Misalnya pupuk yang bersifat mudah
larut dapat diaplikasikan pada saat
tanam atau setelah tanaman
tumbuh, dan pupuk ini sesuai untuk
jenis tanaman semusim
Pupuk yang tidak mudah larut dapat
disebar dilapang pada waktu
sebelum tanam dan sesuai untuk
tanaman tahunan.
79
6.2.1.3. Kemasaman pupuk
Reaksi fisiologis pupuk yang
diberikan ke tanah dapat bersifat
masam, alkalis atau netral.
Sifat kemasaman pupuk dinyatakan
dengan nilai ekivalen kemasaman,
yang artinya berapa jumlah Kg kapur
(CaCO3) yang diperlukan untuk
meniadakan kemasaman yang
disebabkan oleh penggunaan 100
Kg suatu jenis pupuk.
Misalnya pupuk ZA dengan ekivalen
110, artinya untuk menghilangkan
kemasaman yang disebabkan oleh
penggunaan 100 Kg ZA perlu
ditambahkan sebanyak 110 Kg
kapur.
Dengan mengetahui sifat
kemasaman pupuk kita akan
menggunakan pupuk yang bersifat
alkalis untuk tanah-tanah masam,
atau sebaliknya.
6.2.1.4. Higroskopisitas pupuk
Higroskopisitas adala sifat mudah
tidaknya pupuk bereaksi dengan uap
air.
Pupuk yang higroskopis kurang baik
karena mudah menjadi basah atau
mencair bila tidak tertutup.
Walaupun pada kondisi kelembaban
udara rendah pupuk ini dapat
kembali kering, tetapi menjadi
bongkahan yang keras.
Umumnya untuk mengurangi sifat
higroskopisnya pupuk ini dibuat
dalam bentuk butiran, untuk
mengurangi bidang sentuh dengan
uap air.
6.2.1.5. Cara bekerjanya pupuk
Bekerjanya pupuk adalah waktu
yang diperlukan sejak saat
pemberian pupuk hingga pupuk
tersebut dapat diserap tanaman.
6.2.1.6. Indeks garam
Pemupukan dapat meningkatan
konsentrasi garam di dalam larutan
tanah.
Indeks garam merupakan gambaran
perbandingan kenaikan tekanan
osmotik karena penambahan 100 g
pupuk dengan kenaikan tekanan
osmotik karena penambahan 100 g
NaNO3.
Sifat ini penting diketahui untuk
menentukan penempatan pupuk
yang tepat.
Misalnya dosis urea per Ha =
Sedangkan ZA
Indeks garam 107 Urea
Indeks garam 236 ZA
80
Berdasarkan indeks garam diatas
maka pupuk yang dipilih adalah urea
(80.7) karena indeks garamnya
lebih rendah dibandingkan dengan
ZA (162.7)
6.2.2. Pupuk nitrogen
Macam pupuk nitrogen
Pupuk N organik dan anorganik
dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu
- bentuk organik
- bentuk anorganik
6.2.2.1. Bentuk organik
Pupuk organik, seperti sampah, sisa
ikan, ampas jarak, dan sebainya
(Tabel 2), harus mengalami
aminisasi, amonifikasi, dan nitrifikasi
sebelum nitrogennya menjadi
tersedia bagi tanaman.
Akibatnya mereka tidak seefektif
NaN3. Na4NO3 atau (NH4)2SO4, dan
tidak menghasilkan respons
tanaman yang cepat, apalagi kalau
keadaan tanah tidak menunjang
proses-proses dekomposisi tersebut.
6.2.2.2. Bentuk anorganik
Bahan–bahan yang disebut dalam
Tabel 3 mempunyai satu
persamaam, yaitu mereka dapat
dibuat dari N2 udara.
Penggunaan pupuk N yang lebih
banyak disebabkan oleh:
- Jumlah gas nitrogen yang
terdapat dalam atmosfer cukup
tersedia.
- Teknologi pembuatan pupuk N
telah begitu maju, sehingga
biaya pembuatan jauh lebih
murah dari pada pupuk P dan K.
Disamping itu, cara pembuatan
yang dipakai sekarang
memungkinkan dihasilkannya
berbagai macam bahan dalam
jumlah banyak, sehingga
penggunaannya lebih praktis.
Sebagai akibat dari kenyataan
diatas pembawa N sintetik atau
buatan makin lama makin
memegang peranan penting.
Hampir seluruh keperluan pupuk N
Indonesia berasal dari pembawa
nitrogen anorganik sintetik ini.
Bentuk amonia
Dikenal berbagai macam pembawa
N. anorganik yang dapat mensuplai
N dalam pupuk majemuk.
Mungkin proses sintetik yang paling
paling penting ialah pembuatan gas
amonia dari unsur-unsur hidrogen
dan nitrogen.
Reaksianya adalah sebagai berikut:
N2 + 3H2 2NH3
Reaksi ini sangat penting karena
menghasilkan senyawa yang pada
saat ini dianggap paling murah.
Satu hali lain yang penting, ialah
reaksi ini merupakan langkah
pertama dalam pembuatan bahan-
bahan pupuk N yang lainnya.
81
Tabel 3 menyajikan susunan dan
sumber dari pupuk–pupuk yang
terpenting.
Kisaran kadar N dari berbagai pupuk
N sangat lebar, bervariasi antara
3% yang terdapat dalam super fosfat
yang diamoniatkan hingga 82%
yang ada dalam pupuk amonia
cairan.
Juga beberapa bentuk N, seperti
senyawa amonium dan nitrat dan
juga urea dan sianada disajikan
dalam Tabel 3.
Dua yang terakhir bila mengalami
hidrolisis dalam tanah menghasilkian
ion NH4
+ yang dapat diabsorpsikan
tanaman atau dioksidasikan menjadi
nitrat.
Walaupun semua bahan yang
dikemukakan dalam Tabel 3 dipakai
sebagai pembawa N, senyawa-
senyawa yang mengandung
ammonium (NH4
+) dan nitrat (NO3
-)
ternyata paling banyak digunakan
sebagai pupuk.
Gas amonia yang diperoleh secara
demikian dapat digunakan untuk tiga
hal.
- Pertama, gas tersebut dibawah
tekanan tinggi dapat dicairkan
menjadi amonia cairan.
Senyawa ini digunakan dalam
pembuatan superfosfat yang
diamoniatkan dan pupuk
majemuk lainnya. Senyawa ini
dapat langsung dipakai sebagai
pupuk N.
- Kedua, gas amonia dapat
dilarutkan dalam air
menghasilkan NH4OH. Bahan ini
dapat dipakai secara tersendiri
sebagai pupuk, atau lebih sering
dipakai sebagai pelarut
pembawa nitrogen lain separti
NH4NO3 dan urea yang
dinamakan larutan nitrogen.
Pabrik pupuk Sriwijaya
menghasilkan amonia cairan
sebagai hasil sampingan dan
umumnya dipakai sebagai
pendingin pabrik-pabrik es.
- Ketiga, gas amonia dipakai
untuk pembuatan pupuk N
lainnya.
Anhidrous ammonia
Nitrogen atmosfir merupakan
sumber nitrogen utama di muka
bumi. Kemudian nitrogen berikatan
dengan hidrogen membentuk
amonia.
Hara yang umum terdapat dalam
pupuk adalah N, P2O5, dan K2O
dalam bentuk tunggal ataupun
majemuk. Pupuk yang hanya
mengandung satu unsur disebut
pupuk tunggal, sedangkan yang
mengandung lebih dari satu unsur
disebut pupuk majemuk. Sebagai
contoh dapat disebut kalium nitrat
dan amonium fosfat.
Awal dari terbentuknya senyawa
nitrogen diawali dengan reaksi
antara hidrogen (H+) dan nitrogen
(N) pada temperatur dan tekanan
tinggi yang menghasilkan amonia
(NH3).
Rincian reaksi tersebut seperti yang
tertera dibawah ini.
82
Katalisator reaksi pembentukan
amonia hanya dapat berlangsung
pada suhu dan tekanan tinggi.
Temperatur yang dibutuhkan
mencapai 400-500 0C, dengan
tekanan 2.200 pound per m2.
Amonia inilah yang kemudian
dikonversi kebeberapa bentuk lain
seperti tertera pada Gambar 39 .
Gambar 39 Konversi ammonia
kebeberapa bentuk
pupuk nitrogen
Amonia cair
Amonia anhidrous larutan pupuk
nitrogen yang dilarutkan dalam air.
Kandungan nitrogen pada pupuk
amonia cair yang diperdagangkan
sekitar 20% N, dalam bentuk
amonia. Untuk menghindari
kehilangan nitrogen dari pupuk
amonia cair ini, umumnya
pengaplikasiannya ke tanaman
melalui penyuntikan ke air
permukaan tanah.
Pupuk nitrogen mudah tercuci
terbawa air hujan, mengurai,
dan menguap
83
Tabel 2 Pembawa Nitrogen organik
Pupuk Sumber % Nitrogen
Darah kering Tempat pemotongan
8-12
Sisa-sisa daging Tempat pemotongan
5-10 (3-13% P2O5 )
Tepung daging Tempat pemotongan
10-11 (1-5% P2O5 )
Sisa ikan kering
Pengalengan dan ikan
yang tak dapat dimakan
6-10 (4-8% P2O5 )
Tepung biji
kapas
Ampas
6-9 (2-3% P2O5 dan 1-
2% K2O)
Batang
tambakau
Sisa
1.5-3.5 (4-9% K2O)
Tepung jarak Ampas
5-7 (2% P2O5 dan 1%
P2O5 )
Tepung coklat Ampas
3.5-4.5
Tabel 3 Pembawa nitrogen anorganik
Pupuk Rumus kimia Sumber
%
Nitrogen
Natrium nitrat NaNO3
Salpeter Cili atau
dibuat
16
Amonium Sulfat (NH4)2SO4 Hasil sampingan
arang dan gas 21
Amonium nitrat
NH 4NO3
Dibuat 33
“Cl-nitro” dan
A.N.L.a
NH 4NO3 dan
dolomit
Dibuat 20
Urea CO (NH2)2
Dibuat 42-45
Kalsium
sianamida
CaCN2 Dibuat 22
Amonia cairan NH3 cairan Dibuat
82
Larutan amonia NH4OH encer Dibuat
20-25
Amofos NH4.H2PO4 Dibuat 11
(48% P2O5
)
Diamonium
fosfat
(NH4)2 HPO4 Dibuat 21
(53% P2O5
)
84
Amonium nitrat (34-0-0)
Amonium nitrat merupakan pupuk
nitrogen yang paling banyak
digunakan setelah perang dunia ke
II.
Pupuk ini dihasilkan dari reaksi
antara asam nitrit dengan senyawa
amonia ahhidrous (Gambar 40)
Pupuk amonium nitrat adalah pupuk
yang dapat menyumbangkan dua
jenis hara N dalam bentuk amonium
(NH4+) dan nitrat (NO3
-).
Setelah asam nitrit dihasilkan,
selanjutnya direaksikan dengan
amonia anhidrous membentuk
amonium nitrat (Gambar 41).
Produk komersial dari pupuk
amonium nitrat dapat dalam bentuk
padat, granular, larutan dan kapsul.
Bentuk pupuk ini padat dan kristalin ,
berwarna putih, tidak higroskopis
dan bekerjanya cepat.
Kandungan N dari pupuk amonium
nitrat yang diperdagangkan berkisar
antara 33-34%.
Gambar 40. Reaksi pembentukan
asam nitrit
Amonium sulfat
Umumnya pupuk amonium sulfat
yang beredar dipasaran
mengandung 21% nitrogen dan 24%
belerang.
Pembentukan pupuk ini berasal dari
reaksi antara amonia dengan asam
sulfat, dengan reaksi sebagai
berikut:
Urea CO(NH2)2
Pupuk urea adalah salah satu jenis
pupuk N yang paling tinggi
kandungan nitrogennya. Urea selain
digunakan sebagai pupuk juga
sering digunakan sebagai protein
substitusi dari hewan ruminansia.
Pembentukan pupuk ini diawali
dengan reaksi antara ammonia
dengan karbondioksida pada
temperatur 170-2100C dengan
tekanan berkisar antara 170-400
atmosfir.
Pada suhu tinggi amonium karbonat
memperlihatkan sifat tekanan
disosiasi yang tinggi.
Pembentukannya menghasilkan
banyak panas, selama tekanan
parsial bahan-bahan yang sedang
di raeaksikan melebihi tekanan
diosiasi amonium karbonat.
Reaksi berikut dari karbonat ke urea
hanya terjadi dalam suasana cairan
atau padat dan koversi
keseimbangan menurun karena
terbentuknya air.
85
Reaksi pembentukkannya terdapat
adalah sebagai berikut berikutnya:
Konsentrasi kandungan urea dari
reaksi diatas mencapai lebih kurang
80%.
Penggunaan pupuk urea dilapangan
dapat dalam bentuk konsentrat atau
dalam bentuk granular, sedangkan
kandungan nitrogen dari pupk urea
ini sekitar 45%.
Pupuk urea memiliki sifat higrokopis
yang relatif lebih tinggi
dibandingkan dengan pupuk lainnya.
Oleh karenanya penggunaannya di
lapangan biasanya diberikan dalam
3 tahapan selama masa
pertanaman.
Sifatnya ini juga yang menyebabkan
penggabungan dan penyimpanan
pupuk ini dengan pupuk lainnya
memerlukan perhatian khusus.
Nitrat fosfat.
Dengan menggunakan HNO3
sebagai pengagam batu fosfat
diperoleh nitrat fosfat. Senyawa ini
banyak dipakai untuk pembuatan
pupuk majemuk.
Amonium sulfat nitrat
Pupuk ini merupakan habungan
antara amonium sulfat dan amonium
nitrat. Pupuk ini diperdagangkan
dalam bentuk kristal berwarna
kuning kemerahan.
Gambar 41 Tahapan pembentukan
amonium dari asam nitrit
Amonium sulfat mengandung 26%
dan 37% SO4, 19.5% tersedia dalam
bentuk amonium dan 6.5% sebagai
nitrat.
Nilainya sebagai pupuk tidak
berbeda jauh dengan ZA,
86
kelebihannya dibandingkan ZA,
kada N nya lebih tinggi dan ¼ dari
jumlah N tersedia dalam bentuk
nitrat, yang dapat diserap tanaman
tanpa mengalami perubahan kimia
terlebih dahulu.
6.2.3. Pupuk Posfat
Hampir semua pupuk posfat
komersial berasal dari batuan
posfat.
Bahan baku pembuatan pupuk
posfat (posfat alam) banyak disuplai
dari Afrika Utara (Tunisia, Aljajair,
dan Maroko) dan Amerika Serikat.
Super fosfat.
Pada saat ini super fosfat
merupakan pupuk fosfat utama
(Tabel 4).
Pupuk yang berkadar 16-21% P2O5
diperoleh dengan menambahkan
sejumlah asam sulfat pada batu
fosfat.
Fosfat yang dulu sering dipakai
adalah bentuk ini, yang
mengandung 31% Pa05, 50%
CaSO4 dan 19% kotoran.
Sekarang beredar pupuk tripel
super posfat 40-47% P2O5 tersedia.
Reaksi pembuataannya adalah
sebagai berikut :
Ca3 (PO4)2 + 4H3PO
3 Ca (H2PO4)2 + kotoran
Tripel super fosfat yang
diperdagangkan di Indonesia dalam
bentuk pelet.
Pupuk yang berkadar P tinggi ini,
bila tidak diberikan dalam bentuk
pelet akan segera bereaksi dengan
tanah, dan biasanya P berakhir
dalam bentuk terikat.
Dengan adanya bentuk pelet ini,
maka kontak dengan tanah
diperkecil sehingga jumlah yang
diikat tanah dapat dikurangi.
Superfosfat bereaksi sangat masam
dan umumnya dianggap akan
meningkatkan kemasaman tanah
bila diberikan pada tanah. Nyatanya,
ia tidak memberikan efek
kemasaman tanah.
Akan tetapi bila superposfat
diberikan pada tanah ber-pH rendah
maka pupuk ini bertendensi
menaikkan kemasaman tanah,
sedangkan pada tanah ber-ph
antara 7.5 dan 8.5 memberikan efek
yang berlainan.
Fosfat yang diamoniatkan.
Fosfat yang diamoniatkan
mengandung 3 hingga 4% N dan 16-
18% P2O5. Pupuk ini biasa dibuat
dari superfosfat yang diberi larutan
amonia atau larutan nitrogen
Amofos yang mengandung 11% N
dan 48% P2O5 juga merupakan
pupuk dagangan.
Pupuk ini sangat cocok untuk tanah
berkadar K tinggi dan banyak
membutuhkan N dan P.
Tepung tulang
Tepung tulang merupakan asam
fosfat yang mahal. Lambat tersadia
dalam tanah. Dalam jumlah besar
87
pun tepung tulang tidak akan
mengganggu tanaman.
Batu fosfat.
Bila ingin menggunakan batu fosfat
sebagai pupuk terlebih dahulu harus
digiling halus.
Penggilingan ini dapat meningkatkan
ketersediaan P, apalagi bila pada
tanah tersebut terdapat bahan
organik yang sedang mengalami
dekomposisi.
Batu fosfat merupakan pupuk fosfat
yang paling sukar larut dibandingkan
pupuk fosfat lainnya.
Jika kita urutkan ketersediaan posfat
mulai dari cepat ke lambat tersedia
adalah sebagai berikut: amonium
fosfat, super fosfat, tepung tulang
dan batu fosfat.
Walaupun rumus konvensional batu
fosfat adalah Ca3(PO4)2, sabenarnya
rumusnya jauh lebih kompleks dari
pada itu.
Nyatanya ia mendekati rumus
flourapatit, 3Ca3(PO4)2.CaF2. Oleh
karenanya ia sangat sukar larut.
Batu fosfat yang pernah ditambang
sebagai pupuk di Indonesia ialah
batu fosfat dari Cirebon. Pupuk
tersebut dikenal sebagi fosfat
Cirebon, merupakan kalsiumtrifosfat
yang mengandung 28% P2O5 larut
dalam HCl keras atau 14% P2O5
larut dalm 2% asam nitrat.
Sebelum dipakai, batu tersebut
harus terlebih dahulu digiling halus
(80% melampaui saringan 0.17
mm).
Sebagian besar dari pupuk ini
dipakai oleh perkebunan teh, kelapa
sawit, dan karet sebagai pangganti
super fosfat. Untuk tanaman
tahunan pupuk fosfat yang lambat
tersedia tidak menjadi halangan,
berlainan dengan tebu, tanaman ini
memerlukan pupuk fosfat cepat
tersedia.
Pupuk berkadar fosfat tinggi.
Perlu pula kiata menyebut dua
macam fosfat berkadar tinggi yang
belum banyak dipakai, yaitu: kalsium
metafosfat, Ca(PO4)2 yang berkadar
62-63% P2O5 dan asam super fosfat
yang mengandung 76% P2O5 (Tabel
3)
Kalsium meta fosfat, atau sering
disebut metafos dibuat dari batu
posfat atau batu kapur yang
direaksikan daengan P2O5 (Tabel
3).
Asam superfosfat
Pupuk ini merupakan senyawa yang
berkadar P2O5 paling tinggi (Tabel
3). Larutan ini dapat dipakai untuk
membuat pupuk larutan lain atau
membuat superfosfat berkada P
tinggi (54% P2O5 ).
Efektifitas pupuk posfat yang
diberikan ke dalam tanah
dipengaruhi oleh dua faktor yakni
ukuran butiran pupuk dan cara
pemberian pupuk.
Makin halus ukuran butiran,
efektivitasnya makin tinggi, artinya
pupuk yang diberikan akan cepat
larut dan membentuk H2PO4 di
88
dalam larutan tanah sehingga dapat
mempercepat tanaman menyerap
unsur tersebut.
Cara pemberian yang tepat juga
akan meningkatkan efektifitas pupuk
seperti pemberian pupuk P cara
lubang dan jalur merupakan cara
terbaik
6.2.4. Pupuk kalium
Pupuk kalium dibuat dari deposit
garam kalium, dan pada umumnya
berasosiasi dengan magnesium,
sulfat, dan klor.
Kainit dan garam pupuk kandang
merupakan sumber kalium yang
biasa dijumpai. Kalium klorida dan
sulfat yang berasal dari Jerman dan
Prancis merupakan senyawa-
senyawa kalim yang telah
dimurnikan.
Kalium sulfat
Pupuk ini dikenal juga dengan nama
zwavelzure kali (ZK) dengan rumus
kimia (K2SO4).
Kalium magnesium sulfat
Pupuk ini dikenal dengan nama
patent kali, merupakan garam
rangkap pupuk kieserit (MgSO4) dan
pupuk ZK (K2SO4) dengan rumus
kimia K2SO4.MgSO4.
Semua garam kalium yang dipakai
sebagai pupuk larut dalam air dan
segera tersedia.
Tidak seperti pupuk N, pupuk K
walupun diberikan dalam jumlah
banyak tidak mempengaruhi pH
tanah.
Pemberian KCl yang banyak pada
kentang dan tembakau dapat
menurunkan kwalitas hasil
tanaman.
Kalium khlorida dan sulfat banyak
dipakai di Indonesia, terutama untuk
tanaman tembakau, sisal, dan
tanaman perkebunan.
Beberapa tanaman sayuran
memerlukan kalium, sedangkan padi
hampir tidak pernah dipupuk K.
Seluruh keperluan kalium di
Indonesia didatang dari luar negri.
Kalium-magnesium sulfat, walaupun
berkadar K rendah, Mulai banyak
digunakan di terutama didaerah
yang kekurangan magnesium.
Dibandingkan dengan batu kapur
dolomitik atau dolomit, kalium-
magnesium merupakn sumber Mg
yang disukai.
Sebagin besar dari kulit coklat, abu
ampas tebu atau abu sabut kelapa
cukup banyak mengadung K, akan
tetapi bahan ini belum dimanfaatkan
secara sempurna.
Sekam padi mengandung kurang
lebih 2% kalium. Pada umumnya
sekam ini dibakar dan abunya
dibiarkan tanpa dipergunakan.
Kadar K dalam abu sekam kurang
lebih sama dengan 30% K2O.
Sisa-sisa pertanian dalam bentuk
kulit coklat, sabut dan batok kelapa,
ampas tebu dan sekam padi
merupakan sumber kalium yang
cukup berarti.
89
6.2.5. Pupuk kalsium,
magnesium belerang dan
unsur mikro
Unsur hara kalsium termasuk hara
makro sekunder bersama dengan
magnesium dan belerang.
Sumber kalsium dalam tanah
berasal dari mineral tanah primer
seperti kalsit (CaCO3), dolomit (Ca
Mg(CO3)2 , dan garam-garam
sederhana seperti gipsum (CaSO4)
dan Ca-posfat.
Pemupukan kalsium umumnya
diberikan dalam bentuk kapur atau
garam-garam yang mengandung
kalsium.
Penambahan kapur ke dalam tanah
mempunyai dua fungsi yaitu
menaikkan pH dan meningkatkan
ketersediaan hara.
Kalsium dalam pupuk
Beberapa bentuk kalsium yang
biasa dipakai untuk pertanian adalah
kalsium karbonat (CaCO3), kalsium
hidroksida (Ca(OH)2, kalsium oksida
(CaO) dolomit (CaMg(CO3)2, dan
kalsium silikat (CaSiO3)
Magnesium dalam pupuk
Sumber utama pupuk magnesium
diperoleh dari batuan dolomit
(CaMg(CO3)2, garam pahit
(MgSO4.7H2O) dan kiserit
(MgSO4.H2O).
Efisiensi pupuk dolomit sangat
tergantung pada kehalusannya,
semakin halus pupuk tersebut
semakin efektif sebagai pupuk.
Pupuk belerang
Kehilangan S dari bidang serap
tanah dapat disebabkan oleh erosi,
pencucian dan terangkut tanaman
dari tanah petani sama dengan 20-
30 kg per hektar.
Untuk daerah yang memiliki curah
hujan tinggi maka besarnya
kehilangan akibat pencucian ini akan
lebih besar.
Akan tetapi belerang tanah juga
dapat mengalami penambahan
melalui hujan dan salju.
Jumlahnya tergantung dari tempat,
dan bekisar 2-3 kg per hektar hingga
lebih dari 100 kg bila dekat dengan
pusat industri atau gunung berapi
yang masih aktif.
Pada usaha pertanian umum
masalah penambahan belerang
dapat diselesaikan secara otomatis.
Dalam pengelolaan tanah belerang
dikembalikan kedalam tanah dengan
bentuk pupuk hijau, sisa tanaman
dan pupuk kandang.
Pupuk buatan seperti super fosfat
dan kalium sulfat mengandung
sejumlah belerang. Pemberian 10
ton pupuk kandang yang diperkuat
dengan 250 kg superfosfat
mengandung lebih dari 50 kg
belerang. Jumlah ini saja sudah
melebihi belerang yang hilang.
Dari keterangan diatas, kelihatannya
masalah belerang tidak serawan
hara posfor.
90
Pupuk mikro
Penambahan unsur mikro pada
pupuk harus dilakukan dan
dikendalikan lebih teliti dari pada
penambahn unsur makro.
Perbedaan antara jumlah unsur
mikro yang diberikan pada waktu
terjadi dan keracunan sangat kecil.
Akibatnya, unsur mikro hanya
diberikan bila kita yakin bila unsur
itu diperlukan dan jumlah yang
dibutuhkan diketahui.
Bila tanaman kekurangan suatu
unsur mikro harus diatasi, terutama
saat masalahnya sangat medesak
maka garam dari unsur mikro yang
kurang ditambahkan kedalam tanah
(Tabel 5).
Tembaga, Fe dan Zn pada
umumnya diberikan sebagai garam
sulfat, sedangkan B sebagai boraks.
Molibdenum ditambahkan sebagai
N-molibdat. Besi dan Zn dapat
diberikan sebagai khelat.
Jumlah hara mikro yang
ditambahkan harus terkendalikan
karena kalau tidak, dapat
menyebabkan kerusakan pada
tanaman.
Pupuk yang mengandung unsur
mikro mempunyai arti yang cukup
penting, karena tidak dapat kita
sangkallagi kesalahan perharaan
tanaman, disebabkan kekurangn
unsur ini kian hari kian menjadi
kenyataan.
6.2.6. Pupuk Majemuk
Pupuk yang mengandung lebih dari
satu unsur hara disebut pupuk
majemuk (pupuk campuran). Pupuk
campuran biasanya paling sedikit
terdiri dari dua dan tiga dari unsur
pupuk.
Yang pertama disebut pupuk
majemuk tidak lengkap dan yang
terakhir pupuk lengkap.
Banyaknya unsur pupuk
dicampurkan dalam perbandingan
yang dapat menunjang keperluan
unsur hara.
Contohnya, larutan amonia, super
fosfat, KCl dan sejumlah bahan
organik dapat dipakai suatu pupuk
majemuk yang lengkap.
Kondisi fisik
Disamping mensuplai N, P, dan K
dalam jumlah sebanding, pupuk
majemuk harus mempunyai
beberapa sifat lain.
Yang terpenting dalam hubungan ini
ialah kondisi fisik dari pupuk
campuran tersebut. Pupuk tersebut
harus tetap bersifat “drillable” sejak
dibeli, kemudian disimpan hingga
pada waktu diberikan ke dalam
tanah.
Beberapa pupuk majemuk tidak
dapat dipakai karena sifat
menggumpal kemudian mengeras.
Pupuk-pupuk yang sering tidak
memuaskan jika dicampur ialah
campuran amonium dan natrium
nitrat, amonium sulfat dan kalium
chlorida.
91
Sifat higrokopis beberapa bahan,
seperti amonium nitrat, sering
menyebabkan pupuk majemuk
menggumpal.
Cara yang paling aman untuk
menghindari penggumpalan adalah:
- Pupuk disimpan dalam
kantong tahan kelembapan,
- Pupuk dicampurkan dengan
bahan yang dapat menyerap
kelembapan.
Dalam kasus kedua bahan-bahan
seperti batang jagung atau kotoran
ayam yang dikeringkan dapat
dicampurkan untuk menyerap uap
air udara. Kapur dolomitik sering
digunakan menyangga
kecendrungan terjadinya
kemasaman, dan ia juga dapt
merupakn suatu “conditioner”.
Salah satu cara lain agar pupuk
tidak menggumpal ialah dengan
membuat pelet segera setelah
dicampur.
Pupuk yang dipeletkan bebas dari
debu, disamping ia mudah dihandel.
Granulasi mengurangi kemungkinan
pupuk ditiup angin dan mengurangi
kecepatan bereaksi dengan tanah.
Pengaruh pupuk majemuk terhadap
ph tanah
Pupuk pembentuk asam
Hampir semua pupuk majemuk,
kecuali bila memperoleh perlakuan
tertentu, bertendensi memciptakan
residu yang bereaksi masam pada
tanah. Hal ini disebabkan oleh
pembawa-pembawa N, terutama
yang bersifat amonia. Efek utama
yang diperlihatkan oleh ion-ion NH4
ialah bila ion ini dinitrifikasikan.
Bila senyawa amonium di
oksidasikan maka bertendensi
menambah kemasam, seperti
diperlihatkan pada reaksi berikut:
NH4 + 2 O2 2 H+ + NO3
- +H2O
Eefek ion NH4 lain yang tidak kalah
pentingnya, adalah potensinya
dalam menurunkan pH tanah.
Contohnya, bila (NH4)2(SO4)
ditambahkan kedalam tanah,
sebagian dari ion NH4
+ segera
diadsorpsikan oleh kompleks koloid
tanah menggantikan sejumlah
ekivalen kation-kation lain.
Bila ion metal yang digantikan, maka
ion tersebut peka pada pencucian.
Dan ini akhirnya dapt berakibat
penurunan pH tanah. Sebaliknya,
bila ion–ion H yang digantikan, asam
sulfat akan muncul dalam larutan
tanah.
Pembentukan asam sulfat yang
sama akan terjadi bila
mengabsorpsikan ion NH4 lebih
banyak dari pada ion SO4.
Diamping senyawa-senyawa
amonium, bahan-bahan seperti urea
dan beberapa bahan organik, yang
bila dihidrolisiskan menghasilkan ion
NH4
+ merupakan sumber
berkompetensi terhadap
kemasaman tanah. Pupuk P dan K
yang biasa dipakai hampir tidak
mempunyai pengaruh pada pH
tanah, terkecuali bila pupuk tersebut
mengandung N.
92
Tabel 4 Pembawa fosfor
Fertilizer Bentuk kimia Sumber
% kadar
P2O5
tersedia
Super fosfat Ca(H2PO4) +CaHPO4 Dibuat dari batu
fosfat 15-50
Super fosfat
Amoniat
NH4H2PO4 CaHPO4
Ca3(PO4)2(NH4)2 SO4
Dibuat
16-19
(3-4 % N)
Amofos NH4H2PO4 Dibuat
48 (11% N)
Diamonium
sulfat
(NP4)2HPO4 Dibuat 53(21% N)
Tepung
tulang
Ca3 (PO4)2 Pemotongan 20-25
Batu fosfat Flour atau Chlor apatit Batu fosfat
25-30
Ca-meta
fosfat
Ca (PO3)2 Dibuat 62-63
Asam fosfat H3PO4 Dibuat
54
Asam super
fosfat
H3PO4 dan H4P2O7 Dibuat 70
Tabel 5 Pupuk Kalium
Pupuk Rumus kimia % Kalium
Kalium chlorida KCL dan garam K
lainnya K2SO4
48-60
Kalium sulfat
Garam ganda dari K dan
Mg (mengandung 25%
MgSO4)
48-50
Kalium-magnesium sulfat KCL sebagian besar 20-30
Garam pupuk kandang KCL sebagian besar 20-30
Kainit KCL sebagian besar 12-16
Kalium nitrat KNO3 44(13% N)
Abu kayu K2CO3 sebagian besar 3-7 (1-2% P2O5)
Batang tembakau Organik 4-9 (2-4% N)
Kulit coklat Organik 2
Ubu ampas tebu Anorganik 30
Abu sabut kelapa Anorganik 30
93
Jaminan dari pupuk tunggal, seperti
amoniumsulfat mudah
diinterpretasikan, karena nama dan
susunan dari bahan tersebut
dicantumkan pada label atau dicetak
pada pembungkusnya.
Bila jumlah unsur yang terdapat
dalam bahan yang dicantumkan,
maka kemurnian dari pada pupuk
tersebut dapat diketahui. Misalnya,
bila bahan tersebut adalah NaNO3
maka kadar N nya 16%.
Akan tetapi jika tidak, maka kita
akan melakukan analisa hara pupuk
yang menyatakan berapa jumlah
relatif dari N, P2O5,dan K2O dalam
pupuk tersebut.
Jadi, jika pada kantong pupuk
tertulis angka perbandingan 5-10-10
artinya pupuk ini mengandung 5%
N-total, 10% P-tersedia, dan 10% K
larut dalam air.
Umumnya pupuk komersial
menggunakan perbandingan
haranya 1-2-2, misalnya, 5-10-10, 6-
12-12, 10-20-20, dan 15-30-30.
Pupuk demikian bila diberikan dalam
jumlah ekivalen yang sama akan
mempunyai hara yang sama.
Misalnya jika kita memberikan pupuk
jenis A (10-20-20)sebanyak 500
maka hal ini ekivalen dengan
memberikan memberikan jumlah N,
P2O5, dan K2O yang sama dengan
5-10-10
6.3. Faktor yang
mempengaruhi macam
dan jumlah pupuk yang
harus diberikan dalam
tanah
Nilai pertanian dari suatu pupuk
tidak menentu, karena bahan ini
mudah berubah.
Oleh karenanya macam dan jumlah
pupuk yang diberikan harus dapat
mengikuti perubahan-perubahan ini.
Tanah dan pupuk terjadi reaksi kimia
dan biologis yang mempengaruhi
mutu pupuk.
iklim yang dapat mempengaruhi
tanah, tanaman dan pupuk. perlu
diperhatikan. Bila ada kelebihan
atau kekurangan air, efisien penuh
dari pemupukan sukar diharapkan.
Sebetulnya, setiap faktor yang dapat
membatasi pertumbuhan tanaman
akan menurunkan efensiansi
pemupukan, dan akibatnya respons
dari tanaman terhadap pemupukan
juga tergangu.
Jika faktor-faktor lain tidak
merupakan pembatas, maka jumlah
pupuk dapat ditentukan dengan
tingkat kepastian tertentu.
Meskipun keadaannnya sangat
kompleks, petunjuk-petunjuk tertentu
dapat diikuti dalam menentukan
macam atau jumlah pupuk yang
harus di berikan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
94
1. Macam tanaman yang akan
diusahakan: nilai ekonomi
tanaman, kemampuan
tanaman menyerap hara
2. Keadaan kimia tanah
sehubungan dengan jumlah
hara tersedia
3. Keadaan fisik tanah
sehubungan dengan kadar
air aerasi (tata udara tanah)
6.3.1Jenis Macam tanaman
yang akan dipupuk
Tanaman bernilai ekonomi tinggi,
seperti brokoli memerlukan
pengeluarkan biaya pupuk majemuk
lengkap dan jumlah yang diberikan
dihitung berdasarkan respons per kg
yang akan diperoleh.
Akibatnya, untuk tanaman semacam
ini dipakai pupuk majemuk lengkap
dalam jumlah banyak. Sebanyak 2
ton pupuk dengan analisa 8-16-16
sering disarankan.
Untuk tanaman bernilai ekonomi
rendah biasanya pupuk yang
disarankan lebih sedikit. Hasil
tambahan yang diperoleh karena
pemberiaan pupuk tidak cukup untuk
membayar biaya tambahan pupuk
itu.
Kita harus selalu ingat bahwa
produksi tertinggi yang dicapai
karena pemupukan tidak selalu
menghasilkan uang yang banyak
atau keuntungan yang besar.
Dengan kata lain, hukum
penghasilan yang menurun
merupakan faktor utama dalam
praktek pemupukan setiap tanaman.
Oleh karena itu, pemberian jumlah
pupuk yang sedang untuk semua
tanah harus dikembangkan. Biaya
hasil tambahan yang diperoleh
sudah dapat dipastikan. Jika kita
dapat menentukan kemampuan
hasilnya untuk membayar tambahan
pupuk, maka dosis pupuk dapat
dinaikkan.
Bila jumlah hara yang diabsorpsi
tanaman banyak, maka pemupukan
dapat ditingkatkan, yaitu untuk
mengimbangi kehilangan hara dari
dalam tanah.
Pupuk yang diberikanpada pada
tanaman tidak seluruhnya dapat
diambil tanaman.
Pertimbangan kita selaku pelaku
tindak agronomi adalah bagaimana
mengembangkan kemampuan tanah
menyediakan hara, bila jumlah hara
kurang baru kita akan memberikan
dalam bentuk pupuk.
Untuk hara posfor, karena karena
reaksi pengikatan fosfat sangat
cepat, maka pemberian unsur ini
jumlahnya jauh lebih besar dari
yang diabsorpsi tanaman.
Kemampuan berbagai tanaman
mengabsorpsikan hara
Setiap jenis tanaman memiliki
kemampuan yang berbeda dalam
mengabsorbsi hara dari dalam
tanah. Umpamanya, kacang tanah,
lebih dapat mengabsorbsi K,
walaupun kadar K tanah rendah,
sedangkan kedelai tidak. Akibatnya,
95
respons dari pemberian K yang
ditunjukan lebih nyata pada kedelai
dari pada kacang tanah.
6.3.2 Keadaan kimia tanah
Bagian tanah yang perlu
diperhatikan adalah analisa
kimianya. Ada dua cara analisa
kimia yang dipakai sehubungan
dengan unsur hara dalam tanah
yaitu analisa total dan parsial.
Analisa total adalah analisa total
semua unsur yang terdapat dalam
tanah, tidak tergantung dari bentuk
atau tingkat ketersediannya.
Data demikian sangat berguna
untuk membantu meramalkan
tingkat ketersedian hara bagi
tanaman. Analisa parsial adalah
analisa yang hanya mengukur hara
yang tersedia bagi tanaman (hanya
sebagian dari jumlah hara yang
terdapat dalam tanah).
6.3.3.Keseimbangan hara
Sebelum kita membicarakan
berbagai bahan pupuk, satu hal
berikut ini perlu sekali diperhatikan.
Ketiga unsur pupuk bila dipakai
secara tepat, mereka tidak saja
mengendalikan, mengimbangi,
mendukung dan mengisi satu sama
lain, tetapi juga unsur-unsur lainnya.
Hubungan ini sangat penting dalam
praktek pemupukan, karena
berkaitan dengan ekonomi dan
efektivitas pemupukan.
Sebaiknya unsur-unsur yang
diberikan merupakan tambahan bagi
unsur-unsur yang sudah ada
didalam tanah, sehingga jumlah
keseluruhan N, P da K yang tersedia
bagi tanaman berada dalam
perbandingan yang tepat.
Pada waktu bersamaan
ketersediakan unsur esensial
lainpun harus baik. Sacara singkat,
keseimbangan kesuburan secara
menyuluruh harus sedemikian rupa
sehingga dapat menunjang
pertumbuhan tanaman.
Akan tatapi, dalam praktek keadaan
yang demikian sangat sukar dicapai.
Tanah merupakan sesutu yang
selalu tidak diketahui kwalitasnya,
demikian pula ketersedian unsur-
unsur setiap musimnya.
6. 4. Metoda aplikasi
penempatan pupuk
6.4.1. Penempatan pupuk
cairan
Penggunaan pupuk cairan belum
membudaya bagi petani Indonesia,
walaupun di luar negeri sudah
umum digunakan.
Aplikasi pupuk cair ini dapat
dilakukan dengan 3 cara yaitu:
(1) pemberiaan ke dalam tanah;
(2) pemberian pada air irigasi
(3) disemprotkan pada tanaman.
Pemberian langsung pada tanah
Praktek pemberian amonia cairan
dan pupuk N lain pada tanaman
hortikultura selalu dilakukan dengan
96
menggunakan alat khusus dengan
tekanan tertentu disemprotkan
sedalam lebih kurang 10 cm dalam
tanah.
Jika disemprotkan ke dalam tanah
tanaman tidak akan rusak dan
kehilangan amonia dapat ditekan.
Cara ini mungkin lebih efisien
karena pupuk amonia yang
digunakan merupakan bahan baku
yang termurah.
Dalam air irigasi
Cara ini digunakan dalam
pengaplikasian pupuk amonia
cairan, asam fosfat dan kadang-
kadang pupuk majemuk lengkap
dilarutkan dalam air irigasi dan
disebarkan mengikuti aliran irigasi.
Cara ini mengurangi ongkos
penyebaran dan memungkinkan
penggunaan pembawa N yang
murni.
Diberikan sebagai semprotan pada
daun
Pemberian langsung dari unsur
mikro yang dicampur urea pada
tanaman memperlihatkan
kemungkinannya.
Cara pemupukan ini sangat unik,
karena kita tidak memerlukan
tambahan alat dan biaya serta dapat
digabungkan bersama sama dengan
pemberian insektisida.
6.4.2. Pupuk padat
Pemberian jumlah yang tepat dan
ekonomis dari berbagai pupuk, serta
cara penempatan pupuk dalam
tanah sama pentingnya dan tidak
boleh dilupakan.
Pupuk harus ditempatkan dalam
tanah sedemikian sehingga
sehingga tanaman memperoleh
keuntungan semaksimalnya. Ini
tidak saja meliputi daerah
penempatan, tetapi juga waktu
penempatan dari pupuk. Cara
penempatan akan dibahas sesuai
dengan jenis tanaman tanamannya.
Jagung, kapas dan kentang
Tanaman ini biasanaya dipupuk
secara baris, sebagian atau seluruh
pupuk diberikan pada saat tanam.
Bila diberikan secara baris, pupuk
biasanya ditempatkan dalam baris
sisi atau kedua sisi, tranaman.
Bila jumlah pupuk yang diberikan
banyak, adalah sangat bijaksana
menyebar rata sebagian dari pupuk
kemudian mengaduk dan
membenamkan ke dalam tanah
sebelum benih atau bibit ditanam.
Sayuran
Sayuran juga memerlukan
pemupukan seperti tanaman
lainnya. Akan tetapi, jumlahnya
tidak banyak dan biasanya diberikan
secara baris, terutama pupuk N dan
NaNO3.
Pemupukan Ini dilakukan setelah
tanaman tumbuh baik dan sebagai
tambahan terhadap kekurangan
hara yang tersedia dalam tanah.
97
Untuk tanaman semangka
pemberian dapat diberikan
disekeliling tanaman (spot).
Biji-bijian
Untuk jenis biji-bijian pupuk dapat
diberikan disamping biji. Pemberian
pupuk P dan N melalui cara disebar
rata, dimasukkan dalam tanah,
kemudian diaduk sebelum biji
disemai.
Pemupukan pada tanah sawah
berbeda dari pesemaian, yaitu
jumlahnya lebih banyak.
Pupuk P diberikan sesaat sebelum
tandur, sama seperti pesemaian.
Pupuk N tidak diberikan sekaligus
tapi dibagi dua. Yang pertama
diberikan beberapa minggu setelah
tandur. Sebelum pupuk diberikan air
dikeluarkan hingga macak-macak,
kemudian pupuk disebar diantara
baris sambil diinjak kedalam lumpur.
Pemberian pupuk yang kedua
diberikan dengan cara yang sama
tapi beberapa minggu kemudian,
setelah pemberian yang pertama.
Pupuk kalium diberikan bersama
pemupukan P secara sebar rata.
Padang rumput
Sebaiknya padang rumput dipupuk
pada saat ditanam. Pupuk dapat
diberikan bersamaan dengan tanah
dan dibenamkan .
Pemberiannya harus dilakukan hati-
hati jangan sampai merusak bagian
atas dan pangkal akar rerumputan.
Pohon-pohonan
Pohon buah-buahan atau
perkebunan seperti karet biasanya
dipupuk secara individuil.
Pupuk diberikan sekeliling batang.
Jaraknya ditentukan oleh macam
tanaman.
Pupuk dimasukkan kedalam tanah.
Bila tanaman perlu dipupuk, maka
pemupukan biasanya dilakukan
sesaat sebelum menanam tanaman
6. 5. Inspeksi dan
pengendalian pupuk
6.5.1.Nilai ekonomi pupuk
Nilai suatu pupuk ditentukan oleh
kandungan haranya. Pemilihan
apakah membeli pupuk majemuk
atau tunggal, seperti NaNO3, (NH4)
2(SO4)4, dan sebagainya adalah
lebih memperhitungkan kadara hara
yang dibutuhkan dalam jumlah
tinggi.
Kadar analisa pupuk merupakan
pilihan utama, karena semakin tinggi
analisa kadarnya terutama dari
pupuk majemuk, makin banyak hara
yang dapat diperoleh setiap
dolarnya.
Penggunaan pupuk majemuk
beranalisa tinggi belum familiar
digunakan di Indonesia. Para petani
masih mengunakan pupuk tunggal
yang kebetulan berkadar N dan P
tinggi.
Pupuk majemuk dipakai oleh
beberapa pengusaha perkebunan
98
besar. Macan pupuk yang
digunakan sangat terbatas dan
analisa yang umum mereka pakai
12-12-12 atau 20-20-20.
Harga pupuk persatuan unsur yang
termurah adalah K, menyusul P dan
kemudian N. Hal ini perlu
diperhatikan bila membeli pupuk.
Kita dapat juga menghemat dengan
membeli pupuk tunggal yang
kemudian mengaplikasikannya
secara terpisah kedalam tanah.
Untuk pupuk superfosfat biasanya
diberikan secara tersendiri. Bila
pupuk kandang tersedia,
penggunaan superfosfat, kapur ,
dan pupuk kandang sangat
dianjurkan.
Natrium nitrat dan (NH4) 2(SO4)4
serta pupuk N serupa digunakn
sebagi pupuk yang diberikan secara
“ top dressing” atau side dressing.
Pupuk dapat diberikan secara
terpisah, asalkan cara
pemberiannya tepat, dengan
demikian biaya pencampuran dapat
dihemat.
Salah satu kendala jika ingin
mencampur sendiri pupuk adalah
ketersediaan bahan baku yang
ekonomis dan murah.
Disamping itu dibutuhkan
pengetahuan khusus dalam metode
pencampurannya, bergantung sifat
dari pupuk itu sendiri.
Pencampuran juga membutuhkan
bahan kodisioner agar campuran
merata/homogen. Bahan ini juga
relatif sulit dipasaran. Oleh
karenanya alasan ekonomis untuk
mencampur sendiri pupuk dinilai
kurang ekonomis.
6.5.2. Pergerakan pupuk dalam
waktu
Agar dapat mengetahui cara yang
paling tepat untuk memberikan
pupuk ke tanah maka terlebih
dahulu kita harus mengetahui
bagaimana gerakan dari pupuk
tersebut dalam tanah.
Sebagai contoh fosfat merupakan
hara yang tidak mobil, terkecuali
pada tanah yang berpasir.
Akibatnya, ia dapat diabsorpsikan
tanaman secara efektif, pupuk
tersebut harus ditempatkan dalam
daerah perkembangan akar.
Pemberian melalui penyebaran
diatas tanah, tidak mensuplai P bagi
akar-akar tanaman yang tumbuhnya
dalam.
Disamping imobilitas fosfat, jumlah
pupuk yang diperlukan selama
musim tanam, dan dapat hilang
karena pencucian merupakan
beberapa pertimbangan kapan
pupuk harus diberikan.
Berbeda dengan kalium dan
nitrogen (bentuk tertentu), kedua
unsur ini bertendensi untuk mobil
dan bergerak keluar dari daerah
penempatan semula. Gerakan
umumnya adalah vertikal, mengikuti
gerakan air, apakah keatas atau
kebawah.
99
Translokasi ini sangat
mempengaruhi waktu dan cara
penempatan N dan K. Misalnya
sangatlah tidak sarankan untuk
memberikan N sekaligus karena
kemungkinanpencucian.
Pupuk nitrat dapat diberikan melalui
“top dressing” disebar di atas
permukaan tanah. Alasan ini
digunakan karena sifat nya yang
mudah larut dan bertendensi untuk
bergerak ke bawah.
Gerakan nitrogen dan juga K perlu
dipertimbangkan dalam penempatan
pupuk, terutama ditinjau dari
penempatan biji.
Bila pupuk ditempatkan secara
larikan dibawah biji, gerakan garam
keatas bersama air kapiler dapat
merusak pertanaman. Hujan setelah
tanam yang kemudian disusul
dengan musim kering panjang
memungkinkan terjadinya
kerusakan. Oleh karenanya jangan
menempatkan pupuk langsung
diatas biji atau dipermukaan tanah.
6.5. Inspeksi dan
pengendalian pupuk
6.5.1.Nilai ekonomi pupuk
Nilai suatu pupuk ditentukan oleh
kandungan haranya. Pemilihan
apakah membeli pupuk majemuk
atau tunggal, seperti NaNO3, (NH4)
2(SO4)4, dan sebagainya adalah
lebih memperhitungkan kadara hara
yang dibutuhkan dalam jumlah
tinggi.
Kadar analisa pupuk merupakan
pilihan utama, karena semakin tinggi
analisa kadarnya terutama dari
pupuk majemuk, makin banyak hara
yang dapat diperoleh setiap
dolarnya.
Penggunaan pupuk majemuk
beranalisa tinggi belum familiar
digunakan di Indonesia. Para petani
masih mengunakan pupuk tunggal
yang kebetulan berkadar N dan P
tinggi.
Pupuk majemuk dipakai oleh
beberapa pengusaha perkebunan
besar. Macan pupuk yang
digunakan sangat terbatas dan
analisa yang umum mereka pakai
12-12-12 atau 20-20-20.
Harga pupuk persatuan unsur yang
termurah adalah K, menyusul P dan
kemudian N. Hal ini perlu
diperhatikan bila membeli pupuk.
Kita dapat juga menghemat dengan
membeli pupuk tunggal yang
kemudian mengaplikasikannya
secara terpisah kedalam tanah.
Untuk pupuk superfosfat biasanya
diberikan secara tersendiri. Bila
pupuk kandang tersedia,
penggunaan superfosfat, kapur ,
dan pupuk kandang sangat
dianjurkan.
Natrium nitrat dan (NH4) 2(SO4)4
serta pupuk N serupa digunakn
sebagi pupuk yang diberikan secara
“ top dressing” atau side dressing.
Pupuk dapat diberikan secara
terpisah, asalkan cara
pemberiannya tepat, dengan
100
demikian biaya pencampuran dapat
dihemat.
Salah satu kendala jika ingin
mencampur sendiri pupuk adalah
ketersediaan bahan baku yang
ekonomis dan murah.
Disamping itu dibutuhkan
pengetahuan khusus dalam metode
pencampurannya, bergantung sifat
dari pupuk itu sendiri.
Pencampuran juga membutuhkan
bahan kodisioner agar campuran
merata/homogen. Bahan ini juga
relatif sulit dipasaran. Oleh
karenanya alasan ekonomis untuk
mencampur sendiri pupuk dinilai
kurang ekonomis.
6.5.2 .Pergerakan pupuk dalam
waktu.
Agar dapat mengetahui cara yang
paling tepat untuk memberikan
pupuk ke tanah maka terlebih
dahulu kita harus mengetahui
bagaimana gerakan dari pupuk
tersebut dalam tanah.
Sebagai contoh fosfat merupakan
hara yang tidak mobil, terkecuali
pada tanah yang berpasir.
Akibatnya, ia dapat diabsorpsikan
tanaman secara efektif, pupuk
tersebut harus ditempatkan dalam
daerah perkembangan akar.
Pemberian melalui penyebaran
diatas tanah, tidak mensuplai P bagi
akar-akar tanaman yang tumbuhnya
dalam.
Disamping imobilitas fosfat, jumlah
pupuk yang diperlukan selama
musim tanam, dan dapat hilang
karena pencucian merupakan
beberapa pertimbangan kapan
pupuk harus diberikan.
Berbeda dengan kalium dan
nitrogen (bentuk tertentu), kedua
unsur ini bertendensi untuk mobil
dan bergerak keluar dari daerah
penempatan semula. Gerakan
umumnya adalah vertikal, mengikuti
gerakan air, apakah keatas atau
kebawah.
Translokasi ini sangat
mempengaruhi waktu dan cara
penempatan N dan K. Misalnya
sangatlah tidak sarankan untuk
memberikan N sekaligus karena
kemungkinanpencucian.
Pupuk nitrat dapat diberikan melalui
“top dressing” disebar di atas
permukaan tanah. Alasan ini
digunakan karena sifat nya yang
mudah larut dan bertendensi untuk
bergerak ke bawah.
Gerakan nitrogen dan juga K perlu
dipertimbangkan dalam penempatan
pupuk, terutama ditinjau dari
penempatan biji.
Bila pupuk ditempatkan secara
larikan dibawah biji, gerakan garam
keatas bersama air kapiler dapat
merusak pertanaman. Hujan setelah
tanam yang kemudian disusul
dengan musim kering panjang
memungkinkan terjadinya
kerusakan. Oleh karenanya jangan
menempatkan pupuk langsung
diatas biji atau dipermukaan tanah.
101
6.6. Penyimpanan dan
pengawasan mutu pupuk
6.6.1.Penyimpanan pupuk
Penyimpanan pupuk merupakan
suatu hal yang perlu diperhatikan,
kerena penyimpanan pupuk yang
ceroboh dapat merusak, sifat kimia
dan fisik pupuk.
Pupuk yang bersifat hidroskopis
tidak boleh disimpan secara
ceroboh, pupuk tersebut dapat
menjadi lembab dan mencair atau
bila kelembapan berkurang pupuk
menjadi keras dan membentuk
bongkah-bongkah besar sehingga
sulit dalam hal aplikasinya.
Penyimpanan pupuk sering
dilakukan digudang-gudang
pelabuhan. Gudang daerah
perkebunan dan koperasi unit desa.
Gudang Penyimpanan Pupuk
Letak gudang pupuk harus jauh dari
api atau bahan yang mudah
terbakar, dan gudang tidak boleh
lembab.
Kelembapan di dalam gudang dapat
menimbulkan penggumpalan pupuk
atau mecairnya pupuk. Mencairnya
pupuk akan mempercepat rusaknya
karung pembungkus pupuk.
Selanjutnya pupuk mudah tercecer
dan atau tercampur satu sama lain.
Dalam mengatasi pengaruh
kelembapan perlu adanya perhatian
khusus dalam pembuatan gudang.
Gudang permanen atau gudang
yang digunakan untuk penyimpanan
pupuk dalam waktu yang lama,
dinding dan lantainya harus dibuat
dari beton. Lantai gudang harus
dilapisi dengan bahan aspal atau
bahan lain.
Bagi kios pupuk, koperasi unit desa
yang menyimpan pupuk dalam
waktu pendek, dinding gudang
hendaknya dibuat dari seng, jika
lantai terbuat dari semen maka
harus diberi alas balok berjarak 0.5-
1m.
Atap gudang tidak boleh bocor agar
pupuk tidak terkena hujan yang
dapat merusak sifat fisik kimia
pupuk.
Pupuk yang mengandung asam
keras akan menghancurkan karung
pembungkus pupuk, akibatnya
pupuk tercecer bersatu sama lain
dan terjadi reaksi kimia yang
mengurangi mutu pupuk.
Pintu gudang hendaknya diletakkan
pada dua bagian sisi gudang
sehingga memudahkan
pengambilan pupuk pengambilan
pupuk persediaan lama dan
memudahkan pula penyimpanan
pupuk yang baru datang serta dapat
dipisahkan secara mudah terhadap
letak pupuk.
Peredaran udara dalam gudang
diusahakan sebaik mungkin dan
selalu segar, oleh karenanya
dibutuhkan beberapa ventilasi yang
pembukaan dan penutupannya
dapat diatur sedemikian rupa sesuai
dengan kondisi cuaca.
102
Tidak dibenarkan untuk mencapur
gudang untuk pupuk dengan gudang
untuk bii-bijian atau benih atau
sebagainya, karena dapat
mempengaruhi kualitas pupuk.
Dalam hal penyimpanan pupuk
sebaiknya dilakukan pemisahan
antara jenis pupuk yang satu
dengan lainnya. Hal ini selain
memudahkan pengawasan juga
untuk menjaga mutu pupuk.
Tumpukan dalam gudang
Tumpukan dalam gudang yang
terlalu tinggi akan menyebabkan
rusaknya karung, dan tidak stabilnya
tumpukannya.
Pupuk yang dibagian bawah akan
mengalami tekanan yang cukup
tinggi sehingga mengakibatkan
pupuk menjadi keras.
Oleh karenanya dalam hal tumpukan
pupuk yang perlu diperhatikan
adalah:
- Letak tumpukan
Harus ada jarak cukup lebar antara
tumpukan satu dengan lainnya dan
juga letak tumpukan pupuk dengan
dinding gudang. Hal ini penting
disamping memudahkan pekerja
dalam hal menumpuk juga
menghindari kelembaban yang tinggi
jika menempel pada dinding gudang.
- Karung yang ditumpuk
Tingginya tumpukan karung harus
mempunyai ukuran, berat, isi dan
bahan yang bagian mulut karung
mengarah ke dalam. Cara ini
memberikan tumpukan yang mantap
serta tidak mudah roboh.
- Tinggi tumpukan
Tinggi tumpukan bergantung pada
alat apa yang digunakan sewaktu
melakukan pekerjaan penumpukan.
Bagi yang menggunakan alat
tumpukan dapat mencapai 20
karung, akan tetapi jika dengan
tenaga manusia hanya 10
tumpukan.
6.6.2 Pengawasan mutu pupuk
Pengawasan mutu pupuk
mempunyai arti segala-galanya bagi
petani dalam proses peningkatan
produksi pertanian.
Jaminan mutu pupuk, baik fisik
maupun kimia dalam pupuk harus
dicantumkan pada bagian luar
kemasan yang berisikan:
- Berat bersih
- Nama dan cap perusahaan
pupuk tersebut
- Komposisi kimia atau
persentase kandungan hara
pupuk
- Potensial kemasaman pupuk
- Nama dan alamat produsen
pupuk
103
6.7. Manajemen pupuk dan
pemupukan
Manajemen pemupukan yang baik
akan menghasilkan peningkatan
produksi secara kualitas dan
kuantitas.
Dari beberapa hasil penelitian
memperlihatkan pemberian pupuk
yang membabi buta tanpa
melakukan manajemen yang benar
menghasilkan pengrusakan
lingkungan.
Keuntungan dari melakukan
manajemen pemupukan adalah:
- Dihasilkan paket pemupukan
yang efisien dan efektif
- Perhitungan ekonomi yang
tinggi pada untung rugi
penggunaan pupuk
- Memperkecil kerusakan
lingkungan
- Lebih fleksibel, dan bersifat
spesifik bergantung pada
jenis tanah atau media
tumbuh tanaman, dan sistem
pertanian yang digunakan.
- Jaminan keamanan dan
kualitas makanan
- Peningkatan mutu produksi
- Melindungi tanah dan air dari
kerusakan
Langkah-langkah dalam
manajemen praktis pemupukan
adalah sebagai berikut:
- Memilih jenis tanaman yang
paling sesuai dengan kondisi
lingkungan dimana tanaman
tersebut akan ditanam
- Siapkan media tumbuh yang
baik sehingga tidak
mengganggu kelancaran
proses perkecambahan .
- Gunakan Benih dan bibit
yang berkualitas
- Waktu tanam yang tepat
agar tanaman lebih mampu
beradaptasi pada
lingkungannya.
- Pengelolaan air yang baik
6.7.1 Manajemen hara N
Hara N dibutuhkan tanaman untuk
mendukung pertumbuhannya serta
menentukan kualitas hasilnya.
Berdasarkan kedua fungsi inilah
pemupukan N pada tanaman
dilakukan tidak satu kali, bahkan
sering petani memberikan pupuk N
yang berlebihan.
Tujuan yang ingin dicapai dari
pemupukan N yang kita lakukan
adalah tidak merusak lingkungan
karena berlebihan, segera tersedia
untuk dapat diambil tanaman, dan
sesuai dengan kebutuhannya.
104
Langkah awal dari manajemen
pemupukan N adalah mengetahui
status nitrogen tanah atau N dalam
media tumbuh.
Disamping itu kita juga harus
mengetahui status N dalam air
irigasi, terutama untuk pertanian
lahan basah. Dengan mengetahui
kandungan hara yang dikandung air
irigasi maka kita akan memberikan
pupuk N yang lebih tepat jumlahnya.
Analisa tanaman juga dapat
membantu untuk mengetahui
konsentrasi hara dalam tanaman.
Berdasarkan ketiga hal diatas
(status N tanah, N pada air irigasi,
dan analisa tanaman) kita membuat
berapa yang keluar/ diambil
tanaman dan sejumlah berapa yang
harus kita tambahkan
Hal yang tidak kalah pentingnya
adalah pemanfaatan jasad
penambat nitrogen, dan faktor-faktor
yang menghambat proses
penambatan N tersebut.
Adalah lebih baik jika kita
menggunakan pupuk N yang lambat
tersedia, sehingga N yang diberikan
tidak hilang ataupun tercuci.
Waktu yang tepat pemberian N
membantu agar N yang diberikan
dapat diambil tanaman pada waktu
dibutuhkan.
Beberapa jenis tanaman lebih
menyukai pemberian pupuk N
melalui daun. Nitrogen yang
diaplikasikan melalui daun dapat
segera diambil tanaman. Hasil
penelitian menunjukkan lebih 50%
nitrogen dapat diambil setelah 60
menit diaplikasikan melalui daun dan
lebih 90% setelah 24 jam
diaplikasikan. Teknik ini lebih efisien
untuk menghindari kehilangan N
yang diberikan.
6.7.2. Manajemen pupuk P
Pupuk posfor tidak sama dengan
pupuk nitrogen, umumnya pupuk ini
lambat tersedia. Pergerakan pupuk
ini yang relatif lambat menyebabkan
pergerakannya tidak begitu jauh dari
pupuk ditempatkan.
Manajemen pemberian pupuk P
dapat dilakukan dengan langkah-
langkah berikut:
- Analisa tanah
Hasil analisa yang akurat
memberikan langkah yang tepat
mengenai berapa jumlah P yang
harus ditambahkan.
- Pemberian yang wajar
Pupuk P dalam tanah mudah
berubah ke dalam bentuk P yang
tidak tersedia bagi tanaman. Oleh
karenanya upaya mengurangi
bidang kontak pupuk ini dengan
tanah merupakan usaha untuk dapat
meningkatkan ketersediaan posfor.
Metode penyebaran dalam barisan
tanaman merupakan metode yang
efektif dalam penggunaan pupuk ini.
Pupuk ini juga dapat diaplikasikan
melalui air irigasi.
105
- Analisa tanaman
Kandungan P dalam tanaman
merupakan gambaran ketersediaan
P dalam larutan tanah. Berdasarkan
kandungan P yang ada dalam
jaringan tanaman dan dibandingkan
dengan P dalam tanah, kita dapat
menduga jumlah P yang harus
ditambahkan
6.7.3. Manajemen kalium
Kalium lebih mobl dibandingkan
dengan pergerakan hara lainnya.
Langkah-langkah yang ditempuh
dalam manajemen pupuk kalium ini
adalah:
- Analisa tanah
- Pemberian posfor yang
sewajarnya
- Analisa tanaman
6.8. Evaluasi
Isilah titik-titik diwah ini dengan
benar.
1. Menurut pendapatmu mana
yang lebih besar pengaruh
negatifnya jika kita
memberikan pupuk berlebih
pada tempat yang terbuka
dibandingkan dalam pot
2. Kekurangan suatau hara dapat
di duga hanya dengan analisa
tanaman? Jelaskan
3. Pemberian pupuk padat pada
tanaman perkebunan
dilakukan melalui.............. dan
hal hal apa yang harus
diperhatikan
4. Menurut pendapatmu mana
lebih menguntungkan
penggunaan pupuk majemuk
atau tinggal.
5. Tuliskan cara-cara
penyimpanan pupuk
berdasarkan bentuknya
6. Gambar dibawah ini adalah
gambar pemupukan pada
tanaman karet belum
menghasilkan. Jelaskan
kedua gambar dibawah ini
106
BAB VII
SUMBER AIR BAGI
PERTANIAN (IRIGASI)
7.1.Pengertian Irigasi
Irigasi secara umum didefinisikan
sebagai pemberian air kepada tanah
dengan maksud untuk memasok
kelembaban tanah esensial bagi
pertumbuhan tanaman.
Tujuan umum irigasi adalah:
1. Menjamin keberhasilan
produksi tanaman dalam
menghadapi kekeringan jangka
pendek
2. Mendinginkan tanah dan
atmosfir sehingga akrab
dengan pertumbuhan tanaman
3. Mengurangi bahaya cekaman
kekeringan
4. Mencuci atau melarutkan
garam dalam tanah
5. Melunakkan lapisan olah dan
gumpalan-gumpalan tanah
Secara implisist tujuan umum irigasi
tersebut mencakup pula kegiatan
drainase pertanian terutama
berkaitan dengan tujuan mencuci
dan melarutkan garam tanah.
7.2. Air permukaan tanah
Seluruh keperluan air bagi tanaman
dan untuk kelembaban tanahnya
dicukupi oleh ketersediaan air
pengairan yang berasal dari air
permukaan dan air tanah. Sumber
air permukaan yaitu sungai, danau,
waduk dan curah air hujan, sedang
sumber air tanah yaitu air tanah
bebas dan air tanah tertekan.
Ketersediaan air pengairan bagi
pertanian itu berbeda-beda
tergantung pada:
- Musim
- Lokasi sumber air
- Usaha-usaha konservasi air.
Tanaman yang mengalami
kekurangan air akan mengalami
cekaman kekeringan.
Beberapa tipe dari cekaman adalah
sebagai berikut:
1. Tipe meteorology
2. Tipe Hidrologi
3. Tipe pertanian
4. Tipe Sosial ekonomi
Kekeringan meteorology, adalah
cekaman kekeringan yang
disebabkan keterbatasan curah
hujan yang berkepanjangan.
Kekeringan dapat dinyatakan
sebagai suatu keadaan dimana
berkurangnya jumlah air disebabkan
oleh menurunnya daya dukung
tanah terhadap ketersediaan air.
Pada kondisi ini tanah yang
berfungsi sebagai tempat cadangan
penyimpan air tidak dapat
melaksanakan fungsinya.
107
Kekeringan hidrologi, adalah
kekeringan yang berasosiasi dengan
efek periode singkat dari curah
hujan.
Dalam hal ini air pada pool
cadangan seperti pada reservoir dan
sungai tidak mencukupi untuk
semua kebutuhan dari makhluk yang
membutuhkannya. Hal ini dapat juga
disebabkan oleh tidak adanya
kontrol terhadap peredaran air
(siklus hidrologi).
Kekeringan sosial ekonomi, adalah
keadaan perubahan sosial ekonomi
masyarakat yang disebabkan oleh
keterbatasan air. Jumlah dan
kualitas air yang tidak mencukupi
berakibat pada rendahnya hasil
pertanian atau bahan makanan
sehingga menyebabkan perubahan
tatanan sosial masyarakat.
Walaupun curah hujan di Indonesia
relatif cukup tinggi, tetapi
ketersediaannya perlu
diperhitungkan secara kualitas dan
kuantitas.
Ketersediaan air pengairan yang
cukup banyak dan bebas dari
pencemaran dan bahan-bahan
buangan yang tidak dapat meracuni
tanaman merupakan pilihan untuk
pengairan yang dapat dapat
dimanfaatkan.
Oleh karenanya untuk
mempertahankan ketersediaan air
perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Debit yang memadai
b. Berkualitas menurut
pandangan dari segi
pertanian atau jelas nya
cukup mengandung unsur-
unsur hara bagi tanaman dan
unsur-unsur mineral bagi
kesuburan tanah.
Indonesia dan seluruh daerah
tropika curah hujan merupakan
sumber yang pokok bagi tersedianya
air pengairan terutama air
permukaan.
Air hujan yang tercurah pada suatu
daerah sebagian akan terinfiltrasi
melalui pori-pori tanah ke dalam
tanah dan sebagian lagi karena
daya resap pori-pori tanah tidak
memungkinkan akan membentuk
aliran air permukaan (run off) yang
terus mengalir ke bawah dan masuk
ke sungai-sungai.
Aliran air permukaan biasanya
mengangkut unsur-unsur hara dari
tanah di bagian atas ke tanah
bagian bawah atau langsung
terangkut ke dalam sungai yang
selanjutnya ke muara dan laut atau
menyampaikannya ke danau-danau
atau waduk-waduk yang telah
dibuat.
Air sungai, danau atau waduk yang
demikian kalau diuji biasanya
menunjukkan kualitas air yang
banyak mengandung unsur hara
yang penting bagi tanaman.
Air hujan yang terinflitrasikan ke
dalam tanah sebagian akan
mengalir kembali ke luar dari tanah
dan masuk ke sungai-sungai tetapi
sebagian akan bertahan sementara
di dalam tanah dan selanjutnya
sedikit demi sedikit air tanah akan ke
luar pula melalui mata air ke
108
permukaan tanah dalam jangka
waktu yang relatif lama.
Air tanah ini menjamin terpenuhinya
kebutuhan manusia akan air minum
dan lain-lain.
Dalam kaitan dengan bergeraknya
air pada lapisan permukaan tanah
dan dalam lapisan bawah tanah, kita
mengenal istilah-istilah:
- interflow
- ground water
- groun water run off.
a. interflow, yaitu aliran air yang
meresap ke lapisan tanah
permukaan dan kemudian
mengalir kembali ke luar dari
lapisan tanah permukaan
tersebut ke permukaan tanahnya
b. ground water, yaitu air tanah
atau jelasnya air permukaan
yang meresap ke dalam tanah
dan berkumpul di bagian lapisan
bawah tanah yang kemudian
sedikit demi sedikit akan ke luar
melalui mata air
c. ground water run off, yaitu
limpasan air tanah.
Hujan yang turun pada suatu atau
beberapa daerah selanjutnya akan
mengalir dan masuk ke dalam parit-
parit, selokan-selokan, sungai-
sungai kecil dan menyatu dalam
sungai besar, untuk seterusnya
mengalir ke muara/laut atau ke
danau.
Jadi sungai tersebut berfungsi
mengumpulkan dan mengalirkan
curahan air hujan dari suatu daerah
lairan sungai (DAS).
7.3. Air Tanah
Daerah penampungan (reservoir,
reservation) air tanah terdapat di
lapisan bagian bawah tanah,
tepatnya di dalam lapisan padat atau
batuan yang sarang yang biasanya
terbentuk dari bahan-bahan pasir
dan kerikil, tufa vulkanis, batu
gamping dan beberapa bahan
lainnya.
Lapisan penampungan air tanah ini
selanjutnya dikenal sebagai lapisan
pengandungan air atau aquifer, air
yang terkumpul disini mudah
bergerak dari tempatnya yang lebih
tinggi ke tempat-tempat yang lebih
rendah.
Berkaitan dengan kondisi dan
letaknya di dalam tanah, lapisan
pengandung air (aquifer) tersebut
biasanya dibedakan menjadi
sebagai berikut :
a. lapisan pengandung air tanah
yang bebas atau tidak terbatas
(unconfined aquifer). Lapisan ini
di bagian bawahnya terdapat/
dibatasi oleh lapisan kedap air,
sedang disebelah atasnya
berupa muka air yang
berhubungan dengan atmosfer.
b. Lapisan pengandung air tanah
yang tertekan/ terbatas (confined
aqufer). Lapisan ini di bagian
atas dan di bagian bawahnya
dibatasi oleh lapisan kedap air.
109
c. Lapisan pengandung air tanah
tumpang (perched aquifer).
Lapisan ini terletak di atas
lapisan kedap air yang tidak
begitu luas, berada pada zona
aerasi di atas water table.
Karena volume air pada lapisan
ini mengandung air tanah
tidakbanyak maka perched
aquifer kurang dapat diandalkan
sebagai sumber air.
Pemanfaatan air tanah untuk
pengairan dengan memanfaatkan air
yang berasal dari mata air dengan
teknik penyedotan sampai saat ini
masih terbatas.
Umumnya pengairan yang dilakukan
adalah dengan memanfaatkan aliran
sungai.
Alasan keterbatasan penggunaan air
sumber mata air ini adalah:
a. Kebanyakan lapisan
pengandung air tanah berada
jauh di dalam tanah, yang sulit
untuk penggaliannya
b. Penggunaan alat penyedot air
memerlukan biaya yang tidak
kecil bagi ukuran hidup para
petani.
c. Menghindari mengeringnya
sumber-sumber air tanah
(konservasi air)
d. Kesadaran para petani
sehubungan dengan
pengetahuannya yang
meningkat, bahwa penggunaan
air tanah yang berlebihan dapat
mengakibatkan :
(1) penurunan permukaan
tanah;
(2) perembesan air asin, yang
dapat berakibat tidak dapat
dimanfaatkannya air tanah
tersebut.
Pengambilan air tanah untuk
kepentingan pengairan pertanian
hanya dilakukan terbatas dan itupun
hanya dilakukan dibeberapa daerah
tertentu, pada saat-saat musim
kemarau.
Penggunaan air tanah yang terus
menerus secara berlebihan, akan
mengakibatkan perembesan air laut
ke daratan melewati garis pantai.
Dengan berkembangnya
pembangunan industri-industri besar
di daerah-daerah perkampungan,
para pengusaha industri dituntut
agar tidak menggunakan air tanah
secara berlebihan.
Secara ringkas bagaimana
pergerakan air dimuka bumi ini
digambarkan pada Gambar 40
dibawah ini .
7.4. Daerah aliran sungai
(DAS)
Sebagai telah dikemukan, sungai
berfungsi sebagai penyalur air hujan
pada suatu daerah aliran sungai.
Demikian pentingnya nilai daerah
aliran sungai tersebut, terutama bagi
pertanian dan pencegahan-
pencegahan peluapan air.
Pemeliharaan kawasan ini perlu
diupayakan secara serius agar tidak
terjadi kerusakan lingkungan.
110
Daerah aliran sungai berdasarkan
pola-polanya dibedakan menjadi :
a. Daerah aliran sungai dengan
pola ”Bulu Burung”.
Di daerah aliran sungai ini selain
terdapat sungai utama, tidak
jauh daripadanya, disebelah kiri
dan kanan terdapat pula sungai-
sungai kecil atau anak-anak
sungai.
Sewaktu hujan mengguyur
daerah ini anak-anak sungai
akan berfungsi pula mengalirkan
air hujan yang mengalir ke
dalamnya, dengan demikian
debit air yang meluap pada
sungai utama dan anak-anak
sungainya akan tetap kecil,
dengan demikian kalaupun
terjadi banjir akan berlangsung
lambat, sedang pembuangannya
berlangsung cepat.
b. Daerah aliran sungai dengan
pola ”Radial/Melebar”. Di
daerah aliran sungai inipun
terdapat sungai utama/ besar,
dengan beberapa anak
sungainya, hanya anak-anak
sungai tersebut melingkar dan
akan bertemu dengan sungai
utamanya pada suatu titik
(daerah), sehingga kalau
digambarkan akan berbentuk
bagaikan kipas. Terkumpulnya
curah hujan di daerah aliran
sungai ini, dengan sebagian
mengalir dan sebagian mengalir
ke sungai utama dan terbagi lagi
ke anak-anak sungainya, yang
kemudian bertemu pada suatu
titik/ suatu daerah, akan
mengakibatkan banjir besar di
daerah pertemuan tersebut.
c. Aliran sungai dengan pola
”Paralel/Sejajar”. Daerah
aliran sungai ini terdiri dari 2
jalur daerah aliran, yang
memang paralel, yang
dibagian hilir keduanya
bersatu sehingga merupakan
satu sungai besar. Sewaktu
curah hujan mengguyur
daerah-daerah di sekitar
aliran sungai tersebut, maka
pada daerah hilir dimana
terjadinya pertemuan tadi
akan terjadi peluapan-
peluapan air yang cukup
besar.
Terjadinya peluapan-peluapan air
(banjir) seperti dikemukakan di atas
memang di daerah-daerah tertentu
dapat membawa dan
menyampaikan unsur-unsur hara
dan atau mineral tertentu yang dapat
menyuburkan tanaman dan
tanahnya, akan tetapi jika
dibandingkan dengan kerugian yang
ditimbulkan (seperti erosi,
pelongsoran, tersapunya tanaman
yang dibudidayakan, hancurnya
rumah-rumah penduduk, dan lain-
lain) maka kerugian itu adalah jauh
lebih besar.
Terlebih lebih kalau akibat
pengikisan-pengikisan tanah lapisan
permukaan tadi mengakibatkan
bagian-bagian tanah yang tersisa
menjadi sangat kurus/tidak produktif,
sangat melarat akan unsur-unsur
hara dan mineral yang diperlukan
tanaman.
Karena itulah maka perlindungan
terhadap daerah-daerah aliran
sungai perlu diperhatikan.
111
Gambar 42 berikut merupakan
ilustrasi bagaimana drainase
mempengaruhi ketersedian dan pola
penyebaran hara.
Gambar 42. Manajemen pengairan
merubah distribusi garam tanah
7.5. Sistem Pengambilan
dan pemberian Pengairan
bagi Lahan Pertanian
Air yang tersedia di alam tidak
seluruhnya dapat dimanfaatkan bagi
kepentingan pengairan tanaman,
seperti air yang salinitasnya tinggi,
air yang asam, air yang tercemar,
dan lain sebagainya.
Jadi air bagi pengairan lahan-lahan
pertanian sifat dan kualitas air
pengairan itu sangat berpengaruh
dan menentukan.
Pengolahan tanah yang baik,
pemberian pupuk yang sempurna
dan pemakaian bibit-bibit tanaman
unggul dalam usaha pertanaman
akan tetapi kalau air pengairannya
mempunyai salinitas ataupun
kemasaman yang berpengaruh,
maka pertumbuhan tanaman tidak
mungkin terjamin, bahkan
kemungkinan pula tidak terjadi
pertumbuhan tersebut.
Untuk menilai sifat dan kualitas air
perlu diketahui konsentrasi total
serta konsentrasi bahan-bahan
tertentu yang terkandung dalam air
pengairan (irigasi).
Konsentrasi garam total merupakan
kriteria tunggal yang terpenting.
Kalau kemasaman tanah akibat
pengaruh dari air pengairan yang
masam masih dapat diatasi dengan
pemberian bahan-bahan kapur
pertanian secukupnya, akan tetapi
jika tingkat salinitasnya tinggi maka
sulit dilakukan pengelolaannya.
Penggunaan air dengan kadar
salinitas tinggi dibutuhkan
penanganan khusus seperti
pencucian atau dihindari
pemakaianya.
112
7.5.1. Klasifikasi Air pengairan
Kualitas air pertanian yang perlu
diperhatikan adalah kandungan zat-
zat yang terdapat pada air tersebut.
Yang perlu dinilai kandungan zat-zat
pada air pengairan tersebut adalah
sebagai berikut:
- Zat atau unsur garam yang
melarut dalam air pengairan,
yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman. Kadar
garam total ini dinyatakan dalam
suatu ppm atau sebagai tingkat
DHL (Daya Hantar Listrik) dalam
satuan micr/cm.
- Kadar natrium dalam air tanah
kadarnya relatif tinggi dibanding
dengan kation-kation lain dan
dapat mengakibatkan perubahan
sifat fisik dan kimiawi dalam
tanah.
Dalam penilaian air irigasi ini turut
menjadi perhatian adalah
berhubungan dengan kandungan
kimia dari unsur-unsur berbahaya
yang biasa disebut SAR.
US Salinity Laboratory Staff
mengemukan cara menghitung SAR
dengan rumus sebagai berikut :
SaR:
2
Na
++++
+
+ MqCa
Dengan rumus ini kadar kation
dinyatakan dalam satuan
miliekuivalen tiap liter.
Unsur Boron yang merupakan salah
satu bahan peracun (phytotoxic)
dalam kadar yang relatif tinggi,
ternyata sangat menghambat
pertumbuhan tanaman.
Selanjutnya, dilakukan
pengamatan mengenai klasifikasi
air pengairan (irigasi) menurut
penilaian US Salinity Laboratory
Staff dan menurut SCOFIELD.
Klasifikasi air pengairan
berdasarkan nilai SAR menurut
perhitungan US Salinity
Laboratory Staff, disusun dalam
Tabel 6.
US Salinity Laboratory Staff
selanjutnya mengemukakan
metode tentang klasifikasi air
pengairan berdasarkan
penilaiannya terhadap:
- Tingkat DHL (Daya Hantar
Listrik)
- Kadar garam total
- Persentase natrium dan
kadar unsur boron, yang
mempengaruhi pertumbuhan
tanaman.
Hasil pengamatan ini kemudian
diklasifasikan atas beberapa kelas
yaitu:
- Klasifikasi 1 (Kelas 1)
menggolongkan air
pengairan (irigasi) yang baik
sekali bagi pemanfaatannya
di bidang pertanian
- Klasifikasi 2 (Kelas 2) masih
menyatakan cukup baik
113
- Klasifikasi 3 (Kelas 3) perlu
dihindari karena dapat
banyak merugikan (Tabel
7).
Seluruh kadar kation-kation dalam
perhitungan ini dinyatakan dalam
satuan miliekuivalen/liter.
Air pengairan yang tergolong
baik sekali (Kelas 1) dalam ke-
adaan normal dapat diberikan
kepada relatif semua jenis
tanaman, sedangkan kelas 2 baik
untuk jenis tanaman tertentu saja.
Sedang air pengairan yang
tergolong kelas 3 adalah yang
kurang baik bagi pertumbuhan
tanaman sehingga air pengairan ini
perlu dicegah bagi usaha pertanian.
Scofield mengemukakan hasil
penilaiannya yang lebih terperinci
terhadap klasifikasi air irigasi.
Dalam hal ini mereka melakukan
penilaian tidak hanya berdasarkan
kadar natrium, garam total dan
DHL, akan tetapi lebih terperinci.
Klasifikasi air menurut Scofield
berdasarkan atas :
- Tingkat DHL
- Kadar garam total
- Persentase Na+,
- Kadar ion-ion Chlorida dan
Sulfat
- kandungan unsur boron,
Berdasarkan penilaiannya terhadap
air irigasi tersebut maka dapat
digolongkan menjadi 5 kelas seperti
pada Tabel 8.
114
Tabel 6 Klasifikasi air pengairan berdasarkan nilai SAR (Bandingan
adsorbsi natrium).
Kelas air AIR Nilai SAR Penjelasan
1 0-8



.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)