Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh penambahan pasta buah Sroberi (Fragaria
virginiana) pada keju lunak terhadap kualitas bahan kering (BK), Total Plate Count (TPC) dan
Kesukaan konsumen pada penyimpanan 2 minggu. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret
sampai April 2017 di Laboratorium Jurusan Peternakan dan Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit
Tanaman (IHPT) Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu. Terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan,
P0: keju dengan 0% pasta buah stroberi, P1: keju dengan 1% pasta buah stroberi, P2: keju dengan
3% pasta buah stroberi , P3: keju dengan 5% pasta buah stroberi. Variabel yang diamati adalah
kualitas dan kesukaan konsumen. Hasil penelitian menunjukkan penambahan pasta buah stroberi
(Fragaria virginiana) selama penyimpanan 2 minggu diperoleh hasil pada uji kualitas berpengaruh
tidak nyata (P>0.05) terhadap bahan kering dan rataan tertinggi total plate count pada perlakuan
0%, sedangkan uji organoleptik keju memberikan pengaruh sangat sangat nyata (P<0.001) terhadap
warna, aroma/bau dan rasa keju dan berpengaruh tidak nyata (P>0.05) terhadap tekstur dan
kesukaan keju.
Meningkatnya kebutuhan dan
konsumsi keju dalam negeri perlu
diimbangi dengan produksi keju,
utamanya yang berbahan dasar susu sapi
yang diproduksi oleh peternak lokal,
dengan teknologi dan bahan-bahan yang
disesuaikan atau yang tersedia secara
lokal. Susu merupakan cairan berbentuk
koloid agak kental yang berwarna putih
sampai kuning, tergantung jenis hewan,
makanan dan jumlah susu. Susu diperoleh
dari hasil sekresi normal kelenjar susu
pada hewan sehat secara teratur dan
sekaligus. Apabila dalam volume yang
agak besar, susu tampak sebagai cairan
berwarna putih atau kuning padat
(opague), namun apabila dalam suatu
lapisan yang tipis (volume yang sedikit)
akan tampak transparan. Pemisahan
lemak susu menyebabkan warnanya
menjadi agak kebiruan (Rizal, 1988).
Biasanya susu memiliki sifat
mudah rusak dan cepat basi. Maka
diperlukan suatu cara untuk memperkecil
angka kerusakan pada susu yaitu dengan
cara membuat olahan susu yang
berbentuk keju. Menurut penelitian
Datuewanan (2014), jenis susu yang dapat
digunakan dalam pembuatan keju segar
adalah jenis susu full cream formula non-
instan dengan hasil curd keju padat yang
hampir sama padatnya dengan keju dari
susu segar.
Susu yang baru selesai diperah
harus dipasteurisasi terlebih dahulu agar
bakteri tidak baik yang ada di dalam
susu bisa diminimalisir. Setelah
dipasteurisasi susu harus disimpan di
dalam kulkas atau showcase.
susu segar
dengan masa simpan yang lebih lama 96
jam pada suhu 20C dan 40C masih dapat
dikategorikan baik (pertumbuhan mikroba
terkendali). Penelitian (Sulistyowati et al.,
2010), dilaporkan bahwa kandungan
lemak susu 3,85% dan protein susu 3,73%
pada sapi perah yang diberi konsentrat
mengandung sumber PUFA
(polyunsaturated fatty acid). Susu sapi
mengandung rata-rata, 3,29% protein,
3,69% lemak, 4,05% laktosa, 11,67%
bahan kering, dan 0,49% kadar abu.
Jenny milk (susu yang memiliki
kandungan nutrisi dan kimia yang
menyerupai susu ibu) memiliki komposisi
yaitu 1,69% protein, 1,31% lemak, 6.43%
laktosa, 9,62% bahan kering, dan 0,42%
kadar abu. Susu ini bagus sebagai
pengganti susu sapi untuk anak-anak yang
alergi (IgE) (Cosentino et al, 2016).
Protein susu memegang peranan penting
dalam pembuatan keju. Kandungan lemak
susu kerbau dalam 100 g susu segar
sebesar 7,5% dan protein sebesar 4,8%,
lebih tinggi dibandingkan susu sapi yang
memiliki kandungan protein 3,2% dan
lemak 3,7% ,
Bakteri asam laktat dalam
pembuatan keju berfungsi untuk
mengaktifkan kembali bakteri baik di
dalam susu yang telah mengalami proses
pasteurisasi. Curd dan Whey akan
terbentuk pada tahapan proses
penambahan cuka. Menurut Taufik
(2011), dilaporkan bahwa peningkatan
level asam cuka (3%, 5% dan 7%) dan
level garam (2%, 3%, dan 4%) tidak
memberikan pengaruh terhadap total
padatan, aroma, rasa, warna, dan tekstur
keju muda (soft cheese). Peningkatan
level asam cuka dan garam menurunkan
kadar pH keju muda (soft cheese), kadar
asam laktat meningkat dengan
meningkatnya level garam. berdasar
uji organoleptik perlakuan asam cuka 3%
dan garam 4% lebih disukai dibanding
perlakuan lain dengan warna kurang putih
dan tekstur lebih halus. Rasa keju juga
dipengaruhi oleh jenis dan populasi
mikroba.
Jenis-jenis keju yang beredar di
pasaran pada saat ini yaitu Brie, Ricotta,
Mozzarella, Gouda dan Edam, Cheddar,
Swiss dan Permesan/Romano (Bastin,
|
2004). Keju pada umumnya memiliki rasa
original dan masih banyak masyarakat
yang belum terlalu menyukai keju,
padahal keju bias diolah dengan berbagai
varian rasa sehingga menghasilkan rasa
keju yang berbeda. Stroberi adalah salah
satu bahan yang bisa dimanfaatkan
sebagai bahan penambah dalam
pembuatan keju.
Stroberi (Fragaria sp.) merupakan
tanaman buah yang ditemukan pertama
kali di Chili yaitu spesies Fragaria
chiloensis L. yang menyebar ke berbagai
negara Amerika, Eropa dan Asia;
sedangkan Fragaria vesca L. yang berasal
dari Amerika Utara lebih menyebar luas
dan jenis stroberi inilah yang pertama kali
masuk ke Indonesia (Anonimous, 2008)1.
Stroberi merupakan produk
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi
tinggi. Buah stroberi banyak dikonsumsi
dalam bentuk segar maupun dalam bentuk
olahan. Selain rasanya yang enak, buah
stroberi banyak mengandung vitamin dan
anti oksidan yang berguna bagi kesehatan
tubuh. Buah stroberi mempunyai rasa
khas manis dan menyegarkan. Selain itu
buah stroberi mempunyai kandungan gizi
yang tinggi dan komposisi gizi yang
cukup lengkap. Kalori sebanyak 37,00
kal, protein 0,80 g, lemak 0,50 g,
karbohidrat 8,30 g, kalsium 28,00 mg,
fosfor 27,00 g, zat besi 0,80mg, vitamin A
60,00 SI, vitamin B1 0,03 mg, vitamin C
60,00 mg, air 89,90 g, bagian yang dapat
dimakan 96,00% (Rukmana, 1998).
Stroberi dapat dikonsumsi dalam
keadaan segar atau menjadi produk
olahan seperti, selai, manisan, sirup,
dodol, yogurt, es krim dan sebagai
pelengkap makanan. Dalam dunia medis,
stroberi diketahui mampu meningkatkan
kesehatan jantung karena memiliki nilai
lemak yangrendah, mengandung vitamin
C, asam folat, kalium dan antioksidan
yang tinggi. Biji dan daun stroberi
mengandung asam elegat yang
bermanfaat untuk mengurangi resiko
terserang kanker (Kurnia 2005). Menurut
penelitian Haryani (2017), berdasar
hasil penelitian dilaporkan bahwa hasil uji
organoleptik yogurt penambahan starter
dengan pasta stroberi tingkat kesukaan
panelis terhadap yogurt yang ditambah
dengan pasta buah stroberi berkisar antara
agak tidak suka dan suka.
Dari uraian diatas, pada penelitian
ini akan dilakukan penambahan pasta
buah stroberi (Fragaria virginiana) pada
keju lunak yang dapat berperan untuk
mengawetkan dan memperkaya rasa
selama penyimpanan. Penelitian ini
dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi
pengaruh penambahan pasta buah stroberi
(Fragaria virginiana) terhadap kualitas
dan kesukaan konsumen pada
penyimpanan 2 minggu dan 4 minggu.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada
bulan Maret sampai April 2017,
bertempat di Laboratorium Jurusan
Peternakan, Laboratorium Ilmu Hama dan
Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian
Universitas Bengkulu.
Bahan utama yangdigunakan
dalam penelitian ini antara lain adalah
susu sapi jenis Friest Holland yang
diperoleh dari Desa Air Duku, Kabupaten
Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu.
Starter bakteri yang digunakan yaitu
Lactobacillus bulgaricus merek “Bio
Kul”, asam cuka merek “Value Plus”,
garam merek “Refina”, salad dressing
merek “Maestro”, pasta buah stroberi,
biskuit, dan minuman aqua gelas.
Beberapa bahan untuk analisis
mikrobiologi adalah sampel keju
sebanyak 5 gram per sampel sebanyak 16
sampel pada tahap 2 minggu dan 16
sampel pada tahap ke 4 minggu, alcohol
96%, aquades, larutan butterfield’s
phosophate buffered (BFP) dan NaCl
fisiologis.
Alat yang digunakan antara lain
adalah panci, termometer, timbangan
merek “oxone”, timbangan analitik,
stopwatch, pisau, kompor gas merek
“Rinnai”, kantong plastik, kain kasa,
gelas ukur, gunting, tisu, tusuk gigi,
sendok kecil, karet gelang, show case
merek “Polytron”, pena, buku tulis,
masker, piring, sendok, pipet micron
merek “Acura”, tabung reaksi, gelas ukur,
kamera, coloni counter merek “Sountex”,
cawan petri, laminar air flow, spatula,
bunsen, kompor, desikator, waterbath,
autoclave , stomacher,.
Pembuatan Pasta Stroberi
Stroberi diperoleh dari pedagang
stroberi di Danau Mas, kabupaten Rejang
Lebong dan bahan-bahan lainnya yang
diperlukan pada saat pembuatan pasta
diperoleh dari tempat yang sama.
Peralatan yang digunakan adalah wadah,
pisau, timbangan analitik, panci, kompor,
sendok. Cara kerja pembuatan pasta
stroberi yaitu mencuci bersih buah
stroberi, menimbang berat stroberi
sebanyak 803 gram, setelah itu dipotong
kecil-kecil agar mudah diblender, setelah
itu langsung diblender selama 27.7 detik
pada tahap pertama dan 27.4 detik pada
tahap kedua. Proses akhir yaitu
melakukan pasteurisasi untuk membuat
pasta buah stroberi selama 15 menit
dengan suhu 750C dengan api kompor
pada angka nomor 1 dan hasil pasta
stroberi setelah dipasteurisasi sebanyak
684 gram.
Tahapan pembuatan pasta buah stroberi
Buah stroberi dicuci bersih Stroberi ditimbang
Stoberi dipotong kecil-kecil dan diblender
Stroberi dipasteurisasi pada suhu 750C
Stroberi didinginkan
Pasta Stroberi
Gambar 1. Diagram pembuatan pasta stroberi (Sulistyowati et al., 2016).
Pembuatan Keju Lunak
Susu sapi dipasteurisasi hingga
suhu 750C selama 15 menit dengan api
stabil sambil diaduk. Setelah itu
didinginkan hingga suhu 450C dan
ditambahkan bakteri Lactobacillus
bulgaricus sebanyak 10 % dari berat susu
pasteurisasi dan didiamkan hingga suhu 15
menit. Setelah itu ditambahkan asam 3 %
dari berat susu pasteurisasi dan dipanaskan
kembali hingga suhu 400C. Setelah itu
ditunggu hingga menggumpal dan disaring
whey dan curd menggunakan kain kasa
(kain lap). Whey yang didapat dibuang.
Setelah itu ditambahkan garam dan pasta
buah stroberi 0%, 1%,3%, 5% pada curd
dan dicampur secara homogen meng-
gunakan blender. Setelah itu dimasukkan
ke dalam media penyimpanan tabung gelas
plastik dan disimpan pada show case
selama 2 minggu dan 4 minggu. Setelah
itu diuji kualitas dan kesukaan keju
ini . Adapun berikut adalah tahapan
pembuatan keju lunak dapat dilihat pada
Gambar 2.
Tahapan Pembuatan Keju Lunak
Susu sapi
Dipasteurisasi hingga suhu 850C selama 15 menit dengan api stabil sambil
Didinginkan hingga suhu 450C
Ditambahkan bakteri Lactobacillus bulgaricus sebanyak 10 % dari berat
susu pasteurisasi, dan didiamkan hingga 15 menit
Ditambahkan asam cuka3 % dan dipanaskan kembali hingga suhu
Ditunggu hingga menggumpal
Dipisahkan whey dan curd
Whey
Curd
Ditambahkan garam dan pasta buah stroberi 0%, 1%, 3%, 5% dan
dicampur secara homogen menggunakan blender
Dimasukkan kedalam media penyimpanan tabung gelas plastik
Disimpan di dalam show case merek
2 minggu 4 minggu
Uji Kualitas dan Kesukaan
Gambar 2. Diagram pembuatan keju lunak (Modifikasi Taufik, 2011).
R.L. Rati, E. Sulistyowati, dan E. Soetrisno
32 |
Rancangan Percobaan dan Perlakuan
Pada penelitian ini digunakan
rancangan percobaan Rancangan Acak
Lengkap (RAL). Perlakuan empat level
pasta buah stroberi dengan 4 ulangan.
Perlakuan yang diberikan adalah sebagai
berikut. Level pasta buah stroberi (P),
sebagai berikut :
P1 : keju dengan 0% pasta buah stroberi
P2 : keju dengan 1% pasta buah stroberi
P3 : keju dengan 3% pasta buah stroberi
P4 : keju dengan 5% pasta buah stroberi
Variabel-variabel yang Diamati
Uji kualitas keju yang diamati
meliputi bahan kering (BK), dan total
plate count (TPC). Bahan kering
merupakan salah satu hasil dari pembagian
fraksi yang berasal dari bahan pakan
setelah dikurangi kadar air. Pada
prinsipnya dalam analisa bahan kering ini
adalah dengan pemanasan menggunakan
oven hingga suhu 105 0C selama 4 jam
dengan sampel 1-2 gram diharapkan kadar
air dalam bahan pakan akan menguap
sehingga yang tersisa bahan kering dan
cawan. Secara rinci prosedur dari analisa
bahan kering sebagai berikut : Bahan
Kering : 100 % - KA %
Menurut hasil penelitian Sartika et
al. (2005), menyatakan bahwa untuk
melakukan pemeriksaan bakteriologis
meliputi penghitungan TPC dan
identifikasi bakterinya. Metode
pemeriksaan bakteriologi dilakukan secara
Total Plate Count (TPC) ini yaitu untuk
menghitung jumlah kuman per ml air.
TPC ditentukan dengan menanam dari tiap
contoh air yaitu 1 ml contoh air dan 1 ml
contoh air dengan penipisan 1 : 101 , 10 2
dan 1 : 103 masing- masing pada lempeng
nutrient secara pour plate. Penentuan Total
Plate Count (angka lempeng total)
menurut SNI 01-2332.3-2006.
Uji organoleptik ini dilakukan
untuk melihat tingkat kesukaan konsumen
terhadap produk olahan yang dihasilkan.
Uji ini meliputi warna, bau/aroma, rasa,
keempukan dan kehalusan/tekstur.
Berikut tabel uji organoleptik yang akan
digunakan.
Data yang diperoleh pada
penelitian ini diolah menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
4 perlakuan dan 4 ulangan. Apabila
perlakuan menunjukkan pengaruh yang
nyata, maka dilanjutkan uji Duncan’s
Multiple Range Test (DMRT) (Steel dan
Torrie, 1994).
Tabel 1. Parameter uji organoleptik
Warna *Aroma/bau *Rasa **Tekstur **Kesukaan
1 = putih 1 = berbau susu 1 = asin 1 = sangat 1 = sangat
2 = putih 2 = agak berbau 2 = agak asin kasar tidak suka
kemerahan susu asem 2 = kasar 2 = tidak suka
3 = pink 3 = bau khas susu 3 = asin asem 3 = agak kasar 3 = agak tidak
muda dan stroberi (biasa) 4 = netral 4 = netral suka
4 = pink tua 4 = agak berbau 5 = rasa agak 5 = agak 4 = netral
5= Merah stroberi manis lembut 5 = agak suka
5 = berbau stroberi 6 = rasa manis 6 = lembut 6 = suka
7 = sangat 7 = sangat
lembut suka
berdasar penelitian yang telah
dilakukan dengan beberapa variabel yang
telah dilakukan pengujian yaitu uji kualitas
dan uji organoleptik, pada penelitian ini
data dan pembahasan hasil pengujian
dapat diketahui dibawah ini.
Bahan Kering
Hasil uji anova menunjukkan
perlakuan berpengaruh tidak nyata
(P>0.05) terhadap kadar bahan kering.
Tabel 2 menunjukkan rataan bahan
kering setiap perlakuan P0 (48,40), P1
(45,81), P2 (47,67) dan P3 (44,68) %.
Tabel 2. Rataan bahan kering keju dengan penambahan pasta buah stroberi pada
penyimpanan 2 minggu
Perlakuan
Ulangan (%)
Rata-rata ± SD
1 2 3 4
P0 54,99 47,39 45,21 45,99 48,40± 4,49
P1 41,27 49,12 47,03 45,81 45,81 ± 3,32
P2 44,89 46,91 46,13 52,73 47,67 ± 3,48
P3 42,75 43,23 48,53 44,20 44,68 ± 2,64
Keterangan: P0 (0% pasta buah stroberi), P1: (1% pasta buah stroberi), P2 : (3% pasta buah stroberi), P3 : (5%
pasta buah stroberi). Rataan antarperlakuan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Uji Total Plate Count (TPC)
Hasil uji total plate count yang
dilakukan untuk mengetahui layak
tidaknya keju digunakan dengan
menggunakan mikroba untuk proses
pengenceran yaitu 103 dan 104.
Mikroorganisme yang paling banyak
digunakan dalam starter, khususnya starter
keju adalah kelompok bakteri asam laktat
(BAL) yang menghasilkan asam, terutama
asam laktat dengan memfermentasikan
laktosa. Galur-galur bakteri asam laktat
yang biasa digunakan sebagai kultur untuk
starter keju adalah species-species yang
termasuk genus Streptococcus (Daulay,
1991). Hasil uji total plate count dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Total plate count (TPC) keju dengan penambahan pasta buah stroberi pada
penyimpanan 2 minggu
Keterangan: Rataan persentase total plate count pada keju dengan penambahan pasta buah stroberi dengan P0
(0% pasta buah stroberi), P1(1% pasta buah stroberi), P2 (3% pasta buah stroberi), P3 (5% pasta
buah stroberi).
berdasar Tabel 3 menunjukkan
hasil Total Plate Count yang ada pada
keju dengan penambahan pasta buah
stroberi pada penyimpanan 2 minggu.
Rataan nilai TPC pada setiap perlakuan P0
(4,6x105 CFU/ml), P1 (2,4x105 CFU/ml),
P2 (2,4x105 CFU/ml) dan P3 (2,3x105
CFU/ml). Penambahan pasta buah stroberi
pada keju diduga menghambat tumbuhnya
mikroba pada bahan makananini
karena stroberi memiliki rasa asam.
Uji Organoleptik
Uji Organoleptik yang terdiri atas
warna, aroma, rasa, tekstur, dan kesukaan
keju dengan penambahan pasta buah
stroberi disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan uji organoleptik keju dengan penambahan pasta buah stroberi pada
penyimpanan 2 minggu
Keterangan:. P0 : (0% pasta buah stroberi), P1: (1% pasta buah stroberi), P2 : (3% pasta buah stroberi), P3 :
(5% pasta buah stroberi).
Hasil uji anova menunjukkan pada
perlakuan P0, P1, dan P2 berpengaruh
sangat sangat nyata (P<0.001) terhadap
warna keju dan tidak berpengaruh nyata
terhadap P3. berdasar Tabel 4
menunjukkan skor nilai warna keju tertinggi
pada perlakuan P3 (5% pasta buah
stoberi) dengan nilai 2,38, hal ini berarti
warna keju dengan penyimpanan 2 minggu
adalah putih kemerahan. Skor nilai
warna keju terendah pada perlakuan P0 (0%
pasta buah stroberi) dengan nilai 1,08, hal
ini berarti warna adalah putih. Tabel diatas
menujukkan rataan P0 (1,08), P1 (1,42), P2
(1,88) dan P3 (2,38). Perbedaan level
pemberian pasta buah stroberi pada keju
dapat mempengaruhi warna dari keju itu
sendiri, karena semakin level pemberian
pasta buah stroberi maka akan semakin
tinggi juga rataan waran kejuini .
Berkaitan dengan pendapat
penentuan mutu suatu bahan pangan pada
umumnya tergantung pada warna, karena
warna tampil terlebih dahulu.
Hasil uji anova menunjukkan pada P3
ada perbedaan sangat sangat nyata
(P<0.001) antara P0, P1, dan P2 terhadap
aroma/bau keju. Perlakuan P1 tidak
ada perbedaan yang nyata terhadap
perlakuan P2 akan tetapi berbeda nyata
terhadap perlakun P1 dan berbeda sangat
nyata terhadap P3. Rataan nilai P0 (1.53), P1
(1.79), P2 (1.83) dan P3 (2.05). berdasar
Tabel 5 menunjukkan skor nilai aroma/bau
keju tertinggi pada perlakuan P3 (5% pasta
buah stoberi) dengan nilai 2,05 hal ini berarti
aroma/bau keju adalah agak berbau susu.
Skor nilai aroma/baukeju terendah pada
perlakuan P0 (0% pasta buah stroberi)
dengan nilai 1,53, hal ini berarti aroma/bau
adalah berbau susu. bahwa aroma
(bau) merupakan faktor penting dalam
menunjukkan tingkat penerimaan konsumen
dan menentukan kelezatan bahan pangan
ini .
Rasa termasuk komponen yang paling
penting dalam pengawasan mutu makanan.
Umumnya bahan pangan tidak hanya
terdiri dari salah satu rasa, tetapi gabungan
berbagai rasa secara terpadu sehingga
menimbulkan citarasa utuh. Hasil uji
anova didapatkan bahwa perlakuan
berpengaruh nyata terhadap rasa keju.
Penambahan pasta buah stroberi nyata
meningkatkan rasa keju. Hasil uji lanjut
menunjukkan bahwa perlakuan P1, P2 dan
P3 berbeda tidak nyata terhadap rasa keju
dengan kisaran nilai 2,09 sampai dengan
2.36 yang berarti rasa keju asin asem.
berdasar Irawati et al. (2015)
menyatakan bahwa rasa suatu bahan
pangan yang berasal dari sifat bahan itu
sendiri atau karena ada zat lain yang
ditambah dalam proses pengolahan dan
pemasakan, sehingga menyebabkan rasa asli
berkurang (tidak enak) atau mungkin
menjadi lebih enak.
Tekstur merupakan aspek penting dalam
penilaian mutu produk pangan. Tekstur juga
termasuk salah satu faktor yang
mempengaruhi penerimaan konsumen
terhadap produk pangan. Hasil uji anova
menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh
tidak nyata terhadap tekstur keju. Skor
rataan tekstur keju berkisar antara 3,70
berarti berkisar agak kasar menuju netral.
Sesuai dengan pendapat Winarno (2002),
tekstur dan konsistensi suatu bahan pangan
akan mempengaruhi cita rasa yang
ditimbulkan oleh bahanini .
Hasil uji anova menunjukkan bahwa
perlakuan berpengaruh tidak nyata (P>0.05)
terhadap kesukaan konsumen dengan
kisaran nilai 4,32 sampai dengan 4,54
yang berarti netral menuju agak suka. Nilai
rataan kesukaan keju tidak jauh berbeda
antar perlakuan terhadap penilaian
konsumen.
Dari penelitian yang telah dilakukan
pada keju lunak dengan penambahan pasta
buah stroberi (Fragaria virginiana) dengan
lama penyimpanan 2 minggu diperoleh
hasil uji kualitas terhadap rataan bahan
kering berpengaruh tidak nyata dan pada
total plate count tertinggi pada level
perlakuan 0% pasta buah stroberi. Uji
organoleptik warna, aroma/bau dan rasa
terhadap keju dan tekstur dan kesukaan
berpengaruh tidak nyata terhadap keju.