• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label Budidaya tanaman 4. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Budidaya tanaman 4. Tampilkan semua postingan

Budidaya tanaman 4

 




Baik sekali 

2 8-18 Baik 

3 16-26 Kurang Baik 

4 >26 Buruk 

 

Tabel 7  Klasifikasi air irigasi menurut US Salinity Laboratory  

 

 

Kelas air 

DHL 

(Micr/cm) 

Kadar garam 

total (ppm)) 

Na+  

(%) 

Boron 

(ppm) 

 

 

 

 

 

   0 – 1000 

 

1000 3000 

 

      > 3000 

 

 

  0 – 700 

 

700 – 2000 

 

    >   2000 

 

 0 – 60 

 

60– 75 

 

>   75 

 

 

0,0 – 0,5 

 

0,5 – 2,0 

 

    >   2,0 

 

 

 115 

Tabel 8. Klasif ikasi air 

pengairan (ir igasi) 

menurut Scofield  

 

Kls 

air 

DHL 

(Mie

r/c

m) 

Na+ 

(%) 

Cl-

SO4  

(ppm)

Boron 

(ppm) 

Penjelas

an 

1 0-250 0-20 0-4 

0,00-

0,67 

sangat 

baik 

250-

750 20-40 4-7 

0,67-

1,33 baik 

750-

2000 40-60 7-12 

1,33-

2,00 

agak 

baik 

2000-

3000 60-75 

12-

30 

2,00-

2,50 

kurang 

baik 

5 3000 >75 > 30 2,50 

kurang 

sesuai 

SUMBER : Irigasi dan Drainase, 

DEPDIKBtJD,1982 

 

 

 

 

 

Penelitian tentang sifat dan 

kualitas air pengairan, biasanya 

para peneliti mengambil sample air 

sungai, air saluran irigasi, sumur 

ataupun mata air, sekitar 2 liter 

dan kemudian ditaruh pada 

bejana plastik.  

 

 

Baru dilakukan analisis meliputi: 

 

 -  penentuan kation dan anion 

 

-  pH 

 

-  DHL (daya hantar listrik) 

 

- Kandungan lumpurnya. 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7.5.2. Beberapa cara dalam 

pengambilan air pengairan  

 

Dalam pemilihan sumber air 

pengairan (irigasi) agar air dapat 

disalurkan dari sumbernya ke 

daerah-daerah pertanian, maka 

faktor lokasi sumber air dan teknik 

pengambilannya.  

 

Di dalam menentukan lokasi sumber 

harus terpikirkan: 

 

1. Debit yang mantap yang  yang 

diperhitungkan dapat mencukupi 

kepentingan/kebutuhan air 

tanaman 

 

2. Kualitas air yang  cukup baik, 

bagi penunjang pertumbuhan 

dan perkembangan tanaman; 

Tabel 8. Klasif ikasi air pengairan (ir igasi) menurut Scofield  

 

 

Kls 

air 

DHL 

(Mier/cm) 

Na+ 

(%) 

Cl-SO4  

(ppm) 

Boron 

(ppm) 

Penjelasan 

1 0-250 -20 0-4 0,00-0,67 sangat baik 

2 250-750 20-40 4-7 0,67-1,33 baik 

3 750-2000 40-60 7-12 1,33-2,00 agak baik 

4 2000-3000 60-75 12-30 2,00-2,50 kurang baik 

5 3000 >75 > 30 2,50 kurang  

sesuai 

 

SUM ER : Irigasi dan Drainase, DEPDIKBtJD,1982 

 

 116 

3. Lokasi sumber air dekat atau 

tidak seberapa jauh dari areal 

pertanian yang 

membutuhkannya serta mudah 

dalam pengambilannya. 

 

Di dalam teknik pengambilan dan 

penyalurannya dapat menggunakan 

teknik pembuatan clan (bendungan), 

penggunaan alat-alat yang 

sederhana, atau  penggunaan 

pompa air. 

 

1. Pembuatan dam (bendungan). 

 

Dam atau bendungan dibuat dengan 

maksud agar air sungai yang 

terbendung itu dapat dinaikkan air 

permukaannya dengan demikian 

pengambilan atau penyalurannya 

ke areal pertanian akan lebih 

mudah. Biasanya untuk kepentingan 

air ini permukaan yang terbendung 

dihubungkan dengan parit-parit 

atau saluran yang dirancang dan 

dibuat menyebar ke lahan-lahan 

pertanaman. 

 

2. Penggunaan alat-alat yang 

sederhana 

 

Di beberapa daerah tertentu di 

Jawa dalam usaha mengairi 

lahan pertaniannya, para petani 

menggali sumur-sumur dan dengan 

menggunakan timba air diambil 

dan digunakan untuk mengairi 

pertanamannya.  

 

Apabila lahan-lahan pertaniannya 

berbatasan dengan saluran atau 

jaringan irigasi, tetapi letak lahan 

pertaniannya sedikit lebih tinggi 

dari permukaan air pada 

saluran/jaringan, para petani 

menggunakan bor untuk 

mengalirkan air ke areal  

pertanamannya. 

 

3. Penggunaan pompa air (water 

pump) 

 

Usaha pengambilan atau penyaluran 

air pengairan dapat dilakukan pula 

dengan membuat sumur pom pa 

atau pemompaan air sungai yang 

letaknya atau permukaan airnya , 

sedikit lebih rendah dari 

kedudukan lahan pertanian. Pom-

pa yang sering digunakan untuk 

kepentingan pertanian yaitu : 

Centrifugal water pump (pompa 

pusingan) dan Propeller water-

pump (pompa baling-baling), 

digerakkan oleh motor disel. 

 

Pemberian air pengairan dengan 

cara-cara tersebut di atas dapat 

diambil dari sumber airnya yang 

kemudian disalurkan ke lahan 

pertanian. Usaha demikian 

tampaknya mudah, akan tetapi 

dalam praktek nya sering 

menimbulkan kesulitan dan 

masalah.  

 

Keterbatasan curah hujan (pada 

musim kering) akan 

mengakibatkan air pengairan pada 

lahan pertanaman petani lain dan 

keterbatasan jumlah air ini 

menghambat pengaliran air  ke 

areal lainnya.  

                                          

Hambatan tersebut dapat juga 

disebabkan oleh berbagai kondisi 

alami dan aturan-aturan yang 

dibuat manusia sendiri.  

 

 

 

 

 117 

7.5.3. Beberapa cara 

pemberian air pengairan  

 

Pemberian air irigasi pada lahan 

pertanian dapat dilakukan 

dengan beberapa cara dan 

disesuaikan dengan:  

 

1. Perancangan lahan-lahan 

pertanian 

 

2. Kebutuhan tanaman untuk  

pertumbuhan dan 

perkembangannya.  

 

Pemberian air pengairan pada 

permukaan tanah tujuannya adalah 

melakukan pembasahan di sekitar 

lapisan olah tanah (top soil).   

 

Dengan dilakukannya pengairan ini 

selain memudahkan pengolahan 

tanah, juga menambahkan unsur- 

hara yang terkandung dalam air 

irigasi ke dalam tanah serta 

memudahkan akar-akar tanaman 

untuk dapat 

mengambil/menyerapnya. 

  

Cara pemberian air pengairan pada 

permukaan tanah dapat dibedakan 

menjadi:   

 

7.5.3.1.Cara penggenangan 

(flooding)  

 

Cara penggenangan adalah cara 

pemberian air ke lahan pertanian 

sehingga menggenangi permukaan 

tanahnya.  

 

Cara penggenangan ini dapat 

dikelompokka  atas:  

 

1. Penggenangan secara bebas 

 

2. Penggenangan secara terbatas, 

seperti pada petak-petak 

pertanaman yang dibatasi 

dengan galengan-galengan, 

contohnya pada petak-petak 

persawahan.  

 

7.5.3.2.  Cara penyaluran air di 

antara bedengan  

 

Kalau lahan pertanaman dirancang 

secara bedengan (lebar bedengan 

biasanya antara 1,5 m sampai 2 m) 

yang pada batas tiap bedengan 

dibuatkan parit kecil yang sangat 

dangkal, maka air pengairan dapat 

disalurkan ke dalamnya. 

 

Dengan cara demikian penggunaan 

air pengairan dapat dikurangi, 

karena tidak seluruh permukaan 

tanah harus diairi seperti halnya 

pada cara penggenangan. 

 

7.5.3.3.Cara penyaluran air di 

antara larikan/baris tanaman 

 

Larikan bentuknya hampir sama 

dengan bedengan, bedanya 

adalah dalam hal lebarnya, lebar  

larikan hanya sekitar 0,5 m dan 

tiap larikan hanya dapat 

ditumbuhi satu barisan/sederetan 

tanaman, sedangkan satu 

bedengan dapat , ditumbuhi 4 

atau 5 barisan/deretan tanaman.  

 

Air pengairan dialirkan pada 

alur-alur kecil yang membatasi 

tiap larikan.   

 

Cara 7.5.3.1 dan 7.5.3.3. banyak 

dilakukan bagi lahan-lahan 

pertanaman  padi. 

 

 118 

Akan tetapi untuk  pertanaman 

tembakau, bawang merah atau 

putih, kacang-kacangan,  sayur-

sayuran, tebu dan sebagainya cara 

pengairan 7.5.3.2 .  lebih efisien 

digunakan.  

 

Cara penggenangan air pada 

petak-petak persawahan dilakukan 

pula dengan cara yang berbeda, 

yaitu:  

 

a. Penggenangan secara terus-

menerus, tetapi  bersikulasi  

 

Cara ini dilakukan dengan 

melakukan penggenangan secara 

terus menerus. Akan tetapi airnya 

terus mengalir, air yang  lama ke 

luar petak diganti dengan aliran 

baru.  

 

Cara ini  biasanya dilakukan pada 

daerah persawahan dengan 

persediaan air pengairan yang 

mencukupi.  Dengan cara ini 

biasanya tanaman lebih terjamin 

kebutuhan air nya. 

 

Namur demikian ada 

kekurangannya:  

 

1) Efisiensi pengairan rendah  

karena banyak   nya air 

yang terbuang melalui aliran 

permukaan 

 

2) Sebagian unsur-unsur hara 

yang terkandung dalam air 

pengairan akan teralirkan  

terus tanpa dimanfaatkan 

oleh tanaman. 

 

 

 

  

b. Penggenangan secara terus 

menerus dan keadaan airnya 

tidak  mengalir.  

 

Cara ini dapat dilakukan pada 

daerah-daerah persawahan yang 

persediaan air pengairannya tidak 

banyak dan di perkirakan tidak bakal 

mencukupi kalau aliran air 

permukaan  berlangsung terus. 

 

c. Pemberian air pengairan 

secara terputus -putus . 

 

Pengertian ini dalam interval 

tertentu selama beberapa  hari 

dilakukan 

penyaluran/penggenangan 

kemudian berhenti dan berulang 

lagi begitu seterusnya selama 

musim pertanaman.   

 

Biasanya cara demikian 

dilakukan dengan maksud 

memperbaiki aerasi tanah dan 

menghemat pendayagunaan air 

pengairan, efisiensi penggunaan 

air yang cukup tinggi, kehilangan 

air melalui perkolasi dan aliran 

permukaan sekitar 20-30%. 

 

Keuntungan yang diperoleh dengan 

menerapkan cara ini adalah :  

 

1. Efisiensi penggunaan air 

cukup tinggi; 

 

2. Air pengairan dapat dihemat; 

 

3. Pemberian air dapat 

dilakukan secara teratur dan 

merata; 

 

4. Dapat memperbaiki aerasi 

tanah pada zona perakaran; 

terjadinya penambahan 

 119 

unsur-unsur hara dalam 

tanah yang mudah diserap 

oleh akar tanaman.  

 

Namun demikian, kekurangannya 

ada pula, yaitu: 

 

1. Diperlukannya biaya yang 

lebih besar bagi pengaturan 

air yang intensif dan  

penggunaan lebih banyak 

tenaga 

 

2. Penekanan terhadap,  

pertumbuhan gulma 

(tanaman pengg a n g g u )  

k u r a n g  e f e k t i f .   

 

7.5.3.1. Cara 

penyaluran air di 

bawah tanah  

 

Sesuai dengan perancangan 

lahan/petak pertanaman yang 

tidak memerlukan penggenangan 

air pada permukaan tanah, maka 

dapat dilakukan pemberian air 

pengairan dengan cara 

mengalirkannya pada parit-parit 

pembatas lahan pertanaman 

yang keadaannya cukup dalam.  

 

Cara ini hanya dapat dilakukan 

dengan baik pada areal 

pertanaman yang datar di mana  

terdapat lapisan kedap air  atau 

permukaan air tanah yang relatif 

dangkal.  

 

Cara ini dapat pula dilakukan 

dengan mengalirkan air pengair-

an pada pipa-pipa besi/paralon 

yang dibenamkan di bawah permu-

kaan tanah sekitar lahan-lahan 

pertanaman tersebut, hasilnya 

sama seperti di atas. 

 

Penggunaan cara ini akan kurang 

efektif dan efisien, rumit dan 

memerlukan biaya kalau 

diterapkan pada lahan-lahan per-

tanaman yang keadaan tanahnya 

tidak datar. 

 

7.5.3.2.Cara pemberian air 

pengairan dengan pancaran 

 

Sprinkle irrigation system atau cara 

pemberian air pengairan dengan 

pancaran dilakukan dengan 

menggunakan pipa-pipa yang 

dipasang atau ditanam, yang 

penempatannya dan dengan 

tekanan tertentu. 

 

Cara pemberian air pengairan 

secara pancaran umumnya 

diterapkan pada lahan-lahan per-

tanaman yang dipakai untuk 

membudidayakan jenis tanaman 

yang bernilai ekonomi tinggi dan 

kebutuhan airnya relatif sedikit. 

Penggunaan sprinkle irrigation 

system  memang merupakan 

pengairan dengan efisiensi tinggi 

serta dapat diterapkan pada daerah-

daerah pertanian dengan 

topografi bergelombang, tetapi 

dengan  menerapkan cara ini harus 

diperhatikan pula faktor-faktor 

sebagai berikut : 

 

(1) memerlukan biaya yang cukup 

tinggi; 

 

(2) memerlukan keahlian dan  

perhitungan yang tepat dalam 

merancang tata letak; 

 

(3) bagi areal pertanaman yang 

berubah-ubah arah dan 

kecepatan  anginnya, cara 

 120 

pemberian air pengairan 

dengan sistem pancaran dapat 

dikatakan tidak sesuai dan tidak 

efisien. 

 

Sprinkler irrigation system dapat 

dilakukan dengan memanfaatkan 

 

1.Pipa yang berlubang-lubang 

 

Air pengairan disalurkan ke dalam 

pipa  dengan tekanan air yang 

rendah, maka air akan 

terpancarkan melalui luban-

lubang dalam bentuk yang seragam, 

tanah dan tanaman bagikan disiram  

 

2.Pipa ber-nozzle 

(bersemprotan) tetap atau 

berputar:  

 

Air pengairan disalurkan ke dalam 

pipa, dengan adanya  tekanan air 

sedang sampai tinggi, nozzle yang 

di bagian mulutnya berlubang-

lubang dengan diameter kecil-kecil 

akan menyemprotkan  air ke luar. 

Penggunaan pipa ber-nozlle yang  

berputar akan menghasilkan 

semprotan air yang sempurna.   

 

Dalam pengetahuan yang 

berkaitan dengan pemberian 

pengairan ini tidak lengkap 

kiranya kalau tidak dikemukanan 

tentang sis tem irigasi 

berdasarkan peranan gravitasi. 

Dalam  hal ini dikenal:  

 

a. Gravity irrigation atau irigasi 

gaya berat 

 

Sistem ini menggunakan cara di 

mana pemberian/ penyaluran air 

pengairan ini sepenuhnya 

dengan memperhatikan gaya 

berat, misalnya irigasi 

permukaan tanah, irigasi di 

bawah permukaan tanah, irigasi 

secara pancaran bertekanan 

rendah dan pemberian air pengairan 

(irigasi) melalui pipa yang 

berlubang-lubang.  

 

Khusus bagi irigasi secara. 

pancaran (sprinkler irrigation) dan 

irigasi melalui pipa yang 

berlubang-lubang (perforated 

pipe irrigation) letak sumber air 

pengairan harus lebih tinggi dari 

lahan yang akan diairi, dengan 

demikian keperluan tenaga 

tekanan tercukupi. 

 

b. Non gravity irrigation atau 

irigasi non gaya berat 

 

Cara ini dilakukan 

pemberian/penyaluran air 

pengairan tidak sepenuhnya 

tergantung dari gaya berat.  

 

Keperluan tenaga tekanan 

diperoleh dari tenaga pompa 

yang umumnya digerakkan 

dengan Motor, misalnya pada 

pemberian/penyaluran air 

pengairan secara pancaran 

bertekanan sedang sampai tinggi. 

 

 

7.6. Prinsip -prinsip 

dasar dalam pemilihan 

sistem Pertanian 

 

Penerapan di lapisan sistem-

sistem pemberian, penyaluran 

dan pengahran air pengairan ke 

dan dari lahan-lahan pertanaman 

sebagai disebutkan di muka 

 121 

tidaklah semudah seperti yang 

telah diteorikan, karena 

penerapannya di lapangan 

terutama sangat tergantung pada 

perencanaan rancangan jaringan 

pengairan yang dibuat untuk 

keperluan tersebut.  

 

Dalam perancangannya selalu 

dijumpai kendala-kendala yang 

kompleks yang berkaitan dengan 

berbagai kondisi alami dan tata 

cara penggunaan air pengairan 

yang dibuat manusia sendiri, 

hambatan/kendala tersebut 

antara lain sebagai berikut : 

 

a.Keadaan topografi termasuk 

karakteristik lahan dan tanah 

setempat. 

 

b.Keperluan penyediaan air yang 

dibutuhkan oleh tanamannya.  

 

c . Cara-cara usaha tani, yang 

dalam hat ini termasuk 

kedalamanakar tanaman, 

kebiasaan tumbuh tanaman. 

 

d.Kualitas air pengairan dan 

kuantitas tersedianya air 

tersebut pada sumber-

sumbernya. 

 

e.Cara pemberian air pengairan 

ke petak-petak lahan pertanam-

an. 

f. Keadaan iklim setempat, terutama 

unsur-unsurnya. 

 

g.Tata cara penggunaan air 

pengairan di antara para 

pemakai air pengairan tersebut. 

 

 

 

7.6.1. Keadaan topografi dan 

karakteristik lahan serta tanah 

 

Dalam hal ini yang perlu 

diperhatikan ialah tentang arah, 

derajat dan keseragaman dari 

lereng atau kemiringan tanah atau 

yang biasa lebih dikenal sebagai 

slope association of land (asosiasi 

lereng). 

 

Kemiringan tanah atau tanah 

berlereng ini ada bermacam-ma-

cam, ada yang tidak beraturan, 

ada yang memanjang dan ada 

pula yang seragam beraturan, 

yang mengenai hal ini 

pemberian air pengairan agar 

efektif dan efisien harus 

disesuaikan dengan kondisi 

kemiringan tanah tersebut, jelasnya 

sebagai berikut : 

 

a. Pemberian dan pengaliran air 

pada tanah berlereng yang tidak, 

beraturan di mana terdapat 

selokan-selokan pengairan, 

seharus. nya dibuatkan terlebih 

dahulualur-alur dengan 

mengikuti gad kontur (contour) 

dan  pengairan disalurkan 

melalu: alur-alur tersebut ke 

lahan-lahan pertanaman. 

Selain dengan cara itu, pada 

tanah berlereng yang tidak 

beraturan dapat pulp diterapkan 

sprinkle irrigation system 

(pemberian air pengairan secara 

pancaran). 

 

b. Pemberian air pengairan pada 

tanah berlereng yang 

memanjang serta seragam 

beraturan, ternyata akan 

lebih efektif dan mudah 

pelaksanaannya kalau 

 122 

memanfaatkan alur-alur di atas 

dan membuatkan galengan-

galengan (pematang). 

 

Pemberian air pengairan pada lahan 

yang datar secara merata adalah 

lebih sesuai kalau pemberiannya 

dilakukan secara pengenangan 

(flooding) seperti pada petak 

sawah yang dibata dengan 

galengan-galengan (lahan sawah 

basah). 

 

7.6.2. Derajat peresapan air ke 

dalam tanah 

 

Dalam perancangan sistem 

pengairan penting memperhatikan 

hatikan derajat meresapnya air 

pengairan ke dalam tanah dan 

keseragaman peresapannya ke 

dalam lapisan-lapisan bawah tanah 

(permeabilitas tanah). 

 

- Tanah-tanah pertanaman 

yang menurut pengamatan 

menyerap air pengairan 

sangat lambat/perlahan-

lahan sebaiknya diberi air 

pengairan secara 

penggenangan (floding) 

selama jangka waktu 

tertentu, namun demikian 

hendaknya jangan 

sampai berlebihan sebab 

dapat mengakibatkan 

hanyutnya bagian 

permukaan tanah tersebut. 

 

- Lapisan-lapisan tanah yang 

menunjukkan daya 

permeabilitasnya rendah, 

besar kemungkinan akan 

menyebabkan genangan air 

yang bersifat merugikan 

zona perakaran tanaman 

yang mengakibatkan pula 

terganggunya 

pertumbuhan, karena  

itulah maka pengaliran 

(drainase) air genangan 

tersebutharus dirancang 

pula dengan sebaik-baiknya. 

 

- Terutama pada tanah-tanah 

berkandungan bahan 

lempung lumpur rancangan 

pembentukan petak-petak 

pertanaman yang memberi 

keleluasaan. untuk 

pengolahannya harus 

diperhatikan benar-benar, 

sebab tanah-tanah demikian 

biasanya cenderung 

menyerap, air pengairan 

secara lambat dari lapisan 

permukaannya. 

 

Derajat aliran peresapan air 

pengairan ke lapisan-lapisan bawah 

tanah (sub soil) terutama akan 

sangat tergantung pada ukuran 

dan penyebaran pori- pori 

tanahnya.  

 

Dalam praktek lapangan untuk 

mengetahui daya efektif 

penyerapan air pengairan pada 

tanah  dapat diukur dengan 

derajat ketebalan pembasahan.  

 

Derajat ketebakan kebasahan 

merupakan pernyataan yang 

menyatakan berapa besar 

pembasahan tanah, yang 

seharusnya segera dilakukan 

setelah kurun waktu pemberian air 

pengairan.  

 

 

 

 

 123 

7.6.3. Ketebalan water table 

 

Dalam merancang pemberian 

pengairan kita harus memperhatikan 

ketebalan rumah tangga air lahan-

lahan pertanaman. 

 

Disamping itu juga  harus 

memperhatikan kuantitas garam 

atau unsur-unsur mineral yang 

larut dalam air.  

 

Kuantitas garam atau unsur-unsur 

mineral tersebut seringkali 

merupakan faktor yang 

memerlukan pemberian air 

pengairan secara lebih banyak 

dari pada yang semestinya agar 

dapat diperoleh pemberian air 

pengairan yang efisien.   

 

Pemberian  pengairan secara 

ringan hendaknya diperhatikan, 

karena pemberian secara 

demikian bermanfaat melindungi 

naiknya water table tanah  

mencapai lapisan zona perakaran 

tanaman. 

 

7.6.4.  Kemantapan top soil 

 

Dalam perancangan pemberian air 

pengairan pada lahan-laha 

pertanaman hendaknya diperhatikan 

juga mengenai stabilitas tata 

kemantapan dari lapisan top soil 

(lapisan permukaan tanah, yan 

tebalnya hanya sekitar 30-35 cm).  

 

 

Lapisan permukaan tanah yang, 

terdiri dari tanah-tanah dengan 

struktur yang mudah pecah dalam 

campuran larutan air pengairan/air 

curahan hujan, menghendaki 

pengolahan secara khusus. 

Setiap fase pertumbuhan tanaman 

juga menghendaki penanganan 

khusus, misalnya tanaman-tanaman 

muda yang mulai tumbuh akan 

berbeda penanganannya dengan 

tanaman yang sudah dewasa. 

 

Jenis tanah yang berbeda juga 

menginginkan penanganan 

pengairan yang berbeda. 

Misalnya untuk tanah yang mudah 

lepas  pemberian air pengairan 

secara bedengan atau larikan, dapat 

menghindari pengikisan atau 

penghanyutan. 

 

 

7.6.5. Perbedaan sistem 

pertanaman 

 

Perbedaan sistem pemberian air 

pengairan (irigasi) hendaknya  

diperhatikan dalam perancangan 

sistem-sistem pengairan.  

 

Sistem pertanaman yang rapat 

harus dibedakan bagi pertanaman 

dengan sistem penanaman yang 

berjarak tanam renggang, selain 

itu tebal lapisan perakaranpun 

memerlukan pertimbangan 

tersendiri.  

 

Meresapnya air permukaan 

pengairan ke dalam tanah 

ditentukan oleh kesesuaian dan 

kebiasaan sistem perakaran 

tanaman.  

 

 

 

 

 

 

 

 

 124 

Di Amerika Serikat tentang hal ini 

pernah dilakukan penelitian yang 

memakan waktu lama (5 tahun), dan 

hasilnya menyimpulkan bahwa : 

 

a. Sekitar 80-90%  keseluruhan 

kebutuhan air pengairan oleh 

tanaman diambil dari lapisan-

lapisan tanah sampai keda-

lamannya 3 feet (kaki) 

b. Tanaman dengan sistem 

perakaran yang dalam masih 

dapat mengambil air yang 

tersedia sampai kedalaman 5 

feet (kaki).  

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dengan memanfaatkan kesimpulan 

di atas dapat diambil langkah--

langkah bahwa pemberian air 

pengairan hendaknya dapat 

menjangkau lapisan tanah setebal 3 

kaki, dengan demikian sekaligus 

menyediakan air pengairan bagi 

tanaman-tanaman berakar dangkal.   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 9. Kebutuhan air beberapa jenis tanaman pada setiap fase 

fenologi 

Kebutuha air (mm)1 

Jenis 

tan 

Pemben 

tukan 

tunas 

Vegetati

Pembu 

ngaan 

Pembentu 

kan 

buah/umbi 

Pematangan 

Kentang 70 

(25) 

160  

(35) 

220 

(40) 

150 

(30) 

50 

(10) 

Tomat 78  

(30) 

82 

(20) 

185 

(30) 

93 

(20) 

62 

(20) 

Tembak

au 

16 

(10) 

96 

(30) 

132 

(30) 

160 

(40) 

96 

(30) 

Tebu 83 

(30) 

495 

(90) 

1190 

(180) 

132 

(30) 

100 

(30) 

Jagung 56 

(20) 

167 

(30) 

115 

(15) 

250 

(40) 

62 

(15) 

Kacang 

tanah 

51  

(15) 

162 

(30) 

235 

(35) 

162  

(30) 

40 

(10) 

Kedelai 30  

(20) 

165 

(35) 

292 

(45) 

47 

(10) 

41 

(10) 

1Angka dalam kurung dalam hari. 

Sumber: Doorenbus et al. (1979) data diolah  

 

 125 

Setiap jenis tanaman memiliki 

kebutuah akan air yang berbeda. 

Dibawah ini (Tabel 9) diberikan 

contoh kebutuhan air masing masing 

jenis tanaman. 

 

Kebiasaan tumbuh tanaman 

Tumbuh tanaman tidak sama, 

ada yang tegak dan ada pula 

terkulai menjangkau permukaan 

tanah.  

 

a. Tanaman-tanaman yang 

tumbuh tegak, kalaupun tanah  

permukaan atau sekitarnya 

mengalami pembasahan yang 

agak berlebihan tidak begitu 

berakibat pada kerusakan 

tanamannya.  

 

b. Tanaman-tanaman yang 

tumbuhnya terkulai menjangkau 

permukaan tanah, jika 

permukaan tanah jenuh air akan 

menyebabkan kerusakan.   

 

Dengan  demikian kebiasaan 

tumbuh tanaman perlu pula 

diperhatikan. Derasnya aliran air 

pengairan sering menyebabkan 

pembahasan   permukaan secara 

berlebihan, dan merusak tanaman.  

 

Oleh karena itu air pengairan yang 

deras hendaknya diimbangi dengan 

pembuatan pematang-pematang 

pada lahan pertanaman, sebagai 

penahan derasnya aliran air. 

 

g.Kualitas air pengairan 

 

Kualitas air pengairan meliputi 

jumlah kandungan ion yang 

berbahaya, ataupun hara yang 

berguna bagi tanaman. 

 

Air pengairan harus mengandung 

zat-zat hara bagi pertumbuhan 

harus dapat menambah tingkat 

kesuburan, tanah, air 

pengairan harus terbebas dari 

bahan- bahan buangan limbah 

yang dapat merugikan atau 

meracuni tanaman.  

 

Karena demikian pentingnya kualitas 

air ini, maka dalam perancangan 

pemberian air pengairan pada 

lahan-lahan pertanaman, pekerjaan 

yang harus didahulukan yaitu 

meneliti secara, laboratoris sifat 

kimiawi dari kualitas air pengairan 

(irigasi), inklusif kandungan mikro-

flora dan mikro-fauna yang 

terkandung dalam air.  

 

Air irigasi yang mengandung zat 

beracun ini akan menyebabkan 

keracunan tidak saja bagi 

tanaman tapi juga bagi manusia 

yang mengkonsumsinya. 

 

h. Kondisi iklim dan cuaca setempat 

 

Dalam perancangan pemberian air 

pengairan pada lahan-lahan 

pertanaman, kondisi iklim dan 

cuaca setempat tidak boleh 

diabaikan, melainkan harus benar-

benar pula diperhitungkan.  

 

Pada daerah-daerah pertanian 

yang beriklim basah, sistem 

pemberian pengairan akan menjadi 

lebih efektif kalau disertai pula 

dengan  tindakan-tindakan 

penyediaan sistem 

pengaliran/drainase yang  memadai. 

 

Pada daerah-daerah pertanian yang 

beriklim kurang basah dimana 

berlangsungnya, musim kering 

 126 

yang lebih panjang, perlu 

dirancang  dan diterapkan sistem 

pemberian air pengairan yang 

teratur dengan tata cara 

pendistribusiannya, yang 

terjamin, seperti ialah sistem 

Subak di Bali yang memberikan 

manfaat yang demikian  besar bagi 

para petani pemakainya 

 

7.7. Sistem dan Bentuk-

bentuk Jaringan Pengairan 

 

 

 

Dari uraian-uraian yang telah 

dikemukakan diatas dapat 

ditegaskan mengenai prinsip-

prinsip dasar tentang penataan 

jaringan pemberi air pengairan 

(irigasi) bagi lahan pertanian.  

 

Namun, sebelum itu perlu 

diketahui tentang prinsip prinsip 

dasar pengairan tersebut. Kita 

harus mengetahui terlabih dahulu 

manfaat dan keuntungan dari 

sistem yang kita gunakan.  

 

Yang dimaksud dengan jaringan 

irigasi yaitu prasarana irigasi, 

yang pada pokoknya terdiri dari 

bangunan dan saluran 

pembuangan air beserta 

perlengkapannya.  

 

Berdasarkan pengelolaannya 

dapat dibedakan antara jaringan 

irigasi utama dan jaringan irigasi 

sekunder, dan irigasi tertiar. 

 

 

Jaringan Irigasi Utama 

Meliputi bangunan bendung, 

saluran-saluran primer dan 

sekunder termasuk bangunan-

bangunan utama dan pelengkap  

saluran pembawa dan saluran 

pembuang. Bangunan ini 

merupakan bangunan yang mutlak 

diperlukan bagi eksploit, meliputi  

bangunan pembendung, 

bangunan pembagi dan bangunan 

pengukur.  

Bangunan bendung berfungsi agar 

permukaan air sungai dapat  naik 

dengan demikian memungkinkan 

untuk disalurkan melalui pintu 

pemasukan ke saluran pembawa.  

 

Bangunan pembagi berfungsi 

agar air pengairan dapat 

didistribusikan di sepanjang 

saluran pembawa (saluran primer) 

ke lahan-lahan pertanaman melalui 

saluran sekunder dan saluran 

tersier.  

 

Terdiri  pula bangunan ukur yang 

berfungsi mengukur debit air 

yang masuk ke saluran.  

Dengan demikian distribusi air 

pengairan ke lahan-lahan 

pertanaman melalui saluran 

sekunder dan saluran tersier 

dapat terkontrol dengan  baik, 

sesuai dengan pola 

pendistribusian air pengairan 

yang  telah dirancang 

Jaringan Irigasi Tersier  

 

Merupakan jaringan air pengairan 

di petak tersier, mulai air luar dari 

bangunan ukur tersier, terdiri dari 

saluran tersier dan kuarter 

termasuk bangunan pembagi 

tersier dan kuarter, ser ta 

bangunan pelengkap lainnya yang 

 127 

terdapat di petak.   

 

 

7.7.1. Prinsip-prinsip Dasar 

Penataan Jaringan Pengairan  

Berkaitan dengan keterbatasan 

kondisi bagi perancang pemberian 

air pengairan pada lahan-lahan 

pertanian seperti telah  

dikemukakan  maka prinsip-prinsip 

dalam penataan jaringan pemberi air 

pengairan (irigasi) dapat 

dikemukakan sebagai berikut. 

 

a.Prinsip-prinsip dasar penataan 

jaringan  

 

1. Sistem irigasi bagi lahan-

lahan pertanian yang terdiri 

dari jaringan irigasi utama 

dan jaringan irigasi tersier, 

harus berada pada tempat 

tertentu pada lahan-lahan 

yang letaknya lebih tinggi 

dari lahan dari letak lahan 

pertanaman. 

 

2. Sistem irigasi harus ditata 

sependek atau sesingkat 

mungkin dan dengan 

demikian dapat tercegah 

berkurangnya tekanan 

aliran air dan air 

pengairannya selama dalam 

perjalanan dikarenakan hal-

hal yang tidak terduga dan 

dengan pendek/singkatnya 

jarak tatanan sistem irigasi 

tersebut, maka di samping 

sarana-sarana pembagi air 

pengairan dapat dibangun 

seekommis mungkin juga 

daya penyampaiannya dapat 

terjamin.  

3. Jaringan irigasi utama dan 

jaringan irigasi tersier 

sebaiknya dibangun sejalan 

mengikuti garis kontur atau 

mendekati ke arah  itu 

terutama untuk maksud 

memperoleh ketinggian 

terjunan aliran air yang 

cukup menambah tekanan 

aliran air selanjutnya, 

sehingga air pengairan dapat 

mencapai lahan pertanaman 

yang lebih  

 

4. Saluran-saluran tersier harus 

mampu mengalirkan air 

dengan cukup ke petak-

petak tersier, dalam hal ini 

untuk pesawahan harus 

mampu melakukan 

penggenangan (flooding).  

5. Pembangunan tanggul-

tanggul di kedua tepi saluran 

tersier ataupun kuarter 

sebaiknya tidak terlalu tinggi 

agar dengan demikian air 

permukaan pada saluran-

saluran dapat mudah 

dilimpahkan keareal  

pertanaman yang akan diberi 

air. 

6. Saluran pembuang air 

pengairan dari petak-petak 

pertanaman yang airnya 

telah dimanfaatkan untuk 

flooding (penggenangan) 

ataupun furrowing 

(penyaluran)hendaknya 

dibuat sedemikian rupa agar 

dapat berfungsi dengan 

lancar, karena kalau saluran-

saluran pembuang itu tidak 

berfungsi dengan baik atau 

pun pembuatannya 

 128 

diabaikan, banyak 

kemungkinan terjadinya 

kejenuhan pada air di 

petak-petak pertanaman. 

Disamping itu dapat terjadi  

peluapan mengingat 

masuknya air secara terus 

menerus sedang 

pembuangannya sangat 

sulit atau tidak ada, lebih-

lebih kalau permeabilitas air 

pengairan di lahan-

lahan/petak-petak 

pertanaman tersebut 

sangat minim.  Saluran 

pembuang air ini adalah 

lebih baik kalau 

berhubungan dengan 

saluran pembuang yang 

alami (sungai, celah-celah 

jurang, dan sebagainya) 

atau dibuat khusus 

tergantung pada keadaan 

lahan setempat dan 

kepentingannya. 

Prinsip fundamental diatas 

seharusnya diterapkan pada sistem 

jaringan pengairan yang dipilih atau 

digunakan.  

 

Dari sekian banyak system jaringan 

pengairan system yang sering 

digunakan adalah: sistem, 

random  dan sistem parallel. 

 

- Sistem random jaringan 

pengairan. Sistem ini banyak 

digunakan karena secara 

leluasa dapat disesuaikan 

terhadap kondisi lahan yang 

dihadapi, dengan hanya 

sedikit atau tidak 

memerlukan perubahan 

keadaan to-pografi. 

Rancangan penataannya 

yang baik akan 

menghasilkan pemberian air 

pengairan yang efektif 

karena dengan perancangan 

dan penataannya yang baik 

itu akan mampu menampung 

aliran air yang tersedia 

secara maksimum yang 

dengan ancar melalui 

sarana-sarananya akan 

sampai ke petak-petak 

pertanaman. Saluran induk 

(utama) biasanya 

mengikuti tempat dengan 

elevasi tertinggi yang 

berada di punggung lahan 

atau disepanjang garis 

kontur. 

                                                                                   

- Sistem paralel jaringan 

pengairan Dengan s istem 

ini, jaringan pemberi air 

pengairan dan jaringan 

pengalir/pembuangnya 

dibangun secara sejajar 

beraturan.  Karenany 

sistem ini umumnya 

diterapkan pada lahan 

yang datar dan juga  pada 

lahan yang berlereng 

sedang yang tidak  banyak 

bergelombang, maka pada 

lahan yang terakhir ini 

saluran utama (induk) harus 

dibuat atau digali dengan 

mengikuti garis kontur 

(seperti pada jaringan 

dengan sistem random 

dengan   elevansi ketinggian 

yang cukup, dengan 

demikian pengairan dapat 

tergiring dengan 

tekanan/dorongan yang 

kup lumayan untuk masuk ke 

dalam saluran-saluran 

sekunder dan tersier dan 

 129 

selanjutnya ke petak-

petak penanaman.  

 

7.7.2.Bendungan 

 

Bendungan merupakan bangunan 

air yang dibangun  secara  

melin.tang pada sungai, yang 

tujuannya agar permukaan air 

sungai di sekitarnya dapat naik 

sampai ketinggian tertentu, dengan 

demikian air sungai tadi dapat 

dialirkan melalui pintu sadap ke 

ke saluran-saluran pembagi air 

pengairan ke lahan-lahan 

pertanian.  

 

Bendungan harus dibuat secara 

kuat agar tetap tahan untuk 

jangka  waktu panjang/lama, 

tinggi tepi tembok bendung 

didasarkan pada debit 

maksimum untuk jangka 

waktu tertentu.   

 

Bagian-bagian bendung 

mel iput i :   

 

a. Badan bendung, yang 

pembuatannya dari 

pasangan-pasangan batu 

kali atau dengan beton, 

dengan tinggi yang 

disesuaikan dengan 

kepentingan air irigasi.   

 

b. Pintu penguras : Dibuat di 

ujung badan yang ada  

bersambung dengan saluran 

kantong penguras dibuatkan 

pinto masuk.  

 

c. Pintu pengambilan : Dibuat 

di ruang penguras yang 

diletakkan sekitar 1 meter 

atau lebih di atas lantai .   

Dalam merancang jaringan 

pengairan dan drainasenya, yang 

garis besarnya telah 

dikemukakan, hasil rancangan 

akan ada manfaatnya dan mudah 

dan tepat dilaksanakan di lapangan 

kalau rancangannya   benar-benar 

atas dasar hasil survai yang teliti 

yang menghasilkan data-data 

yang dapat diandalkan mengenai 

hal-hal sebagai berikut : 

 

a. Sumber air pengairan yang 

memungkinkan termasuk 

kualitasnya 

 

b. Topografi dan keadaan lahan 

yang memungkinkan dalam 

pembangunan 

saluran/jaringan, terutama 

mengenai keadaan lereng 

terkecil dan terbesar di mana 

saluran-saluran (induk dan 

atau pembagi) akan 

ditempatkan pada lahan 

tersebut 

 

c. Macam dan kegiatan 

petanaman yang akan 

diusahakan dengan terjaminnya 

air pengairan ke areal 

pertanaman itu 

 

d. Demi terjaminnya air 

pengairan ke areal 

pertanaman tersebut, sistem 

jaringan pengairan yang 

dipilih adalah yang sangat 

memungkinkan untuk 

diterapkan 

 

e. Panjang jangkauan aliran air 

pengairan yang dapat 

diperkirakan sampai ke areal 

 130 

pertanaman dan petak-petak 

pertanaman,  sejak dari  sumber 

airnya 

 

f. Pembatas-pembatas yang 

terdapat pada lahan di mana 

jaringan  air pengairan akan 

ditempatkan 

 

g. Faktor-faktor yang 

menunjang bagi 

terlaksananya pembangunan 

jaringan pengairan, terutama 

yang terdapat di sekitar lahan 

yang akan ditempati sarana 

jaringan. 

 

Data-data di atas merupakan 

informasi yang sangat penting 

bagi penentuan dan keberhasilan 

rancangan dan pelaksanaannya. 

 

Memperkirakan kebutuhan air  

Hal penting yang diperhatikan 

adalah bahwa dengan 

dibangunnya irigasi yang 

menghubungkan sumber air 

dengan  petak pertanaman, 

adalah agar petak-petak 

pertanaman memperoleh air 

pengairan yang cukup bagi 

pertumbuhan tanaman. 

 

Agar supaya maksud di atas 

tercapai dengan baik atau 

mendekati, maka kebutuhan air 

di petak-petak pertanaman ter-

sebut perlu diperkirakan atas 

dasar: 

 

a. Tingkat pemakaian: 

Tingkat pemakaian adalah 

jumlah air keseluruhan yang 

ditranspirasikan tanam an dan 

yang dievaporasikan oleh 

tanah dari areal  lahan perta-

naman dalam satuan waktu 

dibandingkan terhadap  area 

lahan yang bersangkutan. 

Tingkat pemakaian air 

tergantung pada pertanaman 

yang ada di area lahan yang 

bersangkutan beserta kondisi  

iklim setempat. 

 

 

b. Tingkat efisiensi jaringan 

Tingkat efisiensi jaringan ialah 

ketepatgunaan jaringan 

pengairan yang ada dalam me-

nyampaikan secara teratur air 

pengairan ke petak-petak per-

tanaman. 

 

7.8. Sitem Pengaliran 

Kelebihan Air  

 

Kondisi curah hujan dan 

kemarau sangat mempengaruhi 

kondisi lahan yang ada di 

Indonesia. Pada musim kemarau 

banyak lahan menjadi kering, 

karena musim kemarau yang 

berlangsung secara 

berkepanjangan, sehingga 

banyak lahan menjadi kering.  

Kondisi ini mengakibatkan tnaha 

tidak dapat digunakan untuk 

pertanian.  

 

Keterbatasan ini dapat ditanggulangi 

dengan melengkapi jaringan 

pengairan, baik jaringan masuknya 

air maupun jaringan keluarnya.  

 

Dengan demikian pada 

daerah/lahan-lahan pertanaman 

yang kelebihan air harus diusaha-

kan pembuangan kelebihan 

tersebut, yaitu dengan melengkapi 

 131 

jaringan-jaringan pemberi air 

pengairan dengan jaringan/saluran 

pembuangan air (drainase). 

 

 

 

 

Gambar 42 Penggunaan drainase 

untuk mengelola ketersediaan air 

tanah tanah 

 

Daerah-daerah lahan yang perlu 

mendapatkan drainase: 

 

a. Daerah/lahan-lahan yang 

permukaan air tanahnya tinggi 

sebagai akibat pemberian air 

pengairan yang berlebihan 

atau karena rembesan air dari 

saluran air pengairan tersebut. 

 

b. Daerah atau lahan-lahan 

bercekungan atau rawa-rawa di 

mana aliran air terhenti, lahan-

lahan demikian yang tidak sedikit 

jumlahnya/ luasnya dapat 

diusahakan untuk usaha 

pertanian lahan basah setelah 

setelah genangan-genangan 

airnya dapat dialirkan 

 

c. Dataran rendah yang menjadi 

tempat penampungan limpasan 

aliran air permukaan dari 

daerah/lahan-lahan yang lebih 

tinggi di sekitarnya. 

 

d. Daerah di sekitar muara sungai 

dan wilayah pantai dimana 

karena pengaruh, pasang surut 

sering terjadi pembentukan 

tanah-tanah timbul, atau tanah 

bentukan alami/tanah timbul 

tersebut dapat dimanfaatkan 

sebagai lahan-lahan 

pertanaman yang subur 

setelah pengaruh  pasang 

dapat diatasi dengan 

pembangunan pematang-

pematang serta saluran-

saluran pengaliran.  

  

e. Daerah/lahan-lahan sepanjang 

tebing sungai yang sering 

mengalami peluapan air 

 

 132 

 

 

 

Gambar 43 Pengaturan Pengairan 

Sesuai dengan 

Kebutuhan Tanaman 

 

Sistem Drainase 

 

Drainase Permukaan 

 

Drainase permukaan (surface 

drainase) yaitu mengalirkan 

kelebihan air atau kasarnya 

membuang kelebihan  air yang 

tergenang.  

 

Secara teknis drainase tersebut 

dibagi atas: 

a. Land forming, yaitu 

perataan permukaan tanah 

yang meliputi perataan 

tanah yang tidak beraturan 

atau bergelombang serta 

perataan tanah yang 

bercekungan; 

 

 

 

 

 

b. Bedding system yaitu 

dengan cara 

pembuatan semacam 

bedengan yang dibuat 

agak luas  panjang, yang 

di bagian tepinya agak 

miring, terutama cara ini 

supaya dilakukan pada 

lahan yang 

berkemiringan (slope) 

kurang dari 1,5% dengan 

permeabilitas lambat.  

 

     Lebar bedengan harus 

disesuaikan dengan 

keperluan penanaman 

jenis tanaman, sifat 

drainase, cara pengolahan 

tanah dan kemiringan 

lahan tersebut, akan tetapi 

makin besar derajat 

kemiringan lahan maka 

bedengan harus dibuat 

semakin sempit. 

 

c.  Cross slope ditch, yaitu 

dengan cara pembuatan 

saluran yang memotong 

lereng (kemiringan) yang 

lebih mennyerupai 

pemberntukan teras, yang 

kerapkali disebut pula 

drainase teras. 

  

d. Random ditch system, 

yaitu sistem saluran acak 

menghubungkan 

beberapa cekungan atau 

tempat-tempat yang 

mempunya alani  

pengaliran airnya buruk 

dengan cara membuat 

saluran pengalir 

dihubungkan dengan 

aliran pembuangan 

 

 133 

e. Paralel ditch system atau 

sistem saluran  paralel, 

yang dengan cara ini 

saluran pembuangan 

dibuat sejajar dengan jarak 

antara nya disesuaikan 

dengan kebutuhan.  

 

f. Field ditch system sistem 

saluran lapangan 

drainase dengan 

memperhatikan sisitem 

ini pembuatannya 

dengan 

mengkombinasikan cara-

cara pembuatannya 

secara paralel dan acak 

 

g. Interception ditch system 

atau sistem saluran 

intersepsi, dengan 

sistem ini di daerah 

aliran. sungai, di daerah 

pasang surut (tidal) dan 

lahan lahan dimana 

berlangsung perembesan 

air dari saluran irigasi 

dibangun saluran 

pencegat atau penangkap 

air berlebihan. 

 

Merancang sistem 

drainase  

 

Dalam merancang suatu cara 

pengaliran air pengairan (drainase) 

agar tidak terjadi kelebihan pada 

lahan pertanaman, yang perlu 

diperhatikan beberapa faktor 

yang berpengaruh, yaitu faktor 

 

a. jenis tanah dari lahan yang akan 

diberi saluran drainase; 

 

b. kondisi iklim, terutama curah 

hujan; 

 

c. kedalaman permukaan air 

tanah yang sesuai untuk jenis 

tanaman yang dibudidayakan 

 

Dalam hal merancang pengaliran  

aliran air pengairan (drainase) yang 

perlu dan penting diperhatikan yaitu 

faktor-faktor keadaan lahan 

sehubungan dengan pemasangan 

pipa-pipa bawah permukaan tanah.   

 

Adapun faktor yang perlu 

diperhatikan adalah sebagai berikut: 

 

a. faktor keadaan topografi, 

apakah datar, landai, berbukit-

bukit atau lahan berlereng curam; 

 

b. faktor keadaan tanah, 

terutama tentang kedalaman 

tubuh tanah, luas lahan, sifat 

fisik dan sifat kimia tanah; 

 

c. faktor permukaan air tanah, 

terutama tentang kedalamannya, 

fluktuasi musim penghujan dan 

musim kemarau, banyaknya air 

pengairan yang diberikan, dan 

perkolasi. 

 

d. faktor curah hujan, terutama 

tentang keadaan dan sifat aliran 

permukaan (run of) sehubungan 

dengan curah hujan di mans 

 

e. faktor jenis tanaman yang 

dibudidayakan. 

 

 

 

 134 

RANCANGAN DALAM 

PELAKSANAAN 

Gambar 44 Sketsa lahan 

pertanaman dengan saluran 

irigasi dan saluran drainase 

searah.  

 

Keterangan: 

A,B,C,D = Petak pertanaman 

1= saluran drainase 

2.=Jalan inspeksi 

3= saluran irigasi 

4= saluran drainase lateral 

5=bangunan pembagi 

 

Pada sketsa di atas di antara 

saluran irigasi dan saluran dibuat 

jalan inspeksi, untuk melancarkan 

pengawasan dan pemeliharaan 

saluran-saluran tersebut.  

Tentang penggalian saluran 

secara random , merupakan 

penggalian saluran yang dapat 

dikatakan tidak teratur, biasanya 

diterapkan pada lahan-lahan 

pertanaman dengan penurunan 

yang cukup dalam dan lebar.  

Pada lahan yang merupakan lahan 

penurunan yang dangkal sampai 

hampir dangkal topografi yang 

teratur, penggalian seluruh drainase 

biasanya dibuat sejajar antara satu 

dengan yang lain, seperti sketsa 

dibawah ini                        

 

Gambar 45 Sketsa lahan 

pertanaman dengan penurunan 

pangkal dan topografi teratur 

dengan saluran drainase sejajar 

Penggalian saluran drainase 

permukaan (surface drainase) 

seperti dikemukakan diatas kalau 

dibandingkan dengan penggalian  

lahan dan pemasangan pipa-pipa 

saluran pada penerapan sisitem 

drainase bawah permukaan. 

Drainase bawah permukaan lebih 

menguntungkan sebab: 

1. lebih mudah dalam 

pelaksaan 

2. memungkinkan kapasitas 

penyaluran air yang lebih 

besar 

 

 

 135 

3. pengerjaannya dapat 

dilakukan dengan tenaga 

manusia 

 

Tata letak pipa saluran harus 

disesuaikan dengan keadaan 

tanahnya ada 4 alternatif: 

 

(1) natural system atau 

penataan letak pipa 

saluran seta: acak; 

 

(2) herring bone system 

atau penataan letak 

pipa saluran dengan 

mengikuti pola tulang 

ikan. 

  

(3) interception system atau 

dengan mengikuti pola 

intersepsi  

 

(4) gridiron system atau 

penataan letak pipa secara 

berkisi-kisi.  

 

 

Gambar 46 Tata letak pipa 

saluran 

Setelah tata letak pipa saluran 

ditentukan, penggalian tanah 

harus dilakukan sesuai dengan 

kedalaman yang telah dipertim-

bangkan, pada dasar galian 

biasanya ditempatkan lapisan pasir, 

kemudian ditempatkan lapisan ijuk 

secukupnya dan di antara ke dua 

lapisan ini baru diletakkan pipa 

salurannya, di atas  lapisan injuk 

ditempatkan lagi lapisan pasir dan 

terakhir dilakukan kompaksi 

(pengurungan) dengan tanah 

yang digali semula.  

Untuk lebih  jelasnya dapat dilihat 

pada Gambar 47 berikut.  

 

Gambar 47. Sketsa pembuangan 

drainase 

 

 

 

 

 

 

 136 

7.9.Ketepatgunaan 

pengairan untuk 

mencukupi kebutuhan air 

pada lahan pertanian 

 

Penggunaan air pengairan dari 

sumber-sumber tertentu tidak 

semena-mena digunakan 

didasarkan atas: 

a. Air yang tersedia untuk 

memenuhi kebutuhan hidup 

yang selalu berkembang 

semakin tidak mencukupi.  

 

b. Keterbatasan kemampuan 

(teknologi, sarana, dan 

financial)untuk memenuhi 

kebutuhan air keperluan 

sehari-hari yang meningkat 

dalam jumlah dan mutu yang 

mengikuti pertambahan 

penduduk dan peningkatan 

taraf hidupnya.  

 

 

c. Nilai produktivitas air untuk 

irigasi secara financial 

kurang kompetitif (efisien 

ekonomi nisbi rendah) 

dibandingkan dengan untuk 

keperluan lainnya, terutama 

industri, keperluan sehari-

hari dan sebagainya 

 

d. Adanya kecaman yang 

semakin meningkat terhadap 

pemenuhan tuntutan 

kelestarian daya dukung 

lingkungan. 

 

Tabel 11dibawah ini  merupakan 

gambaran keterbatasan 

ketersediaan sumberdaya air untuk 

pengembangan irigasi sampai tahun 

2020. Dari analisa nilai 

keseimbangan neraca air tanah 

antara kemampuan pasok dan 

kebutuhan di 90 satuan wilayah 

sungai (SWS) ternyata 25 

diantaranya (meliputi 8 propinsi yaitu 

daerah khusus ibukota Jakarta, 

Jawa barat, Jawa tengah, daerah 

Istimewa Jokyakarta, Bali dan Nusa 

Tenggara Barat) diperkirakan antara 

tahun 1990-2015 sudah mengalami 

defisit neraca air (Direktorat Bina 

Program Pengairan, Direktorat 

jenderal Pengairan departemen 

Pekerjaan Umum 1991).  

 

Dengan mengetahui kebutuhan air 

tanaman dapat diberi batasan 

berapa jumlah air yang dibutuhkan 

tanaman untuk pertumbuhan dan 

perkembangannya.  

 

Berbagai faktor yang berpengaruh 

terhadap kebutuhan dan 

ketersediaan air adalah sebagai 

berikut 

 

a. Jenis dan sifat tanah, pada 

tanah berpasir dibutuhkan 

lebih banyak air diandingkan 

tanah liat atau lempung 

 

b. Macam dan jenis tanaman, 

tanaman padi membutuhkan 

lebih banyak air 

dibandingkan dengan 

tanaman kacangan ataupun 

 137 

padi gogo.  

 

c. Keadaan iklim, teruma cuah 

hujan dan suhu harian, 

kedua peubah ini merupakan 

penentu dari neraca air 

tanah. 

 

d. Keadaan topografi berbeda 

memberikan penangan yang 

berbeda, tanah bertofografi 

datar membutuhkan air lebih 

kecil dibandingkan yang 

tofografi bergelombang atau 

berbukit. 

 

e. Luas lahan pertanaman 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                     

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

           

Tabel 10 Perkiraan potensi air dengan pengembangan irigasi 

menurut wilayah, tahun 1990-2020 

 

Perkiraan Potensi Air 

1000 ha 

Potensi 

Pengembangan 

Irigasi 1000 Ha 

Wilayah 

1990 2020 1990 2020 

Sumatera 10.938 10.228 4.009 3.972 

Jawa 83 62 83 62 

Bali dan Nusa 

Tenggara 

98 90 98 90 

Kalimantan 16.506 14.464 3.693 3.693 

Sulawesi 1.249 1.228 5.35 5.24 

Maluku dan 

Irian Jaya 

13.813 13.800 2.525 2.524 

Indonesia 42.128 41872 10.944 10.865 

 

Sumber: Diolah dari hasil perkiraan TIM JICA-FIDP dalam Makalah 

Direktur Bina Teknik Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen 

Pekerjaan Umum (1996). 

 

 

 

GLOSARIUM 

 

 

Analisa hara pupuk : menyatakan berapa jumlah relatif dari N, 

P2O5,dan K2O dalam pupuk tersebut 

ATP (Adenosine 

Triposfat) 

: satuan pertukaran energi dalam sel. 

Aerasi : Tata udara tanah 

Allelopati  :  

Auksin 

 

: zat tumbuh yang pertama ditemukan yang 

bekerja pada proses perpanjangan atau 

pembesaran sel. 

Bekerjanya pupuk : adalah waktu yang diperlukan sejak saat 

pemberian pupuk hingga pupuk tersebut dapat 

diserap tanaman 

 :  

Curah hujan :  

Daur air : adalah perubahan yang terjadi pada air secara 

berulang dalam suatu pola tertentu. 

Diferensiasi : proses pertumbuhan tanaman disebut  

Derajat peresapan air  Angka yang menyatakan derajat meresapnya 

air pengairan ke dalam tanah dan kese-

ragaman peresapannya ke dalam lapisan-

lapisan bawah tanah 

Derajat 

ketebakan 

kebasahan 

 merupakan pernyataan yang menyatakan 

berapa besar pembasahan tanah, yang 

seharusnya segera dilakukan setelah kurun 

waktu pemberian air pengairan. 

Difusi : adalah pergerakan molekul atau ion dari 

dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah  

dengan konsentrasi rendah 

Embrio : Calon individu baru 

Epidermis : Kulit luar organ berupa  lapisan lilin yang 

mencegah kehilangan air secara berlebihan 

Epigeal  

 

: Proses perkecambahan yang hipokotilnya 

tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan 

plumula terdorong ke permukaan tanah, 

sehingga   kotiledon berada diatas tanah 

Fotosintesis : Pengubahan bentuk tanaga matahari menjadi 

bentuk lain 

Fotosisitem I  : Molekul klorofil yang menyerap cahaya  pada 

panjang gelombang 700 nM.  

 

Fotosistem II : Terdiri dari molekul klorofil yang menyerap 

 

 B2 

cahaya pada panjang gelombang 680nM 

Fototropisme : merupakan peristiwa pembengkokan ke arah 

cahaya 

Flooding (Cara 

penggenangan) 

 adalah cara pemberian air ke lahan pertanian 

sehingga menggenangi permukaan tanahnya.  

 

Gen : faktor pembawa sifat menurun yang terdapat 

di dalam makhluk hidup 

Giberelin  : Hormon yang bekerja hanya merangsang 

pembelahan sel. Terutama untuk merangsang 

pertumbuhan primer 

Gravity irrigation 

atau irigasi gaya 

berat 

  

Sistem ini menggunakan cara di mana 

pemberian/ penyaluran air pengairan ini 

sepenuhnya dengan memperhatikan gaya 

berat 

ground water,  yaitu air tanah atau jelasnya air permukaan 

yang meresap ke dalam tanah dan berkumpul 

di bagian lapisan bawah tanah yang kemudian 

sedikit demi sedikit akan ke luar melalui mata 

air 

Habitat : Tempat tinggal makluk hidup 

Higroskopisitas 

pupuk  

: adala sifat mudah tidaknya pupuk bereaksi 

dengan uap air. 

Hipogeal : Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan 

memanjang dari epikotil yang menyebabkan 

plumula keluar menembus kulit biji dan muncul 

diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam 

tanah 

Hormon (zat tumbuh) :  suatu senyawa organik yang dibuat pada 

suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut 

ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah 

dan menyebabkan suatu dampak fisiologis 

Hiposonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan 

osmosis lebih rendah daripada larutan lain 

Indeks garam : merupakan gambaran perbandingan kenaikan 

tekanan osmotik karena penambahan 100 g 

pupuk dengan kenaikan tekanan osmotik 

karena penambahan 100 g NaNO3 

Irigasi  Isecara umum didefinisikan sebagai 

pemberian air kepada tanah dengan maksud 

untuk memasok kelembaban tanah esensial 

bagi pertumbuhan tanaman 

interflow,  yaitu aliran air yang meresap ke lapisan tanah 

permukaan dan kemudian mengalir kembali ke 

luar dari lapisan tanah permukaan tersebut ke 

 

 B3 

permukaan tanahnya 

 

Isotonik atau isomosi : Suatu larutan yang mempunyai tekanan 

osmosis yang sama dengan  larutan lain 

Kelarutan pupuk : menyatakan mudah tidaknya suatu pupuk larut 

dalam air, dan diserap akar tanaman. 

 

Kekeringan  dapat dinyatakan sebagai suatu keadaan 

dimana   berkurangnya jumlah air disebabkan 

oleh menurunnya daya dukung tanah terhadap 

ketersediaan air 

Kekeringan hidrologi,  adalah kekeringan yang berasosiasi dengan 

efek periode singkat dari curah hujan 

Kekeringan  

meteorology 

 , adalah cekaman kekeringan yang 

disebabkan keterbatasan curah hujan  yang 

berkepanjangan 

Kekeringan sosial 

ekonomi, 

 adalah keadaan perubahan sosial ekonomi 

masyarakat yang disebabkan oleh 

keterbatasan air 

Kadar unsur pupuk 

 

 Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh 

sutatu pupuk 

Kemasaman pupuk  : Reaksi fisiologis masam dari pupuk yang 

diberikan ke tanah  

Karbohidrat : Zat gula 

Klorofil : Atau biasa disebut zat hijau daun. zat ini 

sangat berguna untuk mengubah zat yang 

diserapnya menjadi  zat-zat makanan 

Kloroplas :  

Kinin atau sitokinin 

 

: Zat hormone yang bekerja  mempercepat 

pembelahan sel, membantu pertumbuhan 

tunas dan akar, dan dapat menghambat 

proses penuaan (senescence).  

 

Kutikula  : Lapisan  dari lilin yang melindungi permukaan 

daun dari teriknya cahaya matahari atau 

lingkungan yang kurang menguntungkan 

Kualitas air 

pengairan 

 Adalah jumlah kandungan ion yang 

berbahaya, ataupun hara yang berguna 

bagi tanaman 

Kohesi  : Gaya tarik menarik Molekul air dengan 

molekul air lainnya  

Layu permanen : Tanaman yang kekurangan air dan apabila 

disiram tidak dapat pulih kembali. 

Mesofil : Sel-sel pada bagian daun yang banyak 

mengandung  kloroplas (lebih kurang 

setengah juta kloroplas setiap milimeter 

 

 B4 

perseginya)  

Meiosis : pembelahan sel kelamin 

Meristem : Jaringan muda yang senantiasa membelah 

(meristematis) 

Mitosis : pembelahan dari sel tubuh 

Multiselluler : makhluk hidup bersel banyak  

 :  

nilai ekivalen 

kemasaman, 

: yang artinya berapa jumlah Kg kapur (CaCO3) 

yang diperlukan untuk meniadakan 

kemasaman yang disebabkan oleh 

penggunaan 100 Kg suatu jenis pupuk 

Nutrisi : Mineral yang dibutuhkan tanaman 

Osmosis : peristiwa bergeraknya pelarut antara dua 

larutan yang dibatasi membran semi 

permiable dan (selaput permiable diffrensial) 

berlangsung dari larutan yang konsentrasinya 

tinggi ke konsentrasi rendah 

Pertumbuhan : didefinisikan sebagai peristiwa perubahan 

biologis yang terjadi pada makhluk hidup 

berupa perubahan ukuran yang bersifat 

irreversible (tidak berubah kembali ke asal 

atau tidak dapat balik) 

 

Pertumbuhan primer : adalah pertumbuhan ukuran panjang pada 

bagian batang tumbuhan karena adanya 

aktivitas jaringan meristem primer. 

Pertumbuhan 

sekunder 

: adalah pertambahan besar dari organ 

tumbuhan karena adanya aktivitas jaringan 

meristem sekunder yaitu kambium pada kulit 

batang,  kambium batang, dan dan akar. 

Perkembangan : proses menuju pencapaian kedewasaan atau 

tingkat yang lebih sempurna pada makhluk 

hidup 

Perkecambahan : merupakan proses pertumbuhan dan 

perkembangan embrio 

 :  

Phloem :  pembuluh tempat  transport makanan 

Plasmolisis : Peristiwa lepasnya  plasma sel dari dinding sel  

 :  

Potensi air : energi potensial air yang terkandung dalam 

tubuh tanaman  

Pupuk buatan  

 

 

 Pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat 

oleh pabrik dengan kandungan unsur hara 

tertentu 

Pupuk asam  Pupuk dapat menurunkan pH disebut  

Pupuk basa  Pupuk yang dapat menaikkan pH 

 

 B5 

Pupuk tunggal : Pupuk yang hanya mengandung satu unsur   

Pupuk majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur  

   

Reaksi terang  : reaksi  fotosintesis yang  memerlukan cahaya 

Reaksi gelap : reaksi  fotosintesis yang  tidak memerlukan 

cahaya 

 

Respirasi : merupakan proses perombakan senyawa 

organik menjadi senyawa anorganik dan 

menghasilkan energi 

Respirasi aerob  : suatu proses metabolisme tanaman dengan 

menggunakan oksigen yang 

Respirasi anaerob : reaksi pemecahan karbohidrat untuk 

mendapatkan energi tanpa menggunakan 

oksigen 

Run off  aliran air permukaan  

Stomata : Mulut daun 

Suhu minimum : Suhu paling rendah dimana organisme masih 

dapat melaksanakan metabolismenya 

Suhu maksimum : Suhu paling tinggi dimana organisme masing 

dapat melaksanakan metabolisme 

Suhu optimum : Suhu paling baik untuk kelangsungan 

metabolisme pada makhluk hidup 

Sugar sink : Tempat penerima gula, tempat gula disimpan 

atau dikonsumsi  

Supertonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan 

osmosis lebih tinggi daripada larutan lain  

Sprinkle Irigation  air pengairan secara pancaran 

Stomata : merupakan celah yang dibatasi oleh dua sel 

penjaga 

Tumbuhan hijau : Tumbuhan yang mengandung zat hijau daun 

(klorifil) 

Tekanan turgor. : Tekanan hidrostatik dalam sel disebut  

 

Top dressing   Pembeian pupuk melalui disebar di atas 

permukaan tanah. 

Transpirasi : adalah proses penguapan air melalui stomata 

Uniselluler : Organisme ber sel tunggal 

Xylem : Merupakan jaringan pengangkutan air  

 

Zigot : Sel hasil penyatuan sel  betina  (ovum) 

dengan sel kelamin jantan