• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label keju 6. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label keju 6. Tampilkan semua postingan

keju 6








Keju yang dikenal pada umumnya memiliki keterbatasan untuk dikonsumsi oleh penderita alergi protein 
susu dan vegetarian. Selain harganya yang relatif mahal, kandungan lemak pada keju juga tinggi. Protein pada 
kedelai dapat menjadi alternatif pengganti protein dari susu pada pembuatan keju karena memiliki kadar protein 
yang tidak jauh berbeda serta kadar lemak yang lebih rendah. Penggunaan bakteri asam laktat dari dadih sebagai 
bakteri probiotik dengan penambahan bahan tambahan pangan perlu dilakukan untuk memperbaiki mutu dari 
keju nabati. Penelitian ini bertujuan menentukan formulasi pembuatan keju nabati berbahan baku kedelai dengan 
konsentrasi perisa keju yang tepat sehingga mampu menyerupai keju hewani,  serta mengetahui karakteristiknya. 
Rancangan yang dipakai  adalah Rancangan Acak Lengkap Faktorial. Jenis perlakuan yang diberikan adalah 
jenis susu kedelai, persentase inokulum, dan konsentrasi perisa keju yang ditambahkan. Jenis susu kedelai yang 
dipakai  adalah susu kedelai bubuk komersial dan susu kedelai segar dengan persentase inokulum 5% , 10% , 
dan 15% (v/v) serta konsentrasi penambahan perisa keju   0,5%  ; 0,7%  ; 0,9%  ; 1,1%  ; dan 1,3% (b/v). Data 
dianalisis dengan ANOVA dilanjutkan dengan uji Duncan apabila menunjukkan pengaruh yang nyata. Uji A 
Bukan A menunjukkan bahwa penambahan perisa keju 0,9% (b/v) dengan jumlah inokulum sebanyak 15%  (v/v) 
pada susu kedelai segar menghasilkan aroma yang tidak berbeda nyata dengan keju komersial pada tingkat 
kepercayaan 95%.  Dilihat dari aspek MFFB (moisture fat free basis) dan FDM (fat in dry matter), keju nabati 
yang dihasilkan tergolong kepada semihard cheese dan skim cheese.  Karakteristik dari keju nabati yang 
dihasilkan yaitu kadar air 66,3% ; kadar abu 3,27%; kadar protein 26,74%; dan kadar lemak 0,36%.  

Keju merupakan produk olahan pangan 
yang dibuat dari bahan baku susu hewani. Susu 
merupakan salah satu sumber protein bagi manusia 
yang dikonsumsi di seluruh dunia. Protein pada susu 
hewani adalah kasein yang merupakan komponen 
yang menggumpal pada keju. Namun sayangnya 
tidak  semua segmen bisa menikmati dan merasakan 
manfaat dari keju. Selain harganya yang relatif 
mahal, kandungan lemak dalam keju juga tinggi 
yaitu sekitar 20-25% serta adanya 
keterbatasan penderita alergi protein susu dalam 
mengonsumsi produk olahan dari susu sapi. Selain 
itu, masyarakat vegetarian juga akan menghindari 
konsumsi keju hewani.  
Kedelai merupakan salah satu sumber 
protein nabati yang apabila dibandingkan dengan 
protein susu sapi (3,2%), protein pada kedelai yang 
telah diproses menjadi susu kedelai memiliki 
kandungan protein yang melebihi  protein susu sapi 
yaitu 3,5% Kandungan protein 
yang tinggi dan rendah lemak pada kedelai 
berpotensi menjadi bahan baku keju nabati (non-
dairy cheese).  
 Proses produksi pembuatan keju pada 
umumnya yang memakai  enzim rennet tidak 
bisa diaplikasikan pada pembuatan keju dari kedelai 
karena protein kedelai tidak mengandung kasein ,
Namun  proses pembuatan keju nabati 
dapat memakai  bakteri asam laktat untuk 
menggumpalkan protein kedelai dan membentuk 
aroma  pada keju nabati. 
penggunaan starter dengan bakteri campuran 
mampu meningkatkan aroma (flavour) pada produk 
yang dihasilkan. Salah satu sumber pangan 
fungsional yang memiliki berbagai jenis bakteri 
yang tumbuh adalah dadih (Usmiati dan Risfaheri 
2012).  Bakteri asam laktat yang ada  pada dadih 
terdiri atas 36 galur  dari Lactobacillus, 
Streptococcus, dan Lactococcus (Usmiati et al., 
2011). Selain itu, penambahan bahan tambahan 
pangan berupa perisa (flavour) keju dalam 
memproduksi keju nabati (non-dairy cheese)  
diperlukan agar dapat menyerupai keju pada 
umumnya. 
 

 
Bahan dan Alat 
Bahan yang dipakai  untuk pembuatan 
keju terdiri atas kedelai yang diperoleh dari Koperasi 
Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI Bogor), 
dadih dari Sumatera Barat, susu kedelai bubuk, 
natrium bikarbonat, media nutrient agar (NA), skim 
milk, dan perisa keju (cheese flavour). Bahan yang 
dipakai  untuk analisis adalah akuades, alkohol 
70%, media de Man’s Rogosa Sharp Broth (MRSB), 
media Bacteriology Agar, media Eosin Methylene 
Blue (EMB), dan NaOH 0,1N. 
Peralatan yang dipakai  untuk pembuatan 
keju nabati terdiri dari blender, juicer, labu 
Erlenmeyer, waterbath dan inkubator. Alat yang 
dipakai  untuk analisis adalah mikropipet beserta 
tipnya, pH-meter, cawan petri, dan autoclave. 
 
Penyiapan Bahan 
Proses Pembuatan Susu Kedelai Segar.  
Kedelai direndam dalam larutan 0,1% 
natrium bikarbonat dengan perbandingan kedelai: 
larutan = 1:5 (b/v) selama satu malam. Kemudian 
dipanaskan hingga suhu 85oC selama 10 menit. 
Kedelai dibilas dengan air bersih dan kulit kedelai 
dikupas dengan cara meremas-remas dan dicuci 
dengan air berkali-kali. Biji kedelai yang telah bersih 
kemudian digiling untuk menghasilkan bubur 
kedelai dengan menambahkan air panas (95oC) 
dengan perbandingan kedelai:air panas = 1:5 (b/v). 
Bubur kedelai disaring untuk memisahkan ampasnya 
sehingga didapat susu kedelai segar 
 
Proses Pembuatan Susu Kedelai dari Susu Kedelai 
Bubuk  
Susu kedelai bubuk dilarutkan dalam akuades 
sebanyak 120 g L-1.
 
Isolasi Bakteri Asam Laktat pada Dadih 
 Sebanyak 1 g dadih dilarutkan dalam 9 ml 
garam fisiologis kemudian diencerkan hingga 10-4 
kali.  Sebanyak 1 mL dipipetkan pada cawan petri 
yang berisi media nutrient agar. Cawan petri 
kemudian diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam 

 
Pembuatan Kultur Inokulum Keju Nabati (Non-
Dairy Cheese) 
 Inokulum kultur disiapkan dengan 
menginokulasikan bakteri pada susu skim yang telah 
disterilisasi. Kemudian diinkubasi pada suhu 37oC 
selama 16-18 jam dan disimpan pada suhu 4oC. 

 
Katakteristisasi Bahan Baku 
 Uji yang dilakukan untuk mengetahui 
karakteristik bahan baku yang dipakai  (susu 
kedelai segar dan susu kedelai bubuk) adalah uji 
total padatan terlarut metode gravimetri (SNI 06-
6989.27:2004) dan analisis kadar protein (AOAC 
2005).  
 
Proses Pembuatan Keju Nabati 
 Susu kedelai dipasteurisasi pada suhu 
63oC selama 30 menit dan didinginkan sampai 
mencapai suhu 35-40oC. Tahap selanjutnya 
ditambahkan inokulum sesuai perlakuan (sebanyak 
5% v/v, 10% v/v, dan 15% v/v). Susu kedelai 
kemudian diinkubasi pada suhu 37oC selama 16 jam. 
Curd yang terbentuk kemudian disaring dengan 
memakai  kain saring. Keju yang terbentuk 
digarami sebanyak 2%  (b/v) dan dipres kemudian 
ditambahkan perisa. (Modifikasi Li et al., 2013). 
Konsentrasi perisa yang dipakai  adalah 0,5% b/v ; 
0,7% b/v ; 0,9% b/v ;  1,1% b/v ; dan 1,3% b/v.    
 
Uji Organoleptik  
 Uji organoleptik yang dilakukan adalah 
uji A Bukan A dan uji Hedonik. Uji A Bukan A 
dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan 
sensori antara dua produk. Pengujian ini dilakukan 
terhadap 12 orang panelis terlatih untuk 
membedakan aroma keju nabati (non-dairy cheese) 
yang diproduksi dengan keju susu hewani komersial. 
Uji Hedonik dilakukan terhadap 35 orang panelis 
tidak terlatih dengan melakukan evaluasi terhadap 
atribut tekstur, aroma, rasa dan warna dari keju yang 
telah mengalami tahap pengujian A Bukan A 
 
Uji Karakteristik Kimia 
 Analisa proksimat keju nabati yang 
dilakukan meliputi kadar air, abu, lemak, dan protein 
(AOAC, 2005). Selama kultivasi dilakukan uji pH 
dan total asam tertitrasi (TAT) (AOAC, 1995) serta 
rendemen (Arinda, 2013). Rendemen dihitung 
berdasarkan perbandingan bobot keju nabati dengan 
volume awal susu kedelai sebelum dikultivasi. Jenis 
keju yang dihasilkan ditentukan berdasarkan 
moisture fat free basis (MFFB) dan fat in dry matter 
(FDM) (CAC, 1978), 
 
Uji Karakteristik Mikrobiologis. 
Uji mikrobiologis yang dilakukan adalah uji 
jumlah bakteri asam laktat dan uji bakteri koliform.  
 
Analisis Data 
 Rancangan percobaan memakai  
Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 
perlakuan yaitu jenis susu kedelai, persentase jumlah 
inokulum, dan konsentrasi perisa keju yang 
ditambahkan. Pengujian data dilakukan dengan 
software SPSS16 untuk melihat keragaman 
data/ANOVA (analysis of variance) dan apabila 
didapatkan  hasil yang berpengaruh nyata, maka 
analisis dilanjutkan dengan uji Duncan. 
 

 
Karakteristik Bahan Baku 
Bahan baku pembuatan keju nabati 
memakai  dua jenis bahan baku yaitu susu 
kedelai segar dan susu kedelai bubuk. Karakteristik 
dari bahan baku ditunjukkan pada Tabel 1. 
Hasil pengujian menunjukkan bahwa 
karakteristik dari bahan baku yang dipakai  dalam 
pembuatan keju nabati telah memenuhi kadar protein 
minimum yang ditetapkan. Kadar protein pada susu 
kedelai bubuk lebih tinggi dibandingkan dengan 
kadar protein susu kedelai segar. Perbedaan jenis biji 
kedelai, proses ekstraksi protein kedelai dan 
formulasi pada produk akhir sangat mempengaruhi 
kadar protein dan total padatan pada susu kedelai. 
Selain itu, total padatan terlarut dari susu kedelai 
bubuk dan susu kedelai segar ada  perbedaan 
karena kandungan pada susu kedelai bubuk yang 
mengandung maltodekstrin sebesar 40% sehingga  
meningkatkan jumlah total padatan yang terlarut 
pada susu kedelai bubuk .  
 
Pembuatan Keju Nabati 
 Protein pada kedelai didominasi oleh 
globulin yaitu sekitar 65 sampai 80% yang akan 
mencapai titik isoelektrik pada pH 4,5-5,0 dan 
sisanya adalah enzim-enzim intraseluler, 
hemaglutenin, lipoprotein membran dan protein 
inhibitor. Pada pH ini  curd akan terbentuk dan 
dapat dipisahkan dari whey susu kedelai (Ariani, 
2002). Nilai pH dibawah 4,5 akan menyebabkan 
aroma dan rasa asam pada keju nabati. Pengaruh 
lama fermentasi keju nabati terhadap perubahan nilai 
pH dan total asam tertitrasi pada susu kedelai bubuk 
dan susu kedelai segar ditunjukkan pada Gambar 1 
dan Gambar 2. 
 
Tabel 1. Karakteristik Susu Kedelai 
Pengujian Susu Kedelai Bubuk Susu Kedelai Segar SNI* 
Total PadatanTerlarut (mg/L) 128000,00 128 ± 6,50 - 
Kadar protein (%) 6,34  ± 0,16 3,56 ± 0,16 Minimum 1% 
 
 
 
Gambar 1. Pengaruh lama kultivasi terhadap nilai pH dan total asam tertitrasi (TAT) pada susu kedelai bubuk 
 

Lama Kultivasi (jam)
Inokulum 5% (pH) Inokulum 10% (pH) Inokulum 15% (pH)
Inokulum 5% (TAT) Inokulum 10% (TAT) Inokulum 15% (TAT)
Khaswar Syamsu dan Kartika Elsahida 
 

 
Gambar 2. Pengaruh lama kultivasi terhadap perubahan nilai pH dan total asam tertitrasi (TAT) pada susu 
kedelai segar 
 
Nilai pH pada susu kedelai bubuk dan susu 
kedelai segar mengalami penurunan seiring dengan 
lamanya fermentasi, sedangkan total asam tertitrasi 
berbanding terbalik dengan nilai pH dan semakin 
meningkat seiring dengan lamanya fermentasi. Susu 
kedelai bubuk mencapai titik isoelektrik pada jam 
ke-16, sedangkan susu kedelai segar mencapai titik 
isoelektrik pada jam ke-12.  
Kedelai memiliki karbohidrat yang larut 
dalam air berupa oligosakarida yang terdiri atas 
sukrosa, stakiosa, dan rafinosa. Bakteri asam laktat 
memiliki enzim α-galaktosidase yang mampu 
menghidrolisis oligosakarida selama fermentasi 
berlangsung sehingga mampu menurunkan pH. 
Ketika pH ini  telah mencapai titik isoelektrik 
dari protein kedelai (globulin), maka terjadilah 
penggumpalan pada susu kedelai segar . Susu kedelai segar tidak memiliki tambahan 
bahan dalam prosesnya, sehingga akan memudahkan 
bakteri asam laktat untuk langsung menghidrolis 
oligosakarida ini . Namun, lain halnya dengan 
susu kedelai bubuk yang memiliki penambahan 
maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan polimer 
glukosa dari pati yang telah mengalami proses 
hidrolisis melalui asam atau enzim. Maltodekstrin 
berfungsi sebagai bahan pengisi, meningkatkan 
viskositas pada produk, serta mengawetkan 
makanan. Maltodekstrin untuk makanan pada 
umumnya memiliki dextrose equivalent (DE) 
dibawah 20. Hal ini mengakibatkan 
fermentabilitasnya (kemampuan untuk fermentasi) 
rendah ,sehingga titik 
isoelektrik pada susu kedelai bubuk lebih lama 
dibandingkan dengan susu kedelai segar.  
 
Rendemen 
Persentase rendemen yang dihasilkan pada 
setiap konsentrasi inokulumnya ditunjukkan pada 
Tabel 2. 
 
 
 
Tabel 2. Persentase rendemen non-dairy cheese 
Bahan 
Baku 
Jumlah 
inokulum (%) 
Rendemen produksi 
(% b/v) 
Susu 
Kedelai 
Bubuk 
5 10 ± 0,000 
10 14 ± 0,002 
15 15 ± 0,002 
Susu 
Kedelai 
Segar 
5 14 ± 0,001 
10 16 ± 0,000 
15 17± 0,003 
 
Hasil analisis menunjukkan bahwa jumlah 
inokulum dan jenis bahan baku yang dipakai  
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap rendemen yang 
dihasilkan. Berdasarkan uji Duncan, rendemen keju 
nabati dengan konsentrasi inokulum 10% dan 15% 
tidak berbeda signifikan, namun konsentrasi 
inokulum 5% dengan konsentrasi lainnya 
menghasilkan rendemen yang berbeda secara 
signifikan. Susu kedelai bubuk menghasilkan 
rendemen yang lebih rendah dibandingkan dengan 
susu kedelai segar. Keju nabati dari susu kedelai 
segar memiliki kandungan lemak yang lebih tinggi 
dibandingkan keju nabati dari susu kedelai bubuk. 
Kandungan lemak yang tinggi akan berdampak 
terhadap rendemen yang tinggi pula . Perbedaan kandungan lemak yang dihasilkan 
dapat dilihat pada Tabel 4. 
rendemen keju yang dihasilkan dari susu sapi adalah 
10%, sedangkan menurut Mullan (2007) rendemen 
keju cheddar dapat berkisar antara 9-10%. 
Rendemen yang dihasilkan pada keju nabati lebih 
tinggi dibandingkan rendemen dari keju hewani pada 
umumnya karena dipengaruhi oleh kandungan lemak 
dan protein didalam bahan yang dipakai   serta tidak adanya proses 
pemeraman. 
 
 

Lama Kultivasi (jam)
Inokulum 5% (pH) Inokulum 10% (pH) Inokulum 15% (pH)
Inokulum 5% (TAT) Inokulum 10% (TAT) Inokulum 15% (TAT)
Pembuatan Keju Nabati dari Kedelai memakai  ………… 

Karakteristik Organoleptik Keju Nabati 
Uji A Bukan A 
 Uji A Bukan A merupakan salah satu jenis 
uji pembeda yang bertujuan mengetahui perbedaan 
aroma antara dua produk. Atribut sensori yang 
dinilai adalah aroma antara keju nabati dengan keju 
hewani komersial jenis cream cheese. Hal ini 
diperlukan untuk menilai berapa konsentrasi perisa 
yang dibutuhkan agar memiliki aroma yang sama 
dengan keju dari susu hewani. Konsentrasi perisa 
yang kurang tepat akan menghasilkan aroma langu 
ataupun aroma yang tidak mengenakkan karena 
terlalu banyak. Berdasarkan jumlah terkecil untuk 
menyatakan beda nyata dengan hipotesis berekor 
dua disimpulkan bahwa aroma sampel pada jumlah 
inokulum sebesar 15% dan konsentrasi perisa keju  
0,9% dengan bahan baku susu kedelai segar 
memiliki kesamaan aroma dengan keju komersial 
pada tingkat kepercayaan 95%. Selain itu, ada  
sampel keju nabati dengan bahan baku susu kedelai 
segar pada jumlah inokulum 15% dengan 
konsentrasi perisa keju  0,7% dan keju nabati 
berbahan baku susu kedelai  bubuk pada jumlah 
inokulum 15% dengan konsentrasi  perisa keju  
1,3% yang memiliki kesamaan aroma menurut 6 
orang panelis. Oleh sebab itu, ketiga sampel ini  
dilanjutkan pada uji Hedonik.  
 
Uji Hedonik 
Uji Hedonik merupakan uji kesukaan yang 
melibatkan panelis tidak terlatih dengan memilih 
suatu produk diantara produk lainnya , Atribut yang dinilai pada uji hedonik 
adalah warna, aroma, rasa, dan tekstur dari keju 
nabati. Nilai rataan hasil uji hedonik ditunjukkan 
pada Tabel 3. 
Sampel dengan bahan baku susu kedelai 
segar dengan jumlah inokulum 15% dan konsentrasi 
perisa sebanyak 1,3% lebih disukai dari segi aroma, 
rasa, dan tekstur dibandingkan dengan sampel yang 
lainnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rataan yang 
paling tinggi dibandingkan nilai rataan sampel lain. 
Sedangkan penampakan keju nabati dari susu 
kedelai bubuk paling disukai dibandingkan dengan 
penampakan dari keju nabati dari susu kedelai segar.  
Hasil analisis data memakai  ANOVA 
(Analysis of Variance) menunjukkan bahwa 
penggunaan jenis bahan baku dan konsentrasi perisa 
yang berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0.05) 
terhadap warna dan tekstur dari keju nabati yang 
dihasilkan. Sedangkan penggunaan bahan baku dan 
konsentrasi perisa yang berbeda menyebabkan 
pengaruh yang nyata (P<0.05) terhadap rasa dan 
aroma keju nabati. Perisa hanya membantu dalam 
meningkatkan rasa dan aroma dari keju nabati, tanpa 
mempengaruhi tekstur dan warnanya. 
Berdasarkan uji Duncan yang dilakukan, 
aroma sampel susu kedelai segar dengan perisa  
0,9% memiliki aroma yang sama dengan susu 
kedelai bubuk dengan perisa 1,3%, sedangkan 
jumlah perisa yang dipakai  tidak memberikan 
pengaruh nyata terhadap rasa keju nabati dari bahan 
baku yang sama. Bakteri asam laktat mampu 
menghidrolis protein dan lemak dari susu kedelai. 
Protein akan dihidrolis menjadi biopeptida dan 
lemak dihidrolisis menjadi asetaldehid. Biopeptida 
akan menghasilkan rasa yang pahit pada keju 
sedangkan asetaldehid akan membentuk aroma yang 
khas pada keju . Oleh sebab itu, 
aroma akan semakin tajam seiring dengan tingginya 
kandungan lemak pada keju. Inilah yang 
menyebabkan aroma pada keju nabati dari susu 
kedelai bubuk lebih membutuhkan perisa yang lebih 
banyak dibandingkan keju nabati dari susu kedelai 
segar karena keju nabati dari susu kedelai bubuk 
mengandung lemak yang rendah. 
 
Karakteristik Kimia Keju Nabati 
Komposisi nutrien keju nabati dianalisis 
melalui hasil pengujian kimia yang kemudian diolah 
untuk mengetahui jenis keju berdasarkan nilai 
moisture free-fat-basis (MFFB) dan fat content in 
dry matter (FDM). Hasil analisis komposisi nutrien 
keju nabati ditunjukkan dalam Tabel 4 yang 
menunjukkan bahwa penambahan perisa 
berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar air keju 
nabati yang dihasilkan sedangkan jenis bahan baku 
berbeda tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap 
kadar abu dari keju nabati yang dihasilkan. Perisa 
keju yang dipakai  berbentuk liquid sehingga 
penambahan konsentrasi perisa akan berdampak 
pada kenaikan kadar air pada keju nabati. Susu 
kedelai segar menghasilkan keju nabati dengan  
kadar protein dan kadar lemak yang lebih tinggi 
(P<0,05) dibandingkan keju nabati dari susu kedelai 
bubuk. Kandungan protein dari keju nabati yang 
berasal dari susu kedelai bubuk menurun karena 
lamanya fermentasi untuk mencapai titik isoelektrik 
dibandingkan dengan susu kedelai segar. Semakin 
lama fermentasi, maka akan semakin banyak protein 
yang terdegradasi oleh bakteri asam laktat 
 
Tabel 3. Nilai rataan uji hedonik keju nabati  
Perlakuan Warna Aroma Rasa Tekstur 
Susu kedelai segar, inokulum 15%, perisa keju 0,7% 3,51a 3,28a 2,71a 3,17a 
Susu kedelai segar, inokulum 15%, perisa keju 0,9% 3,54a 3,63b 2,8a 3,37a 
Susu kedelai bubuk, inokulum 15%, perisa keju 1,3% 3,57a 2,97b 2,2a 3,34a 
Keterangan : 1 : sangat tidak suka, 2 : tidak suka, 3 : netral, 4: suka, 5: sangat suka 
aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang 
berganda Duncan). 

Keju nabati  yang dihasilkan tergolong pada 
keju semi keras (semihard) tidak matang 
(unripened/fresh) karena tidak mengalami proses 
pematangan. Keju semi keras merupakan keju 
dengan tekstur sedikit lembek, contohnya keju 
cottage, ricotta, dan jenis lainnya. Hal ini dapat 
dilihat dari MFFB yang berkisar antara 54-69% 
(CAC, 1978). Berdasarkan nilai FDM yang 
diperoleh, maka keju nabati yang dihasilkan 
tergolong pada jenis keju skim karena memiliki 
FDM yang lebih kecil dari 10% (CAC, 1978). 
 
Karakteristik Mikrobiologis Keju Nabati 
 Karakteristik mikrobiologis bertujuan 
mengetahui populasi bakteri yang ada  pada 
produk keju nabati. Uji mikrobiologi yang dilakukan 
adalah pengujian jumlah bakteri asam laktat (BAL) 
dan pengujian bakteri koliform untuk mengetahui 
ada tidaknya bakteri cemaran. Hasil pengukuran 
populasi BAL dan bakteri koliform yang ada  
pada keju nabati ditunjukkan pada Tabel 5. 
Bakteri asam laktat merupakan bakteri yang 
dipakai  untuk menggumpalkan protein pada 
fermentasi susu kedelai. Banyaknya populasi bakteri 
asam laktat dipengaruhi oleh adanya ketersediaan 
substrat pada media 
tumbuhnya. produk 
yang tergolong pada produk probiotik dan dapat 
memberikan manfaat pada kesehatan memiliki 
jumlah sel bakteri hidup 107-108 cfu/g. Produk keju 
nabati yang dihasilkan tidak tergolong pada produk 
probiotik. Adanya pertumbuhan bakteri asam laktat 
menandakan bahwa fermentasi masih berlangsung 
pada keju nabati. Keju pada umumnya akan 
mengalami fermentasi selama seminggu, namun 
pada tipe keju seperti keju cheddar telah mengalami 
proses fermentasi yang lengkap sebelum 
pengepresan (Nip, 2007). 
Penghitungan bakteri koliform yang 
dilakukan yang memakai  media Eosin 
Methylene Blue (EMB) menunjukkan bahwa tidak 
ada  bakteri koliform pada keju nabati yang 
dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa sanitasi dan 
proses pengolahan dalam keadaan yang cukup baik, 
sehingga tidak ditemukan bakteri pencemar di dalam 
produk. Karakteristik mikrobiologis ini telah sesuai 
dengan SNI keju cheddar olahan. 
 

Formulasi terbaik dalam pembuatan keju 
nabati adalah memakai  bahan baku susu kedelai 
segar dengan inokulum 15% dan bahan tambahan 
pangan berupa perisa keju dengan konsentrasi 0,9%. 
Formulasi ini  telah menghasilkan keju nabati 
yang menyerupai aroma pada keju susu hewani 
komersial.  Keju nabati yang dihasilkan memiliki 
karaktertistik kadar air dan kadar abu yang sama 
dengan keju nabati  berbahan baku susu kedelai 
bubuk, namun berbeda pada kadar protein dan kadar 
lemak. Kategori dari keju nabati yang dihasilkan 
adalah keju sami keras (semi hard cheese)  
berdasarkan nilai MFFB dan tergolong  skim cheese 
berdasarkan nilai DFM. 
 
Tabel 4. Hasil analisis komposisi nutrien keju nabati 
Pengujian 
Susu Kedelai Segar, 
Inokulum 15%, perisa 
0,7% 
Susu Kedelai Segar, 
Inokulum 15%, 
perisa0,9% 
Susu Kedelai 
Bubuk, Inokulum 
15%, perisa 1,3% 
SNI* 
Kadar air (%) 62,84 ± 0,97a 66,30 ± 0,30b 67,18 ± 0,11b <45% 
Kadar abu (%) 3,42 ± 0,01a 3,27 ± 0,1a 3,71 ± 0,03a <5,5% 
Kadar protein (%) 27,02 ± 1,00a 26,74 ± 1,13a 20,62 ± 1,63b >19,5% 
Kadar lemak (%) 0,36 ± 0,02a 0,36 ± 0,02a 0,14 ± 0,01a > 25% 
FDM (%) 0,36 ± 0,02a 0,36 ± 0,02a 0,14 ± 0,01a >25% 
MFFB (%) 63,07 ± 0,99a 66,53 ± 0,28b 67,28 ± 0,10b - 
aAngka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% (uji selang 
berganda Duncan). 
FDM     : fat content in dry matter 
MFFB   : moisture free fat basis 

 
Tabel 5. Populasi BAL dan bakteri koliform pada non-dairy cheese 
Pengujian 
Susu Kedelai 
Segar, Inokulum 
15%, perisa 0,7% 
Susu Kedelai Segar, 
Inokulum 15%, 
perisa 0,9% 
Susu Kedelai 
Bubuk, Inokulum 
15%, perisa 1,3% 
SNI* 
Populasi BAL (log cfu g-1) 5 ± 0 5,33 ± 0,01 6,41 ± 0,02 - 
Jumlah Bakteri Koliform  
(log cfu g-1) 
Td Td Td Td 
Keterangan : Td : tidak terdeteksi 
       BAL : Bakteri Asam Laktat 

 Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut 
mengenai pengaruh pemeraman terhadap 
karakteristik  keju nabati , umur simpan dari produk 
yang dihasilkan serta analisis finansial.