an bunga jantan atau
bunga betina. Ada yang
berdiferensiasi menjadi bunga
jantan atau bunga betina, tetapi
ada juga menjadi bunga banci
(hermafrodit) beberapa factor
yang mempengaruhi diferensisi
kelamin yaitu genetik dan
lingkungan, yang peka terhadap
faktor tersebut dapat
mengakibatkan aborsi terutama
bunga betina.
Buah kelapa sawit terbentuk pada
bakal buah dan disebut buah
sejati tunggal dan berkelamin
(carnosus). Proses pembentukan
buah sejak saat penyerbukan
sampai buah matang lebih kurang
6 bulan. Buah dapat juga terjadi
lebih lambat atau lebih cepat
tergantung dari keadaan iklim
setempat. Dalam satu tandan
dewasa dapat mencapai lebih
kurang 2000 buah.
Biji kelapa sawit terdiri atas
beberapa bagian penting. Biji
merupakan buah yang telah
terpisah dari bagian buah, yang
memiliki berbagai ukuran
tergantung tipe tanaman.
Biji terdiri atas cangkang, embrio,
dan inti atau endosperma. Embrio
panjang nya 3 mm, berdiameter
1,2 mm berbentuk silindris seperti
peluru memiliki 2 bagian utama.
Bagian yang tumpul permukaan
berwarna kuning dan bagian yang
lain agak tajam berwarna putih
c. Syarat Tumbuh
Iklim
Kelapa sawit adalah tanaman
tropis yang tumbuh baik antara
garis lintang 130
Lintang Utara dan
120
Lintang Selatan, terutama
dikawasan Afrika, Asia, dan
Amerika Latin. Tanaman kelapa
sawit tumbuh baik didaerah tropis,
dataran rendah yang panas dan
lembab.
Curah hujan
Curah hujan yang baik adalah
2.500 mm-3000 mm per tahun
yang turun merata sepanjang
tahun. Penting untuk pertumbuhan
tanaman kelapa sawit adalah
distribusi hujan yang merata.
Suhu
Tanaman kelapa sawit
memerlukan suhu optimum sekitar
24-280
C, untuk tumbuh dengan
baik. Meskipun demikian,
tanaman masih biasa tumbuh
pada suhu terendah 180
C dan
tertinggi 320
C. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tinggi
rendahnya suhu adalah lama
penyinaran dan ketinggian tempat.
Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan untuk
memproduksi karbohidrat dalam
(proses asimilasi) juga untuk
memacu pertumbuhan bunga dan
buah. Karenanya, intensitas,
kualitas dan lama penyinaran
sangat berpengaruh dalam proses
fotosintesis.
Kelembaban udara dan angin
Kelembaban udara dan angin
adalah faktor yang penting untuk
menunjang pertumbuhan kelapa
sawit.
Kelembaban udara dapat
mengurangi penguapan, sedang
angin akan membantu
penyerbukan secara alamiah.
Angin yang kering akan
menyebabkan penguapan lebih
besar, mengurangi kelembaban
dan dalam waktu yang lama
mengakibatkan tanaman layu.
Kelembaban optimum bagi
pertumbuhan kelapa sawit antara
80%-90%.
Tanah
Dalam hal tanah, tanaman kelapa
sawit tidak menuntut persyaratan
terlalu banyak karena dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah
misalnya podsolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial atau
regosol.
Sifat fisik tanah yang baik
untuk tanaman kelapa sawit
adalah:
- Solum tebal 80 cm, solum
yang tebal akan
merupakan media yang
baik bagi perkembangan
akar sehingga efisiensi
penyerapan unsur hara
tanaman akan lebih baik.
- Tekstur ringan,
dikehendaki memiliki pasir
20 - 60%, debu 10 - 40%,
liat 20 - 50%
Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4,0 – 6,0 namun terbaik adalah
5,0 – 5,5. Kandungan hara yang
tinggi yaitu C/N mendekati 10
dimana C 1% dan N 0,1%, daya
tukar Mg = 1,2me/100g, daya
tukar K = 0,15-0,20 me/100g.
Tekstur tanah yang baik untuk
tanaman kelapa sawit adalah
kandungan pasir dengan
komposisi 20-60%, fraksi liat 20-
50%, debu 10-20 %. Tanah yang
kurang cocok adalah tanah pantai
berpasir dan tanah gambut tebal.
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari
tingkat keasaman dan komposisi
kandungan hara mineralnya. Sifat
kimia tanah merupakan arti
penting dalam menentukan dosis
pemupukan dan kelas kesuburan
tanah. Tanaman kelapa sawit
tumbuh baik pada tanah yang
memiliki kandungan unsur hara
yang tinggi, dengan C/N
mendekati 10 dimana C 1% dan N
0,1%, daya tukar Mg =
1,2me/100g, daya tukar K = 0,15-
0,20 me/100g.
d. Pedoman budidaya
Pembibitan Kelapa Sawit
Sejalan dengan bertambahnya
luas areal pertanaman kelapa
sawit secara tidak langsung
membutuhkan bibit kelapa sawit
dalam jumlah yang banyak.
Umumnya pembibitan
dilaksanakan dekat dengan
areal/lahan yang akan ditanami
dengan kelapa sawit. Hal ini
sering mengakibatkan sulitnya
memperoleh media top soil yang
baik bagi bibit, karena top soil
yang dijumpai tebalnya sangat
tipis atau hilang akibat erosi tanah
Hal ini menyebabkan perlunya
pengganti media yang mudah
didapat dan harganya murah,
misalnya blotong, bahan organik
tandan kosong kelapa sawit dan
sebagaunya.
Pembibitan adalah serangkaian
kegiatan untuk mempersiapkan
bahan tanaman meliputi persiapan
media, pemeliharaan, seleksi bibit
hingga siap untuk ditanam yang
dilaksanakan dalam satu tahap
atau lebih
Pembibitan kelapa sawit dilakukan
dengan system dua tahap yaitu:
1. Pembibitan awal (prenursery)
Tanah yang digunakan untuk
mengisi polibag kecil berupa
tanah bagian atas (top soil) yang
sudah dibersihkan dari batu dan
sisa – sisa tanaman.
2. Pembibitan Utama (mainnursery)
Tanah yang sudah dibersihkan
dimasukkan kedalam polibag
besar berukuran 40-50 cm yang
dapat menampung 25 kg tanah.
Pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. bibit disiram 2 kali
sehari pagi, sore.
2. rumput didalam polibag
dicabut pelan-pelan.
3. bibit dipupuk dengan
urea dalam bentuk
larutan yang
berkonsentrasi 0,2 %
4. hama dan penyakit
diberantas secara
terpadu.
Gambar 166 Kelapa sawit di
pembibitan awal (atas)
dan di pembibitan
utama (main nursery)
Penyiapan Areal dan Pembuatan
Naungan
Areal yang digunakan untuk
penelitian, terlebih dahulu
dibersihkan dari gulma dan sampah
lainnya. Kemudian dilakukan
pembuatan plot percobaan dengan
ukuran 100 cm x 100cm, jarak antar
plot 30 cm dan jarak antar ulangan
50 cm.
Naungan terbuat dari bambu
sebagai tiang dan pelepah sawit
sebagai atap dengan ketinggian 2
m arah timur dan 1,5 m arah
barat, panjang naungan 14,5 m
dan lebarnya 4,5 m yang
memanjang arah utara-selatan
Penyiapan Media Tanam
Pasir yang digunakan adalah pasir
yang berasal dari laut, pasir
dibersihkan dari bahan organik,
dan tanah. Kemudian media
tanam campuran yakni blotong
tebu dicampur sesuai dengan
perlakuan masing-masing
kemudian dimasukkan kedalam
polibek.
Penanaman Bibit
Penanaman bibit dapat dilakukan
dengan menanam kecambah
kedalam polybag sedalam 2-3 cm,
dengan radikula bagian bawah
dan plumula bagian atas.
Jumlah kecambah perpolybag
sebanyak 1 kecambah, kemudian
disiram dengan air.
Land clearing/Persiapan lahan
Sebelum tanaman kelapa sawit
ditanam, maka hal utama dan
sangat menentukan kesuksesan
bisnis budidaya kelapa sawit
adalah pada tahap land clearing.
Suatu lahan kebun yang baik
adalah jika memiliki saluran
drainase yang berfungsi dengan
baik, memiliki jalan yang kuat dan
rata untuk kegiatan melangsir
buah ataupun truk pengangkutan,
bersih dari tunggul-tunggul kayu
yang mengganggu dalam bekerja
bebas dari pohon-pohonan dan
semak belukar, adanya akses
jalan darat ke setiap tanaman,
bebas dari batu-batu besar yang
mengganggu posisi penanaman
dan pekerjaan.
Pengerjaan land clearing dapat
dilakukan secara mekanis dan
manual. Secara mekanis land
clearing dikerjakan dengan alatalat berat seperti Back Hoe,
Buldozer dan Grader. Secara
manual land clearing dikerjakan
oleh manusia dengan peralatan
sederhana berupa parang,
kampak, gergaji, machine saw,
cangkul, tembilang, babat.
Jika ditinjau secara ekonomis,
penggunaan cara mekanis
ataupun manual harus
memperhatikan pada beberapa
faktor, yaitu:
1. Jauhnya jarak tempuh
untuk mendatangkan alatalat berat
2. Luasnya lahan
3. Tingkat kesulitan
pekerjaan
4. Tingkat standar upah
buruh lokal
5. Ketersediaan buruh
6. Biaya sewa/harga beli alat
berat
7. Kebijakan dan peratruran
pemerintah
8. Harga BBM dan oli mesin
traktor
9. Tingkat upah operator
traktor
10. Produktifitas kerja traktor
11. Produktifitas tenaga kerja
manusia
Cover Crop/Tanaman
Penutup Tanah
Sebelum bibit kelapa sawit
ditanam di lahan, satu hal yang
sangat penting adalah tanaman
penutup / cover srop, cover crop
berfungsi untuk melindungi tanah
dari kikisan air hujan, menjaga
tumbuhnya gulma-gulma yang
tidak diinginkan, menjaga
ketersediaan unsur Nitrogen
dalam tanah, mendinginkan tanah,
sebagai tempat yang baik untuk
berbiaknya mikroba-mikroba
pengurai dan penyubur tanah
Aplikasi ZPT Atonik
Zat pengatur tumbuh atonik
diberikan setelah tanaman
berumur 3 minggu dan
selanjutnya dengan interval 2
minggu sekali hingga umur 3
bulan sesuai konsentrasi
perlakuan.
Pemberiannya dengan cara
membasahi seluruh permukaan
atas dan bawah daun tanaman.
Waktu penyemprotan dilakukan
pada pagi hari setelah
penyiraman.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari
yaitu pagi dan sore hari
tergantung dengan kondisi
kelembaban permukaan media
tanam. Penyiraman dilakukan
dengan menggunakan gembor
dan air bersih.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 2 minggu
setelah tanam dengan mengganti
bibit yang abnormal, terserang
hama dan penyakit yang cukup
parah, atau bibit mati dengan
tanaman sisipan yang tersedia.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila
ditemukan gulma di areal
penelitian. Penyiangan dilakukan
secara manual untuk gulma yang
terdapat dalam polybag,
sedangkan gulma yang berada
diluar polibek dibersihkan dengan
menggunakan cangkul.
Pemupukan
Tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman yang sangat tergantung
pada pemupukan untuk mencapai
produksi yang tinggi, meskipun
dapat ditemui kebun kelapa sawit
yang dapat mencapai produksi
rata-rata 3 ton/ha/bulan meskipun
tanpa diberi pupuk sedikitpun.
Secara logika, kebun kelapa sawit
yang baik diharapkan dapat
berproduksi TBS sebanyak 3-5
ton/bulan, dengan rendemen
minyak mencapai 21%, maka
produksi CPO adalah 6,3-10,5
ton/bulan, nilai kalori lemak adalah
yang paling tinggi di antara zat gizi
lainnya, yaitu 9,4 kalori/mg asam
lemak, maka nilai energi yang
dihasilkan dari satu hektar kebun
sawit adalah luar biasa besarnya.
Energi tersebut dapat digunakan
sebagai zat gizi, bahan bakar,
atau fungsi lainnya.
Maka tidaklah wajar jika hasil
produksi yang sedemikian besar
tersebut hanya kita harapkan dari
sang tanaman kelapa sawit dan
tanah yang menyangganya tanpa
ada sumbangsih dari kita yang
menjadikannya sebagai "sapi
perah".
Tujuan umum dari pemupukan
adalah memberikan zat hara yang
dibutuhkan tanaman dalam
membangun jaringan akar,
batang, daun dan buah.
Pada saat kelapa sawit berupa
TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan), tujuan pemupukan
adalah untuk menjadi bahan baku
dan penolong dalam
pembangunan tubuh tanaman,
sedangkan pada saat kelapa sawit
berupa TM (Tanaman
Menghasilkan), tujuan pemupukan
adalah agar tanaman kelapa sawit
memproduksi buah dengan
optimal.
Berdasarkan banyaknya kuantitas
yang dibutuhkan tanaman, pupuk
dapat dibagi atas 2 golongan,
yaitu: pupuk makro dan pupuk
mikro.
1. Pupuk makro adalah
pupuk yang mengandung
unsur makro (unsur yang
dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar). Unsur-
unsur yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah
besar antara lain adalah :
• Nitrogen (N), dapat
diperoleh dari pupuk Urea
(46% N), ZA ( %N)
• Posphor (P), dapat
diperoleh dari pupuk TSP
(46% P), Rock Posphat (
% P)
• Kalium (K), dapat
diperoleh dari pupuk KCl
(64% K)
• Magnesium (Mg), dapat
deperoleh dari pupuk
Kieserit ( % Mg)
Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk mengendalikan serangan
hama kelapa sawit digunakan
insektisida Hostathion 200 EC,
untuk mengendalikan jamur
digunakan fungisida Danvil 50 SC.
Pengaplikasian dilakukan dengan
menggunakan handsprayer
dengan waktu pengendalian
bergantung pada kondisi
dilapangan.
e. Panen
Untuk dapat berbunga, kelapa
sawit membutuhkan waktu 2-3
tahun dari saat bibit ditanam di
lapangan.
Masa produktif tanaman dapat
berlangsung 40-50 tahun.
Pembentukan buah memerlukan
waktu sekitar 6 bulan setelah
terjadinya penyerbukan
(pollination). Pelaksanaan panen
buah kelapa sawit tidak boleh
dilakukan secara sembarangan,
karena kegiatan panen tersebut
menentukan pada produktifitas
tanaman, rendemen minyak, mutu
minyak, dan efisiensi biaya tenaga
kerja.
Pelaksanaan panen harus
memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Kriteria Matang Panen
Buah yang dapat dipanen
haruslah buah yang daging
buahnya telah berwarna kemerahmerahan/orange, dimana ada
jenis buah yang meskipun kulit
luarnya telah berwana kemerahmerahan tetapi ternyata daging
buahnya belum matang (belum
berwarna kemerah-merahan).
Adapun kriteria umum yang
digunakan dalam menentukan
buah sawit yang layak panen
adalah berdasakan pada jumlah
berodolan yang telah jatuh di
piringan.
Kriteria jumlah berondolan dalam
menentukan buah layak panen
dapat dilihat pada Tabel 14
berikut.
2. Rotasi dan
Sistem Panen
Yang dimaksud dengan rotasi
panen adalah waktu yang
diperlukan antara suatu panen
dengan panen berikutnya pada
suatu area panen.
Rotasi panen yang baik adalah
jika buah yang dipanen tidak
kurang atau terlalu matang.
Rotasi panen yang sering
dilakukan adalah tiap 7, 10 atau
14 hari sekali.
3. Cara Pengambilan Buah
Cara pelaksanaan panen yang
baik adalah salah satu syarat
dalam menentukan produktifitas
dan efisiensi dari suatu usaha
kebun kelapa sawit.
Ada suatu sistem dalam hal
menjaga jumlah optimum daun
pada pohon kelapa sawit, dan
rumus dari jumlah daun optimum
tersebut sering disebut dengan
sistem "Songgo Dua", yaitu selalu
ada dua unit pelepah daun yang
menyangga buah sawit pada
posisi yang paling bawah.
Oleh karena itu maka dalam
mengambil buah tidak boleh ikut
memotong pelepah yang
menyangganya, cara pengambilan
buah tersebut sering disebut
dengan cara "curi buah/culik
buah".
Alat yang baik digunakan dalam
memanen buah sawit adalah
Dodos (untuk buah yang berada
pada ketinggian <6 m) dan Egrek
(untuk buah yang berada pada
ketinggian >6 m).
4. Pengangkatan Buah Menuju
Truk Pengangkut (Melangsir
Buah)
Kegiatan melangsir buah yang
benar akan menentukan pada
kualitas minyak yang akan
diperoleh, keamanan, dan
besarnya biaya panen.
Dalam kegiatan melangsir buah
harus digunakan alat yang dapat
digunakan semudah mungkin dan
tingkat ketahanan akan benturan
yang tinggi.
Dalam hal ini alat yang sering
digunakan adalah Kereta Sorong,
sepeda yang telah ditambah
dengan bak, becak barang, dan
pedati.
Untuk menjamin kelancaran
proses pelangsiran buah maka
jalan (pasar pikul) harus
diperhatikan dengan serius untuk
menghindari kerusakan peralatan,
kecelakaan karyawan dan
tingginya upah panen.
TEKNIK BUDIDAYA
KELAPA SAWIT
Gambar 164 Buah kelapa sawit
a.
Kelapa sawit telah menjadi
komoditi subsektor perkebunan
yang memiliki peranan penting
bagi perekonomian Indonesia.
prospek usaha yang cerah, harga
produk yang kompetitif, dan
indsustri berbasis kelapa sawit
yang beragam dengan skala
usaha yang fleksibel, telah
menjadikan banyak perusahaan
dalam berbagai skala maupun
petani yang berminat untuk
membangun industri kelapa sawit
mulai dari kebun hingga hilir.
Keberhasilan suatu usaha
perkebunan kelapa sawit
ditentukan oleh faktor bahan
tanaman atau bibit yang memiliki
sifat yang unggul dan teknik
budidayanya. Bibit yang unggul
akan menjamin pertumbuhan
yang baik dan tingkat produksi
yang tinggi apabila perlakuan
dilakukan secara optimal.
Kelapa Sawit (Elaeis guinensis
jacq) adalah salah satu jenis
tanaman dari famili palma yang
menghasilkan minyak nabati yang
dapat dimakan (edible oil). Selain
dari kelapa sawit, minyak nabati
juga dapat diperoleh dari tanaman
kelapa, kacang kedelai, bunga
matahari, kacang tanah, dan
lainnya.
Dari sekian banyak tanaman yang
menghasilkan minyak dan lemak,
kelapa sawit adalah tanaman
yang produktifitas menghasilkan
minyak tertinggi, dimana tanaman
kelapa hanya menghasilkan
sepertiga (700-1000 kg daging
buah kelapa/ha) dari produksi
kelapa sawit (2000/3000 kg
TBS/ha)
Gambar 165 Perkebunan kelapa
sawit
b. Botani Kelapa Sawit
Kecambah kelapa sawit yang baru
tumbuh memiliki akar tunggang,
tetapi akar ini mudah mati dan
segera digantikan dengan akar
serabut.
Akar serabut memiliki sedikit
percabangan, membentuk
anyaman rapat dan tebal.
Sebagian akar serabut tumbuh
lurus kebawah dan sebagian
tumbuh mendatar kearah
samping. Jika aerasi cukup baik
akar tanaman kelapa sawit dapat
menembus kedalaman 8 meter
didalam tanah, sedangkan yang
tumbuh kesamping biasanya
mencapai radius 16 meter.
Kedalaman ini tergantung umur
tanaman, sistem pemeliharaan
dan aerasi tanah.
Kelapa sawit termasuk tanaman
monokotil maka batangnya tidak
memiliki kambium dan pada
umumnya tidak bercabang.
Batang kelapa sawit tumbuh tegak
lurus (phototropi) dibungkus oleh
pelepah daun. Bagian bawah
umumnya lebih besar disebut
bonggol batang. Sampai umur tiga
tahun batang belum terlihat
karena masih terbungkus oleh
pelepah daun yang belum
dipangkas atau ditunas. Laju
pertumbuhan tinggi batang
dipengaruhi oleh komposisi
genetik dan lingkungan. Tinggi
batang bertambah kira-kira 45
cm/tahun, tinggi maksimum
tanaman kelapa sawit yang
ditanam diperkebunan 15-18
meter sedangkan di alam dapat
mencapai 30 meter.
Biasanya batang adalah tunggal
(tidak bercabang) kecuali
abnormal. Laju pertumbuhan
tinggi tanaman dipengaruhi oleh
komposisi genetik dan lingkungan.
Batang mengandung banyak serat
dengan jaringan pembuluh yang
menunjang pohon dan
pengangkutan hara.
Susunan daun kelapa sawit
membentuk susunan daun
majemuk, daun-daun tersebut
akan membentuk suatu pelepah
daun yang panjang nya 7,5-9
meter dengan jumlah daun yang
tumbuh dikedua sisi berkisar 250-
400 helai. Pohon kelapa sawit
normal dan sehat yang
dibudidayakan, pada satu batang
terdapat 40– 50 pelepah daun
Luas permukaan daun akan
berinteraksi dengan tingkat
produktivitas tanaman. Semakin
luas permukaan atau semakin
banyak jumlah daun maka
produksi akan meningkat karena
proses fotosintesis akan berjalan
dengan baik. Proses fotosintesis
akan optimal jika luas permukaan
daun mencapai 11m2
. Pohon
kelapa sawit normal dan sehat
dibudidayakan, pada satu batang
terdapat 40-50 pelepah daun.
Biasanya tanaman kelapa sawit
mempunyai 40-55 daun. Jika tidak
dipangkas biasa lebih 60 daun.
Tanaman kelapa sawit tua
membentuk 2-3 helai daun setiap
bulan, sedangkan yang muda
menghasilkan 4-4 daun setiap
bulan. Produksi daun dipengaruhi
oleh factor umur, lingkungan
genetik, iklim.
Susunan bunga terdiri dari
kalangan bunga yang terdiri dari
bunga jantan (tepung sari) dan
bunga betina (putik). Namun, ada
juga tanaman kelapa sawit yang
hanya memproduksi bunga jantan.
Umumnya bunga jantan dan
betina terdapat dalam dua tandan
yang terpisah. Namun, ada
kalanya bunga jantan dan bunga
betina terdapat dalam tandan
yang sama.
Bunga jantan selalu masak lebih
dahulu dari pada bunga betina.
Karena itu penyerbukan sendiri
antara bunga jantan dan bunga
betina dalam satu tandan sangat
jarang terjadi. Masa reseptif
(masa putik dapat menerima
tepung sari) adalah 24 jam,
setelah itu putik akan mengering
dan berwarna hitam.
Tanaman kelapa sawit dilapangan
mulai berbunga pada umur 2,5
tahun. Inisiasi bunga terjadi pada
palma dewasa yaitu 33-34 bulan
sebelum penyerbukan, biasa
terjadi tandan bunga jantan atau
bunga betina. Ada yang
berdiferensiasi menjadi bunga
jantan atau bunga betina, tetapi
ada juga menjadi bunga banci
(hermafrodit) beberapa factor
yang mempengaruhi diferensisi
kelamin yaitu genetik dan
lingkungan, yang peka terhadap
faktor tersebut dapat
mengakibatkan aborsi terutama
bunga betina.
Buah kelapa sawit terbentuk pada
bakal buah dan disebut buah
sejati tunggal dan berkelamin
(carnosus). Proses pembentukan
buah sejak saat penyerbukan
sampai buah matang lebih kurang
6 bulan. Buah dapat juga terjadi
lebih lambat atau lebih cepat
tergantung dari keadaan iklim
setempat. Dalam satu tandan
dewasa dapat mencapai lebih
kurang 2000 buah.
Biji kelapa sawit terdiri atas
beberapa bagian penting. Biji
merupakan buah yang telah
terpisah dari bagian buah, yang
memiliki berbagai ukuran
tergantung tipe tanaman.
Biji terdiri atas cangkang, embrio,
dan inti atau endosperma. Embrio
panjang nya 3 mm, berdiameter
1,2 mm berbentuk silindris seperti
peluru memiliki 2 bagian utama.
Bagian yang tumpul permukaan
berwarna kuning dan bagian yang
lain agak tajam berwarna putih
c. Syarat Tumbuh
Iklim
Kelapa sawit adalah tanaman
tropis yang tumbuh baik antara
garis lintang 130
Lintang Utara dan
120
Lintang Selatan, terutama
dikawasan Afrika, Asia, dan
Amerika Latin. Tanaman kelapa
sawit tumbuh baik didaerah tropis,
dataran rendah yang panas dan
lembab.
Curah hujan
Curah hujan yang baik adalah
2.500 mm-3000 mm per tahun
yang turun merata sepanjang
tahun. Penting untuk pertumbuhan
tanaman kelapa sawit adalah
distribusi hujan yang merata.
Suhu
Tanaman kelapa sawit
memerlukan suhu optimum sekitar
24-280
C, untuk tumbuh dengan
baik. Meskipun demikian,
tanaman masih biasa tumbuh
pada suhu terendah 180
C dan
tertinggi 320
C. Beberapa faktor
yang mempengaruhi tinggi
rendahnya suhu adalah lama
penyinaran dan ketinggian tempat.
Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan untuk
memproduksi karbohidrat dalam
(proses asimilasi) juga untuk
memacu pertumbuhan bunga dan
buah. Karenanya, intensitas,
kualitas dan lama penyinaran
sangat berpengaruh dalam proses
fotosintesis.
Kelembaban udara dan angin
Kelembaban udara dan angin
adalah faktor yang penting untuk
menunjang pertumbuhan kelapa
sawit.
Kelembaban udara dapat
mengurangi penguapan, sedang
angin akan membantu
penyerbukan secara alamiah.
Angin yang kering akan
menyebabkan penguapan lebih
besar, mengurangi kelembaban
dan dalam waktu yang lama
mengakibatkan tanaman layu.
Kelembaban optimum bagi
pertumbuhan kelapa sawit antara
80%-90%.
Tanah
Dalam hal tanah, tanaman kelapa
sawit tidak menuntut persyaratan
terlalu banyak karena dapat
tumbuh pada berbagai jenis tanah
misalnya podsolik, latosol,
hidromorfik kelabu, alluvial atau
regosol.
Sifat fisik tanah yang baik
untuk tanaman kelapa sawit
adalah:
- Solum tebal 80 cm, solum
yang tebal akan
merupakan media yang
baik bagi perkembangan
akar sehingga efisiensi
penyerapan unsur hara
tanaman akan lebih baik.
- Tekstur ringan,
dikehendaki memiliki pasir
20 - 60%, debu 10 - 40%,
liat 20 - 50%
Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4,0 – 6,0 namun terbaik adalah
5,0 – 5,5. Kandungan hara yang
tinggi yaitu C/N mendekati 10
dimana C 1% dan N 0,1%, daya
tukar Mg = 1,2me/100g, daya
tukar K = 0,15-0,20 me/100g.
Tekstur tanah yang baik untuk
tanaman kelapa sawit adalah
kandungan pasir dengan
komposisi 20-60%, fraksi liat 20-
50%, debu 10-20 %. Tanah yang
kurang cocok adalah tanah pantai
berpasir dan tanah gambut tebal.
Sifat kimia tanah dapat dilihat dari
tingkat keasaman dan komposisi
kandungan hara mineralnya. Sifat
kimia tanah merupakan arti
penting dalam menentukan dosis
pemupukan dan kelas kesuburan
tanah. Tanaman kelapa sawit
tumbuh baik pada tanah yang
memiliki kandungan unsur hara
yang tinggi, dengan C/N
mendekati 10 dimana C 1% dan N
0,1%, daya tukar Mg =
1,2me/100g, daya tukar K = 0,15-
0,20 me/100g.
d. Pedoman budidaya
Pembibitan Kelapa Sawit
Sejalan dengan bertambahnya
luas areal pertanaman kelapa
sawit secara tidak langsung
membutuhkan bibit kelapa sawit
dalam jumlah yang banyak.
Umumnya pembibitan
dilaksanakan dekat dengan
areal/lahan yang akan ditanami
dengan kelapa sawit. Hal ini
sering mengakibatkan sulitnya
memperoleh media top soil yang
baik bagi bibit, karena top soil
yang dijumpai tebalnya sangat
tipis atau hilang akibat erosi tanah
Hal ini menyebabkan perlunya
pengganti media yang mudah
didapat dan harganya murah,
misalnya blotong, bahan organik
tandan kosong kelapa sawit dan
sebagaunya.
Pembibitan adalah serangkaian
kegiatan untuk mempersiapkan
bahan tanaman meliputi persiapan
media, pemeliharaan, seleksi bibit
hingga siap untuk ditanam yang
dilaksanakan dalam satu tahap
atau lebih
Pembibitan kelapa sawit dilakukan
dengan system dua tahap yaitu:
1. Pembibitan awal (prenursery)
Tanah yang digunakan untuk
mengisi polibag kecil berupa
tanah bagian atas (top soil) yang
sudah dibersihkan dari batu dan
sisa – sisa tanaman.
2. Pembibitan Utama (mainnursery)
Tanah yang sudah dibersihkan
dimasukkan kedalam polibag
besar berukuran 40-50 cm yang
dapat menampung 25 kg tanah.
Pemeliharaan bibit dilakukan
dengan cara sebagai berikut :
1. bibit disiram 2 kali
sehari pagi, sore.
2. rumput didalam polibag
dicabut pelan-pelan.
3. bibit dipupuk dengan
urea dalam bentuk
larutan yang
berkonsentrasi 0,2 %
4. hama dan penyakit
diberantas secara
terpadu.
Penyiapan Areal dan Pembuatan
Naungan
Areal yang digunakan untuk
penelitian, terlebih dahulu
dibersihkan dari gulma dan sampah
lainnya. Kemudian dilakukan
pembuatan plot percobaan dengan
ukuran 100 cm x 100cm, jarak antar
plot 30 cm dan jarak antar ulangan
50 cm.
Naungan terbuat dari bambu
sebagai tiang dan pelepah sawit
sebagai atap dengan ketinggian 2
m arah timur dan 1,5 m arah
barat, panjang naungan 14,5 m
dan lebarnya 4,5 m yang
memanjang arah utara-selatan
Penyiapan Media Tanam
Pasir yang digunakan adalah pasir
yang berasal dari laut, pasir
dibersihkan dari bahan organik,
dan tanah. Kemudian media
tanam campuran yakni blotong
tebu dicampur sesuai dengan
perlakuan masing-masing
kemudian dimasukkan kedalam
polibek.
Penanaman Bibit
Penanaman bibit dapat dilakukan
dengan menanam kecambah
kedalam polybag sedalam 2-3 cm,
dengan radikula bagian bawah
dan plumula bagian atas.
Jumlah kecambah perpolybag
sebanyak 1 kecambah, kemudian
disiram dengan air.
Land clearing/Persiapan lahan
Sebelum tanaman kelapa sawit
ditanam, maka hal utama dan
sangat menentukan kesuksesan
bisnis budidaya kelapa sawit
adalah pada tahap land clearing.
Suatu lahan kebun yang baik
adalah jika memiliki saluran
drainase yang berfungsi dengan
baik, memiliki jalan yang kuat dan
rata untuk kegiatan melangsir
buah ataupun truk pengangkutan,
bersih dari tunggul-tunggul kayu
yang mengganggu dalam bekerja,
bebas dari pohon-pohonan dan
semak belukar, adanya akses
jalan darat ke setiap tanaman,
bebas dari batu-batu besar yang
mengganggu posisi penanaman
dan pekerjaan.
Pengerjaan land clearing dapat
dilakukan secara mekanis dan
manual. Secara mekanis land
clearing dikerjakan dengan alatalat berat seperti Back Hoe,
Buldozer dan Grader. Secara
manual land clearing dikerjakan
oleh manusia dengan peralatan
sederhana berupa parang,
kampak, gergaji, machine saw,
cangkul, tembilang, babat.
Jika ditinjau secara ekonomis,
penggunaan cara mekanis
ataupun manual harus
memperhatikan pada beberapa
faktor, yaitu:
1. Jauhnya jarak tempuh
untuk mendatangkan alatalat berat
2. Luasnya lahan
3. Tingkat kesulitan
pekerjaan
4. Tingkat standar upah
buruh lokal
5. Ketersediaan buruh
6. Biaya sewa/harga beli alat
berat
7. Kebijakan dan peratruran
pemerintah
8. Harga BBM dan oli mesin
traktor
9. Tingkat upah operator
traktor
10. Produktifitas kerja traktor
11. Produktifitas tenaga kerja
manusia
Cover Crop/Tanaman
Penutup Tanah
Sebelum bibit kelapa sawit
ditanam di lahan, satu hal yang
sangat penting adalah tanaman
penutup / cover srop, cover crop
berfungsi untuk melindungi tanah
dari kikisan air hujan, menjaga
tumbuhnya gulma-gulma yang
tidak diinginkan, menjaga
ketersediaan unsur Nitrogen
dalam tanah, mendinginkan tanah,
sebagai tempat yang baik untuk
berbiaknya mikroba-mikroba
pengurai dan penyubur tanah
Aplikasi ZPT Atonik
Zat pengatur tumbuh atonik
diberikan setelah tanaman
berumur 3 minggu dan
selanjutnya dengan interval 2
minggu sekali hingga umur 3
bulan sesuai konsentrasi
perlakuan.
Pemberiannya dengan cara
membasahi seluruh permukaan
atas dan bawah daun tanaman.
Waktu penyemprotan dilakukan
pada pagi hari setelah
penyiraman.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman dilakukan setiap hari
yaitu pagi dan sore hari
tergantung dengan kondisi
kelembaban permukaan media
tanam. Penyiraman dilakukan
dengan menggunakan gembor
dan air bersih.
Penyulaman
Penyulaman dilakukan 2 minggu
setelah tanam dengan mengganti
bibit yang abnormal, terserang
hama dan penyakit yang cukup
parah, atau bibit mati dengan
tanaman sisipan yang tersedia.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan bila
ditemukan gulma di areal
penelitian. Penyiangan dilakukan
secara manual untuk gulma yang
terdapat dalam polybag,
sedangkan gulma yang berada
diluar polibek dibersihkan dengan
menggunakan cangkul.
Pemupukan
Tanaman kelapa sawit merupakan
tanaman yang sangat tergantung
pada pemupukan untuk mencapai
produksi yang tinggi, meskipun
dapat ditemui kebun kelapa sawit
yang dapat mencapai produksi
rata-rata 3 ton/ha/bulan meskipun
tanpa diberi pupuk sedikitpun.
Secara logika, kebun kelapa sawit
yang baik diharapkan dapat
berproduksi TBS sebanyak 3-5
ton/bulan, dengan rendemen
minyak mencapai 21%, maka
produksi CPO adalah 6,3-10,5
ton/bulan, nilai kalori lemak adalah
yang paling tinggi di antara zat gizi
lainnya, yaitu 9,4 kalori/mg asam
lemak, maka nilai energi yang
dihasilkan dari satu hektar kebun
sawit adalah luar biasa besarnya.
Energi tersebut dapat digunakan
sebagai zat gizi, bahan bakar,
atau fungsi lainnya.
Maka tidaklah wajar jika hasil
produksi yang sedemikian besar
tersebut hanya kita harapkan dari
sang tanaman kelapa sawit dan
tanah yang menyangganya tanpa
ada sumbangsih dari kita yang
menjadikannya sebagai "sapi
perah".
Tujuan umum dari pemupukan
adalah memberikan zat hara yang
dibutuhkan tanaman dalam
membangun jaringan akar,
batang, daun dan buah.
Pada saat kelapa sawit berupa
TBM (Tanaman Belum
Menghasilkan), tujuan pemupukan
adalah untuk menjadi bahan baku
dan penolong dalam
pembangunan tubuh tanaman,
sedangkan pada saat kelapa sawit
berupa TM (Tanaman
Menghasilkan), tujuan pemupukan
adalah agar tanaman kelapa sawit
memproduksi buah dengan
optimal.
Berdasarkan banyaknya kuantitas
yang dibutuhkan tanaman, pupuk
dapat dibagi atas 2 golongan,
yaitu: pupuk makro dan pupuk
mikro.
1. Pupuk makro adalah
pupuk yang mengandung
unsur makro (unsur yang
dibutuhkan tanaman dalam
jumlah besar). Unsur-
unsur yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah
besar antara lain adalah :
• Nitrogen (N), dapat
diperoleh dari pupuk Urea
(46% N), ZA ( %N)
• Posphor (P), dapat
diperoleh dari pupuk TSP
(46% P), Rock Posphat (
% P)
• Kalium (K), dapat
diperoleh dari pupuk KCl
(64% K)
• Magnesium (Mg), dapat
deperoleh dari pupuk
Kieserit ( % Mg)
Pengendalian Hama dan Penyakit
Untuk mengendalikan serangan
hama kelapa sawit digunakan
insektisida Hostathion 200 EC,
untuk mengendalikan jamur
digunakan fungisida Danvil 50 SC.
Pengaplikasian dilakukan dengan
menggunakan handsprayer
dengan waktu pengendalian
bergantung pada kondisi
dilapangan.
e. Panen
Untuk dapat berbunga, kelapa
sawit membutuhkan waktu 2-3
tahun dari saat bibit ditanam di
lapangan.
Masa produktif tanaman dapat
berlangsung 40-50 tahun.
Pembentukan buah memerlukan
waktu sekitar 6 bulan setelah
terjadinya penyerbukan
(pollination). Pelaksanaan panen
buah kelapa sawit tidak boleh
dilakukan secara sembarangan,
karena kegiatan panen tersebut
menentukan pada produktifitas
tanaman, rendemen minyak, mutu
minyak, dan efisiensi biaya tenaga
kerja.
Pelaksanaan panen harus
memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
1. Kriteria Matang Panen
Buah yang dapat dipanen
haruslah buah yang daging
buahnya telah berwarna kemerahmerahan/orange, dimana ada
jenis buah yang meskipun kulit
luarnya telah berwana kemerahmerahan tetapi ternyata daging
buahnya belum matang (belum
berwarna kemerah-merahan).
Adapun kriteria umum yang
digunakan dalam menentukan
buah sawit yang layak panen
adalah berdasakan pada jumlah
berodolan yang telah jatuh di
piringan.
Kriteria jumlah berondolan dalam
menentukan buah layak panen
dapat dilihat pada Tabel 14
berikut.
2. Rotasi dan
Sistem Panen
Yang dimaksud dengan rotasi
panen adalah waktu yang
diperlukan antara suatu panen
dengan panen berikutnya pada
suatu area panen.
Rotasi panen yang baik adalah
jika buah yang dipanen tidak
kurang atau terlalu matang.
Rotasi panen yang sering
dilakukan adalah tiap 7, 10 atau
14 hari sekali.
3. Cara Pengambilan Buah
Cara pelaksanaan panen yang
baik adalah salah satu syarat
dalam menentukan produktifitas
dan efisiensi dari suatu usaha
kebun kelapa sawit.
Ada suatu sistem dalam hal
menjaga jumlah optimum daun
pada pohon kelapa sawit, dan
rumus dari jumlah daun optimum
tersebut sering disebut dengan
sistem "Songgo Dua", yaitu selalu
ada dua unit pelepah daun yang
menyangga buah sawit pada
posisi yang paling bawah.
Oleh karena itu maka dalam
mengambil buah tidak boleh ikut
memotong pelepah yang
menyangganya, cara pengambilan
buah tersebut sering disebut
dengan cara "curi buah/culik
buah".
Alat yang baik digunakan dalam
memanen buah sawit adalah
Dodos (untuk buah yang berada
pada ketinggian <6 m) dan Egrek
(untuk buah yang berada pada
ketinggian >6 m).
4. Pengangkatan Buah Menuju
Truk Pengangkut (Melangsir
Buah)
Kegiatan melangsir buah yang
benar akan menentukan pada
kualitas minyak yang akan
diperoleh, keamanan, dan
besarnya biaya panen.
Dalam kegiatan melangsir buah
harus digunakan alat yang dapat
digunakan semudah mungkin dan
tingkat ketahanan akan benturan
yang tinggi.
Dalam hal ini alat yang sering
digunakan adalah Kereta Sorong,
sepeda yang telah ditambah
dengan bak, becak barang, dan
pedati.
Untuk menjamin kelancaran
proses pelangsiran buah maka
jalan (pasar pikul) harus
diperhatikan dengan serius untuk
menghindari kerusakan peralatan,
kecelakaan karyawan dan
tingginya upah panen.
BUDIDAYA TEH
Gambar 167 Pohon teh
a. Sejarah Teh
Tanaman teh termasuk genus
Camellia yang memiliki sekitar
82 species, terutama tersebar di
kawasan Asia Tenggara pada
garis lintang 30° sebelah utara
maupun selatan khatulistiwa.
Selain tanaman teh (Camellia
sinensis (L.) O. Kuntze) yang
dikonsumsi sebagai minuman
penyegar, genus Cammelia ini
juga mencakup banyak jenis
tanaman hias.
Tanaman teh berasal dari
wilayah perbatasan negaranegara China selatan (Yunan),
Laos Barat Laut, Muangthai
Utara, Burma Timur dan India
Timur Laut, yang merupakan
vegetasi hutan daerah peralihan
tropis dan subtropis.
Tanaman teh pertama kali
masuk ke Indonesia tahun 1684,
berupa biji teh dari jepang yang
dibawa oleh seorang Jerman
bernama Andreas Cleyer, dan
ditanam sebagai tanaman hias di
Jakarta.
Pada tahun 1694, seorang
pendeta bernama F. Valentijn
melaporkan melihat perdu teh
muda berasal dari China tumbuh
di Taman Istana Gubernur
Jendral Champhuys di Jakarta.
Pada tahun 1826 tanaman teh
berhasil ditanam melengkapi
Kebun Raya Bogor, dan pada
tahun 1827 di Kebun Percobaan
Cisurupan, Garut, Jawa Barat.
Berhasilnya penanaman
percobaan skala besar di
Wanayasa (Purwakarta) dan di
Raung (Banyuwangi) membuka
jalan bagi Jacobus Isidorus
Loudewijk Levian Jacobson,
seorang ahli teh, menaruh
landasan bagi usaha
perkebunan teh di Jawa. Teh
dari Jawa tercatat pertama kali
diterima di Amsterdam tahun
1835. Teh jenis Assam mulai
masuk ke Indonesia (Jawa) dari
Sri Lanka (Ceylon) pada tahun
1877, dan ditanam oleh R.E.
Kerkhoven di kebun Gambung,
Jawa Barat.
Dengan masuknya teh Assam
tersebut ke Indonesia, secara
berangsur tanaman teh China
diganti dengan teh Assam, dan
sejak itu pula perkebunan teh di
Indonesia berkembang semakin
luas.
Pada tahun 1910 mulai dibangun
perkebunan teh di daerah
Simalungun, Sumatera Utara
b. Manfaat teh
Pada tahun 1962, Organisasi
kesehatan Dunia (WHO) di
Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) melaporkan adanya
peningkatan kasus kerusakan
gigi, penyakit pada sistem
pencernaan dan kropos pada
tulang manusia yang disebabkan
oleh kurang tersedianya sumber
air bersih, serta akibat
peningkatan konsumsi bahan
pengawet dan gula.
Berdasarkan laporan tersebut
PBB melakukan program
penambahan klorin dan flour
pada air bersih. Program
tersebut telah membuahkan
hasil di kota besar negara maju
yang memiliki teknologi air
bersih, namun belum menyentuh
masyarakat yang hidup di kotakota kecil negara berkembang.
Teh memiliki potensi untuk
memenuhi kebutuhan manusia
akan klorin dan flour. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
teh disamping sebagai bahan
minuman, sifat antiseptik dapat
menjaga kesehatan mulut dan
gigi, tenggorokan, menjaga
keseimbangan mikroflora sistem
pencernaan dan meningkatkan
penyerapan kalsium untuk
pertumbuhan tulang.
Pada dekade 70-an dan 80-an,
dunia diguncang oleh laporan
adanya peningkatan drastis
kasus penyakit jantung dan
kanker, sebesar 3-5% per tahun.
Berbagai negara
mengalokasikan dana yang
sangat besar untuk penelitian
terhadap semua kasus tersebut.
Baru pada awal dekade 90-an,
peneliti menemukan bahwa teh
merupakan minuman karsinogen
yang sangat efektif untuk
mengurangi risiko kejangkitan
dan menghambat pertumbuhan
kanker.
Dengan ditemukannya berbagai
khasiat yang terkandung pada
teh maka pada akhir dekade 90-
an, PBB memberi bantuan
kepada 30 negara penghasil teh
untuk melakukan program
promosi teh dalam rangka
meningkatkan konsumsi teh
dunia.
Di Indonesia program ini
dilakukan di kota Surabaya,
Propinsi Jawa Timur.
Tabel 18. Jenis polifenol pada
teh yang telah
teridentifikasi dan tingkat
kandungan rata-rata
1. Katekin :63-210 mg%
2. Flavanol :14 - 21 mg%
3.Tearubigin : 0 - 28 mg%
4.Polifenol
lainnya :266-273 mg%
Dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh Pusat Penelitian
Teh dan Kina (PPTK) Gambung
Jawa Barat Indonesia
menunjukkan bahwa kandungan
polifenol pada teh Indonesia
yang merupakan komponen akti
f untuk kesehatan ± 1,34 kali
lebih tinggi dibanding teh dari
negara lain
Katekin merupakan senyawa
polifenol utama pada teh
sebesar 90% dari total
kandungan polifenol. Rata-rata
kandungan katekin pada teh
Indonesia berkisar antara 7,02 -
11,60% b.k., sedangkan pada
negara lain berkisar antara 5,06
- 7,47 b.k.
Teh selain mengandung
polifenol hingga 25-35%, juga
mengandung komponen lain
yang bermanfaat bagi
kesehatan, antara lain :
metilxantin, asam amino,
peptides, karbonhidrat, vitamin
(C,E dan K), karotenoid, mineral
seperti kalium, magnesium,
mangan, fluor, zinc, selenium,
copper, iron, calcium, serta
metilxantin dan alkaloid lain.
Kemampuan pencegahan dari
polifenol teh
a. Anti oksidan
- Mencegah
pembentukan
radikal (bebas)
oksigen dalam
tubuh
- Melindungi lemak
dalam plasma
darah
- Melindungi
kerusakan minyak
dan lemak makan,
dapat digunakan
sebagai pewarna
alami
b. Anti radiasi
c. Anti mutasi gen
d. Anti tumor
- Menekan
pertumbuhan sel
tumor
- Menekan
pemrosesan
bentuk tumor
- Menekan kanker
payudara yang
tumbuh spontan
e. Menghambat aktivitas enzim
: beberapa enzim yang
terbukti dihambat adalah :
Enzim angiotensin I,
Amilase, Sukrase dan
maltase, Enzim glucosy I
transferase pada mutan
streptokokus, Enzim pemacu
HIV, Enzim tyrosinase
f. Anti peningkatan kolestrol
g. Anti peningkatan tekanan
darah
h. Anti peningkatan kadar gula
darah
i. Anti koreng
j. Anti bakteri
c. Jenis produk teh
Teh yang berasal dari tanaman
teh dibagi menjadi 4 kelompok:
teh hitam, teh oolong, teh hijau,
dan teh putih.
Istilah "teh" juga digunakan
untuk minuman yang dibuat dari
buah, rempah-rempah atau
tanaman obat lain yang diseduh,
misalnya, teh rosehip, camomile,
krisan dan Jiaogulan. Teh yang
tidak mengandung daun teh
disebut teh herbal.
Teh dikelompokan berdasarkan
cara pengolahan. Daun teh
Camellia sinensis segera layu
dan mengalami oksidasi kalau
tidak segera dikeringkan setelah
dipetik. Proses pengeringan
membuat daun menjadi
berwarna gelap, karena terjadi
pemecahan klorofil dan
terlepasnya unsur tanin. Proses
selanjutnya berupa pemanasan
basah dengan uap panas agar
kandungan air pada daun
menguap dan proses oksidasi
bisa dihentikan pada tahap yang
sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering
disebut sebagai "fermentasi"
walaupun sebenarnya
penggunaan istilah ini tidak
tepat.
Pemrosesan teh tidak
menggunakan ragi dan tidak ada
etanol yang dihasilkan seperti
layaknya proses fermentasi yang
sebenarnya. Pengolahan teh
yang tidak benar memang bisa
menyebabkan teh ditumbuhi
jamur yang mengakibatkan
terjadinya proses fermentasi.
Teh yang sudah mengalami
fermentasi dengan jamur harus
dibuang, karena mengandung
unsur racun dan unsur bersifat
karsinogenik.
Pengelompokan teh
berdasarkan tingkat oksidasi:
Teh putih
Teh yang dibuat dari
pucuk daun yang tidak
mengalami proses
oksidasi dan sewaktu
belum dipetik dilindungi
dari sinar matahari untuk
menghalangi
pembentukan klorofil.
Teh putih diproduksi
dalam jumlah lebih sedikit
dibandingkan teh jenis
lain sehingga harga
menjadi lebih mahal. Teh
putih kurang terkenal di
luar Tiongkok, walaupun
secara perlahan-lahan
teh putih dalam kemasan
teh celup juga mulai
populer.
Teh hijau
Daun teh yang dijadikan
teh hijau biasanya
langsung diproses
setelah dipetik. Setelah
daun mengalami oksidasi
dalam jumlah minimal,
proses oksidasi
dihentikan dengan
pemanasan (cara
tradisional Jepang
dengan menggunakan
uap atau cara tradisional
Tiongkok dengan
menggongseng di atas
wajan panas). Teh yang
sudah dikeringkan bisa
dijual dalam bentuk
lembaran daun teh atau
digulung rapat berbentuk
seperti bola-bola kecil
(teh yang disebut gun
powder).
Oolong
Proses oksidasi
dihentikan di tengahtengah antara teh hijau
dan teh hitam yang
biasanya memakan
waktu 2-3 hari.
Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan
teroksidasi secara penuh
sekitar 2 minggu hingga 1
bulan. Teh hitam
merupakan jenis teh yang
paling umum di Asia
Selatan (India, Sri
Langka, Bangladesh) dan
sebagian besar negaranegara di Afrika seperti:
Kenya, Burundi, Rwanda
d. Perbanyakan teh
Tanaman teh dapat diperbanyak
secara generatif dengan biji
maupun secara vegetatif dengan
setek daun.
Secara generatif
Perbanyakan cara ini dengan
menggunakan biji, sebagai
persilangan antara pohon induk
jantan dengan pohon induk
betina .
Secara Vegetatif
Setek daun teh
Bahan setek dapat diambil dari
kebun induk. Ranting yang
diambil sebaiknya telah
mempunyai 10-12 helai dan
ranting dipotong 10-15cm.
e. Pedoman Budidaya
Pembibitan
Pemilihan Lokasi
Lokasi yang dipilih adalah
berdrainase baik dan dekat
dengan kebun yang akan
ditanam, agar lebih mudah
melakukan pengangkutan
Membuat naungan
Naungan kolektif dibuat dengan
tinggi 2 meter di tas tanah,
sedangkan luas bangunannya
tergantung pada kebutuhan bibit
atau luasan tanam
Persiapan media tanam
Top soil dan sub soil secara
terpisah diayak dengan ayakan
kawat beriameter 0.5-1 cm, agar
bebas sisa kotoransampah, atau
batu. Kemudian campur media
dengan pupuk sesuai dengan
dosis anjuran. Jika pH tanah
masam perlu dilakukan
pengapuran terlebih dahulu.
Kemudian isi ke dalam polybag
1/3 sub soil dan 2/3 top soil.
Pembuatan Bedengan
Ukuran bedengan dibuat tinggi
20 cm lebar 1m dan panjang 10-
15m tergantung kebutuhan.
Pengisian kantong plasik
Kantong plastickdiisi 2/3 bagian
kemudian disusun diatas
bedengan.
Pembuatan sungkup plastik
Rangka sungkup plastik dibuat
dari bambu berbentuk setengah
lingkaran dengan tingi bagian
tengah 60 cm dan bagian tepi 40
cm.
Penanaman setek
Siram terlebih dahulu media
tanamnya, sampai cukup basah.
Kemudian ditanamkan setek
sedalam 4-5 cm, lalu tutup
dengan sungkup plastic, biarkan
selama 3 bulan.
Dua minggu setelah 3 bulan
sungkup dibuka 2 jam yaitu dari
pukul 7 sampai 9. Dua minggu
berikutnya 4 jam, kemudian 6
jam/hari, setelah ini sungkup
dapat dibuka seluruhnya.
Penanaman
Langkah-langkah dalam
penanaman tanaman ini
dilapangan adalah sebagai
berikut:
- Pembongkaran pohon
dan pembebasan semak
dan gulma
- Penggemburan tanah
- Pembuatan lubang tanam
- Penentuan waktu tanam
- Jarak tanam, umumnya
jarak tanam yang
digunakan adalah empat
perseguí panjang,
dengan jarak tanam 90 x
120 cm dan 70 x 100 cm.
Dibawah ini terdapat
tabel jarak tanam yang
digunakan dengan jumlah
kerapatan tanaman/ ha
dan produksi pucuk dari
tanaman teh asal setek
yang berumur 2.5 tahun.
Tabel 19 Produksi pucuk basah
pada berbagai tingkat
jarak tanam
Jarak Kerapatan
Tanaman/
ha
Produksi
Pucuk
basah
(Kg)
130-150 5.226 10933.8
100x 140 7.272 11902.5
90 x 120 9.403 14000.0
70 x 130 11.15 14363.0
80 x 100 12.72 18281,3
65 x 105 14.714 19360.0
Pemeliharaan tanaman
Penyiangan
Pengendalian gulma pada
budidaya teh dapat dilakukan
dengan cara mekanis dan cara
kimia. Cara mekanis dilakukan
dengan cara mengorek dan
mencangkul di sekitar tanaman.
Metode ini sangat sesuai untuh
pertanaman teh yang masih
muda.
Pengendalian secara kimia
dengan menggunakan herbisida
hal ini umum dilakukan
perkebunan-perkebunan teh.
Pengendalian cara kimia ini lebih
menguntungkan karena:
- Pemakaian tenaga kerja
lebih sedikit
- Menghindari kerusakan
akar teh muda
- Mengurangi biaya pada
periode berikutnya
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah
satu usaha untuk mendorong
peningkatan produksi. Dengan
adanya pemupukan kebutuhan
tanaman akan unsur hara dapat
dipenuhi.
Dosis pemupukan ditetapkan
berdasarkan analisa tanah dan
tanaman.
Pengendalian hama dan
penyakit
Pengendalian hama dan
penyakit dilakukan sesuai
dengan besarnya tingkat
serangan. Pengendalian ini
dapat dilakukan dengan cara
mekanis dan kinia.
TEKNIK BUDIDAYA
KARET
a.
Tanaman karet merupakan salah
satu komoditi perkebunan yang
menduduki posisi cukup penting
sebagai sumber devisa non
migas bagi Indonesia, sehingga
memiliki prospek yang cerah.
Oleh sebab itu upaya
peningkatan produktifitas
usahatani karet terus dilakukan
terutama dalam bidang teknologi
budidayanya .
Hevea sp. Termasuk famili
Euphorbiaceae. Dari sejumlah.
Tanaman-tanaman lain dapat
menghasilkan karet ternyata
Hevea brasilliensis sebagai
bahan penghasil keret (rubber)
serta evaluasi klon. Spesies lain
yang telah digunakan dalam
breeding karet adalah
H. Benthamiana dan H.
Spruceana.
Dengan ditemukannya teknik
okulasi (1917) maka breeding
keret mulai berkembang dengan
pernyerbukan buatan dan
okulasi sehingga ditemukan
klon-klon yang telah memberikan
produksi 5-6 kali dari produksi
tanaman asal (± 500
kg/Ha/tahun).
Produktivitas karet nasional saat
ini masih relatif rendah (700-800
kg/ha/th) dibandingkan dengan
negara Asia lainnya lain seperti
Thailand (1800kg/ha/th),
Malaysia (1200 kg/ha/th) dan
India (2000 kg/ha/th).
Upaya peremajaan dengan
menggunakan klon karet unggul
serta penerapan teknologi
budidaya karet akan
meningkatkan produksi tanaman
ini.
Berdasar hasil penelitian Puslit
Karet, telah direkomendasikan
klon-klon baru seperti: IRR 5,
IRR32, IRR39, IRR104. Klonklon ini menunjukkan
produktivitas yang baik di
berbagai lokasi tetapi memiliki
variasi karakter agronomi dan
sifat-sifat sekunder lainnya.
Oleh karena itu pemilihan jenis
klon harus disesuaikan dengan
agroekosistem wilayah dan jenis
produk karet yang akan
dihasilkan.
Morfologi tanaman
Tanaman karet berupa pohon
yang tingginya bisa mencapai 25
meter dengan diameter batang
cukup besar. Umumnya batang
karet tumbuh lurus ke atas
dengan percabangan di bagian
atas. Di batang inilah terkandung
getah yang lebih dikenal dengan
lateks
Daun karet terdiri dari tangkai
utama sepanjang 3 -20cm dan
tangkai anak daun sepanjang 3-
10cm dengan kelenjar di
ujungnya. Setiap daun karet
biasanya terdiri dari tiga anak
daun yang berbentuk elips
memanjang dengan ujung
runcing. Daun ini berwarna hijau
dan menjadi kuning atau merah
menjelang rontok.
Seperti tanaman tropis lainnya
daun-daun karet akan rontok
pada puncak musim kemarau
untuk mengurangi penguapan
tanaman.
Karet termasuk
tanamansempurna karena
memiliki bunga jantan dan bunga
betina dalam satu pohon,
terdapat dalam malai payung
yang jarang. Pangkal tenda
bunga berbentuk lonceng dan
diujungnya terdapat lima tajuk
yang sempit.
c. Syarat Tumbuh
Tanaman karet dapat tumbuh
baik dan berproduksi yang tinggi
pada kondisi tanah dan iklim
sebagai berikut:
- Di dataran rendah
sampai dengan
ketinggian 200 m diatas
permukaan laut, suhu
optimal 280
C.
- Jenis tanah mulai dari
vulkanis muda, tua dan
aluvial sampai tanah
gambut dengan drainase
dan aerase yang baik,
tidak tergenang air. pH
tanah bervariasi dari 3,0-
8,0 .
- Curah hujan 2000 - 4000
mm/tahun dengan jumlah
hari hujan 100 -150 hari.
d. Pedoman Budidaya
Untuk mendapatkan tanaman
karet dengan produktivitas tinggi
penggunaan bibit tidak boleh
sembarangan.
Selain dapat ditanam secara
monokultur, karet juga dapat
ditumpangsari dengan berbagai
tanaman lain.
Persemaian Perkecambahan
- Benih disemai di
bedengan dengan lebar
1-1,2 m, panjang sesuai
tempat.
- Di atas bedengan
dihamparkan pasir halus
setebal 5-7 cm. Tebarkan
pupuk kandang setebal 5
cm.
Bedengan dinaungi
jerami/daun-daun
setinggi 1 m di sisi timur
dan 80 cm di sisi Barat.
- Benih direndam zat
pengatur tumbuh akar
selama 3-6 jam (1
1cc/liter air).
- Benih disemaikan, air
perendamannya tadi
siramkan ke benih yang
ditanam tadi.
- Jarak tanam benih 1-2
cm.
- Siram benih secara
teratur, dan benih yang
normal akan
berkecambah pada 10-14
hari setelah semai dan
selanjutnya dipindahkan
ke tempat persemaian
bibit.
Pembibitan
- Tanah dibersihkan dari
rumput dan semak lalu
diratakan, untuk
menghindari areal
tergenang air kemudian
buat parit saluran
drainase
- Benih yang berkecambah
ditanam ke dalam
polybag
- Setelah penanaman
benih lakukan
penyiraman secara
teratur
Perbanyakan tanaman karet
dapat dilakukan secara generatif
maupun vegetatif.
Bentuk bahan tanaman yang
dipersiapkan untuk ditanam
dilapangan dapat diadakan
melalui cara sebagai berikut :
- stump mata tidur (budded
stump)
- stump tinggi (high stump)
- tanaman dalam polybag
Dasar pendekatan untuk
pemilihan bentuk bahan
tanaman adalah :
- memperpendek masa
tidak menghasilkan
(immature)
- membuat pertumbuhan
tanaman yang lebih
seragam.
Namun demikian, cara
perbanyakan yang lebih
menguntungkan adalah secara
vegetatif yaitu dengan okulasi
tanaman.
Okulasi sebaiknya dilaksanakan
pada awal atau akhir musim
hujan dengan tahapan sebagai
berikut:
Okulasi ada 2 macam okulasi
yaitu okulasi coklat dan okulasi
hijau. Teknik Okulasi keduanya
sama.
Teknik Okulasi
- Buat jendela okulasi
panjang 5-7 cm, lebar 1-2
cm.
- Persiapkan mata okulasi
- Buatlah perisai pada
entres dengan ukuran
lebih kecil dari jendela
dan mata diambil dari
ketiak daun
Pisahkan kayu dari kulit
(perisai)
- Bukalah jendela pada
batang bawah kemudian
selipkan perisai diantara
kulit jendela dan
cambium
- Masukkan perisai ke
dalam jendela
Gambar 169 Cara mengokulasi
karet
- Tutuplah kulit jendela
kemudian dibalut dengan
rafia atau pita plastik
yang tebalnya 0,04 mm.
- Setelah 3 minggu, balut
dibuka, jika perisai
digores sedikit masih
hijau segar, maka okulasi
berhasil., jika tidak
diulang 1-2 minggu
kemudian.
- Bila bibit akan
dipindahkan potonglah
miring batang bawah +
10 cm di atas okulasi.
- Bibit okulasi yang
dipindahkan dapat
berbentuk stum mata
tidur, stum tinggi, stum
mini, dan bibit polybag
Klon-klon yang dianjurkan
sebagai bibit batang bawah
adalah: GTI, LCB 1320 dan PR
228.
Persiapan lahan
Ada dua jenis penanaman karet
yaitu newplanting dan replanting.
Newplanting adalah usaha
penanaman karet di areal yang
belum dipakai untuk budidaya
karet. Sementara itu replanting
adalah usaha penanaman ulang
di areal karet karena tanaman
lama sudah tidak produktif lagi
(peremajaan).
Khusus untuk newplanting tahap
awal yang harus dilakukan
adalah memastikan kondisi
lahan sesuai untuk budidaya
karet
Selanjutnya lakukan pekerjaan
pengolahan lahan yang terdiri
dari 3 (tiga) tahapan yaitu:
1. membabat pepohonan
atau semak yang tumbuh
, dapat dikakukan secara
manual atau mekanis
bergantung luas
lahannya
2. Pengumpulan sisa pohon
dan semak dalam satu
tempat, dimana daun dan
rantingnya dapat
digunakan sebagai
bahan kompos,
sedangkan kayu yang
besar-besar sabagai
kayu bakar
3. Pembangunan sarana
jalan baik untuk
pemeliharaan maupun
kegiatan produksi. Jalan
ini diantaranya jalan
utama, jalan antar blok,
jalan kontrol dan jalan
pengangkut lateks.
Pembuatan jalan
berkontur miring
memerlukan
perencanaan dan
pemikiran yang matang.
Penanaman Tanaman
Penentuan jarak tanam
Jarak tanam disesuaikan dengan
tajuk tanaman, jika tajuk
tanaman tinggi dan lebar maka
jarak tanam semakin jauh jarak
antartanamannya. Jarak
tanaman yang lebar ini
diharapkan tidak mengganggu
pertumbuhan perakaran dan
perkembangan tajuk tanaman.
Pembuatan lubang tanam
Lahan/kebun diolah sebaik
mungkin sebelumnya. Buat
lubang tanam dengan jarak
tanam yang sudah ditentukan .
Setelah ditentukan dan ditandai
dengan ajir, lubang tanam
segera dibuat. Ukuran lubang
tanam disesuaikan dengan jenis
karet dan stadium bibit.
Bentuk lubang tanam tidak harus
kubus, tetapi juga dapat
berbentuk silinder atau kerucut
yang semakin menyempit ke
dalam lubang.
Setelah digali dengan ukuran
yang sesuai, lubang tanam
kemudian dibiarkan terkena
panas matahari selama dua
minggu agar bibit hama dan
penyakit yang ada didalamnya
mati.
Penanaman
Setelah bibit dan lubang tanam
siap, maka penanaman dapat
dilakukan. Jika bibit yang
ditanam merupakan bibit yang
diambil dari lahan, akar
tunggangnya harus masuk lurus
ke dalam tanah.
Akar tunggang yang arahnya
miring dapat mengakibatkan
tumbuh tanaman terhambat.
Jika sumber bibit berasal dari
okulasi dalam kantong plastik,
media disekitar bibit harus padat
dan tidak pecah.
Buka plastik pembungkus
kemudian bibit dimasukkan ke
dalam lubang tanam dan diurug
dengan tanah yang ada
disekitarnya.
Gambar 183 Penimbunan
lubang tanam
setelah pindah tanam
dengan
mempergunakan
tenaga manusia
Untuk mengetahui bahwa
kantong plastik tidak ikut
tertanam, gantungkan kantung
tersebut pada ajir yang
menentukan jarak tanam.
Penanaman tanaman
penutup tanah
Penanaman tanaman penutup
tanah di lahan karet dilakukan
untuk mencegah erosi dan
mempercepat matang sadap.
Ada tiga kelompok tanaman
yang dapat digunakan yaitu
tanaman merayap, semak dan
pohon.
Tanaman merayap yang baik
digunakan adalah jenis kacangkacangan.
Kelompok semak yang baik
digunakan antara lain Crotalaria
usarmoensis, C-juncea dan jenis
pepohonan yang sering
dimanfaatkan adalah petai cina
(Leucaena glauca).
Untuk mengefisienkan lahan,
perkecambahan benih kacangan
dapat dilakukan dekat dengan
lahan yang akan ditanam karet
atau lahan peremajaan.
Lakukan pengairan untuk
mengatur letak tanaman
dalam barisan.
- Luka potong akar tunggal
dan akar lateral diolesi
dengan pasta Rootone F
dosis 125 mg ditambah
dengan air 0,5 ml untuk
satu stump.
- Pembungkus okulasi
dilepas agar tidak
mengganggu
pertumbuhan dan bibit
siap ditanam.
Pemeliharaan
Perawatan tanaman sebelum
panan
Tanaman yang belum
menghasilkan ini berumur sekitar
1-4 tahun. Perawatan tanaman
ini umumnya sama dengan
perawatan tanaman perkebunan
lainnya yaitu:
- Penyulaman, tidak
semua bibit karet yang
ditanam hidup
seluruhnya, oleh karena
itu dibutuhkan
penyulaman.
- Penyiangan, Lakukan
penyiangan untuk
menghindari persaingan
tanaman didalam
pengambilan unsur hara.
Kegiatan penyiangan
sebenarnya dapat
dilakukan setiap saat,
yaitu ketika pertumbuhan
gulma sudah
mengganggu
perkembangan tanaman
karet. Meskipun
demikian, umumnya
penyiangan dilakukan
tiga kali dalam setahun
untuk menghemat tenaga
dan biaya.
- Pemupukan, kegiatan ini
dilakukan untuk memacu
pertumbuhan karet muda
dan mempercepat
matang sadap. Kegiatan
pemupukan dapat
dilakukan dengan
dengan dua cara yaitu,
manual circle dan
chemical strip weeding.
Pada cara pertama
(manual circle) lubang
dibuat melingkari
tanaman. Hal ini
disebabkan perakaran
tanaman semakin
bertambah luas seiring
dengan bertambahnya
umur tanaman. Untuk
tanaman berumur 3-5
bulan lubang melingkari
dengan jarak 20-30cm, 6-
10 bulan dengan jarak
40-60cm, 21-48 bulan
dengan jarak 40-60cm,
dan lebih 48 bulan
dengan jarak 50-120cm.
Lubang dibuat dengan
kedalaman 5-10 cm,
kemudian pupuk
ditaburkan ke dalamnya
dan ditutup dengan
tanah. Pada cara kedua
chemical strip weeding
pupuk diletakkan pada
jarak 1-1.5 meter dari
barisan tanaman.
Caranya sama tanah
digali, kemudian
masukkan pupuk dan
akhirnya tutup kembali
dengan tanah.
Pemupukan sebaiknya
tidak dilakukan pada
pertengahan musim
penghujan, karena pupuk
mudah tercuci, idealnya
pemupukan dilakukan
pada pergantian musim
hujan ke musim kemarau.
Dosis pupuk yang
digunakan disesuaikan
dengan jenis tanahnya.
Pemupukan pada
tanaman belum
menghasilkan
frekuensinya sekali
setahun, sedangkan
pada karet yang telah
menghasilkan dua kali
setahun. Pemberian
pupuk yang paling baik
adalah dengan cara
menggabungkan paling
tidak 3 jenis pupuk untuk
menghemat tenaga kerja.
Atau penggunaan pupuk
majemuk yang banyak
beredar di pasar.
Seleksi dan penjarangan,
kegiatan ini dilakukan
untuk memilih tanaman
yang jelek dan
menggantikannya
dengan bibiot baru yang
bagus. Seleksi juga
dilakukan bagi tanaman
yang terserang penyakit,
agar tidak tertular dengan
tanaman lainnya.
Penyulaman dilakukan
untuk mengganti
tanaman yang telah mati
sampai dengan tanaman
telah berumur 2 tahun
pada saat musim
penghujan. Tunas palsu
harus dibuang selama 2
bulan pertama dengan
rotasi 2 minggu sekali,
sedangkan tunas lain
dibuang sampai tanaman
mencapai ketinggian 1,80
m.
- Pemeliharaan penutup
tanah, tanaman penutup
tanah ini juga mendapat
perawatan yang sama
dengan tanaman
karetnya. Pemupukan
dan pengendalian hama
penyakit juga dilakukan
agar tanaman penutup
tanah ini subur dan dapat
menjalankan fungsi
positif untuk tanaman
karet.
- Setelah tanaman
berumur 2-3 tahun,
dengan ketinggian 3,5 m
dan bila belum
bercabang, perlu
diadakan perangsangan
dengan cara pengeratan
batang, pembungkusan
pucuk daun dan
pemenggalan
Pengendalian hama dan
penyakit
Hama
Pseudococcus citri
Pengendaliannnya dengan
menggunakan insektisida jenis
Metamidofos, dilarutkan dalam
air dengan konsentrasi 0,05 -
0,1%.
Kutu Lak (Laeciper greeni)
Dapat diberantas dengan
insektisida Albolinium
(Konsentrasi 2%) ditambah
Surfactan citrowett 0,025%.
Penyakit
Penyakit-penyakit yang ditemui
pada tanaman karet adalah:
- penyakit embun tepung
- penyakit daun
- penyakit jamur upas
- penyakit cendawan akar
putih
- penyakit gugur daun.
Pencegahannya dengan
menanam Klon yang sesuai
dengan lingkungan dan lakukan
pengelolaan , tanaman secara
tepat dan teratur:
Penyadapan
Penyadapan pertama dilakukan
setelah tanaman berumur 5-6
tahun. Tinggi bukaan sadap
pertama 130 cm dan bukaan
sadap kedua 280 cm diatas
pertautan okulasi.
Kriteria matang sadap
Kriteria umum untuk
menentukan tanaman karet
sudah matang sadap atau belum
dengan kriteria:
- Umurnya, Biasanya
karet sudah mulai dapat
disadap setelah berumur
5 tahun
- Lingkar batang Jika lilit
batang sudah mencapai
45cm yang diukur pada
jarak 100 cm dari
pertautan okulasi, pohon
karet sudah masuk
kriteria matang sadap.
Pengukuran lilit batang ini
dpat dilakukan dengan
metode sampel, tidak
perlu seluruh tanaman
karet diukur (sekitar 65%
dari jumlah seluruh
tanaman).
Frekuensi penyadapan
Frekuensi penyadapan adalah
selisih waktu penyadapan yang
dinyatakan dalam satuan waktu
hari (d=day), minggu (w=week),
bulan , dan tahun (y=year).
Kegiatan penyadapan yang
dilakukan setiap hari dinyatakan
dengan d/1, dua hari sealil
dinyatakan dengan d/2, dan
seterusnya.
Untuk kegiatan penyadapan
yang dilakukan secara berkala,
lama penyadapan yang
dinyatakan dengan pembilang
dan lamanya putaran atau rotasi
sampai kulit disadap kembali
dinyatakan dengan penyebut.
Misalnya, pohon karet yang
disadap selama 3 minggu dalam
kurun waktu sembilan minggu
atau dengan masa istirahat
selama 6 bulan dinyatakan
dengan 3-W/9.
Sadapan yang berpidah tempat
kulit batang, disadap di dua
bidang sadap berbeda dengan
bergantian menurut selisih waktu
tertentu.
Sistem ini dinyatakan dengan
perkalian dua faktor didalam
tanda kurung (..... x ....). Kedua
faktor tersebut adalah jumlah
bidang sadap terpakai dan nilai
bagi dari lamanya penyadapan.
Angka pembaginya merupakan
lamanya rotasi sadapan.
Misalnya : d/2(2 x 2 d/4) adalah
penyadapan dua bidang sadap
secara bergantian dengan pohon
yang disadap dua hari sekali.
Hal yang perlu diperhatikan
dalam penyadapan antara lain:
- Pembukaan bidang
sadap dimulai dari kiri
atas kekanan bawah,
membentuk sudut 300.
- Tebal irisan sadap
dianjurkan 1,5 - 2 mm.
- Dalamnya irisan sadap 1-
1,5 mm.
- Waktu penyadapan yang
baik adalah jam 5.00 -
7.30 pagi.
Gambar 191 Bidang sadap karet
Peremajaan karet
Penentuan saat peremajaan
bagi tanaman tahunan
khususnya tanaman karet yang
dipraktekkan oleh baik
perkebunan-perkebunan besar
ataupun kecil belum ada satu
dasar ekonomi yang seragam.
Ditinjau dari persyaratan
ekonomis kadang-kadang
keputusan yang diambil untuk
meremajakan tanaman karet
suatu perkebunan belum dapat
dikatakan memenuhi syarat.
Tidak jarang suatu perkebunan
mendasarkannya pada
ketetapan umur tanaman karet
yang dianggap menguntungkan,
tetapi ketetapan umur itu
seakan-akan merupakan suatu
rumus yang tidak pernah
berubah, sekalipun keadaan
harga karet mengalami
penurunan.
Gambar 192 Pertanaman karet
belum
menghasilkan
Pengukuran keuntungan
perkebunan karet
Sebelum menerangkan tentang
metode ekonomis dari pada
peremajaan kiranya perlu
dikemukakan lebih dahulu
tentang bagaimana cara
mengukur keuntungan daripada
usaha perkebunan tanaman
perenial. Berbeda dengan usaha
tanaman setahun.
Pada tanaman perenial satu
siklus penanaman membutuhkan
waktu yang sangat panjang.
Sehingga modal yang
diinvestasikan memerlukan
perhitungan yang cukup
kompleks.
Adapun kriteria yang biasa
digunakan untuk mengukur
keuntungan perusahaan
perkebunan tanaman perenial
adalah sebagai berikut.
a. net discounted revenue
(NDR)
yakni mengukur keuntungan
berdasarkan perhitungan selisih
antara nilai kini kumulatif
pendapatan kotor dengan nilai
kini kumulatif pengeluaran.
Pengukuran dengan NDR dapat
menggambarkan secara
kwantitatif dari keuntungan yang
diperoleh selama masa investasi
(sampai tanaman diremajakan).
b. benetif cost ratio (BCR)
yaitu nilai kini dari kumulatif
pendapatan kotor dibagi dengan
nilai kini dari pada kumulatif
pengeluaran. BCR dapat
menggambarkan keuntungan
relatif selama masa investasi
(sampai tanaman diremajakan).
c. internal rate of return
(IRR)
yaitu suatu tingkat suku bangsa
yang bila dikenakan pada usaha
tanaman tersebut, perusahaan
akan mengalami tidak rugi atau
nilai kini dari kumulatif
pengeluaran sama dengan nilai
kini kumulatif pendapatan kotor.
Metoda penentuan
saat peremajaan
Tujuan yang utama dari suatu
perusahaan adalah keuntungan
yang setinggi-tingginya.
Oleh sebab itu perusahaan
perkebunan yang hendak
meremajakan tanamannya tak
lepas dari perhitungan akan
keuntungan ekonomi
perkebunan yang diperoleh.
Berikut mencoba menerangkan
tentang penentuan saat
peremajaan ditinjau dari segi
ekonomi agar prinsip mencari
keuntungan setinggi-tingginya
bisa dicapai.
Pertimbangan mendasar
(break even point).
Suatu cara yang banayk dipakai
untuk menentukan saat
peremajaan oleh perkebunan
adalah pertimbangan
berdasarkan break even point
maksudnya adalah : saat
peremajaan dilakukan apabila
pendapatan yang terakhir yang
diproleh dari tanaman yang
produksinya telah menurun
sama dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan.
Atau dengan perkataan lain
peremajaan dilakukan ketika
pendapatan marjinal sama
dengan biaya marginal.
Cara ini bila ditinjau dari segi
keuntungan perkebunan
sebenarnya cukup rasional; oleh
karena disamping dapat
memungutt hasil tanaman
secara maksimal juga dapat
mengambil mengambil
keuntungan sampai tanaman itu
tidak mampu lagi mendatangkan
keuntungan.
Dalam praktek metoda ini sering
dijumpai beberapa kelemahan,
antara lain yaitu cara
memperhitungkan break even
point.
Pada tanaman yang sudah tua
ongkos-ongkos yang dikeluarkan
biasanya rendah. Manakala
tanaman tidak lagi diadakan
pemupukan perumputan, dan
sebagainya. Sehingga dalam
perhitungan break even point,
hanya terdiri dari ongkos
penyadapan dan ongkos
pengolahan.
Akibatnya break even poinnya
menjadi rendah. Karena break
even point rendah tidak jarang
beberapa perkebunan
memperbolehkan tanamantanaman tua yang berproduksi
rendah masih juga disadap.
Sebab pendapatan yang
diperoleh masih lebih tinggi dari
break even point.
Kelemahan lain dari cara diatas
ialah bahwa keuntungan
kumulatif yang maksimal tidak
berarti berlaku maksimal
terhadap rata-rata keuntungan
persatuan waktu.
Perencanaan peremajaan karet
Hendaknya rencana peremajaan
telah disusun tiga tahun sebelum
dilakukan penumbangan pohon
karet tua. Hal ini didasarkan
kepada pertimbangan sebagai
berikut :
a. Merupakan tindakan
ekonomis yang tepat
b. Tergantung kepada
keadaan tanaman,
penyadapan terakhir dari
karet tua dengan sistem
deres arah keatas, jika
mungkin dengan
menggunakan stimulasi
ethrel dapat dilaksanakan
dengan intensitas
tertentu selama ± 3
tahun.
c. Untuk memperoleh atau
menghasilkan kayu
okulasi, diperlukan waktu
± 2 tahun, sejak
penanaman batang
bawah, sampai saat yang
sesuai untuk diokulasi.
Waktu untuk memulai
penyadapan terakhir adalah
pada awal tahun bukaan
sadapan (yaitu bulan Mei di
sumatera utara), dan untuk
membangun pembibitan pada
musim jatuh biji
(Agustus/September).
Bahan tanaman karet
Peremajaan tanaman karet baru
dilakukan setelah umur kurang
lebih 30 tahun.
Berarti penyadapan bahan
tanaman yang baik adalah dasar
yang menentukan untuk masa
depannya.
Bermacam-macam bahan
tanaman karet dapat dibedakan
antara :
a. sifat keturunannya
(genetisnya) : klon-klon
keret.
b. Bentuk bahan tanaman :
stum mata tidur, stum
tinggi dan tanaman
polybeg.
Evaluasi klon
Produksi
Sifat produksi tinggi adalah yang
terutama harus memiliki klon
unggul. Produksi selama
penyadapan (± 25 tahun)
mempunyai fase sebagai berikut:
1. trend meningkat
(tanaman teruna)
2. trend merata pada level
yang tertinggi (tanaman
dewasa).
3. trend menurun (tanaman
tua).
Selama periode penyadapan,
terdapat banyak faktor luar
maupun faktor biologis yang
mempengaruhi banyaknya
produksi, maka sifat-sifat
biologis lainnya yang disebut
sebagai sifat sekunder harus
dinilai.
Gambar 193 Penimbangan
lateks
Pertumbuhan
Pertumbuhan Batang sebelum
tanaman menghasilkan
menunjukkan kecepatan
mencapai matang sadap (masa
TBM) sedang besarnya
pertumbuhan setelah disadap
menunjukkan trend produksi
tanaman dewasa.
Pertumbuhan batang adalah
sifat yang mempunyai nilai
ekonomis yang penting karena :
- kecepatan pertumbuhan
masa remaja (immature =
TBM) menunjukkan
periode tanaman tidak
menghasilkan
- pertumbuhan setelah
disadap, menunjukkan
trend produksi tanaman
dewasa.
Pertumbuhan batang yang
selama dua tahun pertama relatif
lambat (GT 1 : ± 7 cm/ tahun)
tahun ketiga dan keempat
percabangan sudah terbentuk
sehingga pertumbuhan lebih
cepat (GT 1 : ± 12 cm/tahun),
tahun kelima mulai menurun
karena tajuk sudah mulai
menutup (± 10 cm/tahun).
Sesudah tanaman disadap,
pertumbuhan makin berkurang.
Ketahanan Terhadap Penyakit
Penyakit daun
Kerusakan atau kerugian akibat
penyakit daun pada karet di
indonesia sampai sekarang
belum separah penyakit daun
(SALB) oleh
Microcyclus ulei di Amerikan
Selatan.
Penyakit daun oleh
Phytophthora palmivora di India
Dan Oedium hevea di Ceylon.
Dua penyakit tersebut yang ada
di Amerika Selatan dan India
ternyata hingga saat ini belum
ada di Indonesia kerena
pemberantasan penyakit daun
sangat sulit, maka ketahanan
ataupun toleransi tanaman
terhadap penyakit ini sangat
diperhatikan oleh pemulia
tanaman
HIDROPONIK
a.
Hidroponik berasal dari kata
Yunani, yang terdiri dari dua kata
yaitu hudor dan ponos. Hudor
artinya air sedangkan ponos
artinya kerja atau daya. Secara
harfiah hidroponik artinya
memberdayakan air.
Pengertian yang lebih luas dari
hidroponik adalah: teknik
bercocok tanam tanpa
menggunakan tanah sebagai
media tanamnya.
Prinsip budidaya tanaman
secara hidroponik adalah
memberikan/menyediakan nutrisi
yang diperlukan tanaman dalam
bentuk larutan dengan cara
disiramkan, diteteskan, dialirkan
atau disemprotkan pada media
tumbuh tanaman.
Keuntungan dan kelebihan
1. Keberhasilan tanaman
untuk tumbuh dan
berproduksi lebih terjamin
2. Dapat dilakukan dimana
saja tidak tergantung sifat
fisik dan kimia tanah, dan
dapat dilakukan pada
lahan yang sempit
ataupun gersang.
3. Produktivitas tanaman
lebih tinggi serta lebih
kontinu
4. Perawatan terhadap
gangguan hama dan
penyakit lebih terkontrol
serta lebih praktis
5. Pertumbuhan tanaman
lebih cepat
6. Kualitas hasil lebih baik
(bersih & tidak rusak)
7. Penggunaan pupuk lebih
hemat (efisien)
8. Efisiensi tenaga kasar
(misalnya mencangkol,
membajak, dan lain-lain)
9. Beberapa jenis tanaman
dapat ditanam diluar
musimnya.
10. Tidak ada risiko
kebanjiran, erosi,
kekeringan atau
ketergantungan pada
kondisi alam
11. Harga jual relatif lebih
tinggi
Prinsip-prinsip dasar hidroponik
dapat diterapkan dalam macammacam cara, yang dapat
disesuaikan dengan persyaratan
finansial maupun keterbatasan
ruang.
Metoda Bercocok Tanam
Hidroponik
Metoda bercocok tanam
hidroponik dapat dibagi menjadi
7 (tujuh) katagori berdasarkan
media tempat tumbuh tanaman,
yaitu:
1. Metoda Kultur Air
2. Metoda Substrat
3. Metoda Nutrient Film
Technique (NFT)
4. Metode Aeroponik
5. Hidroponik Rakit Apung
(Floating raft hydroponic
system)
6. Kombinasi NFT-Rakit
Apung
7. Kombinasi AeroponikRakit Apung
Metode Kultur Air
Metode ini menggunakan air
sebagai media tumbuh tanaman.
Pada metoda ini tumbuhan
ditanam semata-mata dalam air,
yang dilengkapi dengan larutan
zat makanan.
Gambar 194 Komponenkomponen penyusun
dalam kultur air
Wadah/tempat/pot dapat
berupa stoples, tabung kaca,
plastik, dan lain-lain yang
disesuaikan dengan jenis
tanaman yang akan ditanam
dan wadah yang tersedia.
Cara penanaman dengan
metode kultur air
Tahapan persiapan
Menanam dengan menggunakan
metode kultur air merupakan
cara yang paling sederhana dan
murah.
Cara bercocok tanam dengan
metode ini, paling cocok jika
menggunakan wadah/pot yang
hanya memuat satu atau dua
tanaman dalam satu pot.
Bahan pot yang digunakan dapat
dari kaca bening, vas bunga,
mangkuk. Pot dari tanah liat
maupun botol-botol bekas.
Penggunaan wadah yang
terbuat dari kaca bening sangat
menarik karena hal ini
menjadikan perakaran tersebut
sebagai bagian dari keindahan
tanaman itu sendiri, bersama
dengan daun dan bunganya.
Agar akar tanaman dapat
bertumpu tegak pada tempatnya
kita dapat menggunakan kerikil,
pasir, atau potongan batu bata
yang sebelumnya telah
dibersihkan dahulu dengan air
panas.
Gambar 196 Menanam
tumbuhan dalam air
dengan menggunakan
gabus dan kapas
sebagai penyangga
Seluruh alat yang kita gunakan
dalam budidaya hidroponik ini
harus terlebih dahulu disterilkan,
dengan menggunakan sikat dan
air panas.
Pembibitan
Cangkok
Kebanyakan tanaman dapat
ditumbuhkan tanpa kesulitan
yang besar dari benih-benihnya
dan sejumlah tanaman-tanaman
lain dapat ditumbuhkan dari
cangkokan.
Benih dari berbagai jenis
tanaman dapat dibeli dari tokotoko maupun perusahaan yang
cukup banyak jumlahnya.
Suatu cangkokan ialah sepotong
tanaman yang dipisahkan dari
akar, batang atau daun sebuah
tanaman yang telah dewasa.
Cangkokan itu ditempatkan
dalam sejenis media penanaman
dan dirawat dengan baik, agar
potongan ini dapat berkembang
menjadi satu tanaman tersendiri
yang berasal dari induk jenisnya.
Benih
Untuk sumber bibit yang berasal
dari benih maka harus
disemaikan terlebih dahulu
Ada beberapa benih yang
mudah berkecambah akan tetapi
ada sebagian yang sulit. Untuk
benih yang membutuhkan
perlakukan khusus atau yang
sulit berkecambah maka perlu
dilakukan persemaian.
Umumnya benih tanaman yang
relatif lebih besar dapat ditanam
secara langsung pada wadah
yang telah disiapkan, sebaliknya
benih yang kecil maka harus
disemai terlebih dahulu baru
dilakukan pindah tanam.
Yang harus diperhatikan dari
penggunaan sumber bahan
tanam dari benih ini adalah
bahwa setiap benih memerlukan
kebutuhan-kebutuhan khusus
yang berbeda.
Benih-benih ini dapat
dikecambahkan pada bak
kecambah atau wadah lainnya.
Pindah tanam
Tanda awal dari bibit dapat
dipindahtanamkan adalah telah
kelihatan 2 daun pada bibit yang
telah berkembang sempurna.
Gunakan sebuah sendok untuk
menggali semaian dari
tempatnya. Lakukan dengan
hati-hati agar bibit tidah patah.
Jangan memegang bibit pada
batangnya, karena batang itu
sangat rapuh bahkan kalau
dilakukan dengan hati-hati tetap
dapat merusaknya secara fatal.
Juga tidak dibenarkan
memegang semaian pada
akarnya.
ika tanaman pada awalnya kita
bibitkan terlebih dahulu pada
media tanah, maka sebelum
ditanam dengan sistem
hidroponik terlebih dahulu
akarnya dibersihkan dari tanah
dan kotoran yang menempel.
Untuk bahan tanaman yang
berasal dari cangkok, maka
berikut ini cara praktis untuk
memindahkannya.
1. Bentangkan
lembaran-lembaran
surat kabar di atas
sebuah meja atau
tempat bekerja.
2. Tempatkan sebelah
tangan di atas
permukaan tanah dari
tanaman, dan
letakkan batangnya
dengan kukuh
diantara 2 jari.
3. Pegang dasar pot
dengan tangan,
kemudian dengan
hati-hati tarik keluar
tanaman beserta
akar-akarnya, serta
tanah yang melekat
padanya.
4. Kalau tanaman masih
tidak mau lepas,
benturkan pot dengan
hati-hati beberapa kali
pada satu permukaan
yang keras. Kalau
masih juga belum
dapat dilepas;
gunakan pisau yang
tumpul untuk
mengorek bagian atas
dari tanah.
5. Hilangkan semua,
gumpalan tanah yang
masih melekat pada
akar-akar tanaman
6. Bilas dengan air
hangat
7. Jangan
menambahkan larutan
zat makanan apa pun,
pada awal pindah
tanaman cangkokan
karena dapat
menyebabkan
tanaman stres.
Setelah lewat
seminggu, buanglah
airnya baru
dimasukkan air lain
yang dicampur
dengan larutan zat
makanan.
8. Buat sanggahan
dalam bentuk selapis
kerikil, atau pecahan
gerabah, arang kayu
atau batu bata.
Potongan arang kayu
dapat bertindak
sebagai penyaring
alami dan membuat
air tetap jernih serta
mencegah tumbuhnya
lumut.
Penanaman
Terlebih dahulu siapkan wadah
tempat pertanaman yang besar
kecilnya disesuaikan dengan
jenis tanaman yang akan
dibudidayakan.
Pada bagian atas dari wadah
tutup dengan gabus, tutup gabus
ini dapat dilubangi, yang
lubangnya disesuaikan dengan
besar kecilnya tanaman.
Kemudian letakkan tanaman
pada lubang gabus tadi dan agar
tidak goyah sumbat dengan
kapas steril.
Sumber air irigasi untuk
pertanaman ini dapat
menggunakan air dari
perusahaan air minum ataupun
air sumur yang terlebih dahulu
dicek pH nya
Perawatan
Perawatan yang terpenting dari
metode penanaman secara
hidroponik ini adalah
penggantian air dan
pengecekkan pH secara teratur.
Pemupukan
Sewaktu pemberian hara pada
tanaman maka pH juga perlu
diperhatikan pH yang terlalu
rendah atau terlalu tinggi dapat
menghambat pertumbuhan
tanaman.
Jumlah dan konsentrasi pupuk
yang ditambahkan dipengaruhi
oleh jenis dan fase pertumbuhan
tanaman.
Konsentrasi hara yang terlalu
tinggi akan berakibat pada
rusaknya perakaran tanaman.
Untuk menghemat waktu maka
penyiapan hara dapat dilakukan
seminggu sekali dengan
mencampur hara dalam galon
yang kemudian menyimpannya.
Sirkulasi air
Air yang ada dalam wadah
hidroponik, sebaiknya diganti
setiap 3 atau 4 minggu sekali,
bergantung pada jenis
tanamannya.
Tujuan penggantian air adalah
untuk menghindari timbulnya
ganggang atau lumut yang dapat
menggagu tanaman.
Metode Substrat
Yaitu menumbuhkan tanaman
dalam media padat (bukan
tanah), umunya digunakan untuk
mengusahakan sayuran atau
buah yang bernilai tinggi.
Media padat antara lain dapat
arang (kayu, sekam padi), pasir,
perlit, zeolit, gambut, kerikil,
potongan sabut kelapa, pakis,
pecahan genteng/batu bata, batu
apung, dan sebagainya
Larutan nutrisi diberikan dengan
cara disiram / dialirkan lewat
sistem irigasi. Sistem irigasi yg
biasa dipakai pada Hidroponik
Substrat yaitu sistem air
mengalir ataupun irigasi tetes
(drip irigation).
Pada sistem air mengalir:
air/larutan hara dialirkan terus
sehingga tidak ada air yang
tergenang.
Kelebihan sistem irigasi ini
dibandingkan dengan air
menggenang yaitu zat hara
yang tercampur dalam air tidak
mengendap sehingga akar tetap
menyerap zat hara dalam
konsentrasi yang sama dan tidak
menimbulkan cekaman
Nutrient Film Technique
Yaitu model budidaya
hidroponik dengan meletakkan
akar tanaman pada lapisan air
(nutrien) yg sangat tipis (± 3 mm)
sebagai medianya.
Umumnya metode ini digunakan
untuk sayuran berumur pendek
(misalnya: pakchoy, caysim,
lettuce, kailan, bayam dan
kangkung).
Sayur Buah seperti Tomat,
paprika & mentimun juga dapat
dibudidayakan dengan cara ini
tetapi dibatasi hanya 2-3 talang
per bed agar tanaman tumbuh
melebar.
Keunggulannya:
1. Air yang diperlukan tidak
banyak
2. Kadar O2 terlarut dalam
larutan hara cukup tinggi
3. Air sebagai media
mudah didapat dengan
harga murah
4. pH larutan mudah diatur
5. Ringan, sehingga dapat
disangga dengan talang
6. Wadah berupa selokan
panjang yang sempit
terbuat dari plat logam
tipis tahan
Gambar 198 Hara pada Bak
dialirkan dengan bantuan
pompa masuk ke paralon
berbentuk O. Dari
paralon tersebut nutrien
dialirkan ke talang
penanaman dan melalui
selang inlet akan
mengalir dalam talang
yang dibuat miring akan
masuk kembali ke dalam
paralon melalui selang
outlet menuju tangki
penampungan
Aeroponik
Prinsip kerja aeroponik: air yg
berisi larutan hara disemprotkan
dalam bentuk kabut hingga
mengenai akar tanaman yg
menggantung
Pada sistem ini tanaman
ditanam dengan cara
menggantung di dalam suatu
bak.
Agar dapat berdiri, pangkal
batang dimasukkan ke dalam
helaian Styrofoam (2 cm) yang
telah dilubangi.
Daya dukung styrofoam setebal
2 cm tidak dapat dibebani
dengan biomass tanaman yg
terlalu berat (berat maksimum yg
dapat disangga styrofoam
sekitar 3 kg/m² agar styrofoam
tidak melengkung/ pecah/ patah.
Gambar 199 Sayuran yang
ditanam dengan
aeroponik
Sayuran yang dapat ditanam
dengan aeroponik adalah
pakchoy, caysim, kailan, lettuce,
bayam, kangkung, serta sayuran
lain yang ringan. Untuk tanaman
tomat, paprika, timun, terong,
kurang sesuai ditanam dengan
metode ini karena terlalu berat.
Plastik dipasang untuk
menampung larutan hara yang
tidak diserap tanaman.
Diatasnya diberi rangka untuk
menyangga styrofoam
Selang PE yg diletakkan di dasar
plastik, sebagai tempat
mengalirnya larutan hara
Selang PE yg masuk ke dalam
plastik, berguna untuk
mengalirkan larutan hara
Paralon dibawah plastik
digunakan untuk menampung
sisa larutan yang tidak terserap
tanaman kemudian
mengalirkannya ke tandon
(tempat penampungan)
Akar yang dibiarkan menjuntai
akan menyerap larutan hara
yang disemprotkan melalui
sprinkler
Hidroponik Rakit Apung
Metode ini adalah cara
menanam tanaman dengan
cara diapungkan di permukaan
air, atau akar tanaman menjuntai
ke dalam air. Styrofoam
digunakan di atas air yg diberi
lubang untuk menancapkan bibit
sayur (bibit bisa diganjal dengan
busa agar dpt berdiri dan tidak
jatuh ke dalam air.
Keuntungannya:
1. Jika aliran listrik mati
selama seharipun,
pertumbuhan tanaman
tidak terpengaruh
2. Pemakaian listrik sangat
sedikit hanya untuk
menjalankan pompa
pada saat mengisi air ke
kolam dan menjalankan
aerator
3. Perawatan instalasinya
relatif mudah dan murah
karena tidak
memerlukan pompa air
khusus, timer, selang
polyethylene, dan lain
lain.
Kekurangannya:
Biaya awal untuk membuat
kolam cukup besar, dan
kemungkinan kebocoran cukup
tinggi.
Hidroponik rakit apung.
Tanaman diapungkan diatas
kolam
Papan dibuat melintang, untuk
Memudahkan menanam bibit di
Bagian tengah
Akar Tanaman dibuat menjuntai
untuk menyerap larutan hara
Caisim Ditanam bersama kailan
dalam Rakit apung
Kombinasi Nutrient Film
Technique (NFT) dengan Rakit
Apung
Metode ini dibuat untuk
memanfaatkan larutan hara yang
terdapat dalam tandon (bak/
reservoir). Dari bak tersebut
larutan hara disirkulasi kembali
ke bed untuk memberi makan
tanaman. Bak tersebut
dimanfaatkan sebagai tempat
hidroponik rakit apung
Kombinasi Hidroponik Nutrient
Film Technique dengan
Hidroponik Rakit Apung
Persiapan Penanaman
kombinasi Antara aeroponik &
Hidroponik Rakit Apung
Kombinasi Hidroponik Rakit
apung dengan Aeroponik.
Larutan hara yg terkumpul
dalam tandon (kolam),
dimanfaatkan untuk hidroponik
Rakit apung
Vertikultur
Vertikultur adalah teknik
bercocok tanam yang dilakukan
dengan menempatkan media
tanam dalam wadah-wadah
yang disusun secara vertikal (ke
atas)
Wadah dapat berupa pot atau
kolom
Keuntungannya:
1. dapat bertani di lahan
sempit
2. dapat dilaksanakan pada
daerah dengan kondisi
lahan yang kurang subur
3. pada prinsipnya sama
dengan tanaman yg
ditanam di pot, tidak
tergantung pada kondisi
lahan setempat
4. Tida k terlalu menyita
waktu
5. Perawatan mudah
6. lebih menghemat
penggunaan air
Gambar 200 Pot dan Pipa PVC
yg disusun vertikal
menyerupai rak
Gambar 201 Beberapa
peralatan dan cara
pembuatan lubang tanam
pada kolom vertikal bambu
Gambar 202 . Teknik pembuatan
lubang tanam pada
wadah tanam
Gabar 203 Wadah yg telah siap
diisi mediaTanam &
ditanami
Gambar 204. Beberapa model
susunan kolum
horizontal bambu (Sket)
Gambar 205 Kolom Horizontal
bambu yang telah
disusun dan siap
untuk ditanami
Gambar 206 . Sawi/ Caisin yang
dibudidayakan dalam
kolom vertikal paralon
Gambar 207 Slada yang
dibudidayakan dalam
kolom vertikal paralon
Gambar 208 Sawi sendok yg
dibudidayakan secara
vertikal
Metoda Arus Kontinyu
Metoda ini menuntut
digunakannya 3 buah tempat,
yang harus diatur sedemikian
rupa sehingga lokasinya
bertingkat-tingkat antara satu
dengan lainnya.
1. Tempat yang letaknya
paling tinggi berisikan
larutan zat makanan. Dari
tempat ini dipasang
sebuah pipa atau sejenis
saluran yang
bersambungan dengan
tempat di tengah
2. Tempat yang ditengah
merupakan tempat
tanaman. Pada tempat ini
dipasang sebuah pipa
atau saluran dekat lantai
sehingga dapat
mengantar larutan zat
makanan.
3. Tempat ke tiga ini
merupakan tempat
penampungan larutan
zat makanan.
Dengan cara ini arus larutan zat
makanan mengalir secara
kontinyu, kalau tempat yang
letaknya paling atas menjadi
kosong, dapat diisi dari tempat
yang berada paling bawah.
Gambar 209 Salah satu contoh
hidroponik dengan
menggunakan metoda
arus kontinyu
Sistem seperti ini memang baik,
tetapi sebenarnya tidak praktis,
disebabkan oleh:
1. Sulit untuk menentukan
laju aliran larutan zat
makanan agar tidak
mengalir terlalu cepat
atau tidak terlalu
lambat, untuk itu
diperlukan sejumlah
pengetesan yang tidak
mudah.
2. Kesulitan lain untuk
mengambil alih sistem
ini bagi perumahan,
ialah harus adanya
pemasukan oksigen
secara teratur ke dalam
larutan zat
makanannya.
c. Media Hidroponik
Batu bata
Penanaman hidroponik dapat
menggunakan pot bunga yang
dapat diisi dengan berbagai
media tergantung sumberdaya
yang tersedia.
Sistemnya hampir sama dengan
menggunakan tanah, tetapi
tanah digantikan dengan
potongan-potongan batu bata.
Pecahan batu bata dapat
digunakan sebagai alternatif
medium penanaman bukan
tanah.
Medium ini dapat digunakan, tapi
kurang praktis, karena sulit
dikelola. Sebelum digunakan
batu bata ini harus digosok
bersih dan material
komponennya dapat mengurai
dan dapan mempengaruhi
kestabilan pH larutan hara.
Pasir
Media hidroponik juga dapat
menggunakan pasir. Sejak tahun
30 an pasir merupakan pilihan
yang sering dipakai.
Keuntungan menggunakan
media pasir ini adalah:
- Sifatnya steril
- Dapat mempertahankan
kelembaban media
dengan baik.
Gambar 210 Hidroponik dengan
menggunakan pasir
Pemberian hara dan air dapat
dilakukan dengan penyiraman
atau sistem tetes.
Kerikil
Beberapa kekurangankekurangan menggunakan pasir
sebagai media hidroponik dapat
digantikan dengan kerikil.
Salah satu kelemahan media
pasir adalah media ini terlalu
lembab, dan boros hara karena
banyak tercuci.
Oleh karenanya penggunaan
kerikil akhir-akhir ini, lebih
disukai daripada pasir.
Berikut ini adalah prosedur kerja
penanaman hidroponik dengan
menggunakan media kerikil .
- Isikan sepertiga dari
lantai pot dengan kerikil
steril yang berukuran
besar dan yang
berukuran kecil untuk
mengisi sisa pot
- Letakkan tanaman pada
posisinya, yang akarnya
sudah terlebih dahulu
dibersihkan dari bekasbekas tanah. Cuci akar
pada air mengalir, untuk
menghilangkan semua
sisa kotoran yang
menempel. Usahakan
agar akar-akarnya jangan
patah.
- Letakkan tanaman ke
dalam pot, sementara
untuk menyanggah
tanaman agar tegak,
masukkan dengan pelanpelan kerikil secukupnya,
kemudian tambahkan lagi
kerikil sampai pot penuh.
Batas antara bagian yang
tertutup media dengan yang
tidak, dapat diketahui dengan
memperhatikan warna
batangnya, warna yang lebih
gelap berada di bawah
sedangkan warna yang lebih
cerah berada di atas.
Kerikil merupakan satu pilihan
terbaik, untuk penanaman
hidroponik di rumah. Salah satu
kelebihan kerikil ini adalah steril
dan tidak terlalu lembab. Berat
bobotnya dapat dikelola tanpa
kesukaran dan harganya tidak
mahal.
Akan tetapi kerikil ini harus
dicampur dengan media lainnya
misalnya pasir, karena media ini
mudah sekali mengering,
sehingga memerlukan
penggunaan air yang sering.
Perbandingan yang ideal antara
pasir dengan kerikil adalah 5
bagian kerikil dan 3 bagian pasir.
Vermikulit dan perlit
Vermikulit dan perlit lebih mudah
dikelola. Kedua media ini
berasal dari mineral, partikelpartikel yang berbobot berat dan
telah dipanaskan sehingga
mengembang dan memiliki daya
serap sedangkan bobotnya
berubah menjadi ringan.
Perlit dapat digunakan tanpa
tambahan material lain. Akan
tetapi jika menggunakan
vermikulit, maka perlu dicampur
dengan pasir karena terlalu
basah. maka materi ini harus
dicampur dengan pasir kasar
pada rasio perbandingan 2
bagian vermikulit terhadap satu
bagian pasir.
Serbuk kayu
Serbuk kayu dapat digunakan
sebagai medium penanaman
bukan tanah. Tapi serbuk kayu
mempunyai kecenderungan
untuk menggumpal dan
menempel pada akar akar
tanaman serta menjadi kompak
jika terkena air.
Jerami dan rumput kering
Jerami dan rumput kering yang
terbuat dari material organis,
pada saatnya akan membusuk
dan mengurai sehingga
menyebabkan perubahan
komposisi larutan hara, yang
berakibat pada tanaman.
Disamping itu, bahan jerami ini
dapat mengandung penyakit
atau hama yang mematikan
tanaman.
Gambar 211 Tanaman tomat
yang ditanam pada
jerami kering
d. Larutan hara
Seluruh budidaya hidroponik
membutuhkan hara secara
teratur. Cara bercocok tanam ini
membuka kesempatan untuk
menyediakan larutan zat
makanan pada tanaman dengan
tepat.
Metoda umum untuk
menyediakan zat hara bagi
sebuah unit hidroponik, ialah
dengan melarutkan garamgaram zat hara satu per satu
atau menggunakan pupuk yang
sudah dicampur dan siap dipakai
serta dapat dibeli di pasar.
Keduanya harus dilarutkan
dalam air, kemudian
dipompakan atau di tuangkan di
atas bahan perantara
penanamannya.
Dewasa ini sudah ada sejumlah
hara atau pupuk yang siap pakai
dan dijual dipasaran.
Yang perlu diperhatikan adalah
mengukur konsentrasi yang
tepat dari larutan hara tersebut.
Untuk pemula dianjurkan
menggunakan salah satu dari
campuran zat makanan tanaman
yang siap pakai.
Jika ingin melakukan
pencampuran sendiri zat
makanan tanaman, maka kita
dapat membelinya masing
masing jenis yang dibutuhkan di
toko-toko,
tanaman dan
memperhatikan manfaat dari
hara tersebut.
Pada tabel 17 dan 18 diberikan
beberapa jenis hara dan
manfaatnya bagi tanaman.
Sumber hara
Dalam bentuk siap pakai
Sumber hara untuk penanaman
dengan hidroponik ini dapat
menggunakan pupuk organik
dan anorganik.
Jumlah yang diberikan kepada
tanaman tergantung pada jenis,
umur, dan fase pertumbuhan
tanaman.
Pupuk (dalam bentuk siap pakai)
untuk sistem pertanian ini
banyak tersedia dipasar, atau
dapat juga dengan mencampur
sendiri larutan pupuknya.
Sumber hara yang digunakan
dapat dibeli dari toko atau
meramunya sendiri
(mencampur).
Mencampur sendiri
Terdapat puluhan formula untuk
campuran larutan hara tanaman.
Formula yang diberikan disini,
sangat sesuai dengan
kebutuhan para pemula karena
hanya mengandung beberapa
garam pupuk yang bisa didapat.
Beberapa alat yang dibutuhkan
untuk mencampur pupuk adalah:
1. Mangkuk besar yang
bersih atau tempat
mencampur dan
mengaduk bahan-bahan
komponen hara tanaman.
2. Timbangan, alat
digunakan untuk
memberikan jumlah yang
benar.
3. Pengaduk atau mortal
setelah semua garam
dimasukkan gunakan
mortal untuk
menghancurkan kristal
kristal yang ada dalam
garam. Setelah semua
dicampur, aduklah
dengan tuntas dan
hancurkan kristal yang
ada.
Akhir dari pekerjaan ini akan
dihasilkan tepung yang lembut,
simpan campuran ini dalam satu
tempat yang bersih, kering dan
tertutup.
Campuran ini dipertahankan
agar tetap kering, sampai harus
dilarutkan dalam air dan
digunakan pada tanaman.
Untuk dapat digunakan sebagai
sumber hara cukup melarutkan
10 gram yang dilarutkan dalam
satu gallon air. Atau sekitar 1
sendok teh bahan adukan
dilarutkan di dalam 1 gallon air.
Aduk sampai sampai garamnya
benar-benar larut dengan baik.
e. Teknik Perawatan
Perawatan media tanam
Sampai berapa kali larutan hara
sebaiknya diberikan pada suatu
unit hidroponik
Medium hidroponik dijaga agar
tidak terlalu kering atau terlalu
basah.
Satu-satunya cara untuk
menentukan frekuensi yang
tepat, ialah dengan belajar
mengetahui sifat mediumnya.
Berapa lama medium tadi
menjadi kering atau kekurangan
air. Setelah mengetahui hal ini,
baru dapat ditetapkan frekuensi
yang harus diterapkan untuk
memberikan larutan hara.
Atau dapat juga menggunakan
pengatur waktu, agar larutan
secara otomatis dialirkan pada
waktu yang tepat.
Berapa banyak larutan hara
yang harus di gunakan
Salah satu cara untuk
mengetahui kelembaban media
adalah ibarat seperti spon basah
yang telah diperas seperti itulah
ciri media yang lembab.
Cara lainnya adalah kenali
tanamannya. Setiap tanaman
akan memberikan respons
terhadap pemberian hara, maka
kondisi tanaman dapat
digunakan sebagai indikator
kebutuhan hara.
Membersihkan peralatan
Syarat utama dalam budidaya
hidroponik ini adalah
penggunaan alat yang bersih
dan steril.
Alangkah baiknya jika kita dapat
mencuci peralatan baik pot
maupun medianya sekitar dua
minggu sekali.
Hal ini berguna untuk
meniadakan penimbunan larutan
zat makanan yang tidak
digunakan di dalam medium
pertumbuhannya.
Penggunaan ulang larutan
Larutan yang telah digunakan
dapat kita gunakan kembali akan
tetapi harus diyakini bahwa
larutan tersebut tidak
rusak/berubah komposisinya.
Pada beberapa green house
modern umumnya mempunyai
peralatan dan ketrampilan yang
dapat menentukan apakah zat
hara tersebut dapat dipakai lagi
atau tidak.
Jika ingin menggunakan hara
yang di daur ulang (untuk
menghemat secara ekonomis
dan lingkungan) sebaiknya
membatasi penggunaan satu
adukan larutan selama 3 atau 4
hari.
Jika ditemukan tanamantanaman, mulai menunjukkan
tanda-tanda kekurangan zat
makanan, maka sebaiknya
mengganti larutan hara setiap 2
hari sekali.
Mengukur pH
Istilah pH digunakan untuk
menyatakan tingkat keasaman
atau alkalinitas dari bahan.
Pengelola hidroponik harus
secara khusus memperhatikan
pH ini baik pada air ataupun
pada larutan hara yang
digunakan.
Pengaturan pH begitu
pentingnya, karena jika larutan
terlalu asam atau alkalin
sejumlah komponen zat vital di
dalam larutan hara akan
mengendap menjadi garam yang
tidak larut. Hal ini akan
menjadikan hara tersebut tidak
dapat diserap tanaman.
Kondisi ini akan menunjukkan
gejala-gejala dari berbagai
macam kekurangan. Misalnya
jika pH berada dibawah 6,
menyebabkan terjadi
kekurangan kalsium.
Gejala kerusakan-kerusakan
juga dapat dilihat pada bagian
tanaman lainnya, seperti pada
sistem perakaran, terbakarnya
ujung akar, daun yang layu, dan
muncul bercak-bercak jaringan
yang mati.
Jika larutan bersifat terlalu
alkalin akan mengganggu daya
serap tanaman terhadap unsur
besi, sehingga menunjukkan
gejala "Klorosis".
Gejala selanjutnya akibat pH
masam atau alkalin adalah
sulinya tanaman menyesuaikan
diri dalam mengatasi gangguan
lingkungan yang kurang
menguntungkan.
Pengujian pH dapat dilakukan
dengan kertas indikator atau alat
ukur pH (pH meter) yang banyak
dijual di toko pertanian.
Kondisi pH yang rendah dapat
diperbaiki dengan
menambahkan KOH pada air.
Penambahan soda ini hanya
sedikit saja, sebab basa ini
bersifat kaustik. Jangan
menyentuh bahan hidroksida ini
kalau tangan sedang basah,
sebaiknya sewaktu bekerja
menggunakan soda ini bahan
tersebut tidak mengenai tangan.
Pengaturan Suhu
Proses fsisik dan kimiawi pada
tumbuhan dikendalikan oleh
suhu. Pada umumnya proses
metabolisma tumbuhan
bergantung pada kisaran suhu
tertentu.
Misalnya laju serapan hara,
proses ini akan menurun jika
suhu lingkungan rendah.
Setiap jenis tumbuhan
menghendaki kisaran suhu
tertentu yang paling sesuai
dengan pertumbuhan dan
perkembangannya yang biasa
disebut suhu optimum.
Untuk tanaman tropis tentunya
akan lebih menyukai suhu yang
relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan tanaman sub tropis.
Kemampuan tanaman untuk
beradaptasi pada kondisi
perubahan suhu terlihat dari laju
pertumbuhan dan
perkembangannya yang baik.
Keseimbangan persenyawaan
dalam sistem tubuh tanaman
juga dipengaruhi oleh suhu.
Sejumlah proses-proses
pertumbuhan dan
perkembangan tanaman
mempunyai hubungan dengan
suhu.
Pada umumnya tanaman
tumbuh baik pada kisaran suhu
minimum dan maksimum sekitar
5-350
C. Suhu optimum untuk
pertumbuhan dan
perkembangan tanaman
tergantung pada species,
tahapan proses fisiologis
tanaman, dan fase pertumbuhan
tanaman.
Pengaturan suhu pada sistem
hidroponik ini dapat dilakukan
dengan memasang termometer
pengukur suhu udara.
Kelembaban Relatif
Kelembaban relatif menyatakan
jumlah persentase uap air
dibandingkan dengan volume
seluruh uap air yang dapat
dikandung udara.
Kelembaban udar penting
diperhatikan karena banyak jenis
tanaman yang dibudidayakan
awalnya berasal dari daerah sub
tropis, dengan kondisi
kelembaban udara yang tinggi.
Bahkan untuk tanaman-tanaman
yang telah dikembangkan
selama ribuan tahun dan telah
menyesuaikan diri dengan
kelembaban dan temperatur
yang lebih rendah, juga lebih
menyenangi tingkat kelembaban
yang lebih tinggi dari keadaan
alami mereka.
Pada unit hidroponik, persediaan
air juga dapat habis, pada
keadaan konsentrasi larutan
hara yang tinggi. Keadaan ini
menyebabkan air dari dalam
tubuh tanaman tertarik keluar.
Tanaman pada kondisi ini akan
mengalami kesulitan dan tidak
mampu untuk melaksanakan
proses metabolisme.
Pengaturan kelembaban udara
pada unit hidroponik dapat
dilakukan dengan:
- Pengaturan sirkulasi
udara dengan
menggunakan kipas
angin
- Membasahi lantai dengan
air
- Menyemprotkan/memom
pakan uap air pada
ruangan
- Meletakkan beberapa
wadah/baskom besar
yang berisi air pada
ruangan
Cahaya
Cahaya merupakan bagian yang
esensial dari proses fotosintesa.
Proses fotosintesa akan berhenti
kalau tidak tersedia cahaya yang
cukup
Cahaya mempengaruhi banyak
respon tanaman, termasuk
perkecambahan, pembentukan
umbi, pembungaan dan
sebaginya.
Oleh karenanya maka semua
tanaman harus mendapatkan
tempat agar mereka dapat
menerima cahaya setiap hari.
Setiap jenis tanaman
membutuhkan jumlah cahaya
yang berbeda-beda. Terdapat
sejumlah tanaman yang
membutuhkan cahaya tidak
langsung. Sementara lainnya
membutuhkan cahaya yang
cerah dan langsung, sampai
beberapa jam.
Untuk menentukan berapa
banyak cahaya yang masuk
dalam ruangan-ruangan, dapat
diketahui dengan
mempergunakan alat pengukur
cahaya.
f. Jenis tanaman yang dapat
dibudidayakan
Tanaman apa saja yang ditanam
dengan hidroponik
- Tanaman bunga dan
daun misal bunga mawar,
begonia, sansievera
(lidah mertua) dan
sebaginya
- Sayuran misalnya sayur
kembang, asparagus,
kacang-kacangan, bit,
brokoli, kembang kol,
wortel, seledri, mentimun,
lobak, daun bawang,
sawi, labu-labuan,
bawang merah, kapri,
kentang, terongterongan, bayam, , tomat
dan sebagainya
Buah-buahan misalnya
stoberi, anggur, dan
sebaginya
g. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam
budidaya hidroponik
Kebersihan
Kebersihan pada unit dan
lingkungan sekitarnya
merupakan keharusan.
Singkirkan daun-daun yang jatuh
atau kotoran lainnya, cucilah
alas-alas pot dengan
menggunakan air sabun yang
panas, kemudian bilas dengan
air dingin sebelum
menambahkan hara.
Dua atau tiga kali setiap tahun
perlu diadakan penelitian yang
tuntas terhadap sistem
irigasinya, kalau perlu dibongkar
unitnya, sehingga pemeriksaan
dan pembersihan lebih teliti.
Lingkungan dan unit yang kotor
dapat menjadi sumber
penularan.
Penggunaan pestisida
Pestisida organik dan anorganik
dapat digunakan pada budidaya
hidroponik ini.
Mereka tersedia dalam bentuk
bubuk yang dapat larut atau
sebagai cairan dalam bentuk
konsentrat.
Fungisida dapat disemprotkan
pada daun atau diberikan pada
media penanamannya.
Petunjuk-petunjuk penggunaan
terdapat pada kemasan yang
menguraikan tentang penyakit
apa yang dapat
ditanggulanginya serta dosis
anjuran.
Aturan penggunaan pestisida
adalah:
1. Bacalah dengan teliti uraian
petunjuk yang terdapat pada
kemasan.
2. Usahakan untuk tidak
menghirup udara yang keluar
dari penguapan campuran
bahan kimianya.
3. Jangan menyiapkan
campuran pada ruangan
yang tidak berventilasi.
4. Kalau salah satu bahan
terkena pada pakaian atau
tangan cuci bersih dengan
air.
5. Penyemprotan hendaknya
dilakukan pada bagaian yang
terkena serangan saja.
6. Campurkan secukupnya,
jangan menyisakan bahan
kimia tersebut.
7. Simpanlah wadah racun
dalam suatu lemari atau
daerah khusus.