Baik sekali
2 8-18 Baik
3 16-26 Kurang Baik
4 >26 Buruk
Tabel 7 Klasifikasi air irigasi menurut US Salinity Laboratory
Kelas air
R
DHL
(Micr/cm)
Kadar garam
total (ppm))
Na+
(%)
Boron
(ppm)
1
2
3
0 – 1000
1000 3000
> 3000
0 – 700
700 – 2000
> 2000
0 – 60
60– 75
> 75
0,0 – 0,5
0,5 – 2,0
> 2,0
115
Tabel 8. Klasif ikasi air
pengairan (ir igasi)
menurut Scofield
Kls
air
DHL
(Mie
r/c
m)
Na+
(%)
Cl-
SO4
(ppm)
Boron
(ppm)
Penjelas
an
1 0-250 0-20 0-4
0,00-
0,67
sangat
baik
2
250-
750 20-40 4-7
0,67-
1,33 baik
3
750-
2000 40-60 7-12
1,33-
2,00
agak
baik
4
2000-
3000 60-75
12-
30
2,00-
2,50
kurang
baik
5 3000 >75 > 30 2,50
kurang
sesuai
SUMBER : Irigasi dan Drainase,
DEPDIKBtJD,1982
Penelitian tentang sifat dan
kualitas air pengairan, biasanya
para peneliti mengambil sample air
sungai, air saluran irigasi, sumur
ataupun mata air, sekitar 2 liter
dan kemudian ditaruh pada
bejana plastik.
Baru dilakukan analisis meliputi:
- penentuan kation dan anion
- pH
- DHL (daya hantar listrik)
- Kandungan lumpurnya.
7.5.2. Beberapa cara dalam
pengambilan air pengairan
Dalam pemilihan sumber air
pengairan (irigasi) agar air dapat
disalurkan dari sumbernya ke
daerah-daerah pertanian, maka
faktor lokasi sumber air dan teknik
pengambilannya.
Di dalam menentukan lokasi sumber
harus terpikirkan:
1. Debit yang mantap yang yang
diperhitungkan dapat mencukupi
kepentingan/kebutuhan air
tanaman
2. Kualitas air yang cukup baik,
bagi penunjang pertumbuhan
dan perkembangan tanaman;
Tabel 8. Klasif ikasi air pengairan (ir igasi) menurut Scofield
Kls
air
DHL
(Mier/cm)
Na+
(%)
Cl-SO4
(ppm)
Boron
(ppm)
Penjelasan
1 0-250 -20 0-4 0,00-0,67 sangat baik
2 250-750 20-40 4-7 0,67-1,33 baik
3 750-2000 40-60 7-12 1,33-2,00 agak baik
4 2000-3000 60-75 12-30 2,00-2,50 kurang baik
5 3000 >75 > 30 2,50 kurang
sesuai
SUM ER : Irigasi dan Drainase, DEPDIKBtJD,1982
116
3. Lokasi sumber air dekat atau
tidak seberapa jauh dari areal
pertanian yang
membutuhkannya serta mudah
dalam pengambilannya.
Di dalam teknik pengambilan dan
penyalurannya dapat menggunakan
teknik pembuatan clan (bendungan),
penggunaan alat-alat yang
sederhana, atau penggunaan
pompa air.
1. Pembuatan dam (bendungan).
Dam atau bendungan dibuat dengan
maksud agar air sungai yang
terbendung itu dapat dinaikkan air
permukaannya dengan demikian
pengambilan atau penyalurannya
ke areal pertanian akan lebih
mudah. Biasanya untuk kepentingan
air ini permukaan yang terbendung
dihubungkan dengan parit-parit
atau saluran yang dirancang dan
dibuat menyebar ke lahan-lahan
pertanaman.
2. Penggunaan alat-alat yang
sederhana
Di beberapa daerah tertentu di
Jawa dalam usaha mengairi
lahan pertaniannya, para petani
menggali sumur-sumur dan dengan
menggunakan timba air diambil
dan digunakan untuk mengairi
pertanamannya.
Apabila lahan-lahan pertaniannya
berbatasan dengan saluran atau
jaringan irigasi, tetapi letak lahan
pertaniannya sedikit lebih tinggi
dari permukaan air pada
saluran/jaringan, para petani
menggunakan bor untuk
mengalirkan air ke areal
pertanamannya.
3. Penggunaan pompa air (water
pump)
Usaha pengambilan atau penyaluran
air pengairan dapat dilakukan pula
dengan membuat sumur pom pa
atau pemompaan air sungai yang
letaknya atau permukaan airnya ,
sedikit lebih rendah dari
kedudukan lahan pertanian. Pom-
pa yang sering digunakan untuk
kepentingan pertanian yaitu :
Centrifugal water pump (pompa
pusingan) dan Propeller water-
pump (pompa baling-baling),
digerakkan oleh motor disel.
Pemberian air pengairan dengan
cara-cara tersebut di atas dapat
diambil dari sumber airnya yang
kemudian disalurkan ke lahan
pertanian. Usaha demikian
tampaknya mudah, akan tetapi
dalam praktek nya sering
menimbulkan kesulitan dan
masalah.
Keterbatasan curah hujan (pada
musim kering) akan
mengakibatkan air pengairan pada
lahan pertanaman petani lain dan
keterbatasan jumlah air ini
menghambat pengaliran air ke
areal lainnya.
Hambatan tersebut dapat juga
disebabkan oleh berbagai kondisi
alami dan aturan-aturan yang
dibuat manusia sendiri.
117
7.5.3. Beberapa cara
pemberian air pengairan
Pemberian air irigasi pada lahan
pertanian dapat dilakukan
dengan beberapa cara dan
disesuaikan dengan:
1. Perancangan lahan-lahan
pertanian
2. Kebutuhan tanaman untuk
pertumbuhan dan
perkembangannya.
Pemberian air pengairan pada
permukaan tanah tujuannya adalah
melakukan pembasahan di sekitar
lapisan olah tanah (top soil).
Dengan dilakukannya pengairan ini
selain memudahkan pengolahan
tanah, juga menambahkan unsur-
hara yang terkandung dalam air
irigasi ke dalam tanah serta
memudahkan akar-akar tanaman
untuk dapat
mengambil/menyerapnya.
Cara pemberian air pengairan pada
permukaan tanah dapat dibedakan
menjadi:
7.5.3.1.Cara penggenangan
(flooding)
Cara penggenangan adalah cara
pemberian air ke lahan pertanian
sehingga menggenangi permukaan
tanahnya.
Cara penggenangan ini dapat
dikelompokka atas:
1. Penggenangan secara bebas
2. Penggenangan secara terbatas,
seperti pada petak-petak
pertanaman yang dibatasi
dengan galengan-galengan,
contohnya pada petak-petak
persawahan.
7.5.3.2. Cara penyaluran air di
antara bedengan
Kalau lahan pertanaman dirancang
secara bedengan (lebar bedengan
biasanya antara 1,5 m sampai 2 m)
yang pada batas tiap bedengan
dibuatkan parit kecil yang sangat
dangkal, maka air pengairan dapat
disalurkan ke dalamnya.
Dengan cara demikian penggunaan
air pengairan dapat dikurangi,
karena tidak seluruh permukaan
tanah harus diairi seperti halnya
pada cara penggenangan.
7.5.3.3.Cara penyaluran air di
antara larikan/baris tanaman
Larikan bentuknya hampir sama
dengan bedengan, bedanya
adalah dalam hal lebarnya, lebar
larikan hanya sekitar 0,5 m dan
tiap larikan hanya dapat
ditumbuhi satu barisan/sederetan
tanaman, sedangkan satu
bedengan dapat , ditumbuhi 4
atau 5 barisan/deretan tanaman.
Air pengairan dialirkan pada
alur-alur kecil yang membatasi
tiap larikan.
Cara 7.5.3.1 dan 7.5.3.3. banyak
dilakukan bagi lahan-lahan
pertanaman padi.
118
Akan tetapi untuk pertanaman
tembakau, bawang merah atau
putih, kacang-kacangan, sayur-
sayuran, tebu dan sebagainya cara
pengairan 7.5.3.2 . lebih efisien
digunakan.
Cara penggenangan air pada
petak-petak persawahan dilakukan
pula dengan cara yang berbeda,
yaitu:
a. Penggenangan secara terus-
menerus, tetapi bersikulasi
Cara ini dilakukan dengan
melakukan penggenangan secara
terus menerus. Akan tetapi airnya
terus mengalir, air yang lama ke
luar petak diganti dengan aliran
baru.
Cara ini biasanya dilakukan pada
daerah persawahan dengan
persediaan air pengairan yang
mencukupi. Dengan cara ini
biasanya tanaman lebih terjamin
kebutuhan air nya.
Namur demikian ada
kekurangannya:
1) Efisiensi pengairan rendah
karena banyak nya air
yang terbuang melalui aliran
permukaan
2) Sebagian unsur-unsur hara
yang terkandung dalam air
pengairan akan teralirkan
terus tanpa dimanfaatkan
oleh tanaman.
b. Penggenangan secara terus
menerus dan keadaan airnya
tidak mengalir.
Cara ini dapat dilakukan pada
daerah-daerah persawahan yang
persediaan air pengairannya tidak
banyak dan di perkirakan tidak bakal
mencukupi kalau aliran air
permukaan berlangsung terus.
c. Pemberian air pengairan
secara terputus -putus .
Pengertian ini dalam interval
tertentu selama beberapa hari
dilakukan
penyaluran/penggenangan
kemudian berhenti dan berulang
lagi begitu seterusnya selama
musim pertanaman.
Biasanya cara demikian
dilakukan dengan maksud
memperbaiki aerasi tanah dan
menghemat pendayagunaan air
pengairan, efisiensi penggunaan
air yang cukup tinggi, kehilangan
air melalui perkolasi dan aliran
permukaan sekitar 20-30%.
Keuntungan yang diperoleh dengan
menerapkan cara ini adalah :
1. Efisiensi penggunaan air
cukup tinggi;
2. Air pengairan dapat dihemat;
3. Pemberian air dapat
dilakukan secara teratur dan
merata;
4. Dapat memperbaiki aerasi
tanah pada zona perakaran;
terjadinya penambahan
119
unsur-unsur hara dalam
tanah yang mudah diserap
oleh akar tanaman.
Namun demikian, kekurangannya
ada pula, yaitu:
1. Diperlukannya biaya yang
lebih besar bagi pengaturan
air yang intensif dan
penggunaan lebih banyak
tenaga
2. Penekanan terhadap,
pertumbuhan gulma
(tanaman pengg a n g g u )
k u r a n g e f e k t i f .
7.5.3.1. Cara
penyaluran air di
bawah tanah
Sesuai dengan perancangan
lahan/petak pertanaman yang
tidak memerlukan penggenangan
air pada permukaan tanah, maka
dapat dilakukan pemberian air
pengairan dengan cara
mengalirkannya pada parit-parit
pembatas lahan pertanaman
yang keadaannya cukup dalam.
Cara ini hanya dapat dilakukan
dengan baik pada areal
pertanaman yang datar di mana
terdapat lapisan kedap air atau
permukaan air tanah yang relatif
dangkal.
Cara ini dapat pula dilakukan
dengan mengalirkan air pengair-
an pada pipa-pipa besi/paralon
yang dibenamkan di bawah permu-
kaan tanah sekitar lahan-lahan
pertanaman tersebut, hasilnya
sama seperti di atas.
Penggunaan cara ini akan kurang
efektif dan efisien, rumit dan
memerlukan biaya kalau
diterapkan pada lahan-lahan per-
tanaman yang keadaan tanahnya
tidak datar.
7.5.3.2.Cara pemberian air
pengairan dengan pancaran
Sprinkle irrigation system atau cara
pemberian air pengairan dengan
pancaran dilakukan dengan
menggunakan pipa-pipa yang
dipasang atau ditanam, yang
penempatannya dan dengan
tekanan tertentu.
Cara pemberian air pengairan
secara pancaran umumnya
diterapkan pada lahan-lahan per-
tanaman yang dipakai untuk
membudidayakan jenis tanaman
yang bernilai ekonomi tinggi dan
kebutuhan airnya relatif sedikit.
Penggunaan sprinkle irrigation
system memang merupakan
pengairan dengan efisiensi tinggi
serta dapat diterapkan pada daerah-
daerah pertanian dengan
topografi bergelombang, tetapi
dengan menerapkan cara ini harus
diperhatikan pula faktor-faktor
sebagai berikut :
(1) memerlukan biaya yang cukup
tinggi;
(2) memerlukan keahlian dan
perhitungan yang tepat dalam
merancang tata letak;
(3) bagi areal pertanaman yang
berubah-ubah arah dan
kecepatan anginnya, cara
120
pemberian air pengairan
dengan sistem pancaran dapat
dikatakan tidak sesuai dan tidak
efisien.
Sprinkler irrigation system dapat
dilakukan dengan memanfaatkan
:
1.Pipa yang berlubang-lubang
Air pengairan disalurkan ke dalam
pipa dengan tekanan air yang
rendah, maka air akan
terpancarkan melalui luban-
lubang dalam bentuk yang seragam,
tanah dan tanaman bagikan disiram
2.Pipa ber-nozzle
(bersemprotan) tetap atau
berputar:
Air pengairan disalurkan ke dalam
pipa, dengan adanya tekanan air
sedang sampai tinggi, nozzle yang
di bagian mulutnya berlubang-
lubang dengan diameter kecil-kecil
akan menyemprotkan air ke luar.
Penggunaan pipa ber-nozlle yang
berputar akan menghasilkan
semprotan air yang sempurna.
Dalam pengetahuan yang
berkaitan dengan pemberian
pengairan ini tidak lengkap
kiranya kalau tidak dikemukanan
tentang sis tem irigasi
berdasarkan peranan gravitasi.
Dalam hal ini dikenal:
a. Gravity irrigation atau irigasi
gaya berat
Sistem ini menggunakan cara di
mana pemberian/ penyaluran air
pengairan ini sepenuhnya
dengan memperhatikan gaya
berat, misalnya irigasi
permukaan tanah, irigasi di
bawah permukaan tanah, irigasi
secara pancaran bertekanan
rendah dan pemberian air pengairan
(irigasi) melalui pipa yang
berlubang-lubang.
Khusus bagi irigasi secara.
pancaran (sprinkler irrigation) dan
irigasi melalui pipa yang
berlubang-lubang (perforated
pipe irrigation) letak sumber air
pengairan harus lebih tinggi dari
lahan yang akan diairi, dengan
demikian keperluan tenaga
tekanan tercukupi.
b. Non gravity irrigation atau
irigasi non gaya berat
Cara ini dilakukan
pemberian/penyaluran air
pengairan tidak sepenuhnya
tergantung dari gaya berat.
Keperluan tenaga tekanan
diperoleh dari tenaga pompa
yang umumnya digerakkan
dengan Motor, misalnya pada
pemberian/penyaluran air
pengairan secara pancaran
bertekanan sedang sampai tinggi.
7.6. Prinsip -prinsip
dasar dalam pemilihan
sistem Pertanian
Penerapan di lapisan sistem-
sistem pemberian, penyaluran
dan pengahran air pengairan ke
dan dari lahan-lahan pertanaman
sebagai disebutkan di muka
121
tidaklah semudah seperti yang
telah diteorikan, karena
penerapannya di lapangan
terutama sangat tergantung pada
perencanaan rancangan jaringan
pengairan yang dibuat untuk
keperluan tersebut.
Dalam perancangannya selalu
dijumpai kendala-kendala yang
kompleks yang berkaitan dengan
berbagai kondisi alami dan tata
cara penggunaan air pengairan
yang dibuat manusia sendiri,
hambatan/kendala tersebut
antara lain sebagai berikut :
a.Keadaan topografi termasuk
karakteristik lahan dan tanah
setempat.
b.Keperluan penyediaan air yang
dibutuhkan oleh tanamannya.
c . Cara-cara usaha tani, yang
dalam hat ini termasuk
kedalamanakar tanaman,
kebiasaan tumbuh tanaman.
d.Kualitas air pengairan dan
kuantitas tersedianya air
tersebut pada sumber-
sumbernya.
e.Cara pemberian air pengairan
ke petak-petak lahan pertanam-
an.
f. Keadaan iklim setempat, terutama
unsur-unsurnya.
g.Tata cara penggunaan air
pengairan di antara para
pemakai air pengairan tersebut.
7.6.1. Keadaan topografi dan
karakteristik lahan serta tanah
Dalam hal ini yang perlu
diperhatikan ialah tentang arah,
derajat dan keseragaman dari
lereng atau kemiringan tanah atau
yang biasa lebih dikenal sebagai
slope association of land (asosiasi
lereng).
Kemiringan tanah atau tanah
berlereng ini ada bermacam-ma-
cam, ada yang tidak beraturan,
ada yang memanjang dan ada
pula yang seragam beraturan,
yang mengenai hal ini
pemberian air pengairan agar
efektif dan efisien harus
disesuaikan dengan kondisi
kemiringan tanah tersebut, jelasnya
sebagai berikut :
a. Pemberian dan pengaliran air
pada tanah berlereng yang tidak,
beraturan di mana terdapat
selokan-selokan pengairan,
seharus. nya dibuatkan terlebih
dahulualur-alur dengan
mengikuti gad kontur (contour)
dan pengairan disalurkan
melalu: alur-alur tersebut ke
lahan-lahan pertanaman.
Selain dengan cara itu, pada
tanah berlereng yang tidak
beraturan dapat pulp diterapkan
sprinkle irrigation system
(pemberian air pengairan secara
pancaran).
b. Pemberian air pengairan pada
tanah berlereng yang
memanjang serta seragam
beraturan, ternyata akan
lebih efektif dan mudah
pelaksanaannya kalau
122
memanfaatkan alur-alur di atas
dan membuatkan galengan-
galengan (pematang).
Pemberian air pengairan pada lahan
yang datar secara merata adalah
lebih sesuai kalau pemberiannya
dilakukan secara pengenangan
(flooding) seperti pada petak
sawah yang dibata dengan
galengan-galengan (lahan sawah
basah).
7.6.2. Derajat peresapan air ke
dalam tanah
Dalam perancangan sistem
pengairan penting memperhatikan
hatikan derajat meresapnya air
pengairan ke dalam tanah dan
keseragaman peresapannya ke
dalam lapisan-lapisan bawah tanah
(permeabilitas tanah).
- Tanah-tanah pertanaman
yang menurut pengamatan
menyerap air pengairan
sangat lambat/perlahan-
lahan sebaiknya diberi air
pengairan secara
penggenangan (floding)
selama jangka waktu
tertentu, namun demikian
hendaknya jangan
sampai berlebihan sebab
dapat mengakibatkan
hanyutnya bagian
permukaan tanah tersebut.
- Lapisan-lapisan tanah yang
menunjukkan daya
permeabilitasnya rendah,
besar kemungkinan akan
menyebabkan genangan air
yang bersifat merugikan
zona perakaran tanaman
yang mengakibatkan pula
terganggunya
pertumbuhan, karena
itulah maka pengaliran
(drainase) air genangan
tersebutharus dirancang
pula dengan sebaik-baiknya.
- Terutama pada tanah-tanah
berkandungan bahan
lempung lumpur rancangan
pembentukan petak-petak
pertanaman yang memberi
keleluasaan. untuk
pengolahannya harus
diperhatikan benar-benar,
sebab tanah-tanah demikian
biasanya cenderung
menyerap, air pengairan
secara lambat dari lapisan
permukaannya.
Derajat aliran peresapan air
pengairan ke lapisan-lapisan bawah
tanah (sub soil) terutama akan
sangat tergantung pada ukuran
dan penyebaran pori- pori
tanahnya.
Dalam praktek lapangan untuk
mengetahui daya efektif
penyerapan air pengairan pada
tanah dapat diukur dengan
derajat ketebalan pembasahan.
Derajat ketebakan kebasahan
merupakan pernyataan yang
menyatakan berapa besar
pembasahan tanah, yang
seharusnya segera dilakukan
setelah kurun waktu pemberian air
pengairan.
123
7.6.3. Ketebalan water table
Dalam merancang pemberian
pengairan kita harus memperhatikan
ketebalan rumah tangga air lahan-
lahan pertanaman.
Disamping itu juga harus
memperhatikan kuantitas garam
atau unsur-unsur mineral yang
larut dalam air.
Kuantitas garam atau unsur-unsur
mineral tersebut seringkali
merupakan faktor yang
memerlukan pemberian air
pengairan secara lebih banyak
dari pada yang semestinya agar
dapat diperoleh pemberian air
pengairan yang efisien.
Pemberian pengairan secara
ringan hendaknya diperhatikan,
karena pemberian secara
demikian bermanfaat melindungi
naiknya water table tanah
mencapai lapisan zona perakaran
tanaman.
7.6.4. Kemantapan top soil
Dalam perancangan pemberian air
pengairan pada lahan-laha
pertanaman hendaknya diperhatikan
juga mengenai stabilitas tata
kemantapan dari lapisan top soil
(lapisan permukaan tanah, yan
tebalnya hanya sekitar 30-35 cm).
Lapisan permukaan tanah yang,
terdiri dari tanah-tanah dengan
struktur yang mudah pecah dalam
campuran larutan air pengairan/air
curahan hujan, menghendaki
pengolahan secara khusus.
Setiap fase pertumbuhan tanaman
juga menghendaki penanganan
khusus, misalnya tanaman-tanaman
muda yang mulai tumbuh akan
berbeda penanganannya dengan
tanaman yang sudah dewasa.
Jenis tanah yang berbeda juga
menginginkan penanganan
pengairan yang berbeda.
Misalnya untuk tanah yang mudah
lepas pemberian air pengairan
secara bedengan atau larikan, dapat
menghindari pengikisan atau
penghanyutan.
7.6.5. Perbedaan sistem
pertanaman
Perbedaan sistem pemberian air
pengairan (irigasi) hendaknya
diperhatikan dalam perancangan
sistem-sistem pengairan.
Sistem pertanaman yang rapat
harus dibedakan bagi pertanaman
dengan sistem penanaman yang
berjarak tanam renggang, selain
itu tebal lapisan perakaranpun
memerlukan pertimbangan
tersendiri.
Meresapnya air permukaan
pengairan ke dalam tanah
ditentukan oleh kesesuaian dan
kebiasaan sistem perakaran
tanaman.
124
Di Amerika Serikat tentang hal ini
pernah dilakukan penelitian yang
memakan waktu lama (5 tahun), dan
hasilnya menyimpulkan bahwa :
a. Sekitar 80-90% keseluruhan
kebutuhan air pengairan oleh
tanaman diambil dari lapisan-
lapisan tanah sampai keda-
lamannya 3 feet (kaki)
b. Tanaman dengan sistem
perakaran yang dalam masih
dapat mengambil air yang
tersedia sampai kedalaman 5
feet (kaki).
Dengan memanfaatkan kesimpulan
di atas dapat diambil langkah--
langkah bahwa pemberian air
pengairan hendaknya dapat
menjangkau lapisan tanah setebal 3
kaki, dengan demikian sekaligus
menyediakan air pengairan bagi
tanaman-tanaman berakar dangkal.
Tabel 9. Kebutuhan air beberapa jenis tanaman pada setiap fase
fenologi
Kebutuha air (mm)1
Jenis
tan
Pemben
tukan
tunas
Vegetati
f
Pembu
ngaan
Pembentu
kan
buah/umbi
Pematangan
Kentang 70
(25)
160
(35)
220
(40)
150
(30)
50
(10)
Tomat 78
(30)
82
(20)
185
(30)
93
(20)
62
(20)
Tembak
au
16
(10)
96
(30)
132
(30)
160
(40)
96
(30)
Tebu 83
(30)
495
(90)
1190
(180)
132
(30)
100
(30)
Jagung 56
(20)
167
(30)
115
(15)
250
(40)
62
(15)
Kacang
tanah
51
(15)
162
(30)
235
(35)
162
(30)
40
(10)
Kedelai 30
(20)
165
(35)
292
(45)
47
(10)
41
(10)
1Angka dalam kurung dalam hari.
Sumber: Doorenbus et al. (1979) data diolah
125
Setiap jenis tanaman memiliki
kebutuah akan air yang berbeda.
Dibawah ini (Tabel 9) diberikan
contoh kebutuhan air masing masing
jenis tanaman.
Kebiasaan tumbuh tanaman
Tumbuh tanaman tidak sama,
ada yang tegak dan ada pula
terkulai menjangkau permukaan
tanah.
a. Tanaman-tanaman yang
tumbuh tegak, kalaupun tanah
permukaan atau sekitarnya
mengalami pembasahan yang
agak berlebihan tidak begitu
berakibat pada kerusakan
tanamannya.
b. Tanaman-tanaman yang
tumbuhnya terkulai menjangkau
permukaan tanah, jika
permukaan tanah jenuh air akan
menyebabkan kerusakan.
Dengan demikian kebiasaan
tumbuh tanaman perlu pula
diperhatikan. Derasnya aliran air
pengairan sering menyebabkan
pembahasan permukaan secara
berlebihan, dan merusak tanaman.
Oleh karena itu air pengairan yang
deras hendaknya diimbangi dengan
pembuatan pematang-pematang
pada lahan pertanaman, sebagai
penahan derasnya aliran air.
g.Kualitas air pengairan
Kualitas air pengairan meliputi
jumlah kandungan ion yang
berbahaya, ataupun hara yang
berguna bagi tanaman.
Air pengairan harus mengandung
zat-zat hara bagi pertumbuhan
harus dapat menambah tingkat
kesuburan, tanah, air
pengairan harus terbebas dari
bahan- bahan buangan limbah
yang dapat merugikan atau
meracuni tanaman.
Karena demikian pentingnya kualitas
air ini, maka dalam perancangan
pemberian air pengairan pada
lahan-lahan pertanaman, pekerjaan
yang harus didahulukan yaitu
meneliti secara, laboratoris sifat
kimiawi dari kualitas air pengairan
(irigasi), inklusif kandungan mikro-
flora dan mikro-fauna yang
terkandung dalam air.
Air irigasi yang mengandung zat
beracun ini akan menyebabkan
keracunan tidak saja bagi
tanaman tapi juga bagi manusia
yang mengkonsumsinya.
h. Kondisi iklim dan cuaca setempat
Dalam perancangan pemberian air
pengairan pada lahan-lahan
pertanaman, kondisi iklim dan
cuaca setempat tidak boleh
diabaikan, melainkan harus benar-
benar pula diperhitungkan.
Pada daerah-daerah pertanian
yang beriklim basah, sistem
pemberian pengairan akan menjadi
lebih efektif kalau disertai pula
dengan tindakan-tindakan
penyediaan sistem
pengaliran/drainase yang memadai.
Pada daerah-daerah pertanian yang
beriklim kurang basah dimana
berlangsungnya, musim kering
126
yang lebih panjang, perlu
dirancang dan diterapkan sistem
pemberian air pengairan yang
teratur dengan tata cara
pendistribusiannya, yang
terjamin, seperti ialah sistem
Subak di Bali yang memberikan
manfaat yang demikian besar bagi
para petani pemakainya
7.7. Sistem dan Bentuk-
bentuk Jaringan Pengairan
Dari uraian-uraian yang telah
dikemukakan diatas dapat
ditegaskan mengenai prinsip-
prinsip dasar tentang penataan
jaringan pemberi air pengairan
(irigasi) bagi lahan pertanian.
Namun, sebelum itu perlu
diketahui tentang prinsip prinsip
dasar pengairan tersebut. Kita
harus mengetahui terlabih dahulu
manfaat dan keuntungan dari
sistem yang kita gunakan.
Yang dimaksud dengan jaringan
irigasi yaitu prasarana irigasi,
yang pada pokoknya terdiri dari
bangunan dan saluran
pembuangan air beserta
perlengkapannya.
Berdasarkan pengelolaannya
dapat dibedakan antara jaringan
irigasi utama dan jaringan irigasi
sekunder, dan irigasi tertiar.
Jaringan Irigasi Utama
Meliputi bangunan bendung,
saluran-saluran primer dan
sekunder termasuk bangunan-
bangunan utama dan pelengkap
saluran pembawa dan saluran
pembuang. Bangunan ini
merupakan bangunan yang mutlak
diperlukan bagi eksploit, meliputi
bangunan pembendung,
bangunan pembagi dan bangunan
pengukur.
Bangunan bendung berfungsi agar
permukaan air sungai dapat naik
dengan demikian memungkinkan
untuk disalurkan melalui pintu
pemasukan ke saluran pembawa.
Bangunan pembagi berfungsi
agar air pengairan dapat
didistribusikan di sepanjang
saluran pembawa (saluran primer)
ke lahan-lahan pertanaman melalui
saluran sekunder dan saluran
tersier.
Terdiri pula bangunan ukur yang
berfungsi mengukur debit air
yang masuk ke saluran.
Dengan demikian distribusi air
pengairan ke lahan-lahan
pertanaman melalui saluran
sekunder dan saluran tersier
dapat terkontrol dengan baik,
sesuai dengan pola
pendistribusian air pengairan
yang telah dirancang
Jaringan Irigasi Tersier
Merupakan jaringan air pengairan
di petak tersier, mulai air luar dari
bangunan ukur tersier, terdiri dari
saluran tersier dan kuarter
termasuk bangunan pembagi
tersier dan kuarter, ser ta
bangunan pelengkap lainnya yang
127
terdapat di petak.
7.7.1. Prinsip-prinsip Dasar
Penataan Jaringan Pengairan
Berkaitan dengan keterbatasan
kondisi bagi perancang pemberian
air pengairan pada lahan-lahan
pertanian seperti telah
dikemukakan maka prinsip-prinsip
dalam penataan jaringan pemberi air
pengairan (irigasi) dapat
dikemukakan sebagai berikut.
a.Prinsip-prinsip dasar penataan
jaringan
1. Sistem irigasi bagi lahan-
lahan pertanian yang terdiri
dari jaringan irigasi utama
dan jaringan irigasi tersier,
harus berada pada tempat
tertentu pada lahan-lahan
yang letaknya lebih tinggi
dari lahan dari letak lahan
pertanaman.
2. Sistem irigasi harus ditata
sependek atau sesingkat
mungkin dan dengan
demikian dapat tercegah
berkurangnya tekanan
aliran air dan air
pengairannya selama dalam
perjalanan dikarenakan hal-
hal yang tidak terduga dan
dengan pendek/singkatnya
jarak tatanan sistem irigasi
tersebut, maka di samping
sarana-sarana pembagi air
pengairan dapat dibangun
seekommis mungkin juga
daya penyampaiannya dapat
terjamin.
3. Jaringan irigasi utama dan
jaringan irigasi tersier
sebaiknya dibangun sejalan
mengikuti garis kontur atau
mendekati ke arah itu
terutama untuk maksud
memperoleh ketinggian
terjunan aliran air yang
cukup menambah tekanan
aliran air selanjutnya,
sehingga air pengairan dapat
mencapai lahan pertanaman
yang lebih
4. Saluran-saluran tersier harus
mampu mengalirkan air
dengan cukup ke petak-
petak tersier, dalam hal ini
untuk pesawahan harus
mampu melakukan
penggenangan (flooding).
5. Pembangunan tanggul-
tanggul di kedua tepi saluran
tersier ataupun kuarter
sebaiknya tidak terlalu tinggi
agar dengan demikian air
permukaan pada saluran-
saluran dapat mudah
dilimpahkan keareal
pertanaman yang akan diberi
air.
6. Saluran pembuang air
pengairan dari petak-petak
pertanaman yang airnya
telah dimanfaatkan untuk
flooding (penggenangan)
ataupun furrowing
(penyaluran)hendaknya
dibuat sedemikian rupa agar
dapat berfungsi dengan
lancar, karena kalau saluran-
saluran pembuang itu tidak
berfungsi dengan baik atau
pun pembuatannya
128
diabaikan, banyak
kemungkinan terjadinya
kejenuhan pada air di
petak-petak pertanaman.
Disamping itu dapat terjadi
peluapan mengingat
masuknya air secara terus
menerus sedang
pembuangannya sangat
sulit atau tidak ada, lebih-
lebih kalau permeabilitas air
pengairan di lahan-
lahan/petak-petak
pertanaman tersebut
sangat minim. Saluran
pembuang air ini adalah
lebih baik kalau
berhubungan dengan
saluran pembuang yang
alami (sungai, celah-celah
jurang, dan sebagainya)
atau dibuat khusus
tergantung pada keadaan
lahan setempat dan
kepentingannya.
Prinsip fundamental diatas
seharusnya diterapkan pada sistem
jaringan pengairan yang dipilih atau
digunakan.
Dari sekian banyak system jaringan
pengairan system yang sering
digunakan adalah: sistem,
random dan sistem parallel.
- Sistem random jaringan
pengairan. Sistem ini banyak
digunakan karena secara
leluasa dapat disesuaikan
terhadap kondisi lahan yang
dihadapi, dengan hanya
sedikit atau tidak
memerlukan perubahan
keadaan to-pografi.
Rancangan penataannya
yang baik akan
menghasilkan pemberian air
pengairan yang efektif
karena dengan perancangan
dan penataannya yang baik
itu akan mampu menampung
aliran air yang tersedia
secara maksimum yang
dengan ancar melalui
sarana-sarananya akan
sampai ke petak-petak
pertanaman. Saluran induk
(utama) biasanya
mengikuti tempat dengan
elevasi tertinggi yang
berada di punggung lahan
atau disepanjang garis
kontur.
- Sistem paralel jaringan
pengairan Dengan s istem
ini, jaringan pemberi air
pengairan dan jaringan
pengalir/pembuangnya
dibangun secara sejajar
beraturan. Karenany
sistem ini umumnya
diterapkan pada lahan
yang datar dan juga pada
lahan yang berlereng
sedang yang tidak banyak
bergelombang, maka pada
lahan yang terakhir ini
saluran utama (induk) harus
dibuat atau digali dengan
mengikuti garis kontur
(seperti pada jaringan
dengan sistem random
dengan elevansi ketinggian
yang cukup, dengan
demikian pengairan dapat
tergiring dengan
tekanan/dorongan yang
kup lumayan untuk masuk ke
dalam saluran-saluran
sekunder dan tersier dan
129
selanjutnya ke petak-
petak penanaman.
7.7.2.Bendungan
Bendungan merupakan bangunan
air yang dibangun secara
melin.tang pada sungai, yang
tujuannya agar permukaan air
sungai di sekitarnya dapat naik
sampai ketinggian tertentu, dengan
demikian air sungai tadi dapat
dialirkan melalui pintu sadap ke
ke saluran-saluran pembagi air
pengairan ke lahan-lahan
pertanian.
Bendungan harus dibuat secara
kuat agar tetap tahan untuk
jangka waktu panjang/lama,
tinggi tepi tembok bendung
didasarkan pada debit
maksimum untuk jangka
waktu tertentu.
Bagian-bagian bendung
mel iput i :
a. Badan bendung, yang
pembuatannya dari
pasangan-pasangan batu
kali atau dengan beton,
dengan tinggi yang
disesuaikan dengan
kepentingan air irigasi.
b. Pintu penguras : Dibuat di
ujung badan yang ada
bersambung dengan saluran
kantong penguras dibuatkan
pinto masuk.
c. Pintu pengambilan : Dibuat
di ruang penguras yang
diletakkan sekitar 1 meter
atau lebih di atas lantai .
Dalam merancang jaringan
pengairan dan drainasenya, yang
garis besarnya telah
dikemukakan, hasil rancangan
akan ada manfaatnya dan mudah
dan tepat dilaksanakan di lapangan
kalau rancangannya benar-benar
atas dasar hasil survai yang teliti
yang menghasilkan data-data
yang dapat diandalkan mengenai
hal-hal sebagai berikut :
a. Sumber air pengairan yang
memungkinkan termasuk
kualitasnya
b. Topografi dan keadaan lahan
yang memungkinkan dalam
pembangunan
saluran/jaringan, terutama
mengenai keadaan lereng
terkecil dan terbesar di mana
saluran-saluran (induk dan
atau pembagi) akan
ditempatkan pada lahan
tersebut
c. Macam dan kegiatan
petanaman yang akan
diusahakan dengan terjaminnya
air pengairan ke areal
pertanaman itu
d. Demi terjaminnya air
pengairan ke areal
pertanaman tersebut, sistem
jaringan pengairan yang
dipilih adalah yang sangat
memungkinkan untuk
diterapkan
e. Panjang jangkauan aliran air
pengairan yang dapat
diperkirakan sampai ke areal
130
pertanaman dan petak-petak
pertanaman, sejak dari sumber
airnya
f. Pembatas-pembatas yang
terdapat pada lahan di mana
jaringan air pengairan akan
ditempatkan
g. Faktor-faktor yang
menunjang bagi
terlaksananya pembangunan
jaringan pengairan, terutama
yang terdapat di sekitar lahan
yang akan ditempati sarana
jaringan.
Data-data di atas merupakan
informasi yang sangat penting
bagi penentuan dan keberhasilan
rancangan dan pelaksanaannya.
Memperkirakan kebutuhan air
Hal penting yang diperhatikan
adalah bahwa dengan
dibangunnya irigasi yang
menghubungkan sumber air
dengan petak pertanaman,
adalah agar petak-petak
pertanaman memperoleh air
pengairan yang cukup bagi
pertumbuhan tanaman.
Agar supaya maksud di atas
tercapai dengan baik atau
mendekati, maka kebutuhan air
di petak-petak pertanaman ter-
sebut perlu diperkirakan atas
dasar:
a. Tingkat pemakaian:
Tingkat pemakaian adalah
jumlah air keseluruhan yang
ditranspirasikan tanam an dan
yang dievaporasikan oleh
tanah dari areal lahan perta-
naman dalam satuan waktu
dibandingkan terhadap area
lahan yang bersangkutan.
Tingkat pemakaian air
tergantung pada pertanaman
yang ada di area lahan yang
bersangkutan beserta kondisi
iklim setempat.
b. Tingkat efisiensi jaringan
Tingkat efisiensi jaringan ialah
ketepatgunaan jaringan
pengairan yang ada dalam me-
nyampaikan secara teratur air
pengairan ke petak-petak per-
tanaman.
7.8. Sitem Pengaliran
Kelebihan Air
Kondisi curah hujan dan
kemarau sangat mempengaruhi
kondisi lahan yang ada di
Indonesia. Pada musim kemarau
banyak lahan menjadi kering,
karena musim kemarau yang
berlangsung secara
berkepanjangan, sehingga
banyak lahan menjadi kering.
Kondisi ini mengakibatkan tnaha
tidak dapat digunakan untuk
pertanian.
Keterbatasan ini dapat ditanggulangi
dengan melengkapi jaringan
pengairan, baik jaringan masuknya
air maupun jaringan keluarnya.
Dengan demikian pada
daerah/lahan-lahan pertanaman
yang kelebihan air harus diusaha-
kan pembuangan kelebihan
tersebut, yaitu dengan melengkapi
131
jaringan-jaringan pemberi air
pengairan dengan jaringan/saluran
pembuangan air (drainase).
Gambar 42 Penggunaan drainase
untuk mengelola ketersediaan air
tanah tanah
Daerah-daerah lahan yang perlu
mendapatkan drainase:
a. Daerah/lahan-lahan yang
permukaan air tanahnya tinggi
sebagai akibat pemberian air
pengairan yang berlebihan
atau karena rembesan air dari
saluran air pengairan tersebut.
b. Daerah atau lahan-lahan
bercekungan atau rawa-rawa di
mana aliran air terhenti, lahan-
lahan demikian yang tidak sedikit
jumlahnya/ luasnya dapat
diusahakan untuk usaha
pertanian lahan basah setelah
setelah genangan-genangan
airnya dapat dialirkan
c. Dataran rendah yang menjadi
tempat penampungan limpasan
aliran air permukaan dari
daerah/lahan-lahan yang lebih
tinggi di sekitarnya.
d. Daerah di sekitar muara sungai
dan wilayah pantai dimana
karena pengaruh, pasang surut
sering terjadi pembentukan
tanah-tanah timbul, atau tanah
bentukan alami/tanah timbul
tersebut dapat dimanfaatkan
sebagai lahan-lahan
pertanaman yang subur
setelah pengaruh pasang
dapat diatasi dengan
pembangunan pematang-
pematang serta saluran-
saluran pengaliran.
e. Daerah/lahan-lahan sepanjang
tebing sungai yang sering
mengalami peluapan air
132
Gambar 43 Pengaturan Pengairan
Sesuai dengan
Kebutuhan Tanaman
Sistem Drainase
Drainase Permukaan
Drainase permukaan (surface
drainase) yaitu mengalirkan
kelebihan air atau kasarnya
membuang kelebihan air yang
tergenang.
Secara teknis drainase tersebut
dibagi atas:
a. Land forming, yaitu
perataan permukaan tanah
yang meliputi perataan
tanah yang tidak beraturan
atau bergelombang serta
perataan tanah yang
bercekungan;
b. Bedding system yaitu
dengan cara
pembuatan semacam
bedengan yang dibuat
agak luas panjang, yang
di bagian tepinya agak
miring, terutama cara ini
supaya dilakukan pada
lahan yang
berkemiringan (slope)
kurang dari 1,5% dengan
permeabilitas lambat.
Lebar bedengan harus
disesuaikan dengan
keperluan penanaman
jenis tanaman, sifat
drainase, cara pengolahan
tanah dan kemiringan
lahan tersebut, akan tetapi
makin besar derajat
kemiringan lahan maka
bedengan harus dibuat
semakin sempit.
c. Cross slope ditch, yaitu
dengan cara pembuatan
saluran yang memotong
lereng (kemiringan) yang
lebih mennyerupai
pemberntukan teras, yang
kerapkali disebut pula
drainase teras.
d. Random ditch system,
yaitu sistem saluran acak
menghubungkan
beberapa cekungan atau
tempat-tempat yang
mempunya alani
pengaliran airnya buruk
dengan cara membuat
saluran pengalir
dihubungkan dengan
aliran pembuangan
133
e. Paralel ditch system atau
sistem saluran paralel,
yang dengan cara ini
saluran pembuangan
dibuat sejajar dengan jarak
antara nya disesuaikan
dengan kebutuhan.
f. Field ditch system sistem
saluran lapangan
drainase dengan
memperhatikan sisitem
ini pembuatannya
dengan
mengkombinasikan cara-
cara pembuatannya
secara paralel dan acak
g. Interception ditch system
atau sistem saluran
intersepsi, dengan
sistem ini di daerah
aliran. sungai, di daerah
pasang surut (tidal) dan
lahan lahan dimana
berlangsung perembesan
air dari saluran irigasi
dibangun saluran
pencegat atau penangkap
air berlebihan.
Merancang sistem
drainase
Dalam merancang suatu cara
pengaliran air pengairan (drainase)
agar tidak terjadi kelebihan pada
lahan pertanaman, yang perlu
diperhatikan beberapa faktor
yang berpengaruh, yaitu faktor
a. jenis tanah dari lahan yang akan
diberi saluran drainase;
b. kondisi iklim, terutama curah
hujan;
c. kedalaman permukaan air
tanah yang sesuai untuk jenis
tanaman yang dibudidayakan
Dalam hal merancang pengaliran
aliran air pengairan (drainase) yang
perlu dan penting diperhatikan yaitu
faktor-faktor keadaan lahan
sehubungan dengan pemasangan
pipa-pipa bawah permukaan tanah.
Adapun faktor yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. faktor keadaan topografi,
apakah datar, landai, berbukit-
bukit atau lahan berlereng curam;
b. faktor keadaan tanah,
terutama tentang kedalaman
tubuh tanah, luas lahan, sifat
fisik dan sifat kimia tanah;
c. faktor permukaan air tanah,
terutama tentang kedalamannya,
fluktuasi musim penghujan dan
musim kemarau, banyaknya air
pengairan yang diberikan, dan
perkolasi.
d. faktor curah hujan, terutama
tentang keadaan dan sifat aliran
permukaan (run of) sehubungan
dengan curah hujan di mans
e. faktor jenis tanaman yang
dibudidayakan.
134
RANCANGAN DALAM
PELAKSANAAN
Gambar 44 Sketsa lahan
pertanaman dengan saluran
irigasi dan saluran drainase
searah.
Keterangan:
A,B,C,D = Petak pertanaman
1= saluran drainase
2.=Jalan inspeksi
3= saluran irigasi
4= saluran drainase lateral
5=bangunan pembagi
Pada sketsa di atas di antara
saluran irigasi dan saluran dibuat
jalan inspeksi, untuk melancarkan
pengawasan dan pemeliharaan
saluran-saluran tersebut.
Tentang penggalian saluran
secara random , merupakan
penggalian saluran yang dapat
dikatakan tidak teratur, biasanya
diterapkan pada lahan-lahan
pertanaman dengan penurunan
yang cukup dalam dan lebar.
Pada lahan yang merupakan lahan
penurunan yang dangkal sampai
hampir dangkal topografi yang
teratur, penggalian seluruh drainase
biasanya dibuat sejajar antara satu
dengan yang lain, seperti sketsa
dibawah ini
Gambar 45 Sketsa lahan
pertanaman dengan penurunan
pangkal dan topografi teratur
dengan saluran drainase sejajar
Penggalian saluran drainase
permukaan (surface drainase)
seperti dikemukakan diatas kalau
dibandingkan dengan penggalian
lahan dan pemasangan pipa-pipa
saluran pada penerapan sisitem
drainase bawah permukaan.
Drainase bawah permukaan lebih
menguntungkan sebab:
1. lebih mudah dalam
pelaksaan
2. memungkinkan kapasitas
penyaluran air yang lebih
besar
135
3. pengerjaannya dapat
dilakukan dengan tenaga
manusia
Tata letak pipa saluran harus
disesuaikan dengan keadaan
tanahnya ada 4 alternatif:
(1) natural system atau
penataan letak pipa
saluran seta: acak;
(2) herring bone system
atau penataan letak
pipa saluran dengan
mengikuti pola tulang
ikan.
(3) interception system atau
dengan mengikuti pola
intersepsi
(4) gridiron system atau
penataan letak pipa secara
berkisi-kisi.
Gambar 46 Tata letak pipa
saluran
Setelah tata letak pipa saluran
ditentukan, penggalian tanah
harus dilakukan sesuai dengan
kedalaman yang telah dipertim-
bangkan, pada dasar galian
biasanya ditempatkan lapisan pasir,
kemudian ditempatkan lapisan ijuk
secukupnya dan di antara ke dua
lapisan ini baru diletakkan pipa
salurannya, di atas lapisan injuk
ditempatkan lagi lapisan pasir dan
terakhir dilakukan kompaksi
(pengurungan) dengan tanah
yang digali semula.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 47 berikut.
Gambar 47. Sketsa pembuangan
drainase
136
7.9.Ketepatgunaan
pengairan untuk
mencukupi kebutuhan air
pada lahan pertanian
Penggunaan air pengairan dari
sumber-sumber tertentu tidak
semena-mena digunakan
didasarkan atas:
a. Air yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan hidup
yang selalu berkembang
semakin tidak mencukupi.
b. Keterbatasan kemampuan
(teknologi, sarana, dan
financial)untuk memenuhi
kebutuhan air keperluan
sehari-hari yang meningkat
dalam jumlah dan mutu yang
mengikuti pertambahan
penduduk dan peningkatan
taraf hidupnya.
c. Nilai produktivitas air untuk
irigasi secara financial
kurang kompetitif (efisien
ekonomi nisbi rendah)
dibandingkan dengan untuk
keperluan lainnya, terutama
industri, keperluan sehari-
hari dan sebagainya
d. Adanya kecaman yang
semakin meningkat terhadap
pemenuhan tuntutan
kelestarian daya dukung
lingkungan.
Tabel 11dibawah ini merupakan
gambaran keterbatasan
ketersediaan sumberdaya air untuk
pengembangan irigasi sampai tahun
2020. Dari analisa nilai
keseimbangan neraca air tanah
antara kemampuan pasok dan
kebutuhan di 90 satuan wilayah
sungai (SWS) ternyata 25
diantaranya (meliputi 8 propinsi yaitu
daerah khusus ibukota Jakarta,
Jawa barat, Jawa tengah, daerah
Istimewa Jokyakarta, Bali dan Nusa
Tenggara Barat) diperkirakan antara
tahun 1990-2015 sudah mengalami
defisit neraca air (Direktorat Bina
Program Pengairan, Direktorat
jenderal Pengairan departemen
Pekerjaan Umum 1991).
Dengan mengetahui kebutuhan air
tanaman dapat diberi batasan
berapa jumlah air yang dibutuhkan
tanaman untuk pertumbuhan dan
perkembangannya.
Berbagai faktor yang berpengaruh
terhadap kebutuhan dan
ketersediaan air adalah sebagai
berikut
a. Jenis dan sifat tanah, pada
tanah berpasir dibutuhkan
lebih banyak air diandingkan
tanah liat atau lempung
b. Macam dan jenis tanaman,
tanaman padi membutuhkan
lebih banyak air
dibandingkan dengan
tanaman kacangan ataupun
137
padi gogo.
c. Keadaan iklim, teruma cuah
hujan dan suhu harian,
kedua peubah ini merupakan
penentu dari neraca air
tanah.
d. Keadaan topografi berbeda
memberikan penangan yang
berbeda, tanah bertofografi
datar membutuhkan air lebih
kecil dibandingkan yang
tofografi bergelombang atau
berbukit.
e. Luas lahan pertanaman
Tabel 10 Perkiraan potensi air dengan pengembangan irigasi
menurut wilayah, tahun 1990-2020
Perkiraan Potensi Air
1000 ha
Potensi
Pengembangan
Irigasi 1000 Ha
Wilayah
1990 2020 1990 2020
Sumatera 10.938 10.228 4.009 3.972
Jawa 83 62 83 62
Bali dan Nusa
Tenggara
98 90 98 90
Kalimantan 16.506 14.464 3.693 3.693
Sulawesi 1.249 1.228 5.35 5.24
Maluku dan
Irian Jaya
13.813 13.800 2.525 2.524
Indonesia 42.128 41872 10.944 10.865
Sumber: Diolah dari hasil perkiraan TIM JICA-FIDP dalam Makalah
Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen
Pekerjaan Umum (1996).
GLOSARIUM
Analisa hara pupuk : menyatakan berapa jumlah relatif dari N,
P2O5,dan K2O dalam pupuk tersebut
ATP (Adenosine
Triposfat)
: satuan pertukaran energi dalam sel.
Aerasi : Tata udara tanah
Allelopati :
Auksin
: zat tumbuh yang pertama ditemukan yang
bekerja pada proses perpanjangan atau
pembesaran sel.
Bekerjanya pupuk : adalah waktu yang diperlukan sejak saat
pemberian pupuk hingga pupuk tersebut dapat
diserap tanaman
:
Curah hujan :
Daur air : adalah perubahan yang terjadi pada air secara
berulang dalam suatu pola tertentu.
Diferensiasi : proses pertumbuhan tanaman disebut
Derajat peresapan air Angka yang menyatakan derajat meresapnya
air pengairan ke dalam tanah dan kese-
ragaman peresapannya ke dalam lapisan-
lapisan bawah tanah
Derajat
ketebakan
kebasahan
merupakan pernyataan yang menyatakan
berapa besar pembasahan tanah, yang
seharusnya segera dilakukan setelah kurun
waktu pemberian air pengairan.
Difusi : adalah pergerakan molekul atau ion dari
dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah
Embrio : Calon individu baru
Epidermis : Kulit luar organ berupa lapisan lilin yang
mencegah kehilangan air secara berlebihan
Epigeal
: Proses perkecambahan yang hipokotilnya
tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah,
sehingga kotiledon berada diatas tanah
Fotosintesis : Pengubahan bentuk tanaga matahari menjadi
bentuk lain
Fotosisitem I : Molekul klorofil yang menyerap cahaya pada
panjang gelombang 700 nM.
Fotosistem II : Terdiri dari molekul klorofil yang menyerap
B2
cahaya pada panjang gelombang 680nM
Fototropisme : merupakan peristiwa pembengkokan ke arah
cahaya
Flooding (Cara
penggenangan)
adalah cara pemberian air ke lahan pertanian
sehingga menggenangi permukaan tanahnya.
Gen : faktor pembawa sifat menurun yang terdapat
di dalam makhluk hidup
Giberelin : Hormon yang bekerja hanya merangsang
pembelahan sel. Terutama untuk merangsang
pertumbuhan primer
Gravity irrigation
atau irigasi gaya
berat
Sistem ini menggunakan cara di mana
pemberian/ penyaluran air pengairan ini
sepenuhnya dengan memperhatikan gaya
berat
ground water, yaitu air tanah atau jelasnya air permukaan
yang meresap ke dalam tanah dan berkumpul
di bagian lapisan bawah tanah yang kemudian
sedikit demi sedikit akan ke luar melalui mata
air
Habitat : Tempat tinggal makluk hidup
Higroskopisitas
pupuk
: adala sifat mudah tidaknya pupuk bereaksi
dengan uap air.
Hipogeal : Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan
memanjang dari epikotil yang menyebabkan
plumula keluar menembus kulit biji dan muncul
diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam
tanah
Hormon (zat tumbuh) : suatu senyawa organik yang dibuat pada
suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut
ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah
dan menyebabkan suatu dampak fisiologis
Hiposonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan
osmosis lebih rendah daripada larutan lain
Indeks garam : merupakan gambaran perbandingan kenaikan
tekanan osmotik karena penambahan 100 g
pupuk dengan kenaikan tekanan osmotik
karena penambahan 100 g NaNO3
Irigasi Isecara umum didefinisikan sebagai
pemberian air kepada tanah dengan maksud
untuk memasok kelembaban tanah esensial
bagi pertumbuhan tanaman
interflow, yaitu aliran air yang meresap ke lapisan tanah
permukaan dan kemudian mengalir kembali ke
luar dari lapisan tanah permukaan tersebut ke
B3
permukaan tanahnya
Isotonik atau isomosi : Suatu larutan yang mempunyai tekanan
osmosis yang sama dengan larutan lain
Kelarutan pupuk : menyatakan mudah tidaknya suatu pupuk larut
dalam air, dan diserap akar tanaman.
Kekeringan dapat dinyatakan sebagai suatu keadaan
dimana berkurangnya jumlah air disebabkan
oleh menurunnya daya dukung tanah terhadap
ketersediaan air
Kekeringan hidrologi, adalah kekeringan yang berasosiasi dengan
efek periode singkat dari curah hujan
Kekeringan
meteorology
, adalah cekaman kekeringan yang
disebabkan keterbatasan curah hujan yang
berkepanjangan
Kekeringan sosial
ekonomi,
adalah keadaan perubahan sosial ekonomi
masyarakat yang disebabkan oleh
keterbatasan air
Kadar unsur pupuk
Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh
sutatu pupuk
Kemasaman pupuk : Reaksi fisiologis masam dari pupuk yang
diberikan ke tanah
Karbohidrat : Zat gula
Klorofil : Atau biasa disebut zat hijau daun. zat ini
sangat berguna untuk mengubah zat yang
diserapnya menjadi zat-zat makanan
Kloroplas :
Kinin atau sitokinin
: Zat hormone yang bekerja mempercepat
pembelahan sel, membantu pertumbuhan
tunas dan akar, dan dapat menghambat
proses penuaan (senescence).
Kutikula : Lapisan dari lilin yang melindungi permukaan
daun dari teriknya cahaya matahari atau
lingkungan yang kurang menguntungkan
Kualitas air
pengairan
Adalah jumlah kandungan ion yang
berbahaya, ataupun hara yang berguna
bagi tanaman
Kohesi : Gaya tarik menarik Molekul air dengan
molekul air lainnya
Layu permanen : Tanaman yang kekurangan air dan apabila
disiram tidak dapat pulih kembali.
Mesofil : Sel-sel pada bagian daun yang banyak
mengandung kloroplas (lebih kurang
setengah juta kloroplas setiap milimeter
B4
perseginya)
Meiosis : pembelahan sel kelamin
Meristem : Jaringan muda yang senantiasa membelah
(meristematis)
Mitosis : pembelahan dari sel tubuh
Multiselluler : makhluk hidup bersel banyak
:
nilai ekivalen
kemasaman,
: yang artinya berapa jumlah Kg kapur (CaCO3)
yang diperlukan untuk meniadakan
kemasaman yang disebabkan oleh
penggunaan 100 Kg suatu jenis pupuk
Nutrisi : Mineral yang dibutuhkan tanaman
Osmosis : peristiwa bergeraknya pelarut antara dua
larutan yang dibatasi membran semi
permiable dan (selaput permiable diffrensial)
berlangsung dari larutan yang konsentrasinya
tinggi ke konsentrasi rendah
Pertumbuhan : didefinisikan sebagai peristiwa perubahan
biologis yang terjadi pada makhluk hidup
berupa perubahan ukuran yang bersifat
irreversible (tidak berubah kembali ke asal
atau tidak dapat balik)
Pertumbuhan primer : adalah pertumbuhan ukuran panjang pada
bagian batang tumbuhan karena adanya
aktivitas jaringan meristem primer.
Pertumbuhan
sekunder
: adalah pertambahan besar dari organ
tumbuhan karena adanya aktivitas jaringan
meristem sekunder yaitu kambium pada kulit
batang, kambium batang, dan dan akar.
Perkembangan : proses menuju pencapaian kedewasaan atau
tingkat yang lebih sempurna pada makhluk
hidup
Perkecambahan : merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio
:
Phloem : pembuluh tempat transport makanan
Plasmolisis : Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel
:
Potensi air : energi potensial air yang terkandung dalam
tubuh tanaman
Pupuk buatan
Pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat
oleh pabrik dengan kandungan unsur hara
tertentu
Pupuk asam Pupuk dapat menurunkan pH disebut
Pupuk basa Pupuk yang dapat menaikkan pH
B5
Pupuk tunggal : Pupuk yang hanya mengandung satu unsur
Pupuk majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
Reaksi terang : reaksi fotosintesis yang memerlukan cahaya
Reaksi gelap : reaksi fotosintesis yang tidak memerlukan
cahaya
Respirasi : merupakan proses perombakan senyawa
organik menjadi senyawa anorganik dan
menghasilkan energi
Respirasi aerob : suatu proses metabolisme tanaman dengan
menggunakan oksigen yang
Respirasi anaerob : reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan
oksigen
Run off aliran air permukaan
Stomata : Mulut daun
Suhu minimum : Suhu paling rendah dimana organisme masih
dapat melaksanakan metabolismenya
Suhu maksimum : Suhu paling tinggi dimana organisme masing
dapat melaksanakan metabolisme
Suhu optimum : Suhu paling baik untuk kelangsungan
metabolisme pada makhluk hidup
Sugar sink : Tempat penerima gula, tempat gula disimpan
atau dikonsumsi
Supertonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan
osmosis lebih tinggi daripada larutan lain
Sprinkle Irigation air pengairan secara pancaran
Stomata : merupakan celah yang dibatasi oleh dua sel
penjaga
Tumbuhan hijau : Tumbuhan yang mengandung zat hijau daun
(klorifil)
Tekanan turgor. : Tekanan hidrostatik dalam sel disebut
Top dressing Pembeian pupuk melalui disebar di atas
permukaan tanah.
Transpirasi : adalah proses penguapan air melalui stomata
Uniselluler : Organisme ber sel tunggal
Xylem : Merupakan jaringan pengangkutan air
Zigot : Sel hasil penyatuan sel betina (ovum)
dengan sel kelamin jantan



.jpeg)
.jpeg)
.jpeg)