a. Ternak kerja, ditunggangi sebagai kendaraan seperti andong dahulu, di Timur tengah
kuda dipakai setelah unta
b. Sebagai penghasil protein hewani berupa daging dan susu
c. Kuda pacu, dalam rangka pertandingan dan olimpiade
Sebaran dan Populasi Kuda
Sebaran kuda dapat dilihat pada tabel 8.5.
Tabel 8.5 Sebaran Kuda per Provinsi di Indonesia
Provinsi
Populasi Kuda menurut Provinsi (Ekor)
2011 2012 2013 2014 2015
Aceh 2.495 2.314 1.744 2.340 2.457
Sumatera Utara 3.130 3.069 2.133 2.038 2.056
Sumatera Barat 2.385 2.148 1.947 2.005 2.066
Riau - - 4 26 26
Jambi 176 204 221 236 245
Sumatera Selatan 309 366 178 309 324
Bengkulu 22 28 31 33 34
Lampung 181 237 236 254 259
Kep. Bangka Belitung 16 24 25 23 23
Kep. Riau - - - - -
Dki Jakarta 254 212 184 107 107
Jawa Barat 14.080 14.418 14.193 13.750 14.891
Jawa Tengah 15.872 17.763 15.559 13.462 13.427
Di Yogyakarta 1.508 1.626 1.776 1.971 2.030
Jawa Timur 11.439 11.632 10.581 10.536 10.536
Banten 99 213 106 170 167
Bali 194 240 208 203 204
Nusa Tenggara Barat 72.909 77.553 75.293 65.708 70.557
Nusa Tenggara Timur 105.981 109.171 111.047 112.948 113.145
Provinsi
Populasi Kuda menurut Provinsi (Ekor)
2011 2012 2013 2014 2015
Kalimantan Barat 22 23 22 30 31
Kalimantan Tengah 8 4 32 30 30
Kalimantan Selatan 221 188 99 105 105
Kalimantan Timur 102 100 68 57 57
Kalimantan Utara - - - 13 22
Sulawesi Utara 7.171 7.173 7.098 5.394 5.405
Sulawesi Tengah 3.976 3.904 3.318 3.007 2.684
Sulawesi Selatan 138.776 156.545 163.646 178.077 181.220
Sulawesi Tenggara 2.628 2.790 2.305 815 596
Gorontalo 2.955 2.670 2.522 2.212 2.212
Sulawesi Barat 6.974 6.996 4.894 4.517 4.545
Maluku 13.109 14.281 13.111 5.991 4.925
Maluku Utara 74 64 56 73 77
Papua Barat - 6 12 - -
Papua 1.599 1.421 1.559 1.611 1.635
Indonesia 408.665 437.383 434.208 428.051 436.098
Kebiasaan hidup
Kuda hidup berkelompok dan sering kali membentuk sebuah keluarga yang terdiri atas
satu pejantan, satu atau beberapa betina dan keturunannya. Kelompok jantan muda biasanya
membentuk kelompok yang terdiri atas satu hingga delapan jantan muda. Kuda jantan yang
memimpin dan menguasai sekelompok betina, akan melindungi kuda betina dewasa yang
merupakan bagian kelompoknya dari gangguan kuda jantan lain khususnya selama masa
estrus. Kuda berkomunikasi dengan cara mengeluarkan suara, menggerakan tubuhnya seperti
ekor, telinga, mulut, kepala, dan leher atau mengeluarkan bau yang berasal dari kotorannya
untuk menandakan teritori. Kuda memiliki indera penciuman dan pendengaran yang kuat
(Kilgour dan Dalton, 1984).
Kuda hidup berkelompok dan sering kali membentuk sebuah keluarga yang terdiri atas
satu pejantan, satu atau beberapa betina dan keturunannya. Kelompok jantan muda biasanya
membentuk kelompok yang terdiri atas satu hingga delapan jantan muda. Kuda jantan yang
memimpin dan menguasai sekelompok betina, akan melindungi kuda betina dewasa yang
merupakan bagian kelompoknya dari gangguan kuda jantan lain khususnya selama masa
estrus. Kuda berkomunikasi dengan cara mengeluarkan suara, menggerakan tubuhnya seperti
ekor, telinga, mulut, kepala, dan leher atau mengeluarkan bau yang berasal dari kotorannya
untuk menandakan teritori. Kuda memiliki indera penciuman dan pendengaran yang kuat
Kebutuhan Pakan dan Nutrisi
Kuda tergolong ternak besar non ruminansia. Tetapi, hijauan mempunyai arti yang
penting sebagai makanan kuda, karena mempengaruhi performa kuda karena merupakan
sumber energi, protein, vitamin, mineral, dan nutrisi lainnya Kuda dapat
mengkonsumsi hijauan untuk hidup pokoknya sebanyak 1,5-2% bobot badan dan konsentrat
sebanyak 0,5% bobot badan (NRC, 1989).
Pakan konsentrat merupakan pakan sumber energi maupun sumber protein bagi kuda.
Konsentrat yang dapat diberikan antara lain konsentrat serealia yang terdiri atas gandum,
jagung, sorgum, berbagai produk sereal dan non sereal yang terdiri atas gula bit, legum seperti
kedelai dan kacang (McBane, 1994). Kuda bunting, perlu diberi konsentrat 0,75-1,5% bobot
badan dengan hijauan sebanyak 0,75-1,5% bobot badan (Blakely dan Bade, 1991) (Tabel 8.6).
Tabel 8.6. Kebutuhan Nutrisi Kuda
Nutrisi
Status fisiologis
Kuda dewasa bunting Laktasi Anak kuda
DE (Mcal) 24 19,7 28,3 6,2
Protein kasar (g) 984 866 1427 270
Lisin (g) 34 30 50 11,6
Ca (g) 30 37 56 15,5
Nutrisi
Status fisiologis
Kuda dewasa bunting Laktasi Anak kuda
P (g) 21 28 36 8,6
Mg (g) 11,3 9,4 10,9 1,7
K (g) 37,4 31,5 46 5,2
Vit A 103 (IU) 22 30 30 4,3
Bobot badan 500 500 500 86
Umur Kebuntingan 11
Sistem Perkandangan
Kandang harus lebih tinggi minimal satu kaki di atas daerah sekitarnya untuk
memperlancar saluran pembuangan air. Kandang sering menjadi banjir jika saluran
pembuangan air tidak baik, selain itu saluran pembuangan air yang tidak lancar juga
memicu kondisi kandang menjadi lembab. Kelembaban kandang yang tinggi dapat
memicu kuda mudah terserang penyakit ,
Atap pada kandang kuda lebih baik jika jaraknya semakin tinggi dari lantai, karena
dapat menghasilkan sirkulasi udara yang baik. Tinggi atap kandang minimal adalah 12 kaki
atau sama dengan 3,66 m. Ketersediaan udara yang baik dalam kandang sangat dibutuhkan
karena kuda mudah terkena penyakit pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk
kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Tipe
atap kandang dengan ventilasi yang baik adalah tipe gable, dimana atap berbentuk puncak.
Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda. Bagian
kandang harus tersedia air bersih. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran
yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas angin, dan lain sebagainya ,
Jenis alas kandang (bedding) yang dipakai tergantung pada ketersediaan, harga, dan
kesesuaian material. Serutan kayu dan jerami merupakan bahan alas kandang yang sangat
baik, namun dapat menjadi mahal atau sulit didapat. Bahanbahan lain yang dapat dipakai
sebagai alas kandang adalah gambut, sekam padi, sekam kacang, serbuk gergaji, dan bubur
kertas , Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak
serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas kandang berfungsi untuk melindungi kuda
ketika sedang menggulingkan badannya, memberikan kehangatan dan kenyamanan, serta
melindungi kaki kuda terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu. Peternakan kuda lebih
baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat
penyimpanan pakan, ruang groom pada setiap kandang sehingga memudahkan dalam
pengawasan kuda ,
Kandang kuda dewasa dengan tinggi 150 cm sebaiknya berukuran minimal 5x5 m2,
sedangkan untuk kuda poni berukuran minimal 3,7 x 3,0 m2. Selain itu bangunan kandang
juga sebaiknya memiliki pencahayaan dan ventilasi yang baik. Pintu untuk kandang harus
kuat dan akan lebih baik jika pintu tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian bawah
yang tertutup dan bagian atas yang berkisi, sehingga kandang tetap aman dan ventilasi baik.
Kuda muda atau anak kuda lebih baik jika berada dalam kandang kelompok, karena kuda
muda yang berada dalam kandang individu dan jarang beraktivitas akan mengalami
kegemukan. Pembersihan kandang, tempat pakan, dan tempat minum harus rutin dilakukan
Jenis-Jenis kuda dan karakteristiknya
Jenis-jenis kuda dan karakteristiknya dapat dilihat pada tabel 8.7.
Tabel 8.7. Jenis-jenis kuda dan karakteristiknya,
Jenis-jenis kuda Asal Ciri-ciri
Kuda Sumbawa Pulau Sumbawa Tinggi 1-1,25 m
Tempramen sabar
Tipe kerja Kuda Sawu Pulau Sawu Tipe tarik
Kuda Timor Pulau Timor Warna bervariasi
Tinggi1,36 m
Tipe tarik Koda Flores Flores Umumnya berwarna merah bata
Tipe tarik
Kuda Jawa Pulau Jawa Umumnya berukuran kecil
Tipe tarik Kuda Aceh Aceh Ukuran tubuh kecil
Tinggi 1,2 m
Kuda Arab Arab badan pendek
tinggi 1,5-1,6 m
bobot badan 500 Kg
Berlari cepat
Tipe pacu
Kuda Thoroughbred Inggris Warna bervariasi
wajah dan kaki berwarna putih
tinggi 1,5-1,7 m
bobot badan 500 Kg Tipe Pacu
Kuda Percheron Perancis Telinga kecil
mata bersinar
leher panjang dan condong
bobot badan mencapai 900 Kg
Tipe tarik Kuda Belgia Belgia Kepala kecil
tubuh dan kaki pendek
tubuh padat dan tebal warna umumnya merah abu-abu
Burung Puyuh
Burung puyuh adalah tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek
dan dapat diadu, pertama kali diternakan di Amerika Serikat, tahun 1870. Burung puyuh
mulai dikenal di Indonesia puyuh mulai dikenal, dan diternak semenjak akhir tahun 1979 dan
menjadi salah satu jenis ternak yang digemari warga .
Taksonomi
klasifikasi burung puyuh adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Ordo : Galiformes
Famili : Phasianidae
Genus : Coturnix
Species : Coturnix-coturnix japonica
Morfologi Burung Puyuh
Morfologi Burung Puyuh panjang badannya sekitar 19 cm dan ekornya pendek
Seluruh tubuh diselimuti bulu, warna bulu puyuh jantan dewasa mempunyai warna bulu
cokelat muda sampai cokelat kehitaman, puyuh betina dewasa bulu dadanya berwarna cokelat
dengan garis atau bintik kehitam-hitaman. Puyuh jantan memiliki suara yang lebih keras dari
puyuh betina ,
Sebaran Populasi
Kebiasaan Hidup
Burung puyuh menghabiskan watu di lantai kandang, setelah periode bertelur selesai
burung puyuh tidak lagi memiliki interaksi sosial. Burung puyuh tidak suka bertengger di
malam hari, dapat terjadi perkelahian antar burung karena memiliki insting beradu.
Kebutuhan Pakan dan nutrisi
Kebutuhan nutrisi burung puyuh berbeda sesuai dengan tahap pertumbuhaannya (Tabel
8.8).
Tabel.8.8 Kebutuhan nutrisi burung puyuh
Nutrisi Starter Layer Bibit
Energi Metabolisme
(kcal/kg) 2800 2600 2800
Protein (%) 27 20 24
Lysine (%) 1,4 1,1 0,7
Methionine+Cystine (%) 0,9 0,8 0,6
Glysine+Serine (%) 1,6 0,9 0,9
Calsium (%) 0,65 3,75 2,3
Vitamin A (I.U) 3000 6000 3000
Vitamin D (I.C.U) 900 1750 900
Riboflavin (mg) 3,8 4 4
Pantothenic acid (mg) 12,6 15 15
Niacin (mg) 31 6000 20
Choline (mg) 1500 2000 1000
Asam Linoleat (%) 1 1 1
Chlorine (%) 0,11 0,15 0,15
Phosphor (%) 0,65 1 1
Sodium (%) 0,085 0 0,15
Iodium (%) 0,3 0,3 0,3
Magnesium (mg) 600 500 400
Mangan (mg) 90 80 70
Zinc (mg) 50 100 50
Reproduksi
Day Old Quail (DOQ) anak burung puyuh berumur 1 hari, dengan bobot badan 7-10 g
dan berbulu jarum halus. Kematangan seksual burung puyuh ditandai dengan kemampuan
ovulasi pertama atau saat bobot puyuh sekitar 140 g. Kematangan seksual dapat dipercepat
dan diperlambat dengan cara pembatasan ransum dan pemberian cahaya (Giuliano & Selph,
2005). Burung puyuh yang belum mengalami seleksi genetik, menunjukkan bobot badan
jantan dewasa sekitar 100-140 g, sedangkan betina sedikit lebih berat yaitu antara 120-160 g.
Bobot badan rata-rata burung puyuh berkisar 150-160 g ,
Tujuan Produksi
Tujuan produksi burung puyuh adalah:
1. Untuk menghasilkan protein hewani berupa telur
2. Ternak afkir dapat diambil dagingnya sebagai sumber protein hewani
3. Memperoleh pupuk dari sisaa kotoran burung
Tata Laksana Pemeliharaan burung Puyuh
Pemeliharaan Pemeliharaan burung puyuh dibedakan berdasar tahap pertumbuhan
dan produksi yaitu starter, grower dan layer :
1. Starter
tahap starter yaitu burung puyuh umur satu hari (DOQ) sampai dengan 3 minggu, perlu
mengawasi kebersihan kandang kualitas dan kuantitas pakan, pengaturan panas dari brooder
sesuai kebutuhan. Dilakukan vaksinasi sesuai petujuk.
2. Grower
tahap grower yaitu burung puyuh berumur 3 - 6 minggu. Pada periode ini dilakukan
pemotongan paruh dan seleksi calon induk dan pejantan. Seleksi calon induk dan pejantan
dilakukan berdasar warna bulu dan ciri kelamin sekunder lainnya. Pada periode ini jantan
dan betina disatukan dalam kandang koloni dengan jumlah maksimal 30 (tiga puluh) ekor per
unit, dengan perbandingan jantan dan betina 1 : 3.
3. Layer
tahap Layer yaitu burung puyuh berumur 6 - 58 minggu (afkir). Dilakukan rotasi pejantan agar
memperoleh telur berkualitas. Kapasitas kandang Menurut Depertemen Pertanian dapat
diperhatikan pada tabel berikut.
Burung Hantu
Taksonomi
Butung hantu (Tyto alba) termasuk family Tytonidae. Klasifikasi T. alba menurut
Bachynski dan Harris, (2002) adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Strigiformes
Family : Tytonidae
Genus : Tyto
Spesies : Tyto alba
Morfologi burung hantu
1. Warna bulu sayap atas dan punggung abu-abu agak kuning bagian bawah
dan dada sampai perut warna putih berbintik hitam, pada betina bulu leher depan
berwarna kuning berbintik hitam, pada jantan warnanya putih berbintik hitam.
2. Bola mata hitam, tajam menghadap kedepan
3. Paruh bengkok kebawah pada ujungnya, tajam dan kokoh, besar dan berbentuk
melengkung berujung runcing dan tajam
4. memiliki kaki-kaki yang panjang dan besar serta dilengkapi dengan
empat jari dan kuku yang kokoh
5. Bobot dewasa 450 – 600 g, tinggi badan 23 – 30 cm dengan rentang sayap
kanan 33,5 cm, sedangkan rentang sayap kiri 33 cm. Panjang kaki 11,45 cm panjang
tubuh 30,75 cm. Diameter kaki 1,14 cm, dan panjang ekor 10,85 cm.
Dalam mendukung kelestarian dan perlindungan burung hantu, Pemerintah Kabupaten
Semarang telah memberi himbauan melalui spanduk kepada warga mengenai aturan dan
sanksi terhadap tindakan perburuan liar, menangkap dan memperjualbelikan satwa karena
bertentangan dengan peraturan yang ada yakni UU 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, PP 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan
dan Satwa dan PP 8 tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Ancaman pelanggaran tersebut dapat dipidana penjara 5 tahun atau denda 100 juta dan
penjara 10 tahun atau denda 200 juta.
Burung Hantu merupakan predator yang efektif untuk membasmi hama tikus, burung
hantu mampu memangsa 2-5 ekor tikus setiap hari. Burung Hantu (Tyto alba) pada umumnya
merupakan pemangsa hama tikus. Tyto alba mudah dikenali sebagai burung hantu putih,
merupakan salah satu jenis burung
hantu yang cukup potensial untuk mengendalikan tikus.
Sejak tahun 1999 di perkebunan sawit kalimantan telah dilakukan pemasangan rubuha
sebagai metode pemeliharaan dan pembiakan burung hantu. Maka dilakukan pemasangan
rubuha sebagai rumah burung hantu sehingga pada tahun 2002 popuulasinya menvapai 15.765
ekor. Metode ini kemudian mulai diadopsi di beberapa daerah di semarang telah dilakukan
pembuatan rumah burung hantu (rubuha) sebagai sarana pengembangbiakan burung hantu
secara alami. Pembuatan rubuha dimaksudkan untuk memancing burung hantu yang tinggal di
luar dapat pindah ke sekitar sawah untuk menjadi pemangsa tikus Kecamatan Banyubiru telah
memiliki sekitar 27 rubuha baik dari swadaya ataupun bantuan pemerintah. Sebagai program
yang baru dirintis mulai tahun 2013, maka kebutuhan rubuha sangat diperlukan bagi
perkembangbiakan burung hantu itu sendiri.
Gambar Rubuha (Rumah Burung Hantu)
Rubuha dibuat dari kayu atau tripleks di cat sesuai dengan habitat burung hantu, perlu
dibuatkan dua pintu. Atap dapat terbuat dari seng, daun nipah maupun ijuk. Pintu depan diberi
berandan dan terbuka. Fungsi fungsinya untuk keluar dan masuk Rubuha, ukuran 30 cm x 40
cm. Pintu samping diletakkan di antara tempat santai dan tempat tidur fungsinya untuk
mengintip dan harus selalu tertutup dengan ukuran 40 cm x 40 cm. Ukuran Rubuha secara
keseluruhan adalah 1 m x 70 cm x 50 cm.
Saat adaptasi, burung hantu yang akan dimasukkan ke dalam Rubuha harus dalam
keadaan kenyang. Setelah burung hantu dimasukkan ke dalam Rubuha, semua pintu Rubuha
di tutup agar burung tersebut beradaptasi terlebih dahulu dengan tempatnya yang baru.
Selama beradaptasi dengan tempat yang baru, burung hantu tersebut harus di beri makan
berupa tikus. Pemberian pakan dilakukan pada sore hari. Rubuha harus dibersihkan setiap
pagi agar kesehatan burung tetap terjamin. Setelah 3-7 hari, burung hantu dapat dilepas dari
Rubuha. Pelepasan burung hantu dilakukan pada malam hari dengan cara membuka pintu
Rubuha. Setelah burung hantu dilepas, pintu Rubuha tidak perlu ditutup.