tehnik budidaya D




 akan tetapi ada beberapa jenis 


tanaman yang adaptif di dalam 


ruangan yang terbatas sinar


mataharinya misalnya: lidah


mertua (Sansevieria trifascita),


rambung merah (Ficus elastica),


dan sebagainya


Dekorasi


Tanaman juga dapat digunakan 


untuk menghias ruangan, yang


pemilihan tanamannya


tergantung pada besar kecilnya 


ruang, warna, dan tekstur bunga. 


Karakteristik tanaman


Beberapa alasan pemilihan jenis 


tanaman tertentu yang


digunakan sebagai tanaman


indoor disebabkan oleh:


Daya pikatnya


Tanaman yang terpilih sebagai


tanaman indoor adalah tanaman


yang mempunyai nilai aestetika

Nilainya dapat terletak pada


keindahan daun ataupun


bunganya.


- Penampilannya


Pada umumnya orang jarang


menggunakan satu jenis


tanaman indoor sepanjang masa 


hidup tanaman tersebut,


tanaman akan segera digantikan


jika tanaman itu tua (tidak


menarik). Beberapa jenis


tanaman dapat berubah


penampilannya pada waktu


muda dan tua, tanaman yang


indah hanya pada waktu muda,


akan segera digantikan, jika


tanaman tua.


Itu sebabnya tanaman indoor


selalu diganti, berdasarkan


bagaimana penampilannya


dalam mendukung keindahan


dekorasi ruangan.


- Siklus hidup


Beberapa jenis tanaman hanya 


menarik pada saat dia berbunga, 


dan menjadi tidak menarik pada 


saat pertumbuhan vegetatif.


Sebaliknya ada beberapa jenis


tanaman hias daunnya lebih


menarik dibandingkan dengan


bunganya.


-Laju pertumbuhan


Beberapa jenis tanaman laju


pertumbuhanya relatif lebih


cepat sedangkan jenis lainnya


lebih lambat. Misalnya kelompok


tanaman hias annual (tanaman


semusim) pertumbuhan lebih


cepat dibandingkan dengan


kelompok palma.


Penanaman di Luar Ruangan


(outdoor)


Untuk tanaman outdoor jenis


dan keindahannya sangat


banyak, tergantung pada pilihan


lanskapnya. Lanskap memiliki


makna penggunaan tanaman


outdoor yang berfungsi untuk


menambah keindahan atau


lainnya. Penanaman di luar


ruangan dapat menggabungkan 


beberapa jenis tanaman,


ataupun hanya satu jenis.


Tujuan dari pengaturan lanskap


adalah;


- Peningkatan keindahan


suatu areal


- Peningkatan nilai tanah


dan bangunan


- Menggabungkan konsep


alami pada bangunan


- Memberi kepuasan pada 


khalayak ramai


- Kontrol bagi pengendara 


dan pejalan kaki


- Memodifikasi lingkungan


- Tempat rekreasi


- Meningkatkan


perlindungan terhadap


semberdaya alam


- Mengurangi polusi suara 

d. Teknik Budidaya tanaman


hias secara umum


a. Media tanam


Hampir semua tanaman hias


memerlukan media yang


gembur, pouros, subur, cukup


mengadung, bahan organik,


bebas dari hama, aerasi dan


drainese yang baik.


Untuk menciptakan kondisi


tersebut maka media tanam


yang ideal adalah campuran


bahan organik dan bahan


anorganik.


Bahan organik dapat berupa


cacahan pakis, kompos, humus, 


serutan kayu, arang sekam,


cocopeat, dan sebagainya


Sedangkan bahan anorganik


berupa tanah atau pasir. 


Komposisi media yang


digunakan untuk setiap nursery 


pasti berbeda-beda tergantung


dari kondisi iklim setempat,


campuran media tanam yang


dapat digunakan diantaranya :


1. sekam bakar dan


cacahan pakis dengan


perbandingan 4 : 1 untuk 


pupuk bisa menggunakan 


dekastar atau osmokot


atau bisa juga pupuk


kandang yang telah di


fermentasi.


2. sekam bakar, andam (


kaliandra) dan pupuk


kadang yang telah steril 


dengan perbandingan


1:1:1.


3. humus, pupuk kandang


steril dan pasir malang


yang telah diayak halus 


dengan perbandingan


5:5:2


Untuk menjaga kelembaban


media dan mengatur drainase


yang baik maka pertama-tama


pot diisi terlebih dahulu dengan 


pecahan bata merah, pecahan


genting, Styrofoam, dice coco (


sabut kelapa yang dipotong


dadu ), sampai ¼ pot setelah itu 


baru media tanamnya diisi


hingga penuh.


Untuk menjaga tanaman


terhindar dari jamur, cendawan


dan bakteri sebaiknya media


harus dikukus setidaknya 1 jam


b. Teknik Budidaya Bunga 


Potong


Bunga potong adalah bunga


yang dianfaatkan sebagai bahan 


rangkaian bunga untuk berbagai 


keperluan manusia.


Penggunaan bunga potong ini


dimulai dari kelahiran,


perkawinan sampai kematian,


oleh karenanya bunga potong ini 


memiliki prospek yang cerah.


Banyak jenis bunga potong yang 


dibudidayakan untuk memenuhi


kebutuhan seperti: krisan,


mawar, anthurium, gladiol, dan


lain-lain.

Prinsip budi daya bunga potong 


pada dasarnya meliputi:


- Penyiapan bibit


- Penyiapan lahan


- Penanaman


- Pemeliharaan


- Panen dan


Pascapanen


Faktor-faktor yang 


mempengaruhi pertumbuhan


Beberapa aspek yang perlu


diperhatikan dalam budidaya


bunga potong ini adalah: aspek 


ekologi produksi, aspek teknik


hortikultura, dan teknik budidaya.


Unsur ekologi


Unsur yang terpenting dari


aspek ini adalah iklim (ketinggian 


tempat cahaya matahari, dan


curah hujan), tanah (struktur dan 


pH tanah), air tanah (kedalaman 


air tanah). Aspek ini demikian


penting terutama jika hendak


menanam bibit jenis bunga


impor.


Kendala yang dihadapi jika


menanam bunga impor adalah


kendala lingkungan. Akan tetapi 


kendala ini dapat diatasi dengan 


berbagai teknik hortikultura yang


dilaksanakan secara intensif.


Sebagai contoh keadaan tanah 


yang buruk dapat dimbangi


dengan pemupukan,


pengapuran ataupun


penambahan bahan organik. 


c. Aspek teknik hortikultura


Aspek teknik hortikultura penting 


dalam hal perbaikan mutu bunga 


potong melalui perbanyakan


vegetatif dan generatif. Cara


perbanyakan vegetatif maupun


generatif sangat perlu


diperhatikan untuk pengadaan


bibit unggul. Teknik perbanyakan 


dengan penyambungan dapat


membantu memperbaiki


pertummbuhan bunga terhadap 


kondisi lingkungan yang buruk


dan dapat memperbaiki


kemampuan berbunga.


Aspek penanaman


Aspek ini perlu diperhatikan


menyangkut ketersediaan


sumber daya lahan dan


lingkungan yang dapat


mendukung pertumbuhan bunga 


potong.


Kondisi suhu dan kesuburan


tanah akan mempengaruhi


jumlah populasi yang terdapat


pada satu areal tertentu. Pada 


suhu tinggi misalnya maka dapat 


digunakan jarak tanam yang


lebih rapat, begitu juga untuk


tanah-tanah yang subur. 


Pemangkasan batang maupun


akar, pengerdilan tanaman, dan 


pemaksaan berbunga dapat


membantu mengatasi kendala


ekologi yang kurang cocok.

Aspek teknik budidaya


Dalam memelihara tanaman dan 


teknik budidaya kadang-kadang


ditemui permasalahan karena


adanya perubahan kebiasaan


masyarakat setempat dari


bertanam secara tradisional ke 


modern. Umumnya cara bertani 


tradisional menghasilkan mutu


bunga yang kurang baik


dibandingkan dengan cara


modern.


Pemberian paranet pada


budidaya Aglonema memberikan 


hasil warna daun yang lebih


menarik dibandingkan dengan


tanpa paranet.


Peningkatan mutu bunga juga


dapat dilakukan dengan


pengaturan pembungaan


(memperbesar ukuran bunga,


memperlebat jumlah bunga,


memperpanjang masa


berbunga).


Memperbesar ukuran bunga


dapat dilakukan dengan metode 


pemangkasan, yang hanya


menyisakan beberapa kuntum


bunga yang potensial bermutu


tinggi.


Pascapanen


Mutu bunga potong bergantung 


pada penampilan dan daya


tahan kesegarannya. Bunga


dengan mutu prima mempunyai 


nilai jual lebih tinggi


dibandingkan dengan bunga


potong berkualitas rendah.


Untuk memertahankan mutu


bunga dari panen sampai ke


tangan konsumen perlu


memperhatikan:


- Penyimpanan


- pengemasan


- pengangkutan


Penyimpanan


Cara penyimpanan bunga


potong ditentukan berdasarkan


jenis bunganya. Cara


penyimpananya antara lain


dengan merendam tangkai


bunga di dalam air, perlakuan


kimia, dan dengan cara


pendinginan.


Teknologi penyimpanan


sederhana yan sering dilakukan 


petani adalah merendam tangkai 


bunga dalam air bersih, bunga


krisan sering diberi perlakuan


perendaman dengan chrysal


sebanyak 5 g/air.


Bunga Gladiol sering diberi


perlakuan 4 ppm GA 60 ppm,


magnesium sulfat 40 ppm atau 


air suling agar bunga ini tetap 


awet.


Pengemasan


Pengemasan yang paling


sederhana adalah dengan


membungkus bunga dengan


kertas koran. Salah satu bagian 


dibiarkan terbuka, kemudian


dibungkus dengan kantong


polietilen (PE) yang diberi lubang 


dan dikemas lagi dalam kantong 


tanpa lubang pada kelambaban 

80%, metode ini sering


digunakan petani Thailand


dalam pengemasan bunga


mawar.


Pengangkutan


Pengangkutan bunga potong


menjadi perhatian khusus


karena erat kaitannya dengan


ketahanan bunga untuk tetap


segar sampai ke tangan


konsumen.

Teknik Budidaya 


Anggrek


a.  


Indonesia mempunyai lebih dari 


4,000 jenis anggrek, tanaman ini


hampir terdapat diseluruh


kepulauan di Indonesia.


Anggrek dapat ditemukan mulai 


dataran rendah sampai


ketinggian 3000 mdpl. 


Kisaran suhu untuk hidup


anggrek ini juga bervariasi mulai 


dari 8.7ºC sampai 32ºC.


Tanaman ini juga dapat


ditemukan diberbagai tempat


misalnya pada cabang pohon


Tamarindus (asam jawa) pada


pinggir jalan di kota besar besar 


seperti Jakarta, Bandung atau


Bogor, atau dibawah tegakan


hutan hujan tropis (misalnya


Aerides odorata dan


Rhynchostylis retusa).


Tanaman anggrek Dendrobium,


Phalaenopsis, Oncidium, dan


Vanda beserta kerabatnya serta 


tanaman anggrek jenis lain telah 


banyak diusahakan.


Tanaman anggrek merupakan


salah satu kelompok tanaman


hias yang mempunyai nilai


ekonomi tinggi.


Banyaknya variasi bentuk dan


warna bunga anggrek


merupakan salah satu


keunggulan dari bunga anggrek. 


Hal ini sangat mendorong


terciptanya varietas-varietas


baru yang dapat dikembangkan


dan dibudidayakan secara baik


di Indonesia, karena kondisi iklim


yang sesuai. 


Pertumbuhan tanaman anggrek


baik vegetatif maupun generatif


tidak hanya ditentukan oleh


faktor genetik. Namun lebih


banyak ditentukan oleh faktor


lingkungan seperti:


- Cahaya


- suhu


- kelembaban


- pemeliharaan tanaman


seperti: penyiraman,


pemupukan, media tumbuh,


dan pengendalian hama dan 


penyakit.


Berdasarkan tipe pertumbuhan


batangnya, maka anggrek dapat


dikelompokkan menjadi 2


kelompok yaitu:


1. anggrek simpodial yaitu


anggrek yang


mempunyai pertumbuhan 


batang terbatas seperti:


Dendrobium, Cattleya,


dan Oncidium


2. anggrek tipe monopodial 


yaitu anggrek yang


mempunyai pertumbuhan 


batang yang tidak


terbatas seperti: Vanda


dan kerabatnya.

Berdasarkan habitatnya tanaman 


anggrek dibagi dalam 2


golongan yaitu 


1. Epifit, anggrek epifit


adalah anggrek yang


hidup menumpang pada 


batang pohon atau


sejenisnya, namun tidak


merugikan tanaman yang 


ditumpanginya dan


membutuhkan naungan. 


2. Terestrial, anggrek


terestrial adalah anggrek 


yang hidup dan tumbuh


di atas permukaan tanah 


dan membutuhkan


cahaya matahari


langsung.


b.Syarat Tumbuh 


Intensitas cahaya 


Intensitas cahaya yang


dibutuhkan anggrek di dalam


pertumbuhan dan


perkembangannya sangat


berbeda, tergantung pada jenis, 


ukuran dan umurnya.


Misalnya anggrek epifit


membutuhkan intensitas cahaya


matahari berkisar antara 1500–


3000 fc. 


Sedangkan anggrek terestrial


membutuhkan intensitas cahaya 


matahari 4000 – 5000 fc.


Suhu


Kebutuhan suhu pada tanaman 


anggrek sangat tergantung pada 


jenisnya. Anggrek yang tumbuh 


di dataran rendah membutuhkan 


suhu siang berkisar 24–33o


C


dan suhu malam 21–27o


C.


Sedangkan untuk anggrek yang 


tumbuh di dataran tinggi


membutuhkan suhu siang


berkisar antara 18– 27o


C dan


suhu malam berkisar antara 13–


18o


C.


Kelembaban


Pada umumnya anggrek


membutuhkan kelembaban tinggi 


yaitu berkisar antara 60-80%.


Pada malam hari kelembaban


tidak terlalu tinggi karena dapat


mengakibatkan busuk akar dan 


busuk tunas.


Kelembaban yang terlalu rendah


pada siang hari dapat diatasi


dengan cara pemberian


semprotan kabut (mist) di sekitar 


tempat pertanaman.


c. Hal-hal yang perlu


diperhatikan dalam budidaya


anggrek


Aspek lingkungan


Secara alami anggrek (Famili


Orchidaceae) hidup epifit pada


pohon dan ranting-ranting


tanaman lain, namun dalam


pertumbuhannya anggrek dapat 


ditumbuhkan dalam pot yang


diisi media tertentu. Ada


beberapa faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan


tanaman, seperti faktor


lingkungan, antara lain sinar


matahari, kelembaban dan


temperatur serta pemeliharaan


seperti 

Berdasarkan habitatnya tanaman 


anggrek dibagi dalam 2


golongan yaitu 


1. Epifit, anggrek epifit


adalah anggrek yang


hidup menumpang pada 


batang pohon atau


sejenisnya, namun tidak


merugikan tanaman yang 


ditumpanginya dan


membutuhkan naungan. 


2. Terestrial, anggrek


terestrial adalah anggrek 


yang hidup dan tumbuh


di atas permukaan tanah 


dan membutuhkan


cahaya matahari


langsung.


b.Syarat Tumbuh 


Intensitas cahaya 


Intensitas cahaya yang


dibutuhkan anggrek di dalam


pertumbuhan dan


perkembangannya sangat


berbeda, tergantung pada jenis, 


ukuran dan umurnya.


Misalnya anggrek epifit


membutuhkan intensitas cahaya


matahari berkisar antara 1500–


3000 fc. 


Sedangkan anggrek terestrial


membutuhkan intensitas cahaya 


matahari 4000 – 5000 fc.


Suhu


Kebutuhan suhu pada tanaman 


anggrek sangat tergantung pada 


jenisnya. Anggrek yang tumbuh 


di dataran rendah membutuhkan 


suhu siang berkisar 24–33o


C


dan suhu malam 21–27o


C.


Sedangkan untuk anggrek yang 


tumbuh di dataran tinggi


membutuhkan suhu siang


berkisar antara 18– 27o


C dan


suhu malam berkisar antara 13–


18o


C.


Kelembaban


Pada umumnya anggrek


membutuhkan kelembaban tinggi 


yaitu berkisar antara 60-80%.


Pada malam hari kelembaban


tidak terlalu tinggi karena dapat


mengakibatkan busuk akar dan 


busuk tunas.


Kelembaban yang terlalu rendah


pada siang hari dapat diatasi


dengan cara pemberian


semprotan kabut (mist) di sekitar 


tempat pertanaman.


c. Hal-hal yang perlu


diperhatikan dalam budidaya


anggrek


Aspek lingkungan


Secara alami anggrek (Famili


Orchidaceae) hidup epifit pada


pohon dan ranting-ranting


tanaman lain, namun dalam


pertumbuhannya anggrek dapat 


ditumbuhkan dalam pot yang


diisi media tertentu. Ada


beberapa faktor yang


mempengaruhi pertumbuhan


tanaman, seperti faktor


lingkungan, antara lain sinar


matahari, kelembaban dan


temperatur serta pemeliharaan


seperti : pemupukan,

penyiraman serta pengendalian 


OPT.


Pada umumnya anggrek anggrek yang dibudidayakan


memerlukan temperatur 28 + 2° 


C dengan temperatur minimum


15° C. Anggrek tanah pada


umumnya lebih tahan panas dari 


pada anggrek pot. Tetapi


temperatur yang tinggi dapat


menyebabkan dehidrasi yang


dapat menghambat


pertumbuhan tanaman. 


Kelembaban nisbi (RH) yang


diperlukan untuk anggrek


berkisar antara 60–85%. Fungsi 


kelembaban yang tinggi bagi


tanaman antara lain untuk


menghindari penguapan yang


terlalu tinggi. Pada malam hari


kelembaban dijaga agar tidak


terlalu tinggi, karena dapat


mengakibatkan busuk akar pada 


tunas-tunas muda. Oleh karena 


itu diusahakan agar media dalam 


pot jangan terlampau basah.


Sedangkan kelembaban yang


sangat rendah pada siang hari


dapat diatasi dengan cara


pemberian semprotan kabut


(mist) di sekitar tempat


pertanaman dengan bantuan


sprayer.


Berdasarakan pola


pertumbuhannya, tanaman


anggrek dibedakan menjadi dua 


tipe yaitu, simpodial dan


monopodial. Anggrek tipe


simpodial adalah anggrek yang 


tidak memiliki batang utama,


bunga ke luar dari ujung batang 


dan berbunga kembali dari anak 


tanaman yang tumbuh. Kecuali 


pada anggrek jenis Dendrobium


sp. yang dapat mengeluarkan


tangkai bunga baru di sisi-sisi


batangnya. Contoh dari anggrek 


tipe simpodial antara lain :


Dendrobium sp., Cattleya sp.,


Oncidium sp.,dan Cymbidium sp.


Anggrek tipe simpodial pada


umumnya bersifat epifit.


Anggrek tipe monopodial adalah 


anggrek yang dicirikan oleh titik 


tumbuh yang terdapat di ujung 


batang, pertumbuhannnya lurus 


ke atas pada satu batang.


Bunga ke luar dari sisi batang di 


antara dua ketiak daun. Contoh 


anggrek tipe monopodial antara 


lain : Vanda sp., Arachnis sp.,


Renanthera sp., Phalaenopsis


sp., dan Aranthera sp.


Habitat tanaman anggrek


dibedakan menjadi 4 kelompok 


sebagai berikut :


> Anggrek epifit, yaitu


anggrek yang tumbuh


menumpang pada pohon 


lain tanpa merugikan


tanaman inangnya dan


membutuhkan naungan


dari cahaya matahari,


misalnya Cattleya sp.


memerlukan cahaya


+40%, Dendrobium sp.


50–60%, Phalaenopsis


sp. + 30 %, dan


Oncidium sp. 60 – 75 %.


> Anggrek terestrial, yaitu


anggrek yang tumbuh di 


tanah dan membutuhkan 


cahaya matahari


langsung, misalnya


Aranthera sp.,

Renanthera sp., Vanda


sp., dan Arachnis sp.


Tanaman anggrek


terestrial membutuhkan


cahaya matahari 70 –


100 %, dengan suhu


siang berkisar antara 19 


– 380


C, dan malam hari


18–210


C. Sedangkan


untuk anggrek jenis


Vanda sp. yang berdaun 


lebar memerlukan sedikit 


naungan.


> Anggrek litofit, yaitu


anggrek yang tumbuh


pada batu-batuan, dan


tahan terhadap cahaya


matahari penuh, misalnya 


Dendrobium


phalaenopsis.


> Anggrek saprofit, yaitu


anggrek yang tumbuh


pada media yang


mengandung humus


atau daun-daun kering,


serta membutuhkan


sedikit cahaya matahari, 


misalnya Goodyera sp.


Persilangan Anggrek


Persilangan ditujukan untuk


mendapatkan varietas baru


dengan warna dan bentuk yang 


menarik, mahkota bunga


kompak dan bertekstur tebal


sehingga dapat tahan lama


sebagai bunga potong, jumlah


kuntum banyak dan tidak ada


kuntum bunga yang gugur dini 


akibat kelainan genetis serta


produksi bunga tinggi.


Oleh karena itu untuk


mendapatkan hasil yang


diharapkan, sebaiknya dan


seharusnya pedoman


persilangan perlu dikuasai,


antara lain :


> Persilangan sebaiknya


dilakukan pada pagi hari


setelah penyiraman.


Kuntum bunga dipilih


yang masih segar atau


setelah membuka penuh.


> Sebagai induk betina


dipilih yang mempunyai


bunga yang kuat, tidak


cepat layu atau gugur.


> Mengetahui sifat-sifat


kedua induk tanaman


yang akan disilangkan,


agar memberikan hasil


yang diharapkan,


misalnya sifat dominasi


yang akan terlihat atau


muncul pada turunannya 


seperti : warna, bentuk, 


dan lain-lain.


> Bunga tidak terserang


OPT terutama pada


polen dan stigma.


> Setiap mendapatkan


varietas baru yang baik, 


sebaiknya didaftarkan


pada “Royal Horticultural 


Society” di London,


dengan mengisi formulir


pendaftaran anggrek


hibrida dengan beberapa 


persyaratan lainnya.

Langkah-langkah yang dilakukan 


dalam melakukan penyerbukan


(polinasi) adalah sebagai berikut:


> Sediakan sehelai kertas


putih dan sebatang lidi


kecil atau tusuk gigi atau 


sejenisnya yang bersih.


> Cap polinia yang terdapat 


pada ujung column


dibuka, dimana akan


terlihat di dalamnya


polinia yang berwarna


kuning.


> Ujung lidi/tusuk gigi


dibasahi dengan cairan


yang ada di dalam lubang 


putih atau dengan sedikit 


air.


> Polinia diambil dengan


hati-hati. Pegang kertas 


putih sebagai wadah di


bawah bunga untuk


menghindari bila polinia


jatuh pada waktu diambil.


> Polinia kemudian


dimasukkan ke dalam


stigma (kepala putik).


> Beri label yang diikatkan 


pada tangkai kuntum


(pedicel) bunga yang


berisi catatan tentang


tanggal penyerbukan dan 


nama bunga yang diambil 


polinianya.


Beberapa hari kemudian bunga 


yang telah diserbuki akan layu.


Apabila penyerbukan berhasil,


dan bila tidak ada OPT, maka


bakal buah tersebut akan terus 


berkembang menjadi buah.


Buah anggrek ada yang masak 


setelah tiga bulan sampai enam 


bulan atau lebih. Buah yang


masak akan merekah dengan


dicirikan adanya perubahan


warna buah dari hijau menjadi 


hijau kekuning-kuningan.


Dalam memilih biji anggrek yang 


akan disemaikan dalam botol


perlu diperhatikan sebagai


berikut :


> Biji yang berwarna


keputih-putihan dan


kosong adalah biji yang


kurang baik.


> Biji yang baik yaitu


yang bulat penuh berisi, 


berwarna kuning atau


kecoklat-coklatan


3. Perbanyakan Anggrek


Perbanyakan tanaman anggrek


pada umumnya dilakukan


melalui dua cara yaitu,


konvensional dan dengan


metoda kultur in vitro.


Perbanyakan tanaman yang


dilakukan secara konvensional


adalah sebagai berikut :


Perbanyakan vegetatif melalui


beberapa cara seperti:


- Pemecahan/pemisahan


rumpun seperti


Dendrobium sp.,


Oncidium sp., Cattleya


sp., dan Cymbidium sp.

Pemotongan anak


tanaman yang ke luar


dari batang seperti


Dendrobium sp.


- Pemotongan anak


tanaman yang ke luar


dari akar dan tangkai


bunga seperti


Phalaenopsis sp., yang


selanjutnya ditanam ke


media yang sama seperti 


pakis, mos serabut


kelapa, arang, serutan


kayu, disertai campuran


pecahan genting atau


batu bata. 


Perbanyakan secara vegetatif ini 


akan menghasilkan anak


tanaman yang mempunyai sifat 


genetik sama dengan induknya.


Namun perbanyakan


konvensional secara vegetatif ini 


tidak praktis dan tidak


menguntungkan untuk tanaman


bunga potong, karena jumlah


anakan yang diperoleh dengan


cara-cara ini sangat terbatas.


Perbanyakan generatif yaitu


dengan biji. Biji anggrek sangat 


kecil dan tidak mempunyai


endosperm (cadangan


makanan), sehingga


perkecambahan di alam sangat 


sulit tanpa bantuan jamur yang 


bersimbiosis dengan biji


tersebut.


Secara generatif, benih tanaman 


diperoleh melalui biji hasil


persilangan yang secara genetis 


biji-biji tersebut bersifat


heterozigot. Sehingga benih benih yang dihasilkan


mempunyai sifat tidak mantap


dan beragam. 


Untuk menghasilkan bunga


dalam jumlah banyak dan


seragam diperlukan tanaman


dalam jumlah banyak pula. Oleh 


karena itu peningkatan produksi 


bunga pada tanaman anggrek


hanya dapat dicapai dengan


usaha perbanyakan tanaman


yang efisien. 


Pada saat ini metode kultur in


vitro merupakan salah satu cara 


yang mulai banyak digunakan


dalam perbanyakan klon atau


vegetatif tanaman anggrek.


Kultur in vitro pertama kali


dicoba oleh Haberlandt pada


tahun 1902, karena adanya sifat 


tanaman yang disebut totipotensi 


yang dicetuskan oleh kedua


orang sarjana Jerman Schwann 


dan Schleiden pada tahun 1830.


Metode kultur in vitro yaitu


menumbuhkan jaringan-jaringan


vegetatif (seperti :


- akar


- daun


- batang


- mata tunas 


- jaringan-jaringan


generatif (seperti : ovule, 


embrio dan biji).


Jaringan ini kemudian


ditumbuhkan pada media buatan 


berupa cairan atau padat secara 


aseptik (bebas mikroorganisme).

Dengan metode ini dapat


diharapkan perbanyakan


tanaman dapat dilakukan secara 


cepat dan berjumlah banyak,


serta sama dengan induknya.


Penanaman dan pemeliharaan 


Persiapan Lahan


Tanaman anggrek dapat ditanam 


di sekitar rumah atau


pekarangan atau di kebun yaitu 


di bawah pohon atau dengan


naungan yang diberi paranet


atau sejenisnya dengan


pengaturan intensitas cahaya


tertentu atau di lahan terbuka. 


Oleh karena tanaman anggrek


mempunyai potensi ekonomis


yang tinggi, maka untuk jenis jenis tertentu dapat ditanam di


dalam rumah kaca (green


house). Selain untuk melindungi 


tanaman dari gangguan alam,


juga akan mengurangi intensitas 


serangan OPT.


Persiapan Media Tumbuh


Media tumbuh yang baik harus 


memenuhi beberapa


persyaratan, yaitu tidak lekas


melapuk, tidak menjadi sumber 


penyakit, mempunyai aerasi


baik, mampu mengikat air dan 


zat-zat hara secara baik, mudah 


didapat dalam jumlah yang


diinginkan dan relatif murah


harganya.


Sampai saat ini belum ada


media yang memenuhi semua


persyaratan untuk pertumbuhan 


tanaman anggrek.


Untuk pertumbuhan tanaman


anggrek, kemasaman media


(pH) yang baik berkisar antara


5–6. Media tumbuh sangat


penting untuk pertumbuhan dan 


produksi bunga optimal,


sehingga perlu adanya suatu


usaha mencari media tumbuh


yang sesuai.


Media tumbuh yang sering


digunakan di Indonesia antara


lain : moss, pakis, serutan kayu, 


potongan kayu, serabut kelapa, 


arang dan kulit pinus.


Pecahan batu bata banyak


dipakai sebagai media dasar pot 


anggrek, karena dapat menyerap 


air lebih banyak bila


dibandingkan dengan pecahan


genting.


Media pecahan batu bata


digunakan sebagai dasar pot,


karena mempunyai kemampuan 


drainase dan aerasi yang baik.


Moss yang mengandung 2–3%


unsur N sudah lama digunakan 


untuk medium tumbuh anggrek.


Media moss mempunyai daya


mengikat air yang baik, serta


mempunyai aerasi dan drainase 


yang baik pula.


Pakis sesuai untuk media


anggrek karena memiliki daya


mengikat air, aerasi dan


drainase yang baik, melapuk


secara perlahan-lahan, serta


mengandung unsur-unsur hara


yang dibutuhkan anggrek untuk 


pertumbuhannya

Serabut kelapa mudah melapuk 


dan mudah busuk, sehingga


dapat menjadi sumber penyakit, 


tetapi daya menyimpan airnya


sangat baik dan mengandung


unsur-unsur hara yang


diperlukan serta mudah didapat 


dan murah harganya.


Dalam menggunakan serabut


kelapa sebagai media tumbuh,


sebaiknya dipilih serabut kelapa 


yang sudah tua.


Media tumbuh sabut kelapa,


pakis, dan moss merupakan


media tumbuh yang baik untuk 


pertumbuhan tanaman anggrek


Phalaenopsis sp. Namun bila


pakis dan moss yang tumbuh di 


hutan ini diambil secara terus menerus untuk digunakan


sebagai media tumbuh,


dikhawatirkan keseimbangan


ekosistem akan terganggu.


Serutan kayu atau potongan


kayu kurang sesuai untuk media 


anggrek karena memiliki aerasi


dan drainase yang baik, tetapi


daya menyimpan airnya kurang 


baik, serta miskin unsur N.


Proses pelapukan berlangsung


lambat, karena kayu banyak


mengandung senyawa-senyawa


yang sulit terdekomposisi seperti 


selulosa, lignin, dan


hemiselulosa.


Media serutan kayu jati


merupakan media tumbuh yang 


baik untuk pertumbuhan anggrek 


Aranthera James Storie.


Pecahan arang kayu tidak lekas 


lapuk, tidak mudah ditumbuhi


cendawan dan bakteri, tetapi


sukar mengikat air dan miskin


zat hara. Namun arang cukup


baik untuk media anggrek.


Penggunaan media baru


(repotting) dilakukan antara lain 


sebagai berikut :


> Bila ditanam dalam


pot (wadah) sudah


terlalu padat atau


banyak tunas.


> Medium lama sudah


hancur, sehingga


menyebabkan


medium bersifat


asam, bisa menjadi


sumber penyakit.


 Penyiraman


Tanaman anggrek yang sedang 


aktif tumbuh, membutuhkan lebih 


banyak air dibandingkan dengan 


yang sudah berbunga.


Frekuensi dan banyaknya air


siraman yang diberikan pada


tanaman anggrek bergantung


pada jenis dan besar kecil


ukuran tanaman, serta keadaan 


lingkungan pertanaman. Sebagai 


contoh adalah tanaman anggrek 


Vanda sp., Arachnis sp., dan


Renanthera sp., yaitu anggrek


tipe monopodial yang tumbuh di 


bawah cahaya matahari


langsung, sehingga


membutuhkan penyiraman lebih 


dari dua kali sehari, terutama


pada musim kemarau.

Pemupukan


Seperti tumbuhan lainnya,


anggrek selalu membutuhkan


makanan untuk


mempertahankan hidupnya.


Kebutuhan tanaman anggrek


akan nutrisi sama dengan


tumbuhan lainnya, hanya


anggrek membutuhkan waktu


yang cukup lama untuk


memperlihatkan gejala-gejala


defisiensi, mengikat


pertumbuhan anggrek sangat


lambat.


Dalam usaha budidaya tanaman 


anggrek, habitatnya tidak cukup 


mampu menyediakan unsur unsur yang dibutuhkan oleh


tanaman untuk pertumbuhan.


Untuk mengatasi hal tersebut,


biasanya tanaman diberi pupuk 


baik organik maupun anorganik.


Pupuk yang digunakan


umumnya pupuk majemuk yaitu 


yang mengandung unsur makro 


dan mikro.


Kualitas dan kuantitas pupuk


dapat mengatur keseimbangan


pertumbuhan vegetatif dan


generatif tanaman. Pada fase


pertumbuhan vegetatif bagi


tanaman yang masih kecil


perbandingan pemberian pupuk


NPK adalah 30:10:10, pada fase 


pertumbuhan vegetatif bagi


tanaman yang berukuran sedang 


perbandingan pemberian pupuk 


NPK adalah 10:10:10.


 Sedangkan pada fase


pertumbuhan generatif yaitu


untuk merangsang pembungaan, 


perbandingan pemberian pupuk 


NPK adalah 10:30:30.


Jika dilakukan pemupukan ke


dalam pot maka hanya pupuk


yang larut dalam air dan kontak 


langsung dengan ujung akar


yang akan diambil oleh tanaman 


anggrek dan sisanya akan tetap 


berada dalam pot.


Pemupukan pada sore hari


menunjukkan respon


pertumbuhan yang baik pada


anggrek Dendrobium sp. 


d.Pedoman teknis


Penanaman anggrek


Anggrek tumbuh menumpang di 


batang, cabang pohon atau


bahan lain tanpa merugikan


tanaman inangnya. 


Karena terbiasa dibawah


naungan, anggrek ini tidak tahan 


terkena sinar matahari terik dan 


membutuhkan naungan dengan 


persentase tertentu, tergantung


jenisnya.


Kisaran naungan antara 25 –


75%. Sebagai contoh misalnya 


anggrek epifit, Cattleya sp,


Cymbidium sp, Dendrobium sp,


Oncidium sp dan Phalaenopsis


sp, serta Vanda daun lebar alias 


vanda daun .


Untuk menanam anggrek epifit


digunakan media berupa pakis, 

moss, sabut kelapa, arang, dan 


kulit kayu atau sejenisnya. Bisa 


juga menggunakan lebih dari


satu jenis, tergantung kondisi


linggan setempat. 


Sebagai wadah dapat dipilih pot 


bahan plastik, tanah atau yang 


terbuat dari kayu.


Ada 3 cara penanaman anggrek 


epifit yaitu : pot, pohon, dan di 


tanah


- Penanaman di pot


Pedoman teknis: 


Sebelum ditanami, dasar pot diisi 


dengan pecahan batu


bata/genting 1/3 dari tinggi pot


Kemudian pada bagian atasnya


diisi dengan arang.


Tanam anggrek dengan bagian 


bulbnya yang muda berada


disebelah dalam, hal ini

dilakukan agar anakan


berikutnya dapat mengisi pot


bagian tengahnya.


Untuk menghindari agar anggrek 


tetap tegak, anggrek dapat diikat 


dengan kawat.


Setelah itu, isi seluruh pot


dengan media.


Untuk tanaman di pot sebaiknya 


diletakkan di atas rak-rak atau 


digantung.

Penanaman di pohon


Letakkan bibit anggrek pada


akar pakis, ikat dengan kawat


atau tali rafia. 


Sebelum meletakkan anggrek


muda ada baiknya terlebih


dahulu menyemprot pakis


dengan pesitida, agar terbebas 


dari semut atau serangga


lainnya.


Kemudia rendam dengan sedikit 


dengan larutan pupuk hyponex, 


selama 24 jam. Hal ini dilakukan 


agar media tempat tumbuh


anggrek muda mengandung


hara.


Jika akar sudah kuat, tali dapat 


dilepas.


Tanaman yang sudah siap


ditanam diletakkan ditempat


yang telah disiapkan, tergantung 


pada jenisnya. 


Berikut ini adalah salah atu


contoh anggrek epifit yang sudah 


berkembang sempurna

Tanaman ditempatkan di tempat 


yg diberi naungan sesuai dengan


kebutuhan jenis anggreknya.


Misalnya:


1. Cattleya butuh naungan


dengan penerimaan


cahaya matahari sekitar


25-45%


2. Dendrobium 55-65%


3. Oncidium 55-75%


4. Phalaenopsis 25-35%


5. Vanda 65-75%


- Penanaman di Tanah


Anggrek Terestrial


Anggrek terestrial yaitu anggrek 


yang tumbuh diatas permukaan 


tanah. Ada yang membutuhkan 


sinar matahari penuh dan ada 


yg perlu sedikit naungan. 


 Contoh yg butuh sinar matahari


penuh (100%):


- Arachnis


- Renanthera


- Aranthera


- Vanda teret ( berdaun 


pensil) seperti: vanda


teres dan Vanda


hookeriana.


Anggrek ini membutuhkan media 


lain seperti: serutan kayu, sabut 


kelapa dan dicampur dengan


kompos dan pupuk kandang yg 


sudah matang.


Anggrek terestrial umumnya


ditanam dengan sistem


bedengan, tetapi dapat juga


ditanam dalam pot tanah.


Bedengan


Jika ingin menanam anggrek di 


tanah pertama yang harus kita


lakukan adalah membuat


bedengan. Bedengan dibuat


tidak dengan meninggikan tanah 


seperti kalau kita membuat


bedengan untuk tanaman


lainnya, akan tetapi kita


membuat bedengan yang


tepinya dibatasi dengan


batubata, seperti gambar


dibawah ini.

Pada bagian dasar bedengan


ditaruh pecahan genting atau


batubata kira-kira sepertiga dari 


tinggi batu bata. Diatasnya diberi


serutan kayu atau sabut kelapa, 


baru diatasnya lagi diberi


kompos dan pupuk, seperti


gambar berikut.


Pemeliharaan


Penyiraman


Penyiraman pada umumnya


dilakukan 2 kali sehari yaitu pagi


hari, sekitar pukul 6.00– 7.00


dan sore hari sekitar pukul 17.00


– 18.00. Pada musim kemarau


dapat dilakukan lebih dari 2 kali 


sehari yaitu dengan cara


penyemprotan pada seluruh


bagian tanaman terutama bagian


bawah permukaan daun.


Tak ada salahnya berhati-hati


saat melakukan penyiraman di


rumpun anggrek. 


Penyiraman yang kurang hati hati dapat menyebabkan


pembusukan pada tunas


anakan.


Tunas anakan anggrek,


khususnya pada golongan


dendrobium saat tumbuh akan


membentuk kuncup daun yang


menyerupai mahkota pada


bagian atasnya. Tunas ini amat 


peka terhadap perubahan


lingkungan, terutama


kelembaban.

Kuncup yang menyerupai


mahkota ini tak lain adalah


ujung-ujung daun muda yang


belum membuka sempurna dan 


posisi ujung daun tegak keatas 


dengan membentuk suatu


cekungan/rongga sempit di


bagian tengahnya, persis


menyerupai mahkota. 


Kuntum bunga juga akan rontok 


jika kita salah dalam penyiraman


Pemupukan


Pupuk Organik 


Pupuk Kompos


Seringkali apabila kita


memelihara anggrek jenis


terestrial, litofit, saprofit atau


semi terestrial untuk


menambahkan pupuk organik


kedalam media tanamnya


sebagai sumber unsur hara


makro dan mikro dan juga dapat 


untuk memperbaiki sifat kimia,


biologi dan fisik tanah disekitar 


perakaran anggrek


Air kelapa


Air kelapa ternyata memiliki


manfaat untuk meningkatkan


pertumbuhan tanaman. 


Air kelapa yang sering dibuang 


oleh para pedagang di pasar


tidak ada salahnya untuk kita


manfaatkan sebagai penyubur


tanaman.


Selama ini air kelapa banyak


digunakan di Laboratorium


sebagai nutrisi tambahan di


dalam media kultur jaringan.


Pemberian pupuk majemuk


dilakukan 2 kali seminggu


dengan dosis 0,2% atau sesuai


dosis anjuran. Pemberian pupuk


dilakukan melalui daun dengan


cara penyemprotan di seluruh


bagian tanaman, terutama di


bagian bawah permukaan daun. 


Pupuk majemuk yang diberikan


sebaiknya lebih dari 2 jenis


pupuk yang diaplikasikan secara


bergantian. Komposisi unsur N, 


P dan K yang diberikan


tergantung pada besar kecilnya 


tanaman.


Perlu dibedakan pemberian


pupuk untuk bibit, tanaman


remaja, dan untuk merangsang 


pembungaan.


3. Pengendalian hama dan


Penyakit


Penyemprotan pestisida seperti:


insektisida, fungisida dan


bakterisida dapat dilakukan 1 kali


seminggu secara bergantian


atau sesuai dosis anjuran dan

tergantung juga pada berat


ringannya tingkat serangan.


Bioinsektisida (organik)


Serangan hama merupakan


salah satu faktor pembatas untuk 


peningkatkan produksi pertanian 


yang dalam kasus ini adalah


pemeliharaan anggrek. 


Untuk megendalikan hama


seringkali digunakan pestisida


kimia dengan dosis yang


berlebih. Padahal akumulasi


senyawa-senyawa kimia


berbahaya dapat menimbulkan


dampak negatif terhadap


kelestarian lingkungan dan


kesehatan manusia. 


Ditengah maraknya budidaya


pertanian organik, maka upaya 


pengendalian hama yang aman 


bagi produsen/petani dan


konsumen serta menguntungkan 


petani, menjadi prioritas utama.


Salah satu alternatif


pengendalian adalah


pemanfaatan jamur penyebab


penyakit pada serangga


(bioinsectisida), yaitu jamur


patogen serangga Beauveria


bassiana.


Jamur Beauveria bassiana


adalah jamur mikroskopik


dengan tubuh berbentuk


benang-benang halus (hifa).


Kemudian hifa-hifa tadi


membentuk koloni yang disebut 


miselia.


Gambar Insektisida hayati


Jamur ini tidak dapat


memproduksi makanannya


sendiri, oleh karena itu jamur ini 


bersifat parasit terhadap


serangga inangnya.


Laboratorium BPTPH Propinsi


Daerah Istimewa Yogyakarta


telah mengembangkan dan


memproduksi secara massal


jamur patogen serangga B.


bassiana sebagai insektisida


alami.


Berdasarkan kajian jamur B.


bassiana efektif mengendalikan 


hama walang sangit, wereng


batang coklat, dan kutu (Aphids 


sp).

Akan tetapi, bukan tidak mungkin 


akan efektif bila diuji coba pada 


serangga-serangga hama


anggrek seperti kutu gajah.


Sistem kerjanya yaitu spora


jamur B. bassiana masuk


ketubuh serangga inang melalui 


kulit, saluran pencernaan,


spirakel dan lubang lainnya. 


Selain itu inokulum jamur yang 


menempel pada tubuh serangga 


inang dapat berkecambah dan


berkembang membentuk tabung 


kecambah, kemudian masuk


menembus kutikula tubuh


serangga.


Penembusan dilakukan secara


mekanis dan atau kimiawi


dengan mengeluarkan enzim


atau toksin. 


Jamur ini selanjutnya akan


mengeluarkan racun beauverin


yang membuat kerusakan


jaringan tubuh serangga. Dalam 


hitungan hari, serangga akan


mati. Setelah itu, miselia jamur 


akan tumbuh ke seluruh bagian 


tubuh serangga. 


Serangga yang terserang jamur 


B. bassiana akan mati dengan


tubuh mengeras seperti mumi


dan tertutup oleh benang benang hifa berwarna putih. 


Dilaporkan telah diketahui lebih 


dari 175 jenis serangga hama


yang menjadi inang jamur B.


bassiana.


Berdasarkan hasil kajian jamur


ini efektif mengendalikan hama


walang sangit (Leptocorisa


oratorius) dan wereng batang


coklat (Nilaparvata lugens) pada 


tanaman padi serta hama kutu


(Aphids sp.) pada tanaman


sayuran.


Beberapa keunggulan jamur


patogen serangga B. bassiana


sebagai pestisida hayati yaitu : 


x Selektif terhadap


serangga sasaran


sehingga tidak


membahayakan


serangga lain bukan


sasaran, seperti predator, 


parasitoid, serangga


penyerbuk, dan serangga 


berguna lebah madu.


x Tidak meninggalkan


residu beracun pada hasil 


pertanian, dalam tanah


maupun pada aliran air


alami.


x Tidak menyebabkan


fitotoksin (keracunan)


pada tanaman 


x Mudah diproduksi


dengan teknik


sederhana.


Teknik aplikasinya cukup mudah,


yaitu dengan mengambil 2-3


gram formulasi dan


disuspensikan dalam 1 ltr air,


tambahkan 3 sendok gula pasir 


per tangki, waktu semprot sore


hari.


Dalam satu kemasan formulasi


B. bassiana, berisi 100 gram

formulasi padat. Itupun dapat


dikembangbiakan secara


konvensional, sehingga lebih


menghemat pengeluaran. 


Akhirnya, walaupun keberhasilan 


dari insektisida biologis dari


jamur ini memberikan dampak


positif terhadap pengendalian


serangga hama tanaman dan


keselamatan lingkungan. Namun 


dalam penerapannya di


masyarakat masih minim,


sehingga memerlukan upaya


sosialisasi yang lebih intensif.


Insektisida


Budidaya anggrek tentunya akan 


mengalami interaksi baik dari


lingkungan abiotik (tak hidup)


dan lingkungan biotik (hidup).


Salah satu bentuk interaksi biotik 


yaitu parasitisme, dimana


anggrek berada sebagai


organisme yang dirugikan,


sedangkan hama sebagai


organisme yang diuntungkan.


Fungisida adalah zat kimia yang 


digunakan untuk mengendalikan 


cendawan (fungi). 


Fungisida umumnya dibagi


menurut cara kerjanya di dalam 


tubuh tanaman sasaran yang


diaplikasi, yakni fungisida


nonsistemik, sistemik, dan


sistemik local. 


Pada fungisida, terutama


fungisida sistemik dan non


sistemik, pembagian ini erat


hubungannya dengan sifat dan 


aktifitas fungisida terhadap jasad 


sasarannya.


Insektisida secara umum adalah 


senyawa kimia yang digunakan 


untuk membunuh serangga


pengganggu (hama serangga).


Insektisida dapat membunuh


serangga dengan dua


mekanisme, yaitu dengan


meracuni makanannya


(tanaman) dan dengan langsung 


meracuni si serangga tersebut. 


Pengamatan Hama dan Penyakit


Hama


a. Tungau Merah Tennuipalvus


orchidarum Parf


Ordo : Acarina 


Famili : Tetranychidae


1. Tanaman Inang : Jenis jenis yang dapat diserang 


hama ini adalah


Phalaenopsis sp.,


Dendrobium sp., Orchidium


sp., Vanda sp. dan


Granatophyllium sp.,


kapas, kacang-kacangan,


jeruk, dan gulma terutama 


golongan dikotil.


2. Gejala Serangan : Tungau


ini sangat cepat


berkembang biak dan


dalam waktu singkat dapat 


menyebabkan kerusakan


secara mendadak. Bagian 


tanaman yang diserang


antara lain tangkai daun


dan bunga. Tangkai yang 


diserang akan berwarna


seperti perunggu. Pada

permukaan atas daun


terdapat titik/bercak


berwarna kuning atau


coklat, kemudian meluas


dan seluruh daun menjadi 


kuning. Pada permukaan


bawah berwarna putih


perak dan bagian atas


berwarna kuning semu.


Pada tingkat serangan


lanjut daun akan berbercak


coklat dan berubah menjadi 


hitam kemudian gugur.


Pada daun Phalaenopsis


sp. mula-mula berwarna


putih keperakan kemudian 


menjadi kuning. Hama ini 


dapat berjangkit baik pada 


musim hujan maupun


musim kemarau, namun


umumnya serangan


meningkat pada musim


kemarau, sedangkan pada 


musim hujan serangan


berkurang karena terbawa


air. Kerusakan dapat


terjadi mulai dari


pembibitan.


3. Biologi :Tungau berwarna


merah, berukuran sangat


kecil yaitu 0,2 mm


sehingga sukar untuk


dilihat dengan mata


telanjang. Tungau dapat


dijumpai pada daun,


pelepah daun dan bagian bagian tersembunyi


lainnya. Telur tungau


berwarna merah, bulat dan 


diletakkan membujur pada 


permukaan atas daun.


b. Kumbang Gajah


Orchidophilus aterrimus


(Acythopeus)


Ordo : Coleoptera


Famili : Curculionidae


1) Tanaman Inang: Jenis


anggrek yang diserang


adalah anggrek epifit antara 


lain Arachnis sp., Cattleya


sp., Coelogyne sp.,


Cypripedium sp.,


Dendrobium sp., Cymbidium


sp., Paphiopedilum sp.,


Phalaenopsis sp.,


Renanthera sp., dan Vanda


sp.


2) Gejala Serangan : Kumbang


bertelur pada daun atau


lubang batang tanaman.


Kerusakan terjadi karena


larvanya menggerek daun


dan memakan jaringan di


bagian dalam batang


sehingga mengakibatkan


aliran air dan hara dari akar 


terputus serta daun-daun


menjadi kuning dan layu.


Kerusakan pada daun


menyebabkan daun


berlubang-lubang. Larva


juga menggerek batang


umbi, pucuk dan batang


untuk membentuk


kepompong, sedangkan


kumbang dewasa memakan 


epdermis/permukaan daun


muda, jaringan/tangkai


bunga dan pucuk/kuntum


sehingga dapat


mengakibatkan kematian


bagian tanaman yang

dirusak. Serangan pada titik 


tumbuh dapat mematikan


tanaman. Pada pembibitan


Phalaenopsis sp. dapat


terserang berat hama ini.


Seangan kumbang gajah


dapat terjadi sepanjang


tahun, tetapi paling banyak


terjadi pada musim hujan,


terutama pada awal musim


hujan tiba.


3) Biologi : Kumbang berwarna 


hitam kotor/tidak mengkilap


dengan ukuran bervariasi


3,5-7 mm termasuk


moncong. Kumbang bertelur 


pada daun atau lubang pada 


batang tanaman. Larva


menggerek ke jaringan


batang atau masuk ke


pucuk/kuncup dan tangkai


sampai menjadi pupa. Fase


larva (ulat), pupa


(kepompong) sampai


dewasa (kumbang)


berlangsung dalam


pseudobulb. Larva yang baru 


menetas menggerek


pseudobulb, makan dan


tinggal di dalam pseudobulb


tersebut. Pupa terbungkus


oleh sisa makanan dan


terletak di rongga bekas


gerekan di dalam


pseudobulb.


c. Kumbang Penggerek 


Omobaris calanthes Mshl.


Ordo : Colepotera 


Famili : Curculionidae


1) Tanaman Inang :Jenis


anggrek yang diserang


terutama adalah anggrek


tanah terutama jenis


Calanthe sp. dan Phajus sp.


2) Gejala Serangan : Berbeda


dengan kumbang gajah,


larva kumbang ini


menggerek masuk ke


jaringan akar/umbi, pucuk


dan tangkai bunga sehingga 


dinding gerekan menjadi


hitam. Sedangkan kumbang 


dapat dijumpai di bagian


tengah tanaman di antara


daun bawah. Serangga


membuat sejumlah lubang,


seringkali berbaris di daun


dan juga tunas utama yang 


masih terlipat yang kemudian 


dapat patah dan mati. Pada 


tahap awal seringkali


merusak akar tanaman dan


pada saat bunga masih


kuncup. Serangan berat


menyebabkan tanaman


terlihat merana dan dapat


mematikan tanaman anggrek 


secara keseluruhan.


3) Biologi :Pertumbuhan larva


dapat mencapai panjang 5


mm.


d. Kumbang Penggerek Akar 


Diaxenes phalaenopsidis


Fish.


Ordo : Coleoptera


Famili : Cerambycidae


1) Tanaman Inang :Larva


maupun kumbang ini dapat 


menyerang tanaman anggrek 


Renanthera sp., Vanda sp.,


Dendrobium sdp., Oncidium

sp. dan lebih khusus anggrek 


Phalaenopsis sp.


2) Gejala Serangan :Larva


menggerek akar sehingga


akar mengering dan dapat


mengakibatkan kematian.


Larva juga menyerang


bunga. Kerusakan yang


diakibatkan oleh hama ini


akan sangat berat jika tidak 


segera dikendalikan.


3) Biologi :Telur berwarna hijau 


terang dengan panjang 2,4


mm dan diletakkan di bawah 


kutikula akar. Larva


berwarna kuning dan


membentuk pupa dalam


suatu kokon yang


berserabut/berserat padat.


Kumbang dapat hidup


sampai 3 bulan dan daur


hidup mencapai 50-60 hari.


Pada siang hari kumbang ini 


bersembunyi dan pada


malam hari memakan daun


bagian atas dan


meninggalkan


potongan/bekas gerekan


yang tidak beraturan di


permukaan.


e. Kumbang Penggerek Oulema


(= Lema) pectoralis Baly.


Ordo : Coleoptera


Famili : Chrysomelidae


1) Tanaman Inang :Arachnis


sp., Grammatophyllum


sp., Vanda sp.,


Phalaenopsis sp.,


Calanthes sp. dan


kadang-kadang


menyerang Dendrobium


sp.


2) Gejala Serangan :Larva


membuat lubang pada


daun, akar, kuntum


bunga dan bunga.


Serangga dewasa juga


dapat memakan daun.


3) Biologi :Kumbang


berwarna hijau


kekuningan. Tubuhnya


diselubungi busa yang


berwarna hijau tua.


Larvanya membuat


lubang pada daun, akar, 


kuntum bunga dan


bunganya. Kumbang


mempunyai tipe criocerin


sepanjang punggung dan 


pronotum yang sempit.


Serangga dari famili ini


berasosiasi dengan


rumput-rumputan dan


monokotiledon lain. Larva 


yang semula berwarna


abu-abu, dengan


meningkatnya umur,


akan berubah menjadi


kuning. Tubuh larva


senantiasa tertutup oleh


kotorannya sendiri. Telur 


diletakkan terpisah-pisah


pada bunga dan petiola.


Telur berwarna kuning


kehijauan dengan


panjang 1,25 mm. Larva 


yang baru menetas


membawa kulit telur di


punggungnya. Daur


hidup mencapai 30 hari.

f. Kutu Perisai Parlatoria proteus 


Curt.


Ordo : Hemiptera


Famili : Diaspididae


1) Tanaman Inang : Kutu


ini tersebar luas dan


terutama dijumpai pada 


tanaman anggrek


Dendrobium sp.,


Renanthera sp., Vanda


sp. dan jenis-jenis


anggrek tanah, dan


palem.


2) Gejala Serangan


:Tanaman yang


terserang berwarna


kuning merana, kadang kadang daun


berguguran.


3) Biologi : Kutu


mempunyai perisai


berwarna coklat merah


berukuran + 1,5 mm,


kutu dewasa berwarna


gelap berbentuk bulat,


pipih, melekat pada


bagian tanaman


terserang. Telurnya


diletakkan di bawah


perisai/tempurung,


sehingga tidak terlihat


dari atas. Larva tidak


bertungkai, berbentuk


bulat. Kutu dewasa


betina tidak bersayap


sedangkan yang jantan 


bersayap.


g. Pengerekk Daun Gonophora


xanthomela ( = Agonita


spathoglottis)


Ordo : Coleoptera


Famili : Chrysomelidae


1) Tanaman Inang :Hama


ini menyerang jenis-jenis


anggrek Phalaenopsis


amabilis, Vanda tricolor,


V. coerulea, Arundina sp.


dan Aspathoglottis sp.


2) Gejala Serangan Larva


mengorok bagian dalam


daun dan meninggalkan


bagian epidermis


sehingga daun tampak


transparan. Serangan


berat terjadi pada musim 


hujan.


3) Biologi :Kumbang


berukuran 6 mm,


terdapat tanda hitam dan 


oranye. Telur diletakkan 


pada permukaan bawah 


daun dan ditutupi


kotoran.


h. Ulat Bunga Chliaria othona


Ordo : Lepidoptera


Famili : Lycaenidae


1) Tanaman Inang : Ulat ini 


menyerang jenis-jenis


anggrek Dendrobium sp.,


Phalaenopsis sp.,


Arundina sp., Phajus sp.


2) Gejala Serangan :Ulat


memakan bunga atau


pucuk anggrek. Setelah 


menetas dari telur segera

masuk dan merusak ke


dalam pucuk sampai ke


bunga.


3) Biologi :Ulat berbentuk


pipih. Larva yang baru


menetas dari telur masuk 


ke dalam pucuk sampai


bunga. Stadia pupa


terjadi di daun dan umbi umbian dalam lapisan


anyaman dan pupa


berbalut lapisan sutera.


i. Pemakan Daun Negeta


chlorocrota Hps.


Ordo : Lepidoptera


Famili : Noctuidae


1) Tanaman Inang


:Kerusakan paling


banyak pada


Dendrobium sp., dan


Arachnis sp.. dan


serangga juga dijumpai


pada Phalaenopsis sp.


dan aneka anggrek liar.


2) Gejala Serangan :Larva


memakan daun muda


dan meninggalkan


potongan-potongan daun 


yang putih dan


transparan. Kerusakan


disebabkan oleh instar


selanjutnya pada daun


yang lebih tua. Pucuk pucuk muda juga


diserang. Pada populasi 


tinggi larva


menggerogoti daun,


potongan oval dari daun 


yang tertinggal di atas


dan digunakan untuk


membentuk tempat


pupa.


3) Biologi :Ulat merupakan 


semi penggulung daun


anggrek. Ulat instar


lanjut berwarna hijau


pudar dengan garis


gelap membujur dan


empat tanda di


punggung. Seta (bulu)


panjang tumbuh dari


kecil dan hitam. Panang 


larva + 35 mm. Ngengat 


muda tidak terbang


sangat jauh. Telur


berduri dan dijumpai di 


daun, pucuk dan bunga.


Di Bogor siklus hidup


mencapai 38 hari.


j. Kutu Putih Pseudococcus sp.


Ordo : Hemiptera


Famili : Pseudococcidae


1) Tanaman Inang : Hama


ini tersebar luas dan


merupakan hama penting 


pada tanaman buah buahan dan tanaman


hias.


2) Gejala Serangan :Pada


Dendrobium sp., kutu


menyerang ujung akar,


bagian daun sebelah


bawah dan batang.


Bagian tanaman


terserang akan berwarna


kuning dan akhirnya mati 


karena hama ini


mengisap cairan sel.


Pada Phalaenopsis sp.,


kutu menyerang ketiak


daun di sekitar titik


tumbuhnya, sehingga

menyebabkan tanaman


mati.


3) Biologi :Seluruh tubuh


tertutup oleh lilin


termasuk tonjolan pendek 


yang terdapat pada


tubuhnya. Kutu berwarna 


coklat kemerahan,


panjang 2 mm, dan


memproduksi embun


madu sehingga menarik


bagi semut untuk


berkumpul. Kutu


memperbanyak diri


melalui atau tanpa


perkawinan


(partenogenesis).


Perkembangan satu


generasi memerlukan


waktu selama 36 hari.


k. Siput Setengah Telanjang 


(Slug) Parmarion pupillaris


Phyllum : Mollusca


1) Tanaman Inang :


Bersifat polifag, selain


menyerang anggrek juga 


pada kol, sawi, tomat,


kentang, tembakau, karet 


dan ubi jalar.


2) Gejala Serangan :Siput


memakan daun dan


membuat lubang-lubang


tidak beraturan.


Seringkali ditandai


dengan adanya bekas


lendir sedikit mengkilat


dan kotoran. Akar dan


tunas anakan juga


diserang. Seringkali


merusak pesemaian atau 


tanaman yang baru saja 


tumbuh. Siput juga


makan bahan organik


yang telah membusuk


atauun tanaman yang


masih hidup.


3) Biologi :Siput tidak


memiliki cangkok,


berukuran panjang 5 cm, 


berwarna coklat


kekuningan atau coklat


keabuan. Rumah pada


punggungnya kerdil dan


sedikit menonjol. Siput


tidak beruas, badannya


lunak, bisa mengeluarkan 


lendir, berkembang biak


secara hermaprodit


namun sering juga terliha 


mereka mengadakan


perkawinan dengan


sesama. Siput menyukai 


kelembaban. Telur


diletakkan pada tempat tempat yang lembab.


Siput biasanya pada


waktu siang hari


bersembunyi di tempat


yang teduh dan aktif


mencari makan pada


malam hari. Alat untuk


makan berbentuk seperti 


lidah yang kasar seperti


parut yang disebut


radula.


l. Siput Telanjang Vaginula


bleekeri atau Filicaulis bleekeri


Phyllum : Mollusca


1) Tanaman Inang : Selain


menyerang anggrek, juga 


merusak pesemaian


sayuran seperti kol,


sawi, tomat dan


tembakau.

2) Gejala Serangan :Gejala 


serangan mirip


Parmarion. Siput


menyerang tanaman


pada waktu malam hari.


Bagian tanaman yang


diserang adalah daun


dan pucuk-pucuknya


3) Biologi :Bentuk siput


seperti lintah, berwarna


coklat keabuan, pada


punggungnya terdapat


bercak-bercak coklat tua 


yang tidak teratur dan


ada sepasang garis


memanang, panjang


tubuh + 5 cm.


m. Bekicot Achatina fulica atau


A. variegata


Phyllum : Mollusca


1) Tanaman Inang :Bekicot


selain merusak tanaman 


anggrek, juga tanaman


bunga bakung, bunga


dahlia, pepaya, tomat


2) Gejala Serangan :


Bekicot banyak merusak 


seluruh bagian tanaman


dengan memakan daun


dan bagian tanaman


lain. Selain itu juga


makan tanaman yang


telah mati.


3) Biologi : Bekicot


mempunyai cangkok


(rumah), dengan ukuran


panjang + 10-13


cm. Pada waktu siang


hari bekicot ini sering


istirahat pada batang


pepaya, pisang dan


dinding rumah. Pada


waktu malam hari


mencari makanan. Siang 


hari mencari tempat


perlindungan di lubang


tanah, kaleng atau


bambu. Bila diganggu


mereka akan menarik


kepalanya ke dalam


rumahnya. Kadang kadang dapat


mengeluarkan suara.


Pada waktu musim


kemarau yang panjang


dan udara panas, kepala 


dan seluruh badan


dimasukkan dalam rumah 


dan lubangnya ditutup


dengan suatu lapisan


membran yang tebal


hingga ia dapat bertahan 


hidup selama musim


kemarau + 6 bulan.


Bila musim hujan tiba


dalam beberapa jam


mereka dapat segera


mengakhiri masa


istirahatnya dan mulai


mencari makanan.


Bekicot yang baru saja


menetas bisa tahan tidak 


makan selama 1 bulan.


Bekicot yang besar bisa


tahan terendam air tawar 


selama 12 jam, tetapi


kalau air mengandung


garam bekicot akan mati 


dengan pelan-pelan.


Telurnya berwarna kuning 


dengan diameter + 5 mm, 


biasanya terdapat dalam 


kelompok telur yang


jumlahnya 100-500 butir


gumpalan telur yang


diameternya bisa sampai 

+ 5 cm. Biasanya terletak 


di bawah batu, tanaman


atau dalam tanah


gembur. Telur ini akan


menetas dalam 10-14


hari.


n. Tungau Jingga Anggrek


Pseudoleptus vandergooti (Oud)


Ordo : Acarina 


Famili : Tertranychidae


1) Tanaman Inang :Anggrek


Dendrobium sp. sangat


peka terhadap serangan 


tungau jingga.


2) Gejala Serangan


:Serangan hama ini


mengakibatkan daun dan 


jaringan batang berubah 


warna.


3) Biologi :Tungau


berukuran 0,3 mm, hidup 


berkoloni pada daun daun yang mati. 


o. Thrips Anggrek


Dichromothrips (= Eugniothrips)


smithi (Zimm)


Ordo : Thysanopter


Sub Ordo : Terebrantia


1) Tanaman Inang :Thrips


anggrek dari P. Jawa


ditemukan pula di


Taiwan. Thrips


mengakibatkan


kerusakan serius pada


pembibitan anggrek


Arachnis sp., Cattleya


sp., Dendrobium sp.,


Renanthera sp., dan


Vanda sp.


2) Gejala Serangan :


Serangan hama ini


mengakibatkan


pertumbuhan tanaman


terhambat, bunga


berguguran, daun


berubah bentuk dan


berwarna keperakan.


Pada musim kemarau


serangan thrips dapat


mengakibatkan


penurunan produksi


bunga.


3) Biologi :Hama ini sangat 


kecil, dan berwarna abu abu, ada juga yang


berwarna kecoklatan.


Panjangnya kira-kira 1-


1½ mm. Trips


mempunyai tiga pasang


kaki, dan berbadan


ramping.


p. Kepik Anggrek Mertila


malayensis Dist.


Ordo : Hemiptera


Famili : Miridae


1) Tanaman Inang :Kepik


ini memiliki daerah


penyebaran meliputi


wilayah Asia Selatan dan 


Timur. Kepik dapat


ditemukan pada anggrek 


Phalaenopsis sp.,


Bulbophyllum sp.,


Renanthera sp., Vanda


sp.


2) Gejala Serangan :


Serangan kepik


menimbulkan gejala

bintik-bintik putih kuning 


pada permukaan atas


dan bawah daun


anggrek. Kadang kadang titik-titik tersebut 


sangat rapat sehingga


merupakan bercak


putih. Tanaman yang


terserang lama-lama


menjadi gundul.


3) Biologi :Kepik berwarna 


merah kehitaman. Telur 


diletakkan di daun, dan 


nimfa yang baru


menetas berwarna


merah mirip dengan


tungau. Serangga


biasanya hidup


berkelompok, jika


diganggu maka akan


melarikan diri dengan


cepat. Di Salatiga siklus 


hidup sekitar 4 minggu, 


dan serangga dewasa


dapat hidup selama 2


bulan.


q. Kutu Daun Anggrek 


Cerataphis oxhidiarum (West)


Ordo : Homoptera


Famili : Aphidoidea


1) Tanaman Inang :Kutu ini 


tersebar luas dan


terutama dijumpai pada


tanaman anggrek


Dendrobium sp.,


Renanthera sp., Vanda


sp. dan jenis-jenis


anggrek tanah.


2) Gejala Serangan :Kutu


daun menempel pada


daun, dan menyebabkan 


daun yang terserang


berubah menjadi kuning,


kemudian coklat,


akhirnya mati.


3) Biologi :Spesies kutu


daun ini berwarna coklat 


gelap sampai hitam.


Pada waktu masih muda, 


serangga berwarna


hijau. Penyebaran


meliputi di daerah tropis.


r. Kutu Tempurung Aspidiotus


sp.


Ordo : Homoptera


Famili : Diaspididae


1) Tanaman Inang : Di


daerah Bogor kutu


tempurung ditemukan


pada anggrek


Renanthera sp. dan


Vanda sp., kelapa,


kelapa sawit, pisang,


mangga, alpukat, jambu


biji, kakao, karet, keluwih, 


dan jahe.


2) Gejala Serangan :


Serangga ini mengisap


cairan daun di bagian


permukaan bawah


sehingga meninggalkan


bercak-bercak dan


menyebabkan daun


berwarna kuning


kecoklatan. Kutu


mengisap cairan daun,


sehingga makin lama


cairan daun habis dan


jaringan di sekelilingnya


terjadi nekrosis. Pada


serangan berat seluruh


daun menjadi kering dan 


kemudian rontok.

3) Biologi : Serangga


dewasa berwarna merah 


coklat gelap berukuran


panjang 1,5 mm. Kutu


betina dapat


menghasilkan telur 20-30


butir. Telur diletakkan di 


dalam perisai di bawah


badannya. Nimfa yang


baru menetas akan ke


luar dari perisai,


berkelompok di


permukaan bawah daun.


Periode telur sampai


dewasa mencapai 1,5-2


bulan. Aktivitas puncak


terjadi pada musim


kering.


s. Siput Kecil Lamellaxis (= 


Opeas) gracilis (Hutt.) dan 


Subulina octona Brug.


Phyllum : Mollusca


1) Tanaman Inang :Di


daerah Deli (Sumatera)


sering ditemukan pada


bedengan pembibitan


tembakau, dan di daerah 


lain di Indonesia


ditemukan menyerang


sayuran di rumah kaca.


2) Gejala Serangan :Siput


ini tinggal pada tanaman 


anggrek di antara media 


tumbuh dalam pot dan


menyerang bagian akar.


Malam hari siput naik ke 


permukaan pot dan


menyerang bagian daun.


Serangan berat terjadi


pada musim hujan.


3) Biologi :Tempurung hama 


panjangnya 11 mm dan


berwarna kuning terang.


Kedua spesies hama ini 


di alam sering


bercampur.


2. Penyakit


a. Busuk Hitam


Phytopthora spp.


1) Tanaman Inang :Penyakit


ini terutama dijumpai


pada anggrek Cattleya


sp., Phalaenopsis sp.,


Dendrobium sp.,


Epidendrum sp. dan


Oncidium sp.


2) Gejala Serangan :


Infeksinya tampak


dengan adanya noda noda hitam yang


menjalar dari bagian


tengah tanaman hingga


ke daun. Dalam waktu


relatif singkat seluruh


daun sudah berjatuhan.


Cendawan ini menyerang 


pucuk tanaman dan titik


tumbuh. Bagian pangkal 


pucuk daun terlihat basah 


dan bila ditarik mudah


terlepas. Bila menyerang 


titik tumbuh,


pertumbuhan akan


terhenti. Penyebaran


penyakit ini sangat cepat 


bila keadaan lingkungan


lembab. Pada Cattleya


penyakit dapat timbul


pada daun, umbi semu,


akar rimpang dan kuncup 


bunga. Penyakit ini juga 


dapat timbul pada


pesemaian sebagai


penyakit busuk rebah.

Pada daun terjadi bercak 


besar, berwarna ungu


tua, coklat keunguan,


atau hitam. Bercak


dikelilingi halo


kekuningan. Dari daun


penyakit berkembang ke 


umbi semu, akar


rimpang, bahkan


mungkin ke seluruh


tanaman. Jika penyakit


mula-mula timbul pada


umbi semu, maka umbi


ini akan menjadi hitam


ungu, dan semua yang


terletak di atasnya akan 


layu. Seringkali daun


menjadi rapuh dengan


goyangan sedikit saja


daun akan terlepas


sedikit di atas umbi


semu. Infeksi yang


terjadi pada permukaan


tanah dapat


menyebabkan busuk


kaki. Pada Vanda, mula mula pada pangkal daun 


terjadi bercak hitam


kecoklatan tidak teratur,


dengan cepat meluas ke 


seluruh permukaan daun 


dan pada daun-daun


sekitarnya. Pada


umumnya penyakit timbul 


di daerah pucuk


tanaman. Pada bagian


ini daun-daun berwarna


hitam coklat kebasah basahan dan mudah


sekali gugur. Kadang kadang penyakit juga


timbul pada batang dan 


daerah perakaran.


3) Morfologi/Epidemiologi :


Cendawan membentuk


sporangium, mudah


terlepas, bulat telur atau 


jorong, pangkalnya


membulat, mempunyai


tangkai pendek dan


hialin. Spora


Phytophthora dapat


dipencarkan oleh angin,


dan percikan air. Akar


rimpang dapat dapat


terinfeksi karena patogen 


yang terbawa oleh pisau 


yang dipakai untuk


memotong (memisahkan


tanaman). Penyakit juga 


berkembang oleh


kelembaban yang tinggi, 


karena air membantu


pembentukan,


pemencaran, dan


perkecambahan spora.


b. Antraknosa. Colletotrichum


gloeosporioides (Penz.) Sacc. 


(Stadium Sempurna :


Glomerella cingulata)


1) Tanaman Inang :Penyakit


ini dijumpai pada anggrek 


jenis Dendrobium sp.,


Arachnis sp., Ascocendo


sp., Phalaenopsis sp.,


Vanda sp. dan Oncidium


sp.


2) Gejala Serangan : Pada


daun atau umbi semu


mula-mula timbul bercak 


bulat, mengendap,


berwarna kuning atau


hijau muda. Akhirnya


bercak menjadi coklat


dan mempunyai bintik bintik hitam yang terdir

dari tubuh buah


(aservulus) cendawan.


Pada umumnya bintik bintik ini teratur pada


lingkaran-lingkaran yang


terpusat. Dalam


keadaan yang lembab


tubuh buah


mengeluarkan massa


spora (konidium) yang


berwarna merah jambu


atau jingga. Daun yang 


terserang akan gugur


akhirnya umbi akan


gundul. Pada bunga,


penyakit menyebabkan


terjadinya bercak-bercak


coklat kecil yang dapat


membesar dan bersatu


sehingga dapat meliputi


seluruh bunga.


Cendawan dapat


mempertahankan diri


dengan hidup secara


saprofitik pada sisa


tanaman sakit. Pada


cuaca menguntungkan


(lembab), cendawan


membentuk konidium


yang apabila terbentuk


dalam massa yang lekat, 


konidium dipencarkan


oleh percikan air hujan/air 


siraman, mungkin juga


oleh serangga.


Cendawan adalah parasit 


lemah, yang hanya dapat 


mengadakan infeksi pada 


tanaman yang


keadaannya lemah,


terutama melalui luka luka, termasuk luka


karena terbakar


matahari. Terjadinya


penyakit juga dibantu


oleh pemberian pupuk


nitrogen yang terlalu


banyak.


3) Morfologi/Epidemiologi :


C.gloeosporioides


berbentuk aservulus


pada bagian yang mati


(nekrosis) yang berbatas 


tegas, biasanya berseta,


kadang-kadang berseta


sangat jarang atau tidak 


sama sekali. Aservulus


berbentuk bulat,


memanjang atau tidak


teratur, garis tengahnya


dapat mencapai 500 m.


Seta mempunyai panjang 


yang bervariasi, jarang


lebih dari 200 m,


dengan lebar 4-8 m,


bersekat 1-4, berwarna


coklat, pangkalnya agak


membengkak, mengecil


ke ujung, pada ujungnya 


kadang-kadang


berbentuk konidium.


Konidium berbentuk


tabung, ujungnya tumpul, 


pangkalnya sempit


terpancung, hialin, tidak


bersekat, berinti 1,9-24 x 


3,6 m. Konidiofor


berbentuk tabung, tidak


bersekat, hialin atau


coklat pucat. C.


gloeosporioides tersebar


luas, sebagai parasit


lemah pada bermacam macam tumbuhan inang, 


bahkan ada yang hanya 


hidup sebagai saprofit.


Cendawan dapat


mempertahankan diri


dengan hidup secara


saprofitis pada


bermacam-macam sisa    

 tanaman sakit. Pada


cuaca menguntungkan


jamur membentuk


konidium. Karena


terbentuk dalam massa


yang lekat, konidium


dipencarkan oleh


percikan air, dan mungkin 


oleh serangga.


Pembentukan konidium


dibentuk oleh cuaca yang


lembab, sedang


pemencaran konidium


dibantu oleh percikan air 


hujan maupun siraman.


c. Layu Sklerotium rolfsii Sacc.


(Stadium Sempurna : Corticium


rolfsii Curzi)


1) Tanaman Inang :Selain


menyerang anggrek,


penyakit ini diketahui


menyerang pada


tanaman pertanian


lainnya. Pada anggrek 


terutama menyerang


jenis-jenis terestrial,


seperti Vanda sp.


,


Arachnis sp. dan


sebagainya.


2) Gejala Serangan :


Tanaman yang


terserang menguning


dan layu. Infeksi terjadi 


pada bagian-bagian


yang dekat dengan


tanah. Bagian ini


membusuk, dan pada


permukaannya terdapat 


miselium cendawan


berwarna putih, teratur 


seperti bulu. Miselium


ini membentuk


sklerotium, yang semula 


berwarna putih, kelak


berkembang menjadi


butir-butir berwarna


coklat yang mirip


dengan biji sawi. Pada


Phalaenopsis penyakit


menyebabkan busuk


akar dan pangkal daun.


Jaringan menjadi


berwarna kuning krem,


berair, yang segera


berubah menjadi coklat 


lunak karena adanya


bakteri dan cendawan


tanah. Sklerotium


bentuknya hampir bulat 


dengan pangkal yang


agak datar, mempunyai


kulit luar, kulit dalam


dan teras. Di daerah 


tropis S. rolfsii tidak


membentuk spora.


Cendawan dapat


bertahan lama dengan


hidup secara saprofitik, 


dan dalam bentuk


sklerotium yang tahan


terhadap keadaan yang 


kurang baik. S. rolfsii


umumnya terdapat


dalam tanah.


Cendawan terutama


terpencar bersama sama dengan tanah


atau bahan organik


pembawanya.


Sklerotium dapat


terpencar karena


terbawa oleh air yang


mengalir. S. rolfsii


terutama berkembang


dalam cuaca yang


lembab. Cendawan


dapat menginfeksi


tanaman anggrek


melalui luka ataupun


tidak, bila melalui luka

infeksi akan


berlangsung lebih


cepat. Di Indonesia


Oncidium sp. dan


Phalaenopsis sp.


sangat rentan terhadap 


S. rolfsii, Cattleya sp.


agak tahan, sedangkan 


Dendrobium sp. sangat 


tahan.


3) Morfologi/Epidemiologi :


S. rolfsii adalah


cendawan yang


kosmopolit, dapat


menyerang bermacam macam tumbuhan,


terutama yang masih


muda. Cendawan itu


mempunyai miselium


yang terdiri dari


benang-benang


berwarna putih,


tersusun seperti bulu


atau kipas. Cendawan


tidak membentuk


spora. Untuk


pemencaran dan


mempertahankan diri


cendawan membentuk


sejumlah sklerotium


yang semula berwarna


putih kelak menjadi


coklat dengan garis


tengah kurang lebih 1


mm. Butir-butir ini


mudah sekali terlepas


dan terangkut oleh air.


Sklerotium mempunyai


kulit yang kuat sehingga 


tahan terhadap suhu


tinggi dan kekeringan.


Di dalam tanah


sklerotium dapat


bertahan selama 6-7


tahun. Dalam cuaca


yang kering sklerotium


akan mengeriput, tetapi 


justru akan


berkecambah dengan


cepat jika kembali


berada dalam


lingkungan yang


lembab.


d. Layu Fusarium oxysporum


1) Tanaman Inang :Penyakit


layu Fusarium dapat


dijumpai pada anggrek


jenis Cattleya sp.,


Dendrobium sp. dan


Oncidium sp. Selain itu


juga menyerang kubis,


caisin, petsai, cabai,


pepaya, krisan, kelapa


sawit, lada, kentang,


pisang dan jahe.


2) Gejala serangan :


Patogen menginfeksi


tanaman melalui akar


atau masuk melalui luka 


pada akar rimpang yang 


baru saja dipotong,


menyebabkan batang


dan daun berkerut.


Bagian atas tanah


tampak merana seperti


kekurangan air,


menguning, dengan


daun-daun yang keriput,


umbi semu menjadi


kurus, kadang-kadang


agak terpilin. Perakaran


busuk, pembusukan pada 


akar dapat meluas ke


atas, sampai ke pangkal 


batang.

3) Jika akar rimpang


dipotong akan tampak


bahwa epidermis dan


hipodermis berwarna


ungu, sedang phloem


dan xylem berwarna


ungu merah jambu muda. 


Akhirnya seluruh akar


rimpang menjadi


berwarna ungu.


4) Epidemiologi :Patogen


dapat bertahan secara


alami di dalam media


tumbuh dan pada akar akar tanaman sakit.


Apabila terdapat tanaman 


peka, melalui akar yang 


luka dapat segera


menimbukan infeksi.


Penyakit ini mudah


menular melalui benih,


dan alat pertanian yang


dipakai.


e. Bercak Daun Cercospora


spp.


1) Tanaman inang :Semua


jenis anggrek terserang


oleh penyakit ini,


terutama yang ditanam di 


tempat terbuka, seperti


Vanda sp., Arachnis sp.,


Aranda sp., Aeridachnis


sp. dan sebagainya.


2) Gejala serangan :


Penyakit timbul hanya


apabila keadaan


lingkungan lembab. Mula mula pada sisi bawah


daun yang masih muda


timbul bercak kecil


berwarna coklat. Bercak bercak dapat


berkembang melebar dan 


memanjang, dan dapat


bersatu membentuk


bercak yang besar. Pada 


pusat bercak yang


berwarna coklat


keputihan, cendawan


membentuk kumpulan kumpulan konidiofor


dengan konidium, yang


bila dilihat dengan kaca


pembesar (loupe) tampak 


seperti bintik-bintik hitam 


kelabu. Pusat bercak


akhirnya mengering dan


dapat menjadi berlubang. 


Gejala ini lebih banyak


terdapat pada daun-daun


tua.


3) Morfologi/Epidemiologi :


Konidium cendawan ini


berbentuk gada panjang


bersekat 3-12. Konidiofor 


pendek, bersekat 1-3,


cendawan dapat terbawa 


oleh benih dan bertahan 


pada sisa-sisa tanaman


sakit selama satu


musim. Cuaca yang


panas dan basah


membantu


perkembangan penyakit.


Penyakit dapat timbul


pada tanaman muda,


meskipun cenderung


lebih banyak pada


tanaman tua.


f. Bercak Coklat Ralstonia


(Pseudomonas) cattleyae (Pav.)


Savul


1) Tanaman Inang :Penyakit


terutama menyerang

Phalaenopsis sp. dan


Catleya sp.


2) Gejala serangan :


Penyakit ini terutama


merugikan Phalaenopsis


sp. Bagian tanaman yang 


terserang yaitu daun dan 


titik tumbuh. Penyakit


sangat cepat menjalar,


dan pada daun yang


terserang terjadi bercak


lunak, kebasah-basahan


dan berwarna kecoklatan 


atau hitam. Penyakit


meluas dengan cepat.


Jika penyakit mencapai


titik tumbuh, tanaman


akan mati. Bagian yang


sakit mengeluarkan lendir 


(eksudat), yang dapat


menularkan penyakit ke


tanaman lain, melalui


penyiraman. Pada daun 


Cattleya sp. penyakit


tampak sebagai bercak bercak mengendap,


hitam dan kebasah basahan. Pada


umumnya penyakit hanya 


terbatas pada satu atau


dua daun, dan tidak


mematikan tanaman.


3) Epidemiologi : Massa


bakteri sering muncul di


permukaan jaringan


tanaman sakit. Penyakit 


ini berkembang pada


kondisi lingkungan yang


basah dan suhu yang


tinggi. Penyakit dapat


menular melalui alat-alat


pertanian, air, media


tumbuh dan benih yang 


terinfeksi.


g. Busuk Lunak


Erwinia spp.


1) Tanaman Inang :Penyakit


ini dapat menyerang


semua jenis anggrek


bahkan tanaman lain


yang lunak jaringannya.


2) Gejala Serangan :


Penyakit ini menyerang


tanaman anakan dalam


kompot. Daun-daun


anakan terlihat berair dan 


warna daun berubah


kecoklatan. Pada


pseudobulb atau bagian


lunak lainnya terjadi


pembusukan disertai bau 


yang tidak enak. Bakteri 


ini menimbulkan


pembusukan pada


jaringan yang lunak dan 


pada jaringan yang bekas 


digigit serangga.


3) Morfologi/Epidemiologi :


Sel bakteri berbentuk


batang, tidak mempunyai 


kapsul, dan tidak


berspora. Bakteri


bergerak dengan


menggunakan flagela


yang terdapat di


sekeliling sel bakteri.


Bakteri patogen mudah


terbawa oleh serangga,


air, media tumbuh dan


sisa tanaman yang


terinfeksi, serta alat-alat


pertanian. Suhu optimal


untuk perkembangan


bakteri adalah 27° C.


Pada kondisi suhu


rendah dan kelembaban

rendah bakteri terhambat 


pertumbuhannya.


h. Rebah Bibit Pythium ultinum, 


Phytohpthora cactorum dan


Rhizoctonia solani.


1) Tanaman Inang :


Penyakit ini dijumpai


pada tanaman muda


dalam kompot pada


anggrek jenis Cymbidium


sp., Dendrobium sp.,


Oncidium sp. dan


sebagainya.


2) Gejala Serangan :Pada


tanaman muda ditandai


dengan gejala damping


off, yaitu tanaman mati


dan roboh. Bagian


pangkal tanaman


membusuk, sehingga


tidak kuat berdiri tegak.


Penyakit berkembang ke 


atas ke bagian-bagian


lunak lainnya. 


3) Epidemiologi : Patogen


tersebut terpencar


malalui air. R. solani


bertahan lama di dalam 


tanah (media tumbuh).


h. Bercak Daun 


Pestalotia sp.


1) Tanaman Inang :


Penyakit ini dijumpai


pada anggrek jenis


Vanda sp., Arachnis sp.,


Dendrobium sp. dan


Oncidium sp.


2) Gejala Serangan Pada


daun-daun tua dijumpai


bercak dengan titik-titik


hitam di bagian


tengahnya. Mula-mula


bercak berwarna kuning


agak coklat. 


3) Epidemiologi Patogen


memencar dengan spora 


yang terjadi apabila ada 


perubahan yang


mendadak dari keadaan 


basah kemudian kering


dan disertai angin.


i. Bercak


Botryodiplodia sp.


1) Tanaman Inang :Penyakit


ini dijumpai pada anggrek 


jenis Vanda sp. dan


Arachnis sp.


2) Gejala Serangan :Pada


anggrek Vanda sp.


penyakit ditandai dengan 


bercak memanjang


berwarna coklat sampai


hitam. Gejala terjadi baik 


di daun maupun


batangnya. Bercak tidak 


terbatas pada bagian bagian yang tua saja


tetapi yang mudapun


terserang.


3) Epidemiologi :Penyakit


memencar dengan


sporanya yang berada di 


dalam badan buahnya.


Spora memencar bila


terjadi perubahan cuaca


yang mendadak dari


basah ke kering.

Bercak Bunga Botrytis


cenerea


1) Tanaman Inang :Penyakit


ini terutama menyerang


bunga pada anggrek


jenis Phalaenopsis sp.


dan Cattleya sp.


2) Gejala Serangan Pada


mahkota bunga mula mula terdapat bintik-bintik


hitam. Bila penyakit telah 


berkembang lebih lanjut


dengan bintik yang


sangat banyak, bunga


akan busuk dan


menghitam.


3) Epidemiologi; Penyakit ini 


berkembang bila


kelembaban sangat


tinggi. Pemencaran


penyakit dilakukan


dengan sporanya yang


sangat mudah


diterbangkan angin.


l. Karat Uredo sp.


1) Tanaman Inang :Penyakit


karat dijumpai pada


Oncidium sp. dan jenis jenis lainnya.


2) Gejala Serangan : Pada


permukaan daun terdapat 


pustul berwarna kuning.


Setiap pustul dikelilingi


oleh jaringan daun


klorotik. Serangan yang


hebat menyebabkan


daun mengering. 


3) Epidemiologi :Spora


patogen mudah melekat 


pada kaki serangga dan 


oleh tiupan angin.


Kondisi lingkungan yang 


lembab sangat


membantu


perkembangan penyakit. 


m. Virus Mosaik Cymbidium 


(Cymbidium mosaic virus= 


CyMV).


Virus mosaik cymbidium dikenal 


juga dengan nama “Cymbidium 


black streak virus” atau “Orchid 


mosaic virus”.


1) Tanaman Inang : Virus ini 


dijumpai pada 8 genera, 


yaitu Aranthera sp.,


Calanthe sp., Cattleya


sp.,Cymbidium sp.,


Gromatophyllum sp.,


Phalaenopsis sp.,


Oncidium sp., dan Vanda


sp.


2) Gejala Serangan : Pada


Cymbidium sp. gejala


mosaik akan tampak


lebih jelas pada daun daun muda berupa garis garis klorotik memanjang 


searah serat daun.


Bunga pada tanaman


Cattleya sp. yang


terinfeksi biasanya


memperlihatkan gejala


bercak-bercak coklat


nekrosis pada petal dan 


sepalnya. Bunga


biasanya berukuran lebih 


kecil dan mudah rontok


dibandingkan dengan


bunga tanaman sehat.

3) Morfologi/Epidemiologi :


Partikel CyMV berbentuk 


filamen memanjang


berukuran 13 x 475 nm.


Virus ini menular secara


mekanik melalui cairan


atau ekstrak bagian


tanaman sakit, tetapi


tidak menular melalui biji 


ataupun serangga vektor.


n. Virus Mosaik Tembakau 


Strain Orchid (Tobacco Mosaic


 Virus-Orchid = TMV-O)Virus ini 


dikenal juga dengan nama virus 


bercak bercincin odontoglossum 


(odontoglossum ringspot virus = 


ORSV).


1) Tanaman Inang : Jenis jenis anggrek lain yang


dapat terserang virus ini 


mencakup Dendrobium


sp., Epidendrum sp.,


Vanda sp., Cattleya sp.,


Oncidium sp. Cymbidium


sp. dan Phalaenopsis sp.


2) Gejala Serangan :Pada


beberapa jenis anggrek


seperti Cattleya sp.,


gejala infeksi virus ini


bervariasi, yaitu berupa


garis-garis klorotik,


bercak-bercak klorotik


sampai nekrotik atau


bercak-bercak berbentuk


cincin. Pada Oncidium


sp. bercak-bercak


nekrotik berwarna hitam


tampak nyata pada


permukaan bawah daun. 


Di lapang persentase


tanaman anggrek


Oncidium sp. terinfeksi


virus ini dapat mencapai 


100 %. Gejala pada


bunga, misalnya pada


anggrek Cattleya sp.,


berupa mosaik pada


sepal dan petal. Bagian 


tepi bagian bunga ini


biasanya bergelombang.


3) Morfologi/Epidemiologi :


Partikel virus berbentuk


batang berukuran 18 x


300 nm. TMV-O mudah


ditularkan secara


mekanik melalui ekstrak


bagian tanaman sakit,


tetapi tidak menular


melalui serangga vektor


ataupun biji.


Pengendalian OPT Anggrek


a Fisik


Media tumbuh disucihamakan


dengan uap air panas agar


tanaman bebas dari OPT yang 


dapat ditularkan melalui media


tumbuh.


Untuk menghindari penularan


virus, usaha sanitasi harus


dilakukan meliputi sterilisasi alat alat potong.


Setelah dicuci bersih alat-alat


potong dipanaskan dalam oven 


pada suhu 149 ° C selama 1


jam.


b. Mekanis


Pengendalian secara mekanis


dilakukan bilamana serangga


hama dijumpai dalam jumlah


terbatas. Misalnya pada pagi dan 

sore hari kumbang gajah dapat 


dijepit dengan jari tangan dan


dimatikan.


Demikian pula kutu tempurung


pada daun anggrek dapat


didorong dengan kuku, tetapi


harus dilakukan secara hati-hati


lalu dimatikan. Keong besar atau 


yang kecil dengan mudah dapat 


ditangkap pada malam hari dan 


dimusnahkan.


Dengan membersihkan sampah


dan gulma, maka keong tidak


mempunyai kesempatan untuk


bersarang dan bersembunyi.


Pengendalian secara mekanis


juga dilakukan pada bagian


tanaman yang menunjukkan


gejala serangan penyakit, yaitu 


dengan memotong dan


memusnahkan bagian tanaman


yang terserang.


c.Kultur Teknis


Pemeliharaan tanaman yang


baik dapat meningkatkan


kesehatan tanaman, sehingga


tanaman dapat tumbuh lebih


subur.


Penyiraman, pemupukan dan


penambahan atau penggantian


media tumbuh dapat


meningkatkan pertumbuhan


tanaman. Secara tidak langsung 


pemeliharaan yang


berkelanjutan dapat memantau


keadaan tanaman dari serangan 


OPT secara dini.


Penyiraman dilakukan apabila


diperlukan dan dilakukan pagi


hari sehingga siang harinya


sudah cukup kering. 


Pelihara tanaman dari serangan


atau kehadiran serangga yang


dapat menjadi pembawa atau


pemindah penyakit. Udara dalam 


pertanaman sebaiknya dijaga


agar tidak terlalu lembab,


sehingga penyakit tidak mudah


berkembang.


Tanaman yang baru atau


diketahui menderita penyakit


diisolasi selama 2-3 bulan,


sampai diketahui bahwa


tanaman tersebut betul-betul


sehat.


Tanaman yang akan


dibudidayakan sebaiknya juga


berasal dari induk yang telah


diketahui bebas penyakit.


d. Kimiawi


Untuk pengendalian OPT


anggrek dapat dipilih jenis


pestisida yang tepat sesuai


dengan organisme pengganggu 


tumbuhan yang akan


dikendalikan.


Formulasi pestisida dapat


berupa cairan (emulsi), tepung


(dust) pasta ataupun granula. 


Konsentrasi dan dosis


penggunaan biasanya


dicantumkan pada tiap


kemasan.


Jenis-jenis pestisida yang dapat 


digunakan untuk mengendalikan 


OPT pada tanaman anggrek


tercantum dalam Lampiran 1. 

Sebagai pencegahan, pot atau


wadah lainnya, alat-alat seperti


pisau dan gunting stek,


sebaiknya setiap kali memakai


alat-alat tersebut, disucihamakan


dengan formalin 2 % atau


desinfektan lainnya. 


e. Hayati


Dilakukan dengan menggunakan 


: Predator tungau : Phytoseiulus


persimilis Athias Heniot dan


Typhodiromus sp.


(Phytoseiidae)


Predator kutu daun : kumbang 


koksi (Coccinelidae), lalat


Syrpidae, dan laba-laba Lycosa


sp.


Predator kutu putih : Scymnus


apiciflavus.


Predator bekicot Achatina fulica 


: Gonaxis sp., Euglandina sp.,


Lamprophorus sp., dan bakteri


Aeromonas liquefacicus.


Parasitoid Thrips : Famili


Eulophidae


Parasitoid kutu daun : Aphidius


sp. dan Encarsia sp.


Parasitoid pengorok daun


Gonophora xanthomela :


Achrysocharis promecothecae


(Eulophidae).


Pemanfaatan agens antagonis


Trichoderma sp., Gliocladium sp. 


dan Pseudomonas fluorescens


untuk penyakit layu Fusarium sp. 


dan Ralstonia (Pseudomonas )


solanacearum.


Panen dan Pascapanen 


Keistimewaan tanaman anggrek 


terletak pada penampilannya


saat konsumsi, sehingga usaha 


untuk mempertahankan mutu


penampilan selama mungkin


menjadi tujuan utama


penanganan pasca panen dan


pasca produksi.


Untuk melaksanakan upaya


tersebut perlu dipahami berbagai 


faktor yang dapat mempengaruhi 


mutu pasca panen atau pasca


produksi tanaman anggrek. 


Faktor yang mempengaruhi mutu 


pasca panen anggrek bunga


potong adalah:


- tingkat ketuaan bunga


- suhu


- pasokan air dan makanan


- etilen


- kerusakan mekanis dan


penyakit.


Sedangkan yang mempengaruhi 


untuk anggrek pot yang


mempengaruhi mutunya antara


lain:


- kultivar


- stadia pertumbuhan


- cahaya,


- medium, pemupukan


- ,temperatur


- lama pengangkutan.


e. Bunga Anggrek Potong


Ketuaan Bunga


Selama ini bunga anggrek


dipanen setelah 75%-80% bunga 

telah mekar terutama pada


anggrek Dendrobium sp.


Adakalanya pada jenis anggrek 


tertentu, seperti Cattleya sp.,


bunga dipanen 3 sampai 4 hari 


setelah mekar, karena bunga


yang dipotong prematur akan


gagal untuk mekar. 


Saat pemanenan perlu


diperhatikan penularan penyakit 


virus dari satu pohon ke pohon 


lain.


Sebaiknya alat pemotong


hendaknya disterilkan lebih dulu 


sebelum digunakan lagi pada


pohon berikutnya.


Temperatur


Bunga potong Cymbidium sp.


dan Paphiopedilum sp. dapat


bertahan selama 3 minggu pada 


temperatur 330


–350 F (10 C) dan 


6 sampai 7 minggu bila tetap di 


pohon.


Jenis Cymbidium sp., Cattleya


sp., Vanda sp., Paphiopedilum


sp. dan Phalaenopsis sp.


umumnya bisa bertahan sampai


2 minggu kalau disimpan pada 


suhu 5–70 C, sedangkan


Dendrobium sp. potong cukup


disimpan pada temperatur 10–


130 C.


Pasokan Air dan Hara


Bunga anggrek potong peka


terhadap kekeringan. Air yang


hilang setelah bunga dipanen


harus segera diimbangi dengan


larutan perendam yang


mengandung air dan senyawa


lain yang diperlukan. 


Penggunaan berbagai senyawa


kimia pengawet yang dilarutkan 


dalam air dianjurkan untuk


memperpanjang kesegaran


bunga potong.


Etilen dan Kerusakan Mekanis


Usahakan untuk menjauhkan


bunga anggrek potong dari


sumber/tempat kebocoran gas,


asap, pemeraman buah dan


kumpulan bunga yang sudah


rusak dan layu. 


Ruangan untuk penanganan


pasca panen (sortasi/grading


dan pengemasan) hendaknya


berventilasi baik.


Kepekaan terhadap gas etilen


dapat dikurangi dengan


pemberian suhu dingin, baik


setelah panen maupun setelah 


pengiriman.


Bunga potong harus segera


dikeluarkan dari wadah


pengemasnya dan diletakkan


pada ruangan dingin yang


bersuhu cocok untuk bunga


anggrek.


 Penyakit


Bunga anggrek potong peka


terhadap penyakit, tidak saja


karena berpetal agak rapuh,


tetapi juga terdapatnya cairan


madu yang bergizi yang sangat 


baik untuk pertumbuhan


patogen

Kerusakan akibat penyakit ini


dapat dihindari dengan


melakukan:


- Kebersihan baik di


rumah kaca


maupun di kebun


- Pengendalian


temperatur, dan


minimalisasi


terjadinya


kondensasi pada


bunga potong.


- Pengamatan


populasi hama dan 


penyakit


Bunga anggrek makin diminati. 


Pada saat ini makin banyak


dihasilkan varietas baru anggrek 


didalam negeri. 


Tantangannya adalah menjaga


agar bunga anggrek potong


dapat tetap segar dalam waktu 


cukup lama. 


Pengiriman bunga anggrek


potong tanpa pengawet


kesegaran bunga, dikhawatirkan 


menurunkan umur peragaan


bunga dan diameter bunga.


Biasanya dilakukan pulsing, yaitu


mencelupkan tangkai bunga


potong sedalam 4 cm kedalam 


larutan nutrisi selama 16 jam


dalam ruang sejuk (21 derajat


celcius).


Perlakuan ini bertujuan untuk


memberi bekal nutrisi cadangan 


sekaligus dapat melindungi


tangkai bunga dari serangan


mikroorganisme penyumbat


pembuluh tangkai. 


Selama ini dipergunakan larutan 


pulsing berupa sukrosa 50 g/l, 


perak nitrat 25 ppm, asam sitrat 


200 ppm.


Jenis-jenis anggrek

Begitulah sebutan bagi anggrek 


yang memiliki nama latin


Dendrobium sutiknoi P.O’bryne.


Anggrek ini dideskripsikan dan


dipublikasikan untuk pertama kali 


pada Mei 2005 di Jurnal fur den 


Orchideenfreund.


Nama sutikno ini sendiri diambil 


dari nama seorang hobiis dan


pedagang anggrek di Tretes,

Prigen, Pasuruan, Jawa Timur


yang kemudian dideskripsikan


untuk pertama kali oleh Mr. Peter 


O’bryne di Singapura. 


Sejarahnya, ternyata anggrek ini 


ditemukan secara tidak sengaja 


oleh beliau di antara batang batang D. lasianthera, namun


tiba saat berbunga tampaklah


perbedaan tersebut. 


Oleh karena karakter bunganya 


yang unik maka beliau yakin


bahwa anggrek ini berpotensi


menjadi species baru. 


Species ini berasal dari Papua


dan Kepulauan Morotai


(Indonesia). Sejauh ini telah


ditemukan dua varian warna,


yaitu oranye tembaga dan hijau 


kekuningan.


Sosok tanamannya mirip dengan 


anggrek-anggrek section


Spatulata lainnya. Batangnya


cukup tinggi mencapai 1-1,5


meter.


Bentuk daunnya elips agak bulat 


telur, semakin kearah ujung atas 


ukuran daunnya semakin


mengecil. Karakter unik dari


anggrek ini adalah petal nya


yang sangat panjang (mirip petal


D.stratiotes) serta bentuk ujung 


labellumnya yang sempit dan


melengkung dan hampir


menyerupai labellum


Dendrobium tobaense.


Kelebihan anggrek section


Spatulata ini adalah sifat


dominan nya yang sangat kuat 


pada hybrid-hybrid


keturunannya. Tidak seperti


pada D.tobaense yang bentuk


labellumnya bersifat resesif


sehingga akan mudah


terdegradasi oleh hybridisasi.


Saat ini, hybrid-hybrid maupun


hasil selfing dari D.sutiknoi telah 


banyak beredar di pasaran


anggrek di Asia tenggara.


Namun menurut informasi dari


seorang rekan hobiis senior dari 


Malaysia, setelah sekian lama


D.sutiknoi dimanfaatkan sebagai 


parent/induk silangan, ternyata


anggrek ini kurang begitu


diminati oleh para penyilang


sebagai parent karena sifatnya 


genetiknya yang sangat


dominan, sehingga selalu


mengalahkan karakter dari


induknya yang lain, akibatnya


hybrid yang terbentuk juga


terlalu condong ke arah


karakteristik D.sutiknoi.


Namun hal ini tidak begitu


dipersoalkan oleh para


penggemar dan konsumen


anggrek hybrid, sehingga tidak


mengurangi minat para


penggemar anggrek pada


umumnya untuk tetap


mengkoleksi hybrid-hybrid


turunan D.sutiknoi, karena tetap 


saja hybridnya cantik dan unik


dipandang.


Di Indonesia sendiri, anggrek ini 


maupun hybridnya belum begitu 


tersosialisasi secara luas,


sehingga tak heran bila


harganya melambung sangat


tinggi.

 Meskipun demikian, anggrek ini 


merupakan harta genetis yang


tak ternilai. Sehingga langkah langkah serius untuk menjaga


kelestarian genetisnya perlu


segera dilakukan.


Pohon Anggrek Terbesar dan 


Terberat di Dunia


Ini adalah si jawara kelas berat 


dari dunia anggrek. Jawara ini 


bernama Grammatophyllum


speciosum atau seringpula


disebut-sebut dengan nama G.


papuanum yang diyakini sebagai 


salah satu variannya.


Tanaman ini tersebar luas dari


Sumatera, Kalimantan, Jawa,


hingga Papua. Oleh karena itu, 


tidak heran bila banyak


ditemukan varian-varian nya


dengan bentuk tanaman dan


corak bunga yang sedikit


berbeda.


Dalam satu rumpun dewasa,


tanaman ini dapat mencapai


berat lebih dari 1 ton dan


panjang malai bunga hingga 3 


meter dengan diameter malai


sekitar 1,5-2 cm. Itulah sebabnya 


malai bunganya mampu


menyangga puluhan kuntum


bunga berdiameter 7-10 cm. 


Dari corak bunganya penduduk


lokal sering menjulukinya


dengan sebutan anggrek macan,


akan tetapi sebutan ini sering


rancu dengan kerabatnya,


Grammatophyllum scriptum yang 


memiliki corak serupa. 


Oleh sebab itu, anggrek ini


populer juga dengan sebutan


sebagai anggrek tebu, karena


sosok batang tanamannya yang 


menyerupai batang pohon tebu. 


Meskipun persebarannya cukup 


luas anggrek ini justru


menghadapi ancaman serius


dari perburuan tak terkendali


serta kerusakan habitat. 


Sosok pohonnya yang sangat


besar mudah terlihat oleh para 


pemburu, terlebih lagi saat


memunculkan bunganya yang


mencolok.


Belum lagi perkembangbiakan


alami di habitat dengan biji


sangatlah sulit diandalkan


karena lambatnya laju


pertumbuhan dari fase biji


hingga mencapai tanaman


dewasa yang siap berbunga. 


Mungkin hal inilah yang


mendasari kenapa anggrek ini


menjadi salah satu species


anggrek yang dilindungi. 


Sebagai pecinta anggrek, pasti


anggrek ini akan menjadi salah 


satu “most wanted” dalam daftar 


koleksi.

Agar perburuan liar terhadap


anggrek ini di habitatnya dapat 


dikendalikan, maka langkah langkah budidaya secara


vegetatif maupun generatif harus 


segera diberdayakan. Apalagi


anggrek ini terkenal sangat


mudah menumbuhkan tunas dari 


stek bulbnya. 


Setidaknya, dengan


membudidayakannya secara


vegetatif atau membeli bibit


anggrek tebu hasil


perkembangbiakan vegetatif


(tunas dari stek bulb) dapat


menjadi salah satu upaya


memelihara kelestarian anggrek 


alam Indonesia. 


Coelogyne celebensis si Jelita 


dari Celebes


Anggrek ini memiliki nama ilmiah 


Coelogyne celebensis. Kata


celebensis diambil dari nama


Celebes atau Sulawesi. Dari


namanya, kita tahu jika tanaman 


ini memiliki habitat asal di


Sulawesi.


Morfologi tanamannya sekilas


nampak serupa dengan kerabat 


dekatnya Coleogyne speciosa.


Bahkan tipe bunga nya pun


tampak tak ada beda. Namun


bagi yang jeli, perbedaan yang 


cukup mencolok dapat dikenali 


lewat bentuk labellum serta


tonjolan-tonjolan yang berada


diatas labellum tersebut. 


Bunga ini mampu merekah


sempurna selama 5-7 hari,


setelah itu bunga akan layu dan 


segera digantikan dengan tunas 


bunga selanjutnya. 


Tandan bunganya berukuran


kecil dan panjang, sehingga


tidak proporsional jika


dibandingkan dengan ukuran


bunganya yang cukup besar. 


Itulah sebabnya, saat bunga nya 


mekar, maka tandannya akan


terkulai kebawah, sehingga


bunganya tampak menunduk. 


Anggrek ini memiliki daun yang 


lebar, berbentuk bulat telur, dan 


permukaannya bergelombang. 


Seperti kebanyakan anggrek


lainnya, tanaman ini juga


memiliki bulb/umbi semu yg


menggembung untuk


menyimpan air dan cadangan


makanan.


Anggrek ini termasuk anggrek


dataran rendah yang rajin


berbunga dan cepat beradaptasi. 

Anggrek ini akrab disebut


sebagai anggrek kantong,


karena labellumnya yang


menyerupai kantung kecil.


Sosok tanaman anggrek ini


cukup pendek (tinggi tanaman


sekitar 5-7 cm) dengan posisi


daun yang berselang seling.


Daunnya melebar dengan ujung 


membulat.


Lebar daun sekitar 3-6 cm


dengan panjang daun bervariasi 


antara 15-20 cm. Tanaman ini

termasuk anggrek terestrial,


artinya anggrek ini memiliki


habitat tumbuh di tanah, dengan 


mengandalkan organ akarnya


sebagai alat untuk menyerap air 


dan unsur hara. 


Anggrek ini senang dengan


kondisi media yang cukup


lembab, akan tetapi jika terlalu 


lembab bisa menyebabkan


pembusukan pada pangkal


batangnya. Anggrek yang dahulu 


diisukan sebagai anggrek yang 


sulit dipelihara ini, ternyata justru 


memiliki kelebihan lain, yaitu


toleran terhadap kekeringan dan 


toleran dengan rentang suhu


yang lebar. 


Selain itu, dalam satu tandan


bunga bisa memunculkan lebih 


dari 3 kali bunga. Bunganya


yang unik muncul bergantian


satu per satu dengan masa


mekar tiap kuntum bunga lebih 


dari 1 minggu. 


Pemeliharaan anggrek ini cukup 


mudah, hanya dengan menjaga 


kelembaban media dan


melakukan pemberian pupuk


organik pada media tanamnya. 


Satu hal yang cukup penting


yaitu tempatkan anggrek ini pada 


tempat yang ternaungi, misal


dibawah paranet 50 % atau di


bawah tajuk pepohonan. 


Meskipun bunganya unik dan


indah, sayangnya pertumbuhan 


anggrek ini termasuk sangat


lambat.


Media tumbuh anggrek ini dapat 


berupa campuran tanah


(usahakan yang kadar


lempungnya rendah) dan pupuk 


organik. Atau media kombinasi


seperti cacahan


pakis/arang/kerikil + potongan


sabut, pupuk organik + sedikit


moss.


2. Tanaman Anggrek Pot


Berbunga Indah


a. Kultivar


Berbagai karakter morfologi,


seperti warna bunga, jumlah


kuntum bunga dan waktu


berbunga telah digunakan untuk 


mengevaluasi kultivar baru


industri bunga. Kriteria tersebut 


merupakan faktor-faktor penting


dalam menciptakan kultivar


baru. Pada masa yang akan


datang kriteria toleransi terhadap 


kondisi pengangkutan, tingkat


cahaya interior yang rendah,


etilen dan pendinginan perlu pula 


dimasukkan ke dalam penilaian.


b. Stadia Pertumbuhan


Stadia pertumbuhan (umur)


tanaman pot anggrek berbunga 


indah pada saat dipasarkan


merupakan faktor utama yang


mempengaruhi penampilan


tanaman tersebut di dalam


ruangan. Perlu diperhatikan


bahwa stadia yang tepat untuk 


pemasaran tergantung dari


waktu yang diperlukan untuk


memperoleh tanaman.


Umumnya tanaman dengan


banyak bunga mekar lebih sulit 


dalam pengangkutan, lebih peka 


terhadap etilen dan lebih mudah 


rusak dari pada tanaman yang

diangkut dalam stadia yang


bunganya masih kuncup atau


persentase bunga yang mekar


masih rendah.


c. Temperatur


Temperatur perlu diturunkan


selama siklus 2–3 minggu


terakhir untuk memperkuat


warna bunga dan meningkatkan 


kandungan karbohidrat tanaman, 


sehingga dapat mengakibatkan


ketahanan simpan. Semua


tanaman pot berbunga indah


akan lebih tahan pada


temperatur yang lebih rendah


dan kisarannya sangat


tergantung pada jenis tanaman. 


Selanjutnya tanaman berbunga


yang ditempatkan pada


temperatur 270 C atau lebih


tinggi, umumnya mempunyai


warna bunga lebih pudar,


batang/tangkai lebih tinggi, daun 


cepat menguning dan rontok.


d. Media


Media berstruktur remah yang


mudah dibasahi kembali oleh


konsumen atau penata ruang


sangat penting untuk


menghasilkan penampilan


optimum dari tanaman berbunga 


indah di dalam ruangan.


Sejumlah gel polimer dapat


digunakan untuk


mempertahankan kelembaban


media dan mencegah tanaman


dalam ruangan menjadi kering.


Irigasi dengan menggunakan


wetting agent pada saat


pemasaran berguna untuk


memudahkan pembasahan


kembali media.


e. Pemupukan 


Nisbah N : K yang dianjurkan 1 : 


1 sampai 3 minggu sebelum


pembungaan, diubah menjadi


0,5 : 1. Nisbah ini mencegah


masalah keracunan amonia dan 


meningkatkan masa simpan.


f. Kepekaan Terhadap Etilen


Tanaman pot anggrek berbunga 


indah peka terhadap etilen.


Gejala yang ditimbulkan adalah 


kerontokan daun, kuncup dan


bunga, dan kelayuan bunga,


epinasti, peningkatan kerentaan 


terhadap mikroba dan aborsi


bunga / kuncup.


Salah satu cara efektif untuk


mengurangi kepekaan terhadap 


etilen, yaitu dengan menurunkan 


temperatur selama


pengangkutan.


Cara lain yang digunakan secara 


komersial adalah dengan


penyemprotan daun


menggunakan senyawa


antagonis terhadap etilen,


sehingga dapat menekan


produksi etilen dalam bunga,


serta mengurangi pengaruh


buruk etilen.


g. Pengairan


Kurangnya penyiraman tanaman 


yang berbunga indah serta


membiarkannya layu akan


menurunkan umur peragaan.


Sebaliknya kelebihan air akan


menyebabkan rusaknya akar,


sehingga tanaman cepat rusak. 


Sebaiknya tanaman diairi tiap

hari atau tiap dua hari sekali,


tergantung pada tingkat cahaya, 


temperatur dan kelembaban,


juga ukuran dan media tumbuh. 


Pengairan dilakukan terhadap


media tanpa membasahi bunga 


dan daun.


h. Cahaya


Cahaya optimum yang


diperlukan oleh tiap tanaman


harus dipertahankan untuk


menghasilkan tanaman yang


mempunyai masa penampilan


yang lebih baik, jumlah bunga


maksimum, pembentukan daun


yang sempurna, warna bunga


indah, dan tinggi tanaman yang 


memadai. Umumnya tanaman


pot berbunga indah akan


membentuk bunga dalam jumlah 


maksimum dengan warna yang 


indah pada kondisi ruang


bercahaya tinggi