan pendinginan perlu pula 

dimasukkan ke dalam penilaian.

b. Stadia Pertumbuhan

Stadia pertumbuhan (umur)

tanaman pot anggrek berbunga 

indah pada saat dipasarkan

merupakan faktor utama yang

mempengaruhi penampilan

tanaman tersebut di dalam

ruangan. Perlu diperhatikan

bahwa stadia yang tepat untuk 

pemasaran tergantung dari

waktu yang diperlukan untuk

memperoleh tanaman.

Umumnya tanaman dengan

banyak bunga mekar lebih sulit 

dalam pengangkutan, lebih peka 

terhadap etilen dan lebih mudah 

rusak dari pada tanaman yang
diangkut dalam stadia yang

bunganya masih kuncup atau

persentase bunga yang mekar

masih rendah.

c. Temperatur

Temperatur perlu diturunkan

selama siklus 2–3 minggu

terakhir untuk memperkuat

warna bunga dan meningkatkan 

kandungan karbohidrat tanaman, 

sehingga dapat mengakibatkan

ketahanan simpan. Semua

tanaman pot berbunga indah

akan lebih tahan pada

temperatur yang lebih rendah

dan kisarannya sangat

tergantung pada jenis tanaman. 

Selanjutnya tanaman berbunga

yang ditempatkan pada

temperatur 270 C atau lebih

tinggi, umumnya mempunyai

warna bunga lebih pudar,

batang/tangkai lebih tinggi, daun 

cepat menguning dan rontok.

d. Media

Media berstruktur remah yang

mudah dibasahi kembali oleh

konsumen atau penata ruang

sangat penting untuk

menghasilkan penampilan

optimum dari tanaman berbunga 

indah di dalam ruangan.

Sejumlah gel polimer dapat

digunakan untuk

mempertahankan kelembaban

media dan mencegah tanaman

dalam ruangan menjadi kering.

Irigasi dengan menggunakan

wetting agent pada saat

pemasaran berguna untuk

memudahkan pembasahan

kembali media.

e. Pemupukan 

Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 

1 sampai 3 minggu sebelum

pembungaan, diubah menjadi

0,5 : 1. Nisbah ini mencegah

masalah keracunan amonia dan 

meningkatkan masa simpan.

f. Kepekaan Terhadap Etilen

Tanaman pot anggrek berbunga 

indah peka terhadap etilen.

Gejala yang ditimbulkan adalah 

kerontokan daun, kuncup dan

bunga, dan kelayuan bunga,

epinasti, peningkatan kerentaan 

terhadap mikroba dan aborsi

bunga / kuncup.

Salah satu cara efektif untuk

mengurangi kepekaan terhadap 

etilen, yaitu dengan menurunkan 

temperatur selama

pengangkutan.

Cara lain yang digunakan secara 

komersial adalah dengan

penyemprotan daun

menggunakan senyawa

antagonis terhadap etilen,

sehingga dapat menekan

produksi etilen dalam bunga,

serta mengurangi pengaruh

buruk etilen.

g. Pengairan

Kurangnya penyiraman tanaman 

yang berbunga indah serta

membiarkannya layu akan

menurunkan umur peragaan.

Sebaliknya kelebihan air akan

menyebabkan rusaknya akar,

sehingga tanaman cepat rusak. 

Sebaiknya tanaman diairi tiap
hari atau tiap dua hari sekali,

tergantung pada tingkat cahaya, 

temperatur dan kelembaban,

juga ukuran dan media tumbuh. 

Pengairan dilakukan terhadap

media tanpa membasahi bunga 

dan daun.

h. Cahaya

Cahaya optimum yang

diperlukan oleh tiap tanaman

harus dipertahankan untuk

menghasilkan tanaman yang

mempunyai masa penampilan

yang lebih baik, jumlah bunga

maksimum, pembentukan daun

yang sempurna, warna bunga

indah, dan tinggi tanaman yang 

memadai. Umumnya tanaman

pot berbunga indah akan

membentuk bunga dalam jumlah 

maksimum dengan warna yang 

indah pada kondisi ruang

bercahaya tinggi