• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label hormon tumbuhan 1. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label hormon tumbuhan 1. Tampilkan semua postingan

hormon tumbuhan 1

 




















   
Hormon berasal dari salah satu kosakata bahasa Yunani (bahasa Gerika) yakni Hormein yang berarti menggerakan. Adapula yang mengartikan hormon sebagai chemical messanger (pembawa pesan kimia). Hormon merupakan senyawa organik yang diproduksi oleh suatu bagian tubuh dalam konsentrasi kecil dan diangkut kebagian lain yang nantinya dapat mempengaruhi sel ataupun organ target sebagai bentuk dari tanggapan  fisiologis. Hormon berperan dalam mengatur pertumbuhan   dan perkembangan.  Kata hormon awalnya hanya dipakai  untuk menganalogikan fungsi dari hormon yang ada pada hewan oleh ahli fisiologi hewan. Para ahli itu  mengartikan hormon sebagai senyawa organik yang dapat bekerja secara efektif dalam konsentrasi rendah, diproduksi dalam suatu sel tertentu dan diangkut kebagian lain dalam tubuh organisme yang nantinya akan memicu  perubahan fisiolgis. Para ahli fisiologi hewan mengartikan hormon sebagai senyawa-senyawa ataupun ion-ion organik yang bukan merupakan nutrisi yang dapat bekerja secara aktif dalam konsentrasi rendah. Intinya hormon merupakan zat yang dapat menggerak-gerakan  (tigger) suatu perubahan metabolisme sebagai bentuk dari tanggapan  fisiologis (Liu, 2012).  Berikut adalah beberapa istilah yang biasa dipakai  dalam kajian ---  :  ---   (fitohormon) merupakan senyawa organik (non-nutrisi) yang disintesis pada bagian tertentu disuatu tanaman  lalu  ditranslokasikan ke bagian lain pada tanaman . Bagian tanaman  yang ditranslokasikan itu  akan memberi  tanggapan  baik secara fisiologis, 
  2  morfologis maupun biokimia. Namun, senyawa ini hanya aktif dalam jumlah yang kecil (umumnya <1mM, tergantung pada spesies tanaman).  Zat pengatur tumbuh (plant growth regulator) merupakan senyawa organik (non- nutrisi) yang mampu mendorong-dorong  maupun mengambat pertumbuhan   dan perkembangan tanaman secara kualitatif. Senyawa ini aktif dalam konsentrasi rendah (umumnya <1mM, tergantung pada spesies tanaman).  Inhibitor merupakan senyawa organik yang dapat menghambat pertumbuhan   dan perkembangan tanaman  dan tidak mampu mendrong pertumbuhan   tanaman pada konsentrasi berapapun (Taiz and Zenger, 2006).  Hormon-hormon pada hewan dapat dikoleksi dalam jumlah banyak dan dapat diidentifikasi dengan mudah sebab sistem sirkulasi dari hewan yang lebih teratur. Konsep hormon dari para ahli fisiologi hewan inilah yang lalu  menjadi patokan bagi para ahli fisiologi tanaman . Beberapa zat yang ada pada tanaman  memiliki sifat yang sama dengan beberapa zat yang ada pada hewan. Sehingga para ahli yakin untuk meggunakan kata “fitohormon” untuk menyebut hormon yang ada pada tanaman . Konsep hormon pada hewan berbeda dengan konsep hormon pada tanaman . Hormon pada tanaman  dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya berupa jaringan yang bersifat maristematik) saat  mendapatkan rangsangan. ini  tentu berbeda dengan hormon pada hewan, hormon pada hewan diproduksi pada suatu jaringan khusus berupa kelenja buntu atau endokrin. Translokasi ---   melalui sitoplasma atau ruang antar sel, dengan kata lain penyebaran dari ---   tidak selalu melalui sistem pembuluh (meskipun ada sistem transpor fitohormon melalui xylem dan floem).  
  3  Dalam kehidupan bermasyarakat banyak yang menyamakan zat pengatur tumbuh (ZPT) dengan istilah fitohormon, nutrisi dan vitamin. Padahal keempat sebutan itu  berbeda. 1. Zat Pangatur Tumbuh (ZPT/Plant Growth Regulator) merupakan senyawa organik non-nutrisi pada tanaman  yang aktif berkerja dalam merangsang, menghambat atau mengubah pertumbuhan   dan perkembangan dari suatu tanaman  pada  konsentrasi yang rendah. pertumbuhan   dan   perkembangan itu  bisa secara kualitatif maupun secara kuantitatif.  ZPT ini bisa dihasilkan langsung dari tanaman (endogen) ataupun diberikan dari luar berupa sintetik (eksogen). 2. Fitohormon adalah senyawa organik non-nutrisi yang diproduksi pada bagian tertentu dari tanaman, ditranslokasikan ke bagian lain lalu  dapat memberi  tanggapan  khusus baik itu tanggapan  fisiologis, biokimia maupun morfologis. 3. Nutrisi adalah unsur senyawa kimia yang diperlukan oleh tanaman  untuk proses metabolisme dan pertumbuhan  . 4. Vitamin adalah senyawa organik yang diproduksi pada bagian tertentu oleh suatu tanaman  dan aktif bekerja pada bagian itu  juga (tidak terjadi translokasi) dalam jumlah yang kecil.   berdasar  pengertian dari beberapa istilah itu  maka vitamin dan nutrisi (misalnya gula) tidak termasuk dalam ---   (fitohormon).   pemakaian  isitlah zat pengatur tumbuh (ZPT/ Plant Growth Regulator) dipakai  oleh para ahli dibidang fisiologi tanaman  untuk menyebut hormon pada tanaman . Isilah ini dapat mencakup hormon endogen maupun hormon eksogen. Hormon pada tanaman  dapat dihasilkan dari individu itu sendiri (hormon endogen) maupun dapat diberikan dari luar individu (hormon eksogen). Bahan kimia sintetik yang dapat memberi  
  4  tanggapan  yangs sama dengan fitohormon alami dikenal dengan isitilah hormon eksogen  (Widiyati, 2016).  Hormon adalah senyawa organik non-nutrisi yang aktif dalam konsentrasi rendah (sekitar 10-6-10-5Mm), disintesis pada suatu bagian tertentu pada tanaman  dan lalu  diangkut ke bagian lain pada tanaman  yang nantinya dapat memberi  tanggapan  secara biokimia, morfologis maupun fisiologis (Dewi, 2008). ZPT sangat diperlukan oleh tanaman  sebagai medium dalam pertumbuhan   dan perkembangannya. berdasar  defisini itu , ciri-ciri dari hormon ialah sebagai berikut: 1. Merupakan senyawa organik hasil biosintesis tanaman  itu sendiri, 2. Dapat ditranslokasikan kebagian tanaman  yang lain 3. Tempat pembuatan (biosintesis) dan tempat bekerjanya berbeda 4. Aktif dalam konsentrasi yang rendah Hormon mempengaruhi dan mengontrol perkembangan tanaman . Hormon memiliki fungsi untuk mengatur metabolisme, pertumbuhan  , maupun perkembangan. ---   (fitohormon) dapat mempengaruhi laju pertumbuhan   pda suatu bagian tertentu pada tanaman . Pada konsentrasi rendah, ---   dapat menimbulkan efek fisiologis. Efek fisiologis itu  muncul akibat adanya proses pertumbuhan   dan  perkembanagn pada tanaman. Hormon berperan sebagai regulator pertumbuhan   yang sangat esensial. pertumbuhan   dan perkembangan dari suatu tanaman   disebabkan oleh rangkaian proses yang terjadi didalam sel, misalnya pembelaham, diferensiasi atau pemanjangan. Ketiga proses itu  biasanya dipicu oleh faktor internal dari suatu tanaman  yang berupa senyawa biokimia, seperti hormon dan enzim. Adanya pertumbuhan   pada suatu tanaman  tidak terlepas dari aktivitas pertumbuhan   pada bagian lain ditanaman  itu . ini  
  5  disebabkan sebab adanya senyawa kimia yang ditraspor (diedarkan) dari satu bagian ke bagian lain pada tanaman . Salah satu contoh dari senyawa itu  adalah hormon.  Hormon bukan merupakan senyawa metabolit antara ataupun hasil rekasi yang dipengaruhinya dan aktif dalam konsentrasi rendah. Beberapa jenis hormon ada yang berperan sebagai promoter (perangsang pertumbuhan   dan perkembangan pada suatu tanaman) dan adapula sebagai inhibitor (penghambat pertumbuhan   dan perkembanagn). Jadi selain mengatur pertumbuhan   dan perkembangan, hormon juga dapat menghambat pertumbuhan   dan perkembangan.  Hormon dalam tanaman  diibartkan sebagai koordinator dalam rangkai proses pertumbuhan   dan perkembangan. Hormon itu  mencakup hormon promoter (auksin, sitokinin, giberelin, etilen) maupun hormon inhibitor (asam absisat). Hormon-hormon itu  dapat berkeja sendiri atau dalam keseimbangan antar hormon itu (semuanya tergantung pada sistem yang akan dipengaruhinya). Pemberian hormon eksogen tidak selalu memberi  efek positif sebab hormon itu  bisa mempengaruhi pertumbuhan   yang tidak berkaitan ataupun mengganggu keseimbangan hormon endogen pada tanaman . Sehingga dalam pemberian hormon eksogen perlu memperhatikan konsentrasi hormon yang diberikan. Sebab konsentrasi berkaitan dengan tanggapan  pertumbuhan   yang akan terjadi. Umumnya hormon efektif dalam konsentrasi internal 1µM tapi kembali lagi pada spesies tanaman. Sebab kebutuhan akan hormon pada setiap spesies tanaman berbeda-beda.  Hormon juga merupakan prekursor yang berperan dalam proses regulasi genetik. ---   terbentuk juga dipicu oleh rangsangan dari lingkungan akibar bebreapa faktor (seperti suhu, keterseedia air, nutrisi, 
  6  cahaya dan lain sebagainya) dan  dipengaruhi pula oleh musim. Hormon pada tanaman  (fitohormon) merupakan bagian dari proses adapatasi maupun pertahanan yang dipakai  oleh utmbuhan untuk menjaga dan mempertahkan kelangsungan hidup dari spesiesnya (jika dilihat dari segi evolusi). beberapa  gen yang awalnya tidak aktif akan mulai berekespresi jika hormon pada tanaman  sudah mencapai tingkatan tertentu. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa hormon merupakan senyawa organik non-nutrisi yang disintetis pada suatu bagian tanaman  lalu  ditranspor ke bagian lain pada suatu tanaman  dan lalu  akan memberi  tanggapan . tanggapan  yang diberikan tidak hanya bersifat memacu, sebab proses pertumbuhan   ataupun diferensiasi justru terkadang terhambat oleh adanya hormon. (Campbell et al., 2008). Secara fisiologis, hormon pada tanaman  (fitohormon) diartikan sebagai penyampai pesan antar sel yang dibutuhkan untuk mengontrol seluruh siklus hidup tanaman , seperti perkecambahan, perakaran, pembungaan, pembuahan dan pertumbuhan  .  Ada 3 hal penting dalam sistem tanggapan  yang perlu diperhatikan agar hormon dapat bekerja dalam jumlah submikromolar ataupaun mirkomolar guna mengendalikan aktivitas gen, yakni: 1. Jumlah dari hormon harus mencukupi dan tepat pada setiap sel. 2. Sel sasaran (sel yang tanggap terhadap hormon) harus bernar-benar mengenai hormon dan mengikat hormon itu  secara erat. 3. Harus ada proses metabolik yang mengarah pada penguatan isyarat atau kurir bagi hormon. Proses metabolik itu  biasanya dipicu oleh protein penerima.     
  
Jenis-Jenis Hormon 
 Ahli Botani sudah menemukan 5 jenis hormon pada tanaman  yakni hormon auksin,  hormon Sitokinin, hormon Giberelin, Asam Absisat dan hormon Etilen. Menurut Kukerja et al (2004), auksin, sitokinin, giberelin dan etilen merupakan aktivator pertumbuhan   dan perkembangan, sedang  asam absisat merupakan inhibitor pertumbuhan   dan perkembangan.  berdasar  fungsinya hormon pada tanaman  terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : a. Hormon yang berperan dalam pemicu pertumbuhan   (misalnya: auksin, sitokinin, giberelin dan etilen). b. Hormon yang berperan dalam menghambat pertumbuhan   (misalnya : asam abisasat). Selain itu ada pula hormon yang berperan dalam komunikasi pada tanaman  (misalnya: asam jasmonat). studi  terbaru berhasil menemukan molekul aktif yang dapat digolongkan kedalam zat pengatur tumbuh yakni golong penghambat pertumbuhan   dan plyamin seperti spermidine dan putrescine ( Wiraatmajaya, 2017).  berdasar  beberapa studi  homron tanaman  dapat pula dibagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu : a. Hormon utama (Mayor)  Hormon utama atau mayor ini merupakan kelompok terbesar dari hormon yang paling berpengaruh dalam merangsang pertumbuhan   dari suatu tanaman. Contoh dari hormon ini diantaranya hormon auksin, sitokinin, giberelin,  etilen dan  asam absisat.  b. Hormon minor Hormon minor adalah kelompok hormon yang memiliki peran dalam proses pertumbuhan  , komunikasi, fisiologi dan  ketahanan dari tanaman . 
  8  Contoh dari hormon ini adalah asam jamonat, brassinosteroid, hormon peptida dan karrikin.  Konsep hormon yang dihasilkan oleh tanaman  sama hal nya dengan hewan. tanaman   menghasilkan hormon dalam jumlah yang sedikit namun dapat memberi  kerja yang efektif bagi sel target. Hormon dapat menstimulasi pertumbuhan   dengan cara memberi  sinyal kepada sel yang menjadi target untuk melakukan pembelahan atau dan pemanjangan. Selain itu, hormon juga memberi  pengaruh dalam metabolisme dan perkembangan sel pada tanaman  yakni dengan cara mempengaruhi lalu lintras tranduksi sinyal di sel targetnya. Pengaruh yang muncul berupa tanggapan  seluler misalnya terbentuk ekspresi gen, mengahmbat atau mengaktivasi enzim ataupun mengubah membran.   Pengaruh hormon pada setiap tanaman  berbeda-beda tergantung pada masing-masing spesies tanaman , letak aksi hormon pada tanaman , konsentrasi dari hormondan tahap perkembangan dari tanaman nya. Dalam mempengaruhi pertumbuhan   dan  perkembangan dari suatu tanaman, suatu hormon tidaklah dapat bekerja secara sendiri-sendiri diperlukan proporsi antara konsentrasi dari beberapa hormon lainlah yang berperan dalam mengontrol pertumbuhan   dan  perkembangan tanaman  itu .   Setiap jenis dari fitohormon memberi  pengaruh yang khas dan berbeda-beda namun tanggapan  yang diberikan itu  sangatlah kompleks. tanggapan  yang diberikan dari setiap jenis fitohormon ini juga bergantung pada spesies tanaman, bagian tanaman, fase perkembangan dari tanaman tersbut, interkasi dengan jenis fitohomon lainnya dan  pengaruh dari faktor lingkungan. ini  sesuai dengan pendapat dari Sach (seorang ahli fisiologi tanaman ) yang menyatakan bahwa jika suatu jaringan diberikan zat kimia 
  9  yang s ama maka tanggapan  yang diberikan akan berbeda-beda, tergantung pada jenis jaringannya. Berikut adalah beberapa jenis hormon dan fungsinya:  Jenis Fitohormon Fungsi Utama Letaknya pada tanaman  Auksin (1) Mempengaruhi petanaman , diferensiasi dan percabangan pada akar; (2) Mempengarui pemanjangan batang; (3) Mempengaruhi perkembangan buah; (4) Dominansi Apikal dan (5) Berkaitan dengan Phototropisme dan Geotropisme Maristem apikal (bagian ujung tunas), daun yang masih muda, dan embrio yang ada dalam biji. Sitokinin (1) mendorong-dorong  sitokinesis (pembelahan sel); (2) mendorong-dorong  pertumbuhan   tanaman secara general; (3) Mendesak benih untuk melakukan perkecambahan; (4) Mempengaruhi diferensiasi dan  pertumbuhan   dari akar dan (5) Menunda terjadinya penuaan (senesen) pada tanaman. Pada embrio, akar dan buah. Sitokinin biasanya akan berpindah dari akar ke organ lainnya pada tanaman. Giberelin (1) Mempengaruhi Maristem apikal pada tunas 
  10  diferensiasi dan pertumbuhan   dari akar; (2) mendorong-dorong  biji untuk mengalami perkembangan; (3) perkembangan kucup; (4) pembungaan; (5) perkembangan buah; (6) mendorong-dorong  pembungaan dan (7) perkembangan daun ujung dan akar, embrio dan daun muda. Etilen (1) Memicu terjadinya pematangan; (2) Antagonis dengan hormon auksin; (3) promotor dan inhibitor dalam perkembangan dan pertumbuhan   dari organ-organ taaman (seperti akar, batang, daun dan bunga) Buah masak (matang), artikel -artikel  pada batang dan daun yang senesen (mengalami penuaan). Asam Absisat (1) Merangsang stomata untuk tertutup pada kondisi cekaman kekurangan air; (2) Menghambat pertumbuhan   dan (3) Mempertahankan benih dalam kondisi dormansi Daun, batang, akar dan buah yang berwarna hijau.  Tabel 1. ---   (fitohormon) bedan  fungsi dan letaknya  
  11  BAB 2. HORMON AUKSIN 2.1 Sejarah Hormon Auksin  Frizt Went (1863-1935) merupakan salah seorang mahasiswa pascasarjana di salah satu universitas di negara Belanda yang berhasil menemukan suatu senyawa dalam tanaman (dibagian ujung dari suatu koleoptil) yang dapat memicu  terjadinya pembengkokan pada suatu bagian tanaman  ditahun 1926. Pada saat ini, proses pembengkokan batang itu  dikenal dengan sebutan fototropisme. Frizt Went juga menjelaskan bahwa senyawa itu  mengalami traspor secara difusi dari bagian ujung koleoptil ke bagian potongan kecil lainnya. Senyawa ini dikenal dengan nama hormon auksin. Auksin berasal dari kata  “auxien” yang dalam bahsa Yunani berarti meningkatkan. Went berhasil mengetahui aktivitas dari auksin melalui peristiwa pembengkokan koleoptil yang dipicu oleh adanya pemanjangan pada sisi tanaman . Berikut adalah gambar peragaan Went terkait pembengkokan koleoptil dengan memakai tanaman Avena sp.. Uji ini dikenal dengan nama “The avena curvature test”.         Gambar 1. Peragaan Went mengenai Auksin yang dapat membengkokan ujung koleoptil.  
  12  Sumber : Salisbury & Ross (1995) Keterangan : a. Bagian ujung koleoptil dari tanaman Avena sp. dipotong lalu dipindahkan kebagian atas agar. b. Bagian ujung koleoptil lain dipotong. c. Potongan agar yang sudah menyerap auksin dipindahkan pada sisi koleoptil. d. Koleoptil itu  lalu  menyerap auksin yang berada di agar, akibatnya terjadi pembengkokan koleoptil akibat dari pemanjangan disalah satu sisi koleoptil. Charles Darwin berhasil menemukan sebuah senyawa yang dapat mempengaruhi pemanjangan koleoptil gandum pada abad ke-19. Sebelumnya (ditahun 1880), dalam artikel  yang berjudul “The Power of Movement in Plants”, Charles Darwin sudah menjelaskan mengenai pengaruh cahaya terhadap arah pergerakan dari koleoptil Phalaris canariensis (rumput kenari). Senyawa itu  adalah auksin. Percobaan yang dilakukan oleh Frits Went pada tahun 1920 berhasil membuktikan bahwa auksin adalah zat yang dapat berdifusi dan merangsang pembesaran pada sel. lalu  ditahun 1930 barulah ditemukan identitas dan  strktur dari hormon auksin yang dikenal sebagai indol acetil acid (asam indol asetat/IAA). Auksin umumnya dipakai  untuk  menyebut IAA. Walaupun hormon yang pertama kali ditemukan adalah auksin, pengkajian tentang tranduksi sinyal dan regulasi dalam biosinteti auksin masih perlu banyak dikaji hingga saat ini. Pada kenyataannya auksin diproduksi di dalam ujung tajuk tanaman  dari asam amino jenis triptopan. Sejarah singkat dari penemuan hormon auksin dapat dilihat pada tabel berikut :  
  13  Tahun Penemuan 1885 IAA ditemukan dalam media fermentasi oleh Sallkowski 1907 studi  dan pengkajian mengenai pergerakan sinyal pada sisi terang dan sisi gelap koleoptil dilakukan oleh Fitting, namun hasil yang didapat kurang maksimal. 1913 studi  lanjutan dari Fitting dilakukan oleh Boysen-Jensen dengan cara menyisipkan mika guna menghambat transport sinyal. studi  itu  menyimpulka bahwa auksin ditranslokasikan ke arah bawah tanaman  dan terjadi pada sisi gelap. 1918 studi  lanjutan dari Boysen-Jansen dilakukan oleh Paal dengan memotong ujung koleoptil tanaman dalam keadaang gelap, lalu  menyinari bagian yang dipotong itu , ujung koleoptil yang terpotong itu  lalu  digantin dengan ujung koleoptil yang sudah disinari dan diletakan pada satu sis. Hasilnya disisi manapun ujung koleoptil diletakkan, pembengkokan koleoptil tetap mengarah ke sisi lain. 1925 Sooding berhasil meneliti bahwa jika ujung koleoptil dipotong makka pertumbuhan   akan menjadi lambat, tetapi jika ujung koleoptil yang dipotong itu  diganti baru maka pertumbuhan   akan berlanjut. 1926 Fritz Went melakukan studi  dengan memakai tanaman Avena sp.  Tabel 2. Ringkasan Sejarah Singkat penemuan Hormon Auksin   
  14   Pada tahun 1880, Darwin melakukan percobaan fototoropisme pada koleoptil. Beliau menyimpulkan bahwa stimulus pertumbuhan   pada suatu tanaman  diproduksi dibagian ujung koleoptil dan lalu  ditransmisi ke zona pertumbuha.  Ket: Gambar kiri : tanaman yang ujung koleoptilnya membengkok ke arah cahaya. Gambar tengah : saat ujung koleoptil dibuang, tanaman  tidak membengkok ke arah cahay. Gambar kanan:bagian ujung tanaman ditutup, akibatnya tanaman tidak membengkok ke arah cahaya.      Pada tahun 1913, P.Boysen-Jensen berhasil menemukan fakta bahwa stimulasi pertumbuhan   mampu melewati agar-agar tetapi tidak untuk bahan kedap air (seperti mika). Ket: A. Kiri : Lembar mika diletakkan pada sisi gelap (tidak terjadi pembengkokan ke arah cahaya). Kanan : lembar mika diletakkan pada sisi terang (terjadi pembengkokan ke arah cahaya). B. Kiri : Tip Gelatin yang berada diantara tip dan koleoptil tunggal dihilangkan.  Tengah : Normal Kanan : terjadi fototropik yang kemungkinan terjadi akibat adanya lengkungan sisa. A B 
  15    Pada tahun 1919, A. Paál membuktikan jika perangsang pertumbuhan   berupa senyawa kimia yang diproduksi di bagian ujung koleoptil.  Ket: Kiri : Bagian ujung koleoptil dibuang. Tengah : bagian ujung yang dibuang itu  diletakkan di satu sisi koleoptil. Kanan : meskipun tidak ada rangsangan cahaya, tetap terjadi pertumbuhan   yang melengkung.  Pada tahun 1926, Fritz Went menunjukkan bahwa perangsan pertumbuhan   pada suatu tanaman  berupazat aktif. Zat aktif ini dapat berdifusi menjadi blok gelatin. lalu  beliau juga melakukan analisis auksin uantitatif dengan uji coleoptile-bending.  Gambar 2. Penemuan hormon auksin   Sumber : Taiz and Zeinger (2006)  2.2 Pengertian Hormon Auksin  Awalnya istilah auksin hanya dipakai  untuk menyebut golongan senyawa kimia yang berperan dalam mendorong-dorong  terjadinya pemanjangan pada kuncup tanaman yang sedang berkembang. lalu  istilah auksin juga dipergunakan untuk menyebut zat kimia yang memberi  meningkatkan pemanjangan dari suatu koleoptil. Meskipun sebenarnya auksin memiliki fungsi ganda pada tanaman dikotil dan monokotil. Pembesaran dan pemanjangan sel pada bagian maristemarik dipicu oleh A B 
  16  hormon auksin. Adanya pembesaran dan pemanangan itu  memicu  auksin digolongkan kedalam ZPT yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan   dan perkembangan. Auksin dapat ditemukan pada daerah maristematik seperti ujung batak, ujung akar, kuncup bunga (pada saat pembentukan bunga) dan diembrio biji.   Auksin disintesis di dekat maristem pucuk dibagian pucuk batang dan jaringan-jaringan yang masih muda (contohnya daun muda). Auksin ditranspor secara polar, yakni mengalami pergerakan menuju bawah batang. ini lah yang memicu  terjadinya perbedaan konsentrasi auksin di ujung akar dan ujung batang maupun bagian lainnya. Meskipun auksin ditranslokasikan ke semua bagian tanaman, tetapi semua bagian mendapatkan jumlah auksin yang berbeda-beda. Kadar auskin yang berbeda-beda itulah yang memicu  adanya perbedaan tanggapan  dari setiap bagian tanaman . tanggapan  yang diberikan bermacam-macam, mulai dari tanggapan  positif (merangsang pertumbuhan  ) bahkan tanggapan  negatif (menghambat pertumbuhan  ) (Adamwoski and Friml, 2015).       Gambar 3. Ujung tanaman (maristem apikal) yang merupakan tempat sintesis auksin   Auksin disintetis dibagian ujung tanaman (maristem apikal) pada tunas. Hasil sintesis auksin itu  diangkut dari bagian apikal menuju ke 
  17  tempat terjadinya pemanjangan sel. Auksin akan mulai merangsang pertumbuhan   pada sel jika sudah sampai di sel target. Pengaruh yang ditimbulkan dari setiap sel target yang diberi auksin akan berbeda-beda bergantung pada konsentrasi pemberiannya. Umumnya auksin dapat memberi  pengaruh pada interval konsentrasi 10-8 Msampai 10-3 M. Konsentrasi auksin yang lebih tinggi justru dapat menajdi penghambat dalam proses pemanjangan sel. Sebab auksin memeiliki kemampuan mengasilkan senyawa-senyawa inhibitor seperti etilen melalui serangkaian reaksi. Etilen merupakan senyawa yang bekerja menghambat (inhibitor) pemanjangan sel sehingga pertumbuhan   tanaman menjadi terhambat.   Ada beberapa faktor penghambat dalam kerja auksin, salah satunya cahaya matahari. Auksin pada tanaman yang terkena cahaya matahari akan mengalami kerukasan dan penghambatan kerja akibatnya pertumbuhan   tanaman menjadi lebih lambat. Sebaliknya, tanaman yang tida terkena cahaya matahari, auksinnya tidak akan terhambat kerjanya maupun rusak sehingga pertumbuhan   menjadi lebih cepat. pertumbuhan   tanaman pada tempat gelap (tidak terkena cahaya matahari) dikenal dengan isilah etiolasi.          Gambar 4. Reaksi Auksin terhadap Cahaya Matahari (Sumber : Campbell et al, 2008) 
  18  2.3 Macam-Macam Hormon Auksin Pata ahli sering menyamakan hormon asam indol asetat (IAA) dengan auksin. Sebenarnya pada tanaman tidak hanya terkandung senyawa IAA, ada pula tiga senyawa yang memiliki struktur mirip dengan IAA. Ketiga senyawa itu  adalah: a. Asam 4-kloroindoasetat (4-Kloro IAA) Senyawa ini banyak ditemukan pada biji Leguminosae yang masih muda. b. Asam fenil asetat (PAA) Senyawa ini dapat dijumpai pada hampir seluruh jenis tanaman . Jumlah PAA didalam tanaman  jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan IAA, tetapi tanggapan  yang diberikan oleh PAA tidak seaktif IAA. c. Asam indolbutirat (IBA)  Awalnya IBA dianggap sebagai auksin tiruan, ternyata IBA merupakan senyawa yang juga ditemukan hampir diseluruh jenis tanaman . IBA banyak ada pada daun tanaman jagung (Zea mays) dan beberapa tanaman dikotil.     Gambar 5. Struktur tiga jenis auksin alami. Kiri : indole-3-acetoc acid (IAA), tengah: chloroindole-3-acetic acid (4-Cl-IAA), kanan : indole-3-butyric acid (IBA). 
  19  IAA dapat ditemui pada semua tanaman, sedang  4-Cl-IAA teradapat pada kacang polonfg (Pisum sativum) dan IBA ada pada jagung (Zea mays) (Taiz dan Zenger, 2006).    Gambar 6. Struktur auksin sintetis yang biasanya dimanfaatkan sebagai herbisida dalam hortikultura dan pertanian. Kiri2,4-Dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D); Kanan 2-Methoxy-3,6-dichlorobenzoic acid (dicamba) (Taiz and Zenger 2006).  Dari ketiga jenis senyawa itu , IAA merupakan auksin utama pada tanaman . IAA merupakan senyawa hasil biosintesis asam amino triptopan dengan bantuan enzim IAA-oksidase yang berfungsi sebagai pengendali dalam berbagai proses fisiologis tanaman . Proses fisiologis itu  meliputi pembesaran dan pembelahan sel, diferensiasi sel & jaringan dan  tanggapan  terhadap cahaya dan gravitasi. Selain dari tanaman , IAA juga dapat diisolasi dari bakteri. Isolat bakteri dapat memproduksi IAA dalam jumlah yang lebih banyak jika ditambahkan prekursor L-triptofan dan melalui jalur Trp-pathways. Umumnya bakteri penghasil IAA memanfaatkan akar tanaman yang mensekresikan bahan organik berupa L-triptofan yang dapat dimanfaatkan dalam proses biosintesis IAA (Tahta dan Enny, 2015). Biosintesis IAA juga dapat menghasilkan senyawa perantara yang secara analogi mirip auksin tetapi aktifitasnya lebih kecil dari IAA. Senyawa perantara itu  diantaranya Indol aseto nitril (IAN), Asam Indol Piruvat (TypA) dan Indolasetaldehid (IAAId).  
  20  tanaman  tidak hanya memiliki senyawa indol dalam bentuk IAA (asam indol asetat).  Senyawa-senyawa indol lain yang ada pada tanaman  merupakan hasil antara (intermediete) dari proses biosintesis IAA, hasil katabolisme IAA, hasil translokasi maupun IAA yang dalam bentuk cadangan. IAA glukosa , IAA-mionisitol dan IAA asam aspartat merupakan contoh IAA yang dalam bentuk makanan. Bentuk dari senyawa itu  akan aktif menjadi auksin jika diubah menjadi IAA bebas melalui proses hidrolisis terlebih dahulu. Perubahan IAA dari satu bentuk menjadi bentuk lainnya (misalnya dari aktif menjadi non-aktif dan sebaliknya) tidak terlepas dari bantuan enzim. Enzim itu  juga memiliki peran dalam mengatur keseimbangan konsentrasi IAA dalam suatu tanaman . Meskipun pada umumnya auksin yang ada dalam tanaman berbentu indol, ada pula auksin dalam tanaman yang bukan merupakan senyawa indol misalnya asam fenil asetat yang fungsinya sama seperti senyawa indol pada umumnya.  Pada tahun 1928 Went sudah berhasil mengisolasi auksin dari tepung sari pada bunga dan biji-bijian yang sudah non-aktfi dan ditahun 1930 Went berhasil menemukan rumus kimia dari Auksin yakni C10H9O2N. Berangkat dari hasil penemuan Went itu  maka mulai dibuatnya auksin sintetis seperti Nepthalen acetic acid (NAA), 2-methyl-4-chlorophenoxyacetic acid (MCPA) dan 2,4-dichloropenoxyacetic acid (2,4-D), asam-3-amino-2,5-diklorobenzoat (kloramben/amiben), asam-4-amino-3,5,6-trikloro-pikonat (tordon/pikloram). Asam indol butirat dan propinate merupakan jenis auksin sinttik yang pertama kali dibuat dari substitusi-substitusi indol. Kedua auksin sintetik ini sama-sama memiliki gugus karboksilat pada rantai sampingnya dan ciri-ciri indol. Perbedaannya terletak pada rantai samping yang dimiliki. Suatu senyawa akan kehilanga aktivitas biologisnya jika rantai samping yang dimiliki lebih panjang dari rantai butirat. Ada beberapa jenis tanaman yang 
  21  memiliki enzim khusus yang berperan dalam memotong rantai samping itu  sehingga suatu senyawa menjadi aktif. NAA dan 2,4-D merupakan senyawa yang aktif seperti IAA dan memiliki gugus asam asetat tetapi tidak memiki ciri indol. NAA banyak dipakai  untuk hormon pada akar, sedang  2,4-D dapat dipakai  sebagai herbisida, dan dalam dosis rendah dapat menginduksi pembentukan kalus sebab 2,4-D memiliki aktifasi yang tinggi. Beberapa studi  menyatakan bawah 2,4-D merupakan auksin sintetik terbaik dari berbgai jenis auksin sintetik lainnya. ini  disebabkan sebab 2,4-D lebih mudah diserap oleh tanaman, tidak mudah terurai dan berfungsi dalam mendorong-dorong  aktivitas morfogenetik. Secara langsung 2,4-D juga secara langsung dapat mempengaruhi proses embriogenesis pada sel-sel somatik.         Gambar 7. Struktur  Indole Acetit Acid (IAA) Sumber : Sauer et al (2013)   Struktur yang dimilik oleh auksin sangatlah mempengaruhi aktifitas dari auksin itu , berikut adalah keterkaitan antara struktur dan aktifitas dari auksin: 1. Jika ada gugusa –OH pada rantai samping maupun pada cincin maka aktivitas dari auksin akan menurun dan kelarutannya dalam air akan meningkat. 
  22  2. Harus ada ikatan rangkap pada inti. 3. Semakin panjang rantai samping maka aktivitasnya akan semakinn berkuran. Sebaliknya semakin panjang rantai samping maka aktivitasnya akan bertambah. Senyawa-senyawa aktif dapat dikatakan memiliki fungsi sebagai auksin jika  senyawa itu , (1) strukturnya mengandung cincin; (2) strukturnya memiliki rantai samping; (3) Tejadi konfigurasi khusus antara cincin dan rantainya; (4) Memiliki H bebas pada cincin yang berada di dekat rantai samping; (5) Cincinnya memiliki ikatan tidak jenuh; (6) Senyawa alamiah yang aktif biasanya berupa senyawa turunan indol; (7) Memiliki atom yang bermuatan positif dan negatif dan (8) Jarak antara kedua muatan (muatan positif dan muatan negatif) yakni 5,5 AU. Intinya suatu senyawa yang sudah disintesis dan diuji aktivitas auksinnya sebab memiliki tingkat elektronegatif yang lebih. Tingkat elektronegatif sagat berkaitan penting dengan cara suatu senyawa mengatu molekulnya ditempat tertentu dalam sel.  2.4 Biosintesis Hormon Auksin Biosintesis merupakan proses yang terpenting dalam mekanisme kerja hormon dalam tubuh tanaman  guna mendapakan kadar hormon yang efektif pada jaringan tertentu disuatu tanaman. Biosintesis adalah proses pembuatan hormon tanaman dari senyawa-senyawa sederhana yang merupakan hasil intermediate dari metabolisme. Dengan kata lain biosintesis merupkan proses terbentuknya hormon tanaman mealui perbuhan bahan dasar (prekursor) menjadi senyawa intermediet (senyawa antara) dan terkahir menjadi hormon (senyawa kompleks). Hal penting yang harus diketahui dalam proses biosintesis ---   adalah nama/jenis dari bahan dasar (prekursornya), bentuk senyawa intermediet (senyawa antara)nya, tempat 
  23  sintesisnya, mekanisme/ proses reaksinya dan mekanisme pengaturan kadar/ konsentrasinya. Secara garis besar ada dua mekanisme dalam biosintesis IAA. Kedua mekanisme itu  berupa penghilangan gugus amino dan gugus karboksil pada cincin samping triptofan. Struktur kimia dari IAA mirip dengan struktur kimia dari asam amino triptofan (molekul asal IAA). Berikut adalah 3 tahapan pengubahan triptofan hingga menjadi IAA, yaitu : 1. Triptofan diubah menjadi asam indol piruvat melalui reaksi transaminasi. 2. Asam  indol piruvat lalu  diubah menjadi indoleacetaldehyde melalui reaksi dekarboksilasi. 3. Proses akhir berupa proses oksidasi indolacetaldehyde yang menghasilkan asam indoleacetic. Seorang ahli kimia yang berasal dari Inggris menyatakan bahwa asam amino triptofan untuk biosintesis IAA bersumber dari proses autolisis sel. Proses autolisis terjadi pada saat pembentukan jaringan xylem dan floem. Saat proses pembentukan xylem dan floem, sel-sel maristematik akan mengalami autolisis dan hasil autolisis terebut berupa bahan-bahan metabolisme yang dipakai  oleh sel-sel sekitarnya. ini  menandakan bahwa IAA tidak hanya dibentuk di daerah yang maristematik tetapi juga di daerah-daerah tempat terjadinya diferensiasi sel untuk pembentukan jaringan xylem dan floem. Namun, hingga sekarang belum ditemukannya kesepakatan bahwa autolisis sel berperan penting dalam proses biosintesis auksin pada tanaman.  
  24   Gambar 8. Jalur Sintesis IAA        
  25  Gambar 9. Jalur sintetis IAA pada tanaman  dan bakteri (Taiz and Zenger 2006). Pada awalnya triptofan akan mengalami dekarboksilasi menjadi tryptamine. Tryptamine selanjutnya akan terkosidasi dan deaminasi menjadi indoleacetaldehyd. Indoleacetaldehyd lalu  dioksidasi untuk menghasilkan asam indolaceatic. Akhir-akhir ini sudah ditemuka jalur biosintesis auksin baru yakni melalui jalur triptofan-independen. Mekanisme ini kurang bisa dipahami.   
  26          Gambar 10. Proses Sintesis Auksin Sumber : Campbell et al (2008) Seperti yang sudah dibahas sebelumnya, IAA merupakan contoh auksin endogen yang terbentuk dari senyawa triptophan. Triptophan adalah senyawa yang memiliki inti indole dan terdapa pada tanaman. Triptophan akan berubah menjadi asam indol piruvat dan indole-3-acetaldehyde, lalu menjadi IAA. Indol-3-acetonitril dengan bantuan enzim nitrilase akan diubah menjadi Proses perubahan itu  masih belum diketahui dengan jelas mekanismenya. IAA sendiri mengandung gula (glukosa dan arabinosa) dan  lemak. Selain itu IAA memiliki sifat yang sangat peka terhadap enzim oksidase, sehingga IAA dapat mengalami kerusakan. Untuk mencegah ini   perlu dihindari terjadinya konjugasi IAA dengan glukosa, asam aspartat dan asam glutamat shingga membentuk konjugat auksin atau auksin yang tidak aktif (sebab gugus karboksil IAA bergabung dengan molekul lain). tanaman  dapat melepaskan IAA dari konjugat dengan dibantuk enzim hidrolase. 
  27  Gambar 11. Jalur sintesis IAA dengan memakai jalur terlepas dari triptofan pada tanaman. Bagian yang berwarna biru (sebelah kiri) merupakan jalur biosintetik tryptophan. Cabang (warna krem) merupakan titik prekursor dalam biosintesis triptofan-independen yang memakai indol-3-gliserol fosfat. IAN dan IPA merupakan perantara (Taiz dan Zenger, 2006).  Proses perombakan IAA dapat pula terjadi di alam melalui proses foto-oksidasi. Saat terjadi foto-oksidasi, cahaya akan diserap oleg pigmen yang tedapa pada tanaman  lalu  akan terbentuk energi yang dipakai  dalam mengoksidasi IAA. Pigmen itu  diantaranya Riboclavin dan beta-karoten. Proses photo oksidasi juga memerlukan bantuan enzim oksidasi 
  28  yang banyak ditemukan para ahli dalam tanaman. Oksidasi IAA oleh hidrogen peroksidase hingga menjadi indolealdehyde yang bersifat aktif dikatalisasi oleh enzim peroksidase. Aktivitas oksidease IAA berbanding terbalik dengan jumlah IAA dalam suatu tanaman .  Jika jumlah  IAA dalam suatu tanaman  tinggi, maka aktifitas oksidase IAAnya justru akan menurun, begitupula sebaliknya. Pada bagian akar yang kadar auksinnya rendah ternyata aktivitas oksidase IAAnya  yang tinggi (Adamwosky and Friml, 2015). Selama proses biosintesis IAA pada jaringan muda (misalnya maristem apikal yang ada ditunas, daun muda dan buah) diperlukan katalisator berupa enzim. Salah satu enzim yang berpedan dalam biosintesis IAA adalah enzim hidrolase. Enzim hidrolase berperan dalam membentuk konjugasi yang berasal dari IAA. Konjugat merupakan molekul yang serupa dengan hormon tetapi non-aktif. Tujuan dari pembuatan konjugat berkaitan dengan penyimpanan dan pengangkutan hormon yang aktif. Adanya rangsangan dari lingkungan akan mempengaruhi kecepatan pengaktifan konjugasi sehingga tanggapan  hormonal juga akan berjalan lebih cepat. Terjadinya pengontrolan pada saat biosintesis hormon memicu  tanaman akan lebih mudah dalam mengontrol IAA dalam jaringan pada waktu tertentu. Degredasi auksin merupakan jalan terakhir yang dapat diambil untuk mengendalikan kadar auksin pada tanaman. Proses pengoksidasian IAA dibantu oleh oksigen dan dikatalis oleh enzim IAA oksidase. Akibat dari oksidasi itu  adalah senywa menjadi kehilangan gugus karboksil dan terbentuk produk hasil pemecahan utama (3-methyleneoxindole). Proses pengoksidasian ini tidak dapat menghancurkan konjugat dari IAA maupun auksin sintetis seperti 2,4-D. namun C nomor 2 yang tedapat di cincin heterosiklik dapat mengamai oksidasi 
  29  menjadi oxindole-3-asam asetat. Selain C nomor 2, C nomor 3 juga dapat teroksidasi menjadi di oxindole-3-asam asetat. Tahapan dari biosintesis dan degredasi auksin saat ini menjadi sanagat penting untuk diaplikasikan dibidang pertanian dimasa mendatang. Informasi terkait metabolisme dari auksin kemungkinan besar dapat dipakai  untuk manipulasi genetik dan manipulasi kadar hormon endogen pada suatu tanaman  guna mendapatkan pertumbuhan   yang sesuai keinginan. Sehingga pada akhirnya, akan ada kemungkinan mengatur pertumbuhan   dari suatu tanaman  tanpa adanya pemberian pupuk maupun herbisida berbahaya. IAA yang terbentuk juga dapat mengalami kerusakan akibat (1) oksidasi Oksigen dan hilangnya gugus karboksil sebagai CO2 dengan bantuan enzim IAA oksidase dan (2) Karbon 2 pada cincin heterosklik pada gugus IAAA membentuk asam oksindol 3 asetat (gugus karboksil IAA tidak hilang).   Bahan auksin yang aktif didalam tanaman adalah indolacetaldehyde. Indoleacetaldehyde nantinya akan bertransformasi menjadi IAA yang dapat menstimulasi pertumbuhan   suatu tanaman. Proses itu  diawali dengan perubahan tripthopan menjadi IAA. Tripthopan merupakan zat organik terpenting dalam proses biosintesis IAA. Biosintesis IAA juga menghasilkan zat organik lain yakni Trptamyne. Bahan lain yang juga tergolong kedalam auksin aktif pada tanaman adalah Indolacetonitrile. Indolacetonitrile ini biasanya dijumpai pada tanaman Cruciferae. Indolacetonitrile dapat dibentuk dari senyawa Glucobrassicin dengan katalisator berupa enzim myosinase.  Indoleethanol merupakan zat organik lain yang terbentuk pada saat biosintesis indolacetonitrile. Proses biosintesis itu  dibantu oleh bakteri (Tahta dan Enny, 2015). Salah satu bakteri yang dapat menghasilkan IAA dalah bakteri Azospirillum (bakteri penambat nitrogen). Bakteri ini dapat memproduksi IAA dengan menggunkan prekursor berupan tryptophan dan 
  30  melalu jalur indole-e-pyruvate (dan trypatmine. Proses sintesisnya ini melibatkan gen ipdC. Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi terbentuknya IAA: 1. pH. IAA akan dibentuk dalam jumlah yang lebih banyak saat kondisi pH media yang rendah. 2. Nitrogen. Pemberian nitrogen dapat meningkatkan biosintesis dari IAA. 3. Oksigen. Adanya oksigen (lingkungan aerob) dapat memicu produksi IAA menjadi meningkat, sebaliknya tidak adanya oksigen (lingkungan anaerob) dapat memicu produksi IAA menjadi menurun. 4. Waktu inkubasi. Semakin lama bakteri itu  diinkubasi maka auksin yang dihasilkan justru semakin sedikit.  2.5 Proses Pengangkutan Hormon Auksin  Pada prinsipnya hormon yang dihasilkan oleh tanaman  akan dihasilkan disuatu bagian tertentu dan ditranslokasikan ke bagian lain. Artinya tempat produksi dan tempat bekerjanya berbeda. Secara garis besar hormon pada tanaman ditranspor melalui 2 cara, yaitu 1. Basipetal, pengangkutan hormon dari atas (pucuk) ke bagian bawah dan cara ini bersifat polar (memerlukan energi yang berasal dari metabolisme).  2. Akropetal, pengangkutan hormon dari bawah ke bagian atas dan tidak memerlukan energi (non-metabolik) contohnya difusi.  Fitohormon dalam proses pengangkutannya akan bergerak di dalam sel anatara organel dan bergerak diantar sel melali jalur simplas, apoplas, melalui jaringan xylem ataupun melalu jaringan floem. Auksin tergolong kedalam fitohormon yang diangkut secara polar (bukan difusi biasa). 
  31  Sitokinin, giberelin (GA) dan asam absisat (ABA) tidak mengalami pengangkutan polar. sedang  etilen sebab bentuknya yang berupa gas, proses pergerakannya dengan cara difusi. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa auksin atau yang biasa disebut IAA dibiosintesis dari asam amino prekursor triptophan dengan bantuan enzim IAA-oksidase. Auksin banyak dijumpai dalam jaringan aktif (jaringan maristem) misalnya pada daerah tunas, buah dan daun muda. Pengedaran auksin pada suatu dimulai dari atas hingga bawah dan berkahir pada titik tumbuh di akar. Pengedaran dilakukan melalui jaringan parenkim atau floem (jaringan pembuluh tapis). Berikut adalah beberapa keistimewaan dari pengangkutan auksin pada tanaman  : a. Pergerakannya sangat lambat. Kecepatan gerak auksin hanya sekitar 1cm/jam di bagian batang dan akar tanaman . b. Proses pengangkutannya berlangsung secara polar. Pada akar proses pengangkutannya terjadi secara akropetal melalui parenkim vaskuler, sedang  jika pada batang proses pengangkutannya terjadi secara basipetal (away from apex). Pengangkutan secara polar ini bukan merupakan proses difusi biasa, artinya pengangkutan terjadi dari konsentrasi auksin yang tinggi menuju ke konsentrasi auksin rendah, tetapi  proses pengangkutan ini juga termasuk kedalam aktifitas dari sel-sel hidup.      
  32               Gambar 12. Percobaan Went yang Menggambarkan Proses Pengangkutan dari Auksin secara Basipetal Polar dengan memakai Potongan dari Koleoptil Avena sp. 
  33  Gambar 13 . Tranport auksin dan perbedaan potensil lektiral pada koleoptil Avena (a) antara ujung dan basal (tip and base); (b) antara sisi gelap dan terang; (c) antara bagian atas dan bagian bawah saat posisi horizontal.  Gambar 14. Metode pengukuran transportasi auksin kutub. Polaritas transportasi tidak tergantung pada orientasi terhadap gravitasi (Taiz and Zenger 2006). Percobaan itu  menggambarkan bahwa auksin bergerak dari konsentrasi tinggi menuju konsentrasi rendah melalui morfologis ujung ke morfologis pangkal batang. Namun, hingga saat ini pun dasar-dasar fisiologis dari pergerakan secara polar belum diketahui dengan jelas. Pada intinya pergerakan polar adalah hasil kerjasama dari sel-sel hidup sehingga dapat dibuat alasan bahwa fenomena polaritas terjadi di dalam sel. Polaritas ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, misalnya (1) distribusi asimetrik dari oraganela-organela (mitokondria, plastid, ribosoma, spherosoma); (2) membran yang asimetrik (plasma, tonoplas, retikulum endoplasma); (3) 
  34  distribusi enzim yang asimetik dalam sel dan (4) Perbedaan distribusi dari ion-ion anorganik dan mikro molekul dalam sel. c. Untuk dapat menggerakan auksin tanaman  memerukan energi dari hasil metabolisme. Misalnya kemampuan dari inhibitor dalam sintesis ATP atau ketersedian dari oksigen sebab oksigen yang minim dapat menghambat pergerakan auksin.          Gambar 15. Model Khemiosmosis terkait transportasi auksin secara polar Sumber : Campbell et al. (2008) Keterangan: 1. Molekul pada auksin akan mengikat ion hidrogen (H+) saat lingkungan di dinding sel menjadi asam. Akibatnya molekul auksin itu  akan bermuatan netral. 2. Akibat ukurannya yang kecil dan bermuatan netral, maka auksin melintas melalui membran sel. 3. Sesudah sampai dibagia dalam sel, molekul auksin akan berubah menjadi bermuatan negatif dan ion H+ sebab pH pada bagian sebelah 
  35  dalam sel sebesar 7. Hormon auksin itu  akan berada didalam sel sebab membran plasma bersifat permebel terhadap ion dibanding molekul netral (meski ukurannya sama). 4. Perbedaan pH di sebelah luar sel dan disebelah dalam diatur oleh pompa proton yang dikendalikan oleh ATP. 5. Auksin dapat keluar dari dalam sel melalui protein karier spesifik yang ada di membran plasma (melalui bagian basal sel). 6. Mengalirnya auksin pada suatu bagian tanaman  disebabkan oleh adanya pompa proton. ini  disebabkan sebab adanya tekanan (potensi membran) saat auksin melewati membran sehingga membantu transportasi auksin keluar dari sel. 
  36  Gambar 16.  Model trasnpotrasi chemiosmotic auksin secara polar dalam sel (Taiz and Zenger 2006). Pergerakan dari auksin dapat dihambat oleh zat penghambat yang disebut anti-auksin, misalnya 2,3,5-T dan NPA. Selain itu, jika pengangkutannya secara polar maka otomatis pengangkutan itu  dapat dihambat oleh ketidak tersediaan oksigen di lingkungan (lingkungan anaerob) dan zat-zat penghambat respirasi.  NPA (1-N-naphthylphthalamic acid)  TIBA (2,3,5-triiodobenzoic acid)  1-NOA (1-naphthoxyacetic acid)  Quercetin (flavonol)  Genistein  Gambar 17.  struktur inhibitor auksin. (Taiz and Zenger 2006). NPA, TIBA dan 1-NAO  merupakan inhibitor yang tidak dapat ditemukan pada tanaman , sedang   Quercetin dan Genisten merupakan inhibitor alami yang dapat ditemukan pada tumbuha. IAA merupakan salah satu jenis hormon auksin yang bergerak melalui sel-sel pada jaringan parenkim yang bersinggungan langsung dengan berkas pembuluh. IAA dalam proses pengangkutananya dapat dilakukan dengan 2 cara, yakni pengangkutan secara polar maupun pengangkutan non-polar.  
  37  1. Pengangkutan Polar Jika pada batang proses pengangkutannya secara basipetal (mecari dasar) dan tidak bergatung pada dasarnya (posisi normal ataupun terbalik). Jika pada akar pengangkutannya secara akropetal (menuju apeks). Pengangkutan polar ini terjadi hanya pada sel yang bersifat aktif dan kecepatan pengangkutannya sangat rendah (1 cm per jam di daerah batang dan akar). 2. Pengangkutan Non-polar Pengangkutan Non-polar merupakan pengangkutan yang pergerakannya keseluruh arah. Pengangkutan non-polar terjadi pada sel-sel yang mengalami penuaan (senescenes) dan kecepatannya pengangkuyannya tinggi. IAA pada kecambah monokotil terletak paling banyak pada daerah koleoptil dan makin berkurang ke arah akar. Penyebaran itu  berlaku hanya jika IAA berasal dari ujung koleoptil diangut ke bagian lain. Saat perjalanannya dari ujung koleoptil menuku ke bagian lainya, IAA yang diangkut itu  dipakai  oleh tanaman untuk proses pertumuhan dengan cara dimobilisasi oleh ikatan-ikatan kompleks atau bisa pula dengan cara diinaktifkan dan dirombak melalui reaksi-rekasi enzimatik. IAA pada kecambah monokotil proses pengangkutannya jauh lebuh kompleks. Jelasnya IAA itu  dibuat pada daerah-daerah yang bersifat maristematik (pada bagian tunas-tunas pucu daun dan tunas samping).    
  38  2.6 Fungsi dan Aktifitas Hormon Auksin Berikut adalah fungsi dan Aktifitas dari hormon auksin:  1. Memacu proses pemanjangan sel (pertumbuhan  ). Auksin merupakan promotor  pertumbuhan   dan perkembangan pada suatu tanaman .  Kostermans dan Kogl (1934) dan  Thyman (1935) menyatakan bahwa IAA merupakan jenis auksin sebab memiliki kemampuan dalam menginduksi pemanjangan sel pada bagian batang. Tempat utama terjadinya sintesis auksin adalah di maristem tunas apikal. Auksin ditranslokasikan dari bagian ujung tunas ke daerah pemanjangan sel, sehingga auksin dapat menstimulasi pertumbuhan   dari suatu sel dengan cara mengikat reseptor yang dibangun dalam membran plasma sel.  Pompa proton pada membran sel memiliki peran sebagai regulator dari tanggapan  pertumbuhan   suatu sel terhadap auksin. Pada daerah perpanjangan tunas, pompa proton pada membran plasma akan menstimulasi auksin sehingga terjadi peningkatan potensi pada membran (ada tekanan yang melewati membran) dan  menurunkan pH pada dindinh sel. Terjadinya penurunan pH memicu  dinding sel menjadi asam dan terjadi pengaktifan enzim ekspansin. Enzim ini berperan dalam mereganggakn struktur dari dinding sel dan merusak ikan hidrogen antara mikrofinril selulosa. ini  didasari pada suatu hipotesa yang dikenal dengan nama Hipotesa pertumbuhan   asam (acid growth hypothesis).   
  39          Gambar 18. Perpanjangan Sel Sebagai tanggapan  terhadap Auksin berdasar  hipotesa pertumbuhan   Asam (Campbell et al, 2008)    Adanya penambahan potensi pada membran memicu  terjadinya pengembalian ion dari luar ke dalam sel menjadi meningkat sehingga terjadilah osmosis untuk mengembalikan air. Pengembalian air tesebut diiringi dengan peningkatan plastisitas dari dinding sel, sehingga ada kemungkinan bagi sel untuk mengalami permanjangan. Sesudah adanya dorongan awal ini, pertumbuhan   akan terus berlanjut. Sel akan membentuk sitoplasma dan dinding sel kembali. pertumbuhan   selanjutnya akan distimulasi oleh auksin.    Auksin mempengaruhi pertumbuhan   akar dengan cara memperpanjang akar (root initiation). Jenis auksin yang dapat mempengaruhi itu  diantaranya NAA, IAA dan IAN. Pemberian IAA dalam konsentrasi tinggi disatu sisi dapat meningkatkan jumlah akar namun disisi lain justru menghambat pemanjangan akar. pertumbuhan   dari batang sangatlah erat kaitannya dengan auksin. 
  40  Jika ujung koleoptil dari suatu tanaman  dipotong, maka pertumbuhan   dari tanaman itu  akan terhenti. Pada bagian maristem apikal ada banyak jaringan-jaringan muda dan auksin ada dalam jumlah yang banyak pada bagian pucuk yang paling rendah (basal). sedang  indikator pertumbuhan   buah yang diberikan auksin adalah adanya peningkatan dari volume buah itu . Pembelahan dan/ atau pemanjangan pada sel dapat meningkatkan volume pada buah. namun akan terjadi overlap antara fase pembelahan sel dengan fase pengembangan sel. Perkembangan dicirkan dengan adanya peningkatan dari ukuran buah. Auksin akan dihasilkan oleh endoseperm dan embrio dalam biji guna berperan dalam menstimulasi pertumbuhan   endosperm. Crane pada tahun 1949 sudah berhasil membuktikan bahwa auksin berperan dalam pertumbuhan   buah. Crane melakukan studi  dengan meberikan 2,4,5-T sebagai auksin eksogen pada tanaman jeruk, anggur, blackberrry dan strawberry. Hasilnya menunjukkna bahwa buah itu  dapat mengalami pertumbuhan   lebih cepat 60 hari dibanding rata-rata fase normal (120 hari) (Wiraatmaja, 2017).    Saat menstimulasi pertumbuhan  , auksin hanya dapat bekerja pada interval konsentrasi tertentu yakni 10-8 M sampai 10-4 M. Auksin dapat menginduksi produski etilen (inhibitor pertumbuhan  ) sehingga jika konsentrasi yang diberikan berlebih, proses pemanjangan sel justru terhambat.  IAA dapat menstimulasi pemanjangan sel pada batang saat konsentrasi yang diberikan sebesar 9 g/L. Menurut Zaini et al (2017) konsentrasi auksin yang tepat untuk meningkatkan pertumbuhan   tanaman ialah 1-3 ml dalam 1 L air. Jika 
  41  konsentrasi IAA terlalu tinggi justru memicu  pemanjangan sel batang menjadi terhambat.  berdasar  studi  dari Hismarto et al (2015) adanya variasi perlakuan dalam pemberian hormon auksin sintetik Asam Naftalena Asetat memberi  pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan   dari Nannochlorophsis oculata. Perlakuan dengan pemberian auksin dalam konsentrasi yang berbeda ternyata berpengaruh nyata terhadap daya kecambah, potensi tumbuh, indeks vigor, tinggi kecambah dan panjang akar benih semangka kadaluarsa (Zaini et al., 2017). ini   disebabkan sebab auksin mengandung senyawa yang dapat mempercepat proses metabolisme pada benih.  Auksin merupakan senyawa utama dalam proses metabolisme benih.     Benih yang direndam dalam auksin nantinya akan mengalami pertambahan tinggi dari benih normal (tanpa auksin). Auksin akan diserap oleh benih melalui proses imbibisi. Masuknya auksin pada benih akan memicu  terjadinya proses kimiawi pada benih yang lalu  mengalami perkecambahan. Auksin itu  akan merangsang pembentukan batang dan pembelahan sel, akibatnya terjadi tinggi kecambah akan meningkat. Saat masa perkecambahan, auksin berperan dalam mendorong-dorong  sel-sel pada akar dan batang membesar dan  memanjang (Patma et al, 2016). Auksin yang diberikan pada suatu benih secara tidak langsung mempengaruhi pertumbuhan   dan perkembangan dari benih itu . Faktor tumbuh (gas, air, iklim dan unsur hara yang berada dalam media) dan  endosperm (cadangan makanan) pada kotiledon sangat dibutuhkan oleh benih untuk berkecambah. Saat benih sudah mengalami perkecambahan, auksin akan ikut sera dalam mendorong-dorong  sel akar dan sel batang untuk memanjang dan membesar terutama saat 
  42  pengambilan air sesudah jaringan-jaringan mebrio mengering diharapkan nantinya sintesa protease akan meningkat begitupula dengan enzim-enzim hidrolitik lainnya. Selama proses perkecambahan auksin juga dapat menghasilkan zat-zat yang mendukung perkembangan embrio dan munculnya kecambah untuk lalu  ditranspor menuju embrio. Auksin memiliki kemampuan dalam meningkatkan proses metabolisme dan biokimia dalam benih dan  meningkatkan proses imbibisi. Peningkatan imbibisi akan berdampak pada peningkatan indeks vigor yang dihasilkan oleh benih (Adanan et al, 2017).sebab auskin memiliki kemampuan dalam meningkatkan laju pertumbuhan   saat ini sudah banyak dikomersialkan dan dipakai  auskin sintetis.  Contoh pengaplikasian Kemampuan auksin dalam melakukan pembelahan sel mengakibatkana hormon ini banyak di manfaatkan dalam perkembangan biakan secara in vitro (kultur jaringan). Hormon auksin merupakan jenis hormon yang paling banyak dimanfaatkan dalam perkembanganbiakan tanaman  secara in vitro, misalnya kultur jaringan. Auksin itu  berperan dalam mendorong-dorong  terbentuknya suspensi sel, kalus dan  organ dari tanaman yang akan dibiakan.  Smith (2013) menjelaskan bahwa auksin dapat merangsang pembelahan dari kalus dan dapat menekan morfogenesis pada kultur tanaman secara in vitro. Terbentuknya akar pada saat perkebanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan merupakan indikator keberhasilan dari teknik kultur jaringan itu. Konsentrasi yang diperlukan dalam menginduksi akar bervariasi, konsentrasinya bergantung pada spesies tanaman yang 
  43  dikultur, jenis eksplan dan  auksin yang akan dipakai . Contohnya IAA untuk dapat menginisasi pembentukan akar dipakai  pada interval 0,1 mg/L – 10 mg/L, IBA 0,3 mg/L 3 mg/L dan NAA 0,5 mg/L – 1 mg/L. Namun jika konsentrasi hormon auksin sintetik yang diberikan sama maka pembedanya ditentukan oleh perbedaan struktur kimia dari jenis auksin itu . Misalnya IBA dan NAA, konsentrasi yang diberikan sama yakni 0,8 mg/L ternyata NAA dapat menghasilkan jumlah akar yang lebih banyak jika dibandingkan IBA. ini   diduga terjadi sebab IBA memiliki atom N pada struktur kimianya sedang  NAA tidak. Adanya nitrogen dalam media kultur jaringan sangat tidak dianjurkan sebab asam amino yang terbentuk justru menjadi penghambat dalam pembentukan akar.  Proses penginduksian perakaran akan jauh lebih baik jika jenis auksin yang dipakai  hanya satu (Rostiana dan Deliah, 2007). Pada media kultur biasanya auksin akan bekerjasama dengan sitokinin. Kerja dari auksin dan sitokinin dapat memicu  konsentrasi zat pengatur tumbuh endogen didalam sel menjadi meningkat sebab kedua hormon itu  merupakan faktro pemicu dalam proses pertumbuhan   dan perkembanagn suatu jaringan (Mahdi et al, 2015). Menurut Wiraatmajaya (2017) auksin dalam merangsang pertumbuhan   jaringan tanaman dengan cara: a. Memicu terjadinya sekresi ion H+ dari sel melalui dinding sek. Akibatnya akan ada pengasaman pada dinding sel sehingga K+ akan diambil. Potensi air yang berada didalam sel akan mengalami penurunan akibatnya air akan masuk terus kedalam sel dan sel akan membesar. 
  44  b. Mempengaruhi reaksi metabolisme protein dengan cara mempengaruhi metabolisme RNA, melalui transkripsi molekul RNA.  c. Memacu dominansi apikal d. Memacu pertumbuhan   akar Pemelihan jenis auksin dan konsentrasi dalam perkembangbiakan secara in vitro (kultur jaringan) bergantung pada: (1) taraf auksin endogen yang dimiliki tanaman, (2) Kemampuan dalam mensintesis auksin dari jaringan, (3) spesis tanaman  yang akan diperbanyak, (4) ZPT lain yang juga ditambahkan atau dipergunakan dalam media kultur. Salah satu contoh auksin sintetik yang biasa dipakai  dalam perbanyakan tanaman seccara in vitro adalah 2,4-D. 2,4-D ini memiliki kemampuan dalam merangsang terbentuknya kalus dan  dapat meningkatkan rata-rata presentasi eksplan (eksplan pada daun maupun ekspan internode pada tanaman Chysanthenum indicum) yang hidup hingga 89,23% (Rivai dan Hendra, 2015). Berikut adalah gambaran dari kalus yang diberikan auksin sintetik (2,4-D).       
  45          Gambar 19. Pembentukan Eksplan pada tanaman Chrysanthenum indicum (bunga krisan) yang diberi 2,4-D Keterangan : A. Eksplan daun; B. Eksplan Internode    Smieth (2013) menyatakan bahwa proses fisiologis dalam tanaman dapat mengalami peningkatan sehingga eksplan daun dan eksplan internode dapat terus betahan hidup akibat dari pemberian auksin sintetik salah satunya 2,4-D. Selain meningkatkan presentasi eksplan tanaman yang hidup pemberian ZPT Auksin juga memberi  efek terhadap waktu insiasi kalu pada tanaman. Hasil studi  dari Kurniati et al (2012) menunjukkan bahwa pemberian ZPT auksin mampu membentuk kalus dalam kurun waktu 14 hingga 31 hari sesudah tanamn. Waktu inisiasi itu  akan semakin singkat jika diletakkan dalam ruang gelap. Auksin tidak medah mengalami degredasi pada tempat yang gelap sehingga waktu inisiasi dari kalus menjadi lebih cepat.   
  46  2. Menghambat pembentukan tunas lateral sehingga memicu terjadinya dominansi apikal. pertumbuhan   tunas apikal akan menghambat pertumbuhan   tunas lateral sebab tunas apikal akan menumbuhkan daun-daun. Adanya zat penghambat didaun muda memicu  terjadinya dominansi apikal. jika  bagian apeks tajuk di batang dipangkas lalu diberikan auksin dibagian terpangkas tadi maka kuncup samping akan mengalami perkembangan tetapi arah dari petanaman  cabangnya tegak keatas. Sesuai dengan pola pertumbuhan   tanamannya, jika daun muda tumbuh pada bgain ujung batang suatu tanaman maka tunas akan tumbuh ke arah samping (terbentuknya tunas lateral). ini  dapat dibuktikan dengan cara memotong bagian ujung batang akan akan tumbuh tunas di ketak daun. Keterkaitan anatara auksin dan dominansi apikal pertama kali dibuktikan oleh Skoog dan Thaimann. Mereka mencoba untuk membuang bagian pucuk tanaman (apical bud) dari tanaman kacang kacang, akibat dari pecobaan terebut tunas menjadi tumbuh di ketiak daun. Ujung tanaman yang sudah dipotong tadi lalu  diberi potongan agar yang mengandung auksin. Akibatnya tidak terjadi lagi pertumbuhan   tunas pada ketiak daun.Dengan kata lain auksin yang berada di apical bud merupakan penghambat munculnya tunas di ketiak daun.  3. Membentuk akar adventif Auksin dapat memicu pembentukan akar liar pada batang tanaman, contohnya pada tanaman apel ada akar dibawah cabang pada daerah antar nodus. Kemampuan auksin dalam membentuk akar adventif dan akar lateral memicu  auksin banyak dikomersialkan 
  47  dibidang pertanian terutama dalam hal perbanyakan tanaman dengan metode stek. Jika daun, batang maupun bagian tanaman  lain dipotong lalu diberi auksin dalam bentuk serbuk pengakaran maka akan mendorong-dorong  terbentuknya akar adventif dibagian permukaan yang terpotong tadi. Jenis hormon auksin sintetik yang biasa dipakai  oleh para petani dalam memperbanyak tanaman  secara stek adalah IBA dan NAA. IBA dan NAA ini lebih baik jika dibandingkan dengan IAA sebab sifat kimianya jauh lebih stabil dan memiliki mobilitas yang lebih baik pada tanaman. Pengaruh yang diberikan oleh IBA dan NAA lebih lama dan tidak dapat menyebar kebagian stek lain sehingga akar yang tumbuh akan lebih subur. Sebaliknya pemberian IAA pada suatu tanaman dapat menyebar hingga ke tunas lain sehingga ada penghalang bagi tunas untuk berkembang dan tumbuh.  4. Merangsang terbentuknya xilem dan floem oleh kambium, menjaga elastisitas dinding sel dan membentuk dinding sel primer (dinding sel yang pertama kali dibentuk) pada tanaman . Auksin bekerjasama dengan Giberelin dalam memicu pertumbuhan   jaringan pembuluh dan mendorong-dorong  terjadinya pembelahan sel pada kambium pembuluh yang memicu  diamter batang suatu tanaman bertambah.  5. Menghambat rontoknya buah dan merangsang pengguguran daun (absisi). ini  disebabkan sebab auksin pada tanaman dapat bereaksi menghasilkan senyawa-senyawa inhibitor salah satunya etilen, sehingga proses absisi terhambat.   
  48  6. Membantu proses pembentukan buah tanpa biji (partenokarpi) Partenokarpi adalah proses pembentukan buah yang terjadi tanpa adanya proses penyerbukan sehingga tidak ada pembuahan. Bunga yang tidak mengalami penyerbukan dapat merangsang perkembangan buah tanpa biji. Kandungan auksin yang ada dalam ovary yang sedang  mengalami pembuahan (polinasi) akan mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan ovary yang tidak  sedang mengalami pembuhan (ciri-cirinya tidak mengalami pembengkakan pada bagian dindingnya). Partenokarpi bisa terjadi dengan pemberian campuran IAA dan lanolin pada stigma.  7. mendorong-dorong  terbentuknya serabut-serabut akar dan akar lateral Guna mengoptimalkan penyerapan air dan mineral pada tanaman  diperlukan adanya serabut-serabut akar dan akar lateral. berdasar  hasil studi  auksin yang terkandung didalam mutan Arabidopsis yang mengalami perbanyakan akar lateral 17 kali lipat lebih banyak dari konsentrasi  normal. NAA merupakan sitokinin sintetik yang dapat diberikan pada suatu tanaman  untuk menstimulasi terbentuknya akar pada tanaman . NAA merupakan jenis hormon sintetik yang jika  dikombinasi dengan kerja homron lain maka kerjanya tidak akan merusak hormon lain.  8. Sebagai herbisida  Pada bidang pertanian, auksin juga banyak dimanfaatkan sebagai herbisida. Salah satunya adalah 2,4-dinitrofenol (2,4-D) yang dapat meminimalisir jumlah gulma berdaun lebar (misalnya Dendolion) jika disemprotkan ke tanaman  serialia atau dipadang rumput. tanggapan  fisiologis yang muncul dari tanaman saat diberikan 
  49  auksin sintetik ini berbeda-beda. Pada monokotil (misalnya jagung dan rumput) auksin sintetik ini dapat diaktivasi secara cepat. Namun pada dikotil justru pengaktivasian itu  tidak terjadi bahkan justru memicu  tanaman menjadi mati sebab banyaknya dosis hormonal. Jenis auksin sintetik lain yang juga dapat dipakai  sebagai herbisida adalah 2,4,5-Triklorofenolasetat (2,4,5-T) dan 2-metil-4- klorofenoksiasetat (MCPA). Sifat dari ketiga jenis auksin itu  ialah (1) fitoksitas tinggi; (2) mengganggu proses transkripsi DNA dan proses translasi RNA sehingga enzim yang beperan dalam proses pertumbuhan   akan terganggu dan (3) Mecegah dan menghambat pertumbuhan   dari gulma pada daun tanaman dikotil/ daun lebar, sebab dapat diserap dalam jumlah yang banyak.  pemakaian  auksin sintetik jenis 2,4-D dalam bidang pertanian sebagai hebisida selektif sebab hanya dapat membasmi gulma yang memiliki daun lebar yang berasal dari tanaman  dikotil. 2,4-D mengandung senyaa dioksin yang tidak bersifat racun pada mamali namun dapat memicu  penyakit hati, cacat lahi dan leukimia pada hewan dan  manusia.  9. pemicu  gerak pada tanaman  yakni Photoropisme dan Geotropisme Fototropisme merupakan salah satu bentuk gerak pada tanaman  yang gerakannya menuju  ke arah datangnya cahaya atau sinar. Fototropisme ini dapat terjadi sebab adanya pemanjangan sel pada bagian tanaman  yang tekena cahaya atau disinari. Perbedaan tanggapan  yang diberikan oleh tanaman terhadap penyinaran dikenal dengan sebutan phototropisme. Phototroposme bisa terjadi sebab adanya perbedaan penyebaraan dari auksin di setiap bagian 
  50  tanaman . Kadar auksin pada bagian tanaman  yang tidak tersinari atau tidak terkena cahaya akan jauh lebih tinggi dibanding yang tersinari. Geotropisme merupakan gerakan tanaman  ke arah pusat gravitasi bumi. Geotrpisme ini terbagi menjadi 2 yakni geotropisme positif dan geotropisme negatif. Positif jika  searah dengan gravitasi dan negatif jika  berlawanan arah dengan gravitasi. Geotropisme ini berkaitan dengan auksin yang ada pada tanaman. Jika suatu tanaman (koleoptil) diletakkan secara horizontal (mendatar), maka auksinnya akan terakumulai di bagian bawah. ini   menunjukkan bahwa sudah terjadi proses translokasi auksin ke bagain bahwah tanaman  (menju pusat bumi) sebagai akibat dari geotropisme. Dolk pada tahun 1936 sudah berhasil membuktikan pengaruh dari geotropisme terhadap akumulasi dari auksin. Auksin terkumpul di bagian bawah tanaman  lebih banyak dibandingkan bagian atas. Seperti yang sudah dipelajari di biologi sel, bahwa setiap sel terdiri atas komponen cair (terletak di bagian atas) dan komponen padat (dibagian bawah akibat dari gravitasi bumi). Bahan-bahan yang dipengaruhi oleh gravitasi bumi dikenal dengan nama statolith sedang  sel yang dipengaruhi oleh gravitasi dinamakan statocytes.  10. Abisisi Terjadinya pemisahan pada suatu bagian atau organ tanaman secara alamiah dikenal dengan istilah absisi. Selain dipengaruhi oleh faktor alami seperti panas, kekeringan dingin dan lain sebagainya. Absisi juga dipengaruhi oleh ---   salah satunya auksin. Saat terjadi absisi, suatu tanaman  akan mengalami perubahan secara metabolisme dan secara kimia. Perubahan secara kimia terjadi pada 
  51  struktur kitin yang berada di lamella tengah sedang  perubahan metabolisme terjadi pada dinding sel. Lapisan absisi yang terbentuk itu  biasanya diikuti pula oleh susunan sel bagian proksimal. Sel-sel baru itu  nantinya akan mengalami diferensisi ke dalam lapiran periderm dan membatu membentuk lapisan pelindung. Absisi dapat terjadi jika jumlah auksin di bagian proksimal seimbang  atau melebihi jumlah auksin di bagian distal. Sebaliknya jika jumlah auksin di distal lebih banyak maka absisi tidak akan terjadi. Ada teori lain yang juga menyatakan bahwa absisi dipengaruhi oleh konsentrasi atau kadar auksin. Konsentrasi atau kadar auksin yang tinggi dapat menghambat (inhibitor) dalam terjadinya absisi, sedang  konsentrasi auksin yang rendah dapat justru dapat mempercepat absisi pada tanaman . ada 2 fase dari tanggapan  daun terhadap auksin sesudah mengalami absisi (terlepas). Fase pertama menunjukkan bahwa auksin menghambat terjadinya absisi sedang  fase kedua menunjukan