• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label tanaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label tanaman. Tampilkan semua postingan

tanaman




















 Pengelompokan Unsur Hara  dan Ketersediaannya Bagi Tanaman 
Unsur hara tanaman ada beberapa macam, sehingga untuk memudahkan 
dalam mempelajarinya para ahli di bidang nutrisi tanaman mengelompokkan 
seperti berdasar  keesensialitasannya bagi tanaman, berdasar  jumlah 
yang dibutuhkan dan berdasar  mobilitasnya dalam floem.  
berdasar  keesensialannya, hara dibedakan menjadi : (a) Hara esensial 
yaitu  hara yang harus memenuhi 4 kriteria, yaitu  (1) Tanpa kehadirannya 
tanaman tak dapat tumbuh  (tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya secara 
penuh); (2) Berperan sangat penting dalam proses fisiologis dan tak dapat 
digantikan; (3) Merangsang dan mengatur aktivitas enzim; dan (4) Komponen 
metabolisme esensial. (b) Hara benefisial yaitu hara yang berfungsi menstimulir 
pertumbuhan tetapi tidak esensial atau bersifat esensial untuk spesies tertentu.  
Unsur hara yang termasuk ke dalam hara beneficial adalah : hara Cobalt (Co), 
Natrium/Sodium (Na), Silikon (Si), Nikel (Ni), Selenium (Se) dan Aluminium (Al) 
(Marschner, 1986); dan (c) Hara Non-esensial atau hara fungsional yaitu hara 
yang tidak mempunyai 4 kriteria esensial seperti di atas. 
berdasar  jumlah kebutuhan tanaman, hara esensial dibagi menjadi 2 
kelompok, yaitu  : hara makro adalah dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak, 
yang terdiri dari 9 unsur (C, H, O, N, P, K, S, Ca dan Mg) dan hara mikro yaitu 
dibutuhkan dalam jumlah relatif sedikit yang terdiri dari 7 unsur (Fe, B, Mn, Zn, 
Cu, Mo dan Cl). Dasar pembagiannya menjadi hara makro dan mikro ini 
 sembarang dan tidak jelas. Dalam praktek pembagian ini tak banyak artinya 
karena sangat tergantung jenis tanaman dan kondisi lingkungan 
berdasar  mobilitasnya dalam floem hara terdiri atas hara mobil seperti 
K, Na, Mg, P, S, Cl dan Rb; hara intermediet seperti  Fe, Mn, Zn, Co, dan Mo; dan 
hara immobil seperti Li, Cs, Sr, Ba dan B. 
Kecuali menurut kuantitas yang dibutuhkan tanaman, ada cara 
pengelompokan lain yang menggunakan dasar berbeda yaitu seperti Mengel 
dan Kirkby (1982) mengelompokkan unsur hara tanaman menjadi 4 kelompok 
menurut sifat biokimia dan fungsi fisiologi mereka yaitu : Kelompok 1 : terdiri 
dari C, H, O, N dan S.  Unsur ini merupakan penyusun utama bahan organik, 
terlibat dalam proses enzimatik dan reaksi-reaksi oksidasi-reduksi. Kelompok 2 
: terdiri dari P dan B. Unsur ini terlibat dalam reaksi transfer energi dan 
esterifikasi dengan gugus-gugus alkohol di dalam tanaman. Kelompok 3 : terdiri 
dari K, Ca, Mg, Mn dan Cl.  Unsur ini berperan dalam osmotic dan keseimbangan 
ion.  Juga memiliki fungsi-fungsi yang spesifik dalam konfirmasi enzyme dan 
katalisis. Dan kelompok 4 : terdiri ari Fe, Cu, Zn, dan Mo. Unsur ini hadir sebagai 
chelate structural, dan memungkinkan terjadinya transportasi elektron melalui 
perubahan valensi. Selain itu, unsur hara tanaman juga dapat dikelompokkan 
menjadi  kelompok metal (logam) seperti K, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, Cu dan Mo serta  
kelompok  non metal seperti N, P, S, B dan Cl. 
Menjaga dan mengontrol nutrisi tanaman merupakan salah satu aspek yang 
sangat fundamental dalam pertanian modern.  Pengaruh menguntungkan 
penambahan hara mineral ke dalam tanah untuk memperbaiki pertumbuhan 
 3 
 
tanaman telah dikenal dalam pertanian sejak lebih dari 2.000 tahun yang lalu 
(Marschner, 1986).    
Komposisi hara mineral dalam tubuh tanaman tidak dapat digunakan 
secara langsung untuk menentukan apakah hara-hara tersebut merupakan hara 
esensial bagi pertumbuhan tanaman (Hartman et al.,1981).  Menurut Epstein 
(1972), hara mineral dikelompokkan sebagai hara esensial paling tidak harus 
memenuhi 3 kriteria, yaitu : 1) tanpa kehadiran hara tersebut maka tanaman 
tidak dapat menyelesaikan siklus hidupnya, 2) fungsi hara tersebut tidak dapat 
digantikan oleh hara yang lain, dan 3) hara tersebut secara langsung terlibat 
dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai komponen yang dibutuhkan dalam 
reaksi-reaksi enzimatis.  Dengan demikian, sangatlah sulit untuk 
menggeneralisir apakah suatu hara mineral tertentu termasuk esensial atau non 
esensial, karena hara mineral yang satu bisa bersifat esensial bagi tanaman 
tertentu tetapi sebaliknya tidak esensial bagi jenis tanaman yang lain.   
 
Untuk tanaman tingkat tinggi terdapat 13 jenis hara esensial yang terdiri 
atas kelompok hara makro (N, P, K, S, Mg dan Ca) den kelompok hara mikro (Fe, 
Mn, Zn, Cu, B, Mo dan Cl) (Janick et al, 1974; Hartman et al., 1981;  Baligar dan 
Duncan, 1990).  Selanjutnya Brown et al. (1987 dalam Salisbury dan Ross,1992) 
menyajikan daftar unsur hara esensial dan konsentrasinya dalam jaringan yang 
diperlukan agar tumbuhan dapat tumbuh dengan baik (Tabel 1).  Disebutkan 
bahwa nilai konsentrasi tesebut menjadi pedoman yang berguna bagi para ahli 
fisiologi, pengelola kebun dan petani, karena konsentrasi unsur-unsur dalam 
jaringan (terutama dalam daun terpilih) lebih dapat dipercaya dari analisis tanah 
untuk menunjukkan apakah tanaman akan tumbuh lebih baik dan/atau lebih 
cepat jika unsur tertentu diberikan lebih banyak. 
Hampir 90% dari seluruh berat segar tanaman herba adalah air, dan 
sisanya 10% berupa bahan kering terutama terdiri atas 3 elemen yaitu carbon, 
hidrogen dan oksigen.  Sebagian kecil dari bahan kering tersebut, tetapi 
merupakan fraksi yang penting terdiri atas elemen-elemen lain yang secara 
absolut dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman yaitu 13 elemen yang 
dikelompokkan sebagai hara esensial bagi tanaman tingkat tinggi.  Ke tiga belas 
hara esensial tersebut dibagi lagi menjadi 2 kelompok berdasar  atas 
banyaknya jumlah yang dibutuhkan tanaman yaitu hara makro dibutuhkan dalam 
jumlah yang relatif banyak, biasanya dinyatakan dalam persen per unit bahan 
kering (meliputi N, P, K, Ca, Mg dan S) dan hara mikro dibutuhkan dalam jumlah 
yang relatif sedikit, biasanya dinyatakan dalam ppm (part per million) per unit 
bahan kering (meliputi Fe, Mn, Zn, B, Mo, Co dan Cl) (Janick et al, 1974).    
Salah satu metode untuk menentukan unsur hara yang esensial bagi 
tanaman dan berapa banyaknya adalah dengan menganalisis secara kimia 
semua unsur yang dikandung oleh tumbuhan sehat dan berapa banyaknya unsur 
itu.  Salisbury dan Ross (1992) menyebutkan berdasar  hasil analisis modern 
terhadap daun yang paling dekat dengan tongkol jagung muda (daun bendera) 
yang diambil dari daun jagung dikebun yang dipupuk dengan baik menunjukkan 
adanya konsentrasi 3 unsur esensial tambahan pada jagung yaitu seng, 
tembaga dan boron. 
 
1.2.  Fungsi Fisiologis Hara Mineral Bagi Tanaman.  
Secara fisiologis unsur hara yang diserap oleh tanaman akan memiliki 
fungsi tertentu di dalam tanaman.  Tubuh tanaman mengandung 90 jenis unsur 
dalam jumlah kecil, namun dari 90 unsur itu hanya 16 unsur yang diketahui 
bersifat esensial (Fageria, 1984).    Fungsi umum hara mineral adalah : 
1. Sebagai bagian dari protoplasma dan dinding sel.  Beberapa unsur hara 
merupakan bagian yang penting dari molekul sel ( misalnya S dalam protein, P 
dalam ATP, Mg dalam klorofil, Ca dalam kalsium pektat).  
2. Mempengaruhi permeabilitas membran sitoplasma.  Ca dan unsur-unsur yang 
bervalensi 2 atau 3 mengurangi permebilitas sedangkan unsur-unsur yang 
bervalensi 1 menambah permeabilitas. 
3. Sebagai katalisator dalam reaksi kimia. Misal : Fe, Cu dan Zn merupakan 
bagian dari berbagai enzim (bagian prostetik), Fe sebagai bagian dari 
sitokrom; Mg, Mn, Co dapat mempercepat atau memperlambat reaksi-raksi 
enzimatik. 
4. Sebagai penyangga kemasaman sel. Kation penting sebagai sistem 
penyangga tumbuhan adalah K, Ca, Na dan Mg. 
Pengaruh dan peranan tiap-tiap hara mineral bersifat sepesifik bagi 
tanaman.  Fungsi unsur hara makro dan bentuk yang  tersedia bagi tanaman 
seperti pada Tabel 2, sedangkan fungsi unsur hara mikro dan bentuk yang  
tersedia bagi tanaman seperti pada Tabel 3. 

2.1. Pergerakan Hara Mineral dari Larutan Tanah ke Permukaan Akar 
   Organ yang berfungsi menyerap unsur hara dari media tanaman adalah 
akar yaitu   bulu-bulu akar yang terletak beberapa millimeter di belakang ujung 
akar (root tip).  Bulu akar terbentuk dari satu sel yang bentuknya sempit dan 
panjang  
Gambar 1.  Skematis gerakan air dan unsur hara dari media 
tanam menuju xylem 
 Karena akar merupakan organ penyerap air dan unsur hara, maka kontak 
air atau unsur hara dengan permukaan sel bulu-bulu akar merupakan bagian 
yang sangat penting dari proses penyerapan.  Ada 3 cara atau peristiwa 
gerakan air dan unsur hara ke permukaan sel bulu akar yaitu melalui : 
1. Aliran Massa (Mass Flow) 
2. Peristiwa Intersepsi akar (Root Interception) 
3. Peristiwa Difusi (Diffusion) 
Aliran Massa (Mass Flow) 
Aliran massa merupakan gerakan larutan hara (air dan hara mineral) ke 
permukaan akar yang digerakkan oleh transpirasi tanaman (Gambar 2).  Hara 
bergerak karena ada gradien potensial air. Aliran massa terjadi akibat adanya 
gaya tarik menarik antara molekul-molekul air yang digerakkan oleh lepasnya 
molekul air melalui penguapan (transpirasi).  Setiap ada molekul air yang 
menguap posisinya akan diisi oleh molekul air yang berada di bawahnya dan 
molekul air di bawahnya menarik molekul yang di bawahnya lagi sampai pada 
molekul air yang berada di luar sel epidermis bulu akar masuk ke dalam sel 
sambil menarik molekul air yang kebetulan kontak dengannya. Demikian tarik-
menarik ini terjadi selama ada penguapan.  Karena pergerakan ini terjadi tidak 
membutuhkan energi, maka peristiwa ini disebut transportasi pasif unsur hara 
dari larutan media tanam menuju sel epidermis bulu akar.  Perhitungannya 
didasarkan pada konsentrasi hara dalam larutan tanah dan jumlah air yang 
ditranspirasikan melalui tanaman, dapat dinyatakan dalam koefisien transpirasi 
yaitu jumlah air yang ditranspirasikan oleh berat kering tajuk, misalnya 300-600 
liter air per kilogram tajuk kering atau per hektar areal tanaman 
Kuantitas unsur hara yang dapat mencapai permukaan akar (root surface) 
melalui peristiwa aliran massa dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : 
a. Sifat-sifat media tumbuh 
b. Kondisi iklim 
c. Kelarutan hara 
d. Spesies tanaman 
Kuantitas unsur hara yang dapat diserap oleh akar tanaman melalui aliran 
massa dapat dihitung dengan menggunakan persamaan  : MF  =  C x  WU, 
dimana          MF = kontribusi mass flow,  C = konsentrasi unsur hara,  WU  = total 
air yang diserap tanaman. 
 

 
Gambar 2.  Skematis gerakan air dan unsur hara melalui aliran massa. 
 
 
Peristiwa Difusi (Diffusion) 
  Difusi adalah peristiwa bergeraknya molekul-molekul dari daerah 
konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah (Gambar 3).  Jadi gerakan 
molekul (hara) terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi (concentration 
gradient). Dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa 
pasokan Ca dan Mg terutama adalah melalui aliran massa, sedangkan K dan P 
terutama oleh difusi. 
 Hara yang diangkut ke permukaan akar melalui proses difusi tidak dapat 
dihitung secara langsung, tetapi dihitung sebagai selisih dari penyerapan hara 
total oleh tanaman dikurangi penyerapan oleh aliran massa dikurangi 
penyerapan oleh pertumbuhan akar.   
 Daerah rhizosfir memiliki konsentrasi lebih rendah dari pada daerah di 
luarnya, sehingga pergerakan unsur hara terjadi dari daerah luar rhizosfir 
menuju daerah rhizosfir.  Akibat dari peristiwa ini unsur hara yang tadinya tidak 
kontak dengan akar menjadi bersinggungan dengan permukaan akar.  Untuk 
selanjutnya penyerapan dapat dilakukan oleh akar tanaman. 
Kuantitas masuknya unsur hara (flux) ke dalam tanaman mengikuti 
persamaan : F  =  -D (KT-KR), dimana  F  = flux;  D  =  koefisien difusi;  KT  = 
konsentrasi tinggi; dan KR  =  konsentrasi rendah. 
 
Keterangan : BA = bulu akar, E = sel epidermis akar, 
DKT = daerah konsentrasi tinggi, DKR = 
daerah konsentrasi rendah (rozosfir), dan           
arah gerakan unsure hara 
 
Gambar 3.  Skematis terjadinya gerakan air dan unsur hara melalui difusi 
 
Peristiwa Intersepsi/Penyusupan akar (Root Interception) 
Intersepsi akar terjadi akibat dari pertumbuhan akar dari pendek menjadi 
lebih panjang.  Dari tidak bercabang menjadi bercabang.  Dari bercabang 
sedikit menjadi bercabang banyak.  Sebagai akibat dari pertumbuhan ini akar-
akar yang terbentuk menjangkau bagian-bagian media tanam yang tadinya 
belum terjangkau.  Bertambahnya jangkauan tentu saja bertambah pula unsur 
hara yang bisa kontak dengan permukaan bulu-bulu akar dan selanjutnya dapat 
diserap oleh akar tanaman.  Unsur hara yang berhasil kontak dengan akar 
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : 
a. Volume media tanam yang tercover oleh perakaran. 
b. Morfologi akar 
c. Konsentrasi unsur hara yang tersusupi. 
Karena banyaknya kritik-kritik yang menyatakan bahwa penyerapan hara 
melalui pertumbuhan akar sebenarnya adalah penyerapan melalui difusi biasa, 
maka akhir-akhir ini tekanan pembahasan mengenai gerakan hara ke 
permukaan akar lebih difokuskan pada aliran masaa dan difusi biasa 
Setelah sampai di permukaan akar, maka hara akan masuk ke dalam akar 
melalui berbagai proses.  Banyaknya hara yang masuk ke dalam akar (Fu) 
terutama dipengaruhi oleh konsentrasi hara di permukaan akar (Cr).  
berdasar  selisih hara yang datang ke permukaan akar (pasokan) dengan 
banyaknya hara yang masuk ke akar, dapat terjadi zone 
penimbunan/accumulation zone (tertimbunnya hara di permukaan akar) dan 
zone pengurasan (depletion zone) di permukaan akar.  Bila diumpamakan 
bahwa Fu = banyaknya hara yang masuk ke akar,  F  = pasokan/masukan hara ke 
permukaan akar, dan  Cr = konsentrasi hara di permukaan akar, maka : 
 
 
Bila F > Fu maka terjadi zone penimbunan (accumulation zone) di 
permukaan akar, sedangkan apabila F < Fu maka  terjadi zone pengurasan 
(depletion zone) di permukaan akar.  berdasar  atas hal ini, maka ditinjau dari 
proses masuknya hara, dapat dijelaskan sebagai berikut: 
(a) Keadaan F < Fu atau penyerapan hara lebih cepat daripada masukan hara 
ke permukaan akar (resuplly)  terjadi bila gerakan hara terutama melalui 
 
Cr = F - Fu 
difusi, tetapi melalui aliran masa kecil atau sedikit sekali melalui aliran 
masa.  Bila hal ini berkepanjangan maka penyerapan hara akan makin 
berkurang. 
 
 
 
Ci 
 
 Permukaan akar                        Jarak dari permukaan akar 
Gambar di atas menunjukkan bahwa penyerapan lebih cepat dari pasokan 
(resuplly), akhirnya terjadi zone pengurasan.  Dengan berjalannya waktu, kurve 
penyerapan (Fu) terhadap waktu (t) menjadi linier, yang berarti bahwa pada 
akhirnya laju penyerapan tetap (F = Fu) seperti gambar berikut. 
Fu 
          F = Fu 
Linier (garis lurus) 
 
 T (waktu)  
(b) Keadaan F > Fu  atau penyerapan hara lebih lambat dibandingkan dengan  
pasokan, terjadi bila selain difusi terjadi aliran massa yang sangat besar, 
atau gerakan hara terutama melalui aliran masa.  
 
 
Konsentrasi T2 T3 T1 Ci=   konsentrasi awal sebelum percobaan.  
Bila tidak ada penyerapan, Ci akan 
kosntan 
 T1, T2,  …….. = waktu 
 
 
             Gambar di atas menunjukkan bahwa penyerapan lebih lambat dari 
pasokan (resuplly), akhirnya terjadi zone penimbunan.  Kurve penyerapan 
(Fu) terhadap waktu (t) akhirnya juga linier seperti di bawah ini. 
Fu 
         Linier 
 
T (waktu) 
 
(c) Keadaan F = Fu atau laju penyerapan sama dengan laju masukan hara ke 
permukaan akar.  Dalam hal ini konsentrasi hara dipermukaan akar tetap 
dengan konsentrasi hara dalam larutan tanah, oleh karena penyerapan 
tepat sama dengan suplai hara ke permukaan akar. 
 
 
Ci 
Konsentrasi 
Permukaan akar Jarak dari permukaan akar 
 
Dalam keadaan penyerapan sama dengan pasokan (resuplly) maka 
konsentrasi hara di permukaan akar sama dengan dalam larutan tanah, 
sehingga fungsi Fu terhadap waktu bersifat linier mulai dari awal seperti gambar 
berikut. 
Fu 
  
 
 
 
 T (waktu) 
 
Dari suatu perhitungan yang mempelajari penyerapan K oleh perakaran 
jagung, diperoleh hasil sebagai berikut : 
Ci 
Konsentrasi 
Permukaan akar Jarak dari permukaan akar 
Tetap 
- Transpirasi melalui daun jagung adalah 2.500 M3/ha selama umur jagung.  
Larutan tanah kebun jagung tersebut mengandung rata-rata 4 ppm K atau 
4 mg K/lt atau 4 gram/M3.  Jadi dalam 2.500 M3 larutan terdapat  4 x 2.500 
gr/Ha = 10.000 gr/Ha = 10 kg/Ha. 
- Padahal seluruh jagung yang dipanen (termasuk daun, akar, batang) 
mengandung kurang lebih 100 kg. K/ha.  Jadi ada selisih 100 – 10 = 90 kg 
K/Ha, yang masuk ke dalam tanaman tidak melalui aliran massa, jadi tidak 
disebabkan oleh transpirasi. 
- Volume akar jagung rata-rata adalah 1 % (antara 0,4 – 2 %) dari volume 
tanah.  Bila diasumsikan bahwa K menyebar rata maka hanya 1 % dari K 
tanah yang langsung menempel pada akar jagung. 
- Kadar K tersedia dalam tanah kebun jagung berkisar antara 100-300 
kg/Ha.  Jadi K yang langsung menempel pada akar jagung adalah 1% x 
100 – 300 K/Ha = 1 – 3 kg/Ha.  Jadi K yang diserap oleh karena kontak 
langsung antara akar dan hara, yaitu yang diserap karena pertumbuhan 
akar adalah sekitar 1 – 3 kg K/Ha dibultkan 5 kg K/Ha. 
- Dari perhitungan-perhitungan di atas tampak bahwa dari 100 kg/K yang 
terdapat dalam tanaman jagung/Ha, 10 kg/Ha didapat dari transpirasi, 5 
kg/ha karena pertumbuhan akar dan 85 kg K/Ha karena difusi. 
Nyata bahwa difusi adalah proses terpenting dalam penyerapan hara akar, 
karenanya jelas keadaan hara sekitar akar tidak sama dengan keadaan hara 
dalam tanah pada umumnya.  Bila 85 % dari K yang diserap akar adalah melalui 
proses difusi, maka konsentrasi K di sekitar akar harus jauh lebih rendah dari  
pada konsentrasi larutan K tanah pada umumnya, sehingga terjadi gradient 
konsentrasi yang besar. 
 
2.2.  Angkutan Hara ke Tengah Akar 
Angkutan hara ke tengah akar dapat melalui 2 jalur, yaitu  :  (1) Apoplastik 
yaitu  angkutan hara melalui daerah bebas (DB) diantara sel-sel akar; dan (2) 
Simplastik yaitu  angkutan hara melalui plasmodesmata (benang-benang 
protoplasma yang menghubungkann sel satu dengan yang lain, dengan 
menghindari vacuola. 
 Larutan hara secara bebas bergerak menuju ke permukaan akar melalui 
difusi dan aliran massa.  Hara dan senyawa dengan berat molekul (BM) kecil 
bahkan secara bebas dapat masuk sampai ke sel kortek yang berisi air secara 
difusi.  tetapi senyawa dengan BM tinggi (kelat logam, molekul racun, virus dan 
kuman-kuman patogen) terhambat oleh kecilnya pori-pori atau diameter sel 
akar. 
 Daerah akar yang dapat dimasuki hara secara pasif disebut Daerah Bebas 
(DB) atau Affarent Free Space.  Space atau ruang itu meliputi Rhizodermis dan 
kortek akar, meliputi  10% dari total volume akar. Gerakan pasif terhenti 
sampai sel kortek terdalam (endodermis) yang dindingnya dilapisi suberin yang 
kedap air disebut Kasparian Strip.  Lapisan ini menghalangi hara masuk ke 
tengah akar secara pasif, kecuali pada ujung akar dimana diferensiasi sel belum 
sempurna dan pada pangkal akar dimana akar lateral menembus endodermis 
sehingga terjadi kebocoran. Gerakan ion hara dan molekul dengan BM tinggi 
terhambat masuk DB karena : 
(a)   Diameternya > dari diameter pori sel akar 
(b)   Diameter pori sel akar  5 nm.  Ion K+ dan Ca++ mudah masuk DB karena 
diameternya hanya  0,7 nm. 
(c)   Di Daerah DB permukaan dinding sel akar penuh dengan gugus COO-.  
Gugus itu bertindak sebagai daerah tukar kation (KTK).  Jadi akar 
memiliki KTK, dimana KTK sel akar tersebut identik dengan KTK tanah. 
Dengan memiliki KTK, sel akar mangabsorpsi kation, tetapi menolak 
anion. Besarnya KTK daerah Bebas Sel Akar tergantung jenis 
tanamannya.  contoh : KTK dikotil > KTK monokotil. 
 
Penyerapan/absorpsi hara oleh akar, dapat terjadi secara : 
(a)  Aktif (Simplastik) : perlu energi dari respirasi atau fotofosforilasi 
(b)  Pasif (Apoplastik), melalui dua cara, yaitu : 
(1) Secara difusi di daerah Water Free Space (WFS) atau Outer Space (OS). 
(2)   Pertukaran ion di daerah Donan Free Space (DFS) 
 
 
 
WFS =  daerah di akar dimana hara dapat masuk dengan bebas secara 
difusi biasa 
DB (AFS) = WFS (OS) + DFS 
  
 
DFS  =  daerah di akar dimana hara masuk karena pertukaran kation (cation 
axchange) 
Contoh hasil percobaan Epstein (1955) yang membuktikan pasif difusi biasa 
dan pasif pertukaran ion adalah sebagai berikut. 
 
(1) Membuktikan pasif difusi biasa 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
                            ion hara yang berdifusi (ml) 
WFS  =  --------------------------------------------------------------------------- 
                Konsentrasi larutan garam di bagian luar sel (g) 
 
 
                4,45 mol/1 g 
          =  ------------------------- = 0,22 ml/g 
               20 mol/ml  
 
 
 
 
 
K2SO4 
20 mol/ml 
1 gram jaringan akar 
Air 
Angkat 
Ada garam yang 
dibebaskan sebanyak 
4,45 mol/1 g 
 22 
 
(2) Membuktikan pasif pertukaran ion 
 
 
2.3.  Masuknya Hara ke Xylem Akar 
Setelah sampai di tengah akar, hara harus masuk ke xylem akar agar dapat 
ditranslokasikan ke tempat-tempat yang membutuhkan.  Teori masuknya hara 
ke xylem diantaranya : 
Ca 
CaCl2 Air 
Dicuci dlm air 
Ca yang ada di OS akan keluar (yang 
berasal dari diifusi) 
 
Celupkan 
Mg SO4 
Ca 
Mg 
Ca yang keluar dari wadah terakhir adalah Ca yang menempati daerah 
DFS (masuk karena pertukaran difusi), sedangkan Ca yang keluar karena 
pencucian dalam air : menempati WFS (masuk karena difusi biasa) 
  
 
(1) Teori Craft dan Broyer :  hara diangkut secara aktif simplastik melalui sel 
kortek ke sel endodermis, kemudian “ bocor” ke xylem 
(2) Teori Lauchli : ion hara masuk ke xylem secara aktif dengan model 2 pompa.  
Satu di rhizodermis dan kortek, dan satu lagi di perbatasan xylem. 
 
Angkutan hara menembus membran  
Menurut teori alat pengangkut, angkutan hara menembus membran 
melibatkan semacam alat angkut (carrier) yang mengikat ion-ion tertentu, 
membawanya melintas membran dan melepas ion-ion tersebut disisi lain dari 
membran dengan energi (ATP) dari proses respirasi atau dari proses 
fotofosforilasi pada sel berklorofil.  Angkutan ion hara menembus membran 
berlawanan arah dengan gradien konsentrasi, melibatkan energi atau semacam 
pompa pada membran.  Jadi sifatnya aktif.  Pada angkutan pasif, konsentrasi ion 
hara dalam sel lebih kecil dibandingkan konsentrasi ion hara di luar sel. 
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan hara adalah : 
1. Sifat fisikokimia ion.  Ion dengan valensi sama, laju penyerapannya 
berkolerasi negatif dengan jari-jari ion (r).  Contoh : Li, Na, dan K dengan r 
masing-masing 0,38; 0,36; dan 0,33 nm laju penyerapannya berturut-turut 2; 
15 dan 26 mol/g akar segar/3 hari.  Laju penyerapannya semakin menurun 
dengan makin tinggi muatannya, karena muatan yang lebih tinggi 
menyebabkan interaksinya dengan muatan membran meningkat. Dengan 
kata lain : laju penyerapan molekul tak bermuatan >> kation (+)/ anion (-) >> 
kation (+2)/anion (-2) >> kation (+3)/anion (-3). 
 
2. Interaksi antar ion.  Interaksi antar ion ada yang interaksi kompetisi dan 
interaksi sinergieme.  Pada interaksi kompetisi, ion dengan jari-jari dan 
valensi sama atau hampir sama akan berkompetisi atau bersaing masuk ke 
sel akar.  Contoh :  
1. Jari-jari K+ mirip dengan Rb+, padahal dalam metabolisme Rb+ tidak dapat 
menggantikan K+.  Bila K+ dan Rb+ sama-sama ada dalam larutan tanah, 
Rb+ menghambat penyerapan K+ karena alat angkut pada membran sel 
akar rupanya tidak bisa membedakan antara K+  dengan Rb+. 
2. Na+, Cs+ dan K+ walaupun valensinya sama, namun afinitas K+ terhadap 
alat angkut jauh lebih besar dari yang lain.  Oleh karena itu K+ menang 
dalam kompetisi. 
3. Mg+2 penyerapannya dihambat oleh Ca+2 karena afinitas Mg+2 terhadap alat 
angkut lebih rendah. 
4. Kompetisi antar anion terjadi antara NO3
- dan Cl-.  Bila Cl- tinggi, serapan 
NO3
- turun dan sebaliknya. 
Kompetisi menggambarkan selektivitas membran tidak berdasar  atas 
kebutuhan hara tanaman untuk metabolisme, tetapi didasarkan atas kemiripan 
fisik dan kimia ion hara yang bersangkutan.  Artinya adalah tanaman tidak dapat 
menghindari penyerapan ion-ion hara yang tidak bermanfaat karena secara fisik 
dan kimia ion-ion tersebut mirip.  Pada interaksi sinergisme, terjadi rangsangan 
penyerapan ion oleh ion lainnya dan rangsangan penyerapan kation oleh anion 
atau sebaliknya. Contoh :  
  
 
1. Pada pH rendah disertai tidak ada Ca+2,  terjadi hambatan penyerapan K+ 
oleh H+ karena kompetisi.  Dengan adanya Ca+2 pada pH rendah tersebut 
terjadi rangasangan penyerapan K+.  Disini Ca+2 mengimbangi pengaruh 
negatif H+. 
2. Pada pH tinggi : peranan Ca+2 untuk merangsang penyerapan K+ menurun, 
bahkan menghambat karena terjadi kompetisi. 
3. Pada tanah dengan kadar garam rendah, Ca+2 meningkatkan penyerapan 
K+ dengan meningkatkan influx, selanjutnya pada tanah salin (kadar 
garam tinggi) Ca+2 meningkatkan penyerapan K+  dan menurunkan 
penyerapan Na+. 
 

 
4. Konsentrasi Larutan Luar.  Konsentrasi larutan luar meningkat, maka 
penyerapan hara juga ikut meningkat  
5.  Konsentrasi hara internal.  Umumnya makin tinggi konsentrasi hara tertentu 
dalam jaringan tanaman (status nutrisi tanaman tinggi) laju penyerapannya 
semakin menurun.  Mungkijn karena : bocor, alat angkut mengangkut 
kembali hara tersebut keluar dan tekanan osmotik meningkat kemudian 
turgor menurun sehingga sel tidak efektif lagi. 
  
Besarnya Penyerapan Hara antara Ujung Akar dan Pangkal Akar 
Walaupun pangkal akar masih mampu menyerap hara, namun umumnya 
laju penyerapan hara dari ujung ke pangkal semakin menurun.  Faktor-faktor 
yang menentukan, karena   pada pangkal akar telah terjadi : 
(1) Pembentukan suberin (gabus) pada rhizodermis 
(2) Pembentukan endodermis sekunder dan tersier yang menyebabkan 
hambatan angkutan hara secara radial ke stele 
(3) Degenerasi sel-sel kortek menjadi aerenchyma. 

2.4.  Gerakan Hara Mineral dalam Xylem 
Walaupun hara selalu bergerak dalam air, namun pola gerakan hara sama 
sekali berbeda dengan pola gerakan air terutama dalam sel-sel hidup seperti 
sel-sel mesofil dan sel-sel floem.  Tetapi dalam pembuluh xylem, hara banyak 
bergerak secara pasif ke dalam pucuk bersama-sama dnegan air mengikuti 
aliran transpirasi atau oleh tekanan akar.  Dengan kata lain, hara bergerak 
dalam xylem secara pasif (aliran massa) bersama air mengikuti aliran 
transpirasi.  Hal tersebut terjadi karena ada gradien Potensial Air (PA), dimana 
PA udara << PA sel daun << PA xylem << PA sel akar << PA larutan tanah.  Ini 
terutama terjadi pada siang hari dan satu arah.  Angkutan hara dalam xylem 
terutama apoplastik. 
Segera setelah air masuk ke dalam pembuluh xylem, hara akan ikut aliran 
air ke pucuk melalui aliran massa.  Dalam keadaan normal, transpirasi 
merupakan proses yang sangat boros air.  Untuk membentuk bahan kering 1 kg, 
maka jumlah air yang melewati pembuluh xylem karena transpirasi berkisar 
antara 200-1.000 liter.  Namun demikian transpirasi merupakan proses yang 
penting, karena punya 3 manfaat utama yaitu : (1) mempertahankan sel-sel daun 
agar tetap basah sehingga fotosintesis berjalan lancer; (2) untuk memompa air 
naik dari akar ke daun; dan (3) merupakan penyangga suhu daun. 
Struktur  pembuluh xylem terdiri dari sel-sel mati yang dinding sampingnya 
penuh noktah, sedangkan dinding atas dan bawahnya hilang sehingga 
pembuluh xylem sebenarnya terdiri atas seberkas pipa-pipa yang dindingnya 
penuh dengan pori-pori.  Dinding bagian dalam terdapat muatan negatif, dapat 
  
 
menyerap kation sehingga mempunyai bidang jerapan atau punya Kapasitas 
Tukar Kation (KTK).  KTK xylem identik dengan KTK DB akar.   
Gerakan hara ke atas karena pertukaran kation (cation exchange).  Kation 
divalen dijerap lebih kuat dari monovalen (Ca+2, Zn+2 >> K+, Na+).  Bila semua 
muatan negatif sudah penuh atau kation yang dijerap sama dengan kation yang 
naik ke atas maka laju masuknya ion ke xylem sama dengan yang di lepas ke 
pucuk. Namun, kation-kation dalam bentuk yang dikelat (contoh : Fe-EDTA) dan 
Ca-EDTA dapat bergerak lebih lancar karena muatan Fe tidak efektif. 
Dalam perjalanannya dalam xylem, hara mengalami 3 proses penting, yaitu 
: pertukaran adsorpsi, resorpsi dan sekresi (pelepasan).  
 
Pertukuaran Adsorpsi. 
Pertukaran adsorpsi terjadi pada bidang jerapan xylem, dimana kation 
tertentu mendesak posisi kation lain pada KTK  dinding sel xylem sehingga 
kation lain tersebut bergerak ke atas menuju ke bagian tanaman yang 
membutuhkan. Dengan adanya pertukaran adsorpsi ini, laju gerakan kation 
dalam xylem ditentukan oleh : 
a. Valensi kation (Ca+2 , K+) 
b. Konsentrasi hara 
c. Adanya ion kompetitor 
d. Besarnya KTK xylem (dikotil >> monokotil) 
  
 
Contoh hasil penelitian pertukaran adsorpsi dapat dilihat pada Tabel 6 
menganai pengaruh kation-kation lain dan eksudat akar terhadap pengangkutan 
Ca selama 24 jam pada buncis tanpa akar (derooted) (
 
Resorpsi  
Resorpsi adalah diserapnya hara secara aktif oleh sel-sel hidup disekitar 
xylem sepanjang perjalanan hara tersebut dalam xylem. Sel hidup dekat xylem 
merupakan sel pertama yang menyerap secara selektif.  Jadi konsentrasi ion 
tertentu menurun mulai dari akar ke pucuk.  Keadaan seperti ini menyebabkan 
air yang keluar dari hidatoda melalui gutasi hanya berupa air murni. 
Tanaman natrofobik (suka Na+) contohnya kacang-kacangan memiliki daya 
resorpsi tinggi terhadap Na sehingga Na banyak ditahan di akar dan pangkal 
batang.  Sebaliknya tanaman Hidrofilik (tidak suka Na+), resorpsi terhadap Na 
kecil sehingga Na banyak sampai di daun.  Makanan ternak menghendaki Na 
tinggi (Na daun >> 0,2%) sehingga yang baik dipilih adalah jenis hidrofilik. 
Contoh hasil penelitian resorpsi dapat dilihat pada distribusi Mo pada buncis 
dan tomat seperti Tabel 7. 
 
Sekresi Hara 
Perubahan komposisi hara selama perjalanannya dalam xylem karena 
adanya pelepasan (sekresi) hara dari sel-sel sekitar pembuluh xylem menuju ke 
xylem. Proses sekresi sangat penting untuk menjamin kesinambungan pasokan 
hara ke titik tumbuh.  Bila pasokan hara dari akar banyak, kelebihannya 
disimpan di sel-sel sekitar pembuluh xylem dan sebaliknya. 
Distribusi hara di pucuk dipengaruhi oleh adanya transpirasi.  Pengaruh 
transpirasi terhadap distribusi hara di pucuk terutama ditentukan oleh laju 
transpirasi.  Dalam hal ini bagian atau organ tanaman yang laju transpirasinya 
lebih tinggi umumnya mendapat hara lebih tinggi.  Tanaman parasit dapat hidup 
pada tanaman inangnya karena laju transpirasi tanaman parasit lebih tinggi dari 
tanaman inangnya.  Hal ini disebabkan potensial airnya lebih rendah, sehingga 
dengan mudah dapat menyerap air dan hara dari tanaman inangnya. Contoh 
hasil penelitian laju transpirasi terhadap kandungan boron pada berbagai organ 
tanaman “Rape” menunjukkan bahwa kandungan boron pada biji lebih sedikit 
dibandingkan dengan di polong dan kandungan boron di polong lebih sedikit 
dibandingkan dengan di daun (Gambar 4) karena laju transpirasi biji lebih kecil 
dari laju transpirasi polong, demikian pula laju transpirasi polong lebih kecil dari 
laju transpirasi daun.  Pada daun  keracunan boron (nekrosis) pada tepi-tepi 
daun terjadi karena laju transpirasi tangkai daun lebih kecil dibandingkan 
dengan daun bagian tengah dan laju transpirasi daun tengah lebih kecil 
dibandingkan daun bagian ujung (
b) Waktu.  Pada siang hari transpirasi tinggi sehingga peranan penyerapan 
hara lewat transpirasi penting.  Menjelang petang transpirasi makin 
menurun sehingga aliran hara makin tergantung tekanan akar. 
c) Jenis hara. Peranan transpirasi lebih besar pada hara yang tidak bemuatan 
dibandingkan dalam bentuk ion. 
d) Konsentrasi larutan luar.  Makin tinggi konsentrasi larutan luar, peranan 
transpirasi makin besar. 
Tabel 8 menunjukkan pengaruh laju transpirasi pada penyerapan dan 
translokasi hara K dan Na pada tanaman gula bit.  Tabel tersebut menunjukkan 
bahwa penyerapan dan translokasi K tidak dipengaruhi oleh laju transpirasi 
rendah atau tinggi, sedangkan penyerapan dan translokasi Na berbeda antara 
laju transpirasi rendah dan laju transpirasi tinggi.   
 

 
2.5.  Gerakan Hara dalam Floem 
 Angkutan hara dalam floem dapat diketahui antara lain berdasar  
analisa larutan dalam floem.  Mobilitas hara dalam floem berbeda menurut jenis 
haranya.  Berbeda halnya dengan gerakan/angkutan hara dalam xylem yang 
selalu satu arah mengikuti transpirasi, angkutan dalam floem adalah dua arah 
yaitu dari sumber (source) ke wadah (sink) dan digerakkan secara aktif. 
Pembuluh floem tersusun dari sel-sel hidup, terdiri atas pembuluh tapis, 
sel-sel pelengkap, dan sel-sel parenchyma.  Sel-sel pembuluh tapis punya 
lapisan sitoplasma tipis disebut Protein-P menghubungkan sel tapis satu dengan 
yang lainnya.  Jadi pola angkutan dalam floem mirip dengan pola pada simplas.  
Kalau pada simplas melalui plasmodesmata, sedangkan floem melalui protein-P.  
Lubang pada piringan tapis dilapisi Kalos (Callose), yaitu karbohidrat 
terdehidrasi.  Kalos tsb mengendalikan aliran floem dengan cara membengkak 
sehingga menutup jalur floem. Pemblokiran dirangsang oleh faktor luar seperti 
peningkatan suhu mendadak (terbakar) dan luka mekanis.  Faktor tersebut 
mengaktifkan pembengkakan sehingga lubang tertutup. Komposisi isi floem 
berdasar  hasil analisis yang dilakukan para peneliti adalah : 
1. Komponen utama adalah sukrosa > 90% bahan padat 
2. Bahan kering 15-25% 
3. Kemasaman (ph) 7-8 
4. Kandungan asam organik dan n-organik tinggi, terutama asam amino dan 
amida 
5. Kandungan k>p>mg>s tereduksi.  Kandungan ca selalu rendah 
6. Kandungan semua padatan floem >>> xylem kecuali ca 
7. Kation an-organik >> anion anorganik 

berdasar  analisis isi floem dan percobaan perunutan dengan unsur 
radioatif (seperti *P dan *Na), mobilitas hara dalam floem  dapat diklasifikasikan: 
1. Hara mobil dalam floem: P, K, Mg, S, Na, Rb, Cl 
2. Intermediet (setengah mobil): Fe, Zn, Co, Mn, Mo 
3. Immobil/tidak mobil: Ba, Li, Ca, B, Sr 
Dalam kaitan ini dua catatan yang perlu diperhatikan yaitu : (1)  walaupun 
Ca ada dalam floem tetapi dia tidak mobil; dan (2) Boron tidak mobil dalam floem 
tetapi dapat mobil bila dibutuhkan oleh buah yang sedang membesar.  Misalnya 
ke dalam polong kacang tanah dan buah apel. 
Angkutan dalam floem merupakan angkutan jarak jauh (long distance 
transport).  Arah angkutan dalam floem terdiri dari 2 arah, yaitu dari “source” 
(daun) ke “sink” (akar, pucuk, buah, biji) sebagai tempat pembongkaran isi 
floem; serta dari tempat-tempat tertentu ke daun. Sumber hara adalah apoplast 
stele akar,  xylem batang dan daun, dan sel-sel daun, terutama pada saat 
adanya remobilisasi hara. 

Antara pembuluh floem dan xylem hanya dipisahkan oleh beberapa lapis 
sel saja, dan hal itu memungkinkan terjadinya transfer hara dari xylem ke floem.  
Proses transfer tersebut berlangsung secara aktif melalui sel transfer. Transfer 
hara dari xylem ke floem mempunyai peranan sangat penting karena aliran hara 
dalam xylem tidak menuju ke bagian-bagian yang membutuhkan hara, tetapi 
menuju ke bagian-bagian atau organ yang laju transpirasinya tinggi. Rembesan 
dari floem ke xylem juga telah ditemukan pada gandum setelah antesis. 
Penyerapan hara ke daun dapat hanya melalui xylem atau bersama-sama 
melalui xylem dan floem.  Hal tersebut telah ditemukan pada penyerapan hara K 
pada tanaman jelai seperti Tabel 9.  Tabel 9 tersebut menunjukkan bahwa 
selama pembesaran daun, penyerapan K dapat melalui xylem dan floem.  Makin 
Floem 
Xylem 
             Floem (2 arah) 
             Xylem (1 arah) 
   T =  sel transfer 
 36 
 
tua umur daun, angkutan K lewat floem berkurang. Pada daun tua, daun dipasok 
kebutuhan K-nya oleh xylem dan pada saat yang sama ada sejumlah K yang 
pergi (mengalami remobilisasi) dari daun melalui floem. 
 
Tabel 9.  Laju penyerapan K ke daun lewat xylem dan floem pada tanaman jelai 
 
Angkutan 
melalui 
Umur daun 
Muda Setengah Umur Tua 
Xylem 
Floem 
2,0 
1,3 
2,7 
0,7 
1,9 
-1,6 
Total 3,3 3,4 0,3 
 
 
2.6.  Penyerapan Hara Lewat Daun dan Translokasinya 
Peranan daun dalam menyerap substansi dari udara tidak hanya penting 
untuk nutrisi tanaman itu sendiri, tetapi juga penting bagi siklus global elemen-
elemen tertentu yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.  Penyerapan 
hara melalui daun sangat dientukan oleh struktur daun dan komponen-
komponennya dan permeabilitas kutikel. 
Bagi tanaman air, penyerap hara utama adalah daun, sedangkan tanaman 
darat (teresterial plant) penyerap hara utama adalah  akar.  Daun tanaman darat 
juga bisa menyerap hara tetapi sangat dibatasi oleh dinding sel epidermis 
bagian luar.  Dinding itu diselimuti lapisan kutikula mengandung lilin, pectin, 
hemiselulosa dan  selulosa.  Dinding sel bagian luarnya hidrofobik, sedangkan 
bagian dalamnya hidrofilik.  Fungsi lapisan hidrofilik dinding sel adaah : (a) 
fungsi utama, melindungi daun dari kehilangan air dari transpirasi berlebihan, 
dan (b) fungsi tambahan, melindungi tercucinya senyawa organik dan an-
organik oleh air hujan. Kedua fungsi tersebut tergantung kondisi iklim. 
Kutikula menutupi seluruh permukaan daun termasuk lubang stomata dan 
bulu-bulu daun (trichomes) sehingga besifat sebagai penghalang pertama 
absorpsi. Penetrasi lewat kutikula melalui difusi.  Permeabilitas kutikula 
tergantung pada stadia perkembangan daun.  Daun muda lebih mudah ditembus 
karena kutikulanya masih hidrofilik, sedangkan daun tua bersifat hidrofobik. 
Urutan penetrasi lewat daun menurut Haile-Mariam 
: Cs=Rb>K>Na=Ba>Sr>ca, dan penetrasi molekul besar (kelat logam, virus, dan 
lain-lain) lewat kutikula sulit.  Jadi sama dengan di akar. 
Pada daun terdapat ectodesmata, yaitu semacam lubang atau saluran 
tempat bergeraknya hara dan zat terlarut menyeberangi lapisan kutikula.  
Ectodesmata tidak berplasma (non-plasmatik), berguna pula bagi jalur 
transpirasi kutikula (transpirasi peristomata) dan halangan penetrasi pada 
bagian kutikula adalah berbeda pada bagian berbeda. 
Penetrasi masuknya hara pada kutikula lebih kecil daripada bila hara 
masuk lewat stomata.  berdasar  hal itu, penetrasi hara ke dalam jaringan 
daun melalui stomata terbuka tidak bisa berlangsung dengan mudah karena 
lapisan kutikula juga menutupi permukaan sel jaga (guard cell) pada lubang 
stomata.  Hal tersebut terbukti bahwa  laju penyerapan ion pada penyemprotan 
lewat daun lebih tinggi pada malam hari ketika stomata tertutup. 
Stomata  merupakan tempat pertukaran gas (CO2, O2) antara daun dengan 
atmosfer.  Hara mineral berbetuk gas seperti SO2, NO2, NH3 dan lain-lain juga 
  
 
dapat masuk ke daun melalui stomata. Hara yang masuk ke daun harus melalui 
kutikula sampai mencapai WFS.  Artinya setelah melalui kutikula, hara 
terakumulasi di daerah Free Space yaitu daerah yang masih diluar membran 
plasma dari sel daun.  Menurut Epstein (1993), Free Space di daun merupakan 
ruang antara dinding sel dan membran plasma.  Volumenya 3-5% dari total 
volume daun.  Untuk masuk ke sitoplasma daun, hara harus menyeberangi 
membran plasma secara aktif dengan energi dari respirasi arau fotofosforilasi. 
Perjalanan hara dalam daun ke jaringan vaskuler (floem daun) kemudian 
diangkut keluar daun dapat melalui 2 jalur yaitu apoplastik dan simplastik.  
Transport hara dari daun ke bawah melalui floem.  Jadi sama dengan transport 
hasil fotosintesis. 
Karena daun dapat berfungsi sebagai penyerap hara maka pemupukan 
dapat dilakukan lewat daun. Pemupukan lewat daun dengan metode semprot 
mempunyai kelebihan  penyerapannya cepat, tapi kelemahannya suplai haranya 
sementara.  Setelah cairan yang menempel di permukaan daun habis maka 
suplai haranya terhenti.  Kelemahan-kelemahan lain dari pemupukan lewat daun 
1. Laju penetrasinya rendah, terutama pada tanaman yang daunya 
berkutikila tebal (ex. : jeruk, kopi) 
2. Run-off dari permukaan daun yang hidrofobik. 
3. Mudah tercuci oleh air hujan 
4. Cepat mengering 
  
 
5. Jumlah hara makro yang dapat disuplai dalam sekali semprot sangat 
rendah 
6. Kerusakan daun bila dosis tidak tepat seperti nekrosis dan terbakar 
7. Hara mineral tertentu seperti ca, laju translokasinya dari tempat 
diserap (terutama pada daun muda) ke bagian lain sangat lambat. 
Kerusakan daun karena konsentrasi tinggi merupakan problem serius pada 
pemupukan lewat daun karena ketidakseimbangan hara lokal pada daun.  Tetapi 
bukan karena efek osmosis.  Namun demikian pengaruh kurang baik dari 
pemupukan lewat daun dapat dinetralisir antara lain dengan pemberian sukrosa 
(Tabel 10). 

Pada kondisi tertentu teknik pemupukan lewat daun sangat berguna.  Hal 
tersebut terutama sangat bermanfaat pada kondisi : 
1. Ketersediaan hara tanah rendah. Contohnya, pada tanah berkapur, 
kandungan Fe rendah.  Pemberian pupuk yang mengandung Fe dapat 
dilakukan lewat daun. Pada tanah dengan pH tinggi, terjadi difisiensi Mn. 
Pemberian pupuk yang mengandung Mn saat baik dilakukan lewat daun. 
Demikian pula pada tanah masam, Mo terikat kuat. Pemberin pupuk yang 
mengandung Mo dapat dilakukan lewat daun 
2. Tanah dengan lapisan top soil kering.  Tanah yang permukaannya kering, 
tetapi di sub-soil ada air.  Sangat baik melakukan pemupukan lewat daun. 
3. Fase reproduktif.  Pada fase ini aktivitas akar menurun akibat kompetisi 
karbohidrat dengan bunga, buah dan biji sehingga penyerapan akar lewat 
tanah menurun.  Hal ini dapat diatasi dengan pemupukan lewat daun (foliar 
application). 
4. Meningkatkan kandungan protein pada serealia.  Dengan pemupukan N 
lewat daun, N yang sifatnya sangat mobil dengan sangat cepat langsung 
dapat ditransport ke biji yang sedang berkembang.  Dengan demikian 
pembentukan asam amino di biji meningkat. 
5. Meningkatkan kandungan Ca pada buah.  Ca merupakan komponen yang 
sangat penting pada buah.  Walaupun transport Ca lewat floem sangat kecil, 
tetapi dengan penyemprotan Ca berkali-kali lewat daun pada apel dapat 
meningkatkan kandungan Ca pada buah apel (Schumacher 1986).  
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemupukan lewat daun adalah: 
(1) Cahaya, temperatur dan kelembaban.  Pengaruhnya berkaitan dengan 
fotosintesis, ketebalan kutikula, lapisan lilin dan kecepatan adsorpsi. 
(2) Umur daun dan spesies tanaman.  Daun agak muda lebih efisien.  Spesies 
tanaman berkaitan dengan bentuk dan fisik daun.   
(3) Bentuk kimia pupuk.  Pada tanaman apel, pemberian N lewat daun dalam 
bentuk (NH4)2S)4 serapannya lebih baik dibandingkan dalam bentuk Ca(NO3)2.  
Fosfor dalam bentuk H3PO4 diadsorpsi lebih banyak dibandingkan dalam 
bentuk K3PO4, NO3PO4 atau Ca3 (PO4)2. 
(4) Pemberian “wetting agent” atau “surfactan” pengaruhnya lebih baik.  Fungsi 
wetting agent adalah menurunkan tegangan permukaan daun dan 
membasahi permukaan daun seningga pupuk lebih banyak dapat diserap. 
 
2.7. Remobilisasi Hara 
Remobilisasi hara adalah berpindahnya atau realokasi hara dari suatu 
organ tanaman ke organ lainnya. Akibat adanya remobilisasi tersebut maka 
terjadi penurunan jumlah hara neto dari suatu organ. Remobilisasi hara terjadi 
karena masuk (influx) dan keluarnya (eflux) hara dari organ tanaman dapat 
berlangsung pada saat bersamaan.  Besarnya influx dan eflux sukar diukur.  
yang diketahui hanya neto keluar dan masuknya hara.  Tahapan remobilisasi 
hara di daun adalah : 
1. Mobilisasi hara di sel-sel daun 
2. Angkutan jarak dekat secara simplast ke floem 
3. Masuk ke pembuluh floem secara aktif 
4. Angkutan dalam floem ke organ yang membutuhkan 
Remobilisasi hara terjadi pada : (a) Saat perkecambahan biji.  Pada saat ini 
remobilisasi hara (kecuali Ca) terjadi dari biji ke titik-titik tumbuh (akar dan 
tunas pucuk) melalui xylem dan floem; (b) Saat tanah dalam keadaan kahat hara.  
Bila kandungan hara tanah rendah atau kadar air rendah, remobilisasi hara dari 
organ tertentu sangat penting karena pada saat itu tanaman tidak mampu 
menyerap hara dari tanah; (c)  Saat pembentukan bunga, buah dan biji.  Pada 
saat fase reproduksi terjadi pembentukan bunga, buah dan biji yang 
membutuhkan banyak fotosintat.  Akibatnya pasokan fotosintat ke bagian akar 
menurun drastis, aktivitas akar menurun karena kekurangan energi, sehingga 
penyerapan hara menurun.  Dalam keadaan seperti itu terjadi remobilisasi hara 
dari daun ke organ generatif.  Kadang-kadang menyebabkan kandungan hara 
daun turun drastis dan proses tsb mengakibatkan gejala kahat hara daun 
selama fase reproduktif tampak cepat bahkan seringkali diikuti oleh gugurnya 
daun; dan (d) Saat sebelum gugur daun. Secara alami daun-daun tanaman yang 
sudah tua akan diikuti oleh gugurnya daun tersebut.  Sebelum gugur, akan 
terjadi remobilisasi hara kebagian-bagian yang metabolismenya maish aktif. 
Contohnya, ciri khas tanaman tahunan adalah terjadinya romobilisasi hara dari 
daun tua (kecuali Ca) ke bagian kayu. 
Secara umum, untuk membedakan apakah suatu hara mengalami 
remobilisasi tinggi atau rendah dapat dilihat dari tempat gejala kekurangannya.  
Bila kahat (defisiensi) hara tersebut terjadi pada daun tua berarti 
remobilisasinya tinggi, dan sebaliknya bila terjadi pada daun muda atau 
meristem berarti remobilisasinya rendah (Tabel 11). 
  
 
Tabel 11.  Contoh ciri-ciri gejala defisiensi hara dan tingkat remobilisasinya 
 
Jenis hara 
mineral 
Gejala defisiensinya 
 pada 
Tingkat 
remobilisasinya 
N,P,K,Mg 
Fe,Zn,Co,Mo 
Ca,B 
Daun tua 
Daun muda 
Daun muda 
Daun muda dan meristem 
apikal 
sangat bagus 
sedang 
sangat rendah 
ekstrim rendah