meningkatkan akses kepada aset produktif berupa teknologi harus
dapat dimanfaatkan dan dikembangkan untuk tujuan-tujuan yang
lebih maju dan lebih bermanfaat termasuk antara lain pengolahan
tanah, pemberian air, pemilihan bibit unggul, pemupukan,
pengendalian hama dan penyakit, dan pemanenan secara
bijaksana.
Strategi Pembangunan Pertanian ini bertujuan untuh
memberikan landasan yang kuat bagi berlangsungnya
pengembangan mekanisasi pertanian sebagai wahana perubahan
budaya pertanian tradisional ke budaya pertanian industrial atau
modern. Meskipun perubahan ini menuntut waktu yang
cukup lama sebagai proses pembelajaran namun tetap merupakan
langkah yang harus ditempuh. Pengembangan penerapan
mekanisasi ditingkat petani tidak berarti bahwa setiap petani
harus memiliki sendiri peralatan yang diperlukan,
mengoperasikan dan mengolahnya. Penerapan mekanisasi
memerlukan investasi, memerlukan sumber daya manusia yang
berpengetahuan teknik/mekanik, manajemen pengoperasian dan
perawatan, dukungan perbengkelan, suku cadang dan sebagainya.
Pengembangan penerapan mekanisasi pertanian dapat dapat
dilakukan dengan memberikan bantuan penyelesaian
pekerjaan berbagai jenis ke giatan usaha tani yang
diperlukan dan tidak mampu dikerjakan oleh petani dengan
memakai alat mesin pertanian. sebab alasan kekurangan
tenaga maupun dari mahalnya upah kerja, sehingga penerapan
mekanisasi pertanian bagi petani, dapat dirasakan manfaat tanpa
menambah beban permasalahan teknis, manajemen dan
pembiayaan.
Strategi pengembangan mekanisasi pertanian yang perlu
ditempuh adalah sebagai berikut:
a. Pengembangan Teknologi Melalui Proses Alih Teknologi.
Dalam proses ini tahapan alih teknologi perlu dilakukan dan
diikuli sebagai proses pematangan budaya profesional dan
industrial. Proses alih teknologi yang ditempuh adalah Material
Transfer, Design Transfer dan Capacity Transfer. Material
Transfer merupakan proses alih teknologi dengan membeli, tanpa
harus memiliki kemampuan untuk melakukan modilikasi. Design
Transfer adalah alih teknologi yang dilakukan dengan proses
adopsi, modifikasi dan adaptasi; sedangkan pada Capacity
Transfer sudah melakukan proses alih teknologi dengan
meningkatnya kemampuan untuk perekayasaan, rancang bangun,
dan pabrikasi. Loncatan dari fase ke fase yang lain memerlukan
investasi yang besar dengan konsekuensi resiko kegagalan.
b. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia
Kemampuan sumber daya manusia dibutuhkan tidak
hanya untuk mengoperasikan mekanisasi pertanian secara fisik
sebagai operator teknologi; namun juga diperlukan dalam
manajemen sistem teknologi. Manajemen Sistem Teknologi
ini dimulai dari pemilihan ( seleksi), pengujian dan evaluasi
serta penciptaan teknologi baru yang sepadan dengan
perkembangan zaman. Pergeseran sistem pertanian dari padat
tenaga kerja ke padat modal dengan memakai mekanisasi
pertanian memarlukan keahlian dalam merencanakan.
menganalisa, dan memberikan kaputusan yang tepat.
c. Pengembangan Kelembagaan Mekanisasi Pertanian
Kelembagaan bukan terbatas hanya pada institusi fisik
seperti organisasi pemerintah. namun juga berkaitan dengan
supporting system yang dibutuhkan untuk melayani
pengembangan mekanisasi pertanian, antara lain adalah
keberadaan kelompok tani, pengusaha, dealership, lembaga
kredit, asuransi, bengkel dan industri perawatan dan
pemeliharaan yang perlu dihidupkan. Dengan adanya lembaga
lembaga ini , keberlanjutan operasi mekanisasi pertanian
dapat dijamin berlangsung terus.
d. Klasifikasi dan Regionalisasi Mekanisasi Pertanian
iKlasifikasi atau regionalisasi mekanisasi diperlukan
sebagai instruman pengendalian. Maskipun pasar adalah sensor
pengendali yang secara alami berlaku; namun klasifikasi wilayah
diperlukan sebagai informasi untuk menentukan jenis, tipologi,
kelayakan dan aspek aspek lain bagi pengembangan mekanisasi
pertanian. Di dalam klasifikasi ini akan nampak, sejauh
mana dan pada batas batas mana pemerintah harus berperan atau
tidak berperan dalam pengembangan mekanisasi pertanian.
Sebagai conloh. pada wilayah wilayah yang diketahui
pengembangan mekanisasi dapat berjalan dengan wajar, lancar
dan secara alami bertumbuh, maka peran pemerintah tenlu saja
makin kecil. tetapi peran swasta makin besar. Sebaliknya. jika
pada tempat-tempat tertentu, mekanisasi pertanian diperlukan
untuk pertumbuhan tetapi kurang layak secara ekonomi, maka
peran pemerintah adalah memberikan insentif bagi
pertumbuhannya.
e. Kemitraan Antara Riset Industri dan Pengguna
Kemitraan tumbuh sebab saling ketergantungan dan
saling membutuhkan. Riset perlu didorong untuk melakukan
penelitian yang mampu dijual secara komersial kepada industri
dan bermanfaat bagi pengguna jika diproduksi. Agenda
penelilian harus disusun sesuai dengan kebutuhan stakeholdernya
yaitu industri dan petani
.Mekanisasi Pertanian Sebagai Pemecahan Masalah
Efisiensi Kerja Petani
Salah satu perubahan yang paling fundamental dalam
pemakaian alat dan mesin pertanian adalah penggantian tenaga
manusia dan hewan dengan tenaga mesin. Mekanisasi mampu
meningkatkan hasil per unit input tenaga kerja dan menurunkan
harga jual pangan per satuan. Disamping itu mekanisasi dibidang
pertanian juga menimbulkan akibat buruk, antara lain hilangnya
kesempatan kerja, terciptanya ketegantungan pada energi minyak
bumi, diperlukan modal yang lebih besar, dan tersentralisasinya
teknologi pada usaha tani berskala besar. Mekanisasi cenderung
menguntungkan usaha tani berskala besar, padahal terdapat
sekitar 60% lebih petani Indonesia termasuk petani kecil (petani
gurem) yang tidak mampu memakai atau membeli mesin
pertanian yang relatif mahal. Saat ini, harga satu unit traktor
tangan (hand tractor) mencapai Rp 15.000.000,-; harga satu set
mesin penggiling padi (rice mill) mencapai Rp 25.000.000,-.
Akibatnya, petani-petani miskin menjadi sangat tergantung pada
petani bermodal besar yang mampu membeli mesin-mesin
pertanian ini . Petani kecil harus menyewa traktor
bergiliran dengan petani lain sehingga pengelola tanah dan
aktivitas usaha tani yang lain tidak mandiri. Adanya penggilingan
padi menyebabkan petani meninggalkan alat-alat penumbuk
tradisional, misalnya lumpang, lesung dan sebagainya.
Pembangunan pertanian harus diarahkan pada terciptanya
tenaga petani yang terampil dalam mengelola usaha taninya, juga
terbentuknya masyarakat petani yang maju, bersemangat
profesional sehingga mampu menghadapi tantangan dan
permasalahan dalam melaksanakan usaha taninya. Pentingnya
efisiensi kerja petani dalam pengelolaan usaha tani sebab
pemakaian tenaga kerja di sektor pertanian di Indonesia tergolong
sangat besar dibanding negara lain. Di Amerika Serikat kurang
lebih 0,002 Kw/ha, Jepang 0,014 Kw/ha, sedang Indonesia 0,127
Kw/ha. Tetapi tenaga kerja manusia di Jepang dan Amerika
Serikat lebih intensif dibanding di Indonesia. Di praktik
pertanian Jepang, produktivitas pekerja (petani) bukan hanya
diperhitungkan per ha sawah, tetapi pemakaian tenaga kerja
dimanfaatkan se efisien mungkin dengan memakai
perhitungan yang baik sesuai dengan produksi kecil yang efisien.
Di Indonesia, efisiensi yang diartikan sebagai
kedayagunaan suatu sumber tenaga dapat menangani suatu
bahan, masih belum mendapat perhatian secara serius. Padahal
fungsi perbaikan pertanian adalah menaikkan pendapatan,
kesejahteraan, taraf hidup dan daya beli petani. Sangat kecilnya
efisiensi petani merupakan hambatan bagi faktor-faktor lain yang
merupakan penetrasi pembangunan pertanian. Perbaikan taraf
hidup petani memang tidak dilakukan dengan hanya memberi
landreform (Redistribusi Tanah Pertanian) atau credit reform
(Pemberian Kredit Usaha Tani), tetapi perlu juga diperhatikan
situasi kerja petani. Situasi kerja yang monoton yang disebabkan
oleh miskinnya inovasi dan tiadanya gebrakan-gebrakan baru
yang menggairahkan petani dengan hasil yang diperoleh rendah
menyebabkan petani mengalami kejenuhan.
Berbagai hambatan pembangunan dalam sektor pertanian
di Indonesia adalah lambatnya kemajuan teknologi. Tingkat
teknologi yang rendah menyebabkan petani sulit memperoleh
hasil dalam proses produksi yang maksimal. Kehilangan hasil
dalam proses produksi sangat besar, sementara biaya yang
diperlukan sangat tinggi. Pertumbuhan penduduk yang
cukup tinggi di Indonesia, sekitar 2% per tahun, diiringi
penyusutan lahan yang terus terjadi, hingga maraknya alih
fungsi lahan pertanian adalah salah satu bentuk masalah
yang terus dihadapi oleh para petani. Hal itu kemudian
diperparah dengan semakin langkanya tenaga kerja di pedesaan
akibat migrasi besar-besaran dari desa ke kota.
Produksi pertanian Indonesia meski secara nominal
menunjukkan peningkatan, namun terlihat stagnan dilihat dari
produksi dan pertumbuhan penduduk. Ujungnya importasi bahan
pangan ke Indonesia kembali menjadi pilihan jangka pendek
untuk mengatasi keterbatasan pangan, seolah juga menunjukkan
petani kita semakin tidak percaya diri untuk bersaing dengan
produk asing. Pemerintah RI melalui Departemen Petanian harus
mampu mengembalikan rasa percaya diri petani akan peran dan
fungsinya, sehingga segala bentuk pemberdayaan petani dan
program jangka panjang di bidang pertanian oleh Pemerintah
terutama penguatan struktural perdesaan dengan kawasan
pertanian produktif dan daya dukung yang diperlukan untuk
usaha tani agar secara efektif dilaksanakan dengan komitmen
pada peningkatan kesejahteraan warga .
Dampak Mekanisasi Pertanian Terhadap Pembangunan
Pedesaan
a. Ditinjau dari segi Ketenaga kerjaan
Pedesaan berarti mempunyai cadangan tenaga kerja
yang terampil serta fleksibel sebab terus menerus mau
mendalami kemajuan, dan mendapatkan pelatihan dan
penyuluhan yang berkelanjutan, yang sewaktu-waktu dapat
dimanfaatkan didalam sektor industri ataupun sektor lainnya.
Transformasi struktural dalam tenaga kerja ini dari sektor
pertanian ke sektor yang lain itu merupakan akibat yang wajar
dari peningkatan produktifitas di dalam sektor pertanian.
Kontribusi mekanisasi pertanian untuk tanaman pangan
ditandai dengan meningkatnya kebutuhan tenaga kerja pada
pengolahan lahan, sebab makin langkanya tenaga kerja manusia
dan ternak pada daerah daerah beririgasi yang mempunyai
intensitas tanam tinggi. Disamping itu, faktor budidaya tanam
padi varietas unggul, memerlukan keserempakan tanam untuk
dalam satu kawasan luas, untuk menghindari serangan hama dan
memutus siklus hama. Oleh sebab itu, volume pekerjaan menjadi
meningkat, waktu pengolahan lahan singkat, sehingga jumlah
curahan tenaga kerja untuk kegiatan ini meningkat.
Kasus diatas dibuktikan dengan tingkat pertumbuhan 18%
pada traktor, dan terutama didominasi oleh traktor kecil. Di Jawa,
meskipun penduduknya lebih padat dari pulau pulau lain,
populasi traktor pada tahun 2000 mencapai 50% dari total
populasi di Indonesia atau sekitar 49,000 unit dari 101,000 unit.
Dari 50% ini , propinsi Jawa Barat dengan luas areal
sawah 1.2 juta hektar memiliki populasi traktor terbanyak,
diikuti oleh propinsi Jawa Tengah, kemudian propinsi Jawa
Timur Didaerah lain, traktor makin tahun juga meningkat
jumlahnya, terutama pada daerah daerah yang mempunyai irigasi
lebih baik seperti Sulawesi Selatan, Bali, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Aceh, dan Lampung. Namun demikian belum
dapat diduga parameter statistiknya antara perkembangan traktor
dan intensitas tanam disuatu wilayah, namun dapat diduga bahwa mekanisasi pengolahan lahan akan sangat berkorelasi dengan
jumlah lahan sawah irigasi dan intensitas tanamnya.
Pada kasus perluasan areal tanaman pangan, dapat
disebutkan peranan pompa air irigasi, terutama untuk wilayah
wilayah yang mempunyai air tanah dangkal didaerah Sragen
(Jawa Tengah), Ngawi, Kediri, dan Madiun di Jawa Timur.
Pompa air memungkinkan perubahan pola tanam 1 kali menjadi 2
atau lebih dalam setahun. Peningkatan intensitas tanam ini
dimungkinkan sebab faktor air sebagai kendala utama dapat
dipecahkan, dan sekaligus meningkatkan kesempatan kerja,
sebab bertambahnya jumlah tanaman per tahun.
Melimpahnya ketersediaan tenaga kerja di perdesaan ini
dapat berpengaruh kondusif bagi pertumbuhan sektor
pertanian, namun di sisi lain merupakan beban bagi sektor
pertanian sebab pendapatan buruh tani dan produktivitas tenaga
kerja sektor pertanian semakin sulit ditingkatkan.
b. Ditinjau dari segi Sosial Budaya dan Agama
Pada prinsipnya, modernisasi menuntut terjadinya
perubahan dan pembaharuan sistim nilai dan budaya. Modernisasi
berarti melakukan reformasi terhadap norma dan budaya yang
tidak sesuai lagi dengan perubahan zaman, kurang produktif,
kurang efisien dan tidak memiliki daya saing. Perubahan ini
perlu waktu, harus terjadi dalam lingkup integral dan tidak hanya
mencakup aspek-aspek teknis, ekonomis, politis melainkan juga
aspek penghidupan sosio-kultural.
Pengembangan mekanisasi pertanian dalam usahatani
yang mampu memberikan kontribusi optimal kepada
pembangunan sistem dan usaha agribisnis. Dimana
pengembangan ini bertujuan untuk memberikan landasan
yang kuat bagi berlangsungnya pengembangan mekanisasi
pertanian, sebagai wahana perubahan budaya pertanian
tradisional ke budaya pertanian industrial atau modern.
Adanya modernisasi mekanisasi/tekhnologi pertanian di satu
sisi mengakibatkan naiknya tingkat rasionalitas (nilai teori),
orientasi ekonomi dan nilai kuasa, sementara pada sisi lain
modernisasi mengakibatkan lunturnya nilai-nilai kepercayaan
(nilai agama), nilai gotong royong (solidaritas) dan nilai seni
mengalami komersialisasi. Kenyataan memperlihatkan bahwa
nilai yang sangat dominan mengalami pergeseran adalah naiknya
tingkat rasinolitas (nilai teori), orientasi finansial (nilai ekonomi)
sebagai dampak kebijaksanaan pembangunan yang lebih
memprioritaskan pembangunan ekonomi yang diikuti oleh
pesatnya penerapan ilmu dan teknologi. Modernisasi lebih
banyak diwarnai oleh gejala perubahan teknologi dan berkembangnya ekonomi pasar. Sedangkan pembangunan lebih
menitik beratkan pada adanya perubahan struktur masyarakat.
Eksistensi nilai agama (kepercayaan) yang sering muncul
dalam kegiatan budidaya tanaman telah bergeser dan bahkan ada
yang telah hilang sama sekali diganti oleh nilai-nilai yang bersifat
rasional setelah hadir dan diterapkanya teknologi mekanisasi
pertanian. Wawasan dan cara berfikir petani menjadi lebih
terbuka bahwa meningkatnya hasil panen tidak sematamata ditentukan oleh dilaksanakanya do’a selamatan
disekeliling sawah/ladang, tetapi juga ditentukan oleh
penanaman bibit unggul, cara pengolahan, pemakaian
pupuk, pemberantasan hama sampai kepada penanganan
pasca panen. Majunya cara berfikir diatas didukung oleh
adanya pelaksanaan program pemerataan pendidikan di pedesaan
melalui kejar paket , wajib belajar. Fenomena ini tampak jelas
pada pola tingkah laku petani sebagai refleksi dari cara
berfikirnya yang telah mengalami pergeseran.
Adanya program mekanisasi, para petani yang
sebelumnya menggarap sawahnya dengan memakai tenaga
kerbau atau sapi, sekarang lahan pertanian sudah digarap dengan
bantuan mesin (menyewa traktor milik pemodal). Demikian juga
dalam pelaksanaan panen yang dulunya banyak melibatkan para
tetangga memang terlihat tidak efesien. Dengan adanya tresser
(mesin perontok padi) pemakaian tenaga manusia menjadi berkurang. pemakaian alat ini disatu sisi memang
menguntungkan, tapi disisi lain pola hubungan antar masyarakat
petani, jelas merenggangkan kohesi sosial, dan secara ekologis
sebab gabahnya tidak ada yang tercecer menyebabkan populasi
burung menurun atau bermigrasi ketempat lain. Padahal
keberadaan burung merupakan salah satu mata rantai makanan
dalam suatu ekosistem masyarakat petani.
Nilai-nilai gotong royong yang berkembang dalam
kegiatan usaha tani, seperti saat menanam padi atau kedelai di
ladang atau panenan, pasti tidak bayar, upahnya hanya
makan pagi dan siang atau makan kecil. Jadi, kalau ada diantara
mereka menanam atau memanen, maka warga yang lainnya
ikut gotong royong dan begitu sebaliknya, terjadi semacam barter
tenaga. Sekarang keadaanya telah bergeser, kalau mau bercocok
tanam atau panenan sudah harus memperhitungkan upah.
Adanya desakan ekonomi pasar yang kuat, memang terlalu sulit
dan berat untuk mempertahankan model gotong royong seperti
diatas, dan memang tidak harus dipertahankan benar-asal
proporsional. Pola pikir praktis dengan hanya memberi uang
tanpa mau terlibat gotong royong jelas merupakan pertanda erosi
nilai dan munculnya nilai baru yakni indivualisme pada
masyarakat perdesaan, Munculnya nilai individualisme ini terjadi
sebab semakin terbatasnya kepemilikan tanah yang banyak
dikuasai tuan tanah lokal atau masuknya petani berdasi dari kota.
Fenomena di atas menjadi indikasi bahwa nilai gotongroyong, nilai solidaritas sosial di perdesaan telah menurun tajam,
sedangkan nilai kuasa semakin meningkat dan menguat.
Penguatan nilai kuasa ini dapat dilihat dari kondisi riil bahwa
para petani dipedesaan telah memakai kuasanya dalam
menggarap sawahnya, memanen padi, menyewa traktor dan
dalam berbagai kegiatan lainnya, yang sebelumnya mungkin
sebab ikatan-ikatan tradisional harus mereka kerjakan
dengan mengikutsertakan petani tetangga atau petani sedesanya.
Keadaan ini menjadi pertanda yang jelas bahwa masuknya
teknologi mekanisasi pertanian memang menguntungkan
sekaligus juga menumbuhkan benih-benih individualisme
masyarakat petani yang sebelumnya hanya ada sedikit atau
bahkan tidak ada sama sekali.
c. Ditinjau dari segi Procesing Pembangunan
Mekanisasi pertanian dalam kegiatan usahatani
merupakan wahana untuk transformasi dari pertanian tradisional
ke arah pertanian dengan budaya komersiil. Dan juga
mekanisasi merupakan sebagai suatu sub sistem IPTEK
memiliki arti yang sangat strategis, sebab dengan mekanisasi
pertanian akan didorong pergeseran kearah produktivtas dan
efisiensi usaha tani tradisional ke usaha tani komersial atau
modern. Adanya pengembangan kelembagaan mekanisasi
pertanian dipedesaan, dimana kelembagaan bukan terbatas
hanya pada institusi fisik seperti organisasi pemerintah, namun
juga berkaitan dengan supporting sistem yang dibutuhkan untuk
melayani pengembangan mekanisasi pertanian dan teknologi
pasca panen. Antara lain adalah keberadaan kelompok tani
desa, pengusaha, lembaga kredit atau keuangan desa,
lembaga penjamin kredit desa, asuransi, bengkel dan
industri perawatan dan pemeliharaan yang perlu dihidupkan.
Maka adanya lembaga lembaga ini , keberlanjutan
operasi mekanisasi pertanian dipedesaan dapat dijamin
keberlangsungannya dalam meningkatkan produktivitas
pertanian, produksi pangan dan daya beli masyarakat.
d. Ditinjau dari segi Sosial Ekonomi
Berbagai studi menyebutkan, bahwa alat dan mesin
pertanian memiliki kaitan sangat erat dengan dinamika sosial
ekonomi dari sistem budidaya pertaniannya. Sumbangan alat dan
mesin pertanian dalam pembangunan pertanian dapat diukur pada
berbagai kasus, misalnya pemakaian pompa ai tanah di Jawa
Timur yang mampu merubah pola tanam dari padi-bero menjadi
padi - padi atau padi-palawija-palawija. Demikian pula
pemakaian mesin perontok padi yang menurunkan susut panen
dari > 5% menjadi kurang dari 2%. Penelitian terhadap perbaikan
dan penyempurnaan mesin penggilingan padi mampu menaikkan
rendemen giling cukup baik. Dan juga beberapa kasus pada
pengolahan kakao dan kopi, juga memberikan indikasi bahwa
pemakaian alat dan mesin untuk sortasi, pengeringan, dan
penanganan primer hasil kakao dan kopi mampu meningkatkan
kualitas hasil dan pada akhirnya mengangkat nilai tambah hasil
pertanian.
e. Ditinjau dari segi Perluasan Areal Baru
Peran mekanisasi pertanian pada perluasan areal baru,
terutama pada lahan pasang surut, sulfat masam, lahan
bergambut, memberikan prospek yang cukup baik dalam
kaitannya dengan usaha pelestarian swasembada pangan. Hasil
penelitian, studi dan pengamatan di berbagai ekosistem ini
memberikan indikasi bahwa marginalitas lahan ini bersifat
dinamis, dimana unsur waktu, perkembangan teknologi
budidaya, kelembagaan, alih teknologi memegang peranan
penting dalam mematangkan tanah (Puslitbangtan, 1996).
Mekanisasi pertanian pada ekosistem rawa, pasang surut dan
lahan bergambut harus selektif dan memandu dilakukannya
suatu pemilihan alsintan yang spesifik, manajemen operasi dan
kelembagaan pengaturannya (Tim Studi Mekanisasi Lahan Rawa/
Gambut, 1997).
f. Ditinjau dari segi Sumber Daya Manusia
Dengan adanya pengembangan mekanisasi pertanian
maka akan meningkatkan sumber daya manusia atau juga
meningkatkan keberdayaan masyarakat desa. sebab kemampuan
sumber daya manusia dibutuhkan tidak hanya untuk
mengoperasikan mekanisasi pertanian secara fisik sebagai
operator teknologi, namun juga diperlukan dalam
manajemen sistem teknologi. Manajemen Sistem Teknologi
ini dimulai dari pemilihan ( seleksi), pengujian dan evaluasi,
serta penciptaan teknologi baru yang sepadan dengan
perkembangan zaman. Pergeseran sistem pertanian dari padat
tenaga kerja ke padat modal dengan memakai mekanisasi
pertanian memerlukan keahlian dalam merencanakan,
menganalisa, dan memberikan keputusan keputusan yang tepat.
Modernisasi pertanian diharapkan bisa dirasakan
manfaatnya oleh semua komponen yang terlibat khususnya
petani. Petani yang tanahnya sedikit, apalagi yang sedikit modal,
kehadiran traktor dan instrumen pertanian modern lainnya belum
dirasakan dampaknya dalam usahataninya; namun petani yang
terampil dan memiliki pengetahuan operasional serta
pemeliharaan alat dan mesin pertanian akan mampu menangkap
peluang meningkatkan kesejahteraan hidupnya.
g. Ditinjau dari segi Pangan
Dengan adanya mekanisasi pertanian maka akan ada
pemenuhan kebutuhan pangan. Hal ini disebab kan pada
umumnya penghidupan masyarakat pedesaan dari sektor
pertanian.
h. Ditinjau dari segi Pengaruh Globalisasi
Globalisasi perdagangan merupakan masalah sekaligus
peluang dalam pembangunan/pengembangan mekanisasi
pertanian. Beberapa implikasi dari dinamika lingkungan
internasional ini , adalah: (1) setiap negara harus
meningkatkan dayasaing produknya agar tidak tersisih oleh
produk-produk impor, di sisi lain petani dapat memanfaatkan
pasar global yang semakin terbuka; dan (2) globalisasi disatu
sisi akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat dalam
negeri dalam hal keragaman, mutu dan keamanan produk
pangan.
produksi pertanian dan dalam setiap tahapan dari proses produksi
ini selalu memerlukan alat mesin pertanian.
Setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari
tujuan tertentu yang membuat perubahan ini bisa
dimengerti, logis, dan dapat diterima. Diharapkan perubahan
suatu sistem akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan
dan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum,
tujuan mekanisasi pertanian adalah :
a. Mengurangi beban kerja dan meningkatkan efisiensi tenaga
manusia
b. Mengurangi kerusakan produksi pertanian
c. Menurunkan ongkos produksi
d. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas produksi
e. Meningkatkan taraf hidup petani
f. Memungkinkan pertumbuhan ekonomi subsisten (tipe
pertanian kebutuhan keluarga) menjadi tipe pertanian
komersil (comercial farming)
Tujuan ini di atas dapat dicapai jika pemakaian dan
pemilihan alat mesin pertanian tepat dan benar, tetapi jika
pemilihan dan pemakaian nya tidak tepat, maka hal sebaliknya
yang akan terjadi.
Perubahan-perubahan untuk memperbaiki dan
meningkatkan kesejahteraan warga yang dilakukan pemerintah
sekarang berjalan dengan diarahkan pada semua sektor. Tidak
terkecuali sektor pertanian. Pertanian memiliki peranan yang
sangat penting bagi kesejahteraan warga . Berhasilnya sektor
pertanian akan berdampak pada ketahanan pangan.
Perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia sudah
dimulai sejak tahun 1950-an; namun pada awal
perkembangannya adanya krisis di era globalisasi menuntut
perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami
banyak hambatan baik dalam hal teknis, ekonomis, maupun
sosial. pemakaian alat dan mesin pertanian baru mengalami
peningkatan sejak tahun 1970-an sebab kesadaran petani yang
semakin tinggi akan manfaat mekanisasi pertanian. Kesadaran ini
juga merupakan kebijakan untuk program swasembada beras
pada waktu itu, sehingga semua usaha untuk peningkatan
produksi padi diupayakan dengan prioritas tinggi, terutama pada
pembangunan irigasi, penyuluhan dan perluasan areal pencetakan
sawah baru.
Walaupun pemakaian alsintan di Indonesia terus
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tetapi tingkat
mekanisasi di Indonesia masih ketinggalan dari Negara-negara
lain. Menurut Alfan (1999), Indonesia masih sangat
ketinggalan pada pengembangan traktor. Pemakaian traktor di
Indonesia hanya 0,005 Kw/ha, Amerika Serikat 1,7 Kw/ha,
Belanda 3,6 Kw/ha dan Jepang 5,6 Kw/ha. Rendahnya pemakaian
traktor ini mencerminkan mekanisasi pertanian yang masih
rendah, sehingga produktivitas pertanian kita jauh ketinggalan
dari negara-negara maju di atas. Mekanisasi pertanian dapat
meningkatkan produktivitas pertanian melalui
pengolahan lahan yang lebih baik, mengurangi kehilangan hasil
serta meningkatkan ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian.
Selama musim tanam dan musim panen, permintaan tenaga
kerja sangat besar. Dengan memakai alat dan mesin
pertanian pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan
tepat waktu. Dan tenaga kerja manusia dapat dialokasikan
untuk pekerjaan lain.
Hasil Penelitian BBP Mekanisasi Pertanian,
menunjukkan bahwa dengan tenaga manusia mampu
mencangkul dengan kedalaman 15-20 centimeter dalam waktu
500 jam per hektar, jika jam kerja sehari 8 jam berarti 62,5
hari/Ha. Dengan tenaga hewan mampu mengolah tanah
sedalam 25 centimeter dalam waktu 60 jam per hektar dengan
jam kerja 4-6 jam per hari, berarti dalam 1 Ha diperlukan
waktu pengolahan sekitar 10 hari; sedangkan dengan
memakai handtraktor mampu mengolah tanah sedalam 25
cm dalam waktu 20 jam per hektar (2,5 hari/Ha) atau 4 jam
dengan traktor besar (0,5 hari/ha). Dari data ini diketahui
bahwa efesiensi waktu pengolahan lahan dengan memakai
alat mekanisasi lebih baik dan bukan hanya efesiensi waktu,
tetapi juga tenaga serta biaya. Bagaimanapun kita tidak dapat
menghindari akan perkembangan teknologi terutama dibidang pertanian, artinya sebagai masyarakat tani kita juga harus
mengikuti perkembangan teknologi baik dibidang mekanisasi dan
budidaya. Dengan makin majunya teknologi pertanian maka
harus ada sebuah kesiapan untuk menerima dan mengaplikasikan
teknologi ini secara bijaksana.
Pengembangan Mekanisasi Pertanian di Indonesia
mengacu kepada Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-
2014 yang merupakan acuan dan arahan pembangunan
pertanian untuk memposisikan kembali pertanian sebagai
motor penggerak pembangunan nasional melalui pencapaian
empat Target Utama pembangunan pertanian ke depan, yaitu:
(1) pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan,
(2) peningkatan diversifikasi pangan, (3) peningkatan nilai
tambah, daya saing dan ekspor, dan (4) peningkatan
kesejahteraan petani. Melalui Balai Besar Pengembangan
Mekanisasi Pertanian (BBP Mekanisasi Pertanian) yang
dibentuk berdasarkan SK Mentan No.
403/Kpts/OT.210/6/2002, yang diberi mandat nasional sebagai
pelaksana teknis dibidang penelitian dan pengembangan
mekanisasi pertanian di Indonesia; sekaligus juga memberikan
layanan jasa berupa pengujian alat mesin pertanian (alsintan).
Melalui pengujian dilakukan penelitian dan evaluasi teknis
alsintan yang dikembangkan. Pengujian diarahkan guna
pengawasan mutu untuk standardisasi yang mengacu pada
Standard Nasional Indonesia tentang prosedur, cara uji dan
persyaratan teknis minimum dan sertifikasi. Melalui pengujian
diharapkan mutu alsintan yang beredar dan digunakan pengguna
dapat terjamin.
Pengembangan alat dan mesin pertanian yang juga
pengembangan mekanisasi pertanian tidak dapat berdiri
sendiri, sebab merupakan suatu sub sistem penunjang
(supporting system) dalam proses budidaya, pengolahan dan
penyimpanan. Sebagai teknologi yang bersifat indivisible
( tidak dapat terbagi), peran alat dan mesin pertanian ini
sebaiknya dapat didistribusikan pada banyak pemakai, atau
petani kecil yang tidak mempunyai cukup kemampuan untuk
memilikinya. Berbagai studi menyebutkan, bahwa alat dan
mesin pertanian memiliki kaitan sangat erat dengan dinamika
sosial ekonomi dari sistem budidaya pertaniannya.
Alat dan mesin pertanian telah digunakan dalam usaha
tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan.
pemakaian alat dan mesin pertanian telah dirasakan
manfaatnya oleh petani khususnya tanaman pangan dalam
mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan
perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian
jumlah alat dan mesin pertanian masih sangat sedikit dibanding
dengan luas lahan yang ada. Ditinjau dari jumlah alat dan
mesin yang digunakan, level mekanisasi pertanian masih
berada ± 30 persen. Disamping itu pemakaian juga belum
optimum khususnya dalam Usaha Jasa Pelayanan Alsintan
(UPJA). Demikian pula angka susut pasca panen juga masih
besar yakni berkisar antara 12,5 - 23%. Pada komoditas
perkebunan, mekanisasi telah digunakan terutama untuk
pengolahannya; namun demikian lebih dari 65% komoditas
perkebunan belum dapat diolah sehingga peluang
pengembangan mekanisasi untuk komoditas ini masih terbuka
luas. Mekanisasi pertanian juga telah digunakan di bidang
mesin budidaya terutama penyediaan bibit, pengolahan produk,
namun jumlahnya masih jauh dari kebutuhannya. Untuk
komoditas hortikultura, mekanisasi mulai dari irigasi sampai
dengan pengolahan produk jadi masih belum mendapatkan
perhatian yang layak. Meskipun demikian beberapa prototipe
alat dan mesin pasca panen hortikultura telah tersedia dan siap
untuk dikembangkan seperti mesin grader buah, penggoreng
vakum, perajang dan pengering (Litbang, BPP Mekanisasi
Pertanian).
Dengan mekanisasi pertanian dapat diwujudkan suatu
sistem usaha tani dengan kepastian hasil tinggi yang dinyatakan
dengan ciri fisik seperti kuantitas, kualitas, produktivitas dan
efisiensi. Sistem dan usaha agribisnis merupakan sistem usaha
tani yang berorientasi komersiil serta efisien dalam
memanfaatkan sumberdaya alam dan mampu manghasilkan
produk yang berkualitas dan sesuai dengan jumlah dan waktu dan
harga yang diminta oleh pasar. Panelitian dan perekayasaan alsin
sebagai proses tidak dapat berdiri sendiri, tetapi harus
memperhatikan komponen lain dalam sistem budidaya pertanian
secara utuh, yaitu sistem sosial ekonomi petani, lingkungan dan
permodalan. Teknologi alat dan mesin pertanian tidak lagi
manjadi suatu input yang bebas, tetapi akan saling bergantung
dengan komponen tanah, iklim, petani, modal, tanaman, ternak,
ekonomi dan moneter. Penelitian dan perekayasaan alsinta
diperlukan dalam peningkatan produktivitas, efisiensi sumber
daya, kualitas dan pencapaian standar mutu hasil pertanian.
Dengan demikian daya saing produk akan tergantung kepada
muatan teknologi yang dipakai.
Pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berciri :
berdaya saing, berkewarga an, berkelanjutan dan terdesentralisasi
ini merupakan paradigma baru pembangunan pertanian
dimana peranan alat dan mesin pertanian sebagai salah satu
input teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
sumber daya dapat mampu meningkatkan kualitas dan nilai
tambah hasil pertanian. Pemilihan mekanisasi merupakan hal
yang penting dalam manajemen teknologi mekanisasi sebab
berhubungan erat dengan keberlanjutan sistam, kesepadanan
kteknologi dan kelayakannya dengan sub sistem sosio kultural.
Mekanisasi Pertanian merupakan wahana untuk transformasi dari
pertanian tradisional ke arah pertanian dengan budaya komeriil.
Inovasi mekanisasi pertanian dalam bentuk sistem, model,
prototype dan proses yang diperbarui, sebagai hasil panelitian dan
perekayasaan harus sepadan dangan lingkungan sistem dan usaha
agribisnis yang dibangun, sebab alsintan bukan merupakan input
yang bendiri sandiri, namun merupakan supporting system dan
akan saling bergantung pada komponen sumber daya alam,
petani, sosial dan ekonomi serta lingkungan strategis yang lain.
Peran penelitian mekanisasi pertanian semakin dibutuhkan dalam
sistem dan usaha agribisnis.
Dalam usaha meningkatkan dukungan mekanisasi
pertanian rangka pengembangan mekanisasi seperti diuraikan di
atas, kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus
mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu dan nilai
tambah, mendorong tumbuhnya industri alat dan mesin dalam
negeri dan mendorong kemitraan antara industri besar dan UKM.
Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan mekanisasi
pertanian adalah membangun industri pertanian di pedesaan
berbasis mekanisasi pertanian pada sentra produksi. Untuk itu
diperlukan dukungan kebijakan untuk pengembangan mekanisasi
guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain adalah: (1)
teknologi dan kelayakannya dengan sub sistem sosio kultural.
Mekanisasi Pertanian merupakan wahana untuk transformasi dari
pertanian tradisional ke arah pertanian dengan budaya komeriil.
Inovasi mekanisasi pertanian dalam bentuk sistem, model,
prototype dan proses yang diperbarui, sebagai hasil panelitian dan
perekayasaan harus sepadan dangan lingkungan sistem dan usaha
agribisnis yang dibangun, sebab alsintan bukan merupakan input
yang bendiri sandiri, namun merupakan supporting system dan
akan saling bergantung pada komponen sumber daya alam,
petani, sosial dan ekonomi serta lingkungan strategis yang lain.
Peran penelitian mekanisasi pertanian semakin dibutuhkan dalam
sistem dan usaha agribisnis.
Dalam usaha meningkatkan dukungan mekanisasi
pertanian rangka pengembangan mekanisasi seperti diuraikan di
atas, kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus
mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi, mutu dan nilai
tambah, mendorong tumbuhnya industri alat dan mesin dalam
negeri dan mendorong kemitraan antara industri besar dan UKM.
Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan mekanisasi
pertanian adalah membangun industri pertanian di pedesaan
berbasis mekanisasi pertanian pada sentra produksi. Untuk itu
diperlukan dukungan kebijakan untuk pengembangan mekanisasi
guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain adalah: (1)
pengembangan infrastruktur; (2) mendorong berkembangnya
industri alsin dalam negeri dan (3) mengembangkan model skim
kredit dan bantuan keuangan yang mendorong tumbuhnya
mekanisasi pertanian.
Pengertian dan Ruang Lingkup
Mekasisasi pertanian dalam pengertian Agriculture
Engineering, mencakup aplikasi teknologi dan manajemen
pemakaian berbagai jenis alat mesin pertanian, mulai dari
pengolahan, tanah, tanam, penyediaan air, pemupukan, perawatan
tanaman, pemungutan hasil sampai ke produk yang siap
dipasarkan. Dari tujuannya, aplikasi mekanisasi pertanian
dimaksudkan untuk menangani pekerjaan yang tidak mungkin
dilakukan secara manual, meningkatnya produktivitas
sumberdaya manusia, efisien dalam pemakaian input produksi,
meningkatkan produktivitas dan kualitas dan memberikan nilai
bagi penggunanya. Penerapan mekanisasi pertanian menuntut
adanya dukungan berbagai unsur, seperti tenaga professional
dibidang menajemen, teknik/mekanik, operator, ketersediaan
perbengkelan, ketersediaan bahan bakar, pelumas, suku cadang
serta ketersediaan unsur-unsur pendukungnya, merupakan
persyaratan agar mekanisasi pertanian mampu dikembangkan dan
dirasakan manfaatnya sesuai dengan tujuan modernisasi
pertanian.Ilmu mekanisasi Pertanian adalah bagian dari industri
pertanian yang penting sebab produksi yang efisien dan
pengolahan bahan-bahan tergantung pada mekanisasi. Oleh
sebab itu, mayoritas pekerja bekerja pada bidang keduanya baik
di lahan maupun di pemasaran hasil-hasil pertanian yang
membutuhkan keahlian-keahlian yang memungkinkan mereka
untuk mengoperasikan, mempertahankan, dan memperbaiki
mesin dan peralatan. Secara umum mekanisasi pertanian dapat
diartikan pemakaian alat mekanis dibidang pertanian. Dengan
tujuan agar memudahkan para pelaku dibidang pertanian
untuk melakukan kegiatan pengelolaan di sektor pertanian.
Agar dapat melakukan kegiatan usahatani ini ini secara
memadai maka dibutuhkan pemakaian alat-alat pertanian baik
yang digerakkan secara manual, yaitu digerakkan dengan tenaga
manusia; hewan; ataupun digerakkan secara masinal, yaitu
digerakkan dengan tenaga motor; dan tenaga alam, misalnya air
atau angin. Pemilihan jenis tenaga penggerak apakah memakai
tenaga manusia, motor atau tenaga alam tergantung pada
beberapa faktor, yaitu: ketersediaan tenaga dan alatnya; biaya
untuk operasi dan pemeliharaan; modal yang tersedia dan
keuntungan finansial usahatani ; dan kondisi lingkungan sekitar,
misal topografi atau bentuk bentang lahan apakah datar,
bergelombang, atau berbukit. Dalam melaksanakan kegiatan
usaha tani baik untuk padi maupun palawija dilakukan proses- proses pekerjaan: Penyiapan lahan; penyemaian; penanaman;
perawatan tanaman dan pemupukan; pemanenan; dan proses
pasca panen. Kegiatan-kegiatan pemakaian alat mesin pertanian
baik berpenggerak manual ataupun masinal disebut Mekanisasi
Pertanian.
Pengertian mekanisasi pertanian dapat didefinisikan
dalam arti yang luas dan sempit. Mekanisasi dalam arti luas
dapat diidentifikasikan dengan “agricultural engineering” yaitu
suatu ilmu yang mempelajari tentang pemakaian dan
pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan
daya karya manusia dalam bidang pertanian demi kesejahtraan
umat manusia (symposium Nasional Mekanisasi Pertanian 1967
di Ciawi). Mekanisasi pertanian dalam arti sempit yang
diidentikkan dengan “agricultural mechanization” atau “farm
mechanization” yaitu semua kegiatan pemakaian alat/mesin
pertanian yang digerakkan baik tenaga manusia, tenaga hewan,
tenaga motor, maupun tenaga mekanis lainnya seperti arus air dan
tenaga angin untuk mengurangi kejerihan kerja dan
meningkatkan ketepatan, mengamankan produksi, memperbaiki
mutu produksi dan meningkatkan efisinsi kerja. Ruang lingkup
dari mekanisasi pertanian dapat dibagi dalam bidang-bidang,
yaitu : mesin budidaya, teknik tanah dan air, bangunan pertanian,
elektrifikasi pertanian, mesin-mesin pengolahan hasil pertanian,
dan bidang mesin-mesin pengolahan pangan. Dalam tulisan ini
g budidaya
availability) air dan udara di dalam tanah ; sementara kelompok
kedua menemukan jawaban bahwa dengan pembajakan yang
dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan pembajakan yang dangkal. Kedua pendapat ini masingmasing mempunyai kelemahan. Pada pertengahan abad ke-20
berbagai upaya dicoba untuk menggabungkan kedua pendekatan
ini yaitu dengan mempelajari hubungan sebab akibat dari
pengolahan tanah dan produksi tanaman. Telah diketahui bahwa
pengolahan tanah dapat merubah dan atau memperbaiki struktur
tanah serta memberantas gulma. Perbaikan struktur tanah dengan
pengolahan tanah diduga dapat berpengaruh baik pada
pertumbuhan tanaman, meskipun pendapat ini sulit
dibuktikan sebab hanya melihat aspek fisik tanahnya saja, yang
pasti bahwa memberantas gulma akan memberikan keuntungan
bagi pertumbuhan tanaman.
Perkembangan selanjutnya menunjukkan bahwa
penelitian-penelitian mengenai pengolahan tanah terbagi
dalam dua aliran, yaitu aliran yang memberikan penekanan
pada pengendalian gulma dan aliran yang memberikan
penekanan pada perbaikan struktur tanah. Terlepas dari ada
tidaknya pengaruh pengolahan tanah pada produksi tanaman,
pengolahan tanah sampai kini tetap saja dilakukan petani paling
tidak untuk mempermudah pekerjaan berikutnya.
Berkaitan dengan sejarah pengolahan tanah maka perkem
bangan dalam tujuan serta metoda pengolahan
tanahnya diikuti pula dengan perkembangan dalam disain
peralatan baik dari segi bahan maupun bentuk alat. Banyak
bukti menunjukkan bahwa bajak ringan terbuat dari kayu telah
digunakan secara besar-besaran di daerah Euphrates dan Nile
Rivers sekitar tahun 3000 B.C. bahkan digunakan sebagai
tenaga penggerak/penarik peralatan pertanian, menyiapkan
tanah untuk penanaman Barley, Wheat dan lain-lain tanaman
yang populer pada jaman itu. Bajak yang
digunakan pada waktu itu tidak beroda atau bajak
singkal yang digunakan untuk membalik tanah dan membuat
furrow. Paling tidak peralatan ini dapat
berfungsi memecahkan tanah dan untuk menutup benih. Contoh
bajak yang terbuat dari kayu dari Mesir diperlihatkan pada
gambar 1.
Lebih dari 2000 tahun yang lalu ditemukan bajak terbuat
dari besi yang diproduksi di Honan utara China. Pada awalnya
alat ini berupa alat kecil yang ditarik dengan tangan dengan plat
besi berbentuk V yang dihubungkan atau digandengkan dengan
pisau kayu dan pegangan. Selama abad pertama B.C., kerbau
digunakan untuk menarik peralatan pengolahan tanah.
Selanjutnya secara berturut-turut dikembangkan alat yang disebut
triple-shared plow, plow-and-sow dan garu.
Bajak telah digunakan juga di India selama beribu-ribu
tahun. Peralatan kuno tidak beroda dan moldboard terbuat dari
kayu keras (wedge-shaped hardwood blocks) yang ditarik oleh
sapi (bullock). Dengan alat ini tanah hanya dipecahkan
kedalam bentuk clods tetapi tidak dibalik; dan pengolahan
pertama ini kemudian diikuti dengan penghancuran “clod” dan
perataan tanah dengan alat barupa batang kayu berbentuk empat
persegi panjang yang ditarik oleh sapi.
Pisau bajak besi muncul di Roma pada kira-kira 2000
tahun yang lalu sebagaimana pisau coulter. Pada waktu itu masih
belum juga ditemukan bajak singkal yang berfungsi membalik
tanah. Pada tanah yang berat dan keras, pisau bajak besi ini
ditarik oleh sekelompok sapi jantan (oxen). Ada laporan yang
menyatakan bahwa bajak yang dilengkapi dengan roda ditemukan
di Itali utara pada sekitar tahun 100 A.D.
Suatu alat yang lebih lengkap, terdiri dari roda, coulter
pemotong dan moldboard digunakan di Eropa pada tahun 1500
A.D. seperti tertera pada Gambar 2. Peralatan ini dapat digunakan
untuk membalik tanah dan membuat furrow dan kasuran benih.
Pada kira-kira tahun 1830, John Deere terdorong untuk
mengembangkan bajak baja dengan pisau dan moldboard untuk
mengatasi masalah pengolahan tanah-tanah organik di Amerika.
Peralatan yang ditarik oleh hewan mulai menyusut jumlahnya
sejak ditemukannya traktor bertenaga uap pada sekitar tahun
1860.
Traktor adalah kendaraan yang didesain secara spesifik
untuk keperluan traksi tinggi pada kecepatan rendah, atau untuk
menarik trailer atau instrumen yang digunakan dalam pertanian
atau konstruksi. Istilah ini umum digunakan untuk
mendefinisikan suatu jenis kendaraan untuk pertanian. Instrumen
pertanian umumnya digerakkan dengan memakai kendaraan
ini, ditarik ataupun didorong, dan menjadi sumber utama
mekanisasi pertanian. Istilah umum lainnya, "unit traktor", yang
mendefinisikan kendaraan truk semi-trailer. Kata traktor diambil dari
bahasa Latin, trahere yang berarti "menarik". Awalnya dipakai
untuk mempersingkat penjelasan "suatu mesin atau kendaraan
yangmenarik gerbong.
Di Inggris, Irlandia, Australia, India, Spanyol,
Argentina, dan Jerman, kata "traktor" umumnya berarti "traktor
pertanian", dan pemakaian kata traktor yang merujuk pada
jenis kendaraan lain sangat jarang. Di Kanada dan Amerika
Serikat, kata "traktor" juga berarti truk semi-trailer. Instrumen
pertanian bermesin pertama adalah mesin portabel di tahun 1800-
an, yaitu mesin uap yang bisa digunakan untuk mengendalikan
instrumen mekanis pertanian. Sekitar tahun 1850, mesin penarik
dikembangkan dari mesin ini , dan digunakan secara luas di
pertanian. Traktor pertama adalah mesin bajak bermesin uap.
Traktor yang Dibuat Di Tahun 1920 an
Traktor bisa diklasifikasikan sebagai two wheel drive,
four wheel drive, atau track tractor. Traktor, kecuali track tractor
umumnya memiliki 4 roda dengan dua roda yang lebih besar di
belakang atau keempat roda sama besar. Track tractor memiliki
penggerak seperti tank yang membuatnya mampu bergerak di
berbagai medan. sebab traksinya yang sangat hebat, track tractor
menjadi populer di California pada tahun 1930 an. Traktor pada
awalnya memakai mesin uap. Pada awal abad ke 20,
mesin pembakaran dalam menjadi pilihan utama sumber tenaga
traktor. Antara tahun 1900 hingga 1960, bensin menjadi bahan
bakar utama, dan minyak tanah dan etanol sebagai alternatif bahan
bakar. Dieselisasi mencapai puncaknya pada tahun 1960, dan
traktor pertanian modern umumnya memakai mesin diesel
yang memiliki output power antara 18 hingga 575 tenaga kuda
(HP). Kebanyakan traktor tua memakai transmisi manual.
Traktor jenis ini memiliki beberapa rasio kecepatan, umumnya
3 hingga 6. Kecepatan rendah umumnya dipakai dilahan
pertanian, sedangkan kecepatan tinggi umumnya dipakai di jalan.
Tenaga yang diproduksi oleh mesin harus ditransmisikan ke
peralatan yangdiimplementasikan ke traktor untuk melakukan
pekerjaan yang dibutuhkan (menanam, memanen, membajak, dan
sebagainya). Hal ini bisa dicapai dengan drawbar atau system
sambungan.
Aplikasi dan Variasi pemakaian Traktor
pemakaian traktor yang paling umum adalah sebagai alat
mekanisasi pertanian. Traktor pertanian digunakan untuk menarik
atau mendorong instrumen pertanian atau trailer. Berbagai variasi
dan spesialisasi traktor telah dikembangkan, diantaranya
yang paling umum adalah instrumen untuk memanen yang umum
digunakan dilahan gandum yang luas. Selain untuk memanen, ada
juga yang didesain untuk menanam, mengolah dan memperbaiki
lahan, atau pengangkut hasil pertanian. Daya tahan dan kekuatan
mesin dari traktor membuatnya sangat pas untuk kebutuhan
konstruksi bangunan dan jalan. Traktor bisa dipasangkan dengan
lengan penggaruk, dozer blade, backhoe, dan lain sebagainya.
Traktor tipe ini umumnya tipe track tractor. Penggerak track tractor
ini umumnya memakai penggerak yang mirip konveyor, bukan roda.
pemakaian traktor lainnya adalah sebagai penarik
pesawat terbang di bandara, pengangkut kendaraan militer,
pengangkut beban berat dalam jumlah besar yang umum terdapat
di pertambangan batu bara terbuka, dan lain sebagainya. Traktor
terbesar adalah traktor pembawa roket peluncur dan pesawat ulang alik
yang dimiliki NASA, dan Bagger yang digunakan dalam
penambangan batu bara di Jerman.
pemakaian Traktor Di Bidang Pertanian
Pekerjaan pengolahan tanah dapat dibagi menjadi
pengolahan tanah pertama disebut juga pembajakan; dan
pengolahan tanah kedua disebut juga penggaruan.
A. Alat Pengolahan Tanah Pertama
Alat pengolahan tanah pertama adalah alat-alat yang
pertama sekali digunakan yaitu untuk memotong, memecah dan
membalik tanah. Alat-alat ini dikenal ada beberapa macam,
yaitu :
1. bajak singkal (moldboard plow)
2. bajak piring (disk plow)
3. bajak pisau berputar (rotary plow)
4. bajak chisel (chisel plow)
5. bajak subsoil (subsoil plow)
6. bajak raksasa (giant plow)
1. Bajak Singkal
Pengolahan tanah merupakan suatu usaha manusia untuk
merubah sifat-sifat yang dimiliki oleh tanah sesuai dengan
kebutuhan yang dikehendaki oleh manusia. Bajak singkal
merupakan salah satu alat pertanian yang tertua dan dianggap
sebagai alat pengolahan tanah yang paling penting, sebab
memiliki fungsi mengubah sifat fisik tanah dengan cara ditarik.
Bajak singkal akan memotong, membalik dan memecahkan tanah
sekaligus menutup gulma dan menjadikannya kompos. Pada
umumnya hasil pengolahan pertama masih merupakan
bongkahan-bongkahan tanah besar, sebab pada tahap ini
penggemburan tanah belum dapat dilakukan secara efektif.
Bajak singkal ini dapat digunakan untuk bermacammacam jenis tanah dan sangat baik untuk membalik tanah.
Bagian dari bajak singkal yang memotong dan membalik tanah
disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau
lebih. Bottom ini dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu :
1) singkal (moldboard), 2) pisau (share), dan 3) penahan samping
(landside). Ketiga bagian utama ini diikat pada bagian
yang disebut pernyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan
rangka (frame) melalui batang penarik (beam). Bagian-bagian
dari bajak singkal satu bottom secara terperinci dapat dilihat pada
gambar 3
Pada saat bajak bergerak maju, maka pisau (share)
memotong tanah dan. mengarahkan potongan/keratan tanah
(furrow slice) ini ke bagian singkal. Singkal akan
menerima potongan tanah, dan sebab kelengkungannya maka
potongan tanah akan dibalik dan pecah. Kelengkungan singkal ini
berbeda untuk kondisi dan jenis tanah yang berbeda agar
diperoleh pembalikan dan pemecahan tanah yang baik.
Penahan samping adalah bagian yang berfungsi untuk
menahan tekanan samping dari keratan tanah pada singkal,
disamping sekaligus menjaga kestabilan jalannya bajak sewaktu
bekerja. Bagian yang paling banyak bersinggungan dengan tanah
dari bagian ini adalah bagian belakang yang disebut tumit (heel).
Untuk menjaga keausan sebab gesekan dengan tanah, bagian
tumit ini dalam pembuatannya diperkeras.
Selain dari bagian-bagian diatas, bajak singkal
diperlengkapi dengan alat yang disebut pisau pemotong (coulter).
Bagian ini berfungsi untuk membelah tanah atau tumbuhan atau
sampah-sampah yang ada diatas tanah sebelum pisau bajak
memotong tanah. Dengan demikian sisa-sisa tumbuhan diatas
tanah dapat dibalik dengan baik dan memperingan pekerjaan
pisau bajak. Ada dua bentuk pisau pemotong, yaitu pisau
pemotong stasioner (stationary knife) dan pisau pemotong
berputar (rolling coulter) seperti terlihat pada gambar 4.
Gambar 4. Beberapa Jenis dari Pisau Pemotong (Coulter)
Ukuran bajak adalah lebar bajak, dinyatakan dalam satuan
panjang. Ukuran dari satu bajak adalah dengan mengukur jarak
dari sayap (wing) sampai penahan samping. Secara teoritis
ukuran ini dapat dianggap sebagai lebar pembajakan atau lebar
pemotong tanah.
Bajak singkal jika dilihat dari atas atau samping akan
terlihat suatu rongga atau hisapan (suction). Suction ini perlu
untuk mencapai kedalaman atau lebar potongan bajak.
Besarnya suction ini beragam dari 1/8 sampai 3/16 inci.
Ukuran ini disebut juga celah (clearance). Tempat dari suction
ini berbeda untuk bajak yang mempunyai roda belakang (real
furrow wheel) dan tanpa roda belakang (Gambar 5). Disamping
untuk pemotongan tanah, hisapan (suction) ini berperan juga
dalam menstabilkan jalannya bajak. Hisapan Kebawah (Down
suction) atau celah vertikal (vertical clearance) beragam dari 1/8
sampai 3/16 inci pada bajak tanpa roda belakang tergantung dari
jenis alat dan jenis tanah. Pada bajak dengan roda belakang,
hisapan kebawah (down suction) sebesar 1/4 sampai 1/2 inci.
Bila bajak singkal bekerja memotong dan membalik
tanah maka akan terbentuk alur yang disebut furrow. Bagian
tanah yang diangkat dan diletakkan kesamping, disebut keratan
tanah (furrow slice). Bila pekerjaan dimulai dari tengah areal
secara bolak-balik dan arah perputaran ke kanan, maka akan
berbentuk alur balik (Back furrow). Bila pekerjaan bolak balik
dimulai dari tengah dan arah perputaran ke kiri, maka akan
terbentuk alur mati (Dead furrow). Pembalikan tanah umumnya
kekanan. Dalam operasional bajak dapat digolongkan atas bajak
tarik (trailing moldboard plow) dan bajak yang dapat diangkat
secara hidrolik (mounted moldboard plow). Dilihat dari hasil
kerjanya dapat digolongkan atas bajak satu arah (one way) dan
bajak dua arah (two way). memakai bajak dua arah
memberikan keuntungan dalam menghindari terbentuknya alur
balik (back furrow).
Gambar 6. Hasil Pembajakan dengan memakai Bajak
Singkal
2. Bajak Piring
Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik
melalui bantalan (bearing), sehingga pada saat beroperasi
ditarik oleh traktor maka piringannya dapat berputar. Dengan
berputarnya piringan, maka diharapkan dapat mengurangi
gesekan dan tahanan tanah (draft) yang terjadi. Piringan bajak
dapat berada disamping rangka atau berada di bawah rangka.
Bagian-bagian dari bajak piring dapat dilihat pada gambar 7,
sedangkan hasil pembajakannya dapat dilihat pada gambar 8.
Gambar 7. Bagian-bagian Bajak Piring
Setiap piringan dari bajak piringan biasanya dilengkapi dengan
pengeruk (scraper) yang berguna selain untuk membersihkan
tanah yang lengket pada piringan, juga membantu dalam
pembalikan potongan tanah.
Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat bajak
memotong tanah, bajak piring dilengkapi dengan roda alur
belakang (rear furrow wheel). Beberapa keuntungan
memakai bajak ini adalah :
a. Dapat bekerja ditanah keras dan kering
b. Dapat untuk tanah-tanah yang lengket
c. Dapat untuk tanah-tanah yang berbatu
d. Dapat untuk tanah-tanah berakar
e. Dapat untuk tanah-tanah yang memerlukan pengerjaan yang
dalam.
Ada tiga jenis bajak piring yang ditarik dengan traktor,
yaitu : tipe tarik (trailing), tipe hubungan langsung (directconnected), dan tipe diangkat sepenuhnya (integral mounted).
a. Tipe tarik dapat dibagi lagi atas biasa (reguler) dan satu arah
(oneway). Reguler trailing disk plow ditarik di belakang
traktor. Alat ini dilengkapi dengan roda yaitu 2 buah roda alur
(furrow wheel) dan satu buah roda lahan (land wheel). Kedua
roda alur (furrow wheel),berperan untuk menstabilkan
jalannya bajak. Pada tanah-tanah berat digunakan heavy way
disk plow untuk mendapatkan pengolahan yang dalam. One
way disk plow adalah piring bajak yang di susun dalam satu
gang melalui suatu poros. Jarak antara piringan adalah 8
sampai 10 inci. Jumlah piringan dapat beragam dari 2 sampai
35 buah dengan ukuran diameter piring dari 20 sampai 26
inci.
b. Tipe hubungan langsung atau disebut juga semi mounted disk
plow di bagian depannya dapat diangkat memakai sistem
hidrolik traktor sehingga memudahkan alat sewaktu berputar.
Alat ini dapat berputar pada areal yang sempit dan juga dapat
mundur.
c. Tipe diangkat sepenuhnya ditarik dibelakang traktor
dipasang pada tiga titik gandeng dan keseluruhannya dapat
diangkat memakai sistem hidrolik traktor, sehingga
sangat mudah dalam transportasi. Tipe one way disk plow yang
kecil dapat juga termasuk Integral mounted., bila dapat diangkat
keseluruhannya dengan hidrolik traktor.
3. Bajak Rotari / Pisau Berputar
Bajak rotari adalah bajak yang terdiri dari pisau-pisau
yang berputar. Berbeda dengan bajak piringan yang berputar
sebab ditarik traktor, maka bajak ini terdiri dari pisau-pisau yang
dapat mencangkul yang dipasang pada suatu poros yang berputar
sebab digerakan oleh suatu motor. Bajak ini banyak ditemui
pada pengolahan tanah sawah untuk pertanaman padi. Ada tiga
jenis bajak rotari yang biasa dipergunakam, yaitu :
a. Jenis pertama yang disebut dengan tipe tarik dengan mesin
tambahan (pull auxiliary rotary engine). Pada jenis ini
terdapat motor khusus untuk menggerakkan bajak, sedangkan
gerak majunya ditarik oleh traktor (gambar 9).
b. Jenis kedua adalah tipe tarik dengan penggerak PTO (pull
power take off driven rotary plow). Alat ini digandengkan
dengan traktor melalui tiga titik gandeng (three point hitch).
Untuk memutar bajak ini digunakan daya dari as PTO traktor
(gambar 10).
c. Jenis ketiga adalah bajak rotari tipe kebun berpenggerak
sendiri (self propelled garden type rotary plow). Alat ini
terdapat pada traktor-traktor roda 2 (dua). Bajak rotari
digerakkan oleh daya penggerak traktor melalui rantai atau sabuk.
Dapat juga langsung dipasang pada as roda, sehingga disamping
mengolah tanah, bajak ini juga berfungsi sebagai penggerak
(gambar 11).
4. Bajak Chisel
Alat ini berbentuk tajak yang disusun pada suatu rangka.
Digunakann untuk memecah tanah yang keras sampai
kedalaman sekitar 18 inci. Diperlengkapi dengan 2 buah roda
yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman
pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 1 sampai 2
inci. Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi
hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan
tanah dimulai (Gambar 12).
5. Bajak Subsoil
Alat ini hampir sama dengan bajak chisel hanya
bentuknya lebih besar dan digunakan untuk pengolahan tanah
yang lebih dalam. memakai alat ini dapat memecahkan
tanah pada kedalaman 20 sampai 36 inci. Alat ini sering juga
digunakan untuk memecahkan lapisan keras didalam tanah
(hardpan), atau untuk memperbaiki drainase tanah (Gambar 13).
Bajak Raksasa
Alat ini sesuai dengan namanya, berbentuk sangat besar
dan digunakan untuk membalik tanah pada kedalaman 100
sampai 180 cm. Dengan memakai alat ini tanah subur yang
ada di dalam tanah dap at diangkat keatas permukaan tanah.
Dapat berbentuk bajak singkal atau bajak piringan.
B. Alat Pengolahan Tanah Kedua
Pengolahan tanah kedua dilakukan setelah pembajakan.
Dengan pengolahan tanah kedua, tanah menjadi gembur dan rata,
tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu
dihancurkan dan dicampur dengan lapisan tanah atas, kadangkadang diberikan kepadatan tertentu pada permukaan tanah, dan
mungkin juga dibuat guludan atau alur untuk pertanaman. Alat
pengolah tanah kedua yang memakai daya traktor antara
lain: 1) garu (harrow), 2) perata dan penggembur (land roller dan
pulverizer), dan 3) alat-alat lainnya.
1. Garu
Beberapa jenis garu yang dipakai pada pengolahan tanah
kedua adalah : a) garu piring (disk harrow), b) garu palcu (splice
tooth harrow), c) garu pegas (spring tooth harrow), d) garu rotari,
dan e) garu khusus (special harrow).
a. Garu Piring.
Garu ini dapat digunakan sebelum pembajakan untuk
memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, untuk
rnenghancurkan permukaan tanah sehingga keratan tanah
( furrow slice) lebih berhubungan dengan tanah dasar. Juga
dapat digunakan untuk penyiangan, atau untuk menutup bijibijian yang ditanam secara sebar. Secara umum garu piring
dibagi atas : 1) garu piring tipe tarik (trailing disk harrow), dan 2)
garu piring tipe angiat (mounted disk harrow).
Garu piring dapat mempunyai aksi tunggal (single action)
jika pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu
arah saja. Juga dapat mempunyai aksi ganda (double action )
jika piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di
belakang dalam melempar tanah. Gambar 14 menunjukkan garu
piring aksi tunggal dan garu piring aksi ganda.
jika posisi garu piring dalam penggandengannya
dengan traktor menyamping, maka garu ini disebut garu
offset. Bagian-bagian dari garu piring adalah : piringan (disk), as
(gang/arbor bolt), rangka (frame), bantalan (bearing), bumper,
kotak pemberat, dan pembersih tanah (scaper).
- Piringan dapat bersisi rata atau bergerigi. Piringan yang
bergerigi biasanya digunakan pada lahan yang
mempunyai banyak sisa-sisa tanaman. Ukuran umum
berkisar antara 45 sampai 60 cm, sedangkan untuk tugas
berat (heavy duty) antara 65 sampai 70 cm.
- Piringan dipasang pada suatu as yang berbentuk persegi
dengan jarak antara 15 sampai 22 cm, atau 25 sampai
30 untuk tugas berat dan masing-maing dipisahkan oleh
gelondong (spool).
- Masing-masing as (gang) diikat ke rangka melalui standar
yang berdiri pada bantalan. Untuk garu yang ringan satu
as mempunyai dua bantalan, sedangkan yang berat lebih
dari dua bantalan
Pada ujung as di bagian cembung piringan ditempatkan
bumber berupa besi tuang yang eukup berat untuk
menambah tekanan ke samping.
- jika garu piring tidak cukup berat untuk memecah
tanah, maka dapat ditambah beban yang ditempatkan pada
kotak pemberat.
- Untuk membersihkan tanah yang melekat pada piringan,
biasanya setiap piringan dilengkapi dengan pengeruk
tanah (scraper) yang diikat pada rangka.
b. Garu Paku
Garu ini mempunyai gigi yang bentuknya seperti paku
terdiri dari beberapa baris gigi yang diikatkan pada rangka. Garu
ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah
pembajakan. Juga dapat digunakan untuk penyiangan pada
tanaman yang baru tumbuh. Bentuk dari garu paku dapat dilihat
pada
c. Garu Pegas
Garu pegas sangat cocok untuk digunakan pada lahan
yang mempunyai banyak batu atau akar-akar, sebab gigi-giginya
yang dapat indenting (memegas) jika mengenai gangguan.
Kegunaan garu ini sama dengan garu paku, bahkan untuk
penyiangan garu ini lebih baik, sebab dapat masuk ke dalam
tanah lebih dalam. Bentuk dari garu pegas dapat dilihat pada
gambar 16.
Gambar 16. Salah Satu Bentuk dari Garu Pegas
d. Garu Rotari
Garu rotari ada dua macam, yaitu : garu rotari cangkul
(rotary hoe harrow) dan garu rotari silang (rotary cross harrow).
Garu rotari cangkul merupakan susunan roda yang dikelilingi
oleh gigi-gigi berbentuk pisau yang dipasangkan pada as dengan
jarak tertentu dan berputar vertikal. Putaran roda garu ini
disebabkan oleh tarikan traktor. Bentuk dari garu ini dapat dilihat
pada gambar 17.
Gambar 17. Garu Rotari Cangkul (Rotary Hoe Harrow)
Garu rotari silang terdiri dari gigi-gigi yang tegak lurus terhadap
permukaan tanah dan dipasang pada rotor. Rotor diputar
horisontal, yang gerakannya diambil dari putaran PTO. Dengan
memakai garu ini, penghancuran tanah terjadi sangat
intensif. Bentuk dari garu ini dapat dilihat pada gambar 18.
Gambar 18. Garu Rotari Silang (Rotary Cross Harrow)
Yang termasuk kedalam garu khusus adalah weedermulche dan soil surgeon. Weeder-mulche adalah alat yang
digunakan untuk penyiangan, pembuatan mulsa dan pemecahan
tanah di bagian permukaan. soil surgeon adalah alat yang
merupakan susunan pisau berbentuk U dipasang pada suatu
rangka dari pelat. Alat ini digunakan untuk memecah bongkahbongkah tanah di permukaan dan untuk meratakan tanah.
2. Land Rollers dan Pulverizers
Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang
disusun rapat pada satu as. Puingan piring dapat tajam atau
bergerigi. Digunakan untuk penyelesaian dari proses pengolahan
tanah untuk persemaian (Gambar 19).
Gambar 19. Pulverizer
3. Alat-alat Lainnya ( Sub Surface Tillage Tools and Field
Alat ini digunakan untuk mengolah tanah tanpa merubah
tanah dibagian permukaan dan juga sekaligus dapat untuk
penyiangan. Keuntungan memakai alat ini adalah :
a. Meningkatkan kemampuan tanah dalam hal menyerap air,
b. Mengurangi aliran permukaan (run off),
c. Mengurangi erosi air atau angin,
d. Mengurangi tingkat penguapan air dari permukaan tanah.
mempercepat pengolahan tanah, pengendalian hama, panen dan
perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian
jumlah alat dan mesin pertanian masih sangat sedikit dibanding
dengan luas lahan yang ada. Ditinjau dari jumlah alat dan mesin
yang digunakan, level mekanisasi pertanian masih berada ± 30
persen. Disamping itu pemakaian juga belum optimum khususnya
dalam Usaha Jasa Pelayanan Alsintan (UPJA).
Aplikasi alat dan mesin pertanian sangat penting
dipergunakan untuk memudahkan manusia dalam setiap
tahapan pekerjaan, khususnya dalam bidang pertanian.
Berkembangnya teknologi sekarang ini, menyebabkan pemakaian
alsinta makin meningkat pemakaian nya sebab sangat
mendukung upaya meningkatkan produktivitas di bidang
pertanian. Pada dasarnya jenis-jenis alat dan mesin yang
digunakan sangat berpengaruh pada potensi produksi
pertanian, sehingga implementasi alsinta dapat digolongkan
dalam kegiatan saat pra panen dan pasca panen. Pra panen
dalam hal ini merupakan semua kegiatan yang dilakukan
sebelum panen, seperti pengolahan tanah, penanaman,
pemeliharaan tanaman (penyiangan, pemupukan dll) serta
kegiatan panen itu sendiri; sedangkan pasca panen adalah
semua kegiatan yang berlangsung setelah panen, seperti pengeringan, perontokan, pengemasan, pengangkutan dan
tindakan pengolahan hasil pertanian lainnya.
Kegiatan modernisasi pertanian itu harus dimulai dengan
manajemen tertata rapi dari mulai proses produksi, pengolahan,
hingga pemasaran produk pertanian. Beberapa tahapan
implementasi mekanisasi pertanian dalam kegiatan usaha tani,
antara lain :
a. Mekanisasi Penyiapan Lahan
b. Mekanisasi Penanaman
c. Mekanisasi Pemeliharaan Tanaman
d. Mekanisasi Pemanenan
e. Mekanisasi Pascapanen
4.1. MEKANISASI PENYIAPAN LAHAN
Penyiapan lahan pada prinsipnya membebaskan lahan dari
tumbuhan pengganggu atau komponen lain dengan maksud untuk
memberikan ruang tumbuh kepada tanaman yang akan
dibudidayakan. Cara pelaksanaan penyiapan lahan digolongkan
menjadi 3 cara, yaitu cara mekanik, semi mekanik dan manual.
Jenis kegiatannya terbagi menjadi dua tahap :
a. Pembersihan lahan, yaitu berupa kegiatan penebasan
terhadap semak belukar dan padang rumput. Selanjutnyaditumpuk pada tempat tertentu agar tidak mengganggu ruang
tumbuh tanaman.
b. Pengolahan tanah, dimaksudkan untuk memperbaiki struktur
tanah dengan cara mencanggkul atau membajak (sesuai
dengan kebutuhan).
Dalam proses penyiapan lahan ini ada dua hal penting
yang harus dilakukan, pertama adalah pembersihan lahan dari
unsur pengganggu, seperti semak belukar, alang-alang dan
berbagai tanaman yang sudah mati. Proses pembersihan bisa
dilakukan dengan cara manual maupun dengan pengolahan tanah.
Dalam hal ini, tanah perlu dikelola agar mampu memberikan
kesuburan bagi tanaman yang akan hidup di tanah ini .
Metode pembukaan lahan tergantung pada kondisi lahan,
meliputi :
a. Pada daerah alang-alang, dapat dilakukan secara mekanis yakni
dengan membajak dan menggaru; namun juga dapat dilakukan
dengan cara khemis yaitu dengan menyemprot alang-alang
dengan herbisida.
b. Konversi, yakni dengan membuka areal perkebunan dari bekas
perkebunan lain
c. Pembukaan lahan tanpa bakar.
Pemahaman tentang metoda-metoda pengolahan tanah,
berbagai jenis peralatan yang digunakan untuk pengolahantanah baik untuk lahan kering maupun lahan basah, kinerja dari
peralatan pengolahan tanah dan uraian prinsip mekanika pada alat
pengolahan tanah; sangat dibutuhkan dalam pekerjaannya baik
sebagai perencana maupun sebagai pelaksana dalam usaha
manufaktur alat/mesin pengolahan tanah atau usaha pertanian
yang memerlukan dukungan mekanisasi pertanian. Tindakan
penyiapan lahan bertujuan untuk menyiapkan media tumbuh yang
optimal (paling sesuai) bagi tanaman. Sedangkan untuk sawah
beririgasi kegiatan penyiapan lahan sering pula disebut dengan
pengolahan tanah.
Pengolahan tanah adalah suatu usaha untuk
mempersiapkan lahan bagi pertumbuhan tanaman dengan cara
menciptakan kondisi tanah yang siap tanam. Walaupun
pengolahan tanah sudah dilakukan oleh manusia sejak dahulu
kala dan sudah mengalami perkembangan yang demikian pesat
baik dalam metode maupun peralatan yang digunakan, tetapi
sampai saat ini pengolahan tanah masih belum dapat dikatakan
sebagai ilmu yang pasti (eksakta) yang dapat dinyatakan secara
kuantitatif. Belum ada metode yang memuaskan yang
tersedia untuk menilai hasil olah yang dihasilkan oleh suatu alat
pengolah tanah tertentu, serta belum dapat ditentukan suatu
kebutuhan hasil olah yang khusus untuk berbagai tanaman
untuk lahan kering. Beberapa hasil penelitian menyimpulkan bahwa masalah pengolahan tanah merupakan masalah yang
penting untuk mendapatkan produksi pertanian yang optimal.
Kondisi tanah yang baik adalah salah satu faktor berhasilnya
produksi tanaman, dan untuk mencapai kondisi tanah yang baik
diperlukan alat-alat pertanian.
Akhir-akhir ini masalah yang utama didalam pembukaan dan
pengolahan tanah adalah bagaimana agar didapatkan efisiensi
yang optimal. Hal ini dimaksudkan dari pengertian minimal
tillage yaitu pengolahan yang seminimal mungkin, tetapi
menghasilkan tanah yang baik dan pertumbuhan tanaman yang
optimal dengan biaya yang rendah.
Tujuan utama dari pengolahan tanah adalah
menciptakan kondisi tanah yang paling sesuai untuk
pertumbuhan tanaman dengan usaha yang seminimun mungkin.
Selama ini tujuan ini seringkali dicapai dengan
mengaplikasikan cara cut and try baik dalam mengembangkan
metoda pengolahan tanah maupun mengembangkan atau
memperbaiki disain peralatan pengolahan tanah yang sudah
ada. Pada situasi seperti ini maka diperlukan pengetahuan
(knowledge) mengenai proses pengolahan tanah sehingga
memungkinkan untuk memprediksi biaya dan hasil pengolahan
tanah secara jelas dan efisien. Sebagian besar lahan pertanian
beririgasi dirancang untuk mengusahakan tanaman padi dan
palawija. Pola tanam yang secara umum digunakan adalah padipadi palawija, atau padi-palawija-palawija, tergantung
ketersediaan air yang ada atau pola tanam yang sudah disepakati
dan ditetapkan. Agar dapat melakukan kegiatan usaha tani
ini secara memadai maka dibutuhkan pemakaian alat-alat
pertanian baik yang digerakkan secara manual, yaitu digerakkan
dengan tenaga manusia; hewan; ataupun digerakkan secara
masinal, yaitu digerakkan dengan tenaga motor; dan tenaga alam,
misalnya air atau angin. Pemilihan jenis tenaga penggerak apakah
memakai tenaga manusia, motor atau tenaga alam tergantung
pada beberapa faktor, yaitu: ketersediaan tenaga dan alatnya;
biaya untuk operasi dan pemeliharaan; modal yang tersedia dan
keuntungan finansial usahatani ; dan kondisi lingkungan sekitar,
misal topografi atau bentuk bentang lahan apakah datar,
bergelombang, atau berbukit. Untuk tenaga penggerak masinal
biasanya digunakan traktor. Fungsi traktor selain adalah sebagai
alat penarik dan penggerak alat pengolah tanah juga sebagai alat
angkutan. Beberapa jenis traktor bahkan dilengkapi dengan suatu
poros putar sehingga putaran poros engkol mesin dapat
dihubungkan dengan alat lain, misalnya pompa air.
Berdasarkan jumlah rodanya maka traktor dapat
dipilahkan menjadi traktor beroda dua atau traktor tangan dan
traktor besar beroda empat. Traktor tangan digerakkan oleh mesin
yang mempunyai kekuatan 6 – 7 HP; tetapi banyak juga yang
hanya mempunyai kekuatan 4 – 5 HP. Sedangkan traktor besar
dapat mempunyai kekuatan mesin 35 HP. Pemilihan traktor yang
digunakan tergantung pada beberapa faktor, antara lain luas
lahan, jenis tanah, topografi, jenis tanaman yang akan
diusahakan, ketersediaan operator dan suku cadang, modal
tersedia dan keuntungan yang diharapkan.
Menurut Kepner, et al, (1972), bahwa tujuan khusus dari
pengolahan tanah adalah sebagai berikut :
a. Menciptakan struktur tanah yang dibutuhkan untuk persemaian
atau tempat tumbuh benih. Tanah yang padat diolah sampai
menjadi gembur sehingga mempercepat infiltrasi air,
berkemampuan baik menahan curah hujan memperbaiki
aerasi dan memudahkan perkembangan akar.
b. Peningkatan kecepatan infiltrasi akan menurunkan run off dan
mengurangi bahaya erosi.
c. Menghambat atau mematikan tumbuhan pengganggu.
d. Membenamkan tumbuhan-tumbuhan atau sampah-sampah
yang ada diatas tanah kedalam tanah, sehingga menambah
kesuburan tanah.
e. Membunuh serangga, larva, atau telur-telur serangga melalui
perubahan tempat tinggal dan terik matahari.
Pengolahan tanah tidak hanya merupakan kegiatan lapang
untuk memproduksi hasil tanaman, tetapi juga berkaitan dengan
kegiatan lainnya seperti penyebaran benih (penanaman bibit),
pemupukan, perlindungan tanaman dan panen. Keterkaitan ini
sangat erat sehingga tujuan yang ingin dicapai dalam pengolahan
tanah tidak terlepas dari keberhasilan dalam kegiatan lainnya.
Pengolahan tanah mempengaruhi penyebaran dan penanaman
benih. Pengolahan tanah dapat juga dilakukan bersamaan dengan
pemupukan serta dianggap pula sebagai suatu metoda
pengendalian gulma. Biasanya pekerjaan penyiapan lahan terdiri
atas tiga macam kegiatan yaitu:
. Pembajakan
Proses pembajakan sering pula disebut dengan
pengolahan tanah pertama. Ide dasar pembajakan adalah untuk
melakukan pekerjaan memotong, membalik dan melempar
tanah serta seresah tanaman sehingga seresah tanaman berupa
sisa-sisa tanaman beserta akar-akamya dapat terbenam.
Secara umum untuk pengolahan tanah di lahan sawah beririgasi dikenal tiga macam bajak yaitu masing-masing: bajak singkal;
bajak piringan; dan bajak putar (rotary).
a. Bajak singkal
Bajak singkal adalah merupakan jenis bajak tertua yang
dikenal manusia untuk mengolah tanah. Dari satu pustaka
didapatkan bahwa bajak singkal ini sudah mulai digunakan
manusia pada tahun 6.000 SM di Mesir. Di beberapa daerah di
Indonesia sampai pada dasawarsa 80-an masih dikenal bajak
yang ditarik manusia. Di Jawa Tengah bagian selatan dikenal
dengan istilah bowong (kerbau orang). Ada dua tipe bajak
singkal yaitu: bajak singkal satu arah dan bajak singkal dua
arah. Pada bajak singkal satu arah, pelemparan tanah dilakukan
hanya ke satu arah dan biasanya kearah kanan. Sedangkan
bajak singkal dua arah, pelemparan tanah dapat diatur ke dua
arah ke kiri atau ke kanan. Biasanya bajak singkal dua arah
digerakkan secara masinal atau mekanis yang berbentuk
traktor, sedangkan bajak singkal satu arah dapat dibuat secara
tradisional dalam bengkel atau pandai besi di desa dan ditarik
oleh hewan atau dibuat oleh pabrik yang digerakkan secara
masinal.
Bajak singkal mempunyai tiga bagian utama yaitu masingmasing :
Singkal: berguna untuk melempar tanah;
- Pisau: untuk memotong tanah; dan
- Penyeimbang bermanfaat untuk menyeimbangkan serta
menahan bajak agar tidak bergerak ke kiri.
b. Bajak Piringan
Bajak piringan berbentuk piringan cekung yang dapat berputar
untuk melempar tanah. Putaran piringan dimaksudkan untuk
mengurangi gesekan pada tanah sehingga membutuhkan daya
yang lebih ringan. Bajak piringan lebih sesuai digunakan untuk
tanah yang berbatu, keras dan kering ataupun beralang-alang.
c. Bajak putaran (rotary)
Meskipun termasuk golongan bajak, tetapi bajak putaran
berfungsi tidak untuk membalik dan melempar tanah, tetapi
hanya untuk memotong tanah saja. Bajak putaran terdiri atas
pisau-pisau putar yang terpasang pada poros. Putaran poros
disebabkan oleh gerakan traktor. Semakin cepat poros berputar
maka akan semakin cepat pula putaran pisau.
Penggaruan
Pekerjaan penggaruan dilakukan setelah pekerjaan
pembajakan, dan disebutkan juga sebagai pengolahan tanah
kedua. Penggaruan dilakukan untuk memecah, menghancurkan
dan meratakan tanah setelah dibajak. Alat garu dapat digerakkan
oleh tenaga hewan maupun traktor. Garu yang ditarik hewan
dapat berbentuk sebagai rangkaian paku-paku yang dipasangkan
pada suatu poros. Sedangkan bajak yang digerakkan traktor dapat
berbentuk piringan, paku, atau putaran. Garu piringan berbentuk
seperti bajak piringan hanya lebih kecil dan tidak secekung bajak
piringan. Garu piringan lebih cocok untuk tanah keras berbatu.
Garu berbentuk paku, cocok untuk penggaruan lahan dalam
keadaan basah atau tanah berpasir. Garu putar pada prinsipnya
seperti bajak putaran hanya mempunyai pisau lebih pendek. Garu
putar digunakan jika kondisi tanah masih terdapat seresah
tanaman.
Sistematika dan Proses Pengolahan Tanah
1. Alat dan Komponen Operasi
Peralatan pengolahan tanah dan roda yang terpasang
pada traktor, harvester, trailer dan sebagainya memperlihatkan
sejumlah bentuk dan dimensi. Uraian ini hanya akan dibatasi
pada komponen yang berhubungan dengan tanah secara
langsung, seperti dasar bajak (bottom-plow), chisel. dan alat
lainnya termasuk roda. Komponen-komponen ini
biasanya disebut sebagai komponen operasi (operating tools).
Lebih lanjut uraian ini juga hanya akan terbatas pada
komponen operasi yang bekerja dengan kecepatan konstan pada
lintasan horisontal dan tidak terpengaruh oleh komponen operasi
lainnya yang bekerja disekitarnya.
2. Pengolahan Tanah dan Pembebanan
Proses pengolahan tanah yang melibatkan faktor-faktor
seperti alat, pengatur alat dan tanah akan terlihat selama alat
ini bekerja pada tanah. Proses ini meliputi gerakan dan gaya
pada tanah sebagai akibat dari kerja alat pada saat itu. Pada
kegiatan pengolahan tanah terdapat dua proses/ kejadian yang
berlangsung secara bersamaan ataupun terpisah yaitu,
pemotongan/penggemburan tanah dan pembebanan pada tanah.
Proses penggemburan adalah proses yang berhubungan dengan
pemecahan/pemisahan suatu massa tanah menjadi agregat tanah
yang berukuran lebih kecil seperti yang dihasilkan dari pekerjaan
pembajakan, penggaruan dan sebagainya. Proses pembebanan
adalah proses yang berhubungan dengan sifat-sifat tanah seperti
menaiknya kekuatan tanah (soil strength) sebagai akibat
lintasan roda, land rollers dan sebagainya.
3. Proses Pengolahan Tanah
Dalam hal ini tanah dianggap terdiri dari elemen-elemen
(massa tanah berbentuk kubus) dan ukuran dari elemenelemen ini haruslah sekecil mungkin, sehingga tekanan
(stress) pada setiap sisi dari elemen ini akan tersebar
merata. Pada proses pengolahan tanah banyak diantara elemen
ini pecah. Pemecahan tanah melibatkan fenomena fisikamekanika, yaitu : adanya pembebanan terhadap satu elemen pada
suatu skala mikro, akan menyebabkan tekanan pada tanah dan
dalam keadaan tertentu tegangan yang timbul tidak tersebar
secara merata tetapi terkonsentrasi pada beberapa lokasi pada
kumpulan elemen ini . Tekanan ini akan menyebabkan
pecahnya ikatan antara partikel-partikel tanah pada lokasi-lokasi
ini .
Pada umumnya konsentrasi dari tekanan tinggi akan
diikuti dengan konsentrasi tegangan basar yang pada akhirnya
menyebabkan terjadinya peruntuhan (failure).
Pemecahan elemen terjadi akibat penetrasi kerucut (cone)
kedalam blok tanah yang berkelanjutan sampai terjadi
pemecahan clod oleh beban vertikal ini . Selanjutnya pada
gambar 20 menunjukkan bahwa meningkatnya tekanan
menghasilkan deformasi dalam bentuk pemadatan (compaction)
terutama jika tanah dalam kondisi lemah. Untuk keperluan
tertentu pemadatan diperlukan untuk memperkuat bagian tanah
yang lemah. Bila tekanan terus ditingkatkan maka proses
pemadatan akan terjadi pada seluruh bagian/elemen tanah.
Gambar 20b dan 20c menunjukkan deformasi yang tidak
stabil, dimana elemen volume pada gambar 20a mengalami
Pembebanan tanpa adanya penyangga lateral,
sehingga kemungkinan terjadi pemadatan searah. jika beban
ditingkatkan maka elemen akan memendek yang mempengaruhi
pergerakan relatif antara partikel. Oleh sebab tanah pada
mulanya memang sudah dalam keadaan padat maka pergerakan
relatif ini akan menimbulkan sedikit penggemburan, yaitu
terjadi khususnya pada bagian yang paling lemah dari elemen
yang bahkan juga menyebabkan bagian ini semakin lemah.
Pada pembebanan lebih lanjut, deformasi dan penggemburan
akan lebih terkonsentrasi pada bagian ini yang pada
akhirnya terjadi keruntuhan lokal.
Deformasi yang terjadi apakah stabil atau tidak, akan
sangat tergantung pada bentuk tegangan (stress state) dan
karakteristik dari tanah. Karakteristik dari tanah mempunyai dua
arti dalam kaitannya dengan stabilitas, sebab bentuk tegangan
dalam suatu proses pengolahan tanah juga dipengaruhi oleh sifat
tanah : pada tanah yang sangat plastis, deformasi yang berlebihan
kadang-kadang menghambat adanya bentuk tegangan
sebagaimana disebut favor unstable phenomena.
4. Proses Penggemburan Tanah
Dari studi literatur diketahui bahwa penelitian yang
berhubungan dengan proses penggemburan tanah lebih terpusat
pada peralatan berikut : “Tine” dan “Bajak”. Alat “tine”
mewakili kelompok alat dengan bentuk sederhana dengan
ukuran dan fungsi tertentu, sedangkan “bajak” mewakili
kelompok alat yang berbentuk kompleks, memiliki
kurvatur dan bentuk tidak simetris lainnya. Untuk tujuan
penyederhanaan, dalam uraian proses pengemburan tanah,
kedua alat ini dianggap mewakili kelompok alat pengolahan
tanah yang ada. Para peneliti berpendapat bahwa proses
penggemburan dengan bajak dirasakan sangat kompleks, hal ini
terlihat pada banyak dikembangkannya model-model yang hanya
mendemonstrasikan sebagian dari proses penggemburan tanah
ini . Uraian berikut ini didasarkan pada pendekatan aplikasi
praktis, sebagai berikut :
jika tanah hendak digemburkan maka diperlukan suatu
alat yang dioperasikan pada tanah. Alat ini dinamakan "tine"
jika efek penggemburan yang dicapai lebih diutamakan
dibandingkan dengan lebar alat. Sedangkan alat operasi akan
disebut "bajak" bila efek penggemburan terutama dibatasi pada
tanah sebatas lebar alat operasi. Definisi ini memberikan
implikasi bahwa sebenarnya tidak ada batasan yang jelas antara
tipe-tipe alat dimana masing-masing mempengaruhi tanah dalam
batas kelebaran alat dan juga irisan tanah di luar alat. Terlepas
dari nama alat operasi ini , yang terpenting adalah fenomena
yang terjadi selama kedua alat ini bekerja. Pada prinsipnya
fenomena yang terjadi di depan alat Tine sama dengan yang
terjadi pada alat bajak. Beberapa perbedaan penting yang dapat
ditunjukkan adalah :
a. Untuk hasil penggemburan yang sama per satuan jarak,
ternyata Tine akan lebih sederhana dan lebih murah
daripada bajak.
b. Penggemburan tanah dengan alat bajak umumnya bersifat
kontinyu untuk menjaga kontinuitas dari aliran tanah pada
badan alat.
c. Alat bajak mempunyai kemungkinan yang lebih baik dalam
hal kontrol proses, sehingga pemindahan tanah dengan alat
bajak disebut sebagai "terkontrol" sedangkan pemindahan
tanah dengan alat Tine disebut pemindahan "acak".
5. Proses Pengolahan Tanah dengan Alat Tine
Bentuk proses pengolahan tanah yang terjadi sebagai hasil
dari pengolahan tanah dengan alat “tine”, ditentukan oleh tipe
tanah, ukuran alat “tine” dan kecepatan operasi. Gambar berikut
ini menunjukkan beberapa tipe dan bentuk alat “tine” yang umum
digunakan. Ciri-ciri “tine” ini , sebagai berikut :
- Tine A : lurus, vertikal dan tanpa profil
- Tine B : lurus, posisi agak ke depan dan tanpa profil
- Tine C : lurus, posisi agak ke belakang dan tanpa profil
- Tine D : lurus, sangat condong ke belakang dan tanpa profil
- Tine E : lurus, sangat condong ke depan dan tanpa profil
- Tine F : lurus, vertikal dan berbentuk wedge
- Tine G : melengkung dan tanpa profil
Gambar 21. Beberapa bentuk Tine
Sebuah alat “tine” bekerja pada suatu blok tanah dimana
di depan tine terdapat massa tanah yang padat dan mudah
dibedakan dengan tanah di sekitarnya. Massa tanah ini disebut
sebagai soi1-wedqe. Selama “tine” bergerak maju, soil wedge
secara perlahan akan bergerak ke atas dan bagian atas akan
pecah dan terbuang ke samping dengan interval yang teratur.
Ada tanah olahan yang berada di depan dan di samping
“tine” yang terangkut ke depan, ke atas dan ke samping dan
ada sebagian tanah olahan yang terbuang ke furrow di belakang
“tine”.
Soil Wedge : Soil wedge yang bergerak ke atas akan terisi
kembali dengan tanah yang berasal dari bagian bawah lapisan
olah. Tanah ini terdiri dari tanah padat ; kerapatan pada
bagian samping “tine” lebih tinggi dari pada yang berada ujung
depan. Kecepatan bergeraknya wedge kearah atas berfluktuasi.
Kadang-kadang wedge atau sebagian dari wedge cenderung
melekat pada “tine”. Pada beberapa literatur, tanah yang lengket
pada “tine” kadang-kadang disebut sebagai cone. Pembentukan
cone yang jelas dapat terjadi pada kecepatan operasi rendah dan
atau pada keadaan dimana sudut gesekan antara tanah dan bahan
(soil-metal friction angle) adalah besar.
Crescent Soil : Derajat kegemburan crescent soil ini sangat
bervariasi; akan tetapi dalam banyak kasus, penggemburan
lanjutan akan terjadi terutama pada kecepatan tinggi dan pada
tanah yang heterogenitasnya besar.
Furrow : Geometri furrow disajikan pada gambar 8, yang
menunjukkan bahwa makin dalam pengolahan tanah maka
lebar furrow makin kurang tergantung pada kedalaman
pengolahan. Lebar furrow sedikit bertambah dengan
meningkatnya kecepatan. Tanah gembur hasil pengolahan
yang didorong oleh “tine”, sebagian jatuh ke belakang ke dalam
furrow dan sebagian lagi tertinggal di luar furrow di atas
permukaan tanah yang belum terolah. Biasanya pada bagian
tengah furrow terbentuk alur (trench) kecil dengan bedengan
kecil di sisi lainnya.
Gambar 22. Bentuk furrow pada pengolahan dengan Tine
6. Proses Pengolahan Tanah dengan Bajak
Bajak yang ditunjukkan pada gambar 23. lebih banyak
dikenal pemakaian nya pada pertanian, yaitu : bajak singkal,
rotary, sweep. Pada gambar terlihat bahwa A, B, dan C masingmasing menunjukkan proses intake, main flow dan output.
Adapun proses pengolahan tanah, dapat dikategorikan, sebagai
a. Katagori pertama, mata pisau bajak mencoba mendorong tanah
ke arah atas yang menyebabkan meningkatnya tegangan pada
bagian ini . Segera setelah tegangan ini menjadi sama
besar dengan kekuatan tanah (soil strength) yang merupakan
penjumlahan gaya kohesi tanah dan gaya gesekan dalam, maka
bidang keruntuhan mulai terbentuk dan merembet secara cepat
ke permukaan tanah. Bidang keruntuhan memisahkan
bongkahan tanah dimana bongkahan tanah ini selanjutnya
bergerak ke atas sepanjang alat, tetapi masih dalam kondisi
padat. Setelah proses pemisahan selesai yaitu setelah tegangan
melampaui kohesi dan gesekan dalam, maka tahanan
pemotongan akan turun sampai akhirnya naik kembali akibat
gaya dorong/kerja alat. Proses ini berulang kembali sampai
terbentuk bongkahan berikutnya.
b. Katagori kedua, setiap elemen volume tanah mengalami
deformasi yang memungkinkan irisan tanah ini mengikuti
perubahan sesuai dengan arah kerja alat tanpa mengalami
pecah.
c. Katagori ketiga, mata bajak masuk ke dalam tanah dan
menyebabkan timbulnya tegangan di dalam tanah, yang
pada waktu tertentu akan mulai timbul retakan. Kejadian
ini akan berlanjut ke arah horisontal yang sekaligus
membuka lintasan bagi pisau bajak.
Proses yang terjadi pada pengolahan tanah dengan bajak
dapat diasumsikan terdiri dari beberapa bagian proses yang terdiri
dari proses intake, main flow dan output, antara lain :
a. Proses intake merupakan proses dimana suatu bagian/lapisan
tanah dipisahkan dari bagian utamanya.
b. Proses main flow adalah proses yang terjadi selama tanah
bergerak sepanjang bagian alat (plough-body).
c. Proses output mencakup perubahan yang terjadi setelah irisan
tanah terlepas dari alat.
Proses Intake : Bentuk-bentuk proses intake dikatagorikan
sebagai berikut :
Intake dengan keruntuhan bidang potong : keruntuhan
permukaan terjadi dan tegangan normal bekerja pada hampir
seluruh bagian permukaan (Gambar 24a).
Intake dengan pemotongan tetap : keruntuhan permukaan
tanah tidak atau jarang terjadi (Gambar 24b)
Intake dengan retak terbuka : keretakan terjadi mulai dari
ujung pisau bajak sampai pada batas penetrasi, wedge
(Gambar 24c) .
Gambar 24. Proses intake
Pisau menembus masuk ke dalam retakan seperti
wedge, sehingga retakan terus terjadi. Arah penyebaran retakan
tidak tetap. Pada keadaan tertentu arah retakan lebih banyak ke
bawah dan ke atas, sehingga mata pisau tidak dapat lagi
beroperasi menurut lintasan retakan tetapi harus menembus
bagian tanah padat seperti semula. Pada waktu itu kecepatan
pembentukan retakan menurun dan seringkali pada waktu tertentu
kecepatan ini menjadi nol. Dengan dimulainya kembali penetrasi
pisau bajak pada tanah padat (utuh) maka periode baru dari
proses intake dimulai kembali.
Jadi pada proses intake, ada masanya dimana mata pisau
menembus atau memotong tanah baru (utuh) dan adakalanya
berkerja sebagai wedge sebagaimana retak yang biasanya
berlanjut secara kontinyu dengan arah yang berubah-ubah. Batas
gerakan dan gerak pembentukan retakan dapat saling
mempengaruhi sehingga memungkinkan timbulnya fenomena
berikut, yaitu terbentuknya lubang atau saluran di bagian dasar
furrow dan irisan yang tertinggal di bawah furrow serta irisan
yang tertinggal pada proses main flow.
Proses Main Flow : Bentuk dasar dari main flow adalah
ditentukan oleh variasi cekungan (kurvatur) pisau bajak. Berikut
ini diperlihatkan beberapa contoh variasi cekungan bajak :
1. Pisau bajak dengan sudut cekungan yang makin membesar
pada bagian tepi.
Pada bajak dengan sudut cekungan makin membesar pada
bagian tepi, proses main flow yang berlangsung adalah sebagai
berikut :
Tanah yang berasal dari proses intake dipindahkan ke proses
output melalui proses main flow. Selama proses main flow,
tanah dapat juga mengalami perubahan. Bentuk dari irisan yang
dihasilkan oleh proses main flow ditentukan oleh proses intake.
jika proses intake termasuk katagori pemotongan tetap, maka
irisan tanah akan bersifat kontinyu. Suatu proses intake yang
disertai dengan garis keruntuhan akan menghasilkan irisan tanah
yang terdiri dari potongan-potongan tanah, bergerak dengan
dipisahkan oleh garis-garis keruntuhan yang paralel satu sama
lain. jika terbentuk retakan terbuka selama proses intake
maka biasanya main flow akan menerima irisan tanah yang
mengalami retakan pada bagian bawah. Bagian atas irisan tanah
yang menghubungkan