Analisa hara pupuk : menyatakan berapa jumlah relatif dari N,
P2O5,dan K2O dalam pupuk tersebut
ATP (Adenosine
Triposfat)
: satuan pertukaran energi dalam sel.
Aerasi : Tata udara tanah
Allelopati :
Auksin : zat tumbuh yang pertama ditemukan yang
bekerja pada proses perpanjangan atau
pembesaran sel.
Bekerjanya pupuk : adalah waktu yang diperlukan sejak saat
pemberian pupuk hingga pupuk tersebut dapat
diserap tanaman
:
Curah hujan :
Daur air : adalah perubahan yang terjadi pada air secara
berulang dalam suatu pola tertentu.
Diferensiasi : proses pertumbuhan tanaman disebut
Derajat peresapan air Angka yang menyatakan derajat meresapnya
air pengairan ke dalam tanah dan keseragaman peresapannya ke dalam lapisanlapisan bawah tanah
Derajat
ketebakan
kebasahan
merupakan pernyataan yang menyatakan
berapa besar pembasahan tanah, yang
seharusnya segera dilakukan setelah kurun
waktu pemberian air pengairan.
Difusi : adalah pergerakan molekul atau ion dari
dengan daerah konsentrasi tinggi ke daerah
dengan konsentrasi rendah
Embrio : Calon individu baru
Epidermis : Kulit luar organ berupa lapisan lilin yang
mencegah kehilangan air secara berlebihan
Epigeal : Proses perkecambahan yang hipokotilnya
tumbuh memanjang akibatnya kotiledon dan
plumula terdorong ke permukaan tanah,
sehingga kotiledon berada diatas tanah
Fotosintesis : Pengubahan bentuk tanaga matahari menjadi
bentuk lain
Fotosisitem I : Molekul klorofil yang menyerap cahaya pada
panjang gelombang 700 nM.
Fotosistem II : Terdiri dari molekul klorofil yang menyerap
cahaya pada panjang gelombang 680nM
Fototropisme : merupakan peristiwa pembengkokan ke arah
cahaya
Flooding (Cara
penggenangan)
adalah cara pemberian air ke lahan pertanian
sehingga menggenangi permukaan tanahnya.
Gen : faktor pembawa sifat menurun yang terdapat
di dalam makhluk hidup
Giberelin : Hormon yang bekerja hanya merangsang
pembelahan sel. Terutama untuk merangsang
pertumbuhan primer
Gravity irrigation
atau irigasi gaya
berat
Sistem ini menggunakan cara di mana
pemberian/ penyaluran air pengairan ini
sepenuhnya dengan memperhatikan gaya
berat
ground water, yaitu air tanah atau jelasnya air permukaan
yang meresap ke dalam tanah dan berkumpul
di bagian lapisan bawah tanah yang kemudian
sedikit demi sedikit akan ke luar melalui mata
air
Habitat : Tempat tinggal makluk hidup
Higroskopisitas
pupuk
: adala sifat mudah tidaknya pupuk bereaksi
dengan uap air.
Hipogeal : Pada perkecambahan ini terjadi pertumbuhan
memanjang dari epikotil yang menyebabkan
plumula keluar menembus kulit biji dan muncul
diatas tanah kotiledon tetap berada di dalam
tanah
Hormon (zat tumbuh) : suatu senyawa organik yang dibuat pada
suatu bagian tanaman dan kemudian diangkut
ke bagian lain, yang konsentrasinya rendah
dan menyebabkan suatu dampak fisiologis
Hiposonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan
osmosis lebih rendah daripada larutan lain
Indeks garam : merupakan gambaran perbandingan kenaikan
tekanan osmotik karena penambahan 100 g
pupuk dengan kenaikan tekanan osmotik
karena penambahan 100 g NaNO3
Irigasi Isecara umum didefinisikan sebagai
pemberian air kepada tanah dengan maksud
untuk memasok kelembaban tanah esensial
bagi pertumbuhan tanaman
interflow, yaitu aliran air yang meresap ke lapisan tanah
permukaan dan kemudian mengalir kembali ke
luar dari lapisan tanah permukaan tersebut ke
permukaan tanahnya
Isotonik atau isomosi : Suatu larutan yang mempunyai tekanan
osmosis yang sama dengan larutan lain
Kelarutan pupuk : menyatakan mudah tidaknya suatu pupuk larut
dalam air, dan diserap akar tanaman.
Kekeringan dapat dinyatakan sebagai suatu keadaan
dimana berkurangnya jumlah air disebabkan
oleh menurunnya daya dukung tanah terhadap
ketersediaan air
Kekeringan hidrologi, adalah kekeringan yang berasosiasi dengan
efek periode singkat dari curah hujan
Kekeringan
meteorology
, adalah cekaman kekeringan yang
disebabkan keterbatasan curah hujan yang
berkepanjangan
Kekeringan sosial
ekonomi,
adalah keadaan perubahan sosial ekonomi
masyarakat yang disebabkan oleh
keterbatasan air
Kadar unsur pupuk Banyaknya unsur hara yang dikandung oleh
sutatu pupuk
Kemasaman pupuk : Reaksi fisiologis masam dari pupuk yang
diberikan ke tanah
Karbohidrat : Zat gula
Klorofil : Atau biasa disebut zat hijau daun. zat ini
sangat berguna untuk mengubah zat yang
diserapnya menjadi zat-zat makanan
Kloroplas :
Kinin atau sitokinin : Zat hormone yang bekerja mempercepat
pembelahan sel, membantu pertumbuhan
tunas dan akar, dan dapat menghambat
proses penuaan (senescence).
Kutikula : Lapisan dari lilin yang melindungi permukaan
daun dari teriknya cahaya matahari atau
lingkungan yang kurang menguntungkan
Kualitas air
pengairan
Adalah jumlah kandungan ion yang
berbahaya, ataupun hara yang berguna
bagi tanaman
Kohesi : Gaya tarik menarik Molekul air dengan
molekul air lainnya
Layu permanen : Tanaman yang kekurangan air dan apabila
disiram tidak dapat pulih kembali.
Mesofil : Sel-sel pada bagian daun yang banyak
mengandung kloroplas (lebih kurang
setengah juta kloroplas setiap milimeter
perseginya)
Meiosis : pembelahan sel kelamin
Meristem : Jaringan muda yang senantiasa membelah
(meristematis)
Mitosis : pembelahan dari sel tubuh
Multiselluler : makhluk hidup bersel banyak
:
nilai ekivalen
kemasaman,
: yang artinya berapa jumlah Kg kapur (CaCO3)
yang diperlukan untuk meniadakan
kemasaman yang disebabkan oleh
penggunaan 100 Kg suatu jenis pupuk
Nutrisi : Mineral yang dibutuhkan tanaman
Osmosis : peristiwa bergeraknya pelarut antara dua
larutan yang dibatasi membran semi
permiable dan (selaput permiable diffrensial)
berlangsung dari larutan yang konsentrasinya
tinggi ke konsentrasi rendah
Pertumbuhan : didefinisikan sebagai peristiwa perubahan
biologis yang terjadi pada makhluk hidup
berupa perubahan ukuran yang bersifat
irreversible (tidak berubah kembali ke asal
atau tidak dapat balik)
Pertumbuhan primer : adalah pertumbuhan ukuran panjang pada
bagian batang tumbuhan karena adanya
aktivitas jaringan meristem primer.
Pertumbuhan
sekunder
: adalah pertambahan besar dari organ
tumbuhan karena adanya aktivitas jaringan
meristem sekunder yaitu kambium pada kulit
batang, kambium batang, dan dan akar.
Perkembangan : proses menuju pencapaian kedewasaan atau
tingkat yang lebih sempurna pada makhluk
hidup
Perkecambahan : merupakan proses pertumbuhan dan
perkembangan embrio
:
Phloem : pembuluh tempat transport makanan
Plasmolisis : Peristiwa lepasnya plasma sel dari dinding sel
:
Potensi air : energi potensial air yang terkandung dalam
tubuh tanaman
Pupuk buatan Pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat
oleh pabrik dengan kandungan unsur hara
tertentu
Pupuk asam Pupuk dapat menurunkan pH disebut
Pupuk basa Pupuk yang dapat menaikkan pH
Pupuk tunggal : Pupuk yang hanya mengandung satu unsur
Pupuk majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur
Reaksi terang : reaksi fotosintesis yang memerlukan cahaya
Reaksi gelap : reaksi fotosintesis yang tidak memerlukan
cahaya
Respirasi : merupakan proses perombakan senyawa
organik menjadi senyawa anorganik dan
menghasilkan energi
Respirasi aerob : suatu proses metabolisme tanaman dengan
menggunakan oksigen yang
Respirasi anaerob : reaksi pemecahan karbohidrat untuk
mendapatkan energi tanpa menggunakan
oksigen
Run off aliran air permukaan
Stomata : Mulut daun
Suhu minimum : Suhu paling rendah dimana organisme masih
dapat melaksanakan metabolismenya
Suhu maksimum : Suhu paling tinggi dimana organisme masing
dapat melaksanakan metabolisme
Suhu optimum : Suhu paling baik untuk kelangsungan
metabolisme pada makhluk hidup
Sugar sink : Tempat penerima gula, tempat gula disimpan
atau dikonsumsi
Supertonik : Suatu larutan yang mempunyai tekanan
osmosis lebih tinggi daripada larutan lain
Sprinkle Irigation air pengairan secara pancaran
Stomata : merupakan celah yang dibatasi oleh dua sel
penjaga
Tumbuhan hijau : Tumbuhan yang mengandung zat hijau daun
(klorifil)
Tekanan turgor. : Tekanan hidrostatik dalam sel disebut
Top dressing Pembeian pupuk melalui disebar di atas
permukaan tanah.
Transpirasi : adalah proses penguapan air melalui stomata
Uniselluler : Organisme ber sel tunggal
Xylem : Merupakan jaringan pengangkutan air
Zigot : Sel hasil penyatuan sel betina (ovum)
dengan sel kelamin jantan
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN
PANGAN
(PADI,JAGUNG,KEDELAI)
8.1. Teknik Budidaya Padi
a. Botani Tanaman
Berdasarkan literatur Grist
(1960), padi dalam sistematika
tumbuhan diklasifikasikan ke
dalam Divisio Spermatophyta,
dengan Sub divisio
Angiospermae, termasuk ke
dalam kelas Monocotyledoneae,
Ordo adalah Poales, Famili
adalah Graminae, Genus adalah
Oryza Linn, dan Speciesnya
adalah Oryza sativa L.
Menurut D.Joy dan
E.J.Wibberley, tanaman padi
yang mempunyai nama botani
Oryza sativa dan dapat
dibedakan dalam dua tipe, yaitu
padi kering yang tumbuh di lahan
kering dan padi sawah yang
memerlukan air menggenang
dalam pertumbuhan dan
perkembangannya
Genus Oryza L. meliputi lebih
kurang 25 spesies, tersebar di
daerah tropik dan sub tropik
seperti Asia, Afrika, Amerika,
dan Australia.
Menurut Chevalier dan Neguier
padi berasal dari dua benua ;
Oryza fatua Koenig dan
Oryza sativa L berasal dari
benua Asia, sedangkan jenis
padi lainnya yaitu Oryza stapfii
Roschev dan Oryza glaberima
Steund berasal dari Afrika
Barat.
Padi yang ada sekarang ini
merupakan persilangan antara
Oryza officinalis dan Oryza
sativa f spontania. Tanaman padi
yang dapat tumbuh baik di
daerah tropis ialah indica,
sedangkan japonica banyak
diusahakan di daerah sub tropis
(Pustaka Bogor, 2005).
Berdasarkan literatur Aak (1992)
akar adalah bagian tanaman
yang berfungsi menyerap air dan
zat makanan dari dalam tanah,
kemudian diangkut ke bagian
atas tanaman. Akar tanaman
padi dapat dibedakan atas :
1. Radikula; akar yang
tumbuh pada saat benih
berkecambah. Pada
benih yang sedang
berkecambah timbul
calon akar dan batang.
Calon akar mengalami
pertumbuhan ke arah
bawah sehingga
terbentuk akar tunggang,
sedangkan calon batang
akan tumbuh ke atas
sehingga terbentuk
batang dan daun.
2. Akar serabut (akar
adventif); setelah 5-6 hari
terbentuk akar tunggang,
akar serabut akan
tumbuh.
3. Akar rambut ; merupakan
bagian akar yang keluar
dari akar tunggang dan
akar serabut. Akar ini merupakan saluran pada
kulit akar yang berada di
luar, dan ini penting
dalam pengisapan air
maupun zat-zat
makanan. Akar serabut
biasanya berumur
pendek sedangkan
bentuk dan panjangnya
sama dengan akar
serabut.
4. Akar tajuk (crown roots) ;
adalah akar yang tumbuh
dari ruas batang
terendah. Akar tajuk ini
dibedakan lagi
berdasarkan letak
kedalaman akar di tanah
yaitu akar yang dangkal
dan akar yang dalam.
Apabila kandungan udara
di dalam tanah rendah,
maka akar-akar dangkal
mudah berkembang.
Gambar 48. Pertumbuhan akar
padi
Bagian akar yang telah dewasa
(lebih tua) dan telah mengalami
perkembangan akan berwarna
coklat, sedangkan akar yang
baru atau bagian akar yang
masih muda berwarna putih.
Padi termasuk golongan
tumbuhan Graminae dengan
batang yang tersusun dari
beberapa ruas. Ruas-ruas itu
merupakan bubung kosong.
Pada kedua ujung bubung
kosong itu bubungnya ditutup
oleh buku. Panjangnya ruas
tidak sama. Ruas yang
terpendek terdapat pada pangkal
batang. Ruas yang kedua, ruas
yang ketiga, dan seterusnya
adalah lebih panjang daripada
ruas yang didahuluinya.
Pada buku bagian bawah dari
ruas tumbuh daun pelepah yang
membalut ruas sampai buku
bagian atas.
Tepat pada buku bagian atas
ujumg dari daun pelepah
memperlihatkan percabangan
dimana cabang yang terpendek
menjadi ligula (lidah) daun, dan
bagian yamg terpanjang dan
terbesar menjadi daun kelopak
yang memiliki bagian auricle
pada sebelah kiri dan kanan.
Daun kelopak yang terpanjang
dan membalut ruas yang paling
atas dari batang disebut daun
bendera.
Tepat dimana daun pelepah
teratas menjadi ligula dan daun
bendera, di situlah timbul ruas
yang menjadi bulir padi. Pertumbuhan batang tanaman
padi adalah merumpun, dimana
terdapat satu batang
tunggal/batang utama yang
mempunyai 6 mata atau sukma,
yaitu sukma 1, 3, 5 sebelah
kanan dan sukma 2, 4, 6 sebelah
kiri. Dari tiap-tiap sukma ini
timbul tunas yang disebut tunas
orde pertama.
Gambar 49 Pertumbuhan daun
padi
Tunas orde pertama tumbuhnya
didahului oleh tunas yang
tumbuh dari sukma pertama,
kemudian diikuti oleh sukma
kedua, disusul oleh tunas yang
timbul dari sukma ketiga dan
seterusnya sampai kepada
pembentukan tunas terakhir
yang keenam pada batang
tunggal.
Tunas-tunas yang timbul dari
tunas orde pertama disebut
tunas orde kedua. Biasanya dari
tunas-tunas orde pertama ini
yang menghasilkan tunas-tunas
orde kedua ialah tunas orde
pertama yang terbawah sekali
pada batang tunggal/ utama.
Pembentukan tunas dari orde
ketiga pada umunya tidak terjadi,
oleh karena tunas-tunas dari
orde ketiga tidak mempunyai
ruang hidup dalam kesesakan
dengan tunas-tunas dari orde
pertama dan kedua.
Padi termasuk tanaman jenis
rumput-rumputan mempunyai
daun yang berbeda-beda, baik
bentuk, susunan, atau bagianbagiannya.
Ciri khas daun padi adalah
adanya sisik dan telinga daun.
Hal inilah yang menyebabkan
daun padi dapat dibedakan dari
jenis rumput yang lain.
Adapun bagian-bagian daun padi
adalah
- Helaian daun ; terletak
pada batang padi dan
selalu ada. Bentuknya
memanjang seperti pita.
Panjang dan lebar
helaian daun tergantung
varietas padi yang
bersangkutan.
- Pelepah daun (upih) ;
merupakan bagian daun
yang menyelubungi
batang, pelepah daun ini
berfungsi memberi
dukungan pada bagian
ruas yang jaringannya
lunak, dan hal ini selalu
terjadi
- Lidah daun ; lidah daun
terletak pada perbatasan
antara helai daun dan
upih. Panjang lidah daun
berbeda-beda,
tergantung pada varietas
padi. Lidah daun
duduknya melekat pada
batang. Fungsi lidah
daun adalah mencegah
masuknya air hujan di
antara batang dan
pelepah daun (upih).
Disamping itu lidah daun
juga mencegah infeksi
penyakit, sebab media air
memudahkan
penyebaran penyakit.
Daun yang muncul pada saat
terjadi perkecambahan
dinamakan coleoptile. koleoptil
keluar dari benih yang disebar
dan akan memanjang terus
sampai permukaan air. koleoptil
baru membuka, kemudian diikuti
keluarnya daun pertama, daun
kedua dan seterusnya hingga
mencapai puncak yang disebut
daun bendera, sedangkan daun
terpanjang biasanya pada daun
ketiga.
Daun bendera merupakan daun
yang lebih pendek daripada
daun-daun di bawahnya, namun
lebih lebar daripada daun
sebelumnya. Daun bendera ini
terletak di bawah malai padi.
Daun padi mula-mula berupa
tunas yang kemudian
berkembang menjadi daun.
Daun pertama pada batang
keluar bersamaan dengan
timbulnya tunas (calon daun)
berikutnya. Pertumbuhan daun
yang satu dengan daun
berikutnya (daun baru)
mempunyai selang waktu 7 hari,
dan 7 hari berikutnya akan
muncul daun baru
lainnya.banyaknya daun padi
hingga terbentuknya malai.
Gambar 50 Bagian daun
tanaman padi
Sekumpulan bunga padi
(spikelet) yang keluar dari buku
paling atas dinamakan malai.
Bulir-bulir padi terletak pada
cabang pertama dan cabang
kedua, sedangkan sumbu utama
malai adalah ruas buku yang
terakhir pada batang.
Panjang malai tergantung pada
varietas padi yang ditanam dan
cara bercocok tanam. Dari
sumbu utama pada ruas buku
yang terakhir inilah biasanya
panjang malai (rangkaian bunga)
diukur.
Panjang malai dapat dibedakan
menjadi 3 ukuran yaitu malai
pendek (kurang dari 20 cm),
malai sedang (antara 20-30 cm),
dan malai panjang (lebih dari 30
cm).
Jumlah cabang pada setiap
malai berkisar antara 15-20
buah, yang paling rendah 7 buah
cabang, dan yang terbanyak
dapat mencapai 30 buah
cabang.
Jumlah cabang ini akan
mempengaruhi besarnya
rendemen tanaman padi varietas
baru, setiap malai bisa mencapai
100-120 bunga (Aak, 1992).
Gambar 51 Malai padi
Bunga padi adalah bunga
telanjang artinya mempunyai
perhiasan bunga. Berkelamin
dua jenis dengan bakal buah
yang diatas. Jumlah benang sari
ada 6 buah,tangkai sarinya
pendek dan tipis,kepala sari
besar serta mempunyai dua
kandung serbuk. Putik
mempunyai dua tangkai
putik,dengan dua buah kepala
putik yang berbentuk malai
dengan warna pada umumnya
putih atau ungu (Departemen
Pertanian, 1983).
Gambar 52 Bunga padi
Komponen-komponen (bagian)
bunga padi adalah:
- kepala sari
- tangkai sari,
- palea (belahan yang
besar),
lemma (belahan yang
kecil),
- kepala putik,
- tangkai bunga.
Buah padi yang sehari-hari kita
sebut biji padi atau butir/gabah,
sebenarnya bukan biji melainkan
buah padi yang tertutup oleh
lemma dan palea.
Buah ini terjadi setelah selesai
penyerbukkan dan pembuahan.
Lemma dan palea serta bagian
lain yang membentuk sekam
atau kulit gabah (Departemen
Pertanian, 1983).
Jika bunga padi telah dewasa,
kedua belahan kembang
mahkota (palea dan lemmanya)
yang semula bersatu akan
membuka dengan sendirinya
sedemikian rupa sehingga
antara lemma dan palea terjadi
siku/sudut sebesar 30-600
.
Membukanya kedua belahan
kembang mahkota itu terjadi
pada umumnya pada hari-hari
cerah antara jam 10-12, dimana
suhu kira-kira 30-320
C.
Di dalam dua daun mahkota
palea dan lemma itu terdapat
bagian dalam dari bunga padi
yang terdiri dari bakal buah
(biasa disebut karyiopsis). Jika
buah padi telah masak, kedua
belahan daun mahkota bunga
itulah yang menjadi pembungkus
berasnya (sekam).
Diatas karyiopsis terdapat dua
kepala putik yang dipikul oleh
masing-masing tangkainya.
Lodicula yang berjumlah dua
buah, sebenarnya merupakan
daun mahkota yang telah
berubah bentuk.
Pada waktu padi hendak
berbunga, lodicula menjadi
mengembang karena menghisap
cairan dari bakal buah.
Pengembangan ini mendorong
lemma dan palea terpisah dan
terbuka. Hal ini memungkinkan
benang sari yang memanjang
keluar dari bagian atas atau dari
samping bunga yang terbuka
tadi. Terbukanya bunga diikuti
dengan pecahnya kandung
serbuk, yang kemudian
menumpahkan tepung sarinya.
Sesudah tepung sarinya
ditumpahkan dari kandung
serbuk maka lemma dan palea
menutup kembali. Dengan
berpindahnya tepung sari dari
kepala putik maka selesailah
sudah proses penyerbukkan.
Kemudian terjadilah pembulaian
yang menghasilkan lembaga dan
endosperm. Endosperm adalah
penting sebagai sumber
cadangan makanan bagi
tanaman yang baru tumbuh
(Departemen Pertanian, 1983)
Peristiwa jatuhnya tepung sari
yang menempel pada kepala
putik disebut penyerbukan.
Penyerbukan ini berlangsung
antara jam 09.00-11.00 pagi.
Padi mengadakan penyerbukan
sendiri, namun dapat terjadi pula
penyerbukan silang.
Kemungkinan terjadinya
penyerbukan silang secara
alamiah pada padi jenis cere 0-
0,9 % sedangkan untuk jenis
bulu 0-2,9 %.
Pembuahan merupakan
kelanjutan dari penyerbukan.
Pada proses pembuahan ini,
pollen (serbuk sari) yang
menempel pada kepala putik
dengan bantuan cairan yang ada
pada kepala putik, akan
berkecambah atau memanjang
hingga bertemu dengan indung
telur, yang akhirnya
menghasilkan lembaga dan
endosperm.
Endosperm merupakan sumber
makanan cadangan bagi
tanaman padi yang baru tumbuh
(berkecambah), terdiri dari zat
tepung yang diliputi oleh selaput
protein, disamping itu juga
mengandung zat-zat anorganik
(Aak, 1992).
Secara umum padi dikatakan
sudah siap panen bila butir
gabah yang menguning sudah
mencapai sekitar 80 % dan
tangkainya sudah menunduk.
Tangkai padi merunduk karena
sarat dengan butir gabah bernas.
Untuk lebih memastikan padi
sudah siap panen adalah
dengan cara menekan butir
gabah. Bila butirannya sudah
keras berisi maka saat itu paling
tepat untuk dipanen (Andoko,
2002).
Secara umum pemasakan bulir
pada tanaman padi terbagi atas
empat stadia, yaitu :
1. Stadia masak susu (8-10
hari setelah berbunga
merata)
2. Stadia masak kuning (7
hari setelah masak susu)
3. Stadia masak penuh (7
hari setelah masak
kuning
4. Stadia masak mati (6 hari
setelah masak
penuh)(Aak, 1992).
Secara umum ada tiga stadia
proses pertumbuhan tanaman
padi dari awal penyemaian
hingga pemanenan :
1. Stadia vegetatif ; dari
perkecambahan sampai
terbentuknya bulir. Pada
varietas padi yang
berumur pendek (120
hari) stadia ini lamanya
sekitar 55 hari,
sedangkan pada varietas
padi berumur panjang
(150 hari) lamanya
sekitar 85 hari.
2. Stadia reproduktif ; dari
terbentuknya bulir sampai
pembungaan. Pada
varietas berumur pendek
lamanya sekitar 35 hari,
dan pada varietas
berumur panjang sekitar
35 hari juga.
3. Stadia pembentukan
gabah atau biji ; dari
pembungaan sampai
pemasakan biji. Lamanya
stadia sekitar 30 hari,
baik untuk varietas padi
berumur pendek maupun
berumur panjang.
Apabila ketiga stadia dirinci lagi,
maka akan diperoleh sembilan
stadia. Masing-masing stadia
mempunyai ciri dan nama
tersendiri. Stadia tersebut
adalah:
1. Stadia 0 ; dari
perkecambahan sampai
timbulnya daun pertama,
biasanya memakan
waktu eskitar 3 hari.
2. Stadia 1 ; stadia bibit,
stadia ini lepas dari
terbentuknya duan
pertama sampai
terbentuk anakan
pertama, lamanya sekitar
3 minggu, atau sampai
pada umur 24 hari.
3. Stadia 2 ; stadia anakan,
ketika jumlah anakan
semakin bertambah
sampai batas maksimum,
lamanya sampai 2
minggu, atau saat padi
berumur 40 hari.
4. Stadia 3 ; stadia
perpanjangan batang,
lamanya sekitar 10 hari,
yaitu sampai
terbentuknya bulir, saat
padi berumur 52 hari.
5. Stadia 4 ; stadia saat
mulai terbentuknya bulir,
lamanya sekitar 10 hari,
atau sampai padi
berumur 62 hari.
6. Stadia 5 ; perkembangan
bulir, lamanya sekitar 2
minggu, saat padi sampai
berumur 72 hari. Bulir
tumbuh sempurna
sampai terbentuknya biji.
7. Stadia 6 ; pembungaan,
lamanya 10 hari, saat
mulai muncul bunga,
polinasi, dan fertilisasi.
8. Stadia 7 ; stadia biji berisi
cairan menyerupai susu,
bulir kelihatan berwarna
hijau, lamanya sekitar 2
minggu, yaitu padi
berumur 94 hari.
9. Stadia 8 ; ketika biji yang
lembek mulai mengeras
dan berwarna kuning,
sehingga seluruh
pertanaman kelihatan
kekuning-kuningan. Lama
stadia ini sekitar 2
minggu, saat tanaman
berumur 102 hari.
10. Stadia 9 ; stadia
pemasakan biji, biji
berukuran sempurna,
keras dan berwarna
kuning, bulir mulai
merunduk, lama stadia ini
sekitar 2 minggu, sampai
padi berumur 116 hari
(Sudarmo, 1991).
Dibawah ini (Gambar 53)
diberikan tahapan pertumbuhan
padi yang dimulai dari
perkecambahan sampai padi
dewasa.
b.Varietas Unggul Padi
Varietas pada tanaman
padi mempunyai pengaruh besar
terhadap tingkat produktivitas. Di
negara-negara subtropis
umumnya dibudidayakan
varietas japonica.
Ciri yang paling khas dari
varietas itu adalah butirnya bulat,
batang tidak terlalu panjang,
serta berdiri kokoh. Sedangkan
di daerah tropis yang iklimnya
terpengaruh oleh angin muson
varietas utama yang
dibudidayakan adalah varietas
indica yang berbatang tinggi.
Disamping berbatang tinggi
varietas itu cenderung memiliki
tunas samping (side shoots)
(Hohnholz, 1986).
Gambar 55.Pertumbuhan
Varietas IR64 di lahan sawah
Varietas padi yang akan
digunakan haruslah memiliki ciriciri :
- Dapat beradaptasi
dengan iklim dan tipe
tanah setempat
- Cita rasanya disenangi
dan memiliki harga yang
tinggi di pasaran lokal
- Daya hasil tinggi
- Toleran terhadap hama
dan penyakit
- Tahan rebah (IRRI,
2004).
Varietas unggul merupakan
salah satu komponen teknologi
budidaya padi yang mudah
diadopsi petani.
Varietas unggul berperanan
penting dalam peningkatan hasil,
perbaikan dan diversifikasi mutu,
dan penekanan kehilangan hasil
karena gangguan hama,
penyakit, maupun cekaman
lingkungan.
Kondisi agro-ekosistem lahan
pertanaman padi di Indonesia
sangat beragam, demikian juga
selera konsumen terhadap mutu
beras.
Kendala produksi terutama hama
dan penyakit bersifat dinamis,
dapat berubah karakter populasi,
ras, atau strainnya. Kondisi
tersebut menuntut penyediaan
varietas unggul yang juga
beragam dan dinamis
Varietas unggul yang dilepas
dalam beberapa tahun terakhir
memiliki keunggulan yang relatif
berbeda. Hal ini tentu
memberikan peluang yang lebih
luas bagi petani dalam memilih
varietas yang akan
dikembangkan.
Ada beberapa aspek yang perlu
mendapat pertimbangan dalam
menentukan pilihan, misalnya
potensi hasil, umur tanaman,
ketahanan terhadap hama dan
penyakit, mutu beras, selera
konsumen, dan kondisi daerah
pengembangan. Bagi peneliti,
aspek tersebut memang menjadi
pertimbangan dalam merakit
varietas unggul (Pustaka
Deptan, 2006).
Pemanfaatan Varietas Hasil
Rekayasa Bioteknologi
Pada umumnya tanaman
memiliki perbedaan fenotip dan
genotip yang sama. Perbedaan
varietas cukup besar
mempengaruhi perbedaan sifat
dalam tanaman. Keragaman
penampilan tanaman terjadi
akibat sifat dalam tanaman
(genetik) atau perbedaan
lingkungan kedua-duanya.
Perbedaan susunan genetik
merupakan salah satu faktor
penyebab keragaman
penampilan tanaman.
Program genetik merupakan
suatu untaian susunan genetik
yang akan diekspresikan pada
satu atau keseluruhan fase
pertumbuhan yang berbeda dan
dapat diekspresikan pada
berbagai sifat tanaman yang
mencakup bentuk dan fungsi
tanaman dan akhirnya
menghasilkan keragaman
pertumbuhan tanaman (Sitompul
dan Guritno, 1995).
Hasil penelitian dan
pengembangan Badan Tenaga
Nuklir Nasional (BATAN) dalam
bidang pertanian, khususnya
pada jenis tanaman padi hingga
tahun 1999 ini ialah berjumlah 6
(enam) varietas yaitu:
- Atomita I
- Atomita II,
Atomita III,
- Atomita IV
- Padi gogo (lahan kering)
Situgintung, serta padi
Cilosari.
Enam varietas padi unggul hasil
penelitian dan pengembangan
Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Isotop
dan Radiasi (P3TIR-BATAN)
tersebut memiliki keunggulan
dibidang varietas asal
(induknya).
Keunggulan padi hasil pemuliaan
dengan radiasi adalah:
- produksinya tinggi
- tahan wereng coklat
- tahan penyakit hawar
daun, dan umurnya
genjah.
- Disamping keunggulan
tersebut juga masih
memiliki keunggulan
spesifik yang dimiliki oleh
padi varietas Atomita II
tahan terhadap lahan
bergaram, varietas
Cilbsari tahan terhadap
hama penggerek batang
dan rendemen cukup
tinggi (BATAN, 2000).
c. Macam dan warna beras
Warna beras yang berbeda-beda
diatur secara genetik, akibat
perbedaan gen yang mengatur
warna aleuron, warna
endospermia, dan komposisi pati
pada endospermia.
x Beras "biasa" yang
berwarna putih agak
transparan karena hanya
memiliki sedikit aleuron,
dan kandungan amilosa
umumnya sekitar 20%.
Beras ini mendominasi
pasar beras.
x Beras merah, akibat
aleuronnya mengandung
gen yang memproduksi
antosianin yang
merupakan sumber
warna merah atau ungu
x Beras hitam, sangat
langka, disebabkan
aleuron dan endospermia
memproduksi antosianin
dengan intensitas tinggi
sehingga berwarna ungu
pekat mendekati hitam,
x Ketan (atau beras ketan),
berwarna putih, tidak
transparan, seluruh atau
hampir seluruh patinya
merupakan amilopektin
x Ketan hitam, merupakan
versi ketan dari beras
hitam.
Beberapa jenis beras
mengeluarkan aroma wangi bila
ditanak (misalnya 'Cianjur
Pandanwangi' atau 'Rajalele').
Bau ini disebabkan beras
melepaskan senyawa aromatik
yang memberikan efek wangi.
Sifat ini diatur secara genetik
dan menjadi objek rekayasa
genetika beras.
Di antara komponen teknologi
yang dihasilkan melalui
penelitian, varietas unggul
memang lebih nyata
sumbangannya terhadap
peningkatan produksi padi
nasional.
Akan tetapi, keunggulan suatu
varietas dibatasi oleh berbagai
faktor, termasuk penurunan
ketahanannya terhadap hama
dan penyakit tertentu. Setelah
dikembangkan dalam periode
tertentu hingga saat ini
Departemen Pertanian telah
melepas lebih dari 175 varietas
unggul padi yang sebagian besar
dihasilkan oleh Puslitbang
Tanaman Pangan.
8.1.4. Kandungan beras
Sebagaimana bulir serealia lain,
bagian terbesar beras
didominasi oleh pati (sekitar 80-
85%). Beras juga mengandung
protein, vitamin (terutama pada
bagian aleuron), mineral, dan air.
Pati beras dapat digolongkan
menjadi dua kelompok:
x amilosa, pati dengan
struktur tidak bercabang
x amilopektin, pati dengan
struktur bercabang.
Komposisi kedua golongan
pati ini sangat menentukan
warna (transparan atau tidak)
dan tekstur nasi (lengket,
lunak, keras, atau pera).
d.Anatomi beras
Beras sendiri secara biologi
adalah bagian biji padi yang
terdiri dari
x aleuron, lapis terluar
yang sering kali ikut
terbuang dalam proses
pemisahan kulit,
x endospermia, tempat
sebagian besar pati dan
protein beras berada, dan
x embrio, yang merupakan
calon tanaman baru
(dalam beras tidak dapat
tumbuh lagi, kecuali
dengan bantuan teknik
kultur jaringan). Dalam
bahasa sehari-hari,
embrio disebut sebagai
mata beras.
e.Kegunaan Beras
Beras dimanfaatkan terutama
untuk diolah menjadi nasi,
makanan pokok terpenting
warga dunia.
Selain itu, beras merupakan
komponen penting beras kencur
dan param. Minuman yang
populer dari olahan beras adalah
arak dan Air tajin.
Dalam bidang industri pangan,
beras diolah menjadi tepung
beras. Sosohan beras (lapisan
aleuron), yang memiliki
kandungan gizi tinggi, diolah
menjadi tepung rice bran.
Bagian embrio juga diolah
menjadi suplemen dengan
sebutan tepung mata beras.
Untuk kepentingan diet, beras
dijadikan sebagai salah satu
sumber pangan bebas gluten
dalam bentuk berondong.
Data survey pada MT 2002/03 di
12 propinsi penghasil padi
membuktikan sekitar 90% dari
9,2 juta ha lahan sawah telah
ditanami varietas unggul baru.
Dari sekitar 80 varietas padi
yang telah berkembang di
petani, beberapa varietas
banyak digunakan seperti IR64,
Way Apoburu, Ciliwung,
Memberamo, dan Ciherang,
masing-masing dengan luas
tanam 4,20 juta ha, 0,80 juta ha,
0,62 juta ha, 0,43 juta ha, dan
0,41 juta ha. Di Jawa Barat, luas
areal tanam varietas Ciherang
pada MT 2002/03 menduduki
urutan kedua setelah IR64,
masing-masing 18% dan 33%
dari total areal pertanaman padi
di sentra produksi nasional ini.
Di antara varietas unggul yang
telah berkembang di petani, IR64
paling lama bertahan karena
hasil dan mutu berasnya tinggi.
Sebenarnya, Ciherang adalah
hasil persilangan antara varietas
IR64 dengan varietas/galur lain.
Sebagian sifat IR64 juga dimiliki
oleh Ciherang, termasuk hasil
dan mutu berasnya yang tinggi.
f.Syarat Tumbuh
f.1Iklim
Padi dapat tumbuh dalam iklim
yang beragam, tumbuh di daerah
tropis dan subtropis pada 45o
LU
dan 45o
LS dengan cuaca panas
dan kelembaban tinggi dengan
musim hujan 4 bulan.
Rata–rata curah hujan yang baik
adalah 200 mm/bulan atau
1500-2000 mm/tahun. Padi
dapat di tanam di musim
kemarau atau hujan. Pada
musim kemarau produksi
meningkat asalkan irigasi selalu
tersedia. Di musim hujan,
walaupun air melimpah produksi
dapat menurun karena
penyerbukan kurang intensif.
Di dataran rendah padi
memerlukan ketinggian 0 – 650
m dpl dengan temperatur 22 –
27 o
C sedangkan didataran tinggi
650-1500 mdpl dengan
temperatur 19 – 23 o
C.
Tanaman padi memerlukan
penyinaran matahari penuh
tanpa naungan. Angin juga
berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman padi yaitu
dalam penyerbukan dan
pembuahan tetapi jika terlalu
kencang akan merobohkan
tanaman
Temperatur sangat
mempengaruhi pengisian biji
padi. Temperatur yang rendah
dan kelembaban yang tinggi
pada waktu pembungaan akan
mengganggu proses pembuahan
yang mengakibatkan gabah
menjadi hampa.
Hal ini terjadi akibat tidak
membukanya bakal biji.
Temperatur yang juga rendah
pada waktu bunting dapat
menyebabkan rusaknya pollen
dan menunda pembukaan
tepung sari (Luh, 1991).
Tanaman padi dapat hidup
dengan baik di daerah yang
berhawa panas dan banyak
mengandung uap air. Dengan
kata lain, padi dapat hidup baik
di daerah beriklim panas yang
lembab.
Pengertian iklim ini menyangkut
curah hujan, temperatur,
ketinggian tempat, sinar
matahari, angin, dan musim.
1. Tanaman padi
membutuhkan curah
hujan yang baik, rata-rata
200 mm/bulan atau lebih,
dengan distribusi selama
4 bulan. Sedangkan
curah hujan yang
dikehendaki per tahun
sekitar 1500-2000 mm.
2. Tanaman padi dapat
tumbuh baik pada suhu
230
C ke atas, sedangkan
di Indonesia pengaruh
suhu tidak terasa, sebab
suhunya hamper konstan
sepanjang tahun. Adapun
salah satu pengaruh
suhu terhadap tanaman
padi yaitu kehampaan
pada biji.
3. Ketinggian daerah yang
cocok untuk tanaman
padi adalah daerah
antara 0-650 meter
dengan suhu antara 26,5
0
C – 22,5 0
C, daerah
antara 650-1500 meter
dengan suhu antara 22,5-
18,7 0
C masih cocok
untuk tanaman padi.
4. Sinar matahari diperlukan
untuk berlangsungnya
proses fotosintesis,
terutama pada saat
tanaman berbunga
sampai proses
pemasakan buah. Proses
pembungaan dan
kemasakan buah
berkaitan erat dengan
intensitas penyinaran dan
keadaan awan.
5. Angin mempunyai
pengaruh positif dan
negatif terhadap tanaman
padi. Pengaruh
positifnya, terutama pada
proses penyerbukan dan
pembuahan. Pengaruh
negatifnya adalah
penyakit yang
disebabkan oleh bakteri
atau jamur dapat
ditularkan oleh angin, dan
saat terjadi angina
kencang pada saat
tanaman berbunga, buah
dapat menjadi hampa
dan tanaman roboh.
6. Pada musim kemarau
peristiwa penyerbukan
dan pembuahan tidak
terganggu oleh hujan,
sehingga persentase
terjadinya buah lebih
besar dan produksi
menjadi lebih baik.
f.2Tanah
Padi sawah ditanam di tanah
berlempung yang berat atau
tanah yang memiliki lapisan
keras 30 cm dibawah permukaan
tanah. Menghendaki tanah
Lumpur yang subur dengan
ketebalan 18 – 22 cm.
Keasaman tanah antara pH 4,0 –
7,0. Pada padi sawah,
penggenangan akan mengubah
pH tanam menjadi netral (7,0).
Pada prinsipnya tanah berkapur
dengan pH 8,1 – 8,2 tidak
merusak tanaman padi tetapi
akan mengurangi hasil produksi
Tanah sawah yang mempunyai
persentase fraksi pasir dalam
jumlah besar, kurang baik untuk
tanaman padi, sebab tekstur ini
mudah meloloskan air. Pada
tanah sawah dituntut adanya
Lumpur, terutama untuk
tanaman padi yang memerlukan
tanah subur, dengan kandungan
ketiga fraksi dalam perbandingan
tertentu.
Sifat tanah sangat berbeda-beda
dan hal ini berhubungan dengan
keadaan susunan tanah atau
struktur tanahnya. Air dan udara
yang tidak dapat beredar di
dalam tanah dapat
menyebabkan kondisi tanah
tidak baik, contohnya tanah liat.
Tidak semua jenis tanah cocok
untuk areal persawahan. Hal ini
dikarenakan tidak semua jenis
tanah dapat dijadikan lahan
tergenang air. Padahal dalam
sistem tanah sawah, lahan harus
tetap tergenang air agar
kebutuhan air tanaman padi
tercukupi sepanjang musim
tanam.
Oleh karena itu, jenis tanah yang
sulit menahan air (tanah dengan
kandungan pasir tinggi) kurang
cocok dijadikan lahan
persawahan.
Sebaliknya, tanah yang sulit
dilewati air (tanah dengan
kandungan lempung tinggi)
cocok dijadikan lahan
persawahan. Kondisi yang baik
untuk pertumbuhan tanaman
padi sangat ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu posisi
topografi yang berkaitan dengan
kondisi hidrologi, porisitas tanah
yang rendah dan tingkat
keasaman tanah yang netral,
sumber air alam, serta
kanopinas modifikasi sistem
alam oleh kegiatan manusia.
g. Teknik budidaya padi
sebatang
Produksi padi nasional pada
bulan Desember 1997 adalah
46.591.874 ton yang meliputi
areal panen 9.881.764 ha. Hasil
produksi padi sawah dapat
mencapai 6-7 ton/ha, sedangkan
untuk padi gogo produksi hanya
mencapai 1-3 ton /ha
(Reghawanti, 2005).
Sampai dengan tahun 2005,
Indonesia masih mengalami
defisit pangan utama, untuk padi
sebesar 2,5 juta ton, kedelai 1,5
juta ton, gula 1,7 juta ton,
sedangkan pangan lainnya
mengalami surplus. Ini
menunjukkan bahwa dalam 5
tahun ke depan Indonesia masih
harus memacu produksi pangan
untuk mengurangi defisit.
Untuk memenuhi kebutuhan
pangan yang terus meningkat,
lahan sawah beririgasi tetap
menjadi andalan bagi produksi
padi nasional. Program
intensifikasi yang dicanangkan
sejak sekitar tiga dekade lalu
pada awalnya mampu
meningkatkan produksivitas dan
produksi padi secara nyata.
Tetapi sejak dekade terakhir
produksivitas padi cenderung
melandai, bahkan ada yang
menurun di beberapa lokasi.
Intensifikasi budidaya padi harus
terus diupayakan. Salah satu
metode yang diterapkan adalah
SRI (The System Of Rice
Intensification) yang pertama kali
dikembangkan oleh Henri De
Laulanie di Madagaskar pada
tahun 1980.
SRI adalah sistem intensifikasi
padi yang menyinergikan tiga
faktor pertumbuhan padi untuk
mencapai produktivitas maksimal
yaitu;
1) maksimalisasi jumlah anakan
2) pertumbuhan akar,
3) suplai hara, air, oksigen.
Cara tersebut menghemat air,
karena padi tidak digenangi
layaknya di persawahan. Air
hanya digunakan untuk menjaga
kelembaban tanah agar akar
padi dapat tumbuh dengan baik
karena pada dasarnya padi
bukan tanaman air.
Hal ini dimaksudkan agar suplai
oksigen ke akar cukup sehingga
padi menjadi sehat dan
berkembang membentuk
karakter-karakter morfologi yang
mendukung peningkatan
produktivitas tanaman padi.
Dalam sistem SRI penggunaan
pupuk organik merupakan salah
satu faktor pembeda
dibandingkan dengan sistem non
SRI.
Disamping itu produk yang
dihasilkan dari budidaya atau
peternakan yang menggunakan
pupuk organik lebih disukai
masyarakat.
Alasannya, produk tersebut lebih
aman bagi kesehatan. Di
negara-negara maju,
masyarakatnya mulai beralih
mengkonsumsi produk yang
dihasilkan secara organik.
Pupuk organik cair atau padat
yang diaplikasikan pada
budidaya tanaman atau
peternakan memiliki nilai jual
yang lebih tinggi (Parnata,
2004).
Hasil metode SRI sangat
memuaskan. Di Madagaskar,
pada beberapa tanah tak subur
yang produksi normalnya 2
ton/ha, petani yang
menggunakan SRI memperoleh
hasil panen lebih dari 8 ton/ha,
beberapa petani memperoleh 10
– 15 ton/ha, bahkan ada yang
mencapai 20 ton/ha.
Sedangkan, di daerah lain
selama 5 tahun, ratusan petani
memanen 8-9 ton/ha.
Metode SRI minimal
menghasilkan panen dua kali
lipat dibandingkan metode non
SRI maupun metode lain yang
biasa diterapkan oleh petani.
Petani tidak harus menggunakan
masukan luar untuk memperoleh
manfaat SRI. Metode ini juga
bisa diterapkan untuk berbagai
varietas yang biasa dipakai
petani.
Semua unsur potensi dalam
tanaman padi dikembangkan
dengan cara memberikan kondisi
yang sesuai dengan
pertumbuhan mereka (Berkelaar,
2005).
Perpaduan antara pemakaian
varietas unggul padi sawah dan
pemberian pupuk organik cair
pada sistem penanaman SRI
diharapkan dapat mengatasi
permasalahan masih rendahnya
produksi padi, selain itu juga
diharapkan dapat
mengembangkan pertanian
berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan.
Air sangat perlu bagi kehidupan
tumbuhan. Kandungan air
tumbuhan bervariasi sesuai
antar-spesies dan dalam
berbagai struktur tumbuhan dan
juga bervariasi antar siang dan
malam selama periode
pertumbuhan.
Tumbuhan menggunakan air
kurang dari 5 % air yang diserap.
Sisanya hilang ke atmosfer
melalui transpirasi dari daun
tumbuhan.
Kebutuhan air untuk pengolahan
tanah sampai siap tanam (30
hari) mengkonsumsi air 20% dari
total kebutuhan air untuk padi
sawah dan fase bunting sampai
pengisian bulir (15 hari)
mengonsumsi air sebanyak 35
%.
Berdasar data tersebut
sebetulnya sejak tanam sampai
memasuki fase bunting tidak
membutuhkan air banyak,
demikian pula setelah pengisian
bulir.
Oleh karenanya 15 hari sebelum
panen, padi tidak roboh dan
ditinjau dari aspek pemberian air
memang tidak perlu lagi.
Budidaya padi yang diterapkan
dengan konsep penghematan air
yaitu penggenangan hanya
dilakukan selama 25 hari yaitu
pada saat padi mengalami masa
bunting (pengisian malai).
Konsep hemat air ini menjadi
acuan pada SRI (budidaya padi
sebatang), dan konsep ini sangat
mendukung keoptimalan
pertumbuhan dan
perkembangan padi karena bibit
umur muda tumbuh lebih baik
dalam kondisi aerob / tidak
tergenang (berdasarkan riset
jepang > 30 tahun),
mikroorganisme tanah lebih baik
untuk perakaran (pada tanah
macak–macak /tidak tergenang),
jumlah sel aerenchym akar padi
sawah yang tergenang sangat
kecil, sedangkan pada tanah
yang tidak tergenang sangat
tinggi, dan hama padi sawah
(keong mas) lebih terkendali.
Pengefisienan penggunaan air di
petakan dapat dilakukan dengan
mengairi sawah dalam keadaan
macak-macak. Setelah tanaman
padi berumur 14 hari sampai
periode bunting tidak
memerlukan air yang banyak.
Kebiasaan petani menggenangi
sawahnya sampai 5 cm bahkan
lebih karena petani tidak
membayar air yang digunakan
tersebut, sehingga cenderung
bermewah-mewah dengan air.
Berdasar hasil penelitian
menggunakan air pada padi
sawah menunjukkan bahwa
sawah yang digenangi setinggi 5
cm sejak tanam sampai bunting
tidak memberikan perbedaan
hasil gabah dengan sawah yang
diairi macak-macak.
Hanya biasanya sawah yang
diairi macak-macak populasi
gulma lebih banyak terutama
rumput-rumput berdaun sempit.
Dengan irigasi macak-macak
sampai periode bunting, maka
air dapat dihemat
penggunaannya.
Metode ini mampu menghemat
penggunaan benih padi sampai
80 %.
Jika biasanya untuk satu hektar
lahan diperlukan benih sekitar 50
kg, dengan SRI hanya
diperlukan 8-10 kg.
Produktivitas yang selama ini
rendah ( 4-5 ton/ha ) dapat
didongkrak dengan penerapan
SRI yang telah dilakukan di
beberapa provinsi dan telah diuji
secara statistik dapat mencapai
10 ton/ha.
Selain bertujuan untuk
meningkatkan produksi,
penerapan metode SRI ternyata
mengandung konsep pertanian
yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.
Metode SRI lebih sedikit
menggunakan pupuk kimia serta
sangat dianjurkan menggunakan
pupuk organik seperti pupuk
kandang, kompos, pupuk hijau
serta biomassa ( jerami ).
Teknik penanaman diawali
dengan pengolahan tanah,
pembibitan, penanaman,
pemupukkan, pengendalian
hama, penyakit, dan gulma, dan
diakhiri dengan panen. Berikut
ini adalah tahapan teknik
penanamannya sesuai dengan
urutan dari atas kebawah.
Sawah yang tidak digenangi air,
akan dapat mengurangi emisi
gas CH4 (gas methan = gas
rumah kaca ) di atmosfer. Gas
methan akan teremisi ke
atmosfer dari tanah – tanah yang
tergenang
Berkelaar (2005)
mengemukakan bahwa terdapat
empat kunci penerapan SRI,
yaitu :
1. Bibit dipindah lapang
(transplantasi) lebih awal
Bibit padi ditransplantasi saat
dua daun telah muncul pada
batang muda, biasanya saat
berumur 8-15 hari. Benih
harus disemai dalam petakan
khusus dengan menjaga
tanah tetap lembab dan tidak
tergenang air. Lebih banyak
batang yang muncul dalam
satu rumpun, dan dengan
metode SRI lebih banyak
bulir padi yang dihasilkan
oleh malai.
2. Bibit ditanam satu-satu
daripada secara berumpun
3. Jarak tanam yang lebar
Pada prinsipnya tanaman
harus mendapat ruang cukup
untuk tumbuh. Hasil panen
maksimum diperoleh pada
sawah subur dengan jarak
tanam 50 x 50 cm, sehingga
hanya 4 tanaman per m2
.
Dalam metode SRI
kebutuhan benih jauh lebih
sedikit dibandingkan metode
tradisional, salah satu
evaluasi SRI menunjukkan
bahwa kebutuhan benih
hanya 7 kg/ha, dibanding
dengan metode tradisional
yang mencapai 107 kg/ha.
4. Kondisi tanah tetap lembab
tapi tidak tergenang air
Secara tradisional
penanaman padi biasanya
selalu digenangi air. Namun,
sebenarnya air yang
menggenang membuat
sawah menjadi hypoxic
(kekurangan oksigen) bagi
akar dan tidak ideal untuk
pertumbuhan. Akar padi
akan mengalami penurunan
bila sawah digenangi air,
hingga mencapai ¾ total akar
saat tanaman mencapai
masa berbunga. Saat itu
akar mengalami die back
(akar hidup tapi bagian atas
mati). Keadaan ini disebut
juga “senescence”, yang
merupakan proses alami, tapi
menunjukkan tanaman sulit
bernafas, sehingga
menghambat fungsi dan
pertumbuhan tanaman.
Dengan SRI, petani hanya
memakai kurang dari ½
kebutuhan air pada sistem
tradisional yang biasa
menggenangi tanaman padi.
Tanah cukup dijaga tetap
lembab selama tahap
vegetatif, untuk
memungkinkan lebih banyak
oksigen bagi pertumbuhan
akar. Sesekali (mungkin
seminggu sekali) tanah harus
dikeringkan sampai retak. Ini
dimaksudkan agar oksigen
dari udara mampu masuk
kedalam tanah dan
mendorong akar untuk
“mencari” air. Sebaliknya,
jika sawah terus digenangi,
akar akan sulit tumbuh dan
menyebar, serta kekurangan
oksigen untuk dapat tumbuh
dengan subur.
Selanjutnya Berkelaar (2005)
menambahkan selain empat
prinsip utama diatas, ada dua
praktek tambahan lain yang
sangat penting dalam metode
SRI.
Keduanya tidak berlawanan dan
telah lama dikenal oleh petani
dalam bercocok tanam.
Sehingga untuk menerapkan
kedua praktek tambahan ini tidak
terlalu sulit.
Kedua praktek tambahan
tersebut adalah :
1. Pendangiran
Pendangiran (membersihkan
gulma dan rumput) dapat
dilakukan dengan tangan atau
alat sederhana. Pendangiran
pertama dilakukan 10 atau 12
hari setelah tranplantasi, dan
pendangiran kedua setelah 14
hari. Minimal disarankan 2-3 kali
pendangiran, namun jika
ditambah sekali atau dua kali lagi
akan mampu meningkatkan hasil
hingga satu atau dua ton per ha.
Yang lebih penting dari praktek
ini bukan sekedar untuk
membersihkan gulma, tetapi
pengadukan tanah ini dapat
memperbaiki struktur dan
meningkatkan aerasi tanah.
Pendangiran ini membutuhkan
banyak tenaga, bisa mencapai
25 hari kerja untuk 1 ha. Tapi hal
ini tidak sia-sia karena hasil
panen yang diperoleh sangat
tinggi.
2. Asupan Organik
Petani disarankan untuk
menggunakan kompos, dan
hasilnya lebih bagus.
Kompos dapat dibuat dari
macam-macam sisa tanaman
(seperti jerami, serasah
tanaman, dan bahan dari
tanaman lainnya), dengan
tambahan pupuk kandang bila
ada.
Daun pisang juga bisa
menambah unsur potasium,
daun-daun tanaman kacangkacangan dapat menambah
unsur N, dan tanaman lain
seperti Tithonia dan Afromomum
angustifolium, memberikan
tambahan unsur P.
Kompos menambah nutrisi tanah
secara perlahan-lahan dan dapat
memperbaiki struktur tanah.
Di tanah yang miskin jika tidak di
pupuk kimia, secara otomatis
perlu diberikan masukan nutrisi
lain.
Pedomannya: dengan hasil
panen yang tinggi, sesuatu perlu
dikembalikan untuk
menyuburkan tanah.
Keuntungan dari SRI :
- Hasil-hasil yang lebih
tinggi, baik itu butiran
maupun jerami.
- Mempersingkat umur
panen (± 10 hari).
- Pemakaian bahan kimia
lebih sedikit
- Kebutuhan air lebih
sedikit
- Persen bulir sekam lebih
sedikit
- Meningkatnya berat bulir
- Tanpa perubahan ada
ukuran bulir
- Tahan badai siklon
- Tahan dingin
- Kesehatan tanah
meningkat melalui
aktivitas biologis
Pada SRI semua tampak ideal
untuk direalisasikan, tetapi
disamping itu juga memiliki
keterbatasan, diantaranya :
- SRI membutuhkan lebih
banyak tenaga kerja per
ha daripada metode
tradisional.
- Dengan SRI, diperlukan
lebih banyak waktu juga
untuk mengatur
pengairan sawah
dibandingkan cara lama.
- Pendangiran juga
membutuhkan waktu
lebih banyak bila sawah
tidak digenangi air terus.
- Awalnya, SRI
membutuhkan 50-100%
tenaga kerja (yang
terampil dan teliti) lebih
banyak, tapi lama
kelamaan jumlah ini
dapat menurun.
Walaupun metode ini masih
perlu pengembangan lebih lanjut
akan tetapi dari hasil yang
diperoleh memperlihatkan
harapan dapat meningkatkan
produksi pangan nasional.
Dalam hal produksi beras
nasional maka beberapa upaya
yang dibutuhkan untuk
memelihara kapasitas
sumberdaya pangan adalah
untuk memelihara kapasitas
melalui:
a. Pembangunan dan
rehabilitasi sistem irigasi,
serta perbaikan pengelolaan
sumber daya air dalam
rangka menyediakan air yang
cukup untuk pertanian.
Untuk itu perlu dilakukan : (i)
perbaikan dalam pengaturan,
kelembagaan pengelolaan,
dan pemanfaatan
sumberdaya air, seperti
penatagunaan ruang/wilayah
dan penerapan peraturan
secara disiplin, oleh Pemda
dan Depdagri; (ii) fasilitasi
pengelolaan sumber daya air
dan pengairan oleh Meneg
Kimpraswil; (iii) fasilitasi
pemanfaatan lahan pertanian
secara produktif, efisien dan
ramah lingkungan oleh
Deptan; dan (iv)
pemanfaatan dan
pengawasan sumberdaya
lahan dan perairan oleh
masyarakat.
b. Menekan berlanjutnya alih
fungsi lahan beririgasi
kepada usaha non pertanian.
Hal ini menyangkut
pengaturan/pembatasan
dengan sistem insentif yang
dilaksanakan secara lintas
institusi antara lain: (i)
penetapan peraturan dan
penerapannya secara disiplin
oleh Pemda dan BPN; (ii)
fasilitasi bagi pengembangan
berbagai usaha masyarakat
berbasis pertanian oleh
Departemen Teknis; dan (iii)
pengawasan oleh
masyarakat sebagai pelaku
usaha.
c. Membuka lahan pertanian
baru pada lokasi-lokasi yang
memungkinkan dengan tetap
memperhatikan rencana tata
ruang wilayah dan kaidahkaidah kelestarian
lingkungan; yang difasilitasi
oleh Pemda.
Upaya untuk memacu
peningkatan produktivitas usaha
pangan mencakup :
(i) penciptaan varietas
unggul baru, dan
teknologi berproduksi
yang lebih efisien;
(ii) teknologi pasca panen
untuk menekan
kehilangan hasil; dan (iii)
teknologi yang
menunjang peningkatan
intensitas tanam. Upaya
ini dilaksanakan secara
sinergis oleh institusi
penelitian,
pengembangan dan
penyuluhan lingkup
Departemen Pertanian,
Ristek/BPPT, Perguruan
Tinggi, dan
Lembaga/Dinas Teknis
setempat yang
melaksanakan alih
pengetahuan dan
teknologi kepada
masyarakat.
(iii) Upaya menyediakan
insentif untuk
meningkatkan minat
masyarakat
mengembangkan usaha
pangan dilakukan
melalui: penyediaan
prasarana transportasi,
komunikasi, perdagangan
(Pemda, Kimpraswil,
Swasta); pelayanan
administrasi perizinan
usaha produksi, industri,
distribusi yang sederhana
dan cepat (Pemda);
pelayanankeuangan/per
modalan yang cepat dan
murah (Pemda, Swasta).
(iv) Di sisi permintaan,
upaya menurunkan
konsumsi beras per
kapita dapat dilakukan
melalui penggalakan
program diversifikasi
pangan dengan
pemanfaatan pangan
sumber kalori, protein,
vitamin dan mineral yang
dapat diproduksi secara
lokal. Beberapa upaya
diantaranya adalah:
- Sosialisasi, pelatihan,
dan pendidikan sejak
usia sekolah, tentang
pola makan dengan gizi
seimbang dengan
sumber-sumber pangan
bervariasi; oleh lembagalembaga pendidikan dan
pelatihan daerah dengan
dukungan dari pusat.
- Pengembangan teknologi
pengolahan untuk
meningkatkan daya tarik
ekonomis dan fisik dari
berbagai bahan pangan
lokal/tradisional non
berasyang difasilitasi oleh
unit Litbang Departemen
Teknis, Deperindag,
Perguruan Tinggi dan
Swasta.
- Pengembangan industri
pengolahan dengan
bahan-bahan pangan
lokal oleh swasta yang
difasilitasi oleh Pemda
dan Deperindag.
Teknik Budidaya Jagung
a. Botani Jagung
(Zea mays L.) merupakan salah
satu tanaman pangan dunia
yang terpenting, selain gandum
dan padi. Sebagai sumber
karbohidrat utama di Amerika
Tengah dan Selatan, jagung juga
menjadi alternatif sumber
pangan di Amerika Serikat.
Penduduk beberapa daerah di
Indonesia (misalnya di Madura
dan Nusa Tenggara) juga
menggunakan jagung sebagai
bahan makanan pokok.
Tanaman ini mempunyai fungsi
banyak yaitu:
a. Sumber karbohidrat
b. Pakan ternak (hijauan
maupun tongkolnya),
c. Diambil minyaknya (dari
biji)
d. Tepung (dari biji, dikenal
dengan istilah tepung
jagung atau maizena),
e. Bahan baku industri (dari
tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol
jagung kaya akan
pentosa, yang dipakai
sebagai bahan baku
pembuatan furfural.
f. Bahan farmasi, jagung
yang telah direkayasa
genetika juga sekarang
ditanam sebagai
penghasil bahan farmasi.
Berdasarkan bukti genetik,
antropologi, dan arkeologi
diketahui bahwa daerah asal
jagung adalah Amerika Tengah
(Meksiko bagian selatan).
Budidaya jagung telah dilakukan
di daerah ini 10.000 tahun yang
lalu, kemudian teknologi ini
dibawa ke Amerika Selatan
(Ekuador) sekitar 7000 tahun
yang lalu, dan mencapai daerah
pegunungan di selatan Peru
pada 4000 tahun yang lalu.
Kajian filogenetik menunjukkan
bahwa jagung (Zea mays ssp.
mays) merupakan keturunan
langsung dari teosinte (Zea
mays ssp. parviglumis).
Dalam proses domestikasinya,
yang berlangsung paling tidak
7000 tahun oleh penduduk asli
setempat, masuk gen-gen dari
subspesies lain, terutama Zea
mays ssp. mexicana. Istilah
teosinte sebenarnya digunakan
untuk menggambarkan semua
spesies dalam genus Zea,
kecuali Zea mays ssp. mays.
Proses domestikasi menjadikan
jagung merupakan satu-satunya
spesies tumbuhan yang tidak
dapat hidup secara liar di alam.
Hingga kini dikenal 50.000
varietas jagung, baik ras lokal
maupun kultivar.
Jagung merupakan komoditas
andalan yang dirasakan
mempunyai keunggulan
komparatif karena :
Saat ini Indonesia masih
mengimpor jagung dalam
jumlah besar + 700.000
ton per tahun untuk
keperluan industri pakan
ternak.
- Peluang pakan ternak
yang cukup besar di
Kalimantan Barat dan
saat ini Kalimantan Barat
masih mendatangkan
jagung dari Semarang
(Jawa Tengah) sebesar +
10.000 ton/tahun.
- Ketersediaan Lahan
untuk pengembangan
jagung di Kalimantan
Barat cukup besar yang
didukung dengan
ketersediaan teknologi
dan SDM. Selain itu juga
adanya serta sudah
terbentuknya kemitraan
dengan swasta yaitu di
Sanggau Ledo (Kab.
Bengkawang)
b Deskripsi
Jagung merupakan tanaman
semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-
150 hari.
Paruh pertama dari siklus
merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk
tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat
bervariasi. Meskipun tanaman
jagung umumnya berketinggian
antara 1m sampai 3m, ada
varietas yang dapat mencapai
tinggi 6m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah
hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan.
Meskipun beberapa varietas
dapat menghasilkan anakan
(seperti padi), pada umumnya
jagung tidak memiliki
kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar
serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun
sebagian besar berada pada
kisaran 2 m.
Pada tanaman yang sudah
cukup dewasa muncul akar
adventif dari buku-buku batang
bagian bawah yang membantu
menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah
terlihat, sebagaimana sorgum
dan tebu, namun tidak seperti
padi atau gandum. Terdapat
mutan yang batangnya tidak
tumbuh pesat sehingga tanaman
berbentuk roset.
Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang
muncul dari buku. Batang jagung
cukup kokoh namun tidak
banyak mengandung lignin.
Gambar 57 Batang jagung
Daun jagung adalah daun
sempurna. Bentuknya
memanjang. Antara pelepah dan
helai daun terdapat ligula.
Tulang daun sejajar dengan ibu
tulang daun.
Permukaan daun ada yang licin
dan ada yang berambut.
Stomata pada daun jagung
berbentuk halter, yang khas
dimiliki familia Poaceae. Setiap
stomata dikelilingi sel-sel
epidermis berbentuk kipas.
Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman
menanggapi defisit air pada selsel daun.
Gambar 58 daun jagung
Jagung memiliki bunga jantan
dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman
(monoecious).
Tiap kuntum bunga memiliki
struktur khas bunga dari suku
Poaceae, yang disebut floret.
Pada jagung, dua floret dibatasi
oleh sepasang glumae (tunggal:
gluma).
Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa
karangan bunga (inflorescence).
Serbuk sari berwarna kuning dan
beraroma khas.
Bunga betina tersusun dalam
tongkol. Tongkol tumbuh dari
buku, di antara batang dan
pelepah daun.
Pada umumnya, satu tanaman
hanya dapat menghasilkan satu
tongkol produktif meskipun
memiliki sejumlah bunga betina.
Gambar 59. Bunga jantan
Gambar 60 Bunga Betina
Gambar 61 Buah Jagung siap
panen
Beberapa varietas unggul dapat
menghasilkan lebih dari satu
tongkol produktif, dan disebut
sebagai varietas prolifik. Bunga
jantan jagung cenderung siap
untuk penyerbukan 2-5 hari lebih
dini daripada bunga betinanya
(protandri).
c. Perbaikan teknologi
produksi jagung
Untuk mengimbangi permintaan
akan produksi jagung maka
pemerintah menerapkan
beberapa paket teknologi intuk
meningkatkan peoduksi jagung.
Dibawah ini diberikan
merupakan alternatif pertanaman
jagung pada lahan kering yang
dikeluarkan Departemen
Pertanian.
Urutan kerja pada teknologi
budidaya ini adalah:
1. Pengolahan tanah
sederhana atau tanpa
olah tanah (TOT).
2. Varietas yang digunakan
adalah bersari bebas
(varietas Bisma) maupun
hibrida sebanyak 20
kg/ha, yang telah
diperlakukan ridomil,
benih ditugal dengan
jarak tanam 80 x 40 cm
dengan 2 biji /lubang .
3. Pemupukan sesuai
dengan rekomendasi
setempat, yaitu seluruh
pupuk SP-36, KCI dan
1/2 bagian Urea
diberikan bersamaan
tanam atau 7-10 hari
setelah tanam sebagai
pupuk dasar, dengan
cara ditugal 5 cm dari
lubang tanaman.
4. Pupuk susulan '/2 bagian
Urea diberikan pada
umur tanaman 1 bulan
setelah tanam, pupuk
diberikan dengan cara
tugal sedalam 5-10 cm
ditutup kembali.
5. Penyiangan dilakukan 2
kali yaitu umur 2 minggu
dan 4 minggu setelah
tanam sekaligus
membumbun.
6. Pengendalian hama
penyakit dilakukan
dengan menerapkan
konsep pengendalian
hama terpadu (PHT).
7. Panen dan pasca
panen, tanaman dipanen
apabila klobot berwarna
keputihan/coklat dan
mengering dengan biji
mengkilap dan kadar air
25-30 %.
d.gejala kahat hara
Beberapa gejala gejala kahat
satu atau lebih hara esensia
pada jagung
Petani jagung harus belajar
mengenal gejala gejala kahat
satu atau lebih hara esensial
yang diperlukan untuk
pertumbuhan tanaman yang
sehat untuk memperoleh hasil
yang menguntungkan.
Kita harus dapat menjadi dokter
untuk tanaman jagungmu
sendirl.
Melihat kebun secara teratur dan
mengidentifikasi gejala dari
suatu masalah merupakan aspek
penting dari budidaya tanaman.
Keuntungan optimum dari
investasi untuk produksi
tergantung dari suplai hara yang
cukup selama pertumbuhan
tanaman.
Gejala kahat hara yang timbul
disebabkan karena
kebutuhannya tidak terpenuhi.
Hendaknya kebun dicek
beberapa kali selama satu
musim. Kahat hara yang dapat
dideteksi dini dapat diatasi
dengan pemupukan dalam alur
di sisi tanaman. Andaikata tidak
dapat diatasi dalam tahun ini,
asal diketahui di mana masalah
tersebut timbul, maka sudah
merupakan informasi yang
sangat berarti untuk
perencanaan pemupukan pada
musim berikutnya.
Daun tanaman yang sehat harus
berwarna hijau tua. Hal ini
menunjukkan bahwa daun
tersebut berkadar klorofil tinggi
yang sangat dibutuhkan untuk
menangkap sinar matahari untuk
menghasilkan gula yang
diperlukan untuk pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
Kahat nitrogen
Kahat nitrogen (N) tidak mudah
dideteksi waktu tanaman masih
muda. Namun bila berwarna
hijau kekuningan, maka
kemungkinan tanaman kahat N.
Bila kahat N dapat dideteksi dini,
pemberian pupuk N dalam alur di
sisi tanaman dapat mengatasi
masalah ini.
Setelah tanaman kira-kira
setinggi lutut, tingkat
pertumbuhan akan meningkat
yang diikuti dengan kebutuhan N
yang meningkat cepat.
Kebutuhan 3, 4 kg N/ha/hari
adalah umum dan kebutuhan ini
meningkat dua kali lipat saat
pertumbuhan maksimum. Bila N
tidak tersedia dalam jumlah
cukup, maka warna ujung daun
tua akan berubah menjadi
kuning dan warna ini akan
berkembang sepanjang tulang
daun utama. Karena N sifatnya
mobil dalam tanaman, gejala
kahat N ini berangsur-angsur
akan merambah ke daun-daun di
atasnya. Daun tua kemudian
akan mati. Uji N jaringan
tanaman dapat dilakukan
dengan menggunakan indikator
kimia atau alat elektronik untuk
membantu mengdiagnosis kahat
N ini. Tanaman mati muda
dengan tongkol yang kecil dan
bijinya sedikit.
Kahat fosfor
Kahat fosfor (P) umumnya sudah
tampak waktu tanaman masih
muda. Gejala awal dimulai
dengan daun yang berwarna
ungu-kemerahan. Tangkai yang
lemah dan kecil tanpa tongkol
atau tongkolnya kacil dan melilit -
juga merupakan indikasi kahat P.
Suhu rendah dan udara kering
atau sangat basah pada awal
pertumbuhan atau restriksi fisik
untuk pertumbuhan akar dapat
menyebabkan kahat P,
meskipun P dalam tanah cukup.
Kahat P juga menyebabkan
panen terlambat. Serapan P
yang banyak per hari saat
pertumbuhan yang cepat
menekankan pentingnya
kesuburan tanah yang tinggi
yang mampu menyuplai hara P
yang cukup.
Kahat kalium
Kahat kalium (K) dimulai dengan
warna kuning atau kecoklatan
sepanjang pinggir daun pada
daun tua. Warna tersebut akan
berkembang ke arah tulang daun
utama dan pada daun-daun di
atasnya. Gejala umum kahat K
lainnya adalah warna coklat tua
pada buku batang bagian dalam
dan dapat diketahui dengan
mengiris batang secara
memanjang. Ukuran tongkol
kadang-kadang tidak terlalu
dipengaruhi seperti halnya pada
kahat N dan P, tetapi biji-biji
jagung pada ujung tongkol tidak
berkembang dan tongkol jagung
banyak kelobotnya dengan biji
sedikit sebagai akibat kahat K.
Kalium juga merupakan faktor
utama dalam efisiensi
penggunaan air dan karena itu
pengaruh kekeringan akan lebih
nyata bila tanaman kahat K. Saat
kebutuhan maksimum
menyebabkan serapan K lebih
banyak daripada N. Hal ini
menunjukkan pentingnya
kesuburan tanah yang tinggi
untuk mencapai produksi yang
menguntungkan.
Kahat hara lainnya
Kecuali N, P dan K, kahat hara
lainnya tidak sering dijumpai di
lapang, tetapi dapat merupakan
pembatas penting produksi.
Kahat belerang (S) tampak pada
daun muda yang berwarna hijau
muda dengan pertumbuhan yang
terhambat. Sering dijumpai pada
tanah berpasir atau tanah
dengan kadar bahan organik
rendah. Berbagai pupuk yang
mengandung S dapat digunakan
untuk mengatasi masalah ini.
Kahat magnesium (Mg)
menyebabkan timbulnya warna
keputihan sepanjang kanan kiri
tulang daun pada daun tua
dengan warna merah keunguan
sepanjang pinggir daun. Gejala
ini dapat merupakan indikasi
bahwa tanahnya masam,
terutama timbul pada tanaman
muda dengan pengolahan tanah
yang kurang intensif. Pemberian
dolomit dapat mengatasi
masalah kahat Mg ini pada
tahun-tahun berikutnya. Bila pH
tidak merupakan masalah, maka
sumber Mg lainnya seperti
Kalium-Magnesium-Sulfat dapat
mengatasi kahat Mg ini.
Daun pucuk yang mengering
atau melilit merupakan indikasi
kahat tembaga (Cu). Kahat seng
(Zn) ditandai oleh garis-garis
klorotik yang paralel dengan
tulang daun utama pada daun
muda, ruas pendek dan tanaman
kerdil. Tanaman tanpa tongkol
atau tongkolnya steril pada
pertanaman dengan populasi
tinggi yang mendapat pupuk
cukup dapat disebabkan oleh
kahat boron (B).
Lahan masam mempengaruhi
serapan berbagai hara dan
dapat menyebabkan tanaman
kahat hara, meskipun tanaman
dipupuk cukup. Uji tanah perlu
dilaksanakan secara teratur
untuk mengidentifikasi masalahmasalah yang berkaitan dengan
pH dan memonitor kadar P dan
K tanah. Uji nitrat pada profil
tanah akan memberikan
informasi yang baik untuk arahan
pemupukan N di daerah di mana
residu nitrat masih tersisa dari
musim sebelumnya. Di daerah
yang lebih
Gejala Daun
Daun sehat mengkilat dan
berwama hijau tua bila tanaman
mendapat suplai hara yang
cukup.
Kahat FOSFOR daunnya
berwarna ungu-kemerahan,
terutama pada tanaman yang
masih muda.
Kahat KALIUM ujung dan tepi
daunnya berwarna kekuningan
atau mengering.
Kahat NITROGEN dimulai
dengan wama kekuningan pada
ujung daun dan berkembang
sepanjang tulang daun utama.
Kahat MAGNESIUM
menyebabkan timbulnya garisgaris keputihan sepanjang tulang
daun dan seringkali timbul warna
ungu pada bagian bawah dari
daun tua.
KEKERINGAN menyebabkan
tanaman berwarna hijaukeabuan; daun-daun
menggulung sebesar pensil.
PENYAKIT Helminthosporium
dimulai dengan bercak kecil dan
berangsur-angsur berkembang
pada seluruh daun
Zat kimia kadang-kadang
menyebabkan
1. Batang sehat mempunyai
ukuran normal. Batang
tersebut bila dipotong
memanjang akan terlihat
bagian dalam batang
berwarna keputihan dan
sehat.
2. Tanaman perlu dipupuk
KALIUM apabila batang
dipotong menunjukkan wama
coklat pada bukunya.
3. Kahat FOSFOR mempunyai
batang yang lemah dan kecil,
kadang-kadang tanaman
tidak membentuk tongkol
atau tongkolaya kecil.
Perhatikan warna ungu pada
daun tua.
4. Tanaman jagung membentuk
ANAKAN bila tanaman
dipupuk terlalu banyak
Nitrogen pada awal
pertumbuhan.
5. Gejala serangan penyakit
pada batang juga
menyebabkan timbulnya
ikatan pembuluh yang
berwarna kehitaman pada
batang bagian atas dengan
warna yang lebih gelap pada
batang bagian bawah. Busuk
pada batang bagian dalam
menyebabkan tanaman
cepat mati dan batangnya
patah. Tongkolnya mengecil
Gambar 63. Beberapa gejala
kerusakan pada batang jagung
Gejala pada akar
1. Akar yang banyak dan
dalam dari tanaman
menunjukkan tanaman
sehat
2. FOSFOR pada awal
pertumbuhan
menyebabkan
perkembangan akar tidak
sempurna.
3. Cacing akar memakan
akar halus dan membuat
tanaman tidak tumbuh
sempurna
4. Tanah masam
menyebabkan akar
bagian bawah berubah
warna dan busuk,
terutama pada akar
penunjang yang tumbuh
pada buku ketiga dan
keempat.
5. Kerusakan karena zat
kimia menyebabkan akar
tidak berkembang
Ciri-ciri kerusakan akar tanaman
jagung seperti tersebut diatas
dapat dilihat pada gambar
berikut yang dimulai dari atas
dan seterusnya
1
2
3
4
5
Gambar 64. Beberapa gejala
kerusakan pada akar jagung
Gejala kekurangan, kelebihan
ataupun penyakit juga dapat
dlihat pada tongkol buah, seperti
tertera diwah ini
1.TONGKOL NORMAL yang
mendapat cukup pupuk dan
berproduksi tinggi, beratnya
sekitar 150-225 gram. Ujung
kelobot fidak penuh berisi biji.
2.TONGKOL BESAR yang
beratnya lebih dari225gram
dengan bijiyang memenuhi ujung
kelobot merupakan
indikasibahwa populasi tanaman
terlalu sedikit untuk mencapai
produksiyang menguntungkan.
3.TONGKOL KECIL
menunjukkan bahwa tanahnya
kurang subur, populasi tanaman
terlalu banyak atau ada masalah
lainnya.
4.KAHAT KALIUM menyebabkan
ujung tongkol tidak berbiji penuh,
bijinya jarang dan tidak
sempurna.
5.KAHAT FOSFOR mengganggu
persarian dan pembentukan biji.
Tongkolnya kecil, sering
bengkok dengan pembentukan
biji yang tidak sempuma.
RAMBUT HIJAU saat tongkol
masak menunjukkan bahwa
tanaman terlalu banyak dipupuk
Nitrogen
UDARA KERING menyebabkan
pembentukan rambut yang
lambat; persarian tidak
sempuma pada saat
pembentukan biji.
Gambar 65 Beberapa gejala
kerusakan pada tongkol
Biji jagung kaya akan
karbohidrat. Sebagian besar
berada pada endospermium.
Kandungan karbohidrat dapat
mencapai 80% dari seluruh
bahan kering biji.
Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran
amilosa dan amilopektin.
Pada jagung ketan, sebagian
besar atau seluruh patinya
merupakan amilopektin.
Perbedaan ini tidak banyak
berpengaruh pada kandungan
gizi, tetapi lebih berarti dalam
pengolahan sebagai bahan
pangan
Jagung manis tidak mampu
memproduksi pati sehingga
bijinya terasa lebih manis ketika
masih muda.
Secara rinci kandungan zat apa
saja yang terdapat pada jagung
adalah: gula, kalium, asam
jagung dan minyak lemak.
Utrennya (buah yang masih
muda) banyak mengandung zat
protein, lemak, kalsium, fosfor,
besi, belerang, vitamin A, B1,
B6, C dan K.
Rambutnya mengandung minyak
lemak, damar, gula, asam
maisenat dan garam-garam
mineral.
Biji buah jagung biasanya di buat
tepung jagung (maizena).
e. Manfaat dan kegunaan
Salah satu manfaat jagung
adalah diuretik (memperlancar
air seni) karena kandungan
kaliumnya yang tinggi terutama
pada rambut dan tongkol
mudanya.
Selain itu, kandungan thiamin
bisa mengeringkan luka seperti
misalnya luka pada cacar air.
Kandungan fosfornya baik untuk
tulang dan gigi.
Kegunaan jagung adalah:
1. Melancarkan air seni
2. Radang ginjal, batu ginjal
3. Hipertensi
4. Diabetes
5. Melancarkan ASI
6. Rakhitis
7. Batu empedu
8. Cacar air
9. Diare
10. Keguguran (rambut, daun
dan tongkol mudanya)
f. Teknik Budidaya Jagung
Sukmaraga
Produksi jagung dewasa ini tidak
dapat memenuhi kebutuhan
dalam negeri sehingga
diperlukan impor.
Keadaan ini tidak dapat
dibiarkan karena akan
merugikan para peternak yang
membutuhkan pakan, dimana
jagung memegang peran 51 %
sebagai bahan pokok
pembuatan pakan.
Untuk mengatasi hal ini maka
dicarilah varietas jagung yang
dapat berproduksi sampai 8,5
ton/ha.
Oleh karena itu perlu suatu
acuan teknologi budidaya jagung
sukmaraga, sehingga petani
yang mencoba dan
mengembangkan jagung
sukmaraga dapat berhasil sesuai
potensial hasil dari jagung
tersebut.
Diharapkan dengan berhasilnya
petani menerapkan jagung
sukmaraga, peningkatan
produksi jagung dapat
meningkat. Mengingat jagung
sukmaraga adalah jagung
komposit dapat ditanam ulang
sampai 3 (tiga) kali tanam tidak
seperti jagung Hibrida hanya 1
(satu) kali tanam sehingga harus
beli lagi, jadi cukup menghemat
input sarana produksi.
1Penyiapan lahan
1. Tanah dibajak 15-20 cm,
gemburkan dan ratakan,
atau tanpa olah tanah bagi
tanah gembur/ringan.
2. Bersih dari sisa-sia
tanaman dan tumbuhan
pengganggu.
2. Penanaman
1. Buat lubang tanam
dengan tugal sedalam 5
cm.
2. Jarak tanam 75 cm x 40
cm (2 tanaman /rumpun),
atau 75 cm x 20 cm
(1tanaman /rumpun)
3. Masukkan benih dalam
lubang tanam dan tutup
dengan tanah atau pupuk
kandang.
3 Pemupukan
1. Takaran pupuk: untuk
yang telah dika\ji di
Lampung 350 kg urea/ha
+ 150 kg SP 36/ha + 100
kg KCL/ha.
2. Pupuk diberikan 2 kali,
pertama 7-10 hst (200
kg urea/ha + 150 kg SP
36/ha +100 kg KCL/ha)
kedua:30-35 hst(250 kg
urea/ha).
3. Pupuk diberikan dalam
lubang/ larikan + 10 cm
4. Disamping tanaman
ditutup dengan tanah .
5.Penyiangan
1. Penyiangan pertama
pada umur 15 hst.
2. Penyiangan kedua pada
umur 28-30 hst,
dilakukan sebelum
pemupukan kedua.
6. Pengendalian hama penyakit
Pengendalian penyakit bulai
dapat dilakukan dengan: Benih
jagung 1 kg dicampur 2 gr
Ridomil atau Saromil yang
dilarutkan dalam 7,5 –10 ml air.
Sedangkan untuk pengendalian
hama penggerek diberi
insektisida Furadan 3G melalui
pucuk tanaman (3-4 butir/
tanaman).
7. Pemberian air (khususnya
musim kemarau)
Pada saat sebelum tanam 15
hari setelah tanam 30 hst , 45
hst, dan 75 hst (6 kali
pemberian).
Sumber air dapat dari irigasi
permukaan atau tanah dangkal
(sumur) pompa
8.Panen
Jagung siap dipanen jika klobot
sudah mengering dan berwarna
coklat muda, biji mengkilap, dan
bila ditekan dengan kuku tidak
membekas.
g.Beberapa kendala budidaya
jagung hibrida
Jagung adalah tanaman yang
sangat akrab dengan petani.
Komoditas ini merupakan salah
satu bahan pangan andalan.
Beberapa daerah di Indonesia
masyarakatnya menjadikan
jagung sebagai bahan makanan
pokok di samping beras dan
umbi-umbian.
Tak heran, rencana
mengembangkan jagung hibrida
di Indonesia hingga mencapai
produksi lima juta ton pada tahun
2010 merupakan peluang besar
bagi petani untuk meningkatkan
produksi dan pendapatan.
Harus dicatat bahwa komoditas
jagung yang dihasilkan petani.
selama ini bersumber dari benih
lokal yang ditanam secara
tradisional. Selain tingkat
produktivitas yang rendah,
jagung lokal itu tidak laku di
pasaran dalam negeri sebagai
bahan baku industri pakan.
Kondisi sosial petani jagung juga
merupakan tantangan tersendiri
bagi usaha pengembangan
jagung hibrida.
Sebagian besar petani, masih
bergantung pada kemurahan
alam.
Belum akrab dengan teknologi,
seperti penggunaan pupuk dan
obat-obatan.
Padahal, tanpa perlakuan
khusus, benih jagung hibrida
tidak bakal mencapai tingkat
produktivitas standar, yaitu 7 ton-
8 ton per hektar.
Analisa biaya produksi jagung
hibrida dicantumkan pada Tabel
10.
Jagung juga mempunyai
beberapa manfaat, dibawah ini
adalah pohon industri dari pada
jagung
Teknik Budidaya Kedelai
a. Botani
Kedudukan kedelai dalam
sisitematika tumbuhan
(taksonomi) diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Devisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polypetales
Famili : Leguminosa
Sub Famili : Papilionoideae
Genus : Glysin
Species : Glycine max (L)
Merill.
Kedelai dikenal dengan
beberapa nama lokal diantarnya
adalah kedele, kacang jepung,
kacang bulu, gedela dan
demokam. Di jepang dikenal
adanya kedelai rebus
(edamame) atau kedelai manis,
dan kedelai hitam (koramame)
sedangkan nama umum di dunia
disebut “soyabean”.
b. Morfologi
Susunan tubuh kedelai terdiri
atas dua macam alat organ
utama yaitu vegetatif dan
generatif.
Organ vegetatif meliputi:
- akar
- batang
- daun
Organ generatif meliputi:
- bunga
- buah
- biji
Struktur akar tanaman kedelai
terdiri atas akar lembaga
(radikula), akar tunggang (radix
primaria), dan akar cabang (radix
lateralis) berupa akar rambut.
Akar kedele memiliki
kemampuan membentuk bitil
akar (nodul). Bintil-bintil akar
bentuknya bulat atau tidak
beraturan yang merupakan
koloni dari bakteri Rhizobium
japonicum. Bakteri ini
bersimbiosis dengan nitrogen
bebas dari udara.
Jumlah nitrogen yang dapat
ditambat bakteri ini berkisar 40-
70% dari seluruh nitrogen yang
dibutuhkan tanaman.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tiap hektar lahan yang
ditanaman kacang kedele dapat
menghasilkan 198 kg bintil akar
per tahun atau setara dengan
440 kg pupuk urea.
Pada tanah yang belum atau
telah lama tidak ditanami
kacang-kacangan biasanya
populasimikrobia penambat N
sedikit.
Oleh karenanya tanah yang
belum pernah ditanamami
kacangan maka perlu
dikembangkan teknik inokulasi
rhizobium.
Kedele berbatang semak yang
dapat mencapai ketinggian
antara 30-100cm.
Batang beruas-ruas dan memiliki
percabangan antara 3 -6
cabang.
Tipe pertumbuhan kedele
dibedakan 3 macam, yaitu:
- tipe determinate
- Tipe semi determinate
- Tipe indeterminate
Tipe determinate, memiliki ciri
antara lain:
- ujung batang tanaman
hampir sama besarnya
- Pembungaan serentak
- Tinggi tanaman termasuk
kategori pendek sampai
sedang
- Daun paling atas
ukurannya samabesar
dengan daun bagian
tengah
Tipe indeterminate, mempunyai
ciri antara lain:
- ujung tanaman lebih kecil
dari ujung tengah
- ruas batangnya panjang
panjang, dan agak melilit
- pembungaan berangsurangsur dimulai dari
bawah
- pertumbuhan vegetatif
terus menerus
berlangsung
- Tinggi batang termasuk
kategori sedang sampai
tinggi
- Ukuran daun paling atas
lebih kecil dibandingkan
dengan daun bagian
tengah
Tipe semi-determinate
mumpangai ciri antara dua tipe
diaras.
Daun kedelai mempunyai ciri
antara lain helai daun (lamina)
oval dan tata letaknya pada
tangkai daun bersifat majemuk
berdaun tiga (trifoliatus).
Gambar 67 Daun kedele
Tanaman kedele memiliki bunga
sempurna (hermaphrodite), yakni
pada tiap kuntum bunga terdapat
alat kelamin betina (putik) dan
alat kelamin jantan (benangsari).
Mekarnya bunga berlangsung
pada pukul 08.00-09.00 dan
penyerbukannya bersifat
menyerbuk sendiri.
Kuntum bunga tersusun dalam
rangkaian bunga, namun tidak
semua bunga dapat menjadi
polong (buah), sekitar 60%
bunga rontiok sebelum
membentuk polong.
Umur keluarnya bunga kedelai
bergantung varietasnya.
Tanaman ini menghendaki
penyinaran pendek lebih kurang
12 jam per hari.
Buah kedelai disebut polong
yang tersusun dalam rangkaian
buah. Tiap plong berisi antara 1-
4 biji per polong. Jumlah polong
per tanaman bergantung pada
varietasnya. Kedelai yang
ditanaman pada tanah subur
pada umumnya dapat
menghasilkan 100-
200polong/pohon.
Biji kedelai umunya berbentuk
bulat, atau pipih sampai bulat
lonjong, dengan warna bervariasi
kuning, hijau, cokllat atau hitam.
c. Varietas
Varietas kedelai sudah ditanam
di Indonesia pada mulanya
berasal dari diantaranya jepang,
Taiwan, Amerika Serikat, dan
sebagainya.
Kriteria varietas unggul kedelai
adalah:
- Berproduksi tinggi
- Berumur pendek
- Tahan (resisten)
terhadap penyakit
berbahaya
- Mempunyai daya
adaptasi luas terhadap
berbagai keadaan
lingkungan tumbuh.
d. Pedoman teknis
d.1Syarat Tumbuh
d.1.1 Tanah
Tanaman kedele dapat
tumbuh pada berbagai jenis
tanah dengan drainase dan
aerasi tanah yang cukup baik
serta air yang cukup selama
pertumbuhan tanaman.
Tanaman kedele dapat
tumbuh baik pada tanah
alluvial, regosol, grumosol,
latosol atau andosol. Pada
tanah yang kurang subur
(miskin unsur hara) dan jenis
tanah podsolik merah-kuning,
perlu diberi pupuk organik
dan pengapuran.
d.1.2 Iklim
Kedele dapat tumbuh subur
pada : curah hujan optimal 100-
200 mm/bulan. Temperatur 25-
27 derajat Celcius dengan
penyinaran penuh minimal 10
jam/hari. Tinggi tempat dari
permukaan laut 0-900 m, dengan
ketinggian optimal sekitar 600
m. Air . Curah hujan yang cukup
selama pertumbuhan dan
berkurang saat pembungaan dan
menjelang pemasakan biji akan
meningkatkan hasil kedele.
d.2.Teknik Budidaya
d.2.1 Persiapan lahan
Pengolahan lahan dimulai
sebelum jatuhnya hujan. Tanah
diolah dengan bajak dan
garu/cangkul hingga gembur.
Untuk pengaturan air hujan perlu
dibuat saluran drainase pada
setiap 4 m dan di sekeliling
petakan sedalam 30 cm dan
lebar 25 cm. Kedele sangat
terganggu pertumbuhannya bila
air tergenang.
Tanah bekas pertanaman padi
tidak perlu diolah (tanpa olah
tanah = TOT).
Jika digunakan lahan tegal
lakukan pengolahan tanah
secara intensif yakni dengan 2
kali dibajak dan sekali diratakan.
Buat saluran dengan kedalaman
25–30 cm dan lebar 30 cm
setiap 3–4 m, yang berfungsi
untuk mengurangi kelebihan air
sekaligus sebagai saluran irigasi
pada saat tidak ada hujan.
Gambar 68 Setelah penanaman
padi dapat dilakukan penanaman
kedele
Perlakuan benih Untuk
mencegah serangan hama lalat
bibit, sebelum ditanam benih
dicampur Marshall dengan dosis
100 gram/5 kg benih. Benih
dibasahi secukupnya lalu
dibubuhi Marshall dan diaduk
rata.
d.2.2Penanaman
Dianjurkan menggunakan benih
bersertifikat dengan kebutuhan
benih sekitar 40 kg/ha.
Penanaman benih dengan cara
ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm
atau 40 x 15 cm sesuai
kesuburan tanah, setiap lubang
tanaman diisi 2 butir benih lalu
ditutup dengan tanah tipis-tipis
Pengairan
Fase pertumbuhan tanaman
yang sangat peka terhadap
kekurangan air adalah awal
pertumbuhan vegetatif (15–21
HST), saat berbunga (25–35
HST) dan saat pengisian polong
(55–70 HST). Dengan demikian
pada fase-fase tersebut tanaman
harus diairi apabila hujan sudah
tidak turun lagi.
d.2.4 Pemupukan
Dianjurkan menggunakan pupuk
Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl
50 kg/ha atau sesuai anjuran
setempat. Seluruh jenis pupuk
diberikan pada waktu bersamaan
yaitu saat pengolahan tanah
terakhir. Mula-mula Urea dan
TSP dicampur lalu disebar
merata, disusul penyebaran KCl
kemudian diratakan dengan
penggaruan.
d.2.5 Penyulaman Benih
Benih yang tidak tumbuh segera
disulam, sebaiknya memakai
bibit dari varietas dan kelas yang
sama. Penyulaman paling
lambat pada saat tanaman
berumur 1 minggu.
d.2.6 Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling
sedikit dua kali, karena di lahan
kering gulma tumbuh dengan
subur pada musim penghujan.
Penyiangan I pada saat tanaman
berumur 2 minggu,
menggunakan cangkul.
Penyiangan II bila tanaman
sudah berbunga (kurang lebih
umur 7 minggu), menggunakan
arit atau gulma dicabut dengan
tangan.
d.2.7 Pengendalian hama
Tidak kurang dari 100 jenis
serangga dapat menyerang
kedele. Pengendalian di tingkat
petani terutama di daerah sentra
produksi sering menggunakan
insektisida secara berlebihan
tanpa memperdulikan populasi
hama.
Hal ini selain menambah biaya
juga merusak lingkungan dan
menimbulkan kematian serangga
berguna.
Untuk mengurangi frekuensi
pemberian insektisida adalah
dengan aplikasi insektida
berdasarkan pemantauan hama.
Insektisida hanya akan
digunakan bila kerusakan yang
disebabkan oleh hama
diperkirakan akan menimbulkan
kerugian secara ekonomi, yaitu
setelah tercapainya ambang
kendali.
Pengendalian hama dilakukan
berdasarkan pemantauan.
Pengendalian hama secara
bercocok tanam (kultur teknis)
dan pengendalian secara hayati
(biologis) saat ini dilakukan untuk
menekan pencemaran
lingkungan.
Pengendalian secara kultur
teknis antara lain:
- penggunaan mulsa
jerami
- pengolahan tanah
- pergiliran tanaman dan
tanam serentak dalam
satu hamparan
- penggunaan tanaman
perangkap jagung dan
kacang hijau.
Pengendalian secara biologis
antara lain:
- penggunaan parasitoid
Trichogrammatoidea
bactrae-bactrae
- penggunaan Nuclear
Polyhidrosis Virus (NPV)
untuk ulat grayak Spodoptera litura (SlNPV)
dan untuk ulat buah
Helicoverpa armigera
(HaNPV)
- Penggunaan feromonoid
seks yang mampu
mengendalikan ulat
grayak.
Beberapa jenis hama kedele
adalah:
Lalat Kacang atau lalat bibit
(Ophiomya phaseoli tryon).
Hama ini memiliki ciri-ciri:
- berukuran 1.5-2.0mm,
warna hitam mengkilat.
Berkembang biak cepat
satu ekor betina dapat
menghasilkan telur 100-
300 butir selama perode
dua minggu.
- Bentuk telur lalat kacang
adalah lonjong, panjang
0.28-0.36 lebar 0.12-
0.20mm, berwarna putih
mutiara. Telur menetas
setelah umur 2-4 hari.
Gejala serangan
- Bercak-bercak tidak
beraturan pada biji dan
daun
- Lubang kecil bekas
gigitan
Pengendalian
- Pergiliran tanaman
- Insektisida
Ulat Grayak
(Spodotera litura F)
Ciri-ciri
- ngengat berwarna gelap
dengan garis putih pada
sayap depan
- larva yang masih kecil
hidup berkelompok
- pembentukan pupa
diatas permukaan tanah
- daur hidup 30-61 hari
Gejala serangan
Ulat ini merusak seluruh bagian
tanaman
Pengendalian
- rotasi tanaman dengan
memutus siklus hidupnya
Ulat jengkal (chrysodeixis
chalcites Esp)
Ciri biologi
- Imago serangga dewasa
meletakkan telurnya di
permukaan bawah daun
- Larva membentuk
kepompong dan dalam
anyaman daun,
kemudian berubah
menjadi pupa.
- Daur ( siklus hidup) hama
ini berlangsung selama
lebih kurang 30 hari.
Gejala serangan
- Hama ini bersifat
pemangsa segala jenis
tanaman (polifag)dan
stadium yang
membahayakan adalah
larva.
- Larva menyerang seluruh
bagian tanaman,
terutama daun-daunnya
sehingga menjadi rusak
tidak beraturan.
Pengendalian
- Pengendalian non
kimiawi antara lain
dengan pergiliran (rotasi)
tanaman, mengatur
waktu tanam secara
serempak pada areal
sehamparan,
pengumpulan larva untuk
dimusnahkan.
- Penyemprotan insektisida
selektif apabila populasi
hama mencapai 85 ekor
instar 1 atau 32 instar 2
atau 17 ekor instar 3per
12 tanaman. Jenis
insektisida yang mangkus
antara lain Dekasulfan
350 EC, folimat 500 SL,
Gusadrin 150 WSC,
Hostathion 40 EC, atau
Matador 25 EC sesuai
konsentrasi yang
dianjurkan.
Penggulung Daun
(Lamprosema Indica F.)
Ciri Biologi
- Larva berwarna hijau
terang dan hidup dalam
gulungan daun muda.
- Pupa dibentuk dalam
gulungan daun yang
direkatkan satu sama lain
dengan zat perekat dari
hama tersebut.
Gejala serangan
Hama ini merusak kedele pada
umur tanaman 3-6 minggu
setelah tanam. Bagian daun
digulung dan dimakan sampai
tulang daunnya, sehingga daun
rusak.
Pengendalian
- Pergiliran tanaman yang
bukan sefamili ataupun
dengan mengumpulkan
dan memusnahkannya
- Pengendalian kimiawi
dengan insektisida
selektif.
Ulat polong atau buah
(Heliothis armigera Hbn)
Ciri biologi
- ngengat berwarna wawo
matang kekuningkuningan
- telur kecil-kecil
- larva berwarna merah tua
- pupa dibentuk diatas
tanah
- daur hidup 62 hari
Gejala serangan
- larva melubangi polong
kedelai sehingga rusak
Pengendalian
- non kimiawi melalui
pergiliran tanaman bukan
sefamili, waktu ranam
yang serentak, dan
mekanis dengan cara
mengumpulkan dan
memusnahkannya
- kimiawi dengan
insektisida misalnya
durnban 20EC atu Dipel
WP pada konsentrasi
yang dianjurkan.
Penggerek polong
(Etiella zinckenella treit)
Ciri biologi hama
- ngengat warna abu-abu
- sayap belakang ditutup
sisik jarang warna agak
cerah
- serangga betina mampu
bertelur 73-300 butir
diletakkan pada kelopak
bunga kedelai
- telur berwarna lonjong
dengan ukuran panjang
0.6mm.
- daur hidup hama 18-41
hari
Gejala serangan
- larva menggerek polong
dan tinggal di dalamnya
- kerusakan pada bunga
menyebabkan tanaman
tidak membentuk polong.
Penyakit
Penyakit utama pada kedelai
adalah karat daun Phakopsora
pachyrhizi, busuk batang, dan
akar Schlerotium rolfsii dan
berbagai penyakit yang
disebabkan virus.
Pengendalian penyakit karat
daun dengan fungisida
Mancozeb
Penyakit busuk batang dan akar
dikendalikan menggunakan
jamur antagonis Thrichoderma
harzianum.
Pengendalian virus dilakukan
dengan mengendalikan
vektornya yaitu serangga hama
kutu dengan insektisida Decis.
Waktu pengendalian adalah
pada saat tanaman berumur 40,
50 dan 60 hari.
d.2.8.Panen
Kedele harus dipanen pada
tingkat kemasakan biji yang
tepat.
Panen terlalu awal
menyebabkan banyak biji
keriput, panen terlalu akhir
menyebabkan kehilangan hasil
karena biji rontok.
Ciri-ciri tanaman kedele siap
panen adalah : - Daun telah menguning
dan mudah rontok
- Polong biji mengering
dan berwarna kecoklatan
Panen yang benar dilakukan
dengan cara menyabit batang
dengan menggunakan sabit
tajam dan tidak dianjurkan
dengan mencabut batang
bersama akar.
Cara ini selain mengurangi
kesuburan tanah juga tanah
yang terbawa akan dapat
mengotori biji
Hortikultura berasal dari
Bahasa Latin yang terdiri dari
dua patah kata yaitu hortus
(kebun) dan culture (bercocok
tanam).
Makna hortikultura dalam Buku
Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah seluk beluk
kegiatan atau seni bercocok
tanam sayur-sayuran, buahbuahan atau tanaman hias.
Ilmu pengetahuan modern
membagi hortikultura atas 3
bagian yaitu:
- Sayur-sayuran
- Buah-buahan
- Hias.
Ilmu hortikultura berhubungan
erat dengan ilmu pengetahuan
lainnya, seperti teknik budidaya
tanaman, mekanisasi, tanah
dan pemupukan, ilmu cuaca,
dan sebagainya.
Budidaya hortikultura pada
umumnya diusahakan lebih
intensif dibandingkan dengan
budidaya tanaman lainnya.
Hasil yang diperoleh dari
budidaya holtikultura ini per
unit areanya juga biasanya
lebih tinggi.
Hortikultura dapat
dikelompokkan atas 4 kategori
yaitu:
- Tanaman Buah-buahan,
kelompok tanaman ini
memiliki
keanekaragaman
morfologi, seperti ada
yang berbentuk pohon
(misalnya rambutan,
mangga, durian, jeruk,
dan sebagainya),
bentuk semak
(markisa).
- Tanaman sayuran,
tanaman ini merupakan
tanaman hortikultura
yang utama. Beberapa
jenis sayuran ada yang
berasal dari buah
(tomat), daun (bayam),
akar (wortel), biji
(buncis), bunga
(kembang kol) dan
sebagainya. Berbeda
dengan tanaman buahbuahan, sayuran
memiliki umur yang
relatif singkat.
Tanaman ini umumnya
dikonsumsi dalam
bentuk segar, oleh
karenanya proses
penanganannya lebih
spesifik dibandingkan
dengan hortikultura
lainnya.
- Tanaman Hias, manfaat
dari tanaman hias ini
adalah meningkatkan
aestetika lingkungan.
Budidaya tanaman ini
dapat dilakukan pada
ruang terbuka maupun
didalam ruangan.
- Lanskap arsitektur, lans
kap menggunakan
tanaman tertentu yang
dipadukan dengan
elemen-elemen lainnya
untuk menghasilkan
pemandangan yang
indah. Aspek utama
dalam lanskap
arsitektur ini adalah
penutupan permukaan
tanah yang umumnya
diwakili dengan rumput.
Lanskap arsitektur
sedemikian pentingnya
karena dapat
memuaskan masyarkat
yang melihatnya dan
berpengaruh terhadap
efek fisiologis manusia.
Perkembangan dari
cabang hortikultura ini
demikian pesatnya
karena sangat
dibutuhkan dalam
pembangunan
supermal, taman
bermain, parkir, dan
sebagainya.
9.3. Fungsi Hortikultura
Hortikurtura mempunyai
beberapa fungsi yakni:
- Sumber bahan
makanan
- Hiasan/keindahan
- Pekerjaan
Berikut ini digambarkan
piramida kebutuhan bahan
makanan manusia. Kebutuhan
terbesar terdapat pada serealia
dan kebutuhan terkecil terdapat
pada lemak dan gula.
Gambar 71. Piramida makanan
9.4. Pengendalian lingkungan
untuk tanaman hortikultura
Tujuan dari memodifikasi
lingkungan tumbuh tanaman
hortikultura adalah untuk
memberikan lingkungan
tumbuh yang sesuai dengan
keinginannya.
Tanaman hortikultura seperti
layaknya makhluk hidup
lainnya membutuhkan faktor
lingkungan yang sesuai untuk
pertumbuhannya.
Beberapa jenis tanaman
mampu atau mudah
beradaptasi dengan lingkungan
tumbuhnya, akan tetapi
sebagian ada yang tidak
mampu sehingga
membutuhkan modifikasi
lingkungan pertanamannya.
Untuk daerah tropis, yang
tersedia cukup matahari,
budidaya hortikutura dapat
dilakukan sepanjang tahun,
berbeda dengan daerah sub
tropis yang membutuhkan
kontrol lingkungan tumbuh
tertentu jika ingin tetap
melakukan budidaya pada
musim dingin.
Untuk tujuan tertentu juga kita
mengharuskan menggunakan
kondisi lingkungan terkontrol,
misalnya untuk mendapatkan
bunga jenis tertentu yang
berkualitas tinggi diluar musim
harus ditanam pada kondisi ini.
Kondisi lingkungan yang
terkontrol tersebut dapat
berupa bangunan :
Rumah plastik (dapat
berupa plastik film,
polyetilen, polivinil
flourida, fiberglass.
Bangunan ini 30% lebih
murah dibandinngkan
dengan bangunan
rumah kaca. Saat ini
beberapa pengusaha
menggunakan ini untuk
tanaman ortikulturanya
karena lebih murah.
Hanya kelemahannya
bahan bangunannannya
lebih bagus digunakan
pada daerah bersuhu
rendah, pada daerah
panas dengan curah
hujan tinggi plastik ini
mudah rusak.
Gambar 73. Rumah plastik
- Pelindung dingin (Cold
frames ). Bangunan ini
digunakan untuk
pembibitan untuk
memberikan suhu yang
sesuai dengan jenis
tanamannya. Umumnya
digunakan untuk
melindungi bibit
hortikultura dari suhu
rendah
Paranet, beberapa jenis
hortikultura sangat
disukai serangga, oleh
karenanya paranet ini
dibuat, untuk
melindungi tanaman
dari serangannya.
- Rumah kasa
Gambar 75. Rumah kasa
9.5.Perbanyakan tanaman
hortikultura
Perbanyakan tanaman
hortikultura dibagi atas dua
yaitu perbanyakan vegetatif
dan generatif.
Perbanyakan generatif adalah
perbanyakan yang
menggunakan biji sebagai
calon individu baru.
Biji merupakan hasil dari
petemuan dari sel kelamin
betina dan sel kelamin jantan,
terbentuk zygot yang kemudian
berkembang menjadi buah.
Biji tanaman hortikultura
memiliki berbagai bentuk dan
ukuran. Ada yang berbiji besar
seperti pada spesies kacangkacangan ada juga yang bijinya
kecil seperti pada spesies
serealia.
Baik tidaknya sumber tanaman
yang berasal dari biji sangat
tergantung pada sifat genetik
dari kedua induknya (induk
jantan dan betina).
Awal terbentuknya biji dimulai
dari fertilisasi yang merupakan
gabungan antara gamet betina
dan jantan, yang terjadi setelah
penyerbukan.
Tahap berikutnya sesudah
fertilisasi adalah
perkembangan ovul menjadi
biji. Untuk meningkatkan mutu
produk hortikultura pemuliaan
tanaman melakukan
persilangan, untuk
menghasilkan benih unggul.
Kriteria keunggulannya juga
berbeda-beda, ada varietas
yang tahan terhadap penyakit,
cekaman abiotik, keindahan
warna bunga, dan sebagainya
tergantung pada permintaan
pasar. Sebelum benih hasil
pemulia ini dilepas ke
masyarakat, maka harus
terlebih dahulu dilakukan
sertifikasi.
Pengelompokan benih
Berdasarkan tahapan
sertifikasinya, maka benih
dikelompokkan atas:
- Breeder seed, adalah
benih yang dihasilkan
oleh pemulia, yang
belum dilakukan
pengujian lebih lanjut.
- Foundation seed,
setelah dilakukan
pengujian terhadap
kemurnian genetiknya
dan identitasnya benih
ini dimasukkan ke
kategori benih dasar
- Registered seed,
proses pendaftaran
untuk benih sertifikasi.
- Certified seed, benih
yang sudah brsertifikasi.
Pengujian Kualitas Benih
Pengujian kualitas benih untuk
mengetahui viabilitasnya, dapat
dilakukan pengujian benih
yaitu:
- Tes perkecambahan
benih adalah tahapan
pengujian yang melihat
berapa besar
persentase kecambah
dari suatu jenis benih.
Pengujian ini dapat
dilakukan pada bak
pasir, kecambah atau
menggunakan kertas
merang.
- Uji dingin, uji ini
memperlakukan benih
dengan perlakuan
temperatur rendah
sekitar 100
C, sebelum
dikecambahkan pada
kondisi suhu normal.
Hasil uji ini akan
menunjukkan benihBenih yang mampu
beradaptasi pada suhu
rendah.
Tes tetrazolium, benih
diuji dengan
menggunakan zat
kimiatetrazolium klorida.
Kemampuan benih
berkecambah setelah
dilakukan perendaman
dengan tetrazolium
menunjukkan
kemampuan benih
tersebut untuk tetap
berrespirasi. Uji ini
hanya memperlihatkan
kemampuan benih
berrepirasi tidak
memperlihatkan
kemampuan
berkecambah.
- Tes kemurnian benih,
melalui uji kemurnian
benih secara mekanis
dapat diketauhi dengan
melihat berapa
persentase kehadiran
benih lainnya
dibandingkan dengan
benih tanaman utama.
Pemecahan dormansi benih
Dormansi artinya terhambatnya
pertumbuhan (perkembangan)
untuk sementara meskipun
keadaan lingkungannya
sebenarnya bersifat
menunjang.
Beberapa benih tanaman
hortikultura tidak akan
berkecambah pada kondisi
normal. Benih seperti ini
memerlukan penanganan
khusus.
Beberpa perlakuan yang
dilakukan untuk memecah
dormansi adalah:
- Fisik (mekanis, suhu,
cahaya). Perlakuan
mekanis dilakuan pada
biji yang kulitnya keras
maka dilakukan
skarifikasi. Proses
pengikisan dapat
dilakuan dengan
memasukkan biji ke
dalam drum dicampur
pasir kemudia diputar.
Perlakuan skarifikasi
pada biji harus
dilakukan secara hatihati karena terlalu keras
akan merusak embrio
biji. Perlakuan suhu
tinggi juga dapat
membantu memecah
dormansi, pans yang
ditimbulkannya akan
menyebabkan retaknya
kulit sehingga air dapat
masuk dan benih dapat
berkecambah. Benih
selada (Lactuca sativa)
membutuhkan
perlakuan cahaya
(sekitar 660 nanometer)
agar dapat
berkecambah.
- Bahan kimia (perlakuan
asam, pencucian
dengan air,
perendaman). Kulit biji
yang keras dapat diberi
perlakuan asam sulfat
selama beberapa menit
untuk melunakkan kulit
bijinya. Pencucian
dengan air juga dapat
dilakukan pada kulit biji
yang mengandung
senyawa kimia,
Pencucian ini akan
menyebabkan
terjadinya proses
hidrolisa dan zat kimia
yang dikandung kulit
akan terurai dan biji
dapat berkecambah.
Perendaman dalam
larutan etil alkohol atau
kalium florida juga
dapat membantu
memecah dormansi.
Perendaman dengan
larutan ini juga akan
menghasilkan
perkecambahan yang
serentak.
Beberapa faktor lingkungan
yang harus diperhatikan
selama proses perkecambahan
adalah:
- kelembababan udara
- Suhu udara
- Cahaya matahari
- Komposisi udara
- Bebas hama dan
penyakit
Perbanyakan generatif
Persemaian
Perkecambahan adalah proses
yang merupakan gabungan
proses respirasi dan kerja
hormon. Proses metabolisma
ini didukung oleh energi yang
berasal dari embrio. Cadangan
makanan seperti protein,
lemak dan minyak di
metabolisma pada proses
respirasi dan menghasilkan
energi.
Aktivitas persemaian ini
membutuhkan penanganan
yang kelak akan menentukan
hasil budidaya tanamannya.
Tempat persemaian dapat
menggunakan beberapa
alternatif bergantung pada jenis
yang akan dibibitkan.
Metoda persemaian dapat
dilakukan di lapangan terbuka
atau pada bak kecambah,
ataupun pot.
Teknik persemaian
Persemaian untuk benih- benih
yang berbiji besar dapat
dilakukan dengan menanam
langsung, akan tetapi untuk
benih yang kecil dapat dibantu
dengan mencampur terlebih
dahulu dengan pasir dan
meletakkannya pada kertas lalu
ditaburkan pada jalur yang
sudah ditentukan dalam bak
kecambah.
Pindah tanam
Pindah tanaman dilakukan
yang disesuaikan dengan umur
masing-masing jenis tanaman,
beberapa jenis tanaman ada
yang cepat akan tetapi ada
juga yang lambat.
Kriteria tanaman dapat
dilakukan pindah tanaman jika
tanaman muda tersebut telah
memiliki dua daun yang telah
membuka sempurna
sempurna.
Jika tanaman berasal dari
pembibitan maka tanaman
muda dapat dicongkel dengan
menggunakan alat secara hatihati, kemudian memisahkannya
satu per satu lalu ditanam,
seperti Gambar 84 dibawah ini
Alternatif lainnya adalah
dengan mencabut bibit,
pegang tangkai daun dengan
batangnya sekaligus dan tarik
hati-hati keatas, seperti
Gambar berikut.
Gambar 85 Teknik mencabut
bibit dari pot
Perbanyakan vegetatif
Perbanyakan cara ini adalah
perbanyakan yang
menggunakan material
tanaman selain biji.
Perbanyakan secara vegetatif
ini adalah cara perbanyakan
tanaman yang terjadi tanpa
melalui perkawinan.
Perbanyakan ini hanya
melibatkan satu induk saja,
calon individu baru (keturunan)
berasal dari bagian tubuh
induknya. Karena hanya
melibatkan satu induk, maka
makhluk hidup baru memiliki
sifat