• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label pisang 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pisang 2. Tampilkan semua postingan

pisang 2





















negara kita  merupakan salah satu sentra primer keragaman pisang, baik pisang segar, olahan dan pisang liar. Lebih dari 200 jenis pisang ada  di negara kita . Tingginya keragaman ini, berpeluang .pada negara kita  untuk dapat memanfaatkan dan memilih jenis pisang
komersial yang dibutuhkan oleh konsumen.
Pisang adalah salah satu komoditas buah unggulan negara kita .
Luas panen dan produksi pisang selalu menempati posisi pertama. Pada
tahun 2002 produksinya mencapai 4.384.384 ton dengan
nilai ekonomi sebesar Rp 6,5 triliun. Produksi ini  sebagian besar
dipanen dari pertanaman kebun rakyat seluas 269.000 ha. Disamping
untuk konsumsi segar beberapa kultivar pisang di negara kita  juga
dimanfaatkan sebagai bahan baku industri olahan pisang misalnya
industri kripik, sale dan tepung pisang. Perkembangan kebun rakyat dan
industri olahan di daerah sentra produksi, dapat berpeluang 
baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap perluasan
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja.
Pisang banyak mengandung vitamin dan mineral esensial yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan. Bahkan di beberapa daerah di
Papua pisang merupakan subsitusi makanan pokok, seperti di beberapa
negara di Afrika.



Sentra produksi pisang di negara kita  tersebar di 1 6 propinsi, 7 0
kabupaten. Selama periode 1995 sampai 2002 luas panen pisang
berfluktuasi, namun pada tahun 2003- 2004 cenderung meningkat
(F AO STAT, 2005). Produktivitas pisang juga berfluktuasi antara 11 ,6
ton/h a (1 997 ) sampai 1 6,3 ton/h a (2002). Sedangkan produksi sejak
tahun 1996 sampai 2003 meningkat. E nam belas daerah sentra
produksi pisang di negara kita  berdasar  produksi dari tahun 199 9
sampai 2003 disajikan pada Tabel 1 .
Penanaman umumnya dilakukan menjelang musim hujan. Pada
tahun 1993 usaha tani pisang dilaksanakan oleh sekitar 21 .482.000
rumah tangga tani. Budidaya tanaman pada umumnya belum
menerapkan inovasi teknologi secara optimal, karena sebagian besar
pertanaman pisang merupakan usaha pekarangan skala kecil (0,5- 5 ha)
dengan inputs produksi dan distribusi minimal. O leh karena itu mutu dan
produktivitasnya masih rendah. Disamping itu kehilangan hasil pra
panen dan pasca panen masih cukup tinggi.




Rata- rata produksi dan produktivitas pisang selama periode 19 99
sampai 2003 masing- masing sekitar 4 juta ton dan 13 ,98 ton/h a (Tabel
2). berdasar  total produksi, pisang menduduki tempat pertama
dibandingkan dengan total produksi mangga (1 ,5 juta ton), jeruk (1 ,5
juta ton), durian (741 ribu ton), dan manggis (79 ribu ton). Dari rata- rata
produksi nasional pisang, sekitar 63% berasal dari pulau J aw a,
Sumatera 18 % , K alimantan 6% , Sulaw esi 6% , Bali dan N usa Tenggara
8% .

Secara umum penggunaan alat- alat/ mesin pertanian dalam
usahatani pisang dimulai dari persiapan lahan sampai pengolahan.
N amun demikian, operasional penggunaan alat dan mesin ini 
untuk usahatani pisang skala rakyat masih sangat mahal dan hanya bisa
dilakukan oleh perusahaan perkebunan besar. U ntuk pengolahan tanah
melibatkan mesin traktor untuk menyingkal dan meratakan tanah.
Selanjutnya kegiatan yang melibatkan alat dan mesin adalah
pengolahan hasil untuk produksi tepung, puree atau jam berskala besar.
Sedangkan untuk skala rakyat alat yang dipakai  adalah mesin
pemotong buah untuk kripik pisang berkapasitas kecil.


Sebagian besar kebun rakyat masih memakai  benih anakan
atau belahan bonggol yang diusahakan sendiri oleh petani. Benih kultur
jaringan umumnya diadakan untuk memenuhi permintaan program
pengembangan perluasan tanam dari pemerintah atau pembukaan
kebun oleh pihak sw asta. Pada saat ini produsen benih pisang kultur
jaringan antara lain: Tekno Agro, DAF A, Tamora, M ariw ati, Pusat Penelitian
K akao dan Ko pi J ember.
C . Us a h a Ag r i b i s n i s Hi l i r
Di negara kita  panen pisang tidak mengenal musiman, karena curah
hujan tersebar merata sepanjang tahun. Dengan demikian produksi
pisang dapat diatur secara rinci sepanjang tahun sesuai kebutuhan. H al
ini sangat menguntungkan dan berdaya saing terutama untuk tujuan
usaha pascapanen buah pisang segar yang melibatkan berbagai
tahapan operasional antara lain: panen (kriteria, w aktu dan cara
pemanenan), pengangkutan ke bangsal pengemasan, operasi bangsal
pengemasan (pemotongan sisir, pencucian, perlakuan fungisida,
pengeringan, pengemasan), transportasi kemasan pisang dan pemuatan
ke kontainer berpendingin ( c oo l s t o ra ge ) yang kemudian dimuat ke
kapal, kereta api atau truk. U ntuk tujuan ekspor dalam sarana transpor
pada kegiatan distribusi hendaknya memakai  rantai dingin.
D. Pa s a r d a n  Ha r g a
Di pasar domestik harga jual pisang sangat bervariasi tergantung
tempat, varietas dan musim. Sebagai contoh di Pasar Induk K ramajati
harga Pisang Ambon berkisar Rp 4.200- 5.800/ kg. Sementara itu di
pasar Senduro, J aw a Timur, harga pisang Tanduk pada saat normal
berkisar Rp 8.000–10 .000 per tandan yang berisi 1 - 3 sisir, sedangkan
pada saat lebaran mencapai Rp. 15 .000- 20.000 per tandan. Di N usa
Tenggara Barat harga pisang pada hari- hari biasa berkisar antara Rp.
1 .500- 5.000 per sisir, sedangkan pada saat hari Raya G alungan
mencapai Rp. 2.500- Rp. 7 .500 per sisir. Di lain pihak, akibat masih
kurangnya sarana transportasi dari pusat produksi pisang ke pasar,
menyebabkan harga pisang merosot. H al ini terjadi di K utai Timur,
K alimantan Timur, pada saat panen raya harga pisang hanya Rp. 700-
900 per sisir di tingkat petani. Sedangkan untuk dijual ke pasar
Surabaya, J aw a Timur memerlukan biaya transportasi yang cukup mahal,
akibatnya banyak buah pisang dibiarkan membusuk setelah dipanen



ataupun yang masih di pohon. Permasalahan ini sebetulnya dapat
diatasi dengan mengembangkan industri pengolahan pisang di daerah
sentra produksi pisang. Sebagai contoh industri getuk pisang yang
berkembang pesat di K ediri, J aw a Timur. H arga getuk pisang di tingkat
produsen dijual rata- rata Rp. 1 .000 per bungkus, pada tahun 2002.
Sementara itu di J aw a Barat telah berkembang industri pisang sale yang
berasal dari pisang Ambon. H arga pisang sale dari produsen rata- rata
Rp. 6.000 per bungkus (0,5 kg), pada tahun 2004. Dari 10 0 kg buah
pisang dapat dihasilkan 70 bungkus pisang sale.
Di pasar internasional volume ekspor pisang segar negara kita  pada
periode 199 5 sampai 199 9 mencapai 7 0.000 – 1 00.000 ton per tahun.
V olume ekspor tertinggi dicapai pada tahun 199 6 dengan nilai sekitar
U S $ 18 .166 .1 41 . N amun selanjutnya ekspor pisang negara kita  menurun
dan pada tahun 2003 hanya sebesar 27 ton (U S $ 8.000) (Tabel 3.).
V olume impor pisang negara kita  tertinggi terjadi pada tahun 1999
yaitu 371 ton dengan nilai U S $ 265 ribu, kemudian menurun sampai
dengan tahun 2001 hanya sebesar 7 ton (U S $ 15 ribu), dan pada tahun
2003 telah mencapai 464 ton (U S $ 21 5.000). Peningkatan volume
impor ini disebabkan tumbuhnya pasar ritel berupa s uperm a rk et ,
h y perm a rk et dan toko buah yang menuntut mutu buah yang lebih baik.
J enis pisang yang diimpor adalah kelompok C a v en d i sh dan ke depan
kemungkinan besar akan masuk juga cultivar  ‘ U sr kolontol dan K arat’ yang
mengandung - carotene tinggi berasal dari M icronesia.
Tabel 3. Perkembangan ekspor dan impor pisang negara kita  tahun 1 996- 2003
Ek spor ImporTahun V olume (ton) Nil ai (U S $) V olume (ton) Nil ai (U S $)
1 996 1 01 .495 1 8.1 66.1 41 46 67 .000
1 997 7 1 .028 1 3.224.000 22 40.000
1 998 7 7 .473 1 4.07 4.000 16 1 9.000
1 999 7 6.087 1 1 .1 02.000 37 1 265.000
2000 2.1 05 41 2.805 13 31 .000
2001 262 49.839 7 1 5.000
2002 5.1 26 97 9.7 30 60 48.000
2003 27 8.000 464 21 5.000
Sumber: FA O STAT (2004)
Disamping itu negara kita  juga mengekspor produk olahan pisang
meskipun volume dan nilainya masih kecil. N egara tujuan ekspor adalah


J epang, Singapura, Ma laysia, Saudi Arabia, Afrika Selatan, Australia,
Amerika Serikat dan Belanda. N egara eksportir lainnya adalah negara-
negara Amerika Latin seperti E kuador, H onduras, K olumbia, C osta Rica,
G uatemala dan Panama dan negara- negara di Asia seperti F ilipina dan
C ina. V arietas pisang di perdagangan dunia adalah kelompok C a v en d i sh .
K endala ekspor pisang negara kita  adalah mutu dan kontinuitas pasokan.
E. In f r a s t r u k t u r
U saha tani kebun pisang di negara kita  kebanyakan di pekarangan
dan tegalan. Fas ilitas infrastruktur khususnya pengairan belum ada.
Fas ilitas pengemasan, alat transportasi, rumah/ gudang untuk
penanganan segar juga belum memenuhi standar yang baik. Demikian
pula fasilitas permodalan juga masih minimal.
Beberapa inovasi teknologi pra- panen dan pasca panen hasil
penelitian telah tersedia meliputi teknologi perbenihan, manajemen z at
hara dan hama penyakit, penanganan segar dan pasca panen.
Diseminasi hasil penelitian dilaksanakan oleh lembaga penelitian
bekerjasama dengan BPTP, sw asta dan pemerintah daerah melalui
berbagai kegiatan atau program misalnya PTT dan Primatani.
F . K e b i j a k a n  Ha r g a , Pe r d a g a n g a n d a n In v e s t a s i
K ebijakan harga pisang selama ini diserahkan kepada mekanisme
pasar. Rantai perdagangan pisang dalam usaha skala kecil yang dimulai
dari petani menjual ke pengumpul kemudian ke pedagang, harganya
sangat bervariasi, tergantung pada varietas pisang. Akan tetapi untuk
perkebunan skala besar, pengusaha dari kebun langsung ke pasar ritel,
dan sisanya yang bermutu rendah dilempar ke pasar tradisional.
Pada penanaman skala kecil, terutama yang ditanam di
pekarangan rumah, petani tidak mempermasalahkan modal kerja.
Sedangan pada investasi skala usaha perkebunan, memperhitungkan
sew a lahan, modal kerja dan transportasi.



A. Pr o s p e k Pa s a r d a n Pe s a i n g
J umlah penduduk negara kita  lebih dari 200 juta. jika  50% dari
jumlah ini  mengkonsumsi satu buah pisang segar setiap hari,
maka akan dibutuhkan pisang segar sebanyak 3,5 juta ton per tahun
sehingga diperlukan paling sedikit 17 5.000 ha lahan pisang yang
dikelola secara intensif. H al ini  membuka peluang pengembangan
industri benih. Produk buah pisang yang bermutu memerlukan benih
yang bermutu dan seragam, sehingga diperlukan inovasi teknologi untuk
menghasilkan benih ini .
Buah pisang segar yang mengandung  - carotene yang tinggi mulai
dipromosikan oleh negara penghasil pisang. Padahal negara kita  juga
mempunyai varietas pisang yang mengandung senyaw a ini . Salah
satu contohnya adalah pisang T o ng k a t L a ng i t . Akan tetapi pisang ini
belum dikembangkan oleh petani maupun pengusaha benih di
negara kita .
V arietas pisang yang akan dikembangkan ditentukan oleh selera
pasar dan jenis produk yang akan ditaw arkan meliputi pisang segar,
olahan dan produk-p roduk lainnya.
1 . Pa s a r d a l a m n e g e r i
a. S e g a r : kultivar yang diperdagangkan di pasar- pasar sw alayan
sebagian besar adalah kelompok C a v en d i sh , sedang di pasar-
pasar lainnya (toko buah, kios, PK L, tradisional) adalah kultivar
Barangan, Ambon H ijau, Ambon K uning, Ma s, Raja Bulu dan Raja
Sere. Pengembangan kultivar n o n - C a v en d i sh ini untuk
kebutuhan pasar pisang segar di dalam negeri difokuskan pada
peningkatan mutu produk dan kontinuitas. Dengan asumsi
konsumsi perkapita pada tahun 2010 sebesar ±20
kg/ kap/ tahun sasaran kebutuhan produksi pisang diperkirakan
sebesar 4.600.000 ton. Sasaran produksi ini dapat dicapai
melalui pengembangan inovasi teknologi di sentra- sentra
produksi yang telah ada yang pada tahun 2004 luasnya
mencapai 300.000 ha meliputi propinsi J aw a Barat, J aw a
tengah, J aw a Timur, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Lampung, Bali, N usa Tenggara Barat dan Sulaw esi Selatan, serta


melalui ekstensifikasi areal seluas ± 6.000 ha dengan
produktivitas sebesar ± 15 ton/ ha, sasaran produksi tahun
2010 diperkirakan dapat tercapai.
b. O l a h a n : kultivar pisang olahan unggulan negara kita  adalah K epok
dan Tanduk dan Agung Talun (Lumajang). Sasaran kebutuhan
kultivar n o n - C a v en d i sh (Raja, N angka dan K epok) untuk industri
pengolahan pada tahun 2005 diperkirakan sebesar 20.000 ton,
dan pada tahun 2010 diperkirakan sebesar 40.000 ton. O leh
karena itu perlu adanya ekstensifikasi areal penanaman pisang
olah seluas 2.500 ha (produktivitas ± 1 5 ton/h a).
Pengembangan industri olahan diarahkan ke perluasan
diversifkasi produk, meliputi pembuatan keripik, sale, puree dan
pasta pisang. Sasaran produksi kultivar pisang olahan ini juga
dapat dicapai melalui pengembangan inovasi teknologi di sentra
produksi yang telah ada (Sumatera Barat, Lampung, K alimantan
Timur, K alimantan Selatan dan J aw a Timur).
c. Di v e r s i f i k a s i p r o d u k : Tanaman pisang adalah tanaman yang
multiguna. Selain dimanfaatkan buahnya, daunnya bisa
dipakai  sebagai pembungkus, jantungnya bisa dijadikan
sayur, pelepah daunnya bisa dipakai  sebagai bahan kerajinan
(tas, topi, tikar, dll.), dari bonggol dan batang pisang yang telah
dipanen bisa diambil patinya (5- 10 % ), kulit dan seresah batang
pisang dapat dipakai  sebagai bahan makanan ternak. Daun
pisang telah menjadi salah satu produk ekspor Thailand ke luar
negeri antara lain ke Amerika Serikat.
2 . Pa s a r l u a r n e g e r i
berdasar  jumlah total produksi pisang nasional, pada tahun
2003, negara kita  menempati urutan keenam dunia setelah India, Braz il,
C ina, E kuador, dan F ilipina (Tabel 4), tetapi volume dan nilai ekspor pisang
negara kita  jauh di baw ah Thailand dan V ietnam. H al ini disebabkan
varietas yang ditanam di negara kita  sangat beragam, pasar internasional
menghendaki pisang dari kelompok C a v en d i sh seperti W i l l i a m s dan
G ra n d N a i ne . Pengembangan kultivar kelompok C a v en d i sh ini di
negara kita  menghadapi kendala serangan penyakit layu F us a ri um .
K ultivar Raja Sere, Barangan M erah dan Ma s mempunyai peluang yang
besar untuk menjadi komoditas ekspor unggulan negara kita , namun
diperlukan dukungan promosi yang memadai.



Pengembangan pisang kelompok C a v en d i sh baik untuk kebutuhan
pasar dalam negeri dan internasional dilaksanakan melalui
pengembangan kebun- kebun pisang yang dikelola secara intensif di
beberapa propinsi sentra produksi pisang di negara kita  yang telah ada
(Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, N usa Tenggara
Barat dan Sulaw esi Selatan) dan untuk sentra baru di Ma luku (pulau
Seram), Papua dan Riau. Di kedua pulau ini penyakit layu F us a ri um
belum endemis. Pengembangan kebun- kebun pisang ini dapat
dilaksanakan oleh pihak sw asta dalam dan luar negeri.
K ultivar yang dikembangkan harus mempunyai sifat toleran
terhadap serangan penyakit layu F us a ri um . Selama 10 tahun terakhir
volume tertinggi ekspor pisang dicapai pada tahun 1996 sebanyak
100 .000 ton. Setelah itu ekspor terus menurun akibat serangan
penyakit layu F us a ri um . Impor pisang tertinggi terjadi pada tahun 2004
sebanyak 400 ton. K ebutuhan ekspor dan substitusi impor pisang
C a v en d i sh selama lima tahun ke depan diproyeksikan lebih dari
100 .000 ton.
Tabel 4. Posisi negara kita  di antara beberapa negara penghasil pisang dunia,
tahun 2003
N o N egara Produksi(ton)
V olume ekspor
(ton)
Nil ai ekspor
(U S $ )
1 India 1 6.820.000 1 0.877 2.51 7 .000
2 Braz il 6.7 7 4.980 240.394 91 .7 55.000
3 C hina 6.1 26.061 53.019 26.362.000
4 E cuador 5.882.600 4.664.814 1 .084.1 69.000
5 Philippines 5.500.000 1 .828.220 333.000.000
6 negara kita  4.31 1 .959 27 8.000
7 C aribbean 1 .91 6.556 220.7 7 1 30.01 3.000
8 Thailand 1 .800.000 6.338 1 .7 7 6.000
9 C olombia 1 .51 0.940 1 .424.819 389.648.000
10 Vi etnam 1 .221 .300 81 .429 3.855.000
11 M alaysia 500.000 24.478 6.51 2.000
Sumber: FA O STAT, 2005

0

B . Po t e n s i La h a n M e n u r u t Pr o p i n s i
Tanaman pisang di negara kita  dapat beradaptasi dan tumbuh baik
pada berbagai tipe iklim, dataran rendah hingga dataran tinggi. Di
negara kita  tersedia lebih dari 3 juta ha lahan dapat ditemukan di
K alimantan dan Papua, sedangkan lahan dengan potensi yang sama
seluas lebih dari 1 juta ha ditemukan di 5 propinsi di Riau, Sumatera
U tara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung dan Sulaw esi Selatan serta
beberapa daerah di propinsi lainnya seperti terlihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Luas lahan di beberapa propinsi yang berpotensi untuk areal
penanaman pisang
N o. Propinsi Luas lahan(ha) N o. Propinsi
Luas lahan
(ha)
1 . Riau 1 .584.667 7 . K alimantan Selatan 293.569
2. Sumatera utara 554.670 8. K alimantan Timur 5.168 .321
3. Sumatera Selatan 455.656 9. Sulaw esi Selatan 355.035
4. Bangka Belitung 433.520 10 . M aluku 1 .332.796
5. K alimantan Barat 1 .773 .801 11 . M aluku U tara 1 .644.053
6. K alimantan Tengah 2.226.188 12 . Papua 9.943.353
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2000)
C . Ar a h Pe n g e m b a n g a n
Perluasan areal penanaman pisang ditujukan untuk pemenuhan
domestik dan ekspor. Areal pengembangan pisang didasarkan pada
jenis pisang yang diusahakan, yaitu pisang segar dan olahan. Pisang
untuk konsumsi segar dikembangkan di propinsi Ma luku (1 .500 ha.),
Papua (3.000 ha.) dan Riau (1 .500 ha), sedangkan untuk keperluan
olahan, dikembangkan di K alimantan Selatan, K alimantan Timur dan
K alimantan Tengah dengan luas total 2.500 ha. (Tabel 6).
Areal pengembangan pisang untuk pemenuhan kebutuhan pisang
olah dilaksanakan di K alimantan. H al ini karena di daerah ini  telah
tumbuh dan dikenal secara luas varietas yang akan ditanam, sehingga
diharapkan tidak menjumpai kesulitan dalam pelaksanaan di lapang. Di
K alimantan Timur, pengembangan areal pisang dengan cara
memperluas areal yang telah ada, yaitu di K abupaten K utai dan
K abupaten Pasir. Sedangkan di K alimantan Selatan lebih diarahkan ke



K abupaten Banjar dan untuk K alimantan Tengah diarahkan ke
kabupaten Pulang Pisau.
Tabel 6. Arahan pengembangan baru kebun pisang 2005 - 2010
Perluasan per tahun (ha.)N o. Propinsi J enispisang 2005 2006 2007 2008 2009 2010
Luas (ha.)
1 . K alimantan Selatan O lahan 1 00 1 00 1 00 1 50 1 50 1 50 7 50
2. K alimantan Timur O lahan 1 00 1 00 1 00 1 50 1 50 1 50 7 50
3. K alimantan Tengah O lahan 1 00 1 00 200 200 200 200 1 .000
3. M aluku Segar 1 00 1 00 250 250 400 400 1 .500
4. Papua Segar 1 50 1 50 250 7 50 850 850 3.000
5. Riau Segar 1 00 1 00 250 250 400 400 1 .500
Luas (ha.) 650 650 1 .150 1 .750 2.150 2.150 8.500
Produksi (ton)* 9.750 9.750 17 .250 26.250 32.250 32.250 127 .500
Ke terangan: * Asumsi bahw a produktivitas = 1 5 ton/ ha.
Sarana transportasi darat di Papua masih sangat terbatas karena
kebanyakan topografi daerah berupa pegunungan. O leh karena itu
pengembangan w ilayah penanaman pisang segar lebih diprioritaskan
pada daerah yang sudah mempunyai sarana transportasi darat yang
cukup memadai, yaitu K abupaten M erauke dan Sorong.
Pengembangan pertanaman pisang di Ma luku diarahkan ke Pulau
Seram. Di propinsi Riau yang dulu pernah ditanami pisang untuk ekspor
oleh investor asing, bisa dikembangkan lagi seluas 1 .500 ha. Peta
rencana pengembangan pisang tahun 2005- 201 0 ditampilkan pada
G ambar 1 . U ntuk pengembangan selanjutnya (2011 - 2025) selain di
keenam propinsi ini  juga diperluas lagi ke Sumatera Selatan,
Sumatera U tara, Bangka Belitung, K alimantan Barat dan Sulaw esi
Selatan.
Pengembangan usaha pengolahan pisang ini akan dapat
memberi  berbagai keuntungan, antara lain: (1 ) meningkatkan nilai
tambah yang lebih tinggi dibandingkan dalam bentuk segar, (2)
meningkatkan pendapatan petani, (3) meningkatkan umur penyimpanan
sehingga mengurangi kerusakan dan kerugian, (4) mengubah dalam
bentuk produk aw et, sehingga dapat memiliki stok yang besar dalam
memperkuat posisi taw ar menaw ar, (5) menyelamatkan dan
memanfaatkan hasil panen dalam penganekaragaman jenis pangan,

2

dan (6) memberi  keuntungan yang lebih tinggi untuk bersaing di
pasar dalam negeri dan juga luar negeri.
U ntuk memperkuat uraian di atas dan memberi  gambaran bagi
yang berminat investasi di baw ah disajikan Tabel 7 tentang produk
olahan, varietas pisang yang dipakai  dan besarnya persentase
rendemen serta nilai tambah. Un tuk mendapatkan gambaran lebih rinci dari
pemanfaatan bagian- bagian tanaman pisang dengan aneka ragam produk
dan teknologi prosesnya disajikan Pohon Industri pisang pada G ambar 2.
Tabel 7 . Perkiraan nilai tambah beberapa bentuk pengolahan pisang
Produk O lahan V arietas yang dipakai  Rendemen(%) Nil ai Tambah
K ripik Ambon H ijau & K uning, K epokK uning & Putih, C avendish, dll + 20 1 00- 1 50
Ledre Raja Bulu 1 7 - 20 200- 250
Sale Ambon, K epok K uning, Lampung,M as, U li, dll 1 2- 1 7 1 00- 1 50
G etuk N angka 20- 30 50- 1 00
Ju s Raja Bulu 50- 60 350- 500
Tepung Siem, N angka, K epok 29- 32 350- 450
Tepung M PASI Ambon 9- 1 1 ,5 600- 650
Puree Ambon, C avendish & Raja Bulu 20- 30 1 50- 200
J am Ambon, C avendish & Raja Bulu 7 0- 7 5 200- 250



Ga
mb
ar
1.
Da
era
hp
en
ge
mb
an
ga
np
isa
ng
tah
un
20
05
–2
01
0



Ga
mb
ar
2.
Po
ho
ni
nd
us
tri
pis
an
g



IV . T UJ UAN DAN S AS AR AN PENG EM B ANG AN PIS ANG
A. T u j u a n
U ntuk dapat memenuhi permintaan pasar dalam negeri dan pasar
internasional baik segar maupun olahan disertai peningkatan mutu dan
kontinyuitas pasokan.
B . S a s a r a n
1 . Pe n i n g k a t a n m u t u p r o d u k s i d a n k o n s u m s i d a l a m n e g e r i
Tingkat konsumsi dari tahun 2005 sampai 201 0 diperkirakan
akan meningkat dari 14 ,8- 20 kg/ kapita/ tahun. berdasar  proyeksi
peningkatan jumlah penduduk dari 220- 230 juta diperkirakan
kebutuhan konsumsi segar dalam negeri akan mencapai 3,3 – 4,6 juta
ton. K ebutuhan konsumsi segar sudah dapat dipenuhi oleh total
produksi pisang nasional tahun 2004. Artinya kebutuhan konsumsi
segar dalam negeri sudah dapat dipenuhi dari luas panen dan produksi
dari sentra- sentra produksi yang telah ada. Ma salahnya hanya terletak
pada rendahnya mutu produk. O leh karena itu program pengembangan
ke depan difokuskan pada peningkatan mutu produksi di daerah sentra
yang telah ada (J aw a Barat, J aw a Tengah, J aw a Timur, Sumatera U tara,
Sumatera Barat, Lampung, Sulaw esi Selatan). Peningkatan konsumsi
dapat dilakukan dengan promosi tentang pentingnya nilai giz i pisang
sebagai sumber karbohidrat.
2 . Pe n i n g k a t a n e k s p o r
E kspor pisang yang dimaksud bukan hanya ekspor pisang segar
saja, tetapi juga ekspor olahan pisang, seperti tepung, puree dan jam,
dan tidak menutup kemungkinan ekspor olahan hasil industri keluarga
dan menengah. U ntuk kebutuhan ekspor, strandar produk harus
mengacu pada standar mutu dari negara pengimpor dan dalam proses
produksinya diterapkan aturan- aturan G AP maupun SPO baik SPO untuk
sistem skala kecil maupun skala besar. U ntuk memenuhi kebutuhan
buah dan produk olahan pisang untuk ekspor pada tahun 201 0
diperkirakan memerlukan areal penanaman sekitar 5.000- 6.000 ha.



3 . Pe n i n g k a t a n  i n d u s t r i o l a h a n
Pada saat ini industri pengolahan pisang masih terkonsentrasi pada
daerah- daerah J aw a Timur, J aw a Tengah, J aw a Barat, Lampung dan
K alimantan Selatan dengan produk olahan kripik dan pisang sale, yang
pada umumnya masih berskala menengah. Sasaran kebutuhan bahan
baku untuk keperluan industri pengolahan pisang diperkirakan sebanyak
30.000 ton pada tahun 201 0. J umlah kebutuhan ini dapat dipenuhi dari
areal pertanaman seluas 1 .500 ha di sentra produksi yang telah ada
misalnya di propinsi Sumatera Barat, Lampung, J aw a Timur, K alimantan
Selatan dan K alimantan Timur.
Industri pengolahan pisang berskala besar lebih diarahkan pada
industri tepung, puree dan jam, karena untuk membuat produk- produk
ini  diperlukan peralatan khusus yang cukup mahal. K ebutuhan
bahan baku diperkirakan mencapai 60.000 ton per tahun. Dengan
asumsi fokus pengembangan areal tanam varietas pisang olahan di
K alimantan Selatan, K alimantan Tengah dan K alimantan Timur dan saat
ini luas panennya total 1 .000 ha (banyak yang terserang penyakit darah),
maka masih diperlukan pengembangan areal pertanaman baru dan
peremajaan pertanaman lama sekitar 3.500 ha.
4 . Pe r b e n i h a n
Pengembangan kebun seluas 6.000 ha untuk memenuhi
kebutuhan pasar ekspor dan 2.500 ha untuk industri membutuhkan
benih kultivar kelompok C avendish dan non C avendish sedikitnya 1 0
juta tanaman. K ebutuhan benih ini  diharapkan dapat membuka
peluang investasi usaha agribisnis benih oleh pihak sw asta. Benih
sumber kultivar unggul dapat disediakan oleh institusi penelitian.


7
V . S T R AT EG I, K EB IJ AK AN DAN PR O G R AM
A. S t r a t e g i d a n K e b i j a k a n
Agar program pengembangan pisang dapat berjalan dengan baik,
maka perlu disusun suatu ro a d m ap . Program pengembangan pisang
diaw ali dengan penentuan varietas pisang yang akan ditanam. V arietas
sangat menentukan kuantitas dan kualitas produksi serta selera
konsumen, oleh karena itu pemilihan varietas yang unggul dan disukai
konsumen adalah hal pertama yang harus dilakukan sebelum memulai
suatu usahatani pisang.
V arietas yang akan ditanam selain itu harus juga disesuaikan
dengan hasil pew ilayahan daerah sentra, karena suatu varietas akan
diterima oleh masyarakat jika  varietas ini  sudah dikenal. Pada
pemilihan varietas ini sudah diterapkan sistem kendali mutu agar varietas
yang ditanam mempunyai tingkat kemurnian yang tinggi. Selanjutnya
varietas yang dipilih diperbanyakan agar didapatkan benih yang cukup
sesuai dengan kebutuhan. Agar kualitas benih yang dihasilkan bagus,
maka perlu lakukan pemantauan dengan menerapkan sistem kendali
mutu benih. Penggunaan benih bermutu perlu didiseminasikan agar
pengguna memahami peranan benih bermutu dan sistem distribusi yang
benar terutama distribusi antar wi layah untuk mencegah penyebaran
penyakit utama pisang. ada  sistem pengelolaan yang berbeda antara
kebun pisang yang dikelola berskala rakyat (< 5 ha) dengan kebun yang
dikelola perusahaan besar ataupun kebun pisang yang bertujuan sebagai
kebun konservasi. O leh karena itu informasi sistem pengelolaan harus
didiseminasikan juga.
U ntuk meningkatkan posisi taw ar petani pisang dalam memasarkan
hasil, maka perlu dikembangkan sistem kelembagaan di tingkat petani
pisang seperti dibentuknya kelompok tani atau asosiasi petani pisang. H al
ini selain untuk lebih memperkuat petani pisang, juga dapat
mempermudah koordinasi dalam pengadaan sarana produksi seperti
pupuk, pestisida serta akses ke sumber pendanaan. Dalam pengelolaan
kebun pisang baik yang dikelola masyarakat maupun perusahaan harus
merujuk pada prosedur operasional yang standar untuk menghasilkan
produk yang bermutu. Produk pisang yang bermutu apakah pisang segar
ataupun yang sudah berbentuk olahan harus dipromosikan agar dapat



diterima oleh konsumen luar negeri dan juga dapat meningkatkan tingkat
konsumsi domestik. Diagram ro a d m ap pengembangan pisang dapat
dilihat pada G ambar 3.
Ada dua strategi utama untuk pengembangan pisang yaitu :
1 . Pengembangan usaha agribisnis skala kecil yang berdaya saing; dan
2. Pengembangan usaha agribisnis skala kebun yang berdaya saing.
U ntuk itu perlu diciptakan iklim yang kondusif untuk pengembangan
usaha agribisnis pisang yang berdaya saing tinggi melalui penerapan
inovasi teknologi
B . Pr o g r a m
1 . Pe n g e m b a n g a n v a r i e t a s u n g g u l
Penggunaan varietas unggul adalah salah satu kunci keberhasilan
usahatani pisang. V arietas unggul yang dimaksud adalah varietas yang
toleran atau tahan terhadap hama dan penyakit penting pisang, mampu
berproduksi tinggi serta mempunyai kualitas buah yang bagus dan disukai
masyarakat luas. V arietas yang dikembangkan disesuaikan dengan
kebutuhan.
U ntuk keperluan ekspor memakai  varietas yang disukai
oleh negara pengimpor seperti C a v en d i s h . U ntuk memenuhi kebutuhan
industri pedesaan sebagai bahan baku kripik dipakai  pisang N angka,
Tanduk dan Sepatu Amora (K epok). Sepatu Amora sebenarnya adalah
jenis K epok tetapi umumnya tidak berjantung sehingga mampu terhindar
dari penyebaran penyakit layu bakteri yang umumnya secara alami
menyerang K epok. K eragaan pisang Sepatu Amora tanpa jantung tampak
pada G ambar 4. Selain itu pada saat ini pisang K epok menghadapi
masalah serius di beberapa daerah negara kita  yaitu serangan penyakit
darah. O leh karena itu alternatif varietas lain selain pisang Sepatu Amora
yang dapat dipakai  sebagai pengganti pisang K epok adalah pisang
K etan. V arietas ini mempunyai tekstur keras seperti layaknya pisang olah
serta toleran terhadap penyakit darah di lapangan. Sedangkan untuk
menunjang keperluan industri obat tradisional, diperlukan varietas
t ren d s ett er yang kaya akan kandungan  - karotine seperti pisang T o n g k a t
L a n g i t (G ambar 5) dan beberapa varietas yang mempunyai w arna daging
kuning- oranye. Sementara itu perbaikan varietas terus dilaksanakan untuk
menghasilkan varietas yang lebih toleran atau tahan terhadap penyakit
utama pisang seperti layu F us a ri um serta mempunyai kuantitas dan
kualitas produksi yang lebih baik.



Ga
mb
ar
3.
Ro
ad
ma
pp
en
ge
mb
an
ga
np
isa
ng
tah
un
20
05
-20
10

20

Gam bar 4. K eragaan tandan pisang Sepatu Amora (A) dan pisang K etan (B)
Gam bar 5. Pisang Tongkat Langit dari Papua dengan daging buah
berw arna oranye
A B
B


2
2 . Pe n g e m b a n g a n t e k n o l o g i p e r b a n y a k a n b e n i h b e r k u a l i t a s
Benih merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan
suatu usahatani. Benih berkualitas artinya benih yang t rue- t o - t y pe, bebas
hama dan penyakit dan sehat. Teknologi perbanyakan benih pisang dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu: secara i n v i t ro (kultur jaringan) dan
secara konvensional. Perbanyakan benih secara i n v i t ro memerlukan
modal awa l yang cukup besar serta ketrampilan khusus sehingga hanya
mampu dilakukan oleh perusahaan besar yang pada umumnya juga
berperan sebagai pekebun pisang skala besar. U ntuk menghindari
terjadinya o ff - t y pe pada tanaman hasil perbanyakan i n v i t ro , maka
diperlukan Prosedur O perasional Standar (PO S) sistem perbanyakan ini.
Perbanyakan benih secara konvensional adalah dengan cara
mengembangkan teknologi perbanyakan yang telah ada untuk
menghasilkan benih sehat dalam w aktu yang relatif lebih cepat tetapi
mudah dilakukan oleh petani. Sistem perbanyakan konvensional ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan benih skala pekarangan dan skala kecil (<
5 ha).
3 . Pe m b e r d a y a a n p e r t a n i a n r a k y a t
K ebanyakan petani kita berusahatani pisang dengan sistem
pekarangan dan skala kecil. Sistem ini terbukti sangat menolong
kesejahteraan petani karena tidak tergantung pada satu komoditas saja,
disamping itu ekologi pekarangan dapat terjaga dengan baik dengan
adanya multi- komoditas. M eskipun demikian untuk menunjang
agroindustri pedesaan, perlu diseragamkan penggunaan varietas pisang
yang ditanam, karena pada umumnya sistem pekarangan memakai 
varietas yang bermacam- macam baik antar petani maupun dalam kebun
petani itu sendiri. Agar hasil produksi pisang sistem pekarangan dapat
berproduksi optimal, maka diperlukan G AP maupun SPO khusus untuk
sistem pekarangan ini, karena sampai sekarang aturan- aturan ini 
belum ada.
4 . Pe m b e r d a y a a n p e r t a n i a n s k a l a b e s a r
Produsen buah pisang berskala komersial tidak berani mengambil
resiko untuk memakai  varietas yang belum tentu disukai oleh
masyarakat apalagi untuk ekspor. U ntuk keperluan ekspor varietas yang
diterima pasar adalah C a v en d i s h , sedangkan untuk keperluan industri



tepung dipakai  S epa t u Am ora . U ntuk industri obat tradisional dengan
memanfaatkan  - karotine dipakai  varietas T o n g k a t L a n g i t .
5 . K o n s e r v a s i l a h a n k r i t i s
Lahan kritis di negara kita  cukup luas. Luasan lahan kritis akan
semakin bertambah jika  tidak dilakukan usaha konservasi, tanaman
pisang mempunyai potensi untuk reklamasi, terutama karena perakaran
yang rapat, batangnya sukulen dan menahan air. M eskipun lahan kritis
pada awa lnya mempunyai daya dukung terhadap pertumbuhan yang
berada di baw ah rata- rata, dengan program pemupukan yang baik
produktivitas buah masih menguntungkan bagi masyarakat sekitarnya
jika  dimanfaatkan secara optimal. V arietas yang dipilih adalah yang
daya adaptasinya cukup bagus dan mampu menunjang industri pedesaan,
yaitu K epok atau S epa t u Am ora yang sesuai untuk pisang olah, yaitu kripik
pisang.
negara kita  selain kaya akan keragaman hayati juga kaya akan hasil
tambang. Lahan- lahan bekas penambangan, seperti tambang batu bara,
harus direklamasi (G ambar 6). U ntuk memperbaiki agroekosistem
diperlukan tanaman pioneer yang mampu bertahan pada kondisi yang
kurang menguntungkan ini . Tanaman pisang adalah salah satu
tanaman yang mempunyai daya adaptasi yang cukup bagus untuk tujuan
ini , disamping merupakan komoditi yang mampu mendatangkan
hasil buahnya. V arietas yang dipakai adalah yang mempunyai daya
adaptasi yang cukup luas yaitu K epok atau S epat u A m ora .
G ambar 6. Lahan bekas tambang batubara yang perlu direklamasi


2
6 . Pe n g e m b a n g a n s e n t r a p r o d u k s i d a n p e w i l a y a h a n k o m o d i t a s  p i s a n g
Pengembangan lebih dikonsentrasikan untuk memperbaiki sentra-
sentra yang telah ada seperti Sumatera U tara, Sumatera Barat,
Sumatera Selatan, Lampung, J aw a Barat, J aw a Tengah, J aw a Timur, Bali,
N TB, K alimantan Selatan, K alimantan Timur dan K alimantan Barat.
Perbaikan-p erbaikan lebih dititik- beratkan pada peningkatan produktivitas,
mutu dan kontinyuitas pasokan serta pemasaran melaui upaya penerapan
teknologi inovatif, penerapan kaidah budidaya yang baik dan benar
(berdasar  PO S yang ada), penguatan kelembagaan di tingkat petani,
penyediaan sarana dan prasarana kebun dan penyaluran hasil,
dukungan pemerintah dalam penyaluran kredit usaha dan perbaikan
sarana penyaluran hasil ke pasar.
Penentuan dan penetapan w ilayah pisang bertujuan untuk
mengembangkan secara komersial daerah sentra baru pisang yang
mempunyai potensi yang tinggi tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan
secara optimal. Potensi lahan yang bisa dioptimalkan pemanfaatannya
lebih dari 4 juta hektar yang tersebar di K alimantan, Sulaw esi, Riau,
Ma luku dan Papua.
7 . Di s e m i n a s i i n o v a s i t e k n o l o g i
Diseminasi hasil pengkajian dan penerapan teknologi pengelolaan
kebun pisang sehat berupa review hasil, temu lapang, lokakarya dan
seminar. K egiatan ini didukung oleh instansi dan lembaga yang ada di
daerah setempat. Pelaksanaan temu lapang merupakan w ahana
komunikasi langsung antara pelaku/ pengguna teknologi dalam hal ini
petani dengan penghasil teknologi atau petugas lapang yang dilakukan
secara periodik sesuai dengan tingkat perkembangan pertanaman yang
ada, karena dari sinilah proses komunikasi yang terjadi bukan hanya
antar penyampai dan pengguna teknologi, tetapi juga dengan obyek
teknologi, yaitu tanaman itu sendiri. Selain temu lapang juga
dilaksanakan lokakarya yang diikuti oleh para pelaku agribisnis,
penghasil teknologi dan pengambil kebijakan, yang bertujuan untuk
mengevaluasi keberhasilan dan hambatan proses alih teknologi
sehingga akan bermanfaat bagi pengguna. Dalam proses diseminasi
dikemukakan teknologi- teknologi inovatif baik berupa forum diskusi atau
training tentang agribisnis pisang.


8 . Pe n e r a p a n s i s t e m k e n d a l i m u t u
Dengan memperhatikan syarat- syarat produk hortikultura yang
akan diterima pasar global, maka sistem kendali mutu lebih ditekankan
pada norma- norma budidaya yang baik dan benar ( Goo d A g ri c ul t ure
Pr a c t i s es – GAP ), penerapan pengelolaan hama terpadu ( I n t eg ra t ed P es t
M a n a g em en t – I PM ) yang ramah lingkungan serta jaminan mutu ( q ua l i t y
a ss ura n c e s y s t em ) yang mengacu pada prinsip H a z ar d A n a l y s i s C ri t i c a l
C o n t ro l P o i n t (H AC C P). Penerapan sistem ini  tentunya berdasar 
pada sistem pengusahaan apakah sistem pekarangan atau sistem skala
luas (monokultur) yang memang berbeda.
9 . Pe n g e m b a n g a n k e l e m b a g a a n p e t a n i
K elembagaan petani merupakan titik strategis dalam usaha
pengembangan kaw asan yang perlu mendapat prioritas untuk
meningkatkan profesionalisme dan posisi taw ar petani. F okus dari
kelembagaan petani adalah pada manajemen produksi, kebutuhan
sarana produksi, permodalan dan industri pengolahan. Bentuk
kelembagaan kelompok tani, paguyuban, asosiasi atau koperasi, dan
lain- lain. Dalam aspek pemasaran kelembagaan petani dapat
melaksanakan secara mandiri atau melalui kerjasama dengan pihak
sw asta/ pengusaha kebun.
1 0 . Pe n g e m b a n g a n s i s t e m d i s t r i b u s i b e n i h
Dengan mew abahnya penyakit utama pisang yaitu layu F us ari um
dan bakteri, maka perlu adanya dukungan pemerintah mengenai
peraturan distribusi benih pisang untuk mencegah meluasnya penyakit
ini . H al ini juga dituntut adanya kerjasama antara pemerintah dan
partisipasi pelaku agribisnis dalam penerapannya di lapang. Tanpa
adanya kerjasama dari pihak- pihak terkait, penyebaran penyakit ini 
tidak akan terbendung lagi.
1 1 . Pr o m o s i
U ntuk lebih memasyarakatkan dan meningkatkan konsumsi
pisang perlu dilakukan promosi berupa kampanye makan buah pisang
dengan menonjolkan keunggulan- keunggulan pisang berupa kandungan
karbohidrat, tinggi kalori tetapi rendah lemak sehingga baik untuk
makanan diet, kandungan vitamin dan mineralnya yang baik untuk
kesehatan, kebugaran, kecantikan dan menghambat penuaan jaringan
tubuh. Promosi diselenggarakan baik di dalam maupun di luar negeri.


VI. KEBUTUHAN INVESTASI
berdasar  luas areal pengembangan (ekstensifikasi) kebun
pisang skala perusahaan baik itu untuk pisang segar maupun pisang
olah akan membuka peluang usaha agribisnis hulu yaitu industri benih.
Produksi benih pisang yang dimaksud adalah benih hasil perbanyakan
kultur jaringan. Kebutuhan investasi produksi benih pisang untuk
ekstensifikasi tahun 2005 sampai 2010 ditampilkan pada Tabel 8.
berdasar  luas areal pertanaman pisang yang ada dan yang
direncanakan menjadi areal pengembangan, baik untuk skala rakyat
maupun skala perusahaan, dapat diperkirakan kebutuhan investasi
kebun pisang mulai dari tahun 2005 sampai 2010 seperti ditampilkan
pada Tabel 9 dan Tabel 10.

a. Kebutuhan benih untuk 2008 seluas 1750 ha ditambah 650 ha (2005)
yang sudah dibongkar.
b. Kebutuhan benih untuk 2009 seluas 2150 ha ditambah 650 ha (2006)
yang sudah dibongkar.
c. Kebutuhan benih untuk 2010 seluas 2150 ha ditambah 1150 ha (2007)
yang sudah dibongkar.
Intensifikasi dilakukan pada daerah yang telah menjadi sentra
produksi pisang bertujuan untuk menjaga mutu dan kontinyuitas produk,


yaitu seluas 1.500 ha. S edangkan ekstensifikasi seluas 6.000 ha
bertujuan untuk memasok kebutuhan ekspor.
U ntuk keperluan industri pengolahan pisang, diperlukan areal
penanaman seluas 6.000 ha pada tahun 2010, dimana 2.500 ha masih
terhindar dari penyakit darah dan masih belum dikelola secara intensif.
S edangkan 3.500 ha dilakukan pembukaan lahan baru dan rehabilitasi
pertanaman lama di Kalimantan S elatan, Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Timur.


V II.  DUK UNG AN K EB IJ AK AN
U ntuk pengembangan agribisnis pisang di negara kita  diperlukan
iklim yang kondusif, sehingga diperlukan dukungan kebijakan
pemerintah yang melibatkan integrasi antara pemerintah daerah dengan
departemen terkait, seperti departemen pertanian, perindustrian dan
perdagangan, perhubungan, dan lainnya. Ke bijakan- kebijakan
ini  antara lain:
1. Ke bijakan pembatasan impor buah pisang melalui persyaratan yang
cukup ketat, sehingga akan mengurangi persaingan harga dengan
produk luar negeri dan meningkatkan motivasi investor lokal untuk
beragribisnis pisang.
2. Ke bijakan yang mengharuskan pasar- pasar sw alayan untuk
menampilkan buah pisang lokal yang bermutu mendampingi pisang
impor.
3. Ke bijakan memberi  kemudahan bagi investor dalam pengurusan
perijinan dengan meniadakan biaya (pungutan) yang tidak resmi
sampai tahapan pengelolaan kebun dan transportasi ke pasar.
4. Ke bijakan di bidang permodalan dengan cara memudahkan investor
dalam mengakses sumber dana dengan persyaratan bunga yang
lunak.
5. Ke bijakan di bidang transportasi, khususnya tarif angkutan udara
yang masih sangat mahal terutama untuk mendukung ekspor buah
pisang ke luar negeri.
6. Ke bijakan yang mendukung jaminan keamanan berinvestasi di lokasi
usaha.