akan tetapi ada beberapa jenis
tanaman yang adaptif di dalam
ruangan yang terbatas sinar
mataharinya misalnya: lidah
mertua (Sansevieria trifascita),
rambung merah (Ficus elastica),
dan sebagainya
Dekorasi
Tanaman juga dapat digunakan
untuk menghias ruangan, yang
pemilihan tanamannya
tergantung pada besar kecilnya
ruang, warna, dan tekstur bunga.
Karakteristik tanaman
Beberapa alasan pemilihan jenis
tanaman tertentu yang
digunakan sebagai tanaman
indoor disebabkan oleh:
Daya pikatnya
Tanaman yang terpilih sebagai
tanaman indoor adalah tanaman
yang mempunyai nilai aestetika
Nilainya dapat terletak pada
keindahan daun ataupun
bunganya.
- Penampilannya
Pada umumnya orang jarang
menggunakan satu jenis
tanaman indoor sepanjang masa
hidup tanaman tersebut,
tanaman akan segera digantikan
jika tanaman itu tua (tidak
menarik). Beberapa jenis
tanaman dapat berubah
penampilannya pada waktu
muda dan tua, tanaman yang
indah hanya pada waktu muda,
akan segera digantikan, jika
tanaman tua.
Itu sebabnya tanaman indoor
selalu diganti, berdasarkan
bagaimana penampilannya
dalam mendukung keindahan
dekorasi ruangan.
- Siklus hidup
Beberapa jenis tanaman hanya
menarik pada saat dia berbunga,
dan menjadi tidak menarik pada
saat pertumbuhan vegetatif.
Sebaliknya ada beberapa jenis
tanaman hias daunnya lebih
menarik dibandingkan dengan
bunganya.
-Laju pertumbuhan
Beberapa jenis tanaman laju
pertumbuhanya relatif lebih
cepat sedangkan jenis lainnya
lebih lambat. Misalnya kelompok
tanaman hias annual (tanaman
semusim) pertumbuhan lebih
cepat dibandingkan dengan
kelompok palma.
Penanaman di Luar Ruangan
(outdoor)
Untuk tanaman outdoor jenis
dan keindahannya sangat
banyak, tergantung pada pilihan
lanskapnya. Lanskap memiliki
makna penggunaan tanaman
outdoor yang berfungsi untuk
menambah keindahan atau
lainnya. Penanaman di luar
ruangan dapat menggabungkan
beberapa jenis tanaman,
ataupun hanya satu jenis.
Tujuan dari pengaturan lanskap
adalah;
- Peningkatan keindahan
suatu areal
- Peningkatan nilai tanah
dan bangunan
- Menggabungkan konsep
alami pada bangunan
- Memberi kepuasan pada
khalayak ramai
- Kontrol bagi pengendara
dan pejalan kaki
- Memodifikasi lingkungan
- Tempat rekreasi
- Meningkatkan
perlindungan terhadap
semberdaya alam
- Mengurangi polusi suara
d. Teknik Budidaya tanaman
hias secara umum
a. Media tanam
Hampir semua tanaman hias
memerlukan media yang
gembur, pouros, subur, cukup
mengadung, bahan organik,
bebas dari hama, aerasi dan
drainese yang baik.
Untuk menciptakan kondisi
tersebut maka media tanam
yang ideal adalah campuran
bahan organik dan bahan
anorganik.
Bahan organik dapat berupa
cacahan pakis, kompos, humus,
serutan kayu, arang sekam,
cocopeat, dan sebagainya
Sedangkan bahan anorganik
berupa tanah atau pasir.
Komposisi media yang
digunakan untuk setiap nursery
pasti berbeda-beda tergantung
dari kondisi iklim setempat,
campuran media tanam yang
dapat digunakan diantaranya :
1. sekam bakar dan
cacahan pakis dengan
perbandingan 4 : 1 untuk
pupuk bisa menggunakan
dekastar atau osmokot
atau bisa juga pupuk
kandang yang telah di
fermentasi.
2. sekam bakar, andam (
kaliandra) dan pupuk
kadang yang telah steril
dengan perbandingan
1:1:1.
3. humus, pupuk kandang
steril dan pasir malang
yang telah diayak halus
dengan perbandingan
5:5:2
Untuk menjaga kelembaban
media dan mengatur drainase
yang baik maka pertama-tama
pot diisi terlebih dahulu dengan
pecahan bata merah, pecahan
genting, Styrofoam, dice coco (
sabut kelapa yang dipotong
dadu ), sampai ¼ pot setelah itu
baru media tanamnya diisi
hingga penuh.
Untuk menjaga tanaman
terhindar dari jamur, cendawan
dan bakteri sebaiknya media
harus dikukus setidaknya 1 jam
b. Teknik Budidaya Bunga
Potong
Bunga potong adalah bunga
yang dianfaatkan sebagai bahan
rangkaian bunga untuk berbagai
keperluan manusia.
Penggunaan bunga potong ini
dimulai dari kelahiran,
perkawinan sampai kematian,
oleh karenanya bunga potong ini
memiliki prospek yang cerah.
Banyak jenis bunga potong yang
dibudidayakan untuk memenuhi
kebutuhan seperti: krisan,
mawar, anthurium, gladiol, dan
lain-lain.
Prinsip budi daya bunga potong
pada dasarnya meliputi:
- Penyiapan bibit
- Penyiapan lahan
- Penanaman
- Pemeliharaan
- Panen dan
Pascapanen
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
Beberapa aspek yang perlu
diperhatikan dalam budidaya
bunga potong ini adalah: aspek
ekologi produksi, aspek teknik
hortikultura, dan teknik budidaya.
Unsur ekologi
Unsur yang terpenting dari
aspek ini adalah iklim (ketinggian
tempat cahaya matahari, dan
curah hujan), tanah (struktur dan
pH tanah), air tanah (kedalaman
air tanah). Aspek ini demikian
penting terutama jika hendak
menanam bibit jenis bunga
impor.
Kendala yang dihadapi jika
menanam bunga impor adalah
kendala lingkungan. Akan tetapi
kendala ini dapat diatasi dengan
berbagai teknik hortikultura yang
dilaksanakan secara intensif.
Sebagai contoh keadaan tanah
yang buruk dapat dimbangi
dengan pemupukan,
pengapuran ataupun
penambahan bahan organik.
c. Aspek teknik hortikultura
Aspek teknik hortikultura penting
dalam hal perbaikan mutu bunga
potong melalui perbanyakan
vegetatif dan generatif. Cara
perbanyakan vegetatif maupun
generatif sangat perlu
diperhatikan untuk pengadaan
bibit unggul. Teknik perbanyakan
dengan penyambungan dapat
membantu memperbaiki
pertummbuhan bunga terhadap
kondisi lingkungan yang buruk
dan dapat memperbaiki
kemampuan berbunga.
Aspek penanaman
Aspek ini perlu diperhatikan
menyangkut ketersediaan
sumber daya lahan dan
lingkungan yang dapat
mendukung pertumbuhan bunga
potong.
Kondisi suhu dan kesuburan
tanah akan mempengaruhi
jumlah populasi yang terdapat
pada satu areal tertentu. Pada
suhu tinggi misalnya maka dapat
digunakan jarak tanam yang
lebih rapat, begitu juga untuk
tanah-tanah yang subur.
Pemangkasan batang maupun
akar, pengerdilan tanaman, dan
pemaksaan berbunga dapat
membantu mengatasi kendala
ekologi yang kurang cocok.
Aspek teknik budidaya
Dalam memelihara tanaman dan
teknik budidaya kadang-kadang
ditemui permasalahan karena
adanya perubahan kebiasaan
masyarakat setempat dari
bertanam secara tradisional ke
modern. Umumnya cara bertani
tradisional menghasilkan mutu
bunga yang kurang baik
dibandingkan dengan cara
modern.
Pemberian paranet pada
budidaya Aglonema memberikan
hasil warna daun yang lebih
menarik dibandingkan dengan
tanpa paranet.
Peningkatan mutu bunga juga
dapat dilakukan dengan
pengaturan pembungaan
(memperbesar ukuran bunga,
memperlebat jumlah bunga,
memperpanjang masa
berbunga).
Memperbesar ukuran bunga
dapat dilakukan dengan metode
pemangkasan, yang hanya
menyisakan beberapa kuntum
bunga yang potensial bermutu
tinggi.
Pascapanen
Mutu bunga potong bergantung
pada penampilan dan daya
tahan kesegarannya. Bunga
dengan mutu prima mempunyai
nilai jual lebih tinggi
dibandingkan dengan bunga
potong berkualitas rendah.
Untuk memertahankan mutu
bunga dari panen sampai ke
tangan konsumen perlu
memperhatikan:
- Penyimpanan
- pengemasan
- pengangkutan
Penyimpanan
Cara penyimpanan bunga
potong ditentukan berdasarkan
jenis bunganya. Cara
penyimpananya antara lain
dengan merendam tangkai
bunga di dalam air, perlakuan
kimia, dan dengan cara
pendinginan.
Teknologi penyimpanan
sederhana yan sering dilakukan
petani adalah merendam tangkai
bunga dalam air bersih, bunga
krisan sering diberi perlakuan
perendaman dengan chrysal
sebanyak 5 g/air.
Bunga Gladiol sering diberi
perlakuan 4 ppm GA 60 ppm,
magnesium sulfat 40 ppm atau
air suling agar bunga ini tetap
awet.
Pengemasan
Pengemasan yang paling
sederhana adalah dengan
membungkus bunga dengan
kertas koran. Salah satu bagian
dibiarkan terbuka, kemudian
dibungkus dengan kantong
polietilen (PE) yang diberi lubang
dan dikemas lagi dalam kantong
tanpa lubang pada kelambaban
80%, metode ini sering
digunakan petani Thailand
dalam pengemasan bunga
mawar.
Pengangkutan
Pengangkutan bunga potong
menjadi perhatian khusus
karena erat kaitannya dengan
ketahanan bunga untuk tetap
segar sampai ke tangan
konsumen.
Teknik Budidaya
Anggrek
a.
Indonesia mempunyai lebih dari
4,000 jenis anggrek, tanaman ini
hampir terdapat diseluruh
kepulauan di Indonesia.
Anggrek dapat ditemukan mulai
dataran rendah sampai
ketinggian 3000 mdpl.
Kisaran suhu untuk hidup
anggrek ini juga bervariasi mulai
dari 8.7ºC sampai 32ºC.
Tanaman ini juga dapat
ditemukan diberbagai tempat
misalnya pada cabang pohon
Tamarindus (asam jawa) pada
pinggir jalan di kota besar besar
seperti Jakarta, Bandung atau
Bogor, atau dibawah tegakan
hutan hujan tropis (misalnya
Aerides odorata dan
Rhynchostylis retusa).
Tanaman anggrek Dendrobium,
Phalaenopsis, Oncidium, dan
Vanda beserta kerabatnya serta
tanaman anggrek jenis lain telah
banyak diusahakan.
Tanaman anggrek merupakan
salah satu kelompok tanaman
hias yang mempunyai nilai
ekonomi tinggi.
Banyaknya variasi bentuk dan
warna bunga anggrek
merupakan salah satu
keunggulan dari bunga anggrek.
Hal ini sangat mendorong
terciptanya varietas-varietas
baru yang dapat dikembangkan
dan dibudidayakan secara baik
di Indonesia, karena kondisi iklim
yang sesuai.
Pertumbuhan tanaman anggrek
baik vegetatif maupun generatif
tidak hanya ditentukan oleh
faktor genetik. Namun lebih
banyak ditentukan oleh faktor
lingkungan seperti:
- Cahaya
- suhu
- kelembaban
- pemeliharaan tanaman
seperti: penyiraman,
pemupukan, media tumbuh,
dan pengendalian hama dan
penyakit.
Berdasarkan tipe pertumbuhan
batangnya, maka anggrek dapat
dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu:
1. anggrek simpodial yaitu
anggrek yang
mempunyai pertumbuhan
batang terbatas seperti:
Dendrobium, Cattleya,
dan Oncidium
2. anggrek tipe monopodial
yaitu anggrek yang
mempunyai pertumbuhan
batang yang tidak
terbatas seperti: Vanda
dan kerabatnya.
Berdasarkan habitatnya tanaman
anggrek dibagi dalam 2
golongan yaitu
1. Epifit, anggrek epifit
adalah anggrek yang
hidup menumpang pada
batang pohon atau
sejenisnya, namun tidak
merugikan tanaman yang
ditumpanginya dan
membutuhkan naungan.
2. Terestrial, anggrek
terestrial adalah anggrek
yang hidup dan tumbuh
di atas permukaan tanah
dan membutuhkan
cahaya matahari
langsung.
b.Syarat Tumbuh
Intensitas cahaya
Intensitas cahaya yang
dibutuhkan anggrek di dalam
pertumbuhan dan
perkembangannya sangat
berbeda, tergantung pada jenis,
ukuran dan umurnya.
Misalnya anggrek epifit
membutuhkan intensitas cahaya
matahari berkisar antara 1500–
3000 fc.
Sedangkan anggrek terestrial
membutuhkan intensitas cahaya
matahari 4000 – 5000 fc.
Suhu
Kebutuhan suhu pada tanaman
anggrek sangat tergantung pada
jenisnya. Anggrek yang tumbuh
di dataran rendah membutuhkan
suhu siang berkisar 24–33o
C
dan suhu malam 21–27o
C.
Sedangkan untuk anggrek yang
tumbuh di dataran tinggi
membutuhkan suhu siang
berkisar antara 18– 27o
C dan
suhu malam berkisar antara 13–
18o
C.
Kelembaban
Pada umumnya anggrek
membutuhkan kelembaban tinggi
yaitu berkisar antara 60-80%.
Pada malam hari kelembaban
tidak terlalu tinggi karena dapat
mengakibatkan busuk akar dan
busuk tunas.
Kelembaban yang terlalu rendah
pada siang hari dapat diatasi
dengan cara pemberian
semprotan kabut (mist) di sekitar
tempat pertanaman.
c. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam budidaya
anggrek
Aspek lingkungan
Secara alami anggrek (Famili
Orchidaceae) hidup epifit pada
pohon dan ranting-ranting
tanaman lain, namun dalam
pertumbuhannya anggrek dapat
ditumbuhkan dalam pot yang
diisi media tertentu. Ada
beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, seperti faktor
lingkungan, antara lain sinar
matahari, kelembaban dan
temperatur serta pemeliharaan
seperti
Berdasarkan habitatnya tanaman
anggrek dibagi dalam 2
golongan yaitu
1. Epifit, anggrek epifit
adalah anggrek yang
hidup menumpang pada
batang pohon atau
sejenisnya, namun tidak
merugikan tanaman yang
ditumpanginya dan
membutuhkan naungan.
2. Terestrial, anggrek
terestrial adalah anggrek
yang hidup dan tumbuh
di atas permukaan tanah
dan membutuhkan
cahaya matahari
langsung.
b.Syarat Tumbuh
Intensitas cahaya
Intensitas cahaya yang
dibutuhkan anggrek di dalam
pertumbuhan dan
perkembangannya sangat
berbeda, tergantung pada jenis,
ukuran dan umurnya.
Misalnya anggrek epifit
membutuhkan intensitas cahaya
matahari berkisar antara 1500–
3000 fc.
Sedangkan anggrek terestrial
membutuhkan intensitas cahaya
matahari 4000 – 5000 fc.
Suhu
Kebutuhan suhu pada tanaman
anggrek sangat tergantung pada
jenisnya. Anggrek yang tumbuh
di dataran rendah membutuhkan
suhu siang berkisar 24–33o
C
dan suhu malam 21–27o
C.
Sedangkan untuk anggrek yang
tumbuh di dataran tinggi
membutuhkan suhu siang
berkisar antara 18– 27o
C dan
suhu malam berkisar antara 13–
18o
C.
Kelembaban
Pada umumnya anggrek
membutuhkan kelembaban tinggi
yaitu berkisar antara 60-80%.
Pada malam hari kelembaban
tidak terlalu tinggi karena dapat
mengakibatkan busuk akar dan
busuk tunas.
Kelembaban yang terlalu rendah
pada siang hari dapat diatasi
dengan cara pemberian
semprotan kabut (mist) di sekitar
tempat pertanaman.
c. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam budidaya
anggrek
Aspek lingkungan
Secara alami anggrek (Famili
Orchidaceae) hidup epifit pada
pohon dan ranting-ranting
tanaman lain, namun dalam
pertumbuhannya anggrek dapat
ditumbuhkan dalam pot yang
diisi media tertentu. Ada
beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan
tanaman, seperti faktor
lingkungan, antara lain sinar
matahari, kelembaban dan
temperatur serta pemeliharaan
seperti : pemupukan,
penyiraman serta pengendalian
OPT.
Pada umumnya anggrek anggrek yang dibudidayakan
memerlukan temperatur 28 + 2°
C dengan temperatur minimum
15° C. Anggrek tanah pada
umumnya lebih tahan panas dari
pada anggrek pot. Tetapi
temperatur yang tinggi dapat
menyebabkan dehidrasi yang
dapat menghambat
pertumbuhan tanaman.
Kelembaban nisbi (RH) yang
diperlukan untuk anggrek
berkisar antara 60–85%. Fungsi
kelembaban yang tinggi bagi
tanaman antara lain untuk
menghindari penguapan yang
terlalu tinggi. Pada malam hari
kelembaban dijaga agar tidak
terlalu tinggi, karena dapat
mengakibatkan busuk akar pada
tunas-tunas muda. Oleh karena
itu diusahakan agar media dalam
pot jangan terlampau basah.
Sedangkan kelembaban yang
sangat rendah pada siang hari
dapat diatasi dengan cara
pemberian semprotan kabut
(mist) di sekitar tempat
pertanaman dengan bantuan
sprayer.
Berdasarakan pola
pertumbuhannya, tanaman
anggrek dibedakan menjadi dua
tipe yaitu, simpodial dan
monopodial. Anggrek tipe
simpodial adalah anggrek yang
tidak memiliki batang utama,
bunga ke luar dari ujung batang
dan berbunga kembali dari anak
tanaman yang tumbuh. Kecuali
pada anggrek jenis Dendrobium
sp. yang dapat mengeluarkan
tangkai bunga baru di sisi-sisi
batangnya. Contoh dari anggrek
tipe simpodial antara lain :
Dendrobium sp., Cattleya sp.,
Oncidium sp.,dan Cymbidium sp.
Anggrek tipe simpodial pada
umumnya bersifat epifit.
Anggrek tipe monopodial adalah
anggrek yang dicirikan oleh titik
tumbuh yang terdapat di ujung
batang, pertumbuhannnya lurus
ke atas pada satu batang.
Bunga ke luar dari sisi batang di
antara dua ketiak daun. Contoh
anggrek tipe monopodial antara
lain : Vanda sp., Arachnis sp.,
Renanthera sp., Phalaenopsis
sp., dan Aranthera sp.
Habitat tanaman anggrek
dibedakan menjadi 4 kelompok
sebagai berikut :
> Anggrek epifit, yaitu
anggrek yang tumbuh
menumpang pada pohon
lain tanpa merugikan
tanaman inangnya dan
membutuhkan naungan
dari cahaya matahari,
misalnya Cattleya sp.
memerlukan cahaya
+40%, Dendrobium sp.
50–60%, Phalaenopsis
sp. + 30 %, dan
Oncidium sp. 60 – 75 %.
> Anggrek terestrial, yaitu
anggrek yang tumbuh di
tanah dan membutuhkan
cahaya matahari
langsung, misalnya
Aranthera sp.,
Renanthera sp., Vanda
sp., dan Arachnis sp.
Tanaman anggrek
terestrial membutuhkan
cahaya matahari 70 –
100 %, dengan suhu
siang berkisar antara 19
– 380
C, dan malam hari
18–210
C. Sedangkan
untuk anggrek jenis
Vanda sp. yang berdaun
lebar memerlukan sedikit
naungan.
> Anggrek litofit, yaitu
anggrek yang tumbuh
pada batu-batuan, dan
tahan terhadap cahaya
matahari penuh, misalnya
Dendrobium
phalaenopsis.
> Anggrek saprofit, yaitu
anggrek yang tumbuh
pada media yang
mengandung humus
atau daun-daun kering,
serta membutuhkan
sedikit cahaya matahari,
misalnya Goodyera sp.
Persilangan Anggrek
Persilangan ditujukan untuk
mendapatkan varietas baru
dengan warna dan bentuk yang
menarik, mahkota bunga
kompak dan bertekstur tebal
sehingga dapat tahan lama
sebagai bunga potong, jumlah
kuntum banyak dan tidak ada
kuntum bunga yang gugur dini
akibat kelainan genetis serta
produksi bunga tinggi.
Oleh karena itu untuk
mendapatkan hasil yang
diharapkan, sebaiknya dan
seharusnya pedoman
persilangan perlu dikuasai,
antara lain :
> Persilangan sebaiknya
dilakukan pada pagi hari
setelah penyiraman.
Kuntum bunga dipilih
yang masih segar atau
setelah membuka penuh.
> Sebagai induk betina
dipilih yang mempunyai
bunga yang kuat, tidak
cepat layu atau gugur.
> Mengetahui sifat-sifat
kedua induk tanaman
yang akan disilangkan,
agar memberikan hasil
yang diharapkan,
misalnya sifat dominasi
yang akan terlihat atau
muncul pada turunannya
seperti : warna, bentuk,
dan lain-lain.
> Bunga tidak terserang
OPT terutama pada
polen dan stigma.
> Setiap mendapatkan
varietas baru yang baik,
sebaiknya didaftarkan
pada “Royal Horticultural
Society” di London,
dengan mengisi formulir
pendaftaran anggrek
hibrida dengan beberapa
persyaratan lainnya.
Langkah-langkah yang dilakukan
dalam melakukan penyerbukan
(polinasi) adalah sebagai berikut:
> Sediakan sehelai kertas
putih dan sebatang lidi
kecil atau tusuk gigi atau
sejenisnya yang bersih.
> Cap polinia yang terdapat
pada ujung column
dibuka, dimana akan
terlihat di dalamnya
polinia yang berwarna
kuning.
> Ujung lidi/tusuk gigi
dibasahi dengan cairan
yang ada di dalam lubang
putih atau dengan sedikit
air.
> Polinia diambil dengan
hati-hati. Pegang kertas
putih sebagai wadah di
bawah bunga untuk
menghindari bila polinia
jatuh pada waktu diambil.
> Polinia kemudian
dimasukkan ke dalam
stigma (kepala putik).
> Beri label yang diikatkan
pada tangkai kuntum
(pedicel) bunga yang
berisi catatan tentang
tanggal penyerbukan dan
nama bunga yang diambil
polinianya.
Beberapa hari kemudian bunga
yang telah diserbuki akan layu.
Apabila penyerbukan berhasil,
dan bila tidak ada OPT, maka
bakal buah tersebut akan terus
berkembang menjadi buah.
Buah anggrek ada yang masak
setelah tiga bulan sampai enam
bulan atau lebih. Buah yang
masak akan merekah dengan
dicirikan adanya perubahan
warna buah dari hijau menjadi
hijau kekuning-kuningan.
Dalam memilih biji anggrek yang
akan disemaikan dalam botol
perlu diperhatikan sebagai
berikut :
> Biji yang berwarna
keputih-putihan dan
kosong adalah biji yang
kurang baik.
> Biji yang baik yaitu
yang bulat penuh berisi,
berwarna kuning atau
kecoklat-coklatan
3. Perbanyakan Anggrek
Perbanyakan tanaman anggrek
pada umumnya dilakukan
melalui dua cara yaitu,
konvensional dan dengan
metoda kultur in vitro.
Perbanyakan tanaman yang
dilakukan secara konvensional
adalah sebagai berikut :
Perbanyakan vegetatif melalui
beberapa cara seperti:
- Pemecahan/pemisahan
rumpun seperti
Dendrobium sp.,
Oncidium sp., Cattleya
sp., dan Cymbidium sp.
Pemotongan anak
tanaman yang ke luar
dari batang seperti
Dendrobium sp.
- Pemotongan anak
tanaman yang ke luar
dari akar dan tangkai
bunga seperti
Phalaenopsis sp., yang
selanjutnya ditanam ke
media yang sama seperti
pakis, mos serabut
kelapa, arang, serutan
kayu, disertai campuran
pecahan genting atau
batu bata.
Perbanyakan secara vegetatif ini
akan menghasilkan anak
tanaman yang mempunyai sifat
genetik sama dengan induknya.
Namun perbanyakan
konvensional secara vegetatif ini
tidak praktis dan tidak
menguntungkan untuk tanaman
bunga potong, karena jumlah
anakan yang diperoleh dengan
cara-cara ini sangat terbatas.
Perbanyakan generatif yaitu
dengan biji. Biji anggrek sangat
kecil dan tidak mempunyai
endosperm (cadangan
makanan), sehingga
perkecambahan di alam sangat
sulit tanpa bantuan jamur yang
bersimbiosis dengan biji
tersebut.
Secara generatif, benih tanaman
diperoleh melalui biji hasil
persilangan yang secara genetis
biji-biji tersebut bersifat
heterozigot. Sehingga benih benih yang dihasilkan
mempunyai sifat tidak mantap
dan beragam.
Untuk menghasilkan bunga
dalam jumlah banyak dan
seragam diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak pula. Oleh
karena itu peningkatan produksi
bunga pada tanaman anggrek
hanya dapat dicapai dengan
usaha perbanyakan tanaman
yang efisien.
Pada saat ini metode kultur in
vitro merupakan salah satu cara
yang mulai banyak digunakan
dalam perbanyakan klon atau
vegetatif tanaman anggrek.
Kultur in vitro pertama kali
dicoba oleh Haberlandt pada
tahun 1902, karena adanya sifat
tanaman yang disebut totipotensi
yang dicetuskan oleh kedua
orang sarjana Jerman Schwann
dan Schleiden pada tahun 1830.
Metode kultur in vitro yaitu
menumbuhkan jaringan-jaringan
vegetatif (seperti :
- akar
- daun
- batang
- mata tunas
- jaringan-jaringan
generatif (seperti : ovule,
embrio dan biji).
Jaringan ini kemudian
ditumbuhkan pada media buatan
berupa cairan atau padat secara
aseptik (bebas mikroorganisme).
Dengan metode ini dapat
diharapkan perbanyakan
tanaman dapat dilakukan secara
cepat dan berjumlah banyak,
serta sama dengan induknya.
Penanaman dan pemeliharaan
Persiapan Lahan
Tanaman anggrek dapat ditanam
di sekitar rumah atau
pekarangan atau di kebun yaitu
di bawah pohon atau dengan
naungan yang diberi paranet
atau sejenisnya dengan
pengaturan intensitas cahaya
tertentu atau di lahan terbuka.
Oleh karena tanaman anggrek
mempunyai potensi ekonomis
yang tinggi, maka untuk jenis jenis tertentu dapat ditanam di
dalam rumah kaca (green
house). Selain untuk melindungi
tanaman dari gangguan alam,
juga akan mengurangi intensitas
serangan OPT.
Persiapan Media Tumbuh
Media tumbuh yang baik harus
memenuhi beberapa
persyaratan, yaitu tidak lekas
melapuk, tidak menjadi sumber
penyakit, mempunyai aerasi
baik, mampu mengikat air dan
zat-zat hara secara baik, mudah
didapat dalam jumlah yang
diinginkan dan relatif murah
harganya.
Sampai saat ini belum ada
media yang memenuhi semua
persyaratan untuk pertumbuhan
tanaman anggrek.
Untuk pertumbuhan tanaman
anggrek, kemasaman media
(pH) yang baik berkisar antara
5–6. Media tumbuh sangat
penting untuk pertumbuhan dan
produksi bunga optimal,
sehingga perlu adanya suatu
usaha mencari media tumbuh
yang sesuai.
Media tumbuh yang sering
digunakan di Indonesia antara
lain : moss, pakis, serutan kayu,
potongan kayu, serabut kelapa,
arang dan kulit pinus.
Pecahan batu bata banyak
dipakai sebagai media dasar pot
anggrek, karena dapat menyerap
air lebih banyak bila
dibandingkan dengan pecahan
genting.
Media pecahan batu bata
digunakan sebagai dasar pot,
karena mempunyai kemampuan
drainase dan aerasi yang baik.
Moss yang mengandung 2–3%
unsur N sudah lama digunakan
untuk medium tumbuh anggrek.
Media moss mempunyai daya
mengikat air yang baik, serta
mempunyai aerasi dan drainase
yang baik pula.
Pakis sesuai untuk media
anggrek karena memiliki daya
mengikat air, aerasi dan
drainase yang baik, melapuk
secara perlahan-lahan, serta
mengandung unsur-unsur hara
yang dibutuhkan anggrek untuk
pertumbuhannya
Serabut kelapa mudah melapuk
dan mudah busuk, sehingga
dapat menjadi sumber penyakit,
tetapi daya menyimpan airnya
sangat baik dan mengandung
unsur-unsur hara yang
diperlukan serta mudah didapat
dan murah harganya.
Dalam menggunakan serabut
kelapa sebagai media tumbuh,
sebaiknya dipilih serabut kelapa
yang sudah tua.
Media tumbuh sabut kelapa,
pakis, dan moss merupakan
media tumbuh yang baik untuk
pertumbuhan tanaman anggrek
Phalaenopsis sp. Namun bila
pakis dan moss yang tumbuh di
hutan ini diambil secara terus menerus untuk digunakan
sebagai media tumbuh,
dikhawatirkan keseimbangan
ekosistem akan terganggu.
Serutan kayu atau potongan
kayu kurang sesuai untuk media
anggrek karena memiliki aerasi
dan drainase yang baik, tetapi
daya menyimpan airnya kurang
baik, serta miskin unsur N.
Proses pelapukan berlangsung
lambat, karena kayu banyak
mengandung senyawa-senyawa
yang sulit terdekomposisi seperti
selulosa, lignin, dan
hemiselulosa.
Media serutan kayu jati
merupakan media tumbuh yang
baik untuk pertumbuhan anggrek
Aranthera James Storie.
Pecahan arang kayu tidak lekas
lapuk, tidak mudah ditumbuhi
cendawan dan bakteri, tetapi
sukar mengikat air dan miskin
zat hara. Namun arang cukup
baik untuk media anggrek.
Penggunaan media baru
(repotting) dilakukan antara lain
sebagai berikut :
> Bila ditanam dalam
pot (wadah) sudah
terlalu padat atau
banyak tunas.
> Medium lama sudah
hancur, sehingga
menyebabkan
medium bersifat
asam, bisa menjadi
sumber penyakit.
Penyiraman
Tanaman anggrek yang sedang
aktif tumbuh, membutuhkan lebih
banyak air dibandingkan dengan
yang sudah berbunga.
Frekuensi dan banyaknya air
siraman yang diberikan pada
tanaman anggrek bergantung
pada jenis dan besar kecil
ukuran tanaman, serta keadaan
lingkungan pertanaman. Sebagai
contoh adalah tanaman anggrek
Vanda sp., Arachnis sp., dan
Renanthera sp., yaitu anggrek
tipe monopodial yang tumbuh di
bawah cahaya matahari
langsung, sehingga
membutuhkan penyiraman lebih
dari dua kali sehari, terutama
pada musim kemarau.
Pemupukan
Seperti tumbuhan lainnya,
anggrek selalu membutuhkan
makanan untuk
mempertahankan hidupnya.
Kebutuhan tanaman anggrek
akan nutrisi sama dengan
tumbuhan lainnya, hanya
anggrek membutuhkan waktu
yang cukup lama untuk
memperlihatkan gejala-gejala
defisiensi, mengikat
pertumbuhan anggrek sangat
lambat.
Dalam usaha budidaya tanaman
anggrek, habitatnya tidak cukup
mampu menyediakan unsur unsur yang dibutuhkan oleh
tanaman untuk pertumbuhan.
Untuk mengatasi hal tersebut,
biasanya tanaman diberi pupuk
baik organik maupun anorganik.
Pupuk yang digunakan
umumnya pupuk majemuk yaitu
yang mengandung unsur makro
dan mikro.
Kualitas dan kuantitas pupuk
dapat mengatur keseimbangan
pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman. Pada fase
pertumbuhan vegetatif bagi
tanaman yang masih kecil
perbandingan pemberian pupuk
NPK adalah 30:10:10, pada fase
pertumbuhan vegetatif bagi
tanaman yang berukuran sedang
perbandingan pemberian pupuk
NPK adalah 10:10:10.
Sedangkan pada fase
pertumbuhan generatif yaitu
untuk merangsang pembungaan,
perbandingan pemberian pupuk
NPK adalah 10:30:30.
Jika dilakukan pemupukan ke
dalam pot maka hanya pupuk
yang larut dalam air dan kontak
langsung dengan ujung akar
yang akan diambil oleh tanaman
anggrek dan sisanya akan tetap
berada dalam pot.
Pemupukan pada sore hari
menunjukkan respon
pertumbuhan yang baik pada
anggrek Dendrobium sp.
d.Pedoman teknis
Penanaman anggrek
Anggrek tumbuh menumpang di
batang, cabang pohon atau
bahan lain tanpa merugikan
tanaman inangnya.
Karena terbiasa dibawah
naungan, anggrek ini tidak tahan
terkena sinar matahari terik dan
membutuhkan naungan dengan
persentase tertentu, tergantung
jenisnya.
Kisaran naungan antara 25 –
75%. Sebagai contoh misalnya
anggrek epifit, Cattleya sp,
Cymbidium sp, Dendrobium sp,
Oncidium sp dan Phalaenopsis
sp, serta Vanda daun lebar alias
vanda daun .
Untuk menanam anggrek epifit
digunakan media berupa pakis,
moss, sabut kelapa, arang, dan
kulit kayu atau sejenisnya. Bisa
juga menggunakan lebih dari
satu jenis, tergantung kondisi
linggan setempat.
Sebagai wadah dapat dipilih pot
bahan plastik, tanah atau yang
terbuat dari kayu.
Ada 3 cara penanaman anggrek
epifit yaitu : pot, pohon, dan di
tanah
- Penanaman di pot
Pedoman teknis:
Sebelum ditanami, dasar pot diisi
dengan pecahan batu
bata/genting 1/3 dari tinggi pot
Kemudian pada bagian atasnya
diisi dengan arang.
Tanam anggrek dengan bagian
bulbnya yang muda berada
disebelah dalam, hal ini
dilakukan agar anakan
berikutnya dapat mengisi pot
bagian tengahnya.
Untuk menghindari agar anggrek
tetap tegak, anggrek dapat diikat
dengan kawat.
Setelah itu, isi seluruh pot
dengan media.
Untuk tanaman di pot sebaiknya
diletakkan di atas rak-rak atau
digantung.
Penanaman di pohon
Letakkan bibit anggrek pada
akar pakis, ikat dengan kawat
atau tali rafia.
Sebelum meletakkan anggrek
muda ada baiknya terlebih
dahulu menyemprot pakis
dengan pesitida, agar terbebas
dari semut atau serangga
lainnya.
Kemudia rendam dengan sedikit
dengan larutan pupuk hyponex,
selama 24 jam. Hal ini dilakukan
agar media tempat tumbuh
anggrek muda mengandung
hara.
Jika akar sudah kuat, tali dapat
dilepas.
Tanaman yang sudah siap
ditanam diletakkan ditempat
yang telah disiapkan, tergantung
pada jenisnya.
Berikut ini adalah salah atu
contoh anggrek epifit yang sudah
berkembang sempurna
Tanaman ditempatkan di tempat
yg diberi naungan sesuai dengan
kebutuhan jenis anggreknya.
Misalnya:
1. Cattleya butuh naungan
dengan penerimaan
cahaya matahari sekitar
25-45%
2. Dendrobium 55-65%
3. Oncidium 55-75%
4. Phalaenopsis 25-35%
5. Vanda 65-75%
- Penanaman di Tanah
Anggrek Terestrial
Anggrek terestrial yaitu anggrek
yang tumbuh diatas permukaan
tanah. Ada yang membutuhkan
sinar matahari penuh dan ada
yg perlu sedikit naungan.
Contoh yg butuh sinar matahari
penuh (100%):
- Arachnis
- Renanthera
- Aranthera
- Vanda teret ( berdaun
pensil) seperti: vanda
teres dan Vanda
hookeriana.
Anggrek ini membutuhkan media
lain seperti: serutan kayu, sabut
kelapa dan dicampur dengan
kompos dan pupuk kandang yg
sudah matang.
Anggrek terestrial umumnya
ditanam dengan sistem
bedengan, tetapi dapat juga
ditanam dalam pot tanah.
Bedengan
Jika ingin menanam anggrek di
tanah pertama yang harus kita
lakukan adalah membuat
bedengan. Bedengan dibuat
tidak dengan meninggikan tanah
seperti kalau kita membuat
bedengan untuk tanaman
lainnya, akan tetapi kita
membuat bedengan yang
tepinya dibatasi dengan
batubata, seperti gambar
dibawah ini.
Pada bagian dasar bedengan
ditaruh pecahan genting atau
batubata kira-kira sepertiga dari
tinggi batu bata. Diatasnya diberi
serutan kayu atau sabut kelapa,
baru diatasnya lagi diberi
kompos dan pupuk, seperti
gambar berikut.
Pemeliharaan
Penyiraman
Penyiraman pada umumnya
dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi
hari, sekitar pukul 6.00– 7.00
dan sore hari sekitar pukul 17.00
– 18.00. Pada musim kemarau
dapat dilakukan lebih dari 2 kali
sehari yaitu dengan cara
penyemprotan pada seluruh
bagian tanaman terutama bagian
bawah permukaan daun.
Tak ada salahnya berhati-hati
saat melakukan penyiraman di
rumpun anggrek.
Penyiraman yang kurang hati hati dapat menyebabkan
pembusukan pada tunas
anakan.
Tunas anakan anggrek,
khususnya pada golongan
dendrobium saat tumbuh akan
membentuk kuncup daun yang
menyerupai mahkota pada
bagian atasnya. Tunas ini amat
peka terhadap perubahan
lingkungan, terutama
kelembaban.
Kuncup yang menyerupai
mahkota ini tak lain adalah
ujung-ujung daun muda yang
belum membuka sempurna dan
posisi ujung daun tegak keatas
dengan membentuk suatu
cekungan/rongga sempit di
bagian tengahnya, persis
menyerupai mahkota.
Kuntum bunga juga akan rontok
jika kita salah dalam penyiraman
Pemupukan
Pupuk Organik
Pupuk Kompos
Seringkali apabila kita
memelihara anggrek jenis
terestrial, litofit, saprofit atau
semi terestrial untuk
menambahkan pupuk organik
kedalam media tanamnya
sebagai sumber unsur hara
makro dan mikro dan juga dapat
untuk memperbaiki sifat kimia,
biologi dan fisik tanah disekitar
perakaran anggrek
Air kelapa
Air kelapa ternyata memiliki
manfaat untuk meningkatkan
pertumbuhan tanaman.
Air kelapa yang sering dibuang
oleh para pedagang di pasar
tidak ada salahnya untuk kita
manfaatkan sebagai penyubur
tanaman.
Selama ini air kelapa banyak
digunakan di Laboratorium
sebagai nutrisi tambahan di
dalam media kultur jaringan.
Pemberian pupuk majemuk
dilakukan 2 kali seminggu
dengan dosis 0,2% atau sesuai
dosis anjuran. Pemberian pupuk
dilakukan melalui daun dengan
cara penyemprotan di seluruh
bagian tanaman, terutama di
bagian bawah permukaan daun.
Pupuk majemuk yang diberikan
sebaiknya lebih dari 2 jenis
pupuk yang diaplikasikan secara
bergantian. Komposisi unsur N,
P dan K yang diberikan
tergantung pada besar kecilnya
tanaman.
Perlu dibedakan pemberian
pupuk untuk bibit, tanaman
remaja, dan untuk merangsang
pembungaan.
3. Pengendalian hama dan
Penyakit
Penyemprotan pestisida seperti:
insektisida, fungisida dan
bakterisida dapat dilakukan 1 kali
seminggu secara bergantian
atau sesuai dosis anjuran dan
tergantung juga pada berat
ringannya tingkat serangan.
Bioinsektisida (organik)
Serangan hama merupakan
salah satu faktor pembatas untuk
peningkatkan produksi pertanian
yang dalam kasus ini adalah
pemeliharaan anggrek.
Untuk megendalikan hama
seringkali digunakan pestisida
kimia dengan dosis yang
berlebih. Padahal akumulasi
senyawa-senyawa kimia
berbahaya dapat menimbulkan
dampak negatif terhadap
kelestarian lingkungan dan
kesehatan manusia.
Ditengah maraknya budidaya
pertanian organik, maka upaya
pengendalian hama yang aman
bagi produsen/petani dan
konsumen serta menguntungkan
petani, menjadi prioritas utama.
Salah satu alternatif
pengendalian adalah
pemanfaatan jamur penyebab
penyakit pada serangga
(bioinsectisida), yaitu jamur
patogen serangga Beauveria
bassiana.
Jamur Beauveria bassiana
adalah jamur mikroskopik
dengan tubuh berbentuk
benang-benang halus (hifa).
Kemudian hifa-hifa tadi
membentuk koloni yang disebut
miselia.
Gambar Insektisida hayati
Jamur ini tidak dapat
memproduksi makanannya
sendiri, oleh karena itu jamur ini
bersifat parasit terhadap
serangga inangnya.
Laboratorium BPTPH Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta
telah mengembangkan dan
memproduksi secara massal
jamur patogen serangga B.
bassiana sebagai insektisida
alami.
Berdasarkan kajian jamur B.
bassiana efektif mengendalikan
hama walang sangit, wereng
batang coklat, dan kutu (Aphids
sp).
Akan tetapi, bukan tidak mungkin
akan efektif bila diuji coba pada
serangga-serangga hama
anggrek seperti kutu gajah.
Sistem kerjanya yaitu spora
jamur B. bassiana masuk
ketubuh serangga inang melalui
kulit, saluran pencernaan,
spirakel dan lubang lainnya.
Selain itu inokulum jamur yang
menempel pada tubuh serangga
inang dapat berkecambah dan
berkembang membentuk tabung
kecambah, kemudian masuk
menembus kutikula tubuh
serangga.
Penembusan dilakukan secara
mekanis dan atau kimiawi
dengan mengeluarkan enzim
atau toksin.
Jamur ini selanjutnya akan
mengeluarkan racun beauverin
yang membuat kerusakan
jaringan tubuh serangga. Dalam
hitungan hari, serangga akan
mati. Setelah itu, miselia jamur
akan tumbuh ke seluruh bagian
tubuh serangga.
Serangga yang terserang jamur
B. bassiana akan mati dengan
tubuh mengeras seperti mumi
dan tertutup oleh benang benang hifa berwarna putih.
Dilaporkan telah diketahui lebih
dari 175 jenis serangga hama
yang menjadi inang jamur B.
bassiana.
Berdasarkan hasil kajian jamur
ini efektif mengendalikan hama
walang sangit (Leptocorisa
oratorius) dan wereng batang
coklat (Nilaparvata lugens) pada
tanaman padi serta hama kutu
(Aphids sp.) pada tanaman
sayuran.
Beberapa keunggulan jamur
patogen serangga B. bassiana
sebagai pestisida hayati yaitu :
x Selektif terhadap
serangga sasaran
sehingga tidak
membahayakan
serangga lain bukan
sasaran, seperti predator,
parasitoid, serangga
penyerbuk, dan serangga
berguna lebah madu.
x Tidak meninggalkan
residu beracun pada hasil
pertanian, dalam tanah
maupun pada aliran air
alami.
x Tidak menyebabkan
fitotoksin (keracunan)
pada tanaman
x Mudah diproduksi
dengan teknik
sederhana.
Teknik aplikasinya cukup mudah,
yaitu dengan mengambil 2-3
gram formulasi dan
disuspensikan dalam 1 ltr air,
tambahkan 3 sendok gula pasir
per tangki, waktu semprot sore
hari.
Dalam satu kemasan formulasi
B. bassiana, berisi 100 gram
formulasi padat. Itupun dapat
dikembangbiakan secara
konvensional, sehingga lebih
menghemat pengeluaran.
Akhirnya, walaupun keberhasilan
dari insektisida biologis dari
jamur ini memberikan dampak
positif terhadap pengendalian
serangga hama tanaman dan
keselamatan lingkungan. Namun
dalam penerapannya di
masyarakat masih minim,
sehingga memerlukan upaya
sosialisasi yang lebih intensif.
Insektisida
Budidaya anggrek tentunya akan
mengalami interaksi baik dari
lingkungan abiotik (tak hidup)
dan lingkungan biotik (hidup).
Salah satu bentuk interaksi biotik
yaitu parasitisme, dimana
anggrek berada sebagai
organisme yang dirugikan,
sedangkan hama sebagai
organisme yang diuntungkan.
Fungisida adalah zat kimia yang
digunakan untuk mengendalikan
cendawan (fungi).
Fungisida umumnya dibagi
menurut cara kerjanya di dalam
tubuh tanaman sasaran yang
diaplikasi, yakni fungisida
nonsistemik, sistemik, dan
sistemik local.
Pada fungisida, terutama
fungisida sistemik dan non
sistemik, pembagian ini erat
hubungannya dengan sifat dan
aktifitas fungisida terhadap jasad
sasarannya.
Insektisida secara umum adalah
senyawa kimia yang digunakan
untuk membunuh serangga
pengganggu (hama serangga).
Insektisida dapat membunuh
serangga dengan dua
mekanisme, yaitu dengan
meracuni makanannya
(tanaman) dan dengan langsung
meracuni si serangga tersebut.
Pengamatan Hama dan Penyakit
Hama
a. Tungau Merah Tennuipalvus
orchidarum Parf
Ordo : Acarina
Famili : Tetranychidae
1. Tanaman Inang : Jenis jenis yang dapat diserang
hama ini adalah
Phalaenopsis sp.,
Dendrobium sp., Orchidium
sp., Vanda sp. dan
Granatophyllium sp.,
kapas, kacang-kacangan,
jeruk, dan gulma terutama
golongan dikotil.
2. Gejala Serangan : Tungau
ini sangat cepat
berkembang biak dan
dalam waktu singkat dapat
menyebabkan kerusakan
secara mendadak. Bagian
tanaman yang diserang
antara lain tangkai daun
dan bunga. Tangkai yang
diserang akan berwarna
seperti perunggu. Pada
permukaan atas daun
terdapat titik/bercak
berwarna kuning atau
coklat, kemudian meluas
dan seluruh daun menjadi
kuning. Pada permukaan
bawah berwarna putih
perak dan bagian atas
berwarna kuning semu.
Pada tingkat serangan
lanjut daun akan berbercak
coklat dan berubah menjadi
hitam kemudian gugur.
Pada daun Phalaenopsis
sp. mula-mula berwarna
putih keperakan kemudian
menjadi kuning. Hama ini
dapat berjangkit baik pada
musim hujan maupun
musim kemarau, namun
umumnya serangan
meningkat pada musim
kemarau, sedangkan pada
musim hujan serangan
berkurang karena terbawa
air. Kerusakan dapat
terjadi mulai dari
pembibitan.
3. Biologi :Tungau berwarna
merah, berukuran sangat
kecil yaitu 0,2 mm
sehingga sukar untuk
dilihat dengan mata
telanjang. Tungau dapat
dijumpai pada daun,
pelepah daun dan bagian bagian tersembunyi
lainnya. Telur tungau
berwarna merah, bulat dan
diletakkan membujur pada
permukaan atas daun.
b. Kumbang Gajah
Orchidophilus aterrimus
(Acythopeus)
Ordo : Coleoptera
Famili : Curculionidae
1) Tanaman Inang: Jenis
anggrek yang diserang
adalah anggrek epifit antara
lain Arachnis sp., Cattleya
sp., Coelogyne sp.,
Cypripedium sp.,
Dendrobium sp., Cymbidium
sp., Paphiopedilum sp.,
Phalaenopsis sp.,
Renanthera sp., dan Vanda
sp.
2) Gejala Serangan : Kumbang
bertelur pada daun atau
lubang batang tanaman.
Kerusakan terjadi karena
larvanya menggerek daun
dan memakan jaringan di
bagian dalam batang
sehingga mengakibatkan
aliran air dan hara dari akar
terputus serta daun-daun
menjadi kuning dan layu.
Kerusakan pada daun
menyebabkan daun
berlubang-lubang. Larva
juga menggerek batang
umbi, pucuk dan batang
untuk membentuk
kepompong, sedangkan
kumbang dewasa memakan
epdermis/permukaan daun
muda, jaringan/tangkai
bunga dan pucuk/kuntum
sehingga dapat
mengakibatkan kematian
bagian tanaman yang
dirusak. Serangan pada titik
tumbuh dapat mematikan
tanaman. Pada pembibitan
Phalaenopsis sp. dapat
terserang berat hama ini.
Seangan kumbang gajah
dapat terjadi sepanjang
tahun, tetapi paling banyak
terjadi pada musim hujan,
terutama pada awal musim
hujan tiba.
3) Biologi : Kumbang berwarna
hitam kotor/tidak mengkilap
dengan ukuran bervariasi
3,5-7 mm termasuk
moncong. Kumbang bertelur
pada daun atau lubang pada
batang tanaman. Larva
menggerek ke jaringan
batang atau masuk ke
pucuk/kuncup dan tangkai
sampai menjadi pupa. Fase
larva (ulat), pupa
(kepompong) sampai
dewasa (kumbang)
berlangsung dalam
pseudobulb. Larva yang baru
menetas menggerek
pseudobulb, makan dan
tinggal di dalam pseudobulb
tersebut. Pupa terbungkus
oleh sisa makanan dan
terletak di rongga bekas
gerekan di dalam
pseudobulb.
c. Kumbang Penggerek
Omobaris calanthes Mshl.
Ordo : Colepotera
Famili : Curculionidae
1) Tanaman Inang :Jenis
anggrek yang diserang
terutama adalah anggrek
tanah terutama jenis
Calanthe sp. dan Phajus sp.
2) Gejala Serangan : Berbeda
dengan kumbang gajah,
larva kumbang ini
menggerek masuk ke
jaringan akar/umbi, pucuk
dan tangkai bunga sehingga
dinding gerekan menjadi
hitam. Sedangkan kumbang
dapat dijumpai di bagian
tengah tanaman di antara
daun bawah. Serangga
membuat sejumlah lubang,
seringkali berbaris di daun
dan juga tunas utama yang
masih terlipat yang kemudian
dapat patah dan mati. Pada
tahap awal seringkali
merusak akar tanaman dan
pada saat bunga masih
kuncup. Serangan berat
menyebabkan tanaman
terlihat merana dan dapat
mematikan tanaman anggrek
secara keseluruhan.
3) Biologi :Pertumbuhan larva
dapat mencapai panjang 5
mm.
d. Kumbang Penggerek Akar
Diaxenes phalaenopsidis
Fish.
Ordo : Coleoptera
Famili : Cerambycidae
1) Tanaman Inang :Larva
maupun kumbang ini dapat
menyerang tanaman anggrek
Renanthera sp., Vanda sp.,
Dendrobium sdp., Oncidium
sp. dan lebih khusus anggrek
Phalaenopsis sp.
2) Gejala Serangan :Larva
menggerek akar sehingga
akar mengering dan dapat
mengakibatkan kematian.
Larva juga menyerang
bunga. Kerusakan yang
diakibatkan oleh hama ini
akan sangat berat jika tidak
segera dikendalikan.
3) Biologi :Telur berwarna hijau
terang dengan panjang 2,4
mm dan diletakkan di bawah
kutikula akar. Larva
berwarna kuning dan
membentuk pupa dalam
suatu kokon yang
berserabut/berserat padat.
Kumbang dapat hidup
sampai 3 bulan dan daur
hidup mencapai 50-60 hari.
Pada siang hari kumbang ini
bersembunyi dan pada
malam hari memakan daun
bagian atas dan
meninggalkan
potongan/bekas gerekan
yang tidak beraturan di
permukaan.
e. Kumbang Penggerek Oulema
(= Lema) pectoralis Baly.
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae
1) Tanaman Inang :Arachnis
sp., Grammatophyllum
sp., Vanda sp.,
Phalaenopsis sp.,
Calanthes sp. dan
kadang-kadang
menyerang Dendrobium
sp.
2) Gejala Serangan :Larva
membuat lubang pada
daun, akar, kuntum
bunga dan bunga.
Serangga dewasa juga
dapat memakan daun.
3) Biologi :Kumbang
berwarna hijau
kekuningan. Tubuhnya
diselubungi busa yang
berwarna hijau tua.
Larvanya membuat
lubang pada daun, akar,
kuntum bunga dan
bunganya. Kumbang
mempunyai tipe criocerin
sepanjang punggung dan
pronotum yang sempit.
Serangga dari famili ini
berasosiasi dengan
rumput-rumputan dan
monokotiledon lain. Larva
yang semula berwarna
abu-abu, dengan
meningkatnya umur,
akan berubah menjadi
kuning. Tubuh larva
senantiasa tertutup oleh
kotorannya sendiri. Telur
diletakkan terpisah-pisah
pada bunga dan petiola.
Telur berwarna kuning
kehijauan dengan
panjang 1,25 mm. Larva
yang baru menetas
membawa kulit telur di
punggungnya. Daur
hidup mencapai 30 hari.
f. Kutu Perisai Parlatoria proteus
Curt.
Ordo : Hemiptera
Famili : Diaspididae
1) Tanaman Inang : Kutu
ini tersebar luas dan
terutama dijumpai pada
tanaman anggrek
Dendrobium sp.,
Renanthera sp., Vanda
sp. dan jenis-jenis
anggrek tanah, dan
palem.
2) Gejala Serangan
:Tanaman yang
terserang berwarna
kuning merana, kadang kadang daun
berguguran.
3) Biologi : Kutu
mempunyai perisai
berwarna coklat merah
berukuran + 1,5 mm,
kutu dewasa berwarna
gelap berbentuk bulat,
pipih, melekat pada
bagian tanaman
terserang. Telurnya
diletakkan di bawah
perisai/tempurung,
sehingga tidak terlihat
dari atas. Larva tidak
bertungkai, berbentuk
bulat. Kutu dewasa
betina tidak bersayap
sedangkan yang jantan
bersayap.
g. Pengerekk Daun Gonophora
xanthomela ( = Agonita
spathoglottis)
Ordo : Coleoptera
Famili : Chrysomelidae
1) Tanaman Inang :Hama
ini menyerang jenis-jenis
anggrek Phalaenopsis
amabilis, Vanda tricolor,
V. coerulea, Arundina sp.
dan Aspathoglottis sp.
2) Gejala Serangan Larva
mengorok bagian dalam
daun dan meninggalkan
bagian epidermis
sehingga daun tampak
transparan. Serangan
berat terjadi pada musim
hujan.
3) Biologi :Kumbang
berukuran 6 mm,
terdapat tanda hitam dan
oranye. Telur diletakkan
pada permukaan bawah
daun dan ditutupi
kotoran.
h. Ulat Bunga Chliaria othona
Ordo : Lepidoptera
Famili : Lycaenidae
1) Tanaman Inang : Ulat ini
menyerang jenis-jenis
anggrek Dendrobium sp.,
Phalaenopsis sp.,
Arundina sp., Phajus sp.
2) Gejala Serangan :Ulat
memakan bunga atau
pucuk anggrek. Setelah
menetas dari telur segera
masuk dan merusak ke
dalam pucuk sampai ke
bunga.
3) Biologi :Ulat berbentuk
pipih. Larva yang baru
menetas dari telur masuk
ke dalam pucuk sampai
bunga. Stadia pupa
terjadi di daun dan umbi umbian dalam lapisan
anyaman dan pupa
berbalut lapisan sutera.
i. Pemakan Daun Negeta
chlorocrota Hps.
Ordo : Lepidoptera
Famili : Noctuidae
1) Tanaman Inang
:Kerusakan paling
banyak pada
Dendrobium sp., dan
Arachnis sp.. dan
serangga juga dijumpai
pada Phalaenopsis sp.
dan aneka anggrek liar.
2) Gejala Serangan :Larva
memakan daun muda
dan meninggalkan
potongan-potongan daun
yang putih dan
transparan. Kerusakan
disebabkan oleh instar
selanjutnya pada daun
yang lebih tua. Pucuk pucuk muda juga
diserang. Pada populasi
tinggi larva
menggerogoti daun,
potongan oval dari daun
yang tertinggal di atas
dan digunakan untuk
membentuk tempat
pupa.
3) Biologi :Ulat merupakan
semi penggulung daun
anggrek. Ulat instar
lanjut berwarna hijau
pudar dengan garis
gelap membujur dan
empat tanda di
punggung. Seta (bulu)
panjang tumbuh dari
kecil dan hitam. Panang
larva + 35 mm. Ngengat
muda tidak terbang
sangat jauh. Telur
berduri dan dijumpai di
daun, pucuk dan bunga.
Di Bogor siklus hidup
mencapai 38 hari.
j. Kutu Putih Pseudococcus sp.
Ordo : Hemiptera
Famili : Pseudococcidae
1) Tanaman Inang : Hama
ini tersebar luas dan
merupakan hama penting
pada tanaman buah buahan dan tanaman
hias.
2) Gejala Serangan :Pada
Dendrobium sp., kutu
menyerang ujung akar,
bagian daun sebelah
bawah dan batang.
Bagian tanaman
terserang akan berwarna
kuning dan akhirnya mati
karena hama ini
mengisap cairan sel.
Pada Phalaenopsis sp.,
kutu menyerang ketiak
daun di sekitar titik
tumbuhnya, sehingga
menyebabkan tanaman
mati.
3) Biologi :Seluruh tubuh
tertutup oleh lilin
termasuk tonjolan pendek
yang terdapat pada
tubuhnya. Kutu berwarna
coklat kemerahan,
panjang 2 mm, dan
memproduksi embun
madu sehingga menarik
bagi semut untuk
berkumpul. Kutu
memperbanyak diri
melalui atau tanpa
perkawinan
(partenogenesis).
Perkembangan satu
generasi memerlukan
waktu selama 36 hari.
k. Siput Setengah Telanjang
(Slug) Parmarion pupillaris
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang :
Bersifat polifag, selain
menyerang anggrek juga
pada kol, sawi, tomat,
kentang, tembakau, karet
dan ubi jalar.
2) Gejala Serangan :Siput
memakan daun dan
membuat lubang-lubang
tidak beraturan.
Seringkali ditandai
dengan adanya bekas
lendir sedikit mengkilat
dan kotoran. Akar dan
tunas anakan juga
diserang. Seringkali
merusak pesemaian atau
tanaman yang baru saja
tumbuh. Siput juga
makan bahan organik
yang telah membusuk
atauun tanaman yang
masih hidup.
3) Biologi :Siput tidak
memiliki cangkok,
berukuran panjang 5 cm,
berwarna coklat
kekuningan atau coklat
keabuan. Rumah pada
punggungnya kerdil dan
sedikit menonjol. Siput
tidak beruas, badannya
lunak, bisa mengeluarkan
lendir, berkembang biak
secara hermaprodit
namun sering juga terliha
mereka mengadakan
perkawinan dengan
sesama. Siput menyukai
kelembaban. Telur
diletakkan pada tempat tempat yang lembab.
Siput biasanya pada
waktu siang hari
bersembunyi di tempat
yang teduh dan aktif
mencari makan pada
malam hari. Alat untuk
makan berbentuk seperti
lidah yang kasar seperti
parut yang disebut
radula.
l. Siput Telanjang Vaginula
bleekeri atau Filicaulis bleekeri
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang : Selain
menyerang anggrek, juga
merusak pesemaian
sayuran seperti kol,
sawi, tomat dan
tembakau.
2) Gejala Serangan :Gejala
serangan mirip
Parmarion. Siput
menyerang tanaman
pada waktu malam hari.
Bagian tanaman yang
diserang adalah daun
dan pucuk-pucuknya
3) Biologi :Bentuk siput
seperti lintah, berwarna
coklat keabuan, pada
punggungnya terdapat
bercak-bercak coklat tua
yang tidak teratur dan
ada sepasang garis
memanang, panjang
tubuh + 5 cm.
m. Bekicot Achatina fulica atau
A. variegata
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang :Bekicot
selain merusak tanaman
anggrek, juga tanaman
bunga bakung, bunga
dahlia, pepaya, tomat
2) Gejala Serangan :
Bekicot banyak merusak
seluruh bagian tanaman
dengan memakan daun
dan bagian tanaman
lain. Selain itu juga
makan tanaman yang
telah mati.
3) Biologi : Bekicot
mempunyai cangkok
(rumah), dengan ukuran
panjang + 10-13
cm. Pada waktu siang
hari bekicot ini sering
istirahat pada batang
pepaya, pisang dan
dinding rumah. Pada
waktu malam hari
mencari makanan. Siang
hari mencari tempat
perlindungan di lubang
tanah, kaleng atau
bambu. Bila diganggu
mereka akan menarik
kepalanya ke dalam
rumahnya. Kadang kadang dapat
mengeluarkan suara.
Pada waktu musim
kemarau yang panjang
dan udara panas, kepala
dan seluruh badan
dimasukkan dalam rumah
dan lubangnya ditutup
dengan suatu lapisan
membran yang tebal
hingga ia dapat bertahan
hidup selama musim
kemarau + 6 bulan.
Bila musim hujan tiba
dalam beberapa jam
mereka dapat segera
mengakhiri masa
istirahatnya dan mulai
mencari makanan.
Bekicot yang baru saja
menetas bisa tahan tidak
makan selama 1 bulan.
Bekicot yang besar bisa
tahan terendam air tawar
selama 12 jam, tetapi
kalau air mengandung
garam bekicot akan mati
dengan pelan-pelan.
Telurnya berwarna kuning
dengan diameter + 5 mm,
biasanya terdapat dalam
kelompok telur yang
jumlahnya 100-500 butir
gumpalan telur yang
diameternya bisa sampai
+ 5 cm. Biasanya terletak
di bawah batu, tanaman
atau dalam tanah
gembur. Telur ini akan
menetas dalam 10-14
hari.
n. Tungau Jingga Anggrek
Pseudoleptus vandergooti (Oud)
Ordo : Acarina
Famili : Tertranychidae
1) Tanaman Inang :Anggrek
Dendrobium sp. sangat
peka terhadap serangan
tungau jingga.
2) Gejala Serangan
:Serangan hama ini
mengakibatkan daun dan
jaringan batang berubah
warna.
3) Biologi :Tungau
berukuran 0,3 mm, hidup
berkoloni pada daun daun yang mati.
o. Thrips Anggrek
Dichromothrips (= Eugniothrips)
smithi (Zimm)
Ordo : Thysanopter
Sub Ordo : Terebrantia
1) Tanaman Inang :Thrips
anggrek dari P. Jawa
ditemukan pula di
Taiwan. Thrips
mengakibatkan
kerusakan serius pada
pembibitan anggrek
Arachnis sp., Cattleya
sp., Dendrobium sp.,
Renanthera sp., dan
Vanda sp.
2) Gejala Serangan :
Serangan hama ini
mengakibatkan
pertumbuhan tanaman
terhambat, bunga
berguguran, daun
berubah bentuk dan
berwarna keperakan.
Pada musim kemarau
serangan thrips dapat
mengakibatkan
penurunan produksi
bunga.
3) Biologi :Hama ini sangat
kecil, dan berwarna abu abu, ada juga yang
berwarna kecoklatan.
Panjangnya kira-kira 1-
1½ mm. Trips
mempunyai tiga pasang
kaki, dan berbadan
ramping.
p. Kepik Anggrek Mertila
malayensis Dist.
Ordo : Hemiptera
Famili : Miridae
1) Tanaman Inang :Kepik
ini memiliki daerah
penyebaran meliputi
wilayah Asia Selatan dan
Timur. Kepik dapat
ditemukan pada anggrek
Phalaenopsis sp.,
Bulbophyllum sp.,
Renanthera sp., Vanda
sp.
2) Gejala Serangan :
Serangan kepik
menimbulkan gejala
bintik-bintik putih kuning
pada permukaan atas
dan bawah daun
anggrek. Kadang kadang titik-titik tersebut
sangat rapat sehingga
merupakan bercak
putih. Tanaman yang
terserang lama-lama
menjadi gundul.
3) Biologi :Kepik berwarna
merah kehitaman. Telur
diletakkan di daun, dan
nimfa yang baru
menetas berwarna
merah mirip dengan
tungau. Serangga
biasanya hidup
berkelompok, jika
diganggu maka akan
melarikan diri dengan
cepat. Di Salatiga siklus
hidup sekitar 4 minggu,
dan serangga dewasa
dapat hidup selama 2
bulan.
q. Kutu Daun Anggrek
Cerataphis oxhidiarum (West)
Ordo : Homoptera
Famili : Aphidoidea
1) Tanaman Inang :Kutu ini
tersebar luas dan
terutama dijumpai pada
tanaman anggrek
Dendrobium sp.,
Renanthera sp., Vanda
sp. dan jenis-jenis
anggrek tanah.
2) Gejala Serangan :Kutu
daun menempel pada
daun, dan menyebabkan
daun yang terserang
berubah menjadi kuning,
kemudian coklat,
akhirnya mati.
3) Biologi :Spesies kutu
daun ini berwarna coklat
gelap sampai hitam.
Pada waktu masih muda,
serangga berwarna
hijau. Penyebaran
meliputi di daerah tropis.
r. Kutu Tempurung Aspidiotus
sp.
Ordo : Homoptera
Famili : Diaspididae
1) Tanaman Inang : Di
daerah Bogor kutu
tempurung ditemukan
pada anggrek
Renanthera sp. dan
Vanda sp., kelapa,
kelapa sawit, pisang,
mangga, alpukat, jambu
biji, kakao, karet, keluwih,
dan jahe.
2) Gejala Serangan :
Serangga ini mengisap
cairan daun di bagian
permukaan bawah
sehingga meninggalkan
bercak-bercak dan
menyebabkan daun
berwarna kuning
kecoklatan. Kutu
mengisap cairan daun,
sehingga makin lama
cairan daun habis dan
jaringan di sekelilingnya
terjadi nekrosis. Pada
serangan berat seluruh
daun menjadi kering dan
kemudian rontok.
3) Biologi : Serangga
dewasa berwarna merah
coklat gelap berukuran
panjang 1,5 mm. Kutu
betina dapat
menghasilkan telur 20-30
butir. Telur diletakkan di
dalam perisai di bawah
badannya. Nimfa yang
baru menetas akan ke
luar dari perisai,
berkelompok di
permukaan bawah daun.
Periode telur sampai
dewasa mencapai 1,5-2
bulan. Aktivitas puncak
terjadi pada musim
kering.
s. Siput Kecil Lamellaxis (=
Opeas) gracilis (Hutt.) dan
Subulina octona Brug.
Phyllum : Mollusca
1) Tanaman Inang :Di
daerah Deli (Sumatera)
sering ditemukan pada
bedengan pembibitan
tembakau, dan di daerah
lain di Indonesia
ditemukan menyerang
sayuran di rumah kaca.
2) Gejala Serangan :Siput
ini tinggal pada tanaman
anggrek di antara media
tumbuh dalam pot dan
menyerang bagian akar.
Malam hari siput naik ke
permukaan pot dan
menyerang bagian daun.
Serangan berat terjadi
pada musim hujan.
3) Biologi :Tempurung hama
panjangnya 11 mm dan
berwarna kuning terang.
Kedua spesies hama ini
di alam sering
bercampur.
2. Penyakit
a. Busuk Hitam
Phytopthora spp.
1) Tanaman Inang :Penyakit
ini terutama dijumpai
pada anggrek Cattleya
sp., Phalaenopsis sp.,
Dendrobium sp.,
Epidendrum sp. dan
Oncidium sp.
2) Gejala Serangan :
Infeksinya tampak
dengan adanya noda noda hitam yang
menjalar dari bagian
tengah tanaman hingga
ke daun. Dalam waktu
relatif singkat seluruh
daun sudah berjatuhan.
Cendawan ini menyerang
pucuk tanaman dan titik
tumbuh. Bagian pangkal
pucuk daun terlihat basah
dan bila ditarik mudah
terlepas. Bila menyerang
titik tumbuh,
pertumbuhan akan
terhenti. Penyebaran
penyakit ini sangat cepat
bila keadaan lingkungan
lembab. Pada Cattleya
penyakit dapat timbul
pada daun, umbi semu,
akar rimpang dan kuncup
bunga. Penyakit ini juga
dapat timbul pada
pesemaian sebagai
penyakit busuk rebah.
Pada daun terjadi bercak
besar, berwarna ungu
tua, coklat keunguan,
atau hitam. Bercak
dikelilingi halo
kekuningan. Dari daun
penyakit berkembang ke
umbi semu, akar
rimpang, bahkan
mungkin ke seluruh
tanaman. Jika penyakit
mula-mula timbul pada
umbi semu, maka umbi
ini akan menjadi hitam
ungu, dan semua yang
terletak di atasnya akan
layu. Seringkali daun
menjadi rapuh dengan
goyangan sedikit saja
daun akan terlepas
sedikit di atas umbi
semu. Infeksi yang
terjadi pada permukaan
tanah dapat
menyebabkan busuk
kaki. Pada Vanda, mula mula pada pangkal daun
terjadi bercak hitam
kecoklatan tidak teratur,
dengan cepat meluas ke
seluruh permukaan daun
dan pada daun-daun
sekitarnya. Pada
umumnya penyakit timbul
di daerah pucuk
tanaman. Pada bagian
ini daun-daun berwarna
hitam coklat kebasah basahan dan mudah
sekali gugur. Kadang kadang penyakit juga
timbul pada batang dan
daerah perakaran.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Cendawan membentuk
sporangium, mudah
terlepas, bulat telur atau
jorong, pangkalnya
membulat, mempunyai
tangkai pendek dan
hialin. Spora
Phytophthora dapat
dipencarkan oleh angin,
dan percikan air. Akar
rimpang dapat dapat
terinfeksi karena patogen
yang terbawa oleh pisau
yang dipakai untuk
memotong (memisahkan
tanaman). Penyakit juga
berkembang oleh
kelembaban yang tinggi,
karena air membantu
pembentukan,
pemencaran, dan
perkecambahan spora.
b. Antraknosa. Colletotrichum
gloeosporioides (Penz.) Sacc.
(Stadium Sempurna :
Glomerella cingulata)
1) Tanaman Inang :Penyakit
ini dijumpai pada anggrek
jenis Dendrobium sp.,
Arachnis sp., Ascocendo
sp., Phalaenopsis sp.,
Vanda sp. dan Oncidium
sp.
2) Gejala Serangan : Pada
daun atau umbi semu
mula-mula timbul bercak
bulat, mengendap,
berwarna kuning atau
hijau muda. Akhirnya
bercak menjadi coklat
dan mempunyai bintik bintik hitam yang terdir
dari tubuh buah
(aservulus) cendawan.
Pada umumnya bintik bintik ini teratur pada
lingkaran-lingkaran yang
terpusat. Dalam
keadaan yang lembab
tubuh buah
mengeluarkan massa
spora (konidium) yang
berwarna merah jambu
atau jingga. Daun yang
terserang akan gugur
akhirnya umbi akan
gundul. Pada bunga,
penyakit menyebabkan
terjadinya bercak-bercak
coklat kecil yang dapat
membesar dan bersatu
sehingga dapat meliputi
seluruh bunga.
Cendawan dapat
mempertahankan diri
dengan hidup secara
saprofitik pada sisa
tanaman sakit. Pada
cuaca menguntungkan
(lembab), cendawan
membentuk konidium
yang apabila terbentuk
dalam massa yang lekat,
konidium dipencarkan
oleh percikan air hujan/air
siraman, mungkin juga
oleh serangga.
Cendawan adalah parasit
lemah, yang hanya dapat
mengadakan infeksi pada
tanaman yang
keadaannya lemah,
terutama melalui luka luka, termasuk luka
karena terbakar
matahari. Terjadinya
penyakit juga dibantu
oleh pemberian pupuk
nitrogen yang terlalu
banyak.
3) Morfologi/Epidemiologi :
C.gloeosporioides
berbentuk aservulus
pada bagian yang mati
(nekrosis) yang berbatas
tegas, biasanya berseta,
kadang-kadang berseta
sangat jarang atau tidak
sama sekali. Aservulus
berbentuk bulat,
memanjang atau tidak
teratur, garis tengahnya
dapat mencapai 500 m.
Seta mempunyai panjang
yang bervariasi, jarang
lebih dari 200 m,
dengan lebar 4-8 m,
bersekat 1-4, berwarna
coklat, pangkalnya agak
membengkak, mengecil
ke ujung, pada ujungnya
kadang-kadang
berbentuk konidium.
Konidium berbentuk
tabung, ujungnya tumpul,
pangkalnya sempit
terpancung, hialin, tidak
bersekat, berinti 1,9-24 x
3,6 m. Konidiofor
berbentuk tabung, tidak
bersekat, hialin atau
coklat pucat. C.
gloeosporioides tersebar
luas, sebagai parasit
lemah pada bermacam macam tumbuhan inang,
bahkan ada yang hanya
hidup sebagai saprofit.
Cendawan dapat
mempertahankan diri
dengan hidup secara
saprofitis pada
bermacam-macam sisa
tanaman sakit. Pada
cuaca menguntungkan
jamur membentuk
konidium. Karena
terbentuk dalam massa
yang lekat, konidium
dipencarkan oleh
percikan air, dan mungkin
oleh serangga.
Pembentukan konidium
dibentuk oleh cuaca yang
lembab, sedang
pemencaran konidium
dibantu oleh percikan air
hujan maupun siraman.
c. Layu Sklerotium rolfsii Sacc.
(Stadium Sempurna : Corticium
rolfsii Curzi)
1) Tanaman Inang :Selain
menyerang anggrek,
penyakit ini diketahui
menyerang pada
tanaman pertanian
lainnya. Pada anggrek
terutama menyerang
jenis-jenis terestrial,
seperti Vanda sp.
,
Arachnis sp. dan
sebagainya.
2) Gejala Serangan :
Tanaman yang
terserang menguning
dan layu. Infeksi terjadi
pada bagian-bagian
yang dekat dengan
tanah. Bagian ini
membusuk, dan pada
permukaannya terdapat
miselium cendawan
berwarna putih, teratur
seperti bulu. Miselium
ini membentuk
sklerotium, yang semula
berwarna putih, kelak
berkembang menjadi
butir-butir berwarna
coklat yang mirip
dengan biji sawi. Pada
Phalaenopsis penyakit
menyebabkan busuk
akar dan pangkal daun.
Jaringan menjadi
berwarna kuning krem,
berair, yang segera
berubah menjadi coklat
lunak karena adanya
bakteri dan cendawan
tanah. Sklerotium
bentuknya hampir bulat
dengan pangkal yang
agak datar, mempunyai
kulit luar, kulit dalam
dan teras. Di daerah
tropis S. rolfsii tidak
membentuk spora.
Cendawan dapat
bertahan lama dengan
hidup secara saprofitik,
dan dalam bentuk
sklerotium yang tahan
terhadap keadaan yang
kurang baik. S. rolfsii
umumnya terdapat
dalam tanah.
Cendawan terutama
terpencar bersama sama dengan tanah
atau bahan organik
pembawanya.
Sklerotium dapat
terpencar karena
terbawa oleh air yang
mengalir. S. rolfsii
terutama berkembang
dalam cuaca yang
lembab. Cendawan
dapat menginfeksi
tanaman anggrek
melalui luka ataupun
tidak, bila melalui luka
infeksi akan
berlangsung lebih
cepat. Di Indonesia
Oncidium sp. dan
Phalaenopsis sp.
sangat rentan terhadap
S. rolfsii, Cattleya sp.
agak tahan, sedangkan
Dendrobium sp. sangat
tahan.
3) Morfologi/Epidemiologi :
S. rolfsii adalah
cendawan yang
kosmopolit, dapat
menyerang bermacam macam tumbuhan,
terutama yang masih
muda. Cendawan itu
mempunyai miselium
yang terdiri dari
benang-benang
berwarna putih,
tersusun seperti bulu
atau kipas. Cendawan
tidak membentuk
spora. Untuk
pemencaran dan
mempertahankan diri
cendawan membentuk
sejumlah sklerotium
yang semula berwarna
putih kelak menjadi
coklat dengan garis
tengah kurang lebih 1
mm. Butir-butir ini
mudah sekali terlepas
dan terangkut oleh air.
Sklerotium mempunyai
kulit yang kuat sehingga
tahan terhadap suhu
tinggi dan kekeringan.
Di dalam tanah
sklerotium dapat
bertahan selama 6-7
tahun. Dalam cuaca
yang kering sklerotium
akan mengeriput, tetapi
justru akan
berkecambah dengan
cepat jika kembali
berada dalam
lingkungan yang
lembab.
d. Layu Fusarium oxysporum
1) Tanaman Inang :Penyakit
layu Fusarium dapat
dijumpai pada anggrek
jenis Cattleya sp.,
Dendrobium sp. dan
Oncidium sp. Selain itu
juga menyerang kubis,
caisin, petsai, cabai,
pepaya, krisan, kelapa
sawit, lada, kentang,
pisang dan jahe.
2) Gejala serangan :
Patogen menginfeksi
tanaman melalui akar
atau masuk melalui luka
pada akar rimpang yang
baru saja dipotong,
menyebabkan batang
dan daun berkerut.
Bagian atas tanah
tampak merana seperti
kekurangan air,
menguning, dengan
daun-daun yang keriput,
umbi semu menjadi
kurus, kadang-kadang
agak terpilin. Perakaran
busuk, pembusukan pada
akar dapat meluas ke
atas, sampai ke pangkal
batang.
3) Jika akar rimpang
dipotong akan tampak
bahwa epidermis dan
hipodermis berwarna
ungu, sedang phloem
dan xylem berwarna
ungu merah jambu muda.
Akhirnya seluruh akar
rimpang menjadi
berwarna ungu.
4) Epidemiologi :Patogen
dapat bertahan secara
alami di dalam media
tumbuh dan pada akar akar tanaman sakit.
Apabila terdapat tanaman
peka, melalui akar yang
luka dapat segera
menimbukan infeksi.
Penyakit ini mudah
menular melalui benih,
dan alat pertanian yang
dipakai.
e. Bercak Daun Cercospora
spp.
1) Tanaman inang :Semua
jenis anggrek terserang
oleh penyakit ini,
terutama yang ditanam di
tempat terbuka, seperti
Vanda sp., Arachnis sp.,
Aranda sp., Aeridachnis
sp. dan sebagainya.
2) Gejala serangan :
Penyakit timbul hanya
apabila keadaan
lingkungan lembab. Mula mula pada sisi bawah
daun yang masih muda
timbul bercak kecil
berwarna coklat. Bercak bercak dapat
berkembang melebar dan
memanjang, dan dapat
bersatu membentuk
bercak yang besar. Pada
pusat bercak yang
berwarna coklat
keputihan, cendawan
membentuk kumpulan kumpulan konidiofor
dengan konidium, yang
bila dilihat dengan kaca
pembesar (loupe) tampak
seperti bintik-bintik hitam
kelabu. Pusat bercak
akhirnya mengering dan
dapat menjadi berlubang.
Gejala ini lebih banyak
terdapat pada daun-daun
tua.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Konidium cendawan ini
berbentuk gada panjang
bersekat 3-12. Konidiofor
pendek, bersekat 1-3,
cendawan dapat terbawa
oleh benih dan bertahan
pada sisa-sisa tanaman
sakit selama satu
musim. Cuaca yang
panas dan basah
membantu
perkembangan penyakit.
Penyakit dapat timbul
pada tanaman muda,
meskipun cenderung
lebih banyak pada
tanaman tua.
f. Bercak Coklat Ralstonia
(Pseudomonas) cattleyae (Pav.)
Savul
1) Tanaman Inang :Penyakit
terutama menyerang
Phalaenopsis sp. dan
Catleya sp.
2) Gejala serangan :
Penyakit ini terutama
merugikan Phalaenopsis
sp. Bagian tanaman yang
terserang yaitu daun dan
titik tumbuh. Penyakit
sangat cepat menjalar,
dan pada daun yang
terserang terjadi bercak
lunak, kebasah-basahan
dan berwarna kecoklatan
atau hitam. Penyakit
meluas dengan cepat.
Jika penyakit mencapai
titik tumbuh, tanaman
akan mati. Bagian yang
sakit mengeluarkan lendir
(eksudat), yang dapat
menularkan penyakit ke
tanaman lain, melalui
penyiraman. Pada daun
Cattleya sp. penyakit
tampak sebagai bercak bercak mengendap,
hitam dan kebasah basahan. Pada
umumnya penyakit hanya
terbatas pada satu atau
dua daun, dan tidak
mematikan tanaman.
3) Epidemiologi : Massa
bakteri sering muncul di
permukaan jaringan
tanaman sakit. Penyakit
ini berkembang pada
kondisi lingkungan yang
basah dan suhu yang
tinggi. Penyakit dapat
menular melalui alat-alat
pertanian, air, media
tumbuh dan benih yang
terinfeksi.
g. Busuk Lunak
Erwinia spp.
1) Tanaman Inang :Penyakit
ini dapat menyerang
semua jenis anggrek
bahkan tanaman lain
yang lunak jaringannya.
2) Gejala Serangan :
Penyakit ini menyerang
tanaman anakan dalam
kompot. Daun-daun
anakan terlihat berair dan
warna daun berubah
kecoklatan. Pada
pseudobulb atau bagian
lunak lainnya terjadi
pembusukan disertai bau
yang tidak enak. Bakteri
ini menimbulkan
pembusukan pada
jaringan yang lunak dan
pada jaringan yang bekas
digigit serangga.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Sel bakteri berbentuk
batang, tidak mempunyai
kapsul, dan tidak
berspora. Bakteri
bergerak dengan
menggunakan flagela
yang terdapat di
sekeliling sel bakteri.
Bakteri patogen mudah
terbawa oleh serangga,
air, media tumbuh dan
sisa tanaman yang
terinfeksi, serta alat-alat
pertanian. Suhu optimal
untuk perkembangan
bakteri adalah 27° C.
Pada kondisi suhu
rendah dan kelembaban
rendah bakteri terhambat
pertumbuhannya.
h. Rebah Bibit Pythium ultinum,
Phytohpthora cactorum dan
Rhizoctonia solani.
1) Tanaman Inang :
Penyakit ini dijumpai
pada tanaman muda
dalam kompot pada
anggrek jenis Cymbidium
sp., Dendrobium sp.,
Oncidium sp. dan
sebagainya.
2) Gejala Serangan :Pada
tanaman muda ditandai
dengan gejala damping
off, yaitu tanaman mati
dan roboh. Bagian
pangkal tanaman
membusuk, sehingga
tidak kuat berdiri tegak.
Penyakit berkembang ke
atas ke bagian-bagian
lunak lainnya.
3) Epidemiologi : Patogen
tersebut terpencar
malalui air. R. solani
bertahan lama di dalam
tanah (media tumbuh).
h. Bercak Daun
Pestalotia sp.
1) Tanaman Inang :
Penyakit ini dijumpai
pada anggrek jenis
Vanda sp., Arachnis sp.,
Dendrobium sp. dan
Oncidium sp.
2) Gejala Serangan Pada
daun-daun tua dijumpai
bercak dengan titik-titik
hitam di bagian
tengahnya. Mula-mula
bercak berwarna kuning
agak coklat.
3) Epidemiologi Patogen
memencar dengan spora
yang terjadi apabila ada
perubahan yang
mendadak dari keadaan
basah kemudian kering
dan disertai angin.
i. Bercak
Botryodiplodia sp.
1) Tanaman Inang :Penyakit
ini dijumpai pada anggrek
jenis Vanda sp. dan
Arachnis sp.
2) Gejala Serangan :Pada
anggrek Vanda sp.
penyakit ditandai dengan
bercak memanjang
berwarna coklat sampai
hitam. Gejala terjadi baik
di daun maupun
batangnya. Bercak tidak
terbatas pada bagian bagian yang tua saja
tetapi yang mudapun
terserang.
3) Epidemiologi :Penyakit
memencar dengan
sporanya yang berada di
dalam badan buahnya.
Spora memencar bila
terjadi perubahan cuaca
yang mendadak dari
basah ke kering.
Bercak Bunga Botrytis
cenerea
1) Tanaman Inang :Penyakit
ini terutama menyerang
bunga pada anggrek
jenis Phalaenopsis sp.
dan Cattleya sp.
2) Gejala Serangan Pada
mahkota bunga mula mula terdapat bintik-bintik
hitam. Bila penyakit telah
berkembang lebih lanjut
dengan bintik yang
sangat banyak, bunga
akan busuk dan
menghitam.
3) Epidemiologi; Penyakit ini
berkembang bila
kelembaban sangat
tinggi. Pemencaran
penyakit dilakukan
dengan sporanya yang
sangat mudah
diterbangkan angin.
l. Karat Uredo sp.
1) Tanaman Inang :Penyakit
karat dijumpai pada
Oncidium sp. dan jenis jenis lainnya.
2) Gejala Serangan : Pada
permukaan daun terdapat
pustul berwarna kuning.
Setiap pustul dikelilingi
oleh jaringan daun
klorotik. Serangan yang
hebat menyebabkan
daun mengering.
3) Epidemiologi :Spora
patogen mudah melekat
pada kaki serangga dan
oleh tiupan angin.
Kondisi lingkungan yang
lembab sangat
membantu
perkembangan penyakit.
m. Virus Mosaik Cymbidium
(Cymbidium mosaic virus=
CyMV).
Virus mosaik cymbidium dikenal
juga dengan nama “Cymbidium
black streak virus” atau “Orchid
mosaic virus”.
1) Tanaman Inang : Virus ini
dijumpai pada 8 genera,
yaitu Aranthera sp.,
Calanthe sp., Cattleya
sp.,Cymbidium sp.,
Gromatophyllum sp.,
Phalaenopsis sp.,
Oncidium sp., dan Vanda
sp.
2) Gejala Serangan : Pada
Cymbidium sp. gejala
mosaik akan tampak
lebih jelas pada daun daun muda berupa garis garis klorotik memanjang
searah serat daun.
Bunga pada tanaman
Cattleya sp. yang
terinfeksi biasanya
memperlihatkan gejala
bercak-bercak coklat
nekrosis pada petal dan
sepalnya. Bunga
biasanya berukuran lebih
kecil dan mudah rontok
dibandingkan dengan
bunga tanaman sehat.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Partikel CyMV berbentuk
filamen memanjang
berukuran 13 x 475 nm.
Virus ini menular secara
mekanik melalui cairan
atau ekstrak bagian
tanaman sakit, tetapi
tidak menular melalui biji
ataupun serangga vektor.
n. Virus Mosaik Tembakau
Strain Orchid (Tobacco Mosaic
Virus-Orchid = TMV-O)Virus ini
dikenal juga dengan nama virus
bercak bercincin odontoglossum
(odontoglossum ringspot virus =
ORSV).
1) Tanaman Inang : Jenis jenis anggrek lain yang
dapat terserang virus ini
mencakup Dendrobium
sp., Epidendrum sp.,
Vanda sp., Cattleya sp.,
Oncidium sp. Cymbidium
sp. dan Phalaenopsis sp.
2) Gejala Serangan :Pada
beberapa jenis anggrek
seperti Cattleya sp.,
gejala infeksi virus ini
bervariasi, yaitu berupa
garis-garis klorotik,
bercak-bercak klorotik
sampai nekrotik atau
bercak-bercak berbentuk
cincin. Pada Oncidium
sp. bercak-bercak
nekrotik berwarna hitam
tampak nyata pada
permukaan bawah daun.
Di lapang persentase
tanaman anggrek
Oncidium sp. terinfeksi
virus ini dapat mencapai
100 %. Gejala pada
bunga, misalnya pada
anggrek Cattleya sp.,
berupa mosaik pada
sepal dan petal. Bagian
tepi bagian bunga ini
biasanya bergelombang.
3) Morfologi/Epidemiologi :
Partikel virus berbentuk
batang berukuran 18 x
300 nm. TMV-O mudah
ditularkan secara
mekanik melalui ekstrak
bagian tanaman sakit,
tetapi tidak menular
melalui serangga vektor
ataupun biji.
Pengendalian OPT Anggrek
a Fisik
Media tumbuh disucihamakan
dengan uap air panas agar
tanaman bebas dari OPT yang
dapat ditularkan melalui media
tumbuh.
Untuk menghindari penularan
virus, usaha sanitasi harus
dilakukan meliputi sterilisasi alat alat potong.
Setelah dicuci bersih alat-alat
potong dipanaskan dalam oven
pada suhu 149 ° C selama 1
jam.
b. Mekanis
Pengendalian secara mekanis
dilakukan bilamana serangga
hama dijumpai dalam jumlah
terbatas. Misalnya pada pagi dan
sore hari kumbang gajah dapat
dijepit dengan jari tangan dan
dimatikan.
Demikian pula kutu tempurung
pada daun anggrek dapat
didorong dengan kuku, tetapi
harus dilakukan secara hati-hati
lalu dimatikan. Keong besar atau
yang kecil dengan mudah dapat
ditangkap pada malam hari dan
dimusnahkan.
Dengan membersihkan sampah
dan gulma, maka keong tidak
mempunyai kesempatan untuk
bersarang dan bersembunyi.
Pengendalian secara mekanis
juga dilakukan pada bagian
tanaman yang menunjukkan
gejala serangan penyakit, yaitu
dengan memotong dan
memusnahkan bagian tanaman
yang terserang.
c.Kultur Teknis
Pemeliharaan tanaman yang
baik dapat meningkatkan
kesehatan tanaman, sehingga
tanaman dapat tumbuh lebih
subur.
Penyiraman, pemupukan dan
penambahan atau penggantian
media tumbuh dapat
meningkatkan pertumbuhan
tanaman. Secara tidak langsung
pemeliharaan yang
berkelanjutan dapat memantau
keadaan tanaman dari serangan
OPT secara dini.
Penyiraman dilakukan apabila
diperlukan dan dilakukan pagi
hari sehingga siang harinya
sudah cukup kering.
Pelihara tanaman dari serangan
atau kehadiran serangga yang
dapat menjadi pembawa atau
pemindah penyakit. Udara dalam
pertanaman sebaiknya dijaga
agar tidak terlalu lembab,
sehingga penyakit tidak mudah
berkembang.
Tanaman yang baru atau
diketahui menderita penyakit
diisolasi selama 2-3 bulan,
sampai diketahui bahwa
tanaman tersebut betul-betul
sehat.
Tanaman yang akan
dibudidayakan sebaiknya juga
berasal dari induk yang telah
diketahui bebas penyakit.
d. Kimiawi
Untuk pengendalian OPT
anggrek dapat dipilih jenis
pestisida yang tepat sesuai
dengan organisme pengganggu
tumbuhan yang akan
dikendalikan.
Formulasi pestisida dapat
berupa cairan (emulsi), tepung
(dust) pasta ataupun granula.
Konsentrasi dan dosis
penggunaan biasanya
dicantumkan pada tiap
kemasan.
Jenis-jenis pestisida yang dapat
digunakan untuk mengendalikan
OPT pada tanaman anggrek
tercantum dalam Lampiran 1.
Sebagai pencegahan, pot atau
wadah lainnya, alat-alat seperti
pisau dan gunting stek,
sebaiknya setiap kali memakai
alat-alat tersebut, disucihamakan
dengan formalin 2 % atau
desinfektan lainnya.
e. Hayati
Dilakukan dengan menggunakan
: Predator tungau : Phytoseiulus
persimilis Athias Heniot dan
Typhodiromus sp.
(Phytoseiidae)
Predator kutu daun : kumbang
koksi (Coccinelidae), lalat
Syrpidae, dan laba-laba Lycosa
sp.
Predator kutu putih : Scymnus
apiciflavus.
Predator bekicot Achatina fulica
: Gonaxis sp., Euglandina sp.,
Lamprophorus sp., dan bakteri
Aeromonas liquefacicus.
Parasitoid Thrips : Famili
Eulophidae
Parasitoid kutu daun : Aphidius
sp. dan Encarsia sp.
Parasitoid pengorok daun
Gonophora xanthomela :
Achrysocharis promecothecae
(Eulophidae).
Pemanfaatan agens antagonis
Trichoderma sp., Gliocladium sp.
dan Pseudomonas fluorescens
untuk penyakit layu Fusarium sp.
dan Ralstonia (Pseudomonas )
solanacearum.
Panen dan Pascapanen
Keistimewaan tanaman anggrek
terletak pada penampilannya
saat konsumsi, sehingga usaha
untuk mempertahankan mutu
penampilan selama mungkin
menjadi tujuan utama
penanganan pasca panen dan
pasca produksi.
Untuk melaksanakan upaya
tersebut perlu dipahami berbagai
faktor yang dapat mempengaruhi
mutu pasca panen atau pasca
produksi tanaman anggrek.
Faktor yang mempengaruhi mutu
pasca panen anggrek bunga
potong adalah:
- tingkat ketuaan bunga
- suhu
- pasokan air dan makanan
- etilen
- kerusakan mekanis dan
penyakit.
Sedangkan yang mempengaruhi
untuk anggrek pot yang
mempengaruhi mutunya antara
lain:
- kultivar
- stadia pertumbuhan
- cahaya,
- medium, pemupukan
- ,temperatur
- lama pengangkutan.
e. Bunga Anggrek Potong
Ketuaan Bunga
Selama ini bunga anggrek
dipanen setelah 75%-80% bunga
telah mekar terutama pada
anggrek Dendrobium sp.
Adakalanya pada jenis anggrek
tertentu, seperti Cattleya sp.,
bunga dipanen 3 sampai 4 hari
setelah mekar, karena bunga
yang dipotong prematur akan
gagal untuk mekar.
Saat pemanenan perlu
diperhatikan penularan penyakit
virus dari satu pohon ke pohon
lain.
Sebaiknya alat pemotong
hendaknya disterilkan lebih dulu
sebelum digunakan lagi pada
pohon berikutnya.
Temperatur
Bunga potong Cymbidium sp.
dan Paphiopedilum sp. dapat
bertahan selama 3 minggu pada
temperatur 330
–350 F (10 C) dan
6 sampai 7 minggu bila tetap di
pohon.
Jenis Cymbidium sp., Cattleya
sp., Vanda sp., Paphiopedilum
sp. dan Phalaenopsis sp.
umumnya bisa bertahan sampai
2 minggu kalau disimpan pada
suhu 5–70 C, sedangkan
Dendrobium sp. potong cukup
disimpan pada temperatur 10–
130 C.
Pasokan Air dan Hara
Bunga anggrek potong peka
terhadap kekeringan. Air yang
hilang setelah bunga dipanen
harus segera diimbangi dengan
larutan perendam yang
mengandung air dan senyawa
lain yang diperlukan.
Penggunaan berbagai senyawa
kimia pengawet yang dilarutkan
dalam air dianjurkan untuk
memperpanjang kesegaran
bunga potong.
Etilen dan Kerusakan Mekanis
Usahakan untuk menjauhkan
bunga anggrek potong dari
sumber/tempat kebocoran gas,
asap, pemeraman buah dan
kumpulan bunga yang sudah
rusak dan layu.
Ruangan untuk penanganan
pasca panen (sortasi/grading
dan pengemasan) hendaknya
berventilasi baik.
Kepekaan terhadap gas etilen
dapat dikurangi dengan
pemberian suhu dingin, baik
setelah panen maupun setelah
pengiriman.
Bunga potong harus segera
dikeluarkan dari wadah
pengemasnya dan diletakkan
pada ruangan dingin yang
bersuhu cocok untuk bunga
anggrek.
Penyakit
Bunga anggrek potong peka
terhadap penyakit, tidak saja
karena berpetal agak rapuh,
tetapi juga terdapatnya cairan
madu yang bergizi yang sangat
baik untuk pertumbuhan
patogen
Kerusakan akibat penyakit ini
dapat dihindari dengan
melakukan:
- Kebersihan baik di
rumah kaca
maupun di kebun
- Pengendalian
temperatur, dan
minimalisasi
terjadinya
kondensasi pada
bunga potong.
- Pengamatan
populasi hama dan
penyakit
Bunga anggrek makin diminati.
Pada saat ini makin banyak
dihasilkan varietas baru anggrek
didalam negeri.
Tantangannya adalah menjaga
agar bunga anggrek potong
dapat tetap segar dalam waktu
cukup lama.
Pengiriman bunga anggrek
potong tanpa pengawet
kesegaran bunga, dikhawatirkan
menurunkan umur peragaan
bunga dan diameter bunga.
Biasanya dilakukan pulsing, yaitu
mencelupkan tangkai bunga
potong sedalam 4 cm kedalam
larutan nutrisi selama 16 jam
dalam ruang sejuk (21 derajat
celcius).
Perlakuan ini bertujuan untuk
memberi bekal nutrisi cadangan
sekaligus dapat melindungi
tangkai bunga dari serangan
mikroorganisme penyumbat
pembuluh tangkai.
Selama ini dipergunakan larutan
pulsing berupa sukrosa 50 g/l,
perak nitrat 25 ppm, asam sitrat
200 ppm.
Jenis-jenis anggrek
Begitulah sebutan bagi anggrek
yang memiliki nama latin
Dendrobium sutiknoi P.O’bryne.
Anggrek ini dideskripsikan dan
dipublikasikan untuk pertama kali
pada Mei 2005 di Jurnal fur den
Orchideenfreund.
Nama sutikno ini sendiri diambil
dari nama seorang hobiis dan
pedagang anggrek di Tretes,
Prigen, Pasuruan, Jawa Timur
yang kemudian dideskripsikan
untuk pertama kali oleh Mr. Peter
O’bryne di Singapura.
Sejarahnya, ternyata anggrek ini
ditemukan secara tidak sengaja
oleh beliau di antara batang batang D. lasianthera, namun
tiba saat berbunga tampaklah
perbedaan tersebut.
Oleh karena karakter bunganya
yang unik maka beliau yakin
bahwa anggrek ini berpotensi
menjadi species baru.
Species ini berasal dari Papua
dan Kepulauan Morotai
(Indonesia). Sejauh ini telah
ditemukan dua varian warna,
yaitu oranye tembaga dan hijau
kekuningan.
Sosok tanamannya mirip dengan
anggrek-anggrek section
Spatulata lainnya. Batangnya
cukup tinggi mencapai 1-1,5
meter.
Bentuk daunnya elips agak bulat
telur, semakin kearah ujung atas
ukuran daunnya semakin
mengecil. Karakter unik dari
anggrek ini adalah petal nya
yang sangat panjang (mirip petal
D.stratiotes) serta bentuk ujung
labellumnya yang sempit dan
melengkung dan hampir
menyerupai labellum
Dendrobium tobaense.
Kelebihan anggrek section
Spatulata ini adalah sifat
dominan nya yang sangat kuat
pada hybrid-hybrid
keturunannya. Tidak seperti
pada D.tobaense yang bentuk
labellumnya bersifat resesif
sehingga akan mudah
terdegradasi oleh hybridisasi.
Saat ini, hybrid-hybrid maupun
hasil selfing dari D.sutiknoi telah
banyak beredar di pasaran
anggrek di Asia tenggara.
Namun menurut informasi dari
seorang rekan hobiis senior dari
Malaysia, setelah sekian lama
D.sutiknoi dimanfaatkan sebagai
parent/induk silangan, ternyata
anggrek ini kurang begitu
diminati oleh para penyilang
sebagai parent karena sifatnya
genetiknya yang sangat
dominan, sehingga selalu
mengalahkan karakter dari
induknya yang lain, akibatnya
hybrid yang terbentuk juga
terlalu condong ke arah
karakteristik D.sutiknoi.
Namun hal ini tidak begitu
dipersoalkan oleh para
penggemar dan konsumen
anggrek hybrid, sehingga tidak
mengurangi minat para
penggemar anggrek pada
umumnya untuk tetap
mengkoleksi hybrid-hybrid
turunan D.sutiknoi, karena tetap
saja hybridnya cantik dan unik
dipandang.
Di Indonesia sendiri, anggrek ini
maupun hybridnya belum begitu
tersosialisasi secara luas,
sehingga tak heran bila
harganya melambung sangat
tinggi.
Meskipun demikian, anggrek ini
merupakan harta genetis yang
tak ternilai. Sehingga langkah langkah serius untuk menjaga
kelestarian genetisnya perlu
segera dilakukan.
Pohon Anggrek Terbesar dan
Terberat di Dunia
Ini adalah si jawara kelas berat
dari dunia anggrek. Jawara ini
bernama Grammatophyllum
speciosum atau seringpula
disebut-sebut dengan nama G.
papuanum yang diyakini sebagai
salah satu variannya.
Tanaman ini tersebar luas dari
Sumatera, Kalimantan, Jawa,
hingga Papua. Oleh karena itu,
tidak heran bila banyak
ditemukan varian-varian nya
dengan bentuk tanaman dan
corak bunga yang sedikit
berbeda.
Dalam satu rumpun dewasa,
tanaman ini dapat mencapai
berat lebih dari 1 ton dan
panjang malai bunga hingga 3
meter dengan diameter malai
sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya
malai bunganya mampu
menyangga puluhan kuntum
bunga berdiameter 7-10 cm.
Dari corak bunganya penduduk
lokal sering menjulukinya
dengan sebutan anggrek macan,
akan tetapi sebutan ini sering
rancu dengan kerabatnya,
Grammatophyllum scriptum yang
memiliki corak serupa.
Oleh sebab itu, anggrek ini
populer juga dengan sebutan
sebagai anggrek tebu, karena
sosok batang tanamannya yang
menyerupai batang pohon tebu.
Meskipun persebarannya cukup
luas anggrek ini justru
menghadapi ancaman serius
dari perburuan tak terkendali
serta kerusakan habitat.
Sosok pohonnya yang sangat
besar mudah terlihat oleh para
pemburu, terlebih lagi saat
memunculkan bunganya yang
mencolok.
Belum lagi perkembangbiakan
alami di habitat dengan biji
sangatlah sulit diandalkan
karena lambatnya laju
pertumbuhan dari fase biji
hingga mencapai tanaman
dewasa yang siap berbunga.
Mungkin hal inilah yang
mendasari kenapa anggrek ini
menjadi salah satu species
anggrek yang dilindungi.
Sebagai pecinta anggrek, pasti
anggrek ini akan menjadi salah
satu “most wanted” dalam daftar
koleksi.
Agar perburuan liar terhadap
anggrek ini di habitatnya dapat
dikendalikan, maka langkah langkah budidaya secara
vegetatif maupun generatif harus
segera diberdayakan. Apalagi
anggrek ini terkenal sangat
mudah menumbuhkan tunas dari
stek bulbnya.
Setidaknya, dengan
membudidayakannya secara
vegetatif atau membeli bibit
anggrek tebu hasil
perkembangbiakan vegetatif
(tunas dari stek bulb) dapat
menjadi salah satu upaya
memelihara kelestarian anggrek
alam Indonesia.
Coelogyne celebensis si Jelita
dari Celebes
Anggrek ini memiliki nama ilmiah
Coelogyne celebensis. Kata
celebensis diambil dari nama
Celebes atau Sulawesi. Dari
namanya, kita tahu jika tanaman
ini memiliki habitat asal di
Sulawesi.
Morfologi tanamannya sekilas
nampak serupa dengan kerabat
dekatnya Coleogyne speciosa.
Bahkan tipe bunga nya pun
tampak tak ada beda. Namun
bagi yang jeli, perbedaan yang
cukup mencolok dapat dikenali
lewat bentuk labellum serta
tonjolan-tonjolan yang berada
diatas labellum tersebut.
Bunga ini mampu merekah
sempurna selama 5-7 hari,
setelah itu bunga akan layu dan
segera digantikan dengan tunas
bunga selanjutnya.
Tandan bunganya berukuran
kecil dan panjang, sehingga
tidak proporsional jika
dibandingkan dengan ukuran
bunganya yang cukup besar.
Itulah sebabnya, saat bunga nya
mekar, maka tandannya akan
terkulai kebawah, sehingga
bunganya tampak menunduk.
Anggrek ini memiliki daun yang
lebar, berbentuk bulat telur, dan
permukaannya bergelombang.
Seperti kebanyakan anggrek
lainnya, tanaman ini juga
memiliki bulb/umbi semu yg
menggembung untuk
menyimpan air dan cadangan
makanan.
Anggrek ini termasuk anggrek
dataran rendah yang rajin
berbunga dan cepat beradaptasi.
Anggrek ini akrab disebut
sebagai anggrek kantong,
karena labellumnya yang
menyerupai kantung kecil.
Sosok tanaman anggrek ini
cukup pendek (tinggi tanaman
sekitar 5-7 cm) dengan posisi
daun yang berselang seling.
Daunnya melebar dengan ujung
membulat.
Lebar daun sekitar 3-6 cm
dengan panjang daun bervariasi
antara 15-20 cm. Tanaman ini
termasuk anggrek terestrial,
artinya anggrek ini memiliki
habitat tumbuh di tanah, dengan
mengandalkan organ akarnya
sebagai alat untuk menyerap air
dan unsur hara.
Anggrek ini senang dengan
kondisi media yang cukup
lembab, akan tetapi jika terlalu
lembab bisa menyebabkan
pembusukan pada pangkal
batangnya. Anggrek yang dahulu
diisukan sebagai anggrek yang
sulit dipelihara ini, ternyata justru
memiliki kelebihan lain, yaitu
toleran terhadap kekeringan dan
toleran dengan rentang suhu
yang lebar.
Selain itu, dalam satu tandan
bunga bisa memunculkan lebih
dari 3 kali bunga. Bunganya
yang unik muncul bergantian
satu per satu dengan masa
mekar tiap kuntum bunga lebih
dari 1 minggu.
Pemeliharaan anggrek ini cukup
mudah, hanya dengan menjaga
kelembaban media dan
melakukan pemberian pupuk
organik pada media tanamnya.
Satu hal yang cukup penting
yaitu tempatkan anggrek ini pada
tempat yang ternaungi, misal
dibawah paranet 50 % atau di
bawah tajuk pepohonan.
Meskipun bunganya unik dan
indah, sayangnya pertumbuhan
anggrek ini termasuk sangat
lambat.
Media tumbuh anggrek ini dapat
berupa campuran tanah
(usahakan yang kadar
lempungnya rendah) dan pupuk
organik. Atau media kombinasi
seperti cacahan
pakis/arang/kerikil + potongan
sabut, pupuk organik + sedikit
moss.
2. Tanaman Anggrek Pot
Berbunga Indah
a. Kultivar
Berbagai karakter morfologi,
seperti warna bunga, jumlah
kuntum bunga dan waktu
berbunga telah digunakan untuk
mengevaluasi kultivar baru
industri bunga. Kriteria tersebut
merupakan faktor-faktor penting
dalam menciptakan kultivar
baru. Pada masa yang akan
datang kriteria toleransi terhadap
kondisi pengangkutan, tingkat
cahaya interior yang rendah,
etilen dan pendinginan perlu pula
dimasukkan ke dalam penilaian.
b. Stadia Pertumbuhan
Stadia pertumbuhan (umur)
tanaman pot anggrek berbunga
indah pada saat dipasarkan
merupakan faktor utama yang
mempengaruhi penampilan
tanaman tersebut di dalam
ruangan. Perlu diperhatikan
bahwa stadia yang tepat untuk
pemasaran tergantung dari
waktu yang diperlukan untuk
memperoleh tanaman.
Umumnya tanaman dengan
banyak bunga mekar lebih sulit
dalam pengangkutan, lebih peka
terhadap etilen dan lebih mudah
rusak dari pada tanaman yang
diangkut dalam stadia yang
bunganya masih kuncup atau
persentase bunga yang mekar
masih rendah.
c. Temperatur
Temperatur perlu diturunkan
selama siklus 2–3 minggu
terakhir untuk memperkuat
warna bunga dan meningkatkan
kandungan karbohidrat tanaman,
sehingga dapat mengakibatkan
ketahanan simpan. Semua
tanaman pot berbunga indah
akan lebih tahan pada
temperatur yang lebih rendah
dan kisarannya sangat
tergantung pada jenis tanaman.
Selanjutnya tanaman berbunga
yang ditempatkan pada
temperatur 270 C atau lebih
tinggi, umumnya mempunyai
warna bunga lebih pudar,
batang/tangkai lebih tinggi, daun
cepat menguning dan rontok.
d. Media
Media berstruktur remah yang
mudah dibasahi kembali oleh
konsumen atau penata ruang
sangat penting untuk
menghasilkan penampilan
optimum dari tanaman berbunga
indah di dalam ruangan.
Sejumlah gel polimer dapat
digunakan untuk
mempertahankan kelembaban
media dan mencegah tanaman
dalam ruangan menjadi kering.
Irigasi dengan menggunakan
wetting agent pada saat
pemasaran berguna untuk
memudahkan pembasahan
kembali media.
e. Pemupukan
Nisbah N : K yang dianjurkan 1 :
1 sampai 3 minggu sebelum
pembungaan, diubah menjadi
0,5 : 1. Nisbah ini mencegah
masalah keracunan amonia dan
meningkatkan masa simpan.
f. Kepekaan Terhadap Etilen
Tanaman pot anggrek berbunga
indah peka terhadap etilen.
Gejala yang ditimbulkan adalah
kerontokan daun, kuncup dan
bunga, dan kelayuan bunga,
epinasti, peningkatan kerentaan
terhadap mikroba dan aborsi
bunga / kuncup.
Salah satu cara efektif untuk
mengurangi kepekaan terhadap
etilen, yaitu dengan menurunkan
temperatur selama
pengangkutan.
Cara lain yang digunakan secara
komersial adalah dengan
penyemprotan daun
menggunakan senyawa
antagonis terhadap etilen,
sehingga dapat menekan
produksi etilen dalam bunga,
serta mengurangi pengaruh
buruk etilen.
g. Pengairan
Kurangnya penyiraman tanaman
yang berbunga indah serta
membiarkannya layu akan
menurunkan umur peragaan.
Sebaliknya kelebihan air akan
menyebabkan rusaknya akar,
sehingga tanaman cepat rusak.
Sebaiknya tanaman diairi tiap
hari atau tiap dua hari sekali,
tergantung pada tingkat cahaya,
temperatur dan kelembaban,
juga ukuran dan media tumbuh.
Pengairan dilakukan terhadap
media tanpa membasahi bunga
dan daun.
h. Cahaya
Cahaya optimum yang
diperlukan oleh tiap tanaman
harus dipertahankan untuk
menghasilkan tanaman yang
mempunyai masa penampilan
yang lebih baik, jumlah bunga
maksimum, pembentukan daun
yang sempurna, warna bunga
indah, dan tinggi tanaman yang
memadai. Umumnya tanaman
pot berbunga indah akan
membentuk bunga dalam jumlah
maksimum dengan warna yang
indah pada kondisi ruang
bercahaya tinggi