• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya b. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tehnik budidaya b. Tampilkan semua postingan

tehnik budidaya b












sifat biologis yang sama
dengan induknya.
Jaringan vegetatif yang
digunakan dapat berupa
batang, akar, ataupun daun. 
Perbanyakan vegetatif
dikelompokkan menjadi dua
kelompok, yaitu vegetatif alami 
dan buatan. Pada
perkembangbiakan vegetatif
alami makhluk hidup baru
terbentuk tanpa bantuan
manusia, sedangkan vegetatif
buatan tanaman baru
terbentuk dengan bantuan
manusia.
Saat ini dikenal perbanyakan
vegetatif yang menggunakan
teknik kultur jaringan.
Perbanyakan dengan metode
ini menghasilkan calon invidu
baru yang lebih banyak
dibandingkan dengan
perbanyakan vegetatif dengan 
metode lainnya. Karena
metode ini dapat
memperbanyak satu sel
menjadi beratus-ratus individu
baru.
Beberapa keuntungan dan
kerugian menggunakan
perbanyakan vegetatif, yaitu:
- Tanaman yang
dihasilkan memiliki sifat 
yang sama dengan
induknya
- Lebih Cepat
menghasilkan
- Sangat membantu bagi 
tanaman yang tidak
menghasilkan biji
Terhindar dari serangan 
penyakit benih
- Harga jual lebih tinggi
- Tidak terjadi alterasi
dari sifat induknya
Vegetatif alami
Beberapa cara perbanyakan
vegetatif alami adalah sebagai 
berikut:
- Membelah diri, yaitu
perbanyakan diri
dengan cara membelah 
diri. Perbanyakan ini
terjadi pada tumbuhan
tingkat rendah,
misalnya ganggang
hijau.
- Spora, tumbuhan yang 
berkembang biak
dengan cara ini antara 
lain adalah Paku
(misalnya suplir) , jamur 
dan ganggang.
- Akar tinggal atau
rizoma, merupakan
batang yang tertanam
dan tumbuh di dalam
tanah. Batang tersebut 
tumbuh mendatar dan
tampak seperti akar.
Jika ujung rizoma
tumbuh menjadi
tumbuhan baru maka
tumbuhan tersebut
tetap bergabung
dengan tumbuhan induk 
dan membentuk
rumpun, contohnya
jahe.
- umbi lapis,
perbanyakan cara ini
contohnya terjadi pada
bawang merah. Umbi
bawang merah ini
berlapis-lapis dan
ditengahnya tumbuh
tunas. Umbi lapis baru 
yang berasal dari tunas 
ketiak terluar tumbuh
membentuk tunas yang 
disebut siung.
Gambar 86. Perbanyakan
dengan rizoma
- umbi batang,
perbanyakan tanaman
dengan cara ini
contohnya terjadi pada 
tanaman kentang dan
ubu jalar. Umbi pada
kentang ini
sesungguhnya adalah
batang yang tumbuh ke 
dalam tanah. Ujung
batang itu
menggembung
membentuk umbi untuk 
menyimpan cadangan
makanan. Pada satu
lekukan di permukaan
batang yang
menggembung (umbi)
tersebut terdapat tunas 
yang disebut mata
tunas.
Gambar 87. Perbanyakan
dengan umbi batang
- umbi akar, perbanyakan 
cara ini terjadi pada
wortel. Akar berubah
fungsi untuk
menyimpan cadangan
makanan sehingga
disebut umbi akar. Jika 
umbi akar ditanam
maka akan tumbuh
tunas-tunas baru dari
bagian yang merupakan 
sisa batang.
- geragih, batang yang
tumbuh menjalar diatas 
atau dibawah
permukaan tanah
disebut geragih. Tunas 
pada buku-buku batang 
dapat tumbuh menjadi
tumbuhan baru. Ujung
geragih yang
menyentuh tanah akan 
membelok keatas .
Pada bagaian bawah
geragih muncul akar
serabut.
Gambar 88 Perbanyakan
dengan geragih 
- Tunas, contoh tanaman 
hortikultura yang
berkembang biak
dengan tunas adalah
pisang. Disekitar pohon
pisang yang sudah
besar tumbuh tunas
baru. Tunas tunas ini
tumbuh berdekatan
dengan pohon induk
dan membentuk
rumpun
Perbanyakan vegetatif buatan
Perbanyakan vegetatif buatan
terjadi dengan bantuan
manusia. Beberapa
perbanyakan vegetatif buatan
adalah:
- Cangkok, jenis
tumbuhan yang biasa
dicangkok pohon buah￾buahan misalnya
mangga, jeruk, dan lain￾lain.Umumnya jenis
tumbuhan berkayu
mudah dicangkok
walaupun tidak
seluruhnya, misalnya
cemara. Mencangkok
tanaman dilakukan
dengan cara mengupas 
kulit batang kemudian
dikuliti, bagian yang
dikuliti tersebut dilapisi
dengan tanah yang
subur kemudian
dibungkus dengan
sabut kelapa, ijuk atau 
plastik.
Gambar 90 Teknik
mencangkok
tanaman
- Setek batang, potongan 
batang tumbuhan yang 
hendak di setek harus 
mempunyai sebuah
mata sebagai bakal
tunas. Potongan batang 
ini umumnya
merupakan batang yang 
sudah cukup tua.
Penanaman batang
potongan batang ini
dilakukan pada
tanahyang subur dan
gembur
Gambar 91. Perbanyakan 
dengan setek 
batang
- Setek daun,
perkembangbiakan
dengan setek daun 
umumnya diterapkan 
pada tanaman hias 
misalnya begunia. Daun 
yang disetek ini harus 
cukup tua, dan tanah 
yang digunakn sebagai 
media tumbuh harus 
gembur dan lembab. 
Perkembangbiakan
dengan setek daun ini 
dilakukan dengan 
meletakkan daun yang 
sudah dipilih tadi diatas 
permukaan tanah. 
Beberapa hari 
kemudian tumbuh tunas 
baru yang kemudian 
dapat dipindahkan 
ketempat lain.
Beberapa contoh setek 
daun terlihat pada 
Gambar 92 berikut.
Gambar 92 Beberapa jenis
perbanyakan
dengan setek daun
- Tempel (okulasi), cara
perbanyakkan ini 
dilakukan dengan
menempelkan tunas 
dari satu tumbuhan ke 
batang tumbuhan lain. 
Setiap tumbuhan itu 
mempunyai sifat yang 
berbeda. Batang dan 
tunas yang diokulasi 
berasal dari dua 
tumbuhan. Batang yang 
ditempel merupakan 
tumbuhan yang 
mempunyai akar dan 
batang yang kuat. 
Gambar 93. Perbanyakan
tanaman dengan
teknik menempel
- Sambung pucuk
(enten), sambung pucuk 
merupakn penyatuan 
pucuk dengan batang 
bawah. Pucuk dan 
batang bawah yang 
disambung itu berasal 
dua tumbuhan. 
Sambung pucuk dapat 
menghasilkan tanaman 
yang lebih baik 
mutunya. Bila 
dibandingkan dengan 
okulasi, ternyata 
sambung pucuk lebih 
cepat menghasilkan. 
Cara sambung pucuk 
dapat dilakukan 
terhadap tanaman hias, 
buah-buahan, dan 
perkebunan. Sambung 
pucuk dilakukan secara
sederhana. Batang 
bawah diperoleh dari 
semaian biji. Pucuk 
diambil dari cabang 
tumbuhan yang 
mempunyai sifat- sifat 
baik seperti berbunga 
indah dan berbuah 
manis, atau lainnya. 
Pucuk kemudian
disambung dengan 
batang bawah . 
Penyambungan
dilakukan dengan 
menggunakan tali 
plastik.
Gambar 94 Teknik sambung
pucuk
- Runduk, jenis tumbuhan 
yang dapat 
dikembangbiakan
dengan runduk sangat 
sedikit. Tumbuhan itu 
mempunyai batang 
yang panjang dan 
lentur. Tumbuhan yang 
dapat dikembangbiakan 
dengan cara merunduk
misalnya melati , 
alemanda, apel, dan 
lain-lain.
Perkembangbiakan
dengan cara ini sangat
sederhana. Batang 
tanaman dikerat sedikit,
batang itu kemudian 
dilengkukkan atau 
dirundukkan ketanah.
Kemudian batang yang 
dikerat itu, ditimbun
dengan tanah, seperti 
Gambar 95 berikut ini.
a. Produsen Sayuran
Permintan akan sayuran terus
meningkat, sejalan dengan
peningkatan kebutuhan karena
pertambahan jumlah penduduk, 
juga disebabkan oleh
peningkatan kesadaran akan
manfaat mengkonsumsi
sayuran.
Keberhasilan industri sayuran
tergantung pada beberapa faktor 
yaitu:
- Keahlian produsen sayur
untuk memasarkan 
produknya
- Ketersediaan benih 
unggul
- Kualitas produk
- Ketepatan waktu antara 
panen dan sampainya 
produk kepada 
konsumen
- Tengkulak, pengecer, 
perantara
b. Hal-hal yang perlu 
diperhatikan
Beberapa hal perlu diperhatikan 
dalam melaksanakan budidaya
sayuran.
Hal-hal tersebut adalah :
1. Sayuran dikonsumsi
dalam bentuk segar
2. Sayuran memerlukan
penanganan khusus 
3. Sayuran dengan nilai
ekonomi tinggi
4. Persaingan internasional
Produksi sayur dikonsumsi
dalam bentuk segar
Produsen sayuran dapat berupa 
pertanian besar, pada rumah
kaca atau rumah plastik dengan 
kondisi lingkungan terkontrol,
pada sepetak lahan, ataupun
hanya pada beberapa
bedengan.
Dibandingkan dengan produk
pertanian lainnya seperti
leguminosa (kacang-kacangan),
sebaran dan distribusi sayuran 
lebih kecil, hal ini disebabkan
pengiriman ke daerah yang jauh 
dibutuhkan penanganan khusus 
dari produk ini.
Oleh karena produk sayuran ini
dikonsumsi dalam bentuk segar, 
maka untuk mengatasinya
biasanya pihak produsen
membangun industrinya dekat
dengan kota.
Faktor-faktor seperti fluktuasi
produksi sayuran setiap harinya, 
alat transportasi, dan jarak
antara konsumen dengan
produsen merupakan bagian
penting yang perlu diperhatikan 
oleh produsen sayur.
Disamping hal tersebut diatas,
kondisi lingkungan marupakan
faktor penentu dalam
menentukan keberhasilan
produk sayuran. Ketersedian air 
yang cukup, suhu, kelembaban
udara dan angin, pada masa
pertumbuhan akan
mempengaruhi kualitas dari
sayuran.
Bagaimana menangani 
sayuran
Pembekuan atau penyimpanan
dalam ruangan pendingin,
pengalengan dan pengeringan
menjadi mekanisme yang utama 
agar produk sayuran dapat
digunakan konsumen.
Produsen sayur yang melakukan 
penanganan yang baik dari
mulai tanam sampai panen serta 
pascapanennya, sehingga
sampai ke konsumen turut
menentukan tinggi rendahnya
harga pproduk sayur tersebut.
Sayuran bernilai
ekonomi tinggi
Pertanaman sayuran pada
rumah kaca merupakan trend
baru untuk menghasilan produk 
sayuran bermutu.
Beberapa keuntungan dari
bertanam sayuran pada rumah
kaca adalah: 
- Kondisi lingkungan yang 
terkontrol sehingga
pertumbuhan tanaman
jadi lebih baik
- Produknya tidak
tergantung musim
- Kualitas sayur lebih
tinggi.
- Produsen dapat
mengatur saat panen
yang disesuaikan
dengan nilai jual
tertinggi di pasar. 
Oleh karena pertanaman
sayuran pada rumah kaca
membutuhkan input energi yang 
tinggi dibandingkan dengan
bertanam di lahan, maka
umumnya sayuran yang ditanam
pada rumah kaca ini adalah
sayuran yang memiliki nilai
ekonomi tinggi.
Persaingan pasar
 internasional
Kemampuan produk sayuran
untuk dapat bersaing pada
kompetisi internasional
ditentukan oleh:
- Kemampuan produsen
sayur untuk
menyediakan produk
sayuran yang bermutu
baik selama perjalanan
maupun setelah sayuran
sampai ke tangan
konsumen.
- Harga dasar yang
memadai dimana harga 
dasar ini ditentukan oleh 
biaya proses produksi
dan pasca panen, resiko 
produksi, resiko
kebijakan politik, dan laju 
nilai tukar moneter. 
Di beberapa negara luar seperti 
Amerika Serikat menerapkan
teknologi yang efektif dalam
memproduksi sayuran. Hal ini
dilakukan untuk menurunkan
nilai jual serendah mungkin akan 
tetapi masih menguntungkan
produsen dan dapat bersaing
pada tingkat internasional.
Salah satu upaya yang dilakukan 
adalah penggunaan teknologi
atmosfir terkontrol pada
kemasan sayuran, sehingga
sayuran dapat bertahan lebih
lama. Penggunaan teknologi ini 
dinilai jauh lebih efisien dan
efektif karena biaya yang relatif
murah dan tidak merusak mutu 
sayuran.
c. Tenaga Kerja Mekanisasi
dan Efisiensi Produksi
Beberapa tahun terakhir ini
produk sayuran menjadi bahan
perhatian masyarakat dunia.
Disamping untuk pemenuhan
kebutuhan gizi manusia, produk 
sayuran ini juga memberikan
keuntungan yang menggiurkan.
Berbagai upaya yang dilakukan 
untuk meningkatkan produksi
sayuran antara lain:
- Penelitian di dalam dan
luar negeri. 
- Peningkatan efisiensi
produksi
- Teknologi panen dan
pasca panen, 
- Kebijakan pemerintah
Berikut ini merupakan usaha
bagaimana meningkatkan mutu
dan nilai jual sayur yang perlu 
dilakukan, yaitu:
- Mekanisasi
- Penanganan pasca
panen dan kualitas
bahan
- Kultur teknis
Mekanisasi
Beberapa alat mekanisasi turut
membantu agar proses produksi
sayuran lebih efisien dan efektif. 
Penggunaan traktor misalnya
dalam pengolahan tanah dinilai 
lebih efisien dan efektif, karena 
disamping biayanya yang relatif 
murah dibandingkan dengan
penggunaan tenaga manusia
juga luaran yang dihasilkannya
lebih besar.
Penggunaan sprayer dengan
menggunakan mesin dalam
pengaplikasian pupuk dan
pestisida juga membantu petani 
sayur memudahkan
pekerjaannya.
Pengunaan mulsa pada
pertanaman sayuran juga dapat 
menghemat biaya pengendalian 
gulma dan penyakit tertentu
yang perantara pembiakannya
pada tanah.
Penanganan pasca panen dan 
kualitas bahan
Mudah rusaknya produk sayuran 
ini membutuhkan perhatian
khusus terhadap alat panen
yang digunakan.
Kerusakan buah tomat pada
waktu pemanenan merupakan
salah satu contoh penanganan
pasca panen yang tidak baik.
Misalnya kita harus menentukan 
varietas apa yang kita tanam,
waktu masak dan panen,
metode pemetikan, dan tinggi
tumpukan pada kontainer yang
dapat mempengaruhi kualitas
sayur.
Tidak selamanya penggunaan
traktor/mesin pada sayuran
berakibat baik, akan tetapi
sangat tergantung pada jenis
sayurannya. Misalnya mesin ini 
tidak baik digunakan untuk
pemanenan kentang, akan tetapi 
untuk pemanenan sayuran daun 
seperti kangkung dinilai lebih
efisien.
Mekanisasi dan kultur teknis
Pengenalan mekanisasi
menyebabkan perubahan yang
dramatis terhadap kultur teknis
sayuran. Salah stau contohnya 
adalah pada kasus mekanisasi
tomat di Amerika Serikat. Sekitar 
tahun 1962 pemanenan tomat
dilakukan dengan tenaga
manusia (memetik dengan
tangan), untuk lahan yang luas 
pemanenan dengan sistem ini
akan menggunakan waktu yang 
lama (sampai satu minggu).
Akibatnya terjadi kelambatan
panen, dan buah terlalu masak 
sehingga cepat rusak. 
Pekerjaan ini akan lebih mudah 
dan jaminan terhadap mutu
sayur tetap terjaga maka
dilakukan pemanenan dengan
menggunakan mesin. Begitu
juga yang terjadi pada panen
anggur, pemetikan dengan
menggunakan mesin lebih
efisien dibandingkan dengan
menggunakan tangan. 
Akan tetapi penggunaan alat
mekanisasi pertanian
membutuhkan persyaratan
khusus pada kultur teknisnya
yang disesuaikan dengan
spesifikasi dari mesin yang
digunakan.
Misalnya dalam pemanenan
anggur jarak tanam yang
digunakan adalah jarak tanam
yang disesuaikan dengan lebar 
mesin yang digunakan agar tidak 
terhalang lalu lintas mesin pada 
waktu panen.
Sistem penanaman langsung
untuk beberapa jenis sayuran
tertentu dengan luasan tanam
yang besar penggunaan mesin
tanam jauh lebih efisien
dibandingkan dengan
penggunaan tenaga manusia.
Oleh karenanya penggunaan
mekanisasi/alat mesin pada
waktu pengolahan tanah,
penanaman, pemeliharaan,
panen dan pasca panen pada
budidaya sayuran efisien dan
efektif tergantung pada:
- jenis sayur yang ditanam
- Luas areal pertanaman
- Ketersediaan tenaga
kerja
Umumnya mekanisasi secara
normal menjalankan fungsinya
untuk meningkatkan dua hal
yaitu:
- Merupakan
pengembangan dan
modifikasi untuk
memudahkan pekerjaan
tangan.
- Mesin dibutuhkan pada
pekerjaan yang tidak
dapat dikerjakan oleh
tenaga manusia 
d. Perencanaan Budidaya
Sayur
Pertama sekali yang perlu
mendapat pertimbangan jika
hendak memilih bertanam
sayuran adalah:
- Serangga dan gulma
merupakan hambatan
yang selalu hadir dan
merusak setiap budidaya 
sayur
- Kondisi lingkungan
seperti cuaca (panas,
kering, curah hujan, sinar 
matahari yang terik)
mempengaruh produksi
sayur secara kuantitas
dan kualitas.
Perencanaan budidaya sayuran 
meliputi pertimbangan akan 3 
hal yaitu:
1. Pemilihan kultivar dan
varietas
2. Faktor pendukung dan
hambatan
3. Lokasi kebun
4. Sistem pertanaman
Pemilihan Kultivar dan Varietas
sayur
Sayur-mayur adalah tanaman
yang unik di dalam dan
produknya amat berbeda
dengan kategori yang umum
dilakukan pada tanaman lain. 
Hampir tiap bagian dari tanaman 
dapat dimakan sebagai sayuran.
e. Pengelompokan Sayuran
Sayuran dapat diklasifikasikan
atas:
1. Klasifikasi botani (Tabel
13)
2. Klasifikasi berdasarkan
bagian yang dapat
dimakan
Klasifikasi sayuran atas bagian
yang dapat dimakan
Sayuran juga dapat
diklasifikasikan atas bagian apa 
dari sayuran tersebut yang dapat 
digunakan. Bagian tanaman
tersebut dapat berasal dari daun, 
tangkai daun, umbi, batang,
akar, bunga, buah ataupun biji.
Daun
Daun dari sayuran dapat
dikonsumsi dalam bentuk segar 
ataupun di masak. Yang
termasuk golongan ini adalah:
bayam, kangkung, peleng, daun
singkong, kol, selada, dan
sebagainya.
Tangkai daun
Yang termasuk ke dalam
golongan ini misalnya seledri.
Umbi lapis
Umbi lapis umumnya berada
dibawah tanah dengan sedikit
daun berada di permukaan
tanah.
Daun bawang juga dapat
digunakan sebagai sayuran
disamping umbilapisnya. Yang
termasuk golongan ini adalah
bawang merah, bawang putih,
bawang bombay.
Batang
Batang adalah bagian tanaman 
yang mendukung daun, bunga
dan buah tanaman. Salah satu 
contoh yang tergolong sayuran 
ini adalah asparagus.
Umbi
Sayuran umbi dapat merupakan
modifikasi dari beberapa bagian 
tanaman, misalnya kentang, 
Akar
Beberapa akar sayuran dapat
dimanfaatkan sebagai sayur.
Awalnya akar ini tumbuh seperti 
akar pada umumnya, sejalan
dengan pertambahan waktu akar 
membesar.
Yang termasuk kelompok ini
misalnya adalah wortel, bit, dan 
ubi jalar
Bunga
Contoh sayuran yang dimakan
bunganya adalah: brokoli, dan
kembang kol.
Buah
Tidak ada perbedaan yang pasti 
antara buah dan sayuran buah.
Akan tetapi umumnya buah￾buahan digunakan sebagai
hidangan penutup (dessert),
sedangkan buah sayuran
dimakan sebagai menu utama. 
Yang termasuk kelompok
sayuran buah adalah, mentimun, 
labu, terong, tomat, lada, buncis 
dan sebagainya.
Biji
Kacang ercis ataupun buncis
merupakan sayuran yang
berasal dari biji. 
Ada beberapa jenis sayuran biji 
yang digunakan sebagai sayuran 
ketika bijinya masih lunak,
contohnya buncis dan sweet
corn, akan tetapi ada juga yang 
digunakan setelah bijinya
menjadi keras contohnya biji
bunga matahari, kacang tanah.
Hambatan dan dukungan
Kumpulkan seluruh informasi
dari kebun yang akan ditanami.
Hal ini dibutuhkan untuk
melakukan pengananan khusus
untuk lokasi-lokasi yang spesifik.
Data yang dibutuhkan
Data yang perlu dikumpulkan
adalah:
- Jenis sayuran apa yang 
akan ditanam
- Kesuburan tanah yang
meliputi kesuburan fisik, 
khemis dan biologi
tanah. Riwayat
pemupukan yang telah
pernah dilakukan pada
lahan tersebut juga perlu 
diketahui. Disamping itu 
karena tanaman sayuran 
menyukai tanah yang
gembur dan kaya bahan 
organik maka dibutuhkan 
juga informasi mengenai 
kandungan bahan
organik tanah.
- Kumpulkan data produksi 
tanaman pada periode
lalu dari areal tersebut. 
- Musim tanam.Kumpulkan 
semua data perubahan
pola curah hujan dari
lokasi. Data ini
dibutuhkan untuk
menentukan kapa waktu 
tanam yang paling tepat.
Lokasi kebun
Keberhasilan budidaya sayuran 
sangat tergantung apakah
tanaman kita cukup mendapat
sinar matahari atau tidak. Artinya 
lokasi pertanaman tidak boleh
terlindung dari sinar matahari.
Pemilihan areal pertanaman
yang terlindung dari cahaya
matahari akan menghasilkan
produk sayuan yang tidak sehat.
Lokasi yang dipilih adalah lokasi 
yang mempunyai kesuburan
tanah yang relatif tinggi. Tanah 
tersebut cukup kandungan hara 
dan bahan organiknya. 
Sistem pertanaman
Tidak ada satupun tanah yang 
dapat ditanami semua jenis
tanaman. Oleh karenanya
informasi kesuburan tanah dari 
lokasi merupakan hal yang
penting diketahui sebelum
melakukan usaha penanaman
sayuran.
Ada beberapa pilihan sistem
pertanaman pada budidaya
sayur yaitu
- Intercroping, beberapa
jenis sayuran dapat
ditanam secara
bersamaan pada satu
lokasi. Sistem tanam ini 
juga dapat mengurangi
serangan hama,
disamping
mengefisienkan
pemanfatan lahan. Salah
satu contohnya adalah
budidaya kacang
panjang dengan
menggunakan ajir yang
berasal dari batang
jagung manis. Terlebih
dahulu kita menanam
jagung, baru setelah
sebulan dilakukan
penaman kacang
panjang.
- Monokultur, sistem ini
hanya menanam satu
jenis saur pada luasan
areal tertentu
Pengeringan Sayuran
Teknik ini dapat digunakan untuk 
pengeringan bawang daun
dengan kadar air ideal sebesar 
9,68%.
Dehidrasi dengan vacuum
dryer. Teknik ini dapat
digunakan untuk seledri, bawang 
merah dan lobak. Kadar air
terbaik adalah 10,31% dengan
TSS sebesar 57,72%.
Dehidrasi dengan teknik
blansing. Teknik ini dapat
diaplikasikan untuk kubis dan
wortel. Kadar air setelah
perlakuan adalah 12%.
Rehidrasi terhadap produk
kering akan menghasilkan
bentuk sayuran segar seperti
semula




Tenik Budidaya 
Kentang
BAB XII
a. Deskripsi
Kentang adalah tanaman dari
keluarga Solanaceae yang
memiliki akar umbi yang dapat
dimakan. Kata kentang juga
biasanya digunakan untuk
menyebut akar ini. 
Kentang adalah salah satu
makanan pokok di Eropa
walaupun awalnya berasal dari 
Amerika Selatan.
Tanaman kentang pertama kali 
dibawa dan dikembangbiakkan
di Eropa pada abad XVI.
Kentang merupakan tanaman
dikotil yang bersifat semusim
dan berbentuk semak/herba. 
Batangnya yang berada di atas 
permukaan tanah ada yang
berwarna hijau, kemerah￾merahan, atau ungu tua. Akan
tetapi, warna batang ini juga
dipengaruhi oleh umur tanaman 
dan keadaan lingkungan. Pada 
kesuburan tanah yang lebih baik 
atau lebih kering, biasanya
warna batang tanaman yang
lebih tua akan lebih menyolok. 
Bagian bawah batangnya bisa
berkayu. Sedangkan batang
tanaman muda tidak berkayu
sehingga tidak terlalu kuat dan 
mudah roboh.
b. Jenis Kentang
Kentang (Solanum tuberosum L) 
termasuk jenis tanaman sayuran 
semusim, berumur pendek dan
berbentuk perdu/semak.
Kentang termasuk tanaman
semusim karena hanya satu kali 
berproduksi, setelah itu mati.
Umur tanaman kentang antara
90-180 hari. 
Dalam dunia tumbuhan, kentang 
diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotiledónea
Famili : Solanaceae
Genus : Solanum
Species : Solanun tuberosum 
Dari tanaman ini dikenal pula
spesies-spesies lain yang
merupakan spesies liar, di
antaranya Solanum andigenum
L, Solanum anglgenum L,
Solanum demissum L dan lain￾lain.
Varitas kentang yang banyak
ditanam di Indonesia adalah
kentang kuning varitas Granola,
Atlantis, Cipanas dan Segunung.
Belakangan ini Pusat Penelitian 
dan Pengembangan Hortikultura 
melepas 2 jenis kentang yaitu:
Merbabu-17
x Potensi hasil 30-40
ton/ha
x Khusus untuk sayur 
x Tahan terhadap penyakit 
busuk daun dan hama 
lalat pengorok daun 
Manohara
x Potensi hasil 20-37
ton/ha
x Tahan busuk daun 
x Cocok untuk prosesing 
Kentang sangat digemari hampir 
semua orang. Bahkan di
beberapa daerah, ada yang
menjadikannya makanan pokok. 
Selain itu, kentang juga banyak 
mengandung vitamin B, vitamin 
C, dan sejumlah vitamin A.
Sebagai sumber karbohidrat
yang penting, di Indonesia,
kentang masih dianggap sebagai 
sayuran yang mewah.
c.Syarat Tumbuh 
Iklim
a. Daerah dengan curah
hujan rata-rata 1500
mm/tahun sangat sesuai 
untuk membudidayakan
kentang. Daerah yang
sering mengalami angin
kencang tidak cocok
untuk budidaya kentang. 
b. Lama penyinaran yang
diperlukan tanaman
kentang untuk kegiatan
fotosintesis adalah
sekitar 9-10 jam/hari.
Lama penyinaran juga
berpengaruh terhadap
waktu dan masa
perkembangan umbi.
c. Suhu optimal untuk
pertumbuhan adalah 18-
210
C. Pertumbuhan umbi 
akan terhambat apabila
suhu tanah kurang dari
10 derajat C dan lebih
dari 30 derajat C
d. Kelembaban yang sesuai 
untuk tanaman kentang
adalah 80-90%.
Kelembaban yang terlalu 
tinggi akan menyebabkan 
tanaman mudah
terserang hama dan
penyakit, terutama yang
disebabkan oleh
cendawan.
Media Tanam
a. Secara fisik, tanah yang 
baik untuk bercocok
tanaman kentang adalah 
yang berstruktur remah,
gembur, banyak
mengandung bahan
organik, berdrainase baik 
dan memiliki lapisan olah 
yang dalam. Sifat fisik
tanah yang baik akan
menjamin ketersediaan
oksigen di dalam tanah.
b. Tanah yang memiliki sifat 
ini adalah tanah Andosol 
yang terbentuk di
pegunungan￾pegunungan.
c. Keadaan pH tanah yang 
sesuai untuk tanaman
kentang bervariasi antara 
5,0-7,0, ini tergantung
pada varietasnya. Untuk
produksi yang baik pH
yang rendah tidak cocok 
ditanami kentang.
Pengapuran mutlak
diberikan pada tanah
yang memiliki nilai pH
dibawah 7.
Ketinggian Tempat
Daerah yang cocok untuk
menanam kentang adalah pada
dataran tinggi/daerah
pegunungan, dengan ketinggian 
antara 1.000-3.000 m dpl. 
Ketinggian idealnya berkisar
antara 1000-1300 m dpl.
Beberapa varitas kentang dapat 
ditanam di dataran menengah
(300-700 m dpl).
d. Pembibitan
Bibit Tanaman kentang dapat
berasal dari:
- Umbi
- stek batang 
- stek tunas daun.
Umbi
Umbi bibit berasal dari umbi
produksi berbobot 30-50 gram.
Pilih umbi yang cukup tua antara 
150-180 hari, umur tergantung
varietas, tidak cacat, umbi baik, 
varitas unggul.
Umbi disimpan di dalam rak/peti
di gudang dengan sirkulasi udara 
yang baik (kelembaban 80-95%).
Lama penyimpanan 6-7 bulan
pada suhu rendah dan 5-6 bulan 
pada suhu 250
C.
Pilih umbi dengan ukuran
sedang, memiliki 3-5 mata tunas.
Gunakan umbi yang akan
digunakan sebagai bibit hanya
sampai generasi keempat saja.
Setelah bertunas sekitar 2 cm,
umbi siap ditanam.
Bila bibit diusahakan dengan
membeli, (usahakan bibit yang
kita beli bersertifikat), berat
antara 30-45 gram dengan 3-5
mata tunas. 
Penanaman dapat dilakukan
tanpa dan dengan pembelahan. 
Pemotongan umbi dilakukan
menjadi 2-4 potong menurut
mata tunas yang ada. 
Sebelum tanam umbi yang
dibelah harus direndam dulu di 
dalam larutan Dithane M-45
selama 5-10 menit. 
Walaupun pembelahan
menghemat bibit, tetapi bibit
yang dibelah menghasilkan umbi 
yang lebih sedikit daripada yang 
tidak dibelah. Hal tersebut harus 
diperhitungkan secara ekonomis. 
Stek Batang 
dan stek tunas
Cara ini tidak biasa dilakukan
karena lebih rumit dan memakan 
waktu lebih lama. 
Bahan tanaman yang akan
diambil stek batang/tunasnya
harus ditanam di dalam pot. 
Pengambilan stek baru dapat
dilakukan jika tanaman telah
berumur 1-1,5 bulan dengan
tinggi 25-30 cm. 
Stek disemaikan di persemaian. 
Apabila bibit menggunakan hasil 
stek batang atau tunas daun,
ambil dari tanaman yang sehat 
dan baik pertumbuhannya. 
e. Pedoman Teknis Budidaya 
Pengolahan Media Tanam
Lahan dibajak sedalam 30-40 cm 
sampai gembur benar supaya
perkembangan akar dan
pembesaran umbi berlangsung
optimal.
Kemudian tanah dibiarkan
selama 2 minggu sebelum dibuat 
bedengan.
Pada lahan datar, sebaiknya
dibuat bedengan memanjang ke 
arah Barat-Timur agar
memperoleh sinar matahari
secara optimal, sedang pada
lahan berbukit arah bedengan
dibuat tegak lurus kimiringan
tanah untuk mencegah erosi. 
Lebar bedengan 70 cm (1 jalur 
tanaman)/140 cm (2 jalur
tanaman), tinggi 30 cm dan jarak 
antar bedengan 30 cm. 
Lebar dan jarak antar bedengan 
dapat diubah sesuai dengan
varietas kentang yang ditanam. 
Di sekeliling petak bedengan
dibuat saluran pembuangan air 
sedalam 50 cm dan lebar 50 cm.
Teknik Penanaman
Pemupukan Dasar
- Pupuk dasar organik
berupa kotoran ayam 10 
ton/ha, kotoran kambing
sebanyak 15 ton/ha atau 
kotoran sapi 20 ton/ha
diberikan pada
permukaan bedengan
kurang lebih seminggu
sebelum tanam,
dicampur pada tanah
bedengan atau diberikan 
pada lubang tanam.
- Pupuk anorganik berupa 
SP-36=400kg/ha.
Cara Penanaman
Penyedian bibit
Bibit yang diperlukan jika
memakai jarak tanam 70 x 30 cm 
adalah 1.300-1.700 kg/ha
dengan anggapan umbi bibit
berbobot sekitar 30-45 gram. 
Pengaturan jarak tanam dan 
waktu tanam
Jarak tanam kentang tergantung
pada jenis varietasnya. Misalnya
varietas Dimanat dan LCB jarak
tanamnya 80 x 40 sedangkan
varietas lain 70 x 30 cm.
Waktu tanam yang tepat adalah 
diakhir musim hujan pada bulan 
April-Juni, jika lahan memiliki
irigasi yang baik/sumber air,
maka kentang dapat ditanam
dimusim kemarau. 
Sebaiknya tidak menanam
kentang pada musim hujan, dan 
penanaman yang baik jika
dilakukan dipagi/sore hari.
Pembuatan lubang tanam, dan 
mulsa
Lubang tanam dibuat dengan
kedalaman 8-10 cm. Bibit
dimasukkan ke lubang tanam,
ditimbun dengan tanah dan
tekan tanah di sekitar umbi. Bibit
akan tumbuh sekitar 10-14 hst.
Mulsa jerami perlu dihamparkan 
di bedengan jika kentang
ditanam di dataran medium. 
Pemeliharaan
Penyulaman
Untuk mengganti tanaman yang 
kurang baik, maka dilakukan
penyulaman. Penyulaman dapat 
dilakukan setelah tanaman
berumur 15 hari. Bibit sulaman 
merupakan bibit cadangan yang 
telah disiapkan bersamaan
dengan bibit produksi.
Penyulaman dilakukan dengan
cara mencabut tanaman yang
mati/kurang baik tumbuhnya dan 
ganti dengan tanaman baru pada 
lubang yang sama.
Penyiangan
Lakukan penyiangan secara
kontinyu dan sebaiknya
dilakukan 2-3 hari
sebelum/bersamaan dengan
pemupukan susulan dan
penggemburan. Jadi penyiangan 
dilakukan minimal dua kali
selama masa penanaman.
Penyiangan harus dilakukan
pada fase kritis yaitu vegetatif
awal dan pembentukan umbi. 
Pemangkasan Bunga
Pada varietas kentang yang
berbunga sebaiknya dipangkas
untuk mencegah terganggunya
proses pembentukan umbi,
karena terjadi perebutan unsur
hara untuk pembentukan umbi
dan pembungaan.
Pemupukan
Selain pupuk organik, maka
pemberian pupuk anorganik juga 
sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. 
Pupuk yang biasa diberikan Urea 
dengan dosis 330 kg/ha, TSP
dengan dosis 400 kg/ha
sedangkan KCl 200 kg/ha. 
Secara keseluruhan pemberian
pupuk organik dan anorganik
adalah sebagai berikut:
a. Pupuk kandang: saat
tanam 15.000-20.000 kg.
b. Pupuk anorganik
1. Urea/ZA: 21 hari
setelah tanam
165/350 kg dan
45 hari setelah
tanam 165/365
kg.
2. SP-36: saat
tanam 400 kg.
3. KCl: 21 hari
setelah tanam
100 kg dan 45
hari setelah
tanam 100 kg.
c. Pupuk cair: 7-10 hari
sekali dengan dosis
sesuai anjuran. 
Pupuk anorganik diberikan ke
dalam lubang pada jarak 10 cm 
dari batang tanaman kentang. 
Pengairan
Tanaman kentang sangat peka 
terhadap kekurangan air.
Pengairan harus dilakukan
secara rutin tetapi tidak
berlebihan.
Pemberian air yang cukup
membantu menstabilkan
kelembaban tanah sebagai
pelarut pupuk. Selang waktu 7 
hari sekali secara rutin sudah
cukup untuk tanaman kentang. 
Pengairan dilakukan dengan
cara disiram dengan
gembor/ember/atau dengan
mengairi selokan sampai areal
tanaman lembab (sekitar 15-20
menit).
Hama dan Penyakit
Hama
a. Ulat grayak (Spodoptera
litura)
Gejala: ulat menyerang
daun dengan memakan
bagian epidermis dan
jaringan hingga habis
daunnya. Pengendalian:
(1) mekanis dengan
memangkas daun yang
telah ditempeli telur; (2) 
kimia dengan Azordin,
Diazinon 60 EC,
Sumithion 50 EC. 
b. Kutu daun (Aphis Sp)
Gejala: kutu daun
menghisap cairan dan
menginfeksi tanaman,
juga dapat menularkan
virus bagi tanaman
kedelai. Pengendalian:
dengan cara memotong
dan membakar daun
yang terinfeksi,
menyemprotkan Roxion
40 EC, Dicarzol 25 SP.
c. Orong-orong (Gryllotalpa
Sp) Gejala: menyerang
umbi di kebun, akar,
tunas muda dan tanaman 
muda. Akibatnya
tanaman menjadi peka
terhadap infeksi bakteri.
Pengendalian:
menggunakan tepung
Sevin 85 S yang
dicampur dengan pupuk 
kandang.
d. Hama penggerek umbi
(Phtorimae poerculella
Zael)
Gejala: pada daun yang 
berwarna merah tua dan 
terlihat adanya jalinan
seperti benang yang
berwarna kelabu yang
merupakan materi
pembungkus ulat. Umbi
yang terserang bila
dibelah, akan terlihat
adanya lubang-lubang
karena sebagian umbi
telah dimakan.
Pengendalian: secara
kimia menggunakan
Selecron 500 EC, Ekalux 
25 EC, Orthene &5 SP, 
Lammnate L. 
e. Hama trip (Thrips tabaci).
Gejala: pada daun
terdapat bercak-bercak
berwarna putih,
selanjutnya berubah
menjadi abu-abu perak
dan kemudian
mengering. Serangan
dimulai dari ujung-ujung
daun yang masih muda. 
Pengendalian: (1) secara 
mekanis dengan cara
memangkas bagian daun 
yang terserang; (2)
secara kimia
menggunakan Basudin
60 EC, Mitac 200 EC,
Diazenon, Bayrusil 25 EC 
atau Dicarzol 25 SP.
Penyakit
a. Penyakit busuk daun
Penyebab: jamur
Phytopthora infestans.
Gejala: timbul bercak￾bercak kecil berwarna
hijau kelabu dan agak
basah, lalu bercak-bercak
ini akan berkembang dan 
warnanya berubah
menjadi coklat sampai
hitam dengan bagian tepi 
berwarna putih yang
merupakan sporangium.
Selanjutnya daun akan
membusuk dan mati.
Pengendalian:
menggunakan Antracol
70 WP, Dithane M-45,
Brestan 60, Polyram 80
WP, Velimek 80 WP dan 
lain-lain.
b. Penyakit layu bakteri
Penyebab: bakteri
Pseudomonas
solanacearum. Gejala:
beberapa daun muda
pada pucuk tanaman layu 
dan daun tua, daun
bagian bawah
menguning.
Pengendalian: dengan
cara menjaga sanitasi
kebun, pergiliran
tanaman.
Pemberantasan secara
kimia dapat menggunkan 
bakterisida, Agrimycin atu 
Agrept 25 WP.
c. Penyakit busuk umbi
Penyebab: jamur
Colleotrichum coccodes.
Gejala: daun menguning 
dan menggulung, lalu
layu dan kering. Pada
bagian tanaman yang
berada dalam tanah
terdapat bercak-bercak
berwarna coklat. Infeksi
akan menyebabkan akar 
dan umbi muda busuk.
Pengendalian: dengan
cara pergiliran tanaman , 
sanitasi kebun dan
penggunaan bibit yang
baik.
d. Penyakit fusarium 
Penyebab: jamur
Fusarium sp. Gejala:
infeksi pada umbi
menyebabkan busuk
umbi yang menyebabkan 
tanaman layu. Penyakit
ini juga menyerang
kentang di gudang
penyimpanan. Infeksi
masuk melalui luka-luka
yang disebabkan
nematoda/faktor
mekanis. Pengendalian:
dengan menghindari
terjadinya luka pada saat 
penyiangan dan
pendangiran.
Pengendalian kimia
dengan Benlate. 
e. Penyakit bercak kering
(Early Blight)
Penyebab: jamur
Alternaria solani. Jamur
hidup disisa tanaman
sakit dan berkembang
biak di daerah kering.
Gejala: daun terinfeksi
berbercak kecil yang
tersebar tidak teratur,
berwarna coklat tua, lalu 
meluas ke daun muda.
Permukaan kulit umbi
berbercak gelap tidak
beraturan, kering,
berkerut dan keras.
Pengendalian: dengan
pergiliran tanaman.
f. Penyakit karena virus
Virus yang menyerang
adalah: (1) Potato Leaf
Roll Virus (PLRV)
menyebabkan daun
menggulung; (2) Potato
Virus X (PVX)
menyebabkan mosaik
laten pada daun; (3)
Potato Virus Y (PVY)
menyebabkan mosaik
atau nekrosis lokal; (4)
Potato Virus A (PVA)
menyebabkan mosaik
lunak; (5) Potato Virus M 
(PVM) menyebabkan
mosaik menggulung; (6)
Potato Virus S (PVS)
menyebabkan mosaik
lemas. Gejala: akibat
serangan, tanaman
tumbuh kerdil, lurus dan
pucat dengan umbi kecil￾kecil/tidak menghasilkan
sama sekali; daun
menguning dan jaringan 
mati. Penyebaran virus 
dilakukan oleh peralatan 
pertanian, kutu daun
Aphis spiraecola, A.
gossypii dan Myzus
persicae, kumbang
Epilachna dan Coccinella 
dan nematoda.
Pengendalian: tidak ada 
pestisida untuk
mengendalikan virus,
pencegahan dan
pengendalian dilakukan
dengan menanam bibit
bebas virus,
membersihkan peralatan, 
memangkas dan
membakar tanaman
sakit, memberantas
vektor dan pergiliran
tanaman.
f. Panen dan Pascapanen
Panen
Ciri dan Umur Panen
Umur panen pada tanaman
kentang berkisar antara 90-180
hari, tergantung varietas
tanaman.
Pada varietas kentang genjah,
umur panennya 90-120 hari;
varietas medium 120-150 hari;
dan varietas dalam 150-180 hari.
Secara fisik tanaman kentang
sudah dapat dipanen apabila
daunnya telah berwarna
kekuning-kuningan yang bukan
disebabkan serangan penyakit;
batang tanaman telah berwarna 
kekuningan dan agak
mengering.
Selain itu tanaman yang siap
panen kulit umbi akan lekat
sekali dengan daging umbi, kulit 
tidak cepat mengelupas bila
digosok dengan jari.
Cara Panen
Waktu memanen sangat
dianjurkan dilakukan pada waktu 
sore hari/pagi hari dan dilakukan 
pada saat hari cerah. Cara
memanen yang baik adalah
sebagai berikut: cangkul tanah
disekitar umbi kemudian angkat 
umbi dengan hati hati dengan
menggunakan garpu tanah. 
Setelah itu kumpulkan umbi
ditempat yang teduh. Hindari
kerusakan mekanis waktu
panen.
Prakiraan Produksi
a. Granola/Atlantis: produksi 
35-40 ton/ha.
b. Red Pontiac: produksi 15 
ton/ha.
c. Desiree: produksi 18
ton/ha.
d. DTO: produksi 20 ton/ha.
e. Klon no. 17: produksi 30-
40 ton/ha.
Standar Produksi 
Standar ini meliputi klasifikasi
dan syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara
pengujian contoh, syarat
penandaan dan pengemasan.
Kentang yang segar adalah umbi 
batang dari tanaman kentang
dalam keadaan utuh bersih dan 
segar, sesuai dengan SNI-01-
3175-1992
Klasifikasi dan Standar Mutu
Menurut ukuran berat, kentang 
segar digolongkan dalam:
a) Kecil: 50 gram kebawah.
b) Sedang: 51-100 gram.
c) Besar: 101-300 gram.
d) Sangat besar: 301 gram ke
atas.
Menurut jenis mutunya kentang 
segar digolongkan dalam 2 jenis 
mutu, yaitu mutu I dan mutu II.
a) Keseragaman warna dan
bentuk: mutu I=seragam;
mutu II=seragam.
b) Keseragaman ukuran: mutu
I=seragam; mutu
II=seragam.
c) Kerataan permukaan
kentang: mutu I=rata; mutu
II=tidak disyaratkan.
d) Kadar kotor (bobot/bobot):
mutu I=maksimum 2,5%;
mutu II=maksimum 2,5%.
e) Kentang cacat (bobot/bobot): 
mutu I=maksimum 5%; mutu 
II=maksimum 10%.
f) Ketuaan kentang: mutu
I=tua; mutu II=cukup tua.
Untuk mendapatkan hasil
kentang yang sesuai dengan
standar maka dilakukan
pengujian yang meliputi:
a. Penentuan keseragaman
ukuran kentang
Timbang seluruh
cuplikan, kemudian
timbang tiap butir dalam 
cuplikan. Pisahkan butir￾butir yang beratnya
diatas/dibawah ukuran
berat yang telah
ditentukan dan
timbanglah semuanya.
Bila presentase berat
butir yang diatas/dibawah 
ukuran berat masing￾masing sama/kurang dari 
5% maka contoh
dianggap seragam.
b. Penentuan kerataan
permukaan kentang
Timbang seluruh cuplikan 
dan ukur benjolan yang
terdapat pada tiap butir
dalam cuplikan. Pisahkan 
butir-butir cuplikan yang
mempunyai benjolan
lebih dari 1 cm
sama/kurang dari 10%
jumlah cuplikan maka
cuplikan dianggap
mempunyai permukaan
rata.
c. Penentuan kadar kotoran
Timbanglah sampai
mendekati 0,1 gram
sebanyak lebih kurang
500 gram cuplikan dalam 
wadah yang telah ditera 
sebelumnya dan tuanglah 
kedalalam sebuah bak
kayu yang disediakan
khusus untuk itu. Pilihlah
kotoran-kotoran dan
timbanglah berat masing￾masing.
d. Penentuan cacat pada
kentang segar
Timbang seluruh cuplikan 
dan tentukan butir-butir
kentang yang cacat.
Pisahkan butir-butir yang 
cacat dan timbanglah
semuanya. Bila
presentase berat butir￾butir yang cacat
sama/kurang dari 50%,
maka cuplikan dianggap 
Mutu I dan bila
sama/kurang dari 10%
maka cuplikan dianggap 
Mutu II.
e. Penentuan ketuaan pada 
kentang segar
Timbanglah seluruh
cuplikan dan tentukan
butir contoh yang
tua/cukup tua. Pisahkan
butir yang tua/cukup tua 
dan timbanglah
semuanya. Bila
presentase berat butir
contoh yang kulitnya
mengelupas beratnya
lebih dari ¼ bagian
permukaannya
sama/kurang dari 5%,
maka cuplikan dianggap 
tua dan bila sama/kurang 
dari 10%, maka cuplikan 
dianggap cukup tua. 
Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari 
jumlah kemasan seperti terlihat 
berikut ini. Tiap kemasan diambil 
contoh sebanyak 10 kg dari
bagian atas, tengah dan bawah. 
Contoh tersebut dicampur
merata tanpa menimbulkan
kerusakan, kemudian dibagi
menjadi empat dan dua bagian 
diambil secara diagonal.
Cara ini dilakukan beberapa kali 
sampai contoh mencapai 10 kg.
b) Untuk jumlah kemasan 
dalam lot 1 sampai 3, 
contoh yang diambil
semua.
c) Untuk jumlah kemasan 
dalam lot 4 sampai 25, 
contoh yang diambil 3.
d) Untuk jumlah kemasan 
dalam lot 26 sampai 50, 
contoh yang diambil 6.
e) Untuk jumlah kemasan 
dalam lot 51 sampai
100, contoh yang
diambil 8.
f) Untuk jumlah kemasan
dalam lot 101 sampai
150, contoh yang
diambil 10.
g) Untuk jumlah kemasan 
dalam lot 151 sampai
200, contoh yang
diambil 12.
h) Untuk jumlah kemasan 
dalam lot 201 atau
lebih, contoh yang
diambil 15.
Petugas pengambil contoh harus 
memenuhi syarat yaitu orang
yang berpengalaman atau dilatih 
lebih dahulu dan mempunyai
ikatan dengan badan hukum.
Pengemasan
Kentang dikemas dengan
keranjang atau bahan lain
dengan berat netto maksimum
80 kg dan ditutup dengan
anyaman bambu kemudian diikat 
dengan tali rotan/bahan lain. Isi 
kemasan tidak melebihi
permukaan.
Di dalam keranjang atau
kemasan diberi label yang
bertuliskan :
- Nama barang.
- Jenis mutu.
- Nama/kode
perusahaan/eksportir.
- Berat netto.
- Produksi Indonesia.
- Negara/tempat tujuan
Teknik Budidaya 
Tomat
a. Deskripsi
Tanaman tomat merupakan
tanaman perdu semusim,
berbatang lemah dan basah.
Daunnya berbentuk segitiga.
Bunganya berwarna kuning. 
Buahnya buah buni, hijau waktu 
muda dan kuning atau merah
waktu tua. Berbiji banyak,
berbentuk bulat pipih, putih atau 
krem, kulit biji berbulu. 
Perbanyakan dengan biji
kadang-kadang dengan setek
batang cabang yang telah tua.
Tomat umumnya dibudidayakan 
pada lahan kering atau pada
lahan sawah. 
Tanaman ini tidak membutuhkan 
persyaratan khusus, akan tetapi 
menghendaki tanah yang
gembur.
Tanaman ini dapat
dibudidayakan secara
monokultur maupun dengan
sistem multiple cropping.
b.Varietas Tomat
Jenis-jenis Tomat
- Tomat biasa
(lycopersicum commune) 
buahnya bulat pipih,
lunak, bentuknya tidak
teratur.
- Tomat Apel
(Lycopersicum pyriforme)
buah bulat, kuat dan
sedikit keras seperti buah 
apel, tumbuh baik di
dataran tinggi 
- Tomat kentang
(Lycopersicum
grandifolium) buah bulat, 
padat, lebih besar dari
tomat apel, daun lebar
agak rimbun.
Beberapa varietas tomat yang
sekarang sedang dikembangkan 
adalah sebagai berikut:
Mirah
x Potensi hasil 30-35
ton/ha
x Rasa manis masam 
x Buah bulat agak lonjong 
x Umur panen 55-59 hari 
x Cocok untuk dataran 
rendah
x Daya simpan 8 hari 
x Toleran terhadap 
penyakit layu bakteri 

Opal
x Potensi hasil 30-50
ton/ha
x Rasa manis masam 
x Buah lonjong 
x Umur panen 58-61 hari 
x Cocok untuk dataran 
rendah
x Daya simpan 9 hari 
x Toleran terhadap 
penyakit layu bakteri 
Zamrud
x Potensi hasil 30-45
ton/ha
x Rasa manis asam 
x Buah bulat 
x Umur panen 59-61 hari 
x Daya simpan 8 hari 
x Cocok untuk dataran 
rendah
x Toleran terhadap 
penyakit layu bakteri 
c.Manfaat
Tomat termasuk sayuran buah
yang sangat digemari. Banyak
sekali penggunaan buah tomat, 
antara lain sebagai bumbu
sayur, lalap, makanan yang
diawetkan (saus tomat), buah
segar, atau minuman (juice). 
Selain itu, buah tomat banyak
mengandung vitamin A, Vitamin 
C, dan sedikit vitamin B.
d. Syarat Tumbuh
Tomat secara umum dapat
ditanam di dataran rendah,
medium, dan tinggi, tergantung
varietasnya.
Namun, kebanyakan varietas
tomat hasilnya lebih memuaskan 
apabila ditanam di dataran tinggi 
yang sejuk dan kering sebab
tomat tidak tahan panas terik
dan hujan. 
Suhu optimal untuk
pertumbuhannya adalah 23°C
pada siang hari dan 17°C pada
malam hari. 
Tanah yang dikehendaki adalah 
tanah bertekstur liat yang banyak 
mengandung pasir. Dan, akan
lebih disukai bila tanah itu
banyak mengandung humus,
gembur, sarang, dan
berdrainase baik. Sedangkan
keasaman tanah yang ideal
untuk pertumbuhannya adalah 
pada pH netral, yaitu sekitar 6-7.
Pedoman Budidaya
Bibit dan Persemaian 
Benih tomat dapat langsung
diperoleh dari suplier atau
disiapkan sendiri. 
Sebetulnya menyiapkan sendiri
benih tomat yang baik tidaklah 
terlalu sukar. Caranya adalah
sebagai berikut:
1. Buah tomat dipilih yang
sehat, tidak cacat, dan
matang penuh dari
varietas yang unggul.
Buah yang telah dipilih
selanjutnya diperam
selama tiga hari sampai
warna buah berubah
menjadi merah gelap dan 
lunak. Kemudian bijinya
dikeluarkan bersama
lendirnya.
2. Biji beserta lendir
difermentasi selama 3
hari sampai lendir dan
airnya terpisah dari biji.
3. Biji yang telah terpisah
tadi segera dicuci dan
dijemur selama kurang
lebih 3 hari atau hingga 
kadar airnya kurang lebih 
6%.
4. Biji yang telah kering
dapat langsung disemai
atau disimpan. 
Bila telah diperoleh, sebaiknya
benih disemaikan dahulu
sebelum ditanam pada
bedengan yang tetap. 
Bedengan persemaian dibuat
dengan ukuran lebar antara 0,8-
1,2 m dengan panjang sekitar 2-
3 m, dan tinggi sekitar 20-25 cm. 
Jarak antarbarisan adalah 5 cm. 
Bedengan yang telah dibentuk
diberi pupuk kandang seminggu 
sebelum tanam sebanyak 5 kg 
per m2 dan pupuk Urea dua hari 
sebelum tanam sebanyak 30 g 
per m2
.
Setelah bedengan persemaian
siap diolah, bibit tomat dapat
segera disebar. 
Untuk satu ha pertanaman,
benih yang dibutuhkan adalah
sekitar 300 - 400 gram. Pada 
persemaian diberi lindungan
yang dapat berupa atap rumbia 
atau pelepah pisang. 
Persemaian disiram setiap pagi 
dan sore. Bila bibit telah
mencapai tinggi antara 7-10 cm, 
yaitu dalam waktu 2 minggu
setelah disebar, bibit itu dapat
segera dipindahkan ke tempat
penyapihan.
Penyapihan berguna untuk
menyeleksi bibit yang bagus dan 
sebagai latihan hidup bagi
tanaman muda. Tempat
penyapihan dapat berupa
polybag atau bumbung dari
pelepah pisang. Bibit dibiarkan di 
tempat penyapihan sampai
berumur 1 bulan dengan tinggi 
sekitar 15 cm dan telah berhelai 
daun 3 atau 4. Setelah itu,
tanaman dapat dipindahkan ke
tempat penanaman yang tetap. 
Sebelum penanaman dilakukan, 
sebaiknya lahan disiapkan
dahulu. Lahan yang telah dipilih 
segera diolah. Guna mencegah 
nematoda yang merugikan, kita 
dapat memberikan Nemagon
sebagai fumigan tanah 2 atau 3 
minggu sebelum tanam.
Kemudian lahan itu dibuat
bedengan dengan lebar antara 
1,4-1,6 meter dan jarak antar
bedengan sekitar 20 cm. Lubang 
penanaman segera dibuat di
atas bedengan itu dengan luas 
sekitar 15-20 cm sedalam 70-80
cm.
Agar tanah cukup subur, perlu 
ditambahkan pupuk kandang
sebanyak 0,5-1 kg untuk setiap 
lubang. Banyaknya pupuk
kandang untuk 1 ha lahan
adalah sekitar 20-30 ton. Lahan 
yang telah diolah sebaiknya
didiamkan dahulu selama 1
bulan agar diperoleh cukup sinar 
matahari, kemudian barulah
digunakan.
Selanjutnya bibit yang telah
disapih ditanam pada bedengan
yang telah disiapkan dengan
jarak antartanaman sekitar 50-60
cm.
Setiap bedengan berisi dua baris 
tanaman. Sehingga setiap ha
lahan dapat ditanami sebanyak 
20.900-28.600 bibit.
f.Teknik Pemeliharaan Tomat
Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam
pemeliharaan tanaman tomat,
yaitu:
Penyiraman
Penyiraman dilakukan bila
selama pertumbuhan tanaman
jatuh pada musim kemarau yang 
berkepanjangan (sesuai dengan 
kebutuhan). Hal ini dilakukan
secara hati-hati agar tanaman
tidak rusak dan diusahakan
penyiraman tanaman pada pagi 
dan sore hari. 
Pemupukan
Pupuk yang diperlukan untuk
tanaman tomat adalah : 
a. Pupuk kandang dengan
dosis 10-20 ton per
hektar atau 0,5-1 kg per 
tanaman, yang diberikan 
seminggu sebelum
tanam.
b. Untuk pupuk TSP
dengan dosis 2,5 - 3
kwintal per hektar atau
10-15 gram per tanaman, 
yang diberikan seminggu 
sebelum tanam. 
c. Pupuk Urea diberikan
bersamaan saat tanam
dengan dosis 1 kwintal
per hektar atau 4-5 gram 
per tanaman. Sedangkan 
pemupukan Urea untuk
susulan dilakukan 4
minggu setelah
pemupukan pertama
dengan dosis sama
seperti pemupukan
pertama.
d. Cara pemberian pupuk
baik pupuk dasar
maupun susulan, yaitu
diletakkan melingkar di
sekeliling tanaman
dengan jarak 10-15 cm,
kenudian ditutup dengan 
tanah.
e. Pemupukan dilakukan
pada saat awal atau akhir 
musim hujan dan juga
disesuaikan dengan
tingkat kesuburan tanah
setempat.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan bila ada 
tanaman yang mati atau
pertumbuhannya kurang baik,
dan diusahakan agar bibit
tanaman pengganti harus subur 
pertumbuhannya serta masih
seumur dengan tanaman yang
diganti.
Penyiangan dan Pembumbunan
Penyiangan dan pembubunan
dilakukan secara bersamaan
setelah tanaman berumur kira￾kira 1 bulan, yaitu dengan cara 
membabat atau mencabut
rerumputan, kemudian tanah di
sekitar tanaman dibumbun pada 
tanaman.
Pemberian Mulsa
Pemberian mulsa utuk menjaga 
agar tanah tetap gembur,
mengurangi penguapan, dan
menekan pertumbuhan
rerumputan.
Mulsa yang digunakan yaitu
sisa-sisa tanaman atau rumpur￾rumput kering. Caranya yaitu
mulsa diletakkan di 
Pengajiran
Pengajiran untuk menghindari
agar tanaman tomat tidak rebah 
dan memudahkan pemeliharaan. 
Ajir dipasang pada saat tanaman 
berumur 1 bulan atau tanaman 
mencapai tinggi kira-kira 40 cm. 
Ajir dapat digunakan seperti
banbu atau tali. 
Pemangkasan
Pemangkasan dimaksudkan
agar dapat diperoleh buah yang 
besar dan cepat masak.
Pemangkasan dilakukan sekali
atau dua kali sebulan yaitu
dengan cara memangkas bagian 

pucuk atau cabang ketiga pada 
batang pokok, atau cabang
kelima pada kedua cabang yang 
dibiarkan hidup. Pemangkasan
tanaman tomat dapat dilakukan 
dengan dua cara yaitu
pemangkasan tunas muda dan
pemangkasan batang. Tanaman 
tomat yang telah mempunyai
lima dompolan buah harus
dipotong pucuk batangnya dan 
tunas-tunasnya agar buah dapat 
menjadi besar dan cepat masak. 
Tinggalkan dua atau tiga tunas 
yang berada di samping atau di 
sebelah bawah dompolan buah 
yang kelima itu. 
Dompolan yang berdaun atau
berbuah lebih perlu dipangkas
dan dipetik agar tomat yang
dikehendaki (lima dompolan)
tidak terhalang pertumbuhannya.
Hama dan Penyakit
Adapun jenis hama dan penyakit 
yang sering menyerang tanaman 
tomat yaitu : 
Hama
- Ulat tanah coklat:
Kumpulkan larva,
kemudian musnahkan
atau disemprot dengan
Diptrek 95 SL atau
Dusban 20 EC, dengan 
dosis 0,1 %. 
- Ulat buah: Semprot
dengan Diazinon 60 EC, 
dengan dosis 0,2 %. 
Penyakit dan Jenis Penyakit
Pengendalian
- Penyakit Lanas: Cabut
dan buang tanaman yang 
terserang
- Rhizoetonia dan Phytium 
sp.: Semprot dengan
Dithane M -45 0,2%.
 Panen dan Pasca Panen
Panen tomat dilakukan sesuai
dengan tujuan pemasarannya
sehingga perlu diperhitungkan
lama perjalanan sampai ke
tempat tujuan. 
Sebaiknya tomat berada di
pasaran pada saat masak
penuh, tetapi tidak boleh terlalu 
masak karena akan busuk. 
Pada saat masak penuh itulah 
tomat memperlihatkan
penampilannya yang terbaik. 
Jika tujuan pemasaran adalah
pasar lokal yang jaraknya tidak 
begitu jauh, dapat ditempuh
dalam beberapa jam, panen
sebaiknya dilakukan sewaktu
buah masih berwarna kekuning￾kuningan.
Sedangkan untuk pemasaran ke 
tempat yang jauh atau untuk di 
ekspor, buah sebaiknya dipetik 
sewaktu masih berwarna hijau,
tetapi sudah tua benar. Atau 8-
10 hari sebelum menjadi masak 
(berwarna merah). 
Umur petik tergantung varietas
tomat yang ditanam dan kondisi 
tanaman.
Umumnya buah tomat dapat
dipanen pertama pada waktu
berumur 2 atau 3 bulan setelah 
tanam.
Panen dilakukan beberapa kali, 
yaitu antara 10-15 kali pemetikan 
buah dengan selang 2-3 hari
sekali.
Pemetikan dapat dilakukan pagi 
atau sore hari. Dan, diusahakan 
buah yang dipetik tidak jatuh
atau terluka. 
Karena hal ini dapat menurunkan 
kualitas dan dapat menjadi
sumber masuknya bibit penyakit.
Teknik Budidaya Cabai
a.   
Cabe (Capsicum Annum var
longum) merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang
memiliki nilai ekonomi penting di 
Indonesia.
Cabe merupakan tanaman perdu 
dari famili terong-terongan yang 
memiliki nama ilmiah Capsicum 
sp. Cabe berasal dari benua
Amerika tepatnya daerah Peru
dan menyebar ke negara-negara
benua Amerika, Eropa dan Asia 
termasuk Negara Indonesia.
Tanaman cabe banyak ragam
tipe pertumbuhan dan bentuk
buahnya. Diperkirakan terdapat
20 spesies yang sebagian besar 
hidup di Negara asalnya.
Masyarakat pada umumnya
hanya mengenal beberapa jenis 
saja, yakni Cabe besar, cabe
keriting, cabe rawit dan paprika.
Secara umum cabe memiliki
banyak kandungan gizi dan
vitamin. Diantaranya Kalori,
Protein, Lemak, Kabohidarat,
Kalsium, Vitamin A, B1 dan
Vitamin C.
Selain digunakan untuk
keperluan rumah tangga, cabe
juga dapat digunakan untuk
keperluan industri diantaranya,
Industri bumbu masakan, industri 
makanan dan industri obat￾obatan atau jamu.
Buah cabe ini selain dijadikan 
sayuran atau bumbu masak juga 
mempunyai kapasitas
menaikkan pendapatan petani.
Disamping itu tanaman ini juga 
berfungsi sebagai bahan baku 
industri, yang memiliki peluang 
eksport, membuka kesempatan
kerja.
Gambar 97 Tanaman cabe
b. Jenis-jenis cabe
Saat ini telah banyak benih cabe 
hibrida yang beredar di pasaran 
dengan nama varietas yang
beraneka ragam dengan
berbagai keunggulan yang
dimiliki.
Beberapa jenis cabe yang telah 
dirilis adalah: Jet set, Arimbi,
Buana 07, Somrak, Elegance
081, Horison 2089, Imperial 308 
dan Emerald 2078. 
Dan untuk cabe hibrida keriting 
diantaranya, Papirus, CTH 01,
Kunthi 01, Sigma, Flash 03,
Princess 06 dan Helix 036, dan 
untuk cabe rawit hibrida adalah 
Discovery.
Tanjung-1
x Potensi hasil 18 ton/ha
x Warna buah merah 
x Panjang buah 10 cm 
x Cocok untuk dataran 
rendah
x Toleran terhadap hama 
pengisap daun 
Tanjung-2
x Potensi hasil 12 ton/ha 
x Cocok untuk dataran 
rendah
Lembang-1
x Potensi hasil 9 ton/ha 
x Cocok untuk dataran 
tinggi
c.Syarat Tumbuh 
Tanah
- Tanah berstruktur remah/ 
gembur dan kaya akan
bahan organik.
- Derajat keasaman (PH)
tanah antara 5,5 - 7,0
- Tanah tidak becek/ ada 
genangan air
- Lahan pertanaman
terbuka atau tidak ada
naungan.
Iklim
- Curah hujan 1500-2500
mm pertahun dengan
distribusi merata.
- Suhu udara 16° - 32 ° C
- Saat pembungaan
sampai dengan saat
pemasakan buah,
keadaan sinar matahari
cukup (10 - 12 jam).
d.Pedoman Teknis Budidaya 
Penyiapan Benih
Benih cabe dapat dibuat sendiri 
dengan cara sebagai berikut:
- Pilih buah cabe yang
matang (merah)
- Bentuk sempurna, segar
- Tidak cacat dan tidak
terserang penyakit. 
- Kemudian keluarkan
bijinya dengan mengiris
buah secara memanjang
- Cuci biji lalu dikeringkan. 
- Kemudian pilih biji yang 
bentuk, ukuran dan
warna seragam,
permukaan kulit bersih,
tidak keriput dan tidak
cacat.
Bila kesulitan membuat sendiri, 
benih cabe dapat dibeli di toko 
pertanian setempat.
Benih yang akan ditanam
diseleksi dengan cara merendam 
dalam air, biji yang terapung
dibuang.
Persemaian
Sebelum tanam di tempat
permanen, sebaiknya benih
disemai dulu dalam wadah
semai yang dapat berupa bak
plastik atau kayu dengan
ketebalan sekitar 10 cm yang
dilubangi bagian dasarnya untuk 
pengaturan air(drainase). 
Persiapannya adalah sebagai
berikut:
1. Isikan dalam wadah
semai media berupa
tanah pasir, dan pupuk
kandang dengan
perbandingan 1 : 1.
Untuk menghilangkan
gangguan hama berikan
Curater 3 G takaran 10
10 gr/m2
. Media ini
disiapkan 1 minggu
sebelum penyemaian
benih.
2. Benih yang akan
ditanam, sebelumnya
direndam dalam air
hangat (50 derajat
Celcius) selama
semalam. Lebih baik lagi 
bila diberi zat pengatur
tumbuh seperti Atonik.
3. Tebarkan benih secara
merata di media
persemaian, bila mungkin 
beri jarak antar benih 5 x 
5 cm sehingga waktu
tanaman
dipindah/dicabut, akarnya
tidak rusak. Usahakan
waktu benih ditanam
diatasnya ditutup selapis 
tipis tanah. Kemudian
letakkan wadah semai
tersebut di tempat teduh 
dan lakukan penyiraman 
secukupnya agar media
semai tetap lembab.
Pembibitan
1. Benih yang telah
berkecambah atau bibit
cabe umur 10-14 hari
(biasanya telah tumbuh
sepasang daun) sudah
dapat dipindahkan ke
tempat pembibitan.
2. Siapkan tempat
pembibitan berupa
polybag ukuran 8 x 9 cm 
atau bumbungan dari
bahan daun pisang
sehingga lebih murah
harganya. Masukkan ke
dalamnya campuran
tanah, pasir dan pupuk
kandang serta
tambahkan Curater 3 G.
3. Pindahkan bibit cabe ke 
wadah pembibitan
dengan hati-hati. Pada
saat bibit ditanam di
bumbungan, tanah di
sekitar akar tanaman
ditekan-tekan agar sedikit 
padat dan bibit berdiri
tegak. Letakkan bibit di
tempat teduh dan sirami
secukupnya untuk
menjaga kelembabannya.
Pembibitan ini bertujuan untuk
meningkatkan daya adaptasi dan 
daya tumbuh bibit pada saat
pemindahan ke tempat terbuka 
di lapangan atau pada polybag 
Pemindahan bibit baru dapat
dilakukan setelah berumur 30-40
hari.
Persiapan Media Tanam
 dalam Polybag
1. Siapkan polybag tempat
penanaman yang berlubang 
kiri kanannya untuk
pengaturan air.
2. Masukkan media tanam ke
dalamnya berupa campuran
tanah dengan pupuk
kandang 2 : 1 sebanyak 1/3 
volume polybag. Tambahkan 
Furadan atau Curater 3G 2-
4 gr/tanaman untuk
mematikan hama
pengganggu dalam media
tanah.
3. Masukkan campuran tanah
dan pupuk kandang ke
dalam polybag setinggi 1/3
nya.
4. Tambahkan pupuk buatan
sebagai pupuk dasar yaitu 10 
gr SP 36, 5 gr KCl dan 1/3 
bagian dari campuran 10 gr 
Urea + 20 gr ZA per tanaman 
(2/3 bagiannya untuk pupuk 
susulan). Kemudian siram
dengan air agar pupuk larut
dalam tanah. 
Penanaman di Lapangan
- Siapkan bedengan yang
dicampur dengan pupuk 
kandang
- Jika pH tanah rendah (4-
5) maka lakukan terlebih 
dahulu pengapuran.
Pengapuran dilakukan
bersamaan dengan
pembuatan bedengan
sebarkan kapur, aduk
rata, biarkan selama 3
minggu.
- Tutup bedengan dengan 
mulsa plastik
- Gunakan kaleng yang
diberi arang untuk
melubanginya.
- Pindahkan hati-hati bibit
ke dalam lubang tanam.
Gambar 98 Penanaman cabe
pada lahan terbuka
dengan menggunakan
mulsa plastik
Penanaman
1. Pilih bibit cabe yang baik
yaitu pertumbuhannya tegar, 
warna daun hijau, tidak
cacat/terkena hama penyakit. 
2. Tanam bibit tersebut di
polybag penanaman. Wadah 
media bibit harus dibuka dulu 
sebelum ditanam.
Hati-hati supaya tanah yang 
menggumpal akar tidak
lepas.
Bila wadah bibit memakai
bumbungan pisang langsung 
ditanam karena daun
tersebut akan hancur sendiri. 
Tanam bibit bibit tepat di
bagian tengah, tambahkan
media tanahnya hingga
mencapai sekitar 2 cm bibir
polybag.
3. Padatkan permukaan media 
tanah dan siram dengan air 
lalu letakkan di tempat
terbuka yang terkena sinar
matahari langsung. 
Pemeliharaan
Penyiraman
Lakukan penyiraman
secukupnya untuk menjaga
kelembaban media tanah.
Pemupukan
Lakukan pemupukan susulan :
Umur 30 hari setelah tanam : 5 
gr Kcl per tanaman.
Umur 30 dan 60 hari setelah
tanam : masing-masing 1/3
bagian dari sisa campuran Urea 
dan ZA pada pemupukan dasar.
Perompesan
Perompesan adalah
pembuangan cabang daun di
bawah cabang utama dan buang 
bunga yang pertama kali muncul. 
Pengendalian hama,penyakit, 
dan gulma
Hama
Untuk mengendalikan hama lalat 
buah penyebab busuk buah,
pasang jebakan yang diberi
Antraxtan.
Sedang untuk mengendalikan
serangga pengisap daun seperti 
Thrips, Aphid dengan insektisida 
seperti Curacron. 
Jenis-jenis hama yang banyak
menyerang tanaman cabai
antara lain kutu daun dan trips.
Kutu daun menyerang tunas
muda cabai secara bergerombol. 
Daun yang terserang akan
mengerut dan melingkar. Cairan 
manis yang dikeluarkan kutu,
membuat semut dan embun
jelaga berdatangan. Embun
jelaga yang hitam ini sering
menjadi tanda tak langsung
serangan kutu daun. 
Pengendalian kutu daun (Myzus
persicae Sulz) dengan
memberikan Furadan 3G
sebanyak 60-90 kg/ha atau
sekitar 2 sendok makan/10 m2
area.
Apabila tanaman sudah tumbuh 
semprotkan Curacron 500 EC,
Nudrin 215 WSC, atau Tokuthion 
500 EC. Dosisnya 2 ml/liter air. 
Serangan hama trips amat
berbahaya bagi tanaman cabai, 
karena hama ini juga vektor
pembawa virus keriting daun. 
Gejala serangannya berupa
bercak-bercak putih di daun
karena hama ini mengisap cairan 
daun tersebut. Bercak tersebut
berubah menjadi kecokelatan
dan mematikan daun.
Serangan berat ditandai dengan 
keritingnya daun dan tunas.
Daun menggulung dan sering
timbul benjolan seperti tumor. 
Hama trips (Thrips tabaci) dapat 
dicegah dengan banyak cara
yaitu:
- Pemakaian mulsa jerami
- pergiliran tanaman
- penyiangan gulma atau
rumputan pengganggu,
dan menggenangi lahan
dengan air selama
beberapa waktu.
- Pemberian Furadan 3 G 
pada waktu tanam seperti 
pada pencegahan kutu
daun mampu mencegah
serangan hama trip juga. 
Akan tetapi, untuk
tanaman yang sudah
cukup besar, dapat
disemprot dengan Nogos 
50 EC, Azodrin 15 WSC, 
Nuracron 20 WSC,
dosisnya 2-3 cc/1.
Penyakit
Untuk penyakit busuk buah
kering (Antraknosa) yang
disebabkan cendawan, gunakan
fungisida seperti Antracol. Dosis 
dan aplikasi masing-masing obat 
tersebut dapat dilihat pada
labelnya.
 Adapun jenis-jenis penyakit
yang banyak menyerang cabai
antara lain antraks atau patek
yang disebabkan oleh cendawan 
Colletotricum capsici dan
Colletotricum piperatum, bercak
daun (Cercospora capsici), dan 
yang cukup berbahaya ialah
keriting daun (TMV, CMVm, dan 
virus lainnya). 
Gejala serangan antraks atau
patek ialah bercak-bercak pada 
buah, buah kehitaman dan
membusuk, kemudian rontok. 
Gejala serangan keriting daun
adalah:
- bercak daun ialah
bercak-bercak kecil yang 
akan melebar
- Pinggir bercak berwama
lebih tua dari bagian
tengahnya. Pusat bercak 
ini sering robek atau
berlubang.
- Daun berubah
kekuningan lalu gugur. 
- Serangan keriting daun
sesuai namanya ditandai 
oleh keriting dan
mengerutnya daun, tetapi 
keadaan tanaman tetap
sehat dan segar.
Selain penyakit keriting daun,
penyakit lainnya dapat dicegah 
dengan penyemprotan fungisida 
Dithane M 45, Antracol, Cupravit, 
Difolatan. Konsentrasi yang
digunakan cukup 0,2-0,3%.
Bila tanaman diserang penyakit 
keriting daun maka tanaman
dicabut dan dibakar. 
Pengendalian keriting daun
secara kimia masih sangat sulit.
Panen dan Pasca Panen
Panen
Panen cabai yang ditanam
didataran rendah lebih cepat
dipanen dibandingkan dengan
cabai dataran tinggi. 
Panen pertama cabai dataran
rendah sudah dapat dilakukan
pada umur 70-75 hari. 
Sedang di dataran tinggi panen 
baru dapat dimulai pada umur 4-
5 bulan. 
Setelah panen pertama, setiap
3-4 hari sekali dilanjutkan
dengan panen rutin. 
Biasanya pada panen pertama
jumlahnya hanya sekitar 50 kg. 
Panen kedua naik hingga 100
kg. Selanjutnya 150, 200, 250, 
hingga 600 kg per hektar. 
Setelah itu hasilnya menurun
terus, sedikit demi sedikit hingga 
tanaman tidak produktif lagi. 
Tanaman cabai dapat dipanen
terus-menerus hingga berumur
6-7 bulan. 
Cabai yang sudah berwama
merah sebagian berarti sudah
dapat dipanen. 
Ada juga petani yang sengaja
memanen cabainya pada saat
masih muda (berwarna hijau). 
Pemetikan dilakukan dengan
hati-hati agar
percabangan/tangkai tanaman
tidak patah. Kriteria panennya
saat ukuran cabai sudah besar, 
tetapi masih berwama hijau
penuh.
Penentuan umur panen
Umur panen cabe biasanya 70-
90 hari tergantung varietasnya,
yang ditandai dengan 60% cabe 
sudah berwarna merah. Untuk
dijadikan benih maka cabe
dipanen bila buah sudah menjadi 
merah semua. 
Pemanenan
Pemanenan cabe dengan cara
memetik buah beserta tangkai
buahnya dan sebaiknya
dilakukan pada saat cuaca cera. 
Pemanenan pada saat hujan
akan menyebabkan kadar air
cabe menjadi lebih tinggi
sehingga cabe akan lebih cepat 
busuk.
Pascapanen
Cabe yang telah dipetik
diletakkan dalam keranjang
bambu yang sudah dilapisi
dengan daun pisang. Dapat juga 
digunakan goni yang terbuat dari
serat atau plastik. Hal ini untuk 
mengurangi tercecernya cabe
dan menghindari kerusakan
mekanis.
Untuk selanjutnya siap diangkut 
dan dipasarkan. 
Bila cabe habis untuk
dikonsumsi, tidak perlu dilakukan 
pengeringan dan sebaliknya bila 
produksi cabe melimpah dimana 
konsumen tidak mampu untuk
menampung cabe ini, maka
perlu dilakukan pengeringan.
Pembuatan Cabe kering
Cabe yang masak dipilih yang
sehat dan mulus, kemudian
tangkainya dibuang selanjutnya
dicuci bersih agar bebas kotoran 
dan pestisida. 
Setelah bersih direndam dalam 
larutan Natrium Bisulfit 0,2 %
yaitu dengan melarutkan 2 gram 
NaBisulfit dalam 1 liter air panas 
selama kurang lebih 6 menit,
sampai betul-betul terendam. 
Perendaman ini untuk
mempertahankan warna cabe
kering agar tetap seperti semula. 
Selesai perendaman, cabe
diangkat dan dicelupkan dalam 
air dingin untuk menghentikan
pemanasan, lalu tiriskan dalam 
tampah atau niru atau rak
bambu.
Kemudian dijemur di panas
matahari selama 7-10 hari
sampai kadar air 10% (supaya
lebih tahan lama, kadar air dapat 
diturunkan lagi). 
Pengeringan juga dapat
dilakukan dengan oven atau alat 
pengering buatan.
Setelah pengeringan maka cabe 
kering bisa langsung dikemas
dalam kantong plastik atau
digiling untuk dijadikan bubuk. 
Kemudian simpan atau dikirim ke 
daerah yang kurang produksi
cabenya sehingga penumpukan 
cabe di suatu daerah pada saat 
panen dapat teratasi.



Paprika (Capsicum annuum)
adalah sejenis cabai yang baru 
dikenal dan diusahakan di
Indonesia.
Buahnya besar dan gendut
seperti buah kesemek, rasanya 
tidak pedas tetapi sedikit manis.
Benihnya banyak didatangkan
dari luar negeri, antara lain
Jepang dan Taiwan.
b. Syarat Tumbuh
Di daerah tropis seperti
Indonesia, paprika hanya dapat 
tumbuh dengan baik pada
dataran tinggi dengan ketinggian 
sekitar 1.500 m dpl. 
Suhu yang diperlukan berkisar
antara 18-23,5°C.
Tanah yang baik untuk
pertumbuhannya adalah tanah
subur dengan kelembapan
cukup dan pH 5,5-7.
Pedoman Budidaya
Persemaian
Seperti halnya cabai lain, paprika 
juga dikembangbiakkan dengan 
biji.
Biji-biji itu harus disemaikan
terlebih dahulu pada kotak atau 
bedengan persemaian sebelum 
ditanam di lapang. 
Umur benih di persemaian
antara 14-21 hari. 
Pengolahan tanah dan
penanaman
Tanah yang akan digunakan
dicangkul atau dibajak,
kemudian digemburkan.
Tanah itu dibuat bedengan
selebar 90 cm, tinggi 20-30 cm, 
dan jarak antar bedengan 35 cm. 
Berikanlah pupuk dasar pada
setiap lubang tanam.
Penanaman dapat dilakukan
setelah bedengan siap ditanami. 
Jarak tanam yang digunakan
ada bermacam-macam,
tergantung jenisnya. Umumnya
orang menggunakan jarak tanam 
50 x 50 cm.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan sama
seperti pemeliharaan pada cabai 
besar lainnya. Hanya saja yang 
perlu diperhatikan adalah
kelembaban tanahnya harus
dijaga.
Untuk mengurangi penguapan
dari dalam tanah, tanah perlu
ditutupi mulsa. Cara lain yang
biasa dilakukan petani di
Lembang adalah tanah ditutupi 
plastik.
Panen dan Pasca Panen
Pada umur sekitar 18 minggu
sejak penyemaian hingga
penanaman, paprika sudah
dapat dipanen.
Namun, tidak menutup
kemungkinan umur panen lebih 
singkat jika yang diusahakan
adalah jenis yang berumur
genjah


Teknik Budidaya 

Teknik Budidaya Wortel
Family Apiaceae
a.Deskripsi
Sayuran ini sudah sangat
dikenal masyarakat Indonesia
dan populer sebagai sumber vit. 
A karena memiliki kadar
karotena (provitamin A). 
Selain itu, wortel juga
mengandung vit. B, vit. C, sedikit 
vit. G, serta zat-zat lain yang
bermanfaat bagi kesehatan
manusia.
Sosok tanamannya berupa
rumput dan menyimpan
cadangan makanannya di dalam 
umbi.
Mempunyai batang pendek,
berakar tunggang yang bentuk
dan fungsinya berubah menjadi 
umbi bulat dan memanjang.
Umbi berwarna kuning kemerah￾merahan, berkulit tipis, dan jika 
dimakan mentah terasa renyah
dan agak manis.
b.Syarat Tumbuh
Wortel merupakan tanaman
subtropis yang memerlukan
suhu dingin (22-24° C), lembap, 
dan cukup sinar matahari. 
Di Indonesia kondisi seperti itu 
biasanya terdapat di daerah
berketinggian antara 1.200-
1.500 m dpl. 
Sekarang wortel sudah dapat
ditanam di daerah berketinggian 
600 m dpl. Dianjurkan untuk
menanam wortel pada tanah
yang subur, gembur dan kaya
humus dengan pH antara 5,5-
6,5.
Tanah yang kurang subur masih 
dapat ditanami wortel asalkan
dilakukan pemupukan intensif.
Kebanyakan tanah dataran tinggi 
di Indonesia mempunyai pH
rendah. Bila demikian, tanah
perlu dikapur, karena tanah yang 
asam menghambat
perkembangan umbi.
Pedoman Budidaya
Pengolahan Tanah
Tanah yang akan ditanami
wortel diolah sedalam 30-40 cm. 
Tambahkan pupuk kandang
sebanyak 1,5 kg/m2 agar tanah 
cukup subur. Bila tanah
termasuk miskin unsur hara
dapat ditambahkan pupuk urea 
100 kg/ha, TSP 100 kg/ha, dan 
KCl 30 kg/ha
Selanjutnya dibuatkan bedengan 
selebar 1,5-2 m dan panjangnya 
disesuaikan dengan lahan.
Tinggi bedengan di tanah kering 
adalah 15 cm, sedangkan untuk 
tanah yang terendam, tinggi
bedengan dapat lebih tinggi lagi. 
Di antara bedengan perlu
dibuatkan parit selebar sekitar
25 cm untuk memudahkan
penanaman dan pemeliharaan
tanaman.
Penanaman
Kebutuhan benih wortel adalah 
15-20 g/10 m2 atau 15-20 kg/ha. 
Benih wortel yang baik dapat
dibeli di toko-toko tanaman atau 
membenihkan sendiri dari
tanaman yang tua. J
ika membeli, pilihlah benih yang 
telah bersertifikat. Benih wortel 
dapat langsung disebarkan
tanpa disemai dahulu. 
Sebelumnya, benih direndam
dalam air sekitar 12-24 jam
untuk membantu proses
pertumbuhan. Kemudian, benih
dicampur dengan sedikit pasir,
lalu digosok-gosokkan agar
benih mudah disebar dan tidak 
melekat satu sama lain. Benih 
ditabur di sepanjang alur dalam 
bedengan dengan bantuan alat 
penugal, lalu benih ditutupi tanah 
tipis-tipis.
Berikutnya, bedengan segera
ditutup dengan jerami atau daun 
pisang untuk menjaga agar
benih tidak hanyut oleh air. 
Jika tanaman telah tumbuh
(antara 10-14 hari), jerami atau 
daun pisang segera diangkat.
Pemeliharaan
Penyiraman
Setelah tanaman tumbuh segera 
dilakukan pemeliharaan.
Pemeliharaan pertama adalah
penyiraman yang dapat
dilakukan sekali sehari atau dua 
kali sehari jika udara sangat
kering.
Cara pemberian air yang lain
ialah dengan jalan menggenangi 
parit di antara bedengan. Cara 
seperti ini dapat dilakukan bila 
terdapat saluran drainase. 
Penjarangan
Tanaman yang telah tumbuh
harus segera diseleksi. Caranya 
cabutlah tanaman yang lemah
atau kering, tinggalkan tanaman 
yang sehat dan kokoh. Tindakan 
ini sekaligus diikuti dengan
penjarangan yang berguna untuk 
memberikan jarak dalam alur
dan menjaga tercukupinya sinar 
matahari sehingga tanaman
tumbuh subur. 
Penjarangan menghasilkan alur 
yang rapi berjarak antara 5- 10 
cm.
Pemupukan
Pemeliharaan selanjutnya
adalah pemupukan yang sudah 
dapat dilakukan sejak tanaman
berumur dua minggu berupa 50 
kg Urea/ha, disusul pemberian
kedua (1 atau 1,5 bulan
kemudian) berupa urea
sebanyak SO kg/ha dan KCl 20 
kg/ha.
Dosis dapat berubah sesuai
kondisi tanah dan rekomendasi
pemupukan yang ada. 
Cara pemupukan adalah dengan 
menaburkan pupuk pada alur
sedalam 2 cm yang dibuat
memanjang berjarak sekitar 5
cm dari alur tanaman. Ketika
tanaman berumur satu bulan
perlu dilakukan penyiangan dan 
pendangiran. Tujuannya agar
tanaman tidak terganggu oleh
gulma dan menjaga agar akar 
tanaman tidak terkena sinar
matahari secara langsung.
Hama dan Penyakit
Hama
Ada beberapa hama yang
penting diketahui karena sering 
menyerang tanaman wortel di
Indonesia, di antaranya sebagai 
berikut.
 Manggot-manggot (Psila rosae)
Umbi wortel yang terserang
memperlihatkan gejala
kerusakan (berlubang dan
membusuk) akibat gigitan pada 
umbi.
Penyebab kerusakan ini adalah 
sejenis lalat wortel yang disebut 
manggot-manggot (Psila rosae). 
Periode aktif perusakan adalah 
saat larva lalat ini memakan
umbi selama 5-7 minggu
sebelum berubah menjadi
kepompong. Umbi yang telah
terserang tidak dapat di perbaiki, 
sebaiknya dicabut dan dibuang. 
Pencegahannya, saat tanaman
wortel masih muda disiram
dengan larutan Polydo120 g
dicampur air sebanyak 100 liter. 
Untuk lebih meyakinkan
hasilnya, pemberian Polydol
diulangi lagi 10 hari kemudian. 
Semiaphis dauci 
Serangan hama ini ditandai
dengan terhentinya
pertumbuhan, tanaman menjadi
kerdil, daun-daun menjadi
keriting, dan dapat
menyebabkan kematian. Hama
ini umumnya menyerang
tanaman muda sehingga
menyebabkan kerugian besar.
Hama perusak ini adalah
serangga berwarna abu-abu
bernama Semiaphis dauci. 
Pemberantasan dan
pengendaliannya dilakukan
dengan menyemprotkan Polydol
20 g dicampur air 100 liter. Atau 
dapat pula menggunakan
Metasyttox 50 g dicampur air
100 liter. 
Penyakit
Penyakit tanaman wortel yang
dianggap penting antara lain
sebagai berikut.
Bercak daun cercospora 
Penyakit ini ditandai dengan
bercak-bercak bulat atau
memanjang yang banyak
terdapat di pinggir daun
sehingga daun mengeriting
karena bagian yang terserang
tidak sama pertumbuhannya
dibanding bagian yang sehat. 
Penyebab penyakit ini adalah
jamur Cercospora carotae
(Pass).
Penyebarannya dibantu oleh
angin. Bagian tanaman yang
lebih dahulu terserang adalah
daun muda. Pengendaliannya
dengan menanam biji yang
sehat, menjaga sanitasi,
tanaman yang telah terserang
dicabut dan dipendam, serta
pergiliran tanaman.
Cara pengendalian yang lain
adalah dengan menyemprotkan 
fungisida yang mengandung
zineb dan maneb, yaitu Velimex 
80 WP sebanyak 2-2,5 g/1
dengan volume semprot 400-800
1/ha.
Busuk hitam (hawar daun)
Gejala penyakit ini ditandai
dengan bercak-bercak kecil
berwarna cokelat tua sampai
hitam bertepi kuning pada daun. 
Bercak dapat membesar dan
bersatu sehingga mematikan
daun-daun (menghitam).
Tangkai daun yang terinfeksi
menyebabkan terjadinya bercak 
memanjang berwarna seperti
karat. Gejala pada akar baru
tampak setelah umbi akar
disimpan. Pada akar timbul
bercak berbentuk bulat dan tidak 
teratur, agak mengendap
dengan kedalaman sekitar 3
mm. Jaringan yang busuk
berwarna hitam kehijauan
sampai hitam kelam. Terkadang 
timbul pula kapang kehitaman
pada permukaan bagian yang
busuk. Penyebab penyakit ini
adalah jamur Alternaria dauci
yang semula disebut
Macrosporium carotae. 
Pengendaliannya dengan
pergiliran tanaman, sanitasi,
penanaman benih yang sehat,
dan membersihkan tanaman
yang telah terserang (dicabut
dan dipendam atau dibakar).
Dapat juga digunakan fungisida, 
misalnya Velimex 80 WP
sebanyak 2-2,5 g/1 dengan
volume semprot 400-800 1/ha.
Panen dan Pasca Panen
Wortel dapat dipanen setelah
100 hari tergantung dari
jenisnya. Pemanenan tidak
boleh terlambat karena umbi
akan semakin mengeras
(berkayu) sehingga tidak disukai 
konsumen.
Cara pemanenan dilakukan
dengan jalan mencabut umbi
beserta akarnya. Untuk
memudahkan pencabutan
sebaiknya tanah digemburkan
dahulu. Pemanenan sebaiknya
dilakukan pagi hari agar dapat 
segera dipasarkan.








TEKNIK BUDIDAYA 
SELEDRI
a.Klasifikasi
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Apium
Spesies: A. graveolens
b.Komposisi :
Seledri mempunyai banyak
kandungan gizi antara lain, (per 
100 gr): 
a. kalori sebanyak 20 kalori, 
b. protein 1 gram 
c. lemak 0,1 gram
d. hidrat arang 4,6 gram 
e. kalsium 50 mg 
f. fosfor 40 mg 
g. besi 1 mg
h. Vitamin A 130 SI 
i. Vitamin B1 0,03 mg
j. Vitamin C 11 mg Dan 63% 
bagian dapat dimakan. 
Daun seledri juga banyak
mengandung apiin, di samping
substansi diuretik yang
bermanfaat untuk menambah
jumlah air kencing. 
c. Deskripsi
Terna tegak, tahunan, tinggi 25-
100 cm. Batang bersegi dan
beralur membujur. Bunga
banyak, kecil-kecil, berwarna
putih atau putih kehijauan. 
Dapat dibudidayakan di mana￾mana dari dataran rendah
sampai dataran tinggi, menyukai 
tempat yang lembab dan subur. 
Sering ditanam dalam pot.
Ada tiga kelompok seledri yang 
dibudidayakan:
x Seledri daun atau seledri 
iris (A. graveolens
Kelompok secalinum)
yang biasa diambil
daunnya dan banyak
dipakai di masakan
Indonesia.
x Seledri tangkai (A.
graveolens Kelompok
dulce) yang tangkai
daunnya membesar dan
beraroma segar,
biasanya dipakai sebagai 
komponen salad.
Seledri umbi (A. graveolens
Kelompok rapaceum), yang
membentuk umbi di permukaan 
tanah; biasanya digunakan
dalam sup, dibuat semur, atau
schnitzel. Umbi ini kaya
provitamin A dan K
Gambar 102. Penampang
tangkai daun dari
seledri tangkai
d. Manfaat
Daun-daunnya digunakan
sebagai penambah aroma/rasa
pada masakan, juga sebagai
sayuran atau sebagai salad.
Selain itu, tanaman ini banyak 
mengandung vitamin A, C, dan 
zat besi., dan berkhasiat sebagai 
obat rematik.
e.Syarat Tumbuh
Seledri merupakan tanaman
dataran tinggi yang dapat
tumbuh baik pada kisaran suhu 
7-16° C. Tanah yang baik untuk 
areal penanamannya adalah
yang subur dan gembur dengan 
pH 5,5-6,8.
f.Pedoman Budidaya
Persemaian
Seledri dikembangbiakkan
dengan biji. Oleh karena itu,
untuk mendapat pertumbuhan
dan produksi yang baik, maka 
harus ditunjang dengan benih
yang baik pula. 
Beberapa jenis seledri seperti
parsley dan celery, bibitnya
umumnya didatangkan dari luar 
negeri. Sebelum disemaikan,
sebaiknya biji seledri direndam 
dalam air dengan suhu 50° C
selama 15 menit untuk
merangsang perkecambahan. 
Benih-benih ini kemudian
ditaburkan pada alur-alur dalam 
kotak atau bedeng persemaian. 
Jarak antaralur 2 cm dan
dalamnya 1 cm. Alur lalu ditutup
setipis mungkin dengan tanah
agar mudah berkecambah. 
Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan
sebelum tanaman di persemaian 
dipindahkan ke lahan. 
Tanah dibajak atau dicangkul,
diberi pupuk kandang sebanyak 
15 ton/ha, digemburkan, serta
dibuat bedengan-bedengan.
Lebar bedengan lm dan
panjangnya disesuaikan dengan 
keadaan lahan. 
Bedengan-bedengan itu
kemudian disiram dengan air
secukupnya, lalu didiamkan
selama seminggu sehingga
reaksi-reaksi di dalam tanah
menjadi stabil. 
Penanaman
Setelah berumur 2 minggu, bibit 
seledri sudah dapat dipindahkan 
ke bedengan yang telah
disiapkan. Jarak tanam yang
digunakan tergantung jenisnya,
tetapi umumnya digunakan jarak 
tanam (40 x 40) cm.
Pemeliharaan
Pemupukan
Selain penggunaan pupuk
kandang sebagai pupuk dasar,
tanah juga perlu diberi pupuk
susulan berupa pupuk buatan,
yaitu urea 435 kg/ha, TSP 400 
kg/ha, dan KCl 300 kg/ha.
Hama dan Penyakit
Hama
Hama yang sering menyerang
pertanaman seledri adalah
sebagai berikut. 
Nematoda
Bagian tanaman yang diserang 
adalah akar sehingga tampak
berbintil-bintil besar atau kecil.
Keadaan ini akan mengganggu
aktivitas akar dalam penyerapan 
air dan unsur-unsur hara yang 
diperlukan tanaman. Serangan
yang berat pada saat tanaman 
muda dapat menyebabkan
tanaman tumbuh kerdil. Hama ini 
dapat dikendalikan dengan
insektisida Curacron dengan
dosis 1,3 cc/liter air. 
Kutu Daun (Aphid)
Hama ini menimbulkan
kerusakan pada daun. Daun
muda yang terserang menjadi
kuning dan akhirnya mengering. 
Akibatnya, pertumbuhan
tanaman terhambat. Hama ini
dapat diberantas dengan
insektisida Basudin 60 EC
dengan dosis 2 cc/1 air.
Penyakit
Penyakit pada seledri berupa
bercak-bercak klorosis dan
nekrosis yang bisa meluas pada 
daun dan tangkai daun. Pada
bagian yang mengalami nekrosis 
tampak bintik-bintik hitam.
Sedangkan pada tangkai daun
bercak cokelat tampak
memanjang. Penyakit ini
dinamakan late night yang
disebabkan oleh cendawan
Septoria sp.
Penyakit lain yang juga sering 
menyerang adalah bakterial soft 
rot yang disebabkan oleh
Erwinia carotovora. Penyakit ini 
dapat dikendalikan dengan
penyemprotan Dhitane dengan
dosis 1,5 g/1 air. 
Namun, jika tanaman telah
terserang, sebaiknya dicabut
dan dimusnahkan.
g.Panen dan Pasca Panen
Seledri mulai dapat dipanen
pada umur 6-8 minggu setelah 
tanam.
Yang dipanen adalah daun yang 
tidak terlalu tua dan tidak terlalu 
muda.
Parsley dapat dipanen beberapa 
kali hingga mencapai umur
maksimum 5 bulan, biasanya
satu tanaman dapat dipanen 6-
8.helai daun. 
Sedangkan celery dipanen
dengan cara dipotong.







Jahe merupakan tanaman obat 
berupa tumbuhan rumpun
berbatang semu. Jahe berasal
dari Asia Pasifik yang tersebar
dari India sampai Cina. Oleh
karena itu kedua bangsa ini
disebut-sebut sebagai bangsa
yang pertama kali
memanfaatkan jahe terutama
sebagai bahan minuman, bumbu 
masak dan obat-obatan
tradisional.
Jahe termasuk dalam suku
temu-temuan (Zingiberaceae),
sefamili dengan temu-temuan
lainnya seperti temu lawak 
(Cucuma xanthorrizha), temu
hitam (Curcuma aeruginosa),
kunyit (Curcuma domestica),
kencur (Kaempferia galanga),
lengkuas (Languas galanga) dan 
lain-lain.
Nama daerah jahe antara lain
halia (Aceh), beeuing (Gayo),
bahing (Batak Karo), sipodeh
(Minangkabau), jahi (Lampung), 
jahe (Sunda), jae (Jawa dan
Bali), jhai (Madura), melito
(Gorontalo), geraka (Ternate).
b.Deskripsi
Tanaman ini merupakan
tanaman terna berbatang semu, 
dengan tinggi 30 cm sampai 1 
m, rimpang bila dipotong
berwarna kuning atau putih.
Daunnya sempit, panjang daun
15 – 23 mm, lebar 8 – 15 mm ; 
tangkai daun berbulu, panjang 2 
– 4mm.
Bentuk lidah daun memanjang,
panjang 7,5 – 10 mm, dan tidak 
berbulu; sedangkan seludang
agak berbulu. 
Perbungaan berupa malai
tersembul dipermukaan tanah,
berbentuk tongkat atau bundar
telur yang sempit, 2,75 – 3 kali 
lebarnya, sangat tajam.
Panjang malai 3,5 – 5 cm, lebar 
1,5 – 1,75 cm.
Tangkai bunga hampir tidak
berbulu, panjang 25 cm, rahis
berbulu jarang
Sisik pada gagang terdapat 5 – 7 
buah, berbentuk lanset, letaknya 
berdekatan atau rapat, hampir
tidak berbulu, panjang sisik
sekitar 3 – 5 cm.
Daun pelindung berbentuk
bundar telur terbalik,
bundar pada ujungnya, tidak
berbulu, berwarna hijau cerah,
panjang 2,5 cm, lebarnya
sekitar 1 – 1,75 cm.
Mahkota bunga berbentuk
tabung 2 – 2,5 cm, helainya
agak sempit, berbentuk tajam,
berwarna kuning kehijauan,
panjang 1,5 – 2,5 mm, lebar 3 –
3,5 mm, bibir berwarna ungu,
gelap, berbintik-bintik berwarna
putih kekuningan, panjang 12 –
15 mm.
Kepala sari berwarna ungu,
dengan panjang 9 mm.
c. Jenis-jenis Jahe
Jahe dibedakan menjadi 3 jenis 
berdasarkan ukuran, bentuk dan 
warna rimpangnya. 
Umumnya dikenal 3 varietas
jahe, yaitu :
1. Jahe putih/kuning besar 
atau disebut juga jahe 
gajah atau jahe badak 
Rimpangnya lebih
besar dan gemuk, ruas
rimpangnya lebih
menggembung dari
kedua varietas lainnya. 
Jenis jahe ini bias
dikonsumsi baik saat
berumur muda maupun 
berumur tua, baik
sebagai jahe segar
maupun jahe olahan.
2. Jahe putih/kuning kecil 
atau disebut juga jahe 
sunti atau jahe emprit 
Ruasnya kecil, agak
rata sampai agak
sedikit menggembung.
Jahe ini selalu dipanen 
setelah berumur tua.
Kandungan minyak
atsirinya lebih besar
dari pada jahe gajah,
sehingga rasanya lebih 
pedas, disamping
seratnya tinggi. Jahe ini 
cocok untuk ramuan
obat-obatan, atau untuk 
diekstrak oleoresin dan 
minyak atsirinya.
3. Jahe merah
Rimpangnya berwarna
merah dan lebih kecil
dari pada jahe putih
kecil sama seperti jahe 
putih, jahe merah selalu 
dipanen setelah tua,
dan juga memiliki
kandungan minyak
atsiri yang sama
dengan jahe kecil,
sehingga cocok untuk
ramuan obat-obatan.
d. Manfaat Tanaman
Rimpang jahe dapat digunakan 
sebagai bumbu masak, pemberi 
aroma dan rasa pada makanan 
seperti roti, kue, biskuit,
kembang gula dan berbagai
minuman. Jahe juga dapat
digunakan pada industri obat,
minyak wangi, industri jamu
tradisional, diolah menjadi
asinan jahe, dibuat acar, lalap, 
bandrek, sekoteng dan sirup
Dewasa ini para petani cabe
menggunakan jahe sebagai
pestisida alami. 
Dalam perdagangan jahe dijual 
dalam bentuk segar, kering, jahe 
bubuk dan awetan jahe.
Disamping itu terdapat hasil
olahan jahe seperti: minyak astiri 
dan koresin yang diperoleh
dengan cara penyulingan yang
berguna sebagai bahan
pencampur dalam minuman
beralkohol, es krim, campuran
sosis dan lain-lain.
Adapun manfaat secara
pharmakologi antara lain adalah 
sebagai karminatif, anti muntah, 
pereda kejang, anti pengerasan 
pembuluh darah, peluruh
keringat, anti inflamasi, anti
mikroba dan parasit, anti piretik, 
anti rematik, serta merangsang
pengeluaran getah lambung dan 
getah empedu.
e. Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman jahe membutuhkan
curah hujan relatif tinggi, yaitu 
antara 2.500-4.000 mm/tahun.
Pada umur 2,5 sampai 7 bulan 
atau lebih tanaman jahe
memerlukan sinar matahari.
Dengan kata lain penanaman
jahe dilakukan di tempat yang
terbuka sehingga mendapat
sinar matahari sepanjang hari.
Suhu udara
Suhu optimum untuk budidaya
tanaman jahe antara 20-35 oC.
Media Tanam
Tanaman jahe paling cocok
ditanam pada tanah yang subur, 
gembur dan banyak
mengandung humus.
Tekstur tanah yang baik adalah 
lempung berpasir, liat berpasir
dan tanah laterik
Tanaman jahe dapat tumbuh
pada keasaman tanah (pH)
sekitar 4,3-7,4. Tetapi keasaman 
tanah (pH) optimum untuk jahe 
gajah adalah 6,8-7,0.
5.3.
Ketinggian Tempat
Jahe tumbuh baik di daerah
tropis dan subtropis dengan
ketinggian 0 - 2.000 m dpl.
Di Indonesia pada umumnya
ditanam pada ketinggian 200 -
600 m dpl.
f. Pedoman Budidaya
Pembibitan
Persyaratan Bibit
Bibit berkualitas adalah bibit
yang memenuhi syarat mutu
genetik, mutu fisiologik
(persentase tumbuh yang tinggi), 
dan mutu fisik. Yang dimaksud
dengan mutu fisik adalah bibit
yang bebas hama dan penyakit. 
Oleh karena itu kriteria yang
harus dipenuhi antara lain:
- Bahan bibit diambil
langsung dari kebun
(bukan dari pasar)
- Dipilih bahan bibit dari
tanaman yang sudah tua 
(berumur 9-10 bulan).
- Dipilih pula dari tanaman 
yang sehat dan kulit
rimpang tidak terluka
atau lecet.
Teknik Penyemaian Bibit
Untuk pertumbuhan tanaman
yang serentak atau seragam,
bibit jangan langsung ditanam
sebaiknya terlebih dahulu
dikecambahkan.
Penyemaian bibit dapat
dilakukan dengan peti kayu atau 
dengan bedengan.
Penyemaian pada peti kayu
Rimpang jahe yang baru
dipanen dijemur sementara
(tidak sampai kering), kemudian 
disimpan sekitar 1-1,5 bulan.
Patahkan rimpang tersebut
dengan tangan dimana setiap
potongan memiliki 3-5 mata
tunas dan dijemur ulang 1/2-1
hari.
Selanjutnya potongan bakal bibit 
tersebut dikemas ke dalam
karung beranyaman jarang, lalu 
dicelupkan dalam larutan
fungisida dan zat pengatur
tumbuh sekitar 1 menit
kemudian keringkan. 
Setelah itu dimasukkan kedalam 
peti kayu. Lakukan cara
penyemaian dengan peti kayu
sebagai berikut: pada bagian
dasar peti kayu diletakkan bakal 
bibit selapis, kemudian di
atasnya diberi abu gosok atau 
sekam padi, demikian
seterusnya sehingga yang paling 
atas adalah abu gosok atau
sekam padi tersebut. Setelah 2-4
minggu lagi, bibit jahe tersebut 
sudah disemai.
Penyemaian pada bedengan
Buat rumah penyemaian
sederhana ukuran 10 x 8 m
untuk menanam bibit 1 ton
(kebutuhan jahe gajah seluas 1 
ha). Di dalam rumah
penyemaian tersebut dibuat
bedengan dari tumpukan jerami 
setebal 10 cm. 
Rimpang bakal bibit disusun
pada bedengan jerami lalu
ditutup jerami, dan di atasnya
diberi rimpang lalu diberi jerami
pula, demikian seterusnya,
sehingga didapatkan 4 susunan 
lapis rimpang dengan bagian
atas berupa jerami. 
Perawatan bibit
Perawatan bibitpada bedengan
dapat dilakukan dengan
penyiraman setiap hari dan
sesekali disemprot dengan
fungisida.
Setelah 2 minggu, biasanya
rimpang sudah bertunas. Bila
bibit bertunas dipilih agar tidak 
terbawa bibit berkualitas rendah. 
Bibit hasil seleksi itu dipatah￾patahkan dengan tangan dan
setiap potongan memiliki 3-5
mata tunas dan beratnya 40-60
gram.
Penyiapan Bibit
Sebelum ditanam, bibit harus
dibebaskan dari ancaman
penyakit dengan cara bibit
tersebut dimasukkan ke dalam
karung dan dicelupkan ke dalam 
larutan fungisida sekitar 8 jam.
Kemudian bibit dijemur 2-4 jam, 
barulah ditanam.
Pengolahan Media Tanam
Persiapan Lahan
Untuk mendapatkan hasil panen 
yang optimal harus diperhatikan 
syaratsyarat tumbuh yang
dibutuhkan tanaman jahe. Bila
keasaman tanah yang ada tidak 
sesuai dengan keasaman tanah 
yang dibutuhkan tanaman jahe, 
maka harus ditambah atau
dikurangi keasaman dengan
kapur.
Pembukaan Lahan
Pengolahan tanah diawali
dengan dibajak sedalam kurang 
lebih dari 30 cm dengan tujuan 
untuk mendapatkan kondisi
tanah yang gembur atau remah 
dan membersihkan tanaman
pengganggu.
Setelah itu tanah dibiarkan 2-4
minggu agar gas-gas beracun
menguap serta bibit penyakit
dan hama akan mati terkena
sinar matahari. 
Apabila pada pengolahan tanah 
pertama dirasakan belum juga
gembur, maka dapat dilakukan 
pengolahan tanah yang kedua
sekitar 2-3 minggu sebelum
tanam dan sekaligus diberikan
pupuk kandang dengan dosis
1.500-2.500 kg. 
Pembentukan Bedengan
Pada daerah-daerah yang
kondisi air tanahnya jelek dan
sekaligus untuk encegah
terjadinya genangan air,
sebaiknya tanah diolah menjadi 
bedengan-bedengan engan
ukuran tinggi 20-30 cm, lebar 80-
100 cm, sedangkan anjangnya
disesuaikan dengan kondisi
lahan.
Pengapuran
Pada tanah dengan pH rendah, 
sebagian besar unsur-unsur
hara didalamnya, Terutama
fosfor (p) dan calcium (Ca)
dalam keadaan tidak tersedia
atau sulit diserap.
Kondisi tanah yang masam ini
dapat menjadi media
perkembangan beberapa
cendawan penyebab penyakit
fusarium sp dan pythium sp. 
Pengapuran juga berfungsi
menambah unsur kalium yang
sangat diperlukan tanaman
untuk mengeraskan bagian
tanaman yang berkayu,
merangsang pembentukan bulu￾bulu akar, mempertebal dinding 
sel buah dan merangsang
pembentukan biji.
Adapun dosis kapur yang
dibutuhkan berdasarkan tingkat
kemasaman tanahnya adalah
sebagai berikut:
- Derajat keasaman < 4
(paling asam): kebutuhan 
dolomit > 10 ton/ha.
- Derajat keasaman 5
(asam): kebutuhan
dolomit 5.5 ton/ha.
- Derajat keasaman 6
(agak asam): kebutuhan 
dolomit 0.8 ton/ha.
6.3.
Teknik Penanaman dan
Pemeliharaan Tanaman
Penentuan Pola Tanaman
Pembudidayaan jahe secara
monokultur pada suatu daerah
tertentu memang dinilai cukup
rasional, karena mampu
memberikan produksi dan
produksi tinggi. 
Namun di daerah,
pembudidayaan tanaman jahe
secara monokultur kurang dapat 
diterima karena selalu
menimbulkan kerugian. 
Penanaman jahe secara
tumpangsari dengan tanaman
lain mempunyai keuntungan￾keuntungan sebagai berikut :
- Mengurangi kerugian
yang disebabkan naik
turunnya harga.
- Menekan biaya kerja,
seperti: tenaga kerja
pemeliharaan tanaman.
- Meningkatkan
produktivitas lahan.
- Memperbaiki sifat fisik
dan mengawetkan tanah 
akibat rendahnya
pertumbuhan gulma
(tanaman pengganggu).
Praktek di lapangan, ada jahe
yang ditumpangsarikan dengan
sayursayuran, seperti ketimun,
bawang merah, cabe rawit,
buncis dan lain-lain. Ada juga 
yang ditumpangsarikan dengan
palawija, seperti jagung, kacang 
tanah dan beberapa kacang￾kacangan lainnya.
Pembuatan Lubang Tanam
Untuk menghindari pertumbuhan 
jahe yang jelek, karena kondisi
air tanah yang buruk, maka
sebaiknya tanah diolah menjadi 
bedengan-bedengan.
Selanjutnya buat lubang-lubang
kecil atau alur sedalam 3-7,5 cm 
untuk menanam bibit.
Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan
dengan cara melekatkan bibit
rimpang secara rebah ke dalam 
lubang tanam atau alur yang
sudah disiapkan.
Periode Tanam
Penanaman jahe sebaiknya
dilakukan pada awal musim
hujan sekitar bulan September
dan Oktober. Hal ini
dimungkinkan karena tanaman
muda akan membutuhkan air
cukup banyak untuk
pertumbuhannya.
Pemeliharaan Tanaman
Penyulaman
Sekitar 2-3 minggu setelah
tanam, hendaknya diadakan
untuk melihat rimpang yang
mati. Bila demikian harus segera 
dilaksanakan penyulaman gar
pertumbuhan bibit sulaman itu
tidak jauh tertinggal dengan
tanaman lain, maka sebaiknya
dipilih bibit rimpang yang baik
serta pemeliharaan yang benar.
Penyiangan
Penyiangan pertama dilakukan
ketika tanaman jahe berumur 2-4
minggu kemudian dilanjutkan 3-6
minggu sekali. Tergantung pada 
kondisi tanaman pengganggu
yang tumbuh. Namun setelah
jahe berumur 6-7 bulan,
sebaiknya tidak perlu dilakukan 
penyiangan lagi, sebab pada
umur tersebut rimpangnya mulai 
besar.
Pembubunan
Tanaman jahe memerlukan
tanah yang peredaran udara dan 
air dapat berjalan dengan baik, 
maka tanah harus digemburkan. 
Disamping itu tujuan
pembubunan untuk menimbun
rimpang jahe yang kadang￾kadang muncul ke atas
permukaan tanah. 
Apabila tanaman jahe masih
muda, cukup tanah dicangkul
tipis di sekeliling rumpun dengan 
jarak kurang lebih 30 cm. Pada 
bulan berikutnya dapat
diperdalam dan diperlebar setiap 
kali pembubunan akan
berbentuk gubidan dan sekaligus 
terbentuk sistem pengairan yang 
berfungsi untuk menyalurkan
kelebihan air.
Pertama kali dilakukan
pembumbunan pada waktu
tanaman jahe berbentuk rumpun 
yang terdiri atas 3-4 batang
semu, umumnya pembubunan
dilakukan 2-3 kali selama umur
tanaman jahe. 
Namun tergantung kepada
kondisi tanah dan banyaknya
hujan.
Pemupukan
Pemupukan Organik
Pada pertanian organik yang
tidak menggunakan bahan kimia 
termasuk pupuk buatan dan
obat-obatan, maka pemupukan

secara organik yaitu dengan
menggunakan pupuk kompos
organik atau pupuk kandang
dilakukan lebih sering
dibandingkan dengan kalau kita 
menggunakan pupuk buatan. 
Adapun pemberian pupuk
kompos organik ini dilakukan
pada awal pertanaman pada
saat pembuatan guludan
sebagai pupuk dasar sebanyak 
60 – 80 ton per hektar yang
ditebar dan dicampur tanah
olahan.
Untuk menghemat pemakaian
pupuk kompos dapat juga
dilakukan dengan jalan mengisi 
tiap-tiap lobang tanam di awal 
pertanaman sebanyak 0.5 – 1kg 
per tanaman. 
Pupuk sisipan selanjutnya
dilakukan pada umur 2 – 3
bulan, 4 – 6 bulan, dan 8 – 10 
bulan.
Adapun dosis pupuk sisipan
sebanyak 2 – 3 kg per tanaman. 
Pemberian pupuk kompos ini
biasanya dilakukan setelah
kegiatan penyiangan dan
bersamaan dengan kegiatan
pembubunan.
Pemupukan Konvensional
Selain pupuk dasar (pada awal
penanaman), tanaman jahe
perlu diberi pupuk susulan kedua 
(pada saat tanaman berumur 2-4
bulan).
Pupuk dasar yang digunakan
adalah pupuk organik 15-20
ton/ha. Pemupukan tahap kedua 
digunakan pupuk kandang dan 
pupuk buatan (urea 20
gram/pohon; TSP 10
gram/pohon; dan ZK 10
gram/pohon), serta K2O (112
kg/ha) pada tanaman yang
berumur 4 bulan. 
Pemupukan juga dilakukan
dengan pupuk nitrogen (60
kg/ha), P2O5 (50 kg/ha), dan
K2O (75 kg/ha). Pupuk P
diberikan pada awal tanam,
pupuk N dan K diberikan pada 
awal tanam (1/3 dosis) dan
sisanya (2/3 dosis) diberikan
pada saat tanaman berumur 2
bulan dan 4 bulan. 
Pupuk diberikan dengan
ditebarkan secara merata di
sekitar tanaman atau dalam
bentuk alur dan ditanam di sela￾sela tanaman.
Pengairan dan Penyiraman
Tanaman Jahe tidak
memerlukan air yang terlalu
banyak untuk pertumbuhannya, 
akan tetapi pada awal masa
tanam diusahakan penanaman
pada awal musim hujan sekitar 
bulan September.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida
sebaiknya dilakukan mulai dari 
saat penyimpanan bibit yang
untuk disemai dan pada saat
pemeliharaan. Penyemprotan
pestisida pada fase
pemeliharaan biasanya
dicampur dengan pupuk organik 
cair atau vitamin-vitamin yang
mendorong pertumbuhan jahe.
Hama dan penyakit
Hama
Hama yang dijumpai pada
tanaman jahe adalah:
1. Kepik, menyerang daun 
tanaman hingga
berlubang-lubang.
2. Ulat penggesek akar,
menyerang akar
tanaman jahe hingga
menyebabkan tanaman
jahe menjadi kering dan 
mati.
3. Kumbang.
Penyakit
Penyakit layu bakeri
Gejala:
Mula-mula helaian daun bagian 
bawah melipat dan menggulung 
kemudian terjadi perubahan
warna dari hijau menjadi kuning 
dan mengering. Kemudian tunas 
batang menjadi busuk dan
akhirnya tanaman mati rebah.
Bila diperhatikan, rimpang yang 
sakit itu berwarna gelap dan
sedikit membusuk, kalau
rimpang dipotong akan keluar
lendir berwarna putih susu
sampai kecoklatan. 
Penyakit ini menyerang tanaman 
jahe pada umur 3-4 bulan dan 
yang paling berpengaruh adalah 
faktor suhu udara yang dingin, 
genangan air dan kondisi tanah 
yang terlalu lembab.
Pengendalian:
Jaminan kesehatan bibit jahe;
- karantina tanaman jahe
yang terkena penyakit;
- pengendalian dengan
pengolahan tanah yang
baik;
- pengendalian fungisida
dithane M-45 (0,25%),
Bavistin (0,25%)
Penyakit busuk rimpang
Penyakit ini dapat masuk ke bibit 
rimpang jahe melalui lukanya. Ia 
akan tumbuh dengan baik pada 
suhu udara 20-25 derajat C dan 
terus berkembang akhirnya
menyebabkan rimpang menjadi
busuk.
Gejala :
Daun bagian bawah yang
berubah menjadi kuning lalu layu 
dan akhirnya tanaman mati.
Pengendalian:
- penggunaan bibit yang
sehat;
- penerapan pola tanam
yang baik;
- penggunaan fungisida.
Penyakit bercak daun
Penyakit ini dapat menular
dengan bantuan angin, akan
masuk melalui luka maupun
tanpa luka.
Gejala:
Pada daun yang bercak-bercak
berukuran 3-5 mm, selanjutnya 
bercakbercak itu berwarna abu￾abu dan ditengahnya terdapat
bintik-bintik berwarna hitam,
sedangkan pinggirnya busuk
basah. Tanaman yang terserang 
bisa mati.
Pengendalian :
Tindakan pencegahan maupun
penyemprotan penyakit bercak
daun sama halnya dengan cara￾cara yang dijelaskan di atas.
Gulma
Gulma potensial pada
pertanaman temu lawak adalah 
gulma kebun antara lain adalah 
rumput teki, alang-alang,
ageratum, dan gulma berdaun
lebar lainnya.
Pengendalian hama/penyakit
secara organik
Dalam pertanian organik yang
tidak menggunakan bahan￾bahan kimia berbahaya
melainkan dengan bahan-bahan
yang ramah lingkungan biasanya 
dilakukan secara terpadu sejak
awal pertanaman untuk
menghindari serangan hama dan 
penyakit tersebut yang dikenal
dengan PHT (Pengendalian
Hama
Terpadu) yang komponennya
adalah sbb:
- Mengusahakan
pertumbuhan tanaman
yang sehat yaitu memilih 
bibit unggul yang sehat
bebas dari hama dan
penyakit serta tahan
terhadap serangan hama 
dari sejak awal
pertanaman.
- Memanfaatkan
semaksimal mungkin
musuh-musuh alami.
- Menggunakan varietas￾varietas unggul yang
tahan terhadap serangan 
hama dan penyakit.
- Menggunakan
pengendalian
fisik/mekanik yaitu
dengan tenaga manusia.
- Menggunakan teknik￾teknik budidaya yang
baik misalnya budidaya
tumpang sari dengan
pemilihan tanaman yang 
saling menunjang, serta
rotasi tanaman pada
setiap masa tanamnya
untuk memutuskan siklus 
penyebaran hama dan
penyakit potensial.
- Penggunaan pestisida,
insektisida, herbisida
alami yang ramah
lingkungan dan tidak
menimbulkan residu
toksik baik pada bahan
tanaman yang dipanen
ma maupun pada tanah.
Disamping itu penggunaan
bahan ini hanya dalam keadaan
darurat berdasarkan aras
kerusakan ekonomi yang
diperoleh dari hasil pengamatan.
Beberapa tanaman yang dapat
dimanfaatkan sebagai pestisida
nabati dan digunakan dalam
pengendalian hama antara lain
adalah:
- Tembakau (Nicotiana
tabacum) yang
mengandung nikotin
untuk insektisida kontak
sebagai fumigan atau
racun perut. Aplikasi
untuk serangga kecil
misalnya Aphids
- Piretrum
(Chrysanthemum
cinerariaefolium) yang
mengandung piretrin
yang dapat digunakan
sebagai insektisida
sistemik yang menyerang 
urat syaraf pusat yang
aplikasinya dengan
semprotan. Aplikasi pada 
serangga seperti lalat
rumah, nyamuk, kutu,
hama gudang, dan lalat 
buah.
- Tuba (Derris elliptica dan 
Derris malaccensis) yang 
mengandung rotenone
untuk insektisida kontak
yang diformulasikan
dalam bentuk hembusan 
dan semprotan.
- Neem tree atau mimba
(Azadirachta indica) yang 
mengandung
azadirachtin yang
bekerjanya cukup
selektif. Aplikasi racun ini 
terutama pada serangga 
penghisap seperti wereng 
dan serangga pengunyah 
seperti hama penggulung 
daun (Cnaphalocrocis
medinalis). Bahan ini juga 
efektif untuk
menanggulangi serangan 
virus RSV, GSV dan
Tungro.
- Bengkuang (Pachyrrhizus 
erosus) yang bijinya
mengandung rotenoid
yaitu pakhirizida yang
dapat digunakan sebagai 
insektisida dan larvasida.
- Jeringau (Acorus
calamus) yang
rimpangnya mengandung 
komponen utama asaron 
dan biasanya digunakan 
untuk racun serangga
dan pembasmi
cendawan, serta hama
gudang Callosobrocus.
Panen dan Pascapanen
Panen
Ciri dan umur