• www.berasx.blogspot.com

  • www.coklatx.blogspot.com

  • www.kacangx.blogspot.com

Tampilkan postingan dengan label nutrisi tanaman 2. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label nutrisi tanaman 2. Tampilkan semua postingan

nutrisi tanaman 2

 



n (Ekin, 2010).  

Unsur Fe meningkat dalam jumlah berlebihan dalam tanah yang masam (pH 

rendah). Keadaan yang berlebihan ini  akan meracuni tanaman atau 

menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit. Pada tanah masam fosfat 

tidak dapat terserap maksimal oleh tanaman sebab  terjerap oleh Al dan Fe, 

demikian pula peredaran fosfat dalam tubuh tanaman akan terhambat. Bakteri 

yang telah diketahui dapat melarutkan fosfat di antaranya B. pantotheticus, K. 

erogenes, C. lividu, B. Megaterium, dan P. fluorescens (Widawati dan Suliasih 

2006). Berikut merupakan beberapa jenis mikroba pelarut fosfat yang biasa 

ditemukan dalam tanah. 

4.3.1 Bakteri Bacillus subtilis 

Klasifikasi bakteri B. subtilis menurut Madigan et al. (2005) sebagai berikut: 

Kingdom : Bacteria 

Filum : Firmicutes 

Kelas : Bacilli  

Ordo : Bacillales  

Famili : Bacillaceae  

Genus : Bacillus 

Spesies : Bacillus subtilis 


 

Gambar 4.4: Morfologi mikroskopis B. subtilis, en: endospora, sbb: sel 

bentuk batang. 

B. subtilis merupakan bakteri saprofit bentuk batang yang biasa ditemukan pada 

tanah, air dan udara. Sebagian besar spesiesnya bersifat motil dengan flagela dan 

membentuk endospora berbentuk bundar, oval atau silindris dengan ukuran 0,8 

x 1,5-1,8 µm (Gambar 4.4). Beberapa spesies B. subtilis dikenal sebagai 

kelompok Plant Growth-Promoting Rhizobacteria (PGPR) sebab  mampu 

menginduksi pertumbuhan dan ketahanan tanaman . 

 

4.3.2 Bakteri Bacillus megaterium 

Klasifikasi bakteri B. megaterium menurut Garrity et al. (2005) sebagai berikut: 

Kingdom : Bacteria 

Filum : Firmicutes 

Kelas : Bacilli  

Ordo : Bacillales  

Famili : Bacillaceae  

Genus : Bacillus 

Spesies : Bacillus megaterium 

42 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

 

Gambar 4.5: Morfologi mikroskopis B. megaterium, en: endospora, sbb: sel 

bentuk batang. 

B. megaterium merupakan bakteri bentuk batang, bersifat Gram positif, 

berflagela, membentuk endospora jika hidup di lingkungan yang ekstrim 

(Gambar 4.5), ditemukan di dalam tanah dan air, dan melarutkan fosfat tak larut 

dalam tanah (Isgitani et al., 2005). Bakteri ini berukuran 1,5 x 4 µ m dan mampu 

melarutkan senyawa fosfat organik melalui aktivitas enzim fosfatase, fitase, dan 

nuklease yang menghasilkan fosfat terlarut bagi tanaman (Widawati dan 

Suliasih, 2006). 

4.3.3 Bakteri Pseudomonas Fluorescens  

Klasifikasi bakteri B. megaterium menurut Garrity et al. (2005) sebagai berikut: 

Kingdom : Bacteria 

Filum : Proteobacteria 

Kelas : Gammproteobacteria  

Ordo : Pseudomonadales 

Famili : Pseudomonadaceae  

Genus : Pseudomonas 

Spesies : Pseudomonas fluorescens 


 

Gambar 4.6: Morfologi mikroskopis P. fluorescens, sbb: sel bentuk batang, 

fm: flagela monotrikus, fp: flagela politrikus.  

P. fluorescens merupakan bakteri Gram negatif yang berbentuk bulat panjang 

atau batang, hampir semuanya motil dengan flagela monotrikus, politrikus 

dengan ukuran 0,5-1,0 x 1,5-4,0 µ m dan merupakan bakteri Gram negatif 

(Gambar 4.6) (Schaad, 2001). Bakteri ini berkolonisasi di dalam tanah, 

permukaan tanaman dan memanfaatkan bahan organik sebagai sumber nutrisi 

untuk pertumbuhannya. Bakteri ini memproduksi pigmen biru kehijauan pada 

saat kandungan Fe (besi) yang rendah serta dapat tumbuh baik pada media yang 

mengandung garam-garam mineral dengan tambahan sumber karbon yang 

beragam (Ratdiana, 2007). 

 

4.4 Mikroba Dekomposer Bahan Organik 

Mikroba ini mempunyai kemampuan untuk merombak senyawa organik 

(senyawa kompleks) menjadi senyawa yang lebih sederhana. Selain itu, 

mikroba ini juga berfungsi sebagai perubah kondisi fisik tanah, meningkatkan 

permeabilitas dan tingkat aerasi tanah, serta meningkatkan kandungan biokimia 

tanah yang kaya akan senyawa nutrien anorganik, asam amino, karbohidrat, 

vitamin dan bahan bioaktif lainnya , Berikut merupakan 

beberapa jenis mikroba dekomposer bahan organik yang biasa ditemukan dalam 

tanah. 

44 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

4.4.1 Bakteri Cellulomonas cellulans  

Klasifikasi bakteri C. cellulans menurut Garrity et al. (2005) sebagai berikut: 

Kingdom : Bacteria 

Filum : Firmicutes 

Kelas  : Actinobacteria  

Ordo : Actinomycetales 

Famili : Cellulomonadaceae 

Genus : Cellulomonas 

Spesies : Cellulomonas cellulans 

 

Gambar 4.7: Morfologi mikroskopis C. cellulans, sbb: sel bentuk batang.  

C. cellulans termasuk bakteri Gram positif bentuk batang berukuran 0,5-1,0 x 

1,5-5,0 μm (Gambar 4.7) biasanya motil dengan satu atau beberapa flagela, tidak 

membentuk spora, serta fakultatif anaerob C. cellulans termasuk bakteri 

mesofilik dengan pertumbuhan optimum pada suhu 34oC dan pH 6,6 (Holt et 

al., 2000). Koloni dari organisme ini biasanya tidak tembus cahaya, mempunyai 

bentuk koloni bulat, elevasi cembung dan pigmentasi kuning 

 

4.4.2 Bakteri Lactobacillus plantarum 

Klasifikasi bakteri L. plantarum menurut Madigan et al. (2000) sebagai berikut: 

Kingdom  : Bacteria  

Filum  : Firmicutes  

Kelas  : Bacilli  

Ordo  : Bacillales 

Famili  : Bacillaceae 

Genus  : Lactobacillus 

Spesies  : Lactobacillus plantarum 

 

Gambar 4.8: Morfologi mikroskopis L. plantarum, sbbp: sel bentuk batang 

pendek. 

L. plantarum termasuk bakteri bentuk batang kadang-kadang hampir bulat 

berukuran 0,5-1,2 x 1,0-10,0 μm, umumnya dalam rantai-rantai pendek 

(Gambar 4.8). Bakteri ini termasuk dalam kelompok bakteri Gram positif, tidak 

menghasilkan spora, anaerob fakultatif, dan sering ditemukan dalam produk 

susu, serelia, produk daging, air, limbah, bir, anggur, buah-buahan, dan sayur 

mayur. Pertumbuhan optimum terjadi pada suhu 30o-40oC. Bakteri ini 

umumnya memiliki ketahanan dalam kondisi asam. Oleh sebab  itu, bakteri ini 

menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam 

46 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

laktat. Bakteri ini sering digunakan dalam fermentasi susu, daging, dan sayuran 

(Pelczar dan Chan, 2008). 

4.4.3 Khamir Saccharomyces Cerevisiae 

Klasifikasi khamir S. cerevisiae menurut Garrity et al. (2004) sebagai berikut: 

Kingdom : Fungi 

Kelas : Ascomycetes  

Ordo : Endomycetales  

Famili : Saccharomycetaceae  

Genus : Saccharomyces 

Spesies : Saccharomyces cerevisiae 

 

Gambar 4.9: Morfologi mikroskopis S. cerevisiae, sbo: sel bentuk oval, st: sel 

tunas (bud cell). 

S. cerevisiae merupakan khamir (yeast) sejati yang mempunyai kemampuan 

yang tinggi sebagai imunostimulan. Bagian yang bermanfaat dengan fungsi 

ini  yaitu  dinding selnya. S. cerevisiae secara morfologi berukuran 3-4 μm 

yang hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau 

bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Berkembang biak dengan 

membelah diri melalui “budding cell” (Gambar 4.9). Reproduksinya 

 

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan serta jumlah nutrien yang tersedia bagi 

pertumbuhan sel. (Agawane and Lonkar, 2004). Prescott (2008) menyatakan 

bahwa S. cerevisiae mempunyai suhu minimum, optimum dan maksimum 

secara berurutan 1o-3oC, 28oC, dan 40oC. 

Tanah dipenuhi oleh organisme mikroskopis seperti mikroba yang terdiri atas 

bakteri, yeast, dan fungi. Beberapa mikroba tanah yang berperan penting untuk 

dapat berasosiasi dengan tanaman di antaranya mikroba fiksasi nitrogen 

meliputi bakteri Azotobacter sp., Azospirillum sp., Rhizobium sp., mikroba 

pelarut fosfat meliputi bakteri Bacillus subtilis, Bacillus megaterium, 

Pseudomonas fluorescens, mikroba dekomposer bahan organik meliputi bakteri 

Cellulomonas cellulans, khamir Saccharomyces cerevisiae. 

 

  

5.1 Macam Pupuk 

5.1.1 Pupuk Organik 

Sistem tanah mengandung air, udara, mineral, bahan organik dan 

mikroorganisme. Tanah yang produktif mempunyai sifat fisik, kimia, dan 

biologi yang baik. Sifat kimia dan biologi yang baik mendorong perkembangan 

biologi tanah yang baik. Unsur organik tanah terbentuk dari sisa-sisa tumbuhan 

dan hewan yang melapuk, sebagian berkembang menjadi unsur yang relatif 

stabil dari sistem tanah, berupa koloid tanah atau humus. Bahan organik tanah 

yang belum hancur dan menutupi tanah (mulsa) merupakan pelindung tanah 

terhadap faktor-faktor perusak butiran tanah, terutama dari hujan yang jatuh 

pada permukaan. Dalam pelapukan bahan organik pada tanah terdapat proses 

mineralisasi dan humifikasi, dengan bantuan mikroorganisme, yakni mula-mula 

senyawa yang sederhana mengalami perombakan, kemudian menyusul 

senyawa lain yang lebih kompleks. Dari proses mineralisasi dan humifikasi 

ini  dihasilkan unsur-unsur hara yang dapat diserap tanaman serta koloid 

dan humus yang dapat memperbaiki struktur tanah. Mineralisasi dan humifikasi 

50 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

bahan organik merupakan proses kimia yang terjadi dengan aktivitas enzim dari 

mikroorganisme tanah seperti bakteri, actinomycetes, fungi dan sebagainya. 

Biologi tanah menggunakan bahan organik sebagai sumber energi hidupnya 

(Simanungkalit et al., 2006). 

Berdasarkan sifat kimia dan reaksinya terhadap proses dekomposisi, bahan 

organik tanah dapat diklasifikasikan menjadi senyawa yang cepat dan lambat 

didekomposisikan. Protein, gula, tepung dan senyawa organik umumnya mudah 

mengalami dekomposisi, sedangkan lignin, tanin lebih tahan terhadap 

penguraian. Dalam proses pelapukan unsur karbon akan dibebaskan terlebih 

dahulu menjadi CO2 pada keadaan aerob, dan menjadi gas metan, asam organik, 

atau alkohol dalam kondisi an-aerob. Unsur N akan dibebaskan menjadi amonia 

yang dapat diidentifikasikan menjadi nitrit atau nitrat.  

Selanjutnya dengan bantuan mikroorganisme tanah, maka bahan organik akan 

dirombak menjadi: 

1. C (CO2, CO32-, HCO3-, CH4) 

2. N ( NH4, NO2-, NO3-, HNO3) 

3. S ( H2S, SO32-, SO42-, SO ) 

4. P ( H2PO4-, HPO42- ) 

5. Lainnya ( K+, Ca2+, Mg2+, H2O, O2, H+, OH-, dan sebagainya ). 

Pada tanah masam, ketersediaan P rendah sebab  difiksasi oleh Al, Fe, dan Mn, 

menjadi senyawa yang tak tersedia bagi tanaman. Bahan organik tanah dapat 

menurunkan fiksasi P sebab  asam-asam organik seperti asam sitrat, asam 

malonat dan asam malat dapat mengikat unsur Al, Fe, dan Mn, sehingga reaksi 

unsur-unsur ini dengan unsur P menjadi senyawa yang tidak larut dan 

mengendap dapat dicegah.  

Sesuai dengan sifat-sifat ini , maka bahan organik tanah dapat mempunyai 

pengaruh berikut terhadap tanah: 

1. Memperbaiki kemampuan tanah menyerap air 

2. Memperbaiki struktur tanah melalui peningkatan pembentukan 

agregat tanah dan kemantapan agregat tanah. 

3. Meningkatkan kompleks jerapan tanah dan KTK tanah. 

4. Mengurangi fiksasi unsur P pada tanah masam. 

5. Menyediakan unsur-unsur hara tanaman secara lengkap dan 

berimbang, meskipun dalam jumlah yang terbatas. 

Bab 5 Macam Dan Teknik Pemberian Pupuk 51 

 

6. Menghasilkan CO2 dan asam-asam organik lain yang dapat menaikkan 

daya larut unsur-unsur lain seperti Ca, Ka, P. 

7. Meningkatkan kegiatan biologi tanah, yang pada akhirnya juga dapat 

meningkatkan kesuburan fisik maupun kimia tanah serta suhu tanah. 

8. Memperbaiki infiltrasi air yang dapat mengurangi erosi (Minarsih et 

al., 2020). 

Pupuk organik mempunyai reaksi lambat sebab  harus mengalami dekomposisi 

terlebih dahulu, serta mempunyai efek residu sebab  ketersediaan haranya 

berjalan secara berangsur. Menurut Salinas & Sanchez, (1976), secara umum 

tambahan tahunan karbon organik di daerah hutan tropik yaitu  lima kali lebih 

besar dibanding dengan daerah hutan dengan iklim sedang. sebab  tiadanya 

hambatan suhu dan kelembaban yang berarti sepanjang tahun, kecepatan 

dekomposisi karbon organik didaerah hutan tropik lembab kurang lebih juga 

lima kali lebih besar; akibatnya keseimbangan kandungan bahan organik di 

kedua daerah ini  menjadi kurang lebih serupa. Kekurangan kelembaban 

pada musim kemarau di daerah tropik dapat mengurangi dekomposisi bahan 

organik pula seperti halnya dengan keadaan suhu rendah pada waktu musim 

dingin didaerah iklim sedang. Pembukaan dan pengolahan lahan dapat melipat 

duakan dekomposisi bahan organik, sehingga terjadi percepatan kecuali bila 

pengelolaan lahan budidaya tanaman yang dapat mempertinggi bahan organik 

dijalankan, seperti dengan pemupukan yang baik dan pola tanam yang tepat. 

Perlu diperhatikan bahwa disamping segi-segi positifnya terhadap sifat-sifat 

tanah, pupuk organik mempunyai kemampuan pula untuk mendorong 

berkembangnya biologi tanah yang merugikan atau patogen yang dapat 

meningkatkan masalah hama penyakit; masalah ini perlu diperhatikan dan 

disadari dengan baik. 

5.1.2 Macam Pupuk Organik 

Pupuk organik dapat digolongkan menjadi beberapa macam seperti pupuk 

kandang, pupuk hijau, kompos, kascing dan pupuk organik cair. 

1. Pupuk Kandang 

Pupuk kandang yaitu  pupuk yang berasal dari kotoran padat dan cair 

dari ternak, yang bercampur dengan sisa makanannya serta alas 

kandang. Bahan-bahan ini  hanya akan berguna menjadi pupuk 

52 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

yang baik bila terpelihara dan dikelola dengan baik, terhindar dari 

pencucian dan pencemaran bibit hama penyakit. Kotoran ternak terdiri 

dari komponen padat dan cair dengan perbandingan kurang lebih tiga 

berbanding satu. 

Kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang bervariasi 

oleh berbagai faktor berikut: 

a. Macam atau jenis hewan 

b. Umur dan keadaan hewan  

c. Makanan serta sistem pemeliharaannya  

d. Bahan campuran alas kandang 

e. Cara pengendalian bahan seperti penyimpanan sebelum dipakai. 

Secara umum pupuk kandang mengandung kurang lebih 0,5 % N, 0,25 % 

P2O5 dan 0,5 % K2O dan pupuk kandang yang terbaik yaitu  sebagai 

berikut: kotoran manusia, ayam, babi, kambing, domba, sapi dan kuda. 

Tabel 5.1: Jenis dan kandungan zat hara pada beberapa kotoran ternak 

padat dan cair (Lingga, 1991). 

Ternak dan bentuk 

kotorannya 

Nitrogen 

(%) 

Fosfor 

(%) 

Kalium 

(%) 

Air 

(%) 

Kuda – padat 0.55 0.30 0.40 75 

Kuda – cair 1.40 0.02 1.60 90 

Kerbau – padat 0.60 0.30 0.34 85 

Kerbau – cair 1.00 0.15 1.50 92 

Sapi – padat 0.40 0.20 0.10 85 

Sapi – cair 1.00 0.50 1.50 92 

Kambing – padat 0.60 0.30 0.17 60 

Kambing – cair 1.50 0.13 1.80 85 

Domba – padat 0.75 0.50 0.45 60 

Bab 5 Macam Dan Teknik Pemberian Pupuk 53 

 

Domba – cair 1.35 0.05 2.10 85 

Babi – padat 0.95 0.35 0.40 80 

Babi – cair 0.40 0.10 0.45 87 

Ayam – padat dan 

Cair 

1.00 0.80 0.40 55 

Bila makanan hewan ternak mengandung banyak protein, seperti pada 

ayam ras, maka pupuk akan menjadi lebih baik. Babi kurang 

menghasilkan pupuk sebab  makanannya biasanya mudah dicernakan 

dan banyak mengandung air. 

Pupuk kotoran sapi, dan babi tergolong pupuk dingin sebab  pelapukan 

oleh mikroorganisme berlangsung perlahan-lahan sehingga kurang 

menghasilkan panas atau menaikkan suhu. Sebaliknya pupuk kotoran 

kuda dan biri-biri tergolong pupuk panas sebab  pelapukan oleh 

mikroorganisme berlangsung cepat dan banyak terbentuk panas. 

Pupuk dingin sesuai untuk dipakai pada tanah yang ringan dapat terjadi 

perombakan yang intensif oleh bakteri, dan pupuk yang panas dan 

cepat terurai sesuai untuk dipakai pada tanah berat atau padat. Pupuk 

kandang yang baru diangkat dari kandangnya biasanya masih 

mempunyai suhu yang tinggi, oleh sebab itu tidak boleh langsung 

dibenamkan kedalam tanah perakaran tanaman. 

2. Pupuk Hijau 

Tanaman pupuk hijau yaitu  tanaman yang mempunyai peranan dapat 

menyuburkan tanah sebab  sifat-sifat pertumbuhannya serta kuantitas 

dan kualitas bahan organik yang dihasilkan. Seperti halnya dengan 

pupuk kandang, pupuk hijau yang baik memiliki kemampuan untuk 

menyuburkan tanah baik fisik, kimia maupun biologi, bahkan kadang-

kadang pula mempunyai peranan sebagai penghasil kayu bakar, 

makanan ternak, penahan erosi dan fungsi ekonomi yang lain. Sesuai 

dengan peranan ini  maka pupuk hijau yang baik pada umumnya 

dikehendaki agar mempunyai beberapa atau semua sifat dan 

kemampuan berikut: 

54 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

a. Mudah diperbanyak secara generatif atau vegetatif 

b. Dapat menutup tanah relatif sempurna dalam waktu yang relatif 

singkat guna penahan erosi 

c. Menghasilkan banyak bahan organik dan serasah dari pelapukan 

akar, batang, daun dan sebagainya guna memperbaiki kesuburan 

fisik, kimia dan biologi tanah. 

d. Dapat mengikat N bebas dari udara 

e. Mempunyai sistem dan kemampuan akar untuk tumbuh kuat, agar 

dapat menyerap hara dan air dari lapisan tanah yang lebih dalam 

supaya mampu meningkatkan kesuburan tanah di lapisan atas, 

tanpa banyak menyaingi tanaman yang lain. 

f. Mempunyai manfaat agronomi dan ekonomi yang lain 

g. Mempunyai daya adaptasi baik terhadap keadaan lingkungan yang 

kurang menguntungkan (Rachman et al., 2006). 

Tanaman pupuk hijau yang mempunyai sifat dan kemampuan ini  

umumnya termasuk jenis kacang-kacangan atau leguminose. 

Berdasarkan sifatnya dapat digolongkan menjadi tanaman pupuk hijau 

yang tumbuh merambat atau menjalar pada permukaan tanah yang 

biasanya digunakan sebagai penutup tanah, tumbuh sebagai tanaman 

perdu dan tumbuh berbentuk pohon. Beberapa jenis yang merambat 

sebagai penutup tanah dapat disebutkan Centrosema, cubensens, C. 

Plumieri, Calopogonium mucumoides, C. Caeuleum, Pueraria 

mucunuides, P. thumbergiana, Psophocartus palustris. Beberapa 

tanaman pupuk hijau yang tumbuh dalam bentuk perdu dapat 

disebutkan Crotalaria usaramoensis, C. anagyroides, Tephrosia 

candida, dan beberapa tanaman pupuk hijau dalam bentuk pohon dapat 

disebutkan Leucaena leucocephala (Lamtoro gung), Erythrina 

abyssinica, dan Albizia stipulate. 

3. Kompos 

Kompos yaitu  pupuk organik yang berasal dari sisa bahan organik 

apa saja seperti sisa tanaman, sampah dapur, sampah pasar, sampah 

kota, sisa makanan ternak campur kotorannya, dan lain-lain yang 

ditumpuk agar mengalami pelapukan sehingga dapat digunakan 

sebagai pupuk. Bila proses terjadi secara baik bahan organik ini  


dapat dijadikan kompos yang banyak gunanya sebagai pupuk organik. 

Seperti halnya dengan pupuk organik yang lain, kecuali dipengaruhi 

oleh proses pembuatannya, kualitas kompos sebagai pupuk organik 

akan dipengaruhi oleh bahan asalnya (Haryanta et al., 2019). 

Bahan dasar pupuk organik yang berasal dari sisa tanaman umumnya 

sedikit mengandung bahan berbahaya. Namun penggunaan limbah 

industri dan limbah kota sebagai bahan dasar kompos/pupuk organik 

cukup mengkhawatirkan sebab  banyak mengandung bahan berbahaya 

seperti misalnya logam berat dan asam-asam organik yang dapat 

mencemari lingkungan. Selama proses pengomposan, beberapa bahan 

berbahaya ini justru terkonsentrasi dalam produk akhir pupuk. Untuk 

itu diperlukan seleksi bahan dasar kompos yang mengandung bahan-

bahan berbahaya dan beracun (B3). Bahan/pupuk organik dapat 

berperan sebagai “pengikat” butiran primer menjadi butiran sekunder 

tanah dalam pembentukan agregat yang mantap. Keadaan ini besar 

pengaruhnya pada porositas, penyimpanan dan penyediaan air, aerasi 

tanah, dan suhu tanah 

4. Kascing 

Kascing merupakan kotoran atau feses cacing tanah yang mengandung 

unsur hara lengkap baik unsur hara makro maupun mikro yang berguna 

bagi pertumbuhan tanaman. Unsur kimia ini  diserap tanaman dan 

sangat berguna bagi pertumbuhan dan produksinya. Kascing juga 

mengandung banyak mikroba dan hormon perangsang pertumbuhan 

tanaman seperti giberilin 2,75 %, sitokinin 1,05 % dan auksin 3,08%. 

Jumlah mikroba yang banyak dan tinggi aktivitasnya bisa 

mempercepat mineralisasi atau pelepasan unsur-unsur hara dari 

kotoran cacing menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. 

Penggunaan pupuk organik mempunyai kelemahan di antaranya 

yaitu  kandungan hara rendah dan ketersediaan unsur haranya lambat, 

sehingga dengan demikian pemilihan pupuk organik yang tepat seperti 

pupuk organik kascing diharapkan dapat mengatasi kelemahan pupuk 

organik yang ada. Pemberian pupuk organik kascing diharapkan dapat 

mengurangi penggunaan pupuk anorganik. 

56 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

Cacing tanah dengan bantuan enzim yang terdapat dalam 

pencernaannya berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi 

bentuk terlarut yang dibutuhkan tanaman. Nutrisi ini  terdapat di 

dalam vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk 

dibawa ke seluruh bagian tanaman. Vermikompos mengandung 

hormon tumbuh tanaman yang dapat memacu pertumbuhan akar 

tanaman di dalam tanah, memacu pertunasan ranting baru pada batang 

dan cabang pohon, serta memacu pertumbuhan daun. Vermikompos 

juga dapat mencegah kehilangan tanah akibat aliran permukaan. Pada 

proses pembentukan kascing, yakni saat tanah masuk ke dalam saluran 

pencernaan cacing, maka cacing akan mensekresikan juga suatu 

senyawa yaitu Ca humat. Dengan adanya senyawa ini  partikel-

partikel tanah diikat menjadi suatu kesatuan (agregat) yang akan 

dieksresikan dalam bentuk kascing. Agregat itulah yang mempunyai 

kemampuan untuk mengikat air dan unsur hara tanah 

5. Pupuk Organik Cair 

Pupuk organik cair yaitu  larutan hasil dari pembusukan bahan-bahan 

organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia 

yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Pada umumnya 

pupuk cair organik tidak merusak tanah dan tanaman meskipun 

digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk cair juga dapat 

dimanfaatkan sebagai aktivator untuk membuat kompos. Pupuk 

organik cair dapat dibuat dari beberapa jenis sampah organik yaitu 

sampah sayur baru, sisa sayuran basi, sisa nasi, sisa ikan, ayam, kulit 

telur, sampah buah seperti anggur, kulit jeruk, apel dan lain-lain. 

Bahan organik basah seperti sisa buah dan sayuran merupakan bahan 

baku pupuk cair yang sangat bagus sebab  selain mudah 

terdekomposisi, bahan ini juga kaya akan hara yang dibutuhkan 

tanaman. Semakin tinggi kandungan selulosa dari bahan organik, maka 

proses penguraian akan semakin lama.  

Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak 

beredar dipasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan 

melalui daun yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, 


 

K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik), disamping juga 

dilengkapi kandungan hormon yaitu IAA termasuk golongan auksin, 

Zeatin, kinetin termasuk golongan sitokinin, dan GA3 termasuk 

golongan gibberellin. Hal ini sering dikenal dengan pupuk organik cair 

“plus” (Purwanti et al., 2018).  

Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat 

mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun sehingga 

meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan 

nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga 

tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman 

terhadap kekeringan, merangsang pertumbuhan cabang produksi, 

meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, mengurangi 

gugurnya dan, bunga, dan bakal buah. Pada pembuatan pupuk organik 

cair, perlu diperhatikan persyaratan atau standar kadar bahan kimia 

serta pH yang terkandung di dalam pupuk organik ini . Berikut 

yaitu  persyaratan teknis minimal pupuk organik yang ditetapkan oleh 

Departemen Pertanian Republik Indonesia.  

Tabel 5.2: Standar Kualitas Mutu Pupuk Organik Berdasarkan Peraturan 

Menteri Pertanian No.28/Permentan/OT.140/2/2009 (Endah et al., 2015). 

Parameter Standard 

Total N < 2 % 

C-Organik > 4 % 

Ratio C/N 15 -25% 

P2O5 < 2 % 

K2O < 2 % 

pH 4 - 8 

58 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

Hormon dibentuk dalam jumlah yang sedikit pada satu tempat dari tanaman dan 

ditranslokasikan ke tempat lain di mana akan memengaruhi pertumbuhan dan 

perkembangan tanaman. Hormon alami dan bahan lain yang merupakan proses 

kimiawi yang secara esensial memengaruhi banyak pola perkembangan 

tanaman. Hormon tanaman yaitu  substansi alami (dibentuk oleh tanaman itu 

sendiri) yang beraksi mengatur aktivitas tanaman. Hormon tanaman yang 

disintesis secara kimiawi juga dapat memberikan reaksi pada tanaman sama 

dengan yang disebabkan oleh hormon alami. Ada lima golongan hormon 

tanaman alami: auksin, giberelin, sitokinin, etilen, dan asam absisat. Penemuan 

dan penelitian selanjutnya dari hormon ini  merupakan bagian yang paling 

menarik dan memberi harapan dalam perkembangan fisiologi tanaman.  

Teknologi Nano yang dikembangkan pada proses pembuatan pupuk organik 

cair ini  juga merupakan implementasi dari konsep pertanian ekologis 

dengan mempertimbangkan efisiensi biaya produksi. Penerapan teknologi nano 

dalam proses produksi pupuk yaitu  menciptakan suatu “unsur hara” yang 

memiliki karakteristik unik yang tersusun atas partikel yang sangat kecil (nano). 

Dalam kinerjanya teknologi nano tidak hanya berperan pada proses penyerapan 

hara oleh tanaman namun juga bekerja pada tanah yaitu memecah agregat tanah 

menjadi molekul atom yang sangat kecil. Penggunaan pupuk organik cair “plus” 

secara keseluruhan merupakan pupuk organik mampu berperan merangsang 

dan meningkatkan pertumbuhan akar, batang, daun dan anakan dengan cepat 

5.1.3 Pupuk An Organik 

Pupuk telah lama dikenal sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan 

dan perkembangan tanaman. Hal ini terkait dengan fungsi utama pupuk yaitu 

sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman, yang akan semakin 

sedikit tersedia di alam sebab  diserap tanaman. Kebutuhan unsur hara dan 

ketersediaannya yang tidak seimbang di alam, membuat pupuk menjadi solusi 

atas masalah kecukupan kebutuhan unsur hara tanaman yang dibudidayakan. 

Pupuk an organik yaitu  jenis pupuk yang berasal dari bahan an organik, 

biasanya mengandung unsur hara/mineral tertentu. Jenis pupuk ini biasa dikenal 

pula dengan sebutan pupuk kimia. 

Contoh pupuk an organik yaitu: 

1. Urea (mengandung unsur Nitrogen) 

2. SP-36 (mengandung unsur Phosfor) 


 

3. NPK (mengandung Nitrogen, Phosfor dan Kalium) 

Selanjutnya kategori pupuk berdasarkan kandungan unsurnya, dibagi 

menjadi: 

a. Pupuk Tunggal, yaitu  pupuk yang hanya mengandung satu unsur 

hara tertentu saja. Contoh pupuk tunggal: 

• Pupuk urea (mengandung Nitrogen) 

• SP-36 (mengandung unsur Phosfor) 

b. Pupuk Majemuk, yaitu  pupuk yang mengandung beberapa unsur 

hara tertentu. 

Contoh pupuk majemuk: 

• Pupuk NP (mengandung Nitrogen dan Phosfor) 

• Pupuk NK (mengandung Nitrogen dan Kalium) 

c. Pupuk Lengkap yaitu  pupuk yang mengandung unsur hara yang 

lengkap, baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro; bahkan 

ada pupuk lengkap yang juga mengandung bahan pestisida. 

Penggunaan semua jenis pupuk anorganik secara berlebihan dalam jangka 

panjang akan dapat menurunkan kesuburan tanah dan merusak struktur tanah. 

Akibatnya akar bawah tanaman menjadi pendek, sehingga menyebabkan 

produktivitas tanaman menurun. Banyak petani di Indonesia hanya 

mengandalkan naluri dan pengalaman dalam menggunakan pupuk; namun 

belum mengerti bahwa fungsi pupuk bisa maksimal apabila digunakan dalam 

kadar yang tepat. Banyak anggapan bahwa semakin banyak pupuk yang 

diberikan, maka akan semakin baik pula efeknya terhadap hasil pertanian. 

Padahal yang terjadi justru sebaliknya jika petani mencampurkan pupuk A 

dengan pupuk B atau C. Kandungan kimia yang ada di dalam tiap pupuk bisa 

saling bereaksi sehingga menimbulkan kerugian terhadap kondisi ekologi 

pertanian. Hal ini akan berkesesuaian dengan postulat lama yang dikembangkan 

oleh Justus Von Liebig (1840) yang dikenal dengan Hukum Liebig Minimum 

yang menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman yang ditentukan oleh faktor 

ekologi yang paling langka (faktor pembatas). Peningkatan jumlah berlimpah 

nutrisi tidak meningkatkan pertumbuhan tanaman. Hanya dengan 

meningkatkan jumlah hara pembatas (yang paling langka dalam kaitannya 

dengan "kebutuhan") barulah pertumbuhan suatu tanaman atau panen 

meningkat. Prinsip ini dapat disimpulkan dalam pepatah, "Ketersediaan hara 

yang paling melimpah di dalam tanah hanya akan sebaik ketersediaan hara yang 

60 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

paling sedikit di dalam tanah". Ini dapat dipahami oleh sebab  pertumbuhan 

tanaman yang optimal bergantung pada berbagai faktor ekologi (Rosmarkam & 

Yuwono, 2002).  

Berikut beberapa akibat penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan, antara 

lain: 

1. Mengganggu mikroorganisme dalam tanah 

Sebelum menggunakan pupuk secara berlebihan, ingatlah bahwa 

tanaman bukanlah satu-satunya makhluk hidup yang bergantung pada 

tanah. Di Dalam tanah juga terdapat cacing tanah dan mikroorganisme 

lain yang hidup, maka jika penggunaan pupuk secara berlebihan pada 

tanah, bukan hanya tanah akan menjadi asam sehingga teksturnya 

cenderung lebih keras dan tidak gembur; namun aktivitas cacing tanah 

dan mikroorganisme di dalam tanah pun dapat terganggu, padahal 

cacing tanah bisa berperan membantu menyuburkan tanah.  

2. Menjadi racun bagi tanaman 

Bilamana pupuk yang digunakan mengandung kalium dan bila 

digunakan secara berlebihan, kandungan kalium ini  bisa 

mengganggu keseimbangan basa pada tanah pertanian sehingga 

berpotensi merusak tanaman. Disamping itu kandungan magnesium 

dan kalsium yang berlebihan dalam tanah bisa membuat kondisi pH 

tanah menjadi terlalu basa. Kondisi ini bisa mengurangi atau 

menghilangkan beberapa unsur hara menjadi tidak tersedia untuk 

tanaman. 

3. Menghambat pembusukan bahan organik 

Pupuk kimia yang digunakan dalam jumlah terlalu banyak bisa 

menyebabkan risiko kematian mikroorganisme. Padahal berbagai 

mikroorganisme ini  berfungsi menguraikan bahan-bahan organik 

di dalam tanah untuk meningkatkan kesuburan tanah, sehingga bila 

banyak mikroorganisme yang mati, tentunya tanah lahan pertanian 

akan menjadi tidak subur sehingga berpengaruh buruk terhadap hasil 

pertanian. 

 

Bab 5 Macam Dan Teknik Pemberian Pupuk 61 

 

4. Kualitas air disekitar lahan pertanian jadi buruk 

Penggunaan pupuk secara berlebihan juga berdampak pada lingkungan 

sekitar lahan terutama air. Hal ini bisa terjadi sebab  ketika hujan, sisa 

pupuk yang tidak terserap akar tanaman akan terbawa aliran air hujan 

menuju sungai atau danau terdekat, selanjutnya dimanfaatkan oleh 

tanaman air untuk tumbuh seperti eceng gondok tumbuh hingga 

menutupi permukaan sungai, tentunya bisa mengurangi kandungan 

oksigen di area permukaan ini . 

5. Biaya operasional membengkak 

Semakin banyak pupuk yang digunakan, maka akan semakin banyak 

pula biaya yang harus dikeluarkan, padahal belum tentu seluruh pupuk 

yang disebar sepenuhnya dapat diserap dengan baik oleh tanaman. 

Biasanya tanaman hanya mengambil unsur hara secukupnya dari 

lingkungan lahannya, sehingga kelebihan pupuk pun jadi terbuang sia-

sia berarti juga mengeluarkan cukup banyak biaya. 

 

5.2 Teknik Pemberian Pupuk 

Pupuk yaitu  makanan bagi seluruh jenis tanaman, tanaman mengambil 

makanan dengan cara menghisap melalui “pori pori” yang ada pada ujung akar, 

daun dan seluruh bagian tanaman yang berada di atas tanah. Pemupukan yaitu  

tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik 

langsung maupun tak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada 

tanaman. Tujuannya untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman 

mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas 

pertumbuhan tanaman. Pemberian pupuk pada budidaya tanaman hendaknya 

disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah. 

5.2.1 Teknik Pemberian Pupuk Organik 

Jenis pupuk dan cara pemupukan sebagai salah satu hal yang tidak dapat 

dipisahkan dalam kegiatan usaha tani. Beberapa kategori pupuk berdasarkan 

cara aplikasi pemberian pupuk, antara lain: 

 

62 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

1. Pupuk Akar 

Pupuk akar yaitu  pupuk yang fokus pemberiannya agar dapat terserap 

oleh akar tanaman. 

2. Pupuk Daun 

Pupuk daun yaitu  jenis pupuk yang ditujukan agar dapat diserap oleh 

daun. Penyerapan pupuk oleh daun dilakukan melalui stomata 

(Agromedia, 2007)  

Penggunaan pupuk organik padat harus disesuaikan dengan jenis tanaman, 

tekstur tanah dan kondisi lingkungan sebab  pupuk jenis ini mempunyai 

beberapa bentuk: 

1. Serbuk, bentuk serbuk banyak ditemukan pada pupuk organik sebab  

penggunaannya yang mudah. Penggunanya cukup menaburkan pupuk 

di permukaan tanah yang akan digemburkan. Biasanya hal ini 

dilakukan saat proses pengolahan lahan. Selain itu, pupuk jenis ini juga 

dapat digunakan dengan dicampur dengan media tanam lainnya, 

seperti gambut maupun pasir. 

2. Butiran dan Pelet, pupuk ini memiliki butiran yang tidak seragam dan 

terkadang pecah. Penggunaannya hampir sama dengan jenis pupuk 

organik berbentuk serbuk. Pupuk ini diaplikasikan dengan cara disebar 

di atas permukaan tanah. Biasanya banyak petani yang menggunakan 

cara ini untuk memudahkan pekerjaannya dan lebih praktis. Selain itu, 

dapat juga dilakukan dengan ditanam dalam tanah. Pupuk dapat 

diberikan pada lubang tanam untuk pembibitan di media polybag atau 

pada lubang di sekitar tanaman untuk media lapangan. 

3. Tablet, pupuk organik bentuk ini lebih umum digunakan pada tanaman 

tahunan seperti tanaman kehutanan, perkebunan atau buah-buahan. 

Penggunaannya akan diberikan setiap dua hingga tiga bulan sekali 

pada masa awal tanam, kemudian dikurangi menjadi empat sampai 

enam bulan atau bahkan setahun sekali, tergantung dengan jumlah dan 

ukuran tabletnya. Pupuk digunakan dengan cara ditanam pada 

sekeliling tanaman selebar kanopi. Sedangkan untuk proses 

transplantasi, pupuk tablet ditanam pada lubang tanam sebelum bibit 

tanaman dimasukan. 

Bab 5 Macam Dan Teknik Pemberian Pupuk 63 

 

Pengolahan tanah dan proses panen sering menyebabkan hilangnya unsur hara 

dan bahan organik lainnya pada tanah. Persentase terbesar terjadi pada lapisan 

tanah bagian atas (top soil) kemudian untuk mengembalikannya dapat dilakukan 

dengan cara pemberian pupuk organik padat pada setiap awal masa tanam. 

Dengan banyaknya bentuk pupuk organik padat yang tersedia, memudahkan 

pengguna untuk mendapatkan hasil yang maksimal pada tanamannya. 

Penggunaan pupuk organik padat secara konvensional membutuhkan tenaga 

kerja cukup banyak sebab  setiap hektarnya membutuhkan 10-20 ton. Oleh 

sebab  itu penggunaan pupuk organik disesuaikan dengan tanaman yang akan 

digemburkan tanahnya. Pupuk organik dalam bentuk serbuk akan sangat efektif 

bila digunakan pada jenis tanaman yang memiliki umur panen pendek (40 – 80 

hari) masa tanam, misalnya pada jenis sayur-sayuran. Bentuk butiran akan lebih 

efisien digunakan pada tanaman dengan masa tanam sekitar 100 – 180 hari 

seperti pada tanaman cabai, jagung dan tomat; sedangkan bentuk tablet 

digunakan pada tanaman dengan masa panen tahunan, seperti tanaman 

perkebunan dan kehutanan. Dengan demikian bahwa penggunaan pupuk 

organik padat akan lebih efektif jika memperhatikan jenis tanaman dan masa 

panen yang akan dilakukan. Selain itu jenis tanah sangat berpengaruh dengan 

perkembangan tanaman maka perlunya identifikasi jenis tanah yang terdapat 

pada wilayah tanam dan sesuaikan dengan takaran pupuk yang disarankan. 

Dengan mengikuti cara penggunaan pupuk organik padat dengan benar, 

pertumbuhan tanaman pun akan optimal (Suwahyono, 2011). 

Penggunaan pupuk organik cair bisa dilakukan dengan dua cara, yakni: dengan 

cara pertama disiramkan ke media tanam dengan tujuan selain diserap lewat 

akar juga untuk menghancurkan sisa pupuk kimia atau pupuk an organik di 

dalam tanah, sehingga tanah menjadi gembur kembali. Cara kedua yaitu  

disemprotkan langsung ke bagian daun agar nutrisi pupuk dapat diserap melalui 

stomata. Penggunaan pupuk yang menggunakan teknologi nano memiliki 

karakteristik slow release (lepas lambat) dan tersusun atas partikel yang sangat 

kecil (nano). Makin halus ukuran hara makin mudah atau makin cepat diserap 

dan dicerna oleh tanaman baik perakaran, stomata dan jaringan meristem. 

sebab  lebih mudah dan lebih cepat diserap dan dicerna, maka jumlah 

pemakaian pupuk akan dapat dihemat tanpa mengganggu hasil produksi panen 

(Gunawan et al., 2017). 

64 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

5.2.2 Teknik Pemberian Pupuk An Organik 

Ketersediaan hara dalam tanah sesuai dengan kebutuhan tanaman pada masing-

masing fase pertumbuhannya sangat ditentukan oleh kondisi lahan dan 

ketepatan pemupukan. Dalam pemupukan perlu diperhatikan efektivitas dan 

efisiensi. Kesuburan tanah menentukan keberhasilan budidaya tanaman, 

menyangkut aspek faktor pembatas fisik dan kimia tanah. Sifat fisik tanah yang 

menonjol yaitu  drainase / permeabilitas, tekstur dan ruang pori; sedangkan 

sifat kimia tanah yaitu  kadar bahan organik, pH, ketersediaan hara esensial dan 

Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah (Munawar, 2018).  

Selain penggunaan dosis pemupukan yang akurat, usaha yang dapat dilakukan 

untuk meningkatkan produksi tanaman yaitu melalui metode pemberian pupuk 

yang tepat. Terdapat beberapa cara aplikasi pemupukan, di antaranya yaitu  

dengan cara disebar, dengan cara ditugal serta dengan cara dikocor, di mana 

masing-masing cara aplikasi pemupukan ini memberikan hasil yang berbeda 

bagi pertumbuhan dan hasil tanaman.  

Kelebihan pemupukan dengan cara dikocor yaitu lebih hemat, dapat diterapkan 

di segala cuaca, lebih mudah dikerjakan, mudah diserap tanaman/reaksi cepat 

dan dapat meningkatkan hasil panen, tapi juga memiliki kekurangan yaitu 

potensi penguapan lebih tinggi dan membutuhkan lebih banyak air. Sedangkan 

kelebihan pemupukan dengan cara disebar/ditugal yaitu lebih tahan atau tidak 

mudah larut oleh air hujan. Tetapi memiliki kekurangan yaitu penggunaan 

pupuk lebih banyak, reaksi tanaman lebih lambat disebab kan membutuhkan 

lebih banyak waktu untuk melarutkan kandungan unsur hara dalam pupuk, serta 

membutuhkan lebih banyak tenaga untuk menabur/menugal pupuk (Munawar, 

2018). 

Pemilihan metode pemupukan juga harus mempertimbangkan cuaca, jenis 

tanah, jenis tanaman, dan jenis pupuk. Aplikasi pemupukan dengan cara kocor 

dapat diterapkan untuk pupuk berbentuk larutan, sedangkan apabila pupuk 

dalam bentuk padat maka dapat diaplikasikan dengan metode ditugal / ditabur. 

Dengan pemilihan cara aplikasi pemupukan yang tepat serta mengetahui 

berbagai karakteristik pupuk, maka dapat dipilih jenis pupuk yang sesuai dengan 

kebutuhan dan kondisi tanaman sehingga dapat memberi manfaat optimal bagi 

pertumbuhan dan hasil tanaman yang optimal. 

 

Bab 6 

Penyerapan dan Pergerakan 

Hara dalam Tanaman 

 

 

 

6.1 Pendahuluan 

Tanaman membutuhkan unsur hara agar dapat tumbuh dengan baik dan 

menghasilkan produk yang berkualitas. Upaya untuk memenuhi unsur hara 

merupakan hal mutlak sebab  ketersediaan unsur hara di alam sangat terbatas, 

dan semakin berkurang sebab  telah terserap oleh tanaman. Unsur hara yang 

dibutuhkan tanaman dapat digolongkan dalam dua golongan besar, yaitu Unsur 

hara makro dan mikro. Unsur hara makro yaitu  unsur hara yang dibutuhkan 

tanaman dalam jumlah besar. Unsur hara makro terdiri atas Nitrogen (N), 

Phosfor (P), Kalium (K), Sulfur/belerang (S), Calsium (Ca), dan Magnesium 

(Mg). Unsur hara makro yang diperoleh dari udara yaitu  Carbon (C), Hidrogen 

(H) dan Oksigen (O). Unsur hara mikro, yaitu unsur hara yang dibutuhkan 

tanaman dalam jumlah yang tidak terlalu banyak dan bervariasi tergantung jenis 

tanaman.Unsur hara mikro terdiri atas Klor (Cl), Zat besi (Fe), Mangan (Mn), 

Tembaga (Cu), Seng (Zn), Boron (B), Molibdenum (Mo) (Anonim, 2018; 

Rajiman, 2020).  

66 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

6.2 Organ Penyerapan Hara 

Organ penyerapan hara pada tanaman terdiri atas dua macam yaitu daun dan 

akar. Organ daun terdiri atas jaringan epidermis, jaringan mesofil, dan jaringan 

pengangkut (Gambar 6.1). Jaringan epidermis terdiri atas satu lapis sel, 

berbentuk balok, dinding selnya mengalami penebalan dari zat kutin (kutikula) 

atau lignin. Pada jaringan epidermis terdapat stomata (mulut daun) yang terletak 

di antara dua sel penutup. Letak stomata terkadang terdapat di permukaan atas 

dan ada yang terdapat di permukaan bawah atau ada yang terdapat di permukaan 

atas dan bawah daun. Struktur stomata dapat membuka dan menutup dan 

berfungsi sebagai tempat terjadinya pertukaran gas dan air. Selain itu pada 

jaringan epidermis juga terdapat modifikasi berupa trikoma (rambut) dan sel 

kipas. Struktur jaringan epidermis bervariasi dalam hal jumlah lapisan, bentuk, 

struktur, susunan stomata, penampilan, dan susunan trikoma, serta adanya sel 

khusus. Umumnya permukaan atas daun disebut adakksial, sedangkan 

permukaan bawah daun disebut abaksial. Jaringan mesofil terdiri atas parenkim 

pagar dan bunga karang. Jaringan parenkim pagar mengandung kloroplas dan 

berfungsi untuk fotosintesis.  

 

Gambar 6.1: Anatomi daun (Shipunov, 2021) 

Jaringan palisade susunannya lebih rapat, hal ini berbeda bila dibandingkan 

dengan jaringan spons terdiri dari sel bercabang yang tak teratur bentuknya. 

Bentuk sel parenkim spons dapat berbentuk bermacam-macam. Secara spesifik 

ditandai adanya rongga yang terdapat antara sel satu dan lainnya. Berkas 

pengangkut terdiri atas xylem dan floem. Sel berkas pengangkut ini berdinding 

Bab 6 Penyerapan dan Pergerakan Hara dalam Tanaman 67 

 

tipis untuk memudahkan terjadinya transpor antar sel (Campbel, 2005; Mulyani, 

2006). 

 

Gambar 6.2: Anatomi akar (Shipunov, 2021) 

Organ akar terdiri atas jaringan epidermis, korteks, endodermis dan jaringan 

pengangkut (Gambar 6.2). Struktur terluar dari organ akar yaitu  jaringan 

epidermis dan terdiri atas selapis sel yang rapat serta berdinding tipis. Terkait 

fungsinya dalam proses penyerapan air, jaringan epidermis bersifat 

semipermiabel dan mudah ditembus air. Sedangkan terkait fungsinya sebagai 

pelindung jaringan epidermis mengalami penebalan sehingga strukturnya lebih 

kuat. Pada permukaan epidemis terdapat bulu-bulu akar yang merupakan 

modifikasi dari jaringan epidermis dan berfungsi untuk menyerap air dan unsur 

hara. Jaringan dasar berupa korteks yang terdiri atas banyak sel dan mempunyai 

dinding sel yang tipis. Di dalamnya terdapat ruang-ruang antar sel sebagai 

tempat penyimpanan udara dan pertukaran gas. Korteks mengelilingi silider 

pusat dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan. Jaringan-

jaringan yang terdapat pada korteks antara lain yaitu  parenkim, kolenkim, dan 

sklerenkim. Endodermis terletak di sebelah dalam korteks. Endodermis terdiri 

atas satu lapis sel yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel, dinding selnya 

mengalami penebalan gabus. Deretan sel-sel endodermis dengan penebalan 

gabus disebut pita kaspari. Dengan adanya penebalan gabus ini maka tidak dapat 

ditembus air sehingga air harus masuk ke silinder pusat melalui sel endodermis 

yang dindingnya tidak menebal, yang disebut sel penerus air. Endodermis 

merupakan pemisah yang jelas antara korteks dan stele atau silinder pusat. 

Silinder pusat merupakan lapisan yang terletak di tengah akar di sebelah dalam 

endodermis. Di dalam silinder pusat terdapat pembuluh kayu (xylem) dan 

pembuluh tapis (floem) yang berfungsi untuk pengangkutan air dan mineral. 

68 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

Xilem mengangkut air dan hara mineral dari dalam tanah ke daun, sedangkan 

floem mengangkut hasil-hasil fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tubuh 

tumbuhan yang memerlukan (Campbel, 2005; Mulyani, 2006). 

 

6.3 Penyerapan Hara Mineral 

Tanaman memenuhi kebutuhan hara melalui akar dan daun. Tanaman akan 

menyerap hara dalam bentuk anion dan kation. Bentuk hara yang umum yaitu  

NH4+, K+, Ca2+, Mg2+, NO3-, HPO42- dan Cl-. Ion dalam tanah sebagian 

akan terjerap tanah dan larut dalam air. Penyerap ion dapat berupa lempung 

maupun bahan organik. Ion yang larut dalam air sangat mudah tercuci. 

Penyerapan hara melalui akar dengan beberapa mekanisme, yaitu hara 

berpindah dari dalam tanah ke permukaan akar serta hara di permukaan akar 

akan masuk ke dalam akar. Hara di dalam akar akan ditranslokasikan ke semua 

jaringan tanaman. Hara akan selalu berpindah satu tempat ke tempat lain, jika 

tidak terikat oleh media. Perpindahan hara dari dalam tanah dan larutan tanah 

menuju permukaan akar dengan mekanisme intersepsi dan persinggungan, 

aliran masa, dan difusi. Mekanisme perpindahan hara secara intersepsi dan 

persinggungan disebabkan oleh terjadinya pertumbuhan akar tanaman dan 

terbentuknya bulu akar. Pembentukan akar dan bulu akar akan menyebabkan 

persinggungan dengan ion yang ada dalam tanah. Persinggungan akar dengan 

tanah akan mengakibatkan pertukaran ion dan ion akan masuk ke akar. 

Mekanisme yang terjadi pada intersepsi akar yaitu  pergerakan akar tanaman 

yang memperpendek jarak antara tanaman dengan keberadaan unsur hara. 

Peristiwa ini terjadi sebab  akar tanaman tumbuh dan memanjang, sehingga 

memperluas jangkauan akar ini . Perpanjangan akar ini  menjadikan 

permukaan akar lebih mendekati posisi keberadaan unsur hara, baik unsur hara 

yang ada dalam larutan tanah, permukaan koloid liat, maupun permukaan koloid 

organik.  

Pada aliran massa, ion dan bahan lain akan berpindah bersama dengan aliran air 

ke akar. Aliran air terjadi akibat perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan 

disebabkan adanya transpirasi. Mekanisme aliran massa yaitu  gerakan unsur 

hara di dalam tanah menuju ke permukaan akar bersama-sama dengan gerakan 

massa air. Selama proses transpirasi tanaman berlangsung, terjadi juga proses 

penyerapan air oleh akar tanaman. Terserapnya air sebab  adanya perbedaan 

potensial air yang disebabkan oleh proses transpirasi ini . Nilai potensial air 

Bab 6 Penyerapan dan Pergerakan Hara dalam Tanaman 69 

 

di dalam tanah lebih rendah dibandingkan dengan permukaan bulu akar 

sehingga air tanah masuk kedalam jaringan akar. Pergerakan massa air ke akar 

tanaman akibat langsung dari serapan massa air oleh akar tanaman berikut juga 

unsur hara yang terkandung dalam air ini .  

Mekanisme perpindahan hara secara difusi yaitu  perpindahan ion akibat 

perbedaan konsentrasi. Ion akan berpindah dari konsentrasi tinggi ke 

konsentrasi rendah. Perubahan konsentrasi di permukaan akar disebabkan hara 

mengalir ke akar, sehingga konsentrasi menjadi rendah. Pada kondisi 

konsentrasi yang rendah, ion akan disuplai dari larutan tanah yang memiliki 

konsentrasi lebih tinggi. Difusi terjadi sebab  konsentrasi unsur hara pada 

permukaan akar tanaman lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi hara 

pada larutan tanah, pada permukaan koloid liat serta pada permukaan koloid 

organik. Kondisi ini terjadi sebab  sebagian besar unsur hara ini  telah 

diserap oleh akar tanaman. Tingginya konsentrasi unsur hara pada ketiga posisi 

ini  menyebabkan terjadinya peristiwa difusi dari unsur hara berkonsentrasi 

tinggi ke posisi permukaan akar tanaman. Hara yang telah berada di permukaan 

akar akan diserap tanaman melalui dua proses, yaitu: proses aktif dan selektif. 

Proses aktif yaitu  proses penyerapan unsur hara yang memerlukan energi aktif, 

sehingga harus tersedia energi metabolik yang dihasilkan dari proses pernapasan 

akar tanaman. Selama proses pernapasan akar tanaman akan menghasilkan 

energi metabolik yang berfungsi untuk mendorong berlangsungnya penyerapan 

unsur hara. Penyerapan hara aktif akan ditentukan oleh aktivitas pernapasan akar 

tanaman.  

Semakin menurun aktivitas pernapasan akar tanaman akan menurunkan proses 

penyerapan unsur hara. Pernapasan akar yang paling aktif terletak pada bagian 

dekat ujung akar yang baru terbentuk dan rambut-rambut akar. Proses selektif 

yaitu  proses penyerapan unsur hara yang terjadi secara selektif. Penyerapan 

hara selektif akan ditentukan oleh membran sel. Seperti diketahui bahwa sel akar 

terdiri dari3 bagian utama yaitu: dinding sel, membran sel, dan protoplasma. 

Dinding sel merupakan bagian yang langsung bersinggungan dengan tanah dan 

bersifat tidak aktif. Membran sel merupakan bagian yang mengelilingi 

protoplasma. Membran sel dan protoplasma bersifat aktif. Membran sel 

memiliki kemampuan untuk melakukan seleksi terhadap unsur hara yang 

melewati. Penyerapan unsur hara melalui membran sel akan berlangsung 

melalui suatu carrier(pembawa). Carrier (pembawa) ini bersenyawa dengan ion 

(unsur) terpilih yang akan di bawa masuk ke protoplasma dengan menembus 

membran sel. Proses selektif dapat berlangsung sebagai berikut. - Pada saat akar 

70 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

tanaman menyerap hara dalam bentuk kation (K+, Ca2+, Mg2+, dan NH4+) 

selanjutnya akar akan mengeluarkan kation H+ dalam jumlah yang setara. - 

Pada saat akar tanaman menyerap hara dalam bentuk anion (NO3-, H2PO4-, 

SO4-) selanjutnya akar mengeluarkan HCO3- dengan jumlah yang setara. 

Penyerapan hara melalui daun dilakukan melalui stomata, dan dibatasi dinding 

luar sel epidermis. Dinding sel dilindungi oleh lapisan yang bersifat hidrofobik. 

Penyerapan hara melalui daun dipengaruhi oleh konsentrasi larutan, valensi, 

temperatur dan tingkat aktivitasnya. Pemupukan melalui daun relatif cepat 

berpengaruh dibandingkan melalui akar. Pemupukan melalui daun mengalami 

permasalahan, yaitu kemampuan penetrasi hara sangat lambat, hara mudah 

tercuci air hujan, hara sukar menempel pada daun yang memiliki lapisan 

hidropobik, kecepatan perpindahan hara terbatas, terutama daun yang berumur 

tua, membutuhkan tambahan tenaga, peralatan dan biaya, jika diberikan dalam 

konsentrasi yang tinggi, daun sering mengalami kerusakan. Unsur hara yang 

diserap secara intersepsi dan aliran masa yaitu  Ca, Mg, Zn, Cu, B, Fe dan N, 

Unsur P dan K digunakan tanaman dengan cara difusi. Penyerapan hara oleh 

tanaman dipengaruhi oleh faktor air, air berfungsi sebagai pelarut hara, faktor 

daya serap akar, alkalis tanah, yaitu derajat keasaman atau kebasaan tanah yang 

memengaruhi ketersediaan hara bagi tanaman.  

Proses penyerapan hara melalui daun terjadi sebab  adanya proses difusi dan 

osmosis melalui stomata sehingga mekanismenya berhubungan langsung 

dengan membuka dan menutupnya stomata. Banyak faktor yang menyebabkan 

membuka dan menutupnya stomata, selain disebabkan oleh aktivitas sel penjaga 

juga disebabkan oleh pengaruh lingkungan. Penyerapan air oleh sel penjaga 

disebabkan oleh perbedaan potensial osmotik antara sel penjaga dan sel-sel di 

sekitarnya. Jika potensial osmotik protoplas sel penjaga lebih negatif daripada 

sel sekitarnya, maka air akan bergerak masuk ke dalam sel penjaga secara 

osmosis sehingga mengakibatkan naiknya tekanan sel dan menyebabkan sel 

menggembung. Unsur hara dalam bentuk ion-ion yang berada pada permukaan 

daun akan bergerak masuk secara difusi dan osmosis ke dalam sel setelah 

stomata membuka,. Masuknya ion-ion ini  ke dalam sel tanaman terjadi 

secara bertahap. Mula-mula molekul dan ion-ion zat terlarut menembus lapisan 

yang menyelubungi permukaan dinding sel sebelah luar dengan proses difusi 

menuju dinding sel yang dilapisi oleh membran plasma yang bersifat 

impermeabel terhadap ion-ion. Setelah melalui membran plasma, ion-ion masuk 

ke dalam sitoplasma. Di dalam sitoplasma, molekul dan ion-ion ini  

mengalami beberapa kemungkinan yaitu diubah ke dalam bentuk lain, 

mengalami pengangkutan ke sel lain atau diangkut oleh tonoplas menuju 

Bab 6 Penyerapan dan Pergerakan Hara dalam Tanaman 71 

 

vakuola atau organel-organel lain dalam sitoplasma antara lain mitokondria di 

mana terjadi proses respirasi sehingga dapat berperan dalam pertumbuhan 

tanaman (Rajiman, 2020; Salisbury dan Ross, 1995; Prawiranata et al., 1981; 

Hakim et al., 1986). 

 

6.4 Pergerakan Hara Mineral 

Pengangkutan hara ke bagian tengah akar dapat melalui dua jalur, yaitu apoplas 

yaitu angkutan hara melalui daerah bebas (DB) di antara sel-sel akar; dan 

simplas yaitu angkutan hara melalui plasmodesmata (benang-benang 

protoplasma yang menghubungkan sel satu dengan yang lain, dengan 

menghindar vacuola (Gambar 6.3). Larutan hara secara bebas bergerak menuju 

ke permukaan akar melalui difusi dan aliran massa. Hara dan senyawa dengan 

berat molekul kecil dapat masuk secara bebas sampai ke sel korteks yang berisi 

air secara difusi. Senyawa dengan BM tinggi (kelat logam, molekul racun, virus 

dan kuman-kuman patogen) terhambat oleh pori-pori yang berukuran kecil atau 

diameter sel akar. Daerah akar yang dapat dimasuki hara secara pasif disebut 

Daerah Bebas (DB) atau Affarent Free Space. Space atau ruang itu meliputi 

Rhizodermis dan korteks akar, meliputi 10% dari total volume akar. Gerakan 

pasif terhenti sampai sel kortek terdalam (endodermis) yang dindingnya dilapisi 

suberin yang kedap air disebut Kasparian Strip. Lapisan ini menghalangi hara 

masuk ke tengah akar secara pasif, kecuali pada ujung akar di mana diferensiasi 

sel belum sempurna dan pada pangkal akar di mana akar lateral menembus 

endodermis (Wiraatmaja, 2016) 

 

Gambar 6.3: Transportasi apoplas dan simplas (Shipunov, 2021) 

72 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

Di dalam pembuluh xylem, hara banyak bergerak secara pasif ke dalam pucuk 

bersama-sama dengan air mengikuti aliran transpirasi atau oleh tekanan akar. 

Hara bergerak dalam xylem secara pasif (aliran massa) bersama air mengikuti 

aliran transpirasi. Setelah air masuk ke dalam pembuluh xylem, hara akan 

mengikuti aliran air ke pucuk melalui aliran massa. Struktur pembuluh xylem 

terdiri atas sel-sel mati yang dinding sampingnya penuh noktah,sedangkan 

dinding atas dan bawahnya hilang sehingga pembuluh xylem terdiri atas pipa-

pipa yang dindingnya penuh dengan pori-pori. Dinding bagian dalam bermuatan 

negatif, dapat menyerap kation sehingga mempunyai bidang jerapan atau punya 

Kapasitas Tukar Kation (KTK). Dalam xylem, hara mengalami tiga proses yaitu 

pertukaran adsorpsi, resorpsi dan sekresi (pelepasan). Pertukaran adsorpsi 

terjadi pada bidang jerapan xylem, di mana kation tertentu mendesak posisi 

kation lain pada KTK dinding sel xylem sehingga kation lain ini  bergerak 

ke atas menuju ke bagian tanaman yang membutuhkan Resorpsi yaitu  

penyerapan hara secara aktif oleh sel-sel hidup disekitar xylem sepanjang 

perjalanan hara ini  dalam xylem. Sel hidup dekat xylem merupakan sel 

pertama yang menyerap secara selektif. Jadi konsentrasi ion tertentu menurun 

mulai dari akar ke pucuk. Keadaan seperti ini menyebabkan air yang keluar dari 

hidatoda melalui gutasi hanya berupa air murni. Perubahan komposisi hara 

selama perjalanannya dalam xylem sebab  adanya pelepasan (sekresi) hara dari 

sel-sel sekitar pembuluh xylem menuju ke xylem. Proses sekresi sangat penting 

untuk menjamin kesinambungan pasokan hara ke titik tumbuh. Bila pasokan 

hara dari akar banyak, kelebihannya disimpan di sel-sel sekitar pembuluh xylem 

dan sebaliknya (Wiraatmaja, 2016). 

Pengangkutan dalam floem yaitu  dua arah yaitu dari sumber (source) ke wadah 

(sink) dan digerakkan secara aktif. Pembuluh floem terdiri atas sel-sel hidup, 

pembuluh tapis, sel-sel pelengkap, dan sel-sel parenchyma. Sel pembuluh tapis 

mempunyai lapisan sitoplasma tipis disebut Protein-P menghubungkan sel tapis 

satu dengan yang lainnya. Jadi pola angkutan dalam floem mirip dengan pola 

pada simplas. Kalau pada simplas melalui plasmodesmata, sedangkan floem 

melalui protein-P. Lubang pada piringan tapis dilapisi Kalos (Callose), yaitu 

karbohidrat terdehidrasi. Kalos akan mengendalikan aliran floem dengan cara 

membengkak sehingga menutup jalur floem. Pemblokiran dirangsang oleh 

faktor luar seperti peningkatan suhu mendadak (terbakar) dan luka mekanis. 

Faktor ini  mengaktifkan pembengkakan sehingga lubang tertutup. 

Pengangkutan dalam floem merupakan angkutan jarak jauh. Arah angkutan 

dalam floem terdiri atas dua arah, yaitu dari “source” (daun) ke “sink” (akar, 

pucuk, buah, biji) sebagai tempat pembongkaran isi floem; serta dari tempat-

Bab 6 Penyerapan dan Pergerakan Hara dalam Tanaman 73 

 

tempat tertentu ke daun. Sumber hara yaitu  apoplast stele akar, xylem batang 

dan daun, dan sel-sel daun, terutama pada saat adanya remobilisasi hara. Antara 

pembuluh floem dan xylem hanya dipisahkan oleh beberapa lapis sel saja, dan 

hal itu memungkinkan terjadinya transfer hara dari xylem ke floem. Proses 

transfer ini  berlangsung secara aktif melalui sel transfer. Transfer hara dari 

xylem ke floem mempunyai peranan sangat penting sebab  aliran hara dalam 

xylem tidak menuju ke bagian-bagian yang membutuhkan hara, tetapi menuju 

ke bagian-bagian atau organ yang laju transpirasinya tinggi (Wiraatmaja, 2016). 

Perbedaan pengangkutan melalui xylem dan floem terdapat pada gambar 6.4. 

 

Gambar 6.4: Perbedaan pengangkutan melalui xylem dan floem (Sapkota, 

2020) 

74 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

 

 

Bab 7 

Fungsi-Fungsi Unsur Hara Bagi 

Tanaman 

 

 

 

7.1 Pendahuluan 

Tanaman dalam pertumbuhan dan produksinya membutuhkan makanan seperti 

halnya makhluk yang lain. Selama proses siklus hidupnya, setidaknya ada enam 

belas unsur hara esensial yang dibutuhkan dengan tiga elemen berasal dari 

atmosfer dan tanah yaitu karbon, hidrogen dan oksigen sedangkan sisanya yaitu 

nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium, belerang, besi, seng, mangan, 

tembaga, boron, molibdenum, dan klorin berasal dari mineralisasi tanah dan 

bahan organik tanah atau melalui penambahan dari pupuk organik dan 

anorganik.  

Kebutuhan unsur hara pada setiap jenis tanaman yaitu  unik dengan tingkat 

optimal kisaran nutrisi dan tingkat kebutuhan minimum yang berbeda-beda. 

Tanaman akan mengalami gejala defisiensi apabila unsur hara berada pada 

tingkat minimumnya, sedangkan apabila unsur hara diberikan dalam jumlah 

berlebih menyebabkan toksisitas ditandai dengan pertumbuhan dan produksi 

yang tidak normal. Oleh sebab  itu, jumlah dan kesimbangan unsur hara dalam 

tanah sangat perlu sekali dijaga misalnya dengan penambahan unsur hara 

melalui pemupukan. 

76 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

7.2 Fungsi-fungsi unsur hara bagi 

tanaman 

7.2.1 Nitrogen 

Nitrogen yaitu  unsur hara yang memiliki penyebaran paling luas. Kandungan 

N di atmosfer mencapai 3,8 x 1015. Pada tanaman, unsur N dijumpai dalam 

bentuk anorganik maupun organik dan menyerapnya dalam bentuk nitrat (NO3-

) dan amonium (NH4+), senyawa-senyawa amino dan protein (bahan organik). 

Unsur amonium (NH4+) yaitu  unsur yang paling banyak diserap tanaman 

sehingga N total berkorelasi lebih erat dengan ammonium (NH4+) 

dibandingkan yang lainnya (Hardjowigeno, 1987).  

Adapun peran dari unsur hara N bagi tanaman yaitu: 

1. Membentuk asam amino yang berperan sebagai bahan pembentukan 

protein apabila secara biologis bergabung dengan C, H, O dan S. 

Protein yang dihasilkan nantinya memiliki berbagai fungsi bagi 

tumbuhan misalnya sebagai pendukung, mengangkut substansi lain, 

pengkoordinasi aktivitas organisme, perespon sel terhadap 

rangsangan, pergerakan, perlindungan terhadap hama dan penyakit, 

mempercepat reaksi-reaksi kimiawi secara selektif. Selain itu, asam 

amino juga berperan dalam pembentukan protoplasma dan 

pembelahan sel sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang.  

2. Nitrogen berperan dalam semua reaksi enzimatis dalam tanaman 

sebab  semua enzim tumbuhan berasal dari protein. 

3. Nitrogen merupakan salah satu unsur penyusun klorofil yang menjadi 

agen utama dari kloroplas. Klorofil a dan klorofil b pada tumbuhan 

tingkat tinggi merupakan pigmen utama fotosintetik yang berperan 

guna menyerap cahaya violet, biru, merah dan memantulkan cahaya 

hijau oleh sebab  itu kandungan klorofil pada daun tanaman akan 

memengaruhi reaksi fotosintesis dan apabila reaksi fotosintesis tidak 

maksimal maka akan berdampak pula terhadap senyawa karbohidrat 

yang dihasilkan.  

Bab 7 Fungsi-fungsi Unsur Hara Bagi Tanaman 77 

 

4. Nitrogen merupakan komponen dari beberapa vitamin yang nantinya 

dihasilkan oleh tanaman untuk dikonsumsi oleh manusia.  

5. Pada tanaman sayuran daun dan tanaman berbiji, N berperan dalam 

peningkatan kualitas dan kuantitas dari bahan kering yang dihasilkan 

dan kandungan protein di dalamnya.  

7.2.2 Fosfor 

Fosfor secara umum berada di kulit bumi dengan konsentrasi 0,1% atau setara 

dengan 2 ton/ha dengan bentuk yang paling banyak yaitu  apatit batuan beku 

dan bahan induk tanah. Kedua bentuk ini menyebabkan P tidak tersedia secara 

langsung bagi tanaman. Sumber P juga berasal dari proses mineralisasi P-

organik yang mengimobilisasikan P dari larutan tanah dan hewan serta sisa-sisa 

tanaman melalui proses dekomposisi dengan kandungan 1% dimana guna 

menghasilkan 10 kg P dibutuhkan 1 ton bahan organik tanah yang telah 

melewati proses dekomposisi dengan nisbah C/N rasio 10 ammonium (NH4+) 

(Hanafiah, 2005) 

Unsur P-tersedia lebih cepat menjadi tidak tersedia dibandingkan N disebab kan 

terikat oleh kation tanah atau terfiksasi pada permukaan positif koloid tanah. 

Adapun peranan dari unsur P sebagai berikut: 

1. Peran utama P dalam proses fotosintesis dan respirasi yaitu  dalam 

proses penyimpanan dan transfer energi sebagai ADP (Adenosin 

difosfat) dan ATP (Adenosin trifosfat) serta DPN (Nukleotida 

difosopiridin) dan TPN (Nukleotida trifosopiridin) sehingga unsur P 

berperan vital dalam penyediaan energi kimiawi yang terlibat dalam 

produksi panas, cahaya dan gerak.  

2. Sebagai salah satu aktivator dari enzim, unsur P berperan dalam 

mengatur reaksi enzimatis misalnya dalam proses sintesis amilosa 

lewat peran enzim fosforilase glukosan.  

3. Unsur P merupakan komponen utama dari bagian struktur RNA 

(Ribonucleic acid) dan DNA (Deoxyribonucleic acid) yang berisi 

informasi materi genetik dari suatu tanaman. DNA bertanggung jawab 

dalam mentransfer dan menyimpan informasi genetika dalam jangka 

waktu yang panjang, sedangkan RNA secara langsung berperan dalam 

mengkode asam amino yang bertindak sebagai pembawa pesan antara 

78 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

DNA dan ribosom untuk membuat protein.  Pada beberapa organisme 

primitif RNA digunakan untuk mengirimkan informasi genetika dan 

mungkin merupakan molekul yang menyimpan cetak biru genetika. 

4. Unsur P berperan penting dalam mengurangi kejadian suatu penyakit 

pada beberapa tanaman dan juga ditemukan berperan dalam 

meningkatkan kualitas tanaman tertentu.  

5. Unsur P lebih banyak dibutuhkan pada bagian yang memiliki aktivitas 

metabolisme yang tinggi dan pembelahan sel yang cepat seperti di 

pucuk dan ujung akar, saat inisiasi bunga, dan pembentukan, 

perkembangan dan pematangan biji dan buah. Oleh sebab  itu, 

kekurangan unsur ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan 

tanaman menjadi lambat, lemah dan terhambat dengan gejala awal 

yang tampak adanya perubahan warna daun yang lebih gelap pada 

daun yang lebih tua sebab  unsur ini relatif mobile pada tumbuhan. 

7.2.3 Kalium 

Unsur hara K merupakan unsur hara kedua yang paling banyak diserap oleh 

tanaman setelah unsur hara N. K dalam larutan tanah merupakan hasil suplai 

dari pelarutan mineral-mineral K (Feldspar, mika, liat), K tertukar yang berasal 

dari koloid tanah dan berasal dari mineralisasi bahan organik/pupuk (Mengel, 

K, and Kirkby, E. A, 2001). 

Kandungan K dalam kerak bumi mencapai 2,6% sedangkan untuk bahan duk 

dan tanah muda mengandung 2-2,5% K atau setara dengan 40 - 50 ton K/ha. 

Unsur hara diserap tanaman dalam bentuk K+ melalui proses difusi, aliran 

massa dan intersepsi akar dengan rata-rata unsur ini Menyusun 1,0% bagian 

tanaman.  

Adapun fungsi dari unsur K yaitu: 

1. Penyusun utama komponen tanaman seperti protoplasma, lemak dan 

selulosa. 

2. Berperan dalam metabolisme karbohidrat (pembentukan, pemecahan 

dan translokasi pati) dengan mempertahankan keseimbangan muatan 

listrik di tempat produksi ATP dan K berperan dalam 

mentranslokasikan fotosintesis (Gula) untuk pertumbuhan tanaman 

Bab 7 Fungsi-fungsi Unsur Hara Bagi Tanaman 79 

 

atau penyimpanan dalam buah-buahan atau akar. Selain itu, K bersama 

dengan unsur nitrogen juga berperan dalam sintesis protein. 

3. Pengaturan pemanfaatan dan penyerapan dari unsur hara lain. 

4. Menetralisir asam-asam organik penting. 

5. Aktivitas berbagai jenis enzim (katalisator). 

6. Pengaturan dalam membuka dan menutupnya stomata sehingga 

tanaman dapat menyesuaikan diri untuk beradaptasi dengan perubahan 

iklim dan K juga berpengaruh dengan hal-hal lain yang berkaitan 

dengan penggunaan air. 

7. Unsur ini juga berperan dalam menurunkan efek kelebihan dari 

pemberian unsur hara N sehingga tanaman tidak terlalu rentan 

terhadap serangan hama dan penyakit, rapuh dan mudah rontok pada 

bagian daun, cabang batang, bunga dan buah. 

7.2.4 Kalsium 

Kalsium (Ca) merupakan kation divalen yang diserap tanaman dari tanah dalam 

bentuk ion kalsium (Ca2+). Kalsium sebagian besar berasal dari sumber 

geologis pelapukan material tanah dan merupakan ion utama dalam pertukaran 

kation tanah (Rao, 2009).  

Unsur ini terakumulasi pada daun yang lebih tua dan dapat mengaktifkan enzim 

tertentu untuk memainkan peran penting dalam mengatur aktivitas 

metabolisme. Unsur kalsium dibutuhkan oleh jaringan meristematik dan 

diferensiasi.  

Fungsi unsur kalsium yaitu: 

1. Kalsium merupakan penyusun struktur dinding sel dan transduksi 

sinyal pada tumbuhan, sehingga tanaman yang kekurangan kalsium 

akan menunjukkan terhambatnya pertumbuhan tunas, daun muda dan 

ujung akar.  

2. Membantu dalam stabilitas dan plastisitasnya membran dengan 

mempertahankan integritas sel dan membran permeabilitas serta 

pemeliharaan struktur kromosom. Kalsium juga berperan dalam 

membran plasma sebagai second messenger. Kalsium diperlukan 

untuk sintesis dinding sel baru, khususnya untuk lamella tengah. Pada 

80 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

lamella tengah kalsium membentuk ikatan elektrostatik dengan 

komponen organik (menggabungkan poligalakturonat dengan gugus 

RCOO-). 

3. Sebagai kofaktor beberapa enzim yang terkait dengan hidrolisis ATP 

dan fosfolipid. 

4. Bertindak sebagai agen detoksifikasi dengan menetralkan asam 

organik pada tumbuhan, sebab  pada umumnya sangat jarang tanaman 

tumbuh pada tanah yang kekurangan kalsium. Namun kalsium dapat 

dibatasi ketersediaannya pada tanaman yang tumbuh di pH rendah, hal 

ini dilakukan sebab  banyak logam tersedia pada tanah pH rendah 

(contoh aluminium) yang bersifat racun apabila berlebihan diserap 

oleh tanaman. Peran kalsium pada proses adaptasi lingkungan 

berkaitan erat dengan kerja calmodulin. Beberapa kenampakan proses 

fotomorfogenesis yang berkaitan dengan mekanisme adaptasi tanaman 

terhadap cekaman lingkungan seperti perubahan potensial membran, 

gerakan daun, perluasan daun, dan sintesis pigmen, yang kesemuanya 

melibatkan proses induksi dan sintesis enzim melalui kerja fitokrom.  

5. Secara tidak langsung Ca membantu meningkatkan produktivitas 

panen dengan mengurangi keasaman tanah.  

7.2.5 Sulfur 

Sulfur/belerang (S) yaitu  komponen struktural amino acid, protein, enzim dan 

vitamin yang sangat penting untuk menghasilkan klorofil. Belerang berasal dari 

pelapukan bahan tanah induk/produk samping pembakaran bahan bakar fosil 

yang menghasilkan gas mengandung belerang hidrogen sulfida dan belerang 

dioksida, kemudian gas ini diubah menjadi asam sulfat dari hujan asam. Unsur 

ini dapat ditemukan pada protein dan enzim yang mengatur fotosintesis dan 

fiksasi nitrogen. Tanaman umumnya menyerap sulfur dalam bentuk sulfat 

(SO42-) (Uchida, 2000). Pupuk sulfur merupakan solusi yang digunakan untuk 

memenuhi kebutuhan sulfur pada tanaman. Kandungan sulfur pada lahan 

pertanian di daerah humid dan semi humid sekitar 100 hingga 500 mg kg-1 atau 

0,01 hingga 0,05% S, sedangkan pada tanah di daerah tropis kandungan S 

rendah disebab kan rendahnya kandungan bahan organik.  

 

Bab 7 Fungsi-fungsi Unsur Hara Bagi Tanaman 81 

 

Sulfur memiliki fungsi di antaranya: 

1. Sulfur merupakan penyusun asam-asam amino esensial (sistin, sistein, 

methionin). Asam amino ini kemudian banyak perperan dalam 

pembentukan klorofil tanaman dan sintesis protein serta pembentukan 

struktur tanaman  (Mengel, K, and Kirkby, E. A, 2001). Selain itu, 

sulfur juga berperan membentuk ikatan disulfida antara rantai 

polipeptida yang berperan dalam pentuan rasa untuk banyak sayuran 

dan merupakan salah satu penyusun koenzim A dan hormone biotin 

serta thiamin yang dalam proses metabolisme karbohidrat. Dari total S 

yang ada pada tumbuhan, sepertiga hingga setengahnya harus tersedia 

sebagai SO4 agar pertumbuhan tanaman mencapai optimal. Ion SO4 

harus ada di tempat reduksi pada tingkat yang memadai untuk reduksi 

dan asimilasinya. Selain itu, ion SO4 juga bersama dengan sejumlah 

kation dan anion berperan agar sel dan membrane berfungsi dengan 

baik dalam jaringan tanaman. Ion SO4 yang terkait dengan metabolit 

organik memberikan kelarutan yang lebih besar sebab  sifat 

hidrofiliknya. 

2. Membantu stabilisasi struktur protein, S dalam protein terikat menjadi 

sistein (-C-SH), metionin (-CS-CH3) dan sistin (-CSSC-). 

3. Membantu produksi benih dan bentuk bintil 

7.2.6 Magnesium 

Magnesium (Mg) yaitu  kation divalent namun berbeda dengan kalsium yang 

sumber utamanya dari pelapukan bahan induk dalam tanah dan sebagian umum 

ditemukan dari kompleks pertukaran kation dalam tanah. Magnesium diserap 

tanaman dalam bentuk Mg2+ divalent (Hardjowigeno, 1987).  

Unsur ini cukup melimpah dan bergerak sebagai ion terlarut untuk countering 

penting berbagai anion organic dan anorganik. Kemiripan unsur MG dan Ca 

yaitu  divalensi dan kemampuan membentuk ikatan kimia yang agak stabil, 

tetapi umumnya ikatan Ca lebih ulet daripada Mg. Mg dalam klorofil terkait 

dengan N dari empat kelompok porfirin melalui ikatan kovalen parsial dan 

menyumbang sekitar 15-20% dari total Mg pada tanaman.  

 

82 Tanah dan Nutrisi Tanaman 

Adapun fungsi magnesium ialah: 

1. Penyusun utama struktur utama klorofil dan terlibat dalam sintesis 

asam nukleat. sebab  magnesium ialah komponen penting penyusun 

klorofil, maka tanaman yang kekurangan magnesium sering 

menunjukkan gejala klorosis. Gejala klorosis cenderung muncul 

pertama pada jaringan dewasa sebab  magnesium dapat 

ditranslokasikan di dalam tanaman. 

2. Magnesium merupakan komponen penstabil ribosom pada tumbuhan, 

yang digunakan untuk pembentukan pembentukan buah dan kacang 

serta penting untuk perkecambahan biji. 

3. Membantu pergerakan gula dalam tanaman 

4. Mendukung penyerapan dan translokasi fosfor dan activator alosterik 

lebih dari 300 enzim 

7.2.7 Besi  

Besi dalam kerak bumi ada sekitar 5% dan diserap tanaman dalam bentuk ion 

ferri (Fe3+) dari ion ferro (Fe2+) yang dioksidasi secara reversibel selama 

transfer elektron. Beberapa Fe hadir dalam bentuk terlarut dan beberapa terikat 

oleh membrane (Hanafiah, 2005).  

Kadar Fe dalam tanah sekitar 0,7-55%, sedangkan dalam tanaman sekitar 80% 

yang terdapat dalam kloroplas/sitoplasma. Dalam kloroplas Fe di ferodoksin 

hadir dalam bentuk divalent dan trivalent. Kebutuhan Fe tanaman sebanding 

de